Post on 21-Jun-2015
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANANJakarta, 31 Mei 2013
Disampaikan olehDirektur Jenderal Planologi Kehutanan
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM
PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
UU No. 24 Tahun 1992 Jo. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (khususnya Pasal 15 Ayat 2 dan Pasal 16).
PP No. 10 Tahun 2010 Jo. PP No. 60 2012 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (khususnya Pasal 48).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS
Permenhut Nomor P.36/Menhut-II/2010 Tentang Tim Terpadu dalam Rangka Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
Penyesuaian pemanfaatan ruang meliputi struktur dan pola ruang (Pasal 77 UU No. 26)
Di dalam perubahan pola ruang termasuk substansi kehutanan yang meliputi perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan hutan
UU 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 19 Kajian perubahan kawasan hutan dilakukan oleh Tim Terpadu.
Terhadap perubahan peruntukan dilakukan KLHS untuk menentukan perubahan yang berdampak penting cakupan luas dan bernilai stragis (DPCLS)
1. Sistem pusat permukiman2. Sistem jaringan prasarana
Kawasan Lindung
Kawasan Budidaya
1. Perlindungan kawasan bawahannya: – Kawasan hutan lindung– Kawasan bergambut– Kawasan resapan air
2. Kawasan perlindungan setempat3. KSA/KPA, dan cagar budaya4. Kawasan rawan bencana alam5. Kawasan lindung geologi, dan
lainnya
1. Kawasan hutan produksi2. Kawasan hutan rakyat3. Kawasan pertanian4. Kawasan perikanan5. Kawasan pertambangan6. Kawasan industri7. Kawasan pariwisata8. Kawasan pemukiman dan atau9. Kawasan lainnya
STRUKTUR RUANG
POLA RUANG
RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
Mengkaji dampak/risiko perubahan peruntukan kawasan hutan yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP terhadap kondisi lingkungan
Merumuskan rekomendasi (alternatif) perubahan peruntukan kawasan hutan yang memberikan dampak/risiko yang lebih rendah bagi kondisi lingkungan hidup
Kriteria Pokok PP 10/2010 Pasal 48UU 32/2009 Pasal 15 dan 16, Permen LH
09/2011
Biofisik
Iklim perubahan iklim;tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
Ekosistem kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
perkiraan mengenai dampak dan LH ; kinerja layanan/jasa ekosistem; tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati
Kriteria Pokok PP 10/2010 Pasal 48 UU 32/2009 Pasal 15 dan 16, Permen LH 09/2011
Tata Air peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;
Sosial Ekonomi Masyarakat
Peningkatan sosial dan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
ASPEK HUKUM & KELEMBAGAAN
Visi Daerah (RPJPD/ RPJMD) Legalitas Perijinan/Hak Sejarah Kawasan Kelembagaan Desa
ASPEK SOSEKBUD
Permukiman dan lahan garapan Fasos/fasum Pengembangan wilayah Kebutuhan dasar dan identitas
budaya
ASPEK BIOFISIK/EKO-
LOGI
Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Jasa lingkungan : tata air, iklim, emisi karbon, kerawanan bencana
Skor Kawasan : lereng, tanah, CH Ekoregional : kesatuan ekosistem,
DAS/kesatuan hidrologi, Pulau Kecil
Perubahan Peruntukan
Upland/DAS (HP, HPT)
Lowland/delta: (HP, HPK)
KSA/KPA menjadi APLHL menjadi APL
1. presentase kawasan hutan terhadap luas DAS < 30 %
2. Kawasan hutan berkurang menjadi < 30%
3. DAS Kritis priorotas I :• skoring >175 • lereng > 45%• Tanah sangat peka erosi:
regosol, litosol, organosol. Rensina)
• Rawa• Mangrove• Gambut• Kawasan hutan berkurang
menjadi < 30%
DPCLS
Pulau Kecil(HP, HPT, HPK)
• skoring >175 • lereng > 45%• Kawasan hutan berkurang menjadi
< 30%• presentase kawasan hutan dan
tutupan vegetasi terhadap luas P. Kecil < 30 %
Hasil KLHS terhadap perubahan peruntukan yang memenuhi kriteria DPCLS disampaikan kepada DPR untuk mendapat telaah lebih lanjut
Hasil telaah DPR berupa rekomendasi diterima atau ditolak
Rekomendasi yang diterima atau disetujui DPR disampaikan kepada pemerintah yang selanjutnya pemerintah (Kementerian Kehutanan) menerbitkan keputusan perubahan peruntukan kawasan hutan
Dalam hal usulan perubahan peruntukan ditolak oleh DPR, maka terhadap kawasan hutan yang belum mendapat persetujuan mengacu pada kententuan perubahan peruntukan kawasan hutan berdasarkan rencana tata ruang wilayah sebelumnya (Pasal 30 ayat 1 PP No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Tata Ruang)
Selama ini KLHS dilakukan pada perubahan peruntukan atas rencana pembangunan dan kondisi eksisting
Dengan pertimbangan kondisi eksisting sudah tidak menimbulkan dampak, maka perubahan peruntukan pada fungsi apapun atas kondisi eksisting seharusnya tidak perlu dilakukan KHLS