Post on 30-Oct-2014
2.1 Definisi Infark Miokard Akut
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan
arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik
pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi
lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga
mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo;
1997)
2.2 Etiologi Infark Miokard Akut
Infark miokard akut disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan total atau
sebagian oleh emboli dan atau thrombus
Faktor resiko yang menjadi pencetus terjadinya Infark Miokard akut adalah :
1. Faktor resiko yang dapat diubah
a) Mayor merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolimia dan pola makan (diit
tinggi lemak dan tingi kalori).
b) Minor stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) daninaktifitas fisik.
2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a) Hereditas/keturunan
b) Usia lebih dari 40 tahun
c) Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. Sex, pria lebih sering daripada wanita.
2.3 Patofisiologi Infark Miokard AkutProses terjadinya infark
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke
bagian distal terhambat., sel oto jantung bagian distal mengalami hipoksia iskhemik infark,
kemudian serat oto menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi teroduksi
secara total dan menjadi berwarna birui gelap, dinding arteri menjadi permeable, terjadilah
edmatosa sel, sehingga sel mati.Mekanisme nyeri pada AMI
Hipoksia yang terjadi pada jaringan oto jantung memaksa sel untuk melakukan
metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga
merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik
sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan
melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf
aferen, dan dipersepsikan nyeri.
Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :
1. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi
denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di saluran
pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsangf rasa mual / muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah ferifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat,
dan akhirnya yekanan darah meningkat.
2.4 Tanda dan Gejala Infark Miokard Akut
Tanda dan gejala yang timbul pada Infark Mioma akut adalah sebagai berikut.
1. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri,
kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk,
ditekan, tertindik.
2. Takhikardi
3. Keringat banyak sekali
4. Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang
disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal
5. Dispnea
6. Abnormal Pada pemeriksaan EKG (pelajari buku tentang EKG).
2.5 Pengobatan Infark Miokard Akut
A. Vasodilatator
Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah nitroglycerin, baik secara intra
vena maupun sublingual, efek sampingnya yaitu dapat mengurangi preload, beban kerja jantung
dan after load.
B. Antikoagulan
Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja memperpanjang waktu pembekuan
darah, sehingga mencegah thrombus
C. Trombolitik
Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan
dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa digunakan adalah streptokinase, aktifasi
plasminogen jaringan (5-14) dan amistropletase
D. Analgetik
Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat dan
antiloagulan, analgetik pilihan adalah morvin sulfat secara IV
2.6 Fokus Intervensi Keperawatan Infark Miokard Akut
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru.
Setelah dilakukan intervensi diharapkan pola nafas dapat efektif.
Kriteria hasil :
- Dispnea (-), takikardi (-), gelisah (-)
- Sesak nafas hilang
- RR = 18-24 x/menit
- N= 80-100 x/menit
a) Tinggikan kepala semi fowler
b) Berikan O2 tambahan sesuai advis
c) Pasang monitor TD, RR, dan N
d) Catat frekuensi pernafasan
e) Auskultasi bunyi nafas, catat area yang menurun
f) Observasi penyimpangan dada
g) Tekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam/batuk batuk
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard.
Setelah dilakukan intervensi diharapkan klien dapatmengontrol nyeri
Criteria hasil :
- Tampak rileks
- Skala nyeri berkurang
- Klien dapat istirahat
- TD = 110/80 mmHg – 130/90 mmHg
- Hasil EKG normal
- N= 80-100 x/menit
a) Berikan anti angina vasodilatator (nitrogliserin) penyebar adrenergic, antikoagulan, trombolitik,
analgetik
b) Istirahatkan klien
c) Berikan O2 tambahan
d) Pantau hasil EKG ulang
e) Pantau dan observasi respon verbal dan non verbal terhadap nyeri.
3. Penurunan COP berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
Setelah dilakukan intervensi diharapkan curah jantung adekuat.
Criteria hasil:
- Status hemodinamik
- Tidak ada sianosis
- Akral hangat
G. Pathway dan Masalah Keperawatan
Download Pathway Dibawah
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Smetlzer (2002:790) : Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah memperkecil
kerusakan jantung sehingga mengurangi terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil
dengan cara, segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung
tetapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap
mempertahankan fungsi jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan untuk mengurangi
kebutuhan oksigen, sementara tirah baring dilakukan untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
Hilangnya nyeri merupakan indikator utama bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai
keseimbangan.
Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen
Smeltzer dan Bare, 2002:791-802).
a. Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalh nitrogliserin. Nitrogliserin
menyebabkan dilatasi arteri dan vena, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali ke
jantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (viorkload) jantung.
b. Antikoagulan
Heparin digunakan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Dengan
memperpanjang waktu pembekuan darah dapat menurunkan kemungkinan pembentukan trombus
dan akan menurunkan aliran darah.
c. Trombosit
Tujuan trombosit untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk di arteri koroner,
memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark, contohnya steptokinase atau anti streptease,
selain itu pemberi analgetik juga bisa diberikan. Morfin dapat menurunkan tekanan dalam
kapiler paru, mengurangi perembasan cairan ke jaringan paru dan menurunkan kecepatan napas.
Diuretik bisa diberikan untuk vasodilatasi dan penimbunan darah di pembuluh darah perifer,
contohnya furosemide (lasix).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Doenges et alll (2000;84) dasar data pengkajian yang perlu diperhatikan pada
pasien dengan infark miokard adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas
Pasien sering mengalami kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur. Ditandai adanya
takikardia dan dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner, gagal jantung
kronis, masalah tekanan darah dan diabetes mellitus perlu ditanyakan pada pasien. Ditandai
dengan tekanan darah dapat normal atau naik atau turun, nadi dapat normal penuh atau tak kuat
juga bisa lemah tapi kuat, dan disritmia.
c. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri dada yang timbulnya mendadak atau tidak berhubungan dengan aktivitas, tida
hilang dengan istirahat skala nyeri 1-10. Hal ini ditandai dengan wajah meringis, menangis,
merintih. Perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit,
kesadaran.
d. Pernapasan
Pada pasien infark dapat terjadi dispnea, batuk dengan atau tanpa produksi sputum,
riwayat merokok dan pernapasan kronis, ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan,
napas sesak, pucat, sianosis.
Tindakan keperawatan utama pada paisen infark meliputi sebagai berikut (Corwin,
2001:371) :
1) Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigen darah sehingga beban atau jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.
2) Pembahasan aktivitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membantu membatasi luas
kerusakan.
3) Obat untuk menghilangkan nyeri untuk menenangkan pasien juga sebagai vasodilator yang
bekerja menurunkan preload dan afterload, contohnya morfin.
4) Diberikan diuretik untuk mencegah kelebihan volume serta timbulnya gagal jantung kongestif.
.
I. Fokus Intervensi
Diagnosa dan fokus intervensi menurut Doenges et all (2000:86) pada infark miokard adalah :1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner :
Tujuan : tidak ada keluhan nyeri dada atau nyeri dapat terkontrol
Kritera hasil :
a. Menyatakan nyeri dada hilang atau terkontrol
b. Menggunakan penggunaan tehnik relaksasi
c. Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak
Intervensi :
a. Pantau dan catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal dan non verbal, respon hemodinamix.
b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri, lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas dan
penyebaran.
c. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman.
d. Bantuk melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam.
e. Periksa tanda vial sebelum dan sesudah obat narkotik.
f. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
g. Berikan obat sesuai dengan indikasi, contoh analgetik.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan
kebutuhan, adanya iskemia/nekrosis jaringan miokard.
Tujuan : meningkatkan tingkat aktivitas untuk perawatan diri.Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur dengan tekanan darah
dalam batas normal.
b. Kulit hangat, merah muda dan kering.
Intervensi :
a. Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selamat, sesudah aktivitas
sesuai indikasi
b. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri.
c. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejar saat defekasi.
d. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi bila tidak
nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
e. Kaji ulang tanda gejala yang menunjukkan tidak toleransi terhadap aktivitas.
3. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,
irama dan konduksi elektrikal; penurunan preload atau peningkatan tahanan vasukeler sistemik,
otot infark.
Tujuan : kecepatan atau irama jantung mampu mempertahankan curah jantung adekuat
Kiteria hasil :
a. Mempertahankan stabilitas hemodinamik, contoh tekanan darah dan curah jantung.
b. Melaporkan penurunan episode dispnea.
c. Mendemonstrasikan peningkatan toleransi.
Intervensi :
a. Auskultasi tekanan darah dan evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.
b. Pantau adanya murmur atau gesekan dan auskultasi bunyi nafas.
c. Pantau frekuensi jantung dan irama, catat adanya disritmia.
d. Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan cepat.
e. Berikan makanan kecil, mudah dikunyah, batasi asupan kafein; contoh : kopin, coklat.
f. Pantau data laboratorium, contoh enzim jantung, GDA dan elektrolit.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
sekunder akibat vasokontriksi, pembentukan tromboembali.
Tujuan : perfusi jaringan perifer tetap adekuat.
:Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual, contoh kulit hangat dan kering.
b. Nadi perifer kuat, tanda vital dalam batas normal.
c. Tidak ada edema, bebas nyeri atau ketidaknyamanan.
Intervensi :
a. Lihat pucat, sianosis, kulit dingin atau lembab, catat kekuatan nadi perifer.
b. Dorong latihan kaki aktif atau pasif.
c. Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan.
d. Pantau pemasukan dan perubahan haluaran urine.
e. Pantau dan laboratorium, contoh : GDA, BUN, kreatinin, elektrolit.
5. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (ginjal), peningkatan natrium atau retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan biokimia.
Kritera hasil :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan dengan tekanan darah dalam batas normal.
b. Tidak ada distensi vena perifer dan edema dependen, paru bersih.
c. Berat badan stabil
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas untuk adanya krakels.
b. Catat DVJ, adanya edema dependen.
c. Ukur masukan atau haluaran, catat penurunan pengeluaran, hitung keseimbangan cairan.
d. Timbang berat badan tiap hari.
e. Berikan diet natrium rendah.
f. Berikan diuretik, contoh furosemid (lasex).
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan kesehatan, ancaman kehilangan atau kematian.
Tujuan : ansietas berkurang atau teratasi
Kriteria hasil :
a. Mengenal perasaannya, mengidentifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi.
b. Menyatakan penurunan ansietas.
c. Mendemonstrasikan pemecahan masalah positif.
Intervensi :
a. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan dan takut.
b. Orientasikan pasien atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Tingkatkan partisipasi pasien bila mungkin.
c. Dorong pasien atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseoarang berbagai
pertanyaan dan masalah.
d. Berikan periode istirahat, lingkungan tenang.
e. Jawab semua pertanyaan secara nyata, berikan informasi konsisten.
f. Dorong kemandirian, perawatan sendiri dan pembuatan keputusan dalam rencana pengobatan.
g. Dorong keputusan tentang harapan setelah pulang.
h. Berikan anti cemas sesuai indikasi.
Diagnosa dan fokus intervensi menurut Smeltzer dan Bare (2002:800) yaitu :
1. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan kelebihan cairan.
Tujuan : tidak terjadi kesulitan pernapasan.
Kriteria hasil.
a. Tidak merasakan sesak napas.
b. Kecepatan pernapasan tetap dibawah 20 x/menit pada aktivitas fisik dan 16 x/menit saat
istirahat.
c. Warna kulit normal, PaO2 dalam batas normal.
d. Tekanan darah normal, frekuensi jantung 60-100 kali/menit.
Intervensi :
a. Kaji bunyi jantung, bunyi napas tidak normal (terutama crackels) dan intoleransi aktivitas
tertentu dan setiap nyeri dada.
b. Memperbaiki kenyamanan fisik dengan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien,
pastikan bahwa istirahat sudah cukup.
c. Memberikan pengajaran untuk mematuhi diet yang dianjurkan, misalnya mengenai diet rendah
garam, rendah kalori.
d. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : meningkatkan masukan nutrisi
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.
b. Bebas tanda mal nutrisi.
Intervensi :
a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan, integritas mukosa
oral, kemampuan atau ketidakmampuan menelan, riwayat mual muntah.
b. Pastikan pola diit biasa pasien.
c. Awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan periodik.
d. Selidiki anoreksia, mual dan muntah.
e. Dorong dan berikan periode istirahat siang.
f. Rujuk ke ahli diit untuk menetapkan komposisi diit.