Semar I(embar -...

Post on 05-Jun-2019

260 views 1 download

Transcript of Semar I(embar -...

Pikiran Rakyat

Semar I(embarS EMAR dalam bahasa

(filosofi) Jawa disebutBadranaya. Bebadra

sama dengan membangunsarana dari dasar; Naya samadengan utusan mangrasul.Badranaya berarti mengembansifat membangun dan rnelak-sanakan perintah Allah demikesejahteraan manusia. Dalamkonteks javanologi, Semarsama dengan haseming samarsamar. Secara harfiah berartisang penuntut makna kehidu-pan. Semar tidak lelaki danbukan perempuan, tangankanannya ke atas dan tangankirinya ke belakang. Maknanya,sebagai pribadi, tokoh Semarhendak mengatakan simbolsang mahatunggal. Sementaratang an kirinya bermaknaberserah total dan mutlaksekaligus simbol keilmuan yangnetral tetapi simpatik.

Domisili Semar adalah seba-gai Lurah Karangdempe.Karang artinya gersang, de111-pel artinya keteguhan jiwa.Rambut semar kuncung (dar-wadasajperibahasa Jawakuno) maknanya hendak me-.ngatakan akuning sang kun-cung sama dengan sebagaikepribadian pelayan. Semar se-bagai pelayan, melayani umattanpa pamrih. Kain semarparang kusumorojo, dalamfilosofi J awa merupakan per-wujudan untuk menuntunmanusia agar menegakkankeadilan dan kebenaran di bu-mi.

Dalam menangani kasussimulator SIM yang menjeratpetinggi Polri ini, seolah-olahkedudukan Polri ataupun KPKbagaikan Semar kembar. Beta-pa tidak, keduanya memilikikarakter Semar dalam tokoh

pewayangan yang sangat dihor-mati. Namun,jika ada dua Se-mar dalam menangani satu ka-sus korupsi, hal ini sangatmembingungkan.

Sebagai panutan, Semarmenjadi tolok ukur nilai-nilaikehidupan yang baik. Namun,mengapa Polri dan KPK salingberebutan untuk menyele-saikan masalah yang sangatmemurukkan bangsa ini ke ju-rang kenistaan, yaitu korupsi.Polisi dengan budaya dan se-mangat korps yang tinggi inginmelindungi anggotanya denganmenggunakan alasan yang seo-lah-olah mengedepankan se-mangat penegakan hukumyang tinggi. Sementara KPKatas nama perintah perundang-undangan merasa berhak un-tuk menangani kasus tersebut.

Para pakar hukummenawarkan puluhan pendap-at dan "resep" dalam -mena-ngani kasus simulator SIM ini.Namun, pertanyaan men-dasarnya, mengapa hal serupaini harus terjadi dalam jagathukum kita. Apa yang salah.Apakah harus turun BhataraNarada untuk menyelesaikan-nya. Haruskah SBY sebagaipersonifikasi dari nilai-nilai ke-Bhatara Narada-an turun kebumi untuk menyelesaikan-nya? Tampaknyajagat hukumkita mengalami kesulitan me-ngurus dirinya sendiri. Kebe-naran hukum menjadi begitu

Iq I pin I Hum iI sUn p II d 2 01 2

getas ketika berhadapan de-ngan kepentingan. Hukummenjelma menjadi instrumenBegawan Dorna atau PatihSangkuni yang mampu mengo-lah hukum menjadi adonan ke-pentingan diri.

Rasanya yang tersisahanyalah kebangkrutan.hukum, runtuhnya wibawahukum. Sandhuanqkalaninqhukum di negeri .ini karenadalam kenyataannya setiap harikita disuguhi berbagai keny-ataan pahit tentang betapatidak berfungsinya hukum. Se-tiap hari kita dibanjiri beritatentang ketidakmampuanpenegak hukum menjalankantugasnya dalam penegakanhukum. Bahkan sebaliknya,para penegak hukum justru"mempermainkan" hukumdalam genggamannya. Hukumdicundangi oleh aparatur ne-gara. Mereka melegitimasi per-buatannya dengan mengatas-namakan hukum. Dalam ter-minologi kriminologi, pelang-garan hukum ataupun keja-hatan yang dilakukan olehaparatur negara disebut seba-gai kejahatan sempurna (per-fect crime) yang sangat sulitdibuktikan karena pelaku se-cara personal ataupun institusiberlindung di balik kekuasaandan menggunakan media mas-sa sebagai bumper. Untuk itu,dibutuhkan kesadaran kolektifmedia massa bersama-sama

, dengan komponen bangsa lain-nya untuk memerangi keja-hatan sempurna ini, tidak terje-bak untuk ikut bermain di-dalammya.

Jika dilihat perkembanganpenanganan kasus SimulatorSIM ini, menurut penulis akantercipta suasana cicak vs buayajilid II karena ketidakjembaranhati pihak kepolisian denganbegitu kukuh menggunakanpower-nya menekan KPK agardapat menangani kasus ini.ApaIagi MenpoIhukham JokoSuyanto secara tersirat mem-beri sinyal agar KPK dalammenangani kasus ini bersinergidengan Polri berdasarkan MoDtersebut. Hal ini menampakanbahwa pemerintah bersikap"banci" dalam mendorongterseIesaikannya "perebutan"kewenangan nienangani kasusSimulator SIM ini.

Meskipun Iangkah PoIri inihanyalah berpegang pada MoDyang notabene dibandingkandengan KPK sebagaimanadiatur dalam pasal 50 ayat 1,3,dan 4 DD Komisi Pemberan-tasan Tindak Pidana KorupsiNo. 30 Tahun 2002, yangberwenang untuk mengambilalih penanganan perkara ko-rupsi. MoU yang menjadi dasarhukum PoIri tidak memiIikidasar hukum yang kuat karenaMoU dibandingkan dengan un-dang-undang tentu saja dapatdikesampingkan. Jika PoIritetap kukuh untuk menanganikasus ini masyarakat akan curi-ga, jangan-jangan ada per-soaIan yang hendak ditutupiPoIri.

PoIri yang merupakan suatuinstitusi yang menjadi "etalasebangsa" daIam penegakanhukum sebaiknya menye-

rahkan saja sepenuhnya pena-nganan kasus ini kepada KPKkarena kasus ini dapat menjadimomen yang penting bagi PoIriuntuk mereformasi diri daridalam konteks· penegakanhukum. ApaIagi, PoIri adaIahinstitusi yang memiIiki karak-teristik tokoh Semar dalam pe-wayangan yang penuh pengab-dian pada bangsa dan negara;Tangan, kuncung, danjiwanyasepenuhnya tersaji untukkemuIiaan perannya. Kondisidan situasi "Semar kembar" initidak kondusif bagi khazanahpenegakan hukum di negeri ini,khususnya daIam upaya pem-berantasan korupsi. Janganlahkarena sikap egoisme sektoralinstitusi PoIri yang mungkinsaja berakar pada keinginanmeIindungi segelintir petinggiPolri seIuruh institusinya harusmenanggung beban. Ya, kare-na niIa setitik rusak sususebelanga. ***