Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

Post on 08-Feb-2018

237 views 0 download

Transcript of Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    1/140

    PENGARUH PENDEKATANRECIPROCAL TEACHING

    TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

    DALAM BELAJAR MATEMATIKA

    (Studi Eksperimen SMP AL-HASRA Depok)

    Oleh :

    SUFINA NURHASANAH

    104017000530

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010 M / 1430 H

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    2/140

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

    kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

    mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam

    Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan

    Nasional Bab 1 Pasal 1 yaitu:

    Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

    mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

    secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

    mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    Negara.1

    Al-Quran merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi

    ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu penegtahuan.

    Hal ini tersirat dalam firman Allah surat Azzumar ayat 9 yang berbunyi:

    Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-

    orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang

    berakallah yang mampu menerima pelajaran.

    Oleh karena itu dibutuhkan secara sadar dan kemauan kuat dari setiap

    individu tersebut untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan untuk

    menumbuhkan potensi sumber daya manusia itu sendiri.

    1Undang- Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

    (Bandung: Citra Umbara, 2003) h. 20

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    3/140

    Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal

    dan diakui oleh para pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

    Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting yang

    merupakan sumber sekaligus pengendali dari ranah afektif dan psikomotor.

    Ranah kognitif juga merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak

    didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan ini menjadi dasar bagi

    penguasaan ilmu pengetahuan.

    Ranah kognitif ini dapat dipelajari oleh siswa-siswa dengan guru,

    kemampuan ini lebih banyak mengajak siswa berfikir dengan memberi bahan

    atau materi pelajaran yang mana siswa dapat memecahkannya, baik didalam

    kelas maupun didalam kehidupan sehari-hari diluar sekolah.

    Jean Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif yang disebut teori

    metakognitif yang merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa

    dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. Menurut Preisseisen

    metakognitif meliputi empat jenis keterampilan, yaitu:

    1. Keterampilan pemecahan masalah (Problem Solving): Keterampilan

    individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan

    masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi,

    menyususn berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan

    masalah yang paling efektif.

    2. Keterampilan Pengambilan keputusan (Decision Making):

    Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk

    memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada

    melalui pengumpulan informasi, dan pengambilan keputusan yang

    terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional.

    3. Keterampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking): Keterampilan

    individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa

    argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang

    benar dan rasional, analissi asumsi dan bias argumen, dan

    interpretasi logis.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    4/140

    4. Keterampilan Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

    Keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk

    menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-

    konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan

    intuisis individu.2

    Keterampilan-keterampilan diatas sangat penting untuk dimiliki oleh

    setiap siswa dalam proses belajar mengajar. Sayangnya dalam masyarakat

    sekarang, orang berpikir bahwa berpikir kritis hanya ada dimata kuliah filsafat

    dan retorika diperguruan tinggi dan bukan sebuah kebiasaan berpikir yang

    seharusnya ditanamkan sejak usia dini.3 Padahal pemikir kritis bukanlah

    suatu yang sulit yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki nilai

    IQ berkategori genius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang

    dapat dilakukan oleh semua orang. Saat anak-anak menanyakan pertanyaan

    penting Mengapa? yang mengisyaratkan keengganan mereka untuk

    menerima penjelasan sederhana, mereka adalah pemikir kritis.

    Jika kita kembalikan kepada dunia pendidikan di Indonesia, yang

    menjadi masalah adalah bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir

    kritis tersebut di sekolah sehingga ia bisa menjadi sesuatu yang dapat

    memperbaiki belajar siswa

    Di Indonesia, pengajaran keterampilan berpikir kritis memiliki beberapa

    kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah

    sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu, sehingga siswa hanya dianggap

    sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala

    lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit

    dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak

    didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitiftingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses

    adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai

    sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia

    pendidikan di Indonesia. 4

    2Marintis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta: GP Press, 2008), Cet.

    1, h 113Johnson. Elaine B, Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan belajar-

    mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung, Mizan Learning Center, 2007), Cet. 4, h.1884http://joko.tblog.com/post/1969986616

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    5/140

    Kurikulum Berbasis Kompetensi yang sudah mulai diterapkan di

    Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan pengajaran

    keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar.

    Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa

    masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda

    yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal.

    Dalam dunia pendidikan dan proses belajar mengajar, murid tidak boleh

    diperlakukan seperti busa (spons) didalam kelas yang menyerap ilmu dari

    guru, tanpa diberi kesempatan untuk bertanya, melakukan penilaian atau

    investigasi, namun alangkah baiknya jika seorang guru memberi kesempatan

    belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dan efektif dalam

    proses pembelajaran, agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir

    kritisnya, sehingga dapat memecahkan suatu persoalan melalui berbagai jalan

    yang mula-mula tidak jelas akhirnya menjadi jelas, dimengerti dan dipahami.

    Berpikir kritis membantu kita memahami bagaimana kita memandang

    diri sendiri, bagaimana kita memandang dunia, dan bagaimana kita

    berhubungan dengan orang lain. Berpikir kritis merupakan sebuah

    keterampilan hidup, bukan hanya dikembangkan dibidang akademik

    melainkan dapat dikembangkan oleh setiap orang, maka dari itu berpikir kritis

    harus diajarkan disekolah dasar, SMP, dan SMA agar dapat menghadapi era

    persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala

    aspek kehidupan modern yang semakin tinggi.

    Dalam buku Genius Learning ada 3 Alasan utama mengapa kita harus

    melatih kemampuan murid untuk bisa menggunakan proses berpikir kritis atau

    berpikir level tinggi: (1) Untuk mengerti informasi, (2) Untuk proses berpikir

    yang berkualitas, (3) Untuk hasil akhir yang berkualitas. Ketiga alasan ini

    melibatkan proses berpikir yang bersifat kreatif dan kritis.5 Berpikir tingkat

    tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses

    berpikir yang terjadi dalam short-term memory.

    5

    Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategi, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,2006), Cet. 3 h. 171

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    6/140

    Pemilihan taksonomi Bloom tentang ranah kognitif terbagi dalam tiga

    kelompok, kelompok pengetahuan rendah, menengah dan tinggi. Kemampuan

    kognisi tertinggi menurut gagne adalah strategi kognisi, atau analisis, sintesis

    dan evaluasi, juga kemampuan kognisi tertinggi menurut Bloom. Strategi

    kognitif ini dapat dipelajari oleh siswa-siswa dengan guru, kemampuan ini

    lebih banyak mengajak siswa berpikir dengan memberi bahan atau materi

    pelajaran yang mana siswa dapat memcahkannya, baik didalam kelas maupun

    didalam kehidupan sehari-hari diluar sekolah.

    Beberapa penulis percaya bahwa kecakapan yang kurang didalam

    berpikir kritis secara langsung mempengaruhi kapasitas bagi individu untuk

    maju dalam penerapan secara efektif informasi yang sampai kepada mereka.

    Oleh karena itu, mereka menaksir bahwa nampak penting bagi kita untuk tidak

    hanya belajar berpikir kritis, tetapi juga mengajarkan berpikir kritis kepada

    orang lain.

    Setiap orang dapat belajar berpikir dengan kritis karena otak manusia

    secara konstan berusaha memahami pengalaman. Belajar yang banyak

    memerlukan berpikir secara kritis yaitu belajar matematika, dimana

    matematika kaya akan simbol-simbol dan angka-angka yang semuanya

    memerlukan pemikiran untuk dapat mengartikan dan menentukan

    penyelesaian yang ada didalamnya matematika yang timbul karena pikiran-

    pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.

    Matematika terdiri dari 4 wawasan yang luas ialah: aritmatika, aljabar,

    geometri, dan analisis. Selain itu matematika sering disebut sebagai ratunya

    ilmu (Mathematics is the Queen of the sciences), maksudnya antara lain

    bahwa matematika tidak bergantung kepada bidang studi lain. Ketika remaja

    terlibat dalam kegiatan seperti membaca, menulis, atau memecahakan soal

    matematika, mereka sering sekali mencatat apa yang sedang mereka kerjakan

    dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

    Para orang tua, guru dan teman sebaya dapat berfungsi sebagai model

    penting dalam menjalankan pemantauan kognitif salah satunya berpikir kritis

    dan juga dapat berinteraksi dengan remaja dengan berbagai cara untuk

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    7/140

    meningkatkan kemampuan kognitif. Ada salah satu metode yang

    menggunakan pemantauan kognitif diletakkan ditangan teman sebaya remaja,

    yaitu tugas memberi tahu hal yang harus dilakukan dan memantau hasil kerja

    remaja tidak dilakukan oleh orang dewasa, melainkan oleh remaja lain.

    Reciprocal teaching (pengajaran terbalik) adalah prosedur pengajaran

    yang digunakan Brown dan Palincsar untuk mengembangkan kemampuan

    kognitif. Selain pemantauan kognitif, ada dua kegiatan kognitif lainnya yang

    amat penting dalam kaitan dengan keterampilan kognitif sehari-hari, yaitu

    pengambilan keputusan dan berpikir kritis.6Sehingga dapat dijadikan sebagai

    salah satu alternatif metode pembelajaran yang cukup dianggap menarik, dan

    diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan siswa untuk berpikir kritis

    dalam pembelajaran matematika.

    Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan kemampuan

    belajar mereka yang tinggi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan untuk

    berpikir kritis secara bertahap hendaknya sudah diberikan pada anak sejak

    masih sangat muda. Selain untuk mempersiapkan mereka di masa dewasa

    kelak, juga untuk membiasakan keterbukaan pada berbagai informasi sejak

    dini.

    Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas terlihat bahwa anak-anak

    dan remaja perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan

    kognitifnya menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi

    disetiap tingkat kelas, yang pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan

    antara, fakta dan opini ataupun pengetahuan dan keyakinan. Oleh karena itu,

    maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:

    Pengaruh PendekatanReciprocal TeachingTerhadap Kemampuan

    Berpikir Kritis Siswa dalam Belajar Matematika

    6

    Jhon W. Santrock,Adolescence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), h.140

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    8/140

    B. Identifikasi Masalah

    1) Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa dalam belajar matematika?

    2) Apakah penerapan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis siswa?

    3) Kendala apa saja yang mungkin dihadapi dalam pembelajaran matematika

    dengan pendekatan reciprocal teaching?

    4) Apakah ada pengaruh pendekatan reciprocal teaching terhadap

    kemampuan berpikir kritis siswa?

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1) Pembatasan Masalah

    Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka

    penulis membatasi masalah hanya pada:

    a. Dalam penelitian ini metode yang digunakan pada kelas eksperimen

    adalah reciprocal teaching (pengajaran terbalik), yaitu pendekatan

    yang mengajarkan siswa keterampilan kognitif penting dengan

    menciptakan pengalaman belajar. Pada kelas kontrol, metode yang

    digunakan adalah metode ekspositori

    b. Sedangkan kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    kemampuan berpikir kritis dalam perspektif edukatif, yang dalam

    taksonomi bloom berpikir kritis memiliki arti yang sama dengan

    tingkat berpikir lebih tinggi, terutama evaluasi. Kecakapan untuk

    mengevaluasi adalah dasar untuk berpikir kritis. Sehingga dibatasi

    dengan indikator berikut: a) Menganalisis, b) Mengevaluasi, c) dan

    Membuat/mencipta.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    9/140

    2) Perumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah maka penulis membuat rumusan

    masalah sebagai berikut: Apakah kemampuan berpikir kritis siswa pada

    pembelajaran pendekatan reciprocal teaching lebih tinggi dibanding

    kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran konvensional dalam

    belajar matematika?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1) Tujuan Penelitian

    Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a) Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan reciprocal

    teaching terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar

    matematika.

    b) Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam belajar

    matematika antara kelas yang diberi pendekatan reciprocal teaching

    dengan kelas yang tidak diberi perlakuan.

    2) Manfaat Penelitian

    Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

    dijadikan bahan masukan bagi program pendidikan matematika. Bagi

    pihak-pihak yang terkait, yakni:

    a) Manfaat bagi para guru, kepala sekolah, dan lembaga pendidikan,

    penelitian ini dapat dijadikan refrensi sebagai salah satu pendekatan

    dalam meningkatkan berpikir kritis.

    b) Manfaat bagi siswa dapat memaksimalkan kemampuan berpikir

    kritisnya dan dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan yang

    menarik dalam proses belajar.

    c) Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai suatu informasi mengenai

    penerapan pendekatan pengajaran terbalik dalam meningkatkan

    kemrampuan berpikir kritis siswa.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    10/140

    BAB II

    DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoritis

    1. Pengertian Belajar

    Belajar merupakan masalah dan urusan setiap orang. Tingkah laku dan

    semua perbuatan manusia dalam rentang kehidupannya terbentuk,

    disesuaikan dan berubah karena belajar. Belajar dianggap sebagai proses

    perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

    Dikalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan

    dan mendefinisikan tentang makna belajar. Menurut Anwar Kasim Belajar

    adalah proses interaksi antar individu (peserta didik) dengan lingkungannya

    yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang relative

    permanen pada pusat syaraf sentral (otak).

    Dalam kamus besar bahasa Indonesia, belajar adalah Berusahamemperoleh kepandaian atau ilmu7 Sedangkan Hilgard mengungkapkan:

    bahwa belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur

    latihan baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan

    alamiah.8

    Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar juga

    merupakan proses mental yang terjadi didalam diri seseorang, sehingga

    menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi

    karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

    Muhibbin Syah menjelaskan bahwa:

    7Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.17

    8

    Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), Cet..5, h. 112.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    11/140

    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

    sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

    pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaiantujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang

    dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan

    rumah atau keluarganya sendiri.9

    Biggs mendefinisikan belajar dalam 3 macam rumusan, yaitu:

    rumusan kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Dalam rumusan ini kata-

    kata seperti perubahan dan tingkah laku tak lagi disebut secara eksplisit

    mengingat kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum yang

    diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan10

    Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti

    kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta

    sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut

    berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

    Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang

    sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa

    atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang

    menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses

    mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin

    baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk

    skor.

    Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah

    proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara

    menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini

    difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas

    untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

    Hal ini semakin menguatkan bahwa belajar menambahkan

    pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan

    untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya sampai batas tertentu

    9Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2004), Cet. 9 edisi revisi, h.8910Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan..., h. 91

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    12/140

    pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan

    kepribadian orang yang bersangkutan.

    Selanjutnya, dalam perspektif keagamaan pun (dalam hal ini islam),

    belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh

    ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka.

    Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 yang berbunyi:

    ..Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada

    orang-orang beriman dan berilmu

    Jadi, secara umum Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan

    seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman

    dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

    Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih

    terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari

    pengalaman dalam kehidupan sosial dimasyarakat. Belajar dengan proses

    pembelajaran ada peran guru, bahan ajar dan lingkungan.

    a. Ciri - Ciri Belajar

    Dari bebrapa definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan adanya

    beberapa ciri belajar, yaitu:

    1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change

    behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari

    tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahumenjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil.

    2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan

    tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap

    atau tidak berubah-rubah.

    3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

    belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat

    potensial;

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    13/140

    4. perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman

    5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan, Sesuatu yang

    memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk

    mengubah tingkah laku.11

    b. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

    kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

    1. Faktor internal.

    Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu.

    Faktor ini meliputi:

    a. Faktor fisiologis: Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

    individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua, yang pertama yaitu

    keadaan tonus jasmani, yang pada umumnya sangat mempengaruhi

    aktivitas belajar seseorang. Dan yang kedua keadaan fungsi

    jasmani/fisiologis, selama proses belajar berlangsung peran fungsi

    fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar.

    b. Faktor psikologis: Keadaan psikologi seseorang yang dapat

    mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang

    mempengaruhi proses belajar antara lain: Kecerdasan siswa

    (kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau

    menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat),

    motivasi (salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan

    belajar siswa, motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan

    kegiatan belajar), minat/ interest (keinginan yang besar terhadap

    sesuatu), Sikap (gejala internal yang berdimensi afektif berupa

    kecenderungan untuk mereaksi/merespon dengan cara yang relatif

    tetap terhadap objek,orang,peristiwa, dan sebagainya baik secara

    positif maupun negatif), bakat/aptitude kemampuan yang dimiliki

    11

    Baharudin & Esa Nur Wahyuni ,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jokjakarta: Ar-RuzzMedia, 2008) Cet. III, h.15

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    14/140

    seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

    datang)

    2. Faktor eksternal.

    Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi

    dua golongan, yaitu:

    a. Lingkungan sosial: Berupa Lingkungan sosial sekolah (seperti guru,

    administrasi dan teman-teman sekelas), Lingkungan sosial

    masyarakat, lingkungan sosial keluarga.

    b. Lingkungan non sosial: Lingkungan alamiah, faktor instrumental,

    faktor materi pelajaran.

    3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

    belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

    untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.12

    Dari ketiga Faktor-faktor diatas, baik faktor internal, faktor eksternal,

    dan faktor pendekatan belajar dalam banyak hal sering saling berkaitan

    dan mempengaruhi antara satu sama lain.

    2. Pengertian Belajar Matematika

    Dalam abad ke-20 ini seluruh kehidupan manusia sudah

    mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya

    menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, Misalnya

    perhitungan antariksa.

    Berhubungan dengan Perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja

    tidak lepas dari Usaha para Ilmuwan dalam mengembangkannya, maka

    dalam hal ini akan dibahas tentang berbagai macam definisi dari

    matematika.

    a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuam eksak dan

    terorganisir secara sistematik.

    b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

    12Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan..., h. 132

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    15/140

    c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan

    berhubungan dengan bilangan.

    d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

    masalah dengan ruang dan bentuk.

    e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang

    logik.

    f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.13

    Istilah mathematics (inggris), mathematik (Jerman), mathematique

    (perancis), matematico (italia), atau matematiceski (Rusia) berasal dari

    perkataan latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan yunani,

    mathematike, yang berarti relating to learning. Perkataan itu

    mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu

    (knowledge, science). Perkataan mathematike berhubungan sangat erat

    dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang

    mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan etimologis, perkataan

    matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar.

    Dalam kamus matematika, matematika adalah Pengkajian logis

    mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

    berkaitan; matematika seringkali dikelompokkan kedalam tiga

    bidang: aljabar, analisis, dan geometri, walaupun demikian tidak

    dapat dibuat pembagian yang jelas karena cabang-cabang ini telah

    bercampur baur; pada dasarnya aljabarnya melibatkan bilangan dan

    pengabstrakannya analisis melibatkan kekontinuan dan limit,

    sedangkan geometri membahas bentuk dan konsep-konsep yang

    berkaitan; sains didasarkan atas postulat yang dapat menurunkan

    kesimpulan yang diperlukan dariasumsi tertentu.14

    James dan James mengatakan bahwa matematika adalah ilmu

    tentang logika mengenai bentuk, sususnan, besaran, dan konsep-konsep

    yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang

    13 Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Direktorat Jendral PendidikanTinggi Departemen Pendidikan Nasinal), h. 11

    14

    Djati Kerami & Cormentyna Sitanggang, Kamus Matematika, (Balai Pustaka: Jakarta1999), h.158

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    16/140

    terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.15Namun

    pembagian yang jelas sangatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang

    itu semakin bercampur.

    Menurut Jhonson dan Myklebust Matematika adalah bahasa simbolis

    yang berfungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-

    hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya

    adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner mengemukakan bahwa

    matematika disamping sebagi bahasa simbolis juga merupakan

    bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,

    mencatat, dan mengkomunikasikan ide mnegenai elemen dan

    kuantitas. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan

    bahas simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalardeduktif, tapi juga cara bernalar induktif.16

    Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir. Pada

    permulaanya cabang-cabang matematika yang ditemukan adalah

    aritmatika atau berhitung, aljabar dan geometri. Setelah itu ditemukan

    kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak penopang terbentuknya cabang

    matematika baru yang lebih kompleks, antara lain statistika, topologi,

    aljabar, (Linier, abstrak, himpunan), geometri (sistem geometri, geometri

    linier), analisis vektor, dan lain-lain.

    Matematika juga dikenal sebagai ratunya ilmu, yang dimaksud

    bahwa matematika adalah sebagai sumber dati ilmu yang lain. Dengan

    kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya

    bergantung dari matematika. Matematika tumbuh dan berkembang untuk

    dirinya sendiri sebagai suatau ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu

    pengetahuan dalam pengembangan dan oprasionalnya.

    Matematika menurut Jerome Bruner dalam teorinya menyatakan

    bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran

    diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam

    15Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (UniversitasPendidikan Indonesia), h .16

    16

    Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulutan Belajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 1999), Cet. 1, h . 252

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    17/140

    pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara

    konsep-konsep dan struktur-struktur.17

    Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan

    yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus

    dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu

    pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak

    Belajar matematika juga dikemukakan oleh w. Brownell yang

    mengatakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar

    bermakna dan belajar pengertian. Dia menegaskan bahwa belajar pada

    hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna.18

    Hakekat pendidikan matematika pada prinsipnya membantu peserta

    didik agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin,

    bertanggung jawab, berjiwa keteladanan, percaya diri disertai dengan iman

    dan takwa. Karena itu, tugas guru matematika adalah membantu peserta

    didik agar memahami dan menghayati prinsip dan nilai matematika,

    sehingga tumbuh daya nalar, berpikir logis, sistematik, kritis, kreatif,

    cerdas, mencintai keindahan, bersikap terbuka, dan rasa ingin tahu

    Dengan uraian-uraian diatas mudah-mudahan membuka cakrawala

    pengertian kita tentang belajar matematika semakin luas, tidak terlalu

    sempit dengan hanya memandang dari satu segi saja.

    3. Pengertian Berpikir.

    Sebagaimana kita ketahui, bahwa berpikir tidak dapat dibatasi oleh

    ruang dan waktu. Ia bisa saja memikirkan masalah-masalah yang muncul

    dari situasi dan kondisi masa kini, masa lampau ataupun masalah-masalah

    yang akan datang. Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan

    mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

    membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat

    17

    Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelaran..., h. 4318Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 48

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    18/140

    keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.19 sedangkan

    dalam kamus besar bahasa indonesia berpikir adalah menggunakan akal

    budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu20

    Dalam proses berpikir itu sebenarnya orang tidak diam atau pasif,

    tetapi jiwanya aktif berusaha mencari penyelesaian masalah. Untuk itu

    proses berpikir lebih tepat jika dikatakan bersifat dinamis, bukan statis

    atau pasif, dan mekanistis sebagaimana sering dipersepsikan orang.

    Namun demikian, pada hakikatnya berpikir adalah Suatu rahmat

    dan karunia dari Allah SWT yang dengannya Dia membedakan dan

    menaikkan derajat/kedudukan manusia dari seluruh ciptaan-Nya21.

    Firman Allah tentang keutamaan berpikir terdapat dalam surat Al-Rum

    ayat 8

    .

    Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri

    mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada

    diantara keduanya melainkan dengan( tujuan) yang benar dan waktu

    yang ditentukan.Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia

    benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya(Qs.Al-

    Rum:8)

    Berpikir merupakan hasil dari transfer of trainingatau latihan yang

    digunakan secara terus menerus tentang suatu masalah sehingga kerangka

    logis dan kebiasaan kerja kerasnya dalam berpikir akan berakibat pada

    kemajuan berpikir untuk bidang lain.22 Misalnya seorang anak yang

    cerdas dibidang ilmu pasti biasanya memiliki prestasi yang baik juga

    dalam ilmu bahasa. Hal ini mengandung arti bahwa kecerdasan atau

    19 Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Predana Media Group,

    2008), Cet.2, h. 35720Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.87221Zaleha Izhab Hassoubah,Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis, (Bandung: Nuansa,

    2007), h. 2022

    Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, ( Jakarta: Mizan Publika, 2004),Cet. 1, h. 109

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    19/140

    prestasi ilmu pasti tersebut merupakan kemampuan yang dapat ditransfer

    dalam kemampuan prestasi bahasa dan akhirnya bisa ditransfer pada

    bidang-bidang lainnya.

    Philip L. Harriman mengungkapkan, bahwa berpikir (thingking)

    adalah istilah yang sangat luas dengan berbagai definisi misalnya,

    angan-angan, pertimbangan, kreativitas, tingkah laku, pembicaraan

    yang lengkap, aktivitas idaman, pemecahan masalah, penentuan,

    perencanaan, dan sebagainya; aktivitas dalam menanggapi suatu

    situasi yang tidak objektif yang menyerang organ pancaindra.23

    Menurut Peter berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang

    yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami

    (comprehending). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih

    bersifat pasif dari pada kegiatan berpikir (thinking).24 Mengingat pada

    dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanana sesuatu yang telah

    dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan; sedangkan

    memahami memerlikan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta

    melihat keterkaitan antara aspek-aspek dalam memory. Berpikir adalah

    istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus

    bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan

    berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan

    yang harus dihadapi.

    Perkembangan berpikir seorang anak bergerak dari kegiatan berpikir

    konkret menuju berpikir abstrak. Perubahan berpikir ini bergerak sesuai

    dengan meningkatnya usia seorang anak. Seorang guru perlu memahami

    kemampuan berpikir anak sehingga tidak memaksakan materi-materipelajaran yang tingkat kesukarannya tidak sesuai dengan usia anak untuk

    diterima dan dicerna oleh anak. Bila hal ini terjadi maka anak mengalami

    kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari materi pelajaran yang

    diberikan, maka gagallah usaha guru untuk membelajarkan anak didik.

    23Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

    Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.3, h.22624Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi..., h. 230

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    20/140

    Menurut Jean Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam

    otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai

    makna yang berbeda-beda. Piaget membagi tahap perkembangan kognitif

    manusia kedalam empat fase. Berikut ini tabel tahap perkembangan

    kognitif menurut piaget.

    Tabel 2.1

    Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

    Tahap Usia/Tahun Gambaran

    Sensorimotor 0 - 2

    Bayi bergerak dari tindakan refleks

    instingtif pada saat lahir sampai permulaan

    pemikiran simbolis. Bayi membangun

    suatu pemahaman tentang dunia melalui

    pengkoordinasian pengalaman-pengalaman

    sensor dengan tindakan fisik

    Anak mulai merepresentasikan dunia

    dengan kata-kata dan gambar-gambar.

    Operational 2 - 7Kata-kata dan gambar-gambar ini

    menunjukkan adanya peningkatan

    pemikiran simbolis dan melampaui

    hubungan informasi sensor dan tindak fisik.

    Concrete

    Operatinal

    7 - 11

    Pada saat ini anak dapat berpikir secara

    logis mengenai peristiwa-peristiwa yang

    konkret dan mengklasifikasikan benda-

    benda kedalam bentuk-bentuk yang

    berbeda.

    Formal

    Operational11 - 15

    Anak remaja berpikir dengan cara yang

    lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih

    idealistik.25

    25Baharudin & Esa Nur Wahyuni ,Teori Belajar, h.123

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    21/140

    Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan

    memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian

    terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum

    tentu orang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami

    memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan

    berpikir seseorang sudah pasti diikiuti oleh kemampuan mengingat dan

    memahami. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan

    proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,

    sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses

    mental yang disebut berpikir.

    Ditinjau dari kedalaman atau kekompleksan kegiatan matematik,

    Berpikir dalam matematika dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu

    berpikir tingkat rendah (lower-order thinking) dan berpikir tingkat tinggi

    (higher-order thinking)

    a. Berpikir Tingkat Rendah

    Bloom mengemukakan bahwa berpikir tingkat rendah meliputi tiga

    aspek pertama dari ranah kognitif yaitu aspek pengetahuan

    (knowledge), pemahaman (comprehension), dan aplikasi (application).

    b. Berpikir Tingkat Tinggi (berpikir kritis)

    Ruseffendi mengemukakan bahwa tiga ranah kognitif terakhir dari

    Bloom yaitu aspek analisis, sintesis dan evaluasi, termasuk pada aspek

    berpikir tingkat tinggi.26

    4. Pengertian Berpikir Kritis

    Katakritis muncul dari bahasa yunani yang berarti hakim dan

    diserap oleh bahasa latin. Kamus (Oxford) menerjemahkan sebagai

    sensor atau pencarian kesalahan.27 Tujuan awal berpikir kritis adalah

    menyingkapkan kebenaran dengan menyerang dan menyingkirkan semua

    yang salah supaya kebenaran akan terlihat. Peran berikutnya berpikir kritis

    26http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/teori-berfikir-kreatif-pendidikan/

    27

    Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung, PT. Mizan Pustaka, 2007), Cet. 1, h.204

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    22/140

    adalah memeriksa logika yang digunakan. Dengan logika kita mencoba

    memperoleh kebenaran yang lebih luas lagi dari kebenaran yang sudah

    kita miliki.

    Berpikir kritis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

    menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan

    sesuatu secara tajam dalam penganalisaannya.

    Definisi berpikir kritis telah dipresentasikan dengan berbagai cara.

    Bayer menawarkan definisi yang paling sederhana: Berpikir Kritis berarti

    membuat penilaian-penilaian yang masuk akal.28 Bayer memandang

    berpikir kritis sebagai menggunakan kriteria untuk menilai kualitas

    sesuatu, dari kegiatan yang paling sederhana seperti kegiatan normal

    sehari-hari sampai konklusi dari sebuah paper penelitian. Menurut Bayer,

    berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan

    seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pernyataan-pernyataan,

    ide-ide, argument-argumen, penelitian, dan lain-lain).

    Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang

    digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan

    melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan

    untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis

    merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot

    pendapat pribadi dan pendapat orang lain.29

    Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi

    yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Bagi

    Rudinow dan Barry (1994) berpikir kritis adalah sebuah proses yang

    menekankan sebuah basis kepercayaan-kepercayaan yang logis dan

    rasional, memberikan serangkaian standar dan prosedur untuk

    menganalisis, menguji dan mengevaluasi.30 Swartz dan D.N. Perkins

    mengatakan bahwa berpikir kritis berarti:

    28Dennies K. Filsaime, Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif, (Jakarta: PrestasiPustakaraya, 2008) h. 56

    29

    Johnson. Elaine B, Contextual teaching and learning..., h.. 18330Dennies K. Filsaime, Menguak rahasia , h. 57

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    23/140

    a. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang

    akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasanyang logis;

    b. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam

    membuat keputusan;

    c. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan

    untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut

    d. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk

    dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian31

    Dimotivasi oleh keinginan untuk menemukan jawaban dan mencapai

    pemahaman, pemikir kritis meneliti proses berpikir mereka sendiri danproses berpikir orang lain untuk mengetahui apakah proses berpikir

    mereka masuk akal. Mereka mengevaluasi pemikiran tersirat dari apa yang

    mereka dengar dan baca,dan mereka meneliti proses berpikir mereka

    sendiri saat menulis, memecahkan masalah, membuat keputusan, atau

    mengembangkan sebuah proyek. Pemikir kritis secara sistematis

    menganalisis aktivitas mental untuk menguji tingkat keandalannya.

    Mereka tidak menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu hanya

    karena selama ini memang begitulah cara mengerjakannya, dan mereka

    juga tidak menganggap suatu pernyataan benar hanya karena orang lain

    membenarkannya.

    Belajar berpikir secara kritis merupakan tugas yang tidak ringan,

    mereka yang dapat mempertahankan dirinya melakukan tugas ini akan

    termotivasi oleh dorongan yang bersifat ekstrinsik dan intrinsik yang

    bermula dari sebuah kemajuan akan tercapai dengan berpikir secara kritis.

    Latar belakang kepribadian dan kebudayaan seseorang dapat

    mempengaruhi usaha seseorang untuk berpikir secara kritis terhadap suatu

    masalah dalam kehidupan. Sedangkan berpikir kritis dalam belajar

    matematika adalah:

    31Zaleha Izhab Hassoubah,Mengasah Pikiran...,h. 86

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    24/140

    Suatu proses kognitif atau tindakan mental dalam usaha memperoleh

    pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematik. Penalaranmatematik meliputi menarik kesimpulan logis; memberikan penjelasan

    dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan;

    memperkirakan jawaban dan proses solusi; menggunakan pola dan

    hubungan untuk menganalisis situasi matematik; menarik analogi dan

    generalisasi; menyusun dan menguji konjektur; memberikan contoh

    penyangkal (counter-example); mengikuti aturan inferensi; memeriksa

    validitas argumen; menyusun argumen yang valid; menyusun

    pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan menggunakan

    induksi matematik.32

    Daniel Perkins dan Sarah Tishman dalam buku psikologi pendidikan

    bekerja sama dengan para guru untuk memasukkan pelajaran pemikiran

    kritis dikelas. Berikut ini beberapa keterampilan berpikir kritis yang

    mereka gunakan untuk membantu perkembangan murid:

    a. Berpikir terbuka. Ajak murid menghindari pemikiran sempit dan

    dorong mereka untuk mengeksplorasi opsi-opsi.

    b. Rasa ingin tahu intelektual. Dorong murid anda untuk bertanya,

    merenungkan, menyelidiki, dan meneliti.

    c. Perencanaan dan strategi. Bekerja samalah dengan murid anda

    dalam menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari arah, dan

    menciptakan hasil.

    d. Kehati-hatian intelektual. Dorong murid anda untuk mengecek

    ketidak akuratan dan kesalahan, bersikap cermat dan teratur.

    Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yangmendalam. Pemahaman membuat kita menngerti maksud dibalik ide yang

    mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna

    dibalik suatu kejadian.33

    32http://unhalu.ac.id/staff/fahinu/

    33

    Johnson. Elaine B, Contextual teaching and learning, (Bandung: Mizan LearningCenter, 2002) h. 185

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    25/140

    a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

    Secara Umum faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis

    dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor situasional dan faktor disposisi.

    1. Faktor Situasional adalah faktor yang mempengaruhi pada saat

    seseorang berpikir dalam membuat penilaian terhadap informasi

    yang diterimanya34, faktor-tersebut antara lain:

    1.1. SituasiAccountable: situasi dimana seseorang dituntut untuk

    mempertanggungjawabkan hasil keputusannya. Faktor ini

    merupakan faktor situasional terpenting dalam mengambil

    keputusan.

    1.2. Keterlibatan (Involvement): Keterlibatan seseorang dalam

    permasalahan mempengaruhi proses berpikir dan

    pengambilan keputusan seseorang. Seseorang dikatakan

    terlibat didalam suatu permasalahan apabila permasalahan

    tersebut memiliki arti atau relevansi secara pribadi

    2. Faktor Disposisi adalah faktor-faktor kebiasaan dan pengalaman

    masa lalu seseorang yang berpengaruh terhadap penilainnya.

    Faktor-faktor tersebut adalah:

    2.1. Pengalaman Bertukar Peran (Role Taking): Pengalaman

    dimana seseorang memiliki kesempatan untuk bertukar peran

    dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda

    meningkatkan kemampuan seseorang dalam menilai suatu hal

    dari berbagai sudut pandang. Dengan kemampuan melihat

    masalah dari berbagai sudut pandang, kemampuan berpikir

    kritis makin meningkatan.

    2.2. Pembiasaan dan Latihan: Berpikir kritis merupakan suatu

    keterampilan yang bisa diajarkan dan dilatih. Semakin sering

    seseorang dilatih, semakin mahir ia menggunakannya.

    34

    Bagus Takwin, Hubungan Antara Berpikir Kritis dengan Situasi Accountable dan Nilai,(Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997), h.37

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    26/140

    2.3.Ekstrimitaspenilaian seseorang terhadap suatu permasalahan:

    apabila dalam suatu permasalahan seseorang

    mempersepsikan berbagai nilai yang saling berkonflik satu

    sama lainnya maka penilainnya terhadap masalah akan

    menjadi moderat. Sebaliknya, apabila dalam permasalahan

    tersebut seseorang tidak mempersepsikan adanya konflik

    nilai, maka penilainnnya terhadap masalah itu akan menjadi

    ekstrim. Orang yang memiliki penilaian ekstrim cenderung

    melakukan penilaian pada satu titik ekstrim saja dan tidak

    lagi melihat permasalahan dari berbagai sisi. Ia jadi mudah

    menerima dan menilai suatu informasi. Hal ini menunjukkan

    penurunan perilaku berpikir kritis.

    2.4. Pendidikan Tinggi: Pendidikan tinggi mengajarkan mahasiswa

    untuk berpikir dan menganalisis masalah-masalah tertentu

    dan menyelesaikannya.

    2.5. Nilai (Value): Nilai berperan dalam mempengaruhi tingkah

    laku adalah standar, petunjuk umum dan motivator dalam

    bertingkah laku. Berpikir kritis adalah salah satu tingkah laku

    yang juga tidak luput dari pengaruh nilai.

    2.6. Metode Pengajaran: Berpikir adalah keterampilan yang bisa

    dilatih dan diajarkan. Model-model belajar mengajar banyak

    dikembangkan oleh ahli psikologi, diantaranya model belajar

    mengajar dari Bloom dan Williams, selain ranah kognitif,

    juga mencoba mencapai sasaran pada ranah afektif.

    2.7. Usia: Usia berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.

    Menurut piaget tahap kemampuan kognitif manusaia

    berkembang sesuai dengan usianya. Ada perbedaan

    kemampuan berpikir pada tiap tahap perkembangannya.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    27/140

    Kemampuan berpikir kritis dapat membantu manusia membuat

    keputusan yang tepat berdasarkan usaha yang cermat, sistematis, logis, dan

    mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Bukan hanya mengajar

    kemampuan yang perlu dilakukan, tetapi juga mengajar sifat, sikap, nilai,

    dan karakter yang menunjang berpikir kritis. Artinya, anak-anak perlu

    dididik untuk berpikir kritis.35

    Konstruksi berpikir kritis didasarkan pada tiga perspektif pemikiran,

    yaitu:

    a) Perspektif Filosofis

    b) Perspektif Psikologis

    c) Pespektif Edukatif

    Dari ketiga konstruksi berpikir kritis diatas, yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah konstruksi berpikir kritis dalam perspektif edukatif,

    maka hanya akan dijelaskan tentang berpikir kritis dalam perspektif

    edukatif.

    b. Berpikir Kritis dalam Perspektif Edukatif

    Salah satu model berpikir kritis yang paling berpengaruh dalam

    perspektif edukatif adalah taksonomi Bloom. Teori ini telah dipandang

    sebagai representasi dari perspektif edukatif dari teori berpikir kritis

    yang juga digunakan sebagai pembatasan masalah dalam penelitian ini.

    Bloom dan karthwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada

    banyak orang yang melahirkan taksonomi lain. Prinsip yang digunakan

    ada 4 buah, yaitu:

    a. Prinsip metodologis: Perbedaan-perbedaan yang besar telah

    mereflesikan kepada cara-cara guru dalam mengajar

    b. Prinsip psikologis: Taksonomi hendaknya konsisiten dengan

    fenomena kejiwaan yang ada sekarang.

    c. Prinsip logis: Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis

    dan konsisiten.

    35http://unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=6136&coid=1&caid=52

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    28/140

    d. Prinsip Tujuan: Tingkatan-tingkatan tujuan selaras dengan

    tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-tiap jenis tujuan pendidikan

    hendaknya menggambarkan corak yang netral.36

    Taksonomi Bloom sangat dikenal di Indonesia yang menyusun

    kategori 6 level. Keenam level tersebut diurut dari tingkat intelektual

    yang rendah (tingkat pengetahuan) ke tingkat yang paling komplek

    (tingkat evaluasi). Teori Bloom juga telah diterima luas dan diajarkan

    dalam kelas-kelas disemua bidang dari program pendidikan. Pedagogi

    berpikir kritis selalu mengacu pada teori Bloom, memberi para siswa

    praktik pada beberapa tingkatan yang lebih rendah dari kecakapan-

    kecakapan berpikir kritis sebelum mengarahkan mereka pada tugas-tugas

    yang lebih sulit dari proses-proses berpikir kritis.

    Taksonomi ini disusun pertama kali pada tahun 1956 oleh satu tim

    yang terdiri dari 34 orang dengan editor utama Benyamin S. Bloom dan

    4 editor pendamping. Taksonomi ini direvisi pada tahun 2001 dengan

    editor utama Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Perubahan

    yang paling utama adalah pengubahan istilah tingkatan kognitif dari kata

    benda menjadi kata kerja. Berikut ini perubahannya:

    1. Knowledge Remembering

    (Pengetahuan) (Mengingat)

    2. Comprehension Understanding

    (Pemahaman) (Memahami)

    3. Application Applying

    (Aplikasi) (Mengaplikasikan)

    4.

    Analysis Analyzing(Analisa) (Menganalisa)

    5. Syntesis Evaluating

    (Perpaduan) (Mengevaluasi)

    6. Evaluating Creating(Evaluasi) (Membuat). 37

    36Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),h.116

    37

    Wijaya W Prasetyo, Mengetahui Level Soal Matemtika dengan Taksonomi Bloomdalam http://www.docstoc.com/search/soal-matematika-bloom/?catfilter=1

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    29/140

    Dalam penelitian ini tingkatan kognitif yang digunakan adalah

    yang direvisi pada tahun 2001. Berikut penjelasannya:

    1. Remembering / Mengingat

    Pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall)

    informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti misalnya: fakta,

    terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.

    Dari sudut respon belajar siswa, pengetahuan itu perlu dihafal,

    diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk

    dapat menguasai / menghafal, misalnya dibaca berulang-ulang,

    menggunakan teknik mengingat (memo teknik).38 Dalam

    menghadapi soal matematika kerja otak hanya mengambil informasi

    dalam satu langkah dan menulisnya secara apa adanya. Misalnya

    dalam pembelajaran matematika pada materi lingkaran, Contoh

    soalnya: Apa rumus mencari keliling lingkaran?

    2. Understanding/ Memahami

    Tipe Pemahaman ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe

    mengingat/hafalan. Kategori pemahaman dihubungkan dengan

    kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah

    diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan

    menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar

    dengan kata-kata sendiri.

    Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; Pertama

    pemahaman terjemahan: yakni kesanggupan memahami makna yangterkandung didalamnya. Kedua pemahaman penafsiran:

    menghubungkan dua konsep yang berbeda. Ketiga pemahaman

    ekstrapolasi; Kesanggupan melihat dibalik yang tertulis. Ketiga

    macam tipe pemahaman tersebut kadang-kadang sulit dibedakan dan

    bergantung pada konteks isi pelajaran.

    38

    Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru: 1989), h.50

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    30/140

    Dalam mengerjakan soal matematika, kerja otak kita mengambil

    informasi dalam satu langkah dan menjelaskannya secara gamblang.

    Contoh soalnya: Jelaskan apa perbedaan dari luas lingkaran dan

    keliling lingkaran?

    3. Applying/ Mengaplikasikan

    Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan

    informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta

    memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Jadi

    dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus, kemudian

    dalil hukum tersebut diterapkan dalam pemecahan suatu masalah

    (situasi tertentu). Dengan kata lain, aplikasi bukanlah keterampilan

    motorik tapi lebih banyak keterampilan mental.

    Dalam mengerjakan soal matematika, kerja otak kita mengambil

    informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk

    memecahkan persoalan yang ada. Contoh soal: Berapa luas

    lingkaran dengan jari-jari 12 cm?

    4.

    Analyzing/ Menganalisis

    Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, dan

    membedakan suatu fakta, atau konsep, dan memeriksa setiap

    komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontrrdiksi. Dalam

    hal ini siswa diharapakan menunjukan hubungan diantara berbagai

    gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan

    standar, prinsip yang telah dipelajari. Analisis memanfatkan

    kemampuan sebelumnya yakni mengingat, memahami dan

    mengaplikasi.

    Dalam mengerjakan soal matematika, kerja otak kita mengambil

    informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk

    memecahkan persoalan yang ada. Akan tetapi informasi itu belum

    bisa memecahkan permasalahan, sehingga dibutuhkan informasi lagi

    yang berbeda dari informasi yang sebelumnya untuk memecahkan

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    31/140

    permasalahan. Contoh soalnya yaitu: Berapa luas lingkaran jika

    diketahui keliling lingkarannya 100?

    5. Evaluating/ Mengevaluasi

    Pada level ini siswa diharapkan mampu membuat penilaian dan

    keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, atau benda dengan

    menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan kriteria dengan

    suatu yang nampak/aktual/terjadi mendorong seseorang menentukan

    putusan tentang nilai sesuatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan

    kemampuan yang mendahuluinya yakni mengingat, memahami,

    mengaplikasi dan menganalisis.

    Dalam mengerjakan soal matematika, kita dihadapkan dalam

    suatu permasalahan yang menuntut suatu keputusan. Dimana

    keputusan ini diambil setelah kita melakukan analisa secara

    menyeluruh. Contoh soal: Diketahui lingkaran A mempunyai luas

    100 dan lingkaran B mempunyai keliling 50. Tentukan apakah

    lingkaran A dan B mempunyai ukuran yang sama?jelaskan!

    6.

    Creating/ Membuat

    Mencipta disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

    mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan

    yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

    Dalam mengerjakan soal matematika kita diharuskan untuk

    menghasilkan sesuatau hal/rumus yang baru yang bisa kita gunakan

    untuk memecahkan persoalan. Contoh soal: Jelaskan secara

    matematika hubungan antara luas dan keliling lingkaran!

    Dari semua tingkatan berpikir diatas adalah penting, menurut Bloom,

    seseorang harus menguasai satu tingkatan berpikir sebelum dia bisa

    menuju ketingkatan atas berikutnya. Alasannya adalah kita tidak bisa

    meminta seseorang untuk mengevaluasi jika dia tidak mengetahuinya,

    tidak memahaminya, tidak bisa menginterpretasikannya, tidak bisa

    menerapkannya, dan tidak bisa menganalisanya.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    32/140

    Pengertian dan isi masing-masing tingkat dari kawasan kognitif dan

    cakupan kawasan secara utuh dapat tergambar dengan jelas. Kalau kita

    melihat kebelakang yaitu pada sistem pendidikan dan penataran yang

    biasa kita selenggarakan selama ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

    umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah

    (seperti: tingkat pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan) dan

    jarang sekali menerapkan analisis, sintesis, dan evaluasi. Apabila semua

    tingkat pada kawasan kognitif sudah dapat diterapkan secara merata dan

    terus menerus disetiap kegiatan pengajaran dan latihan, maka kualitas

    pendidikan yang dihasilkan tentu akan lebih baik.

    Dalam menerapkan ke enam tingkat kognitif ini juga perlu

    diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah,

    konkrit, sederhana (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat paling

    tinggi, kompleks dan abstrak (tingkat evaluasi). Bagi Bloom, berpikir

    kritis memiliki arti yang sama dengan tingkat berpikir yang lebih tinggi,

    terutama evaluasi. Kecakapan untuk mengevaluasi adalah dasar untuk

    berpikir kritis yang melibatkan ide-ide, solusi-solusi, argumen-argumen

    dan fakta-fakta.39karena tiga ranah kognitif terakhir dari Bloom yaitu

    aspek analisis, sintesis dan evaluasi, termasuk pada aspek berpikir

    tingkat tinggi (berpikir kritis) maka dalam penelitian ini menggunakan

    indikator:

    1) Menganalisis,

    2) Mengevaluasi,

    3) dan Membuat/mencipta.

    5. PendekatanReciprocal Teaching(Pengajaran Terbalik)

    a. Pengertian pendekatanReciprocal Teaching

    Reciprocal teaching atau pengajaran terbalik merupakan suatu

    pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar.

    39Dennis K. Filsaime,Menguak Rahasia Berpikir, h. 74

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    33/140

    Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivistik yang berdasar pada

    prinsip-prinsip pembuatan / pengajuan pertanyaan. 40Pengajaran terbalik

    mengacu pada sekumpulan kondisi belajar dimana siswa pertama-tama

    mengalami sekumpulan kegiatan kognitif tertentu dan perlahan-lahan baru

    melakukan fungsi-fungsi itu sendiri.

    Reciprocal Teaching atau pengajaran terbalik lebih menghendaki

    guru menjadi model dan pembantu dari pada penyaji proses pendidikan.

    Menurut IbrahimReciprocal Teachingadalah

    Prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk

    mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif sertauntuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik, Dengan

    menggunakan pendekatan reciprocal teachingsiswa diajarkan empat

    strategi pemahaman dan pengaturan diri spesifik, yaitu merangkum

    bacaan, mengajukan pertanyaan, memprediksi, dan

    mengklarifikasi.41

    Dengan pengajaran terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-

    keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar,

    melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa

    mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan

    pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding (bimbingan

    yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau

    belum tahu).

    Reciprocal teaching refers to an instructional activity that takes

    place in the form of a dialogue between teachers and students

    regarding segments of text. The dialogue is structured by the use of

    four strategies: summarizing, question generating, clarifying, andpredicting. The teacher and students take turns assuming the role of

    teacher in leading this dialogue42

    40Trianto,Model-model Pembelajaran Inovativ Berorientasi Konstruktivisme, (Surabaya:Prestasi Pustaka, 2007), Cet.1, h. 96

    41Muslimin Ibrahim, Reciprocal Teaching Sebagai Strategi, dalam

    http://kpicenter.web.id/neo/index2.php?option=comcontent&do_pdf=1&id=1742www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/students/atrisk.at6lk38.htm-8k-

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    34/140

    Konsep tersebut, menjelaskan tentang penerapan

    empat strategi pemahaman dalam metode Reciprocal Teaching

    yaitu: merangkum (meringkas), mengajukan pertanyaan untuk kemudian

    menyelesaikanya menyelesaikan, menjelaskan/klarifikasi kembali, dan

    memprediksi.

    Menurut Ann Brown dan Annemarie Palincsar guru mengajarkan

    siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan

    pengalaman-pengalaman belajar, pada kesempatan itu mereka

    memodelkan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa

    mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut-berkat upaya

    mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan, dan suatusistem scaffolding.43

    Cara pengajaran ini menuntut sekelompok kecil pelajar, Pada saat

    pelajaran berjalan, situasinya terbalik, yaitu siswa mengambil giliran

    melaksanakan peran guru dan bertindak sebagai pemimpin diskusi untuk

    kelompok tersbut, sementara salah seorang siswa berperan sebagai guru,

    guru tersebut memberikan dukungan, umpan balik, semangat ketika siswa-

    siswa belajar strategi-strategi tersebut dan membantu mereka saling

    mengajar satu sama lain.

    Prosedur ini melibatkan anak secara aktif dalam kegiatan, dan

    mengajarkan teknik untuk menelaah pemahaman mereka sendiri. Selain

    pemantauan kognitif, ada dua kegiatan kognitif lainnya yang amat penting

    dalam kaitan dengan keterampilan kognitif sehari-hari yaitu pengambilan

    keputusan dan berpikir kritis44

    Collins dkk. mengemukakan efektivitas metode reciprocal teachingini

    tergantung pada lima faktor sebagai berikut:

    1. Reciprocal teaching melibatkan individu dalam serangkaian

    kegiatan yang membantu mereka membentuk model konseptual

    baru tentang tugas membaca. Lewat reciprocal teachingindividu

    43 Mohamad Nur, Strategi-Strategi Belajar, (Surabaya: Unesa-Uneversity Press, 200),

    Cet.1, h. 4844Jhon W. Santrock,Adolescence...,h. 140

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    35/140

    menyadari bahwa dalam membaca diperlukan kegiatan

    konstruktivistik seperti merumuskan masalah dan lainya.

    2. Reciprocal teaching melibatkan individu dalam penggunaan

    strategi membaca dan kemampuan metakognitif yang penting

    dalam membaca tingkat mahir (expert reading).

    b. Merumuskan pertanyaan merupakan kegiatan strategis untuk

    memahami teks yang sulit karena kegiatan ini memberikan

    dasar pengecekan apakah teks masuk akal atau tidak.

    c. Klarifikasi merupakan kegiatan penting dalam memonitor

    pemahaman yang melibatkan self-diagnosissecara rinci.

    d. Meringkas merupakan tahap permulaan dari self-diagnosis.

    3. Didalam reciprocal teaching, pengajar secara langsung dalam

    konteks problem mencontohkan bagaimana strategi diterapkan.

    4. Reciprocal teaching menyediakan bantuan (scaffolding) yang

    berguna bagi terbentuknya keyakinan pada diri individu bahwa

    mereka dapat menguasai keahlian dalam menyelesaikan tugas dan

    untuk membantu menguasai kemampuan itu sendiri.

    5. Reciprocal teaching memberikan kesempatan bagi individu untuk

    melakukan dua peran, yaitu produser dan kritikus. Mereka tidak

    hanya menghasilkan pertanyaan dan ringkasan yang baik tapi juga

    menilai pertanyaan dan ringkasan yang dibuat orang lain.45

    b. Tahapan Kegiatan Reciprocal Teaching

    1. Prosedur Umum

    Pada awal pengajaran terbalik guru memperagakan semua langkah

    pengajaran terbalik, kemudian siswa bergantian menjadi guru,

    sedangkan guru kelas bertindak sebagai anggota kelompok membantu

    siswa guru (siswa yang berperan menjadi guru) jika mereka

    mengalami kesulitan pada langkah-langkah tertentu. Guru meminta

    45Vera Itabiliana, PenerapanMetode Reciprocal Teaching untuk Membantu Siswa Kelas

    6 Sekolah Dasar dalam Mengembangkan Strategi Belajar, Skripsi Sarjana Psikologi UniversitasIndonesia, (Depok: Perpustakaan Psikologi Universitas Indonesia), h.55-57

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    36/140

    siswa membaca buku pelajaran (paket) dan membuat jawaban terhadap

    keempat langkah pengajaran terbalik (membuat pertanyaan/soal yang

    berkaitan dengan topic, merangkum, menjelaskan kata atau wacana

    yang sulit, dan memprediksi) sebagai persiapan menjadi guru.

    Selanjutnya guru memilih seorang siswa untuk bertindak sebagai guru

    memperagakan ke empat langkah pengajaran terbalik secara lisan dan

    memberikan kesempatan kepada siswa lain bila perlu.

    2. Prosedur Harian

    Berikut contoh kegiatan belajar mengajar menggunakan reciprocal

    teaching:46

    a) Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan.

    b) Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru

    (model)

    c) Siswa diminta membaca dalam hati bagian teks yang ditetapkan.

    Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraf.

    d) Guru memperagakan empat keterampilan setelah semua siswa

    selesai membaca.

    e) Siswa diminta memberikan komentar tentang pengajaran yang baru

    berlangsung.

    f) Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan/paraghrap

    berikutnya dan akan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai

    guru siswa

    g) Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai guru/siswa sepanjang

    kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan serta dalam

    dialog, namun selalu memberi guru siswa itu untuk kesempatan

    memimpin dialog. Memberikan banyak umpan balik dan pujian

    kepada guru siswa untuk peran sertanya.

    h) Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran

    dalam dialog, sehingga guru-siswa dan siswa lain berinisiatif

    46

    Trianto,Model-model Pembelajaran ..., h. 98

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    37/140

    sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai

    moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan

    membantu mengatasi kesulitan.

    Kegiatan diatas diadopsi dari kegiatan mandiri untuk pengajaran

    bahasa, sehingga untuk kepentingan pengajaran matematika kegiatan

    diatas tidak sepenuhnya dipakai. Pada pembelajaran matematika siswa

    hanya dituntut untuk bisa melakukan keterampilan merangkum,

    menjelaskan, membuat pertanyaan, dan memprediksi.

    c.Reciprocal Teachingdalam belajar matematika

    Pada dasarnya reciprocal teaching menekakan pada siswa untuk

    bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga setiap

    anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan

    pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman

    keberhasilan belajar satu dengan lainnya.

    Salah satu dasar dari reciprocal teaching ini adalah teori Vygotsky

    yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses

    pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan

    mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses kalrifikasi dan

    revisi dalam berpikir pada saat belajar

    Jika dikaitkan dengan pembelajaran matematika, pada dasarnya

    kemampuan membaca literature matematika memang masih menjadi suatu

    masalah besar yang tentu saja berdampak langsung pada prestasi belajar

    matematika siswa, dan keberadaan model pembelajaran resiprokal ini

    dapat menjadi sebuah peluang solusi yang dapat diteliti lebih lanjut tentu

    saja dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap bentuk dari literature

    matematika yang unik.47

    Pada pembelajaran matematika dengan metode reciprocal teaching

    siswa dituntut untuk bisa melakukan keterampilan menjelaskan /

    47

    Wijaya W Prasetyo, Mengetahui Level Soal Matemtika dengan Taksonomi Bloomdalam http://www.docstoc.com/search/soal-matematika-bloom/?catfilter=1

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    38/140

    mengklarifikasi, memprediksi, mengajukan pertanyaan yang berkaitan

    dengan materi dan untuk kemudian menjawabnya dan merangkumnya.

    Berikut contoh sederhana penerapannya dalam pembelajaran

    matematika:

    a) Klarifikasi / Menjelaskan

    Setelah bahan teks bacaan diberikan, ini dapat berupa teks mengenai

    konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus

    diselesaikan. Pada contoh ini, misalnya teks mengenai lingkaran.

    Sesuai dengan teorinya pada tahap ini, Siswa diminta untuk mencerna

    makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier. Maka

    dibuat pertanyaan apakah mereka mengerti arti kata atau konsep baru

    dalam teks tersebut, misalnya Apa yang dimaksud dengan lingkaran

    pada teks ini?

    b) Prediksi

    Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang

    sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang

    diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam

    mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas

    gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Dari uraian tersebut, jelas

    diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan terjadi koneksi antara

    konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dimilikinya.

    Contohnya Bagaimana menghitung luas lingkaran?

    c) Bertanya

    Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi

    sejauh mana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca

    dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya

    sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Dari uraian

    tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri

    untuk melakukan crosschecktentang apa yang sudah diperolehnya dari

    proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    39/140

    konsep yang diajarkan oleh gurunya. Misalnya Apakah saya sudah

    memahami definisi lingkaran?

    d) Membuat Rangkuman

    Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana adalah

    meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari proses pembelajaran yang

    berlangsung beserta hasilnya menggunakan bahasa sendiri. Misalnya

    Konsep apa saja yang telah dipelajari pada topic ini? 48

    6. Pembelajaran Konvensional

    Pembelajaran kovensional yang dimaksud dalam penelitian ini

    adalah pembelajaran yang biasa sering dilakukan yaitu pembelajaran

    ekspositori klasikal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ruseffendi bahwa

    metode ekspositori sama dengan cara mengajar yang biasa (tradisional)

    kita pakai pada pengajaran matematika.

    a. Pengertian Metode Ekspositori

    Gambaran pengajaran matematika dengan metode ekspositori

    adalah sebagai berikut: Guru menyampaikan atau menjelaskan

    pelajaran dan memberi contoh soal selanjutnya siswa diberi soal

    latihan.49 Guru dapat memerikasa pekerjaan siswa secara individual

    atau klasikal dan siswa diberi kesempatan bertanya jika ada materi

    yang tidak dimengerti. Bahkan dalam mengerjakan soal latihan siswa

    boleh berdiskusi dengan temannya atau disuruh mengerjakan dipapan

    tulis. Jika dibandingkan dengan metode ceramah pada metode

    ekspositori siswa lebih aktif dalam belajar dan pembelajarannya tidakhanya berpusat pada guru. Sedangkan menurut Erman Suherman, ia

    menyatakan bahwa:

    Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal

    terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi

    48Farida Nurhasanah, Reciprocal Teaching dalam Pembelajaran Matematika, dalam

    http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/reciprocal-teaching-dalam-pembelajaran-

    matematika/49

    Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, h. 9.24

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    40/140

    (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori dominasi guru

    berkurang, karena guru tidak terus menerus berbicara. Guru

    berbicara pada awal pelajaran, menerangkana materi dan contohsoal, dan pada waktu-waktu yanng diperlukan saja. Siswa tidak

    hanya mendengar dan membuat catatan, tetapi juga membuat

    soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti.50

    Berdasarkan perbedaan metode ceramah dan metode ekspositori

    tersebut diatas maka umumnya banyak guru matematika dalam

    mengajar menggunakan metode ekspositori dari pada metode ceramah.

    Hal ini disebabkan karena siswa masih diberi soal-soal latihan agar

    mengerti materi yang telah dijelaskan guru. Berikut adalah contoh

    langkah kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode

    ekspositori:

    Tabel 2.2

    Langkah Kegiatan Pengajaran Metode Ekspositori

    Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar

    - Persiapan

    - Pelaksanaan

    - Evaluasi

    - Menyiapkan kondisi belajar siswa

    - Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan

    pelajaran

    - Asosiasi/komparasi, artinya memberi kesempatan

    pada siswa untuk menghubungkan dan

    membandingkan materi ceramah yang

    diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya

    jawab)

    - Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugaskepada siswa untuk membuat kesimpulan

    melalui hasil ceramah

    - Mengadakan penilaian terhadap pemahaman

    siswa mengenai bahan yang telah diterimanya,

    melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.51

    50Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 20351

    Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: RinekeCipta, 2006), h. 99

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    41/140

    Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif dari pada

    metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin

    juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya,

    atau disuruh membuatnya dipapan tulis.

    B. Kerangka Berpikir

    Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

    lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

    didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajarandidalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi;

    otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa

    dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk

    menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak

    didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka

    miskin aplikasi.

    Dalam proses pembelajaran nampaknya belum banyak guru yang

    menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan

    proses berpikir kritis, hal ini terlihat dari kegiatan guru dan siswa pada saat

    proses belajar-mengajar. Guru menjelaskan apa yeng telah disiapkan dan

    memberikan soal latihan yang bersifat rutin dan prosedural, siswa hanya

    mencatat dan menyalin dan cenderung menghafal rumus-rumus atau aturan-

    aturan matematika dengan tanpa makna dan pengertian.

    Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting.

    guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang

    diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).

    Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak sangat ditentukan

    oleh kualitas atau kemampuan guru itu sendiri.

    Metode yang paling sering dilakukan guru disekolah adalah metode

    ceramah dimana siswa hanya mendengarkan dan menyerap apa yang

    dikatakan oleh guru.. Berdasarkan kondisi pembelajaran tersebut, siswa tidak

    terlatih berpikir kritis, padahal salah satu tujuan jangka panjang pembelajaran

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    42/140

    adalah mengembangkan pemikiran yang kritis. Guna meningkatkan

    kemampuan berpikir kritis siswa, usaha tersebut dapat diawali dengan

    pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching).

    Berdasarkan kerangka berpikir secara teoritis dapat dikatakan bahwa

    reciprocal teaching merupakan pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan

    agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar

    mandiri, dan siswa mampu menyajikan materi didepan kelas, dengan harapan

    tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan siswa dalam belajar

    mandiri dan berpikir kritis dapat ditingkatkan.

    C. Pengajuan Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas maka diduga

    bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pendekatan

    reciprocal teaching lebih tinggi dibanding kemampuan berpikir kritis siswa

    menggunakan pendekatan konvensioal dalam belajar matematika.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    43/140

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian.

    Penelitian dilaksanakan di SMP AL-HASRA di Jln. Raya Ciputat-

    parung Km. 24 Bojongsari Baru. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII

    semester I tahun ajaran 2009-2010 tepatnya dari tanggal 5 oktober 12

    November 2009.

    B. Metode dan Desain Penelitian

    Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuasi

    eksperimen, yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana

    tidak mungkin mengadakan kontrol/memanipulasikan semua variabel yang

    relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal dan

    eksternal sesuai dengan batasan-batasan yang ada.52

    Peneliti akan menguji coba pendekatan pengajaran terbalik dalam

    pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

    siswa, kemudian membandingkan hasil tes tersebut antara siswa yang

    menggunakan metode pengajaran terbalik (kelas eksperimen) dengan siswa

    yang menggunakan metode pembelajaran konvensional (kelas kontrol).

    Desain penelitian yang digunakan adalah Two Randomized Control

    Group Pretes-Posttest Design. Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang

    keduanya ditentukan secara acak.. Sebelum dilakukan penelitian kedua

    kelompok diberikan tes awal (pretes) dan setelah dilakukan penelitian kedua

    kelompok diberikan tes akhir (posttes). Untuk lebih jelasnya rancangan

    penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel dibawah:

    52Moh nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 73

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    44/140

    Tabel 3.1

    Rancangan Penelitian

    Kelompok Pretes Perlakuan Postes

    Experimen O1 XE O2

    Kontrol O1 XK O2

    Keterangan

    O1: Pretest

    O2 : Postest

    XE: Perlakuan dengan pendekatan reciprocal teaching

    XK: Perlakuan dengan pengajaran konvensional

    C. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

    objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.53

    Macam variabel dalam penelitian ini yaitu:

    1. Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

    atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

    (terikat), dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu: Pendekatan

    reciprocal teaching (pengajaran terbalik) dan pendekatan konvensional

    dalam pembelajaran matematika

    2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

    atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini

    variabel terikatnya yaitu: Kemampuan berpikir kritis siswa

    53Sugiyono,Metode penelitian kuantitatif, kualitataif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

    2006), h. 61

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    45/140

    D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.

    1. Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Adapun yang menjadi

    populasi dalam penelitian ini adalah:

    a. Populasi target: Seluruh siswa SMP AL-HASRA yang terdaftar pada

    tahun ajaran 2009-2010

    b. Populasi Terjangkau: Seluruh siswa kelas VIII di SMP ALHASRA

    yang terdaftar pada tahun 2009-2010

    2. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster

    random sampling yaitu pengambilan unit siswa sebanyak 2 kelas dari

    beberapa kelas yang ada, yaitu pengambilan 2 unit kelas dari 5 kelas yang

    ada. Dari 2 kelas tersebut, diundi secara acak kelas mana yang menjadi

    kelas eksperimen dan kelas mana kontrol sehingga diperoleh kelas VIII.4

    sebagai kelas ekperimen dan kelas VIII.3 sebagai kelas kontrol.

    E. Teknik Pengumpulan Data.

    Data diperoleh dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian

    tes berpikir kritis yang sama, yang dilakukan pada akhir pokok bahasan materi

    yang telah dipelajari dan disusun berdasarkan silabus.

    Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data

    tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Variabel yang diteliti

    Metode pengajaran terbalik dan kemampuan berpikir kritis

    2. Sumber Data

    Sumber data sampel yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.

    Data juga diperoleh dari tes matematika pada pokok bahasan fungsi,

    sebelum kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, maka kedua kelas

    diberi pretes untuk melihat apakah kedua kelas homogen atau tidak, dan

    setelah pokok bahasan itu diajarkan, diberikan tes yang sama pada kedua

    kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberikan pengajaran terbalik

    dan kelompok kontrol yang tidak diberi pengajaran terbalik.

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    46/140

    3. Instrumen Penelitian

    Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

    bentuk berpikir kritis dengan tipe uraian dan terdiri dari 10 soal. Tes

    bentuk esai (uraian) adalah jenis tes kemajuan belajar yang memerlukan

    jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata54

    4. Uji Instrumen Tes Penelitian

    Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas agar

    ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai, sehingga

    betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Uji validitas yang

    digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas tes secara rasional

    yang terdiri dari validitas konstruksi dan validitas isi. Validitas konstruksi

    adalah uji validitas dengan meminta pendapat para ahli tentang instrumen

    yang telah disusun, mungkin para ahli akan memberi keputusan:

    instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin

    dirombak total.55 Sedangkan Validitas isi adalah uji validitas dengan

    membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang

    diajarkan.56 Validitas isi dilakukan dengan cara menyusun tes yang

    bersumber dari kurikulum (kompetensi dasar pokok bahasan). Secara

    teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan

    menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen.

    Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur

    dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan

    dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen, maka pengujian validitas dapat

    dilakukan dengan mudah dan sistematis.

    Diawal pembuatan instrumen penulis membuat 8 butir soal untuk

    meminta pendapat para ahli, ternyata setelah dikoreksi, untuk soal nomor 1

    masih terlalu mudah, soal nomor 2 bisa digunakan sebagai instrumen

    hanya perlu diperbaiki redaksinya, untuk soal nomor 3 dan 4 hanya pada

    54Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi....., h.16255Sugiyono,Metode penelitian kuantitatif, kualitataif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

    2006), h. 13956Sugiyono,Metode penelitian kuantitatif..., h. 143

  • 7/22/2019 Sufina Nurhasanah Fitk.unlocked

    47/140

    tahap C2, soal nomor 5 termasuk berpikir kritis, dapat digunakan sebagai

    instrumen, sedangkan soal nomor 6, 7 dan 8 bukan merupakan soal

    berpikir kritis. (lihat lampiran 3, Hal.106), karena soal yang bisa

    digunakan hanya 2 nomor, kemudian pada revisi kedua penulis

    menambahkan 4 butir soal lagi, hingga menjadi 6 butir soal untuk diajukan

    kepada para ahli, setelah dikoreksi para ahli menyatakan bahwa soal

    nomor 1 bukan merupakan soal berpikir kritis, soal nomor 5 perlu dirubah

    untuk mencari rumus fungsinya, sedangkan soal nomor 2, 3, 4 dan 6 juga

    dibuat menjadi 2 nomor dengan model yang sama, hingga menjadi 8 soal

    (lihat lampiran 3, Hal.107). Pada revisi ketiga penulis mengajukan 10 butir

    soal, yaitu 4 butir soal yang telah dikoreksi pada revisi sebelumnya, 4 butir

    soal dengan model yang sama, dan 2 butir soal yang telah dirubah untuk

    mencari rumus fungsinya, (Lihat Lampiran 5, Hal.109) sehingga 10 butir

    soal inilah yang digunakan menjadi instrumen berpikir kritis pada materi

    fungsi.

    F. Analisis Data

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui subjek yang diteliti

    berdistribusi normal atau tidak, maka terlebih dahulu diuji dengan

    menggunakan uji Lilliefors. Adapun langkah-langkah perhitungannya

    adalah sebagai berikut:57

    a)