Post on 14-Aug-2019
SASTRA ISLAM DAN MODERNITAS
DALAM NOVEL API TAUHID EL SHIRAZY
Tesis
Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister
Program Studi Pengkajian Islam dalam Bidang Sastra Islam
Oleh:
Mohammad Anwar Syi’aruddin
NIM: 21141200000051
Pembimbing:
Prof. Dr. Sukron Kamil, MA
KONSENTRASI BAHASA-SASTRA ISLAM
PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
■
Ull I
2
ABSTRAK
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebuah karya sastra tidak otonom, tidak
berdiri sendiri dan tidak bebas nilai meskipun dengan alasan kebebasan imajinasi
sekalipun. Hal ini karena karya sastra lahir dengan membawa muatan nilai-nilai,
baik kekayaan intelektual mapun keyakinan yang mewarnai kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini pula menegaskan bahwa Islam dan modernitas tidak selamanya
bertentangan. Islam tidak menilai modernitas sebagai sebuah kemunduran
melainkan menjadi syarat penting dalam merubah cara pandang kaum Muslimin
dalam mendorong munculnya kehidupan modern yang ditenggarai dengan
munculnya kapitalisme, sistem yang berbasis industri dan pola pikir yang mengarah
pada rasionalisasi, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan yang merupakan salah
satu basis lahirnya sekulerisme.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Studi terhadap novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy, novel sejarah berbalut roman yang
memuat ringkasan sejarah hidup seorang tokoh terkenal asal Turki Badiuzzaman
Said Nursi. Peristiwa-peristiwa yang disajikan di dalam karya tersebut adalah
bagian-bagian yang mengandung ringkasan sejarah perjuangan hidup Said Nursi
dalam menghadapi tantangan modernitas dalam dunia Islam.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan Sholeh Suaidi (2014), dan
Ahmad Norma (2007) dalam tulisannya yang mengatakan bahwa modernisasi
bukanlah sebuah esensi yang bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam selama
masih mengacu pada ajaran Islam. Rasionalisasi adalah metode yang sejalan
dengannya dalam mendorong umat Islam untuk bisa bersikap kritis dan
meninggalkan taqlid. Kemajuan Islam tidak akan terjadi dengan menolak kemajuan,
melainkan dengan mengakomodasinya dan menyelaraskannya dengan nilai-nilai
spiritual ajaran dari Al-Qur’an. Kemudian Ikwan Setiawan (2011) dalam
penelitiannya yang menyimpulkan bahwa poskolonialitas masyarakat desa
menjadikan lokalitas semakin kompleks dengan kehadiran modernitas yang menjadi
warga baru bagi kehidupan tradisional masyarakat.
Berbeda dengan Try Astutik Haryati (2011) dan Aprinus Salam (2014)
dalam tulisannya yang mengatakan bahwa manusia modern adalah manusia yang
mengalami kehampaan spiritual, kehampaan makna dan legitimasi hidup serta
kehilangan visi dan mengalami keterasingan. Krisis eksistensial yang dialami
manusia modern mengakibatkan masyarakat dapat kehilangan dimensi terhadap
lingkungannya maupun dimensi transendental. Proyek modernisasi merupakan
proyek yang cacat dan tidak mampu beradaptasi dengan tradisi secara anggun.
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan menggunakan
pendekatan sosiologi sastra. Adapun hasil dari penelitian ini akan menjawab
permasalahan utama, yaitu tentang Islam dan modernitas yang digambarkan El
Shirazy dalam novel Api Tauhid.
Kata kunci: Sastra, Islam, Modernitas, Said Nursi, Novel Api Tauhid.
3
ملخص البحث
، وال يكون خاليا من القيم، بذاتويتبني ىذا البحث أن العمل األديب ليس عمال مستقال، ال يقوم وذلك ألن األديب تولد مع كونو متضمنا علىتلك القيم، سواء .أساس حرية التخييل على الرغم من وجود
كد أيضا أن اإلسالم ىو كثريا مبا ؤىذه الدراسة ت. كانت الثروة الفكرية اواالعتقادية، الىت تلون احلياة اليوميةاإلسالم ال يعترب احلداثة على أهنا نكسة ولكن مطلب مهم لتغيري وجهة نظر املسلمني .يتماشى مع احلداثة
يف تشجيع نشوء احلياة احلديثة اليت حتسب اهنا ظهرت بظهور الرأمسالية، وىو نظام يقوم على الصناعة .النية، وال سيما يف جماالت العلوم اليت ىي احدى القواعد لوالدة العلمانيةقوطريقة الفكر اليت تتسم بالع
دراسة على رواية روح التوحيد حلبيب الرمحن الشريازي، رواية تارخية . ىذا البحث حبث نوعي .رومانسية حتتوي على موجز تاريخ حياة الشخصية الشهرية من أصل تركي بديع الزمان سعيد النورسي
األحداث املعروضة يف ىذه الرواية ىي حملاتتحمل موجز تاريخ نضال وحياة سعيد النورسي يف مواجهة .حتديات احلداثة يف العامل اإلسالمي
يف مقالتهما من أن (2007)، وأمحد نورما (2014) مع صاحل السعيدي مشتكةىذا البحثان . التحديث ليس جوىرا يتعارض معالتعاليم األساسية لإلسالم طاملا أنو يعتمد على تعاليم اإلسالم
العقلنة ىي األسلوب الذي يتماشى معها يف تشجيع املسلمني لتكونوا قادرين على النقد العلمي وترك . تقدم اإلسالم ال يتحقق برفض التقدم، ولكن باستيعاهبو تطويعو على القيم الروحية لتعاليم القرآن.التقليد
يف حبثو الذي خلص إىل أن القرويني بعد االستعمار جيعلون احملليات أكثر (2011)مث إخوان سيتياوان .تعقيدا بسبب وجود احلداثة اليت أصبح طارئا جديدا حلياة اجملتمع التقليدية
يف مقالتهما من إن اإلنسان (2014) وافرنو السالم (2011)خيتلف عن تري استوتك حريىت املعاصر ىو االنسان الذي يعاين من فراغ روحي، وخلو من املعت و من شرعية احلياة، جبانب فقدان الرؤية
إن األزمة الوجودية اليت يعاين منها االنسان املعاصر ميكن ان جتعال جملتمع يفقد .املستقبلية والشعور بالغربةمشروع التحديث ىو مشروع معاق وغري قادر على التكيف مع .البعد البيئوي فضال عن البعد املتسامي
.التقاليد بأمانوستكون نتائج ىذا البحث طريقة حتليل احملتوى باستخدام منهج العلم االجتماعي األديب،تبعي
ىذا البحث إجابة على املشكلة الرئيسية، وىي عبارة عن اإلسالم واحلداثة كما وصفها الشريازي يف رواية .روح التوحيد
.األدب، اإلسالم، احلداثة، سعيد النورسي، رواية روح التوحيد :كلمات البحث
4
ABSTRACT
This study shows that a literary work is not autonomous, not independent
and does not value-free in spite of the argument of imagination freedom. It is
because the literature was born with values, both intellectual property and
confidence that characterizes everyday life. This study also becomes an affirmation
that Islam is in line with modernity. Islam did not assess modernity as a
deterioration but as an important requirement for change Muslims perspective in
encouraging the emergence of modern life that is suspected by the emergence of
capitalism, industry-based system and the way of think that leads to
rationalization, particularly in the fields of science which become the basis of
secularism.
This is a qualitative research. It exploresthe novel Api Tauhid, a historical
novel wrapped in romance which contains a summary of the historical life of
Turkish famous figures, Bediuzzaman Said Nursi, which is written by
Habiburrahman El Shirazy. The events which are presented in this works partly
contain the summaryof the history oflife struggle of Said Nursi in facing the
challenges of modernity in the Islamic world.
This study has similarities with Sholeh Suaidi (2014) and Ahmad Norma
(2007) which argues that modernization is not an essential that against the basic
teachings of Islam. Rationalization is a method which is in line with it in order to
encourage Muslims to be able to be critical and leave taqlid. The progress of Islam
will not occur by refusing it, but rather by accommodating and aligning them with
the spiritual values of the Qur'an. This study also in line with Ikwan Setiawan
(2011) who concluded that the postcoloniality of rural communities makes
localities become more complex with the presence of modernity by becoming new
residentsof the traditional life of society.
This study in contrast to Astutik Try Haryati (2011) and Aprinus Salam
(2014) which says that a modern man is a man who suffered spiritual emptiness,
void of meaning and legitimacy of life as well as loss of vision and experiences of
alienation. The existential crisis experienced by modern man can make the society
lose dimension to the environment as well as the transcendental dimension. The
project of modernization is a project that handicapped and unable to adapt to the
tradition gracefully.
This study used the content analysis method with a sociological approach
to the literature.The results of this study will answer the main problem of research,
about the Islam and modernity which is described by El Shirazyin his novel, Api Tauhid.
Keywords: Literature, Islam, Modernity, Said Nursi, Novel Api Tauhid.
5
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
Huruf
Arab Nama Huruf Latin
Huruf
Arab Nama
Huruf
Latin
Alif اTidak
dilambangkan }T{a T ط
}Z>{a Z ظ Ba B ب
…’… ain‘ ع Ta T خ
Gain G غ |S|\ S ث
Fa F ف Jim J ج
Qaf Q ق }H{a H ح
Kaf K ن Kha Kh ر
Lam L ل Dal D د
Mim M و |Z|al Z ر
Ra R Nun N س
Zai Z Wau W ص
Sin S Ha H س
..…‘ Hamzah ء Syin Sy ش
S{ad S{ Ya Y ص
}D{ad D ض
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fath{ah A a
Kasrah I i
D{ammah U u
6
2. Vokal Rangkap
Tanda dan huruf Nama Gabungan huruf Nama
... Fath{ah dan ya ai a dan i
… Fath{ah dan wau au a dan u
C. Maddah
Harkat dan
huruf Nama
Huruf dan
tanda Nama
... ا ...Fath{ah dan alif
atau ya a> a dan garis di atas
...... Kasrah dan ya i> i dan garis di atas
..... D{amah dan wau u> u dan garis di atas
D. Ta marbut}ah
Transliterasi ta’ marbutah ditulis dengan ‚h‛ baik dirangkai dengan kata
sesudahnya maupun tidak contoh mar’ah (يشأج) dan madrasah (يذسسح).
Contoh : al-madinah al-munawwaroh (انذيح انسج)
E. Shaddah
Shaddah/tasydi>d di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf
yang sama dengan huruf bersaddah itu.
Contoh: Rabbana (ستا)
F. Kata Sandang
Kata sandang di dalam sistem penulisan Arab dilambangkan dengan huruf
Kata sandang dalam transliterasinya dibedakan antara yang diikuti oleh . ال
syamsiah dan yang diikuti oleh qamariah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf
syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Adapun kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan
di depan dan sesuai dengan bunyinya.
Contoh: ar-rahma>n (انشد), al-kita>bu (انكتاب)
G. Pengecualian Transliterasi
Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa
Indonesia, seperti هلل, asma>’ al-husna> dan ibn, kecuali menghadirkannya dalam
konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam penulisan.
7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
vi ........................................................................................................... يهخص انثذج
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 8 C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 8 D. Perumusan Masalah ............................................................................. 8 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 8 F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9 G. Metodologi Penelitian ......................................................................... 14 H. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 19
BAB II ISLAM, MODERNITAS DAN KARYA SASTRA ............................ 21
A. Islam dan Modernitas .......................................................................... 21
1. Konsep Modernitas ....................................................................... 22
2. Ukuran Modernitas ....................................................................... 25
3. Nilai-nilai Fundamental Modernitas ............................................. 29
4. Isu-isu Kontemporer dari Islam dan Modernitas .......................... 32
B. Islam dan Sastra Kontemporer ............................................................ 38
1. Sastra Sebagai Kebudayaan dalam Pandangan Al-Qur’an ........... 39
2. Konseptual Sastra Islam ............................................................... 40
3. Sastra Islam di Indonesia .............................................................. 44
BAB III BIOGRAFI EL SHIRAZY DENGAN INTERTEKSTUALITAS
NOVEL ................................................................................................ 48
A. Biografi Habiburrahman El Shirazy .................................................... 48
1. Kehidupan Keluarga dan Tempat Tinggal El Shirazy .................. 48
2. Pendidikan dan Proses Awal Kepengarangan El Shirazy ............. 49
3. Karya-karya El Shirazy ................................................................. 52
B. Intertekstualitas dan Intrinsikalisasi Novel Api Tauhid ..................... 54
1. Analisis Makna Intertekstual ........................................................ 54
2. Intrinsikalisasi Novel .................................................................... 56
a. Penokohan (as-syakhs}iyya>t) ................................................... 57
b. Alur/Plot (al-h}abakah) ............................................................ 70
8
c. Latar/setting (al-bi>’ah) ........................................................... 72
d. Tema (al-fikrah, at-taus}iyah, al-maud}u>’) ............................... 83
e. Gaya bahasa (uslu>b) ................................................................ 88
BAB IV STUDI TERHADAP NOVEL API TAUHID EL SHIRAZY:
MELIHAT SISI ISLAM DAN MODERNITAS ................................. 94
A. Kesesuaian Islam dan Modernitas ....................................................... 94
1. Islam dan Rasionalitas .................................................................. 95
2. Islam dan Ilmu Pengetahuan ......................................................... 105
3. Islam dan Politik ........................................................................... 108
B. Kritik Islam atas Modernitas ............................................................... 110
1. Aktualisasi Pengembangan nilai Fundamental Modernitas ......... 110
a. Penegakkan moral, Keadilan, dan Tanggung jawab ............... 110
b. Pentingnya Perencanaan, Etos kerja dan Profesionalisme ..... 114
2. Islam dan Isu Kontemporer Modernitas ....................................... 116
3. Dampak dari Modernisasi ............................................................. 123
C. Sisi Bahasa dan Sastra Arab dalam Novel .......................................... 126
1. Pengutipan Ayat Al-Quran ........................................................... 126
2. Kata Serapan dan Transliterasi Arab ............................................ 140
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 145
A. Kesimpulan .......................................................................................... 145
B. Rekomendasi ........................................................................................ 146
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 1 47
GLOSARI ........................................................................................................... 155
INDEKS .............................................................................................................. 158
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 160
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu yang menjadi perdebatan cukup sengit saat ini adalah hubungan
Islam dengan modernitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi ciri
modernitas telah berkembang pesat di dunia Barat dan sebaliknya tidak
berkembang dengan baik di dunia Timur, termasuk negara-negara Muslim1.
Kekalahannya di bidang Iptek disebut sebagai biang terjadinya kolonialisme yang
melahirkan sikap beragam terhadap modernitas di kalangan Muslim. Dalam hal ini,
ada sebagian kalangan menolak modernitas karena merupakan produk Barat yang
menjadi musuh Islam. Modernisasi dipandang sebagai westernisasi yang
berlawanan dengan Islam. Namun ada pula yang menerima modernitas sebagai cara
untuk sejajar dengan Barat dan westernisasi sebagai syarat untuk mencapainya.
Ada pula yang menerima modernitas sebagai cara untuk maju tapi menolak
westernisasi sebagai syaratnya.2
Al-Attas mengungkapkan bahwa tantangan terbesar kaum muslimin dalam
menghadapi tantangan modernisasi ditandai dengan telah merasuknya ilmu
pengetahuan modern yang tidak netral ke dalam praduga-praduga agama, budaya
dan pikiran.3 Termasuk dalam bidang teknologi banyak memberikan dampak
negatifnya, misalnya adanya internet. Banyaknya bermunculan jasa penyedia akses
internet di Indonesia, berdampak terhadap banyaknya tindakan amoral dan kriminal
dimana-mana. Hal itu dikarenakan setiap orang dengan mudah mendapatkan info
dari seluruh dunia, sehingga kehadiran internet telah menimbulkan banyak
kerusakan moral bagi suatu bangsa, meskipun tidak menampikan bahwa adanya
internet dapat pula menunjang terhadap peningkatan sumber daya manusia.4
Dengan semakin mudahnya mengakses pola kehidupan dunia luar, menjadi
penyebab timbulnya akulturasi suatu budaya dengan budaya lain.
1Menyangkut hubungan Islam dan negara, ada tiga model yang berkembang, yaitu
tetap mempertahankan Islam sebagai dasar negara seperti Mesir dan Sudan; menolak sama
sekali otoritas Islam sebagai dasar negara seperti Tunisia dan Turki; dan tidak menjadikan
Islam sebagai dasar negara secara formal tetapi hanya menggunakan prinsip-prinsip Islam
sebagai dasar dalam bernegara seperti Indonesia dan Malaysia. Lihat tulisannya Nur Rofiah
dalam bukunya Sükran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Usmani menjadi Turki yang diterjemahkan oleh Sugeng Haryanto dan Sukono
tahun 2007. 2Sükran Vahide, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti
Usmani menjadi Turki, (Terj. Sugeng Haryanto dan Sukono), (Jakarta: Anatolia, 2007),
xvii. 3Abdul Kadir, ‚Islamisasi Kurikulum dan Metode Ilmu Pendidikan Islam (Menurut
Konsep Naquib Al-Attas)‛, pp. 1-32, 28. Diakses pada 12 Mei 2015. 4Muhammad Saad, ‚Pengaruh Modernisasi di Belahan Dunia‛, 2015. diakses pada 12
Mei 2015, dari http://saad-saads.blogspot.com/p/pengaruh-modernisasi-di-belahan-
dunia.html.
10
Fenomena tersebut lebih banyak dipicu oleh kesadaran interioritas umat
Islam terhadap superioritas bangsa lain, karena mereka menyadari akan
ketertinggalan dari bangsa-bangsa Barat yang dinilai lebih maju. Padahal,
ketertinggalan tersebut hanya dari segi-segi yang bersifat materialis, baik itu
teknologi, ekononomi, maupun pendidikan.5 Modernisme islam telah
menghancurkan islam indonesia. Karena kehadirannya telah memecah belah islam
yang sudah mengakar kuat dan dinamis dalam setiap tradisi yang hidup di tengah-
tengah masyarakat Indonesia. Ada pandangan baru yang didasarkan pada ideologi
modernisme, yakni islam yang dianggap murni atau asli dan ada islam yang
dianggap sesat atau menyimpang. Nilai-nilai dan tradisi islam yang sudah ratusan
tahun hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia di goncang dengan
ideologi-ideologi baru semenjak munculnya modernism.6
Kini muncul gerakan islamisasi sains sebagai respon terhadap
berkembangnya teknologi dan budaya Barat. Islamisasi sains dimulai dengan
membongkar sumber kerusakan ilmu. Ilmu-ilmu modern diperiksa ulang dengan
teliti. Itu sebabnya, al-Attas mengartikan islamisasi sebagai pembebasan manusia
dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional (yang bertentangan dengan
Islam) dan dari belenggu paham sekuler terhadap pemikiran dan bahasa. Ada dua
cara metode islamisasi yang paling berhubungan dan sesuai urutan; pertama ialah
melakukan proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang
membentuk kebudayaan dan peradaban barat; kedua, memasukan elemen-elemen
Islam dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan. Dengan demikian, islamisasi sains akan membuat umat Islam
terbebas dari belenggu hal-hal yang bertentangan dengan Islam. Islamisasi
melindungi umat Islam dari sains yang menimbulkan kekeliruan dan
mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya.7 Masyarakat Islam harus
mampu mengejar ketertinggalan dari masyarakat dunia. Akan tetapi, perlu difahami
bahwa penyempurnaan perubahan tidak selalu bertumpu pada gerak maju
mundurnya perspektif dunia Barat.
Secara historis, proses modernisasi di kalangan umat Islam sudah cukup
berlangsung lama. Studi modernisasi di dalam Islam sering memuat dikotomi yang
tidak bertanggung jawab; ada yang mempertentangkan tradisi lawan perubahan,
fundamentalisme lawan modernisme, dan sebagainya.8 Bahkan, selain yang
menolak ada pula yang menerima meskipun dengan beberapa catatan. Seperti
Ahmad Norma (2007) yang memberikan penjelasan dan penegasan pada artikelnya
dengan menyebutkan bahwa kemajuan Islam tidak akan terjadi hanya dengan
5Halimah Dja’far, ‚Modernisasi Keagamaan Islam Di Indonesia (Tela’ah Pemikiran
A. Mukti Ali ‛, Kontekstualita Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 21 No. 2,
Desember 2006, 36. 6A. Sunarto AS, ‚Paradigma Nahdhatul ‘Ulama terhadap Modernisasi‛, Jurnal
Sosiologi Islam, Vol.3, No.2, Oktober 2013, 52. Diakses pada tanggal 15 September 2015. 7Abdul Kadir, ‚Islamisasi Kurikulum dan Metode Ilmu Pendidikan Islam (Menurut
Konsep Naquib Al-Attas)‛, 29. Diakses pada 12 Mei 2015. 8John L. Esposito, Islam and Politics: Islam dan Politik (Alih Bahasa oleh H.M.
Joesoef Sou’yb), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), 298.
11
menolak kemajuan, melainkan dengan menerimanya kemudian mengakomodasi dan
menyelaraskannya dengan nilai-nilai spiritual ajaran dari Al-Qur’an.9
Modernisasi bukan harus ditakuti, justru dapat dijadikan kesempatan untuk
mengembalikan kejayaan Islam dan menempatkan peranan Islam dalam posisi yang
terhormat dalam pentas peradaban modern.10
Modernisasi sebagai upaya untuk
melakukan pembaharuan kembali, khususnya dalam ilmu pengetahuan. Ahmad
Sahidah (2010) dalam tulisannya mengutip perkataan Anthony Giddens yang
menyatakan bahwa kehadiran modernitas akan menghancurkan suatu tradisi.11
Dengan demikian, modernisasi akan menjadi salah satu hal penting dalam merubah
sebuah tradisi, tentunya tradisi-tradisi yang lama, kuno, dengan cara-cara yang
lebih baru dalam kehidupan manusia, guna meningkatkan kualitas keilmuan.
Modernitas yang dimaksud dalam hal ini adalah gerakan-gerakan Barat
dalam memajukan ilmu pengetahuan yang cenderung terus berkembang, sedangkan
umat Islam masih banyak yang berpikir dan menganggap bahwa gerakan
modernitas hanya akan mengiris nilai-nilai ajaran Islam. Realitas seperti itu selaras
dengan kondisi yang dihadapi Said Nursi pada masanya. Sebagai antisipasinya, ia
mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan menggunakan metode-metode baru dan
cara-cara modern dalam memandang sebuah realitas. Perhatian dirinya terhadap
ilmu pengetahuan, memunculkan keinginannya untuk menciptakan sebuah
pendidikan dengan sistem pendidikan yang bersepadu antara ilmu-ilmu umum
dengan ilmu agama. Kondisi saat itu, sedang memasuki masa baru yang mengarah
menuju perubahan. Ilmu sains dan ilmu mantik memiliki peran yang sangat penting
dalam lahirnya peradaban baru.12
Tulisan ini akan menguraikan keterkaitan antara Islam dengan modernitas
di dalam novel Api Tauhid. Novel ini adalah dikategorikan sebagai sastra Islam,
sastra yang memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Munculnya
sastra Islam memiliki peran sebagai pembaharu dalam ilmu pengetahuan dan
pendidikan.13
Di dalam sastra tersebut hadir perpaduan antara nilai-nilai ajaran
9Ahmad Norma Permata, ‚Terbelah Di Simpang Sejarah: Islam dan Modernitas
Menurut Fazlur Rahman, Isma’il Raji Al-Faruqi, dan Sayyed Hossein Nasr‛, Maarif Vol. 2,
No. 4, Juni 2007, 35. 10
Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), 63.
11Ahmad Sahidah, ‚Menemukan Islam Otentik: Menggugat Tradisi dan Modernis‛,
Kontekstualita Vol. 25, No. 2, 2010, 178. 12
Lihat http://www.malaysianur.com/sekilas-kehidupan-said-nursi/. Diakses pada
tanggal 26 April 2015. 13
Sampai saat ini istilah sastra Islam merupakan sebuah konsep yang cukup
mendapatkan respon yang besar dari banyak kalangan, terutama para seniman dan para
penyair. Namun, belum nampak kemajuan dalam pembahasannya. Adapun respon yang
cukup luas tertuang dalam sebuah Muktamar Islam dalam mengkategorikan sebuah sastra
Islam. Muktamar Islam ini untuk al-Adab al-Islamy, yang dilaksanakan dalam tiga kali
muktamar. Pertama dilaksanakan di India, kedua di Universitas Madinah Saudi Arabia dan
ketiga di Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud Riyad. Muktamar-muktamar ini
melahirkan badan Sastra Islam tingkat Internasional yang diberi nama Rabithah al-Adab al-Islamy al-Alamy yang diketuai oleh Ulama Besar India Syaikh Abu al-Hasan Ali al-Hasany
12
agama dengan budaya, pendidikan, moralitas dan unsur estetika.14
Dalam berbagai
budaya, sastra memang sangat berkembang karena sering terjalinnya hubungan
dengan pemikiran agama, praktik, institusi dan simbolisme.15
Lahirnya sebuah fiksi
Islam sebagai upaya untuk membangun ruang alternatif bagi para penulis Muslim
yang meyakini bahwa menulis merupakan bagian dari upaya penyebaran nilai-nilai
ajaran Islam. Sehingga, diyakini bahwa penyebaran karya sastra adalah salah satu
bagian dalam upaya pencerahan nurani masyarakat.16
Di era globalisasi sekarang ini, peran sastra sangat memberikan dampak
positif. Bahkan manfaatnya banyak dirasakan oleh khalayak umum. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam karya sastra cukup diperlukan oleh masyarakat. Studi sastra
sebagai salah satu studi dalam meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan.
Widyasari Listyowulan (2010) misalnya, dalam tesisnya mengutip perkataan
Robert Redfield yang mengatakan bahwa menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan,
mitos, agama, seni, dan sastra merupakan bagian dari budaya dan cara-cara dalam
memahami sebuah peradaban dengan menyeluruh.17
Kajian sastra adalah salah satu
bagian yang berarti dalam era industri kreatif, sehingga sebuah karya sastra perlu
untuk tetap diberi tempat terhormat dan menyenangkan, agar di era yang makin
profit oriented ini, karya sastra tetap dapat ikut menjaga masyarakat dan bangsa
untuk tetap berbudaya.18
Setiap karya sastra walaupun sebagian ceritanya mengandung kisah
percintaan, tetapi jika terdapat nilai-nilai ideologi, moral dan kemanusiaan di
dalamnya, maka sastra tersebut akan tetap menjadi sastra yang berbobot dan lebih
bersifat abadi.19
Kehadiran karya sastra yang merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat,20
secara umum akan mampu menunjukkan hal-hal yang serius bukan
hanya fungsi melainkan substansi kehidupan.21
Nicholas M. Gaskill menyebutkan
al-Nadawy yang kemudian tahun 1994 diterbitkanlah Jurnal al-Adab al-Islamy. Lihat
Wildana Wargadinata, ‚Dilema Konsep Sastra‛, 54. Dalam ejournal.uin-malang.ac.id.
Diakses pada tanggal 25 September 2014, pukul 10.29 WIB. 14
Puji Santoso dkk, Sastra Keagamaan dalam Perkembangan Sastra Indonesia: Puisi 1946-1965, (Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2004), 1.
15Larry D. Bouchard, ‚Religion and Literature: Four Theses and More‛, Religion &
Literature, Vol. 41, No. 2 (summer 2009), pp. 12-19, p. 12. Diakses pada 27 Agustus 2014
dari http://www.jstor.org/stable/25676882. 16
Ahmadun Yosi Herfanda, Sastra dalam Era Industri Kreatif, (Makalah Pelengkap
untuk Kongres Bahasa Indonesia, 2013), 6. 17
Widyasari Listyowulan, Narrating ideas of Religion, Power, and Sexuality in Ayu Utami’s novels: Saman, Larung, and Bilangan Fu, (Thesis, Faculty of the Center for
International Studies of Ohio Uniersity, 2010), 9. 18
Ahmadun Yosi Herfanda, Sastra dalam Era Industri Kreatif, 12. 19
Moh. Syarifudin, ‚Sastra Qur’ani dan Tantangan Sastra Islam di Indonesia‛, Conference Proceedings, Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS XII),
1274. Diakses pada 13 Desember 2014. 20
Rachmat Djoko Pradopo, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya, 2003), 59. 21
Serafin Roldan-Santiago, Thematic and Structural Functions of Folklore in
Caribbean Literature: The Case of the "Written" and the "Oral", Journal of Caribbean
13
bahwa sastra tidak dapat dikatakan benar atau salah, karena itu adalah hasil kreatif
seorang pengarang yang diciptakannya sebagai nilai tawar bagi masyarakat.22
Hubungan tersebut membuktikan bahwa teks sastra merupakan
transformasi dari hasil pemikiran pengarangnya yang sudah pasti memiliki kaitan
dengan unsur-unsur di dalam dan di luar sastra.23
Hal ini, jelas menunjukkan bahwa
sastra memerlukan ilmu bantu. Jika dikaitkan dengan ilmu lain maka akan semakin
bernilai baik. Sekaligus menepis anggapan yang mengatakan bahwa suatu teks
sastra adalah sebuah benda budaya yang bersifat otonom, tanpa harus bergantung
pada apapun yang berada di luar teks sastra, baik itu alam sekeliling maupun
pengarang.24
Semakin meluasnya ajaran Islam, khususnya dalam dunia sastra diwarnai
dengan lahirnya banyak karya sastra, salah satunya adalah novel.25
Novel-novel
yang memiliki kecenderungan ideologi dan ruh keagamaan yang kuat. Novel yang
merupakan ekspresi kehidupan manusia yang dapat dimanfaatkan sebagai media
hiburan juga sebagai media pendidikan, yang memiliki berbagai macam nilai; nilai
politik, budaya, ekonomi, sosial dan agama.26
. Imaji seseorang menjadi daya pikir
dalam membayangkan atau menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan
kenyataan atau pengalaman seseorang.
Literatures, Vol. 4, No. 1 (Fall 2005), h. 4. pp. 1-9. Diakses pada 30 September 2014 dari
http://www.jstor.org/stable/40986166. 22
Nicholas M. Gaskill, ‚Experience and Signs: Towards a Pragmatist Literary
Criticism‛, New Literary History, Vol. 39, No. 1, Remembering Richard Rorty (Winter,
2008), pp. 165-183, p. 170. Diakses dari http://www.jstor.org/stable/20058059, pada 27
Agustus 2014. 23
Lucien Goldman, ‚The Genetic Structuralist Method In The History Of
Literature‛, Towards A Sociology Of The Novel. Trans. Alan Sheridan (London: Tavistock,
1975). 24
Naser Al-Hujelan, ‚Formalism and Early Structuralism 1914-1940‛, Summer, Vol.
1 (2004), 5. Ruth Ronen, Possible Word in Literary Theory (USA: Cambridge University
Press, 1994). 25
Novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiyah berarti sebuah barang
baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai sebuah cerita pendek dalam bentuk prosa.
Istilah novella memiliki pengertian yang sama dengan istilah novelette (Inggris) yang
berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan yang mengemukakan sesuatu
secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak
mengedepankan permasalahan yang kompleks. Suatu jenis sastra yang sejak awal periode
lebih banyak mengetengahkan permasalahan-permasalahan sosial, budaya politik, termasuk
menyangkut masalah keagamaan. Salah satu karya sastra yang merupakan hasil imajinasi
manusia yang bersifat indah yang dapat menimbulkan kesan yang indah pada jiwa
pembacanya. Lihat Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2007), 9. 26
Vivi Wulandari, Nurizzati, Zulfadhli, ‚Perbadingan Religiusitas Tokoh Mualaf
dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Novel Ternyata Aku
Sudah Islam Karya Damien Dematra‛, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol.
1 No. 1, September 2012), 247. Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2001), 132.
14
Dewasa ini, novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy telah membumi
di Indonesia. Karya-karyanya merupakan salah satu tonggak karya sastra modern
Indonesia yang selalu mengedepankan nilai-nilai keislaman. Novel-novelnya, kini
menjadi salah satu karya sastra yang paling populer dalam sejarah sastra di
Indonesia karena kapasitasnya yang bertahan dalam nilai-nilai religiusitas. Banyak
perspektif yang memandang bahwa novel-novel karyanya, merupakan representasi
zaman yang menempatkan moralitas sebagai nilai-nilai yang harus dijungjung
tinggi dalam suatu karya sastra.
Keanekaragaman cerita dan style Habiburrahman El Shirazy dalam novel-
novelnya menarik dijadikan objek penelitian. Dari sejak kemunculannya, novel-
novel karyanya mendapatkan tanggapan positif dari para penikmat sastra, bahkan
tidak sedikit beliau mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan termasuk
sastrawan Indonesia. Novel-novel yang ditulisnya selalu bernuansakan religius,
entah mungkin ada kaitannya dengan latar belakang dirinya yang notabene
Habiburrahman El Shirazy ini merupakan seorang alumnus dari Al-Azhar,
University Cairo.27
Habiburrahman El Shirazy disebut pula sebagai Novelis nomor satu
Indonesia yang dinobatkan oleh Insani Universitas Diponegoro Semarang pada
tahun 2008. Sastrawan terkemuka Indonesia ini, juga ditahbiskan oleh Harian
Republika sebagai Tokoh Perubahan Indonesia 2007. Dengan karya-karyanya yang
sangat fenomenal, beliau mampu membuat banyak kalangan berduyun-duyun
memberikan berbagai julukan. Banyak penghargaan yang dianugerahkan
kepadanya, salah satunya beliau dijuluki dengan ‚penulis bertangan emas‛, karena
prestasinya telah mencapai penghargaan bergengsi tingkat nasional maupun Asia
Tenggara.28
Oleh karena itu, pantas karya-karyanya menjadi sebuah objek
penelitian.
Ciri khas dalam setiap karyanya adalah kaya dengan nilai-nilai ajaran
agama Islam. Karenanya, karya-karyanya dikategorikan sebagai sastra Islam. El
Shirazy ini, selain dikenal sebagai novelis, juga dikenal sebagai sutradara, dai, dan
penyair. Adapun karya-karyanya banyak diminati tidak hanya di Indonesia, tetapi
juga di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan dan
Australia. Karya-karyanya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan
semangat berprestasi bagi pembacanya.29
Salah satu novel terbarunya adalah novel Api Tauhid. Novel tersebut
merupakan novel roman dan sejarah. Sebuah sajian novel yang memberikan warna
baru dalam lingkungan dunia sastra. Dikatakan sebagai novel roman karena
bercerita seputar perjuangan anak muda yang bernama Fahmi asal Lumajang, Jawa
Timur bersama rekan-rekannya yang sedang menuntut ilmu di Universitas Islam
Madinah.30
Dikatakan pula sebagai novel sejarah, karena di dalamnya menceritakan
27
Habiburrahman El Shirazy, Api Tauhid; Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid, (Jakarta: Republika Penerbit, 2014).
28Habiburrahman El Shirazy, 567.
29Habiburrahman El Shirazy, 567.
30Lihat https://referensibukubagus.wordpress.com/2015/02/24/sinopsis-dan-resensi-
buku-api-tauhid-karya-habiburrahman-el-shirazy/. Diakses pada tanggal 26 April 2015.
15
seputar sosok teladan Syaikh Said Nursi. Mengungkap riwayat hidupnya. Tokoh
pemikir muslim luar biasa yang dijuluki ‚Badiuzzaman‛ atau ‚Sang Keajaiban
Zaman‛. Tokoh ini dikenal sebagai tokoh modernitas dari Turki. Dia selalu berada
di garda paling depan dalam menegakkan kalimat Tauhid, meskipun selama dua
puluh lima tahun dia pernah hidup dibalik penjara. Bahkan dia juga pernah
mengalami hukuman pengasingan.31
Pertanyaan penting yang muncul dalam meneliti sebuah novel adalah
elemen apa yang menarik dan dapat memberikan kontribusi dalam sebuah karya
sastra, khususnya novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy yang selalu
bernuansa religious, yang kaya dengan nilai-nilai agama. Jawabannya adalah
mengungkap aspek-aspek pembentuk karya tersebut. Misalnya, aspek tema, tokoh,
latar dan sebagainya yang merupakan unsur intrinsik dalam karya sastra, atau pun
aspek historis, sosiologis, dan agama yang merupakan bagian dari unsur
ekstrinsiknya. Hal ini dikarenakan aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama
pembentuk karya sastra yang menjadi penentu kualitas dan estetik dari sebuah
karya sastra novel.
Ada beberapa hal yang menjadi dasar penulis dalam memilih novel Api Tauhid sebagai objek penelitian, antara lain: (1) Novel Api Tauhid merupakan salah
satu karya sastra yang mendapatkan apresiasi penghargaan dari kedubes Turki,
karena novel ini mengangkat cerita tokoh fenomenal asal Turki yaitu Badiuzzaman
Said Nursi. Tokoh yang dikenal sebagai salah satu tokoh modernis Islam.; (2)
Novel ini merupakan sarana dalam mengenalkan sosok Badiuzzaman Said Nursi
kepada masyarakat pembaca; (3) Novel ini adalah sejarah berbalut roman.
Rangkaian cerita dan latar sosial dalam novel Api Tauhid memberikan nuansa
keindahan dalam sajian sastra. Latar sosial yang dihidangkan dibingkai dengan
sentuhan keindahan alam Indonesia, budaya lokal Indonesia yang dipadukan dengan
alam dan budaya Turki, sehingga ramuan tersebut memberikan hidangan yang
berbeda dari novel-novel yang lain; (4) Novel Api Tauhid adalah novel terbaru
Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan pertama pada bulan November tahun
2014, sehingga dalam hal ini memberikan peluang besar peneliti untuk melakukan
sebuah kajian guna memperluas wawasan keilmuan kesusastraan. Adapun sebagai
studi kasus dalam peneliti ini adalah melihat sisi Islam dengan modernitas dalam
novel tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud untuk mencoba mengurai,
menganalisis dan menjelaskan keterkaitan Islam dengan modernitas di dalam novel
Api Tauhid. Novel yang diperkirakan memiliki unsur-unsur dan muatan-muatan
Islam dengan modernitas. Gagasan-gagasan Said Nursi yang sangat fenomenal
dengan cara dakwahnya, melalui gagasan-gagasan pemikirannya serta keterlibatan
dirinya pada peristiwa runtuhnya Khilafah Turki Utsmani. Oleh karena itu,
penelitian ini diberi judul; Sastra Islam dan Modernitas dalam Novel Api Tauhid El
Shirazy.
31
Habiburrahman El Shirazy, Api Tauhid; Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid, (Jakarta: Republika Penerbit, 2014).
16
B. Identifikasi Masalah
Pada bagian ini, akan diuraikan aspek masalah-masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini. Berdasarkan beberapa uraian pada bagian latar belakang,
maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahannya, antara lain:
1. Novel Api Tauhid ditulis El Shirazy dengan mengambil tokoh Badiuzzaman
Said Nursi sebagai objek tulisannya.
2. Kemungkinan adanya keterkaitan sosial antara pribadi pengarang dengan
dihadirkannya tokoh Badiuzzaman Said Nursi dalam novel Api Tauhid.
3. Novel Api Tauhid menggambarkan adanya keterkaitan antara Islam dan
modernitas. 4. Novel Api Tauhid menyajikan nilai-nilai Islam dan Prinsip-prinsip modernitas.
5. Adanya tingkat religiusitas pengarang yang cukup berpengaruh terhadap
penokohan yang dia hadirkan di dalam novel tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah diperlukan adanya batasan dalam
permasalahan. Dari permasalahan-permasalahan yang ada, maka penelitian ini
difokuskan kepada beberapa aspek. Adapun batasan-batasan dalam masalah ini
sebagai berikut:
1. Objek penelitian ini adalah novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy
dan karya-karyanya yang lain yang memiliki kaitan dengan novel tersebut.
2. Fokus permasalahan yang diteliti adalah melihat keterkaitan Islam dengan
modernitas yang tergambar di dalam novel Api Tauhid.
D. Perumusan Masalah
Supaya lebih memudahkan penulis dalam menganalisisnya, maka
diperlukan adanya perumusan masalah. Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Bagaimana Islam dan modernitas digambarkan dalam
novel Api Tauhid, apakah keduanya digambarkan sejalan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengurai dan menganalisis tema utama dalam novel Api Tauhid karya
Habiburrahman El Shirazy.
2. Membuktikan bahwa Islam dan modernitas tidak selamanya bertentangan.
3. Menganalisis keterkaitan Islam dan modernitas yang tergambar di dalam novel
Api Tauhid.
Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai kontribusi atau sumbangsih untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang
sastra/humaniora.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah acuan dalam
memahami isi dan mengungkap makna yang terkandung di dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy.
17
3. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti
sastra selanjutnya, khususnya penelitian yang menjadi objek kajiannya novel
Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy.
F. Tinjauan Pustaka
Sepengetahuan penulis, penelitian tentang modernitas dan penelitian
terhadap novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy telah dilakukan oleh
beberapa peneliti, diantaranya:
Tutut Dwi Destyaning Tyas (2013) pada penelitiannya yang berjudul
Reaksi Tokoh Mari dan Takahashi terhadap Modernisme dalam Novel After Dark Karya Haruki Murakami.32
Penelitian ini menggunakan pendekatan post-
modernisme. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk reaksi
yang paling banyak muncul adalah berupa pertentangan pola pikir, pendapat, dan
sikap kedua tokoh dengan pandangan-pandangan modernis. Hal ini tercermin dalam
analisis pada sub pengembalian ke pola pikir pra-modern dan dekonstruksi terhadap
paradigma modern.
Yuliana Puspitasari, Hat Pujiati, Irana Astutiningsih (2012) pada
penelitiannya yang berjudul Negotiating Modernity, Resisting Tradition: Genetic Structuralism Analysis On Buchi Emecheta's The Bride Price.
33 Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis novel menggunakan
teori strukturalisme genetik. Adapun dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada
dua masalah yang dibahas pada penelitian ini. Pertama, pemikiran-pemikiran
modern dan tradisional pada The Bride Price, kedua, konstruksi pandangan dunia
didalam The Bride Price dan yang ketiga adalah struktur sosial yang muncul pada
kelas sosial masyarakat Nigeria.
Ikwan Setiawan (2011) pada penelitiannya yang berjudul Modernity, Locality, And Postcoloniality Of Villagers In The 80s.
34 Penelitian ini
menggunakan perspektif cultural studies dan kajian poskolonial. Adapun hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ada beberapa cara pandang yang dapat
digunakan untuk melihat formasi diskursif modernitas yang mempengaruhi gerak
kehidupan masyarakat desa pada era 80-an. Pertama, peran ekonomi-politik
pembangunanisme berhasil membiasakan masyarakat dengan orientasi kemajuan,
kekota-an, budaya populer, sehingga mereka benar-benar masuk ke dalam kuasa
modernitas. Kedua, keberakaran tradisionalisme yang dinarasikan secara turun-
temurun menjadikan masyarakat tidak menerima nilai-nilai modern sepenuhnya.
Ketiga, ambivalensi dan hibriditas cultural berlangsung tidak hanya dalam ranah
praksis, tetapi juga dalam ranah pikiran dan orientasi. Keempat, ambivalensi dan
32
Tutut Dwi Destyaning Tyas, ‚Reaksi Tokoh Mari dan Takahashi terhadap
Modernisme dalam Novel After Dark Karya Haruka Murakami‛, Universitas Brawijaya,
2013. 33
Yuliana Puspitasari, Hat Pujiati, Irana Astutiningsih ‚Negotiating Modernity,
Resisting Tradition: Genetic Structuralism Analysis On Buchi Emecheta's The Bride
Price‛, Template untuk Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa UNEJ, 2012. 34
Ikwan Setiawan, ‚Modernity, Locality, And Postcoloniality Of Villagers In The
80s‛, Literasi, Vol. 1, No. 1, Juni 2011.
18
hibriditas kultural tersebut tetap menjadikan modernitas sebagai endapan-endapan
ideologis dalam imajinasi. Kelima, rezim Negara dengan aparatus intelektualnya
menjadikan kapitalisme sebagai ideologi ekonomi-politik yang mampu
menggerakkan masyarakat ke arah modernitas, tetapi tetap berada dalam
keterbatasan subjektivitas. Poskolonialitas masyarakat desa, menjadikan lokalitas
semakin kompleks dengan kehadiran modernitas yang menjadi warga baru bagi
kehidup-an tradisional masyarakat.
Sri Wahyuni (2015) pada penelitiannya yang berjudul Pesan Akidah dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy (Studi Analisis Semiotik).35
Penelitian ini kualitatif, bersifat deskriptif dengan menggunakan metode
dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat pesan
akidah dalam novel tersebut yang terdiri dari; pesan akidah Illahiyat yang ditandai
dengan sifat tawakal menuju taqwa, pesan akidah nubuwwat yang ditandai dengan
akhlak terpuji dan ketaatan dalam beribadah, pesan akidah ruhaniyat yang ditandai
dengan bertafakur, dan pesan akidah sam’iyat yang ditandai dengan ridha atas
takdir Allah serta berani dan selalu optimis.
Zainal Abidin (2014) pada penelitiannya yang berjudul Teologi Inklusif Nurcholish Majdid: Harmonisasi antara Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemoderenan.
36 Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik dengan
metode kepustakaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menurut Madjid, Islam
adalah ajaran yang modern dan inklusif terhadap agama dan budaya lain, maupun
negara. Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-pergulatan modernistik yang
didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran keislaman tradisional yang telah
mapan, sekaligus diletakkan dalam konteks keindonesiaan.
Suci Wulandari, Yant Mujiyanto, Sri Hastuti (2014) pada penelitiannya
yang berudul Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Novel Kasidah-kasidah Cinta Karya Muhammad Muhyidin (Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan).37
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan
metode analisis isi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Ada
keterjalinan antarunsur intrinsik novel Ayat-ayat Cinta dan Kasidah-kasidah Cinta,
berupa persamaan yang meliputi tema, alur, dan amanat serta perbedaan yang
meliputi penokohan, sudut pandang, latar tempat, latar sosial, dan latar waktu,
novel memiliki kelebihan dan kekurangan, (4) Nilai-nilai pendidikan dalam novel
Ayat-ayat Cinta dan Kasidah-kasidah Cinta meliputi religi, moral, sosial budaya
dan estetik.
35
Sri Wahyuni, ‚Pesan Akidah dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El
Shirazy (Studi Analisis Semiotik)‛, UIN Sunan Kalijaga, Juni 2015. 36
Zainal Abidin, ‚Teologi Inklusif Nurcholish Majdid: Harmonisasi antara
Keislaman, Keindonesiaan, dan Kemoderenan‛, Humaniora, Vol. 5, No. 2, Oktober 2014. 37
Suci Wulandari, Yant Mujiyanto, Sri Hastuti, ‚Novel Ayat-ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy dan Novel Kasidah-kasidah Cinta Karya Muhammad Muhyidin‛,
BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 1 No. 3,
April 2014.
19
Rosmawaty (2013) pada penelitiannya yang berjudul Analysis the Use of the Kind of Deixis on ‘Ayat-ayat Cinta’ Novel by Habiburrahman El-Shirazy.
38
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk analisis
konten. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa deixis39
yang paling dominan adalah
deixis mantra. Terdapat pula waktu deixis, tempat deixis, deixis wacana dan deixis
sosial.
Siti Isnaniah, Herman J Waluyo, Suminto A Sayuti, Andayani (2013), pada
penelitiannya yang berjudul The Representation of Islamic Teaching in The Novels by Habiburrahman El Shirazy (The Study of Literary Sociology and Education Values).40
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dari penelitiannya menunjukkan bahwa novel Ayat-ayat Cinta (AAC)
dan Ketika Cinta Bertasbih (KCB) mengandung ajaran Islam yang tinggi, meliputi
keyakinan (Ilahiyat, ruhiyat, nubuwat, dan sam’iyat), syari’ah (mahdah/agama,
ghaira mahdah, dan muamalah), dan moral (mulia/mahmudah,
tercela/madzmumah). Ideologi Islam yang berada di dalamnya dipengaruhi oleh
madzhab Syafi’I dan Hanafi. Aspek sosial Islam yang diwakili oleh karakter
cenderung mempertahankan cita-cita Islam, meskipun dalam pergaulannya bergaul
dengan agama lain. Kedua novel tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan yang
dapat diaplikasikan kepada siswa di sekolah atau pun kepada mahasiswa di
universitas.
Syafrima Yeni, Abdurahman, M. Ismail Nst. (2013) pada penelitiannya
yang berjudul Fenomena Feminisme dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy.
41 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa dalam novel Cinta Suci Zaharana ini terdapat tokoh profeminisme dan
kontrafeminisme. Tokoh-tokoh yang termasuk ke dalam profeminisme terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Adapun tokoh-tokoh yang kontrafeminisme pada
umumnya di dominasi oleh laki-laki yang mempunyai kekuasaan.
38
Rosmawaty, ‚Analysis the Use of the Kind of Deixis on ‘Ayat-ayat Cinta’ Novel
By Habiburrahman El-Shirazy‛, International Journal of Humanities and Social Science,
Vol. 3 No. 17, September 2013. 39
Deixis merupakan penggambaran hubungan antara bahasa dan konteks dalam
struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sekarang, sini adalah bagian dari deixis
(deiksis). Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Kata-kata tersebut baru
dapat diketahui maknanya jika diketahui siapa, di tempat mana, dan waktunya kapan kata-
kata tersebut diucapkan. Oleh karena itu yang menadi pusat orienstasi deixis adalah
penutur. Diakses dari https://adrisqueen.wordpress.com/2010/03/19/pragmatik-bab-5/,
Lihat Deiksis dan Variasinya.pada tanggal 14 Desember 2014, pukul 14.13 WIB. 40
Siti Isnaniah, Herman J Waluyo, Suminto A Sayuti, Andayani, ‚The
Representation of Islamic Teaching in The Novels by Habiburrahman El Shirazy (The
Study of Literary Sociology and Education Values)‛, Journal of Education and Practice,
Vol. 4, No. 13, 2013. 41
Syafrima Yeni, Abdurahman, M. Ismail Nst., ‚Fenomena Feminisme dalam Novel
Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy‛, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2, Maret 2013; Seri C 164-240.
20
Nina Yuliawati, Herman J. Waluyo, Yant Mujiyanto (2012) pada
penelitiannya yang berjudul Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
42 Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis isi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan bentuk-bentuk retorika dalam novel Bumi Cinta membuat
pengungkap maksud menjadi lebih menarik, lebih hidup, dan lebih mengesankan,
karena dalam penulisannya banyak menggunakan kiasan dan pencitraan. Keunikan
atau kekhasan dalam pemakaian kosa kata menjadi semakin menarik sehingga
menjadi memiliki nilai estetik tersendiri. Penggunaan bahasa-bahasa asing, seperti
Arab, Inggris, Rusia, Jawa dan penggunaan idiom ada di dalam novel tersebut.
Nilai-nilai pendidikan yang ditemukannya meliputi nilai-nilai agama, moral dan
sosial.
Rini Erwita, Hamidin, Wirsal Chan (2012) pada penelitiannya yang
berjudul Aspek Budaya Dasar dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
43 Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan metode yang digunakan adalah
metode deskriptif yang bersifat analisis isi. Penelitian ini berkesimpulan bahwa ada
delapan aspek budaya dalam novel Bumi Cinta, yaitu manusia dan cinta kasih,
manusia dan keindahan, manusia dan penderitaan, manusia dan keadilan, manusia
dan pandangan hidup, manusia dan tanggung jawab, manusia dan kegelisahan,
manusia dan harapan.
Vivi Wulandari, Nurizzati, Zulfadhli (2012), pada penelitiannya yang
berjudul Perbandingan Religiusitas Tokoh Mualaf dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Novel Ternyata Aku Sudah Islam Karya Damien Dematra.
44 Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa novel Ayat-ayat
Cinta dan novel Ternyata Aku Sudah Islam keduanya mengandung religiusitas
Islam yang meliputi religiusitas akidah, syari’ah dan akhlak.
Moh. Dzariat Abdul Rani (2012), pada penelitiannya yang berjudul Islam, Romance and Popular Taste in Indonesia: A Textual Analysis of Ayat-ayat Cinta by Habiburrahman El-Shirazy and Syahadat Cinta by Taufiqurrahman Al-Azizy.
45
Penelitian ini berkesimpulan bahwa Islam disajikan dalam beberapa tingkat dalam
42
Nina Yuliawati, Herman J. Waluyo, Yant Mujiyanto, ‚Analisis Stilistika dan Nilai
Pendidikan Novel Bumi Cinta Karya Habbiburrahman El Shirazy‛, BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 1 No. 1, Desember 2012.
43Rini Erwita, Hamidin, Wirsal Chan, ‚Aspek Budaya Dasar dalam Novel Bumi
Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy‛, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Vol. 1 No. 1, September 2012. 44
Vivi Wulandari, Nurizzati, Zulfadhli, ‚Perbadingan Religiusitas Tokoh Mualaf
dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Novel Ternyata Aku
Sudah Islam Karya Damien Dematra‛, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol.
1 No. 1, September 2012. 45
Moh. Dzariat Abdul Rani, ‚Islam, Romance and Popular Taste in Indonesia: A
Textual Analysis of Ayat-ayat Cinta by Habiburrahman El-Shirazy and Syahadat Cinta by
Taufiqurrahman Al-Azizy‛, Indonesia and the Malay World Vol. 40, No. 116 March 2012,
pp. 59-73.
21
teks-teks yang dipelajari dan dua bahan penting yang menggaris bawahi
pembangunan narasi kedua novel tersebut adalah Islam dan kisah cinta.
Badiatin Kholisoh (2012), pada penelitiannya yang berjudul Novel Sebagai Media Pendidikan (Studi Eksperimen Novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy).46
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif terhadap pemahaman
siswa. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan novel
sebagai media pendidikan kurang efektif. Hal itu dikarenakan tidak adanya
keseragaman dalam pemahaman skrip, sehingga pesan-pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis ada yang dapat dipahami secara berbeda-beda dan ada
pula yang dapat dipahami secara seragam oleh pembaca novel.
Ana Rosmiati (2009), pada penelitiannya yang berjudul Aspek-aspek Budaya dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
47
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan studi kepustakaan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa sebuah karya sastra tidak pernah
terlepas dari unsur-unsurnya, yang meliputi tema, alur, penokohan dan latar. Aspek-
aspek budaya yang membentuk novel Ayat-ayat Cinta berupa aspek budaya yang
terdiri dari budaya timur tengah dan jawa, keagamaan, kemanusiaan,
kesewenangan, pergaulan, dan budaya.
Isnawijayani (2009), pada penelitiannya yang berjudul Analisis Isi Film Ayat-ayat Cinta dalam Memasyarakatkan Pendidikan Islam.
48 Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan
pendekatan kualitatif. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini bahwa isi
pesannya adalah memasyarakatkan pendidikan Islam. Hal itu dilihat dari
bahasa/kata-kata yang disampaikan, situasi/tempat, musik, sound effect,
pelaku/gaya, dan busana yang digunakan.
Dari beberapa hasil penelitian yang diuraikan di atas masih banyak lagi
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan Islam, modernitas dan karya sastra,
baik itu karya-karya El Shirazy atau pun yang lain yang berkaitan. Namun, dari
sekian banyak hasil penelitian baik itu yang ditulis dalam bentuk tesis atau pun
yang telah diterbitkan dalam bentuk jurnal baik skala nasional maupun
internasional penulis tidak menemukan peneliti yang melakukan penelitian tentang
Islam dan modernitas terhadap novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy,
termasuk dengan penggunaan pendekatan dan metode yang sama dengan yang akan
penulis gunakan dalam penelitian ini. Hal ini mungkin dikarenakan novel Api Tauhid adalah novel terbaru yang ditulis oleh El Shirazy, yang pertama terbit
November 2014. Adapun peneliti yang telah melakukan penelitian terhadap novel
Api Tauhid tersebut diatas masih dalam tarap skripsi dengan analisis, metode dan
46
Badiatin Kholisoh, Novel Sebagai Media Pendidikan (Studi Eksperimen Novel dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy), (Sinopsis Tesis Program
Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2012). 47
Ana Rosmiati, ‚Aspek-aspek Budaya dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy‛, Jurnal Penelitian Seni Budaya, Vol. 1 No. 2, Desember 2009. 48
Isnawijaya, ‚Analisis Isi Film Ayat-ayat Cinta dalam Memasyarakatkan
Pendidikan Islam‛, Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 7 No. 1, April 2009.
22
pendekatan yang berbeda pula dengan yang akan penulis tulis dalam penelitian ini.
Penelitian ini akan difokuskan terhadap isi novel yang fokus kajiannya adalah aspek
Islam dan modernitas.
G. Metodologi Penelitian
1. Kerangka Pendekatan
Realisme merupakan salah satu aliran dalam karya sastra. Suatu aliran yang
melukiskan suatu keadaan atau peristiwa sesuai dengan kenyataannya, tidak
ditambah dan dikurangi. Banyak sekali aliran-aliran dalam karya sastra. Aliran-
aliran tersebut yang akan memberikan arahan sebuah karya sastra itu bernilai dan
mempunyai ideologis sendiri. Dengan kajian secara historis dapat membantu dalam
memberikan penjelasan atas fakta-fakta yang dapat diamati dalam objek yang
diteliti.49
. Oleh karena itu, kajian sastra tetap memiliki nilai prioritas sebagai
pengembang ilmu pengetahuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa karya sastra dapat
dikatakan sebagai suatu karya tulis yang dapat memberikan hiburan yang
disampaikan dengan bahasa yang unik, indah dan artistik serta mengandung nilai-
nilai kehidupan dan ajaran moral, sehingga mampu menggugah pengalaman,
kesadaran moral, spiritual dan emosional pembaca.50
Di dalam karya sastra penuh dengan serangkaian makna dan fungsi, serta
makna dan fungsi ini sering kabur dan tidak jelas, makanya karya sastra memang
syarat dengan imajinasi.51
Keindahan sebuah karya sastra dapat diketahui melalui
analisis, baik meliputi apresiasi ataupun kritik. Untuk dapat lebih mengetahui
bagaimana isi dan makna serta nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah karya
sastra, dapatlah dilakukan sebuah penelitian yang berarti dilakukan sebuah
pembedahan dan penilaian terhadap sebuah karya sastra. Karena sebuah sastra
hanya akan berguna jika dikaitkan dengan faktor-faktor lain di luar sastra.52
Sebuah fenomena atau peristiwa-peristiwa yang terkandung dalam sebuah
karya sastra tidak pernah lepas dari realitas sosial. Karena itu, dalam penelitian
terhadap karya sastra tentu akan ditujukkan pada peristiwa yang terjadi di dalam
karya tersebut. Setiap lahirnya sebuah karya sastra akan selalu memiliki keterkaitan
dengan pengarang, karya sastra sastranya, dan para pembaca. Ketika penelitian
dilakukan akan diperlukan sebuah teori yang tepat yang dapat mengarahkan kearah
mana sebuah penelitian dilakukan. Ada beraneka ragam pendekatan dalam kajian
sastra, salah satunya adalah sosiologi sastra53
.
49
C. Behan McCullagh, ‚Historical Realism‛, Philosophy and Phenomenological Research, Vol. 40, No. 3 (Mar., 1980), pp. 420-425, p. 424. Diakses pada tanggal 31 Maret
2015 dari http://www.jstor.org/stable/2106406. 50
Albertine Minderop. Psikologi Sastra, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2010), 76. 51
Suwardi Endraswara. Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2003), 7. 52
David Hill Radcliffe, ‚Romanticism and Gendre: Theory and Practice‛,
Eighteenth-Century Life, Vol. 36, No. 1, Desember 2012., 1. 53
Sosiologi sastra berasal dari kata soiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar
kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman), dan logi (logos
23
Sampai saat ini, penelitian sosiologi sastra lebih banyak memberikan
perhatian pada sastra nasional, dan sastra modern, khususnya mengenai novel.
Dalam kajian sosiologi sastra pada hakikatnya adalah antardisiplin, yaitu sosiologi
dan sastra, maka sebuah penelitiannya pun akan ditentukan oleh peranan ilmu-ilmu
bantu di dalamnya. Ilmu-ilmu bantu tersebut dapat meliputi sejarah, psikologi,
agama, dan masalah-masalah kebudayaan pada umumnya. Munculnya sosiologi
sastra guna meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan
masyarakat yang memberikan penjelasan bahwa sebuah rekaan tidak berlawanan
dengan kenyataan.54
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada aspek pengarang dan masyarakat
yang hidup di sekelilingnya. Sebuah karya sastra ditulis oleh pengarang, dan
pengarang merupakan a salient being, artinya makhluk yang mengalami sensasi-
sensasi di dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Karena hal tersebut muncul
pemahaman bahwa sastra memiliki kaitan dengan derajat masyarakat, maka
sosiologi sastra merupakan pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat di
dalam berbagai dimensinya. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan kaitan
bahwa sastra memiliki keterkaitan yang erat dengan masyarakat, diantaranya:
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, kemudian diceritakan oleh tukang cerita,
disalin oleh penyalin dan dinikmati oleh masyarakat.
2. Karya sastra hidup di lingkungan masyarakat, sehingga menyerap aspek-aspek
kehidupan yang terjadi di lingkungan tersebut.
3. Medium karya sastra baik itu lisan maupun tulisan dipinjam melalui
kompetensi masyarakat yang dengan sendirinya telah mengandung masalah
kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat, dan budaya/tradisi
lain bahwa di dalam karya sastra mengandung estetik, etika, logika.
5. Karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, sama dengan masyarakat.
Masyarakat yang menemukan citra dirinya dalam suatu karya.55
Dengan demikian penelitian sastra dengan pendekatan sosiologi sastra
dapat diteliti dengan melalui tiga perspektif, yaitu dari perspektif sosiologi
pengarang, dalam artian konteks sosial pengarang; sosiologi karya sastranya yang
merupakan cerminan masyarakat; dan dari perspektif fungsi sosial dari karya sastra
tersebut. Seperti halnya yang diungkapkan Wellek dan Warren.
yang berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami
perubahan makna, soio/socius yang berarti masyarakat, logi/logos yang berarti ilmu. Karena
itu sosiologi adalah suatu ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat,
ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dai dalam
masyarakat yang sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sedangkan sastra dari akar kata sas
(Sansakerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Kemudian tra
erarti alat, sarana. Sastra yang berarti kumpulan alat untuk mengajar dan buku petunjuk
atau buku pengajaran yang baik. Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 1.
54Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), 11. 55
Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, 332.
24
Pertama, sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra,
masalah yang berkaitan dengan hal ini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar
belakang sosial status pengarang, dan idiologi pengarang yang terlibat dari berbagai
kegiatan pengarang di luar karya sastra. Karena setiap pengarang adalah
masyarakat yang dapat dipelajari sebagai makhluk sosial. Biografi menjadi sumber
utama, tetapi studi ini juga dapat meluas kepada lingkungan tempat tinggalnya dan
dimana dia berasal. Di dalam hal ini informasi tentang latar belakang keluarga, atau
posisi ekonomi pengarang memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi
pengarang.56
Kedua, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri
yang menjadi pokok penelaahannya, apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa
yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum digunakan dalam kajian sosiologi
sastra ini adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial dan sebagai potret
kenyataan sosial.57
Berdasarkan pada penelitian Thomas Warton (Penyusun sejarah
puisi Inggris yang pertama) beranggapan bahwa sastra mempunyai kemampuan
merekam ciri-ciri zamannya, dan para pengikut sastra merupakan gudang adat-
istiadat dan buku sumber sejarah peradaban. Ketiga, sosiologi sastra berkaitan
dengan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Pengarang dipengaruhi dan
mempengaruhi masyarakat, seni tidak hanya meniru kehidupan akan tetapi mampu
membentuknya.
Klasifikasi dari teori yang dikemukakan oleh Wellek dan Werren tersebut
sejalan dengan teori yang diklasifikasikan oleh Ian Watt berikut ini:
1) Konteks sosial pengarang
Dalam konteks sosial pengarang ini meliputi; kaitannya dengan posisi sosial
sastrawan dalam masyarakat, kaitannya dengan masyarakat pembaca juga
termasuk faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya,
terutama yang berkaitan dengan: (a) Bagaimana pengarang mendapat mata
pencahariannya, apakah dia mendapatkan dari pengayoman masyarakat secara
langsung atau pun pekerjaan yang lainnya, (b) Profesionalisme dalam
kepengarangannya, (c) Masyarakat apa yang dituju oleh pengarang.
2) Sastra sebagai cerminan masyarakat
Maksud dari cerminan masyarakat disini adalah; (a) Sastra mungkin tidak
dapat dikatakan dapat mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, sebab
banyak ciri-ciri masyarakat yang ditampilkan dalam karya itu sudah tidak
berlaku lagi pada waktu dia tulis, (b) Sifat ‚lain dari yang lain‛ seorang
pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial
di dalam karyanya, (c) Genre sastra sering merupakan sikap sosial suatu
kelompok tertentu dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat, (d) Sastra yang
berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secermat-cermatnya yang
mungkin saja tidak dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat. Sebaliknya,
sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat
56
Rene Wellek dan Austrin Warren. Teori Kesusastraan. Melani Budianta (Terj.)
(Jakarta: Gramedia, 1990), 112. 57
Rene Wellek dan Austrin Warren. Teori Kesusastraan. Melani Budianta (Terj.),
122.
25
mungkin masih dapat digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan informasi
tentang masyarakat tertentu. Oleh karena itu, pandangan sosial pengarang
diperhitungkan jika peneliti karya sastra sebagai cermin masyarakat.
3) Fungsi sosial sastra
Fungsi sosial di sini maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan
nilai-nilai sosial. Dalam hal ini, tiga hal yang menjadi perhatian, antara lain;
(a) Sudut pandang ekstrim kaum Romantik yang menganggap sastra sama
derajatnya dengan karya pendeta atau nabi, karena itu sastra harus difungsikan
sebagai pembaharu dan perombbak, (b) Sastra sebagai penghibur saja, (c)
Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.58
Ketiga unsur yang di klasifikasikan oleh Ian Watt akan sangat membantu
dalam mengkaji novel Api Tauhid. Karena teori tersebut menghubungkan tiga
aspek; melihat aspek pengarang, karya sastranya -dalam hal ini novel Api Tauhid-
dan penikmat sastra dalam kaitan ini adalah masyarakat.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Suatu jenis
penelitian yang melakukan analisis data secara induktif sehingga lebih menekankan
kepada proses daripada produk atau outcome untuk memperoleh makna yang
berada dibalik yang teramati.59
Penelitian jenis ini di dalam gaya penelitiannya
akan selalu berusaha mengkonstruksi realitas yang terjadi untuk memahami
maknanya, sehingga penelitian tersebut akan sangat memperhatikan terhadap
proses, peristiwa, dan otentisitas.60
3. Metode Penelitian
Metode dalam sebuah penelitian merupakan alat sama dengan teori yang
berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk
dipecahkan dan dipahami.61
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis isi (Content Analysis). Sebuah teknik alisisis yang memberikan
penafsiran dan perhatian pada isi pesan.62
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah dimulai dengan
pengumpulan data. Data-data tersebut selanjutnya diidentifikasi berdasarkan data
yang benar-benar dibutuhkan, objektif dan outentik. Kemudian dilakukan
klasifikasi data. Pengklasifikasian data ini akan digolongkan atau dikelompokkan
58
Sapardi Djoko Damono, Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, (Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1979), 3-4. 59
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), 13. 60
Gumilar Rusliwa Somantri, ‚Memahami Metode Kualitatif‛, Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9, No. 2, Desember 2005: 57-65, h. 58. Diakses pada tanggal 10 Desember
2014, pukul 11.52 WIB. 61
Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), 34. 62
Nyoman Kutha Ratna. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, 49.
26
sesuai dengan kategorinya, dilakukan koding, yaitu mengklasifikasikan uraian data
dengan menandai masing-masing data sesuai dengan kode yang diperlukan dalam
penelitian ini. Terakhir adalah interpretasi data, yaitu acuan penarikan kesimpulan
dalam penelitian ini. Metodenya akan menggunakan metode deduksi, yaitu suatu
pola penarikan kesimpulan dengan memulai dari hal-hal yang sifatnya umum.
Langkah-langkah tersebut dilakukan guna mendapatkan gambaran yang jelas
tentang suatu keadaan atau objek penelitian secara objektif dalam suatu deskripsi
yang jelas.63
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua sumber, yaitu sumber
primer dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini adalah novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy, serta karya-karya El Shirazy yang
memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan sumber sekundernya sebagai
pendukung dalam penelitian ini, yaitu menggunakan data yang diperoleh dari
literatur-literatur, buku-buku, jurnal, artikel yang berhubungan dengan El Shirazy,
Said Nursi, dan novel Api Tauhid, serta penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data di dalam penelitian ini akan diperoleh melalui pembacaan dan
penelaahan terhadap bahan pustaka yaitu novel Api Tauhid sebagai sumber
primernya. Mengumpulkan fakta teks dari referensi-referensi lain yang valid yang
relevan dengan penelitian ini. Hal tersebut dimaksudkan guna memperoleh
gambaran keterkaitan Islam dan modernitas dalam novel Api Tauhid.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan seperangkat cara atau teknik penelitian untuk
mencari hubungan antardata. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan genetik,
hubungan fungsi, disposisi, intensional, kausal maupun yang lainnya.64
Setelah data
diperoleh dan dikumpulkan, data akan dianalisis berdasarkan pendekatan dan teori
yang dipakai. Pendekatan atau pun teori merupakan alat bedah yang dimanfaatkan
peneliti di dalam upaya menganalisis atau menginterpretasi karya sastra dengan
merujuk kepada teori tertentu sebagai barometer pengukur.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan pisau
analisisnya menggunakan teorinya Ian Watt. Teori yang digunakan dalam
penelitian sastra yang diteliti dengan melalui tiga perspektif, yaitu dari perspektif
sosiologi pengarang yang dalam artian konteks sosial pengarang, sosiologi karya
sastranya yang merupakan cerminan masyarakat dan dari perspektif fungsi sosial
karya sastra tersebut. Pendekatan dan teori tersebut akan difokuskan untuk melihat
keterkaitan Islam dengan modernitas yang tergambar di dalam novel tersebut. Hal
63
Zamzam Nurhuda, ‚Bilingualisme dan Pengaruhnya Terhadap Bahasa Nasional:
Studi Kasus Tarbiyah PKS‛ (Tesis Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab, Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), 18. 64
Faruk, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 25.
27
ini sebagai penegasan bahwa suatu karya sastra adalah sebuah kesatuan yang
dibangun atas hubungan antara tanda dan makna, antara ekspresi dengan pikiran,
dan antara aspek luar dengan aspek dalam.65
Dalam melakukan analisis data, beberapa prosedur yang akan dilakukan
peneliti, di antaranya;
a. Melakukan identifikasi data
Identifikasi data ini akan dilakukan dengan cara memasukkan dan
mengumpulkan data-data yang telah dikumpulkan dari sumber primer. Kemudian
diidentifikasi berdasarkan data yang benar-benar dibutuhkan, objektif dan otentik
dalam penelitian ini.
b. Klasifikasi data
Pengklasifikasian data ini akan digolongkan atau dikelompokkan sesuai
dengan kategori-kategorinya dalam penelitian ini. Kemudian dilakukan koding,
yaitu mengklasifikasikan uraian data dengan menandai masing-masing sesuai
dengan kode-kode yang digunakan dalam penelitian ini.
c. Interpretasi data
Interpretasi data adalah merupakan acuan penarikan kesimpulan dalam
penelitian ini. Adapun metodenya akan menggunakan metode deduksi, yaitu suatu
pola penarikan kesimpulan dengan memulai dari hal-hal yang sifatnya umum.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam pembahasan penelitian ini, sebagai berikut:
Bab I adalah Pendahuluan. Pada bab ini akan memberikan gambaran tesis
ini secara keseluruhan. Dalam bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang
masalah yaitu uraian tentang problematika modernisasi terhadap Islam. Serta
bagaimana jika modernisasi itu berada dalam ruang lingkup karya sastra, apakah
memiliki kesamaan misi atau kah bertentangan antara satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, mengidentifikasi masalah-masalah yang akan muncul dalam penelitian
ini kaitan dengan masalah tema dan objek penelitiannya. Kemudian melakukan
pembatasan masalah, perumusan masalah, juga penyampaian tujuan dan manfaat
dari penelitian ini sebagai bagian dari menjawab rumusan masalah. Setelah itu,
memotret penelitian yang relevan atau dengan istilah lain tinjauan pustaka,
meninjau ulang atas penelitian-penelitian yang pernah orang lain lakukan kaitan
dengan topik kajian penelitian penulis. Untuk menelaah suatu objek diperlukan
prosedur penelitian yang dipandu dengan metode kerangka pendekatan, penentuan
jenis data, sumber data, metode hingga teknik analisis data dan berakhir dengan
sistematika pembahasan dari bab pendahuluan sampai bab kesimpulan.
Bab II adalah bab pembahasan yang berisi tentang teori modernitas. Lebih
lengkapnya pada pembahasan ini di uraikan atas kaitan Islam, modernitas dan karya
sastra. Dibahas pula berbagai indikator keberperanan isu-isu kontemporer yang
timbul dari modernisasi. Bagaimana ungkapan-ungkapan masalah modernisasi
kaitan dengan agama dan dengan karya sastra. Jelas akan memberikan dampak yang
cukup signifikan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya dalam melakukan penelusuran
65
Faruk, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 77.
28
terhadap paradigma akademik tentang modernisasi terhadap ajaran dan pemahaman
Islam.
Bab III adalah berisikan pembahasan mengenai novel Api Tauhid. Berikut
dibahas kaitan dengan biografi Habiburrahman El Shirazy sebagai penulis novel
tersebut. Jelas hal ini akan memiliki kaitan khusus dalam ditulisnya novel Api Tauhid. Corak sastra-sastra El Shirazy diklaim sebagai sastra yang memiliki corak
Islami syarat dengan nilai-nilai keislaman. Dalam pembahasan selanjutnya,
mengurai penjelasan tentang makna intertekstualitas dalam novel, yang merupakan
gambaran dari keseluruhan cerita yang disajikan dalam novel Api Tauhid. Hal ini
memberikan gambaran atas ada dan ketidakadaan hubungan antara tokoh utama
dengan tokoh Badiuzzaman Said Nursi sebagai tokoh yang diceritakan dalam novel
tersebut. Pembahasan dilanjutkan dengan menguraikan unsur-unsur intrinsik dalam
novel sebagai satu kesatuan yang membentuk novel tersebut, sehingga
membuktikan bahwa setiap unsur sastra selalu memiliki keterkaitan antar unsurnya.
Bab IV adalah pembahasan tentang Islam dan modernitas di dalam novel
Api Tauhid sebagai objek utama. Di dalamnya akan diuraikan dimensi Islam dan
modernitas yang meliputi; Kesesuaian Islam dan Modernitas, dan Kritik Islam atas
Modernitas. Prinsip-prinsip modernitas yang dimaksud di dalam novel tersebut
adalah segala hal yang dapat memberikan sisi positif terhadap kemajuan agama
Islam. Di dalam pembahsan ini dibahas tentang ilmu pengetahuan dalam Islam,
politik dalam Islam dan penggunaan akal dalam Islam yang berujung pada
rasionalitas. Selain itu dibahas pula terkait isu-isu modernitas dan yang dihasilkan
oleh modernitas. Adapun sebagai tambahan, dalam bab ini disajikan satu
pembahasan tentang kajian sisi bahasa dan sastra Arab dalam novel Api Tauhid. Hal ini dimaksudkan guna sebagai kritik penulis atas sajian karya sastra tersebut.
Bab V. Penutup. Pada bagian ini terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran.