Soal Adelin Lis Versi Riau

Post on 21-Jun-2015

2.329 views 1 download

Transcript of Soal Adelin Lis Versi Riau

1

PEMBALAKAN LIAR (ILLEGAL LOGGING): DOSA SIAPA?

2

Kesadaran akan eksistensi hutan adalah kepentingan umat

manusia untuk menjaga lingkungan dari segala akibat

kerusakan yang akan terjadi maka kesadaran semesta adalah

keharusan

3

Penegakan Hukum

UU Kehutanan

UU TIPIKOR

UU Lingkungan

Kerusakan Hutan Kerugian NegaraPencemaran &Perusakan LH

4

5

Pasal 50

1. Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana hutan.

2. Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan,izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan

6

3. Setiap orang dilarang:a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau

menduduki kawasan hutan secara tidak sah;b. merambah kawasan hutanc. melakukan penebangan pohon dalam kawasan

hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:1. 500 meter dari tepi waduk atau danau;2. 200 meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di

daerah rawa;3. 100 meter dari kiri kanan tepi sungai4. 50 meter dari kiri kanan tepi anak sungai;5. 2 kali kedalaman jurang dari tepi sungai;6. 130 kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah

dari tepi pantai

7

d. membakar hutan;

e. menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang;

f. menerima, membeli atau menjual .... hasil hutan yang tidak sah;

g. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri;

h. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi dengan SKSHH

8

9

Pasal 781) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 50 ayat (1) atau Pasal 50 ayat (2), diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

3) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

4) Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah).

5) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf e atau huruf f, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

10

Pasal 786. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

7. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf h, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

8. Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

9. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf j, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

10. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf k, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

11

Pasal 7811) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 50 ayat (3) huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

12) Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3) huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

13) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11) adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dan ayat (12) adalah pelanggaran.

14) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing ditambah dengan 1/3 (sepertiga) dari pidana yang dijatuhkan.

15) Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau alat-alat termasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas untuk Negara.

12

13

LARANGAN DLM UU PLHPasal 41

1. Barangsiapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

14

LARANGAN DLM UU PLHPasal 42

1. Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

15

LARANGAN DLM UU PLHPasal 43

1. Barangsiapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat, energi, dan/atau komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Diancam dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), barang siapa yang dengan sengaja memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain.

3. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling banyak Rp. 450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta rupiah).

16

LARANGAN DLM UU PLHPasal 44

1. Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, karena kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

17

LARANGAN DLM UU PLHPasal 45

Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiganya.

18

LARANGAN DLM UU PLHPasal 46

1. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana serta tindakan tata tertib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain tersebut maupun terhadap mereka yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau yang bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.

19

LARANGAN DLM UU PLHPasal 46

2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini, dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, dan dilakukan oleh orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain, yang bertindak dalam lingkungan badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana dijatuhkan terhadap mereka yang memberi perintah atau yang bertindak sebagai pemimpin tanpa mengingat apakah orang-orang tersebut, baik berdasa hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain, melakukan tindak pidana secara sendiri atau bersama-sama.

20

LARANGAN DLM UU PLHPasal 46

3. Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat-surat panggilan itu ditujukan kepada pengurus di tempat tinggal mereka, atau di tempat pengurus melakukan pekerjaan yang tetap.

4. Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, yang pada saat penuntutan diwakili oleh bukan pengurus, hakim dapat memerintahkan supaya pengurus menghadap sendiri di pengadilan.

21

LARANGAN DLM UU PLHPasal 47

Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Undang-undang ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup dapat pula dikenakan tindakan tata tertib berupa:

1. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan atau

2. Penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan; dan/atau 3. Perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau 4. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak;

dan/atau 5. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau 6. Menempatkan perusahaan di bawah pengampunan paling

lama 3 (tiga) tahun

22

No. PEJABAT MASALAH1. PEMBERI IZIN Tidak Cermat

Tidak Melakukan Monitoring

Tdk Melakukan Penindakan

2. PPNS Tdk melaksanakan fungsi pengawasan

Tdk Melakukan Fungsi Penindakan

3. POLISI Pelenyapan cukong

Politik Ekonomi

Hambatan Politik

Hambatan Klasik

Lamban

4. JAKSA Pelenyapapan Cukong

Politik Ekonomi

Hambatan Politik

Pelemahan tuntutan

5. PENGADILAN Politik Uang

Lemahnya Fungsi Pengawasan PT, MA dan KY

Tidak adanya hukuman bg hakim siluman/setan

Kelemahan Penegakan Hukum

23

Putusan PN Medan

1. Adelin Lis dituntut melakukan illegal logging di hutan Mandailing Natal hingga negara rugi sebesar Rp 227 triliun.

2. Dia dituntut dengan Pasal 2 Ayat (1) junto Pasal 18 UU Tipikor dan Pasal 50 Ayat (2) junto Pasal 78 UU Kehutanan.

3. Hakim berkesimpulan, dakwaan Jaksa tidak terbukti. Hakim hanya menganggap terdakwa melakukan perbuatan yang tidak mentaati aturan Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI).

4. Hakim menganggap, perbuatan itu bukan perbuatan pidana (delik) – ini hanya perbuatan melanggar izin atau hukum administrasi, yang harus dijatuhkan hukuman administrasi oleh Menteri Kehutanan sebagai pejabat pembei izin.

5. Hakim PN Medan membebaskan Adelin Lis dari semua tuntutan pidana, baik korupsi maupun illegal logging

24

25

Unsur Psl. 2 UU Tipikor

1) setiap orang;

2) secara melawan hukum;

3) melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; dan

4) perbuatan itu dapat merugikan keuangan negara atau perekonornian negara.

26

Majelis Hakim

• Unsur No. 2 (melawan hukum) adalah unsur yang dipersoalkan oleh PN Medan, yang menganggap bahwa perbuatan Adelin Lis memang melanggar Pasal 50 Ayat (2) UU Kehutanan tapi PN Medan mengklasifikasikan perbuatan itu sebagai pelanggaran aturan atau izin TPTI, jadi bukan perbuatan pidana.

• Karena bukan perbuatan pidana, PN Medan berkesimpulan bahwa unsur melawan hukum Pasal 2 UU TIPIKOR tidak terpenuhi. Maka dari itu, PN Medan membebaskan Adelin Lis dari jeratan Pasal 2 UU TIPIKOR.

27

The Man on the Street

Putusan PN Medan sudah tepat karena perbuatan terdakwa yang hanya melanggar izin bukan perbuatan pidana atau perbuatan melawan hukum, seperti pandangan Menteri Kehutanan

28

LAW ENFORCEMENT-HARMING OPINION

29

LEGAL REASONING

• pandangan hakim PN Medan jelas sangat superfisial karena hakim hanya mengartikan illegal logging sebagai perbuatan menebang kayu di areal yang tidak ada izin. Dengan kata lain, kalau penebangan kayu dilakukan dalam kawasan yang sudah ada izin tidak dapat diklasifikasi sebagai illegal logging.

• Disinilah letak kekeliruannya. Hakim menyamaratakan saja permasalahannya. Izin TPTI jelas ada persyaratan ukuran kayu yang boleh ditebang. Kalau kayu yang ditebang tidak sesuai dengan ketentuan TPTI, maka penebagan itu juga harus diklasifikasikan sebagai illegal logging.

30

LEGAL REASONING

• Illegal logging harus diartikan sebagai penebangan kayu secara melawan hukum. Melawan hukum disini termasuk melawan peraturan perundang-undangan seperti perizinan.

• Dalam hukum pidana, perbuatan pidana melanggar izin ini disebut delik formil (administrative-dependent crime), yaitu suatu perbuatan dianggap perbuatan pidana dengan melanggar izin an sich tanpa perlu membuktikan timbulnya akibat dari perbuatan.

• Pasal 50 ayat (2) Juncto Pasal 78 ayat (1) UU Kehutanan dengan jelas menggambarkan bahwa perbuatan melanggar izin termasuk izin TPTI dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

• Dengan demikian rasanya, pandangan hakim PN Medan sungguh bertentangan dengan roh Pasal 50 ayat (2) Juncto Pasal 78 ayat (1)

31

Unsur Pasal 50 (2) UU Kehutanan

1. Setiap orang;2. dengan sengaja;3. melanggar izin usaha pemanfaatan

kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu; serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu; dan

4. menimbulkan kerusakan hutan.

32

Pembuktian Unsur1. Adelin Lis bukan orang yang dikecualikan oleh

Pasal 44, 48, 49 dan 50 KUHP. Oleh karena itu dia dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

2. Unsur sengaja dapat dibuktikan dengan dan perbuatannya yang menebang kayu secara berencana melanggar ketentuan TPTI.

3. Unsur melanggar izin jelas terpenuhi karena dia mengeluarkan kayu tidak berdasarkan ketentuan izin TPTI.

4. Unsur keempat juga terpenuhi karena perbuatan menebang kayu yang belum sepantasnya ditebang jelas akan menimbulkan kerusakan hutan.

33

Teori Pemidanaan 1. Untuk dapat dipidana atau tidaknya sipembuat bukan saja

bergantung pada apakah ada perbuatan pidana atau tidak, melainkan pada apakah si terdakwa tercela atau tidak karena telah melakukan perbuatan pidana itu.

2. Karena saat ini Pemerintah menyatakan genderang perang terhadap illegal logging, maka bila perbuatan itu dilakukan juga oleh seseorang, dia dapat dianggap tercela. Faktor inilah barangkali yang tidak dipertimbangkan oleh majelis hakim dalam perkara Adelin Lis.

3. Seandainya hakim memahami teori pemidanaan dengan baik, maka putusan yang harus dijatuhkannya adalah kebalikan dari apa yang terjadi sekarang

34

Abiotic Community

Melamin

Pulai

Rumput

Piramida KehidupanHutan

Ular

Kodok

Nyamuk

Piramida KehidupanHewan

Biotic Community

Biotic Community

Lahan

35

Teori Pertanggungjawaban Pidana• Dalam ruang lingkup asas pertanggungjawaban pidana,

disamping kemampuan bertanggungjawab, kesalahan (schuld) dan melawan hukum (wederechtelijk) sebagai syarat untuk pengenaan pidana, perbuatan tersebut membahayakan masyarakat.

• Illegal logging jelas merupakan perbuatan yang membahayakan lingkungan hidup dan ekosistemnya dan dapat mengakibatkan kemelaratan pada bangsa Indonesia.

• Tidak itu saja, hutan berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida (carbon absorber) dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global (global warming). Dengan demikian perbuatan illegal logging juga membahayakan masyarakat dunia karena itu pelakunya pantas dan patut dihukum.

36

Judicial Activism (Aktivisme Hukum)

• hakim hendaknya harus berani melakukan breaking the rule. Katakanlah, hakim berkeyakinan bahwa perbuatan melanggar TPTI secara hukum tidak merupakan perbuatan pidana. Tapi majelis hakim perkara Adelin Lis pasti tau bahwa illegal logging merupakan masalah multi dimensional yang menimbulkan akibat multidimensi yang dapat memperburuk kondisi lingkungan dan kondisi ekonomi bangsa dan negara.

• Untuk itu hakim harus lebih progresif dengan melanggar keyakinannya sendiri, yang belum tentu juga benar.

37

Terimakasih atas

Perhatiannya

38

No. Peruntukan/Jenis Luas

1. Hutan Produksi 35,2 Jt. Ha.

2. Hutan Produksi Terbatas 23,06 Jt. Ha.

3. Hutan Lindung 33,5 Jt. Ha.

4. Suaka Alam & Hutan Wisata 19 Jt. Ha.

5. Hutan Konversi 20,5 Jt. Ha.

TABEL 1Luas Wilayah Hutan Indonesia

39

Undang-Undang No. 41/1999

Pasal 23 Pasal 33

Kesejahteraan masyarakatdan menjaga kelestariannya

Prinsip pembangunanberkelanjutan dan

daya dukung ekosistem

PP No. 34/ 2002 ttg Tata Hutan dan PenyusunanRencana Pengelolaan Hutan Pemanfaatan Hutan dan

Penggunaan Kawasan Hutan

40

PencegahanKebakaran Hutan dan Lahan

1. Sebelum 1985: tidak ada aturan ttg pelarangan pembakaran hutan;

2. Azas legalitas/nullum delictum: tdk org/BH dpt dimintakan peretanggungjawaban pidana;

3. PP No. 28/1985: melarang kegiatan yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan;

4. Kep. Dirjen Perkebunan N0.38/KB-110/SK/DJ.BUN/05.95: Zero Burning;

41

PencegahanKebakaran Hutan dan Lahan

5. Kep. Direktur Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 47/Kpts/DJ-VI/1997: Controlled Burning;

6. UU No. 41/1999: Pembakaran Hutan menjadi perbuatan terlarang;

7. PP No. 4/2001: Kebakaran lahan menjadi perbuatan terlarang;

8. PP No. 4/2001: pemilik kegiatan (kehtanan & perkebunan bertanggung jawab atas kebakaran yg terjadi di wil. konsesinya.

42

UU No. 23/1997 &UU No. 41/1999

Tanggung jawab subyek hukum

Mencegah pencemaran

Mencegahkerusakan LH

43

Societas delinquere non potest

CORPORATE CRIME

44

SEMENJAK DIUNDANGKANNYAUU NO. 23/1997

13 KASUS PIDANALINGKUNGAN

1 KEJAHATANKORPORASI

PUTUSAN PN BANGKINANGC. GOBI

45

PUTUSAN PN BANGKINANG

MENGECEWAKANPAKAR HUKUM LH

TDK MENIMBULKANEFEK PENJERA

(DETERRANT EFFECT)

TDK MEREFLEKSIKANKETENTUAN SANKSI

PIDANA DLMUU NO. 23/1997

46

CORPORATE CRIME(KEJAHATAN KORPORASI)

FACTUAL LEADER INSTRUCTION GIVER

FUNCTIONAL PERPETRATOR

47

CARA MENENTUKAN ADANYACORPORATE CRIMINAL LIABILITY

KRITERIA SLAVENBURG

Pemimpin korporasi merupakan fungsionaris yg dpt

menghentikan atau mencegah perilaku pidana

Pemimpin korporasi mema-hami bhw pelanggaransangat mungkin terjadi

48

TINDAKAN TATA TERTIB(PASAL 47)

• Perampasan fruit of crimes

• Penutupan seluruhnya/sebagian perusahaan;

• Perbaikan akibat tindak pidana;

• Mengerjakan apa yang dilakukan tanpa hak;

• Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak;

• Menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 tahun