Post on 11-Aug-2015
description
TEORI DAN METODE PERAMCANGAN ARSITEKTUR 3
( RESUME MATERI KULIAH )
1. Iklim
1.1 Definisi Iklim
Menurut buku “Arsitektur Tropis Lembab”, iklim adalah kondisi fisik lingkungan
atmosferik yang merupakan karakteristik lokasi, geografi yangdipengaruhi oleh
unsur-unsur suhu udara, kelembaban, angin, curah hujan, dan radiasi matahari yang
saling ketergantungan satu sama lainnya.
Dalam buku “Climate and Architecture” disebutkan bahwa iklim adalah keadaan rata-
rata cuaca pada suatu daerah dipermukaan bumi yang berlangsung dalam waktu yang
relatif panjang.
1.2 Pembagian Iklim
Pembagian iklim dalam arsitektur sangat berkaitan dengan faktor kenyamanan
(comfort) dalam kaitan interaksi pemakai dan bangunan. Dalam hal ini iklim dapat
dibagi menjadi 4 katagori utama, yaitu:
a. Iklim Dingin (sejuk)
Iklim ini ditandai oleh rendahnya panas dari radiasi matahari akibat sudut
matahari yang rendah. Suhu udara rata-rata 15 0C dibawah nol (-60 0 s/d -70 0F)
dan sering dibarengi dengan sejumlah besar hujan. Kelembaban relatif tinggi
selama musim dingin.
b. Iklim Moderat (sedang)
Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan dan dingin yang
berlebihan pula, namun tak begitu kontras. Suhu rata-rata pada musim dingin 15
0C dibawah nol dan suhu terpanas sekitar 25 0C.
c. Iklim Panas Lembab
Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan serta banyak uap air.
Suhu rata-rata diatas 20 0C dengan kelembaban relatif sekitar 80% - 90%.
1 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
d. Iklim Panas Kering
Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan, kurangnya uap air dan udara
kering. Suhu udara rata-rata 25 0C, suhu terpanas dapat mencapai 45 0C,
sedangkan suhu terdingin dapat mencapai 10 0C disertai dengan kelembaban
relatif yang sangat rendah.
1.3 Pengaruh Iklim Terhadap Manusia
Rancangan untuk pengendalian iklim dan penghematan energi dapat memberikan
suatu lingkungan yang menarik bagi manusia. Manusia sebagai pemakai bangunan
membutuhkan lingkungan yang serasi, sesuai baginya guna untuk aktifitasnya. Dalam
hal ini interaksi bangunan dan iklim sekelilingnya merupakan hal yang penting
hingga terciptanya lingkungan yang dimaksud.
Pengaruh iklim terhadap manusia dapat ditinjau dalam kaitan sebagai berikut:
a. Iklim dan Ekologi
Tampilan secara sadar dihasilkan oleh acuan yang timbul. Keadaan ini dapat
dilihat pada sosial budaya, seperti dalam cara berpakaian dan perancangan
bangunan-bangunan tradisional masing-masing daerah.
Dalam hal ini bangunan merupakan unsur utama yang menjadi perubahan iklim
lingkungan di luar menjadi iklim lingkungan di dalam. Ini berarti bahwa
bangunan ikut membentuk sistem keseimbangan ekosistem.
b. Iklim dan Budaya
Budaya manusia sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk
berkomunikasi satu sama lain dan mengkoordinir aktifitasnya. Iklim
mempengaruhi pola aktifitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu iklim mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan budaya.
Pengaruh ini terlihat dengan kenyataan bahwa iklim mampu memberikan kontak
diantara manusia dan lingkungan sosial dan budaya.
c. Iklim dan Bangunan
Berdirinya bangunan di permukaan bumi terus bertambah secara bertahap.
Manusia beradaptasi dengan alam melalui bangunan dengan cara:
1. Mencari lokasi yang benar dan sesuai bagi huniannya.
2 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
2. Mencari orientasi yang benar
3. Membuat bangunan yang benar
4. Membuat penghuninya nyaman
Sejak dahulu hingga sekarang manusia terus belajar mengatur interaksi
bangunannya dengan kondisi iklim sekelilingnya yang sesuai untuk
kehidupannya. Oleh kerena itu bangunan yang berdasarkan
penghematan energi memerlukan pengetahuan yang baik mengenai
iklim setempat.
d. Iklim dan Kenyamanan
Iklim lingkungan diubah (modified) oleh bangunan menjadi lingkungan dalam
yang mempengaruhi langsung kenyamanan manusia sebagai pemakai bangunan.
Iklim didalam ruangan yang baik dapat membuat manusia beraktifitas dengan
baik sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu ada 2 persyaratan utama dari
iklim dalam ruangan, yaitu :
1. Tidak menyebabkan tekanan (stress) yang mungkin dapat merusak
sistem ekologi manusia
2. Memberikan rasa aman pada manusia dan lingkungan yang
berhubungan dengan aktifitasnya.
1.4 Pengaruh Iklim Terhadap Arsitektur
Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup
yang lebih baik dengan cara menentang dan menyesuaikan dengan kondisi iklim yang
ada. Guna mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali
untuk diketengahkan, sebab dalam hal ini banyak sekali cabang ilmu yang terkait.
Dalam proses perancangan arsitektur pengaruh iklim dipusatkan pada aspek
kenyamanan manusia pada suatu bangunan dimana aktifitasnya terlaksana. Aspek-
aspek tersebut adalah :
1. Radiasi matahari
2. Pergerakan udara
3. Kelembaban udara
4. Curah hujan
3 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
5. Suhu udara rata-rata
1.5 Iklim dalam Perancangan Arsitektur
Melibatkan pemakai bangunan dalam proses perancangan. Hal ini hanya dapat
diketahui melalui pengetahuan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik
sekitarnya. Oleh karena itu sebenarnya arsitektur bukan sekedar penciptaan bentuk
fisik bangunan saja, namun lebih dari itu, Menciptakan tempat atau setting untuk
manusia dengan semuakonteksnya. Konteks ini merupakan pengalaman manusia
yang melahirkan dan membentuk persepsi.
Kebutuhan akan hubungan antara manusia dengan lingkungannya dapat
diungkapkan dengan sains agar tolak ukurnya lebih pasti. Apabila dapat terungkap
secara pasti, maka tindakan rancangan bangunan yang berdasarkan perkiraan/asumsi
dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi sebanyak mungkin. Guna mengetahui
lebih dalam tentang iklim terhadap arsitektur, maka analisis dapat dilakukan dan hal
ini meliputi :
1. Analisis site, meliputi adaptasi terhadap lingkungan.
2. Analisis orientasi, dicari arah yang baik agar diperoleh lingkungan yang
sesuai dengan yang disyaratkan.
3. Analisis bentuk, desain bangunan secara tunggal berpengaruh pada
terbentuknya suatu lingkungan dalam bangunan yang merupakan modifikasi
lingkungan luar yang dibentuk oleh kelompok bangunan. Bentuk kelompok
bangunan ini mempunyai pengaruh pada lingkungan luar yang terjadi dan
kepadatan bangunan mempengaruhi pada pembentukan iklim lingkungan luar.
4. Analisis sistem konstruksi dan material bangunan, sistem konstruksi
berpengaruh pada proses modifikasi iklim lingkungan luar menjadi
lingkungan dalam yang terhuni dengan baik, begitu juga dengan material
bangunan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada perancangan arsitektur ditinjau dari iklim
antara lain;
1. Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari, angin, dan sistem jalur jalan
4 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
2. Karakteristik material bangunan terhadap iklim
3. Penerangan sekeliling bangunan
4. Letak, luas permukaan pada sisi bangunan
5. Tinggi bangunan
6. Prosentasi luasan penghijauan
7. Kepadatan bangunan
Dari faktor-faktor di atas, pengaruh iklim yang dominan dalam perancangan
arsitektur meliputi panas dan cahaya yang melibatkan sistem penghawaan dan
sistem penerangan.
2. Kondisi tapak
Kondisi tapak sangat mempengaruhi dalam perencanaan tapak (site planning), dimana
kondisi tapak yang baik atau buruk, datar atau curam, serta mudah atau susah dijangkau juga
mempengaruhi perencanaan tapak. Perencanaan tapak ( site planning ) adalah seni menata
lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam guna menunjang kegiatan - kegiatan
manusia .Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang
berhubungan yaitu ( Snyder dan Catanese,1984 : 181)
1. Lingkungan Alam , dibayangkan sebgai suatu sistem ekologi dari air, udara,
energi,tanah, tumbuhan ( vegetasi ). Kegiatan manusia merupakan bagian penting dari
sistem ekologi ini.
2. Lingkungan buatan manusia, terdiri dari bentuk - bentuk kota yang dibangun ,
struktur fisik dan pengaturan ruangnya serta pola - pola perilaku sosial,politik, dan
ekonomi yang membentuk lingkungan fisik tersebut.
Seringkali lingkungan buatan meliputi suatu pelanggaran lingkungan alam yang
disengaja. Umpamanya kota - kota meliputi sistem infrastruktur yang meluas untuk air,
tenaga , pengangkutan, saluran pembuangan air hujan dan saniter, dsbnya.
Konteks tapak dapat digolongkan sebagai :
exurban ( di luar pinggiran kota )
suburban ( pinggiran kota )
urban ( perkotaan )
5 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
Dalam perancangan tapak ( site planning ) , seperti dalam bentuk - bentuk lain
pemecahan persoalan arsitektur, diperlukan proses yang rasional dan kritis .Umpamanya ,
sekali pun klien menentukan sasaran pokok ,sasaran ini tidak dapat sepenuhnya ditetapkan
sampai analisa tapaknya telah diselesaikan sepenuhnya dengan di identifikasikannya potensi
potensi tapak, kendala - kendala, dan konsep - konsep rancangan.
Analisis tapak menghendaki perhatian yang sistematis akan tiga konteks utama :
1. Konteks ruang dari tapak ( alam dan buatan )
2. Konteks perilaku ( Pola - pola kegiatan sosial ekonomi dari tapak dan
lokalitas, dengan kebijaksanaan - kebijaksanaan pemerintah yang
mempengaruhi pembangunan tapak)
3. Konteks persepsi ( persepsi dan penggunaan ruang )
Tugasnya adalah melaksanakan dan menata pengaturan ruang dengan citra
visual yang bertalian , sesuai dengan kapasitas tampung tapak dan
kebutuhan - kebuthan perilaku para pemakai dan loyalitas( Snyder dan
Catanese,1984 : 183)
3. Ruang luar
3.1 Pola
Pola dalam ruang luar dibagi atas 4 jenis pola, yaitu :
Pola Linear
1. Sirkulasi/pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan hubungan
aktivitas kurang efisien
2. Gerakan hanya 2 arah
6 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
3. Memiliki arah yang jelas
4. Cocok untuk sirkulasi terbatas
5. Perkembangan pembangunan sepanjang jalan
6. Pemanfaatan lope dan cul-de-sak untuk mengurangi kepadatan sepanjang
jalan serta mengarahkan pembangunan kearah dalam
Pola Grid
1. Memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah sehingga hubungan
aktifitas kompak dan efisien
2. Kepadatan gerakan/sirkulasi lebih mungkin dihindari
3. Semakin jauh dari simpul jalan pergerakan semakin baik namun pada
titik simpulnya dapat menimbulkan kemacetan akibat banyak arah
sirkulasi yang ditampung pada titik simpul tersebut
4. Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi, keistimewaan
tapak lainnya
5. Akibat dimensi yang sama pada grid secara visual akan menciptakan
kesan monoton
6. Masalah kemacetan pada titik simpul ditanggulangi dengan mengatur
sirkulasi searah
7. Kesan monoton ditanggulangi dengan menata grid berdasarkan sistem
hierarki jalan dikaitkan dengan status jalan dan kepadatannya. Jalan
utama dibuat lebih lebar dari jalan sekunder
7 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
8. Penataan bangunan diisi jalan dengan karakter yang berbeda dengan
yang lainnya
9. Masalah kurang mengindahkan kondisi alam sulit ditanggulangi
Pola Radial
1. Orientasi jelas
2. Mengarahkan pergerakan/sirkulasi pada suatu titik pusat
3. Pergerakan bersifat resmi
4. Memungkinkan menunjang keberadaan monument penting atau ruang-
ruang sentral utama seperti : lapangan kota
5. Menghasilkan bentuk yang ganjil seperti segitiga yang sulit dijual
6. Sulit dikombinasikan dengan pola lain
7. Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi dan
keistimewaan alam yang lainnya
8. Masalah yang ditimbulkan merupakan masalah yang sulit
ditanggulangi
Pola Organik
1. Pola ini paling peka terhadap kondisi alam, gangguan terhadap tapak
relative kecil
2. Ditandai dengan garis-garis lengkung berliku-liku, perubahan tiba-tiba
dan jalan buntu / cul-de-sak
8 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
3. Pada tapak yang luas sering membingungkan karena sulit berorientasi.
Pola Spiral
1. Berputar, menjauhi titik pusat
2. Cocok diaplikasikan pada tanah
yang memiliki kontur yang curam.
Pola Network
1. Suatu penyatuan ruang gerak dan titik terpadu pada pola sirkulasi.
2. Memudahkan aktivitas.
3. Digunakan pada gedung perkantoran.
Pola Campuran
9 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
1. Gabungan 4 pola sirkulasi (linear, radial, spiral, network)
2. Pola yang berbeda namun harmonis.
3. Apabila tidak sesuai maka menimbulkan kebingungan.
3.2 Skala
Menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu
elemen tertentu dengan ukurannya dengan manusia.
1. Skala Manusia : perbandingan ukurang elemen bangunan atau ruang
dengan dimensi tubuh manusia
2. Skala Generik : perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang
terhadap elemen lain yang berhubungan dengannya atau di sekitarnya.
Pada ruang lingkup yang lebih besar seperti perkotaan, skala yang digunakan adalah :
1. Skala Intim : skala ruang kecil sehingga memberikan rasa terlindung bagi
manusia yang berada di dalamnya. Contoh : sebuah lapangan, sebuah taman
kecil
2. Skala Perkotaan : skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta lingkungan
manusia lainnya. Contoh : sebuah plaza
10 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
3. Skala Monumental : skala ruang yang besar dengan suatu obyeknya
mempunyai nilai tertentu
4. Skala Menakutkan : memiliki perbandingan yang jauh dengan manusia
3.3 Elemen
Adapun elemen pembentuk ruang luar, yaitu:
1. Ciptakan ruang luar dengan menyusun massa bangunan (unsurkeras/hard)
secara berimbang dengan massa vegetasi (unsurlunak/soft).
Kombinasi massa bangunan dan massa
vegetasi untuk menciptakan ruang yang berfungsi secara ekologis juga untuk
memperlunak lingkungan.
Massa vegetasi (unsurlunak/soft) dapat disusun dan ditata untuk menciptakan
ruang luar sebagaimana tatanan massa bangunan; ruang bersifat lembut.
2. Ciptakan ruang positif dan ruang negative secara proporsional dan
seimbang sesuai dengan fungsi, kegiatan, dan peruntukannya.
11 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
1. Ruang positif diciptakan sebagai pengikat massa dengan fungsi
kegiatan yang jelas.
2. Ruang negative merupakan ruang sisa atau tercipta spontan,
bersifat menyebar dan tidak dengan fungsi yang jelas.
3. Ciptakan ruang positif yang berkarakter kuat sehingga ruang yang
terbentuk berkesan melingkupi.
Ruang positif A tidak berkarakter kuat karena terbentuk oleh ketidakteraturan
tatanan massa (aturan penataan massa bangunan tidak jelas) dan ruang positif
tidak terlingkup AB.
Ruang positif A tidak berkarakter kuat ketika keempat sudutnya terbuka;
sementara ruang positif B cukup kuat ketika bukaan dominan hanya pada satu
sisi, sedang disudut-sudut massa bangunan ditata secara overlapping untuk
menutup daerah sudut
12 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
BA
4. Hindari untuk tidak sengaja menciptakan ruang-ruang mati (death
space) atau ruang yang tidak dapat difungsikan.
Ruang mati tercipta sebagai sisa massa bangunan dengan dimensi dan
perletakan yang tidak memungkinkan adanya fungsi tertentu
13 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
A B
Ruang mati dapat dihindari dengan mengatur jarak antar massa bangunan atau
dengan batas lahan/site.
3.4 Konsep
Adapun konsep dari ruang luar itu sendiri sesungguhnya adalah :
1. Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan
dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas
2. Sebagai lingkungan luar buatan manusia yang memiliki makna, arti dan
maksud tertentu dan sebagai bagian dari alam
3. Arsitektur tanpa atap tetapi dibatasi oleh 2 bidang : lantai dan dinding atau
ruang yang terjadi dengan 2 elemen pembatas. Hal ini menyebabkan lantai
dan dinding merupakan elemen penting disini.
14 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
4. Ruang luar terdiri atas : ruang mati, ruang terbuka dan ruang terbuka dengan
lingkungan hidup.
4. Konsep perancangan
4.1 Pola Sirkulasi
Terdapat beberapa jenis pola sirkulasi yang umumnya digunakan sebagai konsep
perancangan, antara lain :
1. Pola Sirkulasi LINEAR
Semua Jalan Pada Dasarnya adalah Linear, akan tetapi yang dimaksud dsini
adalah jalan yang lurus yang dapat menjadi unsur pembentuk utama deretan
ruang.
2. Pola Sirkulasi RADIAL
Pola sirkulasi radial memiliki pola jalan yang berkembang dari, atau menuju suatu
pusat.
3. Pola Sirkulasi SPIRAL
Pola spiral adalah suatu jalan menerus yang bersasal dari titik pusat, yang
berputar mengelilinginya dan bertambah jauh darinya.
4.Pola Sirkulasi NETWORK
15 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
Pola sirkulasi Network (jaringan) terdiri dari beberapa jalan yang mengubungkan
titik-titik terpadu dalam suatu ruang.
5. Pola Sirkulasi CAMPURAN
Suatu bangunan biasanya memiliki suatu kombinasi dari pola-pola yang sudah
ddisebutkan di atas. Akan tetapi, untuk menghindari terbentuknya orientasi yang
membingungkan, di bentuklah aturan urutan utama dalam sirkulasi tersebut.
5.1 Pola Masa
Terdapat beberapa pola masa bangunan dalam konsep perancangan bangunan, antara
lain:
a. Pola terpusat
Bentuk terpusat menuntut adanya dominasi secara visual dalam
keteraturan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti
bola, kerucut, ataupun silinder. Oleh Karena bentuknya yang terpusat, bentuk-
bentuk ini memiliki cirri-ciri memusatkan diri seperti titik dan lingkaran. Bentuk-
bentuk tersebut sangatlah ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi
oleh lingkungannya, mendominasi sebuah sebuah titik di dalam ruang, atau
menempati pusat sauatu bidang tertentu.
16 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
Pembagian ruang dengan pola terpusat
b. Pola grid
Grid adalah suatu sistem perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih
yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola geometrik dan titik yang
berjarak teratur pada pada perpotongan garis-garis dan bidang-bidang beraturan
yang dibentuk oleh garis-garis grid itu sendiri.
Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur
sangkar. Karena kesamaan dimensi dan sifat-sifat simetris dua arah, grid bujur
sangkar pada prinsipnya, tak berjenjang dan tak berarah
Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai skala yang membagi suatu
permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikannya suatu
tekstur tertentu. Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup
beberapa permukaan suatu bentuk dan menyatukannya dengan bentuk geometri
yang berulang dan mendalam.
c. Pola linear
Pola linear adalah bentuk garis lurus atau linear yang dapat diperoleh dari
perubahan secara proporsional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui
pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan
bentuk dapat berupa pengulangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh
unsur lain yang terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah dinding atau jalan.
17 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
Pada pola linear ini sendiri tidak secara monoton harus berupa garis lurus
yang kaku, akan tetapi dapat dimodifikasi sedemikian rupa tergantung dari konsep
ataupun alasan-alasan tertentu, misalnya dari segi estetika dan lain-lain.
Contoh pembagian ruang dengan pola linear
Perumahan Kota Baru Runcorn, 1967, James Stirling.
Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai penyesuaian
terhadap kondisi setempat seperti topogafi, pemandangan tumbuh-tumbuhan,
maupun keadaan lain yang ada dalam tapak.
Bentuk garis lurus dapat diletakkan di muka atau menunjukan sisi suatu ruang
luar atau membentuk bidang masuk ke suatu bidang di belakangnya.
Bentuk linear dapat dimanipulasikan untuk membatasi sebagian.
Bentuk linear dapat diarahkan secara vertikal sebagai suatu unsur menara untuk
menciptakan sebuah titik dalam ruang.
Bentuk linear dapat berfungsi sebagai unsur pengatur sehingga bermacam-macam
unsur lain dapat ditempatkan disitu.
d. Pola cluster
Jika orgnisasi terpusat memiliki dasar geometrik yang kuat dalam
penataan dalam bentuk-bentuk, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan
persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud, ataupun jarak letak. Walaupun tidak
memiliki aturan geometrik dan sifat introvert bentuk terpusat organisasi kelompok
18 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan
orientasi ke dalam strukturnya.
Pembagian ruang dengan pola cluster
e. Pola radial
Pola radial adalah bentuk yang terdiri atas bentuk-bentuk linear yang
berkembang dari suatu unsur inti terpusat ke arah luar menurut jari-jarinya.
Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dn linear menjadi satu komposisi.
Inti tersebut dapat depergunakan baik sebagai symbol ataupun pusat
fungsional seluruh organisasi. Posisinya yang terpusat dapat dipertegas dengan
suatu bentuk visual dominan, atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari
lengan-lengan radialnya.
Pola radial
(Sumber : Frans D.K. Ching. Arsitektur. Bentuk, ruang dan waktu)
19 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa dengan bentuk
linear, yaitu sifat ekstovertnya. Lengan-lengan radial dapat menjangkau keluar
dan berhubungan atau mengikat diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak.
Lengan-lengan radial dapat membuka permukaannya yang diperpanjang untuk
mencapai kondisi sinar matahari, angin, pemandangan atau ruang yang
diinginkan. ( D.K. Ching, 2000)
5.2 Konsep Tampilan Bangunan
Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa syarat-
syarat suatu rencana, konteks dan keyakinan dapat digabungkan bersama, yang dalam
konteks ini dapat berupa paduan dari beberapa unsur yang mungkin berupa gagasan,
pendapat dan pengamatan ke dalam suatu kesatuan.
a. Konsep
Dalam menggambarkan penyelidikan tentang konsep, para perancang biasanya
menggunakan 6 sinonim: gagasan arsitektur, tema, gagasan superorganisasi, parti dan
esquisse dan terjemahan harfiah.
1. Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi sebagai
arsitektur formal (spt; siang hari, ruang, urutan ruang, integarasi struktur dan
bentuk, dan sitting dalam lansekap.) Soal arsitektonis secara spesifik
digunakan sebagai dasar perancang dalam pengambilan keputusan. Tiap
bagian memiliki pengaruh dalam pandangan umum.
2. Tema merupakan suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh
rancangan suatu proyek. contoh: karya Charles Moore, Kimbel Art, Gallery
Louis I Khan di Fort Worth, Texas, memakai cahaya sebagai tema.
3. Gagasan superorganisasi adalah acuan terhadap konfigurasi geometris umum
atau hierarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian di dalam proyek
yang bertujuan memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa sehingga
masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaan masing-
masing yang secara keseluruhan masih menunjang perancangan.
20 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
5. Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik
dalam suatu proyek diharapkan dikembangkan suatu konsep dan sketsa
pendahuluan dari konfiurasi bangunan.
6. Terjemahan harfiah yaitu gambaran suatu tujuan guna mengembangkan suatu
konsep dan diagram yang dapat dijadikan rencana sederhana untuk suatu
proyek. (Lorabee Bernes) jadi konsep harus dapat diekspresikan dalam jenis
sketsa. Diagram asli agaknya benar-benar dapat dilihat dan diidentifikasikan
dalam bangunan yang telah selesai.
Konsep adalah antitesis dari wawasan-wawasan yang sama sekali belum
dianggap tepat. Suatu konsep harus mengandung kelayakan; yang mungkin
menunjang maksud-maksud daru cita-cita pokok suatu proyek dengan
memperhatikan karakteristik-karakterisitik dan keterbatasan-keterbatasan yang
khas dari tiap proyek.
b. Macam-Macam Konsep dalam Arsitektur
1. Konsep Analogi
Kesatuan konsep menggabungkan elemen-elemen menandai satu baik ambisius
dan elusive. Arsitek menawarkan essay atau skenario yang menggabungkan
faktor-faktor penting dan ide-ide yang mempengaruhi solusi. Bangunan
merupakan penggabungan konsep-konsep. Arsitektur merupakan pemecahan isu-
isu individual. Pemecahan masalah untuk seorang arsitek meminimalisasikan
permintaan-permintaan. The Conceptual skenario memperluas pernyataan. konsep
diubah menjadi kesimpulan. The conceptual scenario dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan ide-ide penting dan masalah-masalah yang disimpulkan
menjadi suatu pernyataan. Konseptual skenario merupakan produk proses evolusi.
2. Konsep Metafora
Metafora mengidentifikasi hubungan diantara benda-benda dimana hubungan-
hubungan yang terjadi lebih bersifat abstrak. Dalam hal ini metafora
menggunakan kata-kata "seperti" atau "bagaikan" untuk melukiskan hubungan
tersebut.
21 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
3. Konsep Esensi
Konsep tidak hanya memperhatikan fungsi dari seluruh aktivitas dalam bangunan,
tetapi konsep dapat dikembangkan menjadi suatu melalui pendekatan secara
pragmatis.
4. Konsep Tanggapan Langsung dan Pemecahan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai oleh arsitek sebaiknya berbeda-beda / menyesuaikan
dengan keadaan. Satu konsep tidak dapat diterapkan pada berbagai proyek sebab
setiap bangunan memiliki tujuan yang berbeda-beda.
5. Konsep Standar-Standar Kesempurnaan (Ideal)
Wawasan, gagasan, konsep dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan
kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Konsep memadukan
berbagai unsur menjadi satu keseluruhan yang berkaitan dan memungkinkan
arsitek mengerahkan sumber dayanya kepada aspek-aspek perancangan yang
terpenting.
c.Konsep Visual Tampilan Bangunan dalam Arsitektur
Tampilan visual dapat merupakan suatu bangunan yang memperlihatkan sisi muka
bangunan tersebut. Namun tampilan visual dapat juga merupakan tampang sebuah bangunan atau
lingkungan yang mampu menghadirkan elemen-elemen yang terkomposisi dengan pola tertentu
untuk menghasilkan ekspresi tersendiri.
Dalam kajian ini tampilan visual yang dimaksud adalah tampilan seluruh permukaan
bangunan dan lingkungan yang mampu dinikmati dengan indera penglihatan. Hal ini diambil
berdasarkan tulisan Bentley (1985) bahwa rancangan suatu tempat akan mempengaruhi detil-
detil tampilan tempat tersebut dengan membuat orang sadar akan pilihan yang didapatnya, yaitu
kualitas visual yang cocok. Karena orang akan menginterpertasi suatu tempat sebagaimana yang
terkandung dalam tempat yang
dilihatnya, baik dia menginginkannya atau tidak. Untuk mendukung tercapainya makna dari
interpretasi pengamat maka harus ada ciri-ciri yang mudah dikenali secara visual dari bentukan
fisik yang ada. Dalam isyarat kontekstual ciri-ciri visual menurut Bentley (1985) adalah ritme
22 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3
vertical dan horizontal, skylines, detail dinding (bahan, warna, pola, dsb), jendela, pintu, lantai.
Hal ini mengacu pada kualitas lingkungan perumahan dan permukiman. Ciri visual yang lebih
mengacu pada kualitas tipologi arsitektural secara umum adalah yang berdasar Ching (1979),
yaitu: wujud, warna, tekstur, pola, posisi, orientasi, dan inertia visual. Semua ciri visual tersebut
pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana pengamat memandangnya. Keadaan
tersebut sesuai dengan: perspektif atau sudut pandang pengamat, jarak pengamat terhadap
bentuk, keadaan cahaya yang ada, dan bidang pandangan yang mengelilingi benda tersebut.
23 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3