Post on 04-Oct-2021
SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL
DALAM UPAYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PEDESAAN DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
OLEH
AHMAD YUSUF RANGKUTI
130501048
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
ABSTRAK
STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL DALAM
UPAYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DI
KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang harus disusun
oleh stakeholders dalam pembangunan daerah tertinggal di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Perumusan strategi ini didukung dengan mengidentifikasi
tingkat ketimpangan potensi fisik wilayah dan tingkat pemerataan pembangunan
antar wilayah yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan (evaluasi) dalam menyusun rencana-
rencana atau strategi pembangunan daerah tertinggal dalam rangka mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu wilayah, serta dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan (referensi) untuk penelitian selanjutnya.
Hasil analisa matriks EFE menunjukan bahwa skor bobot faktor strategis
eksternal diperoleh sebesar 2.547 artinya bahwa dalam pembangunan daerah
tertinggal, menunjukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sedang berusaha untuk
memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman. Elemen peluang dan
ancaman bagi pembangunan daerah tertinggal masing-masing bernilai skor bobot
sebesar 1.673 dan 0.874. sedangkan skor bobot faktor strategis internal sebesar
2.362 menunjukan bahwa posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum
sepenuhnya mampu mengatasi kelemahan dan menggunakan kekuatan untuk
pembangunan daerah tertinggal, dengan skor bobot untuk faktor kekuatan dan
kelemahan masing-masing bernilai skor bobot sebesar 1.649 dan 0.713.
Berdasarkan matriks SWOT dan hasil analisis matriks QSP menunjukan
bahwa strategi yang menjadi prioritas utama adalah meningkatkan akses
kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan kabupaten yang
dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan dengan nilai (TAS) sebesar
6.079. Adapun nilai TAS terendah pada strategi membangun database dan
menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana alam dengan nilai TAS 4.642.
Kata Kunci : Strategi Pembangunan, Pengembangan Daerah Tertinggal,
Ekonomi Pedesaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
ABSTRACT
DEVELOPMENT STRATEGY OF AREA DISTRIBUTED IN THE
EFFECT OF THE ECONOMIC RECONSTRUCTION DEVELOPMENT IN
REGENCY OF SOUTHERN LABAHBATU
This study aims to formulate strategies that should be formulated by
stakeholders in the development of disadvantaged areas in the South Labuhanbatu
regency. The formulation of this strategy is supported by identifying the level of
inequality of the physical potential of the region and the level of equity of
development between regions that occurred in South Labuhanbatu Regency. The
results of this study can be used as a consideration (evaluation) in preparing
plans or strategies of development of underdeveloped regions in order to
encourage economic growth and welfare of a region, and can be used as a
consideration (reference) for further research.
The result of EFE matrix analysis shows that the score of external
strategic factor weight is obtained for 2,547 means that in the development of
underdeveloped region, South Labuhanbatu Regency is trying to exploit external
opportunities and avoid threats. Elements of opportunities and threats for the
development of disadvantaged regions respectively valued the weight score of
1,673 and 0.874. while the internal strategic factor weight score of 2,362
indicates that the position of Labuhanbatu Selatan Regency has not been fully
able to overcome the weakness and use the strength for the development of
disadvantaged areas, with weight score for strength and weakness factor
respectively valued weight score of 1,649 and 0.713.
Based on the SWOT matrix and QSP matrix analysis results show that the
strategy which is the main priority is to improve the good cooperation between
the provincial government and the districts as set forth in a development policy
with a value (TAS) of 6,079. The lowest TAS value on the database building
strategy and applying early detection of natural disasters with the value of TAS
4.642.
Keywords : Development Strategy, Development of Disadvantaged Area, Rural
Economy
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Pengembangan Daerah
Tertinggal Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan ”.
Penulisan skripsi ini merupakan syarat memproleh gelar Sarjana pada
Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orang tua saya yang tercinta Ayahanda Ahmad Yani
Rangkuti dan Ibunda Rahimah Siregar yang telah memberikan dukungan berupa
doa, nasihat, maupun materi dalam proses perkuliahan dan juga penulisan skripsi
ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya atas bantuan motivasi, bimbingan, didikan, nasihat dan serta
saran yang diberikan kepada penulis selama ini yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Coky Ahmad Syahweir, MP selaku ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan dan Ibu Inggrita Gusti Sari, SE, M.Si selaku Sekretaris
Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
3. Bapak prof. Hasan Basri Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembimbing saya yang
telah memberikan bimbingan dan panduan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Lic. RER. REG. Sirojuzilam, SE selaku Dosen Pembanding I
saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi
ini.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA, selaku Dosen Pembanding II saya yang telah
memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unersitas
Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan hingga selesai skripsi ini.
7. Saudara kandung dan keluarga penulis, Siti Yurien Rangkuti, Windy
Anggraini, Dhizah Syahputri dan kekasih Desi Lestari yang selalu
menyemangati dan membantu proses penyusunan skripsi ini serta sahabat-
sahabat penulis Imam, Rahmad, Amrijal, Ari, Kecil, Disti, Ustad, Zaki, Pio,
Eky, Rohman dan teman-teman lainnya yang selalu mendukung dan
memberikan kritik serta sarannya.
8. Terima kasih penulis ucapkan kepata seluruh teman-teman Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan bisnis
Universitas Sumatera Utara yang telah mendukung dan memberikan kritik dan
sarannya selama pengerjaan skripsi ini.
9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang
telah diberikan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan, dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya. Akhir
kata penulis mengucapkan terimah kasih.
Medan, 9 Oktober 2017
Penulis,
Ahmad Yusuf Rangkuti
NIM 130501048
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 8
2.1 Konsep Strategis dan Perwilayahan Dalam Pembangunan 8
2.2 Teori Kutub Pertumbuhan dan Pusat Pertumbuhan ............ 10
2.3 Konsep Pembangunan Daerah Tertinggal ......................... 13
2.3.1 Pengertian Daerah Tertinggal .................................. 13
2.3.2 Kriterian Penentuan Daerah Tertinggal .................... 16
2.3.3 Kebijakan dan Strategi Daerah Tertinggal ............... 19
2.3.4 Program-program Pembangunan Prioritas ............... 24
2.4 Konsep Manajemen Strategi ............................................. 27
2.5 Kerangka Konseptual ....................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 36
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ................................... 36
3.2.1 Data Primer ........................................................... 37
3.2.2 Data Skunder ...................................................... 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................ 37
3.4 Teknik Analisis Data ..................................................... 40
3.4.1 Sistem Hirarki Potensi Fisik Wilayah ................... 40
3.4.2 Sistem Hirarki Tingkat Pemerataan
Pembangunan ....................................................... 42
3.4.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan
Eksternal .............................................................. 44
3.4.4 Matriks SWOT ..................................................... 49
3.4.5 Analisis QSPM ..................................................... 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 53
4.1 Deskripsi Umum Kabupaten Labuhanbatu Selatan ......... 53
4.2 Kependudukan .............................................................. 54
4.2.1 Jumlah Penduduk ................................................... 54
4.3 Struktur Perekonomian .................................................. 55
4.3.1 Sektor Pertanian .................................................... 56
4.3.2 Sektor Perdagangan ............................................... 57
4.3.3 Sektor Indistri ........................................................ 57
4.3.4 Sektor Pariwisata ................................................... 57
4.3.5 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi ................... 58
4.4 Ketimpangan Antar Wilayah Pembangunan ................... 59
4.4.1 Ketimpangan Sumberdaya Pembangunan .............. 60
4.4.2 Ketimpangan Kegiatan Pembangunan ................... 63
4.5 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ....................... 67
4.5.1 Faktor Strategis Internal ........................................ 67
4.5.2 Faktor Strategis Eksternal ...................................... 72
4.6 Analisisi Matriks EFE dan IFE ........................................ 76
4.6.1 Matriks Exsternal Factor Evaluation (EFE) ........... 76
4.6.2 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ............... 78
4.7 Analisis Matriks SWOT ................................................. 79
4.8 Prioritas Strategis Berdasarkan Matriks QSP .................. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 94
5.1 Kesimpulan .................................................................... 94
5.2 Saran .............................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 96
DAFTAR LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1 Jumlah Rumah Tangga, Desa, Rumah Tangga Miskin, dan
Desa Tertinggal di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun
2015 ..................................................................................... 3
Tabel 2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Yang Diperlukan ........ 39
Tabel 3 Sektor Pembangunan Yang Digunakan Dalam Sistem
Hirarki Potensi Fisik Wilayah Kabupaten Labuhanbatu
Selatan .................................................................................. 41
Tabel 4 Sektor Yang Digunakan Dalam Hirarki Tingkat Pemerataan
Pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan .................... 42
Tabel 5 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal .............................. 45
Tabel 6 Matriks Evaluasi Faktor Internal ........................................... 46
Tabel 7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ............................ 47
Tabel 8 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ........................................ 48
Tabel 9 Matriks SWOT ..................................................................... 49
Tabel 10 Matriks QSP ......................................................................... 52
Tabel 11 Luas Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ............. 53
Tabel 12 LuasWilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ...... 54
Tabel 13 Distribusi Persentase PRDB Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Tahun 2011-2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) .......... 55
Tabel 14 Kategori Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Berdasarkan Sistem .............................................................. 61
Tabel 15 Kategori Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Berdasarkan Sistem Hirarki Tingkat Pemerataan
Pembangunan Tanpa dan Dengan Bobot, 2016 ..................... 64
Tabel 16 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Dalam Pembangunan Daerah
Tertinggal ............................................................................ 77
Tabel 17 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Dalam Pembangunan Daerah
Tertinggal ............................................................................ 79
Tabel 18 Alternatif Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di
Kbupaten Labuhanbatu Selatan ............................................ 80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1 Model Koprehensid Proses Manajemen Strategi ............... 29
Gambar 2 Skema Pemikiran Oprasional Pembangunan Daerah
Tertinggal ........................................................................ 34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul
Lampiran 1 Hirarki Potensi Fisik Wilayah Tanpa Bobot Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
Lampiran 2 Hirarki Potensi Fisik Wilayah Dengan Bobot Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
Lampiran 3 Hirarki Tingkat Pemerataan Pembangunan Tanpa Bobot Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
Lampiran 4 Matriks Gabungan Penentuan Rating Faktor Eksternal
Lampiran 5 Matriks Gabungan Penentuan Rating Faktor Internal
Lampiran 7 Matriks Gabungan Penentuan Bobot Faktor Eksternal
Lampiran 8 Matriks Gabungan Penentuan Bobot Faktor Internal
Lampiran 9 Penentuan Prioritas Strategis Menurut Matriks QSP
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis ekonomi yang terjadi pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan
penurunan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, sehingga terjadi peningkatan
pengangguran, kemiskinan, dan masalah-masalah sosial lain. Kondisi seperti ini
pada akhirnya memicu berbagai bentuk unjuk rasa sebagai wujud ketidak puasan
terhadap pemerintah. Penurunan kegiatan ekonomi juga menyebabkan terjadinya
kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan diperparah dengan
menurunnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga terjadi hambatan dalam
melaksakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat oleh
pemerintah daerah secara otonom.
Dalam mengatasi dampak krisis ekonomi dan pengurangan kesenjangan
pertumbuhan ekonomi antar daerah, maka lahirlah Undang-Undang Otonomi
Daerah (OTDA) sebagai langkah baru dalam membenahi penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Konsekuensi logis dari penerapan asas desentralisasi adalah
menuntut pemerintah daerah untuk siap menata keseluruhan perangkat organisasi
dan manajemen, serta kemampuan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan eksternal agar mampu melaksanakan amanat yang diberikan rakyat.
Tuntunan di atas pasti dihadapi oleh setiap pemerintah daerah, terutama di
tingakat kabupaten yang merupakan ujung tombak pelaksanaan asas desentralisasi
daerah otonom yang mandiri dan memiliki kewenangan penuh untuk mengatur
rumah tangganya sendiri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Berdasarkan data badan pusat statistik (2016), jumlah kabupaten di
Indonesia ada sekitar 400-450 kabupaten. Namun, tidak semua daerah kabupaten
biasa tumbuh dan berkembang dengan pesat, ada beberapa daerah yang masih
tertinggal. Menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah tertinggal
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam
kriteria dasar yaitu: (1) perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3)
prasara dan sarana (infrastruktur), (4) kemampuan keuangan daerah, (5)
aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta (6) berdasarkan kabupaten yang
berada di daerah perbatasan antar negara dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah
rawan bencana, dan daerah rawan konflik. Kriteria tersebut diolah dengan
menggunakan data Potensi Desa (PODES) 2016 dan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) 2015. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka ditetapkan
190 kabupaten yang dikategorikan kabupaten tertinggal di Indonesia, salah
satunya Kabupaten Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara.
Upaya mencapai tingkat kesejahteraan merupakan wujud implementasi
dari pemerataan pembangunan khususnya daerah tertinggal. Oleh karena itu, perlu
strategi pembangunan daerah tertinggal sebagai langkah nyata yang terpadu dan
terarah pada daerah dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi keuangan daerah,
aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur yang masih tertinggal. Kondisi
tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara gografis terisolir dan
terpencil atau jauh dari jangkauan fasilitas ibu kota kabupaten. Sebaliknya di
perlukan perjatian khusus pada daerah yang secara ekonomi memiliki potensi
untuk maju, namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terbatasnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
kemampuan memanfaatkan potensi, atau akibat terjadinya konflik sosial maupun
politik. Dalam kaitannya dengan percepatan pembangunan tersebut, maka perlu
suatu kesamaan persepsi dan visi antara berbagai elemen pemangku kepentingan
(stakeholders) di daerah dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal yang memiliki fungsi fasilitas,
koordinasi, sinkronisasi data akselerasi pebangunan daerah tertinggal.
Bertolak dari uraian di atas, maka upaya-upaya strategi pembangunan
daerah-daerah tertinggal hendaknya dilakukan dengan memadukan prinsip-prinsip
manajemen pembangunan modern dengan kearifan lokal tradisional yang dimiliki
masyarakat.
Tabel 1
Jumlah Rumah Tangga, Desa, Rumah Tangga Miskin, dan Desa Tertinggal
di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2015
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu Selatan, 2015.
Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
(Tabel 1) di daerah tersebut terdapat 52 desa. Sebagian besar dari desa yang ada
yakni sebanyak 29 desa (55,77 persen) merupakan desa tertinggal. Jumlah rumah
No Kecamatan Rumah
Tangga
Jumlah
Desa
Rumah Tangga
Miskin
Desa
Tertinggal
Miskin % Desa %
1 Kampung
Rakyat
17.754 15 4.953 27,89 10 66,66
2 Kota Pinang 6.729
9 2.843 42,25 3 33,33
3 Sungai
Kanan
6.608 8 2.307 34,91 5 62,5
4 Silangkitang 3.585 6 1598 44,57 3 50
5 Torgamba 10.897 14 4.175 38,31 8 57,14
Jumlah 45.564 52 15.876 34,84 29 55,77
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
tangga sebanyak 45.564 KK, dan sebesar 34,84 persen (18.876) merupakan rumah
tangga miskin. Banyaknya desa tertinggal dan keluarga prasejahtera di daerah ini
merupakan indikasi bahwa pembangunan ekonomi selama ini belum menyentuh
rakyat lapisan bawah sehingga dengan adanya krisis menyebabkan daerah-daerah
pedesaan yang terpencil menjadi rentan sehingga terpuruk menjadi daerah miskin.
Hal ini disebakan selain oleh karena kebijaksanaan yang salah dan distortif pada
masa lalu.
Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai
daerah otonom baru adalah peningkatan pembangunan daerah dan kemandirian
dalam pembangunan tersebut. Pelaksanaan kebijakan di daerah harus dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan yang merata dan
berkembang di setiap kecamatan. Dengan kondisi dan potensi yang ada, maka
diperlukan suatu kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan dan percepatan
ekonomi di kabupaten labuhanbatu selatan dengan tingkat kesenjangan yang
minimal.
Dari ulasan dan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih
dalam, mengenenai bagaimana pembangunan daerah tertinggal di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Secara khusus, penulis mengambil judul penelitian
“Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya Percepatan
Pembangunan Ekonomi Pedesaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan”
1.2 Perumusan Masalah
Masalah ketimpangan dan kesenjangan antar daerah merupakan masalah
pokok dalam pencapaian pembangunan nasional, oleh karena itu, kesadaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
terhadap perencanaan pembangunan daerah tertinggal harus menjadi bagian dari
perencanaan pembangunan yang terus berkembang. Konsep pembangunan daerah
tertinggal secara mendasar mengandung prinsip pelaksanaan kebijakan
desentralisasi dalam peningkatan pelaksanaan pembangunan untuk mencapai
sasaran nasional yang bertumpu pada trilogi pembangunan, yaitu pemerataan,
pertumbuhan, dan stabilitas. Namun disadari bahwa pembangunan daerah
tertinggal tidak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, politik dan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan.
Secara geografis perkembangan daerah tidak berlangsung merata, hal ini
disebabkan letak penyebaran sumberdaya tidak merata seprti sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, kegiatan sosial ekonomi, maupun komoditi geografis antar
daerah. Persepsi kesenjangan dalam dimensi ekonomi-regional menunjukan
adanya ketidakseimbangan laju perekonomian antar daerah, pada akhirnya
meunculkan daerah-daerah maju dan daerah-daerah tertinggal. Hal ini ditunjukan
oleh ketidakmrataan dan ketidakserasian pembangunan antar kawasan seperti
halnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan yakni adanya disparitas antar kawasan
yang relatif telah maju dan berkembang dengan kawasan-kawasan yang tertinggal
di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Kesenjangan atau ketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis
dari proses pembangunan yang merupakan suatu tahap perubahan dalam
pembangunan itu sendiri. Perbedaan tingkat kemajuan antar daerah yang
berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan dan mendominasi
pengaruh yang menguntungkan terhadap pertumbuhan daerah, selain
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan ekonomi, proses pembangunan juga
bertujuan untuk menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan
pendapatan dan pengangguran.
Strategi menghubungkan keunggulan strategis pembangunan dengan
lingkungannya, manajemen terlebih dahulu harus mengamati lingkungan eksternal
untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi dan
mengamati lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
yang juga akan menentukan apakah pemerintah daerah dan stakeholders mampu
mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada sambil menghindari
ancaman-ancaman.
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, maka dapat ditemukan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat ketimpangan potensi fisik dan tingkat pemerataan
pembangunan antar wilayah yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ?
2. Bagaiana kondisi lingkungan eksternal sebagai faktor peluang dan ancaman
dan lingkungan internal sebagai faktor kekuatan dan kelemahan yang dihadapi
Kabupaten Labuhanbatu Selatan ?
3. Strategi apa yang harus di susun oleh stakeholders dalam pembangunan
daerah tertinggal tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
1. Mengidentifikasi tingkat ketimpangan potensi fisik dan tingkat peerataan
pembangunan antar wilayah yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis seberapa besar kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki dan seberapa banyak peluang serta ancaman yang dihadapi
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3. Merumuskan strategi apa yang sebaiknya disusun oleh stakeholders dalam
pembangunan daerah tertinggal.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan (evaluasi)
dalam menyusun rencana-rencana atau strategi pebangunan daerah tertinggal,
dalam rangka mendorong pertubuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu
wilayah.
2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan (referensi) untuk penelitian
selanjutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Strategi dan Perwilayahan Dalam Pembangunan
Conyers (1991) mengemukakan bahwa strategi pada hakikatnya adalah
usaha secara sadar, terorganisir dan terus-menerus dilakukan guna memilih
alternatif-alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Handayaningrat (1980) menyatakan bahwa strategi adalah keputusan
untuk waktu yang akan datang, apa yang akan dilakukan, bilamana yang akan
dilakukan dan siapa yang akan melakukan.
Pendapat yang hapir serupa disampaikan Grath yang mengemukakan
bahwa strategi adalah proses pemilihan dan pengembangan dari suatu tindakan
yang paling baik atau menguntungkan untuk mencapai suatu tujuan. Pakar lain
Newman mendefenisikan strategi dalam kaitannya dengan kebijakan, yakni
keputusan yang akan dikerjakan untuk waktu yang akan datang, yaitu suatu
rencana yang diproyeksikan dalam tindakan.
Pembangunan wilayah pada hakekatnya adalah pelaksanaan pembangunan
nasional di suatu wilayah/region yang disesuaikan dengan kampuan fisik dan
sosial region tersebut, serta tetap menghormati peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Oleh karena itu, istilah wilayah merupakan hal yang penting untuk
didefenisikan secara tegas, baik dalam perencanaannya maupun proses
implementasinya. Menurut Friedman dalam hanafiah (1988) menyatakan bahwa
perencanaan wilayah adalah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan
sosial dan peraturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
sosial tersebut. Ruang merupakan dasar yang penting bagi seorang perencana
wilayah dalam membuat rencana sektoral nasional dan program-program
pembangunan wilayah, serta merencanakan lokasi kegiatan tertentu disuatu
wilayah ada di suatu lokasi tingkat lokal.
Menurut Hanafiah (1998) penentuan batas-batas wilayah didasarkan pada
beberapa kriteria yaitu : (1) Homogenitas : wilayah dapat diberikan batas
berdasarkan beberapa persamaan unsur tertentu, seperti unsur ekonomi wilayah
yaitu pendapatan perkapita, kelompok industri maju, tingkat pengangguran dan
sebagainya, (2) Nodalitas : menitik beratkan pada perbedaan struktur tata ruang di
dalam wilayah dimana terdapat sifat ketergantungan fungsional, dan (3)
Administrasi atau Unit Program : penentuan wilayah didasarkan atas perlakuan
kebijaksanaan yang seragam, seperti sitem dan tingkat pajak yang sama dan lain
sebagainya. Wilayah seperti ini disebut wilayah perencanaan atau wilayah
program.
Selanjutnya ditambahkan selain pengelompokan wilayah atas kriteria di atas,
terdapat berbagai wilayah sebagai berikut :
1. Wilayah yang terlalu maju : terutama kota-kota besar terdapat betas
pertumbuhan atau polarisasi, upaya dalam menghadapi masalah
“diseconomies of scale”.
2. Wilayah netral : yang dicirikan dengan tingkat pendapatan dan kesempatan
kerja yang tinggi, tidak ada kesesakan dan tekanan ongkos sosial. Wilayah ini
merupakan kota satelit bagi wilayah yang terlalu atau merupakan kota atau
pemukiman melingkar bagi kota metropolitan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
3. Wilayah sedang : merupakan wilayah dengan cirri-ciri campuran pola
distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik dan gambaran
kombinasi antar daerah maju dan kurang maju, dimana terdapat juga
pengangguran dan kelompok masyarakat miskin.
4. Wilayah kurang berkembang dan kurang maju : wilayah dengan tingkat
pertumbuhan jauh di bawah tingkat pertumbuhan nasional dan tidak ada
tanda-tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pembangunan nasional,
industri kecil dan lain-lain.
5. Wilayah tidak berkembang : tidak maju atau wilayah miskin yaitu wilayah
dimana industri modern tidak pernah dapat berkembang dalam berbagai skala.
Umumnya ditandai dengan daerah pertanian dengan usahatani subsisten dan
kecil, berpenduduk jarang dan tersebar dan tidak terdapat kota atau
konsentrasi pemukiman yang relatif besar.
2.2 Teori Kutub Pertumbuhan dan Pusat Pertubuhan
Berdasarkan perumusan permasalahan di atas, masalah pembangunan
daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan timbul oleh adanya fenomena regional
inequality yaitu adanya perbedaan di dalam tingkat pertumbuhan dan
perkembangan antar daerah.Keadaan tersebut disebabkan adanya perbedaan
tingkat pendapatan dan kemakmuran, kurangnya perhatian badan-badan
perancang serta badan-badan pelaksana pemerintah terhadap usaha-usaha untuk
mengendalikan, mengarahkan dan menangani dengan sungguh-sungguh
pergerakan penduduk dalam hubungannya dengan pengaturan pola urbanisasi ke
kota-kota sebagai pusat pemukiman yang potensial.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Teori kutub pertumbuhan dan pusat pertubuhan diperkenalkan oleh
Perreoux (1955) dalam Hanafiah (1988) yaitu enekan pada pengertian kutub
pertumbuhan dalam ruang ekonomi. Abstraksinya mengenai ruang dibedakan atas
tipe-tipe yaitu : (1) Ruang sebagai yang didefenisikan dalam suatu rencana
diagram cetak biru (blue-print), (2) Ruang sebagai medan kekuatan, dan (3)
Ruang sebagai suatu keadaan yang homogeny.
Selanjutnya Perreoux (1955) mengartikan kutub sebagai vektor dalam
ruang ekonomi, yakni sebagai medan kekuatan ruang ekonomi mengandung
pusat-pusat dan kutub-kutub yang mempunyai kekuatan sentrifugal yang
memancar ke sekeliling dan mempunyai kekuatan sentripetal yang menarik
sekitarnya ke pusat-pusat tersebut.
Menurut Glasson (1997) dari berbagai teori mengenai kutub pertumbuhan
dan pusat pertumbuhan. Konsep-konsep ekonomi dasar dan perkembangan
geografisnya dapat didefenisikan sebagai berikut :
1. Konsep “Leading Industries” (Industri Motrice) dan perusahaan-perusahaan
propulsip : menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat perusahaan-
perusahaan propulsip yang besar, yang termasuk dalam “Leading Industries”
yang mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. Lokasi geografis pada titik-titik
fokal tertentu dalam suatu daerah mungkin terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu lokasi sumberdaya alam, lokasi kemanfaatan-kemanfaatan buatan
manusia (komunikasi atau tempat-tepat sentral yang berlandaskan kegiatan
jasa yang sudah ada, dimana terdapat keuntungan-keuntungan karena
prasarana dan penawaran tenaga kerja). Namun dalam kenyataannya, titik-titik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
pertumbuhan itu seringkali dicangkokkan pada krangka tempat-tepat sentral
yang ada.
2. Konsep Polarisasi : menyatakan pertumbuhan yang cepat dari “Leading
Industries” (propulsive growth) mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya kedalam kutub pertumbuhan. Implisit dalam proses polarisasi ini
adalah berbagai macam dari keuntungan aglomerasi (keuntungan internal dan
eksternal dari skala). Polarisasi ekonomi akan menimbulkan polarisasi
geografik dengan mengalirnya sumberdaya dan konsentrasi ekonomi pada
pusat-pusat yang jumlahnya terbatas di dalam suatu daerah. Bahkan
kendatipun rasion d’etre semula dari lokasi seperti itu sudah tidak ada lagi,
namun lokasi tersebut seringkali tetap berkembang dengan baik disebabkan
karena adanya keuntungan-keuntungan aglomerasi.
3. Konsep “Spread Effects” : menyatakan bahwa pada waktunya, kwalitas
propulsip dinamik dari kutub pertumbuhan akan memancar keluar dan
memasuki ruang di sekitarnya.
Berdasarkan pengalaman negara-negara berkembang yang pernah
menerapkan teori kutub pertumbuhan dan pusat pertumbuhan dan mempunyai
peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Menurut Hanafiah (1988), maka
kutub pertumbuhan dan pusat pertumbuhan mempunyai fungsi antara lain sebagai
: (1) pusat pelayanan secara umum maupun secara khusus, seperti pelayanan
kesehatan, pendidikan dan sebagainya, (2) pusat inovasi dan promosi, sehingga
kutub pertubuhan dan pusat pertubuhan harus mempunyai kegiatan pemrosesan
dan pengolahan dasar dan mendasar guna memenuhi kebutuhan wilayah dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
nasional, dan juga harus menciptakan lapangan kerja yang mendorong keluar
akibat revolusi hijau, dan (3) pusat interaksi sosial, sebagai pusat difusi inovasi
dan inforasi, dan juga harus berfungsi sebagai tempat pelayanan penyuluhan,
pendidikan serta tempat pertemuan berbagai kelompok masyarakat.
2.3 Konsep Pembangunan Daerah Tertinggal
2.3.1 Pengertian Daerah Tertinggal
Menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
Indonesia (2016) daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang
berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk
yang relatif tertinggal. Dalam konsep Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(2016) wilayah tertinggal pada umunya dicirikan dengan letak geografisnya relatif
terpencil, atau wilayah-wilayah yang miskin sumberdaya alam, atau rawan
bencana alam. Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah dalam suatu daerah
yang secara fisik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya mencerminkan
keterlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan daerah lain.
Selanjutnya, wilayah tertinggal dalam kerangka penataan ruang nasional
didefenisikan sebagai wilayah budidaya yang secara ekonomi jauh tertinggal dari
rata-rata nasional, baik akibat kondisi geografis, maupun kondisi sosial beserta
infrastrukturnya. Pengertian yang lebih umum menyebutkan bahwa wilayah
tertinggal merupakan wilayah pedesaan yang mempunyai masalah khusus atau
keterbatasan aksesibilitasnya ke pusat-pusat pemukiman lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan kemiskinan serta kondisinya relatif tertinggal dari pedesaan lainnya
dalam mengikuti dan memanfaatkan hasil pembangunan nasional dan daerah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Pada hakekatnya pelaksanaan program pembangunan daerah tertinggal
sering menghadapi persoalan yaitu adanya tumpangtindih kegiatan dengan
program penanggulangan keiskinan. Secara umum, memang beberapa kegiatan
program pembangunan daerah tertinggal pada dasarnya sama dengan program
penanggulangan kemiskinan yaitu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah terisolir, tertinggal, terpencil, dan miskin.
Namun, dalam program pembangunan wilayah tertinggal targetnya lebih luas
mengingat bukan hanya manusia atau masyarakat saja yang perlu dibenahi,
melainkan mengembangkan aspek spasial yaitu wilayah yang memiliki fungsi
tertentu agar wilayah dengan fungsi tertentu atau wilayah tersebut berkembang
dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Bappenas (2016) wilayah tertinggal secara umum dapat dilihat
dan ditentukan berdasarkan letak geografisnya yang secara garis besarnya dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu wilayah tertinggal di pedalaman dan wilayah
tertinggal di pulau-pulau terpencil.
1. Kondisi wilayah tertinggal di pedalaman
a) Kondisi suberdaya alam sangat rendah (kesuburan tanahnya yang rendah,
rawan longsor, rawan banjir, terbatasnya suberdaya air, daerah dengan
topografi yang terjal, tanah berawa-rawa/gambut.
b) Sumberdaya alamnya mempunyai potensi, namun daerah tersebut belum
berkembang/terbelakang. Kondisi geografis pada umumnya di daerah yang
tidak terjangkau, sehingga walaupun lokasinya relatif dekat, namun tidak
tersedia akses dari wilayah tersebut ke wilayah pusat pertumbuhan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Penguasaan dan penerapan teknologi yang relatif rendah dikarenakan
kurangnya pembinaan dan keterbatasan dukungan prasarana teknologi itu
sendiri.
c) Ketersediaan atau keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi,
transportasi, air bersih, air irigasi, kesehatan, pendidikan dan lainnya
menyebabkan wilayah tertnggal tersebut semakin sulit untuk berkembang.
d) Tingginya kesenjangan ekonomi antar daerah (misalnya antara
pantai/pesisir dengan pedalaman). Struktur sosial ekonomi masyarakat
terbagi dalam beberapa tingkatan misalnya masyarakat tradisional, semi
modern, dan masyarakat modern.
e) Rendahnya akses ke pusat-pusat pertumbuhan lokal misalnya ibukota
kecamatan. Biaya transportasi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai jual komoditi.
f) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, baik aparatur maupun
masyarakat.
g) Komoditi dan jumlah rumah penduduk belum layak. Sebaran kampung
penduduk yang terpencar dan pada daerah dengan topografi berat,
menyebabkan daerah tersebut sulit dijangkau.
h) Masih belum mengenal uang sebagai alat jual beli barang. Di masyarakat
yang sudah mengenal uang, proses pemupukan modal dari masyarakat
sendiri belum berlangsung dengan baik.
2. Kondisi wilayah tertinggal di pulau-pulau terpencil
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
a) Kondisi masyarakat pulau-pulau terpencil di wilayah terpencil masih
sangat marjinal, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang mempunyai
kepentingan.
b) Terdapat 88 pulau kecil yang bertitik dasar dan berbatasan langsung
dengan 10 negara tetangga.
c) Terbatasnya sarana dan prasarana untuk melakukan pembinaan,
pengawasan dan pengolahan, khususnya terhadap pulau-pulau yang
terpencil sulit di jangkau dan tidak berpenghuni.
d) Kondisi pulau di perbatasan umumnya pulau-pulau yang sangat kecil
sehingga sangat rentan terhadap kerusakan baik oleh alam maupun akibat
kegiatan manusia.
e) Adat istiadat, budaya dan agama dan masyarakat pulau-pulau kecil yang
spesifik dan pada umumnya bertentangan dengan adat, budaya yang
dibawa oleh pendatang/wisatawan, sehingga akan menghambat proses
pembaharuan.
2.3.2 Kriteria Penentuan Daerah Tertinggal
Pemilihan lokasi daerah tertinggal bukan ditentukan dari tingkat propinsi
ataupun pemerintah pusat, tapi ada hal-hal yang menjadi indikator pemerintah
dalam menetapkan suatu daerah termasuk dalam kategori daerah tertinggal.
Menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia
(2016) penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam kriteria daerah dasar yaitu : (1)
perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3) prasarana dan sarana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
(infrastruktur), (4) kemampuan keuangan daerah, (5) aksesibilitas dan
karakteristik daerah, dan (6) berdasarkan kabupaten yang berada di daerah
perbatasan antar negara dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana dan
daerah rawan konflik.
Bappenas (2015) menyebutkan bahwa faktor penyebab suatu daerah
dikategorikan sebagai daerah tertinggal yaitu antara lain :
1. Geografis : secara geografis wilayah tertinggal relatif sulit dijangkau akibat
letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan. Kepulauan, pesisir
dan pantai pulau-pulau terpencil, ataupun karena faktor geomorfologis lainnya
sehingga sulit dijangkau oleh perkebangan jaringan, baik transportasi maupun
media kounikasi.
2. Sumberdaya alam : beberapa wilayah tertinggal terjadi akibat
rendah/miskinnya potensi sumberdaya alam seperti daerah krisis minus atau
lingkungan sekitarnya merupakan wilayah yang dilindungi atau tidak bisa
dieksploitasi, sehingga masyarakat sulit mendapatkan mata pencaharian yang
memadai.
3. Sumberdaya manusia : pada umumnya masyrakat di daerah tertinggal
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang
sederhana, serta pada umumnya terikat atau masih memegang teguh nilai-nilai
tradisonal dan sulit menerima nilai-nilai baru. Di samping itu, kelembagaan
adat pada sebagian masyarakat pedalaman belum berkembang. Dalam kondisi
demikian, walaupun daerah tersebut memiliki sumberdaya alam yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
potensial namun tidak diolah dengan baik atau dimanfaatkan oleh dan untuk
kepentingan pihak tertentu.
4. Kebijakan pembangunan : suatu wilayah dapat tertinggal karena beberapa
faktor kebijakan, seperti keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah,
kesalahan prioritas penanganan dan strategi atau pendekatan, tidak
diakomodasikannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan
penanganan pembangunan sehingga selama ini salah sasaran atau tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, bahwa daerah tertinggal sangat
kompleks dengan permasalahan-permasalahan, hal inilah yang menjadi tantangan
bagi stakeholders dalam upaya penanganan pembangunan daerah tertinggal.
Namun, permasalahan yang dihadapi khususnya pada daerah tertinggal juga
berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sehingga membutuhkan
pendekatan-pendekatan khusus pada daerah yang dimaksud, agar dalam membuat
suatu strategi pembangunan daerah tertinggal dapat dirumuskan langkah-langkah
yang strategis sehingga pencapaian target bisa lebih tepat pada sasaran.
Menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
Indonesia (2016), secara agregat permasalah yang dihadapi daerah tertinggal
adalah sebagai berikut :
a. Kualitas SDM di daerah tertinggal relatif lebih rendah di bawah rata-rata
nasional akibat terbatasnya akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan
dan lapangan kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
b. Tersebar dan terisolirnya wilayah-wilayah tertinggal akibat keterpencilan dan
kelangkaan sarana dan prasarana wilayah.
c. Terbatasnya akses permodalan, pasar, informasi dan teknologi upaya
pengembangan ekonomi lokal.
d. Terdapat gangguan keamanan dan bencana yang menyebabkan kondisi daerah
tidak kondusif untuk berkembang.
e. Daeranyah perbatasan antar Negara selama ini orientasi pembangunannya
bukan sebagai beranda depan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan lebih
menekankan aspek keamanan (security approach), sehingga terjadi
kesenjangan yang sangat lebar dengan daerah perbatasan Negara tetangga.
f. Komunitas Adat Terpencil (KAT) memiliki akses yang sangat terbatas kepada
pelayanan sosial, ekonomi, dan politik serta terisolir dari wilayah disekitarnya.
Menurut Wanggai (2004) persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
kawasan tertinggal antara lain : rendahnya kualitas ekonomi masyarakat,
kesenjangan sosial ekonomi antar penduduk, kesenjangan antar wilayah dan antar
desa-kota, rendahnya aksesibilitas wilayah, rendahnya kualitas sumberdaya
manusia, potensi sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara optial, isolasi
wilayah, rendahnya kehadiran investor, dan rendahnya keterkaitan antar sektor,
antar wilayah dan antar usaha ekonomi.
2.3.3 Kebijakan dan Strategi Daerah tertinggal
Melihat persoalan-persoalan tersebut, menurut Bappenas (2015) untuk
mewujudkan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran program, penyelesaian
wilayah tertinggal perlu menggunakan prinsip-prinsip pengembangan yaitu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
sebagai berikut : (a) berorientasi pada masyarakat (people contered) : masyarakat
di wilayah tertinggal adalah pelaku sekaligus pihak yang mendapatkan manfaat
dari kegiatan yang dilaksanakan, (b) berwawasan lingkungan
(environenttalysound) : berkembangnya kebutuhan ekonomi yang dipengaruhi
oleh perubahan sosial ekonomi dan modernisasi dapat mendorong terciptanya
kegiatan merusak lingkungan seperti perusakan hutan lindung dan terumbu
karang, (c) sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat (culturally
appropriate) : pengembangan kegiatan yang berorientasi pada kondisi dan
kebutuhan masyarakat perlu memperhatikan adat istiadat dan budaya yang telah
berkembang sebagai suatu kearifan tradisional (traditional wisdom) dalam
kehidupan masyarakat setempat, dan memperkaya khasanah budaya bangsa, (d)
sesuai kebutuhan masyarakat (socially accepted) : kegiatan pengembangan
wilayah tertinggal harus berdasarkan kebutuhan daerah dan masyarakat penerima
manfaat dan bukan berdasarkan asas pemerataan dimana setiap daerah berhak atas
bantuan pendanaan dari peerintah, dan (e) tidak diskriminatif (non discriminative)
: prinsip ini digunakan agar kegiatan penangan wilayah tertinggal tidak bias pada
kepentingan pihak tertentu, yang pada akhirnya dapat mengganggu pencapaian
tujuan dan sasaran program.
Seperti yang tersirat dalam defenisi wilayah tertinggal, ternyata
karakteristik wilayah dan masyarakat wilayah tertinggal menunjukan perbedaan
yang cukup berarti dengan wilayah lain di Indonesia, maka pendekatan
penanggulangan/pengentasan kemiskinan di wilayah tertinggal tidak hanya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
berfokus pada aspek ekonomi tetapi sifatnya harus lebih menyeluruh dan merata
pada semua aspek pembangunan.
Perlu menjadi catatan bagi pemerintah daerah bahwa proses implementasi
kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan administratif
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan
pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-
kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi prilaku semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap dampak , baik negatif maupun yang positif (Wahab,1990
dalam Hidayat,2004). Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan iplementasi
kebijakan diperlukan kesamaan pandangan tujuan yang hendak dicapai dan
komitmen semua pihak untuk meberikan dukungan.
Menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
Indonesia (2016) untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal ditetapkan
kebijakan umum berupa : (1) pemihakan, (2) percepatan, dan (3) pemberdayaan
masyarakat di daerah tertinggal. Kebijakan tersebut diterjemahkan dalam
kebijakan oprasional, seperti di bawah ini :
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
sesuai dengan standar pelayanan minimum di daerah tertinggal sehingga setara
dengan rata-rata masyarakat Indonesia lainnya.
2. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain melalui
skim USO (Universal Service obligation) untuk telekounikasi, keprintisan
untuk transportasi, dan listrik masuk desa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
3. Meningkatkan akses masyarakat kepada sumber-sumber permodalan, pasar
informasi dan teknologi.
4. Mencegah dan mengurangi resiko ganggguan keamanan dan bencana melalui
pengembangan sistem diteksi dini.
5. Merehabilitasi kerusakan fisik, serta pemulihan sosial budaya, dan ekonomi
akibat bencana alam dan konflik.
6. Mengubah orientasi pembangunan daerah perbatasan dari pendekatan yang
lebih menekankan kepada keamanan kepada pendekatan yang lebih
menekankan kepada kesejahteraan dan menjadikannya beranda depan negara
sebagai pusat pertubuhan ekonomi.
7. Memperdayakan Komunitas Adat Terpencil (KAT) melalui peningkatan akses
kepada pelayanan sosial, ekonomi dan politik serta wilayah sekitarnya.
Dalam konsep Bappenas (2015) kebijakan-kebijakan untuk pembangunan
daerah tertinggal antara lain :
a. Meningkatkan kemampuan KAT dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam
berbagai aspek kehidupannya agar mampu menanggapi perubahan sosial
budaya dan lingkungan hidupnya.
b. Meningkatkan dan memeratakan pelayanan sosial yang lebih adil, dalam arti
bahwa setiap KAT berhak untuk memperoleh pelayanan sosial yang sebaik-
baiknya.
c. Meningkatkan dan menetapkan partisipasi sosial masyarakat dalam pelayanan
sosial dengan melibatkan semua unsur dan komponen masyarakat atas dasar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
swadaya dan kesetiakawanan sosial sehingga merupakan bentuk usaha-usaha
kesejahteraan sosial yang melembaga dan kesinambungan.
d. Semua tempat terpencil dan terisolir, wilayah pulau-pulau kecil dan wilayah
perbatasan harus dapat terhubung dengan wilayah-wilayah lain agar penduduk
dapat berinteraksi sehingga terwujud kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Setelah ada satu kebijakan maka perlu perumusan strategi, hal ini
dimaksudkan agar setiap strategi pebangunan daerah tertinggal yang akan dibuat
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah. Dengan demikian,
antara kebijakan dan strategi harus menunjukan kesinergian sehingga setiap
kebijakan dan strategi yang sudah dirumuskan dapat langsung mengenai sasaran.
Strategi-strategi yang dimaksud meliputi :
1. Pengebangan ekonomi lokal : strategi ini diarahkan untuk mengembangkan
ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi
sumberdaya lokal (sumberdaya manusia, sumberdaya kelembagaan, serta
sumberdaya fisik) yang dimiliki masing-masing daerah, oleh pemerintah dan
masyarakat, melalui pemerintahan daerah maupun kelompok-kelompok
kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.
2. Pemberdayaan masyarakat : strategi ini diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik.
3. Perluasan kesempatan : strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian
daerah tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
4. Peningkatan kapasitas : strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintah dan masyarakat di daerah
tertinggal.
5. Peningkatan Mitigasi dan Rehabilitasi : strategi ini diarahkan untuk
mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh
konflik dan bencana alam.
Bertolak dari konsep strategi pengembangan kawasan perbatasan di lima
kabupaten yang tertuang dalam laporan perencanaan dan pengendalian strategi
pengembangan kawasan tertinggal, maka konsep rencana strategi nasional
pengembangan kawasan tertinggal pada masa yang akan datang diharapkan dapat
menjadi suatu acuan kerja dan pedoman strategi pembangunan yang didasarkan
atas lima strategi dasar yaitu :
1. Pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Needs Development)
2. Berpusat pada manusia (People Centered Developent)
3. Pertumbuhan sekaligus pemerataan (Redistribution With Growth)
4. Partisipatif (Participation Approach)
5. Keberlanjutan (Sustainable Development)
2.3.4 Program-program Pembangunan Prioritas
Pada dasarnya program-program prioritas dilaksanakan berdasarkan
strategi yang dirumuskan. Untuk wilayah yang maju maka prioritas pembangunan
diutamakan, karena dengan demikian diharapkan mampu untuk tumbuh dan
berkembang serta mampu untuk menarik daerah belakangnya. Sedangkan untuk
daerah terbelakang atau tertinggal ada penyesuaian dan tahapan terhadap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
program-program pembangunan. Hal ini dimaksudkan agar keseimbangan
keuangan pemerintah pada daerah tersebut tetap stabil sehingga lambat laun
pertubuhan dan pemerataan pembangunan dapat tercapai dan tetap terjaga.
Menurut Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
Indonesia (2016) untuk mengimplementasikan pembangunan daerah tertinggal
secara terpadu dan tepat sasaran serta tepat kegiatan, maka diperlukan program
prioritas yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh semua daerah tertinggal, program-program tersebut yaitu :
1. Program Pengembangan Ekonomi Lokal
Kegiatan pokok dari pebangunan ekonomi lokal, meliputi : (1)
meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat, (2) meningkatkan
modal sosial yang ada dalam masyarakat, (3) mendorong tumbuhnya pusat
kegiatan ekonomi baru, dengan memperhatikan produk andalan daerah, (4)
meningkatkan akses masyarakat dan usaha mikro, kecil, dan menengah kepada
permodalan, pasar, informasi, dan teknologi, (5) meningkatkan keterkaitan
kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan, (6)
mengembangkan kerjasama dan keterkaitan kegiatan ekonomi antar daerah dalam
kegiatan ekonomi lokal, dan (7) penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah
daerah dan masyarakat.
2. Program Pemberdayaan Masyarakat
Program pemberdayaan masyarakat mempunyai kegiatan pokok, sebagai
berikut : (1) mengupayakan pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat, (2)
meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat, (3) mengupayakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
adanya pengelompokan pemukiman untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyediaan pelayanan umum, khususnya untuk Komunitas Adat Terpencil (KAT),
dan (4) meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah kepada masyarakat melalui
penegakan hukum pertahanan yang adil dan transparan secara konsisten.
3. Program Pengembangan Daerah Perbatasan
Program pengembangan daerah perbatasan, kegiatan pokoknya, meliputi :
(1) memfasilitasi dan memotivasi pemerintah daerah untuk menjadikan
wilayahnya sebagai beranda depan Negara dengan mengembangkan pusat
pertubuhan ekonomi, (2) mengamankan wilayah perbatasan dari kegiatan ilegal
dan memfasilitasi dan pergerakan barang dan orang secara sah dan mudah, (3)
menegakan supermasi hukum serta aturan perundang-undangan terhadap setiap
pelanggaran, (4) mendeklerasikan serta menetapkan garis perbatasan antar Negara
dengan tanda-tanda batas yang jelas, (5) menyusun rencana dan strategi
pembangunan wilayah perbatasan, dan (6) mengembangkan wawasan kebangsaan
masyarakat.
4. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana
Program pengembangan prasarana dan sarana, kegiatan pokoknya meliputi
: (1) pengembangan sarana dan prasarana sosial dasar, terutama bidang
pendidikan dan kesehatan, (2) meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana
ekonomi antara lain melalui skim USO (Universal Service Obligation) untuk
telekomunikasi, keperintisan untuk transportasi, dan listrik masuk desa, (3)
menyerasikan sistem transportasi di daerah tertinggal ke dalam satu kesatuan
sitem terpadu dengan wilayah maju, (4) memperluas jaringan informasi dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
teknologi, dan (5) mengembangkan prasarana pedesaan khususnya prasarana
pertanian dan transportasi penghubung dengan kawasan perkotaan.
5. Program Pencegahan dan Rehabilitasi Bencana
Program pencegahan dan rehabilitasi bencana, kegiatan pokoknya meliputi
: (1) rehabilitasi sarana dan prasarana sosial-ekonomi yang rusak akibat bencana,
(2) percepatan proses rekonsiliasi antara masyarakat yang terlibat konflik dan
pemulihan mental masyarakat akibat trauma konflik, (3) peningkatan rasa saling
percaya dan harmoni antar kelompok, (4) sosialisasi penerapan spesifikasi
bangunan yang memiliki ketahanan terhadap bencana, dan (5) menerapkan sistem
deteksi dini terjadinya bencana.
2.4 Konsep Manajemen Strategi
Memformulasikan strategi merupakan rangkaian kegiatan yang
membutuhkan perhatian yang serius. Penggalian informasi dari pihak-pihak yang
kompeten dalam suatu daerah merupakan langkah pertama dan kunci untuk
menghasilkan strategi yang sesuai dengan kondisi lingkungan suatu daerah.
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategia. Kata
strategi dalam kegiatan berperang bukanlah suatu yang asing karena strategi itu
sendiri dapat diartikan bagai suatu pendekatan pemakaian sumberdaya di dalam
kendala iklim kompetitif agar seperangkat sasaran dapat dipakai. Strategi sendiri
digunakan dalam dua pengertian yaitu untuk menunjukan kepada apa yang mau
dilakukan oleh suatu organisasi secara aktif atau untuk mengembangkan reaksi
positifnya terhadap perubahan lingkungan. Istilah strategi yang dipakai dalam
studi berarti pengetahuan dan seni menangani sumber-sumber yang tersedia dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
suatu organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan
(Chandardhy dalam Denia, 2002).
Menurut David (2002), manajemen strategi merupakan seni dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
obyektifnya. Menurut Nawawi (2003) manajemen strategi adalah perencanaan
berkala besar yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh, dan
ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak agar memungkinkan organisasi
berinteraksi secara efektif dalam usaha menghasilkan suatu yang berkualitas,
dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi, fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen,
pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta
sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan tiga bahan pokok sangat penting
bagi keberhasilan suatu strategi :
1) Strategi harus konsiten dengan strategi lingkungan persaingan. Tegasnya,
strategi harus memanfaatkan peluang yang ada atau diperkirakan akan ada dan
meminimalkan dampak dari ancaman-ancaman besar.
2) Strategi harus realistik dalam hal kemampuan intern organisasi. Akhirnya
pemanfaatan peluang haruslah didasarkan tidak hanya pada adanya peluang itu
sendiri melainkan juga pada kekuatan intern organisasi.
3) Strategi harus dilaksanakan secara cermat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Proses manajemen strategi paling baik dapat dipelajari dan ditetapkan
dengan menggunakan suatu model. Setiap model menggambarkan semacam
proses. Kerangka kerja yang diilustrasikan dalam gambar 1 merupakan model
komprehensif dari proses manajemen strategis yang menggambarkan pendekatan
yang jelas dan praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan dan
mengavaluasi strategi.
Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Suatu
perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model dapat memaksa
perubahan dalam satu atau semua komponen yang lain.
Gabar 1
Model Koprehensif Proses Manajemen Strategi
Melakukan Audit
Eksternal
Mengem-
bangkan
Pernyataa
-n misi
Menetap-
kan
Sasaran
Jangka
Panjang
Menghasi
-lkan,
Mengeva
-luasi,
dan
Memilih
strategi
Menetapk
-
anKebija
ka-n dan
Sasaran
Tahunan
Mengalok
-asikan
sumberda-
ya
Melakukan Audit
Internal
Mengukur
dan
Mengeval
-uasi
prestasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Dengan demikian pemerintah daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
harus melakukan tindakan manajemen strategi sebagai upaya untuk memperoleh
suatu rumusan-rumusan strategi dalam pembangunan daerah tertinggal.
Perencanaan merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan karena pada
kondisi ini akan ditentukan apa yang menjadi tujuan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan apa saja yang harus dilakukan dalam pencapaiannya. Pengalokasian
sumberdaya harus dilakukan agar efisien dan efektif. di samping itu, pemerintah
setempat juga harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal sebagai
landasan dan memforulasikan strategi agar serangkaian tindakan yang harus
diambil dan dilakukan memperoleh sasaran yang tepat.
2.5 Kerangka Konseptual
Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk
mengubah suatu wilayah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai
permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju
dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal
dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagian besar merupakan daerah
pertanian baik berupa pertanian lahan basah maupun lahan kering. Kabupaten
Labuhanbatu Selatan memiliki sumberdaya alam yang cukup besar berupa
kesuburan tanah, air yang berlimpah, barang tambang, pemandangan alam yang
indah, dan lain-lain. di samping itu, sumberdaya manusia cukup besar merupakan
potensi yang harus diberdayakan untuk mengelolah suberdaya alam yang melipah
tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Seiring dengan perkembangannya sebagian besar petani masih tergolong
miskin serta pembangunan pertaniannya justru mengalami kemunduran, hal ini
disebabkan oleh tingkat eksploitasi yang tinggi, pemanfaatan sumberdaya alam
secara berlebihan, infrastruktur yang kurang memadai serta kurangnya peran aktif
dari pemerintah setempat untuk mendukung kemajuan pertanian tersebut. Indikasi
ini menunjukan bahwa pemerintah setempat bukan saja kurang memberdayakan
petani tetapi juga disektor pertanian secara keseluruhan.
Perlu disadari bahwa pembangunan sektor pertanian merupakan sektor
penggerak pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sehingga tidak terlepas
dari kebijaksanaan pembangunan wilayah. Hal ini penting dalam penentuan
pembangunan jangka panjang di Kabupaten Labuhanbatu selatan itu sendiri.
Menurut David (2002) ada rangka merumuskan strategi maka di bagi menjadi tiga
tahapan yaitu (1) tahap input, (2) tahap pemaduan dan percocokan, dan (3) tahap
keputusan.
1. Tahap Input
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap input adalah meringkas input dasar
yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Tahap input terdiri dari pembuatan
matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE).
Faktor kunci lingkungan internal dan eksternal pada tahap ini dapat melalui
analisis lingkungan internal dan eksternal Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.Sedangkan analisis lingkungan internal mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Langkah ringkas untuk mengidentifikasi faktor internal dengn
menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Yang meringkas dan
mengevaluasi faktor internal yakni kekuatan dan kelemahan organisasi di bidang-
bidang fungsional, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan/akunting,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi computer
(David,2002)
Langkah yang ringkas dalam melakukan penelitian eksternal adalah
dengan menggunakan matriks Eksternal Factor Evaluation (IFE).Matriks
Evaluasi Faktor Eksternal mengarahkan perumus strategi untuk mengevaluasi
informasi ekonomi, social dan budaya, demografi, lingkungan, politik dan
pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan.
2. Tahap Pemaduan atau Tahap Pencocokan
Teknik yang dapat dipakai pada tahap ini adalah matriks SWOT (Strength-
Weakness- Opportunity-threats). Alat ini tergantung pada inforasi yang diperoleh
dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan
kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor-faktor sukses kritis
eksternal dan internal merupakan kunci untuk secara efektif menghasilkan strategi
alternatif yang layak.
Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dan dapat
menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan eksternal dan internal serta dapat
mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis.
Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
ancaman. Selain itu juga analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada
dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan
intern.
Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting dala membantu
stakeholdersmengembangkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi WO,
strategi ST, dan strategi WT. mencocokan faktor-faktor eksternal dan internal
kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan matrik SWOT dan
memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik.
3. Tahapan Keputusan
Tahap terakhir dari formulasi strategi adalah tahap keputusan, alat analisis
yang digunakan dalam tahapa ini adalah Quantitative Strategic Planning
Matrix(QSPM). Matriks QSP menggunakan masukan dari tahap intput dan tahap
pemaduan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik. QSPM adalah alat yang
memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif,
berdasarkan faktor-faktor kritis untuk eksternal dan internal yang dikenali
sebelumnya. Seperti alat analisis perumusan strategi lain, QSPM memerlukan
intuitif yang baik.
Secara ringkas penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ketinpangan
anter wilayah dan melakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dalam pengembangan daerah tertinggal dengan pendekatan konsep
manajemen strategis. Penentuan strategi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan di
awali dengan mengetahui visi dan misi serta permasalahan-permasalahan di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Selanjutnya dilakukan analisa lingkungan
eksternal untuk menemukan hal-hal apa yang menjadi peluang dan ancaman yang
dihadapi Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Faktor-faktor strategis dari lingkungan internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi akan diringkas dalam matrik IFE dan EFE. Untuk merumuskan
strategi digunakan analisis yaitu matriks SWOT. Faktor-faktor yang strategi yang
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihasilkan beberapa
alternatif strategi dalam matriks SWOT.Berdasarkan strategi-strategi yeng telah
dirumuskan dilakukan peimilihan strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan
sesuai dengan daya tariknya dengan menggunakan matriks QSP, untuk lebih jelas
alur pemikiran opresional dapat dilihat pada gabar 2.
Pembangun
-an
Pertanian
Pembangunan Daerah
Kabupaten Labuhanbatu
Selatan
1. Terjadi Ketimpangan
Antar Wilayah
2. Sebagai Daerah
Tertinggal
Analisa Ketimpangan
Antar Wilayah
1. Hirarki Potensi Fisik
Wilayah
2. Hirarki Tingkat
Pemerataan
Pembangunan
Visi dan
Misi
Kabupaten Identifikasi
Lingkungan Internal &
Eksternal
Analisa Faktor Internal
1. Kondisi Geografis
2. Sumberdaya Alam
3. Infrastruktur
4. Supremasi Hukum
5. Dll
Analisa Faktor Eksternal
1. Pertumbuhan Penduduk
2. Bencana Alam
3. Keamanan Nasional
4. Otonomi Daerah
5. Dll
Tahap Masukan
IFE EFE
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Gambar 2
Skema Pemikiran Oprasional Pembangunan Daerah Tertinggal
Keterangan :
: artinya saling berintegrasi/mendukung
: artinya ada sesuatu yang akan dihasilkan atau dilakukan
Dari skema pemikiran di atas baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data.
Tahap Panduan
Matriks SWOT
Tahap Pemilihan
Strategi Matriks
QSP
Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bersifat studi kasus dengan daerah penelitian Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (pruporsive) dengan beberapa pertimbangan antara lain
yaitu :
1. Ketimpangan kegiatan pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
menibulkan ketimpangan yang cukup besar antara wilayah. Ketimpangan
tersebut disebabkan kadaan geografis dan aksesibilitas wilayah, walaupun
potensi-potensi suberdaya yang ada tidak jauh berbeda. Dengan demikian,
perlu suatu strategi pembangunan yang mampu menciptakan struktur dan
organisasi tata ruang wilayah yang seimbang sehingga dapat mengurangi
ketimpangan antar wilayah-wilayah tersebut.
2. Berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Kementrian Negara
Pembangunan Daerah Tertinggal maka Kabupaten Labuhanbatu Selatan
masuk kategori tertinggal bersama 190 kabupaten lainnya di Indonesia.
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan juni 2017.
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
3.2.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan
oleh peneliti. Peneliti dapat mengontrol tentang kualitas data tersebut, mengatasi
kesenjangan waktu antara data yang tersedia dengan kebutuhan dan peneliti lebih
leluasa dalam menghubungkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan
ketersediaan data di lapangan (Sanusi, 2005). Data primer merupakan data yang
diperoleh langsung dari responden yang diinginkan peneliti. Dalam hal ini, data
primer diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden yang terkait
langsung terhadap Strategi Pengembagangan Daerah Tertinggal di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
3.2.2 Data Sekunder
Menurut Sanusi (2005), data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan
dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti hanya memanfaatkan data tersebut sesuai
dengan kebutuhannya. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang diteliti. Dalam penelitian ini data sekunder meliputi data dokumen/arsip
resmi terkait Dana Desa yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
pusat/kabupaten, data kementerian maupun lembaga yang terkait.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan untuk memperoleh data
maupun informasi yang relevan, valid dan akurat. Data-data yang diperoleh
kemudian di triangulasi metode untuk mengamati dan membaca keabsahan data.
Adapun beberapa metode pengumpulan data penelitian menurut Suryana (2010)
adalah sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
1. Wawancara
Untuk pengumpulan data utama (sebagai sumber data primer), peneliti akan
melakukan wawancara langsung secara mendalam kepada informan yang
kompeten dan berkaitan langsung dalam pengelolaan Dana Desa yang dibantu
dengan alat perekam sebagai bahan cross check terhadap data dan informasi
yang dicatat.
2. Studi kepustakaan
Pengumpulan data juga dilakukan melalui studi kepustakaan, yaitu melalui
data-data tertulis yang diperoleh dari berbagai dokumen-dokumen arsip serta
laporan-laporan resmi yang dikeluarkan oleh instansi-instansi pemerintahan
terkait seperti Badan Pusat Statistik, Lembaga Kementerian dan instansi lain
yang relevan. Data dan informasi juga didapat dengan menelaah buku-buku
dan literatur lain yang digunakan sebagai referensi.
3. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan yang terarah, terencana
dan sistematis. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati masalah
dan fenomena dimasyarakat, kemudian memahami fenomena/masalah tersebut
dan kemudian mencari jawaban melalui fakta dan kejadian di lapangan yang
merupakan objek penelitian.
Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan secara
langsung, kemudian dipilih tujuh orang responden secara sengaja yang dipilih dari
para pengambil kebijakan seperti kabid-kabid di Bappeda, dan Dinas lainnya, lalu
mengajukan beberapa pertanyaan dalam wawancara dan mengisi kuesioner untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
melengkapi data mengenai faktor internal dan eksternal. Pengisisan kuesioner
dilakukan dengan tiga tahapan. Tahap pertama yaitu mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan eksternal, tahap kedua yaitu menggunakan daftar faktor
internal dan eksternal yang sudah diidentifikasi dengan cara pemberian rating dan
bobot, dan tahap ketiga yaitu penentuan alternatif strategi yang sebelumnya sudah
dirumuskan dengan analisis SWOT.
Informasi mengenai data skunder diperoleh dari data-data dan arsip
mengenai daerah tertinggal, Bappenas, Departemen Pembangunan Daerah
Tertinggal, Bappeda, BPS dan instansi lain yang terkait, dimana untuk keperluan
analisis dan tingkat ketipangan antar wilayah bagi strategi pembangunan wilayah
dibutuhkan data-data yang menyangkut :
1. Potensi fisik setiap wilayah pembangunan atau kecamatan yang berada
dilingkungan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Data potensi tersebut bersifat
sektoral, Karena dikumpulkan dari semua dinas dan instansi yang terkait.
2. Tingkat pemerataan pembangunan, kegiatan pembangunan dan hasil yang
dicapai pada setiap wilayah pembangunan. Data ini juga bersifat sektoral,
jenis dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Jenis dan Metode Pengumpulan Data Yang Diperlukan
Metode Analisa
Sistem hirarki
potensi fisik
wilayah
Tujuan
Menganalisis tingkat ketimpangan antar wilayah yang
disebabkan oleh perbedaan penyebaran potensi dan
sumberdaya alam yang dimiliki suatu daerah.
Sistem hirarki
tingkat
pemerataan
pembangunan
Menganalisis tingkat ketipangan antar wilayah yang
disebabkan perbedaan penyebaran atau alokasi kegiatan-
kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Analisis IFE dan
EFE
Meringkas dan mengevaluasi semua informasi lingkungan
internal meliputi kekuatan dan kelemahan, eksternal
meluang dan ancaman
Analisis SWOT Merumuskan strategi pebangunan daerah dengan melihat
faktor-faktor internal dan eksternal.
Analisis QSPM Menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang
sudah dirumuskan pada SWOT
3.4 Teknik Analisis Data
Metode pengolahan data dan analisis data menggunakan analisis kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan
memformulasikan strategi dengan pendekatan konsep-konsep manajemen
strategik. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan perhitungan
pengaruh antar dan antara faktor-faktor internal dan eksternal Kabupaten
Labuhanbatu Selatan dan untuk menentukan prioritas strategi.
3.4.1 Sistem Hirarki Potensi Fisik Wilayah
Sistem hirarki potensi fisik wilayah digunakan untuk mengetahui tingkat
ketipangan antar wilayah yang disebabkan oleh perbedaan penyebaran potensi dan
sumberdaya alam tersebut. Kondisi atau tingkat ketimpangan antar wilayah yang
ada digunakan dalam merumuskan strategi pembangunan sehingga dapat
menentukan fungsi dan arahan pebangunan wilayah.
Untuk menganalisis sistem hirarki potensi fisik wilayah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan ditetapkan 9 sektor pembangunan yang dianggap dapat
mewakili potensi-potensi pertumbuhan wilayah, yaitu umum, lokasi, tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, koperasi, perbankan.
Secara lengkap kesepuluh sektor tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Tabel 3
Sektor Pembangunan Yang Digunakan Dalam Distem Hirarki Potensi Fisik
Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Analisis dibedakan atas (1) analisis dengan pembobot yaitu analisis yang
memperhitungkan relatif pentingnya satu sektor dalam pembangunan dan (2)
analisis tanpa pembobot yaitu analisis yang tidak memperhitungkan relatif
pentingnya suatu sektor. Adapun nilai pembobot yang diberikan untuk analisis ini
adalah 1, 2 dan 3.Makin besar nilai pembobot suatu sektor berarti sektor tersebut
mempunyai sumbangan yang besar terhadap perekonomian wilayah atau nasional
dan makin penting dalam pertumbuhan pembangunan, demikian pula sebaliknya.
Kondisi ketimpangan antar wilayah yang dihasilkan dengan metode ini
secara parsial diperlihatkan oleh peringkat sektoral tiap wilayah dan peringkat
wilayah berdasarkan sektor akhir yang merupakan penjumlahan peringkat sektor.
Dalam hal ini tingkat ketimpangan dibedakan atas wilayah kaya, wilayah sedang
dan wilayah miskin. Batasan yang digunakan untuk menetapkan peringkat suatu
wilayah adalah skor akhir wilayah yang bersangkutan yaitu antara 94-315 untuk
tanpa bobot dan 233-717. Setelah dibagi menjadi tiga, maka wilayah kaya tanpa
dan dengan bobot masing-masing mempunyai skor antara 94-157 dan 233-397,
No Sektor Indikator Satuan
1 Umum Kepadatan penduduk Orang/Km2
2 Lokasi Jarak ke pusat peerintahan Km
3 Tanaman pangan Luas tanaman Ha
4 Perkebunan Luas tanaman Ha
5 Perternakan Luas areal penggembalaan Ha
6 Perikanan Luas areal pemeliharaan Ha
7 Perdagangan Rasio jumlah pedagang dan penduduk %
8 Koperasi Jumlah simpanan di KUD Rp
9 Perbankan Volume simpanan Rp
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
wilayah sedang mempunyai skor antara 158-232 dan 398-571, dan wilayah miskin
mempunyai skor antara 233-314 dan 572-717.
3.4.2 Sistem Hirarki Tingkat Pemerataan Pembangunan
Sistem ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketimpangan antar wilayah
yang disebabkan oleh perbedaan penyebaran atau lokasi kegiatan-kegiatan
pembangunan dan hasil-hasil yang diperoleh. Hasil akhir analisis sistem ini adalah
hirarki tingkat pemerataan pembangunan yang menunjukan peringkat tingkat
pemerataan pembangunan tiap wilayah pembangunan. Untuk menganalisa sistem
hirarki tingkat pemerataan pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan dipilih
11 sektor yang dianggap dapat memberi gambaran tingkat pemerataan
pembangunan dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada pada suatu wilayah,
yaitu agrarian, listrik, perbankan, tanaman pangan, perkebunan, perternakan,
perikanan, perdagangan, kesehatan dan pendidikan. Secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4
Sektor Yang Digunakan Dalam Sistem Hirarki Tingkat Pemerataan
Pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No Sektor Indikator Satuan
1 Agrarian Persentase luas lahan kering %
2 Listrik Persentase pelanggan per rumah tangga %
3 Jalan Persentase panjang jalan perkecamatan %
4 Perbankan Jumlah bank Unit
5 Perdagangan Jumlah kios dalam pasar Unit
6 Tanaman pangan Jumlah produksi Kg/orang
7 Perkebunan Jumlah produksi Ton
8 Peternakan Jumlah produksi Ton
9 Perikanan Produksi per kapita Kg/orang
10 Kesehatan Penduduk per puskesmas %
11 Pendidikan Rasio murid terhadap sekolah %
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Berbeda dari analisis sistem hirarki potensi fisik wilayah yang lebih
menekankan aspek masa akan datang atau pertumbuhan, maka analisis sitem
hirarki tingkat pemerataan pembangunan lebih menekankan pada aspek-aspek
yang telah dan sedang berlangsung, terutama yang menyangkut kegiatan
pembangunan.
Analisis dibedakan atas (1) analisis dengan pembobot yaitu analisis yang
memperhitungkan relative pentingnya suatu sektor dalam pembangunan dan (2)
analisis tanpa pembobot yaitu analisis yang tidak memperhitungkan relative
pentingnya suatu sektor. Adapun nilai pembobot yang diberikan untuk analisis ini
adalah 1, 2, dan 3. Penetapan nilai-nilai tersebut didasarkan pada relative
pentingnya sektor-sektor tersebut dalam kegiatan pembangunan. Semakin penting
semakin besar nilainya. Perbedaan analisis tersebut digunakan untuk mengetahui
wilayah-wilayah yang paling kritis secara ekonomi dalam pembangunan wilayah
yang merupakan wilayah yang perlu mendapat prioritas dalam pembangunan
wilayah.
Berdasarkan skor akhir yang di dapat dari analisis sistem hirarki tingkat
pemerataan pembangunan, maka tingkat ketimpangan wilayah dapat dibagi
menjadi tiga wilayah yaitu maju, sedang, dan tertinggal. Batas yang digunakan
untuk hirarki tingkat pemerataan yaitu antara 121-311 untuk tanpa bobot dan 338-
878 untuk dengan bobot. Dimana masing-masing wilayah maju tanpa dan dengan
bobot mempunyai batasan skor antara 121-203 dan 338-558, wilayah sedang 204-
250 dan 559-690, serta wilayah tertinggal mempunyai skor antara 251-331 dan
691-878.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
3.4.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE)
Matriks EFE digunakan untuk pengambilan keputusan dalam meringkas
dan mengevaluasi semua informasi lingkungan eksternal meliputi peluang dan
ancaman, sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Beberapa langkah dalam matriks IFE adalah sebagai berikut :
1. Daftar faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa lingkungan
internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan pada kolom 1.
2. Tentukan bobot untuk masing-masing faktor internal dengan skala 0,0(tidak
penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh faktor-
faktor internal terhadap posisi strategi perusahaan pada kolom 2. Keseluruhan
bobot faktor internal harus berjumlah 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya. Penentuan bobot dalam matriks IFE
dilakukan dengan jalan mengajukan faktor strategis internal tersebut kepada
pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode “Paired
Comparison” (Kinnear, 1991)
Metode tersebut digunkan untuk memberikan penilaian terhadap bobot
setiap faktor penentu internal. Untuk menentukan bobot setiap variable digunakan
skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Tebel 5
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis Internal A B C D …. Total
A
B
C
D
….
Total
Sumber : Kinnear, 1991
Bobot setiap variabl diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
Ai
Keterangan :
Ai = Bobot variabel ke-I
Xi = Total nilai variabel
i = A,B,C,D……….n
n = Jumlah variabel
3. Tentukan rating pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa
efektif strategi perusahaan yang tengah dijalankan terhadap faktor pada kolom
3. Skala rating mulai dari 4 = respon sangat besar (superior), 3 = respon di atas
rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon sangat kecil (inferior). Nilai rating
didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.
4. Kalikan setiap bobot faktor (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk
menentukan skor bobot pada kolom 4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
5. Jumlahkan skor bobot pada kolo 4 untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang dinilai. Nilai total ini menunjukkan bagaimana
organisasi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.
Tabel 6
Matriks Evaluasi Faktor Internal
No Faktor Internal Kunci Bobot Rating Skor Bobot
KEKUATAN (Ai) (Bi) = 1,2,3,4 (Ai x Bi)
1.
2.
…
KELEMAHAN
1.
2.
…
TOTAL 1,0
Suber : David, 2002
Sedangkan langkah-langkah dalam matriks EFE adalah sebagai berikut :
1. Daftarkan faktor-faktor sukses kritis yang diperoleh dari analisa lingkungan
eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman pada kolom 1.
2. Tentukan bobot untuk masing-masing faktor eksternal dengan skala mulai dari
0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), berdasarkan pengaruh
faktor-faktor eksternal terhadap posisi strategi perusahaan pada kolom 2.
Keseluhuran bobot faktor eksternal jumlahnya tidak bolh melebihi 1,0. Nilai
bobot dicari dan hitung brdasarkan rata-rata industrinya. Penentuan bobot
dalam matriks EFE dilakukan dengan jalan mengajukan strategis eksternal
tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode
“paired coparisn” (Kinnear, 1991).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot
setiap faktor penentu internal.Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan
skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal.
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Tabel 7
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal
Faktor Strategis Internal A B C D …. Total
A
B
C
D
….
Total
Sumber : Kinnear, 1991
Bobot setiap variabl diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap
jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
Ai
Keterangan :
Ai = Bobot variabel ke-I
Xi = Total nilai variabel
i = A,B,C,D……….n
n = Jumlah variabel
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
3. Tentukan rating pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa
efektif strategi perusahaan yang tengah dijalankan terhadap faktor pada kolom
3. Skala rating mulai dari 4 = respon sangat besar (superior), 3 = respon di atas
rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon sangat kecil (inferior). Nilai rating
didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.
4. Kalikan setiap bobot faktor (kolom 2) dengan rating (kolom 3) untuk
menentukan skor bobot pada kolom 4.
5. Jumlahkan skor bobot pada kolo 4 untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang dinilai. Nilai total ini menunjukkan bagaimana
organisasi bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.
Dengan mempertahankan faktor peluang dalam matriks EFE, total skor
tertinggi adalah 4,0 menunjukkan strategi yang dijalankan perusahaan sangat
efektif dalam mengambil manfaat dari peluang dan meminimalkan dampak dari
ancaman eksternal sedangkan total skor terendah adalah 1,0 menunjukan strategi
yang dijalankan perusahaan tidak dapat mengambil manfaat dari peluang yang
ada dan menghindari ancaman.
Tabel 8
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
No. Faktor Internal
Kunci
Bobot Rating Skor Bobot
PELUANG (Ai) (Bi) = 1,2,3,4 (Ai x Bi)
1.
2.
….
ANCAMAN
1.
2.
….
Total 1.0
Sumber : David, 2002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
3.4.4 Matriks SWOT
Penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang ada. Oleh karena itu harus terlebih dahulu
dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor tersebut dengan menggunakan
matriks IFE dan EFE. Kedua matriks ini memperlihatkan faktor mana yang lebih
berpengaruh dan faktor mana yang kurang berpengaruh terhadap wilayah.
Unsur-unsur SWOT meliputi: S (strength) yang berarti mengacu kepada
keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambtan
yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity)
yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang membatasi
penghalang, T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi
atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel
kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, stratgi W-O, strategi W-T dan
strategi S-T.matriks SWOT Dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9
Matriks SWOT
Internal
Eksternal
OPPORTUNITIES (O)
Daftar Peluang Eksternal
STRENGTH (S)
Daftar Kekuatan Internal
STRATEGI S-O
Gunakan kukuatan untuk
memanfaatkan peluang
WEAKNESS (W)
Daftar Kelemahan
Internal
STRATEGI W-O
Mengatasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
THREATS (T)
Daftar Ancaman
Eksternal
STRATEGI S-T
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
STRATEGI W-T
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : David, 2002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Terdapat delapan tahapan dala membentuk matriks SWOT, yaitu :
1. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah.
2. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah.
3. Membuat daftar peluang eksternal wilayah.
4. Membuat daftar ancaman eksternal wilayah.
5. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal
dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O.
6. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang
eksternal dan mencatat hasilya dalam sel strategi W-O.
7. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T.
8. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T.
3.4.5 Analisis QSPM (Quantitative Strategi Planing Matriks)
Secara konsep, matriks QSP menentukan daya tarik relatif dari berbagai
strategi berdasarkan pada sejauh mana faktor-faktor strategi internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari setiap strategi dalam satu set
alternatif dihitung dengan menetapkan dampak kumulatif dari setiap faktor sukses
kritis eksternal dan internal. Berapa pun jumlah set strategi alternatif dapat
dimasukkan dalam QSPM, dan dalam berapa pun jumlah strategi dapat menyusun
suatu set.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM adalah :
1. Mendaftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal dari
organisasi dalam kolom kiri dari QSPM. Informasi ini harus diambil langsung
dari matriks IFE dan EFE. Minimal 10 faktor sukses kritis eksternal dan 10
faktor sukses kritis internal harus dimasukan dalam QSPM.
2. Memberiakan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.
3. Memeriksa tahapan perumusan strategi dan mengidentifikasi strategi alternatif
yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
4. Menetapkan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Score/AS). Tentukan nilai
numerik yang menunjukan daya tarik relatif dari setiap strategi dalam
alternatif set tertentu. Nilai daya tarik ditetapkan dengan memeriksa setiap
faktor sukses kritis eksternal dan internal, satu persatu. Bila faktor sukses
tersebut mempengaruhi startegi pilihan yang akan dibuat maka strategi harus
dibandingkan relatif terhadap faktor kunci. Nilai daya tarik harus diberikan
pada strategi untuk menunjukan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi
yang lain. Nilai daya tarik itu adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 =
cukup menarik dan 4 = amat menarik.
5. Menghitug Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness score/TAS). Total ini
daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya tarik.
Semakin tinggi TAS, semakin menarik alternatif strategi itu.
6. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah total nilai daya tarik
menggunakan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi.
Semakin tinggi TAS manunjukan strategi tersebut semakin menarik dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
mempertimbangkan semua faktor sukses kritis eksternal dan internal relevan
yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
Tabel 10
Matriks QSP
Faktor-faktor Sukses
Kritis
Alternatif Strategi
Faktor Internal Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Eksternal
Total Nilai Daya Tarik 1,0
Sumber : David, 2002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) yang beribukota di Kota
Pinang, Kota Pinang adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten
Labuhanbatu sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2008 pada 24 Juni
2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, semasa pemerintah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Luas daerah 3.596 km2 , populasi
penduduk mencapai 313.884 jiwa (2015), dengan kepadatan 87,29 jiwa/km2.
Batasan wilayah, Kabupaten Labuhanbatu dan Selat Malaka (Utara),
Kabupaten Padang Lawas (Selatan), Kabupaen Padang Lawas Utara dan
Kabupaten Labuhanbatu (Barat), Kabupaten Rokan Hilir (Provinsi Riau) di
Timur.
Tabel 11
Luas Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
No Kecamatan Luas (Km2)
1 Kampung Rakyat 709,15 km2
2 Kota Pinang 482,40 km2
3 Sungai Kanan 484,35 km2
4 Silangkitang 303,70 km2
5 Torgamba 1.136,40 km2
Jumlah 3.596 km2
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu Selatan, 2015.
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui luas masing-masing
kecamatan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu Kampung Rakyat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
memiliki luas 709,15 km2, Kota Pinang memiliki luas 482,40 km
2, Sungai Kanan
memiliki luas 484,35 km2, Silangkitang memiliki luas 303,70 km
2, dan Torgamba
memiliki luas 1.136,40 km2. Total luas keseluruhan kecamatan yang ada di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 3.596 km2.
4.2 Kependudukan
4.2.1 Jumlah Penduduk
Dari Hasil Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjumlah 362.825 jiwa di tahun 2016
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 12
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016
No Kecamatan Luas/Area Penduduk/Popula
si
Kepadatan
Penduduk
(orang/km2) Km
2 % Jumlah %
1 Kampung Rakyat 709.15 22.76 59.595 18.60 84.04
2 Kota Pinang 482.40 15.48 61.322 19.14 127.12
3 Sungai Kanan 484.35 15.54 53.143 16.59 109.72
4 Silangkitang 307.70 9.75 31.683 9.89 104.32
5 Torgamba 1136.40 36.47 121.082 35.78 100.88
Labuhanbatu Selatan 3116.00 100.00 326.825 100.00 102.82
Sumber : BPS Kabupaten Labuhanbatu Selatan . 2016
4.3 Struktur Perekonomian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Beragamnya kegiatan perekonomian akan berpengaruh pada struktur
perekonomian suatu wilayah. Sumberdaya manusia dan sumberdaya alam
merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap struktur perekonomian
daerah. Dengan demikian struktur perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh
kemampuan tiap-tiap sektor dalam pencapaian nilai tambah. Dari struktur
perekonomian juga akan memberikan gambaran saran umum tentang potensi
ekonomi suatu wilayah. Perekonomian Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada
tahun 2015 masih didomonasi oleh sektor pertanian yaitu sebesar 41,48 persen
dan sektor perdagangan sebesar 29,63 persen. Sedangkan sektor-sektor lainnya
kontribusinya masih kecil. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Labuhanbatu
Selatan diperlihatkan pada Tabel 13.
Tabel 13
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2011-
2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)
Sektor/Lapangan Usaha
Sektor Primer :
Pertanian
Perambangan
Sektor sekunder :
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air bersih
Bangunan dan Kontruksi
Sektor Tersier :
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, persewahan & Jasa
Persh
Jasa-jasa
2011
40.44
40.29
0.15
13.39
9.80
0.58
3.01
46.18
30.85
3.56
2.86
8.91
2012
40.78
40.60
0.18
12.54
8.49
0.56
3.49
46.70
30.43
3.37
3.10
9.80
2013
41.46
41.29
0.17
12.64
4.80
0.57
3.27
45.90
30.32
3.38
2.96
9.24
2014
41.04
40.88
0.16
13.04
9.36
0.57
3.11
45.86
30.49
3.49
2.91
8.96
2015
41.48
41.30
0.18
12.01
8.05
0.51
3.45
46.50
29.63
3.34
3.14
10.39
Produk Domestik Regional
Bruto
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Labuhanbatu Selatan, 2015
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
Pada tabel 13 terlihat bahwa pada kelompok sektor primer dan tersier
mengalami peningkatan, sedangkan sektor sekunder sedikit mengalami
penurunan, hal ini karena sektor industri pengolahan pengelolaannya cenderung
masih tradisional dan tidak tergantung pada bahan impor serta berbasis teknologi
sederhana. Tiap-tiap sektor akan dijelaskan sebagai berikut :
4.3.1 Sektor Pertanian
Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sub
sektor perkebunan besar masih menunjukan peran sebagai salah satu sektor
andalan dalam pembangunan ekonomi. Kemudian disusul dengan sub sektor
tanaman pangan sedangkan sub sektor peternakan, perikanan, perkebunan rakyat
dan sub sektor kehutanan hanya penunjang.
Kabupaten Labuhanbatu Selatan juga sangat potensial untuk
pengembangan berbagai jenis tanaman palawija, diantaranya yang utama adalah
jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, kacang hijau dan ubi jalar. Sedangkan
untuk holtikultura yang utama adalah cabe besar, tomat, kacang merah dan
lainnya. Pada sub sektor peternakan, kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki
potensi peternakan yang sangat baik. Namun pada umumnya peternakan masih
diusahakan dalam skala kecil. Populasi ternak yang cukup besar selain ternak
unggas adalah domba dan sapi. Peternakan banyak dikembangkan di Kecamatan
Kampung Rakyat dan Torgamba. Sedangkan sektor perikanan Kabupaten
Labuhanbatu Selatan memiliki potensi air tawar sebesar 987 ha, mencakup
perikanan budidaya dan perikanan tangkap di perairan kolam (kolam air tenang).
Kolam air deras, dan perairan umum. Perikanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
adalah Ikan mas (58,79 persen), nilem (11,94 persen), nila (11,81 persen), gurame
(5,61 persen), mujair (4,33 persen), lele (1,41 persen) dan udang. Sedangkan pada
sub sektor kehutanan meskipun kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki
kawasan hutan yang cukup luas tetapi sumbangan PDRB masih rendah, hal ini
karena sebagian besar kawasan hutannya merupakan kawasan lindung, suaka alam
dan hutan wisata yaitu sebesar 51,6 persen dan hutan produksi hanya 38,4 persen.
4.3.2 Sektor Pedagangan
Sektor ini merupakan sektor terbesar setelah sektor pertanian dalam
memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Kegiatan utama pengembangan perdagangan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
diarahkan pada pengadaan dan monitoring Sembilan bahan pokok (sembako) dan
barang penting lainnya, pembinaan pengusaha kecil dan menengah, penciptaan
perlindungan terhadap konsumen dan pengembangan ekspor. Komoditi dari hasil
olahan produk pertanian yaitu minyak sawit, karet, dan kakao (coklat).
4.3.3 Sektor Industri
Kegiatan sektor industri yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
umumnya di dominasi oleh industri kecil dan menengah, baik yang berbentuk
sentra ataupun non sentra. Potensi industry kecil yang menjadi komoditas andalan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri dari industri kerajinan Anyaman Rotan
dan Bambu, Ikan Asap, Dodol, dan Kosmetik Berbahan Pinang.
4.3.4 Sektor Pariwisata
Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan mempunyai potensi objek wisata
yang cukup besar baik wisata alam maupun situs budaya, diantaranya : wisata
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
alam air terjun padayangan, wisata alam/pusat pelatihan gajah di hutan lindung
(Holiday Resort), taman rekreasi kolam renang cikampak, dan obyek wisata bumi
perkemahan PT. Asam Jawa, pemandian alam sampuran, danau buatan simatahari
dan lain-lain.
4.3.5 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi
Potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan sangat mendukung, namun sampai saat ini yang menjadi
kendala sarana dan prasarananya baik sarana dibidang fisik maupun sarana di
bidang sosial.
Sarana perekonomian merupakan sarana yang sangat mendukung terhadap
tingkat kemajuan khususnya pertumbuhan ekonomi daerah. di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan terhadap beberapa pasar dengan ukuran beragam dan pola
penyebarannya sudah merata di setiap kecamatan, baik yang dikelolah oleh dinas
pengelola pasar Kabupaten Labuhanbatu Selatan juga pasar yang dikelola secara
swadaya oleh masyarakat.
Sarana perekonomian lainnya yaitu lembaga perbankan, terdapat 4 buah
bank pemerintah yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri dan Bank SUMUT
(Sumatera Utara). Sedangkan bank swasta diantarannya bank BCA, Bank Syariah
Mandiri, dan Bank BRI Syariah.
Arus lalu lintas barang dan jasa dari dan ke ibukota Kabupaten (kota
pinang) sudah cukup lancar, prasarana perhubungan di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan sudah cukup memadai. Untuk panjang jalan Kabupaten Labuhanbatu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Selatan tahun 2015 sebagian besar permukaanya adalah tanah yaitu sepanjang
217,65 km, diaspal sepanjang 160,95 km, dan kerikil sepanjang 141,71 km.
Pada tahun 2015 terdapat sekolah dasar negri (SDN) terdapat 169 sekolah
dengan jumlah murid 36.212 orang, dan guru 1.384 orang, tingkat sekolah
pertama (SMP) N terdapat 17 sekolah, dengan 5.636 orang murid dan 372 orang
guru, untuk SMA N terdapat 7 sekolah, dengan 3.466 orang murid, dan 218 orang
guru.
Banyaknya fasilitas kesehatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun
2015 berupa posyandu sebanyak 287, puskesmas ada sebanyak 11, dan
rumahsakit ada 3. Sedangkan sarana pelayanan kesehatan seperti dokter umum
yang ada sebanyak 47 orang, dokter gigi 12 orang, dan dokter spesialisasi hanya 1
orang. Begitu juga jumlah bidan dan perawat swasta maupun negeri sebanyak 323
orang.
Banyaknya tempat ibadah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan seperti
masjid sebanyak 367 unit, musholla sebanyak 252 unit, sedangkan gereja 125
unit, dan pura hanya 2 unit.
Pengeluaran rata-rata perkapit sebulan menurut jenis konsumsi di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu berupa makanan sebanyak 308.177
rupiah/bulan dengan persentase 65,52%, dan yang bukan makanan sebanyak
162.178 rupiah /bulan dengan persentase 32,48%.
4.4 Ketimpangan Antar Wilayah Pembangunan
Ketimpangan antar wilayah merupakan masalah yang perlu diperhatikam .
masalah tersebut dapat mempengaruhi struktur dan organisasi tata ruang wilayah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
pembangunan yang direncanakan serta tingkat kesejahteraan masyarakat di tiap
wilayah.
Ketimpangan antar wilayah yang terjadi bisa disebabkan oleh penyebaran
sumberdaya pembangunan yang tidak merata di tiap wilayah serta kurang
meratanya kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana
pembangunan.
4.4.1 Ketimpangan Sumberdaya Pembangunan
Sumberdaya pembangunan sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu
pembangunan. Secara umum sumberdaya pembangunan suatu wilayah merupakan
potensi wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pertumbuhan
wilayah bagi wilayah yang bersangkutan. Sumberdaya pembangunan dapat
dibedakan atas sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya modal,
sumberdaya kelembagaan dan sumberdaya penguasaan teknologi. Namun karena
penyebarannya dalam suatu wilayah tidak merata, maka menyebabkan ada
wilayah yang kaya dengan sumberdaya dan ada wilayah yang miskin sumberdaya,
hal ini yang menyebabkan tingkat pertumbuhan dan pemerataan tiap wilayah akan
berbeda.
Jumlah sumberdaya pembangunan yang dimiliki suatu wilayah dapat
menentukan peringkat wilayah tersebut dalam sistem hirarki potensi fisik. Untuk
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dipilih 10 sub sektor yang dianggap relevan
menggambarkan potensi pembangunan untuk pertumbuhan wilayah di setiap
kecamatan, (Tabel 3).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Peringkat-peringkat wilayah pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan berdasarkan jumlah sumberdaya pembangunan dan potensi pertumbuhan
wilayah disusun dalam sistem hirarki potensi fisik wilayah. Secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2.
Berdasarkan tabel 14 bahwa dengan analisis sistem hirarki potensi fisik
wilayah (HPF) wilayah tanpa dan dengn bobot, maka wilayah yang ada di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan bisa dibagi ke dalam tiga wilayah yaitu wilayah
kaya, wilayah sedang dan wilayah miskin. Dari hasil analisis HPF tanpa bobot
yang termasuk wilayah kaya 30 persen, wilayah miskin 30 persen, dan 40 persen
wilayah sedang. Perbedaan kategori tersebut menunjukan bahwa terdapat
ketimpangan antar wilayah sebagai akibat penyebaran sumberdaya yang kurang
merata, secara garis besar terjadi berdasarkan perbedaan geografis. Perbedaan
keadaan geografis tersebut telah menyediakan potensi yang tinggi terjadinya
ketimpangan antar wilayah dimana wilayah-wilayah kaya sebagian besar berada
di Kabupaten Labuhanbatu Selatan bagian Utara (SWP II DAN SWP III) dan
wilayah miskin berada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan bagian selatan (SWP I).
Tabel 14
Kategori Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Berdasarkan Sistem
Kategori Wilayah Tanpa Bobot SWP Dengan Bobot SWP
Wilayah kaya Torgamba
Kota Pinang
III
II
Torgamba
III
Wilayah Sedang
Wilayah Miskin
Sungai Kanan
Kampung
Rakyat
Silangkitang
II
I
I
Kota Pinang
Sungai Kanan
Kampung Rakyat
Silangkitang
III
II
I
I
Sumber : lampiran 1 dan 2 (Diolah)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Kecamatan Silangkitang termasuk kategori miskin sebab Kecamatan ini
tidak memiliki akses yang baik ke pusat pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan maupun ke kota di kabupaten lainnya. Selain itu prasarana dan sarana juga
tidak memadai serta tidak didukung oleh potensi wilayahnya. Sehingga hal ini
memperlambat perkembangan pembangunan dan pemerataan serta mempersulit
meningkatnya perekonomian masyarakat.
Berdasarkan hirarki potensi fisik wilayah dengan bobot (memerhitungkan
relative pentingnya suatu sektor dalam perekonomian wilayah), dapat disimpulkan
bahwa ketimpangan antar wilayah masih terjadi sama halnya dengan HPF tanpa
bobot. Namun, ada wilayah yang mengalami peningkatan kategori wilayah dari
wilayah miskin HFP tanpa bobot menjadi wilayah sedang, yaitu Kecamatan
Silangkitang.
Besarnya perbedaan skor akhir antara wilayah tersebut telah
menggambarkan bahwa penyebaran sumberdaya kurang merata sehingga
menyebabkan tingginya tingkat ketimpangan yang terjadi. Maka dalam hal ini
banyak pengalokasian kegiatan-kegiatan pembangunan lebih diarahkan ke
wilayah-wilayah kaya yang lebih tersedia sumberdayannya.
Jika terlihat dari sudut manfaat maka wilayah-wilayah kaya akan
menghasilkan nilai tambah yang lebih besar karena adanya keterkaitan
pemanfaatan suatu sumberdaya dengan sumberdaya lain yang juga melimpah di
wilayah-wilayah kaya tersebut. Peningkatan nilai tambah tersebut akan sangat
berarti bagi pertumbuhan suatu wilayah yang mampu menghasilkan devisa besar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
dan akhirnya meningkatkan nilai investasi pemanfaatan sumberdaya bagi
peningkatan pertumbuhan wilayah selanjutnya.
4.4.2 Ketimpangan Kegiatan Pembangunan
suatu kegiatan pembangunan pasti dipengaruhi oleh ketersediaan
sumberdaya yang dimiliki baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam.
Dimana sumberdaya yang dimiliki oleh suatu wilayah bervariasi dari segi
kuantitas maupun kualitas. Wilayah yang sumberdayanya banyak dan berkualitas
akan menguntungkan karena memiliki daya tarik untuk alokasi investasi sehingga
pembangunan di wilayah tersebut cenderung produktif dan lebih banyak
dibandingkan dengan wilayah yang kurang sumberdayanya. Dengan bervariasinya
sumberdaya yang ada pada masing-masing wilayah, hal ini bisa digunakan untuk
melihat seberapa besar tingkat pemerataan pembangunan di suatu wilayah. Untuk
itu, dipilih sektor-sektor yang digunakan sebagai indikator. Dapat dilihat pada
tabel 4.
Berdasarkan hiraki tingkat pemerataan pembangunan maka pusat-pusat
pengembangan dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu wilayah maju, wilayah
sedang, dan wilayah tertinggal. Dari analisa tersebut dapat diketahui tingkat
ketimpangan antar wilayah yang disebabkan oleh perbedaan penyebaran atau
alokasi kegiatan-kegiatan pembangunan dan hasil-hasil yang diperoleh. Kategori
wilayah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada Tabel 15.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Tabel 15
Kategori Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan Berdasarkan Sistem
Hirarki Tingkat Pemerataan Pembangunan Tanpa dan Dengan Bobot, 2016
Kategori Wilayah Tanpa Bobot SWP Dengan Bobot SWP
Maju Torgamba
Kota Pinang
Sungai Kanan
III
II
I
Kota Pinang
Torgamba
III
II
Sedang Kampung Rakyat I Kampung Rakyat
Sungai Kanan
II
I
Tertinggal Silangkitang I Silangkitang I
Sumber : Diolah dari Lampiran 3 dan 4
Tabel 15 menunjukan bahwa wilayah-wilayah maju di kabupaten
Labuhanbatu Selatan sebagian besar terdapat di bagian utara atau pada wilayah
SWP I kecuali Kecamatan Silangkitang. Berikut adalah kategori wilayah-wilayah
yang terbelakang yang menyebar hampir di seluruh kecamatan. Berikut adalah
kategori wilayah-wilayah pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang
menunjukan tingkat pemerataan pembangunan yaitu :
a) Wilayah Maju
Berdasarkan analisa hirarki tingkat pemerataan pembangunan tanpa bobot,
maka diperoleh kecamatan-kecamatan yang tergolong maju mempunyai skor
antara 121-201. Kecamatan-kecamatan tersebut secara berurutan adalah
Kecamatan Torgamba, Kota Pinang, dan Sungai Kanan.
Sedangkan berdasarkan analisa hirarki tingkat pemerataan pembangunan
dengan bobot yang mempunyai skor antara 338-537, maka kecamatan-kecamatan
yang tergolong maju masih sama dengan kecamatan-kecamatan pada hirarki
tingkat pemerataan pembangunan tanpa bobot, kecuali Kecamatan Sungai Kanan
yang mengalami penurunan kategori dari kategori merata menjadi sedang. Hal ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
karena Kecamatan Sungai Kanan memiliki peringkat rendah pada pemerataan
prasarana jalan, tanaman pangan, dan kesehatan.
b) Wilayah Sedang
Berdasarkan analisa hirarki tingkat pemerataan pembangunan tanpa bobot,
maka diperoleh Kecamatan yang tergolong sedang mempunyai skor antara 203-
241. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kampung Rakyat. Sedangkan jika
dengan bobot ternyata masih sama dengan kecamatan pada hirarki tingkat
pemerataan pembangunan tanpa bobot, justru mengalami penambahan dari
Kecamatan Sungai Kanan. Hirarki tingkat pemerataan pembangunan dengan
bobot mempunyai skor antara 558-680.
c) Wilayah Tertinggal
Kecamatan yang termasuk wilayah kategori ini adalah kecamatan yang
mempunyai skor antara 251-311 pada hirarki tingkat pemerataan pembangunan
tanpa bobot dan mempunyai skor antara 691-878 pada hirarki tingkat pemerataan
pembangunan dengan bobot. Kecamatan pada kategori ini tidak mengalami
perubahan baik tanpa maupun dengan bobot. Kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Silangkitang.
Pada lampiran 3 dan 4 terlihat bahwa wilayah-wilayah yang tergolong
maju pada umumnya telah merata disemua sektor pembangunannya. Tingginya
peringkat masing-masing sektor tergantung dari kondisi dan potensi sumberdaya
masing-masing wilayah. Kondisi pemerataan masing-masing sektor yang
mempunyai peringkat tinggi dalam suatu wilayah adalah sebagai berikut :
Agraria : Torgamba, Kota Pinang, Sungai Kanan, dan Kampung Rakyat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
Listrik : Kota Pinang, Torgamba, Sungai Kanan, dan Kampung Rakyat.
Jalan : Kota Pinang, Sungai Kanan, Torgamba
Tanaman Pangan : Torgamba, Sungai Kanan, dan Kampung Rakyat.
Perkebunan : Torgamba, Kampung Rakyat, dan Sungai Kanan.
Peternakan : Kampung Rakyat, Torgamba, dan Sungai Kanan.
Perikanan : Torgamaba, Sungai Kanan
Perdagangan : Kota Pinang, Torgamba, dan kampung Rakyat.
Kesehatan : Kota Pianang, Torgamba, dan Sungai Kanan.
Pendidikan : Kota Pinang, Torgamba, Sungai Kanan, dan Kampung Rakyat.
Perbedaan peringkat dan kategori wilayah yang terjadi akibat alokasi
kegiatan pembangunan yang tidak merata menunjukan adanya ketimpangan antar
wilayah yang berpengaruh terhadap perekonomian wilayah. Perbedaan skor akhir
yang besar menunjukan bahwa ketimpangan yang terjadi antara wilayah maju
dengan wilayah tertinggal besar pula. Pada wilayah maju kegiatan pembangunan
sangat banyak sehingga pemanfaatan sumberdaya akan memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan wilayah sangat tinggi, sebaliknya di wilayah tertinggal
pembangunan sedikit sehingga sumbangan sumberdaya pembangunan terhadap
pertumbuhan wilayah sangat kecil.
Bila dikaitkan dengan hirarki potensi fisik wilayah dengan bobot terlihat
bahwa terdapat wilayah maju yang juga termasuk wilayah kaya kecuali
Kecamatan Sungai Kanan yang merupakan wilayah sedang dalam hirarki potensi
fisik dan merupakan wilayah maju dalam hirarki pemerataan pembangunan. Hal
ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara sumberdaya dan alokasi kegiatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
pembangunan dimana ada Kecamatan yang sumberdayanya tinggi dan tingkat
pemertaannya tinggi pula.
Dapat disimpulkan bahwa peluang alokasi pembangunan akan lebih
banyak pada wilayah yang memiliki prasarana pendukung yang lengkap dan yang
banyak, sehingga terjadi tingkat pemerataan pembangunan serta pemanfaatan
sumberdaya akan lebih optimal. Namun, hal ini tidak menutup juga bagi
kecamatan-kecamatan yang miskin dengan sumberdaya untuk meningkatkan
pemerataan pembangunan wilayahnya.
4.5 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
4.5.1 Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor strategis internal terdiri dari faktor-faktor yang dapat
dijadikan kekuatan dan kelemahan dalam pembangunan daerah tertinggal
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Adapun faktor-faktor strategis internal tersebut
antara lain :
a. Posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sebagai Daerah Penyangga
Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang terletak di perbatasan antar provinsi di
pulau sumatera merupakan daerah penyangga bagi pembangunan di
Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten selanjutnya , karena Kabupaten
Labuhanbatu Selatan merupakan pintu gerbang provinsi Sumatera Utara
ditinjau dari provinsi Riau. Sedangkan hasil bumi yang di dapat akan masuk
ke Kabupaten masing-masing dan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
b. Kondisi Geografis
Secara umum Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan daerah dataran
tinggi dengan kondisi alam yang berbukit-bukit. Kondisi demikian
mengakibatkan daerah-daerah tertinggal atau terpencil sulit dijangkau baik
transportasi maupun telekomunikasi. Selain itu, kawasan tersebut sangat peka
terhadap bencana alam seperti gerakan tanah, banjir, dan lain-lain.
c. Keadaan Sumber Daya Alam
Pada umumnya wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki kesesuaian
lahan yang cukup baik untuk pertanian karena didukung oleh kondisi fisik
yang cukup baik. Selain itu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan juga memiliki
iklim tropis, curah hujan yang cukup tinggi, hari hujan yang banyak dan lahan
yang subur serta ditunjang dengan banyaknya aliran sungai, menyebabkan
bagian besar wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian. Jenis tanah di
wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan juga mempunyai kesesuaian yang
baik untuk kegiatan-kegiatan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan.
Selai itu sektor perikanan budidaya air pun memiliki peluang yang cukup baik
karena memiliki lahan perairan yang cukup luas.
d. Keadaan Sumber Daya Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Labuhanbatu Selatan saat ini
menempati urutan ketiga dari bawah di tingkat Sumatera Utara. Rendahnya
pencapaian indeks pembangunan manusia menggambarkan kondisi, bahwa
pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi saat ini masih
mengahadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi ini terlihat pada angka laju
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yang mencapai 3,28%, lebih rendah
dibandingkan pencapaian LPE tahun 2014 yang mencapai 3,79%. Pada saat
yang sama, angkatan kerja yang produktif di sektor formal justru semakin
banyak yang kehilangan pekerjaan karena PHK, yang menyebabkan tingginya
angka pengangguran terbuka sebanyak 5.698 orang. Angka itu pula yang turut
menyebabkan penduduk miskin di Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada
pada jumlah 63.702 orang.
e. Sarana da Prasarana
Sarana dan prasarana wilayah memegang peran penting dalam pembangunan
suatu wilayah, aspek ini dapat menjadi indikator dari berkembangnya suatu
wilayah. Namun disisi lain aspek sarana dan prasarana yang tersedia juga
dapat menjadi sebuah masalah jika ternyata sarana dan prasarana tersebut
telah tersedia namun disisi lain tingkat kemajuan dan perkembangan wilayah
yang bersangkutan tidak sebanding dengan fasilitas yang tersedia. Bekaitan
dengan kondisi geografis, maka upaya penyebaran sarana dan prasarana
pembangunan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum sepenuhnya
menyebar di setiap wilayah. Hal ini mengakibatkan suatu daerah akan
tertinggal.
f. Peran Industri Pendidikan, Balai Penelitian dan Diklatda
Pembangunan daerah tertinggal memerlukan peran serta dari berbagai
lembaga atau instansi. Keberadaan dari Instansi Pendidikan, Balai Penelitian,
dan Diklatda di harapkan dapat membantu kegiatan pembangunan. Misalnya
Instansi Pendidikan di upayakan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
manusia melalui program wajib belajar. Sedangkan Balai Penelitian dan
Diklatda diupayakan dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat pedesaan pada khususnya melalui penelitian terhadap masalah
yang ada serta pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan-pelatihan.
g. Hubungan Lembaga Pemerintah dengan Masyarakat
Keserasian antar lembaga pemerintah dengan masyarakat merupakan tolak
ukur dari keberhasilan suatu pembangunan. Untuk itu, kedua elemen tersebut
harus mempunyai visi yang sama yaitu untuk memajukan daerahnya. Dengan
catatan setiap elemen diberikan kebebasan berpikir dan beraktivitas serta
saling mendukung.
h. Dana Pembangunan
Suatu pembangunan akan berjalan optimal jika PAD di daerah tersebut
maksimal. Pembangunan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum
sepenuhnya tercapai disebabkan oleh PAD daerah tersebut sangat kecil. Hal
ini bisa dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya yang kecil pada tahun 2014
sebesar 3,78 persen, dan pada tahun 2015 turun menjadi 3,28. Keadaan ini
dipengaruhi oleh rendahnya pertumbuhan sektor pertanian khususnya tanaman
bahan makanan.
i. Tata Ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kondisi geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang tidak rata berakibat
pada penataan ruang yang cenderung terhambat diseluruh daerah-daerah
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Hal ini menyebabkan terjadinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
ketimpangan pemerataan pembangunan, yang pada akhirnya menimbulkan
disparitas antar daerah.
j. Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi
Akibat pembangunan yang tidak merata, maka pola penyebaran pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi misalnya pasar, cenderung memusat pada satu daerah.
Hal ini berpengaruh pada tingkat perekonomian masyarakat. Semakin dekat
dengan pusat pertumbuhan ekonomi maka biaya yang dikeluarkan semakin
kecil dan sebaliknya.
k. Adat Istiadat dan Budaya
Pada dasarnya adat istiadat dan budaya merupakan sesuatu yang harus
dilestarikan. Apalagi, jika adat istiadat dan budaya tersebut bisa menarik
wisatawan asing maupun lokal. Hal ini menunjukan bahwa adat istiadat dan
budaya tersebut mempunyai nilai yang tinggi dan dengan sendirinya akan
menghasilkan devisa bagi daerah terseut.
l. Supremasi Hukum
Pembangunan akan terus berjalan ketika hukum di suatu daerah bisa
ditegakkan. Hal ini bisa dijadikan tumpuan bagi siapa saja untuk beraktivitas.
Terlebih lagi bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di suatu daerah.
m. Komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Semenjak kabupaten Labuhanbatu Selatan masuk kategori tertinggal bersama
190 kabupaten lainnya diseluruh Indonesia, maka pemerintah daerah tersebut
berusaha untuk bangkit mengejar ketertinggalan dengan visi yang baru yaitu
Labuhanbatu Selatan bangkit dan berprestasi. Hal ini terlihat dengan semakin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
gencarnya dari setiap dinas pemerintahan untuk melakukan pemberdayaan di
setiap daerah dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan.
n. Nota Kesepakatan Gubernur Dengan Bupati
Sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalannya, maka pemerintah daerah
saat ini sedang membuka pintu kerjasama dengan pemerintah provinsi
khususnya dalam pembangunan daerah tertinggal. Kerjasama ini sangat
penting mengingat masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang agresif
ketika mendapat dukungan dari luar untuk membangun daerahnya.
4.5.2 Faktor Strategis Eksternal
Faktor-faktor strategis eksternal terdiri dari faktor-faktor yang dapat
dijadikan peluang dan ancaman dalam pembangunan daerah tertinggal Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Laju Pertumbuhan Penduduk
Tingginya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk akan menjadi beban
perekonomian yang pada akhirnya dapat menekan tingkat kesejahteraan
rumah tangga. Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan menurut hasil
sensus penduduk tahun 2011 sebanyak 277.637 jiwa dengan komposisi laki-
laki sebanyak 131.627 jiwa, dan penduduk perempuan sebanyak 146.010 jiwa.
Sedangkan tahun 2015 terjadi peningkatan dengan jumlah penduduk sebanyak
320.381 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki 163.390 jiwa, dan
penduduk perempuan sebanyak 156.991 jiwa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
b. Kemitraan
Pembangunan suatu daerah sering kali terbengkalai akibat dana pembangunan
yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, peran aktif dari pemerintah setempat
untuk mencari investor merupakan langkah yang tepat. Tidak jarang ditemui
bahwa pemerintah daerah manapun saat ini sedang giat-giatnya mencari
investor untuk menanamkan sahamnya pada daerahnya. Sebab satu-satunya
cara untuk kegiatan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit.
c. Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Menurut pemerintah daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan bahwa
terbentuknya Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal merupakan
momok yang menakutkan karena semenjak lembaga tersebut berdiri ada 190
kabupaten di seluruh Indonesia yang masuk kategori tertinggal. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah kabupaten yang masuk kategori
tertinggal dinilai gagal atau belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan
pembangunan di daerahnya. Ini merupakan catatan yang mengharuskan
pemerintah daerah untuk bekerja lebih optimal lagi dalam meningkatkan
pembangunan di daerahnya, namun tetap bekerjasama dengan lembaga
tersebut yang memiliki fasilitas, koordinasi, sinkronisasi dan akselerasi
pembangunan daerah tertinggal.
d. Ketidakpastian Lingkungan Global
Lingkungan global merupakan ancaman bagi Negara mana saja. Apa boleh
dikata semua negara saat ini ingin menjadi yang terbaik, namun tidak
memperdulikan lingkungan sekitarnya. Menipisnya lapisan ozon, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
melambungnya harga minyak dunia merupakan salah satu contoh bahwa
pergejolakan iklim global sudah tidak dapat diduga dan terbendung lagi.
e. Bencana Alam
Akhir-akhr ini di Indonesia kerapkali ditimpa bencana alam, mulai dari
tsunami, tanah longsor maupun banjir. Hal ini mengakibatkan perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat menjadi terpuruk. Seharusnya kita sadar bahwa
bencana tersebut adalah ulah manusia itu sendiri yang sewenang-wenang
dalam menggali sumberdaya yang ada. Jadi yang perlu kita lakukan adalah
mensiasati dan mengantisipasi datangnya bencana alam tersebut dengan cara
melestarikan hutan yang ada, supremasi hukum ditegakkan dan lain-lain.
f. Persaingan Antar Wilayah
Kompetisi dalam meningkatkan pembangunan merupakan langkah yang
seharusnya dilakukan. Karena dengan demikian suatu daerah akan berusaha
untuk memajukan daerah dan mensejahterakan masyarakat melalui
pembangunan-pembangunan, menciptakan lapangan kerja dal lain-lain.
Semakin giat pemerintah suatu daerah dalam meningkatkan pembangunan,
maka daerah tersebut akan jauh dari ketertinggalan. Sebaliknya semakin
lemah pemerintah suatu daerah dalam meningkatkan pembangunan, maka
daerah tersebut akan semakin tertinggal dibandingkan wilayah-wilayah
lainnya.
g. Kondisi Politik dan Keamanan
Pembangunan daerah tidak lepas dari menu politik dan keamanan. Apabila
kondisi politik dan keamanan suatu daerah stabil. Kemungkinan besar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
pembangunan di daerah tersebut akan cepat meningkat. Karena investor
berlomba-lomba untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut, apalagi
daerah tersebut adalah daerah yang prospek dari sumberdaya.
h. Otonomi Daerah
Otonomi daerah untuk kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan tahap
pembelajaran dalam membenahi rumah tangganya sendiri. Secara de facto
Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum sepenuhnya siap untuk menjadi daerah
otonom. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat,
infrastruktur dan PAD yang kecil. Konsekuensi ini harus diterima oleh
pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan apabila ingin berdiri sendiri,
namun jika tidak mau menerimanya maka Kabupaten Labuhanbatu Selatan
harus siap bergabung dengan Kabupaten Labuhanbatu Pusat.
i. Kebijakan Pemerintah Pusat/Propinsi
Kebijakan pemerintah pusat maupun propinsi sangat diperlukan dalam
penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Karena tanpa adanya campur
tangan dari luar pemerintah daerah setempat, bisa diprediksi Kabupaten
Labuhanbatu Selatan akan semakin tertinggal dari pembangunan
kesejahteraan.
j. Kerukunan Hidup Umat Beragama
Kerukunan hidup umat beragama merupakan cermin keberhasilan suatu
daerah untuk hidup berdampingan. Dengan demikian, visi untuk membangun
suatu daerah akan semakin kuat.
.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
4.6 Analisis Matriks EFE dan IFE
4.6.1 Matriks External Factor Evaluation (EFE)
Matriks ini merupakan hasil dari identifikasi terhadap faktor-faktor
eksternal Kabupaten Labuhanbatu Selatan berupa peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) yang berpengaruh dalam pembangunan daerah tertinggal di
Kabupaten Labuanbatu Selatan. Penentu bobot menggunakan metode paired
comparison, sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel. Penentuan
bobot dengan menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh tujuh orang responden
yang dianggap pakar memiliki kapasitas sebagai pengambil keputusan dalam
pembangunan daerah tertinggal di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penentu
peringkat (rating) juga dilakukan oleh tujuh responden sehingga diperoleh nilai
terboboti dari faktor-faktor tersebut. Hasil dari identifikasi peluang dan ancaman
sebagai faktor strategis eksternal, kemudian bobot dan rating dimasukan kedalam
matriks eksternal. Matriks ini dapat dilihat pada tabel 16.
Hasil akhir EFE untuk elemen peluang diperoleh nilai akumulatif skor
sebesar 1.673 dan untuk elemen ancaman diperoleh bobot skor sebesar 0.874. Hal
ini menunjukan bahwa responden memberikan respon yang cukup tinggi terhadap
faktor peluang dan respon yang lebih kecil terhadap faktor ancaman. Total nilai
yang dibobot untuk faktor strategis eksternal yaitu sebesar 2.547, artinya bahwa
dalam pembangunan daerah tertinggal, menunjukan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan sedang berusaha untuk memanfaatkan peluang eksternal dan mengindari
ancaman.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
Tabel 16
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Dalam Pembangunan Daerah Tertinggal
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta 0.101 2.0 0.202
Terbentuknya Dep. Pembangunan daerah
tertinggal
0.080 2.0 0.160
Mulai stabilnya perekonomian Nasional 0.098 2.5 0.245
Otonomi daerah yang memberikan kebebasan 0.103 3.0 0.309
Persaingan antar wilayah 0.093 2.5 0.233
Kebijakan pemerintah pusat/propinsi 0.093 3.0 0.279
Kerukunan hidup umat beragama 0.098 2.5 0.245
1.673
Ancaman
Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat 0.083 2.0 0.166
Bencana alam Nasional-Regional 0.090 2.5 0.225
Kondisi politik & keamanan Nasional-Regional
yang tidak stabil
0.098 3.0 0.294
Ketidakpastian lingkungan global 0.063 3.0 0.189
0.874
Total 1.000 2.547
Sumber : Diolah dari Lampiran 5 dan 6
Otonomi daerah yang memberikan kebebasan ditunjukan dengan bobot
0.103 merupakan faktor paling penting untuk pembangunan daerah tertinggal di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Otonomi daerah merupakan suatu jalan untuk
menuju pembangunan daerah secara mandiri. Walaupun tidak semua daerah
mampu untuk melakukannya, namun hal ini tidak menyurutkan semangat
masyarakat maupun pemerintah daerah untuk membangun daerahnya. Selanjutnya
peluang yang menempati urutan kedua dengan bobot 0.101 adalah terbukannya
kesempatan bermitra dan bekerjasama dengan pihak swasta dan pihak lainnya. Di
urutan ketiga dengan bobot 0.98 yaitu mulai stabilnya perekonomian Indonesia
dan kerukunan hidup umat beragama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
Faktor amcaman yang paling berpengaruh terhadap pembangunan daerah
tertinggal yaitu kondisi politik & keamanan nasional-regional yang tidak stabil
yang ditunjukan dengan bobot sebesar 0.098, serta adanya bencana alam baik
nasional maupun regional dengan bobot 0.090. selanjutnya ancaman Kabupaten
Labuhanbatu Selatan yang ketiga yaitu laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat dengan bobot 0,083.
4.6.2 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matriks ini merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor internal
Kabupaten Labuhanbatu Selatan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weakness) yang berpengaruh terhadap pembangunan daerah tertinggal di
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pada tabel 17 terlihat total matriks IFE sebesar
2.362 menunjukan bahwa posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum
sepenuhnya mampu untuk mengatasi kelemahan dan menggunakan kekuatan
untuk pembangunan daerah tertinggal. Kekuatan utama yang dimiliki Kabupaten
Labuhanbtu Selatan yaitu komitmen pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
untuk bangkit dalam membangun daerahnya yang masih tertinggal dan nota
kesepakatan Gubernur dengan Bupati/Wakil serta sumberdaya alam merupakan
sektor unggulan dengan rating masing-masing 4. Kekuatan yang menempati
urutan kedua yaitu penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi yang ada dengan rating 3.5. Di urutan ketiga dengan
rating 3 yaitu posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai daerah penyangga
kabupaten Labuhanbatu serta adat istiadat dan budaya sebagai ciri khas dan
khasana budaya bangsa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Tabel 17
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Dalam Pembangunan Daerah Tertinggal
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai
daerah penyangga
0.047 3.0 0.141
Komitemen pemerintah Kabupaten Labuhanbatu
Selatan
0.073 4.0 0.292
Sumberdaya alam merupakan sektor unggulan 0.064 4.0 0.256
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi 0.067 3.5 0.235
Penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan 0.069 3.5 0.242
Adat istiadat dan budaya 0.072 3.0 0.216
Nota kesepakatan Gubernur dengan Bupati/Wali 0.067 4.0 0.268
Kelemahan 1.649
Ketersediaan dana yang terbatas/kecil untuk
pembangunan daerah
0.077 1.0
Kondisi georafis yang tidak rata dan labil 0.058 1.0
Kualitan sumberdaya manusia yang masih rendah 0.072 1.0
Sarana dan prasarana yang kurang memadai 0.076 1.0
Kurangnya peran institusi pendidikan, balai penelitian
dan Diklatda dalam pembangunan
0.069 1.5 0.104
Lemahnya komunikasi antara lembaga pemerintah
dengan masyarakat dalam pembangunan
0.069 2.0 0.138
Kurang aktifnya lembaga pembinaan/LPK 0.058 2.0 0.116
Supremasi hukumyang salah 0.072 1.0 0.072
0.713
Total 2.362
Sumber : Diolah dari Lampiran 7 dan 8
4.7 Analisis Matriks SWOT
Berdasarkan aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka disusun beberapa alternatif
strategi pembangunan daerah tertinggal Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan
cara memindahkan hasil dari analisis EFE dan IFE dalam matriks SWOT. Dari
proses penggabungan pada matriks SWOT tersebut di dapatkan beberapa
alternatif strategi pembangunan yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, dan
strategi W-T. Matriks ini dapat dilihat pada tabel 18.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
Tabel 18
Alternatif Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal di Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
Internal
Eksternal
STRENGHT/Kekuatan
(S)
1. Posisi Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
sebagai daerah
penyangga (S1)
2. Komitmen
Pemerintah
Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
(S2)
3. Sumberdaya Alam
merupakan sektor
unggulan (S3)
4. Pusat-pusat
pertumbuhan
ekonomi (S4)
5. Penataan ruang
Kabupaten
Labuhanbatu Selatan
(S5)
6. Adat istiadat dan
budaya (S6)
7. Nota kesepakatan
Gubernur dengan
Bupati/Wali (S7)
WEAKNESS/Kelemahan
(w)
1. Ketersediaan dana yang
terbatas/kecil untuk
pembangunan (W1)
2. Kondisi Geografis yang
tidak rata dan labil
(W2)
3. Kualitas sumberdaya
manusia yang masih
rendah (W3)
4. Sarana dan prasarana
yang kurang memadai
(W4)
5. Kurangnya peran
Institusi Pendidikan,
Balai Penelitian dan
Diklatda dalam
pembangunan (W5)
6. Lemahnya komunikasi
antara lembaga
pemerintah dengan
masyarakat dalam
pembangunan (W6)
7. Kurang aktifnya
lembaga
pembinaan/LPK (W7)
8. Supremasi hukum yang
lemah (W8)
OPPORTUNITTIES/Pelu
ang (O)
1. Kementrian dan
kerjasama dengan pihak
swasta (O1)
2. Terbentuknya Dept.
pembangunan daerah
tertinggal (O2)
3. Mulai stabilnya
perekonomian Nasional
(O3)
4. Otonomi daerah yang
memberikan kebebasan
(O4)
STRATEGI S-O
1. Meningkatkan akses
kerjasama yang baik
antara pemerintah
propinsi dengan
kabupaten yang
dituangkan dalam
waktu kebijakan
pembangunan
(S1,S2,S4,S7,O6)
2. Menciptakan atau
meningkatkan
kesempatan berusaha
dan lapangan kerja
STRATEGI W-O
1. Strategi pembangunan
sarana dan prasarana
sebagi upaya untuk
meningkatkan
pembangunan di
wilayah-wilayah
tertinggal dan terpencil
agar dapat tumbuh dan
berkembang lebih
cepat dengan
melibatkan kementrian
PDT juga pemerintah
setempat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
5. Persaingan antar
wilayah (O5)
6. Kebijakan pemerintah
pusat/propinsi (O6)
7. Kerukunan hidup umat
Beragama (O7)
dengan bekerjasama
dengan pihak-pihak
swasta sebagi usaha
untuk mendorong
tumbuhnya pusat
kegiatan ekonomi
baru dengan tetap
memperhatikan
produk andalan
daerah
(S3,S4,O1,O3,O5)
(W2,W4,O2,O6)
2. Strategi peningkatan
kualitas sumberdaya
manusia dengan lebih
melibatkan peran aktif
dari Institusi
Pendidikan, Balai
Penelitian, dan
Diklatda serta LPK
juga partisipasi aktif
masyarakat dan
seluruh stakeholders
bagi terbangunnya
sitem kehidupan dan
pemerintah yang
semakin demokratis,
aspiratif, respontif, dan
akuntabel
(W3,W5,W7,O6)
THREATS/Ancaman (T)
1. Laju pertumbuhan
penduduk yang
meningkat (T1)
2. Bencana alam
Nasional-Regional (T2)
3. Kondisi politik &
keamanan Nasional-
Regional yang tidak
stabil (T3)
4. Ketidakpastian
lingkungan global (T4)
STRATEGI S-T
1. Membangun database
dan menerapkan
deteksi dini akan
terjadinya bencana
alam (S2,S7,T2)
2. Meningkatkan dan
memanfaatkan
sumberdaya alam
secara optimal
sebagai konsekuensi
untuk meningkatkan
laju pertumbuhan
ekonomi dan juga
sebagai antisipasi
kelangkaan pangan
akibat laju
pertumbuhan
penduduk yang
meningkat (S2,S4,TI)
STRATEGI W-T
1. Memberdayakan
masyarakat dan
mengentaskan
kemiskinan melalui
pembangunan berbasis
pedesaan serta
meningkatkan
kepastian hukum hak
atas tanah kepada
masyarakat secara adil
dan transparan
(W2,W3,W8,T1,T2)
2. Meningkatkan
efektivitas manajemen
pelayanan kesehatan,
pendidikan,
keterampilan dan
kewirausahaan untuk
kualitas IPM (indeks
pembangunan manusia)
dan filterisasi arus
global (W3,W5,T1,T4)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
Strategi S-O
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan Internal
untuk memanfaatkan peluang eksternal guna memperoleh keuntungan bagi
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam pembangunan daerah tertinggal. Beberapa
alternatif strategi S-O yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan
kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan. Strategi ini
merupakan rekomendasi dari peluang kebijakan pemerintah pusat atau
propinsi, juga kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan
yaitu posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai daerah penyangga,
komitmen pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang ditunjang dengan
adanya nota kesepakatan Gubernur dengan Bupati dalam memajukan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Strategi ini
baik dilakukan oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan agar pembangunan
daerah mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun propinsi.
Sehingga kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat berkembang lebih maju dan
dapat bersaing dengan daerah lainnya.
2. Menciptakan atau meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
dengan bekerjasama dengan pihak-pihak swasta sebagai upaya untuk
mendorong tumbuhnya pusat kegiatan ekonomi baru dengan tetap
memperhatikan produk andalan daerah. Strategi ini didasarkan atas peluang
adanya kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta yang diikuti dengan
kondisi perekonomian yang mulai stabil dan persaingan untuk maju dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
daerah lainnya. Kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan
yaitu sumberdaya alam yang merupakan sektor unggulan dan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi sebagai wadah untuk berlangsungnya suatu kegiatan
perekonomian. Strategi ini baik dilakukan oleh Kabupaten Labuhanbatu
Selatan agar dapat menciptakan lapangan kerja guna memperkecil tingkat
pengangguran di daerah.
Strategi W-O
Strategi W-O merupakan strategi yang digunakan untuk mengatasi
kelemahan yang dimiliki dalam memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa
alternative strategi W-O yang dihasilkan sebagai berikut :
1. Strategi pembangunan sarana dan prasarana sebagai upaya untuk
meningkatkan pembangunan di wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan melibatkan Kementrian
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal juga pemerintah setempat. Stategi ini
derekomendasikan untuk mengatasi kelemahan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan berupa kodisi geografis yang tidak rata dan labil, serta sarana dan
prasarana yang kurang memadai dengan memanfaatkan peluang berupa
terbentuknya kementrian pembangunan daerah tertinggal dan kebijakan
pemerintah pusat maupun propinsi. Strategi ini berguna agar daerah-daerah
yang terpencil dan terisolasi dapat di akses dengan kendaraan, sehingga
koordinasi dari pemerintah semakin cepat.
2. Strategi peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dengan lebih melibatkan
peran aktif dari Institusi Pendidikan, Balai Pendidikan dan Diklatda serta LPK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
juga partisipasi aktif masyarakat dan seluruh stakeholders bagi terbangunnya
sistem kehidupan dan pemerintahan yang semakin demokratis, aspiratif,
respontif, dan akuntabel. Strategi ini disusun berdasarkan antisipasi atas
kelemahan kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, kurangnya peran
institusi pendidikan, balai penelitian dan diklatda serta kurang aktifnya
lembaga pembinaan keterampilan dalam pembangunan dengan memanfaatkan
peluang yang ada yaitu kebijkan pemerintah pusat maupun propinsi. Strategi
ini berguna agar indeks pembangunan manusia di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan yang selama ini menempati posisi ketiga dari bawah se-Sumatera
Utara dapat ditingkatkan untuk kedepannya.
Strategi S-T
Strategi S-T merupakan stategi yang menggunakan kekuatan internal
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Beberapa
alternatif strategi S-T yang dihasilkan antara lain :
1. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana
alam. Strategi ini didasarkan atas tanggapan kekuatan dari komitmen
pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang kuat dan nota kesepakatan
Gubernur dengan Bupati dalam pembangunan daerah tertinggal terhadap
ancaman berupa bencana alam baik nasional maupun regional. Strategi ini
ditunjukan untuk menghimpun data-data berupa tanda-tanda akan terjadinya
bencana alam dengan melakukan pengawasan maupun deteksi dini. Sebagai
hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihindari atau dikurangi misalnya korban
jiwa maupun materi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
2. Meningkatkan dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal sebagai
konsekuensi untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai
antisipasi kelangkaan pangan akibat laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat. Strategi ini direkomendasikan berdasarkan kekuatan yaitu
sumberdaya alam yang merupakan sektor unggulan dalam rangka peningkatan
pendapatan asli daerah dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,
untuk mengatasi ancaman yang berupa adanya laju pertumbuhan penduduk
yang meningkat. Strategi ini disusun sebagai antisipasi kelangkaan pangan
juga sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
Strategi W-T
Strategi W-T merupakan startegi yang mengurangi kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal yang ada. Beberapa alternatif strategi W-T yang
dihasilkan antara lain :
1. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan melalui
pembangunan berbasisi pedesaan serta meningkatkan kepastian hukum hak
atas tanah kepada masyrakat secara adil dan transparan. Strategi ini disusun
untuk mengantisipasi kelemahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan berupa
kondisi geografis yang tidak rata dan labil, kualitas sumberdaya manusia yang
masih rendah dan supremasi hukum yang lemah. Juga untuk menghindari
ancaman berupa laju pertumbuhan yang meningkat dan bencana alam nasional
maupun regional. Memberdayakan masyarakat dapat dilakukan dengan cara
pendidikan dan pelatihan penggunaan teknologi tepat guna dan kewirausahaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
maupun kursus tani. Sehingga dengan sendirinya dapat mengentaskan
kemiskinan yang ada, dengan cara catatan supremasi hukum dan
ketransparanan antara stakeholders dan masyarakat harus ditegakan.
2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi manajemen pelayanan kesehatan,
pendidikan, keterampilan, dan kewirausahaan untuk meningkatkan kualitas
IPM dan filterisasi arus global. Strategi ini dilakukan dengan jalan
memberikan keterbukaan dan kesempatan kepada masyarakat maupun
stakeholders untuk berfikir dan beraktifitas dalam pembangunan daerah.
4.8 Prioritas Strategi Berdasarkan Matriks QSP
Strategi yang telah dihasilkan melalui analisis SWOT berguna untuk
menyusun matriks QSP. Penentuan alternatif strategi yang terpilih melalui QSPM,
didasarkan atas penilaian pada kondisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan
penggunaan intuisi. Berikut beberapa strategi yang terpilih :
1. Meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan
kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan.
2. Menciptakan atau meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
dengan bekerjasama dengan pihak-pihak swasta sebagai upaya untuk
mendorong tumbuhnya pusat kegiatan ekonomi baru dengan tetap
memperhatikan produk andalan daerah.
3. Strategi pembangunan sarana dan prasarana sebagai upaya untuk
meningkatkan pembangunan di wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil agar
dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat dengan melibatkan Kementrian
NegaraPembangunan Daerah Tertinggal juga pemerintah setempat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
4. Strategi peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dengan lebih melibatkan
peran aktif dari Institusi Pendidikan, Balai Penelitian, dan Diklatda serta LPK
juga partisipasi aktif masyarakat dan seluruh stakeholders bagi terbangunnya
sistem kehidupan dan pemerintahan yang semakin demokratis, aspiratif,
respontif, dan akuntabel.
5. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana
alam.
6. Meningkatkan dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal sebagai
konsekuensi untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai
antisipasi kelangkaan pangan akibat laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat.
7. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan melalui
pembangunan berbasis pedesaan serta meningkatkan kepastian hukum hak
atas tanah kepada masyarakat secara adil dan transparan.
8. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan, kesehatan,
pendidikan, keterampilan dan kewirausahaan untuk kualitas IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) dan filterisasi arus global.
Berdasarkan matriks QSP hasil (Lampiran 9) setelah data diolah,
didapatkan nilai TAS tertinggi pada strategi 1 berupa meningkatkan akses
kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan kabupaten yang
dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan sebesar 6.079. sedangkan nilai
TAS terendah pada strategi membangun database dan menerapkan deteksi dini
akan terjadinya bencana alam 4.642. prioritas strategi yang disarankan disusun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
berdasarkan urutan pertama TAS tertinggi, sampai dengan urutan terakhir nilai
TAS terendah. Hasil matriks QSP menghasilkan prioritas strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi dengan
kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan.
Dengan meningkatkan akses kerjasama yang baik dalam hal pembangunan
daerah diharapkan dapat memacu pembangunan daerah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan dari ketertinggalan. Untuk itu, pemerintah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan yang merupakan salah satu pemangku kepentingan
(stakeholders) harus secara tegas memilih jalur utama pada arus pembangunan
kesejahteraan masyarakat dengan memberikan perhatian yang besar kepada
aspek keberlanjutannya. Sehingga dapat memberikan fokus yang lebih jelas
dan akselerasi dalam pencapaian visi Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Menciptakan atau meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
dengan bekerjasama dengan pihak-pihak swasta.
Pertumbuhan ekonomi harus didorong, terutama dengan meningkatkan iklim
usaha untuk mendorong investasi dan daya saing ekonomi oleh masyarakat
dan sektor swasta. Kebijakan yang ditempuh antara lain dengan mengurangi
hambatan-hambatan yang ada yaitu dengan menyederhanakan prosedur,
perijinan, mengurangi tumpang tindih kebijakan, meningkatkan kepastian
hukum terhadap usaha, menyehatkan iklim ketenagakerjaan yang mampu
meningkatkan penciptaan lapangan kerja, meningkatkan penyediaan
infrastruktur serta meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
menyalurkan kredit kepada sektor usaha yang dapat meningkatkan akses usaha
kecil, menengah dan koperasi terhadap sumberdaya pembangunan.
3. Strategi peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditujukan untuk peningkatan
kualitas penduduk sebagai sumberdaya, baik dari segi fisik, intelektualitas,
kesejahteraan ekonomi, maupun aspek moralitas (iman dan taqwa), dengan
memanfaatkan peran aktif dari Institusi Pendidikan, Balai Penelitian, dan
Lembaga Pembinaan. Sehingga partisipasi penduduk dalam pembangunan
diharapkan meningkat pula. Strategi pembangunan yang berorientasi pada
manusia (human centered development) memberikan kesadaran akan
pentingnya peran manusia dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk
yang dapat dijadikan modal pembangunan bila sumberdaya manusia tersebut
berkualitas baik fisik maupun non fisik. Sebaliknya jumlah penduduk yang
besar hanya akan menjadi beban pembangunan jika kualitasnya sangat rendah.
Oleh karena itu, bertolak dari pentingnya dimensi manusia, maka dalam
melaksanakan program pembangunan harus sesuai dengan masalah, prioritas
dan karakterisktik wilayah daerah, yang ditunjang dengan sarana dan
prasarana yang memadai sehingga program pembangunan dapat berjalan
dengan optimal.
4. Strategi pembangunan sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek dasar yang vital, dalam
menunjukan aktivitas kehidupan masyarakat. strategi ini berguna dalam
meningkatkan pembangunan di wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil agar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
dapat mudah tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar
ketertinggalan pembangunannya dengan wilayah lain. Namun, upaya
pembangunan sarana dan prasarana tersebut harus disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan dan karakteristik wilayah, sehingga pembangunan sarana dan
prasarana tepat guna.
5. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan melalui
pembangunan berbasis pedesaan serta meningkatkan kepastian hukum hak
atas tanah kepada masyarakat secara adil dan transparan.
Pemberdayaan masyarakat dapat memacu kesadaran terhadap potensi yang
dimiliki serta kepercayaan diri yang besar sehingga mendorong masyarakat
untuk berperan secara aktif dalam proses kehidupan sosial dan politik serta
pembangunan daerahnya. Perbedaan masyarakat juga melibatkan peran
pemerintah daerah dengan pemberian fasilitas kemudahan serta peningkatan
keterampilan teknis. Dengan demikian kemiskinan yang ada dapat
diminimalisasikan. Kepastian hukum hak atas tanah memberikan batas-batas
tertentu kepada masyarakat dalam pengelolaan tanah atau sumberdaya alam.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perambahan hutan yang dewasa
semakin marak.
6. Meningkatkan dan memanfaatkan sumberdaya alam secra optimal.
Memanfaatkan sumberdaya alam secra optimal merupakan langkah yang
harus ditempuh oleh pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan demi
memacu pertumbuhan sektor-sektor andalan, khususnya memperkuat peran
sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi melalui
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91
pendekatan agribisnis dan agroindustri. Sejalan dengan visi Kabupaten
Labuhanbatu Selatan yaitu Labuhanbatu Selatan bangkit dan berprestasi
diharapkan sektor ini mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja.,
memberikan efek ganda terhadap pendapatan daerah dan mendukung
kelestarian lingkungan serta keberlanjutannya.
7. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan kesehatan,
pendidikan, keterampilan dan kewirausahaan.
Dalam rangka meningkatkan kecerdasan dan keterampilan penduduk,
pendidikan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
penduduk. Untuk itu usaha pembangangunan di bidang pendidikan terus
ditingkatkan untuk menampung anak usia sekolah baik di tingkat pra Sekolah
Dasar, SD, SLTP, dan SLTA maupun Perguruan Tinggi. Sedangkan dalam
bidang kesehatan masyarakat melalui program-program penyuluhan
kesehatan, pelayanan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular dan lain-lain.
8. Membangun database dan menerapkan deteksi dini akan terjadinya bencana
alam.
Pembangunan database dan menerapkan deteksi dini ditunjukan untuk
menunjang strategi pembangunan infrastruktur. Pembangunan database ini
juga membutuhkan kerjasama antar wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan
dengan wilayah sekitarnya serta pemerintah pusat maupun propinsi dalam
mendeteksi wilayah-wilayah yang rawan akan bencana alam . strategi ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
92
dimaksudkan untuk mengefektifkan pembangunan pada daerah-daerah yang
rawan bencana sehingga dapat mengoptimalkan pembiayaan, namun hasil
pembangunan dapat dirasakan manfaatnya .
Respon terhadap strategi ini sangat tinggi, karena responden menilai
bahwa ketimpangan dan ketertinggalan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan merupakan masalah pokok yang harus dicarikan solusi lebih cepat.
Alternatif-alternatif strategi yang sudah disusun pada intinya menghasilkan
program-program pembangunan daerah antara lain sebagai berikut :
a. Adanya bentuk kerjasama dari semua stakeholders dalam penetapan maupun
penentuan suatu kebijakan yang berorientasi pada penanganan permasalahan
di daerah tertinggal.
b. Pemberdayaan kelompok usaha dengan cara menyederhanakan prosedur
perijinan, mengurangi tumpangtindih kebijakan, meningkatan kepastian
hukum terhadap usaha, menyehatkan iklim ketenagakerjaan, serta
meningkatkan fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit
kepada sektor usaha.
c. Program pengembangan sentra-sentra penjualan industri kerajinan,
peternakan, pertanian, dan makanan khas Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
d. Meningkatkan penyediaan infrastruktur seperti menambah jalan-jalan baru
pada daerah-daerah terisolir, jumlah jembatan yang memiliki standar
kelayakan, serta memperbaiki dan menambah fasilitas pendidikan dan
kesehatan serta telekomunikasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
e. Menyelenggarakan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pelatihan
keterampilan dan kewirausahaan.
f. Program-program penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan lain-lain.
g. Pemberdayaan perempuan dan pendidikan, penerapan upah minimum
Kabupaten yang sesuai dengan kebutuhan hidup minimum.
h. Program relokasi pemukiman penduduk korban bencana alam.
i. Program pembinaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup misalnya
peningkatan pelayanan administrasi bidang pertahanan, sertifikasi lahan
masyarakat pedesaan dan rehabilitasi lahan krisis.
j. Program intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani, pengelolaan hasil produksi
hasil pertanian serta pengembangan agribisnis dan agroindustri yang
berbasiskan sektor pertanian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analasis yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah :
1. Terdapatnya perbedaan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing
kecamatan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antar wilayah, sehingga
memunculkan perbedaan pertumbuhan wilayah kaya, sedang dan miskin.
Terdapat hubungan antara hirarki potensi fisik dan hirarki tingkat pemerataan
pembangunan, dimana wilayah yang mempunyai potensi fisik yang tinggi dan
pemerataan yang tinggi akan mempengaruhi percepatan pembangunan dan
kesejahteraanya. Namun, ada juga wilayah yang rendah dengan potensi namun
memiliki tingkat pemertaaan yang tinggi.
2. Berdasarkan faktor analisisi eksternal bahwa dalam pembangunan daerah
tertinggal, menunjukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sedang berusaha untuk
memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman (2.547). hasil
analisis faktor internal menunjukan bahwa Kabupaten Labuhanbatu Selatan
belum sepenuhnya mampu untuk mengatasi kelemahan dan menggunakan
kekuatan untuk pembangunan daerah tertinggal (2.362).
3. Berdasarkan analisis matriks QSP yang didapat dari analisis matriks SWOT,
maka prioritas alternatif strategi yang terpilih yaitu :
a. Meningkatkan akses kerjasama yang baik antara pemerintah propinsi
dengan kabupaten yang dituangkan dalam suatu kebijakan pembangunan.
b. Strategi pembangunan sarana dan prasarana.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
95
c. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan melalui
pembangunan berbasis pedesaan serta meningkatkan kepastian hukum hak
atas tanah kepada masyarakat secara adil dan transparan.
5.2 Saran
Saran yang dapat dijadikan antara lain :
1. Untuk mengoptimalkan pembangunan dan mengurangi ketimpangan antar
wilayah yang terjadi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, serta pemerintah
daerah perlu memperhatikan dan mengalokisikan kegiatan pembangunan yang
ada pada wilayah-wilayah yang menjadi prioritas.
2. Pemerintah daerah harus lebih terbuka dan aspiratif dalam melihat faktor-
faktor eksternal maupun internaluntuk merumuskan strategi pembangunan
daerah kedepannya, sehingga peningkatan pembangunan dan mengurangi
ketertinggalan bisa tercapai.
3. Pemerintah daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan disarankan untuk
mengimplementasikan kedelapan strategi yang telah disusun sesuai dengan
tingkat ketimpangan data prioritas masing-masing wilayah, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pembangunan di wilayahnya.
4. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan dari suatu strategi yang telah disusun.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid. 2006. Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Studi Kasus
Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Almasdi Syahza dan Suarman. 2013. “Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal
Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan”, Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Volume 14 Nomor 1. Hal 126-130.
Arthur Lewis, W. 1986.Perencanaan Pembangunan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhan batu. 2017. Kabupaten Labuhanbatu
Selatan Dalam Bentuk Angka (Labuhanbtu Selatan Regency in Figures).
Rantauprapat : BPS Labuhanbatu.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Labuhanbatu. 2015. Jumlah Rumah Tangga,
Desa, Rumah Tangga Miskin, dan Tertinggal di Kabupaten Labuhanbatu
Selatan .Medan: BPS Labuhanbatu.
Bapppenas. 2015. Program Pengembangan Wilayah Tertinggal. Jakarta.
Bappenas. 2015. Laporan Perencanaan dan Pengendalian Strategi Pengembangan
Kawasan Tertinggal di Lima Kabupaten. Jakarta.
Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
David, F. R. 2002. Manajemen Strstegi. Prehalindo. Jakarta.
Hanafiah, T. 1988. Pembangunan Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan Kecil.IPB.
Bogor.
.1989. Aspek Lokasi dan Analisis Ekonomi Wilayah.IPB. Bogor.
1989. Strategi Pembangunan Wilayah Pedesaan. IPB. Bogor.
1993. Kebijakan dan Perencanaan Pembangunan Wilayah. IPB.
Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia. 2016.
Petunjuk Teknis Penentuan Indikator Dalam Penetapan Daerah
Tertinggal Secara Nasional .Departemen Pembangunan Daerah Tertinggal
Republik Indonesia. Jakarta.
Mahbubah, A. 1995.Sistem Perwilayahan Dalam Perencanaan Pembangunan
(Studi Kasus Kabupaten DT II Garut, Propinsi Jawa Barat). Skripsi.
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
M. Safi’i. 2007. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Malang:
Averroes Press.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
97
Nyimas Dwi Koryati, Wisnu Hidayat, Hessel Nogi S. Tangkilisan. 2004.
Kebijakan dan Manajmen Pembangunan Wilayah. Yogyakarta: Yayasan
Pembaruan Administrasi Publik Indonesia.
Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan
Pengendalian.Jilid satu. Binampa Aksara. Jakarta.
Rustian Kamaludin. 1983. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Daerah.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
99
Lampiran 1
Hirarki Potensi Fisik Wilayah Tanpa Bobot Kabupaten Labuhanbatu Selatan
1
Kecamatan Penduduk Lokasi Koperasi Perbankan Tan.Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Perdagangan skor Peringkat Kategori
Kampung Rakyat
24 12 10 4 40 48 20 19 17 194 4 Sedang
2 Kota
Pinang
17 1 12 9 32 24 17 24 21 157 2 Kaya
3 Sungai Kanan
20 11 8 3 37 42 25 36 4 186 3 Sedang
4 Silangkitang 38 30 33 5 32 41 22 40 17 258 5 Miskin
5 Torgamba 16 9 14 10 27 38 20 11 9 154 1 Kaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
100
Lampiran 2
Hirarki Potensi Fisik Wilayah Dengan Bobot Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kecamatan Penduduk Lokasi Koperasi Perbankan Tan.Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Perdagangan Skor Peringkat Kategori
B=1 B=1 B=2 B=3 B=3 B=3 B=3 B=2 B=3
1 Kampung
Rakyat
24 12 20 12 120 144 60 38 51 481 4 Sedang
2 Kota Pinang 17 1 24 27 96 72 51 48 63 399 2 Sedang
3 Sungai
Kanan
20 11 16 9 111 126 75 72 12 452 3 Sedang
4 Silangkitang 38 30 66 15 96 123 66 80 51 565 5 Sedang
5 Torgamba 16 9 28 30 81 114 60 22 27 387 1 Kaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
101
Lampiran 3
Hirarki Tingkat Pemerataan Pembangunan Tanpa Bobot Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kecamatan Agraria Listrik Jalan Perbankan Tan.Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Perdagangan Kesehatan Pendidikan Skor peringkat kategori
1 Kampung Rakyat
15 24 27 5 29 3 5 27 16 31 23 205 4 Sedang
2 Kota
Pinang
5 12 18 5 9 7 10 22 10 13 13 124 2 Kaya
3 Sungai Kanan
29 3 6 4 39 31 18 20 13 26 12 201 3 Kaya
4 Silangkitang 1 24 27 5 32 17 22 40 26 21 36 251 5 Miskin
5 Torgamba 32 10 3 5 10 5 19 13 4 4 16 121 1 Kaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
102
Lampiran 4
Hirarki Tingkat Pemerataan Pembangunan Dengan Bobot Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Kecamatan Agraria Listrik Jalan Perbankan Tan.Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Perdagangan Kesehatan Pendidikan Skor peringkat Kategori
B=3 B=3 B=3 B=2 B=3 B=2 B=3 B=2 B=3 B=3 B=3
1 Kampung
Rakyat
45 72 81 10 87 6 15 54 48 93 69 580 4 Sedang
2 Kota Pinang 15 36 54 10 27 14 30 44 30 39 39 338 1 Maju
3 Sungai
Kanan
69 9 18 8 117 62 54 40 39 78 36 558 3 Sedang
4 Silangkitang 3 72 81 10 96 34 66 80 78 63 108 691 5 Miskin
5 Torgamba 96 30 9 20 15 38 39 26 12 12 48 340 2 Kaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
103
Lampiran 5
Matriks Gabungan Penentuan Rating Faktor Eksternal
Faktor Strategis Eksternal Rating Rating
Peluang Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Pakar 5 Pakar 6 Pakar 7
Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta 2 2 3 2 1 2 3 2.0
Terbentuknya Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal 4 2 1 3 1 3 3 2.0
Mulai stabilnya perekonomian Nasional 2 3 3 3 2 2 4 2.5
Otonomi daerah yang memberikan kebebasan 4 2 4 3 2 3 3 3.0
Persaingan antar wilayah 4 3 2 2 2 2 2 2.5
Kebijakan pemerintah pusat/propinsi 4 3 4 3 1 2 3 3.0
Kerukunan hidup umat beragama 2 3 3 3 2 2 3 2.5
Ancaman
Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat 4 3 2 2 1 2 3 2.0
Bencana alam Nasional-Regional 4 3 3 3 2 2 3 2.5
Kondisi politik dan keamanan Nasional-Regional yang tidak
stabil
3 3 4 4 4 2 3 3.0
Ketidakpastian lingkungan global 4 3 3 3 3 2 3 3.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
104
Lampiran 6
Matriks Gabungan Penentuan Rating Faktor Internal
Ratimg Rating
Kekuatan Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Pakar 5 Pakar 6 Pakar 7
Posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai daerah penyangga
3 3 3 3 3 3 3 3.0
Komitmen Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan 4 4 4 4 4 4 4 4.0
Sumberdaya Alam merupakan sektor unggulan 4 4 4 4 4 4 4 4.0
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi 4 3 4 4 4 3 4 3.5
Penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan 4 4 4 4 3 3 4 3.5
Adat istiadat dan budaya 3 3 3 4 4 3 4 3.0
Nota kesepakatan Gubernur dengan Bupati/wali 4 4 4 4 4 4 4 4.0
Kelemahan
Ketersediaan dana yang terbatas/ kecil untuk
pembangunan daerah
1 1 1 1 1 1 1 1.0
Kondisi geografis yang tidah rata dan labil 1 1 1 1 1 1 1 1.0
Kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah 1 1 1 1 1 1 1 1.0
Sarana dan prasarana yang kurang memadai 1 1 1 1` 1 1 1 1.0
Kurangnya peran institusi Pendidikan, Balai Penelitian
dan Diklatda dalam pembangunan
1 2 2 2 1 2 2 1.5
Lemahnya komunikasi antara lembaga pemerintah
dengan masyarakat dalam pembangunan
2 2 2 2 2 2 2 2.0
Kurang aktifnya lembaga pembinaan/LPK 2 2 2 2 2 2 2 2.0
Supremasi hukum yang lemah 1 1 1 1 1 1 1 1.0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105
Lampiran 7
Matriks Gabungan Penentuan Bobot Faktor Eksternal Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K Total Bobot
Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat (A) 0 1 1.5 1.5 2 1.5 2 1.5 2 2 1.5 16.5 0.083
Kemitraan dan kerjasama dengan pihak swasta (B) 2 0 2 2 2.5 2 2 1.5 2 2 2 20 0.101
Terbentuk Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (C) 2.5 1.5 0 2 1.5 1.5 2 1 1 1.5 1.5 16 0.080
Mulai stabilnya perekonomian nasional (D) 2.5 2 2 0 2 2 1.5 2 2 1.5 2 19.5 0.098
Ketidakpastian lingkungan global (E) 2 1 1.5 1.5 0 1 1 1.5 1 1 1 12.5 0.063
Bencana alam nasionla-regional (F) 2 1 2 2 2.5 0 2 2 1.5 1 2 18 0.090
Persaingan antar wilayah (G) 1.5 2 2 1.5 2 2.5 0 2 1.5 2 1.5 18.5 0.093
Kondidi politik dan keamanan nasional – regional yang tidak stabil (H) 2.5 2.5 2 2 2 1.5 2 0 2 1.5 1.5 19.5 0.098
Oyonomi daerah (I) 1.5 2 2 2 3 2 2 2 0 2 2 20.5 0.103
Kebijakan pemrintah pusat/propinsi (J) 2 2 2 1.5 3 2 1.5 2 1.5 0 1 18.5 0.093
Kerukunan hidup umat beragama (K) 2 2 2 2 2.5 2 1.5 2 1.5 2 0 19.5 0.098
TOTAL (L) 20.5 17 19 18 23 18 17.5 17.5 16 17 16 199 1.000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106
Lampiran 8
Matriks Gabungan Penentuan Bobobt Faktor Internal
Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O Total bobot
Posisi Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai daerah
penyangga (A)
0 2 1 1 1 1 1 1 1 1.5 1.5 2 1 1.5 1.5 18 0.047
Kondisi geografis yang tidak rata dan labil (B) 2 0 2 1.5 1 2 1.5 2 1.5 1.5 1 2 1.5 1 1.5 22 0.058
Suberdaya alam merupakan sektor unggulan ( C ) 2.5 1.5 0 2 2 1.5 1.5 1 2 1.5 2 2 1 2 2 24.5 0.064
Kualitas sumberdaya manusia yang rendah (D) 2 2 2 0 2 2 1.5 2 2 2 2 2 2 2 2 27.5 0.072
Sarana dan prasarana yang kurang memadai (E) 2.5 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2.5 2 29 0.076
Kurangnya peran institusi pendidikan, balai penelitian
dan diklatda dalam pembangunan (F)2
2 2 2.5 2 1.5 0 2 1.5 2 2 1.5 1.5 2 2 2 26.5 0.069
Lemahnya komunikasi antara lembaga pemerintah
dengan masyarakat dalam pembangunan (G)
3 1.5 1.5 2 2 2 0 1 2 2 1.5 2 2 2 2 26.6 0.069
Dana untuk pembangunan yang terbatas/kecil (H) 3 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2.5 2 2 2 2 29.5 0.077
Lembaga pembinaan kurang aktif (I) 2.5 2 2 2 1.5 1 2 1 0 1 2 1 1 1.5 1.5 22 0.058
Tata ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan (J) 2 2 2 1.5 1.5 1 2 2 2 0 2 2.5 2 2 2 26.5 0.069
Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (K) 2.5 1.5 1.5 1.5 1 2 2 1 2.5 2 0 2 2 2 2 25.5 0.067
Adat istiadat dan budaya (L) 2 2 1.5 1.5 1 2 2 1 2 1.5 1.5 0 2 2 1.5 23.5 0.072
Supremasi hukum yang lemah (M) 2.5 2.5 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 2 1.5 27.5 0.072
Komitmen pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan (N)
2.5 2 2 2 2 2 2 1.5 2 2 2 2 2 0 2 28 0.073
Nota kesepakatan Gubernur dengan Bupati (O) 2 2 2 2 1.5 2 2 1.5 2 1 2 2 2 1.5 0 25.5 0.067
Total 33 27 26 25 22 25 26 20 27 24 26 27 25 26 26 382 1.010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
107
Lampiran 9
Penentuan Prioritas Strategis Menurut Matriks QSP
Faktor
Kunci
Bobot ALTERNATIF-ALTERNATIF STRATEGI
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4
AS TAS AS TAS AS TAS TAS AS
Peluang
1 0.101 3 0.303 4 0.404 3 0.303 3 0.303
2 0.080 4 0.320 3 0.240 3 0.240 3 0.240
3 0.098 3 0.294 3 0.294 3 0.294 3 0.294
4 0.103 3 0.309 2 0.206 3 0.309 3 0.309
5 0.093 3 0.279 3 0.279 3 0.279 3 0.279
6 0.093 3 0.279 3 0.279 3 0.279 3 0.279
7 0.098 3 0.294 2 0.196 2 0.196 2 0.196
Ancaman
1 0.083 2 0.166 3 0.249 3 0.249 3 0.249
2 0.090 3 0.270 2 0.180 3 0.270 2 0.180
3 0.098 3 0.294 3 0.294 3 0.294 3 0.294
4 0.063 3 0.189 2 0.126 2 0.126 2 0.126
Kekuatan
1 0.047 4 0.188 3 0.141 3 0.141 3 0.141
2 0.073 3 0.219 3 0.219 3 0.219 3 0.219
3 0.064 3 0.192 3 0.192 3 0.192 3 0.192
4 0.067 3 0.201 4 0.268 3 0.201 3 0.201
5 0.069 3 0.207 3 0.207 3 0.207 3 0.207
6 0.072 3 0.216 2 0.144 2 0.144 2 0.144
7 0.067 3 0.201 3 0.201 3 0.201 3 0.201
Kelemahan
1 0.077 4 0,308 3 0.231 3 0.231 3 0.231
2 0.058 3 0.174 3 0.174 2 0.166 2 0.116
3 0.072 3 0.216 3 0.216 3 0.216 4 0.288
4 0.076 3 0.228 3 0.228 3 0.228 2 0.152
5 0.069 3 0.207 2 0.138 2 0.138 3 0.207
6 0.069 3 0.207 2 0.138 2 0.138 2 0.138
7 0.058 3 0.174 2 0.116 2 0.116 2 0.116
8 0.072 2 0.144 3 0.216 2 0.144 3 0.216
Total TAS 6.079 5.576 5.471 5.518
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
108
Faktor
Kunci
Bobot ALTERNATIF-ALTERNATIF STRATEGI
Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Strategi 8
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
1 0.101 3 0.303 3 0,303 3 0.303 3 0.303
2 0.080 2 0.160 2 0.160 3 0.240 2 0.160
3 0.098 2 0.196 3 0.294 3 0.294 2 0.196
4 0.103 2 0.206 3 0.309 3 0.309 3 0.309
5 0.093 1 0.093 3 0.279 2 0.186 2 0.279
6 0.093 2 0.186 3 0.279 3 0.279 3 0.279
7 0.098 2 0.196 2 0.196 2 0.196 2 0.196
Ancman
1 0.083 2 0.166 3 0.249 3 0.249 3 0.249
2 0.090 3 0.270 2 0.180 2 0.180 2 0.180
3 0.098 2 0.196 2 0.196 2 0.196 2 0.196
4 0.063 2 0.126 2 0.126 2 0.126 3 0.189
Kekuatan
1 0.047 3 0.141 3 0.141 3 0.141 3 0.141
2 0.073 3 0.219 3 0.219 3 0.219 3 0.219
3 0.064 3 0.192 4 0.256 3 0.192 3 0.192
4 0.067 2 0.134 3 0.201 3 0.201 2 0.134
5 0.069 3 0.207 3 0.207 3 0.207 3 0.207
6 0.072 2 0.144 2 0.144 2 0.144 2 0.144
7 0.067 3 0.201 2 0.134 3 0.201 2 0.134
Kelemahan
1 0.077 3 0.231 3 0.231 3 0.231 3 0.231
2 0.058 3 0.174 2 0.116 2 0.116 2 0.116
3 0.072 2 0.144 2 0.144 3 0.216 2 0.144
4 0.076 2 0.152 2 0.152 2 0.152 2 0.152
5 0.069 3 0.207 2 0.138 2 0.138 2 0.138
6 0.069 2 0.138 2 0.138 2 0.138 2 0.138
7 0.058 2 0.116 2 0.116 2 0.116 2 0.116
8 0.072 2 0.144 2 0.144 3 0.216 3 0.216
Total TAS 4.642 5.052 5.186 4.865
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA