Post on 04-Jan-2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terambil dari kata Nabi. Kata lain yang berasal dari kata naba’ yang berarti
berita penting. Berita penting yang dimaksud adalah informasi yang diterima seseorang
dari allah. Semua nabi mendapat informasi dari Allah dari cara apapun. Informasi
tersebut mendapat tuntutan agama atau semacamnya.
Dahulu orang mengaitkan kenabian dengan sihir dan perdukunan. Kenabian
pada masa lalu dikaitkan dengan informasi ghaib pula, bahkan itu telah menjadi salah
satu ciri dan buktinya yang sangat kuat.
Demikian kenabian pada masa lalu itu berbeda dengan kenabian Nabi
Muhammad. Kenabian beliau tidak dikaitkan dengan pembuktian secara ghoib, kecuali
yang disampaikan oleh Allah. Beliau sendiri selalu menyatakan atas perintah wahyu
yang beliau terima, bahwa beliau tidak mengetahui ghaib.
Nabi muhammad pun dalam membuktikan kenabian beliau tidak mengandalkan
hal-hal luar biasa yang bersifat material atau inderawi. Jika lawan-lawan beliau
menuntut hal demikian, beliau diperintahkan. Seperti yang tertilis pada surat al ankabut
ayat 50.
Wahyu dari segi bahasa berarti isyarat yang cepat, sedang menurut terminologi
agamawan ia adalah informasi tuhan kepada manusia pilihan-Nya menyangkut agama
atau semacamnya. Syekh Muhammad Abduh, Ulama Mesir mendefinisikan wahyu
sebagai informasi dan pengetahuan yang jelas yang di peroleh seseorang dari allah di
sertai dengan keyakinan tentang kebenarannya.
Nabi Muhammad SAW menggambarkan bahwa apa yang diinformasikan oleh
Allah kepada beliau terjawab dalam kalbu beliau. Bermacam-macam cara beliau
menerima wahyu, beliau melukiskan bahwa ada wahyu yang beliau terima dengan
sangat berat disertai dengan sesuatu berupa gerincing lonceng yang terdengar nyaring di
telinga. Ada juga yang suaranya menyerupai suara banyak lebah, seperti diketahui
kepakan sayap-sayap lebah mencapai tingkat kecepatan 250 kepakan per detik, itulah
yang mengakibatkan dengung.
b. Rumusan Masalah
1. Apa saja tugas kerasulan Rasulullah SAW?
2. Peristiwa apa sajakah yang terjadi pada masa kerasulan Rasulullah?
BAB II
PEMBAHASAN
Masa Kerasulan Muhammad S.A.W.
Dalam sejarah Islam, kerasulan Nabi Muhammad secara resmi ditandai dengan
turunnya wahyu yang pertama kepada Muhammad, dan Khadijah adalah Istri beliau
yang pertama kali mengimani kenabian Muhammad SAW. Atau yang pertama kali
masuk islam, ini berarti bahwa rumah tangga Nabi sudah sejak awal telah menyatu
dalam keimanan dan siap bahu membahu dalam menghadapi tantangan sehingga
mengalami sendiri betapa beratnya perjuangan awal Nabi Muhammad sebagai Nabi.1
Masa ini ditandai dengan turunnnya wahyu pertama, namun sebelum turun wahyu,
setelah peristiwa renovasi ka’bah kegiatan beliau lebih banyak difokuskan untuk bertahannus di
gua hira, memikirkan kaumnya yang sudah banyak maksiat dan melampaui batas bahkan
mereka berbuat semena-mena tanpa ada hukum yang mengikat. Siapa yang kuat akan berbuat
sesuai dengan kehendaknya sendiri tamnpa memikirkan orang lain. Mereka banyak juga
melakukan perbuatan yang menurutnya tidak sesuai denagn fitrah manusia. Ketika sedang
bertahannus di gua Hira itulah pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH (6 Agustus 610 M)
Muhammad SAW. Berusia genap 40 tahun didatangi Jibril as. Yang kemudian memanggilnya
lalu berkata:
Bacalah
Saya tidak pandai membaca
Bacalah
Saya tidak pandai membaca
Lalu jibril membacakan surat Al Alaq 1-5 dan Muhammad diminta untuk
menirukannya, yang artinya :
“ bacalah dengan menyebut Nama Tuhnmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang paling mulia yang mengajar
manusia dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahui.”
1 Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam. (Yogyakarta:Teras, 2011), cet. 1 hal. 6
Selang 3 tahun Nabi Muhammad SAW. Menerima wahyu yang kedua, yaitu surat
alMudatsir ayat 1-7 yang artinya :
“hai orang yang berselimut.. bangunlah dan berilah peringatan.. Dan tuhanmu
hendaklah kau agungkan, pakaianmu hendaklah kau bersihkan, perbuatan dosa
hendaklah kau tinggalkan dan janganlah engkau memberi dengan maksud untuk
memperoleh yang lebih banyak dan untuk memenuhi perintah Tuhanmu bersabarlah.”
(QS. Al Mudatsir : 1-7)2
Nabi Muhammad SAW kemudian di perintahkan oleh Allah SWT untuk
mendakwahkan islam kepada manusia. Tugas kerasulan sudah terletak di pundak beliau.
Perintah ini mengisyaratkan konsep-konsep aqidah yang menafikan eksistensi tubuh-
tubuh yang di sembah oleh masyarakat arab pada waktu itu. Dan selanjutnya berganti
menjadi aqidah islam, yang mengakui tuhan itu satu.
Untuk mendakwahkan islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-
sembunyi dan sangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup jelas dan tegas. Dakwah
Nabi hanya di tujukan kepada orang-orang tertentu yang di yakini dapat menerima
ajakan tersebut. Pada tahap rahasia ini yang berlangsung selama kurang lebih 3 tahun,
hanya beberapa orang saja yang masuk islam. Mereka yang mula-mula masuk islam,
dalam sejarah di kenal dengan sebutan “ al- sabiqunal awwalun “. Kelompok pertama
ini bersama-sama Nabi, melakukan kegiatan yang berpusat di rumah Arqam bin Arqam,
yang kemudian di kenal dengan nama dar Arqam. Dalam dunia pendidikan islam,
kadang-kadang dar Arqam ini di masukkan menjadi salah satu tempat atau lembaga
pendidikan islam. 3
Dalam tahap berikutnya, dakwah beliau di tujukan kepada anak cucu keturunan
Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Hal
ini di lakukan Nabi setelah adanya perintah Allah SWT dalam surat al Syu’ara ayat 214-
216. Lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah SWT dalam surat al Hijr ayat 94-
95. Maka sasaran dakwah Nabi adalah Masyarakat Makkah secara umum dan lebih
terang-terangan. Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan islam secara terang-
terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrik Quraisy. Reaksi
2 Buku karangan bu fatihah3 Imam Fu’adi, op.Cit. (Yogyakarta:Teras, 2011, cet. 1) hal. 6
tersebut mula-mula berupa bujuk rayuan, agar Nabi meninggalkan tugasnya
menyampaikan islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan itu, dengan
mengatakan: “ Aku datang kepada kalian bukanlah untuk mendapatkan harta, pangadan
kedudukan. Allah SWT mengutus aku kepada kalian untuk menjadi Rasulnya “. Dalam
posisinya sebagai Nabi, Nabi Muhammad dengan sangat tegas terhadap mereka.4
Hari demi hari, reaksi mereka semakin keras. Orang-orang musyrik Quraisy
mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan terhadap pengikut-pengikut islam, yang
waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Juga terjadi pemboikotan terhadap pengikut-
pengikut islam dan terhadap Nabi Muhammad SAW. Bahkan pemboikotan ini di
tujukan kepada keluarga bani Hasyim dan Bani Abdul Mutholib, yang selalu
melindungi Nabi Muhammad SAW. Pemboikotan ini berlangsung selama kurang lebih
3 tahun. Pemboikotan ini bisa di pandang sebagai upaya orang kafir Quraisy untuk
melumpuhkan kekuatan kelompok orang-orang islam.5
Oleh karena tantangan kepada orang-orang itu sangat berat, kemudian Nabi
memutuskan kepada para sahabat untuk berhijrah ke Habsyah untuk sekedar mencari
tempat perlindungan. Tindakan ini di maksudkan Nabi di samping untuk memperluas
dakwah, juga mengisyaratkan ketidakberdayaan kaum muslimin untuk melakukan
perlawanan terhadap kafir Quraisy. Ini merupakan hijrah yang pertama di lakukan oleh
umat islam.
Perjalanan dan perjuangan dakwah pada periode ini sangat berat bagi beliau,
bahkan sampai pada tahun kelima kerasulan, jumlah peganut umat islam hanya 102
orang saja. Setelah Umar bin Khattab masuk pada tahun 616 M atau tahun keenam dari
kenabian rasul maka jumlah penganut islam secara berangsur-angsur terus bertambah
walaupun masih menjadi kaum yang tertindas. Masuknya Umar ke agama islam
menjadi daya dorong tersendiri dalam perkembangan islam.
Ketika Abu tholib dan istri beliau Siti Khadijah meninggal dunia pada masa
yang beriringan, tindakan kekerasan yang di lakukan kaum kafir terhadap umat islam
semakin bertambah. Ini karena memang Abu Tholib adalah tokoh di kalangan orang-
4 Ibid.,hal. 7.5 Ibid.,hal. 8.
orang kafir Quraisy dan Khadijah sendiri adalah tokoh yang terpandang. Abu Tholib
adalah figur yang di segani oleh orang-orang kafir Quraisy dan Khadijah adalah orang
melindungi dakwah Rasul. Khadijah juga sebagai istri Nabi yang selalu setia
mendampingi dan mendukung perjuangan Nabi. Meninggal keduanya tersebut membuat
pemuka kaum kafir Quraisy lebih leluasa melakukan kekerasan terhadap Nabi.
Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat menyedihkan, ruang gerak perjuangan
Nabi di kota Makkah semakin semakin sempit, maka Nabi berinisiatif untuk behijrah
dan berdakwah ke Thaif. Namun di luar dugaan, penduduk Thaif tidak senang dengan
kedatangan beliau. Dan akhirnya beliau kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Bahkan penduduk Thaif melakukan kekerasan terhadap Nabi dengan melempari beliau
dan pengikutnya dengan batu.6
Suasana sedih tampak pada diri Rasul. Pada saat itulah kemudian beliau di
perintah oleh Allah SWT untuk melakukan isra’ mi’raj. Peristiwa ini sangat
meneguhkan hati Nabi untuk melanjutkan perjuangannya, karena beliau telah melihat
kebesaran Allah SWT lewat isra’ mi’raj itu.
Ada beberapa hal yang perlu di simak bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan kum kafir Quaraisy menentang dakwah islam yang di lakukan Nabi
Muhammad SAW adalah sebagai berikut :
1. Adanya persaingan antar suku dan keturunan yang terdapat di Makkah dalam
berebut kekuasaan
2. Karena pertimbangan ekonomi, dalam hal ini orang kafir Quaraisy merasa
khawatir terhadap menurunnya dalam ekonomi dan perdagangan apabila mereka
menerima islam sebagai agama
3. Mereka ingin tetap mempertahankan agama mereka dan kepercayaan yang lama
yang sudah mereka anut secara turun temurun.
Tindakan keras kaum kafir Quraisy terhadap Rasulullah ini berakhir ketika umat
islam hijrah ke Madinah yang pada waktu itu di sebut sebagai Yasrib. Peristiwa hijrah
6 Ibid.,hal. 9-10
terjadi pada tahun 622 M yang sekaligus menjadi berakhirnya periode Mekkah pada
zaman Rasul.
Selama kurang lebih 13 tahun, Nabi telah berjuang gigih. Namun beliau belum
berhasil menciptakan suatu komunitas yang tauhidi yang sikap dan tindakannya sesuai
dengan pesan dan ajaran tauhid yang sebagaimana yang di cita-citakan, sebaliknya
beliau mendapatkan tantangan yang berat, oleh sebab itu selam di makkah eksistensinya
sebagai Rasul baru tampak pada dimensi kepemimpinan agama, sampai dengan
hijrahnya ke madinah dengan membawa perubahan-perubahanbesar terhadap tatanan
sosial masyarakat Madinah.
Peristiwa hijrah ini juga tidak bisa di lepaskan dari pertemuan Nabi dengan
beberapa orang di Yasrib yang berkunjung di kota Makkah pada tahun 621 M,
pertemuan ini berhasil mencapai kesepakatan menyatakan masuk islam dan berjanji
untuk mematuhi ajaran islam.
Orang-orang Yasrib ini pada tahun berikutnya datang kepada Nabi dan
menyatakan masuk islam. Selanjutnya, mereka meminta Nabi untuk pindah ke Yasrib
dan mereka berjanji akan membela dan membantu Nabi SAW.7
Menjelang usia yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisahkan diri
dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua hira, beberapa kilometer utara
Mekah. Di sana Muhammad mula-mula, berjam-jam, berhari-hari bertafakkur. Pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril muncul dihadapannya,
menyampaikan wahyu Allah yang pertama: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
mencipta, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu
Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan Qalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak
mereka ketahui” (QS. 96: 1-5).dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti
Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, Dia belum
diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama,
sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam
7 Ibid., hal. 11-12
keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya yakni QS. Al
Mudastsir: 1-7
Dengan turunnya yaitu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama beliau
melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan kalangan rekan-rekannya.
Karena itulah orang yang pertama menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat
dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri Khadijah kemudian saudara sepupunya Ali bin
Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun, lalu Abu bakar ,Ziad, Ummu Aimah.
Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah
perintah agar Nabi Muhammad menjalankan dakwahnya dilakukan secara terbuka.
Nabi mulai menyeru masyarakat umum kepada Islam dengan terang-terangan, baik
golongan bangsawan maupun golongan hamba sahaya, di awali dari penduduk mekah
kemudian penduduk dari negeri-negeri lain.
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul. Semakin banyak jumlah pengikut Nabi semakin keras pula
tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Ada lima faktor yang mendorong Quraisy
menentang seruan islam8 yaitu (1) mereka tidak dapat membedakan kenabian dan
kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk
kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. (2) Nabi Muhammad menyerukan
persamaan hak antara bangsawan dengan hambasahaya. (3) Para pemimpin Quraisy
tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
(4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan bangsa Arab. (5) Pemahat dan
penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara yang ditempuh oleh para pemimpin Quraisy untuk mencegah
dakwah Nabi Muhammad. Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu gagal, tindakan
kekerasan fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Kekejaman
oleh penduduk mekah terhadap kaum muslimin itu mendorong Nabi Muhammad untuk
mengungsikan sahabat-sahabatnya keluar mekkah. Pada tahun kelima kerasulannya,
Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian karena raja
negeri itu adalah orang yang adil. Orang-orang Quraisy berusaha menghalangi kaum
8 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983) hlm. 87-90.
muslimin hijrah ke Habsyah dengan membujuk Negus (Raja Habsyah) agar menolak
kehadiran umat islam disana, namun usaha itu gagal. Meningkatnya kekejaman kaum
Quraisy terhadap kaum muslim ada dua tokoh besar Quraisy yang masuk islamya itu
Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk islamnya kedua tokoh besar ini posisi
umat islam semakin kuat.
Menguatnya posisi umat islam memperkeras reaksi umat Quraisy. Mereka
menempuh cara baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada
perlindungan Bani Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaumMuslimin
yang di pimpin oleh Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih
dahulu secara keseluruhan. Cara yang ditempuh yaitu pemboikotan, mereka
memutuskan hubungan dengan suku ini, tidak seorangpun penduduk Mekah
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibat boikot
tersebut Bani Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan dan kesengaraan yang tidak ada
bendingannya. Kemudian Bani Hasyim pindah kesuatu lembah untuk meringankan
penderitaanitu. Pemboikotan itu terjadi pada tahun ke 7 kenabian selama 3 tahun.
Pemboikotan itu berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa
apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan. Lalu Bani Hasyim
seakan dapat bernafas lagi dan kembali kerumah masing-masing. Namun setelah itu
Abu Thalib, paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya meninggal dunia dan
tiga hari setelahnya Khadijah, istri Nabi meninggal dunia pula.
Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisyra’ dan
memi’rajkan Beliau pada tahun ke 10 kenabian itu. Setelah peristiwa isra’ mi’raj, suatu
perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan datang dari
sejumlah penduduk Yassrib yang berhaji ke Mekah, mereka terdiri dari suku ‘Aus dan
Kharaj, masuk Islam dalam tiga gelombang. Pertama pada tahun ke 10 kenabian, kedua
pada tahun 12 kenabian terdiri dari sepuluh orang suku Kharaj dan dua orang suku ‘Aus
serta seorang wanita menemui Nabi di suatu tempat yang bernama Aqabah, di hadapan
Nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi, ikrar ini disebut perjanjian
Aqabah pertama. Pada musim haji berikutnya jamaah yang datang dari Yatsrib
berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib , mereka meminta pada Nabi agar
berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman.
Perjanjian ini disebut perjanjian Aqabah kedua.
Setelah kaum Quraisy mengetahui adanya perjanjian tersebut, mereka semakin
gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Dalam waktu dua bulan hamper
seluruh kaum muslimin telah meninggalkan kota Mekah, hanya Ali dan Abu Bakar
yang tetap tinggal di Mekah bersama Nabi. Keduanya membela dan menemani Nabi
sampai Ia pun hijrah keYatsrib karena Quraisy sudah merencanakan akan
membunuhnya.9
Dalam perjalanan ke Yatsrib Nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di
Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilimoter dari Yatsrib, Nabi beristirahat
selama beberapa hari. Dihalaman rumah ini Nabi membangun masjid, inilah masjid
pertama yang dibangun Nabi sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian Ali
menggabungkan diri dengan Nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah.
Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang
mereka tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-
elukan kedatangannya dengan penuh kegembiraan. Sejak itu sebagai penghormatan
kepada Nabi ,nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatul Nabi (kota Nabi) atau sering
disebut pula Madinatul Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sinilah sinar
Islam memancar keseluruh dunia.
Setelah menerima wahyu yang kedua ini Nabi mulai mengerjakan tugas kerasulan
dengan melaksanakan dakwah islamiyah. Tugas ini dilakukan dalam dua periode :
1. Periode Mekah (610-622 M/ 13 SH-1 H)
Pada masa ini Nabi Muhammad SAW. Dalam menjalankan misinya bersifat individu
dan difokuskan pada masalah aqidah dan Akhlak. Untuk pelaksanaannya secara bertahap, hal
ini disesuaikan dengan wahyu yang turun, yaitu:
a. Rahasia. Pada tahapan ini, Nabi Muhammad SAW. menyampaikan ajaran agama islam
hanya pada keluarganya sendiri dan teman-teman dekatnya. Merek yang bisa diajak
masuk islam antara lain adalah isterinya, khadijah ra., Ali ibn Thalib, Zaid ibn Haritsah,
Abu bakar Ash-shiddiq, utsman ibn Affan, Zubair ibn Awwam, Saad ibn Abi Waqash,
9Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 24-25.
Thalhah ibn Ubidilah, Abdurrahman ibn ‘Auf, Abu Ubaidah ibn Jarrah, Arqam ibn Abil
Arqam, Bilal ibn Rabbah dan beberapa penduduk makkah yang lain. Mereka ini disebut
dengan Assabiqunal Awwalun. Rasulullah mengajarkan islam kepada mereka dirumah
Arqam ibn Abil Arqam dan mereka menjalankan agama baru ini secara sembunyi-
sembunyi sekitar 3 tahun. Dakwah Nabi semakin hari semakin mendapat pengikut,
sehingga dalam waktu 3-4 tahun tercatat 40 orang yang beriman.
b. Semi rahasia. Tahapan ini dilakukan berdasarkan wahyu yang turun surat As-syu’ara
(26) ayat 214, yang artinya:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
Berdasarkan ayat tersebut diatasa, maka beliau menyebarkan islam kepada
kaum keluarganya yang lebih luas, termasuk bani Muthalib dan bani Hasyim. Ketika
mereka berkumpul Nabi bersabda yang artinya:
“Menurut yang saya ketahui belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk
kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk
kamu segala kebaikan dunia dan akhirat.”
Perkataan Nabi ini disambut baik dan dibenarkan oleh sebagian mereka, tetapi
sebagian mendustakannya termasuk paman Nabi SAW. Abu lahab dan isterinya. Abu
lahab berkata: Celakalah engkau! Apa inikah kami engkau panggil? Berkaitan dengan
perilaku abu lahab ini Allah berfirman dalam surat Al-lahab yang artinya:
“Binasalah hendaknya kedua tangan Abu lahab, dan binasalah Abu lahab itu, hartanya
dan apa yang telah diusahakannya tidak memberi faedah kepadanya. dia akan
dimasukkan kedalam neraka yang bergejolak, begitu juga isterinya pemikul kayu bakar
itu. Pada lahar isterinya tali dan serat-serat.” (Q.S Al-lahab [111] :1-5)
c. Demonstratif atau terang-terangan. Tahapan ini juga dilakukan berdasarkan wahyu
yang turun yaitu surat Al-Hijr ayat 94 yang artinya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” QS Al-Hijr [15] ayat 94.
Adanya perintah ini mulailah Nabi Muhammad SAW. Melaksanakan dakwah
islamiyah secara terang-terangan ke segenap lapisan masyarakat, baik kaum bangsawan maupun
hamba sahaya serta kerabatnya sendiri juga atau orang-orang jauh. Mula-mula beliau menyeru
kepada penduduk makkah, kemudian penduduk negeri lain, serta orang-orang yang datang ke
mekkah untuk mengerjakan Haji.
Dakwah yang disampaikan Nabi SAW. Ini mendapat penolakan masyarakat Quraisy.
Penolakan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, aitu:
a. Lunak. Cara ini dilakukan dengan menyebar propaganda bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah seorang pembohong, penjahat, gila dan juga membuat perpecahan dikalangan
bangsa arab dan lain-lain. Propaganda ini tidak berhasi mempengaruhi masyarakat,
lagipula semenjak belum diutus menjadi Nabi beliau sudah mendapat Al-Amin, maka
kaum Quraisy meningkatkan penolakannya.
b. Semi lunak, yaitu dengan membujuk Nabi Muhammad SAW untuk menghentika
dakwah islamiyah. Jika beliau mau hendak diberikan kesenangan duniawi seperti tahta
yang tinngi, harta yang banyak serta wanita yang disukai. Semua yang ditawarkan oleh
kaum Quraisy tidak menggiurkan hati bahkan Nabi bertambah semangat untuk
melakukan dakwah islamiyah, meskipun penolakan-penolakan terus dilancarkan oleh
mereka.
c. Kasar/keji, yaitu dengan melakukan penyiksaan atau penganiyayaan baik secara fisik
maupun non fisik.
Perlakuan masyarakat Quraisy yang begitu kasar dan keji terhadap pengikut Nabi
Muhammad SAW. Menurut Yoseph Hella yang dikemukakan oleh K.Ali bahwa perlawanan
masyarakat mekkah/Quraisy bukanlah semata-mata penolakan terhadap ajaran tauhid islam
yang dibawa Nabi SAW tetapi justru dikarenakan ajaran islam itu menghendaki perombakan
sosial dan politik yang mengacam posisi mereka. Menurut mereka, ajaran islam bertentangan
dengan dasar keyakinan, serta merombak tatanan sosial politik yang sudah mapan. Mereka
menganggap bahwa kebangkitan islam identik dengan keruntuhan posisi sosial politik mereka,
dan menjadi perintangannya. Ka’bah dengan ratusan berhala disekelilinganya pada saat itu
merupakan sumber income yang besar dan utama sejumlah tokoh-tokoh Quraisy, sedang islam
menganjurkan untuk meningalkan sistem keberhalaan yang merupakan sentral dari sistem
politik dan keyakinan masyarakat Quraisy, maka jika masyarakat mengikuti ajaran Nabi
Muhammad SAW. Niscaya tamatlah simbol kekuasaan sosial politik pemuka Quraisy, karena
itu mereka menghasud masyarakat Quraisy agar menetang, melawan dan memusuhi Nabi
Muhammad SAW dan islam serta tidak hanya itu mereka melakukan kekejaman dan penyiksaan
pada pengikut Nabi terutama kaum budak, faqir miskin dan rakyat bawahan. Sedangkan Nabi
mendapat perlindungan dari isterinya Khadijah dan pamannya Abu thalib yang pada saat itu
khadijah sebagai konglomerat yang menguasai perdagangan dinegeri arab saat itu, sedangkan
Abu thalib sebagi syaihul kabilah, yang berarti Nabi SAW mendapat perlindungan dari sisi
ekonomi dan politik.
A. Hijrah ke Habsyi/Abbesinia
Penolakan-penolakan kaum Quraisy yang diiringi dengan penyiksaan-penyiksaan dan
penganiyaan diluar batas prikemanusiaan terhadap orang-orang mukmin membuat hti hati Nabi
SAW sangat menderita. Karena itu Nabi menyarankan kepada mereka untuk berhijrah ke negeri
tetangga yaitu Abbenesia atau Habsyi.
Hal ini didasarkan pada dua hal yaitu:
1. Raja Habsyi yang bernama Najasyi atau Negus adalah raja yang adil dan bijaksana,
sehingga tidak mungkin akan berbuat sewenang terhadap kaum muslimin.
2. Kaum Quraisy tidak memiliki pengaruh besar terhadap Habsyi.
Atas pertimbangan itulah para pengikut Nabi melaksanakan hijrah ke Habsyi atau
Abbesinia dengan dua tahap. Tahap pertama dipimpin oleh ustman bin Affan ra pada bulan
ketujuh tahu kelima kenabian (615 M), sebelas laki-laki termasuk ustman bin affan dan 4 wanita
berangat hijrah ke Habsyi. Mereka diterima dengan baik oleh raja Habsyi. Ketika pemuka
Quraisy mendengar kaum mukminin berhijrah, mereka mengirim dua utusan yaitu Amru
binAsh dan Amru bin Walid guna meminta kepada Raja najasi (Negus) penguasa Habsyi agar
kaum muslimin/mukminin diusir dan dilarang berada disana, namun sang raja justru melindungi
kaum muslimin, mereka mendapatkan keamanan dan diperbolehkan menetap di daerah tersebut
tanpa batas waktu. Alasan yang dikemukakan pemuka Quraisy adalah kaum muslimin telah
menghancurkan kehormatan dan juga membuat perpecahan diantara mereka. Penolakan yang
dilakukan Raja Habsyi ini menyebabkan pemuka Quraisy semakin kejam dalam menyiksa dn
menganiyaya kaum muslimin. Karena itu Nabi menyarankan kaum muslimin yang masih
tinggal di mekkah agar mengikuti jejak saudaranya hijrah ke Habsyi. maka hijrahlah mereka
tahap kedua dipimpin oleh Hamzah ibn Adul Muthalib dengan jumlah yang lebih besar yaitu
101 orang diantara mereka ada 18 wanita. hijrahnya kaum muslimin ke negeri Habsyi itu
menggoncangkan kaum Quraisy. Mereka berkeyakinan bahwa dega hijrah itu, kaum muslimin
akan nertebaran kesegenap penjur, dan dimana mereka berada tentu akan berdakwah. Dengan
demikian peribadatan kepada Allah akan menang dan dapa mengalahkan peribadatan kepada
patung-patung. Sekarang mereka beralih langkah dan terpusat pada pembangun gerakan itu
yaitu Muhammad SAW mereka mencoba menindas atau membujuknya agar menghentikan
seruan kepada agama baru itu, Nabi Muhammad tak tergiur oleh rayuan, bujukan dan janji-janji
kesenangan duniawi. Bahkan Nabi Muhammad SAW dengan tegas menyatakan:
“Demi Allah, andaikata mereka meletakkan matahari di kananku, dan bulan di kiriku aku
tidak akan berhenti dari menyeru agama Allah, hingga agama itu menang atau binasa
karenanya.”
Pada saat Nabi Muhammad SAW sedang semangat dan tabah menyeru agama islam,
disamping kaum Quraisy menentang sekuat-kuatnya, terjadilah peristiwa penting yaitu dua
tokoh Quraisy yang masuk islam yaitu Hamzah dan Umar ibn Khattab ra. Dua orang ini
terkenal kuat dan keras. Dengan masuknya kedua orang ini kedalam golongan kaum muslim ini
islam menjadi kuat dan harapan akan kemenangan bertambah. Peristiwa ini pertanda
kemenangan perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW hal ini terjadi pada tahun ke-lima
masa kenabian. Akan tetapi dengan masuknya kedua orang ini kedalam agama islam,
menimbulkan reaksi yang kuat dari kaum Quraisy. Kaum Quraisy berkeyakinan bahwa
membiarkan Muhammad SAW menyeru agama akan memberi kemenangan bagi agama
tersebut. Lebih-lebih agama islam telah mulai menarik perhatia orang-orang yang terkenal kuat
seperti Hamzah dan Umar ibn Khattab ra.
B. Isra Mi’raj
Perjalanan ini dapat dikatakan sebagai rihlah ilmiyah dan rihlah diniyah, karena
perjalanan ini memberi hiburan kepada Nabi SAW yang sedang susah dan juga beliau
diperlihatkan orang-orang yang berjuang dijalan Allah ternyata semuanya mengalami demikian
namun pada akhirnya mendapat kemenangan dan kebahagiaan. Dalam hal ini Nabi SAW
mendapat perintah shalat fardhu 5 kali sehari semalam dan juga mendapat pengalaman yang
sangat berharga serta luar biasa dalam teknik transportasi serta komunikasi canggih yang pada
saat itu belum dikenal oleh masyarakat. Memang agak sukar bagi generasi masa itu (lampau)
untuk mempercayai kebenaran peristiwa ini, bila tidak didahului keyakinan bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya. Berbeda dengan generasi
sekarang tidaklah sukar untuk mempercayainya, apalagi setelah menyaksikan satelit bumi
buatan Rusia mengelilingi bumi dalam kecepatan yang menakjubkan. Ditambah lagi dengan
munculnya radio, televisi, telepon seluler dan lain-lain.
C. Perjanjian Aqabah
Peristiwa isra mi;raj yang dialami Rasulullah SAW ini dijadikan alat oleh kaum
Quraisy untuk menjatuhkan beliau. Mereka mendatangi para jamaah haji yang datang ke
mekkah guna menyampaikan berita ini yang menurut mereka tidak masuk akal, sehingga kaum
Quraisy menyatakan hanya orang yang bodoh dan gila yang percaya atas peristiwa tersebut.
Berita ini justru memberikan penasaran bagi orang yang berkunjung ke kota mekkah, terutama
orang yatsrib dari suku khazraj. Mereka menemui Nabi SAW guna mendengarkan apa yang
sebenarnya terjadi. Setelah mendengarkan penjelasan dari Nabi SAW., mereka langsung
menyataangkan keislamannya, setelah itu mereka pulang ke yatsrib. Padam tahun berikutnya
(621 M) 10 orang khazraj dan 2 orang suku Aus serta seorang wanita bernama Afra’ binti Abid
ibn Tsa’labah datang menemui Nabi dan menyatakan keislamannya. Selanjutnya diadakan suatu
perjanjian yang dikenal dengan perjanjian Aqabah yang pertama, diantara isinya adalah tidak
akan mencuri, berbohong, tidak minum khamr serta tidak menyembah selain Allah. Waktu
mereka kembali ke Yatsrib Nabi mengirim Mus’ab ibn Umair bersama mereka guru pengajar
agama islam. Mus’ab bekerja dengan giat sehingga banyak panglima dan pemimpin menganut
agama islam. Beberapa saat kemudian mus’ab pulang ke mekkah melaporkan kondisi yang ada
disana, seperti pemeluk islam bertambah dan dakwah islam berkembang dengan pesat.10
Dalam periode ini, pengembangan Islam lebih di tekankan pada dasar-dasar
pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan social kemasyarakatan. Oleh karena itu,
Nabi kemudian meletakan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah, sebagai berikut:
1. Mendirikan masjid. Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk
mempersatukan umat Islam dalam datumajelis, sehingga di majelis ini umat
Islam bias bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili
perkara-perkara dan bermusyawarah.
2. Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin.
Dengan cara mempersaudarakan kedua golongan ini, Rasulullah telah
menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan agama pengganti persaudaraan
yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
3. Perjanjian saling membantu antara sesame kaum muslim dan bukan muslim.
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat baru.
A. Pertentangan antara KaumYahudidanMuslimin.
10 Buku karangan bu fatihah,
Sikap ingkar janji yang dilakukan kaum Yahudi mulai terlihat, ketika
terjadinya perang pertama dalam sejarah Islam yang dikenal dengan Perang Badar
, yakni perang antara kaum Muslimin dengan musyrik Quraisy, kurang lebih 120
km dari Madinah. Dalam peperangan ini, kaum Muslimin menangatasi kaum
musyrikin, namun orang-orang Mekah memerangi Nabi.
Pengkhianatan kaum Yahudi yang lain adalah dengan bergabungnya kaum
Yahudi dengan orang-orang kafir untuk menyerang Madinah, dengan cara
mengepung Madinah (Perang Ahzab atau Perang Khandaq). Namun, usaha
pengepungan tidak berhasil yang pada akhirnya dihentikan. Sementara itu,
pengkhianat-pengkhianat Yahudi Bani Kuroizah dijatuhi hukuman mati.11
B. Perjanjian Hudaibiyah.
Padatahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, Nabi Muhammad
dengan sekitar seribu kaum muslimin berangkat ke Mekah bukan untuk
berperang, tetapi untuk melaksan akan ibadah umroh. Namun, penduduk Mekah
tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian Hudaibiyah
yang isinya antara lain sebagai berikut:
1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi ka’bah tahun itu, tetapi
ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi hanya sampai tiga hari.
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang
melarikan diri ke Madinah, namun sebaliknya pihak Quraisy tidak harus
menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah.
4. Selama sepuluh tahun, diberlakukan gencatan senjata antara masyarakat
Madinah dan Mekah.
5. Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau
kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.
C. Fathu Mekah
Setelah dua tahun perjanjian berlangsung, dakwah Islam sudah
menjangkau seluruh jazirah Arab, hingga hamper ke pelosok jazirah Arab. Hal
11Samsul Munir Amin, SejarahPeradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2015) hlm. 70.
tersebut membuat orang-orang kafir Mekah khawatir dan merasa terpojok, oleh
Karena itu, orang-orang kafir Quraisy secara sepihak melanggar perjanjian
Hudaibiyah. Melihat hal ini, Nabi kemudian bersama dengan sepuluh tentara
bertolak ke Mekah untuk menghadapi kaum kafir. Dan tanpa perlawanan berarti,
Nabi pun dapat menguasai Mekah. Meski demikian, masih ada dua suku Arab
yang masih menentang, yaitu Bani Tsaqif dan Bani Hawazim. Kedua suku ini
kemudian bersatu untuk memerangi Islam. Mereka ingin menuntut atas
penghancuran berhala-berhala yang dihancurkan Nabi Muhammad dan umat
Islam pada waktu penyerbuan Mekah. Akan tetapi, mereka dapat dengan mudah
ditaklukan.
Melihat kenyataan bahwa kekuasaan Islam mulai mengancam wilayah
Romawi , maka Heraclius menyusun pasukan untuk mengantisipasinya. Namun,
setelah melihat kekuatan pasukan Islam, akhirnya mereka mengundurkan diri.12
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Masa kerasulan Muhammad S.A.W. dibagi menjadi dua periode, yaitu periode
Mekah dan Madinah.
12Ibid, hlm.71.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Fuadi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:Teras, cet. 1.
Syalabi, Ahmad. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.