Seminar Skripsi

Post on 07-Jul-2016

493 views 43 download

description

a

Transcript of Seminar Skripsi

PERBEDAAN STATUS GIZI PADA BAYI BERUMUR 4–6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI

EKSKLUSIF DENGAN ASI NON EKSKLUSIF

Oleh:Mira Candra Karuniawati

J500120067

LATAR BELAKANG Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin

kompleks saat ini, selain masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius (Riskesdas, 2015).

Penyebab utama terjadinya gizi kurang dan hambatan pertumbuhan pada anak usia balita berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI (Susanty dkk, 2012).

Memburuknya gizi anak terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya (Hanum, 2014).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, cakupan pemberian ASI di Indonesia hanya 42%. Angka itu di bawah target Organisasi Kesehatan Dunia, yang seharusnya cakupan ASI eksklusif bagi bayi usia 0-6 bulan minimal 50%.

Pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk, 13,9% gizi kurang, dan 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %)Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).

Perumusan Masalah

Adakah perbedaan status gizi bayi berumur 4–6 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi berumur 4–6 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif?

Tujuan PenelitianMenganalisis adanya perbedaan status gizi bayi berumur 4–6 bulan pada pemberian ASI eksklusif dengan ASI non eksklusif

Manfaat Penelitian

Teoritis : Memberikan informasi tentang adanya perbedaan antara status gizi bayi berumur 4–6 bulan pada pemberian ASI eksklusif dan ASI non eksklusif

Aplikatif : Dengan diperoleh data dan informasi mengenai adanya perbedaan antara status gizi bayi berumur 4–6 bulan pada pemberian ASI eksklusif dan ASI non eksklusif, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI.

Status GiziA. Definisi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan sekelompok individu yang ditentukan dengan derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan, yang dampak fisiknya dapat diukur secara antopometri. (Almatsier, 2012).

TINJAUAN PUSTAKA

B. Faktor yang mempengaruhi status gizia. Faktor langsung1) Penyakit infeksi2) Asupan makanana. Faktor tidak langsung1) Pola pengasuhan anak2) Ketahanan pangan3) Tingkat sosial ekonomi4) Tingkat pengetahuan ibu5) Jumlah anggota keluarga

ASI EksklusifA.Definisi

ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2012).

B. Perbedaan kandungan Kolustrum, ASI transmisi, dan ASI matur

C. Kandungan ASI Eksklusif

1. Immunoglobulin 2. Zat imunologi

- Lisozim- Laktoferin- Oligosakarida- Musin

D. Manfaat ASI

1. Bagi bayi- sebagai nutrisi- meningkatkan daya tahan tubuh bayi- ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan- Menunjang perkembangan motorik- Insiden alergi pada bayi yang mendapat ASI lebih rendah dibanding yang diberikan susu formula ( Susanti, 2011).

2. Bagi ibu- Kesuburan ibu menjadi berkurang

untuk beberapa bulan- Mengurangi kemungkinan menderita

kanker- Mengurangi perdarahan setelah melahirkan- Meningkatkan kasih sayang antara ibu dan

bayi

ASI Non Eksklusif

A. Definisi Asi non eksklusif didefinisikan sebagai pemberian makanan atau cairan lain selain obat , vitamin , dan mineral untuk bayi sebelum usia enam bulan (Nirwana, 2014).

Perbandingan kandungan nutrisi ASI eksklusif dengan susu formula

Perbedaan Antara Status Gizi dan Pemberian ASI

• Pada umumnya bayi usia 4-6 bulan yang mendapat susu formula mengalami kenaikan berat badan yang lebih cepat dibanding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapat susu formula karena kelebihan kandungan air dan komposisi lemak. Pada beberapa susu formula sumber protein dan lemaknya berasal dari susu sapi (Khasanah, 2011).

• Penelitian yang dilakukan oleh Aziezah dan Adriani (2013), dari hasil status gizi bayi, dapat diketahui bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif seluruhnya memiliki status gizi baik yaitu sebesar 100% sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki status gizi baik hanya 58,80%.

KERANGKA KONSEP

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti

Hipotesis

Terdapat perbedaan status gizi balita 4-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan status gizi balita 4-6 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif. Dimana balita usia 4-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif status gizinya lebih baik dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI non eksklusif.

METODE PENELITIANDesain Penelitian : Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional

Populasi dan Sampel : Bayi berumur 4-6 bulan yang diberikan ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif di Posyandu Gonilan. Pemilihan subjek penelitian dilakukan menggunakan cara purposive sampling.

Populasi Penelitian :Populasi penelitian disini adalah bayi berumur 4-6 bulan yang diberikan ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif di Posyandu Gonilan

Sampel dan Teknik Sampling- Sampel penelitian ini adalah bayi usia 4-6 bulan yang

diberikan ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif yang memenuhi kriteria restriksi penelitian.

Teknik Sampling- Pemilihan subjek penelitian dilakukan menggunakan cara

purposive sampling dimana subjek yang disertakan dalam penelitian ini adalah apabila memenuhi kriteria restriksi (Notoatmodjo, 2012).

Estimasi Besar Sampel = =

=

= 36,22 dibulatkan menjadi 36

Kriteria Restriksi

Kriteria inklusia. Bayi yang berusia 4-6 bulan sehat jasmani dan rohanib. Bayi yang tinggal di wilayah sekitar Posyandu Gonilan, Pabelan c. Ibu bersedia untuk diwawancarai secara lengkap

Kriteria eksklusia. Terdapat kelainan bawaan yang tidak dipengaruhi pemberian ASI

misalnya bayi mengalami intoleransi laktosa sejak lahir, bibir sumbing, dan megakolon kongenital

b. Bayi yang tidak rutin dinilai status gizinyac. Alamat yang tidak lengkapd. Bayi dengan berat badan lahir < 2,5kg - > 4kg

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Pemberian ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif

2. Variabel terikat : Status gizi bayi usia 4-6 bulan3. Variabel perancu : Pengetahuan ibu, tingkat sosial

ekonomi, dan kondisi fisik bayi

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1

Independent:

Pemberian ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif

Perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya

Wawancara ASI eksklusif dan ASI non eksklusif

Nominal

2. Dependent:

Status gizi bayi usia 4-6 bulan

Keadaan status gizi balita dengan ukuran perbandingan berat badan/umur dan panjang badan/umur

Infantometer dan dacin

Status gizi baik dan status gizi tidak baik

Ordinal

Definisi Operasional

Rencana Analisis Data

Uji statistik yang digunakan adalah observasional analitik, sedangkan uji analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis uji chi square. Seluruh data akan diperoleh dengan program SPSS 17.0.

Rancangan Penelitian

Jadwal Penelitian

HASILDistribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif & status

gizi

Status gizi bayi usia 4-6 bulan menurut PB/U

Analisis Perbedaan antara Status Gizi dengan Pemberian ASI Eksklusif dan ASI Non Eksklusif

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan masih terdapat bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif

sehingga dalam penelitian ini diambil proporsi berpasangan 50% untuk bayi yang diberikan ASI eksklusif dan 50% untuk bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Ibu di Posyandu Gonilan, Pabelan mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang gizi, karena sebagian bayi usia 4-6 bulan ketika bayi umur 0 sampai 6 bulan hanya diberikan ASI eksklusif, umur 6 sampai 9 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus, umur 9 sampai 12 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim atau bubur saring dengan frekuensi dua kali sehari.

Hasil penelitian ditemukan bayi berstatus gizi baik walaupun tidak tidak diberikan ASI eksklusif. Hal ini menurut Coulibaly, et al., (2013) dimungkinkan pada bayi yang orangtuanya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan gizi sang bayi tetapi tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan ASI eksklusif karena alasan bekerja. Ibu-ibu dari kelompok ini, biasanya akan menambah asupan gizi bagi bayi dengan makanan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan

Dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa responden ditemukan sebagian besar bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif disebabkan 60% ibunya yang bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya setiap hari. ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Faktor lain belum diterapkannya pemberian ASI eksklusif disebabkan ketidaktahuan ibu atau keluarga yang mengasuh bayi (Roesli, 2012).

Secara umum status gizi bayi usia 4 bulan - 6 bulandi Posyandu Gonilan, Pabelan berstatus gizi baik, yaitu sebanyak 54 bayi dari 80 bayi yang diamati. Status gizi lebih ditemukan lebih banyak pada bayi usia 4- 6 bulan yang tidak diberikan ASI eksklusif. Hasil ini sesuai dengan temuan Khasanah (2011) yang menyimpulkan pada umumnya bayi usia 4-6 bulan yang mendapat susu formula mengalami kenaikan berat badan yang lebih cepat dibanding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapat susu formula karena kelebihan kandungan air dan komposisi lemak. Pada beberapa susu formula sumber protein dan emaknya berasal dari susu sapi.

ASI merupakan makanan yang ideal secara fisiologis dan biologis bagi bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi pada usia 4-6 bulan pertama.Pemberian MP ASI sebelum bayi berusia 4 bulan mengakibatakan kenaikan berat badan yang lebih rendah dan kurang gizi dibandingkan dengan bayi yang tetap diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Masih dijumpai kebiasaan yang salah dalam pemberian ASI dan MP ASI. MP ASI yang diberikan terlalu dini dapat berdampak pada status gizi (Haileslassie, et al., 2013).

Hasil analisis statistik diketahui ada perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 4-6 bulandi Posyandu Gonilan, Pabelan (p<0,05). Hal ini sesuai dengan temuan Khasanah (2011) yang menyimpulkan pada bayi usia 0-6 bulan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI secara eksklusif

Hasil penelitian ini didukung temuan Aziezah dan Adriani (2013), yang menyatakan dari hasil status gizi bayi, dapat diketahui bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif seluruhnya memiliki status gizi baik yaitu sebesar 100% sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki status gizi baik hanya 58,80%. Hal ini dikarenakan jumlah kandungan kalori yang ada pada ASI eksklusif berbeda dengan kandungan susu formula. Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein.

Di dalam ASI sendiri lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi sedangkan casein cenderung lebih sukar dicerna oleh usus bayi dan kandungan casein lebih banyak terdapat pada susu sapi. Selain itu ASI juga mengandung nutrien yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang tidak pernah ditemukan pada susu formula. Sehingga semua zat gizi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan pada usia 6 bulan pertama dapat terpenuhi dengan ASI (Wulandari dan Mauliyah, 2013).

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional), semua variabel diukur pada saat yang sama, sehingga tidak dapat memastikan hubungan temporal antara status gizi bayi usia 4-6 bulan dan pemberian ASI eksklusif dengan ASI non eksklusif sebagai akibat.

Penelitian ini juga hanya meneliti beberapa faktor saja dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi status gizi pada bayi usia 4-6 bulan yaitu faktor infeksi, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya bisa diperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada bayi usia 4-6 tahun seperti pengetahuan ibu, usia, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendapatan keluarga.

KESIMPULAN & SARANA. Kesimpulan Terdapat perbedan yang signifikan antara status gizi bayi berumur 4-6 bulan yang

diberikan ASI Eksklusif dan ASI non eksklusif di Posyandu Gonilan Kartasura.

B. Saran Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan

mempertimbangkan faktor-faktor perancu yang mempengaruhi status gizi bayi umur 4-6 bulan dengan pemberian ASI eksklusif

Melakukan penilaian status gizi tidak hanya dilihat dari pemberian ASI saja tetapi juga dinilai dengan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi status gizi bayi

Diharapkan kepada masyarakat, khususnya ibu yang memiliki bayi agar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan secara teratur membawa bayinya ke posyandu untuk mengetahui status gizi bayinya dengan baik

Meningkatkan kinerja tenaga kesehatan agar lebih aktif dalam melakukan sosialisasi tentang pemberian ASI eksklusif. Dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif

DAFTAR PUSTAKAArikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Jakarta:

Rineka Cipta.Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI). 2011. Alasan Medis Untuk Tidak Menggunakan

Pengganti ASI. http://aimi-asi.org/alasan-medis-pengganti-asi/ 27 Agustus 2014Aldy, O.S., Lubis, B.M., Sianturi P., Azlin E., Tjipta G.D ., 2009. Dampak Proteksi Air Susu

Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri. 11:167-3.Adriani, M., dan Wirjatmadi, B., 2014. Gizi dan Kesehatan Balita. Ed. 1. Jakarta: Kencana

Prenamedia Group, pp. 111-168.Almatsier, Sunita., 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka.Aziezah, N., Adriani, M., 2013. Perbedaan Tingkat Konsumsi dan Status Gizi Antara Bayi

dengan Pemberian ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Media Gizi Indonesia. Vol.9 No.1 hlm:78-83.

Beck, M.E., 2011. Ilmu Gizi dan Diet. Jakarta: Andi.Coutsoudis, A., Bentley J., 2009. Pemberian Makanan Bayi. Dalam: Gibney MJ., Margetts

B.M eds. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC pp. 325-47.

Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI (2014). Indikator Status Gizi. http://www.depkes.go.idd/infex.php?txtKeyword=Status+gizi&act=search-by map&pgnumber=0&chairindex=&strucid=1208&fullcontent=1&C-ALL=1 diakses 5 Agustus 2015

Fitri, D.I., dkk. 2014. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas 2014; 3(2). (diunduh 15 Juni 2015) Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/51/46

Gibney, MJ., 2008. Public Health Nutrition. Jakarta: EGCHanum, F., Khomsan, A., & Heryatno, Y. (2014). Hubungan Asupan Gizi dan Tinggi Badan

Ibu dengan Status Gizi Anak Balita. Jurnal Gizi dan Pangan, 9(1). http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/viewFile/8256/6458. asi Hanum 8256-23251-1-PB.pdf. (2015.09.15)

Hidayat, A., Aziz, A., 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba medika.

Istiany, A., Rusilanti., 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, pp. 5-148.Kementrian Kesehatan RI., 2011. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RIKementrian Kesehatan RI., 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar

2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RIKementrian Kesehatan RI., 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI. 2013

Kementrian Kesehatan RI., 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI., 2015. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Khasanah, N. 2011. ASI atau Susu Formula Ya ?. Panduan Lengkap Seputar ASI dan Susu Formula . Yogyakarta: Flashbook

Lissauer, T., Fansroff, A. 2009. At a Glance Neurofisiologi. Jakarta: ErlanggaLestari, P., & Kartini, A. (2014). Hubungan Praktik Pemberian Susu Formula Dengan Status

Gizi Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2(6), 339-348. Asi lestari 6420-12208-1-SM.pdf. http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm/article/download/6420/6198 (diunduh 15 Juni 2015)

Marnoto, B. W. 2013. Panduan Menggunakan Susu Formula pada Bayi. Jakarta: IDAI http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-lahir.html (Diakses 20 Agustus 2015)

Muslihatun, N.W. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: FitrimayaNasar, 2005. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama pp. 14-15Nadesul, H. 2008. Membesarkan Bayi Jadi Pintar. Jakarta: Kompas Media Nusantara pp. 35-

38.Nirwana, A. b. 2014. ASI dan Susu Formula. Yogyakarta: Nuha MedikaNugroho, T. 2011. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika pp. 29-31, 36-40, 99-

102, 23-5, 103-4.

Notoadmojo, S., 2012. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.Nurmiati. Pengaruh Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Bayi di Indonesia. Jurnal

Makara Kesehatan 2010; 12(2): 47-52. (diunduh 15 Juni 2015) Tersedia dari: URL: HYPERLINK https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F3588%2F6%2520Artikel%252097103%2520Mesry%2520Mery.dcx%3Fsequence%3D8&ei=MNQVbKgJoTLmAWs44uwDA&usgAFQjCNG2cdOFqCno8qU17VokxufigBTeOQ&bvm=bv.96783405,d.dGY

Ogra P. L., Fishaut M., 2008. Human Breast Milk. Dalam: Remingtone J. S., Klein J. O., eds Infection Diseases of the Fetus and Newborn Infant. Philadelphia: W.B. Saunders Company Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif

Perinasia (Perkumpulan Perinatologi Indonesia). 2013. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Cetakan ke-7. Jakarta: Perinasia pp 3-1 :13

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI., 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Roesli, U., 2012. Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.Rosita, S. 2008. ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Cetakan 1. Yogyakarta: Ayyana Santjaka, A., 2011. Biostatistik Untuk Praktisi Kesehatan Dan Mahasiswa Kedokteran,

Kesehatan Lingkungan, Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Kesehatan Masyarakat. Purwokerto: Global Internusa.

Sastroasmoro, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto

Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGCSugiarti E., Zulaekah S., & Puspowati D.S., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Jurnal Kesehatan, ISSN 1997-7621, Vol 4, No. 2, Desember 2011: 195-206

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, B., 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.Susanti N., 2011. Peran Ibu Menyusui yang Bekerja dalam Pemberian ASI Eksklusif bagi

Bayinya. Egalita Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender. 6: 165-7Susanty, Mery., dkk. 2012. Hubungan Pola Pemberian Asi dan Mp Asi Dengan Gizi Buruk

Pada Anak 6-24 Bulan Di Kelurahan Pannampu Makassar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia 2012; 2(1): 97-103. (diunduh 22 Juni 2015). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/view/427

UNICEF. 2009. Alasan Medis yang Dapat Diterima Sebagai Dasar Penggunaan Pengganti ASI. Peru: World Health Organization (WHO).

Wargina, R., Aaini, L., Rahmawati, L. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol. 1 (1). Universitas Jember

Waryono, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.WHO, 2011. WHO calls support for apropiate infant and young child feeding in the current

emergency in Lebanon, and caution about unnecessary use of milk products. http://www.who.int/hac/crises/international/middle_is/Libanon_apropriate_infant_and_young_child_feeding.pdf3 Diakses pada tanggal 5 Agustus 2015.

World Health Organization Children’s (WHO). 2014. Exclusive Breastfeeding. Available from URL: http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2015.

Wulandari, T., Mauliyah, I. 2013. Perbedaan Pemberian ASI dan PASI Terhadap Pertumbuhan Bayi Usia 6 Bulan di Desa Kedungrembung Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Jurnal Makara Kesehatan. Vol.02, No.XV.