Slide Seminar Hasil (Skripsi)

60
(STUDI KASUS: PELAKSANAAN UPACARA ADAT MACCERA’ BINANGA) OLEH: NUKY YANUARI PERDANA AMIR 60800108021 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013 STUDI PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA SEMINAR HASIL

description

”Studi Perubahan Pemanfaatan Ruang Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Kabupaten Bulukumba (Studi Kasus: Pelaksanaan Upacara Adat Maccera’ Binanga)” adalah judul penelitian yang coba penulis angkat. Hal ini didasari bahwa pentingnya kearifan lokal dipertahankan sebagai branding city sebuah kota. Selain dari itu kearifan lokal yang ada di Kelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumba, tidak dilaksanakan lagi karena tempat pelaksanaan yang telah berubah fungsi. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pemanfaatan ruang dan faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kearifan lokal tersebut, maka digunakanlah analisis crosstab. Dari hasil proses analisis penelitian dan penilaian responden ditemukan bahwa perubahan pemanfaatan ruang berpengaruh terhadap kearifan lokal masyarakat. Adapun faktor pengaruh terhadap pelaksanaan upacara adat Maccera’ Binanga yakni terjadinya perubahan pemanfaatan ruang yang berkembang menjadi bangunan-bangunan komersil di wilayah penelitian. Sebagai rekomendasi, dalam aspek penataan ruang agar kiranya pemerintah lebih konsisten dalam pemanfaatan ruang kota dengan tetap memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) yang berada di Kelurahan Bentenge sehingga mampu memberikan kesan positif pada masyarakat lokal di Kelurahan Bentenge. Agar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba dapat direvisi, untuk sekiranya kawasan pesisir Kelurahan Bentenge dimasukkan pada RTRW sebagai Kawasan Heritage (Budaya). Perlunya partisipasi masyarakat yang berada di sekitar daerah-daerah pembangunan untuk diajak open discussion sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikarenakan kurangnya komunikasi pemerintah-masyarakat lokal. Kata kunci : Ruang, Kearifan Lokal, Maccera’ Binanga, Kelurahan Bentenge.

Transcript of Slide Seminar Hasil (Skripsi)

  • 1. STUDI PERUBAHAN PEMANFAATANRUANGSEBAGAI KEARIFAN LOKALMASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA(STUDI KASUS: PELAKSANAAN UPACARA ADAT MACCERABINANGA)OLEH:NUKY YANUARI PERDANA AMIR60800108021JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUIN ALAUDDIN MAKASSAR2013SEMINAR HASIL

2. BAB IPENDAHULUAN 3. A. Latar Belakang Kebutuhan ruang di kawasan perkotaan di Indonesia semakin meningkatsejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan-kegiatan yangmenyertainya. Peningkatan kebutuhan ruang merupakan implikasi darisemakin beragamnya fungsi dan peruntukan ruang di kawasan perkotaan(permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan,kesehatan dan lain-lain) yang disebabkan oleh keunggulannya dalam halketersediaan fasilitas umum dan kemudahan aksesibilitas sehingga mampumenarik berbagai kegiatan untuk beraglomerasi. Hal ini juga yangmenyebabkan terjadinya perubahan dari pemanfaatan ruang baik secaramesso maupun makro di beberapa wilayah, perkotaan, maupun kawasan. Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang berada dipesisir pantai Provinsi Sulawesi Selatan dengan daya tarik dan potensiyang besar, utamanya kita kenal sumber pariwisatanya yang terkait dengankearifan local adat istiadatnya. Kondisi ini menjadikan KabupatenBulukumba mampu menarik berbagai pihak untuk memanfaatkannya. Perkembangan pemanfaatan lahan di Kabupaten Bulukumba dari tahun ketahun cukup signifikan. Pusat permukiman Kabupaten Bulukumba termasukpada Kecamatan Ujung Bulu yang pada daerah pesisir dari wilayahtersebut berkembang menjadi kawasan campuran yang benar telahberaglomerasi, termasuk perdagangan dan jasa, perkantoran, permukiman,lahan kering, industri kecil dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), seperti padaibukota Kecamatan Ujungbulu yakni wilayah Kelurahan Bentenge [Badan 4. Lanjutan, Kelurahan Bentenge terletak di sebelah utara Kecamatan Ujung Bulu yangmemiliki luas sebesar 100 Ha atau sama dengan 1 Km, dan terbagi dalam 3Lingkungan, 9 Rukun Warga (RW), 20 Rukun Tetangga (RT). Adapun jumlahpenduduk pada tahun 2011 di Kelurahan Bentenge yakni sebesar 4.780orang. Jadi kepadatan penduduk pada Kelurahan Bentenge dengan luas1,00 Km adalah 4.780 orang/Km. Seperti pada kenyataannya bahwa penggunaan ruang di sepanjang pesisirKelurahan Bentenge pada tahun 2011 di dominasi oleh permukiman danfasilitas perdagangan / jasa, serta perkantoran yang sebelumnya pada tahun2001 masih didominasi hutan mangrove (kawasan konservasi) . Sumber:Lembaga Pemerhati Sosial Perencana Kabupaten Bulukumba, BuletinBulukumba, (Makassar: 2010), h. 21 Dominasi penggunaan ruang tersebutlah yang secara signifikanmenyebabkan pengaruh terhadap pelaksanaan upacara adat yang dianggappenting sebagai kearifan lokal masyarakat Kabupaten Bulukumba. MacceraBinanga, adalah salah satu upacara adat tahunan masyarakat KelurahanBentenge yang dilaksanakan oleh penduduk lokal yang mendiami pesisirKelurahan Bentenge, yang dimaksudkan sebagai persembahan rasa syukurkepada Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai upacara adat tolakbala. Upacara adat Maccera Binanga merupakan warisan budayamasyarakat pesisir Kelurahan Bentenge yang pelaksanaanya dilakukan 5. Lanjutan, Ini dianggap karena telah terjadi perubahan pemanfaatan ruang pesisirKelurahan Bentenge yang sebelumnya merupakan tempat untukpelaksanaan upacara adat tersebut yang akhirnya berubah fungsi menjadiareal perdagangan dan jasa, dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Sebagaiakibat dari hal yang dimaksud, terjadi pergeseran nilai budaya karenaakhirnya upacara adat Maccera Binanga tidak dilaksanakan lagi sejak tahun2009. Padahal jelas bahwa upacara adat ini dianggap penting karena selainsebagai persembahan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa danritual tolak bala, juga salah satu kearifan lokal (local wisdom) yang dimilikimasyarakat Kabupaten Bulukumba. Sebagai hipotesa awal, dianggap bahwa kepentingan masyarakatKelurahan Bentenge tidak terwadahi secara maksimal oleh pemerintahsetempat, mengingat didalam RTRW Kabupaten Bulukumba tahun 2010 2030, tidak dimasukkannya Kelurahan Bentenge didalam Kawasan Heritage(Budaya). Dengan kata lain, bahwa pemerintah tidak mampu mengakomodirnilai-nilai budaya yang terdapat di pesisir Kelurahan Bentenge. Mengingat hal tersebut menimbulkan dampak yang sistemik untukpelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokalmasyarakat Kabupaten Bulukumba, dan memperhatikan kondisi tersebut diatas maka dianggap penting dilakukan studi tentang Studi PerubahanPemanfaatan Ruang Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Kabupaten 6. B. Rumusan Masalah1. Apakah perubahan pemanfaatan ruang pesisir Kelurahan Bentengemempengaruhi pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga?2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan sehingga pelaksanaan upacaraadat Maccera Binanga tidak dilaksanakan lagi di pesisir KelurahanBentenge?C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian yang akan di capai adalah :1. Untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya perubahan pemanfaatan ruangterhadap pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga.2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan sehingga pelaksanaan upacara adatMaccera Binanga tidak dilaksanakan lagi.D. Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah:1. Sebagai bahan masukan guna melihat pentingnya masalah perubahan pemanfaatanruang terhadap pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokalmasyarakat di Kelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumba.2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Bulukumba dan pihakprofesional perencana baik dalam merencanakan maupun dalam merevisiperencanaan kota Bulukumba.3. Selain itu juga sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. 7. E. Ruang Lingkup Penenlitian1. Ruang LingkupWilayahLokasi penelitian yang terpilih adalah Kelurahan Bentenge, Kecamatan UjungBulu, Kabupaten Bulukumba. Hal ini didasarkan oleh karena pemanfaatan ruang diKelurahan Bentenge cenderung mengalami perubahan atau pergeseran fungsi yangdipengaruhi oleh kegiatan masyarakat yang beraglomerasi dan mempengaruhipelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokal masyarakatKelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumba.Adapun batas-batas Kelurahan Bentenge Kecamatan Ujung Bulu KabupatenBulukumba adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kelurahan Loka. Sebelah Timur : Kelurahan Terang-Terang. Sebelah Selatan : Laut Flores. Sebelah Barat : Kelurahan Kasimpureng.2. Ruang Lingkup MateriRuang lingkup penelitian ini mencakup perubahan pemanfaatan ruangterhadap pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokalmasyarakat pada Kelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumba pada 10 (sepuluh)tahun terakhir. 8. PETA LOKASI PENELITIAN 9. PETA CITRA UDARASumber: Google Earth, 2013 10. PETA GUNA LAHAN 11. F. Sistematika PembahasanPembahasan keseluruhan diurut secara bertahap sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaanpenelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian dan kerangka pikir. Bab II Tinjauan Pustaka, membahas tentang landasan teoritis berupa defenisi terminologi yangdigunakan, perubahan pemanfaatan ruang, faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan ruangterhadap pelaksanaan upacara adat masyarakat, pengaruh kearifan lokal bagi perkembangan kota,karakteristik penggunaan lahan, tinjauan kebijakan kawasan pesisir, kebijakan pemanfaatan lahanKabupaten Bulukumba. Bab III Metodologi Penelitian, berisikan lokasi dan waktu penelitian, populasi dansampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis datadan kerangka pembahasan. Bab IV Tinjauan Umum Wilayah Penelitian, memuat tentang GambaranUmum Kabupaten Bulukumba, Gambaran Umum Wilayah KecamatanUjung Bulu, Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Bentenge besertaKebijakan Penataan Ruang yang ada didalamnya. Bab V Analisis, memuat tentang analisa Pengaruh PerubahanPemanfaatan Ruang di Kelurahan Bentenge Kabupaten Bulukumbaterhadap Kearifan Lokal (Pelaksanaan Upacara Adat MacceraBinanga), serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap PelaksanaanUpacara Adat Maccera Binanga di Kelurahan Bentenge KabupatenBulukumba di kaitkan dengan perubahan pemanfaatan ruang yangterjadi di lokasi penelitian. Bab VI Penutup, membahas mengenai kesimpulan hasil kajian daripenelitian ini dan saran-saran uang akan penulis sampaikansehubungan dengan penelitian ini. 12. BAB IITINJAUANPUSTAKA 13. A. Pemanfaatan Ruang diWilayah Pesisir1. Permukiman Menurut Doxiadis seorang ahli perumahan dan permukiman Universitas StanfordBridge (Inggris), permukiman merupakan sebuah sistem yang terdiri dari limaunsur, yaitu: alam, masyarakat, manusia, lindungan dan jaringan. Bagianpermukiman yang disebut wadah tersebut merupakan paduan tiga unsur: alam(tanah, air, udara), lindungan (shell) dan jaringan (networks), sedang isinya adalahmanusia dan masyarakat. Alam merupakan unsur dasar dan di alam itulah ciptakanlindungan (rumah, gedung dan lainnya) sebagai tempat manusia tinggal sertamenjalankan fungsi lain. Jaringan, seperti misalnya jalan dan jaringan utilitasmerupakan unsur yang memfasilitasi hubungan antar sesama maupun antar unsuryang satu dengan yang lain. Secara lebih sederhana dapat dikatakan, bahwapermukiman adalah paduan antara unsur manusia dengan masyarakatnya, alam danunsur buatan . Sumber; Kuswartojo, T., & Salim, S, Teori Dasar Perumahan dan Permukiman (Bandung: Rana Ilmu, 1997) h.112. Tambak perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang diisi air dandimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur). Hewan yangdibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutantambak ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yangberisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. 14. Lanjutan,3. Hutan Mangrove Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atasrawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi olehpasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadipelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung darigempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat danmengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.4. PerkebunanPerkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu padatanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah danmemasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmupengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkankesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.5. PertanianPertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusiauntuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, sertauntuk mengelola lingkungan hidupnya. 15. B.Masyarakat Pesisir1. Pola Kebiasaan Hidup Dalam sebuah perjalanan hidup, manusia tentu tidak bisa lepas dari sebuah prosesyang dinamakan adaptasi. Secara umum adaptasi diartikan sebagai kemampuanuntuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hidup manusia yang selaludinamis, tidak statis, bisa berubah setiap saat tentu membutuhkan kemampuanadaptasi. Suatu saat manusia akan memasuki sebuah lingkungan baru yangmungkin berbeda dengan lingkungan tempat dia tinggal sebelumnya. Adaptasimembantu manusia untuk menyelaraskan kembali kehidupannya sehingga dapatberjalan sesuai dengan lingkungan yang baru. Perlu diingat di sini bahwalingkungan adalah segala sesuatu yang bersifat umum dan dapat mempengaruhikehidupan manusia .2. Mata Pencaharian Secara umum, masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir pantai terdiri ataskelompok masyarakat yang menggantungkan sumber penghidupannya secaralangsung atau tidak langsung dari sumber daya pantai/laut dan kelompokmasyarakat yang sama sekali tidak tergantung dari sumber daya yang ada dilaut/pantai. Sebagai contoh untuk kelompok yang terakhir adalah kelompokmasyarakat yang tinggal di desa pantai (Desa Sungai Rawa di Kabupaten Siak-Propinsi Riau) yang melakukan penangkapan ikan di kawasan Danau Pulau Besardan Danau bawah yang terdapat di hulu Sungai Rawa. 16. Lanjutan,3. Adat Istiadat dan Upacara Adat Menurut Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan WilayahPesisir dan Pulau Kecil Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri dari masyarakatadat dan masyarakat local yang bermukim di Wilayah Pesisir dan Pulau-PulauKecil. Dan yang dimaksud Masyarakat Adat adalah kelompok Masyarakat Pesisiryang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanyaikatan pada asal-usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan Sumber DayaPesisir dan Pulau-Pulau kecil serta adanya sistem nilai yang menentukan pranataekonomi, politik, sosial dan hukum. 17. C. Perubahan Ruang1. Konversi Lahan Lahan adalah areal atau kawasan yang diperuntukan untuk penggunaan tertentuyang biasanya dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Sedangkan pola penggunaanlahan adalah areal model atau bentuk penggunaan lahan diterapkan, sepertiperladangan, tegalan, hutan, penghijauan, perkampungan dan lain-lain.(Haeruddin, 1997).2. Urbanisasi Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapatpula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakatperkotaan atau kota itu sendiri. Sedangkan definisi dari Urbanisme ialah sikap dancara hidup orang kota, perkembangan daerah perkotaan dan ilmu tentangkehidupan kota. 18. D. Konsep Pemanfaatan Kawasan Pesisir Pengelolaan kawasan pesisir dan lautan dilakukan secara terpadu, meliputi kawasandaratan dan kawasan lautan, mencakup berbagai sector yang berbeda, menyangkutinteraksi pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan serta kegiatan danperilaku sumberdaya manusia, yang mempunyai berbaga aspek (fisik, biologi, kimia,ekonomi-sosial, kelembagaan dan lainnya) dan seringkali menyangkut kepentingan dariwilayah administrasi yang berbeda.1. PlanningPlanning adalah suatu proses yang berurusan dengan suatu sistem persoalan-persoalan,yang dilihat dari perspektif holistik atau total, dengan maksud menentukan solusisecara rasional terhadap persoalan-persoalan tersebut. Suatu contoh perencanaan adalahpengembangan suatu strategi untuk mensurvei suatu daerah dengan maksud memilikilokasi taman laut atau pengembangan rencana pengawasan.2. DesignDesign adalah suatu proses yang diturunkan (berasal) dari planning dalam mana solusi-solusidiuji dan atau diimplementasikan secara kreatif. Contohnya adalah desainarsitektural dari suatu pusat taman regional untuk mengatur kunjungan para pengunjung. 3. ManagementManagement adalah suatu proses untuk mengontrol dan mengarahkan solusi yang telahdirancang. Contohnya adalah implementasi program 19. E. Kearifan Lokal (Local Wisdom)1. Definisi Kearifan Lokal Perilaku yang bersifat umum dan berlaku di masyarakat secara meluas, turuntemurun, akan berkembang menjadi nilai-nilai yang dipegang teguh, yangselanjutnya disebut kebudayaan (budaya). Kearifan lokal didefinisikan sebagaikebenaran yang telah mentradisiatau ajeg dalam suatu daerah . Kearifan lokal atatusering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia denganmenggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Kearifan (wisdom) secaraetimologi berarti kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya untukmenyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi. Sedangkan lokal, menunjukkanruang interaksi dimana peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Sumber; Gobyah, I. Ketut, Berpijak Pada Kearifan Lokal (Bali: Balipos, 2003) h.102. Tipologi Kearifan Lokala. Jenis Kearifan Lokal1). Tata Kelola2). Sistem Sosial3). Tata Cara atau Prosedur 20. Lanjutan,b. Bentuk Kearifan LokalBentuk kearifan lokal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitukearifan lokal yang berwujud nyata (tangible) dan yang tidak berwujud(intangible).1). Kearifan Lokal Yang Berwujud Nyata (Tangible)Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek berikut:Tekstual Beberapa jenis kearifan lokal seperti sistem nilai, tata cara, ketentuankhusus yang dituangkan ke dalam bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalamkitab tradisional primbon, kalender dan prasi (budaya tulis di atas lembaran daunlontar). Sebagai contoh, prasi, secara fisik, terdiri atas bagian tulisan (naskah cerita)dan gambar (gambar ilustrasi).2). Bentuk Kearifan Lokal Yang Tidak Berwujud (Intangible) Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada juga bentuk kearifan lokal yangtidak berwujud seperti petuah yang disampaikan secara verbal dan turun temurunyang dapat berupa nyanyian dan kidung yang mengandung nilai-nilai ajarantradisional. Melalui petuah 9 atau bentuk kearifan lokal yang tidak berwujudlainnya, nilai sosial disampaikan secara oral/verbal dari generasi ke generasi. 21. BAB IIIMETODEPENELITIAN 22. A. Lokasi danWaktu PenelitianPenelitian ini dilakukan pada bulan Februari Maret 2013 di Kelurahan BentengeKecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Lokasi ini dipilih denganpertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :1. Wilayah ini merupakan wilayah yang mengalami perubahan pemanfaatan ruang.2. Wilayah yang digunakan pada pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga.B. Populasi dan Sampel1. PopulasiDalam memecahkan masalah, langkah yang penting adalah menentukan populasikarena menjadi sumber data sekaligus sebagai objek penelitian. Populasi adalahseluruh unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti atas semuakasus individu dan gejala yang ada di daerah penelitian bersangkutan. Populasiyang akan diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada diKelurahan Bentenge.2. Sampel Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitain ini adalahteknik snowball. Teknik penarikan sampel tersebut merupakanteknik penentuan sampel yang bersifat menggelinding. Sesuaidengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuantertentu yaitu mengetahui pengaruh perubahan pemanfaatanruang pesisir Kelurahan Bentenge terhadap sosial dan budaya 23. Lanjutan,a. Informan Kunci didasarkan atas orang-orang yangdianggap mengetahui banyak mengenai perubahanpemanfaatan ruang Kelurahan Bentenge, dan orang-orangyang mengetahui pasti pelaksanaan upacara adatMaccera Binanga.b. Informan Biasa didasarkan atas orang-orang yangmemberikan informasi secara umum. Penelitimemperoleh data tersebut dari Perwakilan DinasKebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba,Perwakilan Dinas Tata Ruang dan PermukimanKabupaten Bulukumba, Dewan Kesenian Bulukumba,Lurah Bentenge, dan Tokoh Adat setempat. 24. C. Jenis dan Sumber Data1. Menurut jenisnya data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi atas:a. Data kualitatif adalah jenis data yang tidak berupa angka tetapi berupa kondisikualitatif. Jenis data kualitatif meliputi sejarah terkait pemanfaatan ruangKelurahan Bentenge, kebijakan pemanfaatan ruang wilayah pesisir, kondisieksisting ruang Kelurahan Bentenge, kondisi masyarakat Kelurahan Bentengedan kebiasaan pemanfaatan ruang Kelurahan Bentenge secara tradisional,pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga Kelurahan Bentenge.b. Data kuantitatif adalah jenis data yang berupa angka atau numerik yang bisalangsung diolah dengan menggunakan metode perhitungan yang sederhana.Dalam penelitian ini yang termasuk jenis data kuantitatif meliputi demografi(kependudukan) dan pola penggunaan lahan Kabupaten Bulukumba, demografi(kependudukan) dan pola penggunaan lahan Kecamatan Ujung Bulu,demografi (kependudukan) dan penggunaan lahan Kelurahan Bentenge, luasanpemanfaatan ruang Kelurahan Bentenge, serta luas area yang dipakai padaupacara adat Maccera Binanga di Kelurahan Bentenge KabupatenBulukumba. 25. Lanjutan,2. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan atas dua jenis datayaitu :a. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan.Data primer berupa informasi dalam bentuk kualitatif diperoleh dari sampel yangtelah ditetapkan sebelumnya. Informasi tersebut didapatkan dengan teknikwawancara mendalam (in depth interview) sehingga menemukan informasi yangakurat. Jenis data primer antara lain :1). Perubahan pemanfaatan ruang pada Kelurahan Bentenge.2). Kondisi kehidupan masyarakat Kelurahan Bentenge.3). Upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokal masyarakat KelurahanBentenge. 26. Lanjutan,b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi-instansi yang terkaitdengan penelitian baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif. Sumber datasekunder dari penelitian ini adalah Dinas Tata Ruang, Dinas Kebudayaan danPariwisata, Bappeda, Badan Pusat Statistik, Kantor Camat Ujung Bulu, KantorKelurahan Bentenge yang antara lain:1) Jumlah Penduduk2) Pola Penggunaan ruang3) Kondisi FisikWilayah4) Kondisi Eksisting Kelurahan Bentenge5) Kebijakan pemanfaatan ruang pesisir Kelurahan Bentenge.6) Perubahan pemanfaatan ruang pesisir Kelurahan Bentenge 27. D. Teknik Pengumpulan Data1. Observasi LapanganObservasi lapangan merupakan hasil pengumpulan data berupa fakta dan kenyataanyang ada di lapangan. Obervasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data daninformasi menyangkut pemanfaatan ruang pesisir Kelurahan Bentenge dikaitandengan pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga sebagai kearifan lokalmasyarakat Kabupaten Bulukumba atau unsur-unsur tradisional pada masyarakatsetempat.2. Studi DokumentasiUntuk melengkapi data, maka kita memerlukan informasi dari dokumentasi yangada hubungannya dengan objek yang menjadi studi. Dokumentasi dapat berupapenyajian dalam bentuk visual tentang kondisi lapangan.3. Studi LiteraturStudi Literatur tersebut menyangkut pendapat para ahli dalam berbagai hal yangrelevan dengan apa yang sedang kita kaji, konsep-konsep teoritis, dokumen-dokuemnpenelitain yang terkait, dan operasional tentang ketentuan penelitian danlain sebagainya, dapat diperoleh melalui studi kepustakaan. 28. Lanjutan,4. Wawancara mendalam (in depht interview)Teknik pengumpulan data dan informasi melalui wawancara langsung dan medalamterhadap sejumlah sampel yang dipilih melalui teknik purposive sampling dansejumlah informan lainnya. Masing-masing sampel akan diwawancarai secaramendalam sehingga didapatkan informasi atau keterangan yang akurat. Sampel yangdiambil dalam penelitian ini mempunyai kriteria antara lain sebagai berikut:a. Menghuni permukiman pesisir tersebut kurang lebih selama 10 tahun.b. Mampu berkomunikasi dengan baik dengan peneliti.c. Mempunyai infomasi mendalam tentang upacara adat Maccera Binanga diKelurahan Bentenge.d. Mempunyai informasi jelas dan mendalam tentang perubahan pemanfaatan ruangyang terjadi di pesisir Kelurahan Bentenge dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. 29. E. Teknik Analisis1. Analisis Kualitatif Kuantitatif. Data yang terjaring melalui hasil quesioner, diolah dan dianalisis denganmetode kualitatif-kuantitatif dengan menggunakan pendekatan tabulasisilang (Crosstabulation). Data yang terkumpul dilakukan kategorisasidengan skala likert, yaitu sangat berpengaruh, berpengaruh, kurangberpengaruh, tidak berpengaruh dan sangat tidak berpengaruh. Analisis kualitatif-kuantitatif yang sering juga disebut analisis deskriptifkuantitatif memperoleh data pada penelitian ini dengan cara; menghitungnilai rata-rata jawaban responden yang telah dikuantitatifkan. Hasil yangtelah diperoleh pada tahap I didistribusikan ke dalam tabel silang (crosstab)yang mengambarkan penyebaran data. Selanjutnya diinterpretasikan sesuaidengan arah dan tujuan pengembangan analisis. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan perubahan pemanfaatan ruangterhadap pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga masyarakat KelurahanBentenge saat ini. Data didapatkan melalui wawancara secara langsung danmendalam sehingga diketahui bagaimana dampak perubahan pemanfaatan ruangpeesisir Kelurahan Bentenge terhadap upacara adat masyarakat tersebut yangmendiami wilayah pesisir Kelurahan Bentenge. 30. 2. Analisis Superimpose.Dalam menunjang analisis Deskriptif kualitatif ini terdapat beberapabagian analisis deskriptif yang akan memberikan penjelasan yang konkrit dalammenganalisis rumusan masalah yaitu Analisis Superimpose. Analisis ini digunakanuntuk mengetahui seberapa besar perubahan penggunaan ruang yang sebelumnyadigunakan untuk upacara adat Maccera Binanga hingga saat ini berubah fungsisebagai kawasan perdagangan dan jasa yang beraglomerasi, dengan didasarkanpada beberapa aspek. 31. BAB IVTINJAUAN UMUM WILAYAHPENELITIAN 32. A. Gambaran Umum Kabupaten1. Kondisi Geografis Kabupaten BulukumbaKabupaten Bulukumba merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, yang secara geografis terletak pada52000 sampai 54000 LS dan 1195800 sampai 1202800 (Greenwich). Daerah ini berada di sebelah tenggaraKota Makassar, terbagi atas 10 wilayah kecamatan dan terdiri atas 24 kelurahan serta 102 desa; dengan batas wilayahsebagai berikut :Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten SinjaiSebelah timur : berbatasan dengan Teluk BoneSebelah selatan : berbatasan dengan Laut FloresSebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten BantaengSecara administratif Kabupaten Bulukumba dibagi kedalam 10 (sepuluh) Kecamatan yang terdiri atas:Kecamatan UjungbuluKecamatan GantarangKecamatan KindangKecamatan Ujung LoeKecamatan BontobahariKecamatan BontotiroKecamatan Hero Lange-Lange (Herlang)Kecamatan KajangKecamatan BulukumpaKecamatan Rilau AleLuas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2. Jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 386.239jiwa dan kepadatan penduduk 2.918 jiwa/km dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 0,61 %, kepadatanpenduduk terpadat di Wilayah Kecamatan Ujungbulu dan terjarang di Kecamatan Kindang. 33. 2. Kondisi Demografi (Kependudukan)Tabel 4.1. Banyaknya Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk MenurutKecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2008 - 2011No. KecamatanTahun Perkembangan Pertumbuhan (%)2008 2009 2010 20111.Gantarang 67.936 67.970 68.774 68.835 0.442. Ujung Bulu 41.268 41.289 41.775 42.131 0.693. Ujung Loe 36.229 36.248 36.673 36.900 0.614. Bontobahari 22.597 22.608 22.871 23.213 0.95. Bontotiro 24.336 24.349 24.633 24.986 0.886. Herlang 23.587 23.598 23.873 24.220 0.897. Kajang 44.843 44.866 45.393 45.473 0.478. Bulukumpa 54.589 54.616 55.261 55.362 0.479. Rilau Ale 34.141 34.258 34.559 34.873 0.7110. Kindang 29.694 29.709 30.058 30.246 0.62JUMLAH 379.220 379.511 383.870 386.239 6.68Sumber : Kabupaten Bulukumba Dalam Angka, 2012 34. 3. Kondisi Sosial Budaya MasyarakatMeskipun memiliki keanekaragaman suku dan latar belakang budaya masyarakatyang berbeda, namun kerukunan antar masyarakat tetap terpelihara dengan baik danmerupakan aset dalam pembangunan wilayah. Keragaman tersebut menimbulkan nilai-nilaisosial budaya yang beragam, bersumber dari agama, adat istiadat dan kebiasaan. AgamaIslam adalah agama yang dominan dianut oleh masyarakat 99,8 %, sedangkan 0,09 %menganut Kristen Protestan, Kristen Katholik sebanyak 0,05 %, Hindu 0,004 % dan Budha0,05 %. Hidup dalam suasana tolong-menolong dan gotong royong sudah menjadi ritmekehidupan sehari-hari di Kabupaten Bulukumba.Kebiasaan sosial itu sudah terlembagakan dalam istilah budaya lokal yaitu tradisikumpul bersama. Atas dasar tersebut masyarakat Bulukumba memupuk persatuan dankesatuan untuk kesejahteraan bersama. Ada juga istilah lain tentang nilai-nilai solidaritassosial dan kebersamaan masyarakat seperti saling membantu dan gotong-royong untukmenyelesaikan suatu pekerjaan tanpa mengharapkan suatu imbalan jasa. 35. B. Gambaran UmumWilayah Kecamatan Ujung Bulu1. Kondisi GeografisSecara geografis Kecamatan Ujung Bulu berada pada garis khatulistiwa 12001230 Bujur dan503230 Lintang. Secara Administrasi Kecamatan Ujung Bulu terdiri dari 9 kelurahan denganluas wilayah daratan adalah 12,53 km2 atau sekitar 1,08 % dari luas wilayah keseluruhanKabupaten Bulukumba. Adapun batas administrasi Kecamatan Ujung Bulu sebagai berikut :Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung LoeSebelah Selatan berbatasan dengan Laut FloresSebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan GangkingSebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bonto BahariTabel 4.2Luasan per Kelurahan di Kecamatan Ujung BuluKabupaten Bulukumba Tahun 2011No Kelurahan Luas Wilayah (Km2) (%) Letak Geografis1 Bintarore 1,79 14,28 P2 Kasimpureng 0,23 1,83 P3 Tanah Konkong 1,03 8,22 BP4 Loka 0,86 6,86 BP5 Bentengnge 1,00 7,98 P6 Terang - Terang 0,31 2,47 P7 Caile 2,91 22,22 BP8 Kalumeme 3,86 29,36 P9 Ela Ela 0,73 5,82 PJUMLAH 12,53 100 -Sumber : BPS - Kecamatan Ujung Bulu dalam Angka 2012Catatan : P = Pantai, BP = Bukan Pantai 36. Tabel 4.3Luas per Kelurahan di Kawasan PesisirKecamatan Ujung Bulu Tahun 2011No Kelurahan/Desa Luas (km2) %1 Bintarore 1,79 24,092 Kasimpureng 0,23 3,093 Bentengnge 1,00 13,454 Terang Terang 0,31 4,175 Kalumeme 3,68 49,526 Ela Ela 0,73 9,82JUMLAH 7,43 100Sumber : BPS - Kecamatan Ujung Bulu dalam Angka 2012Grafik 1. Perbandingan LuasWilayah per Kelurahan di Kawasan Pesisir KecamatanUjung Bulu Tahun 2012BintaroreKasimpurengBentengngeTerang-TerangEla-ElaKalumeme 37. Kondisi Demografi (Kependudukan)Tabel 4.4Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, Luas dan Kepadatan Pendudukdi Kawasan Pesisir Kecamatan Ujung Bulu Tahun 2011No Kelurahan/DesaRumahTangga(Jiwa)Penduduk(Jiwa)Luas(km2)Kepadatan(jiwa/ km2)1 Bintarore 908 4.390 1,79 2.4522 Kasimpureng 778 3.762 0,23 16.3563 Bentengnge 1.004 4.853 1,00 4.8534 Terang - Terang 574 2.777 0,31 89585 Kalumeme 1.013 4.899 3,99 1.2276 Ela - Ela 785 3.797 0,73 5.201JUMLAH 5.062 24.478 9.47 39.047Sumber : BPS - Kecamatan Ujung Bulu dalam Angka 2012Grafik 5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk diWilayah Pesisir Kecamatan UjungBulu Tahun 20114390 376248532777Jumlah Penduduk (jiwa)489937972452163564853895812275201 38. 3. Kondisi Sosial Budaya MasyarakatSebagian besar penduduk di Kecamatan Ujung Bulu adalah Suku Bugis. Bahasa sehari-hariyang dipergunakan penduduk dengan sendirinya adalah Bahasa Bugis. Budaya siri(malu) juga tetap dijunjung tinggi oleh penduduk sebagai suatu pandangan hidup. Maksuddari budaya siri adalah bahwa kita harus malu untuk melakukan sesuatu yang melanggarnorma-norma agama.Dari sisi budaya Bulukumba telah tampil menjadi sebuah legenda modern, dalamkancah percaturan kebudayaan Nasional. Bahkan melalui industri budaya dalam bentukperahu baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa-lepayang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia Internasional. Kata layar memilikipemahaman terhadap adanya subyek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitasmasyarakat Bulukumba.Selain daripada itu pengaruh dari paham animisme yang masih terlihat jelas denganmasih kentalnya upacara-upacara adat kebudayaan seperti Upacara Adat Maccera Binangayang sering dilakukan oleh masyarakat setempat. Menurut masyarakat pelaku upacara adattersebut, ini dikarenakan ritual upacara adat tersebut sarat unsur magis yang dimaksudkansebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hasil bumi danlaut. 39. 4. Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Ujung BuluKawasan Lindung, dengan fungsi utama untuk meningkatkan fungsi hidro orologiskawasan perencanaan guna mendukung pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomipotensial di bagian wilayah lainnya. Zona preservasi merupakan area yang memilikinilai konservasi tinggi yang sangat rentan terhadap gangguan dari luar sehinggadiupayakan intervensi manusia di dalamnya seminim mungkin. Dalam pengelolaannya,zona ini memperoleh perlindungan yang maksimum.Kawasan Penyangga, merupakan zona transisi antara lindung dan budidaya denganfungsi utama untuk mengendalikan perkembangan kawasan budidaya ke arah kawasanlindung. Adapun penggunaan lahan utama dalam kawasan penyangga ini adalahperkebunan atau budidaya terbatas.Kawasan Budidaya, dengan fungsi utama untuk mendorong perkembanganperekonomian kawasan perencanaan secara menyeluruh mencakup wilayah perairan danpesisir pantai. Penggunaan lahan yang utama dalam kawasan budidaya, mencakup;kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan perikanan (darat dan laut), kawasanpariwisata, perumahan dan permukiman, maupun kawasan strategis lainnya. 40. C. Gambaran Umum Kelurahan Bentenge1. Kondisi Geografis Kelurahan BentengeKelurahan Bentenge terletak di sebelah utara Kecamatan Ujung Bulu yangmemiliki luas sebesar 100 Ha atau sama dengan 1 Km, dan terbagi dalam 3Lingkungan, 9 Rukun Warga (RW), 20 Rukun Tetangga (RT). Adapun jumlahpenduduk pada tahun 2011 di Kelurahan Bentenge yakni sebesar 4.780 orang. Jadikepadatan penduduk pada Kelurahan Bentenge dengan luas 1,00 Km adalah 4.780orang/Km [1].Adapun batas-batas Kelurahan Bentenge Kecamatan Ujung BuluKabupaten Bulukumba adalah sebagai berikut :Sebelah Utara : Kelurahan Loka.Sebelah Timur : Kelurahan Terang-Terang.Sebelah Selatan : Laut Flores.Sebelah Barat : Kelurahan Kasimpureng. 41. Tabel 4.9Luasan per RukunWarga (RW) di Kelurahan Bentenge Tahun 2011No Rukun Warga Luas Wilayah (m2) (%) Letak Geografis1 RW 1 91,6 9,16 BP2 RW 2 120,45 12,05 P3 RW 3 160,65 16,07 P4 RW 4 103,41 10,34 BP5 RW 5 111,11 11,11 P6 RW 6 97,88 9,79 P7 RW 7 121,34 12,13 BP8 RW 8 89,70 8,97 BP9 RW 9 103,84 10,38 BPJUMLAH 1000 100 -Sumber : BPS - Kelurahan Bentenge dalam Angka 2012Catatan : P = Pantai, BP = Bukan Pantai 42. 2. Kondisi Fisik Alam Kelurahan Bentengea. Topografi dan Kemiringan LerengKondisi topografi wilayah Kelurahan Bentenge memiliki dimensi yang sama yakniberada pada daerah pesisir dengan ketinggian 0-25 meter dari permukaan laut (mdpl)atau merupakan wilayah dataran rendah. Ditinjau dari tingkat kemiringan lereng,wilayah tersebut mempunyai kemiringan 0-2% dengan total luas wilayah adalah 1Km2 atau total keseluruhan wilayah Kelurahan Bentenge.b. Geologi dan Jenis TanahJenis tanah di kawasan pesisir dan laut Kelurahan Bentenge didominasi oleh tanahAlluvial Hidromorf dan juga terdiri dari tanah Mediteran Coklat Kemerahan.Sedangkan keadaan geologi merupakan gambaran strutur tanah pembentuk suatudaerah. Adapun penyebaran geologi di Kelurahan Bentenge terdiri atas BatuanGunung Api Lompobattang yang tersusun atas breksi, lahar dan tufa dan SatuanEndapan Alluvium Pantai. 43. 3. Kondisi Demografi (Kependudukan) Kelurahan BentengeTabel 4.10Perkembangan Jumlah Penduduk di Kelurahan Bentenge Kabupaten BulukumbaTahun 2011No. Tahun Jumlah Penduduk Perkembangan Penduduk (%)1. 2007 7.61312,932,050,961,482. 2008 8.5983. 2009 8.7744. 2010 8.8585. 2011 4.780Sumber : Profil Kelurahan Bentenge, Tahun 2012 44. 5. Sosial Budaya (Upacara Adat Maccera Binanga)Maccera Binanga adalah suatu prosesi bdaya yang bersumber dari tradisi masyarakatpesisir sebagai wujud kesyukuran atas limpahan-limpahan nikmat hasil laut dari AllahSubhanahu Wa Taala, Sang Penguasa Jagad Raya.MacceraBinanga adalah simbol kedekatan para nelayan terhadap fenomena alam danmenjadi sebuah kesepakatan rohani antara harapan-harapan manusiawi dengan semangatlaut sebagai sumber penghidupan.Darah yang dialirkan ke laut menggambarkan sikap pengorbanan yang tulus diiringidoa-doa keselamatan agar para nelayan senantiasa mendapatkan rezeki dari laut danlautpun dengan ramah memperlihatkan isi perutnya kepada manusia. Maccera yang berartimengalirkan darah. Sedangkan Binanga artinya muara sungai. Mengalirkan darah di muarasungai, ditafsirkan oleh para leluhur sebagai perilaku terpuji dalam konteks menghormatialam, khususnya makhluk ghaib, penghuni wilayah pertemuan antara sungai dan laut, ataupenunggu muara. 45. Gambar Prosesi Upacara Adat Maccera Binanga pada Tahun 2009 46. BAB VANALISIS DANPEMBAHASAN 47. Tabel 5.1Perkembangan Pelaksanaan Upacara Adat Maccera Binanga diKelurahan Bentenge Kabupaten BulukumbaNo. Tahun Waktu Pelaksanaan Ket.1 2007 7 Oktober 2007 Terlaksana2 2008 6 Juli 2008 Terlaksana3 2009 6 September 2009 Terlaksana4 2010 - Tidak Terlaksana5 2011 - Tidak TerlakasanaSumber: Dewan Kesenian Daerah Bulukumba, & Survey Lapangan, 2013. 48. Tabel 5.2Perkembangan Mata Pencaharian PendudukKelurahan Bentenge Tahun 2009-2011Sumber: Profil Kelurahan Bentenge, Tahun 2012No. Mata Pencharian Penduduk Tahun 2009 Mata Pencharian Penduduk Tahun 2011 PersentasePerkembangan (%)Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk(jiwa)Jenis Mata Pencaharian JumlahPenduduk(jiwa)1. Buruh / Swasta 96 Buruh / Swasta 102 0,562. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 103 Pegawai Negeri Sipil(PNS)127 2,273. Pengrajin 11 Pengrajin 13 0,184. Pedagang 187 Pedagang 394 1,235. Penjahit 18 Penjahit 20 0,186. Tukang Batu 26 Tukang Batu 27 0,097. Tukang Kayu 12 Tukang Kayu 12 08. Perikanan/Nelayan 401 Nelayan 202 0,099. Montir 21 Montir 23 0,1810. Dokter 1 Dokter 1 011. Sopir 15 Sopir 15 012. Pengemudi Becak 25 Pengemudi Becak 24 -0,9513. TNI / POLRI 62 TNI / POLRI 62 014. Pengusaha 32 Pengusaha 32 0Jumlah 1.042 Jumlah 1.054 3,83 49. No. Pemanfaatan Lahan Tahun 2009-2011Luas Lahan(Ha)(%) Periode Tahun 2007-2009Luas Lahan(Ha)(%)LajuPerkembangan(%)1 Permukiman 58,36 58,36Permukiman, Tambak &Lahan Kosong54,97 54,97 3,392 Perdagangan dan Jasa 3,83 3,83 Permukiman dan Tambak 3,76 3,76 0,073 Perkantoran 4,19 4,19 Perkantoran & RTH 4,12 4,12 0,074 RTH/Taman Kota 9,11 9,11 RTH & Delta 10,8 10,8 1,795 Fasilitas Peribadatan 0,22 0,22 Fasilitas Peribadatan 0,22 0,22 -6 Fasilitas Kesehatan 0,13 0,13 Fasilitas Kesehatan 0,13 0,13 -7 Fasilitas Pendidikan 1,47 1,47 Lahan Kosong 2,72 2,72 1,288 Tambak 2,32 2,32 Tambak 2,32 2,32 -9 Delta 8,48 8,48 Delta 8,9 8,9 0,4210Pusat Pelelangan Ikan & TempatPendaratan Ikan0,79 0,79 Delta 1,44 1,44 0,65Jumlah 100 100Jumlah100 100 7,67Tabel 5.3Laju Perkembangan Pemanfaatan LahanDi Kelurahan Bentenge Kabupaten BulukumbaSumber : Hasil Survey Lapangan dan Kantor Kelurahan Bentenge Kab. Bulukumba 50. Tabel 5.4Penilaian Responden Tentang Perubahan Pemanfaatan Lahan di Kelurahan Bentenge(Hasil Kuesioner Tahun 2013)F % F % F % F % F %Sangat Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Berpengaruh 24 60 15 75 16 80 12 60 67 67Kurang Berpengaruh 12 30 5 25 4 20 4 20 25 25Tidak Berpengaruh 4 10 0 0 0 0 4 20 8 8Sangat Tidak Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Jumlah 40 100 20 100 20 100 20 100 100 100Keterangan:1. Warga Masyarakat2. Pemilik/PenyewaBangunan Komersial3. WargaPerumahan4. PemerintahJumlahPenilaian RespondenIdentitas Responden1 2 3 4Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013 51. Tabel 5.5Penilaian Responden Tentang Perbedaan Tingkat Pendapatan Terhadap PerubahanPemanfaatan Ruang di Kelurahan Bentenge (Hasil Kuesioner Tahun 2013)F % F % F % F % F %Sangat Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Berpengaruh 21 52.5 17 85 15 75 14 70 67 67Kurang Berpengaruh 10 25 2 10 4 20 5 25 21 21Tidak Berpengaruh 9 22.5 1 5 1 5 1 5 12 12Sangat Tidak Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Jumlah 40 100 20 100 20 100 20 100 100 100Keterangan:1. Warga Masyarakat2. Pemilik/PenyewaBangunan Komersial3. WargaPerumahan4. PemerintahJumlahPenilaian RespondenIdentitas Responden1 2 3 4Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013 52. Tabel 5.6Penilaian Responden Tentang Perbedaan Profesi/Mata Pencaharian TerhadapPerubahan Pemanfaatan Ruang di Kelurahan Bentenge (Hasil Kuesioner Tahun 2013)F % F % F % F % F %Sangat Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Berpengaruh 19 47.5 13 65 8 40 9 45 49 49Kurang Berpengaruh 12 30 3 15 10 50 5 25 30 30Tidak Berpengaruh 9 22.5 4 20 2 10 6 30 21 21Sangat Tidak Berpengaruh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Jumlah 40 100 20 100 20 100 20 100 100 100Keterangan:1. Warga Masyarakat2. Pemilik/PenyewaBangunan Komersial3. WargaPerumahan4. PemerintahJumlahPenilaian RespondenIdentitas Responden1 2 3 4Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2013 53. No.Tabel 5.7Rekapitulasi Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan PenggunaanRuang di Kelurahan Bentenge (Hasil Analisis, 2013)Faktor-Faktor YangMempengaruhi PerubahanPemanfaatan Ruang TerhadapPelaksanaan Upacara AdatMaccera BinangaIndikatorNilai hasilCrosstab (%)Standar NilaiPengaruhNilai Bobot Kesimpulan1. Faktor Fisik Spasial Kota- Terjadi perubahanpemanfaatan lahan- Berkembangnyabangunan-bangunankomersil676766.67-10066,67-10044BerpengaruhBerpengaruh2.Faktor Tingkat KesejahteraanMasyarakat Kota- Perbedaan TingkatPendapatan- Perbedaan Profesi/MataPencaharian674966.67-10066.67-100 33BerpengaruhKurang BerpengaruhSumber : Hasil Analisis 2013 54. BAB VIPENUTUP 55. KesimpulanDari hasil analisis dan pembahasan untuk menjawab tujuan dari penelian ini maka dapat ditarikkesimpulan sebagai berikut:Dari hasil penelitian dan penilaian responden yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwaperubahan pemanfaatan ruang di pesisir Kelurahan Bentenge mempengaruhi pelaksanaan upacara adatMaccera Binanga. Hal ini dikarenakan tempat pelaksanaan upacara adat Maccera Binanga telah beralihfungsi menjadi kawasan perdagangan dan jasa, yang idealnya dilarang pembangunan didalamnya.Dari hasil penilaian responden yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruhyang menyebabkan sehingga upacara adat Maccera Binanga tidak dilaksanakan lagi di KelurahanBentenge adalah terjadinya perubahan pemanfaatan lahan dan berkembangnya bangunan-bangunankomersial di wilayah penelitian.SaranBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan, maka penelitian ini merekomendasikanbeberapa hal sebagai saran dalam rangka pengendalian kriminalitas di perkotaan khususnya di wilayahpenelitian kami, yaitu:Dalam aspek penataan ruang agar kiranya pemerintah lebih konsisten dalam pemanfaatan ruang kotadengan tetap memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) yang berada di Kelurahan Bentenge sehinggamampu memberikan dampak positif pada masyarakat local di Kelurahan Bentenge. Agar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba dapat direvisi, untuk sekiranyakawasan pesisir Kelurahan Bentenge dimasukkan pada RTRW dan dijadikan Kawasan Heritage(Budaya).Perlunya partisipasi masyarakat yang berada di sekitar daerah-daerah pembangunan untuk diajak opendiscussion sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dikarenakan kurangnya komunikasipemerintah-masyarakat lokal. 56. SEKIANTERIMA KASIH.