Post on 29-Dec-2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan perusahaan yang menjual jasa keuangan bagi seluruh
lapisan masyarakat, baik kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Bank
merupakan lembaga intermediasi yang memiliki peran dalam membiayai proyek-
proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun yang
sedang berkembang, dalam wujud menyediakan dana atau pemberian kredit
menjadikan bank atau lembaga keuangan memiliki struktur modal yang berbeda
dengan perusahaan lainnya (Jumingan, 2009:239).
Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat, sedangkan fungsi pendukung bank
adalah memberikan jasa-jasa bank lainnya. Dana yang dihimpun adalah berupa
giro, deposito maupun tabungan, kemudian disalurkan kembali berupa pinjaman
kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan lain sebagainya.
Faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank adalah kepercayaan dari
masyarakat, apabila bank bisa menjaga kepercayaan tersebut maka para nasabah
akan bersimpati dan akan menggunakan jasa bank tersebut (Kasmir, 2000:3).
Tabel 1 Perkembangan Aset Bank Umum (dalam Milyar Rupiah)
Kelompok Bank
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Bank PerseroBUSN DevisaBUSN Non DevisaBPDBank CampuranBank Asing
621.212
663.002
29.657159.47
664.421156.08
3
741.988
768.730
39.012170.01
290.480176.08
3
847.563
883.470
42.467185.25
2118.13
1233.67
4
979.078958.549
55.762200.542135.675204.502
1.115.519
1.203.370
78.485
239.141
149.990
222.347
1.328.168
1.464.007
107.085
304.003
181.088
268.482
1.264.866
1.459.221
106.740
307.452
185.475
274.961
Total Aset 1.693.850
1.986.501
2.310.557
2.534.106
3.008.853
3.652.832
3.598.715
1
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, data diolah.
Bank umum yang dimaksud dalam tabel 1 tersebut adalah semua bank
konvensional maupun syariah yang berada di Indonesia (Bank Indonesia, 2013).
Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa setiap tahunnya yaitu mulai dari tahun
2006 hingga 2012 perkembangan aset yang dimiliki bank selalu mengalami
peningkatan. Ini berarti dana yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat
semakin bertambah setiap tahunnya, dengan kata lain himpunan dana yang
diperoleh bank melalui nasabahnya dan melalui bank lain juga mengalami
peningkatan.
Pada setiap penyaluran kredit, bank membutuhkan pembiayaan yang
cukup besar, karena itulah bank membutuhkan adanya tambahan dana, bila tidak
maka akan berdampak pada menurunnya kecukupan modal minimum yang harus
dimiliki bank. Perolehan dana tersebut bisa diperoleh dari simpanan masyarakat
atau dari lembaga keuangan lainnya. Sedangkan untuk membiayai kegiatan
operasionalnya bank bisa memperoleh dari modal sendiri, berupa penjualan
saham. Kegiatan bank dalam memilih dana segar bisa mempengaruhi besar
kecilnya biaya yang akan ditanggung nantinya, sehingga bank harus bisa dengan
tepat memilih struktur modal yang sesuai dengan tujuannya (Kasmir, 2000:46).
Menurut Siringoringo (2012) penting bagi manajemen bank untuk
menentukan kebijakan struktur modal dalam mendukung kegiatan operasional
bank, khususnya dalam penyaluran kredit. Pemenuhan sumber dana untuk
kegiatan utama bank akan berbeda apabila bank ingin mencari dana untuk
melakukan investasi baru atau perluasan usahanya. Karena, pemenuhan dana
untuk kegiatan utama bank berupa penyaluran kredit kepada masyarakat diperoleh
dari simpanan, sedangkan modal sendiri digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
investasi baru atau perluasan usaha.
Kebijakan struktur modal merupakan suatu kebijakan yang menyangkut
kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber dana yang akan
dipakai untuk membiayai suatu investasi dan juga untuk mendukung operasional
perusahaan dalam usaha meningkatkan laba perusahaan dan pencapaian nilai
perusahaan yang tinggi (Gitman, 2009).
2
1
Struktur modal yang kuat sangat penting bagi sebuah bank, karena dengan
struktur modal yang kuat bank akan bisa menghadapi persaingan global dan krisis
ekonomi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Untuk bisa mencapainya, bank harus
memperhatikan berbagai hal penting diantaranya profitabilitas, likuiditas, risiko
bisnis, dividen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan umur bank.
Bank bisa memiliki struktur modal yang optimal bila bisa
menyeimbangakan antara risiko pemberian kredit yang disalurkan terhadap
manfaat yang diperoleh dari pemberian kredit tersebut. Bank akan bisa
meningkatkan profitabilitasnya dan bisa memenuhi kebutuhan operasionalnya
dengan dana internalnya tersebut.
Kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap
para nasabah berkaitan erat dengan likuiditas bank. Semakin banyak pengajuan
kredit yang akan dipenuhi oleh bank semakin besar pula dana yang dibutuhkan
bank untuk memenuhinya. Sehingga, bank juga harus memperhatikan kelancaran
likuiditasnya agar kepercayaan nasabahnya tidak berkurang karena bank tidak bisa
menyediakan cukup dana atas penarikan dana yang dilakukan nasabah sewaktu-
waktu.
Bank merupakan lembaga keuangan yang menjual jasa keuangan berupa
pemberian kredit, sehingga bank dihadapkan dengan risiko bisnis yaitu risiko
kredit. Dimana bila risiko kredit bank tinggi, nasabah akan enggan menanamkan
dananya pada bank tersebut dan menurunkan kepercayaan nasabah terhadapnya.
Setiap perusahaan yang memperoleh laba akan membagikan bagian laba
tersebut dalam bentuk dividen, begitu juga dengan bank. Pembagian dividen akan
memberikan sinyal kepada investor tentang keadaan perusahaan, bank yang
membagikan dividen dianggap memiliki dana internal memadai untuk kegiatan
operasionalnya, sehingga tidak perlu melakukan pendanaan eksternal.
Masalah agensi yang menyangkut perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dengan pihak manajemen bisa dikurangi dengan pemberian
saham kepada manajemen maupun kepemilikan saham oleh institusi, diharapkan
dengan kepemilikan manajerial maupun institusional akan membuat manajemen
berhati-hati dalam keputusan pendanaan yang akan dilakukannya.
3
Semakin bertambahnya umur bank, maka bank akan mengalami setiap
siklus hidupnya. Dimana pada masing-masing siklus tersebut akan membutuhkan
pendanaan yang berbeda-beda, sehingga bank harus bisa menyeimbangkan
keputusan pendanaannya dengan kebutuhan dananya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan menjadi sangat menarik
untuk meneliti determinan struktur modal bank yang ada di Indonesia. Penelitian
lain pernah dilakukan oleh Suko (2006), Yuhasril (2006), Tri (2007), Solfidan dan
Maryani (2007), Mas’ud (2008), Erkaningrum (2008), Sri (2009), Joni dan Lina
(2010), Supratiningrum (2010), Margaretha dan Aditya (2010) dan Seftianne dan
Ratih (2011).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
Faktor apakah yang menjadi penentu struktur modal bank? Faktor yang dimaksud
untuk dikaji antara lain profitabilitas, likuiditas, risiko bisnis, dividen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan umur bank.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
Untuk mengkaji faktor apakah yang menjadi penentu struktur modal bank. Faktor
yang dimaksud untuk dikaji antara lain profitabilitas, likuiditas, risiko bisnis,
dividen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan umur bank.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya bagi:
1. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber referensi untuk dikritisi lebih
lanjut, terutama yang menyangkut struktur modal bank.
4
2. Manajemen Bank
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen
bank yang menyangkut mengenai struktur modal.
3. Regulator Perbankan
Penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk menentukan kebijakan struktur
modal bank dengan mempertimbangkan faktor-faktor dalam penelitian ini.
5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Struktur Modal
Teori-teori struktur modal yang telah berkembang diantaranya (Tri, 2007):
1. Pendekatan Tradisional
Pada pendekatan tradisional diasumsikan bahwa dalam pasar modal yang
sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan (atau biaya modal perusahaan)
dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Menurut Husnan (1998)
berdasarkan pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal optimal untuk
setiap perusahaan yaitu pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal
yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
2. Pendekatan Miller dan Modigliani
Menurut teori M&M (1958) keputusan keuangan tidak akan merubah nilai
perusahaan dan pendapatan pemegang saham dengan asumsi tidak ada pajak,
tidak ada asimetri informasi dan tidak ada biaya transaksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Berger et al. (1995) menguji
mengapa pasar tidak terpengaruh oleh: a) pajak dan biaya kesulitan keuangan, b)
biaya transaksi dan asimetri informasi, entah itu diperusahaan keuangan maupun
tidak semua faktor tersebut valid.
3. Pendekatan Laba Bersih atau Net Income
Pendekatan laba bersih mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi
yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan (Sartono, 1990), pada
pendekatan ini biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang
yang digunakan oleh perusahaan. Asumsi pertama dalam pendekatan ini adalah
biaya hutang konstan sama seperti dalam pendekatan laba bersih, asumsi kedua
bahwa penggunaan hutang yang semakin besar mengakibatkan peningkatan risiko
6
perusahaan. Karena itulah tingkat keuntungan yang diminta oleh pemilik modal
akan meningkat dengan semakin tingginya risiko perusahaan. Akibatnya biaya
modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur
modal menjadi tidak berarti.
4. Pendekatan Balanced Theory dan Pecking Order Theory
Pendekatan balanced theory menyatakan bahwa untuk mencapai nilai
maksimum pasar perusahaan akan mempertahankan struktur modal yang telah
ditargetkan. Teori ini kemudian lebih dikenal dengan trade off theory. Kebijakan
mengenai struktur modal melibatkan trade-off antara risiko dan tingkat
pengembalian – penambahan hutang memperbesar tingkat pengembalian yang
diharapkan.
Perusahaan akan memiliki struktur modal yang optimal berdasarkan
adanya keseimbangan (trade-off) antara manfaat dan biaya yang diperoleh dari
penggunaan utang. Pada industri keuangan seperti bank, proses pengambilan
keputusan yang menyangkut struktur modal yang paling penting diperhatikan
adalah trade-off antara insentif dengan tata kelola (governance), serta struktur
kepemilikan bank sebagai kontrol terhadap pengalokasian ekuitas dan utang
(Marques dan Santos, 2003).
Pecking Order Theory menjelaskan bahwa perusahaan cenderung
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu, yaitu laba ditahan dan depresiasi
daripada menggunakan sumber dana eksternal. Namun bila perusahaan
mengalami keterbatasan dengan dana internalnya, maka perusahaan akan lebih
memilih menggunakan hutang daripada ekuitas (Siregar, 2005).
2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)
Faktor khusus yang hanya dimiliki oleh bank adalah jaringan pengaman.
Bank dibawah perlindungan jaringan pengaman, seperti sistem asuransi deposito,
jaminan pembayaran, cadangan kewajiban dan lain-lain. Selain itu jaringan
pengaman yang membedakan bank dengan perusahaan non keuangan lainnya, dan
merupakan determinan stuktur modal bank adalah peraturan mengenai kecukupan
modal minimum bank atau CAR (Asarkaya dan Serkan, 2007).
7
Bank merupakan lembaga yang memiliki peran fital terhadap
perekonomian suatu negara, karena itulah mengapa bank memiliki perlindungan
baik dengan jaringan pengaman dan juga yang diperoleh dari pemerintah. Ini
menyebabkan bank lebih berani dalam mengambil risiko. Penelitian yang
dilakukan oleh Merton (1977) dan Karekan dan Wallace (1978) dalam Prescott
(2001) menyimpulkan adanya keterkaitan antara perlindungan tersebut dengan
teori agensi di dalam struktur modal.
2.1.3 Signaling Theory
Teori ini menjelaskan bahwa tindakan yang dibuat oleh manajemen
perusahaan merupakan isyarat bagi investor tentang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek baik cenderung lebih memilih untuk berhutang
daripada menjual saham untuk pemenuhan modal baru, karena penerbitan saham
baru dinilai memberikan isyarat negatif karena perusahaan mencari investor baru
untuk berbagi kerugian (Brigham dan Houston, 2001).
Perusahaan dengan prospek kurang menguntungkan akan cenderung
menjual sahamnya untuk berbagi kerugian dengan investor, dan pengumuman
emisi saham menandakan bahwa manajemen memandang prospek perusahaan
suram. Begitu pula dengan perusahaan yang menerbitkan saham lebih sering dari
biasanya, isyarat negatif yang ditanggap investor adalah penurunan harga saham
sekalipun prospek perusahaan cerah.
2.1.4 Kebijakan Struktur modal
Sumber dana yang bisa diperoleh bank ada dua yaitu sumber dana internal
dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari laba ditahan yang
terkumpul selama berjalannya kegiatan perusahaan, sedangkan sumber dana
eksternal ada yang berasal dari pemilik yaitu modal sendiri dan ada yang berasal
dari pihak ketiga yaitu simpanan masyarakat (berupa tabungan, giro, deposito)
maupun lembaga keuangan lainnya.
Modal merupakan motor penggerak operasional perusahaan, sehingga
perusahaan harus mampu menjaga keseimbangan finansialnya. Pada masing-
8
masing pembiayaan yang dipilih oleh perusahaan akan menimbulkan biaya modal.
Untuk pembiyaan dengan hutang akan muncul biaya modal berupa biaya bunga,
pada bank adalah beban bunga yang harus dibayarkan kepada deposan atas dana
simpanan yang dipercayakan kepada bank tersebut. Sedangkan pembiayaan
dengan ekuitas, akan menimbulkan biaya modal berupa dividen.
Pada bank, semakin besar dana yang dipercayakan nasabah kepada bank
tersebut itu berarti rasio hutangnya akan lebih besar dibandingkan dengan
modalnya. Bank harus mampu mengoptimalkan dana yang dihimpunnya dari
masyarakat dengan menyalurkannya kembali berupa pinjaman kredit kepada
masyarakat. Dalam penelitian ini struktur modal diukur dengan menggunakan
Debt to Equity Ratio (DER), karena DER dapat mencerminkan besarnya proporsi
antara total hutang dan total modal sendiri.
Total hutang terdiri dari hutang jangka pendek dan jangka panjang,
sedangkan total modal sendiri terdiri dari modal saham disetor dan laba ditahan
yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain semakin tinggi DER semakin besar
komposisi hutang dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga semakin
besar pula kewajiban yang ditanggung oleh bank terhadap nasabah maupun
lembaga keuangan lainnya yang menyimpan dana di bank tersebut.
2.2 Relational Struktur Modal dan Kinerja Keuangan
Terdapat tiga ukuran kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu Profitabilitas, Likuiditas dan Risiko Kredit.
1. Profitabilitas
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia rasio rentabilitas yang bisa
digunakan dalam mengukur profitabilitas suatu bank adalah rasio ROA (Return on
Assets) dan BOPO (Beban Operasi dibandingkan dengan Pendapatan Operasi).
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas
bank adalah ROA yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak setahun dengan
total aset yang dimiliki oleh bank.
Berdasarkan kegiatan utama bank, yaitu menyalurkan dana kepada para
debitur maka besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan
9
keuntungan bank tersebut. Sesuai dengan teori trade off, untuk bisa menjaga
struktur modal, bank harus bisa memadukan keseimbangan antara risiko
pemberian pinjaman dengan manfaat atau keuntungan yang diperoleh atas
pinjaman tersebut (Siringoringo, 2012).
2. Likuiditas
Menurut Weston dan Thomas (1997) likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo, semakin tinggi
tingkat likuiditasnya berarti perusahaan itu mampu memenuhi tuntutan kreditur
jangka pendek dengan aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode
yang sama dengan jatuh tempo hutang.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia rasio likuiditas yang dapat
digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR merupakan rasio
yang membandingkan seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank (Dendawijaya, 2003).
Semakin banyak pengajuan kredit yang harus dipenuhi oleh bank, maka
bank akan berusaha untuk mencari sumber dana baru. Pemenuhan dana tersebut
bisa mempengaruhi likuiditas bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para
deposan. Bank yang meningkatkan sumber dananya melalui simpanan atau
pinjaman kepada lembaga keuangan lain demi menutupi jumlah pinjaman
kreditnya tanpa menyeimbangkan dengan modal yang dimilikinya akan
berdampak terhadap menurunnya CAR bank.
Sesuai dengan teori trade-off bank harus bisa menyeimbangkan antara
insentif yang diperolehnya melalui pinjaman kredit dengan tata kelola pemerintah,
dalam hal ini kecukupan modal minimum bank yang harus terpenuhi.
3. Risiko Bisnis
Risiko bisnis yang dihadapi bank adalah risiko kredit, yaitu risiko yang
timbul sebagai kegagalan counterparty memenuhi kewajiban (PBI, 2003).
Sedangkan menurut Susilo, et al (1999) risiko kredit yang dihadapi bank
merupakan akibat dari tidak dipenuhinya kewajiban debitur kepada bank, seperti
pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak
dibayarkannya pinjaman tersebut kepada bank akan menyebabkan bank
10
mengalami kerugian karena tidak bisa memperoleh pendapatan dari pembayaran
piutang tersebut.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia, rasio keuangan yang bisa
digunakan untuk mengukur nilai suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan
(NPL). Bila rasio NPL tinggi maka akan berpengaruh terhadap CAR bank, bank
dengan CAR dibawah yang disyaratkan pemerintah adalah bank yang tidak sehat.
Nasabah akan enggan menyimpan dananya di bank yang tidak sehat, karena
perasaan was-was bila terjadi sesuatu terhadap bank tersebut.
2.3 Relasional Struktur Modal dan Dividen
Dividen adalah bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham
dari laba yang diperoleh perusahaan, dividen ini yang dibagikan kepada pemegang
saham biasa. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan alat
yang digunakan untuk menentukan jumlah laba ditahan serta memaksimalkan
nilai perusahaan. Menurut Hasnawati (2008) dividen dianggap memberikan
informasi mengenai tingkat pengembalian yang diberikan oleh emiten serta
memberikan gambaran kondisi keuangannya.
Bank yang membayarkan dividennya dianggap mendapatkan laba dan
memiliki modal yang memadai untuk mencukupi kebutuhan operasionalnya.
Namun, bisa saja bank membagikan dividen padahal bank tersebut mengalami
kerugian, hal ini dilakukan guna meningkatkan nilai bank dimata investor.
2.4 Relasional Struktur Modal dan Struktur Kepemilikan
Terdapat dua jenis struktur kepemilikan yang dikaji dalam penelitian ini
yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
1. Kepemilikan Manajerial
Perilaku manajemen yang cenderung menggunakan hutang yang tinggi
bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan, tetapi untuk kepentingan pribadi
mereka akan menyebabkan risiko kebangkrutan perusahaan meningkat. Masalah
11
ini timbul karena tidak seimbangnya informasi (asymmetric information) yang
didapat oleh manajemen dengan pemegang saham atau pemilik.
Untuk mengatasi masalah tersebut pihak pemegang saham mengeluarkan
biaya pengawasan yang dinamakan biaya keagenan (Horne dan Wachowick,
dalam Seftianne, 2011). Kepemilikan manajerial salah satu cara mengurangi biaya
keagenan, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil
dan juga keputusan yang diambil menimbulkan kerugian dia akan merasakan
dampaknya.
2. Kepemilikan Institusional
Menurut Moh’d et al (1998, dalam Wihidahwati, 2002) kepemilikan
institusional berfungsi sebagai monitoring agents, dimana distribusi kepemilikan
saham dari luar yaitu investor institusi dapat mengurangi biaya keagenan, karena
kepemilikan memiliki suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Kepemilikan saham oleh institusi memainkan peranan penting yaitu secara
aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang dipertaruhkan di
dalam perusahaan, mekanisme ini menjamin peningkatan kemakmuran pemegang
saham (Bathala et al, 1994). Pada bank kepemilikan institusional tidak hanya
dimiliki oleh pemerintah, namun juga bisa dimiliki oleh swasta baik domestik
maupun asing.
2.5 Relasional Struktur Modal dan Umur Bank
Setiap perusahaan akan mengalami lima tahap siklus kehidupan yaitu
pendirian, ekspansi, pertumbuhan tinggi, kedewasaan dan penurunan. Pada setiap
tahap siklus kehidupan ini kebutuhan akan besarnya modal akan berbeda. Guna
memenuhi kebutuhan tersebut perusahaan akan menggunakan pendanaan yang
berbeda pula. Damodaran (1997) dalam teori analisis kehidupan pendanaan
menggambarkan kerangka strategi pendanaan yang dipilih perusahaan
dihubungkan dengan tahap siklus hidup perusahaan.
12
Lima tahap tersebut adalah:
a. Tahap Pendirian
Tahap ini adalah tahap permulaan bagi setiap perusahaan baru. Segala sesuatu
yang mendukung operasi perusahaan bersifat baru. Biasanya perusahaan yang
baru didirikan berbentuk perusahaan perorangan dimana kebutuhan modalnya
dipenuhi oleh pemilik (pendiri) ditambah dana pinjaman dari bank. Sifat dari
perusahaan yang baru berdiri adalah keengganan mereka untuk
mengandalkan pinjaman dana dari pihak luar karena kemampuan
infrastruktur masih belum memungkinkan.
b. Tahap Ekspansi
Pada tahap ini perusahaan sudah memiliki pelanggan dan cukup mampu
memposisikan keberadaannya di pasar. Manajemen termotivasi untuk
melakukan pengembangan, untuk itu dibutuhkan dana eksternal sangat tinggi
karena aliran kas masuk relatif kecil. Pilihan awal biasanya berasal dari dana
perorangan dan modal ventura. Tidak jarang perusahaan akan mengambil
keputusan untuk menjadi perusahaan publik.
c. Tahap Pertumbuhan
Begitu memasuki masa transisi untuk menjadi perusahaan publik, pilihan
sumber pendanaan menjadi semakin terbuka. Pada tahap ini, kebutuhan dana
eksternal bersifat moderat relatif terhadap nilai perusahaan. Kecenderungan
perilaku aliran kas pada tahap ini masih tidak jauh berbeda dengan tahap
kedua dimana laba yang diperoleh masih belum seimbang dibandingkan
dengan pendapatan usaha (penjualan dan aliran kas yang masuk juga belum
banyak sementara kebutuhan investasi relatif tinggi. Biasanya perusahaan
yang sudah menjadi perusahaan publik dan berada pada tahap pertumbuhan
akan mencari alternatif pendanaan lain selain menambah saham yang
ditawarkan ke publik melalui mekanisme right issue atau opsi ekuitas. Bila
perusahaan memilih menggunakan sumber dana hutang, ada kecenderungan
untuk memilih bentuk hutang yang dapat dikonversi.
13
d. Tahap Kedewasaan
Perusahaan yang memasuki tahap ini mempunyai dua ciri yaitu:
1. Peningkatan laba dan aliran kas yang cepat sebagai cermin dari
keberhasilan investasi masa lalu.
2. Kebutuhan dana untuk investasi ada produk dan proyek baru akan mulai
menurun. Tingkat pertumbuhan akan mulai mendatar.
Pada tahap ini kebutuhan dana eksternal mulai menurun dan sebagai
gantinya, karena perusahaan telah mampu mencukupi kebutuhan dari
dana dalam, dana internal akan lebih menarik untuk dijadikan alternatif
pendanaan. Jenis kebutuhan dana di luar mulai berubah. Perusahaan akan
lebih menyukai dana hutang, khususnya dari bank atau dengan
menerbitkan obligasi.
e. Penurunan
Pada tahap ini ciri utama yang ditemui adalah penurunan yang stabil terhadap
pendapatan dan laba sebagai konsekuensi dari kedewasaan perusahaan dan
masuknya pesaing-pesaing baru. Walaupun investasi yang ada masih mampu
menghasilkan aliran kas, tetapi jumlahnya relatif tidak banyak. Disamping
itu, kebutuhan perusahaan untuk investasi baru mulai menurun. Pada tahap ini
kebutuhan dana eksternal menurun drastis karena proyek-proyek atau
investasi baru juga menurun dan jumlah dana internal yang tersedia di
perusahaan sangat besar. Perusahaan berfikir bahwa penjualan saham atau
obligasi sudah bukan alternatif yang menarik lagi bahkan dengan kelebihan
dana internal perusahaan mulai berfikir untuk melunasi semua kewajibannya
atau membeli kembali sahamnya. Pada tahap ini dapat dikatakan bahwa
perusahaan secara bertahap mengalami apa yang dinamakan sebagai
melikuidasi diri sendiri.
14
2.6 Kajian Empirik
Beberapa penelitian empiris tentang struktur modal telah dilakukan
beberapa peneliti di Indonesia, diantaranya:
Tabel 2 Tabel Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Alat Uji Variabel Hasil Penelitian
Suko (2006) Uji Regeresi Linier Berganda
Operating Leverage, Current Ratio, Growth, Price Earnings Ratio, Struktur Aktiva dan Return on Assets.
Operating Leverage (-), CR (+), Growth (+), PER (+), ROA (-)
Yuhasril (2006) Uji Regeresi Linier Berganda
ROI, DPR dan Struktur Aktiva (rasio aset tetap)
ROI (-) dan Struktur aktiva (-)
Sofilda dan Maryani (2007)
Uji Regeresi Linier Berganda
Size, tangibility, non debt tax, profitability dan depresiasi.
Profitability (-)
Tri (2007) Uji Regeresi Linier Berganda
Managerial Ownership, Institutional Investor, Return on Asset, Business Risk dan Ukuran perusahaan
Managerial Ownership (-), Institutional Investor (-), Return on Asset (+) dan Business Risk (-)
Mas’ud (2008) SEM (Structural Equation Modelling)
Profitability, Size, Growth Opportunity, Asset Structure, Cost of Financial Distress, Tax Shields Effects.
Profitability (+), Size (+), Growth Opportunity (+), Asset Structure (+), Financial Distress (+).
Erkaningrum (2008)
Uji Regeresi Linier Berganda
Dividend payout ratio, investasi, profitability, size, struktur aset, variability of earnings.
DPR (-), Profitability (-), variability of earnings (-), size (+), struktur aset (+).
Sri (2009) Uji Regeresi Linier Berganda
Ukuran perusahaan, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur aktiva dan profitabilitas
Struktur aktiva dan profitabilitas
Putri dan Ratih (2009)
Uji Regeresi Linier Berganda
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas
Kepemilikan institusional (+), Profitabilitas (-) dan Free Cash Flow (+)
15
Joni dan Lina (2010)
Uji Regeresi Linier Berganda
Pertumbuhan aset, profitability, struktur aset, ukuran perusahaan, dividen, risiko bisnis.
Pertumbuhan aktiva (+), struktur aktiva (+) dan profitabilitas (-)
Margaretha dan Aditya (2010)
Uji Regeresi Linier Berganda
Size, tangibility, profitability, liquidity, growth, non-debt tax shield, age dan investment
Size (long term), tangibility (short, long term), profitability (total, short), liquidity (total, short), growth (total, short), age (short).
Seftianne dan Ratih (2011)
Uji Regeresi Linier Berganda
Growth opportunity, managerial ownership, business risk, profitability, liquidity, struktur aktiva dan ukuran perusahaan.
Growth opportunity (+) dan ukuran perusahaan (-)
Saktiawan dan Emrinaldi (2012)
Uji Regeresi Linier Berganda
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabiliatas
Kepemilikan Institusional (-) dan kebijakan dividen (-).
Sumber: Berbagai Artikel
Penelitian sebelumnya yang dilakukan untuk menganalisis determinan
struktur modal, ternyata banyak terdapat ketidakkonsistenan hasil, sehingga
peneliti tertarik untuk meneliti kembali pada kurun waktu terkini dari variabel
profitabilitas, likuiditas, risiko bisnis, dividen, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional dan umur bank. Penelitian ini menggunakan ukuran
kinerja keuangan yang digunakan khusus pada bank, yaitu Loan to Deposit Ratio
(LDR) untuk mengukur likuiditas bank dan Non Performing Loan (NPL) untuk
mengukur risiko bisnis bank yaitu risiko kredit. Populasi penelitian ini adalah
bank di Indonesia selama tahun 2006 hingga 2011.
2.7 Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Variabel Profitabilitas sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Profitabilitas pada bank sesuai dengan SE No. 6/23/DPNP tahun 2004
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, diukur dengan menggunakan ROA
16
(Return On Assets), rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu.
Berdasarkan kegiatan utama bank, yaitu menyalurkan dana kepada para
debitur maka laba yang diperoleh bank berasal dari pendapatan bunga pinjaman
kredit tersebut. Sesuai dengan teori trade off, untuk bisa menjaga struktur modal,
bank harus bisa memadukan keseimbangan antara risiko pemberian pinjaman
dengan manfaat atau keuntungan yang diperoleh atas pinjaman tersebut
(Siringoringo, 2012).
Ketentuan Bank Indonesia menetapkan bahwa rasio ROA yang baik atau
sehat adalah ≥ 2%. Itu artinya semakin tinggi nilai ROA maka bank semakin
efektif dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. (Siringoringo,
2012). Apabila ROA meningkat maka bank dikatakan sehat, itu berarti nilai CAR
sebagai kecukupan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank, mampu
memenuhi kebutuhan operasionalnya tanpa menggunakan pendanaan dari hutang
maupun ekuitas.
Penelitian-penelitian yang mendukung profitabilitas sebagai determinan
struktur modal dengan arah hubungan yang negatif diantaranya Suko (2006),
Solfida dan Maryani (2007), Joni dan Lina (2010), Andry (2010),
Suprantiningrum (2010), Erkaningrum (2010) dan Dian (2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Yuhasril (2006), Tri (2007) dan Mas’ud
(2008) menguji hubungan antara profitabilitas dengan struktur modal di
perusahaan. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa meningkatnya
profitabilitas akan meningkatkan daya tarik pihak eksternal (investor dan kreditor)
untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan, dimungkinkan tingkat hutang
perusahaan juga akan meningkat.
Ha1 = Profitabilitas sebagai determinan struktur modal bank
2.7.2 Variabel Likuiditas sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Sesuai dengan SE No. 6/23/DPNP tahun 2004 yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia likuiditas suatu bank diukur dengan menggunakan rasio LDR (Loan to
17
Deposito Ratio) yang mengukur total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana
yang dimiliki.
Bank dengan tingkat LDR tinggi menandakan bahwa kredit yang dibiayai
lebih banyak dari pada dana yang tersedia untuk dipinjamkan, bank menjadi tidak
likuid. Hal ini akan menyebabkan bank tidak bisa memenuhi kewajiban jangka
pendeknya kepada para nasabahnya, apabila nasabah menarik dananya dari bank
tersebut.
Menurut Pecking Order Theory, perusahaan yang mempunyai tingkat
likuiditas yang tinggi, memiliki dana internal yang memadai untuk aktivitas
operasionalnya (Seftianne, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan Ozkan (2001)
dalam Seftianne (2011) diketahui bahwa perusahaan dengan aset liquid yang besar
dapat menggunakan aset ini untuk berinvestasi.
Penelitian yang mendukung adanya hubungan negatif antara tingkat
likuiditas dengan keputusan pendanaan perusahaan adalah Kusumawati (2004),
Setiawan (2006), Husein (2008), Margaretha dan Aditya (2010) dan Dian (2012).
Suko (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat likuiditas
yang diukur dengan Current Ratio memiliki hubungan positif terhadap struktur
modal, artinya bahwa dengan peningkatan likuiditas akan menambah keyakinan
investor akan likuiditas perusahaan, sehingga mempermudah manajemen
menambah pinjaman dari luar.
Ha2 = Likuiditas sebagai determinan struktur modal bank
2.7.3 Variabel Risiko Bisnis sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Risiko kredit pada bank menggunakan rasio Non Performing Loan (NPL)
yaitu untuk mengukur kredit dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet
dibandingkan dengan total kredit yang diberikan (SE No. 6/23/DPNP, 2004).
Rasio NPL yang dinyatakan baik oleh Bank Indonesia yaitu sebesar ≤ 5%,
apabila bank memiliki rasio NPL yang tinggi itu menandakan risiko kredit
macetnya tinggi. Sesuai dengan teori Pecking Order, tingginya risiko kredit dapat
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat, sehingga bank akan mengalami
18
kesulitan dalam menghimpun dana dari simpanan nasabah maupun lembaga
keuangan lainnya (Siringoringo, 2012).
Weston dan Brighan (1994), Husnan (1998), Setiawan (2006) dan Tri
(2007) menyatakan bahwa risiko bisnis yang tinggi justru mngurangi keputusan
perusahaan menggunakan dana eksternal berupa hutang.
Hasil yang bertentangan ditunjukkan melalui penelitian yang dilakukan
Mas’ud (2008) dan Andry (2010) bahwa risiko bisnis berhubungan positif dengan
keputusan perusahaan untuk berhutang, dimana manajemen perusahaan tetap
meningkatkan hutangnya dalam jumlah besar meskipun risiko yang dimilikinya
cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa investor tidak berhenti untuk
memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, karena dengan risiko yang tinggi
maka return yang diperoleh investor juga semakin tinggi.
Ha3 = Risiko bisnis sebagai determinan struktur modal bank
2.7.4 Variabel Dividen sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Dividen merupakan bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang
saham biasa, dividen merupakan sinyal yang menunjukkan mengenai tingkat
pengembalian yang diberikan oleh emiten serta gambarang mengenai kondisi
keuangannya (Hasnawati, 2008).
Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari pembayaran dividen,
akrena perusahaan diasumsikan akan membayarkan dividen hanya jika
perusahaan mendapatkan laba dan dimiliki dana internal yang memadai. Namun
bisa jadi perusahaan membagikan dividen walaupun perusahaan sedang
mengalami kerugian, untuk meningkatkan nilai perusahaan (Joni dan Lina, 2010).
Secara tidak langsung, kebijakan dividen akan mempengaruhi tingkat
penggunaan hutang suatu perusahaan. Pembayaran dividen akan mengurangi dana
internal perusahaan (Mayangsari, 2001). Bila dana internal yang digunakan untuk
pembayaran dividen tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan, maka perusahaan akan mencari pendanaan eksternal berupa hutang.
Siregar (2005) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dividen berpengaruh
positif terhadap struktur modal perusahaan.
19
Penelitian yang dilakukan Erkaningrum (2008) menemukan bahwa dividen
memiliki hubungan negatif terhadap struktur modal, menurutnya dividend payout
ratio yang kecil akan membuat perusahaan melakukan pinjaman yang besar, dan
sebaliknya. Penelitian dengan hasil yang sama juga dilakukan oleh Moh’d et al.
(1998) dalam Putri dan Ratih (2009) dan Murni dan Andriana (2007).
Ha4 = Dividen sebagai determinan struktur modal bank
2.7.5 Variabel Kepemilikan Manajerial sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Kepemilikan manajerial bisa menjadi salah satu cara mengurangi biaya
keagenan yang ditimbulkan dari perbedaan kepentingan antara manajemen dengan
pemilik. Dengan kepemilikan manajerial akan menyejajarkan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, dalam Wahidawati,
2002). Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa
variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan
dengan jumlah hutang dan ekuitas, tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh
manajer dan institusional.
Kepemilikan manajerial menjadi sebuah pengawasan eksplisit bagi
manajemen, agar berhati-hati dalam kaitannya penggunaan dana eksternal.
Karena, kepemilikan manajerial meningkatkan kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen sehingga manajemen akan merasakan dampak dari keputusan
yang akan diambil, bila keputusan itu salah maka dia juga akan menanggung
kerugiannya.
Menurut Tri (2007) kepemilikan saham oleh manajemen cenderung akan
membuat manajemen berhati-hati dalam menggunakan kebijakan hutang,
meningkatnya kepemilikan saham oleh manajemen akan menurunkan jumlah
hutang, sehingga kepemilikan manajerial diharapkan berhubungan negatif
terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidawati (2002), Masdupi (2005)
dan Tri (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial semakin besar rasio
20
kepemilikan saham oleh manajemen akan mengurangi pendanaan ekternal yang
dilakukan oleh perusahaan, baik menggunakan hutang maupun ekuitas.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Agrawal dan Mendelker (1987) dalam
Putri dan Ratih (2009), menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara
kepemilikan manajerial terhadap struktur modal. Terlihat bahwa kepemilikan
manajerial pada perusahaan yang varian pengembaliannya meningkat lebih besar
daripada yang varian pengembaliannya rendah.
Ha5 = Kepemilikan manajerial sebagai determinan struktur modal bank
2.7.6 Variabel Kepemilikan Institusional sebagai Determinan Struktur Modal
Bank
Kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan
untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen maka
konsentrasi atau penyebaran kekuasaan menjadi suatu hal yang relevan. Adanya
kepemilikan oleh investor-investor institutional seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam bentuk perusahaan
akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
insider (Moh’d et al, 1998 dalam Tri 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chaganti dan Damanpour (1991)
(dalam Tri, 2007) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional yang rendah
akan meningkatkan struktur modal perusahaan, sama seperti yang dinyatakan oleh
Wihidahwati (2002), Masdupi (2005) dan Tri (2007).
Hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh Ismiyanti
dan Mahmud (2003) dan Murni dan Andriana (2007), yang menyatakan bahwa
semakin besar kepemilikan institusional maka semakin besar pula dana ekternal
yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kegiatan investasi maupun
operasionalnya. Hasil ini menunjukkan bahwa wewenang yang dimiliki oleh
institusi lebih besar daripada kelompok pemegang saham lain cenderung akan
memilih proyek berisiko tinggi untuk dibiayai dengan pinjaman demi
memperkecil risiko yang ditanggung dan memperoleh pengembalian yang besar.
Ha6 = Kepemilikan institusional sebagai determinan struktur modal bank
21
2.7.7 Variabel Umur Bank sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Perusahaan yang telah memasuki fase maturity menandakan umur
perusahaan tersebut telah cukup lama, sehingga dia telah mampu mengelolah
aktivitas operasionalnya dan tidak membutuhkan banyak hutang lagi.
Menurut Bhaduri (2002) umur perusahaan merupakan salah satu faktor
penentu bagi struktur modal, perusahaan kecil yang berumur relatif muda akan
menggunakan hutang yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan ekuitas
sebagai struktur modal. Berbeda dengan Bhaduri, Ramlall (2009) menyatakan
bahwa perusahaan yang berumur lebih tua akan menggunakan hutang yang lebih
kecil, karena perusahaan besar yang umurnya relatif tua dapat mengelola cash
flow lebih baik dari pada perusahaan yang lebih muda. Penelitian yang dilakukan
oleh Margaretha dan Aditya (2010) menyimpulkan bahwa umur perusahaan
merupakan determinan struktur modal dengan menggunakan ukuran short term
leverage.
Ha7 = Umur bank sebagai determinan struktur modal bank
2.8 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu faktor-
faktor yang menjadi penentu struktur modal. Faktor-faktor tersebut
diimplementasikan ke dalam bentuk regresi untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel secara parsial. Faktor-faktor tersebut adalah profitabilitas,
likuiditas, risiko bisnis, dividen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan umur bank.
22
Bank
Keputusan pendanaan
Utang Modal / Ekuitas
Struktur Modal
Bank (Y)
Profitabilitas (X1)
Likuiditas (X2)
Dividen (X4)
Risiko Bisnis (X3)
Kepemilikan Manajerial (X5)
Kepemilikan Institusional (X6)
Umur Bank (X7)
Gambar 1 Kerangka Konseptual
23
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Analisis
3.1.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori yang menguji hipotesis
dengan aplikasi teori dalam memecahkan masalah dan mengadakan interprestasi
antar kelompok dari faktor dalam obyek yang diteliti (Sularso, 2003:30).
3.1.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang telah dipublikasikan oleh bank.
Sedangkan sumber data penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang
diperoleh dari situs masing-masing bank dan Direktori Perbankan Indonesia di
Bank Indonesia periode 2006 hingga 2011. Penelitian ini menggunakan pooling
data yaitu penggabungan data cross section dan time series.
3.1.3 Populasi dan Sampel
Penelitian ini mengambil populasi semua bank umum yang ada di
Indonesia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling
dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang
memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti
dan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan
penelitian, peneliti akan berusaha agar dalam sampel terdapat wakil-wakil segala
lapisan populasi.
Sampel tersebut diusahakan memiliki ciri-ciri yang esensial, strata apa
yang harus diwakili, tergantung pada penilaian atau pertimbangan dari peneliti.
Teknik ini dipilih dengan maksud agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah perusahaan tersebut
diantaranya adalah tidak melakukan corporate action yaitu marger dan akuisisi
selama tahun pengamatan 2006 sampai 2011, karena kondisi dan posisi keuangan
24
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi berbeda dengan yang tidak
melakukan, sehingga dapat memberikan hasil yang bias.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur Modal
sebagai variabel terikat (variabel dependen), sedangkan variabel bebasnya
(variabel independen) adalah Profitabilitas (X1), Likuiditas (X2), Risiko Bisnis
(X3), Dividen (X4), Kepemilikan Manajerial (X5), Kepemilikan Institusional (X6)
dan Umur Bank (X7). Definisi operasionalnya adalah sebagai berikut:
1. Struktur Modal
Struktur modal adalah mencerminkan komponen modal yang digunakan oleh
bank. Dalam penelitian ini pendekatan DER (Debt to Equity Ratio) digunakan
sebagai parameter struktur modal.
2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan laba yang diperoleh bank, hasil yang diperoleh atas
kegiatan operasional yang dilakukannya. Pendekatan ROA (Return On
Assets) digunakan sebagai parameter dari profitabilitas pada penelitian ini.
3. Likuiditas
Likuiditas merupakan dana yang dimiliki bank untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya kepada para deposan. Likuiditas dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada
debiturnya dengan dana yang dikumpulkan dari masyarakat.
4. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis yang dipakai dalam penelitian ini adalah risiko kredit. Risiko
kredit ini dapat diukur dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL)
yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelolah kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.
5. Dividen
25
24
Dividen di dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Dividend
Payout Ratio, untuk mengetahui seberapa banyak dividen tunai yang
dibayarkan bank dengan menggunakan pendapatan bersih.
6. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan
memiliki saham yang dikuasai oleh manajemen atau tidak.
7. Kepemilikan Institusional
Porsi kepemilikan saham oleh lembaga pemerintahan,swasta domestik dan
swasta asing.
8. Umur Bank
Umur bank adalah lamanya usia bank terhitung sejak bank berdiri hingga
tahun penelitian dilakukan.
3.3 Teknik Analisis Data
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel bebas
atau variabel penjelas (independent / explanatory variable) terhadap satu variabel
terikat (dependent variable), teknis analisis data dalam penelitian ini
menggunakan model regresi berganda atau multiple regression dengan
menggunakan variabel dummy.
Hubungan antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X)
dijelaskan dalam model regresi berganda sebagai berikut:
DER = a + b1 ROA + b2 LDR + b3 NPL + b4 DPR + b5 DKM
+ b6 KI + b7 AGE +e (3.1)
Dimana :
DER = Debt to Equity Ratio a = Konstanta
b1,b2,b3,b4,b5,b6,b7 = Koefisien regresi variabel ROA, LDR, NPL, DPR, DKM, KI, AGE
26
ROA = Return On Assets LDR = Loan to Deposit Ratio NPL = Non Performing Loan DPR = Dividen Payout Ratio
DKM = Kepemilikan Manajerial KI = Kepemilikan Institusional AGE = Umur Bank
e = Variabel residual
Cara menghitung masing-masing variabel digunakan rumus sebagai berikut:
DER = Hutang (3.2) Modal Sendiri
ROA = Laba sebelum pajak disetahunkan (3.3) Rata-rata Total Aset
LDR = Kredit (3.4) Dana Pihak Ketiga
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak
termasuk antar bank, sedangkan dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan dan
deposito (tidak termasuk antar bank) (SE No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004).
NPL = Kredit dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (3.5) Total Kredit
DPR = Cash Dividend (3.6) Net Income
Kepemilikan Manajerial= 1, bila observasi ada kepemilikan manajerial 0, bila observasi tidak ada kepemilikan manajerial (3.7)
Kepemilikan Institusional = Kepemilikan Saham Institusional (3.8) Total Kepemilikan Saham
AGE = Tahun penelitian – Tahun pendirian bank (3.9)
27
3.4 Uji Asumsi Klasik
3.4.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas menunjukkan apakah pada model regresi terdapat
korelasi di antara beberapa atau semua variabel independen. Jika dalam model
terdapat multikolinieritas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang
besar sehingga koefisien tidak dapat ditafsirkan dengan ketepatan tinggi. Masalah
multikolinieritas juga akan menyebabkan kesulitan dalam melihat pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal,
antara lain (Agung, 58:2005):
1. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
multikolinieritas VIF = 1 / Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 =
0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
2. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masinh variabel independen kurang
dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik
multikolinieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang
sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinieritas.
3. Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Square di atas
0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap
variabel dependen. Maka ditengarai model terkena multikolinieritas.
Cara mengatasi apabila terjadi multikolinieritas adalah sebagai berikut
(Ghozali, 95 : 2006):
1. Menggabungkan data cross section dan time series (polling data)
2. Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang memiliki korelasi
tinggi dengan model regresi dan diidentifikasi dengan variabel lain untuk
membantu prediksi.
3. Transformasi variabel dalam bentuk log natural dan bentuk first difference atau
delta.
28
4. Menggunakan model dengan variabel independen yang mempunyai korelasi
tinggi hanya semata-mata untuk memprediksi (dengan tidak menginterprestasi
koefisien regresi).
5. Menggunakan model analisis yang lebih canggih seperti baynesian regression
atau dalam kasus khusus ridge regression.
3.4.2 Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model berjutuan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (et). Autokorelasi sering terjadi pada
sampel dengan data time series dengan n-sampel adalah periode waktu.
Sedangkan untuk sampel data crossection dengan n-sampel item seperti
perusahaan, orang, wilayah, dan lain sebagainya jarang terjadi, karena
pengganggu item sampel yang satu berbeda dengan yang lain (Agung, 2005:59).
Cara mudah untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai
Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autocorelasi. Untuk mempercepat
proses ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan patokan
nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. Jika nilai Durbin Watson hitung
mendekati atau di sekilas angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi
klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di daerah No
Autocorelasi (Agung, 2005:60).
Menurut Ghozali (2006:96) bila nilai Durbin-Watson tidak dapat
memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi
atau tidak, maka perlu dilakukan Run-Test. Pengambilan keputusan didasarkan
pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil
kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorekasi.
3.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang dipakai dalam penelitian ini terjadi ketidaksamaan varians dari
29
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dalam satu
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut
homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2007:105).
Menurut Agung (2005:62) cara memprediksi ada tidaknya
heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot
model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi
linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Cara memperbaiki apabila pada model regresi terjadi heteroskedastisitas
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006:109):
1. Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model
regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model
tersebut.
2. Melakukan trasformasi logaritma, sehingga model persamaan regresi menjadi
Log Y = b0 + bi log Xi (3.10)
3.5 Deskripsi Statistik
Mengulas tentang data-data statistik dari masing-masing variabel seperti:
1. Mean, yaitu rata-rata dari nilai data penelitian
2. Nilai minimal, yaitu nilai terendah dalam data penelitian
3. Nilai maksimal, yaitu nilai tertinggi dalam data penelitian
3.6 Pengujian Hipotesis
Uji t
30
Uji parsial ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau
tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus:
T hitung = βi (3.11) Sβi
Keterangan:T : koefisien t hitung
βi : koefisien regresiSβi : standar deviasi bebas
Langkah-langkah (Gujarati, 2004) sebagai berikut:
1. Menentukan formulasi pengujian hipotesis dengan menggunakan dua sisi.
Ho1 : Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal bankHa1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal bankHo2 : Likuiditas tidak berpengaruh terhadap struktur modal bankHa2 : Likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal bankHo3 : Risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal bankHa3 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal bankHo4 : Dividen tidak berpengaruh terhadap struktur modal bankHa4 : Dividen berpengaruh terhadap struktur modal bankHo5 : Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur
modal bankHa5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap struktur modal bankHo6 : Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap struktur
modal bankHa6 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap struktur
modal bankHo7 : Umur bank tidak berpengaruh terhadap struktur modal bankHa7 : Umur bank berpengaruh terhadap struktur modal bank
2. Menentukan level of significant (α).
3. Kriteria Pengujian
31
START
Bank Indonesia
DATA SEKUNDER: Laporan Keuangan Tahunan Bank
(2006-2011)
Variabel Dependen :Struktur Modal
Variabel Independen :Profitabilitas, Likuiditas, Risiko Bisnis, Dividen,
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan
Umur Bank
Analisis Regresi Berganda
Uji Hipotesis
Hasil
Kesimpulan
Uji Asumsi Klasik
YA
TIDAK
a. Bila nilai P-value > α, α = 10% maka Ho: bi = 0 diterima, artinya secara
individual variabel independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Sebaliknya bila nilai P-value < α, α = 10% maka Ho : bi = 0 ditolak,
artinya secara individual variabel independen Xi berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
3.7 Kerangka Pemecahan Masalah
32
Gambar 2 Kerangka Pemecahan MasalahKeterangan:
1. START adalah tahap dimulainya penelitian.
2. Penelitian ini meneliti mengenai struktur modal bank umum di Indonesia
dan memperoleh datanya melalui Bank Indonesia.
3. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan tahunan bank periode 2006 hingga 2011.
4. Langkah selanjutnya melakukan uji regresi berganda untuk mengetahui
dari variabel Profitabilitas, Likuiditas, Risiko Bisnis, Dividen,
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Umur Bank
(variabel independen) manakah yang merupakan determinan Struktur
Modal Bank (variabel dependen)
5. Kemudian dilakukan uji asumsi klasik (multikolinieritas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas).
6. Apabila lolos uji asumsi klasik (YA) maka bisa dilanjutkan ke langkah
uji t, apabila tidak lolos (TIDAK) maka akan dilakukan langkah-langkah
untuk memperbaiki model regresi tersebut.
7. Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini.
8. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian diimplementasikan.
9. Peneliti bisa memperoleh kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
10. STOP adalah tahap diakhirinya penelitian.
33
BAB 4. PEMBAHASAN MASALAH
4.1 Proses Seleksi Sampel Perusahaan
Proses penyeleksian sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling dimana populasi yang dipakai adalah bank
umum yang ada di Indonesia.
Tabel 3 Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah PerusahaanBank umum yang ada di Indonesia:Bank PemerintahBank Umum Swasta Nasional DevisaBank Umum Swasta Nasional Non DevisaBank Pemerintah DaerahBank Campuran Bank AsingTotalBank yang melakukan merger dan akuisisi selama periode 2006-2011Bank yang tidak melakukan merger dan akuisisi selama periode 2006-2011
43926 62511111
(41)
70Terpilih sebagai sampel 70
Sumber: Lampiran 1
Penelitian ini mengambil obyek penelitian yang mengkhususkan sampel
penelitian pada bank umum di Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan 2011.
Total populasi bank yang ada di Bank Indonesia sebanyak 111 bank. Dari 111
bank diambil 70 bank yang memenuhi kriteria penelitian yaitu tidak melakukan
corporate action yaitu marger dan akuisisi selama tahun penelitian.
34
1.1 Menentukan Variabel Penelitian
Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah struktur modal dimana
menggunakan pendekatan DER (Debt to Equity Ratio), dengan rumus sebagai
berikut:
DER = Hutang (3.2)
Modal Sendiri
Perhitungan DER Bank Mandiri tahun 2006 dilakukan sebagai berikut:
DER Bank Mandiri, 2006 = 241.171.346
26.340.670
= 9,15 atau 951%
Selanjutnya DER untuk tahun 2007 sampai 2011 beserta DER untuk bank
yang lainnya dihitung dengan cara yang sama dan rekapitulasinya disajikan pada
Lampiran 2.
Kemudian, perhitungan DPR untuk Bank Danamon tahun 2006 dilakukan
sebagai berikut:
DPR Bank Danamon, 2006 = 1.001.922
1.325.332
= 75,60%
Selanjutnya DPR untuk tahun 2007 sampai 2011 beserta DPR untuk bank
yang lainnya dihitung dengan cara yang sama dan rekapitulasinya disajikan pada
Lampiran 6.
Perhitungan variabel lain sudah diperoleh dari laporan keuangan bank
bersangkutan dan rekapitulasinya disajikan pada Lampiran 3 sampai dengan
Lampiran 9.
1.2 Membangun Model Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Setelah menentukan variabel penelitian, langkah selanjutnya adalah
mengolah data untuk masing-masing variabel tersebut. Selanjutnya membangun
model regresi linier berganda dengan variabel dummy dapat diformulasikan
seperti terlihat pada persamaan (4.1).
35
34
Tabel 4 Model Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) 6,259 26,248 0,238 0,812 ROA (%) -0,160 3,773 -0,005 -0,043 0,966 0,884 1,131 LDR (%) -0,340 0,153 -0,265 -2,218 0,030 0,929 1,076 NPL (%) -8,084 5,591 -0,179 -1,446 0,153 0,860 1,163 DPR (%) 0,172 0,248 0,088 0,692 0,491 0,826 1,211 KM 6,380 14,130 0,058 0,452 0,653 0,793 1,261 KI (%) 0,593 0,252 0,280 2,350 0,022 0,932 1,072 AGE 0,211 0,320 0,079 0,659 0,512 0,913 1,095
a Dependent Variable: DER
Sumber: Lampiran 10
Berdasarkan tabel 4 yaitu model regresi linier berganda dengan variabel
dummy, maka model analisis regresi yang diperoleh berdasarkan tabel 4 adalah
sebagai berikut:
DER = 6,26 – 0,16 ROA – 0,34 LDR - 8,08 NPL + 0,17 DPR + 6,38
KM + 0,59 KI + 0,21 AGE (4.1)
1.3 Uji Asumsi Klasik
1.3.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti terjadi interkorelasi antara variabel independen
yang menunjukkan adanya lebih dari satu linier yang signifikan. Apabila koefisien
korelasi variabel yang bersangkutan nilainya terletak diluar batas-batas
penerimaan (critical value) maka koefisien korelasi bermakna dan terjadi
multikolinearitas. Tetapi jika sebaliknya, apabila koefisien korelasi variabel yang
36
bersangkutan nilainya terletak di dalam batas-batas penerimaan, maka koefisien
korelasi tidak bermakna dan tidak terjadi multikolinearitas.
Cara yang digunakan dalam mendeteksi ada tidaknya mulitikolinieritas
pada model (4.1) di dalam penelitian ini adalah dengan cara melihat nilai
Variance Inflation Factor (VIF), jika tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak
kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas VIF =
1 / Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF
maka semakin rendah Tolerance (Agung, 58:2005).
Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa variabel independen dalam penelitian
ini mempunyai nilai VIF kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel
independen dalam penelitian ini bersifat non multikolinearitas atau tidak terjadi
multikolinearitas.
Tabel 5 Collinearity Statistic terhadap Struktur Modal (DER)
Variabel VIF Keterangan
ROA 1,131
VIF < 10 maka tidak ada
multikolinearitas
LDR 1,076
NPL 1,163
DPR 1,211
KM 1,261
KI 1,072
AGE 1,095
Sumber: Lampiran 10
1.3.2 Uji Autokorelasi
Cara mudah untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai
Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autocorelasi. Untuk mendekteksi
dengan cepat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model dapat digunakan
patokan nilai Durbin Watson hitung mendekati angka 2. Jika nilai Durbin Watson
hitung mendekati atau di sekilas angka 2 maka model tersebut terbebas dari
37
asumsi klasik autokorelasi, karena angka 2 pada uji Durbin Watson terletak di
daerah No Autocorelasi (Agung, 60:2005).
Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson1 0,424(a) 0,180 0,087 49,45288 2,041
a Predictors: (Constant), AGE, LDR, NPL, KI, DPR, ROA, KMb Dependent Variable: DER
Sumber: Lampiran 11
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diketahui bahwa nilai Durbin
Watson hitung adalah 2,041 atau mendekati angka 2, ini berarti tidak terjadi
autokorelasi pada model regresi (4.1).
1.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi (4.1) tidak
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Menurut Ghozali (2006:108), beberapa cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dapat dilihat dari Grafik Plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan nilai residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada gambar Scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
38
Gambar 3 Scatterplot
Sumber: Lampiran 12
Terlihat dari gambar 3 bahwa penyebaran titik-titik data membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali dan
penyebaran titik-titik data berpola. Maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi (4.1), sehingga perlu dilakukan perbaikan
pada model regresi (4.1) dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model
regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model
tersebut
2. Melakukan transformasi logaritma, sehingga model persamaan regresi
menjadi Log Y = b0 + bi log Xi (3.10)
Pada penelitian ini, untuk memperbaiki model regresi digunakan cara yang
kedua, yaitu melakukan transformasi logaritma.
DER = a + b1 ROA + b2 LDR + b3 NPL + b4 DPR + b5 DKM + b6 KI +
b7 AGE +e (3.1)
Menjadi: Log DER = a + b1 log ROA + b2 log LDR + b3 log NPL + b4 log DPR
+ b5 DKM + b6 log KI + b7 log AGE +e (4.2)
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan transformasi
model regresi (4.2), diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7 Model Transformsi Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Coefficients(a)
39
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 2,311 0,761 3,038 0,003 ROA (%) 0,117 0,137 0,096 0,859 0,394 LDR (%) -1,536 0,297 -0,550 -5,177 0,000 NPL (%) 0,139 0,109 0,142 1,274 0,207 DPR (%) -0,094 0,081 -0,163 -1,160 0,250 KM -0,030 0,119 -0,034 -0,250 0,803 KI (%) 0,487 0,252 0,201 1,931 0,058 AGE 0,442 0,214 0,232 2,065 0,043
a Dependent Variable: DER
Sumber : Lampiran 13
Berdasarkan tabel 7 yaitu model tranformasi regresi linier berganda
dengan variabel dummy, maka model analisis regresi yang diperoleh berdasarkan
tabel 7 adalah sebagai berikut:
Log DER = 2,31 + 0,12 log ROA – 1,54 log LDR + 0,14 log NPL – 0,09 log DPR –
0,03 KM + 0,49 log KI + 0,44 log AGE (4.3)
1.4 Deskripsi Statistik
Deskripsi statistik dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi yang menyajikan ringkasan,
pengukuran atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik
sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan (Indriantoro, 1999:170). Tujuan
penggunaan adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai data penelitian
dan hubungan yang ada atntara variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Tabel 8 berikut ini menyajikan gambaran statistik variabel-variabel
yang diteliti pada 70 bank periode 2006-2011.
Tabel 8 Deskripsi Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationDER (%) 70 1,28 407,67 18,0521 51,75430ROA (%) 70 -0,05 6,80 2,5572 1,67821LDR (%) 70 31,86 335,08 86,3677 40,30664NPL (%) 70 0,00 4,77 1,5101 1,14860
40
DPR (%) 70 0,00 152,83 14,7679 26,38670KM 70 0,00 1,00 0,3286 0,47309KI (%) 70 23,57 100,00 70,2144 24,42297AGE 70 10,00 116,00 35,4143 19,49693Valid N (listwise) 70
Sumber: Lampiran 14
Berdasarkan tabel 8 maka dapat diketahui nilai minimum, nilai maksimum
dan mean (rata-rata) untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
Deskripsi umum keseluruhan diketahui bahwa nilai rata-rata untuk struktur modal
adalah 18,05% dengan nilai terendah 1,28% dimiliki oleh PT Liman International
Bank dan nilai tertinggi dimiliki oleh Bank of American sebesar 407,67%.
Variabel profitabilitas mencapai nilai rata-rata 2,56% dengan nilai terendah
sebesar -0,05% dimiliki oleh PT ICB Bumiputera Indonesia, Tbk dan nilai
profitabilitas tertinggi yang diukur dengan menggunakan ROA dimiliki oleh Bank
Mayapada Internasional yaitu sebesar 6,80%.
Variabel likuiditas memiliki nilai rata-rata 86,37%, dengan tingkat likuiditas
terendah sebesar 31,86% dimiliki oleh Bank of America dan The Bangkok Bank
Comp. memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu 335,08%, kedua bank tersebut
merupakan bank asing.
Variabel risiko bisnis memiliki nilai rata-rata sebesar 1,51%, dengan risiko
bisnis terendah sebesar 0% dimiliki oleh Bank of America dan JP Morgan Chase
Bank, bisa dikatakan hampir tidak ada kredit macet yang dimiliki oleh keuda bank
tersebut. Sedangkan, bank yang memiliki risiko bisnis tertinggi yaitu Bank
Mestika Dharma dengan nilai sebesar 4,77%.
Variabel dividen memiliki nilai rata-rata sebesar 14,77%, dengan nilai
terendah sebesar 0% menandakan bank tersebut tidak pernah membayarkan
dividen kepada pemegang sahamnya, ada 33 bank tidak membayarkan dividennya
diantaranya adalah Bank Artha Graha Internasional, Bank Centratama Nasional,
Bank Royal Indonesia dan lain sebagainya, sedangkan Bank Multi Arta Sentosa
menjadi bank yang selalu membayarkan dividennya selama periode penelitian
yaitu sebesar 152,83%.
41
Variabel kepemilikan manajerial dengan nilai rata-rata 0,33 ini menandakan
bahwa bank yang menjadi observasi banyak yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial. Nilai terendah adalah nilai 0 yang memiliki arti bank tersebut tidak
memiliki kepemilikan manajerial, yaitu sebanyak 47 bank, sedangkan 23 bank
lainnya memiliki nilai sebesar 1 yang artinya memiliki kepemilikan manajerial.
Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai rata-rata sebesar 70,22%,
dengan nilai terendah sebesar 23,57% dimiliki oleh Bank Centratama Nasional,
sedangkan nilai kepemilikan institusional tertinggi dimiliki oleh 10 bank dimana 9
diantaranya adalah bank asing dan sisanya adalah Bank Umum Swasta Nasional
(BUSN) Devisa yaitu Bank Metro Express dengan kepemilikan institusional
sebesar 100%.
Variabel terakhir adalah umur bank dengan umur rata-rata 35 tahun, dimana
umur termuda yaitu 10 tahun dimiliki oleh Bank of China Limited, sedangkan
umur bank tertua yaitu 116 tahun dimiliki oleh PT Bank Tabungan Negara.
1.5 Pengujian Hipotesis
Analisis yang selanjutnya dilakukan adalah analisis terhadap hipotesis
yang telah diajukan dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis terhadap hipotesis
dilakukan dengan menggunakan Uji t.
Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Apabila signifikansi dari P-Value lebih besar
dari pada α = 10%, maka H0 : bi = 0 diterima, artinya secara individual variabel
independen Xi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Rekapitulasi hasil uji regresi parsial (uji t) dapat dilihat dalam tabel 9 berikut ini:
Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis ( α = 10%)
Variabel Independen P-Value Hasil Uji HipotesisProfitabilitas 0,394 H0 diterimaLikuditas 0,000 H0 ditolakRisiko Bisnis 0,207 H0 diterimaDividen 0,250 H0 diterima
42
Kepemilikan Manajerial 0,803 H0 diterimaKepemilikan Institusional 0,058 H0 ditolakUmur Bank 0,043 H0 ditolak
Variabel Dependen : Struktur ModalSumber: Lampiran 13
Hasil uji hipotesis tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:
1. Apabila seluruh variabel profitabilitas, likuiditas, risiko bisnis, dividen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan umur bank tidak
mengalami perubahan (konstan) maka struktur modal bank yang diukur
dengan menggunakan DER akan semakin meningkat sebesar 204,17%
(antilog dari 2,31).
2. Jika profitabilitas bank yang diukur dengan ROA mengalami peningkatan,
maka tidak akan berdampak terhadap DER bank. Ini terjadi karena nilai
P-Value variabel profitabilitas adalah 0,394 atau tidak signifikan.
3. Likuiditas mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -34,67.
Hal ini berarti apabila likuiditas bank yang diukur dengan LDR (Loan to
Deposit Ratio) mengalami peningkatan sebesar 1% akan menyebabkan
hutang bank yang diukur menggunakan DER mengalami penurunan sebesar
34,67% (antilog dari 1,54).
4. Jika risiko bisnis bank yang diukur dengan Non Performing Loan menurun,
maka tidak akan berdampak terhadap struktur modal bank. Ini terjadi karena
nilai P-Value variabel risiko bisnis adalah 0,207 atau tidak signifikan.
5. Meskipun bank tidak membagikan dividen kepada investornya setiap tahun,
yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR), tidak akan mempengaruhi
struktur modal bank. Ini terjadi karena nilai P-Value variabel dividen adalah
0,250 atau tidak signifikan.
6. Tidak ada perbedaan antara bank yang memiliki kepemilikan manajerial
dengan bank yang tidak memiliki kepemilikan manajerial terhadap keputusan
pendanaan bank. Ini terjadi karena nilai P-Value variabel kepemilikan
manajerial adalah 0,830 atau tidak signifikan.
43
7. Kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi dengan arah positf
sebesar 3,09. Artinya, jika kepemilikan institusional bank mengalami
peningkatan sebesar 1% maka variabel struktur modal akan mengalami
peningkatan sebesar 3,09% (antilog dari 0,49).
8. Umur bank mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 2,75.
Artinya, apabila umur bank bertambah sebanyak satu tahun, maka akan
mempengaruhi struktur modal bank sebesar 2,75% (antilog dari 0,44).
1.6 Pembahasan
1.6.1 Variabel Profitabilitas sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ROA sebagai ukuran profitabilitas
bukan merupakan determinan struktur modal bank. Berdasarkan hasil temuan ini,
profitabilitas tidak bisa dipakai untuk menjelaskan perubahan struktur modal.
Peningkatan profitabilitas tidak berdampak pada struktur modal bank yang
mengandalkan kemampuan modal sendiri untuk membentuk struktur modal,
karena berdasarkan karakteristik usaha bank sendiri adalah menghimpun dana dari
deposan yang kemudian disalurkan berupa pinjaman kredit. Profitabilitas bank
diperoleh dari bunga pinjaman yang dihasilkan atas pinjaman kredit tersebut.
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal karena pendapatan bunga
pinjaman digunakan kembali untuk memenuhi kebutuhan pinjaman kredit yang
diajukan oleh masyarakat.
Penelitian ini tidak sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyatakan
bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan dana
internalnya terlebih dahulu dibandingkan dengan mencari dana eksternal.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Ratih
(2011) dan Saktiawan dan Emrinaldi (2012) dan tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Suko (2006), Yuhasril (2006), Sofilda dan Masyani (2007),
44
Mas’ud (2008), Sri (2009), Putri dan Ratih (2009), Suprantiningrum (2009) dan
Joni dan Lina (2010).
1.6.2 Variabel Likuiditas sebagai Determinan Struktur Modal Bank
LDR sebagai ukuran likuiditas secara signifikan menjadi determinan
struktur modal bank dengan arah pengaruh yang negatif. Rasio LDR mengukur
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya (Gagah, 2009). Bank yang likuid adalah bank yang bisa memenuhi
kewajiban jangka pendeknya kepada para nasabah, karena hal tersebut akan
menciptakan rasa aman terhadap nasabahnya.
Apabila pinjaman kredit yang disalurkan oleh bank mengalami macet,
maka likuiditas bank akan terganggu, sehingga bank akan mencari dana pinjaman
agar bisa menutupi risiko disaat deposan menarik dananya.
Kondisi lainnya adalah bila pinjaman kredit yang diajukan kepada bank
lebih besar daripada dana yang dimiliki bank, bank akan mencari tambahan dana
berupa peningkatan simpanan dari nasabah. Saat simpanan dari nasabah tidak lagi
bisa menutupi kekurangan dana tersebut, maka bank bisa meminjam dari bank
lain, menggunakan fasilitas jangka pendek Bank Indonesia, maupun
menggunakan pinjaman subordinasi. Karena itulah, likuiditas merupakan
determinan struktur modal bank dengan menggunakan pendekatan DER.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori Pecking Order dimana
perusahaan dengan tingkat likuiditas yang rendah tidak memiliki dana internal
yang memadai untuk kegiatan operasionalnya, sehingga cenderung meningkatkan
rasio hutang mereka. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Margaretha dan Aditya (2010) Dian (2012) dan Masidonda et al (2013), namun
tidak mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Seftianne dan Ratih
(2011).
1.6.3 Variabel Risiko Bisnis sebagai Determinan Struktur Modal Bank
45
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa NPL sebagai ukuran risiko bisnis
bukan merupakan faktor penentu dari DER sebagai ukuran struktur modal bank.
Semakin tinggi risiko bisnis yang diukur dengan NPL maupun semakin rendah
risiko bisnis yang dimiliki suatu bank tidak mempengaruhi keputusan pendanaan
bank, karena bila bank tersebut dinyatakan sehat oleh pemerintah dengan mampu
memenuhi kecukupan modal minimum maka bank akan terus bisa menghimpun
dana dari masyarakat maupun lembaga keuangan lainnya. Itulah mengapa risiko
bisnis selama periode penelitian tidak menjadi determinan dari struktur modal
bank.
Teori Pecking Order yang menyatakan bahwa perusahaan akan
mengurangi hutangnya apabila risiko bisnisnya tinggi tidak terbukti dalam
penelitian ini, karena meskipun risiko bisnis bank tinggi, bank tetap meningkatkan
pendanaan dari hutang (baik simpanan dari nasabah maupun lembaga keuangan
lainnya). Mengingat fungsi utama bank sebagai lembaga intermediasi, yaitu
menghimpun dana dari seluruh lapisan masyarakat dan menyalurkannya kembali
berupa pinjaman kredit.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri
(2007), namun mendukung hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Sri (2009),
Joni dan Lina (2010) dan Seftianne dan Ratih (2011) yang menyatakan bahwa
risiko bisnis bukan faktor penentu dalam keputusan pendanaan perusahaan.
1.6.4 Variabel Dividen sebagai Determinan Struktur Modal Bank
Variabel dividen yang diukur dengan menggunakan Dividend Payout
Ratio bukan merupakan determinan struktur modal bank. Artinya, apabila bank
memperoleh laba dan membagikan dividen tunai kepada pemegang saham, laba
yang dibagikan tersebut merupakan laba tahun berjalan dan bukan laba ditahan
sehingga tidak mengurangi struktur modal bank.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Erkaningrum (2008) dan Saktiawan dan Emrinaldi (2012) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh kebijakan dividen dengan struktur modal, namun penelitian
46
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yuhasril (2006), Putri dan Ratih
(2009) dan Joni dan Lina (2010).
1.6.5 Variabel Kepemilikan Manajerial sebagai Determinan Struktur Modal
Bank
Kepemilikan manajerial bukan merupakan faktor penentu dari struktur
modal bank. Bank yang sahamnya dimiliki oleh manajemen bank yang
bersangkutan maupun tidak, tidak berpengaruh terhadap rasio struktur modal
bank, karena tujuan utama kepemilikan oleh manajemen adalah mengurangi biaya
keagenan yang ditimbulkan dari perbedaan kepentingan antara manajemen dengan
pemilik. Sehingga, pemilik berharap agar manajemen bisa lebih berhati-hati dalam
memutuskan pendanaan eksternal yang akan diambilnya. Namun demikian,
karakteristik bank sebagai perusahaan keuangan berbeda dengan perusahaan
lainnya, yaitu mengelola dana yang dipercayakan masyarakat kepadanya.
Apabila manajemen bank memperoleh dana dari investor kemudian
dihadapkan dengan pilihan antara memasukkan dana tersebut ke dalam modal
disetor didalam modal sendiri ataukah memasukkannya ke dalam modal pinjaman
didalam liabilitas maka yang akan dilakukan manajemen bank adalah
memasukkannya ke dalam modal pinjaman, karena dana tersebut akan bisa
disalurkan kembali sebagai pinjaman kredit dan akan meningkatkan kesempatan
bank memperoleh keuntungan dari perputaran dana tersebut.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri
(2007) dan sekaligus menolak teori agensi yang mengatakan bahwa dengan
kepemilikan manajerial meningkatkan pengawasan terhadap manajemen atas
keputusan pendanaan yang akan mereka ambil dan mengurangi biaya keagenan.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Ratih (2009)
dan Saktiawan dan Emrinaldi (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial bukan merupakan determinan struktur modal perusahaan.
1.6.6 Variabel Kepemilikan Institusional sebagai Determinan Struktur Modal
Bank
47
Kepemilikan institusional secara signifikan dengan arah positif merupakan
determinan struktur modal bank, ini berarti hasil penelitian mendukung teori yang
menyatakan bahwa dengan semakin besarnya prosentase saham yang dimiliki oleh
kepemilikan institusional akan menyebabkan usaha pengawasan menjadi semakin
efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik yang dilakukan para
manajer (Putri dan Ratih, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa apabila kepemilikan bank oleh institusi, baik
oleh pemerintah, swasta domestik maupun swasta asing mengalami peningkatan
maka akan meningkatkan struktur modal bank. Alasannya adalah pada saat bank
akan melakukan investasi ataupun perluasan usaha melalui sebuah proyek,
kepemilikan institusional yang memiliki wewenang lebih besar dibandingkan
dengan pemegang saham lainnya akan cenderung memilih pembiyaan proyek
dengan menggunakan dana eksternal berupa pinjaman. Menurut Faisal (2000)
pendanaan melalui pinjaman adalah pengalihan risiko kepada pihak kreditor dan
apabila proyek investasi tersebut berhasil perusahaan hanya akan membayar
sesuai dengan pokok dan bunganya.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Ratih
(2009) dan Saktiawan dan Emrinaldi (2012) yang menyatakan bahwa determinan
struktur modal perusahaan adalah kepemilikan institusional.
1.6.7 Variabel Umur Bank merupakan Determinan Struktur Modal Bank
Pada pengujian selanjutnya, dilakukan pada variabel umur bank, dimana
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ini merupakan determinan
struktur modal bank yang bisa diukur dengan menggunakan pendekatan Debt to
Equity Ratio. Artinya, semakin lama bank tersebut beroperasi di Indonesia akan
mempengaruhi DER bank, karena bank yang telah lama beroperasi pasti telah
banyak memiliki nasabah dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Selain
itu, bank yang telah lama beroperasi telah memiliki struktur modal yang mapan
dan kuat. Sehingga, bank tersebut akan mampu melaksanakan fungsi utamanya
yaitu menghimpun dana dari pemerintah, industri maupun perorangan. Penelitian
48
ini mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Bhaduri (2002), Ramlall
(2009) dan Margaretha dan Aditya (2010).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menganalisis manakah dari variabel profitabilitas,
likuiditas, risiko bisnis, dividen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional dan umur bank yang merupakan determinan struktur modal bank
yang ada di Indonesia pada periode 2006 hingga 2011. Dari penelitian ini,
menemukan bahwa faktor yang merupakan penentu struktur modal bank adalah
likuiditas, kepemilikan institusional dan umur bank, sedangkan faktor yang bukan
merupakan penentu struktur modal bank adalah profitabilitas, risiko bisnis,
dividen dan kepemilikan manajerial. Jadi determinan struktur modal bank adalah
likuiditas, kepemilikan institusional dan umur bank.
5.2 Keterbatasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa penelitian
ini memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut:
1. Keberadaan bank yang membagikan dividen ataupun tidak membagikan
dividen perlu dipertimbangkan dalam analisis dan eksekusi statistiknya.
49
2. Penelitian ini hanya menggunakan dua ukuran kinerja keuangan yang
digunakan oleh bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, yaitu LDR dan
NPL. Sedangkan variabel lainnya yang digunakan secara umum oleh
perusahaan non keuangan, karena peneliti ingin tahu apakah variabel tersebut
bisa digunakan pada karakteristik perusahaan seperti bank.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang diuraikan di atas, maka
peneliti memberikan saran antara lain:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Variabel dividen bisa dijadikan variabel dummy, karena banyak bank
yang tidak membagikan dividen.
b. Peneliti selanjutnya bisa menambahkan variabel lain yang digunakan
dalam bank seperti tingkat suku bunga pinjaman maupun suku bunga
simpanan.
2. Bagi Manajemen Bank
Manajemen bank sebaiknya lebih memperhatikan likuiditas, kepemilikan
institusional dan umur bank dalam kaitannya struktur modal bank, karena
struktur modal bank yang kuat bisa menjadikan bank siap menghadapi
persaingan global dan krisis ekonomi yang bisa terjadi sewaktu-waktu dan
juga mengingat peran fital bank dalam perekonomian suatu negara.
3. Bagi Regulator Perbankan
Struktur modal bank sangat penting untuk diperhatikan, karena bukan hanya
sebagai persyaratan kecukupan modal yang menyangkut kesehatan bank,
50
49
struktur modal yang kuat bisa menjadikan bank mampu bersaing secara
global dan bisa menjadikannya bertahan dari krisis yang bisa sewaktu-waktu
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agung, Bhuono Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Jakarta: Penerbit ANDI.
Amelia, et al. 2005. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 7, No. 2.
Andry. 2010. Analsis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2010. Thesis: Universitas Esa Unggul.
Asarkaya, Yakup., and Serkan Ozcan. 2007. Determinants of Capital Structure in Financial Institusions: The Case of Turkey.
Bathala, C.T., K.R. Moon and R.P Rao. 1994. Managerial Ownership, Debt Policy, and The Impact of Institutional Holding: An Agency Perspective. Financial Management, 23: page 38-50.
Berger, A. N., Herring, R. J., and Szego, G. P. 1995. The Role of Capital Financial Institutions. Wharthon Working Paper, No. 95-01.
51
Bhaduri, S.N. 2002. Determinants of Corporate Borrowing: Some Evidence from the Indian Corporate Structure. Journal of Economics and Finance, Vol. 26, No. 2, page 200-215.
Brigham, Eugene F. 1983. Fundamentals of Financial Management. Third Edition. Holt-Saunders Japan: The Dryden Press.
Brigham, E.F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8. Terjemahan Staf Editor. Jakarta: Erlangga.
Damodaran, Aswath. 1997. Corporate Finance, Theory and Practice. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dian, Ratri. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Struktur Modal Perusahaan Pemanufakturan yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012 Hal. 2.
Erkaningrum, Indri. 2008. Faktor-Faktor Penentu Financial Leverage dalam Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi “Analisis”, Vol. 01, No. 02, Mei 2008, hal. 164. Program Studi Manajemen Perusahaan ASMI Santa Maria Yogyakarta.
Faisal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi Indonesia VII, Hal. 197-208.
Gagah, Edward. 2009. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size, BOPO terhadap Profitabilitas (Studi Perbandingan pada Bank Domestik dan Bank Asing Januari 2003 – Desember 2007). Thesis: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
_____________. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 4. Semarang: Universitas Diponegoro.
52
Gitman, Lawrence. 2003. Principles of Managerial Finance 10th Edition. Prentice Hall.
______________.2009. Principles of Managerial Finance, Twelfth Edition. The Addison Wesley Publising.
Gujarati, Damodar N. 2004. Ekonometrika Dasar. Terjemahan oleh Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga.
Hasnawati, Sri. 2008. Analisis Dampak Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. 13, No. 2, hal. 312-322.
Husein, M. 2008. Penerapan Pendekatan Kointegrasi dan Model Koreksi Kesalahan dalam Uji Pengaruh Likuiditas dan Laba terhadap Struktur Modal Perusahaan. Modus, Vol. 20 (2), hal. 114-125.
Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan-Teori dan Penerapan (keputusan jangka panjang). Buku 1, Edisi 4, BPFE.
Horne, Van dan Wachowicz. 1998. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku 2. Jakarta: Salempa Empar.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ismiyati, Fitri dan Mahmud. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan Simultan. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal. 820-849.
Jumingan. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Joni dan Lina. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Junal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No 2, Agustus 2010, Hal. 81-96.
Kartadinata, Abas. 1999. Pembelanjaan. Jakarta: Rineka Cipta
Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 6. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
53
Kusumawati, Dini. 2004. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi STEI, No. 04 / Thn. XIII, hal. 22-48.
Madura, Jeff. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Jidil 2. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Margaretha dan Aditya. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di BEI. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Agustus 2010, Hal. 119-130.
Marques, Manuel O dan Santos, Mario C. 2003. Capital Structure and Determinants : Evidence from the Portuguese Banking Industry. November, 2003.
Mas’ud, Masdar. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Hubungannya terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol. 7, No. 1, Maret 2008.
Masdupi, E. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 20, No. 1, hal. 57-69.
Masidonda, Jaelani dkk. 2013. Determinants of Capital Structure and Impact Capital Structure on Firm Value. IOSR Journali of Business and Management (IOSR-JBM) Vol. 7, Issue 3 (Jan-Feb 2013) Hal. 22-30.
Mayangsari, Sekar. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan Perusahaan: Pengujian Pecking Order Hypothesis. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol. 1, No. 3, hal 1-26.
Modigliani, F. dan Miller, M.H. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance and The Theory of Investment. American Economic Review, Vol. 48, pp. 261-276.
Murni, Sri dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institutional Investor, Dividend Payments dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1, Februari, Hal. 15-24.
54
Prescott, Edward S. 2001. Regulating Bank Capital Structure to Control Risk. Federal Reserve Bank of Richmond Economic Quartely, Vol. 87/3.
Putri, Rizka dan Ratih. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009, Hal. 189-207.
Ramlall, Indranarain. 2009. Determinants of Capital Structure Among Non-Quoted Mauritian Firms Under Specificity of Leverage: Looking for a Modified Pecking Order Theory. International Research Journal of Finance and Economics, Vol. 31, page 83-92.
Riyanto, Bambang. 1990. Dasar-Dasar Pembelanjaan. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.
Saktiawan, Robby dan Emrinaldi. 2012. Pengaruh Kepemilikan Manajerian, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Sartono, Agus R. 1990. Manajemen Keuangan, Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE.
Seftianne dan Ratih. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur pada Tahun 2007-2009. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 13, No 1, April 2011, Hal. 39-56.
Seitz, Neil. 1984. Financial Analysis: A Programmed Approach, Third Edition. New Jersey: A Reston Book Prentice-Hall, Inc.
Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dalam Perspective Pecking Order Theory Studi pada Industri Makanan dan Minuman di Bursa Efek Jakarta. Majalah Ekonomi, Thn. XVI, No. 3, hal. 318-333.
Siregar, Baldric. 2005. Hubungan Antara Dividen, Leverage Keuangan, dan Investasi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 6 No. 1, Hal 1-12.
Siringoringo, Renniwaty. 2012. Karatketristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juli 2012.
55
Sofilda dan Maryani. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal di Perusahaan Perbankan Indonesia. Media Riset, Auditing dan Informasi. Vol. 7, No. 3, Desember 2007, Hal. 351-366.
Sri, Endang. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2003-2006. Jurnal: Fenomena. Maret 2009, hal 39-47.
Suko, Asih. 2006. Analsis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti yang Go-Public di BEJ untuk Periode Tahun 1994-2004. Thesis: Universitas Diponegoro.
Sularso, Sri. 2003. Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi. Cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE.
Sundjaja, Ridwan., dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan, Edisi Kedua. Jakarta: Literata Lintas Media.
Suprantiningrum. 2010. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Perbankan. Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 21, No. 1 Januari 2010.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik dan Aplikasi. Edisi II. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Tri, Endang. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode tahun 2000-2004). Thesis: Universitas Diponegoro.
Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Januari: 1–16.
Weston, J. Freed dan Brigham. 1990. Manajemen Keuangan. Edisi Sembilan. Jakarta: Erlangga.
Weston, J Freed dan Copeland, Thomas E. 1997. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi Kesembilan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Yusril. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Farmasi yang Telah Go Public Di Bursa Efek Jakarta. BULLETIN Penelitian, No. 9 Tahun 2006.
56
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992.
Undang-Undang No. 10 tahun 1998.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999.
Peraturan Bank Indonesia. No. 5 Tahun 2003
Peraturan Bank Indonesia. 2012. PBI, Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum
Peraturan Bank Indonesia. SE No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
57
Lampiran 1 Daftar Nama Bank
NO. Jenis Bank Nama Bank Merger Akuisisi Keterangan
BANK PEMERINTAHAN
1 PT Bank Negara Indonesia 2 PT Bank Rakyat Indonesia 3 PT Bank Tabungan Negara 4 PT Bank Mandiri BUSN DEVISA
5 PT Artamedia Bank 2002 Bank Permata6 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 7 PT Bank Arta Niaga Kencana 2007 Commant Wealth8 PT Bank Artha Graha Internasional 9 PT Bank Bukopin
10 PT Bank Central Asia 11 PT Bank CIMB Niaga 2008 Lippo dan Niaga12 PT Bank Bumi Arta 13 PT Bank Danamon Indonesia 14 PT Bank Ekonomi Raharja 15 PT Bank Ganesha 16 PT Bank Hagakita 2008 Rabobank dan Hagabank17 PT Bank Hana 2008 Bintang Manunggal18 PT Bank Himpunan Saudara 1906 19 PT Bank ICB Bumiputera
58
20 PT Bank ICBC Indonesia 2007 Bank Halin Indonesia21 Bank Index Selindo 2008 Harmoni22 Bank Internasional Indonesia 23 Bank Lippo 2008 CIMB Niaga24 Bank Masphion Indonesia 25 Bank Mayapada Internasional 26 Bank Mega 27 Bank Mestika Dharma 28 Bank Metro Express 29 Bank Mutiara 2009 Bank Century30 Bank Nusantara Parahyangan 31 OCBC NISP 2008 NISP32 Bank of India Indonesia 2007 Bank Swadesi33 Bank Permata 34 Bank Pikko 2004 Bank Century35 Bank Rakyat Indonesia Argoniaga 2011 BRI36 SBI Indonesia 2009 Bank Indo Monex37 Bank Sinarmas 38 PAN Indonesia Bank 39 UOB Indonesia (UOB Buana) 2010 UOB Buana40 Bank Buana Indonesia 2010 UOB Indonesia41 Bank Prima Express 2002 Permata42 QNB Bank Kesawan 2011 Bank Kesawan43 PT Bank Dipo Internasional 2010 Bank Sahabat Sampoerna
BUSN NON DEVISA 44 Bank Anglomas Internasional
59
45 Bank Andara 2009 Bank Sri Partha46 Bank Artos Indonesia 47 Bank Bisnis Internasional 48 Bank Centratama Nasional 49 Bank Danpac 2004 Century50 Bank Fama Internasional 51 Bank Harda Internasional 52 Bank Harmoni Internasional 2008 53 Bank Ina Perdana 54 Bank Jasa Jakarta 55 Bank Kesejahteraan Ekonomi 56 Bank Mayora 57 Bank Mitraniaga 58 Bank Multi Arta Sentosa 59 Bank Patriot 2002 Permata60 Bank Pundi Indonesia 2010 Bank Eksekutif Internasional61 Bank Royal Indonesia 62 Bank Sahabat Purba Danarta 63 Bank Sahabat Sampoerna 2010 Bank Dipo Internasional64 Bank Sinar Harapan Bali 65 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 66 Bank Victoria Internasional 67 Bank Yudha Bhakti 68 Bank Nationalnobu 2008 Bank Alfindo Sejahtera69 Bank Prima Master
BPD
60
70 DKI 71 Aceh 72 Jambi 73 Bengkulu 74 Jateng 75 Bali BANK CAMPURAN 76 Commantwealth 2007 PT Bank Arta Wiaga Kencana77 Agris 2008 Bank Finconesia78 ANZ Indonesia 2010 BBD-Ind Paribas79 ANZ Panin Bank 80 BNP Paribas Indonesia 81 Capital Indonesia 82 Dai-Chi Kanggo Indonesia 2007 B. Mizuho Ind83 DBS Indonesia 84 IBJ Indonesia 2007 B. Mizuho Ind85 Mizuho Indonesia 86 OCBC Indonesia 2008 NISP87 Paribas BBD Indonesia 1999 Mandiri88 Rabobank Duta 2008 Bank Haga89 Rabobank Internasiona Indonesia 2008 Bank Haga dan Hagakita90 Resona Perdania 91 Sakura Swadharma 2001 B. Sumitomo Mitsui Ind.92 UOB Indonesia 2008 Buana93 Windu Kentjana Internasional 2008 Bank Multicor94 Woori Indonesia
61
95 Tokai Lippo 2006 Bank Tokyo Mitsubisi UFJ96 China Trust Indonesia 97 Sumitimo Mitsui Indonesia 98 UFJ Indonesia 2006 Bank Tokyo Mitsubisi UFJ99 Keppel Tat Lee Buana OCBC NISP
100 PT Bank KEB Indonesia BANK ASING
101 Bank of America 102 ABN Amro Bank 103 Bank of China Limited 104 Citibank 105 Duetsche 106 JP Morgan Chase Bank 107 Standard Chartered 108 The Bangkok Bank Comp. 109 Bank of Tokyo Mitshubishi 110 Hongkong & Shanghai Banking 111 Royal Bank of Scotland 2011 ABN AMRO
Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Struktur Modal
No.
Nama BankDER
2006 2007 2008 2009 2010 2011 RATA-RATA
62
1 PT Bank Negara Indonesia 10,45 9,65 12,07 10,88 6,50 6,90 9,412 PT Bank Rakyat Indonesia 8,17 9,48 10,01 10,63 10,02 8,43 9,463 PT Bank Tabungan Negara 17,51 12,16 13,62 9,84 9,61 11,17 12,324 PT Bank Mandiri 9,16 9,91 10,75 10,21 10,87 7,20 9,685 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 9,03 9,14 7,51 8,39 9,15 10,28 8,926 Bank Artha Graha Internasional 19,04 16,86 12,97 15,05 15,18 15,62 15,797 PT Bank Bukopin 17,92 17,45 14,08 13,56 15,41 12,07 15,088 PT Bank Central Asia 8,79 9,66 9,55 9,14 8,50 8,07 8,959 PT Bank Bumi Arta 3,88 4,26 4,20 4,80 5,04 5,22 4,57
10 PT Bank Danamon Indonesia 7,67 7,22 9,09 5,23 5,35 4,49 6,5111 PT Bank Ekonomi Raharja 15,10 12,96 10,18 9,75 8,35 8,50 10,8112 PT Bank Ganesha 4,92 9,85 10,18 9,75 8,35 8,50 8,5913 PT Bank Himpunan Saudara 1906 5,99 7,14 8,86 8,48 7,25 9,75 7,9114 ICB Bumi Putera 9,44 10,82 11,45 11,98 11,14 10,72 10,9215 Bank Internasional Indonesia 9,04 9,29 10,47 10,56 9,07 10,93 9,8916 Bank Masphion Indonesia 4,47 4,36 4,18 3,31 7,08 7,79 5,2017 Bank Mayapada Internasional 8,97 3,75 3,66 5,47 5,81 6,79 5,7418 Bank Mega 15,01 10,88 11,15 10,66 10,82 11,70 11,7019 Bank Mestika Dharma 3,73 3,58 3,48 3,38 3,23 3,55 3,4920 Bank Metro Express 1,61 1,66 1,29 2,16 2,08 2,09 1,8121 Bank Nusantara Parahyangan 10,98 11,11 9,87 9,55 9,17 10,27 10,1622 Bank Permata 9,04 9,05 11,59 10,57 8,21 10,09 9,7623 Bank Sinarmas 35,85 19,32 19,32 13,52 11,32 11,86 18,5324 PAN Indonesia Bank 5,05 6,02 7,02 5,60 7,08 6,85 6,2725 Bank Anglomas Internasional 2,54 2,87 1,65 2,09 1,08 0,62 1,8126 Bank Artos Indonesia 7,89 2,29 2,23 3,13 2,93 3,22 3,61
63
27 Bank Bisnis Internasional 9,10 9,44 10,42 10,56 9,36 10,93 9,9728 Bank Centratama Nasional 6,15 5,66 4,89 5,66 5,88 6,91 5,8629 Bank Fama Internasional 5,31 3,06 3,00 3,27 3,33 3,67 3,6130 Bank Harda Internasional 12,56 12,00 8,61 10,31 10,45 9,19 10,5231 Bank Ina Perdana 9,18 6,09 5,73 6,57 7,03 10,95 7,5932 Bank Jasa Jakarta 5,83 5,53 5,40 4,95 4,84 7,01 5,5933 Bank Kesejahteraan Ekonomi 2,63 5,89 7,43 7,86 8,76 9,87 7,0734 PT Liman Internasional Bank 1,41 1,29 1,18 1,19 1,26 1,39 1,2835 Bank Mayora 5,33 3,91 3,71 5,28 5,40 5,94 4,9336 Bank Mitraniaga 16,70 3,15 2,60 4,10 4,33 4,76 5,9437 Bank Multi Arta Sentosa 8,01 4,71 4,14 3,09 3,41 3,75 4,5238 Bank Royal Indonesia 3,53 1,35 1,71 2,26 2,61 2,88 2,3939 Bank Sahabat Purba Danarta 2,21 0,62 0,70 1,26 3,08 3,39 1,8840 Bank Sinar Harapan Bali 6,77 11,03 2,67 4,38 5,48 6,02 6,0641 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 6,15 7,54 7,47 9,83 7,19 7,90 7,6842 Bank Victoria Internasional 8,41 12,06 9,65 10,69 12,88 8,74 10,4043 Bank Yudha Bhakti 11,67 11,75 11,93 13,40 9,30 9,51 11,2644 PT Prima Master Bank 17,57 6,05 6,08 8,77 7,48 8,22 9,0345 DKI 13,91 14,84 15,68 15,91 11,34 8,46 13,3646 Aceh 20,70 12,38 15,12 9,15 8,34 7,52 12,2047 Jambi 9,19 8,20 5,73 5,54 11,20 6,31 7,6948 Bengkulu 10,92 10,92 9,91 8,19 6,24 8,97 9,1949 Jateng 11,75 9,96 9,11 8,69 10,21 10,32 10,0150 Bali 5,09 6,38 7,02 7,77 10,98 8,70 7,6651 ANZ Panin Bank 4,17 4,71 6,49 9,66 6,07 6,85 6,3252 BNP Paribas Indonesia 1,75 1,92 2,14 0,56 1,55 1,71 1,60
64
53 Capital Indonesia 3,74 5,65 7,83 5,86 6,76 6,71 6,0954 DBS Indonesia 6,55 10,54 7,26 7,89 7,43 8,97 8,1155 Mizuho Indonesia 4,29 4,71 5,86 4,69 5,23 5,75 5,0956 Resona Perdania 3,52 3,58 5,09 4,09 4,12 5,07 4,2457 Woori Indonesia 3,23 2,80 2,63 2,16 2,35 2,58 2,6358 China Trust Indonesia 3,37 3,20 2,88 2,26 2,39 2,39 2,7559 Sumitimo Mitsui Indonesia 2,60 3,98 5,78 7,09 7,60 3,39 5,0760 PT Bank KEB Indonesia 1,85 2,17 2,94 2,47 2,04 2,24 2,2961 Bank of America 5,30 5,72 1,46 1342,10 519,72 571,70 407,6762 ABN Amro Bank 14,29 12,37 11,32 10,45 4,37 4,81 9,6063 Bank of China Limited 157,87 42,99 46,47 0,58 34,93 38,42 53,5464 Citibank 8,00 13,65 12,01 7,26 7,85 7,19 9,3365 Duetsche 9,04 6,65 6,10 5,79 10,35 11,39 8,2266 JP Morgan Chase Bank -157,33 3,11 3,39 148,44 331,49 364,64 115,6267 Standard Chartered 156,81 126,92 147,15 98,90 79,67 87,64 116,1868 The Bangkok Bank Comp. 9,97 15,02 3,87 3,01 2,67 2,85 6,2369 Bank of Tokyo Mitshubishi 4,42 4,26 5,89 5,76 6,00 6,83 5,5370 Hongkong & Shanghai Banking 213,63 103,29 74,52 45,42 38,05 34,88 84,96
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Profitabilitas
No.
Nama BankROA
2006 2007 2008 2009 2010 2011 RATA-RATA1 PT Bank Negara Indonesia 1,85 0,85 1,12 1,72 2,49 2 1,672 PT Bank Rakyat Indonesia 4,36 2,61 4,18 3,73 4,64 3,26 3,80
65
3 PT Bank Tabungan Negara 1,78 1,92 1,8 1,47 2,05 2,03 1,844 PT Bank Mandiri 0,47 2,4 2,69 3,13 3,63 2,3 2,445 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 0,86 0,59 0,6 0,57 12,63 11,87 4,526 Bank Artha Graha Internasional 0,4 0,29 0,34 0,44 0,76 0,8 0,5057 PT Bank Bukopin 1 1,09 1,13 0,97 1,04 1,3 1,098 PT Bank Central Asia 3,8 3,3 3,4 3,5 3,51 2,6 3,359 PT Bank Bumi Arta 2,61 1,68 2,07 2 1,47 2,11 1,99
10 PT Bank Danamon Indonesia 1,8 2,4 1,5 1,5 2,79 2,6 2,1011 PT Bank Ekonomi Raharja 1,62 1,87 2,26 2,21 1,78 1,49 1,8712 PT Bank Ganesha -0,16 0,21 0,18 0,6 1,71 0,78 0,5513 PT Bank Himpunan Saudara 1906 2,2 3,37 3 2,41 2,78 3 2,7914 ICB Bumi Putera 0,26 0,57 0,09 0,18 0,24 -1,64 -0,0515 Bank Internasional Indonesia 1,43 1,43 1,23 -0,05 1,01 1,11 1,0316 Bank Masphion Indonesia 1,22 1,15 1,07 1,1 1,35 1,42 1,2217 Bank Mayapada Internasional 1,55 1,46 2 0,7 20,4 14,68 6,8018 Bank Mega 0,88 2,33 1,98 1,77 2,45 1,54 1,8319 Bank Mestika Dharma 6,6 5,53 5,16 4,9 3,93 4,36 5,0820 Bank Metro Express 6,24 3,64 2,72 2,64 1,73 1,91 3,1521 Bank Nusantara Parahyangan 1,44 1,29 1,17 1,02 1,5 1,53 1,3322 Bank Permata 0,82 1,27 0,84 0,86 1,37 1,14 1,0523 Bank Sinarmas 0,98 0,33 0,34 0,93 1,44 1,07 0,8524 PAN Indonesia Bank 1,61 1,59 1,09 1,18 1,15 1,65 1,3825 Bank Anglomas Internasional 0,84 0,5 1,17 1,42 -1,08 -0,69 0,3626 Bank Artos Indonesia 0,22 0,32 0,4 0,34 -0,24 -0,12 0,1527 Bank Bisnis Internasional 0,79 0,79 15,04 3 3 3 4,2728 Bank Centratama Nasional 1,69 0,67 1,52 1,52 1,69 2,16 1,54
66
29 Bank Fama Internasional 1,3 2,11 2,33 4 4 3,1 2,8130 Bank Harda Internasional 0,27 -0,68 0,29 0,77 1,34 1,3 0,5531 Bank Ina Perdana 1,42 1,94 2,08 2,57 1,1 0,32 1,5732 Bank Jasa Jakarta 2,71 3,04 2,58 3,1 2,92 2,8 2,8633 Bank Kesejahteraan Ekonomi 4,55 3,86 2,83 2,14 2,66 2,59 3,1134 PT Liman Internasional Bank 8,79 6,89 2,47 2,12 1,5 1,5 3,8835 Bank Mayora 0,48 0,46 0,52 0,71 1,04 1,12 0,7236 Bank Mitraniaga 0,81 0,12 0,22 0,46 0,54 0,55 0,4537 Bank Multi Arta Sentosa 1,66 2,16 1,48 0,88 2,06 1,54 1,6338 Bank Royal Indonesia 0,89 0,47 1,74 2,61 1,25 1,3 1,3839 Bank Sahabat Purba Danarta 3,53 1,64 3,37 2,6 -1,15 -1 1,5040 Bank Sinar Harapan Bali 1,72 2 4 3,56 2,49 2,3 2,6841 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 4,57 6,14 4,48 4,48 3,42 4,16 4,5442 Bank Victoria Internasional 1,76 1,64 0,88 1,1 1,71 1,86 1,4943 Bank Yudha Bhakti 0,89 1,4 0,92 0,77 1,7 1,3 1,1644 PT Prima Master Bank 0,68 0,81 0,59 0,75 0,46 0,5 0,6345 DKI 1,65 1,39 1,41 1,41 2,24 2,57 1,7846 Aceh 3,06 3,07 3,09 3,06 1,8 2,8 2,8147 Jambi 3,56 3,44 4,87 5,16 5,21 5,67 4,6548 Bengkulu 3,01 3,01 2,31 3,14 4,6 4,91 3,5049 Jateng 3,72 3,8 4,55 4,04 2,83 2,81 3,6350 Bali 4,78 4,33 4,32 4,26 3,98 3,91 4,2651 ANZ Panin Bank 4,61 4,59 4,61 1,44 0,29 0,3 2,6452 BNP Paribas Indonesia 4,32 4,85 7,8 11,12 5,07 4,8 6,3353 Capital Indonesia 2,95 2,13 1,14 1,42 0,74 0,84 1,5454 DBS Indonesia 1,56 1,62 1,56 0,91 1,02 1,74 1,40
67
55 Mizuho Indonesia 2,68 2,98 2,72 2,53 2,78 1,83 2,5956 Resona Perdania 3,81 3,37 3,14 3,3 4,07 3,57 3,5457 Woori Indonesia 1,1 1 0,11 0,41 0,49 0,59 0,6258 China Trust Indonesia 7,5 4,98 5,97 5,83 4,62 4,37 5,5559 Sumitimo Mitsui Indonesia 5,65 3,46 3,67 3,44 3,3 3,12 3,7760 PT Bank KEB Indonesia 8,81 7,65 6,34 5,4 4,26 4,4 6,1461 Bank of America 4 3 1,4 1,4 1,8 2,1 2,2862 ABN Amro Bank 2,18 1,55 1,53 -0,01 -0,62 -0,7 0,6663 Bank of China Limited 3,01 5 5 2 2 1,17 3,0364 Citibank 4,53 5,68 5,64 5,74 5,41 4,3 5,2265 Duetsche 6,75 3,31 5,96 5,68 2,75 3,19 4,6166 JP Morgan Chase Bank 7,54 7,23 6,6 11,06 5,69 0,86 6,5067 Standard Chartered 4,85 3,6 2,52 2,14 1,49 1,21 2,6468 The Bangkok Bank Comp. 2,02 1,37 2,05 3,93 4,17 3,77 2,8969 Bank of Tokyo Mitshubishi 4,41 3,44 3,16 2,8 1,72 2,66 3,0370 Hongkong & Shanghai Banking 2 3,39 3,18 5,74 5,41 3,85 3,93
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Likuiditas
No.
Nama BankLDR
2006 2007 2008 2009 2010 2011 RATA-RATA1 PT Bank Negara Indonesia 48,98 60,56 68,61 64,06 70,15 70,7 63,842 PT Bank Rakyat Indonesia 72,53 68,8 79,93 80,88 75,17 74,27 75,263 PT Bank Tabungan Negara 83,75 92,38 101,83 101,29 108,42 102,57 98,374 PT Bank Mandiri 49,97 52,02 56,89 59,15 65,44 71,61 59,185 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 64,67 64,22 77,79 71,41 70,48 70,87 69,916 Bank Artha Graha Internasional 79,52 82,22 93,47 84,04 76,13 75 81,73
68
7 PT Bank Bukopin 58,86 65,26 83,6 75,99 71,85 83,15 73,128 PT Bank Central Asia 40,3 43,6 53,8 50,3 55,2 78 53,539 PT Bank Bumi Arta 45,45 45,45 59,86 50,58 54,18 67,53 53,84
10 PT Bank Danamon Indonesia 75,5 88,1 86,4 88,8 93,82 98,33 88,4911 PT Bank Ekonomi Raharja 42,4 52,05 61,42 45,54 62,44 70,06 55,6512 PT Bank Ganesha 80,02 69,57 76,3 63,41 62,79 65,59 69,6113 PT Bank Himpunan Saudara 1906 84,57 93,87 102,2 94,94 100,2 81,7 92,9114 ICB Bumi Putera 87,42 84,5 90,44 89,64 84,96 84,93 86,9815 Bank Internasional Indonesia 57,22 57,22 76,17 78,11 83,18 95,07 74,5016 Bank Masphion Indonesia 67,83 67,46 78,92 56,26 75,99 76,56 70,5017 Bank Mayapada Internasional 85,35 103,88 120,65 86,87 1,22 2,07 66,6718 Bank Mega 42,7 46,74 64,67 56,82 56,03 63,08 55,0119 Bank Mestika Dharma 91,64 89,36 97,82 92,26 84,75 82,87 89,7820 Bank Metro Express 76,4 81,13 83,28 71,24 85,04 89,1 81,0321 Bank Nusantara Parahyangan 54,83 49,39 66,12 73,64 80,41 84,92 68,2222 Bank Permata 79,35 83,73 77,97 86,24 86,42 82,49 82,7023 Bank Sinarmas 52,73 62,18 83,31 79,01 73,64 69,5 70,0624 PAN Indonesia Bank 75,15 90,66 76,63 71,07 73,97 80,56 78,0125 Bank Anglomas Internasional 87,12 69,51 82,3 73,41 73,22 99,5 80,8426 Bank Artos Indonesia 73,24 94,72 97,63 85,29 107,89 110,89 94,9427 Bank Bisnis Internasional 73 72,91 106,07 115 127 129 103,8328 Bank Centratama Nasional 79,33 82,83 88,36 87,53 86,53 81,58 84,3629 Bank Fama Internasional 84,55 90,01 96,26 94 99 99,6 93,9030 Bank Harda Internasional 66,8 65,52 68,52 71,31 66,18 76,32 69,1131 Bank Ina Perdana 81,15 72,4 87,84 81,33 73,74 87,92 80,7332 Bank Jasa Jakarta 80,26 85,23 83,55 85 84,61 85,67 84,05
69
33 Bank Kesejahteraan Ekonomi 121,96 94,12 103,35 102,38 94,31 89,06 100,8634 PT Liman Internasional Bank 67,27 145,89 128,25 85,87 93,68 90 101,8335 Bank Mayora 47,11 59,04 67,77 49,19 58,7 59,07 56,8136 Bank Mitraniaga 55,21 64,37 82,57 56,47 51,79 52,09 60,4237 Bank Multi Arta Sentosa 93,13 81,44 95,14 85,29 84,25 87,19 87,7438 Bank Royal Indonesia 40,03 66,83 79,64 72,21 50,18 51,2 60,0239 Bank Sahabat Purba Danarta 23,72 26,26 220,97 166,89 158,81 156 125,4440 Bank Sinar Harapan Bali 90,98 102 109 97,45 83,16 81 93,9341 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 96,43 89,18 91,61 91,61 84,92 87,65 90,2342 Bank Victoria Internasional 51,94 55,92 53,46 50,43 40,22 63,62 52,6043 Bank Yudha Bhakti 49,17 52,6 67,54 59,38 79,1 79,63 64,5744 PT Prima Master Bank 78,78 88,45 83,54 88,32 87,81 85 85,3245 DKI 52,4 68,58 66,98 57,25 70,48 78,14 65,6446 Aceh 19,88 30,54 39,05 61,79 81,74 82,59 52,6047 Jambi 37,34 60,41 89,08 97,64 84,09 85,99 75,7648 Bengkulu 53,19 53,19 69,12 129,59 89,2 90,1 80,7349 Jateng 58,98 77,09 102,12 89,18 74,13 76,71 79,7050 Bali 67,54 80,56 90,4 103,75 93,31 92,18 87,9651 ANZ Panin Bank 77,6 66,21 87,56 81,86 88,61 87 81,4752 BNP Paribas Indonesia 120,33 198,16 120,55 35,03 202,05 201,8 146,3253 Capital Indonesia 84,26 73,26 67,72 49,65 50,6 44,24 61,6254 DBS Indonesia 71,68 98,98 77,78 65,61 95,75 101,08 85,1555 Mizuho Indonesia 139,8 147,24 198,64 128,93 147,47 181,26 157,2256 Resona Perdania 112,14 164,27 141,31 124,23 148,68 144,14 139,1357 Woori Indonesia 141,5 211,4 144,1 170 168,1 175,7 168,4758 China Trust Indonesia 119,36 133,25 116,07 108,57 103,86 127,85 118,16
70
59 Sumitimo Mitsui Indonesia 125,69 86,13 109,06 98,68 116,64 189,48 120,9560 PT Bank KEB Indonesia 133,38 88,9 75,02 57,33 87,91 89 88,5961 Bank of America 4 5 62 36,5 41,2 42,44 31,8662 ABN Amro Bank 85,71 73,65 72,79 64,87 98,74 98 82,2963 Bank of China Limited 24,77 21 22 51 71,72 68,77 43,2164 Citibank 77,08 70,21 79,47 73,63 69,16 66,7 72,7165 Duetsche 59,52 68,82 68,03 65,43 52,37 60,71 62,4866 JP Morgan Chase Bank 44,67 54,01 86,78 56,39 56,35 51,1 58,2267 Standard Chartered 79,94 60,96 84,69 84,27 101,76 97,68 84,8868 The Bangkok Bank Comp. 238,88 256,32 334,97 313,45 306,89 559,97 335,0869 Bank of Tokyo Mitshubishi 131,74 116,19 178,44 162,58 171,49 231,38 165,3070 Hongkong & Shanghai Banking 65 65,92 67,29 73,63 69,16 77,85 69,81
Lampiran 5 Rekapitulasi Data Risiko Bisnis
No.
Nama BankNPL
2006 2007 2008 2009 2010 2011 RATA-RATA1 PT Bank Negara Indonesia 6,55 4,01 1,74 0,84 1,11 0,51 2,462 PT Bank Rakyat Indonesia 4,81 3,44 2,8 3,52 0,75 0,51 2,643 PT Bank Tabungan Negara 1,77 2,81 2,66 3,36 2,66 2,23 2,584 PT Bank Mandiri 16,14 1,32 0,97 0,32 0,54 0,5 3,305 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 1,29 1,05 1,25 0,97 0,28 0,37 0,876 Bank Artha Graha Internasional 4,85 2,55 2,7 2,83 2 2 2,827 PT Bank Bukopin 2,51 2,49 4,12 2,37 2,52 2,11 2,698 PT Bank Central Asia 1,3 0,8 0,6 0,7 0,6 1 0,839 PT Bank Bumi Arta 1,82 1,78 1,46 1,71 1,83 0,5 1,52
71
10 PT Bank Danamon Indonesia 3,3 2,2 2,3 4,47 3,02 2,45 2,9611 PT Bank Ekonomi Raharja 2,52 2,45 1,07 0,9 0,12 0,45 1,2512 PT Bank Ganesha 1,8 1,34 1,14 1,62 0,81 0,79 1,2513 PT Bank Himpunan Saudara 1906 0,9 0,45 0,56 0,7 0,84 1,08 0,7614 ICB Bumi Putera 4,74 4,56 4,25 3,89 3,24 6,25 4,4915 Bank Internasional Indonesia 3,85 3,85 2,37 1,57 1,78 1,1 2,4216 Bank Masphion Indonesia 1,25 1,58 0,93 0,43 0,17 0,12 0,7517 Bank Mayapada Internasional 0,21 0,14 0,16 1,9 2,01 1,51 0,9918 Bank Mega 1,68 1,53 1,18 1,7 0,9 0,98 1,3319 Bank Mestika Dharma 2,75 3,96 2,06 10,78 5,48 3,56 4,7720 Bank Metro Express 0 0 0 0 0 0 0,0021 Bank Nusantara Parahyangan 3,03 1,89 1,12 1,18 0,63 0,78 1,4422 Bank Permata 3,33 1,53 1,06 1,46 0,74 0,55 1,4523 Bank Sinarmas 0,16 0 1,72 1,65 1,11 0,79 0,9124 PAN Indonesia Bank 8,53 1,76 2,15 1,6 2,68 0,92 2,9425 Bank Anglomas Internasional 12,11 8,06 0 0 2,88 4,28 4,5626 Bank Artos Indonesia 1,46 2,14 2,56 4,58 1,46 1,34 2,2627 Bank Bisnis Internasional 0,03 0,03 0,35 1 1 1 0,5728 Bank Centratama Nasional 4,25 4,9 3,28 3,01 2,07 1,91 3,2429 Bank Fama Internasional 4,39 5,06 0,43 1 5 5,1 3,5030 Bank Harda Internasional 3,93 0,62 1,51 3,3 1,88 1,3 2,0931 Bank Ina Perdana 0,72 0,66 0,88 0,3 1,98 0,97 0,9232 Bank Jasa Jakarta 0,8 0,87 0,78 0,18 0,06 0,31 0,5033 Bank Kesejahteraan Ekonomi 0,47 0,48 0,43 0,45 0 0,02 0,3134 PT Liman Internasional Bank 3,88 1,34 4,99 2,05 0,47 0,3 2,1735 Bank Mayora 4,65 0 1,94 0,3 0,01 0 1,15
72
36 Bank Mitraniaga 2,22 1,32 0,62 0,1 0,1 0,11 0,7537 Bank Multi Arta Sentosa 1,49 2,36 3,22 3,5 3,34 3,45 2,8938 Bank Royal Indonesia 0 0 0 0,04 0,06 0,05 0,0339 Bank Sahabat Purba Danarta 0 0 0 0 0,58 1 0,2640 Bank Sinar Harapan Bali 0,29 1 1 0,55 1,16 1 0,8341 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 0,19 0,16 0,09 0,09 0,07 0,06 0,1142 Bank Victoria Internasional 0 0,2 0,44 0 0 0,22 0,1443 Bank Yudha Bhakti 4,3 4,3 1,83 2,54 3,44 4,17 3,4344 PT Prima Master Bank 0,79 2,47 1,85 0,77 1,59 1 1,4145 DKI 1,08 0,74 2,05 3,26 3,21 3,1 2,2446 Aceh 0,45 0,07 0,21 1,04 2,19 1,97 0,9947 Jambi 0,38 0,01 0,02 0,04 0,01 0,02 0,0848 Bengkulu 1,31 1,31 0,7 0,75 0,29 0,41 0,8049 Jateng 0,33 0,17 0,06 0 0 0,09 0,1150 Bali 0,32 0,56 0,04 0,1 0,17 0,19 0,2351 ANZ Panin Bank 2,39 2,09 0,99 1,25 1,29 1 1,5052 BNP Paribas Indonesia 2,99 1,97 2,68 0 0 0 1,2753 Capital Indonesia 0 0 0,82 0,24 0,99 0,69 0,4654 DBS Indonesia 0 0,62 1,79 1,81 0,74 1,08 1,0155 Mizuho Indonesia 0,12 0,29 1,29 2,77 2,09 1,58 1,3656 Resona Perdania 3,21 1,12 2,55 1,72 1,22 0,63 1,7457 Woori Indonesia 1,1 0,63 1,19 1,6 3,34 1,65 1,5958 China Trust Indonesia 2,07 1,74 2,3 3,67 2,9 1,17 2,3159 Sumitimo Mitsui Indonesia 2,12 0,52 0,55 1,04 0,61 0,46 0,8860 PT Bank KEB Indonesia 3,25 0,42 0,11 0 0,42 0,5 0,7861 Bank of America 0 0 0 0 0 0 0,00
73
62 ABN Amro Bank 0,84 0,65 0,42 0,99 0 0 0,4863 Bank of China Limited 0 3,12 2,65 1,52 1,1 1 1,5764 Citibank 0 0,99 2,35 1,52 2,03 0,6 1,2565 Duetsche 2,2 0,13 1,94 1,95 0,57 1,25 1,3466 JP Morgan Chase Bank 0 0 0 0 0 0 0,0067 Standard Chartered 0,55 2,39 1,96 2,18 0,68 1,97 1,6268 The Bangkok Bank Comp. -0,96 4,45 2,16 1,96 0,41 0,51 1,4269 Bank of Tokyo Mitshubishi 1,5 1,5 0,05 0,39 0,99 1,29 0,9570 Hongkong & Shanghai Banking 1 0,79 1,33 1,52 2,03 0,44 1,19
Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dividen
No.
Nama BankDPR
2006 2007 2008 2009 2010 2011 RATA-RATA1 PT Bank Negara Indonesia 36,73 107,24 36,73 0 21,2 23,28 37,532 PT Bank Rakyat Indonesia 50 50 50 36,25 19,13 11,3 36,113 PT Bank Tabungan Negara 41,91 5,7 5,48 0 0 0 8,854 PT Bank Mandiri 12,46 33,43 73,63 0 0 0 19,925 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 0 0 0 0 0 0 0,006 Bank Artha Graha Internasional 0 0 0 0 0 0 07 PT Bank Bukopin 40 33,6 50 30,55 36,76 23,25 35,698 PT Bank Central Asia 42,06 46,5 41,59 35,29 30,17 25,68 36,889 PT Bank Bumi Arta 0 33,31 18,82 0 0 16,26 11,40
10 PT Bank Danamon Indonesia 75,6 31,3 69,18 49,92 26,58 31,16 47,2911 PT Bank Ekonomi Raharja 0 0 14,79 0 0 0 2,4712 PT Bank Ganesha 0 0 0 0 0 0 0,00
74
13 PT Bank Himpunan Saudara 1906 0 0 39,83 36,84 25,11 20,96 20,4614 ICB Bumi Putera 0 25 0 45 13 0 13,8315 Bank Internasional Indonesia 40,05 96,7 68,02 0 0 0 34,1316 Bank Masphion Indonesia 0 0 51,09 0 0 0 8,5217 Bank Mayapada Internasional 0 71,05 0 0 0 0 11,8418 Bank Mega 84,29 0 0 19,38 0 46,59 25,0419 Bank Mestika Dharma 89,2 0 144,86 36,92 0 0 45,1620 Bank Metro Express 0 0 0 63,92 100 0 27,3221 Bank Nusantara Parahyangan 0 0 0 0 0 0 0,0022 Bank Permata 0 0 0 0 0 0 0,0023 Bank Sinarmas 0 0 0 0 0 0 0,0024 PAN Indonesia Bank 1,65 0,77 3,54 0,65 1,43 1,47 1,5925 Bank Anglomas Internasional 0 0 74,08 26,4 0 0 16,7526 Bank Artos Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,0027 Bank Bisnis Internasional 0 90,59 0 0 0 0 15,1028 Bank Centratama Nasional 0 0 0 0 0 0 0,0029 Bank Fama Internasional 0 0 0 0 0 0 0,0030 Bank Harda Internasional 0 0 0 0 0 0 0,0031 Bank Ina Perdana 0 4,54 0 0 0 0 0,7632 Bank Jasa Jakarta 105,47 91,41 100,9 128,92 157,6 158,9 123,8733 Bank Kesejahteraan Ekonomi 97,79 0 0 56,08 36,11 45,15 39,1934 PT Liman Internasional Bank 0 0 0 0 0 0 0,0035 Bank Mayora 0 0 0 0 0 0 0,0036 Bank Mitraniaga 0 0 0 0 0 0 0,0037 Bank Multi Arta Sentosa 0 0 0 916,95 0 0 152,8338 Bank Royal Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,00
75
39 Bank Sahabat Purba Danarta 0 0 0 0 0 0 0,0040 Bank Sinar Harapan Bali 0 0 0 0 0 0 0,0041 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 0 0 0 0 0 0 0,0042 Bank Victoria Internasional 0 0 0 54,12 0 0 9,0243 Bank Yudha Bhakti 119,12 29,56 84,46 4,33 4,92 12,43 42,4744 PT Prima Master Bank 0 0 0 0 0 0 0,0045 DKI 37,96 58,12 43,89 0 0 0 23,3346 Aceh 0 0 0 0 0 0 0,0047 Jambi 0 0 0 0 0 0 0,0048 Bengkulu 0 0 0 0 0 0 0,0049 Jateng 0 0 0 0 0 0 0,0050 Bali 0 0 0 0 0 0 0,0051 ANZ Panin Bank 0 0 0 0 0 0 0,0052 BNP Paribas Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,0053 Capital Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,0054 DBS Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,0055 Mizuho Indonesia 0 0 5,19 0 0 0 0,8756 Resona Perdania 26,86 23,45 28,59 35,35 27,4 33,74 29,2357 Woori Indonesia 0 25,15 85,62 0,86 25,83 26,46 27,3258 China Trust Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,0059 Sumitimo Mitsui Indonesia 0 63,26 33,35 0 0 0 16,1060 PT Bank KEB Indonesia 0 0 0 0 0 0 0,0061 Bank of America 93,74 100,81 122,73 0 0 0 52,8862 ABN Amro Bank 0 0 0 11,86 0 0 1,9863 Bank of China Limited 0 0 0 0 0 0 0,0064 Citibank 40,71 163,99 28,13 0 0 0 38,81
76
65 Duetsche 0 83,43 31,83 0 0 0 19,2166 JP Morgan Chase Bank 0 0 0 0 0 0 0,0067 Standard Chartered 0 0 0 0 0 0 0,0068 The Bangkok Bank Comp. 0 0 0 0 0 0 0,0069 Bank of Tokyo Mitshubishi 0 0 0 0 0 0 0,0070 Hongkong & Shanghai Banking 0 0 0 0 0 0 0,00
Lampiran 7 Rekapitulasi Data Kepemilikan Manajerial
No.
Nama BankKM
2006 2007 2008 2009 2010 20111 PT Bank Negara Indonesia 1 1 1 1 1 12 PT Bank Rakyat Indonesia 1 1 1 1 1 13 PT Bank Tabungan Negara 1 1 1 1 1 14 PT Bank Mandiri 1 1 1 1 1 15 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 0 0 0 0 0 06 Bank Artha Graha Internasional 0 0 0 0 0 07 PT Bank Bukopin 1 1 1 1 1 18 PT Bank Central Asia 0 0 0 0 0 09 PT Bank Bumi Arta 1 1 1 1 1 1
10 PT Bank Danamon Indonesia 1 1 1 1 1 111 PT Bank Ekonomi Raharja 1 1 1 1 1 112 PT Bank Ganesha 0 0 0 0 0 013 PT Bank Himpunan Saudara 1906 0 0 0 0 0 014 ICB Bumi Putera 0 0 0 0 0 015 Bank Internasional Indonesia 0 0 0 0 0 0
77
16 Bank Masphion Indonesia 0 0 0 0 0 017 Bank Mayapada Internasional 0 0 0 0 0 018 Bank Mega 0 0 0 0 0 019 Bank Mestika Dharma 1 1 1 1 1 120 Bank Metro Express 1 1 1 1 1 121 Bank Nusantara Parahyangan 0 0 0 0 0 022 Bank Permata 0 0 0 0 0 023 Bank Sinarmas 0 0 0 0 0 024 PAN Indonesia Bank 1 1 1 1 1 125 Bank Anglomas Internasional 0 0 0 0 0 026 Bank Artos Indonesia 0 0 0 0 0 027 Bank Bisnis Internasional 1 1 1 1 1 128 Bank Centratama Nasional 0 0 0 0 0 029 Bank Fama Internasional 0 0 0 0 0 030 Bank Harda Internasional 0 0 0 0 0 031 Bank Ina Perdana 0 0 0 0 0 032 Bank Jasa Jakarta 1 1 1 1 1 133 Bank Kesejahteraan Ekonomi 1 1 1 1 1 134 PT Liman Internasional Bank 0 0 0 0 0 035 Bank Mayora 0 0 0 0 0 036 Bank Mitraniaga 0 0 0 0 0 037 Bank Multi Arta Sentosa 0 0 0 0 0 038 Bank Royal Indonesia 0 0 0 0 0 039 Bank Sahabat Purba Danarta 0 0 0 0 0 040 Bank Sinar Harapan Bali 0 0 0 0 0 041 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 0 0 0 0 0 0
78
42 Bank Victoria Internasional 1 1 1 1 1 143 Bank Yudha Bhakti 1 1 1 1 1 144 PT Prima Master Bank 0 0 0 0 0 045 DKI 1 1 1 1 1 146 Aceh 0 0 0 0 0 047 Jambi 0 0 0 0 0 048 Bengkulu 0 0 0 0 0 049 Jateng 0 0 0 0 0 050 Bali 0 0 0 0 0 051 ANZ Panin Bank 0 0 0 0 0 052 BNP Paribas Indonesia 1 1 1 1 1 153 Capital Indonesia 0 0 0 0 0 054 DBS Indonesia 0 0 0 0 0 055 Mizuho Indonesia 0 0 0 0 0 056 Resona Perdania 1 1 1 1 1 157 Woori Indonesia 1 1 1 1 1 158 China Trust Indonesia 0 0 0 0 0 059 Sumitimo Mitsui Indonesia 1 1 1 1 1 160 PT Bank KEB Indonesia 0 0 0 0 0 061 Bank of America 1 1 1 1 1 162 ABN Amro Bank 0 0 0 0 0 063 Bank of China Limited 0 0 0 0 0 064 Citibank 0 0 0 0 0 065 Duetsche 1 1 1 1 1 166 JP Morgan Chase Bank 0 0 0 0 0 067 Standard Chartered 0 0 0 0 0 0
79
68 The Bangkok Bank Comp. 0 0 0 0 0 069 Bank of Tokyo Mitshubishi 0 0 0 0 0 070 Hongkong & Shanghai Banking 0 0 0 0 0 0
Lampiran 8 Rekapitulasi Data Kepemilikan Institusional
No.
Nama BankKI
2006 2007 2008 2009 2010 2011 RATA-RATA1 PT Bank Negara Indonesia 99,12 76,36 76,36 76,36 60 58,84 74,512 PT Bank Rakyat Indonesia 56,97 56,97 56,79 56,77 56,77 56,75 56,843 PT Bank Tabungan Negara 100 100 100 72,92 72,92 72,92 86,464 PT Bank Mandiri 67,86 67,86 66,97 66,76 66,77 60 66,045 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 50 50 50 50 50 50 50,006 Bank Artha Graha Internasional 30,24 47,38 47,38 47,38 47,38 47,38 44,527 PT Bank Bukopin 39,57 39,57 40,74 39,54 39,54 31,97 38,498 PT Bank Central Asia 51,15 51,15 47,9 49,62 49,91 49,64 49,909 PT Bank Bumi Arta 45,45 45,45 45,45 45,45 45,45 45,45 45,45
10 PT Bank Danamon Indonesia 69,25 68,05 67,86 67,63 67,42 67,37 67,9311 PT Bank Ekonomi Raharja 51,84 38,84 38,84 98,96 98,94 98,94 71,0612 PT Bank Ganesha 63,21 63,21 58,37 58,37 58,37 54,22 59,2913 PT Bank Himpunan Saudara 1906 54,48 54,48 49,89 52,92 54,84 52,92 53,2614 ICB Bumi Putera 67,07 67,07 67,07 67,07 69,99 69,9 68,0315 Bank Internasional Indonesia 56,33 55,85 54,33 54,33 54,33 54,33 54,9216 Bank Masphion Indonesia 85,59 85,59 77,81 77,81 84,6 84,6 82,6717 Bank Mayapada Internasional 24,43 24,43 25,31 25,31 25,31 25,31 25,0218 Bank Mega 52,2 55,22 57,82 57,82 57,82 57,82 56,45
80
19 Bank Mestika Dharma 99,95 99,95 99,95 99,95 99,95 99,95 99,9520 Bank Metro Express 99,998 99,998 99,998 99,998 99,998 99,998 100,0021 Bank Nusantara Parahyangan 55,02 55,68 55,68 55,68 55,68 55,68 55,5722 Bank Permata 44,505 44,505 44,505 44,505 44,505 44,505 44,5123 Bank Sinarmas 59,11 59,11 87,97 90,26 99 56,48 75,3224 PAN Indonesia Bank 45,1 44,85 44,82 45,92 44,68 45,46 45,1425 Bank Anglomas Internasional 41,5 90 90 90 90 90 81,9226 Bank Artos Indonesia 40 40 40 40 40 40 40,0027 Bank Bisnis Internasional 49 39,42 39,42 32,51 41,88 41,88 40,6928 Bank Centratama Nasional 23,57 23,57 23,57 23,57 23,57 23,57 23,5729 Bank Fama Internasional 60 60 60 60 60 60 60,0030 Bank Harda Internasional 83 83 83 83 87,52 87,52 84,5131 Bank Ina Perdana 55 55 65,2 96,02 99 99 78,2032 Bank Jasa Jakarta 70,9 70,9 70,9 70,9 70,91 70,91 70,9033 Bank Kesejahteraan Ekonomi 59,9 59,9 59,9 58,92 59,63 61,74 60,0034 PT Liman Internasional Bank 24 24 24 24 23,35 23,35 23,7835 Bank Mayora 98,73 99,24 99,32 99,32 99,32 99,32 99,2136 Bank Mitraniaga 97,14 97,14 98,88 99,07 99,08 99,08 98,4037 Bank Multi Arta Sentosa 70 70 70 70 70 70 70,0038 Bank Royal Indonesia 30 86,42 86,42 86,49 87,5 87,5 77,3939 Bank Sahabat Purba Danarta 99,8 99,8 87,5 75,01 95 95 92,0240 Bank Sinar Harapan Bali 20,62 20,62 19,32 80 81,46 81,46 50,5841 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 28,39 71,61 71,61 71,61 71,61 71,61 64,4142 Bank Victoria Internasional 35 34,66 35,33 43,73 43,73 38,01 38,4143 Bank Yudha Bhakti 37,88 37,88 40,84 40,84 48,01 48,01 42,2444 PT Prima Master Bank 50 50 50 50 50 50 50,00
81
45 DKI 99,82 99,82 99,82 99,83 99,84 99,84 99,8346 Aceh 58,53 64,29 64,29 65,73 64,85 64,85 63,7647 Jambi 29,34 24,7 24,7 24,7 26,26 26,26 25,9948 Bengkulu 54,31 42,88 42,88 42,46 40,65 40,65 43,9749 Jateng 67,08 66,05 66,05 64,9 65,92 65,92 65,9950 Bali 52,74 48,62 48,62 47,71 46,54 46,54 48,4651 ANZ Panin Bank 85 85 85 85 85 85 85,0052 BNP Paribas Indonesia 99 99 99 99 99 99 99,0053 Capital Indonesia 65,1 65,1 65,1 21,7 19,86 16,83 42,2854 DBS Indonesia 99 99 99 99 99 99 99,0055 Mizuho Indonesia 99 99 99 99 99 99 99,0056 Resona Perdania 43,42 43,42 43,42 43,42 43,42 43,42 43,4257 Woori Indonesia 95,2 95,2 95,2 95,2 95,2 95,2 95,2058 China Trust Indonesia 99 99 99 99 99 99 99,0059 Sumitimo Mitsui Indonesia 99 99 99 99 98,49 98,48 98,8360 PT Bank KEB Indonesia 86,98 77,61 48,12 68,92 65,12 66 99,0061 Bank of America 70 63 94 103,5 89,1 78 100,0062 ABN Amro Bank 15,69 17,83 16,66 28,65 36,89 37 89,7263 Bank of China Limited 52,97 72 49 83 32 12,97 100,0064 Citibank 23,67 23,32 25,56 30,46 22,63 25,3 100,0065 Duetsche 54,99 57,21 46,94 40,46 25,54 23,17 100,0066 JP Morgan Chase Bank 53,35 97,03 63 41,18 36,44 15,4 100,0067 Standard Chartered 18,02 16,04 14,19 11,9 14,36 13,7 100,0068 The Bangkok Bank Comp. 31,08 21,85 47,88 55,67 46,56 52,75 100,0069 Bank of Tokyo Mitshubishi 34,94 36,19 36,37 39,31 34,21 39,96 100,0070 Hongkong & Shanghai Banking 16,09 16,35 12,72 30,46 22,63 17,56 100,00
82
Lampiran 8 Rekapitulasi Data Umur Bank
No.
Nama BankAGE
2006 2007 2008 2009 2010 20111 PT Bank Negara Indonesia 62 63 64 65 66 672 PT Bank Rakyat Indonesia 38 39 40 41 42 433 PT Bank Tabungan Negara 111 112 113 114 115 1164 PT Bank Mandiri 9 10 11 12 13 145 PT Bank Antar Daerah (ANDA) 38 39 40 41 42 436 Bank Artha Graha Internasional 6 7 8 9 10 117 PT Bank Bukopin 38 39 40 41 42 438 PT Bank Central Asia 51 52 53 54 55 569 PT Bank Bumi Arta 41 42 43 44 45 46
10 PT Bank Danamon Indonesia 51 52 53 54 55 5611 PT Bank Ekonomi Raharja 19 20 21 22 23 2412 PT Bank Ganesha 18 19 20 21 22 2313 PT Bank Himpunan Saudara 1906 102 103 104 105 106 10714 ICB Bumi Putera 8 9 10 11 12 1315 Bank Internasional Indonesia 49 50 51 52 53 5416 Bank Masphion Indonesia 19 20 21 22 23 2417 Bank Mayapada Internasional 19 20 21 22 23 2418 Bank Mega 39 40 41 42 43 4419 Bank Mestika Dharma 53 54 55 56 57 5820 Bank Metro Express 40 41 42 43 44 4521 Bank Nusantara Parahyangan 36 37 38 39 40 41
83
22 Bank Permata 54 55 56 57 58 5923 Bank Sinarmas 19 20 21 22 23 2424 PAN Indonesia Bank 37 38 39 40 41 4225 Bank Anglomas Internasional 17 18 19 20 21 2226 Bank Artos Indonesia 16 17 18 19 20 2127 Bank Bisnis Internasional 51 52 53 54 55 5628 Bank Centratama Nasional 16 17 18 19 20 2129 Bank Fama Internasional 15 16 17 18 19 2030 Bank Harda Internasional 15 16 17 18 19 2031 Bank Ina Perdana 18 19 20 21 22 2332 Bank Jasa Jakarta 24 25 26 27 28 2933 Bank Kesejahteraan Ekonomi 17 18 19 20 21 2234 PT Liman Internasional Bank 17 18 19 20 21 2235 Bank Mayora 15 16 17 18 19 2036 Bank Mitraniaga 19 20 21 22 23 2437 Bank Multi Arta Sentosa 16 17 18 19 20 2138 Bank Royal Indonesia 18 19 20 21 22 2339 Bank Sahabat Purba Danarta 17 18 19 20 21 2240 Bank Sinar Harapan Bali 16 17 18 19 20 2141 Bank Tabungan Pensiunan Nasional 23 24 25 26 27 2842 Bank Victoria Internasional 16 17 18 19 20 2143 Bank Yudha Bhakti 19 20 21 22 23 2444 PT Prima Master Bank 19 20 21 22 23 2445 DKI 47 48 49 50 51 5246 Aceh 35 36 37 38 39 4047 Jambi 49 50 51 52 53 54
84
48 Bengkulu 37 38 39 40 41 4249 Jateng 15 16 17 18 19 2050 Bali 46 47 48 49 50 5151 ANZ Panin Bank 19 20 21 22 23 2452 BNP Paribas Indonesia 19 20 21 22 23 2453 Capital Indonesia 19 20 21 22 23 2454 DBS Indonesia 19 20 21 22 23 2455 Mizuho Indonesia 7 8 9 10 11 1256 Resona Perdania 50 51 52 53 54 5557 Woori Indonesia 16 17 18 19 20 2158 China Trust Indonesia 11 12 13 14 15 1659 Sumitimo Mitsui Indonesia 19 20 21 22 23 2460 PT Bank KEB Indonesia 18 19 20 21 22 2361 Bank of America 40 41 42 43 44 4562 ABN Amro Bank 39 40 41 42 43 4463 Bank of China Limited 5 6 7 8 9 1064 Citibank 40 41 42 43 44 4565 Duetsche 39 40 41 42 43 4466 JP Morgan Chase Bank 40 41 42 43 44 4567 Standard Chartered 39 40 41 42 43 4468 The Bangkok Bank Comp. 40 41 42 43 44 4569 Bank of Tokyo Mitshubishi 40 41 42 43 44 4570 Hongkong & Shanghai Banking 40 41 42 43 44 45
85
Lampiran 10 Model Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) 6,259 26,248 ,238 ,812 ROA -,160 3,773 -,005 -,043 ,966 ,884 1,131 LDR -,340 ,153 -,265 -2,218 ,030 ,929 1,076 NPL -8,084 5,591 -,179 -1,446 ,153 ,860 1,163 DPR ,172 ,248 ,088 ,692 ,491 ,826 1,211 KM 6,380 14,130 ,058 ,452 ,653 ,793 1,261 KI ,593 ,252 ,280 2,350 ,022 ,932 1,072 AGE ,211 ,320 ,079 ,659 ,512 ,913 1,095
a Dependent Variable: DER
86
Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson1 ,424(a) ,180 ,087 49,45288 2,041
a Predictors: (Constant), AGE, LDR, NPL, KI, DPR, ROA, KMb Dependent Variable: DER
87
Lampiran 12 Hasil Uji Heteroskedastisitas
88
Lampiran 13 Model Transformasi Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 2,311 ,761 3,038 ,003
ROA ,117 ,137 ,096 ,859 ,394LDR -1,536 ,297 -,550 -5,177 ,000NPL ,139 ,109 ,142 1,274 ,207DPR -,094 ,081 -,163 -1,160 ,250KM -,030 ,119 -,034 -,250 ,803KI ,487 ,252 ,201 1,931 ,058AGE ,442 ,214 ,232 2,065 ,043
a Dependent Variable: DER
89
Lampiran 14 Deskripsi Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationDER 70 1,28 407,67 18,0521 51,75430ROA 70 -,05 6,80 2,5572 1,67821LDR 70 31,86 335,08 86,3677 40,30664NPL 70 ,00 4,77 1,5101 1,14860DPR 70 ,00 152,83 14,7679 26,38670KM 70 ,00 1,00 ,3286 ,47309KI 70 23,57 100,00 70,2144 24,42297AGE 70 10,00 116,00 35,4143 19,49693Valid N (listwise) 70
90