Post on 19-Feb-2015
1. Mengapa pada pasien ini tidak dilakukan bebat tekan?
Karena erosi yang ditimbukan pada pasien ini disebabkan oleh zat kimia yang
bersifat basa, sebagaimana kita ketahui bahwa zat kimia basa ini amat
berbahaya karena ia akan terus berpenetrasi dan merusak jaringan yang
dilaluinya dan terus berlangsung secra progresif.
Karena pada pasien ini jika dilakukan beban tekan ditakutkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks (simblefaron).
Pada konjungtiva tarsal terdapat sel goblet yang menghasilkan musin sebagai
salah satu komponen dari tear film. Musin ini bersifat hidrofilik, sehingga jika
produksi dari musin ini tergangu maka tear film tidak lagi bersifat hidrofilik
tapi hidrofobik sehingga menimbulkan komplikasi mata kering atau dry eye.
Karena pada penatalaksanaan pasien ini akan dilakukan pengobtan yang
interval waktunya setiap 4 jam. Sehingga pemberian bebat tekan dapat
mengganggu kenyamanan pasien karena harus dibuka tutup berkali-kali.
2. Cuka para bersifat asam tetapi kenapa pada pemeriksaan saudara ditemukan sifat cuka
para yang basa?
Karena cuka para ini tidak sepenuhnya bersifat asam. Cuka para yang memiliki nama
lain asam formiat atau C3COOH merupakan suatu cairan kimia yang bersifat amfoter
(dapat bersifat asam maupun basa). Cuka para ini akan bersifat asam jika terdapat
dalam konsentrasi rendah, tetapi jika terdapat dalam konsentrasi tinggi maka cuka
para akan bersifat basa. Pada pH meter ditemukan bahwa sifat dari cuka para ini
basa.
3. Mengapa anda menggunakan RL untuk irigasi pada pasien ini?
Karena RL mempunyai sifat yang amfoter sehingga RL mampu untuk menetralisir
baik zat kimia yang bersifat asam maupun basa. Selain itu juga RL mempunyai
tekanan osmotik yang hampir sama dengan tekanan osmotik stroma, sehingga tidak
menyebabkan berpindahnya cairan stroma kornea sehingga tidak menyebabkan
kerusakan yang lebih parah pada kornea.
Jika kita menggunakan cairan yang hipotonis maka akan menyebabkan masuknya
cairan isotonis kedalam interstitiel sehingga akan memperparah edema kornea,
sebaliknya jika kita menggunakan cairan yang hipertonis akan menyebabkan
keluarnya cairan interstiel sehingga akan menyebabkan kerusakan sel kornea.
4. Mengapa pada prognosis fungtionam anda menetapkan prognosis mata kanan pasien
ini dubia ad bonam dan mata kiri bonam?
Karena pada pemeriksaan oftalmologis pada mata kiri tidak ditemukan adanya
iskemik limbus, ditemukan addanya erosi kornea dengan ukuran 5x3 mm yang
menghilang pada follow up hari ke 2, kemudian visus mata kiri juga mengalami
perbaikan menjadi 6/6 pada follow up hari ke 2 oleh karena itu kami menentapkan
bahwa prognosis fungsional pada mata kiri adalah bonam.
Pada mata kanan dari pemeriksaan oftalmologis ditemukan adanya iskemik limbus
yang mengenai kurang dari 2 kuadran limbus, penurunan visus dan adanya erosi yang
berukuran 10x10 mm. Pada limbus terdapat stem sel yang berfungsi untuk regenerasi
dari lapisan sel-sel kornea, jika terjadi iskemik limbus maka proses reepitelisasi dari
kornea akan terganggu. Tetapi dari follow up hari-hari berikutnya ditemukan bahwa
ukuran erosi kornea semakin berkurang. Oleh karena itulah prognosis pada mata
kanan pasien ini dubia ad bonam.