Post on 30-Jan-2018
I. Prolog
Air merupakan kebutuhan pokok manusia dalam melangsungkan hidupnya. Kebutuhan akan air
ini sangat vital karena manusia tidak dapat terlepas dari air untuk minum, mandi, mencuci, wudhu
bagi umat muslim, bercocok tanam, segala macam kebutuhan hidup dan pekerjaan pasti
membutuhkan air. Namun, issu global mengenai krisis air mulai gempar dibicarakan. Menurut data,
70% permukaan bumi kita adalah air. Akan tetapi dari semua air itu 97 % adalah air asin dan sisanya
3% adalah air tawar. Prosentasi air tawar tadi masih dibagi dengan es, air tanah, air permukaan dan
uap air. Selain itu, tidak semua air tawar layak untuk diminum. Itu juga belum termasuk air yang
tercemar oleh manusia. Dan tidak semua daerah di dunia ini mendapatkan porsi air yang cukup. Hal
ini lah yang menjadi kecemasan terancamnya ketahanan air dimasa depan. Terlebih lagi pertumbuhan
penduduk yang meningkat tajam mampu mempercepat laju permintaan air di masa depan.
Berdasarkan kondisi air (kualitas maupun ketersediaan) di Indonesia, potensi sebagai negara
yang kaya air tidak mampu menghindarkan Indonesia dari krisis air bersih. Setiap kali musim
kemarau tiba berbagai daerah mengalami kekeringan air. Bahkan ketika musim penghujan pun krisis
air bersih tetap mengintai lantaran surplus air yang kerap mengakibatkan banjir sehingga sumber air
tidak dapat termanfaatkan. Berdasarkan data yang ada, Indonesia memiliki lebih dari 500 danau dan
cekungan air di Indonesia diperkirakan mempunyai total volume sebesar 308 juta meter kubik.
Dari data tersebut Indonesia tidak terbantahkan sebagai negara yang kaya akan ketersediaan air.
Sayangnya potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya
daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15–35% per kapita per
tahun. Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial.
Berdasarkan hal tersebut, ancama krisis air di masa depan tidak dapat dihindarkan. Oleh sebab itu,
diperlukan penelitian untuk mengetahui kesiapan Indonesia dalam menghadapi krisis air pada tahun
2040.
II. Situasi Supply dan Demand Saat Ini
a. Supply
Supply air bersih di Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu supply air dari PDAM, daya
tampung sungai yang menjadi sumber air bersih, ketersediaan air tanah serta potensi hujan di Indonesia.
Penyediaan/ supply air bersih di Indonesia lebih banyak mengarah pada penyediaan air minum. Sistem
tanpa pipa dan sistem penyediaan air secara mandiri menjadi sumber utama penyediaan air domestik
bagi penduduk. Sementara itu, sistem penyediaan air menggunkana pipa dikelola oleh 341 PDAM, yang
berada dibawah yurisdiksi dan kepemilikan pemerintah daerah. Sebagian besar PDAM sedang berjuang
karena situasi keuangan yang memburuk serta kualitas pelayan yang menurun, ditambah dengan adanya
pemindahan tanggung jawab untuk mengembangkan infrastruktur air dan sanitasi.
Tabel 1
Potensi Cekungan Air Tanah Indonesia
Sumber : Status Lingkungan Hidup Indonesia 2008, Kementerian Lingkungan Hidup
Sungai merupakan salah satu sumber air yang digunakan di Indonesia. Indonesia memiliki lebih
dari 5.590 sungai yang sebagian besar di antaranya memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai
sehingga tidak bisa terhindar dari bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan
beberapa sungai di Jawa. Secara umum sungai-sungai yang berasal dari gunung berapi (volcanic)
mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream), tengah
(middlestream) dan hilir (downstream) sehingga curah hujan yang tinggi dan erosi di bagian hulu akan
menyebabkan jumlah sedimen yang masuk ke sungai sangat tinggi. Tingginya sedimen yang masuk
akhirnya menimbulkan masalah pendangkalan sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih landai
dan rata, sehingga sering terjadi banjir di dataran rendah (Kementerian PPN/Bappenas, Infrastruktur
Indonesia, 2003). Sungai-sungai tersebut dikelompokkan menjadi 133 Wilayah Sungai (WS) yang
terdiri dari 13 WS kewenangan kabupaten, 51 WS kewenangan propinsi, dan 69 WS pusat yang
berlokasi di lintas propinsi, lintas negara, dan sungai strategis nasional. Untuk meningkatkan manfaat
dan ketersediaan air, telah dibangun bendungan yang hingga saat ini telah mencapai 235 buah.
Iklim tropis memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Tingginya curah hujan di
Indonesia membuat ketersediaan air tinggi di beberapa wilayah. Untuk melihat potensi air hujan yang
meresap ke dalam tanah dapat dihitung menggunakan persmaaan
(1-C) X I X A, dengan C= koefisien run-off, I = Intensitas curah hujan, dan A = luas area.
Potensi air limpasan hujan (permukaan)
= (1-0,35) X 5.193.250 km2 X 1.000.000 m2/km2 X 3 m/tahun
= 1,01 x 1013 m3/tahun
Data tersebut menunjukkan air limpasan yang akan menjadi sumber air permukaan memiliki
potensi yang cukup tinggi, namun tidak selamanya air limpasan ini bersifat baik, karena tidak jarang air
limpasan justru menyeabkan banjir dan longsor.
Indonesia memiliki potensi sumber daya air yang melimpah, menurut worldwater.org,
Indonesia memiliki potensi ketersediaan sumber daya air terbesar keempat didunia setelah Brazil,
Rusia, dan Kanada, yaitu mencapai 2838 miliar m3/tahun. Potensi tersebut bersumber dari sungai,
danau, waduk, rawa, air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air.
Salah satu sumber air yang penting diperhatikan adalah air tanah di wilayah gunung api
mengingat potensinya yang sangat tinggi. Menurut badan geologi kementrian energi dan sumber
daya mineral, berdasarkan hasil survei cekungan air tanah tahun 2007, diketahui Indonesia
mempunyai potensi sumberdaya air tanah mencapai 1700 miliar m3/tahun yang jumlah terbesarnya
tersimpan dalam endapan volkanik atau gunung api.
b. Demand
Demand air bersih sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Untuk memperkirakan demand air
bersih pada tahun 2040 maka perlu diketahui pula jumlah penduduk pada tahun tersebut.
Tabel 1.
PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER 5 TAHUN SERTA KEBUTUHAN AIR
PADA TAHUN 2040
Sumber: Universitas Islam Bandung dan Hasil Analisis, 2011
Dari data proyeksi tersebut diatas diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2040 diprediksi akan mencapai 325.880.000 jiwa. jika digunakan standar kebutuhan air
bersih 60L/orang/hari, maka kebutuhan (demand) air penduduk Indonesia akan mencapai
19.552.800.000 Liter.
Jika dilihat dari supply dan demand untuk tahun 2040, Indonesia masih memiliki
peluang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini akan terjadi apabila rata-rata curah
hujan tinggi serta semua sungai akan berada pada kondisi baik, dimana tidak terjadi
sedimentasi sehingga daya tampung sungai tidak berkurang, maka supply dan demand air akan
sesuai. Namun, jika kondisi lain terlibat, maka dapat diperkirakan Indonesia dapat mengalami
krisis air bersih di masa depan.
Tahun PR LK Jumlah Kebutuhan Air
(60L/orang/hari)2015 125113525 126528975 251642500 15098550000
2020 132374288 134115712 266490000 15989400000
2025 140033119 141304381 281337500 16880250000
2030 147726136 148458864 296185000 17771100000
2035 155403890 155628610 311032500 18661950000
2040 163027936 162852064 325880000 19552800000
Gambar 1.
Water Stress by Country
Sumber: World Resources Institute, 2015
Berdasarkan data yang dirilis World Resources Institute (WRI) pada Agustus 2015 lalu,
diketahui bahwa Indonesia pada Tahun 2040 termasuk salah satu negara yang mengalami krisis air.
WRI mengembangkan penelitian ini dengan melakukan simulasi antara cadangan air bersih yang
tersedia di alam dengan tingkat pertumbuhan populasi, tingkat oengembangan kota, pertumbuhan
industri, alokasi pemerintah terhadap pengelolaan air di tahun-taun sebelumnya, serta rencana
pengembangan resapan air, dan juga memasukkan model perubahan cuaca setiap 10 tahun yang selalu
akan semakin meningkat menjadi lebih panas. Peta prediksi tersebut diatas, dibuat dengan
menggabungkan skenario antara data prediksi perubahan iklim dalam beberapa tahun kedepan serta
tingkat pertumbuhan sosial ekonomi suatu negara.
Data lain dari WRI, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-51 di dunia
sebagai negara yang akan mengalami krisis air pada Tahun 2040. Level krisis yang diprediksi akan
terjadi di Indonesia termasuk pada level resiko tinggi (high 40-80% possibility).
Gambar 2.
Daftar Peringkat Negara Krisis Air Tahun 2014
Sumber: World Research Institute, 2015
III. Tren dan Inovasi
a. Tren
Gambar 3
Proyeksi Penduduk Hingga Tahun 2040
2 0 1 5 2 0 2 0 2 0 2 5 2 0 3 0 2 0 3 5 2 0 4 0
1509
8550
000
1598
9400
000
1688
0250
000
1777
1100
000
1866
1950
000
1955
2800
000
Sumber: Hasil Analisis 2015
Dari grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa tren demand (kebutuhan) penduduk akan air
terus meningkat, sehingga kebutuhan yang meningkat ini harus direspon dengan penyediaan yang
sesuai. Selain itu berdasarkan perhitungan potensi air limpasan, terlihat bahwa potensi air limpasan
cukup tinggi, sehingga hal ini dapat dijadikan supply dalam menyediakan kebutuhan pada 2040
mendatang, tentunya dengan berbagai tindakan penyimpanan cadangan air yang tepat.
b. Inovasi
Ketahanan air bersih merupakan suatu isu yang sedang hangat diperbincangkan saat ini.
masalah defisit air bersih yang dapat mengancam di masa yang akan datang memerlukan penanganan
serius sejak saat ini. Beberapa inovasi dilakukan di berbagai aspek mulai dari kebijakan, program,
serta penerapan science dan teknologi terbarukan.
Dalam permasalahan ketahanan air terdapat 3 domain solusi yang perlu diperhatikan, yaitu: 1)
Kondisi alami sumber daya air; 2) Pembenahan institusi; dan 3) Perbaikan perilaku masyarakat.
IPTEK dapat berkontribusi pada ketiga domain tersebut. Khusus untuk domain sumber daya air secara
fisik, peran IPTEK dapat memaksimalkan nilai sumber daya air ataupun melakukan strategi dalam
pengelolaan sumber daya air. Contoh memaksimalkan nilai adalah teknologi pengolahan air. Ini
dilakukan untuk memaksimalkan standar kualitas air guna memenuhi kebutuhan air yang terus
meningkat. Contoh strategi penanganan adalah teknologi distribusi air, hujan buatan, dan sebagainya.
Ini perlu dilakukan meskipun dengan resiko biaya tinggi. Pada hakikatnya, peran IPTEK pada domain
ini adalah untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan pada karakateristik alami sumber daya air.
Di dunia terdapat beberapa negara yang mengalami krisis air bersih. Salah satunya adalah
Singapura. Negara ini hanya memiliki luas 710 km dan berpenduduk padat yaitu sekitar 5,4 juta
penduduk, tidak adanya sumber daya air alami di negaranya dan kurangnya lahan untuk
mengumpulkan dan menyimpan air hujan yang menyebabkan pengelolaan air merupakan tantangan
besar bagi negara tersebut sehingga Singapura sangat bergantung pada air yang diimpor dari Malaysia
serta Singapura juga menghadapi tantangan yang lain yaitu kekeringan, banjir meluas dan polusi air di
tahun-tahun awal pendirian negara ini. Namun saat ini, Singapura telah mengembangkan berbagai
strategi/usaha untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang berkelanjutan dengan memanfaatkan
tangkapan lokal, air impor, air reklamasi (atau NEWater) dan air desalinasi yang menjadi 4 pilar
pemenuhan kebutuhan air bersih di Singapura.
Tangkapan air lokal ( Local Catcment Water ).
Singapura memiliki dua sistem yang terpisah untuk mengumpulkan air hujan dan air yang
digunakan (used water). Air hujan dikumpulkan melalui sistem jaringan yang komprehensif dari
saluran air, kanal, sungai, kolam penampung air hujan (storm-water collection ponds) dan disimpan di
17 reservoir sebelum diolah untuk penyediaan air minum. Hal ini membuat Singapura menjadi salah
satu dari sedikit negara di dunia yang menggunakan air hujan pada skala besar untuk persediaan
airnya. Tangkapan air lokal ini merupakan pilar pasokan air yang berkelanjutan untuk Singapura.
Air daur ulang ( Recycling water - newWater ).
NEWater (air daur ulang) yang merupakan air reklamasi bermutu tinggi yang dihasilkan dari
pengolahan air terpakai (used water). Yang selanjutnya dimurnikan menggunakan teknologi membran
yang canggih (mikrofiltrasi, reverse osmosis) dan disinfeksi ultra-violet (ultra-violet disinfection),
sehingga dihasilkan air ultramurni (ultra-clean) dan aman untuk diminum.
Pada tahun 2010, pabrik NEWater terbaru dan terbesar di Singapura selesai dibangun. Secara
bersama-sama, empat pabrik NEWater Singapura dapat memenuhi hingga 30% dari kebutuhan air
Singapura saat ini.
Air Desalinasi (Desalinated water).
Desalinasi adalah proses pengolahan air laut dengan reverse osmosis yaitu menghilangkan garam
dan mineral dari air laut. Singapura memiliki salah satu plant air laut berbasis reverse-osmosis
(seawater reverse osmosis) terbesar di Asia, yang menghasilkan 30 juta galon air perhari (136.000
meter kubik) dan dapat memenuhi sekitar 10% kebutuhan air Singapura. Pabrik desalinasi kedua yang
lebih besar lagi adalahTuaspring Desalination Plant yang dibuka pada September 2013 memiliki
kapasitas 70 juta galon air per hari atau 318.500 meter kubik air desalinasi . Hari ini, air desalinasi
tersebut dengan kapasitas total 100 juta galon air sehari dari dua pabrik dapat memenuhi hingga 25%
dari kebutuhan air Singapura saat ini. Pada 2060, Singapura berniat untuk meningkatkan kapasitas
desalinasi ini sehingga air desalinasi dapat memenuhi hingga 30% dari kebutuhan air Singapura dalam
jangka panjang.
Membangun bendungan DAM di Teluk "Marina Baragge".
Membendung muara untuk dijadikan resevoir air tawar dilakukan Singapura demi melepas
ketergantungan pasokan air bersih dari negara lain. Proyek senilai lebih 220 juta dolar Singapura atau
lebih Rp 1,5 triliun ini dilengkapi galeri yang sekaligus menjadi ikon baru pariwisata Singapura.
Galeri ikon baru pariwisata Negeri Singa ini diberi nama Marina Barrage. Galeri ini adalah satu-
satunya yang mengangkat tema lingkungan dan manfaatnya. Memasuki galeri, pengunjung disambut
sebuah pohon rekaan yang menyimbolkan terjaganya lingkungan yang bersih dan sehat sekaligus
ancaman apabila tidak merawatnya.
Sama seperti Singapura, Indonesia juga tidak luput dari ancaman krisis air. Ancaman inilah yeng
membuat pemerintah serius dalam meningkatkan ketahanan air sedini mungkin. Pemerintah pun terus
berupaya menciptakan teknologi yang dapat mendukung ketahanan air melalui Badan Litbang
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Pusat Litbang Sumber Daya Air. Teknologi pertama adalah
teknologi berupa aplikasi software untuk mendukung irigasi yang diberi nama Sistem Manajemen
Operasi Irigasi. Aplikasi ini memungkinkan petugas/pengelola irigasi melakukan monitoring
pelaporan operasi irigasi secara real time. Teknologi lainnya adalah Bangunan pengendali sedimen.
Bangunan ini mampu mengurangi sedimentasi waduk dengan cara yang lebih mudah dan lebih murah.
Lebih mudah terutama untuk operasi dan pemeliharaannya dan lebih murah dari segi biaya konstruksi
dan O&P rutin.
Selanjutnya adalah Pompa Klep Tenaga Gelombang. Pompa ini merupakan pompa yang
bergerak dinamis, kedap air laut, dan dapat mengalirkan mata air ke arah darat. Energi dari pompa
dibangkitkan oleh gelombang yang terjadi di perairan sekitar mata air. Sehingga sangat cocok
diterapkan di pulau terpencil yang minim tenaga listrik. Dan yang terakhir adalah Jaringan Hidrologi
Nasional Real Time. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kualitas data hidrologi melalui modernisasi
sistem dan peralatan dengan pemasangan peralatan telemetri pada pos AWLR dan ARR di BWS/
BBWS. Selain itu, terdapat pula inovasi yang dilakukan swasta dalam memecahkan permasalahan
krisis air ini.
Teknologi penjernihan
Teknologi penjernihan merupakan terobosan dalam mengolah air kotor menjadi air bersih
minum. Teknologi ini telah diterapkan di Jakarta oleh PT Pam Lyonnaise Jaya atau Palyja, salah satu
operator air bersih di DKI Jakarta. Penjernihan ini dilakukan dengan mengolah air dari Kanal Banjir
Barat untuk air bersih minum. Instalasi dibangun di tepian kanal di Karet Tengsin, Kecamatan Tanah
Abang, Jakarta Pusat, dengan kapasitas 550 liter per detik.
Pada proses produksi, teknologi moving bed biofilm reactor (MBBR) menggunakan medium-
medium kecil yang dinamakan meteor untuk prapengolahan air bersih yang diambil dari Kanal Banjir
Barat. Air dari kanal itu dinilai sangat buruk mutunya karena tercemar limbah domestik dan industri.
Proses tersebut dapat mengurai kadar polutan sehingga layak jadi air bersih minum. Air dari Kanal
Banjir Barat disalurkan melewati saringan sampah. Setelah itu, air diendapkan sekitar 1 jam di bak
prasedimentasi agar partikel-partikel air mengendap. Air lantas menuju ke bak berisi meteor dan
melewati bak ini sekitar satu jam. Sesudah proses ini, air sudah layak sebagai air bersih dan dialirkan
ke instalasi pengolahan air Palyja di Pejompongan.
Palyja berencana membangun instalasi pengolahan air (IPA) di Pesanggrahan dengan kapasitas
1.200 liter per detik. Palyja juga berencana menambah air bersih dari IPA Bekasi sekitar 3.000 liter
per detik. Ada pula rencana memperkuat jaringan di area TB Simatupang, Gedong Panjang, Muara
Baru, dan Pluit untuk menopang capaian target layanan 95 persen tahun 2020. Tambahan itu
merupakan langkah awal meningkatkan cakupan pelayanan hingga 95 persen pada tahun 2020.
Pengolahan Lumpur Aetra (Decanter)
Operator air bersih DKI Jakarta lainnya, PT Aetra, juga berinovasi dengan menggunakan
pengolahan lumpur atau decanter untuk proses pemisahan air dari material lumpur. Penggunaan
pengolahan lumpur itu dapat langsung memisahkan air dari material lumpur tanpa perlu diendapkan
lagi.
Decanter sebelumnya umum digunakan untuk pengolahan minyak kelapa sawit mentah. Oleh
teknisi PT Aetra, alat itu dimodifikasi agar dapat digunakan untuk memisahkan partikel lumpur dari
air. Setelah melalui modifikasi dan uji coba di IPA Buaran, decanter kini dapat digunakan untuk
mengolah lumpur sisa pengolahan air di IPA. Penggunaan teknologi tersebut mampu memberikan
kontribusi hingga 5 persen dari volume air bersih yang dihasilkan di IPA Pulogadung dan Buaran.
IV. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Supply dan Demand
a. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Supply
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi supply air bersih di Indonesia seperti
ketersediaan air bersih, tekanan demografi, pencemaran sumber air, dan perubahan iklim.
1. Ketersediaan air bersih
- Air permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Air permukaan yang
dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air yang terdapat dalam proses sirkulasi air
(siklus hidrologi), jika sirkulasi tidak merata maka akan terjadi bermacam kesulitan diantaranya
sirkulasi yang kurang, maka kekurangan air ini harus ditambah dalam suatu usaha pemanfaatan
air. Yang paling berperan dalam mengkaji ketersediaan air permukaan adalah data rekaman
debit aliran sungai, rekaman tersebut harus berkesinambungan dalam periode waktu tertentu.
- Cekungan air tanah
Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung. Air tanah merupakan sumber daya air yang sangat penting karena ssay ini
keperluan air bersih masyarakat menggunakan air yang dipasok oleh PDAM atau menggunakan
air tanah yang berasal dari sumur dangkal atau susmur dalam. Air tanah adalah merupakan
sumber air bersih yang paling murah bagi masyarakat dengan kualitas yang cukup baik.
- Air hujan
Curah hujan yang tinggi dengan periode yang lebih pendek tidak meningkatkan volume
pengisian ulang air tanah, tetapi justru meningkatkan limpasan, banjir ekstrim, erosi, dan
sedimentasi yang akan mengikis lapisan atas tanah (humus) yang kaya akan zat hara.
Grafik natural water security menunjukkan perbandingan ketahanan air antara India, RRC, dan
Indonesia. Jika dibandingkan dengan dua negara lainnya, Indonesia memiliki ketahanan air
yang cukup baik. Sementara tabel menunjukkan durasi ketersediaan air di tiga negara, untuk
Indonesia durasinya 19,86 jam/hari.
2. Tekanan Demografi
Ketahanan air di Indonesia saat ini menghadapi ancaman, terutama di wilayah Indonesia
bagian barat, khususnya di Pulau Jawa. Penyebab utama munculnya ancaman tersebut adalah
karena distribusi penduduk dan kegiatan ekonomi yang tidak merata. Sekitar 60% penduduk
Indonesia yang saat ini berjumlah lebih dari 240 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa, yang merupakan
pulau terkecil dari lima pulau besar di Indonesia. Di samping jumlah penduduk yang besar, Pulau
Jawa juga menjadi pusat pemerintahan serta pusat perdagangan dan industri. Hal itu berdampak
pada perubahan tata guna lahan, dari hutan berubah menjadi lahan pertanian, dan dari lahan
pertanian berubah menjadi permukiman, industri, dan perkotaan. Perubahan tata guna lahan
tersebut pada akhirnya berdampak pada meningkatnya limpasan langsung, perubahan kebutuhan
air, serta menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan
industri.
3. Pencemaran Air
Salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh beberapa danau dan waduk di Indonesia
saat ini adalah terjadinya proses eutrofikasi sebagai akibat meningkatnya pencemar dan zat
penyubur (nutrient) yang berasal dari limbah pertanian, rumah tangga, dan industri. Penggunaan
pupuk kimia yang berlebihan pada daerah tangkapan, pada akhirnya terbawa aliran air hujan dan
masuk ke dalam danau dan waduk. Demikian juga, belum tersedianya instalasi pengolah air
limbah (IPAL) untuk mengolah limbah rumah tangga, perkotaan, ataupun limbah industri
menyebabkan zat-zat pencemar tersebut terkumpul di dalam danau dan waduk. Di samping itu,
budidaya ikan dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA) semakin memperparah proses
eutrofikasi tersebut, karena pakan ikan yang mengendap di bawah KJA tersebut akan
meningkatkan kandungan N dan P yang menyebabkan status trofiknya berkembang dari
oligotrofik, menjadi mesotrofik, eutrofik, dan hipereutrofik.
4. Perubahan Iklim
Indonesia dan penduduknya sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim terutama
kenaikan permukaan air laut, dengan lebih dari 42 juta orang yang tinggal di daerah kurang dari
10 meter di atas permukaan laut, peningkatan banjir dan peristiwa hujan ekstrem cenderung
menjadi gangguan besar. Di daerah dataran rendah yang berdekatan dengan pantai, khususnya
di Jakarta, Semarang, dan Bandar Lampung, situasi ini memberikan tantangan yang lebih besar
dalam menangani dampak perubahan iklim. Di lokasi tersebut, kebutuhan untuk memperluas
sistem penyediaan air pipa menjadi lebih penting.
Peningkatan suhu akibat perubahan iklim mengakibatkan semakin tingginya penguapan
sumber air permukaan seperti sungai, danau, dan waduk, sehingga mengurangi jumlah air
bersih. Penguapan ini juga menurunkan kualitas sumber air permukaan hingga batas bawah
toleransi (tidak adapat diolah) akibat makin pekatnya bahan pencemar, salinitas, dan
mikroorganisme air pembawa wabah penyakit.
Sistem air tanah umumnya lebih tahan terhadap perubahan iklim daripada sumber air
permukaan. Namun, hal yang perlu diperhatikan ialah pada saat penguapan meningkat badan
air tanah kehilangan lebih banyak air. Suhu yang tinggi juga juga mempercepat pembentukan
kerak tanah sehingga butuh waktu lebih lama agar tanah dapat kembali pada kondisi maksimum
untuk meresap air hujan. Berdasarkan ketiga hal tersebut, total volume air yang masuk ke
lapisan akuifer (lapisan penahan air) menjadi berkurang.
Sementara naiknya muka laut (transgresi) dapat membuat batas antara air tanah dan air laut
naik semakin jauh ke daratan (intrusi air laut) sehingga mencemari lebih banyak sumber air
minum. Sejumlah model memproyeksikan peningkatan muka laut di Indonesia sebesar 6 – 8
milimeter per tahun, sehingga mencapai peningkatan sekitar 195 milimeter pada tahun 2030
dan 320 milimeter pada tahun 2050 (BAPPENAS, 2010). Dari data Bappenas tersebut,
diketahui bahwa dari tahun 2030 hingga tahun 2050 peningkatan kenaikan muka laut cukup
drastis, bisa dibayangkan peningkatan muka laut pada tahun 2040 juga cukup tinggi.
b. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Demand
Demand terhadap air bersih merupakan permintaaan masyarakat terhadap air bersih. Peningkatan
jumlah penduduk juga meningkatkan kebutuhan masyarakat akan air bersih. Hal ini dikarenakan air
bersih merupakan kebutuhan pokok manusia. Adanya defisit yang diperkirakan terjadi pada tahun
2020 disebabkan oleh adanya jumlah penduduk dan adanya peningkatan aktivitas ekonomi secara
signifikan (Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas, 2006 dalam Samekto dan Winata, 2010).
Peningkatan jumlah penduduk akan memicu tingginya aktivitas yang dilakukan sehingga kebutuhan
akan air akan meningkat pula. Aktivitas yang memicu peningkatan permintaan air adalah
kecenderungan meningkatnya permintaan pangan utama, pertumbuhan sektor-sektor industri,
perumahan dan lingkungan (Sutrisno dan Heryani, 2014).
Peningkatan permintaan pangan sangat mempengaruhi permintaan air untuk pertanian. Pertanian
Indonesia yang masih tradisional sangat bergantung pada ketersediaan air yang cukup sehingga
permintaan air untuk kebutuhan ini sangat tinggi. Beberapa daerah bahkan harus menunggu musim
hujan untuk memulai penanaman karena terbatasnya air yang tersedia. Peningkatan jumlah penduduk
di masa depan akan meningkatkan pula kebutuhan air pada pertanian.
Selain untuk permintaan pangan, kebutuhan air akan industri terus meningkat. Peningkatan
science dan teknologi meningkatkan pertumbuhan industri di Indonesia. Industri memanfaatkan air
sebagai bahan bersih, pencucian, pendinginan, steam, dan power plant. Di masa depan dengan
perkembangan IPTEK diperkirakan dunia industri akan berkembang pula sehingga permintaan air
juga akan meningkat untuk kebutuhan ini.
Selain sebagai sumber pangan dan industri, air juga dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga
dan lingkungan. Rumah tangga mengolah air untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi,
mencuci dan kebutuhan lainnya. lingkungan juga memerlukan air sebagai pemenuh kebutuhan
makhluk hidup lainnya seperti pemenuhan kebutuhan hutan. Selain yang telah disebutkan di atas, air
juga digunakan untuk kebutuhan transportasi, rekreasi, pemadam kebakaran dll.
V. Ramalan Peristiwa di Masa Depan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suber daya air mulai dari iklim tropis yang
memiliki curah hujan tinggi, banyaknya sungai sebagai penampung hujan, dan ketersediaan air tanah
yang tinggi. Jika melihat dari ketersediaan ini, maka Indonesia akan sulit mengalami krisis air.
Namun, hal ini tidak dapat dilihat dari segi supply saja, segi demand juga harus diperhatikan.
Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi meningkatkan pula permintaan akan air. Diperkirakan
Indonesia pada tahun 2040 akan memiliki jumlah penduduk 325.880.000 jiwa. Jika digunakan standar
kebutuhan air bersih 60L/orang/hari, maka kebutuhan (demand) air penduduk Indonesia akan
mencapai 19.552.800.000 Liter. Kebutuhan ini masih bisa terpenuhi jika diasumsikan rata-rata curah
hujan tinggi serta semua sungai akan berada pada kondisi baik, maka supply dan demand air akan
sesuai.
Untuk memperkirakan masa depan, tidak cukup melihat supply dan demandnya saja. Diperlukan
pula melihat faktor lain yang dapat menjadi pendukung dan penghambat dalam melihat kebutuhan air
dimasa depan. Faktor yang mempengaruhi supply itu ada empat, yaitu ketersediaan air bersih, tekanan
demografi, pencemaran sumber air, dan perubahan iklim. Ketersediaan air bersih merupakan faktor
internal, sementara tiga lainnya merupakan faktor ekstrenal karena perubahan perilaku individu.
Dari sisi demand, faktor pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan faktor utama yang
menentukan demand air bersih. Peningkatan jumlah penduduk ini juga didukung dengan
pengembangan IPTEK yang berpengaruh pada peningkatan kegiatan ekonomi dan industri yang
mampu meningkatkan kebutuhan air. Permintaan air juga dibutuhkan lingkungan sebagai
penyeimbang alam sehingga hal ini juga harus diperhitungkan.
Pengembangan inovasi juga banyak dilakukan untuk mempersiapkan diri terhadap krisis air
bersih masa depan. Singapura merupakan negara yang bisa dijadikan contoh dalam mengelola
kebutuhan airnya melalui pengembangan teknologi. Indonesia sudah mulai menerapkan penggunaan
teknologi dalam mempersiapkan krisis air. Namun, penggunaan ini hanya dalam skala mikro belum
mampu menggunakan teknologi secara makro dan terintegerasi seperti yang dilakukan Singapura
sehingga diperlukan pula pengembangan lebih lanjut untuk menghadapi krisis air.
Dengan melihat supply dan demand, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan air di
masa depan serta inovasi yang ada, Indonesia diperkirakan akan mengalami krisis air. Kebutuhan air
Indonesia pada tahun 2014 akan terpenuhi jika supply air yang ada dapat ditingkatkan. Namun dengan
melihat jumlah penduduk yang tinggi, kebutuhan air industri yang tinggi, pencemaran yang
merupakan masalah yang masih disepelekan serta penerapan teknologi yang masih mikro dan belum
terintegasi dapat memberikan gambaran bahwa supply air dimasa depan tidak mampu memenuhi
kebutuhan Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pembenahan mulai dari sisi kebijakan, penerapan
teknologi dan perilaku masyarakat dalam mengelola air yang ada.
Daftar Pustaka
ADB. Indonesia Water Supply and Sanitation Sector Assessment, Strategy, and Road Map. Diakses melalui
http://www.adb.org/sites/default/files/institutional-document/33808/files/indonesia-water-supply-sector-
assessment.pdf pada 16 Maret 2016
http://himatesil.lk.ipb.ac.id/2015/07/27/permasalahan-ketersediaan-air-bersih-dan-solusinya/ diakses pada 16
Maret 2016
http://kehutanan.bappenas.go.id/sinergi-kebijakan-blue-water-dan-green-water-menentukan-keberhasilan-
pencapaian-ketahanan-air/ diakses pada 16 Maret 2016
https://litbang.pu.go.id/5-teknologi-terbaru-mengatasi-krisis-air/ diakses pada 16 Maret 2016
http://print.kompas.com/baca/2015/05/20/Menengok-Inovasi-DKI-Jakarta-untuk-Mengejar-Defisi diakses pada
16 Maret 2016
http://tuankomodo.blogspot.co.id/2015/02/inilah-cara-singapura-mengatasi-krisis.html diakses pada 16 Maret
2016
http://www.softride.co.id/news/5/Dunia-Krisis-Air-Bersih diakses pada 16 Maret 2016
http://www.kompasiana.com/lionstar/waspada-indonesia-krisis-air-sebelum-2040-semakin-
nyata_56291eb850f9fda1058b456d diakses pada 16 Maret 2016
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirTanahBuatan/Bab3-AnalisaKebutuhanAir.pdf
Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum BAB I
ketentuan umum Pasal 1 ayat 8.
Samekto, Candra, Winata, Ewin Sofian. Potensi Sumber Daya Air di Indonesia.
KETAHAN AIR INDONESIA TAHUN 2040
Tugas Mata Kuliah Seminar Studi Futuristik
Oleh
Kintani Rizky Safitri/15412015Dian Ade Putri/15412047
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015/2016