Post on 21-Jan-2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi dari kehamilan yang biasanya
dijumpai pada trimester pertama. Kasus ringan sekalipun ditengarai bisa berdampak
pada perkembangan janin. Apalagi disertai asupan oral yang sangat tidak adekuat,
gejala dehidrasi berat dan ketosis bisa timbul, hal ini menyebabkan pasien harus
dirawat inap dan dilakukan tatalaksana rehidrasi melalui cairan infus yang
mengandung glukosa. Pada kasus yang sangat jarang dimana pasien malnutrisi yang
berkepanjangan, maka pemberian dukungan nutrisi parenteral pun terpaksa
dipertimbangkan.
Kira-kira 0,3 sampai 2.0% dari total populasi wanita hamil di Amerika
mengalami hiperemesis gravidarum (2). Yang disertai dehidrasi dan malnutrisi dan ini
berdampak pada hampir 50.000 pasien hamil menjalani perawatan di RS setiap
tahunnya. Walaupun gejala tersering biasanya dirasakan pada trimester pertama,
gejala bisa berlanjut dan menetap hampir diseluruh usia kehamilan. Itulah mengapa
diagnosa yang cepat dan tatalaksana yang adekuat sangat diperlukan untuk mencegah
risiko yang terjadi baik pada si ibu dan si janin
Negara- negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga
perempuannya memiliki kemungkinan 20 - 60 kali lipat di banding negara-negara
Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi persalinan.AKI saat
ini Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan data penelitian Word
Bank/Bank Dunia tahun 2008 ini. Direktur Women Research Institute, Sita Ari
Purnami, mengatakan angka kematian ibu saat melahirkan dari 302/100 ribu ibu
melahirkan menjadi 420/100 ribu ibu melahirkan (Trijaya, 2008).
Sekitar 50% wanita hamil mengalami mual-mual dan beberapa sampai
muntah-muntah. Keluhan ini terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan, biasanya
1
menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang-kadang muncul kembali
menjelang akhir kehamilan. (Jones, 1997). Ibu hamil yang masih mengalami mual
muntah sampai trimester ketiga dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas, muka
pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, inilah yang dinamakan
hiperemisis gravidarum (Indra Anwar SpOG, Maret 2007)
Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat. Kebidanan dan
kandungan Subdirektorat Kesehatan Keluarga dan data inbdikator Kabupaten/Kota
bidang kesehatan dari 325 Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa pada tahun 2003
persentase ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk dan mendapat pelayanan kesehatan
lebih lanjut sebesar 20,44%. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah di Provinsi
Sulawesi Tengah (96,53%) dan Di Yogyakarta (76,60%) sedangkan yang terendah
adalah di Provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera Selatan (3,81%) (Profil
Kesehatan Indonesia, 2003)
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RS Bhayangkara Palembang Tahun
2012 terdapat sebanyak 72 ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum.
Berdasarkan data tersebut kami mengetahui gambaran riwayat obstetri ibu yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum di RS. Bhayangkara Palembang Tahun 2013.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Hiperemesis Gravidarum yang mengalami perubahan fisiologis dengan atau
tanpa gangguan struktur pada berbagai sistem tubuh dengan mengaplikasikan
ilmu keperawatan, medis dan berbagai ilmu terapan lain yang terkait.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan seminar ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Dapat melakukan pengkajian pada klien Ny. D dengan
Hiperemesis Gravidarum di Instalasi rawat inap Kebidanan rumah sakit
Bhayangkara Palembang.
2
2. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
Ny.D dengan Hiperemesis Gravidarum di Instalasi rawat inap Kebidanan
rumah sakit Bhayangkara Palembang.
3. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien
Ny.D dengan Hiperemesis Gravidarum di Instalasi rawat inap Kebidanan
rumah sakit Bhayangkara Palembang.
4. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada klien
Ny.D dengan Hiperemesis Gravidarum di Instalasi rawat inap Kebidanan
rumah sakit Bhayangkara Palembang
5. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
klien Ny.D dengan Hiperemesis Gravidarum di Instalasi rawat inap
Kebidanan rumah sakit Bhayangkara Palembang.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Sebagai persyaratan menyelesaikan Praktikum Klinik Keperawatan
Maternitas Pada Program Akademik.
2. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan Asuhan
Keperawatan Maternitas pada klien dengan Hiperemesis Gravidarum.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Menerapkan teori secara terpadu untuk praktikum dan akan berguna
untuk perbaikan dalam sumbangan pemikiran dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kepada klien sehingga meningkatkan mutu pendidikan.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan informasi dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terutama pada klien dengan Hiperemesis Gravidarum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP PENYAKIT
2.1.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
secara berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam sehingga mengganggu kesehatan
dan pekerjaan sehari-hari.
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. (kapita selekta
kedokteran : jilid 1 ).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang terjadi
pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar
elektrolit penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis
dan kekurangan nutrisi. (Sherwan,1999; Old, 2000; Micheline, 2004; Edelman, 2004;
Paawi, et al, 2005)
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadizat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagianmakanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung,usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yangterletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
4
http;//medicastore.com/penyakit/9/biologi_sistem_pencernaan,html
A. MULUT
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
5
Dalam mulut terjadi proses potong memotong yang dilakukan oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B. FARING DAN ESOFAGUS
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Esofagus merupakan saluran berotot yang relative lurus dan berjalan memanjang
diantara faring dan lambung. Sebagian besar esophagus terletak di dalam rongga
toraks dan menembus diagfragma untuk menyatu dangan lambung di rongga
abdomen bebrapa sentimeter dibawah diafragma.
Mobilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau
deglutition, dalam proses menelan yang sebenarnya mengacu pada keseluruhan
proses pemindahan makanan dari mulut melalui esophagus lalu ke dalam lambung.
Dalam proses menelan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu; Tahap orofaring dan tahap
esophagus. Tahap orofaring berlangsung sekitar satu detik yang berupa perpindahan
bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke esophagus. Saat masuk faring sewaktu
menelan, bolus harus diarahkan kedalam esophagus dan dicegah untuk tidak masuk
ke saluran lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus
dicegah untuk tidak kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung dan masuk ke trakea.
Semua ini dilakukan melalui aktifitas yang telah terkoordinasi.
Tahap esophagus, merupakan tahap untuk memulai menelan. Pusat menelan memulai
gelombang peristaltic primer yang mengalir dari pangkal ke ujung esophagus,
6
mendorong bolus yang ada di depannya meelewati esophagus lalu ke lambung.
Gelombang peristaltik berlangsung sekitar lima sampai Sembilan detik untuk
mencapai ujung bawah esophagus.
C. LAMBUNG
Lambung adalah ruang yang berbentuk kantung yang mirip huruf “J”, yang
terletak diantara esophagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan perbedaan anatomis, histologist dan fungsional, diantaranya yaitu;
Fundus, Korpus dan Antrum.
Fungsi terpenting pada lambung adalah menyimpan makanan yang masuk
sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
penyerapan yang optimal. Fungsi kedua lambung adalah untuk mensekresikan asam
hidroklorida (HCL) dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein.
Dalam lambung terdapat empat aspek motilitas lambung, yaitu :
1. Pengisian lambung (gastric filling)
2. Penyimpanan lambung (gastric storage)
3. Pencampuran lambung (gastric mixing)
4. Pengosongan lambung (gastric emptying)
1. Pengisian lambung
Jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini
dapatmengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter (1.000 ml) ketika
makan. Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga dua puluh kali lipat
tersebut akan menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan akan sangat
meningkatkan tekanan intralambung jika tidak terdapat dua factor ini yaitu plastisitas
otot polos dan relaksasi reseptif lambung pada saat terisi.
2. Penyimpanan lambung.
7
3. Pencampuran lambung
Kontraksi peristaltic lambung yang kuat merupakan penyebab makanan
bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Sewaktu kontraksi
peristaltic mencapai sfingter pylorus, sfingter tertutup erat dan tidak terjadi
pengosongan lebih lanjut. Sewaktu kimus yang sedang didorong maju membentur
sfingter yang tertutup ini, kimus tersebut mengalir kembali ke antrum. Pencampuran
kimus dilaksanakan oleh setiap gelombang peristaltic yang mendorong kimus ke
depan dan mencampuradukkannya kembali ke dalam antrum.
4. Pengosongan lambung
Pengosongan lambung terjadi akibat kontraksi peristaltic antrum, selain
menyebabkan pencampuran lambung, juga manghasilkan gaya pendorong untuk
mengosongkan lambung. Suatu kontraksi peristaltic yang berasal dari fundus bagian
atas dan mendorong kimus maju ke arah sfingter pylorus.
Empat factor terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah :
a. Lemak
b. Asam
c. Hipertonisitas
a. Lemak
Lemak merupakan perangsang terkuat untuk menghambat motilitas lambung
sehingga apabila kita amati kecepatan pengosongan makanan yang sangat
berlemak itu memakan waktu kurang lebih enam jam dibandingkan dengan
makanan yang mengandung karbohidrat dan protein itu mungkin telah
meninggalkan lambung kurang lebih tiga jam yang lalu.
b. Asam
Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCL), kimus kimus yang
sangat asam akan dikeluarkan kedalam deodenum tempat kimus mengalami
netralisis oleh natrium bikarbonat (NaHCO¬3). Asam yang tidak dinetralkan
akan mengiritasi mukosa duodenum dan menyebabkan inaktivasi enzim-
8
enzim pencernaan pankreas yang disekresikan ke dalam lumen duodenum.
Dengan demikian, asam yang tidak dinetralkan akan menghambat
pengosongan isi lambung lebih lanjut sampai proses netralisis selesai.
c. Hipertonisitas
Pada pencernaan molekul protein dan kanji di lumen duodenum, dibebaskan
sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Apabila kecepatan
penyerapan molekul-molekul asam amino dan glukosa tersebut tidak
seimbang dengan kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat maka
molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada di dalam kimus
dan akan meningkatkan osmolaritas isi duodenum, apabila hal ini terus
berlanjut maka secara refleks pengosongan lambung akan dihambat hingga
proses penyerapan mengimbangi proses pencernaan
D. USUS HALUS
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus, maka tidak terjadi lagi
pencernaan, walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air
E. USUS BESAR (KOLON)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
9
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
F. REKTUM DAN ANUS
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di
anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
10
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
2.1.3 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadian adalah 3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan : ( Rustan Mochtar, 1998 ).
1. Faktor organik,
yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon
dari jaringan ibu terhadap janin.
2. Faktor Psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
3. Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum
tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah.
Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai
Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga
tingkatan, (Manuaba,2001; Wiknjosastro, 2005) yaitu :
a. Tingkatan I (ringan)
11
Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita.
Ibu merasa lemah.
Nafsu makan tidak ada.
Berat badan menurun.
Merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
Tekanan darah sistol menurun
Disertai peningkatan suhu tubuh
Turgor kulit berkurang.
Lidah kering
Mata cekung
b. Tingkatan II (sedang)
Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
Turgor kulit mulai jelek.
Lidah mengering dan tampak kotor.
Nadi kecil dan cepat.
Suhu badan naik (dehidrasi).
Mata mulai ikterik.
Berat badan turun dan mata cekung.
Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi acetonuria
c. Tingkatan III (berat)
Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma).
Muntah berhenti
Dehidrasi hebat.
Nadi kecil, cepat dan halus.
12
Suhu badan meningkat dan tensi turun.
Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan
enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan
mental.
Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati
Terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina
2.1.5 Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah turun.
Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), sehingga terjadi perdarahan
gastrointestinal.
2.1.6 Komplikasi
Dehidrasi berat
Ikterik
Takikardia
Suhu meningkat
Alkalosis
Kelaparan
13
Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan
keluarga
Menarik diri dan depresi
2.1.7. Pemeriksaan Dignostik
Ketika seorang wanita datang dengan keluhan mual dan muntah , riwayat
berikut harus dikaji untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat
kehamilan atau kondisi patologis ini.
1. Riwayat
Frekuensi muntah.
Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah ).
Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu
pemberian dan reaksinya).
Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat).
Riwayat gangguan makan.
Riwayat diabetes.
Pembedahan abdomen sebelumnya.
Frekuensi istirahat.
Kecemasan dalam kehamilan.
Dukungan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya.
Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan.
Turgor kulit.
Kelembapan membrane mukosa.
Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah).
Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , dan nyeri tekan.
Pengkajian pertumbuhan janin.
14
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Urinalisa untuk menentukan adanya infeksi dan atau dehidrasi meliputi
pemeriksaan keton, albumin dan berat jenis urine
c. Kadar Hb dan Ht
d. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein
e. Pemeriksaan Blood Urea nitrogen (BUN), nonprotein nitrogen, dan kadar
asam
f. Tiroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menentukan penyakit pada tiroid
g. CBC, amylase, lipase, keadaan hati atau jika diduga terjadi infeksi sebagai
penyebab
h. Foto abdomen jika ada indikasi gangguan abdomen akut
i. Kadar hCG jika diduga kehamilan multiple atau mola hidatidosa
(Nengah Runiari, 2010)
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
berumur 4 bulan.
Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
15
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat.
Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau
terlalu dingin.
Usahakan defekasi teratur.
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan pengobatan
Tidak memberikan obat yang terotogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah Phenobarbital.
Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6.
Antihistaminika seperti dramamine, avomine.
Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau
khlorpromazine
3. Diet dan Terapi Nutrisi
Diet hyperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Karbohidrat tinggi, sebesar 75-80% dari kebutuhan energy total
Lemak rendah, yaitu < 10% dari kebutuhan energy total
Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total
Makanan diberikan dalam bentuk kering
Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaaan klien yaitu 7-10 gelas per
hari
Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering
Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan pada malam hari
16
Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan nilai
gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi klien
Tiga macam diet pada hyperemesis gravidarum:
a. Diet Hiperemesis I
Diberikan kepada klien dengan hyperemesis gravidarum berat. Makanan
hanya terdiri atas roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengna makanan tetapi 1-2
jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya
kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet Hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan seca
bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman teap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan
bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi
kecuali kebutuhan energy. Jenis makanan rendah kandungan gizinya, kecuali
vitamin A dan D.
c. Diet Hiperemesis III
Diet Hiperemesis 3 diberikan pada klien hyperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai dengan kemampuan klien, dan minuman dibolehkan
bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan
energy dan semua zat gizi.
(Nengah Runiari, 2010)
4. Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit. Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat
dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk.
Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini
tanpa pengobatan.
17
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang
wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan
penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu
konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
c. Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya
vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat dalam daftar
kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti
yang telah disebutkan diatas.
d. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan
dipihal lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital.
18
Patoflow
19
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat ini terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan
gejala-gejala pada hyperemesis gravidarum, yaitu mual dan muntah yang
terus menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam
di mulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya juga dapat ditemukan
berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan
elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardi, mata cekung dan icterus.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan ibu pernah mengalami hyperemesis gravidarum
sebelumnya
Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga
5. Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
6. Riwayat Menstruasi
Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun
Siklus 28-30 hari
Lamanya 5-7 hari
Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari
20
Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala,
dan muntah
7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu
makan
Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan
berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran
8. Data Fisik Biologis
Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum
adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada areola mamae,
terdapat kloasma gravidarum, mukosa membrane dan bibir kering, turgor
kulit buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak pucat dan lemah,
takikardia, hipotensi serta pusing dan kehilangan kesadaran
9. Data Psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa
ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu
yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah
menangis, sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual dan
muntah.Pola pertahanan diriyang digunakan ibu bergantung pada
pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga dan
perawat.
10. Data Sosial Ekonomi
Hiperemesis gravidarum bias terjadi pada semua golongan ekonomi,
namun pada umunya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien hyperemesis gravidarum adalah meliputi :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
21
2. Hipertermi berhubungan dengan iritasi lambung
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual
dan muntah berlebihan.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual dan muntah
2.2.3 Rencana Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
Tujuan: kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi
INTERVENSI RASIONAL
Istirahatkan ibu di tempat yang nyaman Istirahat akan menurunkan kebutuhan
energy kerja yang membuat metabolis-
me tidak meningkat, sehingga tidak
merangsang terjadinya mual dan
muntah
Pantau TTV dan tanda dehidrasi Dengan mengobservasi tanda-tanda
kekurangan cairan dapat diketahui
sejauh mana keadaan umum dan
kekurangan cairan pada ibu.
Tekanan darah turun, suhu meningkat
dan nadi meningkat merupakan tanda-
tanda dehidrasi dan hipovolemia
Catat intake dan output Dengan mengetahui intake dan output
cairan diketahui keseimbangan cairan
di dalam tubuh
Setelah 24 jam anjurkan untuk minum
tiap jam
Minum yang sering dapat menambah
pemasukan cairan melalui oral
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan infus
Pemberian cairan infus dapat
mengganti jumlah cairan elektrolit
22
yang hilang dengan cepat, sehingga
dapat mencegah keadaan yang lebih
buruk pada ibu
2. Hipertermi berhubungan dengan iritasi lambung
Tujuan: suhu tubuh menurun atau kembali normal
INTERVENSI RASIONAL
Pantau Tanda Tanda Vital Mengetahui keadaan pasien
sehingga bias menentu-kan tindakan
selanjutnya
Berikan kompres air hangat Kompres air hangat mmbuat
pelebaran pembuluh darah yang
dapat membantu penguapan
sehingga mengurangi panas
Anjurkan pasien banyak minum Suhu tubuh yang meninggkat
menyebabkan dehidrasi, sehingga
dengan banyak menum dapat
mencegah dehidrasi
Anjurkan untuk beristirahat Mengurangi metabolis-me tubuh
sehingga mencegah suhu tubuh
meningkat
Kolaborasi dalam pemberian obat Pemberian obat dapat menurunkan
panas tubuh
23
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah yang terus
menerus
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tanda-tanda kekurangan
nutrisi
Untuk mengetahui sejauh mana
kekurangan nutrisi akibat muntah yang
berlebihan
Kaji kebutuhan nutrisi ibu Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi
ibu dapat dinilai sejauh mana
kekurangna nutrisi pada ibu dan
menentukan langkah selanjutnya
Setelah 24 jam pertama beri makanan
dalam porsi kecil tapi sering
Makanan dalam porsi kecil dapat
mengurangi pemenuhan lambung dan
mengurangi kerja peristaltic usus serta
memudahkan proses penyerapan
Berikan makanan dalam keadaan
hangat dan bervariasi
Makanan yang hangta diharapkan dapat
mengurangi rasa mual dan makanan
yang bervariasi untuk menambah nafsu
makan ibu, sehingga diharapkan
kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi
Berikan makanan yang tidak berlemak
dan berminyak
Makanan yang tidak berlemak dan
berminyak mengurangi rangsangan
saluran pencernaan, sehingga
diharapkan mual dan muntah berkurang
Anjurkan klien untuk memakan
makanan yang kering dan tidak
merangsang pencernaan (roti kering
dan biscuit)
Makanan kering tidak merangsang
pencernaan dan mengurangi perasaan
mual
24
Berikan ibu motivasi agar mau
menghabiskan makanan
Ibu merasa diperhatikan dan berusaha
menghabiskan makanannya
Timbang BB ibu dengan menimbang berat badan dapat
diketahui keseimbangan berat badan
sesuai usia kehamilan dan pengaruh
nutrisi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan: dapat melakukan aktivitas secara mandiri
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan / kekuatan tonus otot dan
derajat ketergantung-an dalam beraktivitas
Memudah-kan dalam memberi-kan
intervensi yang tepat
Bantu Pasien dalam posisi yang nyaman Peninggian tempat tidur dibagian
kepala dapat mengurangi rasa sakit
mual dan muntah
Mobilisasi ringan Pergerakan ringan akan melatih
kemampuan otot dan mengurangi
rasa bosan dan tidak nyaman, mual
dan muntah
Berikan relaksasi berupa masasse dengan
melibatkan suami
Memperbaiki psikologis klien
dengan mengurangi ketegagan
25
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
Intervensi Rasional
Tentukan kebiasaan tidur Mengidentifikasi intervensi yang tepat
menganjurkan tindakan keperawatan
relaksasi
Membantu menginduksi tidur
Kurangi kebisingan dan lampu Menciptakan situasi kondisif untuk tidur
Beri possisi yang nyaman, Bantu dalam
mengubah posisi
Meningkatkan relaksasi
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny “D”
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM G3P2A0
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG
1.1 Pengkajian
Tanggal masuk : 12 Januari 2013 Tanggal pengkajian : 13 Januari 2013
Pukul : 15.30 WIB Pukul : 19:00 WIB
3.1.1 Identitas
Identitas klien
Nama : Ny. “D”
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa : G3P2A0 Hamil 12 minggu dengan hiperemisis Gravidarum
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perumahan Griya Damai
Hubungan dengan pasien : Suami
27
3.1.2 Pengkajian Pada Klien
Keluhan Utama
Klien mengatakan mual muntah lebih dari 10 kali dalam sehari
Riwayat penyakit saat ini
Klien mengatakan mual dan muntah, badan terasa lemah, sakit kepala
(pusing) dan tidak bisa tidur, penglihatan kadang menjadi gelap dan serta
tidak nafsu makan.
Riwayat Penyakit dahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit keluarga yang
menular, menahun maupun turunan.
3.1.3 Data Umum Kesehatan
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
No Tahun Tipe
Persalinan
Penolong Jenis
Kelamin
BB
Lahir
Keadaan
Bayi
Waktu
Masalah
Kehamilan
1 2007 normal bidan Lk 2700 kg hidup Tidak ada
2 2010 normal bidan Pr 2700 kg hidup Tidak ada
3 2012
2. Riwayat Kehamilan Saat ini
Pemeriksaan ANC : 1 kali
Masalah kehamilan : mual muntah berlebihan
28
BB sebelum hamil : 55 kg
HPHT : 10 november 2012
Tafsiran partus : 17 Agustus 2013
3. Data Umum Kesehatan Saat ini
Status obstetric : G: 3 P: 2 A: 0 H: 12 mggu
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Apatis
BB/TB : 53 kg/ 160cm
Tanda vital : - TD: 100/ 70mmHg Nadi: 84 x/menit
- RR: 22 x/menit Suhu: 37,7 ºC
Masalah Keperawatan : Hipertermi
Kepala leher
- Kepala : bersih, tidak ada hematom
- Mata : simetris, sedikit ikterik
- Hidung : simetris, fungsi penciuman baik
- Mulut : mukosa kering,lidah kotor
- Telinga : simetris, fungsi pendengaran baik
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Dada
- Jantung : - I : simetris
- P: teraba ictus cordis
- P: tidak ada bunyi jantung tambahan
- A: S1 dan S2 normal
- Paru : - I: simetris
- P: tidak ada edema
- P: redup
- A: vesikuler
29
- Payudara : simetris,
- Putting susu : simetris, menonjol, hiperpigmentasi
pada areola
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Abdomen
- TFU : 3 jari di atas syimpisis pubis
- Fungsi pencernaan : kurang baik
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Ekstremitas
- Atas : simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi/ jejas
- Bawah : simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi/ jejas
- kekuatan Otot : EAD 4 EAD 4
EBS 3 EBD 3
Masalah Keperawatan: Intoleransi Aktifitas
Eliminasi
- BAK : normal
- BAB : normal
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
Istirahat dan kenyamanan
- Pola tidur : terganggu ( tidur kurang lebih 5 jam/hari)
- Mobilisasi : terbatas
- Latihan/senam : tidak ada
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola tidur
Nutrisi dan Cairan
30
- Nafsu makan : berkurang (makan per porsi kurang lebih 2-3
sendok).
- Asupan cairan : berkurang (minum kurang lebih 4 gelas/hari).
Masalah Keperawatan: - Defisit Volume Cairan
-Perubahan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Obat-obatan : - Infus D5+ driff neurobion gtt 20 x/m
- T/h oral: mediamer 3x1
- Antasid 3x1
- Paracetamol 3x1
Hasil Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL
HemoglobinL: 14-16 g/dl
11,6 P: 12-14 g/dl
EritrositL: 4,5-5,5 106/ul
4,31 P: 4,0-5,0 106/ul
Lekosit 6500 5.000-10.000/ul
Trombosit 188.000 150.000-400.000/ul
HematrokitL: 40-48 %
36 % P: 40-48 %
Hitung Jenis
Basofil 0 0 - 1 %
Limposit 29 20 -40 %
Monosit 3 2 – 8 %
KIMIA DARAH HASIL NILAI NORMAL
SGOT 17 0 – 35 u/l
SGPT 19 0 – 40 u/l
31
Creatinin 0,6 0,6 – 1,2 mg %
BSS 76 60 – 140 mg %
URINE HASIL NILAI NORMAL
Warna Kuning muda
Kejernihan keruh
pH 5,0 4,5 – 8
Berat Jenis 1,025 1,003 – 1,030
Eritrosit 0 - 1 < 3 / LPB
Lekosit 1 - 2 < 3 / LPB
Epitel 18 - 20 < 3 / LPB
3.2 Prioritas Masalah
1. Defisit volume cairan
2. Hipertermi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Intoleransi aktifitas
5. Gangguan pola tidur
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan iritasi lambung
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual
dan muntah berlebihan.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual dan muntah
32
ANALISA DATA
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Asoka
Hari/ Tanggal : 12 januari 2013
NO Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
1 Ds :
Os mengatakan mual
dan muntah
Do:
- KU : os tampak lemah
TD:100/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 37,7 ºC
- Output cairan : kurang
lebih 250-300 cc
- Intake cairan : 150 cc
Faktor psikologi
peningkatan Stress
estrogen
penurunan
pengosongan lambung
tekanan gaster
emesisi gravidarum
hiperemesisi
gravidarum
tekanan HCG
perubahan
perangsangan HCL
Defisit volume cairan
33
Mual muntah
Pengeluaran cairan
yang berlebihan
Dehidrasi
Hipovolemik
Defisit volume cairan
2 Ds:
Os mengatakan demam
Do:
- KU:Os tampak gelisah
TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 37, 7 oC
-Akral hangat
-Mukosa bibir kering
Faktor psikologi
Faktor organik
alergi
emesisi gravidarum
hiperemesisi
gravidarum
tekanan HCG
perubahan
perangsangan HCL
Mual muntah
Hipertermi
34
Iritasi lambung
Inflamasi
Hipotalamus
merangsang sel point
suhu
Gang. Termoregulasi
Demam
Hipertermi
3 Ds :
Os mengatakan
mual muntah, tidak
nafsu makan
Do :
-KU: os tampak lemah,
- ost tampak tidak meng-
habiskan makanannya
TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 37,7 ºC
Faktor psikologi
Faktor organik
alergi
emesisi gravidarum
hiperemesisi
gravidarum
tekanan HCG
perubahan
perangsangan HCL
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
35
Mual muntah
Anoreksia
Asupan nutrisi in
adekuat
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
4 Ds: Os mengatakan
kesulitan bila melakukan
aktifitas sendiri
Do: KU: os tampak
lemah, aktivitas dibantu
sebagian
TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 37,7 ºC
Faktor psikologi
peningkatan Stress
estrogen
penurunan
pengosongan lambung
tekanan gaster
emesis gravidarum
hiperemesisi
gravidarum
tekanan HCG
perubahan
Intoleransi aktifitas
36
perangsangan HCL
Mual muntah
Kelemahan/kelelahan
Ketidakmampuan
melakukan kegiatan
sehari-hari
Intoleransi aktivitas
5 Ds:
Os mengatakan sulit
tidur
Do:
-Ku : os tampak gelisah
-os tidur kurang lebih 5
jam/hari
Faktor psikologi
peningkatan Stress
estrogen
penurunan
pengosongan lambung
tekanan gaster
emesisi gravidarum
hiperemesisi
gravidarum
tekanan HCG
perubahan
Gangguan Pola Tidur
37
perangsangan HCL
Mual muntah
Iritasi lambung
Inflamasi
Merespon BPH
S.Afferent
Medulla Spinalis
Thalamus
Korteks serebri
Menakan SSP
Mengaktifkan
Reticular Activating
system (RAS)
Katekolamin
Susah tidur
Gangguan pola tidur
38
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Asoka
Hari/ Tanggal : 12 januari 2013
NO DIAGNOSATUJUAN
SMARTINTERVENSI RASIONAL
1 Defisit volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan yang
berlebihan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam,
diharapkan
keseimbangan
cairan tubuh
dapat terpenuhi
dengan kriteria
hasil:
Turhor kulit
normal,
memberane
mukosa lembab,
Observasi
tanda-tanda
vital.
Anjurkan
klien untuk
banyak
minum air
putih kurang
lebih 8 gelas/
hari.
Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
untuk
mencegah
terjadinya
syok
hipovolemik.
air putih akan
membantu
mengurangi
mual muntah
serta
mencukupi
asupan cairan.
untuk
memenuhi
kebutuhan
39
BB stabil, TTV
normal
pemberian
terapi
intravena.
cairan tubuh.
2 Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan
frekuensi mual
dan muntah
berlebihan.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x30 menit
diharapkan
panasnya
berkurang /turun
dengan kriteria
hasil:
Os tampak
tenang dan suhu
kembali normal
anjurkan ibu
untuk makan
sedikit tapi
sering.
berikan
perawatan
mulut
sesering
mungkin dan
menyediakan
tempat
muntah.
Timbang
berat badan
klien setiap
hari
Untuk
merangsang
nafsu makan
dan
mencukupi
kebutuhan
nutrisi secara
bertahap
Rasa bau dan
mulut yang
kotor dapat
membuat rasa
tidak nyaman
dan
mengurangi
nafsu makan
.Untuk
memantau
keberhasilan
intervensi yang
telah diberikan
3 Hipertermi
berhubungan
dengan iritasi
lambung
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
observasi
TTV.
menentu-kan
tindakan
keperawatan
40
2x24
jam,diharapkan
terpenuhinya
kebutuhan nutrisi
yang dibutuhan
tubuh, dengan
kriteria hasil:
Mual munta
berkurang/hilang
, dapat
menghabiskan
porsi yang
diberikan, BB
meningkat/ stabil
sesuai kehamilan
berikan
kompres air
hangat kuku
di daerah
frontalis
anjurkan
banyak
minum air
putih kurang
lebih 8
gelas/hari.
anjurkan
untuk
beristirahat.
kolaborasi
dalam
pemberian
selanjutnya.
mengurangi
peningkatan
suhu tubuh
mencegah
dehidrasi.
mengurangi
metabolis-me
tubuh
sehingga
mencegah
suhu tubuh
meningkat.
untuk
mengurangi
demam.
41
terapi oral
4 Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
kelemahan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
2x.24 jam
diharapkan dapat
menunjukkan
perbaikan
kemampuan
untuk dapat
beraktifitas
secara bertahap,
dengan kriteria
hasil:
Mula muntah
berkurang/hilang
, dapat duduk/
berjalan dan
melakukan
aktifitas ringan
tanpa bantuan,
kekuatan otot
dari lemah ke
sedang
Kaji
kemampuan /
kekuatan
tonus otot dan
derajat
ketergantung-
an dalam
beraktivitas
bantu klien
dalam posisi
yang nyaman
berikan
relaksasi
berupa
masasse
dengan
melibatkan
suami
Memudah-
kan dalam
memberi-kan
intervensi
yang tepat
Peninggian
tempat tidur
dibagian
kepala dapat
mengurangi
rasa sakit
mual dan
muntah
Memperbaiki
psikologis
klien dengan
mengurangi
ketegagan
5. Gangguan pola
tidur
berhubungan
Setelah
dilakukan
intervensi
Tentukan
kebiasaan
tidur
Mengident
ifikasi
intervensi
42
dengan keperawatan
klien tidak
mengalami
gangguan pola
tidur dengan
criteria: Tampak
segar, tidak ada
lingkaran gelap
dibawah mata,
Intensitas
terbangun malam
hari berkurang
menganjurkan
tindakan
keperawatan
relaksasi
Kurangi
kebisingan
dan lampu
Beri possisi
yang nyaman,
Bantu dalam
mengubah
posisi
yang tepat
Membantu
pasien
untuk
dapat tidur
Menciptak
an situasi
kondisif
untuk tidur
Meningkat
kan
relaksasi
43
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Asoka
Hari/ Tanggal : 12 Januari 2013
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON
1 Defisit volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan yang
berlebihan
.
Mengobservasi tanda-
tanda vital .
Menganjurkan klien
untuk banyak minum
air putih kurang lebih
8 gelas/ hari.
Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi
intravena.
TTV klien sudah dikaji
TD: 100/70 mmHg;
Nadi: 84 x/mnt, RR: 22
x/mnt, T: 37,7º C.
Klien hanya mampu
menghabiskan 4
gelas/hari.
IVFD yang diberikan
yaitu D5 500cc drift
neurobion 1 ampul.
2 Perubahan menganjurkan ibu Makanan yang
44
nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan
frekuensi mual
dan muntah
berlebihan
untuk makan sedikit
tapi sering.
memberikan
perawatan mulut
sesering mungkin dan
menyediakan tempat
muntah.
menimbang berat
badan klien setiap
hari
diberikan berupa
makanan kering seperti
biskuit
Klien tampak
kooperatif
Klien tampak
kooperatif BB: 53 kg
3 Hipertermi
berhubungan
dengan iritasi
lambung
Mengobservasi TTV.
Memberikan kompres
air hangat kuku di
daerah frontalis
menganjurkan banyak
minum air putih
kurang lebih 8
gelas/hari.
menganjurkan untuk
beristirahat cukup.
kolaborasi dalam
pemberian terapi oral
paracetamol
Klien kooperatif dan
suhu tubuh mulai
terlokalisir T: 37,2 º C
Klien mau dikompres
di daerah frontalis
Klien hanya mampu
minum air putih kurang
lebih 4 gelas
Klien kooperatif
Terapi yang diberikan
paracetamol
4 Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
kelemahan
mengkaji
kemampuan /
kekuatan tonus
otot dan derajat
ketergantung-an
dalam beraktivitas
klien mampu
melakukan aktifitas
secara mandiri dengan
bantuan alat.
45
membantu klien
dalam posisi yang
nyaman
memberikan
relaksasi berupa
masasse dengan
melibatkan suami
Pasien merasa lebih
baik dari sebelumnya
Klien merasa terbantu
5. Gangguan pola
tidur
berhubungan
dengan mual
dan muntah
menentukan
kebiasaan tidur
menganjurkan
tindakan
keperawatan
relaksasi
mengurangi
kebisingan dan
lampu
memberi posisi
yang nyaman,
Bantu dalam
mengubah posisi
klien kooperatif
pasien mau mengikuti
anjuran keperawatan
pasien lebih merasa
nyaman
pasien mau mengikuti
anjuran
46
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan No. Med. Record :
Ruang : Asoka Hari/ Tanggal : 12 Januari 2013
Tgl DX Shift Pagi Shift Sore Shift Malam
12
Januari
2013
1 S:
Os mengatakan mual
dan muntah
O:
os tampak pucat
TD: 100/70 mmHg
N : 84 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37,7º C
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi
dilanjutkan
S:
Os mengatakan
masih suka mual
dan muntah
O:
Os masih tampak
pucat
TD: 90/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37,5º C
A: masalah sedikit
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
S:
Os mengatakan masih
sedikit pusing
O:
Os masih tampak
pucat
TD: 100/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
2 S:
Os mengatakan
demam
S:
Os mengatakan
masih demam
S:
Os mengatakan masih
demam
47
O:
Os tampak gelisah
TD: 100/70 mmHg
N: 84 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T: 37.7 ºC
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi
dilanjutkan
O:
Os tampak gelisah
TD: 90/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37,5º C
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
O:
Os tampak gelisah
TD: 100/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
3 S:
Os mengatakan masih
mual muntah, tidak
nafsu makan
O:
Os tampak lemah,
seperempat porsi yang
dihabiskan
TD: 100/70 mmHg
N: 84 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T: 37.7 ºC
A:masalah belum
teratasi
P:intervensi dilanjutkan
S:
Os mengatakan masih
mual muntah
O:
Os tampak lemah
TD: 90/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37,5º C
A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
S:
Os mengatakan masih
mual muntah
O:
Os tampak lemah
TD: 100/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37 º C
A: masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
4 S:
Os mengatakan masih
belum kuat
melakukan
S:
Os mengatakan masih
belum kuat
melakukan
S:
Os mengatakan masih
belum kuat
48
aktifitas
O:
Os masih tampak
lemah dan
berbaring
TD: 100/70 mmHg
N: 84 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T: 37.7 ºC
A: maslah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
aktifitas
O:
Os masih tampak
lemah dan
berbaring
TD: 90/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37,5º C
A: maslah
teratasi sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
melakukan aktifitas
O:
Os masih tampak
lemah dan
berbaring
TD: 100/60 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 37 º C
A: masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
5 S :
os mengatakan sulit
tidur
O :
-os tampak gelisah
-os masih sering
muntah
A:masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
S :
os sulit tidur
O:
os tampak tidak
tenang
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
S:
os masih sulit tidur
O:
os muntah tengah
malam
A : masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
49
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan No. Med. Record :
Ruang : Asoka Hari/ Tanggal : 13 Januari 2013
Tgl DX Shift Pagi Shift Sore Shift Malam
13
Januari
2013
1 S:
Os mengatakan
pusing
O:
os tampak pucat
TD: 100/70 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 36, 8 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
S:
Os mengatakan masih
sedikit pusing
O:
Os masih tampak
pucat
TD: 100/60 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 21 x/mnt
T : 36,3 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
S:
Os mengatakan
masih sedikit
pusing
O:
Os masih tampak
pucat
TD: 110/70 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 21 x/mnt
T : 36 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
2 S:
Os mengatakan
demam
S:
Os mengatakan sudah
tidak demam
50
O: Os tampak gelisah
TD: 100/70 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 36, 8 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
O: Os tampak tenang
TD: 100/60 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 21 x/mnt
T : 36,3 º C
A:masalah teratasi
P:intervensi
dihentikan
3 S: Os mengatakan
masih mual muntah
O: Os tampak lemah
TD: 100/70 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
T : 36, 8 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
S:Os mengatakan masih
mual muntah
O: Os tampak lemah
TD: 100/60 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 21 x/mnt
T : 36,3 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
S:Os mengatakan
masih mual muntah
O: Os tampak lemah
TD: 110/70 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 21 x/mnt
T : 36 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
4 S:Os mengatakan
masih belum kuat
melakukan
aktifitas
O:Os masih tampak
lemah
TD: 100/70 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 22 x/mnt
S:Os mengatakan
sudah bisa
melakukan aktifitas
yang ringan
O:Os masih tampak
lemah
TD: 100/60 mmHg
N : 82 x/mnt
RR: 21 x/mnt
S:Os mengatakan
sudah bisa me-
lakukan akifitas
yang ringan
O:Os masih tampak
lemah
TD: 110/70 mmHg
N : 83 x/mnt
RR: 21 x/mnt
51
T : 36, 8 º C
A:masalah teratasi
sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
T : 36,3 º C
A:maslah teratasi
sebagian
P:Intervensi
dilanjutkan
T : 36 º C
A:maslah sedikit
teratasi
P:Intervensi
dilanjutkan
5 S: os sudah mulai bisa
tidur
O: muntah mulai
berkurang
A: masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
S: os mulai bisa tidur
O: cemas berkurang
A: masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutkan
S: os mulai bisa tidur
O: muntah tengan
malam mulai
berkurang
A:masalah teratasi
sebagian
P:intervensi
dilanjutjan
52
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan No. Med. Record :
Ruang : Asoka Hari/ Tanggal : 14 Januari 2013
Tgl DX Shift Pagi Shift Sore Shift Malam
14
Januari
2013
1 S:Os mengatakan
tidak pusing lagi
O: ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
A:masalah teratasi
P:intervensi
dihentikan
KU: baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
Os Pulang pukul
16.00 WIB
-
3 S:Os mengatakan tidak
mual muntah lagi
O: ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
KU: baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
-
53
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
A:masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
Os Pulang pukul
16.00 WIB
4 S:Os mengatakan bisa
melakukan
aktifitas sendiri
O:ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
A:maslah teratasi
P:Intervensi
dihentikan
KU: baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
Os Pulang pukul
16.00 WIB
-
5 S: os bisa tidur
O: muntah tidak lagi
A: masalah teratasi
P:intervensi
dihentikan
KU: baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T : 36,0 oC
Os Pulang pukul
16.00 WIB
54
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. “D” Diagnosa Medis : Hiperemesis Gravidarum
Jenis kelamin : Perempuan No. Med. Record :
Ruang : Asoka Hari/ Tanggal : 14 Januari 2013
NO DIAGNOSA EVALUASI
1 Defisit volume cairan
berhubungan dengan
kehilangan cairan yang
berlebihan
S: klien mengatakan tidak pusing lagi
O: ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T :36 oC
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Hipertermi berhubungan
dengan iritasi lambung
S: klien mengatakan tidak demam lagi
O: ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T :36 oC
55
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
3 Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan
dengan frekuensi mual dan
muntah berlebihan.
S: klien mengatakan tidak mual muntah
lagi dan sudah mau makan
O: ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T :36 oC
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
4 Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
kelemahan
S: Klien mengatakan sufah bias
melakukan aktivitas sendiri
O: ku baik
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
T :36 oC
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
5 Gangguan pola tidur
berhubungan dengan mual dan
muntah
S: os bisa tidur
O:muntah tidak lagi
A:masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
56
BAB IV
PEMBAHASAN
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
secara berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam sehingga mengganggu kesehatan
dan pekerjaan sehari-hari.
Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap
saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. (kapita selekta
kedokteran : jilid 1 ).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida
darah turun.
Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke
jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), sehingga terjadi perdarahan
gastrointestinal.
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara : Memberikan keyakinan bahwa mual
dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
57
setelah kehamilan berumur 4 bulan, Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering, Waktu bangun pagi
jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering arau
biskuit dengan teh hangat, Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak,
Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin,
Usahakan defekasi teratur.
Dari data subjektif yang kami dapatkan dari Ny. “D” 28 tahun dan Tn. “A” 32
tahun yang beralamatkan di Perumahan Griya Damai dengan G3P2A0 Hamil 12
minggu dengan Hiperemisis Gravidarum dan riwayat kehamilan lalu yaitu (tahun
2007 hamil aterm lahir spontan dan ditolong oleh bidan dengan jenis kelamin laki-
laki), (tahun 2010 hamil aterm lahir spontan ditolong oleh bidan dengan jenis kelamin
perempuan), dan tahun 2012 yaitu kehamilan sekarang dilakukan pemeriksaan pada
os dan ada kelainan pada system gastrointestinalnya.
Berikut adalah Diet makanan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum
Tujuan Diet
1. Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
2. Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup
Syarat Diet
1. Karbihidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energy total
2. Lemak rendah, yaitu kuarng lebih 10%dari kebutuhan energy total
3. Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total
4. Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan
dengankeadaan pasien yaitu 7-10 gelas/hari
5. Makananmudah dicerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering
dalam porsi kecil
6. bila makan pagi dan siang sulit dicerna, dioptimalkan makan malam dan
selingan malam
58
7. makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilaib gizi sesuai
dengankeadaan dan kebutuhan gizi pasien
Contoh menu sehari Diet Hiperemesis II
Pagi Siang Malam
Roti panggang
Telur rebus
10:00
Selada buah
Nasi
Perkedel daging panggang
Telur rebus
Soup bayam
Papaya
16:00
Selada buah
biskuit
Nasi
Ayam dan temp, semur
Soup wartel
Pisang
20:00
Roti panggang
teh
Pembagian makanan pada Diet Hiperemesis I
WAKTU BAHAN MAKANAN URT
08:00
10:00
12:00
14:00
Roti panggang
Air jeruk
Gula pasir
Roti panggang
Papaya
Gula pasir
Air jeruk
2 iris
1 gelas
1 sendok
2 iris
2 potong
1 sendok
1 gelas
59
16:00
18:00
20:00
Gula pasir
Papaya
Roti panggang
Pisang
Gula pasir
Air jeruk
Gula pasir
1 sendok
1 potong
2 iris
1 buah
1 sendok
1 gelas
1 sendok
Pembagian makanan sehari Diet Hiperemesisi II dan III
waktu Bahan
makanan
Diet Hiperemesisi II Diet Hiperemesisi III
Berat (g) urt Berat (g) urt
Pagi
10:00
Siang
Roti
Telur ayam
Margarine
Buah
Gula pasir
Biscuit
Beras
Daging
Tahu
Sayuran
Buah
40
50
5
100
10
75
50
50
75
100
2 iris
1 butir
½ sdm
1 ptong sdg
papaya
1 sdm
1 gls nasi
1ptng sdg
½ bh bsar
½ gls
1 ptg sdg
40
50
10
100
10
20
100
50
50
75
100
2 iris
1 butir
1 sdm
1 ptong
sdg
papaya
1 sdm
2 bh
1 ½ gls
nasi
1 ptng sdg
½ bh bsr
60
Malam
20:00
Minyak
Beras
Ayam
Tempe
Sayuran
Buah
Minyak
Roti
Margarine
Gula pasir
75
50
25
75
100
40
5
10
1 gls nasi
1 ptg sdg
1 ptg sdg
½ gls
1 ptg sdg
papaya
2 iris
½ sdm
1 sdm
5
100
50
50
75
100
40
10
10
½ gls
1 ptg sdg
½ sdm
½ gls nasi
1 ptgsdg
2 ptg sdg
½ gls
1 ptg sdg
papaya
Sdm
2 iris
1 sdm
1 sdm
61
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat penulis simpulkan yaitu:
1. Mahasiswa mampu melakukan Pengumpulan data subjektif Ny ”D” umur 28
tahun hamil anak ke 3, Usia kehamilan 12 minggu, ANC 1 kali di Rumah
sakit Bhayangkara dan imunisasi TT tidak dilakukan dan pada pemeriksaan
USG, ibu mengalami Hiperemesis Gravidarum
2. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data Objektif : TD :
120/80mmHg, N : 84 x/menit, RR: 22 x/menit, T : 36 , BB : 50 kg, TB : 160
cm
3. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif yaitu:
Diagnosa: G3P2A0 hamil 12 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum
Masalah: mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam
4. Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan pada ibu : memberitahukan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga dan berkolaborasi dengan dokter
SpOG dan melaksanakan advis dokter seperti memasang IVFD D5+ driff
neurobion gtt 20 x/m, T/h oral: mediamet 3x1, Antasid 3x1
5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi Rumah sakit Bhayangkara Palembang
Diharapkan agar pihak rumah sakit dapat meningkatkan dan
mempertahankan pelayanan asuhan keperawatan baik pada ibu hamil
5.2.2 Saran bagi Institusi STIK Bina Husada Palembang
62
Diharapkan hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
informasi sebagai frekuensi kepustakaan sehingga dapat menunjang
pengetahuan dan wawasan mahasiswa khususnya program studi kebidanan
STIK Bina Husada Palembang.
LAMPIRAN
PROFIL RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG
a. Sejarah
Sejarah singkat keberadaan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang berawal
dari keinginan para anggota Polri, PNS serta Bhayangkara untuk memiliki sebuah
balai pengobatan sendiri yang kemudian diberi nama “ Balai Pengobatan Tri Sakti ˮ.
Pengobatan nama Tri Sakti berasal dari tiga unsur tersebut yang rela menyisihkan
sebagian gaji mereka untuk mendirikan balai pengobatan.
Balai pengobatan ini berdiri tahun 1960 yang terletak di jalan Madang
Palembang, dengan tenaga medis seorang dokter sipil yang bekerja secara sukarela
pada Polri yaitu dr. Ghan Tjiu Ham.
Pada tahun 1963 Balai Pengobatan Tri Sakti diubah menjadi Poliklinik Dinas
Kesehatan Daerah Kepolisian ( DinKesdak ) VI yang kemudian pindah ke Jl. Kol.
Atmo No.9 Palembang. Sebagai Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kepolisian
( Kadiskesdak ) VI yang pertama adalah Mayor ( Pol ) Dr. K,S Pam Budi dengan
dibantu tiga orang dokter dan dua orang pembantu dokter. Dan juga pada tahun
tersebut menjadi Seksi Kesehatan Jasmani dibawah Polda Sumatra Selatan tahun
1972, Mayor. Pol. Dr. K,S Pam Budi diganti oleh Mayor. Pol. Dr. Soeparnoe
kemudian diganti oleh Kapten Pol. Dr. Tarmizi Yahya sebagai pejabat Kadiskesdak
VI. Pada tanggal 1 juli 1975 Dinkesdak VI pindah ke Jalan Jendral Sudirman Km 4,5
Palembang. Pada saat itu pula pengelolaan klinik BersalinDinkes Brimob diserahkan
kepada Sikesdak VI, kemudian atas prakarsa dari Kadin Pol VI Sumbagsel dan
Kasikesjasdak VI Sumbagsel yaitu Mayor. Pol Dr. Tarmizi Yahya ( Alm ) Poliklinik
ini berubah menjadi RS, berdasarkan Surat Keputusan Kaporli No. Pol. S.
Ket/262/VI/89 tanggal 22 juni 1989 diresmikan nama Rumah Sakit Polri, kemudian
63
pada tahun 2000 berubah menjadi Rumah Sakit Bhayangkara TK. VI Polda Sumatera
Bagian Selatan sesuai keputusan Kaporli No. Pol. Skep/1480/XI/2000.
Seiring dengan kebutuhan akan pelayanan bagi anggota Porli dan Pegawai
Negri Sipil, keluarga Polri dan purnawirawan serta masyarakat umum, maka Rumah
Sakit Bhayangkara mengembangkan diri dari segi pelayanan kesehatan yang ada di
Rumah Sakit Bhayangkara Polda Bagian Sumatera Selatan. Pada bulan Oktober 2001
sesuai keputusan Kaporli No. Pol. : Skep/1549/X/2001, Rumah Sakit Bhayangkara
TK. VI Polda Sumatra Selatan diresmikan menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Sumatera Selatan TK. III.
b. Visi dan Misi Organisasi
a) Visi
Terwujudnya pelayanan prima yang terstandarisasi dan sebagai pusat
pelayanan terpadu kecelakaan lalu lintas terbaik di Sumatra Selatan.
b) Misi
Meningkatkan taraf kesehatan anggota polri, PNS dan keluarga serta
masyarakat pada umumnya.
Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan prima.
Memberikan pelayanan terpadu kecelakaan lalu lintas prima.
Penerapan manajemen “ bebas biaya ˮ secara bertahap bagi anggota dan
PNS porli beserta keluarga.
Mendukung tugas operasional kepolisian di polda Sumatra Selatan secara
proaktif.
Meningkatkan mutu sumber daya manusia.
c. PROFIL RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALEMBANG
1. Nama Rumah Sakit : Bhayangkara
2. Kelas Rumah Sakit : Tingkat III
3. Kepala Rumah Sakit : dr. Syamsul Bahar, M.Kes
4. TMT Jabatan : 9 Juni 2011
64
5. Alamat : Jl. Jendral Sudirman KM 4,5 Palembang
30000
6. Kecamatan : Kemuning
7. Kota Madya : Palembang
8. Provinsi : Sumatra Selatan
9. Jumlah Tempat Tidur : 73 TT
10. No. Telepon/Fax : ( 0711 ) 410023
d. Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang adalah untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi pegawai negeri pada porli dan
keluarga, serta masyarakat umum melalui fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan prokduktivitas penerapan praktek
bisnis yang sehat demi :
Tercapainya jasa pelayanan.
Terciptanya produk unggulan dalam bidang pelayanan kesehatan.
Tersedianya SDM bidang kesehatan yang profesional dan berkomitmen.
e. Ringkasan Kegiatan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
Kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
tersendiri dari :
Pelayanan kesehatan rawat inap.
Pelayanan kesehatan rawat jalan.
Pelayanan kesehatan penunjang medik.
Medikal Check Up.
Pusat pelayanan terpadu.
Pelayanan forensik.
f. Budaya dan Motto Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
65
Budaya Rumah Sakit Bhayangkara Palembang dipengaruhi oleh dua hal,
yaitu budaya rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan kepada seluruh pegawai
negeri pada polri dan keluarga serta masyarakat umum dan budaya polri sebagai
dukungan terhadap pelaksanaan tugas – tugas pokok kepolisian. Budaya Rumah
Sakit Bhayangkara Palembang diwujudkan kedalam nilai – nilai yang diterapkan
pada pelaksanaan tugas pokok seluruh personil Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang adapun nilai – nilai yang diwujudkan antara lain :
a. Empati adalah bahwa pada setiap insan personil Rumah Sakit Byangkara
Palembang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap tugas yang
diberikan dan merasakan masalah orang lain dalam lingkungannya bertugas.
b. Tanggap adalah bahwa setiap personil Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
harus peka dan cepat tanggap terhadap lingkungannya sendiri dimana personil
tersebut bertugas.
c. Kebersamaan adalah bahwa kinerja Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
dalam bertugas membangun organisasi tidak tergantung pada perorangan
tetapi pelaksanaan dilakukan dengan kerjasama pada setiap personilnya.
Motto Rumah Sakit Bhayangkara Palembang yakni sebagai berikut :
Kami memberikan pelayanan yang terbaik dengan hati nurani.
Senyum.
Salam.
Sapa.
Sopan
Santun
Siap siaga
66
67