Post on 04-Apr-2019
ii
TIPOLOGI MINIATUR CANDI DAN PERBANDINGANNYA
DENGAN FRAGMEN BANGUNAN KUNO
DI DESA PEJENG DAN BEDULU
Skripsi ini disampaikan kepada Panitia Ujian Skripsi
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Arkeologi
Universitas Udayana
DEWA GEDE KURNIAWAN ANUGRAH
120140506
PROGRAM STUDI ARKEOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
ii
iv
PENGUJI
PADA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
PADA TANGGAL 6 JANUARI 2017
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana
No : 151/UN.14.1/PP.05/2017
Tanggal : 6 Januari 2017
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Dr. I Wayan Redig.
Sekretaris : Drs. Anak Agung Gde Aryana, M.Si.
Anggota : 1. Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum.
2. Rochtri Agung Bawono, S.S, M.Si.
3. Zuraidah S.S, M.Si
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Tipologi Miniatur Candi dan Perbandingannya dengan Fragmen
Bangunan Kuno di Desa Pejeng dan Bedulu”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang ilmu Arkeologi pada Fakultas Ilmu
Budaya dari Universitas Udayana.
Berbagai pengalaman yang didapatkan penulis dalam tersusunnya skripsi
ini. Pada prosesnya, beberapa hambatan dan rintangan serta kesulitan yang penulis
alami menjadikan pelajaran berarti bagi penulis tentang banyak hal yang perlu
dipelajari lagi untuk menguasai ilmu arkeologi. Namun atas bimbingan dan arahan
yang diberikan dosen-dosen Program Studi Arkeologi serta teman-teman, semua
hambatan dapat dilalui.
Pada kesempatan ini, ijinkan penulis menghaturkan terima kasih terhadap
berbagai pihak individual maupun lembaga yang telah membantu.
1. Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam menyediakan
fasilitas pendidikan dan kesempatan menempuh ujian sarjana.
2. Drs. I Wayan Srijaya, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Arkeologi yang
telah banyak membantu dan memberi motivasi serta semangat dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
v
vi
3. Dr. I Wayan Redig, sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan
motivasi dan bimbingandengan sangat sabar dalam berbagai masalah
sehingga diselesaikandalam penulisan skripsi.
4. Drs. Anak Agung Gde Aryana, M.Si, sebagai Pembimbing akademik serta
Pembimbing II dalam penulisan skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan akademik serta arahan, motivasi serta kritik dan saran dalam
penulisan skripsi.
5. Rochtri Agung Bawono, S.S. M.Si, selaku Sekretaris dan selaku staf dosen
Program Studi Arkeologi yang banyak membantu untuk urusan surat
menyurat serta memberikan banyak ilmu saat menempuh perkuliahan.
6. Semua Staf dosen Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana yang tidak dapat penulis satu-persatu yang telah
memberikan segala petunjuk, pengarahan, serta ilmunya selama penulis
menempuh perkuliahan.
7. Pegawai Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Pegawai Akademik Fakultas
Ilmu Budaya, Pegawai Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali-NTB-NTT, dan
Pegawai Balai Arkeologi Bali, yang telah melayani dan memberikan
peminjaman literatur untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk keluarga tercinta terutama, Bapak Dewa Nyoman Raka, Ibu Desak
Made Tresningwati, kakak Dewa Gede Kurnia, dan adik Dewa Gede Krisna
Yoga yang tidak pernah bosan memberikan semangat, doa, dan nasehat
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
vi
vii
9. Kepada keluarga besar baik keluarga Bapak dan keluarga dari Ibu yang telah
memberikan nasehat dan inspirasi kepada penulis hingga proses penyelesaian
skripsi ini.
10. Kepada WARMA (Warga Mahasiswa Arkeologi) sebagai tempat bernaung
semasih penulis menjadi mahasiwa arkeologi yang selalu dapat diajak
bertukar pikiran dan pengalaman.
11. Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Arkeologi, Dani Sunjana
(Danzche), I Made Agus Julianto (Patolan), Putu Pradnyana Adi Putra
(Leonk), Bengbeng, Taufan Arif Trilaksono, Kadek Agus Juniantara, Fiqri
Muliatoha Tuanaya, A Ryan M. Hendra, I Wayan Agus Tresna Wibawa
(Kis), Putu Ari Trisna Amelia, Ni Kadek Sri Sumiartini, Made Aris
Kristianti, Putu Ayu Surya Andari, Devy Charisma Sembiring, Kinanti
Husnun Anggraeni, Lutfi Nursabrina Arifin (upay), Mega Hafsari, Yasinta
Fidianti, Wulan Kustiarini, dan Muhamad Nasir terimakasih atas semangat,
canda tawa, dan dukungannya selama ini. Kalian merupakan teman terbaik
yang pernah penulis temui selama menempuh ilmu di bangku perkuliahan.
Kakak kelas dan adik kelas angkatan ‘09, ’10 (Arik Kesuma Puja, Fondra,
Akbar), ’11, ’13,’14 dan yang selalu memberikan semangat, canda dan tawa.
12. Kepada semua pihak yang sudah banyak mendukung penulisan dan
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kepada beliau-beliau di atas penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya
apabila mungkin ada perbuatan salah yang disengaja atau tidak disengaja penulis
perbuat. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu memberikan rahmat dan
vii
viii
karunia-Nya kepada beliau-beliau yang disebutkan di atas. Sekali lagi penulis
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya karena sudah membantu dengan
ikhlas dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat, dan
penulis dengan tangan terbuka menerima saran serta kritik demi penulisan skripsi
ini.
Gianyar, 6 Januari 2017
Penulis
viii
ix
ABSTRAK
Tipologi Miniatur Candi dan Perbandingannya dengan Fragmen Bangunan
Kuno di Desa Pejeng dan Bedulu
Desa Pejeng dan Bedulu merupakan dua buah desa yang terletak di
Kabupaten Gianyar yang sangat banyak memiliki tinggalan arkeologi dari periode
Hindu-Buddha. Salah satu tinggalan arkeologi yang ditemukan adalah miniatur
candi dan fragmen-fragmen bangunan kuno. Penelitian ini membahas tipologi
miniatur candi dan hubungannya dengan fragmen-fragmen bangunan kuno di
Desa Pejeng dan Bedulu untuk mencoba memberikan gambaran rekonstruktif
mengenai bentuk candi di Bali pada masa lampau. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui tipologi miniatur candi dan perbandingannya terhadap
fragmen bangunan kuno di Desa Pejeng dan Bedulu. Penulis menggunakan
metode pengumpulan data seperti observasi, wawancara dan studi kepustakaan
serta metode pengolahan data melalui analisis kualitatif, analisis morfologi,
analisis stilistik, dan analisis komparatif. Teori yang digunakan untuk
mempertajam interpretasi hasil analisis adalah teori tipologi dan teori struktural
Levi Strauss.
Berdasarkan hasil penelitian, miniatur-miniatur candi di Desa Pejeng dan
Bedulu dapat dikelompokan dalam satu tipe dengan ciri morfologis menyerupai
candi tipe menara di Jawa. Meskipun hanya terdapat satu tipe namun miniatur-
miniatur candi di Pejeng dan Bedulu memiliki beberapa variasi. Pengamatan
terhadap miniatur candi dan fragmen-fragmen bangunan kuno di Desa Pejeng dan
Bedulu menunjukan adanya suatu hubungan. Hubungan-hubungan tersebut antara
lain terlihat dari kemiripan-kemiripan beberapa komponen miniatur candi dengan
bentuk-bentuk fragmen bangunan kuno yang ditemukan seperti bagian kemuncak,
antefiks, dan kala. Hal ini menunjukan bahwa sangat mungkin bentuk-bentuk
candi yang terdapat di Desa Pejeng dan Bedulu memiliki bentuk yang mirip atau
sama dengan miniatur candi yang terdapat di sana.
Pembuatan miniatur candi dilatarbelakangi oleh faktor religi terutama
agama Hindu. Miniatur candi mengandung fungsi religi sebagai artefak ritual
yaitu sebagai tempat persemayaman dewa atau arwah raja/leluhur yang telah
meninggal. Latarbelakang ideologi yang dapat diungkapkan adalah adanya konsep
oposisi biner yang meliputi antara manusia >< dewa, alam nyata >< alam gaib,
dan anak keturunan >< leluhur.
Kata Kunci: Tipologi, Miniatur candi, fragmen bangunan kuno, religi, artefak
ritual
ix
x
ABSTRACT
The Typology of Temple Miniatures and It’s Comparation to Ancient Ruin
Fragments in Pejeng and bedulu Village
Pejeng and Bedulu are two villages which administrativelly located in
Gianyar regency. Both of the villages are very popular with the abudance of
archaeological remains especially from Hindu-Buddhist period. Temple miniature
and many ancient temple ruins which found fragmentedly are several examples of
archaeological evidence found there. This research highligt the typology of
ancient temple miniature and it’s relationship with some temple fragments ruins
found in Pejeng and Bedulu to give a reconstructive description of ancient
Balinese temple. The aims of this research was to acknowlewdge the typology of
temple miniature and it’s comparation to some acient ruin fragmets in Pejeng and
Bedulu village. To support the research, I used some analysis i.e qualitative
analysis, morphological analysis, stylistical analysis, and comparative analysis.
Typology and Levi Strauss’s structural theory were also used to develop the
interpretation of the research analysis result.
Temple miniatures found in Pejeng and Bedulu can be classified in one
type which close to ancient Javanese tower type temple. Although we just found
one typological type of temples miniatures but stilistically there are many
variations among them. Based on the field observation there are a strong
relationship between the ancient temple miniature with some form of temple ruin
fragments especially in kemuncak, antefix, and kala form. This fact shows that a
similar temple with the miniature were probably ever exist in Pejeng and Bedulu
in the past.
The production of ancient temple miniature based on Hindu religious
ideological background. Ancient temple miniature functioned as ritual artifact,
the media of deities or ancestor worship. Ideological background traced from the
artifacts shows the existence of some binary concept i.e human><god, real
world><supernatural world, and descendant><ancestor.
Keywords : Typology, Ancient temple miniature, ancient ruin fragments, religion,
ritual artifact
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
PERSYARATAN GELAR ...................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA UJIAN ............................................................ iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ ix
ABSTRACK .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 7
1.3.2 Tujuan khusus . .............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 8
1.5.1 Ruang Lingkup Objek ........................................................................ 9
1.5.2 Ruang Lingkup Permasalahan............................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
2.2 Konsep ........................................................................................... 14
2.2.1 Tipologi ............................................................................... 14
2.2.2 Miniatur Candi ............................................................................... 15
2.2.3 Fragmen Bangunan Kuno ................................................................. 16
2.3 Landasan Teori .................................................................................... 16
2.3.1 Teori Tipologi ............................................................................... 17
2.3.2 Teori Struktural ............................................................................... 19
2.4 Model Penelitian .................................................................................. 21
xi
xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 23
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 23
3.3 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 24
3.3.1 Jenis Data ............................................................................... 25
3.3.2 Sumber Data ............................................................................... 25
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 26
3.5.1 Studi Pustaka ............................................................................... 26
3.5.2 Observasi ............................................................................... 26
3.5.3 Wawancara ............................................................................... 27
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 27
3.6.1 Analisis Kualitatif .............................................................................. 28
3.6.2 Analisis Morfologi ............................................................................. 28
3.6.3 Analisis Stilistik ................................................................................. 29
3.6.3 Analisis Komparatif ........................................................................... 29
3.7 Teknik Penyajian Hasil Penelitian ....................................................... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SEJARAH
PENELITIAN MINIATUR CANDI DI DESA PEJENG DAN
BEDULU
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................ 31
4.1.1 Lokasi Penelitian di Desa Pejeng ...................................................... 31
4.1.1.1 Pura Desa Pedapdapan .................................................................... 32
4.1.1.2 Pura Taman Sari .............................................................................. 33
4.1.1.3 Situs Arjuna Metapa dan Areal Sawah ........................................... 34
4.1.1.4 Pura Penataran Alit ......................................................................... 34
4.1.1.5 Pura Pengukurukuran ...................................................................... 36
4.1.2 Lokasi Penelitian di Desa Bedulu ...................................................... 36
4.1.2.1 Pura Santrian ................................................................................... 37
4.2 Sejarah Penelitian Miniatur Candi di Bali ............................................ 41
BAB V TIPOLOGI MINIATUR CANDI DAN HUBUNGANNYA
DENGAN BEBERAPA FRAGMEN BANGUNAN KUNO DI
DESA PEJENG DAN BEDULU
5.1 Deskripsi Miniatur Candi di Beberapa Pura Desa Pejeng
dan Bedulu ........................................................................................... 45
5.1.1 Miniatur Candi I di Pura Pedapdapan ............................................... 45
5.1.2 Minitarur Candi II di Pura Pedapdapan ............................................. 48
5.1.3 Miniatur Candi di Pura Santrian ........................................................ 49
5.1.4 Miniatur Candi di Pura Taman Sari ................................................... 51
5.2 Deskripsi Fragmen-Fragmen Kuno di Beberapa Tempat di Desa
Pejeng dan Bedulu................................................................................. 52
5.2.1 Fragmen Kemuncak di Pura Kebo Edan ............................................ 52
5.2.2 Fragmen Muka Kala di Situs Arjuna Metapa .................................... 53
5.2.3 Fragmen Kemuncak di Areal Sawah di depan Pura Kebo Edan ........ 54
xii
xiii
5.2.4 Fragmen Ambang Pintu di Pura Penataran Alit …………………….. 56
5.2.5 Fragmen-Fragmen Bangunan di Pura Pengukurukuran…………….. 56
5.3 Tipologi Miniatur Candi di Desa Pejeng dan Bedulu ........................... 59
5.3.1 Variasi Bentuk kaki Miniatur Candi ................................................. 60
5.3.2 Variasi Bentuk Badan Miniatur Candi .............................................. 61
5.3.3 Variasi Bentuk Atap Miniatur Candi ................................................. 63
5.3.4 Perbandingan Tipologis Miniatur Candi di Desa Pejeng dan Bedulu
dengan Miniatur Candi Lain di Bali...................................................... 65
5.3.5 Perbandingan Miniatur Candi di Desa Pejeng dan Bedulu dengan
Candi-Candi Hindu di Jawa dan Bali .................................................... 72
5.3.5.1 Candi-Candi di Jawa ....................................................................... 72 5.3.5.2 Candi-Candi di Bali
5.3.5.2 Candi-Candi di Bali......................................................................... 77
5.4 Latar Belakang Religi Pembuatan Miniatur Candi ............................... 80
5.5 Perbandingan Miniatur Candi dengan Fragmen-Fragmen Bangunan
Kuno di Desa Pejeng dan Bedulu ......................................................... 88
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ........................................................................................... 100
6.2 Saran ........................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 103
LAMPIRAN ........................................................................................... 106
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Penelitian ...................................................................... 21
Gambar 5.1 Miniatur Candi I di Pura Desa Pedadapan .............................. 46
Gambar 5.2 Miniatur Candi II di Pura Desa Pedadapan ............................. 49
Gambar 5.3 Miniatur Candi di Pura Santrian ............................................. 50
Gambar 5.4 Miniatur Candi di Pura Taman Sari ........................................ 51
Gambar 5.5 Fragmen Kemuncak di dekat Pura Kebo Edan ....................... 53
Gambar 5.6 Fragmen Kepala Kala di Situs Arjuna Metapa........................ 54
Gambar 5.7 Fragmen Bangunan berupa Kemuncak .................................. 55
Gambar 5.8 Fragmen Bangunan berupa Ambang Pintu Berelief Kala ...... 56
Gambar 5.9 Salah satu Antefiks dan Gambar Sketsanya ........................... 57
Gambar 5.10 Fragmen bangunan Kuno berupa kemuncak ......................... 58
Gambar 5.11 Fragmen bangunan lainnya di Situs Pura Pengukurukuran .. 59
Gambar 5.12 Variasi kaki Miniatur Candi .................................................. 61
Gambar 5.13 Variasi badan Miniatur Candi ............................................... 63
Gambar 5.14 Variasi atap Miniatur Candi .................................................. 65
Gambar 5.15 Miniatur Candi dari Pura Puseh Desa Abianbase ................. 66
Gambar 5.16 Miniatur Candi di Pura Puseh Mas ....................................... 68
Gambar 5.17 Miniatur Candi di Pura DesaPeguyangan ............................. 70
Gambar 5.18 Kemuncak pada Miniatur Candi dan fragmen kemuncak ..... 92
xiv
xv
DAFTAR ISTILAH
Achala : Objek pemujaan yang tidak dapat dipindahkan. Achala
dapat berupa candi/kuil maupun arca berukuran besar
yang tersimpan di dalamnya.
Astavidha : Konsep dalam agama Buddha yang menjelaskan delapan
cara menuju kebenaran tertinggi.
Bhurloka : Konsep dalam agama Hindu yang menunjukan dunia
paling bawah. Dunia ini ditempati oleh mahluk-mahluk
gaib seperti naga dan hantu.
Bhuta : Mahluk dunia bawah semacam hantu
Bhuvarloka : Konsep dalam agama Hindu yang menunjukan dunia
tengah. Dunia ini ditempati oleh manusia, maupun para rsi
dan pendeta.
Axis mundi : Titik pusat yang menghubungkan dunia nyata dan gaib
Chala : Objek pemujaan yang dapat dipindahkan. Objek ini biasa
dipakai untuk pemakaian oleh individu atau kelompok
kecil atau berupa arca yang diarak ketika berlangsung
upacara
Chalachala : Objek pemujaan yang berukuran sedang. Chalachala
biasanya disimpan saja namun sesekali dapat dipindahkan
untuk kepentingan ritual.
Kahyangan Jagat : Pura universal yang digunakan untuk semua orang
Pisaca : Mahluk serupa hantu dalam mitologi Hindu pemakan
daging mentah. Dalam beberapa mitologi pisaca
disebutkan sebagai salah satu putra Prajapati Daksha anak
Dewa Brahma.
Pura puseh desa : Gabungan antara pura puseh dan pura desa. Pura puseh
digunakan untuk pemujaan Brahma dan Wisnu
Raksasa : Mahluk gaib dalam mitologi Hindu berupa hantu yang
memiliki badan besar. Istilah untuk bentuk femininnya
adalah rakshasi.
xv
xvi
Sudharsana : Nama kahyangan para dewa.
Triloka : Pembagian tiga dunia dalam konsep Hindu yaitu dunia
bawah, tengah, dan atas.
Trimandala : Pembagian halaman pura menjadi tiga halaman yang
menggambarkan tingkat kesakralan pura.
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Provinsi Bali ................................................................... 106
Lampiran 2. Peta Kabupaten Gianyar ........................................................ 107
Lampiran 3. Peta Desa Pejeng ................................................................... 108
Lampiran 4. Peta Desa Bedulu .................................................................... 109
Lampiran 5. Peta Lokasi Penelitian ............................................................ 110
Lampiran 6. Denah Pura Desa Pedadapan ................................................. 111
Lampiran 7. Denah Pura Taman Sari ......................................................... 113
Lampiran 8. Denah Pura Santrian .............................................................. 114
Lampiran 9. Sketsa Miniatur candi ............................................................ 115
Lampiran 10. Daftar Informan ................................................................... 123
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Pejeng dan Bedulu merupakan dua desa di Kabupaten Gianyar yang
memiliki potensi tinggalan arkeologi yang sangat banyak. Tinggalan-tinggalan
arkeologi tersebut pada umumnya berasal dari aktivitas keagamaan Hindu-Buddha
pada masa lalu yang terdiri atas berbagai jenis dan rupa. Benda-benda tersebut
antara lain ada yang berbentuk arca, miniatur candi, lingga, yoni, fragmen-
fragmen bangunan kuno, dan lain sebagainya. Beragam jenis tinggalan tersebut
kini tersebar baik di dalam kompleks bangunan pura maupun di lahan terbuka dan
masih disakralkan oleh penduduk.
Miniatur candi merupakan salah satu jenis tinggalan arkeologi yang
terdapat di Desa Pejeng dan Bedulu. Miniatur candi merupakan replika candi
dalam bentuk kecil. Sama halnya seperti candi dalam bentuknya yang asli,
miniatur candi juga digunakan sebagai artefak religi terutama untuk memuja dewa
atau roh dari raja dan leluhur yang telah meninggal (Linus, 1974: 17). Berbeda
dengan candi yang merupakan bangunan tetap dan digunakan sebagai sarana
peribadatan bersama, miniatur candi mungkin digunakan dalam skala penggunaan
yang lebih kecil sehingga para sarjana kemudian berpendapat bahwa miniatur
candi adalah chala (Mantra, 1963, Surasmi, 1984).
Chala merupakan media ritual baik arca atau dalam bentuk lainnya yang
sifatnya dapat dipindahkan karena ukurannya yang kecil. Konsep ini memiliki
1
2
kesamaan dengan konsep artefak dalam istilah arkeologi umum hanya saja chala
dalam hal ini merujuk pada istilah ikonografi. Selain chala terdapat pula media
ritual lain dalam ukuran sedang (chalachala) dan ukuran besar sehingga tidak
dapat dipindahkan (achala). Dari sisi fungsional dan mobilitasnya, chala
digunakan sebagai sarana ritual perorangan atau kelompok kecil sebagai simbol
dewa pujaan pribadi (istadewata), sedangkan chalachala dan achala digunakan
oleh kelompok yang lebih luas (Patnaik, 2011: 26; Rao, 1914: 17).
Miniatur candi secara umum memiliki makna dan fungsi yang sama
dengan candi. Sarjana-sarjana Belanda pada masa kolonial menganggap candi
berfungsi sebagai pemakaman atas dasar temuan abu pada peripih yang mereka
anggap sebagai abu jenazah. Pendapat ini kemudian ditolak oleh dua sarjana
Indonesia, Ida Bagus Mantra dan R. Soekmono. Menurut kedua sarjana ini candi
merupakan bangunan suci yang dibuat untuk pemujaan terhadap dewa atau
pedharmaan terhadap raja yang telah meninggal. Abu yang biasa ditemukan pada
peripih bukanlah abu jenazah melainkan deposit dari benda-benda ritual yang
dibakar seperti tumbuh-tumbuhan tertentu yang kemudian dikubur bersama logam
dan benda-benda ritual lainnya untuk menghidupkan dan mengundang dewa pada
bangunan candi. Studi etnografi terhadap konsepsi kematian dan hubungannya
dengan Pura di Bali juga mendukung pendapat tersebut (Mantra, 1963: 3;
Soekmono, 1974: 300).
Candi merupakan simbol gunung suci dalam agama Hindu dan Buddha
yaitu Gunung Mahameru. Ajaran Brahmana dan konsepsi Buddha menyatakan
bahwa alam semesta berbentuk lingkaran pipih seperti cakram. Di bagian
3
tengahnya berdiri Gunung Mahameru yang merupakan gunung kosmos.
Mahameru juga dianggap sebagai poros atau axis mundi penghubung antara tiga
dunia yaitu dunia bawah (bhurloka), dunia tengah (bhuvarloka), dan dunia atas
(svarloka). Di bagian bawah gunung yang bertemu dengan laut dianggap sebagai
tempat tinggal mahluk rendah, para raksasa, bhuta, dan pisaca. Di dataran kaki
gunung hingga lereng bawah merupakan tempat tinggal dan aktivitas manusia,
sedangkan di lereng tengah hingga puncaknya merupakan persemayaman orang-
orang suci yang telah mampu menindas hawa nafsu duniawi, sedangkan di puncak
terdapat kota dewa-dewa yang dinamakan Sudarsana (Munandar, 2015: 158).
Pembagian tiga lapisan dunia (triloka) pada bangunan candi secara vertikal
direpresentasikan ke dalam bagian-bagian bangunannya. Bhurloka ditampilkan
pada bagian pondasi dan kaki bangunan, bhuwarloka ditampilkan pada tubuh
candi yang berisikan bilik dan arca-arca dewa dalam relung, dan swarloka
direpresentasikan pada atap candi hingga kemuncaknya. Adapun bangunan candi
merupakan representasi Gunung Mahameru. Oleh karena itu dapat dipahami
bahwa pada bangunan candi terdapat ragam hias sulur-suluran daun yang
melingkar-lingkar merupakan penggambaran hutan belukar dan semak-semak
lebat di Gunung Mahameru. Bunga-bunga Padma (teratai) dan tanaman menjalar
lain merupakan simbol danau dan kolam di lereng gunung tersebut. Kepala kala
penghias ambang pintu dan ambang relung merupakan mahluk supernatural
penjaga kesucian Mahameru. Makara merupakan mitos yang hidup di Sungai
Gangga, simbol bermacam sungai yang mengalir turun dari Mahameru. Relung-
relung merupakan simbol goa-goa di lereng gunung pertapaan kaum agamawan
4
yang telah mengalahkan nafsu duniawi. Antefiks-antefiks yang berderet di
tingkatan atap merupakan simbol ratusan perbukitan di sekitar puncak utama
Mahameru. Kemuncak di pucuk bangunan merupakan simbol lokasi kahyangan.
Dengan demikian seluruh bangunan candi dapat dimaknai sebagai Gunung
Mahameru tempat tinggal berbagai mahluk. Lokasi hidup mahluk rendahan
dinyatakan pada pondasi bangunan, tempat hidup manusia dinyatakan pada bagian
kaki candi, dunia mahluk suci dan kaum agamawan pada tubuh candi, serta dunia
dewa-dewa dinyatakan pada atap candi (Munandar, 2015: 158-159).
Susunan miniatur candi seperti halnya candi juga digambarkan dalam tiga
bagian yaitu kaki, badan, dan atap. Meskipun memiliki susunan yang sama akan
tetapi ragam hias dan gaya arsitekturnya memiliki perbedaan-perbedaan sehingga
menunjukan adanya variasi yang menarik. Adanya variasi-variasi tersebut
mungkin menunjukan pula keragaman bentuk candi dalam bentuk yang asli pada
masa lalu.
Kemungkinan pemakaian candi asli sebagai model yang diterapkan pada
miniatur candi pernah disampaikan secara sepintas oleh Agus Aris Munandar
dengan memperhatikan gaya miniatur candi dari Situs Kendalisada, Jawa Timur.
Menurutnya, bentuk miniatur candi tersebut menggambarkan gaya candi-candi
masa Majapahit (Munandar, 2015: 81). Hal yang senada juga pernah disampaikan
oleh pernyataan Bernet Kempers yang menyatakan bahwa terdapat persamaan-
persamaan bentuk beberapa bagian miniatur candi dengan reruntuhan bangunan
dari Pura Gumang (Kempers, 1991: 69).
5
Miniatur-miniatur candi yang terdapat di Desa Pejeng dan Bedulu
setidaknya terdapat di tujuh buah pura, namun yang masih utuh dilihat bentuknya
berdasarkan susunan tubuhnya hanya terdapat di tiga pura saja. Hal ini
dikarenakan karena kerusakan-kerusakan yang membuat miniatur-miniatur candi
tersebut menjadi aus dan sulit untuk diketahui bentuk aslinya. Meskipun hanya
terdapat beberapa buah miniatur candi saja yang dapat disaksikan bentuk susunan
tubuhnya, miniatur-miniatur candi ini memiliki bentuk dan keunikan-keunikan
yang berbeda sehingga pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tipe-tipe
tertentu melalui metode tipologi. Tipologi sendiri merupakan metode klasifikasi
artefak dengan menggunakan beberapa tolak ukur seperti bentuk, fungsi, dan
ukuran.
Selain miniatur candi, di Desa Pejeng dan Bedulu ditemukan pula
fragmen-fragmen bangunan kuno yang tersebar baik di dalam kompleks pura
maupun tempat terbuka. Fragmen-fragmen bangunan kuno tersebut bermacam-
macam bentuknya yang sangat mungkin berasal dari suatu bangunan suci pada
masa lalu karena baik di Desa Pejeng dan Bedulu menunjukkan karakter sebagai
situs-situs keagamaan yang kuat.
Miniatur-miniatur candi dan fragmen-fragmen bangunan kuno di Desa
Pejeng dan Bedulu menjadi dua jenis tinggalan arkeologi yang menarik untuk
dipelajari. Sebagaimana disampaikan oleh Agus Aris Munandar dan Bernet
Kempers, bahwa bentuk miniatur candi sangat mungkin memiliki kemiripan
dengan bentuk candi yang asli pada masa lalu. Keberadaan miniatur-miniatur
candi dengan fragmen-fragmen bangunan kuno tersebut dapat dicari hubungannya
6
terutama dari bentuk dan gaya hiasnya. Hal ini tentu sangat berguna untuk
merekonstruksi bentuk candi yang mungkin ada pada masa lampau di Desa Pejeng
dan Bedulu. Dengan meneliti hubungan antara kedua tinggalan arkeologi ini,
maka penelitian ini dapat mengisi kekosongan pengetahuan individu lain
mengenai bentuk-bentuk candi yang berdiri seperti halnya candi-candi yang
terdapat di Jawa. Hal ini tentu sangat menarik untuk dikaji.
Penelitian-penelitian mengenai miniatur candi di Desa Pejeng dan Bedulu
pada khususnya dan secara umum miniatur candi di Bali sebenarnya memiliki
sejarah panjang sejak masa kolonial. Penelitian-penelitian tersebut pernah
dilakukan antara lain oleh W.F. Stutterheim (1925, 1929, dan 1930), A.J. Bernet
Kempers (1991), Gusti Ayu Surasmi (1979), Redig (1983), Dharmawan (1994),
Sukarini (1994), Wahyundoko (2008), dan Badra (2010). Meskipun demikian,
penelitian yang membahas tipologi dan hubungan antara miniatur candi dengan
fragmen-fragmen bangunan kuno belum pernah dilakukan sehingga dapat menjadi
rintisan untuk penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana tipologi miniatur candi yang terdapat di Desa Pejeng dan Bedulu?
2. Latar belakang religi apa yang mempengaruhi pembuatan miniatur candi yang
terdapat di beberapa pura Desa Pejeng dan Bedulu?
7
3. Apa perbandingan antara miniatur candi dengan fragmen bangunan kuno di
beberapa Pura Desa Pejeng dan Bedulu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini merupakan tolak ukur untuk menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan pada rumusan masalah. Adapun tujuan dalam penelitian ini
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Menurut Lewis Binford (1972: 78-104) ada tiga tujuan dalam ilmu
Arkeologi, yaitu : 1) merekonstruksi sejarah kebudayaan; 2) merekonstruksi cara
hidup manusia masa lalu; dan 3) menjelaskan atau menggambarkan proses-
proses budaya. Tujuan umum penelitian ini adalah merekonstruksi sejarah
kebudayaan masyarakat Bali pada masa lalu terutama dalam aspek religi dan
ritual berupa bangunan suci keagamaan yang lazim disebut sebagai candi.
Penelitian ini akan menggambarkan bentuk miniatur candi sebagai gambaran
gaya arsitektur candi yang pernah ada pada masa Bali Kuna. Selain itu aspek-
aspek lain yang berhubungan juga akan dijelaskan namun dengan tidak terlepas
dari ruang lingkup penelitian.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
1. Mengetahui tipologi miniatur candi di Desa Pejeng dan Bedulu
8
2. Mengetahui latar belakang religi pembuatan miniatur candi di Desa Pejeng
dan Bedulu.
3. Mengetahui Perbandingan antara miniatur candi dengan fragmen bangunan
kuna di Desa Pejeng dan Bedulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan sumbangan
pemikiran secara teoretis dan praktis. Adapun manfaat itu sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu menemukan teori-teori atau
membuka wacana baru dalam kajian arkeologi Hindu-Buddha di Bali. Secara
khusus penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian berkenaan dengan ragam
bentuk bangunan suci pada masa Bali Kuno yang tercermin dari artefak berupa
miniatur candi dan fragmen bangunan kuna yang masih tersisa.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan penulis yaitu agar penelitian ini
berguna dalam memecahkan permasalahan yang praktis dan dapat memberikan
informasi-informasi yang penting kepada pemerintah, instansi terkait, dan
masyarakat umum, khususnya masyarakat di Desa Pejeng dan Bedulu.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian perlu dibatasi oleh peneliti, agar penelitian tidak
melebar dari objek dan permasalahan penelitian. Ruang lingkup ini diperlukan
9
agar peneliti tidak terjerumus ke dalam sekian banyak data yang ditemukan di
lapangan. Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup objek dan ruang
lingkup permasalahan.
1.5.1 Ruang Lingkup Objek
Ruang lingkup objek penelitian mencakup objek yang akan diteliti.
Adapun objek tersebut yaitu berupa empat buah miniatur candi yang terdapat di
Pura Desa Pedapdapan, Pura Taman Sari, dan Pura Santrian. Objek lain yang
menjadi data utama penelitian ini adalah fragmen-fragmen bangunan kuno yang
antara lain terdapat di depan Pura Kebo Edan, Situs Arjuna Metapa dan
sekitarnya, Pura Penataran Alit, dan Pura Pengukurukuran. Selain itu sebagai data
pembanding, penulis melakukan pula pengamatan antara lain terhadap miniatur-
miniatur candi lain di Situs Pura Puseh Desa Abianbase (Gianyar), Pura Puseh
Desa Mas, Ubud (Gianyar), dan Pura Desa Peguyangan (Denpasar Timur). Objek
pembanding dalam bentuk asli berupa candi di Jawa ditelusuri dari sumber
kepustakaan antara lain (Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman, 2013;
Munandar, 2015). Pengamatan terhadap candi-candi tebing antara lain dilakukan
terhadap Situs Gunung Kawi, Tegalinggah, Jukut Paku, dan Kelebutan.
1.5.2 Ruang Lingkup Permasalahan
Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini mencakup
permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu
terkait tipologi miniatur candi dan hubungannya dengan fragmen bangunan kuno
serta latarbelakang religi pembuatan miniatur candi di Desa Pejeng dan Bedulu.