Post on 28-Dec-2015
description
SISTEM DEMOKRASIDAN POLITIK LOKAL
Kelompok 6
Disusun Oleh:
• Indah Tri Purwanti (8111412272)
• Yuni Kartikasari (8111412274)
• Evi Oktaviani(8111412276)
• Aulia Putri Izra (8111412279)
• Hafizh Furqonul Amrullah (8111412280)
• Paramita Wiguna (8111412320)
• Dendi Endri Riyanto (8111412334)
Pendahuluan
• Konsep Sistem Demokrasi dan Politik Lokal
Pilkada Langsung
Pemilihan Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013
Era Orde Baru (Sentralisasi)
“Corak Pemerintahan Indonesia = SPD (Security, Participation, Development)
Era Reformasi (Desentralisasi)
“Corak Pemerintahan Indonesia = PSD (Participation, Security,
Development)
Otonomi Daerah (UU No. 32 Tahun 2004)
“Partisipasi” = Demokrasi = Ruang Kebebasan Politik = Pemilihan Umum = Pemilihan Kepala Daerah
Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Pejabat Publik
Ruang Partisipasi Politik : Lahirnya banyak parpol, adanya kelompok penting dan penekan, kebebasan pers media dan pemilu (pilkada).
UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004
Pembahasan
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945
Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945
Pasal 28 ayat (3) UUD 1945
Pasal 1 UU No.31 tahun 2002 tentang partai politik
UU No.22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 17 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah
Landasan Yuridis
Tujuan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
Untuk membangun demokrasi tingkat lokal.
Untuk menata dan mengelola pemerintahan daerah semakin baik dan sejalan dengan aspirasi serta kepentingan rakyat.
Untuk mendorong bekerjanya lembaga-lembaga politik lokal.
MEKANISME PEMILIHAN KEPALA DAERAH
dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif
Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah
Tahapan Pilkada secara langsung dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan
Tahap Persiapan meliputi
Pemberitahuan DPRD kepada KDH dan KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah
KDH berkewajiban untuk menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada pemerintah dan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD
KPUD menetapkan rencana penyelenggaraan Pemilihan KDH dan WKD. Meliputi:1. penetapan tatacara dan jadwal tahapan PILKADA2. membentuk Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok Penyelenggara pemungutan Suara (KPPS).3. serta pemberitahuan dan pendaftaran pemantau
DPRD membentuk Panitia pengawas Pemilihan yang unsurnya terdiri dari Kepolisian, Kejaksaan, perguruan Tinggi, Pers dan Tokoh masyarakat.
Tahap Pelaksanaan meliputi
Penetapan Daftar Pemilih
Pengumuman Pendaftaran dan
Penetapan Pasangan Calon Peserta
pemilihan
Kampanye
Pengaturan Suara dan Penghitungan Suara Pemungutan suara
Penetapan pasangan Calon Pasangan
calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah
Pengesahan dan Pelantikan DPRD
Provinsi mengusulkan pasangan calon
Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih
Pemberhentian Kepala Daerah
Diberhentikan
Permintaan sendiri
Meninggal dunia
Diberhentikan:
berakhir masa jabatannya dan telah dilantik Pejabat yang baru
tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
tidak lagi memenuhi syarat Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah
dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah
tidak melaksanakan kewajiban Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah
melanggar larangan bagi Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah
Misal mekanisme diberhentikannya
KDH dan/atau WKDH karena
melakukan tindak pidana
KDH dan/atau WKDH didakwa melakukan tindak pidana
korupsi, tindak pidana terorisme, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara, maka dapat diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa melalui usulan
DPRD
kepala daerah dan wakil kepala daerah diberhentikan sementara, Presiden menetapkan penjabat
Gubernur atas usul Menteri Dalam Negeri atau penjabat
Bupati/Walikota atas usul Gubernur dengan pertimbangan DPRD
sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetapKDH dan/atau WKDH
terbukti melakukan tindak pidana tersebut yang
dinyatakan dengan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap, maka diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui
usulan DPRD
Penerapan Sistem Demokrasi dan Politik Lokal di Jawa Tengah (Pilkada JaTeng)
Kandidat Partai Suara %
HP–DonPKS, Partai Gerindra, PKB, PPP, Hanura, dan
PKNU2.982.715 20,92%
Bibit–Sudijono
Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PAN 4.314.813 30,26%
Ganjar–Heru PDIP 6.962.417 48,82%
Tidak sah/golput 12.165.373 44,27%
Total 14.259.945 100%
Pemilih terdaftar 26.425.318
Analisa :
• Pilkada tersebut menandakan adanya demokrasi ditingkat lokal sebagai akibat dari proses demokrasi regional yang dituntut oleh perkembangan desentralisasi.
• Demokrasi lokal memuat hal yang mendasar yaitu keikutsertaan rakyat serta kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan yang dirumuskan bersama.
• Demokrasi lokal terwujud salah satunya dengan adanya Pilkada langsung dengan kata lain proses ini mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. Hal ini senada dengan pelaksanaan Pilkada langsung yang diadakan di Jawa Tengah.
• Dalam pilkada langsung tersebut, dari ketiga calon ada 2 pasangan yang melebihi batas ambang kemenangan 30% yaitu Bibit-Sudijono (30,26%) dan Ganjar-Heru (48,82%) maka tidak diadakan Pilkada putaran kedua sebab hasil tersebut telah dinyatakan sah.
• Kepala Daerah terpilih (Ginanjar-Heru) inilah menjadi pemimpin dalam pembangunan di daerah termasuk di dalamnya penguatan demokrasi lokal, penyediaan pendidikan dasar dan layanan kesehatan, perbaikan kesejahteraan rakyat, penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik dan lain sebagainya.
SIMPULAN
• Salah satu tujuan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung yaitu untuk membangun demokrasi tingkat local.
• Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah Pilkada ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
• Pemberhentian kepala daerah dan pejabat publik dibedakan menjadi 3, yaitu karena meninggal dunia, berhenti atas permintaan sendiri dan diberhentikan.