Post on 20-Dec-2015
Peran Otak dalam Mempengaruhi Emosi
B6
Jeffry Pulyanto M. Simamora (102011414)
Yuniete Eiffelia (102012135)
Haswinanti Wilda (102012443)
Tria Usma Putra (102013053)
Martha Simona Putri (102013056)
Anjanete Viviandira Krisnadewi (102013204)
Reynaldi Sanjaya Iskandar (102013274)
Sarah Melisa (102013292)
Fransiska (102013369)
Jerrmias Salimulyo Nugroho (102013416)
Nadia Syariah Binti Abdul Aziz (102013495)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
1
ABSTRAK
Emosi dihasilkan oleh umpan balik organ dan otot tubuh ke SSP. Serat-serat saraf otonom
meninggalkan korda spinalis dan mempersarafi otot jantung serta kelenjar endokrin dan eksokrin. Banyak
neurotransmitter digunakan di sistem saraf. Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam sel. Setiap neurotransmitter disintesis di badan sel dan disalurkan melalui
akson ke terminal akson.
Kata kunci: neurotransmitter, saraf otonom
ABSTRACT
Emotions comes from the feed back of an organs and muscles to central nervous system. The fiber
of autonom nervous left corda spinalis and innervate the heart muscle, and endocrine and exocrine gland.
So many neurotransmitters used in the nervous system. Impuls conductor like stimulus or respons through
the nervous fiber (acson) could be happened because of the electrical potential difference between the
outside part and the inside part of the cell. Every neurotransmitter will be synthesize in the cells body and
distribute bye the acson through the terminal.
Key words: neurotransmitter, autonomic nervous
PENDAHULUAN
Rasa bahagia, sedih, kecewa, dan lain-lain adalah sebuah emosi yang kita alami dalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa kita sadari sebelumnya, beberapa bagian pada otak mempunyai peran penting dalam
mempengaruhi emosi tersebut. Setiap aspek dalam emosi dipengaruhi oleh bagian-bagian tersebut.
Bagaimana mengekspresikan, mengendalikan, dan sebagainya. Saraf pun ikut berperan dalam
menyalurkan emosi tersebut ke bagian-bagian tubuh yang lain, contohnya emosi yang berlebihan
sehingga menyebabkan perasaan berdebar terus-menerus.
EMOSI
Apa yang menyebabkan kita tertawa, menangis, mencintai, iri, khawatir, dan seterusnya
merupakan inti dari banyak spekulasi dan filosofi biologis. Beberapa hipotesis mengusulkan bahwa emosi
dihasilkan oleh umpan balik organ dan otot tubuh ke SSP. Kemudian muncul hipotesis yang menyatakan
bahwa persepsi informasi sensoris oleh otak pertama-tama akan menghasilkan pengalaman emosi (takut,
marah, dan lainnya), kemudian ekspresi emosi, seperti peningkatan denyut jantung dan wajah yang
memerah. Emosi sulit dipelajari secara eksperimental, karena meskipun hewan percobaan
memperlihatkan (mengekspresikan) emosi, kita tidak dapat mengatakan secara konklusif bahwa hewan
2
tersebut merasakan (mengalami) emosi dalam pengertian yang sama seperti yang dialami oleh manusia.
Hewan percobaan, seperti tikus dan mencit, cenderung mempunyai respons emosional yang stereotipik.
Sebaliknya, manusia cenderung mempunyai pengalaman emosi dan ekspresi emosi yang sangat
individual. Stimulus yang memicu kemarahan atai iri pada seseorang bias jadi tidak mempunyai efek pada
orang lain, atau bahkan memberikan perasaan emosi dan respons tubuh yang sangat berbeda. Sistem saraf
otonom dan divisi motoris somatik memperantai ekspresi emosi tubuh, dan kapasitas komponen sistem
saraf tepi untuk memicu respons yang sangat beragam dalam otot dan organ lain. Hal ini merupakan
faktor kunci pada ciri ekspresi emosi yang beragam.
Para peneliti mengembangkan suatu peta parsial mengenai beberapa wilayah otak yang terlibat
emosi. Peta itu menekankan bahwa gambaran jalur neuron dan sistem fungsional yang mendasari emosi
baru mulai muncul, dan dengan respons emosi yang sangat beragam, terdapat juga kemungkinan
keterlibatan beberapa jalur neural yang kompleks dan sistem fungsional dalam SSP. Sejauh ini, peta
tersebut dibuat berdasarkan kajian-kajian pada manusia dan mamalia lain yang mengalami kerusakan
otak, dengan adanya teknologi pencitraan, tetapi laju penelitian mengenai mekanisme otak dalam
mengintegrasikan semua jenis semua jenis informasi meningkat cepat. Beberapa emosi manusia
bergantung pada kelompok fungsional nukleus dan saluran akson yang saling bersambungan di SSP yang
disebut sistem limbik. Meskipun masih memiliki definisi yang fleksibel, sistem limbik meliputi bagian
thalamus dan hipotalamus dan bagian korteks serebral. Sistem limbic dihubungkan dengan daerah daerah
korteks serebral yang terlibat dalam pembelajaran kompleks, bernalar, dan personalitas. Konsultasi antara
pusat otak bagian atas dengan sistem limbic sangat penting dalam formulasi emosi. Sebuah prosedur
pembedahan lobotomi frontal yang merusak strktur limbik atau persambungan antara sistem limbik
dengan pusat otak bagia atas pada korteks serebral menghilangkan konsultasi emosional tersebut.
Lobotomi frontal pernah ditetapkan secara luas untuk mengatasi gangguan emosional yang hebat. Namun,
ketenangan yang dihasilkan umumya disertai oleh kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi,
membuat perencanaan, dan bekerja untuk mencapai sasaran, dan terapi obat-obatan telah menjadi
alternatif pengobatan.
Sebuah nukleus lobus temporal korteks serebral yang disebut amigdala, yaitu sebuah komponen
sistem limbik yang menonjol, merupakan pusat utama pengumpulan data sensoris dan pengatur informasi
emosi. Amigdala menerima data sensoris dari thalamus, batang otak, dan kuncup pengecapan, juga
informasi sensoris yang terintegrasi dari daerah asosiasi korteks serebral. Sinyal neuron melewati
amigdala dan hipotalamus serta batang otak dengan arah berlawanan, dan suatu jalur utama sinyal yang
memicu ekspresi emosional merambat dari amigdala ke sistem saraf otonom dan sistem motoris somatik
melalui hipotalamus dan formasi retikuler batang otak.[1,2]
3
SISTEM SARAF OTONOM
Serat-serat saraf otonom meninggalkan korda spinalis dan mempersarafi otot jantung dan polos
serta kelenjar endokrin dan eksokrin. Serat-serat saraf otonom dianggap involunter karena hanya sedikit
control kesadaran terhadap fungsi mereka. Terdapat dua divisi sistem saraf otonom, divisi simpatis dan
parasimpatis. Saraf-saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi banyak organ yang sama tetapi
biasanya menimbulkan respons yang berlawanan. Badan-badan sel dari neuron-neuron tersebut terdapat
di otak atau korda spinalis. Pada kedua divisi sistem otonom, dua serat saraf berpartisipasi pada jalur
aferen.[3]
Sistem Saraf Simpatis
Serabut pertama pada saraf simpatis, yang disebut serabut praganglion, keluar dari region toraks
atau lumbal pada spina. Segera setelah keluar dari spina, serabut praganglion bersatu dengan serabut
praganglion lain untuk membentuk ganglion otonom. Di titik ini, serabut praganglion bersinaps pada
serabut saraf kedua dari sistem ini, serabut pascaganglion, dan melepaskan asetilkolin, yang
menyebabkan serabut pascaganglion mencetuskan potensial aksi. Dari ganglion otonom, serabut
pascaganglion berjalan ke organ targetnya, otot atau kelenjar. Serabut pascaganglion simpatis biasanya
melepaskan neurotransmitter norepinefrin. Reseptor organ target untuk norepinefrin disebut resepto
adregenik.[3,4]
Sistem Saraf Parasimpatis
Serat-serat sistem saraf parasimpatis keluar dari otak dalam saraf-saraf kranialis atau keluar dari
korda spinalis dari daerah sakralis. Serat praganglion sistem saraf parasimpatis biasanya berukuran
panjang dan berjalan ke suatu ganglion otonom dekat organ sasaran. Saraf parasimpatis praganglion
mengeluarkan asetilkolin. Serat pascasinaps parasimpatis kemudian berjalan singkat ke jaringan sasaran,
suatu otot atau kelenjar. Saraf ini mengeluarkan asetilkolin. Reseptor asetilkolin praganglion untuk serat-
serat simpatis dan parasimpatis disebut reseptor nikotinik. Reseptor asetilkolin pascaganglion disebut
resetor muskarinik. Nama-nama ini berkaitan dengan reseptor yang dapat dirangsang oleh nikotin atau
muskarin (suatu racun jamur).[3]
Fungsi Saraf Simpatis dan Parasimpatis
Sistem saraf simpatis mempersarafi jantung, menyebabkan peningkatan kecepatan denyut dan
kekuatan kontraksi jantung. Saraf simpatis mempersarafi semua arteri dan vena besar dan kecil,
menyebabkan konstriksi semua pembuluh kecuali arteiol-arteriol yang memperdarahi otot rangka. Saraf
simpatis mempersarafi otot polos saluran cerna, menyebabkan penurunan motilitas, dan otot polos saluran
napas, menyebabkan relaksasi bronkus dan penurunan sekresi bronkus. Perangsangan simpatis
memperngaruhi hati, merangsang sekresi kelenjar keringat, dan bertanggung jawab bagi ereksi selama
orgasme pria.
4
Serat parasimpatis mempersarafi jantung, memperlambat kecepatan denyutnya, dan mempersarafi
saluran verna, menyebabkan peningkatan motilitas. Serat parasimpatis mempersarafi otot polos bronkus,
menyebabkan konstriksi jalan napas, dan mempersarafi salruan kemih kelamin, menyebabkan ereksi pada
pria.[3]
HIPOTALAMUS
Gambar 1. Hipotalamus1
Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik penting dan berfungsi
sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Secara spesifik,
hipotalamus (1) mengontrol suhu tubuh; (2) mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin; (3) mengontrol
asupan makanan; (4) mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior; (5) menghasilkan hormone-
hormon posterior; (6) mengontrol kontraksi uterus dan pengeluaran susu; (7) berfungsi sebagai pusat
koordinasi sistem saraf otonom utama, yang kemudian mempengaruhi semua otot polos, otot jantung, dan
kelenjar eksokrin; dan (8) berperan dalam pola perilaku dan emosi.
Hipotalamus adalah daerah otak yang paling jelas terlibat dalam pengaturan langsung lingkungan
internal. Sebagai contoh, apabila tubuh dingin, hipotalamus mencetuskan respons-respons internal untuk
meningkatkan pembentukan panas (misalnya menggigil) dan untuk menurunkan pengeluaran panas
(misalnya konstriksi pembuluh darah kulit untuk mengurangi aliran darah hangat ke permukaan tubuh,
karena panas dapat hilang ke lingkungan eksternal). Daerah-daerah lain di otak, misalnya korteks
serebrum, bekerja secara lebih tidak langsung untuk mengatur lingkungan internal. Sebagai contoh,
seseorang yang merasa dingin akan termotivasi untuk secara sadar memakai baju yang lebih hangat,
menutup jendela, menyalakan pemanas, dan seterusnya. Bahkan aktivitas perilaku volunteer ini sangat
5
dipengaruhi oleh hipotalamus, yang sebagai bagian dari sistem limbik, berfungsi bersama korteks
mengontrol emosi dan perilaku yang dimotivasi.
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya rasa marah,
rasa takut, dan kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan tersebut.
Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau
bertahan jika dibuat marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati (misalnya tertawa,
menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan bahwa sistem limbic berperan sentral dalam semua aspek
emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia selama pembedahan otak
menimbulkan berbagai sensasisubjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang,
kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian
lain.
Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi
berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan
hipotalamus yang luas pada sistem limbik bertanggung jawab terhadap respons-respons internal
involunter berbagai sistem tubuh dalam mempersiapkan berbagai tindakan yang sesuai untuk menyertai
keadaan emosional tertentu. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan, peningkatan tekanan darah, dan pengaliran banyak darah ke otot-otot rangka yang terjadi
sebagai antisipasi serangan sewaktu dibuat marah dikontrol oleh hipotalamus. Perubahan keadaan internal
sebagai persiapan tersebut tidak memerlukan kontrol kesadaran.[4]
Fungsi Hipotalamus
Fungsi-fungsi utama hipotalamus diringkas pada. Sebagian jelas merupakan refleks viseral,
sedangkan sebagian meliputi reaksi tingkah laku dan emosi yang kompleks; namun, semuanya mencakup
respons tertentu terhadap rangsang tertentu. Hal ini penting diingat dalam membahas fungsi hipotalamus.
Hubungan dengan Fungsi Otonom
Bertahun-tahun yang lalu, Sherrington menyebut hipotalamus sebagai “ganglion utama sistem
otonom”. Perangsangan hipotalamus menimbulkan menimbulkan respons otonom, tetapi hipotalamus
sendiri tampaknya tidak terpengaruh oleh pengaturan funsi viseral yang dilakukannya. Sebaliknya,
respons otonom yang ditimbulkan di hipotalamus merupakan bagian dari fenomena yang lebih kompleks
seperti makan dan bentuk emosi lain seperti marah. Sebagai contoh, perangsangan terhadap berbagai
bagian hipotalamus, terutama daerah lateral, menyebabkan pelepasan muatan dan peningkatan seksresi
medulla adrenal seperti lepas-muatan simpatis missal yang dijumpai pada hewan yang terpajan stress.
Telah diklaim bahwa sekresi epinefrin dan norepinefrin diatur dibagian-bagian hipotalamus yang
berbeda. Perbedaan umum sekresi katekolamin medulla adrenal memang terjadi pada keadaan tertentu,
tetapi peningkatan selektifnya hanya sedikit.
6
Peran Hipotalamus
Pengaturan hipotalamus terhadap nafsu makan terutama bergantung pada interaksi antara dua
area: “pusat makan” lateral di anyaman nukleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan dengan
serabut palidohipotalamik, serta pusat rasa “pusat rasa kenyang” medial di nukleus ventromedial.
Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku makan pada hewan yang sadar, sedangkan
kerusakan pusat makan menyebabkan anoreksia berat yang fatal pada hewan yang sebenarnya sehat.
Perangsangan nukleus ventromedial menyebabkan berhenti makanan, sedangkan lesi di regio ini
menyebabkan hiperfagia dan, bila persediaan makan banyak, sindrom obesitas hipotalamik. Kerusakan
pusat makan pada tikus dengan lesi pusat kenyang menimbulkan anoreksia, yang menunjukkan bahwa
pusat kenyang berfungsi menghambat pusat makan.
Hipotalamus dapat dibagi menjadi sejumlah kelompok sel yang berperan dalam fungsi tertentu;
namun, dibandingkan dengan yang diperkirakan dari penelitian-penelitian, lokalisasi fungsi tidak terlalu
pasti. Salah satunya adalah regulasi kardiovaskular. Regulasi kardiovaskular melibatkan pengaturan
tekanan arteri dan kecepatan denyut jantung serta umumnya terfokus pada daerah hipotalamus posterior
dan lateral, yang meningkatkan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung, atau daerah preoptik, yang
menurunkan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung. Efek-efek ini diperantai oleh pusat-pusat
kardiovaskular di pons dan formasio retikularis media.[5]
SISTEM LIMBIK
Gambar 2. Sistem limbik
Sumber: http://hil4ry.files.wordpress.com/2007/07/brain_headborder.jpg
7
Sistem limbik adalah kombinasi sitkuit-sirkuit neuron yang mengontrol perilaku emosional dan dorongan
motivasional. Kompleks besar struktur ini terdiri dari komponen subkorteks dan korteks. Kelompok
subkorteks mencakup hipotalamus, septum, daerah paraolfaktorius, epitalamus, nukleus thalamus
anterior, hipokampus, amigdala, dan bagian-bagian ganglia basalis. Di sekitar struktur-struktur subkorteks
terdapat korteks limbik, yang terdiri dari korteks orbitofrontalis, girus subkalosus, girus singulata, dan
girus parahipokampus. Di antara berbagai struktur subkorteks, hipotalamus adalah sumber output
terpenting; struktur ini berkomunikasi dengan nukleus-nukleus batang otak melalui berkas otak-depan
sebelah medial, yang menyalurkan sinyal dala dua arah: ke batang otak dan kembali ke otak depan.[6]
Konsep emosi mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana hati (misalnya rasa marah,
rasa takut, dan kebahagiaan) ditambah respons fisik yang nyata yang berkaitan dengan perasaan tersebut.
Respons-respons tersebut mencakup pola-pola perilaku spesifik (misalnya, persiapan menyerang atau
bertahan jika dibuat marah oleh musuh) dan ekspresi emosional yang dapat diamati (misalnya tertawa,
menangis, atau tersipu). Bukti menunjukkan bahwa sistem limbik berperan sentral dalam semua aspek
emosi. Stimulasi daerah-daerah tertentu di dalam sistem limbik manusia selama pembedahan otak
menimbulkan berbagai sensasisubjektif yang tidak jelas, yang diutarakan oleh pasien sebagai rasa senang,
kepuasan, atau kenikmatan di suatu daerah serta keputusasaan, keketakutan, atau kecemasan di bagian
lain.
Hubungan antara hipotalamus, sistem limbik, dan daerah-daerah kortikal yang lebih tinggi
berkenaan dengan emosi dan perilaku masih belum dipahami dengan jelas. Tampaknya keterlibatan
hipotalamus yang luas pada sistem limbik bertanggung jawab terhadap respons-respons internal
involunter berbagai sistem tubuh dalam mempersiapkan berbagai tindakan yang sesuai untuk menyertai
keadaan emosional tertentu. Sebagai contoh, peningkatan kecepatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan, peningkatan tekanan darah, dan pengaliran banyak darah ke otot-otot rangka yang terjadi
sebagai antisipasi serangan sewaktu dibuat marah dikontrol oleh hipotalamus. Perubahan keadaan internal
sebagai persiapan tersebut tidak memerlukan kontrol kesadaran.[4]
Perilaku emosional dipengaruhi oleh stimulasi hipotalamus atas oleh lesi di hipotalamus. Efek
stimulasi mencakup (1) bertambahnya tingkat aktivitas secara umum yang menimbulkan matah dan
agresi; (2) perasaan damai, kenikmatan, dan hadiah; (3) takut dan perasaan dihukum, menghindar; (4)
gairah seksual. Efek yang ditimbulkan oleh lesi di hipotalamus mencakup (1) pasivitas yang ekstrim dan
hilangnya keinginan serta (2) makan dan minum berlebihan, marah, dan perilaku yang berkaitan dengan
kekerasan.[6]
Fungsi Spesifik Bagian Lain Sistem Limbik
8
Hipokampus. Stimulasi hipokampus dapat memicu marah, sifat pasif, dan gairah seksual
berlebihan. Hipokampus bersifat sangat peka rangsang, dan rangsangan lemah dapat memicu bangkitan
epileptik. Lesi di hipokampus menimbulkan gangguan berat dalam kemampuan membentuk ingatan baru
yang didasarkan pada simbolisme verbal (bahasa); ini dinamai amnesia anterograd. Diperkirakan bahwa
hipokampus menghasilkan sinyal untuk konsolidasi ingatan (mis. transformasi dari ingatan jangka-pendek
menjadi ingatan jangka-panjang).
Amigdala. Bertanggung jawab atas pengevaluasian informasi-informasi sensorik, menentukan
secara tepat arti pentingnya sesuatu secara emosional, dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan
awal untuk mendekati atau menjauhi sesuatu. Sebagai contoh, anda dengan segera dapat menilai ancaman
atau bahaya. Amigdala juga memainkan peranan penting dalam menengahi kecemasan dan depresi;
pindai PET menentukan adanya peningkatan aktivitas saraf di struktur ini pada penderita depresi dan
kecemasan. Struktur ini juga memainkan peranan dalam ingatan yang bersifat emosional.
Korteks limbik. Kontribusi berbagai bagian di korteks limbik masih belum diketahui pasti.
Pengetahuan tentang fungsi korteks ini berasal dari lesi-lesi yang merusak bagian ini. Lesi bilateral di
korteks orbitofrontalis menyebabkan insomnia dan gelisah. Kerusakan bilateral girus singulatus anterior
dan subkalosum memicu reaksi marah yang hebat.[1]
PONS
Gambar 3. Pons pada medulla oblongata
Sumber:http://images4.wikia.nocookie.net/__cb20070709225160/psychology/images/thumb/3/36/
Gray768.png/362px-Gray768.png
9
Pons adalah salah satu bagian pada medula oblongata. Hampir semua bagian pons terdiri dari
substansia alba (white matter). Pons menghubungkan medulla, yang panjang dengan berbagai bagian otak
melalui pedunkulus serebral. Pons terlibat dalam (diantaranya) kegiatan tidur, terjada, dan bermimpi.[1]
KORTEKS CEREBRUM
Korteks serebrum adalah bagian otak yang paling maju dan bertanggung jawab untuk mengindera
linkungan. Korteks serebrum menentukan perilaku yang bertujuan dan beralasan. Korteks disebut
substansia grisea (grey matter), akibat lebuh banyaknya badan sel neuron dibandingkan akson neuron.
Meskipun ketebalan korteks hanya sekitar 3 milimeter (1/8 inci), korteks mengandung hampir tiga
perempat dari seluruh sel otak yang ada. Bagian-bagian lain dari korteks serebrum, yang disebut lobus.
Melaksanakan fungsi yang berbeda. Sebagian dari korteks serebrum berfungsi sebagai daerah sensorik
primer, dan secara langsung menerima rangsangan sensorik yang datang. Daerah-daerah ini dibatasi oleh
daerah sensorik sekunder yang membantu mengartikan stimulus sensorik tersebut. Daerah-daerah asosiasi
lainnya menerima informasi dari daerah sensorik primer dan sekunder, dan dari tempat-tempat lain di
otak korteks dan subkorteks. Daerah-daerah asosiasi memungkinkan serakan-gerakan yang kompleks,
interpretasi, dan pembentukan bahasa, serta respons yang sesuai terhadap teman, musuh, dan orang asing.
Lobus-lobus pada korteks serebri: Lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus
temporalis.[1,3]
STRUKTUR MIKROSKOPIK SEL SARAF
Gambar 4. Sel saraf
Sumber: http://edijoeyh.files.wordpress.com/2008/10/tetanus-neuron1.gif
10
Jaringan saraf terdiri atas dua jenis sel utama: neuron (sel saraf) dan neuroglia (sel penyokong).
Sel struktural dan fungsional jaringan saraf adalah:
Neuron
Neuron adalah unit utama sistem saraf dan merupakan sel yang sangat khusus. Setelah matang sel
ini tidak lagi menjalani reproduksi sel dan tidak dapat diganti. Pematangan sel saraf terjadi sebelum atau
segera setelah lahir. Setiap neuron berfungsi menerima rangsangan yang datang dan untuk mengirim
rangsangan ke saraf lain atau otot. Neuron berfungsi dengan berespons terhadap sinyal-sinyal listrik dan
menghasilkan sinyal-sinyal tersebut yang mengubah aliran ion-ion bermuatan melintasi membran sel
neuron. Neuron terbagi menjadi dendrit, badan sel, dan akson.[3]
Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek. Dendrit adalah
bagian dari neuron yang menerima rangsangan dari saraf-saraf lain atau bekerja sebagai reseptor bagi
rangsangan sensorik yang datang.[3,6]
Badan sel. Pada badan sel terdapat inti sel yang berfungsi mengontrol pembentukan protein,
enzim, dan zat-zat pengantar sel. Badan sel membagikan zat-zat tersebut ke bagian neuron lainnya sesuai
kebutuhan. Badan sel menyampaikan sinyal listrik ke akson.[3]
Akson adalah perluasan memanjang atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit
dan badan sel. Panjang akson mungkin berukuran kurang dari 1 mm sampai 1 m lebih. Di bagian
ujungnya, sebuah akson dapat berkembang banyak.[6]
Sel Glia (Sel Pendukung)
Ada beberapa jenis glia dalam otak dan sumsum tulang belakang, dan sebagai satu kelompok, sel-
sel ini melakukan lebih banyak dari sekedar lem perekat yang menyatukan neuron. Macam sel glia adalah
astrosit (berbentuk seperti bintang), oligodendroglia, mikroglia, sel ependim, dan lain-lain.[6,7]
NEUROTRANSMITTER
Banyak neurotransmitter digunakan di sistem saraf. Setiap neurotransmitter disintesis di badan sel
dan disalurkan melalui akson ke terminal akson. Tiap neuron tampaknya melepaskan satu
neurotransmitter. Agar berespon terhadap neurotransmitter tersebut, sel pascasinaps harus memiliki
reseptor spesifik untuk zat tersebut di membran selnya.[3]
Asetilkolin
Asetilkolin adalah salah satu neurotransmitter yang umum ditemukan pada invertebrate maupun
vertebrata. Pada sistem saraf pusat vertebrata, asetilkolin dapat bersifat inhibitoris atau eksitatoris, yang
bergantung pada jenis reseptor. Pada persambungan neuromuskuler, yaitu sinapsis antara neuron motoris
dan sel otot rangka, asetilkolin dilepaskan dari terminal sinaptik neuron motoris tersebut. Asetilkolin ini
akan berikatan dengan reseptor yang merangsang membran plasma sel otot.[7]
11
Amina Biogenik
Amina biogenik adalah neurotransmitter yang disintesis dari asam amino. Satu kelompok, yang
dikenal sebagai katekolamina, dihasilkan dari asam amino tirosin. Kelompok ini meliputi epinefrin dan
norepinefrin, yang juga berfungsi sebagai hormon, dan sebuah senyawa yang berhubungan erat yang
disebut dopamine. Amina biogenic lainnya, serotonin, disintesis dari asam amino triptofan. Amina
biogenik umumnya berfungsi sebagai transmitter di dalam SSP. Akan tetapi, norepinefrin juga berfungsi
dalam cabang sistem saraf tepi yang disebut sistem saraf otonom.[7]
Mekanisme Neurotransmitter
Gambar 7 menunjukkan mekanisme neurotransmitter yang umumterjadi.Proses tersebut berlangsung
dalam 7tahap sebagai berikut:6
1. Molekul neurotransmitter disintesa/diproduksi oleh substansi-substansi kimia dalam sitoplasma
dengan bantuan enzim-enzim tertentu.
2. Molekul-molekul tersebut kemudian disimpan pada kelenjar sinapsis (synaptic vesicles).
3. Molekul neurotransmitter yang keluar dari synaptic vesicle karena suatu kebocoran, akan dihancurkan
oleh enzim-enzim disekitarnya.
4. Bila terjadi potensial aksi di synaptic button, vesicle akan bersentuhan dengan membrane presinapsis
dan molekul neurotransmitter dilepaskan ke celah sinapsis.
5. Di celah sinapsis, molekul neurotransmitter yang tidak mengikatkan diri pada reseptor di membrane
presinapsis (karena neurotransmitter yang dilepaskan sudah cukup untuk meneruskan impuls) akan
masuk kembali ke dalam synaptic vesicles yang melepaskannya (auto receptor) dan sekaligus
menghambat pelepasan neurotransmitter.
6. Neurotransmitter yang sampai pada reseptor di membrane postsinapsis akan meneruskan aktivitas
sesuai dengan pesan yang dibawanya.
7. Proses neurotransmitter ini akhimya berhenti, baik karena mekanisme penarikan neurotransmitter ke
synapsis vesicles maupun oleh enzim-enzim di celah sinapsis yang memecah molekul-molekul
neurotransmitter ini menjadi
substansi yang tidak
digunakan lagi.
12
Gambar 7. Mekanisme Neurotransmitter
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-YP2WJh7AiHs/UXYWm5-sXdI/AAAAAAAAAI0/uV2psu-qIX4/s640/NEURO3.jpg
Mekanisme Impuls Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf
(akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel.
Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian
dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan
sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai
dengan 120 m/detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.6
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali
diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.6
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel
saraf.6
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang
dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan
sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada
periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.6
KESIMPULAN
Sistem limbik, pons, hipotalamus, dan korteks serebri adalah bagian-bagian pada otak yang
mengendalikan emosi. Beberapa diantaranya dapat mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga pada
kasus perasaan sedih yang berlebihan dapat menyebabkan perasaan berdebar yang terus-menerus. Bagian-
bagian otak tersebut saling berkoordinasi dalam pengendalian emosi tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: Erlangga; 2008.h.130-3.
2. Goleman D. Kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia; 2005.h.136-7.
3. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.h.143-161.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system ed 2. Jakarta: EGC; 2001.h.126-7, 197-200.
5. Adair TH, Dzielak DJ, Hall JE, Lohmeier TE. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton dan Hall.
Jakarta: EGC; 2007.h.455-9.
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004.h.154-7, 166-8.
7. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jilid 3. Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga; 2004.h.201-
15.
14