Post on 21-Oct-2021
SKRIPSI
PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JALAN DI DESA KARIANGO KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN
PINRANG
Disusun dan diusulkan oleh :
WILDA SARI
Nomor Induk Mahasiswa : 105610543215
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
SKRIPSI
PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JALAN DI DESA KARIANGO KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN
PINRANG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara(S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
WILDA SARI
Nomor Stambuk: 105610543215
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
ABSTRAK
WILDA SARI, Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan infrastruktur Jalan Di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang (dibimbing oleh Budi Setiawati dan Ansyari Mone )
Peran Kepala Desa dalam pembangunan infrastruktur jalan diharapkan dapat manfaat dalam meningkatkan kesejahterahan masyarakat Desa setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Kepala Desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya dalam kegiatan pembangunan infratruktur tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum sebagai macam data yang dikumpul dari lapangan secara objektif dengan tipe fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara terhadap sejumlah informan. Analisis data menggunakan model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur di jalan desa sudah cukup baik namun perlu untuk ditingkatkan agar lebih optimal, hal ini dilihat dari aspek Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan pemantauan. Faktor pendukung dalam kegiatan ini, adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat, pendanaan APBD yang mencukupi untuk melakukan pembangunan, serta regulasi yang diberikan. Sedangkan faktor penghambat yaitu belum maksimalnya pengawasan dan pemantauan pada pembangunan infrastruktur, kemudian cuaca dan medan yang berat membuat sulitnya proses pembangunan infrastruktur dan waktu yang lama, serta bahan material pembangunan yang semakin mahal. Kata Kunci : Peran, Pembangunan, Infrastruktur
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’ Peran Kepala Desa dalam Pembangunan
Infrastruktur Jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang”
Penulis m enyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dr. Hj. Budi Setiwati, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. H.
Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat
dan bantuan, baik moril maupun materil.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 01 Januari2020
Wilda Sari
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii HALAMAN PENERIMAAN TIM ............................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv ABSTRAK .................................................................................................... ̀ v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
A. Landasan Teori ..................................................................................... 6 1. Pengertian Peranan ......................................................................... 6 2. Peran Kepala Desa ......................................................................... 8 3. Pengertian Pembangunan ............................................................... 8 4. Pembangunan Desa ........................................................................ 12 5. Infrastrutur Desa............................................................................. 17 6. Tinjauan Tentang Desa .................................................................. 21
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 30
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 30 B. Jenis dan tipe penelitian ....................................................................... 30 C. Sumber Data ......................................................................................... 30 D. Informan Peneitian ............................................................................... 31 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31 F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 32 G. Pengabsahan Data ................................................................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………........................... 36
A. Deskripsi Objek Penelitian……………………… ............................... 36 B. Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Desa
Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang .............................. 42
vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARANG ...................................................... 76
A. Kesimpulan .......................................................................................... 76 B. Saran .................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Anggaran Desa ................................................................................ 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka pikir.................................................................. 27 Gambar 4.1. Struktur Organisasi ...................................................................... 41
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa merupakan entitas penting dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Keberadaan Desa telah ada sejak sebelum NKRI
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Desa dimasa lampau merupakan
komunitas sosial dan merupakan pemerintahan asli bangsa Indonesia yang
keberadaannya telah ada jauh sebelum Indonesia berdiri. Bahkan terbentuknya
Indonesia dimulai dari pedesaan, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar
wilayah Indonesia adalah pedesaan. Jika dibandingkan jumlah kota dan desa,
perbandingannya akan lebih besar jumlah desa dibanding kota. Jumlah ibu kota
provinsi, kota madya, dan kabupaten, sekitar 500 kota sedangkan jumlah desa
pada tahun 2015 adalah 74.093 Desa.
Sekarang ini regulasi tentang Desa telah diatur khusus, terbitnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menegaskan Desa bukan
lagi local state government tapi Desa sebagai pemerintahan masyarakat,
dengan konstruksi menggabungkan fungsi antara self governing community dan
local self government.
Kewenangan Desa tercermin dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 yang meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
1
Dalam Pasal 78 dikatakan bahwa pembangunan Desa bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi
lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Ketentuan lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan Desa,
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan desa senantiasa memperhatikan
asas-asas pembangunan antara lain, bahwa segala usaha dan kegiatan
pembangunan harus memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi
kemanusiaan, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan bagi pengembangan
pribadi masyarakat.
Salah satu wujud rekognisi Negara kepada Desa adalah penyediaan dan
penyaluran Dana Desa yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan dan
Belanja Negara (APBN). Pada tahun anggaran 2016 prioritas penggunaan Dana
Desa masih diutamakan untuk mendanai program atau kegiatan bidang
pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Salah satu instrumen penting dalam pembangunan yang wajib
disediakan oleh pemerintah adalah ketersediaan infrastruktur karena
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar (basic need) masyarakat yang harus
terpenuhi untuk menopang aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Keberhasilan suatu pembangunan adalah hasil dari keberhasilan suatu
perencanaan, maka salah satu tolak ukur keberhasilan otonomi daerah dapat
dilihat dari pembangunan, seperti terpenuhinya pembangunan infrastruktur
bagi masyarakat.
Pemerintah Desa Kariango dalam meningkatkan aksebilitas
pembangunan, guna kelancaran kegiatan perekonomian sarta peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa, terus berupaya mengoptimalkan
pembangunannya baik dari segi infrastruktur maupun suprastruktur, dan
membenahi pelayanan publik yang terbengkalai. Adapun program yang
menjadi perhatian lebih pemerintah Desa Kariango adalah perbaikan jalan dan
jembatan sebagai sarana transportasi utama masyarakat. Dengan tercukupinya
kebutuhan dasar infrastruktur pedesaan diharapkan kecukupan tingkat rumah-
rumah tangga dapat memenuhi persyaratan untuk hidup yang layak. Dalam
pelaksanaan pembangunan Desa di Kariango Kepala Desa Kariango dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Saat ini
masalah infrastruktur jalan menjadi agenda penting yang dibenahi pemerintah
Desa, karena infrastruktur merupakan penentu utama keberlangsungan kegiatan
pembangunan.
Sebagaimana yang telah diterangkan dalam latar belakang masalah diatas
agar tidak terjadi kesalah fahaman pengertian tentang masalah yang diteliti maka perlu
diidentifikasi masalah terkait dengan judul diatas :
1. Pembangunan infrastruktur jalan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa.
2. Pembangunan infrastruktur jalan dianggap sebagai strategi untuk mendrong
peningkatan kualitas hidup masyarakat desa.
3. Dengan membangun atau meperbaiki prasarana transportasi akan
menciptakan perbaikan hidup masyarakat.
4. Meningkatnya mutu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial salah
satunya disebabkan oleh pembangunan infrastruktur jalan.
Berdasarkan pengamatan penulis secara langsung, bahwa capaian
kinerja pembangunan di Desa Kariango masih belum maksimal, salah satunya
terlihat dari kondisi umum infrastruktur yang ada masih kurang memadai
khususnya pada infrastruktur jalan yang mengalami kerusakan di beberapa
bagian dan sebagaian besar masih berupa tanah yang sulit untuk dilalui.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah peran kepala Desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di
Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang ?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan infrastruktur
di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang
akan dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur
jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan
infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten
Pinrang.
D. Manfaat Penelitian
Selain itu, manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penulisan ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
bagi masyarakat . Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
referensi untuk peneliti selanjutnya demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan kepada
pihak pemerintah Desa, dalam rangka usaha memaksimalkan pelaksanaan
pembangunan infrastruktur pedesaan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi calon peneliti
berikutnya yang tertarik untuk meneliti masalah yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Sebagai titik tolak landasan berfikir dalam menyoroti dan memecahkan
permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu
perlu disusun konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan rumusan diatas, maka peneliti akan mengemukakan teori,
pendapat, gagasan, konsep yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir
dalam penelitian ini.
1. Pengertian Peranan
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, peranan adalah sesuatu
yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama dalam terjadinya
suatu hal atau peristiwa.
Menurut Soejono Soekanto dalam buku yang berjudul sosiologi
suatu pengantar (2012:212), menjelaskan pengertian peranan merupakan
aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan.
Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu
tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa
kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Sebagaimana dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti.
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-
6
pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan
kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang
ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor
yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat
mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena
seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai
lingkungan, yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu
luas dan beraneka macam, dan masing-masing akan mempunyai lingkungan
yang berlainan. Tetapi peranan yang harus dimainkan pada hakekatnya tidak
ada perbedaan Miftah Thoha (2012:10).
Menurut David Berry (2003:105), mendefenisikan peranan sebagai
harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan
social tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-
norma social dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu
ditentukan oleh norma norma didalam masyarakat. Dalam peranan itu
terdapat dua harapan yaitu harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran
terhadap masyarakat atau terhadap orang yang menjalankan peranannya atau
kewajiban-kewajibannya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran adalah
prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang karena kewajibannya dari jabatan
atau pekerjaannya. Menurut Veitzal Rivai (2004: 148), peranan diartikan
sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu.
Selanjutnya menurut Ali (2000: 148) peranan adalah sesuatu yang menjadi
bagian yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal
atau peristiwa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin sedikit
keterampilan teknis yang diperlukan. Sebaliknya, semkin rendah kedudukan
seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin penting keterampilan
teknis yang diperlukan, Siswanto (2012:21).
2. Peranan Kepala Desa
Kepala Desa adalah kepala organisasi pemerintahan desa yang
berkedudukan strategis dan mempunyai tanggung jawab yang luas.
Tanggung jawab meliputi urusan tugas pekerjaan yang terpisah dan terbagi
kepada pejabat instansi pemerintah berdasarkan asas dekonsentrasi dan
desentralisasi, sedangkan di desa tanggung jawab urusan tugas tepusat pada
kepala desa. Tanggung jawab urusan pekerjaan itu dapat dilaksanakan
sendiri oleh kepala desa atau melalui orang lain.
“Menurut Widjajah (2008:27) kepala desa yaitu penguasa tertinggi
di desa dan sebagai pemimpin formal maupun informal, pemimpin yang
setiap waktu berada di tengah-tengah rakyat yang dipimpinnya”.
3. Pengertian Pembangunan
Terdapat banyak aspek dan masalah yang diketahui termasuk ke
dalam pembangunan, sehingga pembangunan tidak dapat dilihat dari satu
sudut pandang. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mendefinisikan
pembangunan, terutama bukan karena orang tidak faham yang dimaksud
dengan pembangunan itu, tapi justru karena ruang lingkup pembangunan
tersebut begitu banyak, sehingga hampir tidak mungkin untuk menyatukan
semuanya menjadi suatu bentuk rumusan sederhana sebagai suatu definisi
yang komplit.
Menurut Soetomo, pembangunan sebagai proses perubahan dapat
dipahami dan dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dalam hal sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi,
misalnya yang ditempatkan dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan
internal atau eksternal. Disamping itu, sebagai proses perubahan juga dapat
dilihat dari intensitas atau fundamental tidaknya perubahan yang
diharapkan, melalui transformasi struktural ataukah tidak. Sebagai proses
mobilisasi sumberdaya juga dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang
berbeda, misalnya pihak yang diberi kewenangan dalam pengelolaannya
diantara tiga stakeholders pembangunan, yaitu negara, masyarakat, dan
swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level pengelolaan sumber
daya tersebut, tingkat lokal, regional, atau nasional.
Adapun pendapat lain tentang pembangunan dikemukakan oleh
Rogers (2012), yakni sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan
sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi
pada level individu. Yang paling sering, kalaupun kedua pengertian istilah
tersebut dibedakan, maka pembangunan dimaksudkan yang terjadi pada
bidang ekonomi, atau lebih mencakup seluruh proses analog dan seiring
dengan itu, dalam masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu istilah
teknis, pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara
sedang berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy
rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial.
1. Ciri – Ciri Pembangunan
Pada dasarnya, ciri-ciri pembangunan itu dapat dilihat dari
pengertian pembangunan itu sendiri. Ciri-ciri pembangunan yang
dikemukakan disini adalah berdasarkan tujuh ide pokok yang muncul
dari definisi pembangunan yang diberikan oleh Sondang P.
Siagian(2014), yaitu :
a. Pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan
merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan
dan terdiri dari tahap- tahap yang disatu pihak independen akan tetapi
dipihak lain merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa
akhir (never ending). Banyak cara yang dapat digunakan untuk
menentukan pentahapan tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu,
biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh.
b. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai
sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan perkataan lain, jika dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terdapat kegiatan
yang kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi tidak ditetapkan
secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, maka
kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.
c. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Seperti dimaklumi,
merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal-hal
yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.
d. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan
perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan
kemampuan suatu negara bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar
mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya.
Perubahan mengandung makna bahwa suatu negara bangsa harus
bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi
yang berbeda dari jangka waktu tertentu ke jangka waktu yang
lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat diprediksikan
sebelumnya atau tidak. Dengan perkatan lain, suatu negara bangsa
yang sedang membangun tidak akan puas jika hanya mampu
mempertahankan status quo yang ada.
e. Pembangunan mengarah pada moderntias. Modernitas di sini diartikan
antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada
sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat
tetapi fleksibel.
f. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan
pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional, artinya
modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan
bernegara yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahan dan keamanan.
g. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha
pembinaan bangsa, sehingga negara bangsa yang bersangkutan
semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya.
4. Pembangunan Desa
Ketentuan umum UU Desa mendefinisikan Pembangunan Desa
adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan tujuan pembangunan
Desa dinyatakan di dalam pasal 78 ayat (1), yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi
lokal serta pemanfaatn sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan.
Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat
bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat ditingkatkan
kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan
kesejahteraannya.
Pembangunan desa dilakukan dalam rangka imbang yang sewajarnya
antara pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah
menyediakan prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya disandarkan
kepada kemampuan masyarakat itu sendiri.
Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan
masyarakat yang dipadukan dengan partisipasi masyarakat. Perpaduan
tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan
oleh Solekhan mekanisme pembangunan desa adalah merupakan
perpaduan yang serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak
dan kegiatan pemerintah di satu pihak.
Pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi yaitu sebagai
suatu proses, dengan suatu metode sebagai suatu program dan suatu
gerakan, sebagaimana pendapat pakar berikut ini :
a. Sebagai suatu proses adalah memperhatikan jalannya proses perubahan
yang berlangsung dari cara hidup yang lebih maju/modern. Sebagai suatu
proses, maka pembangunan desa lebih menekankan pada aspek
perubahan, baik yang menyangkut segi sosial, maupun dari segi
psikologis.
Hal ini akan terlihat pada perkembangan masyarakat dari suatu tingkat
kehidupan tertentu ketingkat kehidupan yang lebih tinggi, dengan
memperhatikan di dalamnya masalah perubahan sikap, serta perubahan lainnya
yang apabila diprogramkan secara sistematis akan usaha penelitiandan
pendidikan yang sangat baik.
b. Sebagai suatu metode, yaitu suatu metode yang mengusahakan agar
rakyat mempunyai kemampuan yang mereka miliki. Pembangunan desa
juga merupakan metode untuk mencapai pemerataan pembangunan desa
dan hasil-hasilnya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Sebagai suatu program adalah berusaha meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteran masyarakat pedesaan baik lahir maupun bathin dengan
perhatian ditujuka pada kegaiatan pada bidang-bidang tertentu seperti
pendidikan, kesehatan, pertanian, industri rumah tangga, koperasi,
perbaikan kampung halaman dan lain-lain.
d. Sebagai suatu gerakan karena pada hakekatnya semua gerakan atau usaha
kegiatan pembangunan diarahkan ke desa-desa. Sebagai suatu gerakan
dimana pembangunan desa mengusahakan mewujudkan masyarakat
sesuai dengan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia yaitu mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
e. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pembangunan desa meliputi
beberapa faktor dan berbagai program yang dilaksanakan oleh aparat
departemen, pemerintah daerah dan seluruh masyarakat. Oleh karena itu
pelaksanaannya perlu ada koordinasi dari pemerintah baik pusat maupun
daerah serta desa sebagai tempat pelaksanaan pembangunan agar seluruh
program kegiatan tersebut saling menunjang dan terlaksana dengan baik
sesuai dengan rencana, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Permasalahan di dalam pembangunan perdesaan adalah rendahnya
aset yang dikuasai masyarakat perdesaan ditambah lagi dengan masih
rendahnya akses masyarakat perdesaan ke sumber daya ekonomi seperti
lahan/tanah, permodalan, input produksi, keterampilan dan teknologi,
informasi, serta jaringan kerjasama.
Disisi lain, masih rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana
perdesaan dan rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian besar
berketerampilan rendah (low skilled), lemahnya kelembagaan dan organisasi
berbasis masyarakat, lemahnya koordinasi lintas bidang dalam
pengembangan kawasan perdesaan.
Sebagai penuntun penyelenggaraan Pembangunan Desa disusun
panduan penyelenggaraan Pembangunan Desa yang dijabarkan dalam
Peraturan Dalam Negeri nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa.
Berdasarkan pasal 78, tahapan-tahapan dalam pembangunan desa
terdiri dari perencanaan pembangunan desa, pelaksanaan pembangunan
desa, serta pengawasan dan pemantauan pembangunan desa.
1. Perencanaan Pembangunan Desa
Pelaksanaan pembangunan Desa dimulai dengan tahap
perencanaan pmbangunan Desa. Sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 114 tahun 2014, tentang Pedoman
Pembangunan Desa, disebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Desa
adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Desa dengan melibatkan Badan Permusyawartan Desa dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa.
Pemikiran supeno ini sejalan dengan pendapat Robinson Tarigan
(2009) yang menyebutkan ada empat elemen dasar perencanaan yaitu:
a) Perencanaan berarti memilih
b) Perencanaan merupaan alat mengalokasikan sumber daya,
c) Perencanaan merupkan alat untuk mencapai tujuan,
d) Perencanaan berorientasi masa depan
Dalam perencanaan pembangunan Desa, selain
mempertimbangkan kondisi Desa maka Desa harus juga memperhatikan
perencanaan pembangunan kabupaten kota. Dan dalam penyusunan
perencanaan pembangunan sebagaimana pendapat para ahli perencanaan
harus sifatnya jangka panjang. RPJM Desa yang merupakan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam)
tahun, artinya bahwa perencanaan pembangunan desa sudah memenuhi
tujuan yang diharapkan. Dan dalam pelaksanaan operasional di jabarkan
dalam rencana kerja tahunan dalam bentuk RKP Desa.
Dari gambaran tersebut menunjukan bahwa Rencana
pembangunan merupakan inti dari semua proses, dengan perencanaan
yang baik diharapkan pelaksanaan pembangunan desa dapat terukur dan
menjadi lebih baik serta bersifat jangka panjang.
2. Pelaksanaan pembangunan Desa
Pembangunan merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan
keberdayaan dalam meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini
meliputi upaya untuk memperbaiki keberdayaan masyarakat, bahkan
sejalan dengan era otonomi, makna dari konsep hendaknya lebih
diperluas menjadi peningkatan keberdayaan serta penyertaan partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan.
Oleh karenanya bahwa dalam pelaksanaannya harus dilakukan
strategi yang memandang masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi
juga sebagai subjek pembangunan yang mampu menetapkan tujuan,
mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses pembangunan
untuk meningkatkan taraf kehidupannya.
Hal ini sesuai dengan arah kebijakan pembangunan yang lebih
diprioritaskan kepada pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
atau peningkatan pendapatan masyarakat desa dan menegakkan citra
pemerintah daerah dalam pembangunan.
3. Pengawasan Pembangunan Desa
Untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai
dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya
dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada
yang melenceng dari rencana.
5. Infrastruktur Desa
Secara spesifik oleh Stone (dalam Kodoatie,2003), Infrastruktur
didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agebn publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
pedeiaan air, tenaga listrik, pembangunan limbah, transportasi dan
pelayanan-pelayanan similiar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi.
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas
publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial ekonomi (Grigg,1988).
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi
sistem social dan system ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau
struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi- instalasi yang
dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya system sosial dan sistem
ekonomi masyarakat.
Infrastruktur dapat juga didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik
yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-
fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan
limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi
tujuan-tujuan ekonomi dan social (kodoatie, 2003).
a. Kategori Infrastruktur
Menurut Grigg, ada 6 kategori besar infrastruktur
1) Kelompok jalan (jalan, jalan raya dan jembatan)
2) Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan dan
Bandar udara)
3) Kelompok air (air bersih, air kotor dan semua sistem perairan
termasuk irigasi)
4) Kelompok manejemen limbah (sistem manajemen limbah padat)
5) Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar
6) Kelompok roduksi dan dsitribusi listrik (listrik dan gas)
b. Jenis-jenis infrastruktur
1. Infrastruktur keras (physical hard infrastructure)
Meliputi jalan raya dan kereta api, bandara, dermaga,
pelabuhan dan saluran irigasi.
2. Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)
Berkaitan dengan fungsi fasilitas umum seperti ketersediaan
air bersih, pasokan listrik, jaringan telekomunikasi.
3. Infrastruktur lunak
Meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (khusunya
yang telah dikembangkan menjadi peraturan hukum dan perundang-
undangan).
Ada lima kebutuhan dasar infrastruktur pedesaan dalam
pembangunan infrastruktur pedesaan, yaitu :
1) Jalan Desa
a. Jaringan jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan
antara blok-blok lingkungan di wilayah desa dan akses regional
dengan pusat pemerintahan (baik kecamatan ataupun kabupaten).
b. Jaringan jalan lokal sekunder, adalah jalan-jalan yang
menghubungkan antar lingkungan (sub-blok) lainnya dalam suatu
desa, jalan ini sudah diperkeras baik dengan aspal maupun dengan
makadam.
c. Jalan lingkungan, adalah jalan-jalan yang menghubungkan antar
lingkungan/gang-gang (kampung) dimana pada umumnya
menghubungkan antar satuan pemukiman atau jalan masuk ke
masing-masing lingkungan kecil yang ada di wilayah perncanaan.
2) Air Bersih
Kebutuhan masyarakat akan air bersih yang dapat
dikategorikan sebagai wilayah pedesaan, memakai pola
pengembangan bagi kawassan dengan ketentuan dankeuntungan
antara lain :
a. Waktu pendistribusian air dapat diatur dalam waktu tertentu
b. Jaringan pemipaan murah dengan diameter kecil
c. Sistem sambungan pada langganan setiap bulan dengan jumlah
tetap
d. Sistem operasional secara sederhana dan murah
e. Kebutuhan akan tenaga tidak besar
3) Listrik
Berdasarkan UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan,
menyebutkan bahwa tujuan pembangunan ketenagalistrikan adalah
untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup,
kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
4) Rumah
Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan
saat ini sebagian besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik
membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain. Kendala utama
yang dihadapi masyarakat desa pada umumnya keterjangkauan
pembiayaan rumah.
5) Irigasi
Keberadaan jaringan irigasi sangatlah berpengaruh terhadap
hasil panen masyarakat, terlebih pada desa dengan sumber mata
pencaharian petani.
6. Tinjauan Tentang Desa
Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang
berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,
desa atau village yang diartikan sebagai “ a groups of houses or shops in a
country area, smaller than and town “. Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya
berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan
Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah pewarisan
dari undang-undang yang lama pernah mengatur desa, yaitu Inlandsche
Gemeente Ordonantie (IGO) yang berlaku untuk Jawa dan Madura, serta
Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten (IGOB) yang berlaku
untuk diluar Jawa dan Madura. Peraturan perundang-undangan ini tidak
mengatur secara seragam dan kurang memberikan dorongan kepada
masyarakatnya untuk tumbuh ke arah kemajuan yang dinamis. Akibatnya
desa dan pemerintahan desa yang bentuk dan susunannya masih beraneka
ragam. Masing-masing masih memiliki ciri-cirinya sendiri yang kadangpula
dianggap sebagai hambatan dalam pembinaan dan pengendalian yang
intensif, guna peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Desa atau yang
disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik
Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, penjelasan pasal 18
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum
perubahan) menyebutkan bahwa, “Dalam territori Negara Indonesia terdapat
lebih kurang 250 zelfbestturende Landschappen dan Volksgemenschappen”,
seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di
Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah tersebut mempunyai susunan
Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat
istimewa. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan
jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selanjutnya, dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia,
Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi
dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis
sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera. Secala operasional, Undang-Undang Otonomi Daerah
mengamanahkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk
memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah dengan
maksud untuk lebih meningkatkan pelayanan dan partisipasi aktif
masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan disegala bidang. Desa
sebagai bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten yang berhubungan
langsung dengan masyarakat, tentunya mempunyai hubungan yang lebih
dekat dengan masyarakat. Selain itu, desa memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dengan berpedoman pada
keanekaragaman, partisipasi otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan
masyarakat. Karena itu, desa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
publik, dan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan
demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan pemerintahan Daerah,
setelah perubahan UUD 1945, pengaturan Desa atau disebut dengan nama
lain dari segi pemerintahannya mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7)
yang menegaskan bahwa susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang. Hal itu berarti, bahwa
pasal 18 ayat (7) UUD 1945 membuka kemungkinan adanya susunan
pemerintahan dalam sistem pemerintahan Indonesia. Dalam sejarah
pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa, yaitu:
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa
Praja, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang- Udndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, dan terakhir Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Undang-undang itu disusun dengan semangat penerapan
amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakat hukum adat sesuai dengan
ketentuan pasal 18B ayat(2) untuk diatur dalam susunan pemerintahan
sesuai dengan ketentuan pasal 18 ayat(7). Walaupun demikian, kewenangan
kesatuan masyarakat hukum adat mengenai pengaturan hak ulayat merujuk
pada ketentuan peraturan perundang- undangan sektoral yang berkaitan.
Bertitik tolak pada semangat reformasi sistem pemerintahan desa tersebut,
maka struktur kelembagaan dan mekanisme kerja disemua tingkatan
pemerintah, khususnya pemerintahan Desa yang berhubungan langsung
dengan masyarakat diarahkan untuk dapat menciptakan pemerintahan yang
peka terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Pasal 4, Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa pengaturan
desa bertujuan :
a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada
dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. Memberikan penjelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia;
c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;
d. Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
e. Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional efesien dan efektif,
terbuka, serta bertanggungjawab;
f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial
sebagai bagian dari ketahanan nasional.
h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan
pembangunan nasional; dan memperkuat masyarakat Desa sebagai
subjek pembangunan.
Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul
“Otonomi Desa” menyatakan bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul
yang bersifat istimewa. Pemikiran mengenai Pemerintahan Desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat.
Perumusan secara formal desa dalam UU No. 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa, dikatakan bahwa Desa adalah suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat
termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Undang-undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah
disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan wilayah masyarakat hukum yang
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat setempat yang diakui
dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 1 ayat 12
menjelaskan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya, dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 pasal 1 ayat 43 menjelaskan Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
B. Kerangka Pemikiran
Sebagai wujud implementasi dari undang-undang tentang
pemenrintahan Daerah maka undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa, Pasal menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Regulasi tersebut hadir untuk memperkuat Desa
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aturan tersebut sangat jelas agar Desa
mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tanpa ada campur
tangan lain dari pemerintah Daerah dan Provinsi.
Pembangunan Desa melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan lebih jelasnya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.
Gamabar 2.1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Infrastruktur Desa.
1. Faktor Pendukung. a. Dana b. Partisipasi masyarakat c. Regulasi
PEMERINTAH DESA
Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur desa
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pemantauan dan
pengawasan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Infrastruktur Desa.
2. Faktor Penghambat. a. Belum Maksimalnya
Pengawasan b. Cuaca dan Medan c. Harga Bahan Material
C. Fokus dan Deskripsi Fokus
1. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini dapat memfokuskan masalah terlebih dahulu
supaya tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai
dengan tujuan penelitian ini. Maka peneliti memfokuskan untuk meneliti
peran kepala Desa terhadap pembangunan infrastruktur di Desa Kariango
Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang
D. Deskripsi Fokus
1. Perencanaan
Perencanaan pembangunan infrastruktur pedesaan melalui
Musrenbangdes haruslah berdasarkan kondisi lingkungan dan potensi
wilayah. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan di Desa guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu Desa
dalam jangka waktu tertentu.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembangunan Infrastruktur merupakan bentuk wujud
terlaksanaanya sebuah perencanaan yang terencana secara sistematis dan
konseptual.
3. Pengawasan Pembangunan Infrastruktur
Pengawasan adalah proses mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang
telah ditentukan agar semua perencanaan dapat terlaksana dengan baik dan
maksimal. Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan
pada tahapan perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan
pembangunan Desa.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan infrastruktur Pedesaan
di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
Adapun indikator faktor-faktor yang dimaksud adalah :
1. Faktor pendukung
2. Faktor penghambat
BAB III
METODOLOGI PENEITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi yang ditentukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian terhadap pelaksanaan pembangunan
infrastruktur jalan pedesaan yaitu di Desa Kariango Kecamatan Lembang
Kabupaten Pinrang, yang meliputi Dusun Tondo bunga, Dusun Buttu raja, dan
Dusun Buttu battu batuan Penelitian ini dilakukan selama dua (2) bulan.
B. Jenis dan tipe penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan
penelitian harus terjun ke lapangan untuk menemukan dan melakukan
obserfasi, sehingga dapat menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai
peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di desa karingo
kecamatan lembang kabupaten pinrang.
Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian Fenomologi yaitu
penelitian pengumpulan data dengan wawancara dan data secara tertulis hal ini
dibuat agar tujuan dari penelitian bisa akurat dengan apa yang terjadi
dilapangan dan apa yang tertuang pada dokumen-dokumen kemudian
selanjutnya dengan obserfasi partisipan untuk mengetahui kenyataan yang
terjadi dilapangan mengenai peran kepala desa dalam pembangunan
infrastruktur jalan di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:
30
1. Data Primer, yang diperoleh secara langsung dari informan yang
bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban yang
berkaitan dengan peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan
di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang.
2. Data Sekunder, Adapun sumber Data sekunder yang di gunakan penelitian
ini adalah sumber data sekunder yang meliputi buku-buku berkaitan dengan
peran yang akan di lakukan di peran kepala desa dalam pembangunan
infrastruktur jalan di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh (7) orang, yaitu
sebagai berikut:
NO NAMA INISIAL JABATAN JUMLAH
1 MUHAMMAD JAFAR MJ KEPALA DESA 1
2 YUMMING SH YM SEKERTARIS 1
3 PARMAN PN KAUR
KEUANGAN 1
4 SAHARUDDIN SHN KETUA BPD 1
5 AMBO DALLE AD MASYARAKAT 1
6 SUKRI SI MASYAKRAKAT 1
7 NASRUL NL MASYARAKAT 1 JUMLAH 7
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang
terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda.
Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masalah ynag
akan diteliti.
2. Wawancara
Dilakukan guna memperoleh data primer peran kepala desa dalam
pembangunan infrastruktur jalan. agar biasa mendalam berkaitan dengan
permasalahan penelitian Terkait penelitian, peneliti ini menggunakan
metode indepth interview, disitu penelitian dengan informan,bertatapan
secara langsung untuk mendapat informasi yang tepat (valid)
3. Dokumentasi
Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan
kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual
maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa
buku-buku yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori-teori yang
sangat sehubungan erat dengan permasalahan. Sumber pada laporan, skripsi,
buku, surat kabar dan dokumentasi lainya yang sehubungan dengan
permasalahan yang akan diteliti.
F. Teknik Analisi Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis nonstatistik yang
dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif didalam hal ini penelitian
kualitatif, mengajak orang agar bisa mempelajari salah satu masalah yang akan
diteliti secara mendasar dan mendalam sampai ke akarnya Analisis data terdiri
dari tiga alaur yaitu:
1. Data Reducition (Reduksi Data)
Data yang didapat dari lapangan jumlahnya sudah cukup banyak
untuk itu, perlu dicatat secara detail dan terprinci. Seperti telah
dikemukakan semakin lama peneliti ke suatu lapangan maka jumlahnya data
akan menjadi semakin banyak kompleks dan susah untuk itu, perlunya akan
secepatnya melakukan analisis data dan melalui reduksi data. Mereduksi
data adalah merangkum dan memilih hal pokok memokuskan pada hal-hal
yang pokok pada hal yang sangat penting. Dicari tema dan pola dengan hal
itu yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang sangt lebih mirip
dan mempermuda penelitian supaya pengumpulan data selanjutnya akan
mencari kiranya diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan cara
peralatan elektronik seperti komputer, kecil, supaya memberikan kode
dengan aspek tertentu.
2. Data Display (Penyajian data)
Penyajian data yaitu penyajian yang dimaksud menurut matthew dan
michael, sekumpulan informasi teratur yang memberikan kemungkinan ada
penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan.
3. Conclusion Drawing/verification
Langka ketiga didalam analisis data kualitatif pendapat Miles
Huberman adalah penarikan kesimpulas dan verifikasi. Kesimpulan ini
masih bersifat sementara dan akan merubah apabila tidak di temukanya
bukti yang sangat kuat yang akan mendukung setiap tahap pengumpulan
data berikut. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
pertama di dukung oleh bukti yang falid dan konsisten saat penelitian
kembali ke lapangan untuk menyatukan data, dari itu kesimpulan yang
dikemukakan ialah kesimpulan yang kredibel.
G. Pengabsahan Data
Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan proposal ini adalah
triangulasi, triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurut
William Wiersma (dalam Sugiyono, 2012) membedakan tiga macam
triangulasi yaitu:
1. Triangulasi dengan sumber
Triangulasi dengan sumber yaitu teknik untuk menguji kredibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber suatu informasi.
2. Triangulasi dengan teknik
Triangulasi dengan teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara secara mendalam kepada informan, kemudian dicek dengan
dokumen-dokumen.
3. Triangulasi dengan waktu
Triangulasi dengan waktu yaitu teknik untuk menguji kredibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan teknik wawancara
di pagi hari pada saat narasumber masih segar, dan pada saat sore hari saat
narasumber sudah merasa jenuh dan dipenuhi oleh banyak masalah. Bila
hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-
ulang sehingga sampai di temukan kepastian datanya.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Kabupaten Pinrang.
Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar terletak
pada koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan 119º26’30”
sampai 119º47’20”Bujur Timur. Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan
dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua
jalur utama, baikantar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan,
yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi
Barat, dan dari arah Timur: kabupaten- kabupaten di bagian timur dan tengah
Sulawesi Selatan menuju Provinsi Sulawesi Barat. Kondisi topografi Kabupaten
Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar,mulai dari dataran dengan
ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki
ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl).Dataran yang terletak pada
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian
tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang
berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di
Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Ketinggian 0 –100 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di
wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan
37
Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto,Tiroang, Patampanua dan
Kecamatan Cempa.
- Ketinggian 100 –400 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa
wilayah kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan
Kecamatan Paleteang.
- Ketinggian 400 –1000 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah
meliputi Kecamatan Duampanua.-Ketinggian di atas 1000 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari
sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa.
Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.967 km persegi, memiliki daerah
administratif 12 kecamatan,dan terdiri 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi
81 Lingkungan dan 168 Dusun.
Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap
Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare
Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 361.293 jiwa pada Tahun 2013 (Data
BPS 2014), terdiri dari laki-laki sebanyak 175.115 jiwa (48,47 %) dan
perempuan sebanyak 186.178 jiwa (51,53 %). Jumlah ini meningkat 1,00 %
dibandingkan Tahun 2012, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk
38
Kabupaten Pinrang mencapai lk 360.019 jiwa, terdiri atas : laki-laki 174.667 jiwa
(48,52 %) dan perempuan 185.352 jiwa (51,48 %).Jika dilihat dari komposisi
penduduk berdasarkan kelompok umur pada Tahun 2013, jumlah penduduk
kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mencapai 62,82 %,jumlah penduduk
kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai 30,81 % dan jumlah penduduk
kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mencapai 6,37 %.Jumlah penduduk
kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mengalami peningkatan sebesar
1,86%,demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65
Tahun ke atas) mengalami kenaikan 1,02, sedangkan jumlah penduduk
kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 2.88 %.
2. Gambaran Umum Desa Kariago
a. Sejarah Desa Kariago
Desa Kariango merupakan salah satu desa dari empat belas (14) desa yangada di
kecamatan Lembang kabupaten Pinrang. Desa Kariango terdiri atas tiga (3) dusun,
yakni dusun Tondo Bunga, Dusun Buttu Batu dan dusun Buttu Raja. Pembahasan
mengenai sejarah terbentuknya desa Kariango tidak lepas dari kisah perjalana
panjang sejarah kerjaan Letta yang juga pada saat ini dikenal dengan desa Letta,
Sejarah kerajaan Letta berawal dari turunnya tumanurung dari gunung
Bambapuang yang tiba di gunung Bajai, sedang tumanurung dari sangalla tiba di
gunung Mamullu. Kedua tumanurung ini kemudian menikah. Keturuannya
kemudian mempersatukan beberapa kelompok dan mendirikan kerajaan yang di
pimpin oleh raja pertama yang bernama To Saletta, Nama kerajaan tersebut adalah
kerajaan Letta. Sejak tahun 1961 pemerintah republik Indonesia melakukan
39
perubahan dalam tubuh pemerintahan, Semua distrik berubah nama menjadi
kecamatan, diantaranya kecamatan Lemabang.
Dalam satu kecamatan, dibentuklah beberapa desa, pembetuakan biasanaya di
dasarkan pada kerajaan yang ada dulunya, Tahun 1961, Letta resmi berubah
menjadi desa yang dipimpin oleh kepada desa. Dalam perkembangan selanjutnya
desa Letta terus di mekarkan seiring dengan perkembnagan penduduk di desa itu,
sejak tahun 1989 wilayah Letta suda di mekarkan menjadi tiga desa, yaitu desa
Letta desa Kariango dan desa Kaseralau.
Sebagaiamna yang telah di bahas, bahwa desa Kariango terbentuk dari hasil
pemekaran desa Letta, sejak masa pemerintahan desa Letta lama, kariango pada
saat masih berstatus sebagai kampung, setelah berstatus sebagai desa, kini desa
Kariangao terdiri dari tiga dusun, yakni uusun Tondo Bunga, dusun Buttu Batu
dan dusun Buttu Raja.
Perekembangan dari masa-kemasa Desa Kariango dipimpin oleh beberapa Kepala
Desa menjabat yaitu:
Zainuddin (1989-1992)
Masud (1992-1998)
Drs. Alimuddin (1998-2000)
Safri (2000-2006)
Muh. Jufri (2007-2012)
Abd. Rahim (2013-2018)
Muh. Jafar (2019-Sekarang)
40
b. Wilayah dan Letak Geografis
Desa Kariango terletak di kabupaten Pinrang kecamatan Lembang, sebagian besar
desa ini berada pada dataran tinggi, Sebelah utara desa Rajang dan desa Pakeng,
sebelah selatan desa Ulu Saddang dan desa Bakaru, sebelah timur desa Kaseralau,
sebelah barat desa Letta.
Desa Kariango memiliki orbitasi waktu tempuh dan jarak ke bbukota Kecamatan
: 43 Km Lama jarak tempuh ke Kecamatan dengan Kendaraan Bermotor : 1 jam
47 Menit Ke KabupatenJarak ke Ibukota Kabupaten: 77 Km Lama jarak tempuh
ke Kabupaten dengan Kendaraan Bermotor : 2 jam 33 Menit Ke Provinsi Jarak ke
Ibukota Provinsi : Lama jarak tempuh ke Provinsi dengan Kendaraan Bermotor : 6
jam 21 Menit.
Luas desa Kariango sekitar 21.89 Km, sebagian besar lahan di desa Kariango
digunakan sebagai tempat pertanian dan perkebunan. Jumlah penduduk 1.196
jiwa, terdiri dari 296 KK.
Dalam bidang pendidikan di desa Kariango terdiri dari 2 SD/Sederajat, 1 TK.
Dalam bidang Keagamaan terdapat 6 Masjid. Di Bidang Kesehatan terdapat 1
PUSTU/Puskesmas Pembantu dan 1 orang bidan desa.
41
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
KEPALA DESA
MUHAMMAD JAFAR
BPD
SAHARUDDIN
KAUR KEUANGAN
PARMAN
KAUR
PEMBANGUNAN
ABDUL RAHMAN
KAUR UMUM
YODDING
KAUR
PEMERINTAHAN
RUDI
SEKERTARIS DESA
YUMMING S.H
KEPALA DUSUN
DUSUN TONDO
BUNGA
AHMAD
DUSUN BUTTU
RAJA
BASIR
DUSUN BUTTU
BATU
ARIS
42
B. Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Desa
Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang
Peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang
ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor
yang mudah dikenal. Kepribadian seorang barangkali juga amat
mempengaruhi bagaimana peranan harus di jalankan. Peranan timbul karena
seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai
lingkungan, yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Menrut David
Berry (2003:105), mendefenisikan peranan sebagai harapan-harapan yang
dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan
oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pernan itu ditentukan oleh norma-
norma di dalam masyarakat.dalam peranan terdapat dua harapan yaitu
harapan yang dimiliki oleh di pemegang peran terhadap masyarakat atau
terhadap orang yang menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
Dalam sebuah kepemimpinan khsusunya dalam sebuah daerah,
dalam hal ini adalah kepala desa tentu memiliki peran yang sangat besar
dalam membangun desanya yang mana masyarakat telah memberikan
amanah untuk menjadikan daerah tersebut jauh lebih meningkat dari
sebelumnya, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 114 tahun
2014 tentang pedoman pembangunan desa, terdapat tiga indikator sebagai
pengukur pelaksanaan pembangunan yakni perencanaan, pelaksanaan, serta
pemantatuan dan pengawasan.
43
1. Perencanaan
Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota. Perencanaan dan Pembangunan Desa dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan
semangat gotong royong.Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Dalam rangka perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa didampingi oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara teknis dilaksanakan oleh
satuan kerja perangkat daerah kabupaten/ kota. Untuk mengoordinasikan
pembangunan Desa, kepala desa dapat didampingi oleh tenaga pendamping
profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak
ketiga.Camat atau sebutan lain akan melakukan koordinasi pendampingan di
wilayahnya. Pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan
pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Adapun rencana/
agenda dari kepala desa kariango sendiri selama masa jabatannya
pembangunan infrastruktur jalanan merupakan program prioritas desa
tersebut dikarenakan sangat minimnya fasilitas jalanan yang ada di desa
kariango sendiri, serta pembangunan yang lainnya yakni membangun irigasi
bagi masyarakat tani yang memiliki anggaran yang cukup besar.
Dengan indikator diatas adapun beberapa pertanyaan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala Desa, Sekertaris
44
Desa, KAUR Keuangan Desa, ketua BPD dan 3 masyarakat dari desa Kariago
Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, dalam penyusunan RPJM desa
melibatkan seluruh unsur masyarakat atau tidak, melalui wawancara yang
dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris desa) yang
mengatakan bahwa:
“..tentu kita dalam Rencana pembangunan jangka menenengah desa kami
melibatkan semua unsur masyarakat baik itu dari masyarakat, aparat kepolisian, aparat TNI serta tokoh adat, tokoh agama kita undang semua datang mengadakan pertemuan di balai desa untuk mendengar aspirasi masyararakat dalam pembangunan..” (hasil wawancara 25
November 2019)
“..iye dalam pembuatan RPJM memang selalu melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, semua lapisan. Kita selalu ada musyawarah bersama dengan seluruh staf dan masyarakat mengenai apa saja kebutuhannya masyarakat desa yang mendesak..” (hasil wawancara 25 November
2019) Berdasarkan wawancara di atas mengatakan bahwasannya pemerintah
desa dalam melakukan rencana penyususnan pembangunan jangka menengah
selalu melibatkan masyarakat kemudian hampir senada dengan yang
dikatakan oleh PN selaku (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD) yang
mengatakan bahwa:
“..iya dek kita melibatkan masyarakat, bermusyawarah, tokoh adat, tokoh
agama, kantibnas, babinsa kita undang, dan kepala dusun dan warganya untuk mewakili keseluruhan masyarakat..” (hasil wawancara
26 november 2019)
45
“semua tokoh terlibat pemerintah desa, BPD, masyarakat semua terlibat untuk menyusun rencana pembangunan..”(hasil wawancara 26
november 2019) Selanjutnya wawancara dilakukan bersama masyarakat AD, SI dan
NL yang mengatakan bahwa:
“..memang pak desa biasa mengadakan pertemuan dengan masyarakat,
saya juga sempat bersama pak dusun mengikuti rencana pembangunan desa, melakukan diskusi dan bertanya apa saja yang dibutuhkan masyarakat di lingkungan ini..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..kalau itu saya kurang tahu dek, karena sayakan sibuk bertani disawah,
belum punya waktu untuk bergabung dengan yang lain untuk kumpul-kumpul di kantor desa..”(hasil wawancara 26 November 2019)
“..iya dek, kalau untuk rencana pembangunan memang selalu ada
pertemuan, desa memaparkan apa yang mereka ingin lakukan sama kalau ada saran dari masyarakat..” (hasil wawancara 26 November
2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan
bahwasannya dalam penyusunan rencana pembangunan desa jangka
menengah, pemerintah desa selalu melibatkan unsur masyarakat dan aparat
kepolisian dan aparat TNI, seta semua tokoh masyarakat baik tokoh adat,
tokoh agama serta masyarakat setempat yang ingin mengikuti pertemuan desa
diperbolehkan serta memberikan saran dan masukan kepada pemerintah desa.
Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai,perencanaan pembangunan desa
sudah sesuai dengan ketetapan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku atau pedoman pembuatan rencana pembangunan desa. melalui
wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris
46
desa) mengatakan bahwa:
“..pasti dek, kami melakukan RPJM berdasarkan pedoman yang ada
sesuai dengan peraturan, seperti kita membuat ini RPJM berdasarkan hasil musyawarah antara pemerintah desa dengan segala unsur yang ada di desa..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..iye kita berdasarkan pedoman penyusunan RPJM Cuma bedanya ya
kita tidak pake team yg menangani secara khusus karena kita juga kekurangan tenaga dan orang jadi yang menangani tetap ji staf desa..” Berdasarkan wawancara diatas mengatakan bahwasannya perencanaan
pembangunan desa yang dilakukan oleh pemerintah desa sudah berdasarkan
peraturan dan ketetapan yang ada berdasarkan pedoman RPJM namun
beberapa hal tidak terpenuhi akibat kurangnya sumber daya manusia.
Selanjutnya wawancara dilakukan bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN
(ketua BPD) mengatakan bahwa:
“..setau saya iya karena RPJM ini ada agendanya mulai dari penyusunan
sampai penetapan kemudian ada peninjauan ulang lagi..” (hasil
wawancara 26 November 2019)
“..yang mengurus semua itukan pemerintah desa, dan memang sudah seharusnya mengikuti pedoman pembuatan RPJM, jdi seharusnya harus ikut pedomankan..”(hasil wawancara 26 November 2019) Selanjutnya wawancara yang dilakukan bersama masyarakat yakni
AD, SI dan NL mengenai penyusunan rencana pembangunan desa
berdasarkan pedoman dan ketetapan yang telah diatur, dan mengatakan
bahwa:
“..saya kurang tau dek dilakukan berdasarkan pedoman, dan
ketetapannya atau tidak, karena sayapun kurang paham tentang tata caranya itu, yang saya tau kita semua bermusyawarah saja berembuk saling tukar pikiran..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..saya tidak tau dek, karena saya ikut dalam pertemuan saja itu sangat
jarang sekali..”(hasil wawancara 26 November 2019)
47
“..menurut saya pastilah mereka bekerja sesuai dengan berdasarkan pedoman kerja, mereka pasti ada acuan sehingga mereka membuat kegiatan seperti ini..” (hasil wawancara 26 November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara diatas bahwasannya mengenai
perencanaan pembangunan desa menurut aparat desa yang dilakukan oleh
pemerintah desa sudah berdasarkan peraturan dan ketetapan yang ada
berdasarkan pedoman RPJM namun beberapa hal tidak terpenuhi akibat
kurangnya sumber daya manusia. Namun masyarakat tidak tau dan paham
mengenai adanya pedoman dan ketetapan dalam menetapkan dan
merencanakan pembangunan desa.
Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, kepuasan masyarakat berdasarkan
RPJM yang telah ditetapkan oleh pemerintah desa, melalui wawancara yang
dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris desa) mengatakan
bahwa:
“..untuk kepuasan masyarakat saya kurang tau pasti, tapikan kami sudah
mendengar aspirasinya di wakili oleh beberapa masyarakat beserta kepala dusun/lingkungan jadi kami menyerap semua aspirasi, walaupun ada ketidak puasan ya karena kita memprioritaskan kebutuhan..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..saya yakin pasti tetap ada masyarakat yang tidak puas dengan hasil penyusunan perencanaan pembangunan ini karena tidak semua kita setujui, ada beberapa hal yang menurut kami dan yang lain masih belum perlu pembangunannya..” (hasil wawancara 25 November
2019) Berdasarkan wawancara di atas mengenai tingkat kepuasan
masyarakat mengenai hasil dari rencana penyusunan pembangunan
48
infrastruktur desa, yakni masih ada masyarakat yang masih tidak puas di
karenakan tidak semua aspirasi masyarakat di tindak lanjutkan, melainkan
pembangunan infrastruktur di tindak sesuai dengan seberapa besar kebutuhan
masyarakat akan pembangunan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan
wawancara oleh PN (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD) menagatakan
bahwa:
“..saya kurang tau juga dengan kepuasan masyarakar tapi sejauh ini
belum ada komentar mengenai pembangunan yang dilakukan pemerintah desa jadi saya pikir tidak ada masalah mengenai kepuasan masyarakat..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..menurut saya beda-beda tingkat kepuasanyya masyarakat karena pasti keinginannya mereka beda, ada yang sudah puas dan saya yakin juga ada yang belum merapa puas dengan RPJM ini..” (hasil wawancara 26
november 2019) Selanjutnya dilakukan wawancara bersama beberapa masyarakat
mengenai kepuasannya dalam tindak lanjut pembangunan yang telah disetujui
oleh pemerintah desa. yakni AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
“...walaupun memang ada beberapa aspirasi dari kami yang tidak di
setujui namun saya sendiripun tidak masalah, karena saya sendiri pun paham mana saja yang dilakukan pembangunan dulu..” (hasil
wawancara 26 November 2019)
“..kalau saya sendiri pembangunan irigasi pertanian kalau sudah aman,
saya tidak masalah kenapa karena masyarakat di sini memang kebanyakan petani jadi infastruktur itu harus bagus.” (hasil wawancara
26 November 2019)
“..jalanan di desa ini memang masih sangat kurang, sering ada yang jatuh
seharusnya menjadi prioritas tapi kalau memang yang lain lebih penting saya sendiri paham dan maklum dengan kondisi desa ini yang sangat jauh..” (hasil wawancara 26 November 2019) Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai tingkat kepuasan
masyarakat desa terkait infrastruktur yang disetujui dalam pembangunan desa
49
yakni masih ada masyarakat yang masih tidak puas di karenakan tidak semua
aspirasi masyarakat di tindak lanjutkan, melainkan pembangunan
infrastruktur di tindak sesuai dengan seberapa besar kebutuhan masyarakat
akan pembangunan tersebut, sedangkan masyarakat sendiri paham dan
maklum terkait denga prioriras pembangunan yang layak di dahulukan.
Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, bagaimana pemerintah desa
melakukan rencana pembangunan desa bersama masyarakat. Melalui
wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris
desa) mengatakan bahwa:
“..kami mengundang seluruh lapisan masyarakat diwakili oleh beberapa
tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh yang dituakan, serta aparat kantibnas dan babinsa untuk melakukan musyawarah diskusi dua arah mengenai pembangunan desa..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..kami melakukan tudang sipulung dengan tokoh-tokoh masyarakat diskusi bersama mengenai pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat..” (hasil wawancara 25 Novemer 2019) Berdasarkan wawancara diatas bahwa pemerintah desa melakukan
rencana pembangunan desa bersama masyrakat desa dengan bentuk diskusi
dua arah secara formal dengan musyawarah dilakukan di kantor desa itu
sendiri. Kemudian wawancara selanjutnya dilakukan bersama PN (KAUR
keuangan) dan SHN (ketua BPD) mengatakan bahwa:
“..kami selalu melakukan musyawarah kepada masyarakat, apa lagi
membicarakan tentang rencana pembangunan desa, kami selalu melakukan musyawarah. Pemerintah tdak boleh seenaknya menetapkan pembangunan tanpa musyawarah dari lapisan masyrakat..” (hasil wawancara 26 November 2019)
50
“..rencana pembangunannya seperti biasa, diadakan musrawarah dengan
masyarakat, tokoh yang berkepentingan semua kita bicarakan dengan baik..” (hasil wawancara 26 november 2019)
Selanjutnya wawancara yang dilakukan bersama masyarakat AD, SI
dan NL mengatakan bahwa:
“..kami di undang hadir datang berdiskusi dengan aparat pemerintah desa mengenai apa saja pembangunan yang akan dilakukan..” (hasil
wawancara 26 November 2019)
“..biasanya kalau ada apa-apa pasti ada pertemuan di kantor desa, mau itu masalah pembangunan dan sebagainya..” (hasil wawancara 26
November)
“..kita menyusun rencana pembangunan ya di balai desa bersama aparat
desa, dan masyarakat yang terlibat..” (hasil wawancara 26 November) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwasannya pemerintah desa melakukan rencana pembangunan desa
bersama masyarakat itu dengan bentuk diskusi dua arah secara formal dengan
musyawarah dilakukan di kantor desa bersama masyarakat yang ikut serta
dalam penyusunan rencana pembangunan desa di desa karioago kecamatan
lembang kabupaten pinrang.
Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, program-program prioritas
pemerintah desa dalam perencanaan pembangunan desa kariago. Melalui
wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris
desa) mengatakan bahwa:
“..kami memiliki banyak program pembangunan desa, seperti
pembangunan pemerataan infrastruktur jalanan, yang mana kita liat sendiri jalanan di sini tidak bisa di akses dengan kendaraan roda
51
empat, kemudian masyarakat di sini juga masih kekurangan MCK jadi banyak program tapi belum semua kita mampu jalankan sekaligus..”
(hasil wawancaea 25 November 2019)
“..ada beberapa program yang menjadi acuannya pemerintah desa, tapi kita untuk saat ini fokus ke pembangunan jalanan, karena di desa ini masih kurang sekali akses jalanan yang di miliki..” (hasil wawancara
25 November 2019) Berdasaarkan hasil wawancara di atas mengatakan bahwasannya desa
memiliki banyak program pembangunan sedangkan prioritas pembangunan
desa kariago yakni akses jalanan serta pemerataan infrastuktur jalanan yang
masih sangat kurang dan di bawah rata-rata. Kemudian selanjutnya
wawancara dilakukan bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD)
mengatakan bahwa:
“..sebenarnya banyak pembangunan yang harus dilakukan oleh desa
kariago ini namun, dengan keterbatasan dana tidak bisa dilakukan sekaligus apa lagi pembangunan infrastruktur jalanan ini biayanya tidak sedikit jadi untuk memudahkan masyarakat prioritas pembangunan sekarang itu pemerataan jalanan..” (hasil wawancara 26
November 2019)
“..program prioritas pemerintah desa saat ini jalanan yang sangat
dibutuhkan, karena jalanan ini menjadi akses pembangun ekonomi masyarakat..” (hasil wawancara 26 November 2019) Selanjutnya melalui wawancara yang dilakukan bersama beberapa
masyarakat AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
“..setau saya program prioritasnya pemerintah desa sekarang ini itu
jalanan, karena kami juga masyarakat sangat berharap pemerataan jalan ini yang susah sekali..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..saya kurang tau dek apa saja programnya pemerintah desa mengenai
pembangunan..” (hasil wawancara 26 Nomber 2019)
“..saat ini yang saya liat pemerintah desa memang sedang berusaha memperbaiki jalanan desa..” (hasil wawancara 26 November 219)
52
Berdasarkan keseluruhan wawancara diatas pada indikator
perencanaan dapat disimpulkan bahwasannya dalam penyusunan rencana
pembangunan desa jangka menengah, pemerintah desa selalu melibatkan
unsur masyarakat dan aparat kepolisian dan aparat TNI, seta semua tokoh
masyarakat baik tokoh adat, tokoh agama serta masyarakat setempat yang
ingin mengikuti pertemuan desa diperbolehkan serta memberikan saran dan
masukan kepada pemerintah desa. dan mengenai perencanaan pembangunan
desa menurut aparat desa yang dilakukan oleh pemerintah desa sudah
berdasarkan peraturan dan ketetapan yang ada berdasarkan pedoman RPJM
namun beberapa hal tidak terpenuhi akibat kurangnya sumber daya manusia.
Namun masyarakat tidak tau dan paham mengenai adanya pedoman dan
ketetapan dalam menetapkan dan merencanakan pembangunan desa. adapun
tingkat kepuasan masyarakat desa terkait infrastruktur yang disetujui dalam
pembangunan desa yakni masih ada masyarakat yang masih tidak puas di
karenakan tidak semua aspirasi masyarakat di tindak lanjutkan, melainkan
pembangunan infrastruktur di tindak sesuai dengan seberapa besar kebutuhan
masyarakat akan pembangunan tersebut, sedangkan masyarakat sendiri
paham dan maklum terkait denga prioriras pembangunan yang layak di
dahulukan. pemerintah desa melakukan rencana pembangunan desa bersama
masyarakat itu dengan bentuk diskusi dua arah secara formal dengan
musyawarah dilakukan di kantor desa bersama masyarakat yang ikut serta
dalam penyusunan rencana pembangunan desa di desa karioago kecamatan
lembang kabupaten pinrang. sedangkan prioritas pembangunan desa kariago
53
yakni akses jalanan serta pemerataan infrastuktur jalanan yang masih sangat
kurang dan di bawah rata-rata.
2. Pelaksanaan
Kepala Desa mengokordinasikan kegiatan pembangunan Desa yang
dilaksanakan oleh perangkat Desa dan/atau unsur masyarakat
Desa.Pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa meliputi:pembangunan Desa
berskala lokal Desa; dan pembangunan sektoral dan daerah yang masuk ke
Desa. Pelaksanaan pembangunan Desa yang berskala lokal dikelola melalui
swakelola Desa, kerjasama antar Desa dan/atau kerjasama Desa dengan pihak
ketiga.Kepala Desa mengkoordinasikan persiapan dan pelaksanaan
pembangunan Desa terhitung sejak ditetapkan APB Desa. Pembangunan
Desa yang bersumber dari program sektoral dan/atau program daerah,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal ketentuan
menyatakan pelaksanaan program sektor dan/atau program daerah
diintegrasikan ke dalam pembangunan Desa, program sektor dan/atau
program daerah di Desa dicatat dalam APB Desa.
Dalam hal ketentuan menyatakan pelaksanaan program sektor
dan/atau program daerah didelegasikan kepada Desa, maka Desa mempunyai
kewenangan untuk mengurus.Pelaksanaan program sektor dan/atau program
daerah dibahas dan disepakati dalam musyawarah Desa yang diselenggarakan
oleh BPD. Dalam hal pembahasan dalam musyawarah Desa tidak
menyepakati teknis pelaksanaan program sektor dan/atau program daerah,
54
kepala Desa dapat mengajukan keberatan atas bagian dari teknis pelaksanaan
yang tidak disepakati, disertai dasar pertimbangan keberatan dimaksud
kepada bupati/walikota. Kepala Desa mengokordinasikan pelaksanaan
program sektor dan/atau program daerah yang didelegasikan pelaksanaannya
kepada Desa.Pelaksanaan program sektor dan/ atau program daerah dilakukan
oleh perangkat desa dan/ atau unsur masyarakat Desa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dengan indikator diatas adapun beberapa pertanyaan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala
Desa, Sekertaris Desa, dan KAUR Keuangan Desa, Ketua BPD dan 3
masyarakat dari desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
Berdasarkan indikator Pelaksanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, proses penetapan pelaksana kegiatan
pembangunan. Melalui wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa)
dan YG ( sekertaris desa) mengatakan bahwa:
“..untuk menetapkan pelaksana kegiatan itu kami gunakan orang disini,
ikut dalam penyusunan rencana pembangunan desa kemarin, yang paham dan memiliki kemampuan yang mumpuni dan tidak diluar desa ini sendiri..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..penetapan pelaksanaan itu dilakukan oleh bapak kepala desa,
mempertimbangkan beberapa indikator seperti paham akan tugas sebagai pelaksana pembangunan, kemudian bukan orang dari luar desa supaya lebih mudah untuk di kontrol, selebihnya tergantung kepala desa..” (hasil wawancara 25 November 2019) Berdasarkan wawancara di atas bahwasannya proses penetapan
pelaksana pembangunan dilakukan oleh kepala desa berdasarkan peraturan
dan pedoman yang ada, dan proses penetapan tersebut kepala desa memiliki
55
peranan yang sangat besar dalam menentukan pelaksana pembangunan desa
kariago.Kemudian selanjutnya wawancara bersama PN (KAUR keuangan)
dan SHN (ketua BPD) mengatakan bahwa:
“..untuk pelaksana kegiatan pembangunan itu pak kepala desa yang tunjuk, biasanya juga orang-orang dekat yang dipercayakan bahkan aparat desa sendiri juga agar lebih mudah untuk mengontrol proses pelaksanaan pembangunan desa..” (hasil wawancara 26 November
2019)
“..pelaksana itu dari desa, kami di BPD ini hanya bertugas sebagai pengawas saja tidak ikut dalam penetapan pelaksana pembangunan..”
(hasil wawancara 26 november 2019) Selanjutnya dilakukan wawancara bersama beberapa masyarakat
mengenai proses penetapan pelaksana kegiatan pembangunan infrastruktur
desa kariago yakni AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
“...saya tidak tau dek untuk urusan penetapan seperti itu, karena biasanya
memang sudah ada dan sudah ditunjuk baik itu dari kantor desa ataupun pak desa langsung..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..tidak tau dan tidak paham mengenai proses penetapan pelaksana
pembangunan..”(hasil wawancara 26 November 2019)
“..masyarakat tidak dilibatkan jadi kami masyarakat tidak paham untuk proses penetapan pelaksana kegiatan pembangunan..”(hasil wawancara
26 November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas bahwasannya proses
penetapan pelaksana pembangunan dilakukan oleh kepala desa berdasarkan
peraturan dan pedoman yang ada, dan proses penetapan tersebut kepala desa
memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan pelaksana
pembangunan desa karioago. Sedangkan masyarakat tidak paham mengenai
proses penetapan pelaksana pembangunan di karenakan tidak dilibatkan
dalam proses tersebut.
56
Berdasarkan indikator Pelaksanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, proses penyusunan rencana kerja
pelaksana pembangunan dan apa saja yang menjadi fokus pada rencana kerja
tersebut, melalui wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan
YG (sekertaris desa) mengatakan bahwa:
“..dalam kegaiatan penyusunan rencana kerja itu kami diskusikan apa saja yang akan dikerjakan, berapa biaya yang harus dikeluarkan pembangunan tersebut, lokasi mana saja yang akan dilakukan pembangunan dan tenaga kerja yang digunakan dalam pembangunan demikian..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..dalam kegiatan penyusunan rencana kerja kami banyak membahas tata pelaksana pembangunan mulai dari biaya hingga tenaga kerja serta daftar pelaksana kegaitan semua kami bahas, untuk membuat kegiatan jelas dan terarah..” (hasil wawancara 25 November 2019) Berdasarkan wawancara di atas dapat di lihat bahwa dalam kegiatan
penyusunan rencana kerja dilakukan pemerintah desa bersama pelaksana
untuk membahas segala kegaiatan pembangunan baik itu lokasi, pembiayaan,
serta tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan pembangunan desa kariago,
selanjutnya wawancara dilakukan bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN
(ketua BPD) yang mengatakan:
“..ya itu kita rencanakan semua kegiatan yang akan dilakukan, daftar-daftar kegiatan apa saja, kemudian bagaimana prosesnya, selanjutnya untuk fokus mungkin lebih ke biaya, karena pembangunan kita harus berdasarkan biaya yang menjadi penentu pembangunan itu seberapa besar pembangunan yang akan dibuat..”(hasil wawancara 26
November 2019)
“..dalam proses ini semuanya dibahas secara detail baik kordinasi
pelaksana dengan pengawas, kemudian dari rincian biaya dan semuanya diproses semua disini..”(hasil wawancara 26 november
2019)
57
Selanjutnya wawancara dilakukan bersama masyarkat dalam
perencanaan pelaksanaan kerja yakni AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
“..saya sendiri kurang tau, masyarakat juga tidak dilibatkan dalam proses ini..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..tidak tau dek..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..mungkin masyarakat hanya dilibatkan dalam proses rencana
penyusunan pembangunan saja, kalau pelaksanaan tidak, lagi pula kan sudah ada yang paham..” (hasil wawancara 26 November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai rencana kerja
pelaksanaan pembangunan desa kariago kegiatan penyusunan rencana kerja
dilakukan pemerintah desa bersama pelaksana untuk membahas segala
kegaiatan pembangunan baik itu lokasi, pembiayaan, serta tenaga kerja yang
digunakan pada kegiatan pembangunan desa kariago dan menjadi fokus
pembahasan yakni biaya pembangunan. Namun masyarakat tidak dilibatkan
dalam proses pelaksanaan pembangunan desa.
Berdasarkan indikator Pelaksanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai cara pemerintah desa dalam
melakukan sosialisasi dokumen hasil rencana kerja pelaksanaan
pembangunan kepada seluruh lapisan masyarakat desa, dalam wawancara
yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dam YG (sekertaris desa)
mengatakan bahwa:
“..untuk sosialisasi ini kita lakukan melalui musyawarah-musyawarah dan pertemuan, dalam pertemuan desa bersama kepala dusun kemudian dusun ditugaskan untuk menginformasikan lingkungannya terhadap pembangunan yang dilakukan, kemudian juga dari musyawarah kelompok-kelompok yang ada di desa, kelompok tani dan
58
sebagainya, kemudian kita juga paparkan pada papan informasi dan baliho desa kegiatan dan biaya semua lengkap jadi siapa saja yang lewat bisa melihat..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..kita ada baliho didepan kantor yang sangat besar semuanya jelas mengenai pembangunan dan kegiatan yang akan dilaksanakan bersama rincian biayanya jadi masyarakat tidak perlu khawatir terkait keterbukaan pemerintah desa..(hasil wawancara 25 November 2019) Berdsarkan hasil wawancara diatas bahwasannya sosialisasi terkait
dengan rencana kerja pelaksanaan pembagunan dan kegiatan desa di
informasikan melalui pertemuan, dan musyawarah yang dilakukan baik itu
kelompok maupun musyawarah lingkungan serta adanya papan informasi dan
baliho yang disediakan dengan rincian kegiatan dan pembiayaan. Kemudian
wawancara bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD)
mengatakan bahwa:
“..kalau untuk sosialisasi itu kita memang siapkan, karena bentuk
transparansinya desa dan memang sudah wajib untuk bkin laporan bentuk baliho..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..sosialisasi-sosialisasi banyak caralah, termasuk juga pembeeritahuan ini sudah disiapkan di depan kantor desa sangat besar mengenai rincian kegiatan dan rincian biaya semua lengkap..” (hasil wawancara 26
november 2019) Selanjutnya wawancara dilakukan bersama beberapa masyrakat
mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa mengenai rencana
kerja pelaksanaan pembangunan yakni AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
“..iye kalau sosialisasi ada memang pemberitahuan dari hasil musyawarah ada juga di dpan kantor desa baliho informasi kegiatan-kegiatan semuanya..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..saya jarang ikut musyawarah tapi untuk tau pembangunan saya tau,
informasi sekarang sangat mudah tersebar..” (hasil wawancara 26
November 2019)
59
“..kalau untuk sosialisasi pemerintah desa, iye adaji kepala desa kalau
ada kegiatan atau sekedar minum kopi sama-sama pasti selalu memberitahukan dibantu juga dengan papan informasi yang disediakan di depan kantor desa..” (hasil wawancara 26 November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa
sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa terkait rencana kerja
pelaksanaan pembangunan yang ada di desa kariago melalui musyawarah-
musyawarah dan pertemuan yang diadakan oleh pemerintah desa kemudian
juga desa kariago dilengkapi dengan informasi rencana pelaksanaan
pembangunan di paparkan pada baliho yang dibuat oleh pemerintah desa agar
terjalin keterbukaan pada pemerintah dan masyarakat desa.
Berdasarkan indikator Pelaksanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai pemerintah desa dalam melakukan
pengadaan tenaga kerja serta bahan material pada pembangunan infrastruktur
jalan. Melalui wawancara bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris desa)
mengatakan bahwa:
“..untuk pengadaan tenaga kerja untuk pembangunan infrastruktur jalan
kita serahkan ke ahlinya. kemudian kita menentukan bahan dan mendata berapa banyak, kemudian kita juga memanfaatkan sumberdaya masyarakat dalam bergotong royong bekerja sama..”
(hasil wawancara 25 November 2015)
“..untuk pengadaan tenaga kerja memang sudah ada di siapkan karena
kalau kita mau rekrut masyarakat ya tidak bisa karena pembangunan jalanan itu beda dengan bangun kantor atau bangunan yang lainnya..”
(hasil wawancara 25 November 2019) Berdasarkan hasil wawancara di atas menyatakan bahwa dalam
melakukan pengadaan tenaga kerja yakni memang sudah ahli dalam
60
infrastruktur pembuatan jalan, dan juga sumberdaya manusia desa dilibatkan
untuk membantu pembangunan, dan untuk pengadaan barang di data dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan PN
(KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD) mengatakan bahwa:
“..untuk pengadaaan tenaga kerja sepertinya bekerja sama dengan
kabupaten untuk pengadaaan tenaga kerj infrastruktur jalanan karena tidak sembarang, klo materialnya sama juga..” (hasil wawancara 26
November 2019)
“..pengadaaan tenaga kerja itu pemerintah desa dengan pelaksana yang urus, tapi saya liat karena jalanan yang dibangun tidak bisa sembarangan orang jadi yang memang pekerjaannya membangun jalanan kita serahkan ke ahlinya..”(hasil wawancara 26 November
2019) Selanjutnya dilakukan wawancara bersama beberapa masyarakat
terkait mengenai pengadaan tenaga kerja dan pengadaaan material yakni AD,
SI, dan NL yang mengatakan bahwa:
“..saya kurang tau dek untuk pengadaan tenaga kerja dan materialnya
karena tidak ada informasi soal yang pengandaan..” (hasil wawancara
26 November 2019)
“..tidak paham dek untuk hal seperti itu..” (hasil wawancara 26
November 2019)
“..untuk itu juga saya kurang tau karena mereka tidak menginformasikan
sampai sedetail itu..” (hasil wawancara 26 November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam melakukan pengadaan tenaga kerja yang berasal dan memang sudah
ahli dalam infrastruktur pembuatan jalan, dan juga sumberdaya manusia desa
dilibatkan untuk membantu pembangunan, dan untuk pengadaan barang di
data dan disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan untuk masyarakat tidak
paham dikarenakan keterbatasan informasi yang diberikan mengenai
61
pengadaaan.
Berdasarkan indikator Pelaksanaan pembangunan, pada peran kepala
desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang mengenai partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur desa. melalui wawancara yang
dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG mengatakan bahwa:
“..pastisipasi dari masyarakat desa sendiri alhamdulilah cukup baik, dengan menerima pembangunan dan mendukung pemerintah desa saya kira itu sudah sangat cukup untuk masyarakat berpartisipasi apa lagi ada bantuan dari masyarakat kami sangat senang..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..partisipasinya masyarakat terhadap pembangunan alhamdulilah sejauh
ini baik..” (hasil wawancara 25 Novem,ber 2019) Berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan bahwasannya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur jalanan desa baik
dan mendukung penuh pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan.
Selanjutnya dilakukan wawancara bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN
(ketua BPD) yang mengatakan bahwa:
“..partisipasi masyarakat alhamudililah sangat antusias, mulai dari
perencanaan penyusunan pembangunan desa, kemudian hingga pelaksanaan ini masyarakat membantu pemerintah desa dengan moral maupun moril..”(hasiil wawancara 26 November 2019)
“..partisipasinya masyarakat ini sebenarnya tidak terlalu banyak ji untuk
pelaksana pembangunan karena kan sudah ada mi ditentukan pekerjanya..” (hasil wawancara 26 november 2019) Kemudian dalam wawancara yang dilakukan bersama beberapa
masyarakat desa terkait mengenai partisipasi masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur jalanan desa yakni AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
62
“..bentuk partisipasi masyarakat yakni dengan memberikan saran,
kritikan, bahkan juga ada membantu dalam pembangunan..” (hasil
wawancara 2019)
“..walaupun saya sendiri kurang berpartisipasi dalam penyusunan rencana pembangunan desa, tapi saya berpartisipasi dengan mendukung dan kalau ada beberapa hal yang diperlukan pemerintah desa yang memang membutuhkan tenaga pasti saya dan masyarakat yang lain siap..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..alhamdulilah partisipasi masyarakat disini cukup tinggi untuk urusan
pembangunan..” (hasil wawancara 26 November 2019) Berdasarkan hasil wawancara keseluruhan pada indikator
pelaksanaan, pada peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan
di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang dalam proses
penetapan pelaksana pembangunan dilakukan oleh kepala desa berdasarkan
peraturan dan pedoman yang ada, dan proses penetapan tersebut kepala desa
memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan pelaksana
pembangunan desa karioago. Sedangkan masyarakat tidak paham mengenai
proses penetapan pelaksana pembangunan di karenakan tidak dilibatkan
dalam proses tersebut. Dan mengenai rencana kerja pelaksanaan
pembangunan desa kariago kegiatan penyusunan rencana kerja dilakukan
pemerintah desa bersama pelaksana untuk membahas segala kegaiatan
pembangunan baik itu lokasi, pembiayaan, serta tenaga kerja yang digunakan
pada kegiatan pembangunan desa kariago dan menjadi fokus pembahasan
yakni biaya pembangunan.
Namun masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pelaksanaan
pembangunan desa. kemudian sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah
desa terkait rencana kerja pelaksanaan pembangunan yang ada di desa
63
kariago melalui musyawarah-musyawarah dan pertemuan yang diadakan oleh
pemerintah desa kemudian juga desa kariago dilengkapi dengan informasi
rencana pelaksanaan pembangunan di paparkan pada baliho yang dibuat oleh
pemerintah desa agar terjalin keterbukaan pada pemerintah dan masyarakat
desa. untuk melakukan pengadaan tenaga kerja yang berasal dan memang
sudah ahli dalam infrastruktur pembuatan jalan, dan juga sumberdaya
manusia desa dilibatkan untuk membantu pembangunan, dan untuk
pengadaan barang di data dan disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan
untuk masyarakat tidak paham dikarenakan keterbatasan informasi yang
diberikan mengenai pengadaaan. Serta partisipasi masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur jalanan desa baik dan mendukung penuh
pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Pemantauan dan Pengawasan
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan
masyarakat Desa. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pengawasan
dan pemantauan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan
Desa yang dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa. Masyarakat
Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan
Desa. Hasil pengawasan dan pemantauan pembangunan Desa menjadi dasar
pembahasan musyawarah Desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan
Desa.Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada
tahapan perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan
64
pembangunan Desa. Pemantauan tahapan perencanaan dilakukan dengan cara
menilai penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa. Pemantauan tahapan
pelaksanaan dilakukan dengan cara menilai antara lain: pengadaan barang
dan/atau jasa, pengadaan bahan/material, pengadaan tenaga kerja,
pengelolaan administrasi keuangan, pengiriman bahan/ material, pembayaran
upah, dan kualitas hasil kegiatan pembangunan Desa.
Dengan indikator diatas adapun beberapa pertanyaan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala Desa, Sekertaris
Desa, KAUR Keuangan Desa, ketua BPD dan 3 masyarakat dari desa
Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
Berdasarkan indikator Pengawasan dan pemantauan pembangunan desa,
pada peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa
Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai seperti apa
pemerintah desa dalam melakukan pengawasan dan pengawasan pada
pembangunan infrastruktur jalan, melalui wawancara yang dilakukan bersama
MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris desa) mengatakan:
“..pemerintah desa itu selalu mengontrol dan mengawasi langsung pembangunan, turun kelapangan bersama pekerja untuk mengecek seberapa persen tingkat penyelesaian dan memeriksa pembiayaan dan sebagainya..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..desa sebagai penanggung jawab tentunya harus memberikan
pengawasan dan pengontrolan pembangunan yang ketat, untuk pembangunan hampir setiap hari ada pemeriksaaan dari pemerintah desa untuk mengontrol walaupun sudah ada yg bertugas..” (hasil
wawancara 25 November 2019) Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait mengenai seperti apa
pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh pemerintah desa terhadap
65
pembangunan infrastruktur jalanan desa, yakni dengan melakukan pegawasan
dan pemantauan langsung dilapangan bersama pekerja. Kemudian wawancara
selanjutnya bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD)
mengatakan bahwa:
“..pemerintah desa melakukan pengawasan dan pemantauan itu
secukupnya, karena kan pasti ada juga laporan yang masuk jadi tinggal disamakan saja apakah benar atau tidak ini..” (hasil wawancara 26
November 2019)
“..kami bekerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan
pengawasan dan pemantauan, jadi kordinasi BPD dengan desa itu menjadi hal yang sangat penting..” (hasil wawancara 26 november
2019) Selanjutnya dilakukan wawancara bersama beberapa masyarakat desa
mengenai seperti apa pengawasan dan pemantauan pembangunan dari
pemerintah desa yakni AD, SI dan NL mengatakan bahwa:
“..pengawasan dari pemerintah desa sendiri agak kurang memperhatikan
mengenai pengerjaan jalanan..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..kurang tau saya dek, kurang memperhatikan biasanya kalau mau
kesawah hanya pekerja saya liat tdak melihat aparat desa ada di sana..”
(hasil wawancara 26 November 2019)
“..sebenarnya mereka memang melakukan pengawasan Cuma masih
kurang karena pekerja biasa masih lepas tanpa pengawasan jadi pembangunan agak lambat..”(hasil wawancara 26 November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
pengawasan dan pemantauan yang dilakukan pemerintah sudah merasa
melakukan yang terbaik dalam memberikan pemantauan dan pengawasan
namun, beda halnya dengan masyarakat yang masih menganggap pemerintah
desa masih kurang dalam memberikan pengawasan dan pemantauan.
66
Berdasarkan indikator Pengawasan dan pemantauan pembangunan
desa, pada peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa
Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, keterlibatan
Badan permusywaratan desa (BPD) dalam melakukan pengawasan dan
pemantauan. Melalui wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa)
dan YG (sekertaris desa) mengatakan bahwa:
“...pasti karena BPD memang tugas dan fungsinya sebagai pengawas
pembangunan oleh sebab itu pemerintah desa dan BPD melakukan kordiasi dan pembagian tugas dalam melakukan pemantauan dan pengawasan..”(hasil wawancara 25 November 2019)
“..memang sudah tugas dan fungsi BPD dalam melakukan pengawasan
dan pemantauan jadi sudah seharusnya untuk terlibat..” (hasil
wawancara 25 November 2019) Berdasarkan hasil wawancara di atas terkait mengenai keterlibatan
dari badan permusyawaratan desa (BPD) dalam melakukan pengawasan dan
pemantauan pembangunan infrastruktur jalan di desa kariango yakni BPD
memang terlibat dan menjadi kewajiban fungsi dan tugasnya dalam
melakukan pengawasan. Selanjutnya dilakukan wawancara bersama PN
(KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD) yang mengatakan bahwa:
“..BPD menjadi salah satu ujung tombak pengawasan dan pemantauan
pembangunan yang ada di desa kariango ini. BPD berkordinasi bersama pemerintah desa dalam melaporkan jadian lapangan, jadi tidak perlu khawatir ketika pemerintah desa tidak datang mengawasi ada BPD yang merupakan tugas utamanya melakukan pengawasan.”
(hasil wawancara 26 November 2019)
“..keterlibatannya BPD ya pastilah, BPD kan tugas dan fungsinya
memang mengadakan pengawasan dan pemantauan dalam setiap pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa..” (hasil
wawancara 26 november 2019)
67
Kemudian selanjutnya dilakukan beberapa wawancara yang dilakukan
bersama masyarakat mengenai keterlibatan BPD pada pengawasan dan
pemantauan infrastruktur jalan yakni AD, SI dan NL menagatakan bahwa:
“..saya kurang tau untuk itu dek, kalau pertemuan ketua BPD saya sering
lihat, tapi untuk pengawasan dilapangan saya kurang tau..”(hasil
wawancara 26 November 2019)
“..tidak tau dek..” (hasil wawancara 26 November 2019)
“..untuk keterlibatannya saya sendiri kurang tau..” (hasil wawancara 26
November 2019) Jadi berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai keterlibatan BPD
dalam pengawasan dan pemantauan kerja pelaksana pembangunan
infastruktur jalanan desa, sudah pasti terlibat dikarenakan sudah menjadi
tugas dan fungsu badan permusyawaratan desa dalam pengawasan
pembangunan, namun masyarakat masih tidak mengetahui akibat kurangnya
pemberitahuan akan fungsu dan tugas dari BPD sendiri.
Berdasarkan indikator Pengawasan dan pemantauan pembangunan
desa, pada peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa
Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, partisipasi
masyarakat desa mengenai pengawasan dan pemantauan pembangunan
infrastruktur jalanan desa, berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama
MJ (kepala desa) YG (sekertaris desa) mengatakan bahwa:
“..kalau untuk parisipasi masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan
sendiri saya kira masih kurang, mungkin karena mereka berpikir sudah ada yang bekerja kemudian di kontrol dengan mandor jadi tidak perlu lagi ada pengawasan, tapi ada juga beberapa masyarakat sadar akan pengawasan dan pemantauan..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..partisipasi masyarakat dalam hal pengawasan dan pemantauan masih agak kurang, masih kurang kesadaran akan hal tersebut..” (hasil
68
wawancara 26 November 2019) Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai partisipasi masyarakat
mengenai pengasawasan dan pemantauan berdasarkan pemerintah desa
bahwasannnya partisipasi masyarakat masih kurang baik itu kurang kesadaran
dan kurang pengetahuan pentingnya sebuah pengawasan dan pemantauan
pada pembangunan infrstruktur. Kemudian dilakukan wawancara bersama PN
(KAUR keuangan) dan SN (ketua BPD) mengatakan bahwa:
“..memang untuk partisipasi masyarakat masih belum terlalu peduli dengan pengawasan dan pemantauan..” (hasil wawancara 26
November 2019)
“..saya melihat masih kurang perhatian masyarakat terhadap pengawasan,
pengontrolan, dan pemantauan pembangunan yang dilakukan pemerintah, jadi menurut saya partsipasi masyarakat masih belum benar sadar..” (hasil wawancara 26 november 2019)
Kemudian dilakukan wawancara bersama masyarakat mengenai
partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pemantauan yakni AD, SI dan
NL mengatakan bahwa:
“..masyarakat memang kurang memperhatikan dikarenakan kegiatannya,
siang bertani ada di sawah dan kebun, sehingga tidak memperhatikan pengawasan dan pemantauan pembangunan jalan..” (hasil wawancara
26 November 2019)
“..saya tidak sempat memperhatikan dikarenakan kesibukan saya harus beladang di sawah atau kalau tidak di sawah ya dikebun..” (hasil
wawancara 26 November 2019)
“..susah memang karena masyarakat punya kegiatannya masing-masing kalau siang, jadi mereka kurang memperhatikan..”(hasil wawancara 26 November 2019)
Jadi berdasarkan hasil wawancara keseluruhan pada indikator
pengawasan dan pemantauan pada peran kepala desa kariango kecamatan
69
lembang kabupaten pinrang yakni pengawasan dan pemantauan yang
dilakukan pemerintah sudah merasa melakukan yang terbaik dalam
memberikan pemantauan dan pengawasan namun, beda halnya dengan
masyarakat yang masih menganggap pemerintah desa masih kurang dalam
memberikan pengawasan dan pemantauan, kemudian mengenai keterlibatan
BPD dalam pengawasan dan pemantauan kerja pelaksana pembangunan
infastruktur jalanan desa, sudah pasti terlibat dikarenakan sudah menjadi
tugas dan fungsu badan permusyawaratan desa dalam pengawasan
pembangunan, namun masyarakat masih tidak mengetahui akibat kurangnya
pemberitahuan akan fungsu dan tugas dari BPD sendiri. Dan partisipasi
masyarakat mengenai pengasawasan dan pemantauan berdasarkan pemerintah
desa bahwasannnya partisipasi masyarakat masih kurang baik itu kurang
kesadaran dan kurang pengetahuan pentingnya sebuah pengawasan dan
pemantauan pada pembangunan infrstruktur. Serta kurangnya pertisipasi
masyarakat di akibatkan oleh kesibukan yang dimiliki pada siang hari
sehingga tidak bisa memperhatikan secara detail mengenai pengawasan dan
pemantauan.
4. Faktor Pendukung
Selain faktor dukungan, ada beberapa hal yang menjadi modal utama
pembangunan infrastruktur. Modal yang akan turut berpengaruh pada
keberhasilan rencana-rencana tersebut, antara lain seperti:
Komitmen Pihak Terkait, Komitmen dari sejumlah pihak terkait merupakan
hal pertama yang sangat memengaruhi keberhasilan pembangunan
70
infrastruktur di Indonesia. Tentunya komitmen tersebut dibarengi dengan
dukungan dari setiap elemen masyarakat.
Koordinasi Berbagai Pihak,Selanjutnya yang tak kalah penting ialah adanya
koordinasi yang baik antar sejumlah pihak. Utamanya antara pemerintah
pusat dan daerah. Saat ini, koordinasi ini masih belum optimal dan bisa
dilihat dari sejumlah proyek LRT (Light Rail Transit) yang tersendat.
Pembiayaan Faktor selanjutnya yang akan sangat berpengaruh pada
pembangunan infrastruktur ini ialah pembiayaan. Pemerintah harus
menstruktur mekanime dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Misalnya, bila
pembiayaan dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau swasta,
maka formulasinya harus tepat. Hal terakhir yang turut diperhatikan
pembangunan infrastruktur di Indonesia terkait dengan tanah dan
ketersediaannya. Hal ini cukup disadari oleh pemerintah dan pihak terkait
untuk dicarikan solusi. Namun, bila masalah tanah terselesaikan, bukan
berarti pembangunan bisa selesai. Pokoknya tetap kembali pada 3 hal yang
sudah dijelaskan di atas. Dengan indikator diatas adapun beberapa pertanyaan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala
Desa, Sekertaris Desa, KAUR Keuangan Desa, Ketua BPD dan 3 masyarakat
dari desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
71
Tabel 4.1 Anggaran Desa
No Uraian Anggaran Realisasi Lebih/Kurang
I Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa A. Pembayaran Penghasilan
Tetap Dan Tunjangan Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat Desa Tunjangan Kepala Desa
Dan Perangkat Desa Tunjangan BPD Insentif RT/RW
B. Kegiatan Operasional Perkantoran Belanja Barang Dan Jasa Penyediaan Barang Dan
Jasa C. Dukungan Dan Sosialisasi
Pelayanan BUMDES
Rp. 71.096.600 Rp. 21.750.000 Rp. 10.650.000 Rp. 1.125.000 Rp. 11.100.000 Rp. 32.500.000 Rp. 10.000.000
Rp. 71.096.600 Rp. 21.750.000 Rp. 10.650.000 Rp. 1.125.000 Rp. 11.100.000 Rp. 32.500.000 Rp. 10.000.000
Rp. – Rp. – Rp. – Rp. – Rp. – Rp. – Rp. -
Jumlah Rp. 158.221.600 Rp. 158.221.600 Rp. - II Bidang Pelaksaanaan
Pembangunan Desa Peningkatan Jalan Beton
Tujuan Buttu Raja Kamp. Balabba (ADD)
Rehab Jembatan Gantung Dusun Tondo Bunga (ADD)
Peningkatan Jalan Beton Dusun Buttu Raja Kamp. Lomba (DDS)
Pembangunan Beton Dusun Buttu Raja Kamp. Lomba (DDS)
Rp. 533.334.5000 Rp. 47.017.800 Rp. 686.887.400 Rp. 26.303.700
Rp. 248.749.800 Rp.47.017.800 Rp. 223.254.100 Rp. 26.303.700
Rp. 8.584.700 Rp. – Rp. 6.633.000 Rp. -
Jumlah Rp. 1.293.543.400 Rp. 543.325.700 Rp. 748.217.700 III Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Pelatihan Stunting Pelatihan Kesigapan
Menghadapi Bencana Pelatihan KPMB Pojok Transparansi Desa
Rp. 14.707.100 Rp. 15.702.000 Rp. 15.039.000 Rp. 1.500.000
Rp. 14.707.100 Rp. 15.702.000 Rp. 15.039.000 Rp. 750.000
Rp. – Rp. – Rp. – Rp. 750.000
Jumlah Rp. 46.948.100 Rp. 46.198.100 Rp. 750.000
72
Berdasarkan indikator faktor pendukung pembangunan desa, pada
peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango
Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, partisipasi masyarakat
desa mengenai, faktor yang mendukung pembangunan infrastruktur jalanan
desa, berdasrkan wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan
YG (sekertaris desa) mengatakan bahwa:
“..faktor pendukung dari pembangunan infrastruktur desa khususnya ini
pembangunan jalanan, yakni didukung dengan dana, dalam hal ini adalah APBD desa yang diberikan kepada desa untuk membangun, kemudian partisipasi masyarakat walaupun pada pengawasan yang kurang tapi partisipasi untuk mendukung pembangunan sangat besar, serta regulasi alhamdulilah kita di dukung dengan regulasi yang baik baik itu penerintah pusat, provinsi hingga daerah..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..alhamdulilah kita diberikan kemudahan, baik itu dari masyarakat
dengan dukungan yang diberikan, pendanaan yang fokus kepada beberapa pembangunan saja dan beberapa hal teknis lainnya..” (hasil
wawancara 25 November 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas mengenai faktor pendukung
dalam pembanguanan infrastruktur desa yang yakni adalah, adanya partisipasi
dan dukungan dari masyarakat, pendanaan APBD yang mencukupi untuk
melakukan pembangunan, serta regulasi yang diberikan kepada desa untuk
mengelola daerahnya menjadi lebih mudah. Kemudian selanjutnya
wawancara bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD)
mengatakan bahwa:
“..alhamdulilah ada banyak faktor yang mendukung berjalannya ini pembangunan infrastruktur desa, khususnya jalanan ini pertama sya kira dari masyarakat sendiri dalam memberikan dukungan, selanjutnya pemerintah karena adanya program pemberian dana desa APBD desa yang jelas, kemudian regulasi yang sekarang kalau mau membangun
73
tidak susah dan ribet lagi..” (hasil wawancara 26 November 2019) “..faktor pendukung ini dari masyarakat tentu karena memang
pembangunan ini dilakukan atas dasar kebutuhan masyarakat, kemudian sekarang sudah enak dana APBD desa sudah tidak seperti dulu jadi semuanya sekarang serba mudah membangun..”(hasil
wawancara 26 november 2019)
Jadi berdasarkan indikator faktor pendukung dari peran kepala desa
dalam pembangunan infrastruktur jalan desa di desa kariango kecamatan
Lembang kabupaten pinrang ini dapat disimpulkan faktor pendukung dalam
pembanguanan infrastruktur desa yang yakni adalah, adanya partisipasi dan
dukungan dari masyarakat, pendanaan APBD yang mencukupi untuk
melakukan pembangunan, serta regulasi yang diberikan kepada desa untuk
mengelola daerahnya menjadi lebih mudah.
5. Faktor penghambat
Menurut Mudrajad faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan
pemerataan pembangunan daerah di era otonomi daerah adalah: Bergesernya
egoisme sektoral menjadi fanatisme daerah. Dengan banykanya bermunculan
bupati/walikota di daerah seolah-olah menjadi “rajaraja kecil” di daerah yang
bebas dari intervensi Pemerintah Pusat. Isu putra daerah dalam setiap
pemilihan kepala daerah selalu menjadi alasan dalam pemilihan pimpinan
daerah yang gaya politik baru dala memperjuangkan hak-hak masyarakat
lokal. 2) Dengan otonomi daerah, ada tendensi masingmasing daerah
mementingkan daerahnya sendiri dan bahkan bersaing satu sama lain dalam
berbagai hal, terutama mengumpulkan PAD. 3) Terkait dengan masalah
timing dan political will. 4) Masih adanya grey-area kewenangan antara
pusat, provinsi, kabupaten/kota. Ini terjadi karena belum tuntasnya
74
penyerahan sarana/prasarana maupun pengalihan dari pegawai pusat ke
daerah. 5) Tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan pelayanan publik. 6)
Lemahnya koordinasi antar sektor dan antar daerah. Sistem pembangunan
Indonesia yang top-down dan bottom-up diharapkan menjamin adanya
keseimbangan prioritas nasional dengan aspirasi lokal kenyataannya telah
gagal dalam mengakomodasi aspirasi lokal.
Berdasarkan indikator faktor penghambat pembangunan desa, pada
peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango
Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, partisipasi masyarakat
desa mengenai, faktor yang menghambat pembangunan infrastruktur jalanan
desa, berdasrkan wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan
YG (sekertaris desa) serta SHN (ketua BPD) mengatakan bahwa:
“..ada beberapa yang mempengaruhi pembangunan infrastruktur jalan di desa ini, masih belum maksimalnya pengawasan dan pemantuan pada pembangunan sehingga terjadi tarik ulur waktu sehingga membuat pembengkakan biaya, kemudian cuaca dan medan yang sulit di desa ini, tidak bisa dilanjut juga kalau cuaca buruk dan memang pada dasarnya daerah ini medannya berat dikarenakan susahnya akses roda empat yang belum bisa masuk, dan terakhir harga material pembangunan yang mahal membuat pembengkakan biaya pada pembangunan ini..” (hasil wawancara 25 November 2019)
“..penghambat dari proses pembangunan infrastruktur desa ini ada beberapa, yakni cuaca yang tidak menentu pada saat musim kemarau masih sering hujan, kemudian rentan banjir jalanan yang bagus rusak lagi, kenaikan harga material untuk pembangunan yang luar biasa juga..” (hasil wawancara 25 November 2019
“..faktor penghambat pembangunan ini biasanya karena faktor alam, jadi
curah hujan yang tidak menentu pasti menjadi penghambat itu saja menurut saya..(hasil wawancara 26 november 2019)
75
Berdasarkan wawancara diatas mengenai faktor penghambat
pembangunan infrastruktur jalan desa, dapat disimpulkan ada beberapa hal
yakni pertama belum maksimalnya pengawasan dan pemantauan pada
pembangunan infrastruktur, kemudian cuaca dan medan yang berat membuat
sulitnya proses pembangunan infrastruktur dan waktu yang lama, serta bahan
material pembangunan yang semakin mahal menyebabkan pembengkakan
biaya diluar perhitungan.
76
BAB V
PENUTUP
4. Kesimpulan
1. pada indikator perencanaan dapat disimpulkan bahwasannya dalam
penyusunan rencana pembangunan desa jangka menengah, pemerintah
desa selalu melibatkan unsur masyarakat dan aparat kepolisian dan
aparat TNI, seta semua tokoh masyarakat baik tokoh adat, tokoh
agama serta masyarakat setempat serta memberikan saran dan
masukan kepada pemerintah desa. dan mengenai perencanaan
pembangunan desa menurut aparat desa yang dilakukan oleh
pemerintah desa sudah berdasarkan peraturan dan ketetapan yang ada
berdasarkan pedoman RPJM namun beberapa hal tidak terpenuhi
akibat kurangnya sumber daya manusia. Namun masyarakat tidak tau
dan paham mengenai adanya pedoman dan ketetapan dalam
menetapkan dan merencanakan pembangunan desa. adapun tingkat
kepuasan masyarakat desa terkait infrastruktur yang disetujui dalam
pembangunan desa yakni masih ada masyarakat yang masih tidak puas
di karenakan tidak semua aspirasi masyarakat ditindak lanjutkan.
2. pada indikator pelaksanaan, pada peran kepala desa dalam
pembangunan infrastruktur jalan di desa kariango kecamatan lembang
kabupaten pinrang dalam proses penetapan pelaksana pembangunan
dilakukan oleh kepala desa berdasarkan peraturan dan pedoman yang
ada, dan proses penetapan tersebut kepala desa memiliki peranan yang
77
sangat besar dalam menentukan pelaksana pembangunan desa
karioago. Sedangkan masyarakat tidak paham mengenai proses
penetapan pelaksana pembangunan di karenakan tidak dilibatkan
dalam proses tersebut.
3. pada indikator pengawasan dan pemantauan pada peran kepala desa
kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang yakni pengawasan
dan pemantauan yang dilakukan pemerintah sudah merasa melakukan
yang terbaik dalam memberikan pemantauan dan pengawasan namun,
beda halnya dengan masyarakat yang masih menganggap pemerintah
desa masih kurang dalam memberikan pengawasan dan pemantauan,
kemudian mengenai keterlibatan BPD dalam pengawasan dan
pemantauan kerja pelaksana pembangunan infastruktur jalanan desa,
sudah pasti terlibat dikarenakan sudah menjadi tugas dan fungsu badan
permusyawaratan desa dalam pengawasan pembangunan, namun
masyarakat masih tidak mengetahui akibat kurangnya pemberitahuan
akan fungsu dan tugas dari BPD sendiri. Dan partisipasi masyarakat
mengenai pengasawasan dan pemantauan berdasarkan pemerintah desa
bahwasannnya partisipasi masyarakat masih kurang baik itu kurang
kesadaran dan kurang pengetahuan pentingnya sebuah pengawasan dan
pemantauan pada pembangunan infrstruktur.
4. indikator faktor pendukung dari peran kepala desa dalam
pembangunan infrastruktur jalan desa di desa kariango kecamatan
Lembang kabupaten pinrang ini dapat disimpulkan faktor pendukung
78
dalam pembanguanan infrastruktur desa yang yakni adalah, adanya
partisipasi dan dukungan dari masyarakat, pendanaan APBD yang
mencukupi untuk melakukan pembangunan, serta regulasi yang
diberikan kepada desa untuk mengelola daerahnya menjadi lebih
mudah
5. faktor penghambat pembangunan infrastruktur jalan desa, dapat
disimpulkan ada beberapa hal yakni pertama belum maksimalnya
pengawasan dan pemantauan pada pembangunan infrastruktur,
kemudian cuaca dan medan yang berat membuat sulitnya proses
pembangunan infrastruktur dan waktu yang lama, serta bahan material
pembangunan yang semakin mahal menyebabkan pembengkakan
biaya diluar perhitungan.
5. Saran
1. Diharapkan pemerintah desa untuk melibatkan masyrakat dalam proses
pelaksanaan pembangunan infrastruktur desa.
2. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan pengawasan
dan pemantaun dari pembangunan infrastruktur desa.
3. Diharapkan kepada pemerintah desa untuk lebih tranpsaran terkait
pelaksanaan pada pembangunan infrastruktur di desa.
79
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Faried, Samsu Alam dan Sastro M.Wantu. 2012. Studi Analisa
Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Arthur, W Lewis dalam Sjafrizal. 1965. Perencanaan Pembangunan daerah dalam era otonomi. PT. RajaGrafindo Persada.
Soejono Soekanto, Miftha Toha. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar
Departemen Pekerjaan umum. 2008. Pedoman Teknis Program Pembangunan Ifrastruktur Pedesaan
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Krisis atas Laporan Keuangan.
Jakarta: Rajawali Pers
Kessa, Wahyudin. 2015. Perencanaan Pembangunan Desa.
Jakarta Pusat: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Kodoatie R.J. 2003. Pengantar manajemen infrastruktur. Yokyakrta: Pustaka Pelajar.
Kodoatie, R. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kuncoro, Mudradjad. 2004. Otononomi dan pembangunan Daerah.
Jakarta: Erlangga.
Nasution, Zulkarimen. 2004. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
80
RIWAYAT HIDUP
WILDA SARI Lahir pada tanggal 25 JULI 1996 di
Data Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang. Anak
pertama dari empat bersaudara dan merupakan buah
kasih dari pasangan. Muh Jafar dan Sariah.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 197
Data Kabupaten Pinrang dan tamat pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Data dan
tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat sekolah
menengah di SMA Negeri 2 Pekabata dan tamat pada tahun 2015. Berkat usaha
dan kerja keras yang disertai doa pada tahun 2020 penulis berhasil lulus di jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar Program Strata Satu (S1). Penulis sangat bersyukur
diberi kesempatan oleh Allah SWT bisa menimba ilmu yang merupakan bekal
dimasa depan. Saat ini penulis berharap dapat mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh dengan baik dan membahagiakan orang tua serta berusaha menjadi
manusia yang berguna bagi Agama, Keluarga, Masyarakat, Bangsa dan Negara.
81
82
Kerja bakti sekaligus wawancara dengan mmasyarakat
83
Wawancara dengan perangkat desa
Kantor Desa Kariango
84
Peninjauan tempat penelitian
85
86
87
88