Post on 16-Mar-2019
i
SELF REGULATED LEARNING DITINJAU DARI GOAL
ORIENTATION
(Studi Komparasi Pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang)
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Anggi Puspitasari
1511409010
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini dengan judul
“Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Siswa
SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang)” benar-benar hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 22 Agustus 2013
Anggi Puspitasari
1511409010
iii
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Self Regulated Learning ditinjau dari Goal Orientation
(Studi Komparasi Siswa SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang)” telah
dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada tanggal 22 Agustus 2013.
Panitia
Ketua Sekretaris
Drs. Sutaryono M.Pd Liftiah S. Psi, M.Si NIP 19570825 198303 1 015 NIP 19690415 199703 2 002
Penguji utama
Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A NIP 19791203 200501 1 002
Penguji I Penguji II
Dr. Edy Purwanto, M.Si. Dyah Indah N., S.Psi., M.Psi. NIP 19630121 198703 1 001 NIP 19771127 200912 2 005
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Motto
1. Bismillahirrahmanirrahim (Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang)
2. Sedih seperlunya, marah sekedarnya, bersyukur sebanyak-banyaknya
PERUNTUKAN:
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Ibu Indah Cahyani
Bapak Saptono
Adik Rizal Reynaldo Satria W.
Teman-teman Psikologi Unnes Angkatan 2009
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, serta
hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Self Regulated
Learning ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Siswa SMA N 1
Mertoyudan Kab. Magelang)”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Drs. Hardjono, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang
2. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing I
yang telah memberikan saran serta arahan dan membantu kelancaran ujian
skripsi.
3. Drs. Sutaryono M.Pd., sebagai ketua panitia pengujian skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan
4. Luthfi Fathan Dahriyanto S.Psi, M.A., sebagai penguji utama sidang
skripsi
5. Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi. dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.
6. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si sebagai dosen wali, terima kasih atas
saran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
vi
7. Seluruh warga sekolah SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang yang
telah banyak membantu serta berpartisipasi dalam penelitian.
8. Mama, Papa dan Adikku, yang selalu mendoakan untuk kesuksesan
penulis serta mendukung dalam keadaan apapun, hanya dua kata keajaiban
yang selalu ingin aku ucapkan ”Maaf dan Terima Kasih”
9. Teman terdekat penulis, Atika terimakasih untuk segala dukungan dan
motivasi yang sudah diberikan selama ini.
10. Teman-teman Psikologi 2009 (khususnya Happy, Riris dan Trias) terima
kasih atas pengalaman dan perjuangan bersama kita selama menempuh
kuliah di Psikologi ini.
11. Keluarga Semarang tercinta, Om Agus, Mbak Dyah, Nadia, Reza terima
kasih untuk kasih sayang dan kebersamaannya selama 4 tahun.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan
skripsi.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan
semua pihak pada umumnya.
Semarang, 22 Agustus 2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Puspitasari, Anggi. 2013. Self Regulated Learning Ditinjau dari Goal Orientation (Studi Komparasi Pada Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Edy Purwanto, M.Si., Pembimbing II: Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M. Psi.
Kata Kunci : Self Regulated Learning, Goal Orientation, Siswa SMA.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena masih kurangnya pengaturan diri siswa dalam belajar (self regulated learning), di mana hal tersebut dapat berpengaruh negatif pada kualitas dan kuantitas pembelajaran. Perbedaan goal orientation antara mastery goal dengan performance goal dapat menjadi penyebab tinggi rendahnya self regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Komparasi. Subjek penelitian berjumlah 128 siswa yang dibagi menjadi dua kelompok mastery goal dan performance goal. Teknik sampling yang digunakan adalah Probability Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Data penelitian diambil menggunakan skala self regulated learning dan skala goal orientation. Skala self regulated learning terdiri dari 51 aitem valid dan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya 0,939. Skala goal orientation terdiri dari 7 aitem mastery goal valid dan 10 aitem performance goal valid dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0,780 untuk aitem mastery goal dan 0,752 untuk aitem performance goal. Berdasarkan uji perbedaan menggunakan teknik uji t dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai t = 6,823 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self regulated learning antara siswa mastery goal dengan siswa performance goal.
Berdasarkan hasil uji analisis menunjukkan bahwa self regulated learning siswa mastery goal lebih baik daripada siswa performance goal, di mana mean empirik siswa mastery goal lebih tinggi dari mean empirik siswa performance goal (147,03>129,83)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN .................................................................................................. ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14
2.1 Self Regulated Learning ......................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Self Regulated Learning ........................................................ 14
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning .................. 19
2.1.3 Strategi Self Regulated Learning ............................................................ 23
2.1.4 Karakteristik Siswa yang Memiliki Self Regulated Learning .................. 29
ix
2.2 Remaja Awal.......................................................................................... 30
2.2.1 Karakteristik Remaja Awal .................................................................... 30
2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja Awal ............................................. 33
2.3 Goal Orientation .................................................................................... 35
2.3.1 Pengertian Goal Orientation................................................................... 35
2.3.2 Karakteristik Goal Orientation .............................................................. 37
2.4 Perbedaan Self Regulatd Learning ditinjau dari Goal Orientation Siswa
SMA ..................................................................................................... 44
2.5 Hipotesis ................................................................................................ 48
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 49
3.1 Jenis Penelitian....................................................................................... 49
3.2 Desain Penelitian.................................................................................... 49
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 50
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 50
3.3.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................ 51
3.3.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian ...................................................... 52
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................. 53
3.4.1 Populasi ................................................................................................. 53
3.4.2 Sampel ................................................................................................... 54
3.5 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 55
3.5.1 Skala Goal Orientation .......................................................................... 57
3.5.2 Skala Self Regulated Learning ................................................................ 60
3.6 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 61
x
3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian ................................................................ 61
3.6.2 Validitas ................................................................................................ 65
3.6.3 Reliabilitas ............................................................................................. 65
3.7 Pelaksanaan Uji Coba ............................................................................ 67
3.8 Metode Analisis Data ............................................................................. 68
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 70
4.1 Persiapan Penelitian ............................................................................... 70
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................... 70
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian................................................................... 71
4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 72
4.2.1 Pengumpulan Data ................................................................................. 72
4.2.2 Pelaksanaan Skoring .............................................................................. 72
4.3 Analisis Deskripsi .................................................................................. 73
4.3.1 Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Kabupaten Magelang ditinjau dari Goal Orientation........... 73
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................................... 89
4.4.1 Hasil Uji Asumsi .................................................................................... 89
4.4.2 Uji Perbedaan data T-test ....................................................................... 92
4.5 Pembahasan ........................................................................................... 93
4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Gambaran Self Regulated Learning
ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang..................................... ........................................ 93
xi
4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Perbedaan Self Regulated Learning
ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang ............................................................................. 97
4.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 102
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 103
5.1 Simpulan .............................................................................................. 103
5.2 Saran .................................................................................................. 103
Daftar Pustaka ................................................................................................. 105
Lampiran ......................................................................................................... 109
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Blue Print Skala Goal Orientation .......................................................... 58
3.2 Kriteria Mastery Goal ............................................................................. 58
3.3 Kriteria Performance Goal ...................................................................... 59
3.4 Blue Print Skala Self Regulated Learning ................................................ 61
3.5 Perbaikan Item Uji Coba Kualitatif ......................................................... 62
3.6 Sebaran item Uji Coba Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba . 64
3.7 Sebaran Item Penelitian Self Regulated Learning .................................... 64
3.8 Reliability Statistic Skala Goal Orientation kelompok Mastery goal ...... 66
3.9 Reliability Statistc Skala Goal Orientation Kelompok Performance Goal 67
3.10 Reliability Statistic Skala Self Regulated Learning .................................. 67
3.11 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik.................. 68
4.1 Kriteria Self Regulated Learning ............................................................. 74
4.2 Gambaran Self Regulated Learning ......................................................... 74
4.3 Gambaran Rehearsing and Memorizing ................................................... 76
4.4 Deskriptif Statistik Rehearsing and Memorizing ..................................... 77
4.5 Gambaran Goal Setting and Planning ..................................................... 78
4.6 Deskriptif Statistik Goal Setting and Planning ........................................ 79
4.7 Gambaran Self Evaluating ....................................................................... 79
4.8 Deskriptif Statistik Self Evaluating .......................................................... 80
xiii
4.9 Gambaran Self Consequenting ................................................................. 81
4.10 Deskriptif Statistik Self Consequenting ................................................... 82
4.11 Gambaran Seeking Information ............................................................... 82
4.12 Deskriptif Statistik Seeking Information .................................................. 83
4.13 Gambaran Keeping Records and Self Monitoring .................................... 84
4.14 Deskriptif Statistik Keeping Record and Self Monitoring ........................ 85
4.15 Gambaran Environmental Structuring ..................................................... 86
4.16 Deskriptif Statistik Environmental Structuring ........................................ 87
4.17 Gambaran Seeking Social Asisstance ....................................................... 87
4.18 Deskriptif Statistik Seeking Social Assistance.......................................... 88
4.19 Rangkuman Penjelasan Deskriptif Self Regulated Learning Ditinjau dari
Goal Orientation ..................................................................................... 89
4.20 Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ....................................................... 90
4.21 Uji Homogenitas Data Penelitian ............................................................ 91
4.22 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan T-test ................................................... 92
4.23 Deskriptif Grup Statistik ......................................................................... 93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Analysis of Self-Regulated Functioning ................................................... 20
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................... 48
3.1 Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 53
4.1 Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Magelang ............................................................................ 75
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Matriks Item Goal Orientation ................................................................. 110
2. Instrumen Penelitian ................................................................................. 113
3. Gambaran Populasi Penelitian .................................................................. 123
4. Tabulasi Data Skor Penelitian ................................................................... 125
5. Uji Validitas & Reliabelitas Instrumen ..................................................... 139
6. Hasil Uji Asumsi ...................................................................................... 150
7. Hasil Uji Perbedaan .................................................................................. 152
8. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 154
9. Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 156
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah
selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal
ini dicantumkan dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 :
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
Dalam dunia pendidikan, terdapat istilah kurikulum yang menjadi
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006).
Menurut BSNP (2006) kurikulum tersebut disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerahnya. Pengembangan kurikulum
tersebut sering dinamakan dengan sebutan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Pada KTSP jenjang pendidikan menengah, diharapkan
dapat meningkatkan kecerdasaan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan siswa untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
2
Siswa sekolah menengah menurut Monks (2006: 262) termasuk dalam
masa remaja awal yang mempunyai usia berkisar 15 sampai dengan 18 tahun.
Salah satu karateristik masa remaja awal menurut Slazman adalah perubahan
dari sikap tergantung ke arah kemandirian (Pikunas, 1976 dalam Yusuf, 2011:
184). Adapun salah satu tugas perkembangan masa remaja awal menurut
Hurlock (1991: 209-10) adalah mencapai kemandirian ekonomi dan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat dan tujuan kurikulum pendidikan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) diharapkan dapat mencapai kemandirian, baik dalam sosial ekonomi
dan pembelajaran. Siswa yang mandiri akan cenderung memilih dan
bertanggung jawab atas dirinya. Kemandirian ini juga diharapkan muncul
pada saat proses belajar, dimana siswa seharusnya dapat mengatur jam belajar
sendiri, memilih kegiatan-kegiatan mana yang dapat menunjang prestasi
akademiknya, menyusun strategi-strategi dalam belajar dan perilaku-perilaku
lainnya yang menandakan bahwa siswa bertanggung jawab atas dirinya agar
dapat berprestasi.
Kecenderungan siswa yang mandiri dalam belajar berbanding lurus
dengan kemampuan siswa untuk mengatur dirinya. Siswa yang mengatur
dirinya akan mengontrol diri agar mendapatkan prestasi dalam belajar.
Kemampuan mengatur diri siswa dalam proses belajar ini sering disebut
dengan kemampuan Self Regulated Learning (SRL). SRL sendiri dalam
bahasa Indonesia sering disebut dengan kemandirian belajar atau regulasi diri
dalam pembelajaran. Salah satu komponen dalam self regulation, yaitu
3
meregulasi usaha yang mempunyai hubungan dengan prestasi dan mengacu
pada niat siswa untuk mendapatkan sumber, energi, dan waktu untuk dapat
menyelesaikan tugas akademis yang penting (Wolters dkk., 2003: 24). Shunck
(1996, dalam Shunck dkk, 2008: 157) juga berpendapat bahwa siswa yang
mengeksplorasi bagaimana tujuan dan evaluasi diri akan mempengaruhi hasil
prestasinya. Oleh karena itu, tujuan dan evaluasi merupakan bagian dari siklus
self regulation.
Kemampuan SRL sendiri dibutuhkan siswa agar mampu mengatur dan
mengarahkan dirinya sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri
dalam menghadapi tugas-tugas pembelajaran. SRL merupakan kemampuan
individu pemantauan diri, pengaturan, dan pengendalian yang diarahkan oleh
tujuan belajar dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu, dengan adanya self
regulated learning siswa diharapkan lebih bisa menunjukkan perilaku-
perilaku atau usaha yang dapat menunjang keberhasilannya dalam proses
belajar.
Siswa yang memiliki self regulated learning tinggi akan lebih memilih
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang cita-citanya. Bukti konkrit siswa
harus memilih hal yang dapat menunjang cita-citanya adalah pada saat siswa
menduduki bangku SMA. Siswa dituntut untuk mulai memilih jurusan seperti
Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial atau Bahasa.
Pada masa perkembangan siswa SMA ini, terdapat penguatan dalam
mengambil keputusan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Mappiare (1982)
bahwa memang pada masa remaja, minat dan cita-cita berkembang, dan hal
4
itu bersifat pemilihan dan berarah-tujuan. Pemilihan jurusan seharusnya
ditentukan sesuai dengan keinginan yang dicapai, bagaimana nanti
menjalankannya, dan bagaimana mempertanggungjawabkan apa yang telah
dipilih.
Berdasarkan segi kognitif, perkembangan strategi kognitif yang
mencakup rehearsal, elaboration, dan organizational pada siswa SMA sudah
mencapai pada tahap yang lebih kompleks dari sebelumnya. Pada siswa SMA
menurut McDevitt & Ormord (2002, dalam Desmita, 2011: 143), strategi
elaboration siswa menggunakan pengetahuan lama guna memperluas atau
memperdalam pengetahuan baru sehingga dapat lebih efektif dalam
mempelajarinya, digunakan oleh siswa yang memiliki prestasi akademik
tinggi. Strategi kognitif elaboration lebih komplek dibandingkan kedua
strategi yang lain. Menurut Carol & David R (1995, dalam Desmita, 2011: 94)
pada masa remaja, terjadi reorganisasi lingkaran saraf frontal lobe (belahan
otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral). Frontal lobe ini
berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan
merumuskan perencanaan strategi atau kemampuan mengambil keputusan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seharusnya
SRL berkembang pada siswa SMA untuk menunjang prestasi belajarnya
Hal positif lain dari self regulated learning berada pada penentuan
tujuan, perencanaan, dan memonitor diri yang menjadi aspek penting bagi
prestasi anak dan remaja (Anderman & Wolters, 2006; Schunk, Pintrich, &
Meece, 2008; Wigfield & lainnya, 2006, dalam Santrock, 2009: 498). Oleh
5
karena itu, pentingnya siswa memiliki kemampuan self regulated learning
untuk menunjang keberhasilan proses belajarnya.
Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih rendahnya
self regulated learning siswa dalam proses belajar mengajar. Terdapat
fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Rajapolah tahun ajaran 2008/2009
sampai tahun ajaran 2010/2011 dalam penelitian Pujiati (2010) menunjukkan
bahwa kemandirian belajar yang belum “ajeg” mencakup perilaku (1)
terlambat ke sekolah, (2) tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan
alasan tertinggal di rumah, (3) mencontek pada saat ulangan, (4) kurang
memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai sumber belajar, (5) serta
pernyataan beberapa siswa yang mengatakan bahwa belajar di sekolah tidak
akan mempengaruhi hasil prestasi yang dicapainya, karena anggapan negatif
dari luar tentang dirinya.
Penelitian Yoenanto (2010: 92) pada siswa akselerasi di SMP di Jawa
Timur menunjukkan data tingkat SRL siswa SMP N 2 Jember memiliki skor
rerata = 51,66. Siswa akselerasi SMP N 1 Bondowoso rerata = 51,56 dan
siswa SMP N 1 Surabaya dengan rerata 50,85 serta yang paling rendah tingkat
SRLnya yaitu siswa SMP N 1 Tuban dengan rerata sebesar 48,36. Apabila
rerata siswa SMP akselerasi ini ditotal terdapat tingkat SRL sebesar 50,13.
Dengan demikian, hanya sebagian dari total siswa yang memiliki SRL tinggi
dari berbagai SMP akselerasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Widiyastuti (2012) diperoleh data
tingkat self regulated learning siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nagreg tahun
6
pelajaran 2011/2012 sebanyak 2,73% berada pada tingkat SRL tinggi, 15,45%
tingkat SRL sedang, 46,36% tingkat SRL rendah dan 35,45% tingkat SRL
sangat rendah. Siswa dengan SRL yang rendah seperti tidak tuntasnya nilai
KKM siswa, rendahnya keinginan untuk mengerjakan tugas dengan usaha
optimal dan tepat waktu, rendahnya usaha dan kemauan siswa dalam meminta
perbaikan (remedial) kepada guru mata pelajaran yang nilainya belum tuntas,
siswa tidak memiliki jadwal belajar rutin setiap hari, dan siswa belajar saat
akan ujian dengan metode klasik ‘belajar kebut semalam’ (SKS).
Indikasi lain yang menunjukkan self regulated learning rendah adalah
melakukan kecurangan akademik seperti mencontek. Hal ini dikarenakan
siswa yang memiliki self regulated learning tinggi akan mempersiapkan diri
dengan berbagai usaha dan strategi dalam belajar, maka kecenderungan
melakukan kecurangan akademik akan rendah. Diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan Ashifa (2011) di SMPN 10 Bandung menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara self regulated learning dengan perilaku mencontek.
Berdasarkan beberapa indikator siswa yang memiliki SRL rendah dari
penelitian sebelumnya, peneliti melakukan wawancara pada bulan Februari
2013 terhadap beberapa siswa dan dua guru mata pelajaran. Hasil dari
wawancara tersebut menyatakan bahwa beberapa siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Kabupaten Magelang masih memiliki nilai yang belum tuntas,
mencontek pada saat ulangan dan pekerjaan rumah teman, kurang
memanfaatkan fasilitas perpustakaan, terlambat mengumpulkan tugas, siswa
7
suka berbicara atau melakukan kegiatan lain pada waktu diterangkan oleh
guru, lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak masuk dalam pelajaran.
Berdasarkan fenomena di atas kita dapat melihat bahwa masih
kurangnya self regulated learning dalam proses pembelajaran. Seharusnya
proses pembelajaran dilakukan karena kemauan, pilihan dan tanggung jawab
sendiri, bukan untuk sekadar masuk ke sekolah favorit, sarana memperoleh
gelar, status sosial yang lebih tinggi atau sekedar menyenangkan orang tua.
Self regulated learning (SRL) selalu mengarah pada beberapa tujuan,
yang terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan
menentukan tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi
pencapaian tujuan. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa goal orientation
menjadi penunjangnya (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007:
14).
Menurut Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 142) siswa dengan tujuan
dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam
kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan
memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan.
Self regulated learning yang dihasilkan mengacu pada pikiran, perasaan dan
tingkah laku yang ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan
perencanaan terarah (Zimmerman, dalam Schimtz dan Wiese 2006: 66).
Kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa goal orientation yang
jelas akan meningkatkan kemampuan self regulated learning pula, karena self
regulated learning menuntut siswa memiliki perencanaan terarah.
8
Perencanaan terarah siswa dalam pembelajaran dapat muncul karena adanya
goal orientation siswa, dimana goal orientation akan menjadi pendorong
siswa untuk berusaha. Hal ini dapat diperkuat Schunk, Pintrich dan Meece
(2008: 174) bahwa ketika individu tidak memiliki komitmen untuk mencapai
tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak memiliki keinginan
untuk berprestasi.
Selanjutnya Woolfolk (2009: 198) mengemukakan bahwa goal
memotivasi individu untuk berperilaku tertentu (self regulated learning)
sebagai usaha mengurangi diskrepansi kondisi antara “where the are” (di
mana mereka berada kini) dan “where they want to be” (ke mana mereka ingin
berada).
Menurut Ormord (2004: 327) komponen yang membentuk self
regulated learning adalah goal setting, planning, self motivation, attention
control, application of learning strategies, self monitoring, self evaluation,
self reflection. Beberapa penelitian mendapati bahwa goal orientation
berperan aktif dalam membentuk motivasi berprestasi (Anderman dan
Wolters, 2006; Pintrich, 2000a, 2000c, 2000d, dalam Pintrich, Schunk dan
Meece, 2008 : 183). Kedua pernyataan ini juga menguatkan bahwa goal
orientation dapat meningkatkan self regulated learning. Goal orientation ini
dapat memicu timbulnya motivasi dan memperjelas tujuan siswa sehingga
dapat membantu dalam pembentukan self regulated learning.
Berdasarkan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi
regulasi diri menurut Bandura (dalam Alwisol, 2010: 285-7). Faktor internal
9
bersumber pada tiga bentuk yaitu observasi diri, proses penilaian atau
mengadili tingkah laku, dan reaksi diri afektif, untuk melakukan tiga bentuk
ini harus ada tujuan yang menjadi standar siswa tersebut. Adapun faktor
eksternal bersumber pada dua hal yaitu interaksi dengan lingkungan dan
bentuk penguatan (reinforcement). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
goal orientation termasuk dalam faktor internal.
Locke dan Latham (dalam Woolfolk, 2009: 198-200) mengemukakan
empat alasan mengapa goal dapat memperbaiki performance atau usaha yang
dilakukan yaitu goals mengarahkan perhatian individu terhadap tugas yang
dihadapi, goals menggerakkan usaha, goals mengurangi rasa putus asa
sebelum mencapai tujuan, dan goals meningkatkan perkembangan strategi
baru.
Goal orientation dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan cara
belajar anak dan performance dalam menjalankan tugas-tugas akademiknya.
Di dalam goal orientation terdapat dua karakteristik yang membedakan cara
belajar dan performance anak, antara lain: mastery goal dan performance
goal. Mastery goal adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran,
sedangkan performance goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil
yang baik.
Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Susetyo (2007) tentang
orientasi tujuan, atribusi penyebab, dan belajar berdasar regulasi diri siswa
Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta, dengan hasil penelitian F = 36,814
10
dan p = 0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan belajar berdasar
regulasi diri ditinjau dari orientasi tujuan.
Perbedaan goal orientation yang siswa miliki dapat menimbulkan
usaha yang berbeda pula. Siswa dengan mastery goal berhenti belajar bila
merasa menguasai materi pelajaran dengan baik, sedangkan siswa dengan
performance goal berhenti belajar bila merasa nilainya sudah baik. Dalam
penelitian Mattern (2005: 30) yang menunjukkan bahwa siswa dengan
mastery goal memiliki level prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
siswa dengan performance goal. Siswa yang cenderung mastery goal akan
mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih
tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah
yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi
(kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu)
daripada siswa-siswa yang cenderung performance goal.
Beberapa penelitian yang terdapat pada buku “Motivation in
education: theory, research, and applications” yang ditulis oleh Schunk,
Pintrich dan Meece (2008: 192-6) menyatakan bahwa approach performance
goals dapat memunculkan perilaku-perilaku yang positif menunjang prestasi.
Segi afektif approach performance goals memiliki hubungan positif dengan
minat, motivasi instrinsik, dan nilai-nilai tugas. Segi kognitif dapat
mengarahkan pada penggunaan strategi yang lebih mendalam dan pengaturan
kognitif diri. Terakhir dari segi perilaku approach performance goals ini
11
menyebabkan kinerja lebih baik karena siswa dengan orientasi tujuan ini ingin
memiliki nilai akademis yang lebih tinggi dari siswa lain.
Perbedaan goal orientation pada setiap siswa dapat menimbulkan self
regulated learning yang berbeda pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Ames
dan Archer (1998, dalam Schunk, 2012: 278) bahwa goal orientation
menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk
mencapai hasil yang diharapkannya. Usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran ini salah satunya
adalah menunjukkan kemampuan self regulated learning.
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hubungan
antara efikasi diri dengan kemandirian belajar (SRL) siswa pada siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran
2010/2011 (Pujiati 2010). Dalam penelitian ini menyatakan bahwa efikasi diri
dengan kemandirian belajar (SRL) siswa memiliki derajat hubungan yang
sedang (0,559), dengan koefisien korelasi yang bernilai positif, artinya efikasi
diri memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka penting untuk
mengungkap bagaimana hubungan antara goal orientation dengan self
regulated learning siswa di sekolah sebagai upaya membantu mengatasi
permasalahan yang sedang terjadi. Self regulated learning lebih ditentukan
oleh faktor internal siswa. Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009)
menyatakan bahwa hubungan antara kecemasan akademis dengan self
regulated learning hanya mempunyai sumbangan sebesar 8,6% walaupun
12
kecemasan akademis juga termasuk faktor internal dari self regulated
learning. Hal ini menunjukkan bahwa 91,4% keeratannya masih lebih besar
ditentukan oleh faktor atau variabel lain, maka peneliti tertarik untuk mencari
perbedaan goal orientation sebagai faktor internal siswa yang menentukan self
regulated learning.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal orientation pada siswa
SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemamparan fenomena pada latar belakang masalah
diatas maka terdapat perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah ada perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal
orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang?
2. Bagaimana gambaran self regulated learning ditinjau dari goal orientation
siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan
penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal
orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui gambaran self regulated learning ditinjau dari goal
orientation siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
13
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kontribusi penelitian yang akan diperoleh, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan tentang
perbedaan tingkat self regulated learning antara mastery goal dan
performance goal.
b. Sarana untuk peneliti selanjutnya dalam memberikan data dan
informasi sebagai bahan studi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Bimbingan Konseling sekolah, dapat menjadi input yang
senantiasa melaksanakan proses Bimbingan dan Konseling di sekolah
untuk meningkatkan self regulated learning siswa.
b. Dapat mengetahui bagaimana tingkat self regulated learning siswa
SMA agar dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang mandiri
untuk masa depan.
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Self Regulated Learning
2.1.1 Pengertian Self Regulated Learning
Dalam bahasa Indonesia self regulated learning sering disamaartikan
dengan kemandirian belajar, regulasi-diri pembelajaran, dan pengelolaan diri
dalam belajar. Pintrich (dalam Boekaerts et al., 2000: 453), self regulated learning
(SRL) didefinisikan sebagai proses konstruktif ketika siswa menetapkan tujuan
belajar sekaligus mencoba memantau, mengatur, dan mengendalikan pengamatan
motivasi, serta perilakunya yang dibatasi oleh tujuan belajar dan kondisi
lingkungan. Zimmerman (dalam Schunk, dkk, 2012: 254) Self-regulation adalah
proses dimana siswa mengaktifkan dan mempertahankan kognisi, perilaku, dan
pengaruh yang sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan mereka.
Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola
secara efektif pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga
mendapat hasil belajar yang optimal (Wolters 1998: 4). Menurut Pintrich dan
Zusho (dalam Nicol dan Macfarlane-Dick 2006: 202) self regulated learning
merupakan proses konstruktif aktif dimana siswa menetapkan tujuan belajarnya
dan kemudian berusaha untuk memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi,
motivasi, dan tingkah lakunya agar sesuai dengan tujuannya dan kondisi
kontekstual dari lingkungannya.
15
Berdasarkan perspektif sosial kognitif, peserta didik yang dapat dikatakan
sebagai self regulated learner adalah peserta didik yang secara metakognitif,
motivasional, dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka
(Zimmerman, 1989: 330). Peserta didik tersebut dengan sendirinya memulai
usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang
diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain.
Konsep self regulated learning dikemukakan pertama kali oleh Bandura
dalam latar teori belajar sosial. Menurut Bandura, “bahwa individu memiliki
kemampuan untuk mengontrol cara belajarnya dengan mengembangkan langkah-
langkah mengobservasi diri, menilai diri dan memberikan respon bagi dirinya
sendiri.”
Self regulated learning sangat penting dimiliki oleh individu dalam proses
pembelajaran. Seseorang yang memiliki self regulated learning, akan cenderung
lebih memiliki prestasi yang baik. Hal ini diperkuat ketika siswa memiliki self
regulated learning, mereka menetapkan tujuan akademik yang lebih tinggi untuk
diri mereka sendiri, belajar lebih efektif dan berprestasi di kelas (Broson, 2000;
Butler dan Winne, 1995; Winne, 1995a; Zimmerman dan Bandura, 1994;
Zimmerman dan Risemberg, 1997 dalam Ormord 2004: 327).
Bandura (dalam Alwisol, 2009: 286) berpendapat bahwa dinamika proses
beroperasinya self regulated learning antara lain terjadi dalam subproses yang
berisi ‘self-observation’, ‘self judgement’, dan ‘self reaction’. Ketiganya memiliki
hubungan yang sifatnya resiprositas seiring dengan konteks persoalan yang
mereka hadapi. Hubungan resiprositas ini tidak selalu bersifat simetris melainkan
16
lentur dalam arti bisa terjadi salah satu di konteks tertentu lebih dominan dari
aspek lainnya, demikian pula sebaliknya.
Menurut Ormord (2008: 38-9) menyatakan bahwa self regulated learning
memiliki beberapa komponen di dalamnya, yaitu :
1) Goal Setting
Goal setting merupakan pengidentifikasian hasil akhir yang diinginkan
untuk kegiatan belajarnya. Siswa yang memiliki self regulated learning
tahu apa yang dia ingin capai ketika mereka belajar. Siswa memegang
tujuannya untuk kegiatan belajar tertentu untuk tujuan jangka panjang dan
aspirasinya. Selanjutnya saat siswa mencapai perguruan tinggi, siswa
dapat menetapkan tengang waktu untuk diri mereka sendiri sebagai cara
untuk memastikan mereka tidak meninggalkan tugas-tugas belajar yang
penting sampai akhir.
2) Planning
Planning adalah menentukan atau merencanakan cara terbaik untuk
menggunakan waktu yang tersedia untuk belajar. Siswa dengan self
regulated learning memiliki rencana ke depan berhubungan dengan tugas
belajar dan menggunakan waktu mereka secara efektif untuk mencapai
tujuannya.
3) Self-motivation
Mempertahankan motivasi instrinsik untuk menyelesaikan tugas belajar.
Siswa dengan self regulated learning cenderung memiliki self-efficacy
yang tinggi mengenai kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas
17
belajar dengan sukses. Selain itu, siswa menggunakan berbagai strategi
untuk mempertahankan semangatnya mungkin dengan cara menghiasi
tugasnya agar lebih menyenangkan, mengingatkan diri akan pentingnya
melakukan dengan baik, akhirnya mereka memvisualisasikan kesuksesan
atau menjanjikan sendiri hadiah ketika mereka selesai.
4) Attention control
Memaksimalkan perhatian pada tugas belajar. Siswa dengan self regulated
learning akan mencoba untuk memusatkan perhatian mereka pada
tugasnya dan menghilangkan pikiran mereka yang berpotensi mengganggu
pikiran dan emosi.
5) Application of learning strategies
Memilih dan menggunakan cara yang tepat pengolahan bahan yang akan
dipelajari. Siswa mengatur sendiri memilih strategi pembelajaran yang
berbeda tergantung pada tujuan yang spesifik sesuai yang ingin mereka
capai, misalnya mereka membaca sebuah artikel majalah berbeda,
tergantung pada apakah mereka membacanya untuk hiburan atau belajar
untuk ujian.
6) Self-monitoring
Siswa akan mengevaluasi secara berkala untuk melihat apa kemajuan
mencapai tujuan. Siswa dengan self regulated learning akan terus
memantau perkembangannya selama proses belajar dan siswa akan
mengubah strategi belajarnya atau tujuannya jika perlu.
18
7) Self-evaluation
Menilai hasil akhir dari usaha individu. Siswa dengan self regulated
learning akan menilai hal yang mereka pelajari cukup untuk tujuan yang
telah ditetapkan.
8) Self-reflection
Menentukan sejauh mana strategi belajar seseorang telah berhasil dan
efisien, dan mungkin mengidentifikasi alternatif yang mungkin lebih
afektif dalam situasi belajar masa depan.
Self regulated learner menerapkan agency ketika mereka terlibat dalam
siklus empat tahap utama : menganalisis tugas, menerapkan tujuan dan merancang
rencana, menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas, dan
meregulasi pembelajaran (Woolfolk 2009: 132).
1 Menganalisis tugas pembelajarannya, yaitu pembelajar memeriksa
informasi apa pun yang mereka anggap relevan untuk mengkonstruksikan
sense tentang seperti apa tugasnya, sumberdaya apa yang harus dimiliki,
dan bagaimana perasaannya tentang tugas yang akan dikerjakan.
2 Menetapkan tujuan dan menyusun rencana, yaitu mengetahui kondisi
kondisi yang mempengaruhi hasil kerja dan memberikan informasi yang
digunakan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan belajar serta mencari
cara untuk mengembangkan rencana untuk mencapai tujuannya.
3 Menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas. Individu
sangat siaga selama tahap ini karena mereka selalu memantau seberapa
baikkah rencananya berjalan.
19
4 Meregulasi pembelajaran. Dalam tahap ini, pembelajar mengambil
keputusan tentang apakah perlu dilakukan perubahan pada ketiga tahap
sebelumnya.
Menurut Zimmerman (1989: 329) siswa dikatakan telah memiliki self
regulated learning bila siswa tersebut telah memiliki strategi untuk mengaktifkan
metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam proses belajar mereka sendiri.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa self regulated learning adalah pengetahuan
potensial yang dimiliki individu untuk meningkatkan prestasi akademik,
merancang strategi belajar, menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan belajar, serta mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan
yang diperoleh.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa self regulated
learning adalah usaha individu yang dilakukan secara sistematis untuk
memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning
Menurut Zimmerman (1989: 330) setidaknya terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi self regulated learning pada gambar 2.1 Triadic Analysis of Self-
Regulated Functioning sebagai berikut :
20
Gambar 2.1 Analysis of Self-Regulated Functioning
Berikut adalah penjelasan dari gambar bagan diatas, antara lain :
a. Faktor Pribadi, dalam triadic diatas dilambangkan siswa dapat
menggunakan proses pribadi untuk mengatur strategi perilaku dan
lingkungan belajar segera.
b. Faktor Perilaku, dalam triadic diatas dilambangkan siswa secara proaktif
menggunakan strategi self evaluation sehingga mendapatkan informasi
tentang akurasi dan apakah harus terus memeriksa melalui umpan balik
enactive.
c. Faktor Lingkungan, dalam triadic dilambangkan siswa proaktif
menggunakan strategi manipulasi lingkungan yang melibatkan intervensi
ruang urutan perilaku mengubah respon, seperti menghilangkan
Behavior
Environment
Person (self)
BEHAVIORAL
SELF-REGULATION COVERT
SELF-REGULATION
ENVIRONMENTAL
SELF-REGULATION
21
kebisingan, mengatur pencahayaan yang memadai, dan mengatur tempat
untuk menulis.
Sedangkan menurut Boekaerts (1996: 101) “mengatakan bahwa banyak
peneliti sepakat bahwa faktor yang paling mendasar dari self regulated learning
adalah keinginan untuk mencapai tujuan”. Atribut personal lain yang juga terlibat
dalam mempengaruhi self regulated learning antara lain yaitu :
(1) Kesadaran akan penghargaan terhadap diri sendiri.
(2) Keinginan untuk mencoba.
(3) Komitmen.
(4) Manajemen waktu.
(5) Kesadaran akan metakognitif.
(6) Penggunaan strategi yang efisien.
Ada pula faktor-faktor yang memunculkan self regulated learning yang
buruk antara lain impulsivitas, tujuan akademik yang rendah, penghargaan diri
yang rendah, kontrol yang buruk, serta perilaku menghindar.
Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2010: 285-7) ada dua faktor yang
mempengaruhi regulasi diri, yaitu :
a) Faktor Eksternal
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara, pertama
faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor
lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk
standar evaluasi diri seseorang. Melalui orang tua dan guru anak-anak
belajar baik dan buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak
22
dihendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih
luas anak kemudian mengembangkan standar yang akan dipakai untuk
menilai prestasi diri.
Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk
penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi
kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan
eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama;
ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan
agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
b) Faktor Internal
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri
sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, yaitu :
1) Observasi diri (self observation): dilakukan berdasarkan faktor kualitas
penampilan, kuantitas penampilan, orisinal tingkah laku diri, dan
seterusnya. Orang harus mampu memonitor performansinya, walaupun
tidak sempurna karena orang cenderung memilih beberapa aspek dari
tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah lakunya yang lain. Apa
yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep
dirinya.
2) Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgemental process):
melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi,
membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan
23
tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu
aktivitas, dan memberi atribusi performansi.
3) Reaksi diri afektif (self response): berdasarkan pengamatan dan
judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan
kemudian menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri. Bisa terjadi
tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat
keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif
menjadi kurang bermakna secara individual.
2.1.3 Strategi Self Regulated Learning
Zimmerman (1989: 11) menekankan untuk dapat dianggap self-regulated,
proses belajar siswa harus menggunakan strategi-strategi khusus untuk mencapai
tujuan akademis. Strategi dalam self regulated learning mengarah pada tindakan
dan proses yang diarahkan pada perolehan informasi atau keterampilan yang
melibatkan perngorganisasian (agency), tujuan (purpose) dan persepsi
instrumental seseorang. Agency adalah kemampuan individu untuk memulai dan
mengarahkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Purpose
adalah tujuan yang diharapkan untuk tercapai dari pelaksanaa setiap tindakan
yang dapat membantu meraih tujuan.
Self regulated learning merupakan strategi yang harus dimiliki oleh siswa
dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga diperoleh hasil belajar sesuai dengan
keinginan dan cita-citanya. Zimmerman dan Martinez-pons (1990: 7)
mengindentifikasi strategi-strategi dalam self regulated learning yang diperoleh
dari teori kognitif sosial, didalamnya melibatkan unsur-unsur metakognitif,
24
lingkungan dan motivasi. Setiap strategi bertujuan meningkatkan regulasi diri
siswa pada fungsi personal, behavioral, dan environmental.
a. Strategi untuk optimalisasi fungsi personal (personal function),
meliputi :
1) Organizing and transforming (pengorganisasian dan transformasi).
Siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran untuk
meningkatkan pembelajaran. Misalnya, siswa mempelajari materi
pembelajaran dari awal sampai akhir.
2) Goal setting and planning (penetapan tujuan dan perencanaan).
Siswa menetapkan tujuan belajar serta merencanakan urutan,
waktu, dan penyelesaian aktivitas-aktivitas yang berhubungan
dengan tujuan. Misalnya siswa menentukan jadwal belajar.
3) Rehearsing and Memorizing (melatih dan menghapal). Siswa
berusaha untuk berlatih dan menghapalkan materi. Contohnya
siswa mengerjakan soal-soal latihan dan siswa membaca ulang
materi pelajaran agar dapat menghapalkannya.
b. Strategi untuk optimalisasi fungsi tingkah laku (behavioral function),
meliputi :
1) Self-evaluating (evaluasi diri). Siswa melakukan evaluasi terhadap
kualitas atau kemajuan dari pekerjaannya. Contohnya siswa
meneliti ulang tugas-tugas untuk memastikan sudah dikerjakan
dengan baik atau belum, siswa mengevaluasi hasil ujian agar dapat
menilai kemampuan belajarnya.
25
2) Self-consequenting (konsekuensi diri). Siswa membayangkan
reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan
atau kegagalan. Contohnya siswa merasa malu apabila
mendapatkan hasil ujian buruk, siswa menganggap keberhasilan
sebagai motivasi untuk dapat mempertahankan keberhasilannya.
c. Strategi untuk optimalisasi fungsi lingkungan (environmental
function), meliputi :
1) Seeking information (pencarian informasi). Siswa berusaha untuk
mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber nonsosial.
Contohnya siswa berusaha melengkapi materi pelajaran dari
sumber lain atau literature perpustakaan.
2) Keeping records and self monitoring (pembuatan catatan dan
mengamati diri). Siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian
atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar. Contohnya siswa
mencatat hal-hal penting untuk dipelajari, siswa mencatat hal-hal
yang tidak dipahami untuk dipelajari ulang.
3) Enviromental structuring (penyusunan lingkungan). Siswa
berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga
proses belajar menjadi lebih mudah. Contohnya siswa mematikan
televisi saat belajar untuk membantu konsentrasi.
4) Seeking social assistance (pencarian bantuan sosial). Siswa
berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa
lainnya yang dianggap bisa membantu. Contohnya siswa bertanya
26
kepada guru saat kesulitan mengerjakan tugas atau memahami
pelajaran.
5) Reviewing Records (melihat kembali catatan). Siswa berusaha
melihat kembali catatan untuk menghadapi ujian. Contohnya siswa
membaca ulang catatan, melihat referensi tugas sebelumnya, dan
membaca buku-buku pedoman.
Menurut Wolters, et. al (2003, dalam Fasikhah dan Siti 2013: 144) strategi
self regulated learning secara umum meliputi tiga macam strategi, yaitu :
a. Strategi regulasi kognitif
Strategi yang berhubungan dengan pemrosesan informasi yang
berkaitan dengan berbagai jenis kegiatan kognitif dan metakognitif
yang digunakan individu untuk menyesuaikan dan merubah
kognisinya, mulai dari strategi memori yang paling sederhana, hingga
strategi lebih rumit. Strategi kognitif meliputi : rehersal, elaborasi dan
metakognisi.
b. Strategi regulasi motivasional
Strategi yang digunakan individu untuk mengatasi stres dan emosi
yang dapat membangkitkan usaha mengatasi kegagalan dan untuk
meraih kesuksesan dalam belajar. Strategi motivasional meliputi : (1)
konsekuensi diri, (2) kelola lingkungan (environmental structuring),
(3) mastery self-talk, (4) meningkatkan motivasi ekstrinsik (extrinsic
self-talk), (5) orientasi kemampuan (relative ability self-talk), (6)
motivasi intrinsik, dan (7) relevansi pribadi (relevance enchancement).
27
c. Strategi regulasi behavioral akademik
Aspek regulasi diri yang melibatkan usaha individu untuk mengontrol
tindakan dan perilakunya sendiri. Strategi regulasi behavioral yang
dapat dilakukan oleh individu dalam belajar meliputi : mengatur usaha
(effort regulation), mengatur waktu dan lingkungan belajar (regulating
time and study environment) serta mencari bantuan (help-seeking).
Zumbrunn, et. al. (2011: 9-13) menyatakan bahwa ada 8 strategi
pembentukan self regulated learning siswa, yaitu :
a. Goal Setting
Tujuan dianggap sebagi standar yang mengatur tindakan individu.
Tujuan jangka pendek sering digunakan untuk mencapai aspirasi
jangka panjang, sebagai contoh jika seorang siswa menetapkan tujuan
jangka panjang untuk mengerjakan ujian dengan baik, maka dia
menetapkan tujuan seperti menetapkan waktu belajar dan
menggunakan strategi khusus untuk keberhasilan ujiannya.
b. Planning
Planning mirip dengan goal setting, planning dapat membantu siswa
mengatur diri sebelum terlibat dalam tugas-tugas belajar.
c. Self-Motivation
Motivasi diri siswa self-regulated learner terjadi ketika mereka
menggunakan satu atau lebih strategi untuk pencapaian tujuannya.
Siswa yang termotivasi akan membuat kemajuan menuju tujuannya.
28
Siswa lebih bertahan melalui tugas yang sulit dan menemukan proses
belajar yang memuaskan.
d. Attention Control
Siswa dapat mengendalikan perhatian mereka dengan cara
menghindari hal-hal yang mengganggu pikiran serta mengkondisikan
lingkungan belajar agar kondusif.
e. Flexibel Use of Strategies
Siswa menggunakan strategi-strategi belajar untuk memfasilitasi
kemajuan mereka guna pencapaian tujuan yang meliputi : mencatat,
menghafal, berlatih, dan sebagainya.
f. Self-Monitoring
Siswa memantau sendiri kemajuan mereka menuju pada tujuan
pembelajarannya.
g. Help-seeking
Siswa mencoba mencari bantuan bila diperlukan agar dapat memahami
pembelajaran untuk pencapaian tujuan
h. Self-Evaluation
Siswa dapat mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri, terlepas dari
penilaian guru.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan ada 8 strategi dalam self
regulated learning meliputi rehearsing and memorizing, goal setting and
planning, self-evaluating, self-consquenting, seeking information, keeping records
and self monitoring, seeking social assistance.
29
2.1.4 Karakteristik Siswa yang Memiliki Self Regulated Learning
Beberapa peneliti mengemukakan karakteristik perilaku siswa yang
memiliki ketrampilan self regulated learning antara lain sebagai berikut
(Montalvo, 2004: 3) :
1 Terbiasa dengan dan tahu bagaimana menggunakan strategi kognitif
(pengulangan, elaborasi dan organisasi) yang membantu mereka untuk
memperhatikan, mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan
menguasai informasi.
2 Mengetahui bagaimana merencanakan, mengorganisasikan, dan
mengarahkan proses mental untuk mencapai tujuan personal
(metakognisi).
3 Memperlihatkan seperangkat keyakinan motivasional dan emosi yang
adaptif, seperti tingginya keyakinan diri secara akademik, memiliki tujuan
belajar, mengembangkan emosi positif terhadap tugas (senang, puas,
antusias), memiliki kemampuan untuk mengontrol dan memodifikasinya,
serta menyesuaikan diri dengan tuntutan tugas dan situasi belajar khusus.
4 Mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap
penyelesaian tugas, tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, seperti mencari tempat belajar yang sesuai atau mencari
bantuan dari guru dan teman jika menemui kesulitan.
5 Menunjukkan usaha yang besar untuk berpartisipasi dalam mengontrol dan
mengatur tugas-tugas akademik, iklim, dan struktur kelas.
30
6 Mampu melakukan strategi disiplin, yang bertujuan menghindari
gangguan internal dan eksternal, menjaga konsentrasi, usaha, dan motivasi
selama menyelesaikan tugas.
Peneliti menyimpulkan bahwa definisi self regulated learning adalah
kemampuan siswa dalam proses belajar untuk memonitor, meregulasi, dan
mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan
dan didorong oleh tujuan serta mengutamakan konteks lingkungan.
2.2 Remaja Awal
Menurut Mappiare (1982: 25) masa remaja memiliki rentang usia antara
13-21 tahun, yang dibagi dalam masa remaja awal usia 13/14 sampai dengan 17
tahun, dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Menurut Hurlock (1991 dalam Ali
dan Asrori 2011: 9) adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Monks (2006: 259) mengatakan bahwa pada masa ini, remaja sebenarnya
tidak memiliki tempat yang jelas. Remaja tidak masuk golongan anak, tetapi tidak
termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Pada umumnya mereka
masih belajar di sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi. Sedangkan Desmita
(2011: 37) berpendapat masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan
antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa ini
dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity)
2.2.1 Karakteristik Remaja Awal
Menurut Slazman karakteristik masa remaja adalah perubahan dari sikap
tergantung ke arah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri, dan
31
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam budaya Amerika,
periode remaja ini dipandang sebagai masa "Strom dan Stress”, frustasi dan
penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta,
dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa
(Pikunas, 1976 dalam Yusuf, 2011: 184)
Mappiare (1982: 32) mengemukakan ciri-ciri remaja awal ditunjukkan
pada beberapa indikasi, sebagai berikut :
1. Kestabilan keadaan perasaan dan emosi
Perasaan yang sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam
kehidupan perasaan dan emosinya. Ini menimbulkan remaja cepat berganti
suasana yang sesekali sangat bersemangat dalam bekerja tiba-tiba berganti
lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih, rasa yakin diri
berganti rasa ragu diri yang berlebihan.
2. Hal sikap dan moral
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati
lawan jenis. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi
dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak
sopan.
3. Hal kecerdasaan atau kematangan mental
Alfred Binet mengemukakan bahwa pada usia 12 tahun kemampuan anak
untuk mengerti informasi abstrak baru sempurna. Kesempurnaan
mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun.
Akibatnya remaja awal sering menolak hal-hal yang tidak masuk akal.
32
4. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan
Adanya keraguan orang dewasa untuk memberi tanggungjawab kepada
remaja dengan dalih mereka masih anak-anak. Pada lain kesempatan,
remaja awal sering mendapat teguran sebagai orang yang sudah besar jika
remaja bertingkah laku kekanak-kanakan. Akibatnya, remaja awal pun
mendapat sumber kebingungan tentang statusnya.
5. Memiliki banyak masalah yang dihadapi
Dari ciri-ciri sebelumnya menjadikan remaja awal banyak menghadapi
masalah. Sebab lain adalah sifat emosional remaja awal.
6. Masa yang kritis
Pada masa ini remaja dituntut untuk dapat menghadapi dan memecahkan
masalahnya sendiri. Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalahnya
dengan baik menjadi modal dasar dalam menghadapi masalah-masalah
selanjutnya, sampai ia dewasa. Ketidakmampuan menghadapi masalahnya
dalam masa ini akan menjadikannya orang dewasa yang bergantung.
Desmita (2011: 37-38) berpendapat masa remaja ditandai dengan sejumlah
karakteristik penting, yaitu :
1 Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
2 Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3 Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
4 Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
33
5 Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
6 Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan
memiliki anak.
7 Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga Negara.
8 Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
9 Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
10 Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja Awal
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991:
209-10) meliputi usaha-usaha sebagai berikut :
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dam memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional.
5) Mencapai kemandirian ekonomi.
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dam menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua.
34
8) Mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Menurut Mappiare (1982: 106) tugas-tugas perkembangan khusus untuk
masa remaja awal yaitu :
(1) Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa
Sejak remaja awal diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri sendiri
atas perbuatan-perbuatannya.
(2) Memperoleh kebebasan
Hal ini berarti remaja awal diharapkan belajar dan berlatih bebas membuat
rencana, bebas membuat alternatif pilihan, bebas menentukan pilihan dan
bebas membuat keputusan-keputusan sendiri, melaksanakan keputusannya
itu serta bertanggungjawab sendiri atas keputusan dan pelaksanaan
keputusannya.
(3) Bergaul dengan teman lawan jenis
Remaja awal sadar akan dirinya ada rasa simpati, rasa tertarik untuk selalu
bersama-sama dengan lawan jenisnya.
(4) Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru
Pada masa ini remaja mempersiapkan diri memasuki masa dewasa, maka
mulai dalam masa remaja awal dan sepanjang masa remaja, seseorang
35
diharapkan berlatih dan mengembangkan berbagai tuntutan hidup dan
pergaulannya dalam masa dewasa kelak.
(5) Memiliki citra diri yang realistik
Remaja diharapkan dapat mengukur atau menafsirkan apa yang lebih dan
kurang pada diri mereka serta dapat menerima apa adanya diri mereka,
memelihara dan memanfaatkannya secara positif.
2.3 Goal Orientation
2.3.1 Pengertian Goal Orientation
Goal orientation merupakan susunan utama teori tujuan. Goal (sasaran
atau tujuan) adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan
seseorang (Locke dan Latham, 2002 dalam Woolfolk, 2009: 198). Pintrich (2003,
dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) menyatakan bahwa goal
orientation adalah tujuan atau alasan yang melibatkan seseorang untuk
berprestasi. Sedangkan Schunk (2012: 513) mengatakan bahwa goal orientation
(orientasi tujuan) mengacu pada tujuan dan fokus keterlibatan seseorang dalam
aktivitas berprestasi, sedangkan goal setting (penetapan tujuan) lebih berfokus
pada bagaimana tujuan dibangun dan diubah serta peran sifat-sifat tujuan itu
untuk mendesak dan mengarahkan perilaku. Locke dan Latham’s (1990, dalam
Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) teori goal orientation berkaitan dengan
mengapa individu ingin mendapatkan kebenaran, bagaimana cara dan kinerjanya.
Goal orientation menentukan bagaimana seseorang berusaha untuk mencapai
hasil yang diinginkannya (Ames dan Archer 1998, dalam Schunk, Pintrich, dan
Meece 2008: 183).
36
Goal orientation adalah konstruk yang menggambarkan bagaimana
individu merespon, memberikan reaksi dan menginterpretasikan situasi untuk
mencapai suatu prestasi atau kinerja tertentu (Vande Walle, dkk 1999: 250). Hal
yang menjadi penentu perbedaan individu terhadap perilaku adalah goal
orientation (Button, Mathieu dan Zajac, 1996; Farr, Hofman, dan Ringenbach,
1993 dalam VandeWalle, dkk 1999: 249).
Konstruk tentang goal orientation muncul dari program penelitian yang
dilakukan oleh Carol Dweck, Dweck memberikan konsep bahwa tujuan secara
luas dapat diartikan sebagai dimensi kepribadian individu dan individu tersebut
memiliki preferensi goal orientation untuk berprestasi (Dweck dan Leggett, 1988;
Elliot dan Dweck, 1988 dalam VandeWalle, dkk 2001: 630). Sedang menurut
Ames (dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) goal orientation
merupakan pola yang terintegrasi dari keyakinan yang mengarah pada cara-cara
berbeda dalam proses, perilaku, dan tanggungjawabnya dalam berperilaku untuk
berprestasi. Dapat dilihat bahwa goal orientation menjadi alasan individu
berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan.
Woolfolk (2009: 198) mengemukakan bahwa goal memotivasi individu
untuk berperilaku tertentu (self regulated learning) sebagai usaha mengurangi
diskrepansi kondisi di antara “where the are” (di mana mereka berada kini) dan
“where they want to be” (ke mana mereka ingin berada). Sedangkan Urdan (1997
dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184) mengatakan goal orientation
adalah alasan mengapa individu ingin berprestasi, bukan hanya untuk
menampilkan perilaku.
37
Menurut Ames (dalam Schunk, Pintrich, dan Meece, 2008: 184) goal
orientation disebutkan sebagai gambaran integrasi pola belief yang memiliki
peranan penting untuk membedakan pendekatan yang dipakai, cara menggunakan,
dan respon terhadap situasi prestasi. Selain itu, goal orientation mencerminkan
jenis standar dengan mana individu-individu menilai kinerja diri sendiri,
keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan (Elliot, 1997; Pintrich, 2000a,
2000c, 2000d dalam Schunk, Pintrich, dan Meece, 2008: 184).
Berdasarkan pengertian-pengertian goal orientation di atas, dapat
disimpulkan bahwa goal orientation merupakan orientasi yang menjadi alasan
individu ketika mencoba berusaha yang mencakup proses dan perilaku untuk
mencapai atau memperoleh tujuan tertentu.
2.3.2 Karakteristik Goal Orientation
Karakteristik goal orientation dibagi menjadi dua yaitu learning goal dan
performance goal (Dweck dan Legget, 1988; Elliott dan Dweck,1988 dalam
Schunk, Pintrich dan Meece 2008: 185).
1. Learning goal
Individu dengan learning goals yang kuat cenderung suka dengan
tantangan dan menetapkan tujuan yang tinggi serta tidak takut dengan
kegagalan pencapaian tujuan. Slavin (2009: 119) siswa yang berorientasi
motivasi ke arah sasaran pembelajaran (learning goal) melihat maksud
sekolah untuk memperoleh kompetensi dalam kemampuan yang diajarkan
dan siswa dengan goal ini kemungkinan akan mengambil mata pelajaran
yang sulit dan mencari tantangan.
38
2. Performance goal
Individu dengan performance goal kuat akan menetapkan tujuan yang
kurang menantang dan takut mengalami kegagalan. Menurut Slavin (2009:
119) siswa yang berorientasi ke arah sasaran kinerja (performance goal)
berupaya memperoleh penilaian positif atas kompetensi mereka dan
menghindari penilai negatif.
Menurut Nicholls (1984 dalam Schunk, Pintrich, dan Meece 2008: 184-5)
karakteristik goal orientation dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Task-involved goal
Merasa sukses ketika mempelajari hal yang disukai, merasa sukses ketika
mempelajari hal yang ingin diketahui, merasa sukses ketika mempelajari
sesuatu yang memunculkan suatu ide.
2) Ego-involved goal
Merasa sukses saat menjadi pintar, lebih mengetahui atau lebih
berwawasan luas daripada orang lain, mendapat hasil tes yang tinggi.
Berbeda dengan Ames dan Archer (1988 dalam Schunk, Pintrich, dan Meece
2008: 185) menyatakan karakteristik goal orientation sebagai berikut :
(1) Mastery goal
Mastery goal merupakan suatu orientasi motivasional yang dimiliki
individu, yang menekankan diperolehnya pengetahuan dan perbaikan diri.
Penguasaan orientasi tujuan didefinisikan sebagai fokus pada
pembelajaran, menguasai tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan
sendiri atau pengembangan diri, mengembangkan keterampilan baru,
39
meningkatkan atau mengembangkan kompetensi, mencoba mencapai
suatu hal yang menantang, dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman
atau wawasan.
Woolfolk (2009: 201) memaksudkan orientasi ini sebagai intens pribadi
untuk memperbaiki kemampuan dan memahami apa yang dipelajari, tanpa
memperdulikan buruknya performa yang ditampilkan seorang individu
yang memiliki orientasi tujuan penguasaan akan memfokuskan diri pada
kegiatan belajar itu sendiri, berusaha menguasai tugas, mengembangkan
keterampilan baru, memperbaiki kompetensinya, menyelesaikan tugas
yang menantang dan berusaha untuk memperoleh pengalaman terhadap
apa yang dipelajari. Menurut Schunk, Pintrich, dan Meece (2008: 185) ciri
individu dengan mastery goal yang kuat adalah belajar dengan sungguh-
sungguh, kesalahan adalah bagian dari belajar. Ormord (2008: 111)
memberikan gambaran lebih lengkap mengenai karakteristik siswa dengan
mastery goal sebagai berikut :
a. Percaya bahwa kompetensi dapat berkembang melalui latihan dan
usaha.
b. Memilih tugas-tugas yang dapat memaksimalkan kesempatan untuk
belajar.
c. Bereaksi terhadap tugas yang mudah dengan perasaan yang bosan dan
kecewa.
d. Memandang usaha sebagai sesuatu yang penting untuk meningkatkan
kompetensi.
40
e. Lebih termotivasi secara instrinsik untuk mempelajari materi pelajaran.
f. Menampilkan perilaku dan belajar yang lebih bersifat self regulated.
g. Menggunakan strategi belajar yang mengarah pada pemahaman materi
yang sesungguhnya.
h. Mengevaluasi kinerja sendiri dalam kerangka kemajuan yang sudah
dibuat.
i. Memandang kesalahan sebagai sesuatu yang normal dan bagian yang
bermanfaat dalam proses belajar, memanfaatkan kesalahan untuk
membantu perbaikan kinerja.
j. Merasa puas terhadap kinerja jika sudah berusaha keras, meskipun
usaha tersebut mengalami kegagalan.
k. Menginterpretasikan kegagalan sebagai tanda bahwa diperlukan usaha
yang lebih keras.
l. Memandang guru sebagai sumber daya dan penuntun untuk membantu
individu belajar.
(2) Performance goal
Performance goal berfokus pada menunjukkan kompetensi atau
kemampuan dan bagaimana kemampuan akan dinilai relatif terhadap
orang lain, misalnya mencoba untuk melampaui standar kinerja normatif,
mencoba untuk menjadi orang terbaik dengan menggunakan standar
perbandingan sosial, berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam grup atau
kelas pada saat mengerjakan tugas, menghindari penilaian kemampuan
rendah atau tampak bodoh tentang dirinya, dan mencari regocnition publik
41
tingkat kinerja tinggi. Menurut Schunk, Pintrich, dan Meece (2008: 185)
individu dengan performance goal yang kuat memiliki karakteristik
berusaha untuk mendapatkan peringkat tinggi dan tidak suka membuat
kesalahan. Ormord (2008: 111) berpendapat ada beberapa karakteristik
performance goal sebagai berikut :
a. Percaya bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang bersifat
stabil. Ada orang yang memilikinya dan ada yang tidak.
b. Memilih tugas yang memaksimalkan kesempatan untuk
mendemonstrasikan kompetensi, menghindari tugas dan tindakan
(misalnya bertanya) yang membuat terlihat tidak kompeten.
c. Bereaksi terhadap tugas yang mudah dengan perasaan bangga.
d. Memandang usaha sebagai tanda kompetensi yang rendah,
beranggapan bahwa orang yang berkompeten seharusnya tidak perlu
berusaha keras.
e. Lebih termotivasi secara ekstrinsik, seperti penguat dan hukuman
eksternal cenderung menyontek untuk mendapatkan nilai yang tinggi.
f. Kurang menampilkan belajar dan perilaku yang self regulated.
g. Menggunakan strategi belajar yang hanya bersifat rote learning
(misalnya pengulangan, mencontoh, mengingat kata per kata).
h. Mengevalusi kinerjanya dalam kerangka perbandingan dengan orang
lain.
i. Memandang kesalahan sebagai tanda kegagalan dan tidak kompeten.
j. Merasa puas dengan kinerja hanya jika berhasil.
42
k. Menginterpretasikan kegagalan sebagai tanda rendahnya kemampuan
dan karena itu meramalkan kegagalan berulang di waktu yang akan
dating.
l. Memandang guru sebagai penilai, pemberi hadiah atau hukuman.
Kemudian menurut Maehr dan Midgley (1991 dalam Shunck, Pintrich,
dan Meece 2008: 185) ada tiga karakteristik goal orientation yaitu :
1 Task-focused
Karakteristik siswa dengan task focused suka belajar dari pekerjaan
rumahnya bahkan bila dia membuat banyak kesalahan, alasan siswa
mengerjakan pekerjaan sekolah karena siswa ingin belajar hal baru, dan
alasan terakhir siswa adalah siswa ingin menjadi lebih baik.
2 Performance-approach
Siswa dengan performance approach memiliki karakteristik adalah ingin
menunjukkan pada guru, bahwa dia lebih pintar dari siswa lain; siswa
ingin melakukan hal yang lebih baik daripada siswa lain di kelas; siswa
akan merasa sangat baik bila siswa tersebut menjadi satu-satunya siswa
yang dapat menjawab pertanyaan guru di kelas.
3 Performance-avoid
Karakteristik siswa dengan performance avoid, di mana siswa sangat
penting tidak terlihat bodoh di kelas, alasan siswa mengerjakan tugasnya
agar orang lain tidak akan berpikir bahwa siswa itu bodoh, alasan siswa
menghindari tugasnya agar siswa tidak terlihat tidak bisa mengerjakannya.
43
Berdasarkan beberapa teori tentang karakteristik goal orientation oleh
beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik goal orientation
terbagi menjadi dua yaitu : mastery/learning/task focused/task involved goals dan
performance/ego involved goals. Terdapat perbedaan antara mastery goal dan
performance goal. Diterangkan bahwa mastery goal ini lebih memiliki motivasi
instrinsik, di mana siswa dengan mastery goal akan cenderung mementingkan
bagaimana cara siswa agar dapat memahami materi. Hal ini terjadi sebaliknya
pada siswa dengan performance goal, siswa lebih memiliki motivasi ekstrinsik.
Siswa cenderung mementingkan mendapatkan nilai baik dan pengakuan secara
sosial tentang dirinya yang berkompeten. Cara siswa untuk mendapatkan
pengakuan ini terkadang menggunakan usaha yang maladaptif, misalnya
menyontek agar mendapat nilai dan dipuji.
Berdasarkan pemaparan di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan mastery
goal lebih baik dibandingkan siswa dengan performance goal. Hal ini sejalan
dengan penelitian Mattern (2005: 30) yang menunjukkan bahwa siswa dengan
mastery goal orientation memiliki level prestasi belajar yang lebih tinggi dari
pada siswa dengan performance goal orientation. Schunk, Pintrich, dan Meece
(2008: 287) mengatakan bahwa siswa dengan mastery goal lebih menggunakan
strategi pengaturan diri yang seperti perencanaan, kesadaran dan pemonitoran.
Berbeda dengan siswa dengan performance goal yang hanya menggunakan
strategi yang lebih dangkal seperti penghafalan. Siswa yang cenderung mastery
goal akan mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang
lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah
44
yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi
(kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu)
dibandingkan siswa-siswa yang cenderung performance goal.
2.4 Perbedaan Self Regulated Learning ditinjau dari Goal
Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
Magelang
Pendidikan merupakan hal pokok bagi individu, karena dengan adanya
pendidikan individu tersebut dapat mengembangkan dirinya. Fakta yang terjadi
pendidikan juga menjadi ketakutan bagi peserta didiknya. Hal ini dibuktikan
adanya ketidaklulusan siswa, tidak naik kelas karena tidak memenuhi KKM, dan
persaingan yang semakin ketat.
Siswa SMA masuk dalam kategori masa remaja awal, di mana menurut
Mappiare (1982: 25) pada masa ini siswa berusia 13/14 sampai dengan 17 tahun.
Di dalam dunia pendidikan, siswa SMA sudah mulai menentukan dan memasuki
masa penjurusan. Umumnya jurusan yang terdapat di SMA adalah jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Siswa yang sudah mulai mempersiapkan dan memasuki penjurusan
seharusnya dapat mengembangkan ilmu yang sedang dipelajarinya sesuai dengan
keinginannya. Selain itu, siswa dituntut dapat mempertanggungjawabkan hal
(jurusan) yang dia pilih saat ini. Ormord (2008: 39) menjelaskan pada masa SMA
ini terjadi peningkatan perencanaan belajar dan motivasinya. Berdasarkan
kenyataan yang ada, tidak semua siswa sesuai dengan harapan. Terdapat beberapa
siswa yang sering membolos dengan alasan bosan, tidak mengumpulkan tugas,
45
lebih suka membicarakan hal-hal yang tidak termasuk dalam pelajaran, dan lain
sebagainya.
Self regulated learning adalah proses atau usaha individu yang dilakukan
secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada
pencapaian tujuan. Terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki kemampuan self
regulated learning sehingga masih ada siswa yang mengalami permasalahan
belajar.
Kemampuan self regulated learning dalam dunia pendidikan sangat
penting karena siswa yang mempunyai self regulated learning yang tinggi akan
dengan mudah mencapai prestasi yang optimal. Rencana belajar siswa
merupakan salah satu cara yang dibuat untuk mengontrol self regulated learning
agar tidak memunculkan perilaku seperti yang dicontohkan sebelumnya dan
terdapat pencapaian prestasi yang optimal.
Self regulated learning (SRL) selalu mengarah pada beberapa tujuan, yang
terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan menentukan
tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi pencapaian
tujuan. Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa goal orientation menjadi
penunjangnya (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007: 14).
Menurut Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 142) siswa dengan tujuan dan
efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan
yang dia percaya dapat menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan
proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Self regulated
learning yang dihasilkan mengacu pada pikiran, perasaan dan tingkah laku yang
46
ditujukan untuk pencapaian target dengan melakukan perencanaan terarah
(Zimmerman, dalam Schimtz dan Wiese 2006: 66). Kedua pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa goal orientation yang jelas maka akan meningkatkan
kemampuan self regulated learning pula, karena komponen dari self regulated
learning adalah perencanaan terarah. Perencanaan terarah siswa dalam
pembelajaran dapat muncul karena adanya goal orientation siswa, dimana goal
orientation akan menjadi pendorong siswa untuk berusaha. Hal ini dapat
diperkuat Schunk, Pintrich dan Meece (2008: 174) bahwa ketika individu tidak
memiliki komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal
dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi.
Goal orientation terdapat dua karakteristik yang membedakan cara belajar
dan performance anak, antara lain: mastery goal dan performance goal. Mastery
goal adalah orientasi siswa untuk menguasai materi pelajaran, sedangkan
performance goal adalah orientasi siswa untuk mendapatkan hasil yang baik.
Perbedaan goal orientation yang siswa miliki dapat menimbulkan usaha yang
berbeda pula. Siswa dengan mastery goal berhenti belajar bila merasa menguasai
materi pelajaran dengan baik, sedangkan siswa dengan performance goal berhenti
belajar bila merasa nilainya sudah baik.
Siswa yang cenderung mastery goal akan mencari tantangan,
menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi
metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan
memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan
47
diri untuk berhasil dalam situasi tertentu) daripada siswa-siswa yang cenderung
performance goal.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan goal
orientation siswa dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan siswa. Ames dan
Archer (1998, dalam Schunk, 2012: 278) berpendapat bahwa goal orientation
menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang dilakukannya untuk
mencapai hasil yang diharapkannya. Usaha-usaha yang dilakukan siswa untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam proses pembelajaran ini salah satunya
adalah menunjukkan kemampuan self regulated learning. Mastery goal lebih
termotivasi secara instrinsik daripada performance goal. SRL lebih dipengaruhi
motivasi secara instrinsik, maka mastery goal lebih berpengaruh dibandingkan
performance goal.
Perbedaan goal orientation akan berpengaruh positif ataupun negatif untuk
meningkatkan self regulated learning. Dapat dikatakan tingkat SRL siswa SMA
dengan mastery goal lebih tinggi dibandingkan siswa SMA dengan performance
goal.
48
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu “Ada perbedaan self regulated learning antara siswa dengan
mastery goal dan siswa dengan performance goal di SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang”. Siswa dengan mastery goal memiliki tingkat self
regulated learning dibandingkan siswa dengan performance goal.
Goal Orientation
Mastery Goal
1. Siswa memilih tugas-tugas yang dapatmemaksimalkan pemahaman materi
2. Siswa menganggap usaha sebagai halyang penting untuk meningkatkanpemahaman atau kompetensi
3. Siswa mementingkan penguasaanmateri pelajaran
4. Siswa menganggap kegagalan sebagaitanda diperlukan usaha yang lebih keras
5. Siswa membandingkan kinerja dengankerangka kemajuan yang sudah dibuat
SRL Tinggi
Performance goal
1. Siswa memilih tugas-tugas yangmemaksimalkan kesempatan untukmenunjukkan kompetensinya
2. Siswa menganggap goodperformance adalah hal yang utama
3. Siswa mementingkan penguatan dariluar
4. Siswa menganggap kegagalanmerupakan kinerja yang buruk
5. Siswa membandingkan kinerjanyadengan kinerja orang lain
SRL Rendah
49
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yakni
penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto
2010: 27). Menurut Azwar (2011: 5) penelitian kuantatif menekankan analisisnya
pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika dan
dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) serta
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan hipotesis
nihil.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif komparasi,
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat melalui pengamatan
terhadap konsekuensi yang sudah terjadi dan menengok ulang data penelitian
untuk menemukan faktor-faktor penyebab yang mungkin terdapat disana (Azwar
2011: 9). Aswarni (dalam Arikunto 2010: 267) berpendapat bahwa penelitian
komparatif merupakan penelitian yang dapat menemukan persamaan-persamaan
dan perbedaan-perbedaaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur
kerja, tentang ide–ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu idea atau
suatu prosedur kerja. Penelitian komparatif juga membandingkan kesamaan
pandangan atau perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau Negara,
50
terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap suatu ide. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal
orientation siswa SMA N 1 Mertoyudan Kab. Magelang, maka penelitian ini
menggunakan desain penelitian kuantitatif komparasi.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang
maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dpelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 38). Variabel menurut
Azwar (2011: 59) adalah konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat
pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara
kualitatif. Arikunto (2010: 118) juga berpendapat bahwa variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel
utama dalam penelitian dan penentuan fungsinya masing-masing (Azwar 2011:
61). Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
(1) Variabel Bebas
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel
lain (Azwar 2011: 62). Menurut Cozby (2009: 126) variabel yang menjadi
“sebab” disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah goal orientation, di mana goal orientation merupakan variabel diskrit
yang membedakan antara mastery goal dan performance goal.
51
(2) Variabel Terikat
Variabel terikat atau disebut juga variabel tergantung adalah variabel
penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh
variabel lain (Azwar 2011: 62). Cozby (2009: 126) mengatakan bahwa varibel
yang merupakan “akibat” disebut dengan variabel tergantung. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah self regulated learning.
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional adalah sebuah definisi dari variabel dalam bentuk
operasi atau teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur atau
memanipulasi (Cozby 2009: 107). Menurut Azwar (2011: 74) definisi operasional
sebagai definisi yang memiliki arti tunggal dan diterima secara objektif bila mana
indikator variabel yang bersangkutan tersebut tampak. Berikut adalah definisi
operasional dari variabel penelitian :
1) Variabel bebas dalam penelitian ini goal orientation mengacu pada orientasi
yang menjadi alasan siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan ketika mencoba
berusaha yang mencakup proses dan tindakannya untuk mencapai atau
memperoleh tingkat tertentu, dimana klasifikasi skala goal orientation siswa
diukur berdasarkan karakteristik goal orientation menurut Ames dan Archer
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. mastery goal (tujuan penguasaan).
b. performance goal (tujuan kinerja).
2) Variabel terikat dalam penelitian ini self regulated learning adalah usaha
siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan yang dilakukan secara sistematis untuk
52
memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan. Dalam
penelitian ini, perolehan skor self regulated learning dibuat berdasarkan
strategi-strategi untuk melakukan self regulated learning, yaitu :
a. fungsi personal (personal function), yang mencakup rehearsing &
memorizing dan goal setting & planning.
b. fungsi tingkah laku (behavioral function), yang mencakup self-evaluating
dan self-consequenting.
c. fungsi lingkungan (environment function), yang mencakup keeping
records & self monitoring, environmental structuring, dan seeking social
assistance.
3.3.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian
Hubungan antar dua variabel adalah cara umum di mana nilai-nilai
berbeda dari satu variabel diasosiasikan dengan nilai-nilai berbeda dari variabel
yang lain (Cozby 2009: 109). Berdasarkan hipotesis penelitian, diasumsikan
bahwa variabel goal orientation dapat mempengaruhi variabel self regulated
learning. Hubungan antar variabel pada penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan tingkat self regulated learning yang dipengaruhi oleh perbedaan
goal orientation individu tersebut. Hubungan antar variabel dapat ditunjukkan
dalam bagan sebagai berikut :
Variabel bebas : goal orientation
Variabel tergantung : self regulated learning
53
Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010: 173).
Definisi lain dari populasi adalah kelompok subjek yang akan diteliti atau dikenai
generalisasi hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang tahun ajaran 2012/2013 dari kelas X,
XI berjumlah 415 siswa dengan rincian kurang lebih 30 siswa per kelas. Adapun
gambaran jumlah 415 siswa yang terbagi menjadi dua karakteristik goal
orientation sebagai berikut (1) siswa kelas X1 terdapat 10 siswa mastery goal, 7
siswa performance goal dan 14 siswa tidak terbedakan, (2) siswa kelas X3 terdapat
9 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 12 siswa tidak terbedakan,
(3) Siswa kelas X4 terdapat 7 siswa mastery goal, 7 siswa performance goal dan
16 siswa tidak terbedakan, (4) Siswa kelas X5 terdapat 8 siswa mastery goal, 10
siswa performance goal dan 11 siswa tidak terbedakan, (5) Siswa kelas X6
terdapat 7 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 14 siswa tidak
terbedakan, (6) Siswa kelas X7 terdapat 6 siswa mastery goal, 11 siswa
performance goal dan 11 siswa tidak terbedakan, (7) Siswa kelas X8 terdapat 6
siswa mastery goal, 10 siswa performance goal dan 16 siswa tidak terbedakan, (8)
Siswa kelas XIIS2 terdapat 9 siswa mastery goal, 9 siswa performance goal dan 12
siswa tidak terbedakan, (9) Siswa kelas XIIS3 terdapat 6 siswa mastery goal, 11
Goal Orientation SRL
54
siswa performance goal dan 10 siswa tidak terbedakan, (10) Siswa kelas XIIS4
terdapat 7 siswa mastery goal, 10 siswa performance goal dan 11 siswa tidak
terbedakan, (11) Siswa kelas XIIA1 terdapat 10 siswa mastery goal, 6 siswa
performance goal dan 15 siswa tidak terbedakan, (12) Siswa kelas XIIA2 terdapat 8
siswa mastery goal, 8 siswa performance goal dan 14 siswa tidak terbedakan, (13)
Siswa kelas XIIA3 terdapat 9 siswa mastery goal, 8 siswa performance goal dan 13
siswa tidak terbedakan, (14) Siswa kelas XIIA4 terdapat 7 siswa mastery goal, 9
siswa performance goal dan 13 siswa tidak terbedakan. Berdasarkan data tersebut,
dapat dilihat populasi secara keseluruhan terdiri dari 109 siswa mastery goal, 124
siswa performance goal, dan 182 siswa tidak terbedakan. Data tersebut terangkum
pada lampiran halaman 118.
Siswa kelas XII tidak digunakan karena sudah mengakhiri masa sekolah
tahun ajaran 2012/2013. Karakteristik dari populasi penelitian ini sebagai berikut :
1. siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang Tahun Ajaran 2012/2013.
2. Siswa yang memiliki mastery goal.
3. Siswa yang memiliki performance goal.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi representasi atau
mewakili populasi. Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi
(Arikunto 2010: 174). Analisis penelitian didasarkan pada data sampel sedangkan
kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi maka sangatlah penting untuk
memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya (Azwar 2011: 79-80).
55
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability
Sampling berupa Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap
homogen (Sugiyono, 2010: 120).
Berdasarkan hasil penggolongan karakteristik goal orientation diperoleh
populasi siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kab. Magelang tahun ajaran
2012/2013 yang memiliki mastery goal berjumlah 109 siswa, sedangkan siswa
yang memiliki performance goal berjumlah 124 siswa. Menurut McMillan dan
Sally (2011: 177) ukuran sampel penelitian komparasi minimal 30 subjek untuk
masing-masing kelompok. Sampel penelitian yang akan diambil untuk masing-
masing karakteristik goal orientation sebanyak 64 siswa.
Pengambilan sampel dengan cara pengundian. Undian dilakukan pada
siswa yang memiliki mastery goal sebanyak 109 siswa dan siswa yang memiliki
performance goal sebanyak 124 siswa. Pengambilan undian dilakukan per kelas
yang akan diambil 4 s.d. 5 siswa untuk masing-masing karakteristik goal
orientation, dengan cara mengambil secara acak melalui nomer absen siswa-siswa
per kelas. Siswa yang namanya terpanggil akan menjadi subjek penelitian.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara pengumpulan data atau disebut
dengan instrumen. Menurut Suryabrata (2006: 38) kualitas data ditentukan oleh
kualitas alat pengambil data atau alat pengukurnya. Bila alat pengambil data
cukup reliabel dan valid, maka datanya juga akan cukup reliabel dan valid.
56
Pengumpul data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala psikologi, karena
skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari berbagai
bentuk alat pengumpul data lain seperti angket atau yang lainnya, sehingga skala
psikologi dapat menggali secara dalam data yang ingin didapat. Menurut Azwar
(2011: 3) karakteristik skala psikologi adalah sebagai berikut :
1) Stimulusnya berupa pernyataan atau pertanyaan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator
perilaku dan atribut yang bersangkutan.
2) Skala psikologi selalu berisi banyak item. Jawaban subyek dari satu item baru
merupakan bagian dari banyak indikator mengenai atribut yang diukur
sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila
semua item telah direspon.
3) Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah, semua
jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-
sungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda
pula.
Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki empat
alternatif jawaban, tanpa menggunakan jawaban netral. Pemilihan empat alternatif
jawaban tanpa jawaban netral tersebut berdasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut (Hadi, 1991: 20) :
1) Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga
diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu
57
2) Adanya pilihan tengah atau netral membuat responden menjadi ragu-ragu
3) Maksud kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat
kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.
3.5.1 Skala Goal Orientation
Skala psikologi goal orientation ini dimaksudkan untuk mengungkap
bagaimana goal orientation siswa dalam pembelajaran. Skala goal orientation
pada penelitian ini dibuat dalam bentuk pernyataan dengan empat alternatif
pilihan jawaban, antara lain : STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), S
(Sesuai), SS (Sangat Sesuai). Aspek-aspek untuk mengungkap goal orientation
menggunakan mastery goal dan performance goal. Mastery goal adalah orientasi
siswa untuk menguasai materi pelajaran dan performance goal adalah orientasi
siswa untuk mendapatkan hasil yang baik.
Aitem dari skala goal orientation ini mengadaptasi skala goal orientation
yang telah dirumuskan oleh Button, Mathieu, dan Zajac (1996) dan Boyle dan
Klimoski (1995, dalam Breland 2001); VandeWalle, Cron, dan Slocum (2000).
Aitem-aitem ketiga peneliti tersebut ditunjukkan dengan rincian matriks pada
lampiran.
Skala goal orientation ini disusun dengan cara membandingkan aítem-
aitem yang sudah dipaparkan oleh tiga peneliti sebelumnya. Aitem-aitem tersebut
digabungkan menjadi satu, dimana aítem yang memiliki maksud sama menjadi
satu aítem. Berdasarkan perbandingan kumpulan matriks di atas, maka terdapat 17
aitem untuk skala goal orientation. Aspek mastery goal memiliki 7 aitem dan
aspek performance goal memiliki 10 aitem. Perbedaan jumlah aitem pada kedua
58
aspek ini didasarkan karena peneliti tidak membedakan aspek performance goal
menjadi 2 karakteristik.
Tabel 3.1. Blue Print Skala Goal Orientation
Aspek Nomor Item Total Mastery Goals 3, 4, 6, 7, 10, 12, 14 7
Performance Goals 1, 2, 5, 8, 9, 11, 13, 15, 16, 17 10 Total 17
Pengelompokkan antara siswa yang memiliki mastery goal dan siswa yang
memiliki performance goal dengan cara membandingkan kriteria kedua kelompok
tersebut, di mana kriteria pada masing-masing karakteristik goal orientation siswa
dibagi menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun perhitungan
dan kriteria masing-masing karakteristik goal orientation sebagai berikut :
Kelompok Mastery Goal
Tabel 3.2 Kriteria Mastery Goal
Interval Skor Interval Kriteria (M + 1,0 Ϭ) ≤ X 21 ≤ X Tinggi
(M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) 14 ≤ X < 21 Sedang X < (M – 1,0 Ϭ ) X < 14 Rendah
Jumlah aitem : 7 Rentang Maksimum : (jumlah aitem x skor tertinggi) = 7 x 4 = 28 Rentang minimum : (jumlah aitem x skor terendah) = 7 x 1 = 7 Mean teoretis (M) : (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (28 + 7) : 2 = 17,5 Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6)
: (28 – 7) : 6) = 3,5
59
Kelompok Performance Goal
Tabel 3.3 Kriteria Performance Goal
Interval Skor Interval Kriteria (M + 1,0 Ϭ) ≤ X 30 ≤ X Tinggi
(M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) 20 ≤ X < 30 Sedang X < (M – 1,0 Ϭ ) X < 20 Rendah
Sesuai dengan kriteria di atas, siswa yang termasuk mastery goal tinggi
memiliki skor 21 ≤ X, siswa dengan mastery goal sedang memiliki skor 14 ≤ X <
21 dan siswa dengan mastery goal rendah X < 14. Siswa yang termasuk
performance goal tinggi memiliki skor 30 ≤ X, siswa dengan performance goal
sedang memiliki 20 ≤ X < 30 dan siswa dengan performance goal rendah
memiliki skor X < 20.
Setelah mengklasifikasikan siswa sesuai dengan kriterianya pada kedua
karakteristik goal orientation tersebut, dalam diambil kriteria keputusan sebagai
berikut :
1. Siswa dikatakan kelompok mastery goal, apabila kriteria mastery goal lebih
dominan atau lebih tinggi daripada kriteria performance goal
2. Siswa dikatakan kelompok performance goal, apabila kriteria performance
goal lebih dominan atau lebih tinggi daripada kriteria mastery goal
Jumlah aitem : 10 Rentang Maksimum : (jumlah aitem x skor tertinggi) = 10 x 4 = 40 Rentang minimum : (jumlah aitem x skor terendah) = 10 x 1 = 10 Mean teoretis (M) : (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (40 + 10) : 2 = 25 Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6)
: (40 – 10) : 6) = 5
60
3. Siswa dikatakan tidak terbedakan atau tidak termasuk ke dalam kelompok
mastery goal maupun performance goal, apabila kriteria kedua kelompok
memiliki hasil yang sama.
3.5.2 Skala Self Regulated Learning
Skala psikologi self regulated learning dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengungkap seberapa tinggi usaha siswa yang dilakukan secara sistematis
untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan.
Dalam skala psikologi ini menggunakan empat alternatif jawaban, antara lain :
STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak Sesuai), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai).
Sedangkan jenis pertanyaan atau pernyataan terdiri dari dua jenis antara lain:
favorable dan unfavorable. Skor aitem yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4.
Pemberian skor untuk pertanyaan favorable, untuk jawaban STS diberi skor 1,
jawaban TS diberi skor 2, jawaban S diberi skor 3, dan jawaban SS diberi skor 4.
Begitu juga sebaliknya untuk pertanyaan unfavorable jawaban STS diberi skor 4,
jawaban TS diberi skor 3, jawaban S diberi skor 2, dan jawaban SS diberi skor 1.
Aspek-aspek yang digunakan dalam skala self regulated learning siswa
adalah (1) personal function, (2) behavior function, (3) environmental function
yang diturunkan menjadi beberapa indikator rehearsing & memorizing (siswa
berusaha untuk berlatih dan menghapalkan), goal setting & planning (penetapan
tujuan belajar serta merencanakan urutan, waktu, dan penyelesaian aktivitas-
aktivitas yang berhubungan dengan tujuan), self-evaluating (siswa melakukan
evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya), self-consequenting
(siswa membayangkan reward dan punishment yang didapat jika memperoleh
61
kesuksesan atau kegagalan), seeking information (siswa berusaha untuk mencari
informasi lebih lengkap dari sumber-sumber nonsosial), keeping records & self-
monitoring (siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang
diperoleh dalam proses belajar), environmental structuring (siswa berusaha untuk
memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih
mudah), dan seeking social assistance (siswa berusaha mencari bantuan dari
teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu).
Tabel 3.4 Blue Print Skala Self Regulated Learning
Aspek Indikator Nomor Item Total F UF Personal Function
Rehearsing & memorizing 1,10,14,25 2,11,19,47 8 Goal setting & planning 5,20,32,29 6,15,55,63 8
Behavior Function
Self-evaluating 8,34,40,48 4,18,33,36 8 Self-consequenting 17,43,51,56 9,16,41,61 8
Environmental Function
Seeking information 12,23,37,45 13,24,44,57 8 Keeping records & self-
monitoring 39,53,58,60 21,26,38,62 8
Environmental structuring 3,7,27,35 28,49,54,59 8 Seeking social assitance 22,31,42,64 30,46,50,52 8 Total 32 32 64
3.6 Validitas dan Reliabilitas
3.6.1 Validitas Intrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengukur goal
orientation dan self regulated learning siswa SMA. Penelitian ini menggunakan
skala dengan jumlah 81 aitem. Dua skala psikologi ini dalam pelaksanaannya
telah mengalami beberapa pengembangan. Skala awal diujicobakan pada
kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang kemudian peneliti mencoba
62
melihat apakah aitem-aitem dalam skala terdapat kesulitan dalam penggunaan
kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat.
Berdasarkan uji coba kualitatif yang dilakukan peneliti, untuk skala goal
orientation menurut 4 orang siswa tidak terdapat kata atau kalimat yang sulit
dimengerti. Hasil uji coba kualitatif skala self regulated learning terdapat
beberapa kata dan kalimat yang kurang tepat, seperti :
Tabel 3.5 Perbaikan Item Uji Coba Kualitatif
No Item Lama Item Baru 1 Saya menempatkan buku-buku
pelajaran di rak agar mudah menemukannya
Saya menata kembali buku-buku pelajaran, setelah selesai menggunakannya
2 Setelah mendapat tugas dari guru, saya langsung mengerjakannya sesampainya di rumah
Apabila mendapatkan tugas dari guru, saya langsung mengerjakannya pada hari itu juga
3 Jika saya kesulitan mengerjakan tugas dirumah, saya meminta bantuan kakak atau saudara yang mengerti
Jika saya kesulitan mengerjakan tugas di rumah, saya meminta bantuan anggota keluarga yang mengerti
4 Saya menggunakan media internet untuk jejaring sosial atau game saja
Saya lebih suka menggunakan media internet untuk jejaring sosial tau game daripada mencari bahan untuk materi mata pelajaran
5 Saya membandingkan nilai-nilai ujian dan tugas dengan target nilai yang sudah saya buat
Saya membandingkan nilai-nilai ujian dengan target nilai yang sudah dibuat sendiri
Skala kemudian direvisi kembali dengan tepat mempertahankan format 81
aitem dengan perubahan pada aitem-aitem yang dianggap kurang tepat. Skala
tersebut disusun dalam bentuk booklet dan diujicobakan kepada 56 orang siswa.
Pelaksanaan uji coba skala pada hari kamis 30 Mei 2013 dimaksudkan untuk
mengujicobakan skala goal orientation dan skala self regulated learning yang
disebarkan langsung kepada subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian
63
ini dilakukan uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu
kepada uji coba yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek penelitian.
Analisis validitas data uji coba goal orientation dan skala self regulated
learning menggunakan teknik uji coba Product Moment dari
Pearson, sedangkan analisis reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach
dengan bantuan SPSS Versi 17.0 For Windows.
Hasil uji coba yang menggunakan SPSS Versi 17.0 For Windows adalah
sebagai berikut :
1. Skala Goal Orientation
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala goal orientation
berjumlah 17 aitem yang terdiri dari 10 aitem performance goals dan 7 aitem
mastery goals dinyatakan valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem
tersebut lebih besar dari p> 0,01 atau p> 0,05. Sebaliknya, apabila signifikansi
aitem lebih kecil dari p < 0,01 atau p < 0,05 maka aitem dinyatakan tidak valid.
2. Skala Self Regulated Learning
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala self regulated
learning yang terdiri dari 64 item terdapat 51 aitem yang valid dan 13 aitem yang
tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih besar
dari p>0,01 atau p>0,05. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari
p<0,01 atau p<0,05 maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid
terdapat pada nomor 7, 8, 9, 10, 15, 18, 22, 28, 32, 34, 43, 55, dan 61.
Aitem yang valid kemudian disusun kembali dan digunakan sebagai alat
pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan aitem yang
64
dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala self regulated
learning yang baru terdapat 51 aitem pernyataan. Aitem-aitem yang gugur dan
yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada hasil uji coba dalam tabel
3.6.
Tabel 3.6 Sebaran item Uji Coba Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Nomor Item Total F UF
Personal Function
Rehearsing & memorizing 1,10*,14,25 2,11,19,47 8
Goal setting & planning 5,20,32*,29 6,15*,55*,63 8 Behavior Function
Self-evaluating 8*,34*,40,48 4,18*,33,36 8 Self-consequenting 17,43*,51,56 9*,16,41,61* 8
Environmental Function
Seeking information 12,23,37,45 13,24,44,57 8 Keeping records & self-
monitoring 39,53,58,60 21,26,38,62 8
Environmental structuring 3,7*,27,35 28*,49,54,59 8
Seeking social assitance 22*,31,42,64 30,46,50,52 8 Total 32 32 64
Tanda (*) : Nomor item yang tidak valid
Penyebaran butir-butir item penelitian variabel self regulated learning
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Sebaran Item Penelitian Self Regulated Learning
Aspek Indikator Nomor Item Total F UF Personal Function
Rehearsing & memorizing 1,14,25 2,11,19,47 7 Goal setting & planning 5,20,29 6,10 5
Behavior Function
Self-evaluating 40,48 4,33,36 5 Self-consequenting 17,32,51 16,41 5
Environmental Function
Seeking information 12,23,37,45 13,24,44,57 8 Keeping records & self-
monitoring 39,53,58,60 21,26,38,62 8
Environmental structuring 3,27,35 7,28,49 6 Seeking social assitance 31,34,42 22,30,46,50 7 Total 25 26 51
65
3.6.2 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto 2010: 168). Suatu instrumen yang sahih
mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang sahih berarti
memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitas skala goal orientation dan skala self regulated learning siswa
dalam penelitian ini diukur menggunakan pendekatan validitas konstrak karena
mengukur sejauh mana skala goal orientation dan skala self regulated learning
siswa mengungkapkan konsep teoritik yang ingin diukur. Liftiah (2013: 104)
menyatakan bahwa validitas konstrak ini mempersoalkan sejauh mana skor-skor
hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan
konstruksi teoritis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut.
Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika. Adapun cara
pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi
product moment dari pearson, karena aitem yang digunakan dalam penelitian ini
dihitung dengan menggunakan korelasi antara skor aitem dan skor total aitem.
3.6.3 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen
tersebut sudah baik (Arikunto 2010: 178). Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
66
Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil
tetap saja hasilnya akan sama.
Reliabilitas skala goal orientation dan skala self regulated learning siswa
dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal karena hanya melakukan
perhitungan berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar (2010: 63-64)
pendekatan reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat konsistensi
antaraitem atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji tingkat reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, karena dalam pengambilan
data menggunakan skala bertingkat sehingga skornya 1, 2, 3, dan 4.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0
sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur
yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang
mendekati 0 berarti memiiki reliabilitas alat ukur yang rendah.
Berdasarkan hasil pengujian melalui SPSS Versi 17.0 For Windows
diperoleh hasil untuk reliabilitas skala goal orientation kelompok mastery goal
sebesar 0,780, sedangkan skala goal orientation kelompok performance goal
sebesar 0,752. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala goal orientation secara
keseluruhan dinyatakan reliabel.
Tabel 3.8 Reliability Statistic Skala Goal Orientation kelompok Mastery goal
Cronbach's Alpha N of Items
.780 7
67
Tabel 3.9 Reliability Statistc Skala Goal Orientation Kelompok Performance Goal
Hasil uji reliabilitas pada skala self regulated learning diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,939. Berdasarkan hasil tersebut, maka skala self regulated
learning reliabel.
Tabel 3.10 Reliability Statistic Skala Self Regulated Learning
3.7 Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 29 Mei 2013 diberikan
kepada 56 siswa, yaitu siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan kelas X2 dan kelas XIIS1.
Pemilihan subjek ini didasarkan pada kesamaan karakteristik populasi sebenarnya.
Pelaksanaan uji coba ini menggunakan instrumen penelitian dengan jumlah total
81 aitem. Instrumen tersebut diisi dan dikembalikan saat itu juga, kemudian
diolah untuk mengetahui aitem yang valid. Instrumen awal diujicobakan pada
kelompok subjek yang kemudian peneliti mencoba melihat adanya kesulitan
dalam penggunaan kata-kata dan bahasa yang kurang tepat dalam instrumen
penelitian. Setelah aitem diperbaiki kemudian dapat digunakan sebagai instrumen
untuk mengumpulkan data penelitian.
Cronbach's Alpha N of Items
.752 10
Cronbach's Alpha N of Items
.939 51
68
3.8 Metode Analisis Data
Metode análisis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Metode
análisis data yang pertama adalah análisis deskriptif variabel self regulated
learning secara umum dan secara spesifik. Perhitungan análisis deskriptif
penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.11 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik
Interval Skor Kriteria (M + 1,0 Ϭ) ≤ X Tinggi
(M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) Sedang X < (M – 1,0 Ϭ ) Rendah
Keterangan :
M : mean teoritis
Ϭ : mean deviasi
Metode analisis data selanjutnya digunakan untuk mencari perbedaan
tingkat self regulated learning ditinjau dari goal orientation siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Kab. Magelang yang menggunakan uji coba t (t-test). Perhitungan uji
hipotesis dengan teknik komparasi dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
SPSS versi 17 for Windows. Umumnya teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik. Setelah data dalam penelitian terkumpul, untuk
membuktikan hipotesisnya maka dapat digunakan rumus t-test sebagai berikut:
t = M − M
SD
keterangan :
MX = Rerata dari sampel siswa yang memiliki mastery goal
MY = Rerata dari sampel siswa yang memiliki performance goal
69
SDbm = Standar kesalahan perbedaan mean sampel siswa yang memiliki
mastery goal dan sampel siswa yang memiliki performance goal.
Terdapat asumsi dari teknik analisis statistik t-test adalah sebagai berikut :
1. Varian antar dua kelompok adalah homogen
2. Distribusi dari dua kelompok adalah normal
Pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik t-test beda kelompok
yaitu perbedaan self regulated learning antara siswa yang memiliki mastery goal
dan siswa yang memiliki performance goal. Dikatakan beda kelompok karena
digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berbeda
(tidak berhubungan). Teknik ini digunakan untuk menguji pengaruh suatu variabel
independen terhadap variabel dependennya.
70
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Penelitian
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian
Orientasi kancah merupakan salah satu langkah awal sebelum penelitian
dilaksanakan. Peneliti perlu memahami kancah atau tempat penelitian. Orientasi
kancah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian karakteristik subjek
penelitian dengan lokasi penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
Magelang, beralamatkan Jl. Pramuka 49 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan tahun ajaran
2012/2013 yang berjumlah 415 siswa terdiri dari kelas X dan XI yang diambil
sampel sebanyak 109 siswa untuk kelompok mastery goal dan sampel sebanyak
124 siswa untuk kelompok performance goal.
Peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang untuk penelitian tentang “Perbedaan Self Regulated
Learning ditinjau dari Goal Orientation” berdasarkan studi pendahuluan yang
telah dilakukan. Terdapat beberapa fakta bahwa sebagian siswa yang masih
memiliki nilai yang belum tuntas, mencontek pada saat ulangan dan pekerjaan
rumah teman, kurang memanfaatkan fasilitas perpustakaan atau hanya
memanfaatkan fasilitas perpustakaan hanya pada saat diminta guru, terlambat
mengumpulkan tugas, sebagian besar siswa suka berbicara atau melakukan
71
kegiatan lain pada waktu diterangkan oleh guru, lebih suka membicarakan hal-hal
yang tidak masuk dalam pelajaran. Fakta-fakta yang terjadi pada siswa tersebut
menggambarkan memang terdapat masalah yang sesuai dengan topik penelitian
dan memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian.
4.1.2 Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang tahun ajaran 2012/2013, namun yang menjadi subjek
penelitian hanya kelas X dan XI karena siswa kelas XII sudah dinyatakan lulus.
Peneliti menetapkan jumlah sampel penelitian untuk kelompok siswa yang
memiliki mastery goal sebanyak 64 siswa dari total 109 siswa dan untuk
kelompok siswa yang memiliki performance goal sebanyak 64 siswa dari total
124 siswa. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 128 siswa.
Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling, yaitu
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, hal ini dilakukan karena
anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dengan cara
pengundian. Undian dilakukan pada siswa yang memiliki mastery goal sebanyak
109 siswa dan siswa yang memiliki performance goal sebanyak 124 siswa.
Pengambilan undian dilakukan per kelas yang akan diambil 4 s.d. 5 siswa untuk
masing-masing karakteristik goal orientation, dengan cara mengambil secara acak
melalui nomer absen siswa-siswa per kelas. Siswa yang namanya terpanggil akan
menjadi subjek penelitian.
72
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu sampai dengan Selasa, 15-19
Juni 2013. Pengumpulan data menggunakan skala goal orientation yang diberikan
kepada 415 siswa dan skala self regulated learning yang diberikan kepada 128
siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang tahun ajaran 2012/2013.
Skala goal orientation dan skala self regulated learning memiliki empat pilihan
jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai.
Setelah melalui pertimbangan, item-item yang tidak valid dibuang. Hal ini
dikarenakan setiap aspek masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-item
yang valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan analisis hasil
penelitian kepada subjek penelitian yang sebenarnya, dengan demikian ditetapkan
skala goal orientation berjumlah 17 item dan skala self regulated learning
berjumlah 51 item dengan total item untuk penelitian sebanyak 68 item.
4.2.2 Pelaksanaan Skoring
Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data selesai dilakukan adalah
melakukan skoring pada skala goal orientation dan skala self regulated learning
berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subjek penelitian. Rentang skor skala
goal orientation dan self regulated learning berkisar satu sampai empat. Skoring
berdasarkan jawaban subjek penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi data yang
kemudian dilakukan pengolahan data, yang meliputi uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis
73
4.3 Analisis Deskripsi
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparasi. Cara
menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan
dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan
metode statistik. Metode statistik digunakan untuk menghitung besarnya Mean
Hipotetik (Mean Teoritik), dan Standard Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada
jumlah aitem, dan skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing
alternatif jawaban. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kategorisasi model distribusi normal (Azwar, 2010 : 108-9). Penggolongan subjek
ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
4.3.1 Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Kabupaten Magelang Ditinjau dari Goal Orientation
Self regulated learning adalah usaha yang dilakukan secara sistematis
untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada pencapaian tujuan.
Gambaran self regulated learning pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan
Kabupaten Magelang yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki
performance goal dapat ditinjau secara umum maupun khusus (ditinjau
berdasarkan indikator). Data self regulated learning dalam penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan skala self regulated learning dengan jumlah aitem sebanyak
51 butir, skor tertinggi 4 dan skor rendah 1 pada masing-masing aitem. Rentang
minimumnya adalah 51 dan maksimumnya adalah 204 dengan mean teoretis
127,5 dan standar deviasi 25,5. Berikut perhitungannya :
74
Tabel 4.1. Kriteria Self Regulated Learning
Interval Skor Interval Kriteria (M + 1,0 Ϭ) ≤ X 153 ≤ X Tinggi
(M – 1,0 Ϭ ) ≤ X < ( M + 1,0 Ϭ ) 102 ≤ X < 153 Sedang X < (M – 1,0 Ϭ ) X < 102 Rendah
Sesuai dengan kriteria self regulated learning di atas, maka siswa yang
memiliki skor 153 ≤ X berarti memiliki tingkat self regulated learning tinggi, skor
102 ≤ X < 153 memiliki tingkat self regulated learning sedang dan skor X < 102
memiliki tingkat self regulated learning rendah.
Tabel 4.2. Gambaran Self Regulated Learning
Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
Tinggi 23 35,94% 5 7,81% Sedang 41 64,06% 59 92,19% Rendah - - - - TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel 4.2, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk kelompok
mastery goal memiliki tingkat self regulated learning lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang termasuk kelompok performance goal, walaupun keduanya
Jumlah aitem : 51 Rentang maksimum : (jumlah item x skor tertinggi) = 51 x 4 = 204 Rentang minimum : (jumlah item x skor terendah) = 51 x 1 = 51 Mean Teoretis (M) : (skor tertinggi + skor terendah) : 2 : (204 + 51 ): 2 = 127,5 Standar Deviasi (Ϭ) : (skor tertinggi - skor terendah) : 6) : (204 – 51) : 6) = 25,5
75
rata-rata berada pada skor tingkat self regulated learning sedang dan tidak
memiliki skor tingkat self regulated learning rendah. Siswa yang termasuk
kelompok mastery goal memiliki tingkat self regulated learning tinggi dengan
jumlah 23 siswa (35,94%) dan siswa yang memiliki tingkat self regulated
learning sedang dengan jumlah 41 siswa (64,06%), sedangkan siswa yang
termasuk kelompok performance goal memiliki tingkat self regulated learning
tinggi dengan jumlah 5 siswa (7,81%) dan siswa yang memiliki tingkat self
regulated learning sedang berjumlah 59 siswa (92,19%). Data tersebut dapat
dilihat pada gambar grafik sebagai berikut :
Gambar 4.1 Gambaran Umum Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Magelang
0
20
40
60
80
100
TinggiSedang
Rendah
35.94%
64.06%
0%
7.81%
92.19%
0%
Self Regulated Learning
Mastery Goal
Performance Goal
76
4.3.1.1 Gambaran Self Regulated Learning pada Siswa SMA Negeri 1
Mertoyudan Kabupaten Magelang Berdasarkan Tiap Indikator Ditinjau
dari Goal Orientation
Self regulated learning terdiri dari delapan indikator, yaitu rehearsing and
memorizing, goal setting and planning, self evaluating, self consequenting,
seeking information, keeping records and self monitoring, environmental
structuring dan seeking social assistance. Berikut ini merupakan deskripsi self
regulated learning berdasarkan masing-masing indikator.
4.3.1.1.1 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan
Rehearsing and Memorizing Ditinjau Dari Goal Orientation
Rehearsing and memorizing merupakan salah satu strategi dalam self
regulated learning, dimana siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran
untuk meningkatkan pembelajaran. Guna melihat gambaran self regulated
learning siswa berdasarkan indikator rehearsing and memorizing dapat dilihat
dari aitem sebanyak 7 butir. Gambaran rehearsing and memorizing siswa dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Gambaran Rehearsing and Memorizing
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
21 ≤ X Tinggi 31 48,44% 13 20,31% 14 ≤ X < 21 Sedang 33 51,56% 46 71,98%
X < 14 Rendah - 0% 5 7,81% TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
rehearsing and memorizing siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
77
Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi
berjumlah 31 siswa (48,44%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 33 siswa
(51,56%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian
siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi
berjumlah 13 siswa (20,31%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 46 siswa
(71,98%) dan berada dalam kriteria rendah 5 siswa (7,81%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa menelaah
kembali materi-materi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran antara
siswa dengan mastery goal dengan performance goal sama-sama dominan dalam
kriteria sedang yaitu 51,56% untuk siswa dengan mastery goal dan 71,98% untuk
siswa dengan performance goal.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan rehearsing and
memorizing untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 20,42, sedangkan
siswa yang memiliki performance goal sebesar 17,48. Hasil tersebut diperoleh
dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif
statistik untuk indikator rehearsing and memorizing dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Rehearsing and Memorizing
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance
Mastery Goal 64 12 20.42 2.369 5.613 Performance Goal 64 14 17.48 2.856 8.158 Valid N (listwise) 64
78
4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Goal
Setting and Planning Ditinjau Dari Goal Orientation
Strategi lain yang ada dalam self regulated learning yaitu goal setting and
planning, dimana siswa berusaha untuk berlatih dan menghapalkan materi. Guna
melihat gambaran self regulated learning siswa berdasarkan indikator goal setting
and planning dapat dilihat dari aitem sebanyak 5 butir. Gambaran goal setting and
planning siswa dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Gambaran Goal Setting and Planning
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
15 ≤ X Tinggi 35 54,69% 13 20,31% 10 ≤ X < 15 Sedang 29 45,31% 49 76,56%
X < 10 Rendah - 0% 2 3,13% TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
goal setting and planning siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang
yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 35
siswa (54,69%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 29 siswa (45,31%) dan
tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang
termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 13
siswa (20,31%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 49 siswa (76,56%) dan
berada dalam kriteria rendah 2 siswa (3,13%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang
memiliki mastery goal untuk berlatih dan menghapalkan materi berada pada
kriteria tinggi dengan prosentase sebanyak 54,69%, sedangkan siswa yang
79
memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase
sebanyak 76,56%.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan goal setting and
planning untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 14,41, sedangkan siswa
yang memiliki performance goal sebesar 12,97. Hasil tersebut diperoleh dari uji
statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik
untuk indikator goal setting and planning dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Deskriptif Statistik Goal Setting and Planning
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance Master Goal 64 8 14.41 1.788 3.197 Performance Goal 64 11 12.97 2.175 4.729 Valid N (listwise) 64
4.3.1.1.3 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Self
Evaluating Ditinjau Dari Goal Orientation
Strategi self regulated learning selanjutnya yaitu self evaluating, dimana
siswa melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan dari pekerjaanya. Guna
melihat gambaran self regulated learning siswa berdasarkan indikator self
evaluating dapat dilihat dari aitem sebanyak 5 butir. Gambaran self evaluating
siswa dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Gambaran Self Evaluating
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
15 ≤ X Tinggi 33 51,56% 7 10,94% 10 ≤ X < 15 Sedang 31 48,44% 53 82,81%
X < 10 Rendah - 0% 4 6,25% TOTAL 64 100% 64 100%
80
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self
evaluating siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang termasuk
kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 33 siswa (51,56%),
berada dalam kriteria sedang berjumlah 31 siswa (48,44%) dan tidak terdapat
siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk
kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 7 siswa
(10,94%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 53 siswa (82,81%) dan berada
dalam kriteria rendah 4 siswa (6,25%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang
memiliki mastery goal untuk melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan
dari pekerjaanya berada pada kriteria tinggi dengan prosentase sebanyak 51,56%,
sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang
dengan prosentase sebanyak 82,81%.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan self evaluating untuk
siswa yang memiliki mastery goal sebesar 14,50, sedangkan siswa yang memiliki
performance goal sebesar 12,27. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik
deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk
indikator self evaluating dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Deskriptif Statistik Self Evaluating
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance
Master Goal 64 9 14.50 1.919 3.683 Performance Goal 64 7 12.27 1.748 3.055 Valid N (listwise) 64
81
4.3.1.1.4 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Self
Consequenting Ditinjau Dari Goal Orientation
Strategi self regulated learning yang lain yaitu self consequenting, dimana
Siswa membayangkan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh
kesuksesan atau kegagalan. Guna melihat gambaran self regulated learning
berdasarkan indikator self consequenting dapat dilihat dari aitem sebanyak 5 butir.
Gambaran self consequenting siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9. Gambaran Self Consequenting
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
15 ≤ X Tinggi 25 39,06% 17 26,56% 10 ≤ X < 15 Sedang 38 59,38% 42 65,63%
X < 10 Rendah 1 1,56% 5 7,81% TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self
consequenting siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang
termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 25 siswa
(39,06%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 38 siswa (59,38%) dan berada
dalam kriteria rendah berjumlah 1 siswa (1,56%). Kemudian siswa yang termasuk
kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 17 siswa
(26,56%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 42 siswa (65,63%) dan berada
dalam kriteria rendah 5 siswa (7,81%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa tindakan siswa dalam
mengambil keputusan tentang hasil yang diperolehnya antara siswa dengan
mastery goal dengan performance goal sama-sama berada dalam kriteria sedang
82
yaitu 59,38% untuk siswa dengan mastery goal dan 65,63% untuk siswa dengan
performance goal.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan self consequenting untuk
siswa yang memiliki mastery goal sebesar 13,94, sedangkan siswa yang memiliki
performance goal sebesar 12,66. Hasil tersebut diperoleh dari uji statistik
deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik untuk
indikator self consequenting dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Deskriptif Statistik Self Consequenting
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance Master Goal 64 8 13.94 1.680 2.821 Performance Goal 64 12 12.66 2.509 6.293 Valid N (listwise) 64
4.3.1.1.5 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Seeking
Information Ditinjau Dari Goal Orientation
Strategi self regulated learning selanjutnya yaitu seeking information,
dimana siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-
sumber nonsosial. Guna melihat gambaran self regulated learning berdasarkan
indikator seeking information dapat dilihat dari aitem sebanyak 8 butir. Gambaran
seeking information siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.11. Gambaran Seeking Information
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
24 ≤ X Tinggi 33 51,56% 12 18,75% 16 ≤ X < 24 Sedang 30 46,88% 50 78,12%
X < 16 Rendah 1 1,56% 2 3,13% TOTAL 64 100% 64 100%
83
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
seeking information siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang
termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 33 siswa
(51,56%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 30 siswa (46,88%) dan berada
dalam kriteria rendah berjumlah 1 siswa (1,56%). Kemudian siswa yang termasuk
kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 12 siswa
(18,75%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 50 siswa (78,12%) dan berada
dalam kriteria rendah 2 siswa (3,13%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang
memiliki mastery goal untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-
sumber nonsosial berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56%,
sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang
dengan prosentase 78,12%.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan seeking information
untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 23,41 sedangkan siswa yang
memiliki performance goal sebesar 20,55. Hasil tersebut diperoleh dari uji
statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif statistik
untuk indikator seeking information dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Deskriptif Statistik Seeking Information
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance
Master Goal 64 15 23.41 2.764 7.642 Performance Goal 64 15 20.55 3.157 9.966 Valid N (listwise) 64
84
4.3.1.1.6 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Keeping
Records and Monitoring Ditinjau Dari Goal Orientation
Keeping records and self monitoring ini termasuk dalam strategi self
regulated learning, dimana siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau
hasil yang diperoleh dalam proses belajar. Guna melihat gambaran self regulated
learning siswa berdasarkan indikator keeping records and self monitoring dapat
dilihat dari aitem sebanyak 8 butir. Gambaran keeping records and self
monitoring siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.13. Gambaran Keeping Records and Self Monitoring
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
24 ≤ X Tinggi 36 56,25% 10 15,62% 16 ≤ X < 24 Sedang 28 43,75% 51 79,69%
X < 16 Rendah - 0% 3 4,69% TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keeping records and self monitoring siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
Magelang yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi
berjumlah 36 siswa (56,25%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 28 siswa
(43,75%) dan tidak terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian
siswa yang termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi
berjumlah 10 siswa (15,62%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 51 siswa
(79,69%) dan berada dalam kriteria rendah 3 siswa (4,69%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang
memiliki mastery goal untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh
85
dalam proses belajar berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 56,25%,
sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang
dengan prosentase 79,69%.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan keeping records and self
monitoring untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 23,41 sedangkan
siswa yang memiliki performance goal sebesar 20,55. Hasil tersebut diperoleh
dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif
statistik untuk indikator keeping records and self monitoring dapat dilihat pada
tabel 4.14.
Tabel 4.14. Deskriptif Statistik Keeping Record and Self Monitoring
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance
Master Goal 64 10 23.86 2.322 5.393 Performance Goal 64 15 20.36 2.930 8.583 Valid N (listwise) 64
4.3.1.1.7 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan
Environmental Structuring Ditinjau Dari Goal Orientation
Enviromental Structuring merupakan strategi selanjutnya dalam self
regulated learning, dimana siswa berusaha untuk memilih atau mengatur
lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi lebih mudah. Guna melihat
gambaran self regulated learning berdasarkan indikator environmental structuring
dapat dilihat dari aitem sebanyak 6 butir. Gambaran environmental structuring
siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
86
Tabel 4.15. Gambaran Environmental Structuring
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
18 ≤ X Tinggi 45 70,31% 16 25% 12 ≤ X < 18 Sedang 19 29,69% 47 73,44%
X < 12 Rendah - 0% 1 1,56% TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas menunjukkan bahwa environmental
structuring siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang yang
termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 45 siswa
(70,31%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 19 siswa (29,69%) dan tidak
terdapat siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kemudian siswa yang termasuk
kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 16 siswa
(25%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 47 siswa (73,44%) dan berada
dalam kriteria rendah 1 siswa (1,56%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang
memiliki mastery goal untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga
proses belajar menjadi lebih mudah berada pada kriteria tinggi sebesar 70,31%,
sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang sebesar
73,44%.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan environmental
structuring untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 18,77 sedangkan
siswa yang memiliki performance goal sebesar 15,86. Hasil tersebut diperoleh
dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif
statistik untuk indikator environmental structuring dapat dilihat pada tabel 4.16.
87
Tabel 4.16. Deskriptif Statistik Environmental Structuring
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance
Master Goal 64 9 18.77 2.151 4.627 Performance Goal 64 12 15.86 2.531 6.408 Valid N (listwise) 64
4.3.1.1.8 Gambaran Spesifik Self Regulated Learning Berdasarkan Seeking
Social Assistance Ditinjau Dari Goal Orientation
Seeking social assistance merupakan strategi self regulated learning yang
lainnya, dimana siswa berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang
dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu. Guna melihat gambaran self
regulated learning berdasarkan indikator seeking social assistance dapat dilihat
dari aitem sebanyak 7 butir. Gambaran seeking social assistance siswa dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.17. Gambaran Seeking Social Asisstance
Interval Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
21 ≤ X Tinggi 34 53,12% 9 14,06% 14 ≤ X < 21 Sedang 30 46,88% 51 79,69%
X < 14 Rendah - 0% 4 6,25% TOTAL 64 100% 64 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
seeking social asisstance siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang
yang termasuk kelompok mastery goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 34
siswa (53,12%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 30 siswa (46,88%) dan
tidak terdapat siswa yang berada pada kriteria rendah. Kemudian siswa yang
88
termasuk kelompok performance goal berada dalam kriteria tinggi berjumlah 9
siswa (14,06%), berada dalam kriteria sedang berjumlah 51 siswa (79,69%) dan
berada dalam kriteria rendah 4 siswa (6,25%).
Kesimpulan dari hasil di atas menunjukkan bahwa usaha siswa yang
memiliki mastery goal untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh
dalam proses belajar berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 53,12%,
sedangkan siswa yang memiliki performance goal berada pada kriteria sedang
dengan prosentase 79,69%.
Mean empirik self regulated learning berdasarkan seeking social
assistance untuk siswa yang memiliki mastery goal sebesar 20,94 sedangkan
siswa yang memiliki performance goal sebesar 17,69. Hasil tersebut diperoleh
dari uji statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Deskriptif
statistik untuk indikator seeking social assistance dapat dilihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.18. Deskriptif Statistik Seeking Social Assistance
Descriptive Statistics
N Range Mean Std. Deviation Variance
Mastery Goal 64 10 20.94 2.563 6.567 Performance Goal 64 11 17.69 2.654 7.044 Valid N (listwise) 64
Adapun ringkasan hasil analisis deskriptif variabel self regulated learning
ditinjau dari goal orientation dapat dilihat pada tabel 4.19.
89
Tabel 4.19 Rangkuman Penjelasan Deskriptif Self Regulated Learning Ditinjau
dari Goal Orientation
Indikator Kriteria Mastery Goal Performance Goal F % F %
Rehearsing and Memorizing
Tinggi 31 48,44% 13 20,31% Sedang 33 51,56% 46 71,98% Rendah - 0% 5 7,81%
Goal Setting and Planning
Tinggi 35 54,69% 13 20,31% Sedang 29 45,31% 49 76,56% Rendah - 0% 2 3,13%
Self Evaluating Tinggi 33 51,56% 7 10,94% Sedang 31 48,44% 53 82,81% Rendah - 0% 4 6,25%
Self Consequenting Tinggi 25 39,06% 17 26,56% Sedang 38 59,38% 42 65,63% Rendah 1 1,56% 5 7,81%
Seeking Information Tinggi 33 51,56% 12 18,75% Sedang 30 46,88% 50 78,12% Rendah 1 1,56% 2 3,13%
Keeping Records and Self Monitoring
Tinggi 36 56,25% 10 15,62% Sedang 28 43,75% 51 79,69% Rendah - 0% 3 4,69%
Environmental Structuring
Tinggi 45 70,31% 16 25% Sedang 19 29,69% 47 73,44% Rendah - 0% 1 1,56%
Seeking Social Assistance
Tinggi 34 53,12% 9 14,06% Sedang 30 46,88% 51 79,69% Rendah - 0% 4 6,25%
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1 Hasil Uji Asumsi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self
regulated learning antara siswa yang memiliki mastery goal dengan siswa yang
memiliki performance goal. Simpulan yang dihasilkan harus dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga hal penting yang perlu diperhatikan sebelum
90
memulai keabsahan sampel, yaitu dengan menguji normalitas dan homogenitas
terlebih dahulu.
4.4.1.1 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Uji normalitas dan uji homogenitas data dilakukan sebagai prasyarat untuk
melakukan uji perbedaan, dari hasil uji prasyarat tersebut akan diketahui apakah
data berdistribusi normal dan homogen atau sebaliknya. Hal ini perlu diketahui
untuk menentukan jenis statistika yang akan digunakan dalam uji beda. Apabila
data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji beda dilakukan dengan
statistika parametrik dengan menggunakan t-test.
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov
Test yang dapat dilihat pada tabel 4.20.
Tabel 4.20. Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Mastery Goal Performance Goal
N 64 64 Normal Parametersa Mean 147.03 129.83
Std. Deviation 13.984 14.536 Most Extreme Differences Absolute .054 .085
Positive .038 .085 Negative -.054 -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .432 .682 Asymp. Sig. (2-tailed) .992 .741
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.21 uji normalitas untuk kelompok self regulated
learning siswa yang memiliki mastery goal diperoleh koefisien K-S-Z sebesar
0,432 dengan nilai signifikansi 0,992 (p > 0,01), sedangkan uji normalitas untuk
kelompok self regulated learning siswa yang memiliki performance goal
diperoleh koefisien K-S-Z sebesar 0,682 dengan nilai signifikansi 0,741 (p >
91
0,01), maka dapat disimpulkan bahwa untuk data kelompok self regulated
learning siswa yang memiliki mastery goal maupun siswa yang memiliki
performance goal berdistribusi normal.
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Levene Test. Hasil uji
homogenitas data penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.21. Uji Homogenitas Data Penelitian
Test of Homogeneity of Variances
Self Regulated Learning Levene Statistic df1 df2 Sig.
.274 1 126 .601
Terlihat pada tabel 4.21 kolom Levene Statistic dengan signifikansi 0,601
atau signifikansi di atas 0,01 maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini
homogen.
4.4.1.2 Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil penelitian ini maka langkah
selanjutnya adalah menguji hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan teknik statistik t-test bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Dengan
hasil sebagai berikut :
Hasil dari perhitungan uji t-test self regulated learning ditinjau dari goal
orientation pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang
diperoleh dengan taraf signifikansi p = 0,000. Hasil ini p > 0,01, berarti Ha
diterima yang artinya ada perbedaan self regulated learning ditinjau dari goal
orientation pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang.
92
4.4.2 Uji Perbedaan data T-test
Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data T-test dapat disajikan
pada tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan T-test
Independent Samples Test
SRL
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F .274 Sig. .601
t-test for Equality of Means
T 6.823 6.823 Df 126 125.812 Sig. (2-tailed) .000 .000 Mean Difference 17.203 17.203 Std. Error Difference
2.521 2.521
95% Confidence Interval of the Difference
Lower 12.214 12.213 Upper 22.193 22.193
Hipotesis yang digunakan :
Ho : Tidak Terdapat perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa dengan
Mastery Goal dan Siswa dengan Performance Goal.
Ha : Terdapat perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa dengan
Mastery Goal dan Siswa dengan Performance Goal.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung = 6,823 dengan nilai sig =
0,000. Karena nilai sig < 1%, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan
siswa dengan performance goal. Dengan demikian dapat dikatakan tingkat self
regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa yang memiliki
performance goal pada dasarnya berbeda, dimana tingkat self regulated learning
93
siswa yang memiliki mastery goal lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
performance goal. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan mean empirik siswa yang
memiliki mastery goal diketahui sebesar 147,03, sedangkan siswa yang memiliki
performance goal diketahui sebesar 129,83. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel
deskriptif grup statistik berikut :
Tabel 4.23. Deskriptif Grup Statistik
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Self Regulated Learning Mastery 64 147.03 13.984 1.748
Performance 64 129.83 14.536 1.817
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Gambaran Self Regulated Learning
ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
Magelang
Self regulated learning dipandang sebagai usaha individu yang dilakukan
secara sistematis untuk memfokuskan pikiran, perasaan, dan perilaku pada
pencapaian tujuan. Di dalam melakukan usaha ini siswa memiliki strategi-strategi
untuk mencapai tujuannya tersebut, dimana setiap siswa memiliki orientasi tujuan
(goal orientation) berbeda satu sama lain.
Ames dan Archer (1998, dalam Schunk, 2012: 278) berpendapat bahwa
goal orientation menentukan bagaimana siswa belajar dan usaha yang
dilakukannya untuk mencapai hasil yang diharapkannya. Perbedaan goal
orientation yang ada pada masing-masing siswa memunculkan tingkat perbedaan
94
self regulated learning pula. Dapat dikatakan self regulated learning siswa
berbeda-beda berdasarkan kecenderungan goal orientation yang dimilikinya. Goal
orientation siswa dalam belajar dapat dibedakan dalam dua karakteristik, yaitu
siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal
Berdasarkan perhitungan tingkat kriteria diperoleh gambaran umum self
regulated learning pada siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang
yang memiliki mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal sama-
sama berada pada kriteria sedang dengan prosentase 64,06% untuk siswa yang
memiliki mastery goal dan 92,19% untuk siswa yang memiliki performance goal.
Hasil yang diperoleh tetap menunjukkan bahwa self regulated learning siswa
mastery goal yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan skor mean empirik
yang ada pada tabel 4.23 yang menunjukkan bahwa skor siswa mastery goal lebih
tinggi dibandingkan skor siswa performance goal (147,03>129,83).
Self regulated learning memiliki delapan strategi yang dapat dijadikan
indikator tingkatannya, yaitu rehearsing and memorizing, goal setting and
planning, self evaluating, self consequenting, seeking information, keeping
records and self monitoring, environmental structuring dan seeking social
assistance.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh gambaran indikator
rehearsing and memorizing antara siswa yang memiliki mastery goal dengan
siswa yang memiliki performance goal berada dalam kriteria sedang dengan
prosentase 51,56% untuk siswa yang memiliki mastery goal dan 71,98% untuk
siswa yang memiliki performance goal. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa
95
mastery goal dan siswa yang memiliki performance goal sama-sama
menggunakan strategi berlatih dan menghapalkan materi.
Aspek kedua yaitu goal setting and planning. Berdasarkan hasil analisis
deskriptif aspek goal setting and planning siswa yang memiliki mastery goal
berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 54,69%, sedangkan siswa yang
memiliki performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase
76,56%. Hasil data tersebut dapat diartikan cara siswa dengan mastery goal dalam
menetapkan tujuan serta merencanakan sistematika aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan tujuan lebih baik daripada siswa dengan performance goal.
Aspek ketiga yaitu self evaluating, dapat dilihat dari tabel 4.7 siswa
dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56%. Siswa
dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 82,81%.
Data tersebut dapat diartikan usaha untuk mengevaluasi kualitas atau kemajuan
pekerjaannya lebih banyak dilakukan oleh siswa mastery goal dibandingkan siswa
performance goal.
Indikator keempat yaitu self consequenting, yang ditunjukkan pada tabel
4.9 terdapat siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance goal
berada pada kriteria sedang. Prosentase siswa dengan mastery goal sebesar
59,38%, sedangkan prosentase siswa dengan performance goal sebesar 65,63%.
Berdasarkan data tersebut dapat diartikan siswa dengan mastery goal dan siswa
dengan performance goal sama-sama memiliki perencanaan reward atau
punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau kegagalan.
96
Indikator kelima yaitu seeking information, di mana hasil analisis
deskriptif statistik pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa siswa dengan mastery
goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 51,56% dan siswa dengan
performance goal berada pada kriteria sedang dengan prosentase 78,12%. Hal ini
dapat artikan siswa dengan mastery goal lebih berusaha mencari informasi lebih
lengkap yang berasal dari sumber-sumber nonsosial dibandingkan siswa dengan
performance goal.
Indikator keenam yaitu keeping records and self monitoring. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif indikator keeping records and self monitoring diketahui
siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan prosentase 56,25%,
sedangkan siswa dengan performance goal berada pada kriteria sedang dengan
prosentase 79,69%. Data tersebut dapat artikan usaha untuk mencatat berbagai
kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar lebih banyak digunakan
oleh siswa dengan mastery goal dibandingkan siswa dengan performance goal.
Indikator ketujuh pada self regulated learning yaitu environmental
structuring. Berdasarkan hasil analisis deskriptif indikator ini yang ada pada tabel
4.15 menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi
dengan prosentase 70,31%, sedangkan siswa dengan performance goal berada
pada kriteria sedang dengan prosentase 73,44%. Hal ini dimaksudkan siswa
dengan mastery goal lebih berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan
fisik pada saat belajar dibandingkan siswa dengan performance goal.
Indikator kedelapan yaitu seeking social assistance. Berdasarkan hasil
analisis deskriptif aspek seeking social assistance yang dipaparkan pada tabel
97
4.17 diketahui siswa dengan mastery goal berada pada kriteria tinggi dengan
prosentase 53,12%, sedangkan siswa dengan performance goal berada pada
kriteria sedang dengan prosentase 79,69%. Data tersebut dapat diartikan bahwa
usaha untuk mencari bantuan dari orang lain yang dianggap dapat membantu lebih
banyak digunakan oleh siswa dengan mastery goal dibandingkan siswa dengan
performance goal.
4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Perbedaan Self Regulated Learning
ditinjau dari Goal Orientation Siswa SMA Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
Magelang
Berdasarkan hasil uji perbedaan t-test, diketahui bahwa hipotesis kerja
berbunyi “Ada perbedaan self regulated learning antara siswa dengan mastery
goal dan siswa dengan performance goal” diterima. Hasil perbandingan self
regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan
performance goal, menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal memiliki
tingkat self regulated learning lebih tinggi dibandingkan siswa dengan
performance goal.
Self regulated learning (SRL) selalu mengarah pada beberapa tujuan, yang
terangkum dalam beberapa tahap yang mencakup (1) memiliki dan menentukan
tujuan belajar, (2) membuat perencanaan dan (3) memilih strategi pencapaian
tujuan (Markus dan Wurf, dalam Deasyanti dan Anna 2007: 14). Tujuan untuk
menunjang adanya tingkat self regulated learning yang tinggi adalah goal
orientation.
98
Adanya goal orientation siswa akan mempengaruhi tingkat self regulated
learning. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki tujuan dalam belajarnya akan
membuat siswa mengarahkan dirinya pada aktivitas-aktivitas yang mendukung
pencapaian tujuan tersebut. Didukung dengan pendapat Schunk, Pintrich dan
Meece (2008: 142) siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai
keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat
menunjang keinginannya tersebut dengan memperhatikan proses, berlatih
mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Hal tersebut dapat menjelaskan
bahwa goal orientation menjadi penunjang self regulated learning.
Penelitian yang mendukung dengan pendapat tersebut adalah penelitan
Susetyo (2007) tentang orientasi tujuan, atribusi penyebab, dan belajar berdasar
regulasi diri siswa Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta, dengan hasil penelitian
F = 36,814 dan p = 0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan belajar
berdasar regulasi diri ditinjau dari orientasi tujuan.
Goal orientation siswa dalam belajar dapat dibedakan dalam dua
karakteristik, yaitu siswa dengan mastery goal dan siswa dengan performance
goal. Siswa dengan mastery goal akan lebih memiliki tingkat self regulated
learning yang tinggi daripada siswa dengan performance goal. Hal ini disebabkan
karena siswa dengan mastery goal cenderung lebih termotivasi secara instrinsik,
di mana siswa dengan mastery goal akan mementingkan bagaimana cara atau
usahanya agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran. Berbeda dengan
siswa yang performance goal yang cenderung lebih termotivasi secara ekstrinsik,
99
di mana siswa cenderung berfokus pada cara mendapatkan nilai baik dan
pengakuan secara sosial tentang dirinya yang berkompeten.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Bell dan Kozlowski
(2002) serta hasil penelitian Vande Walle et al. (1999) yang menyatakan bahwa
learning goal orientation berhubungan positif dan signifikan dengan self-efficacy,
knowledge, dan performance seseorang, sedangkan performance goal orientation
berhubungan negatif dengan individual performance.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Mayasari (2011) yang berjudul
“Pengaruh Orientasi Tujuan dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
SMA Peserta Bimbingan Belajar LBB Primagama” menyatakan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa task-involved orientation dengan siswa
ego-involved orientation. Prestasi siswa task-involved orientation lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa ego-involved orientation.
Siswa learning goal orientation ditandai dengan kecenderungan menyukai
tantangan dan menetapkan tujuan yang tinggi serta tidak takut dengan kegagalan,
kemudian siswa task-involved orientation ditandai dengan kecenderungan suka
mempelajari hal ingin diketahui dan mempelajari sesuatu yang memunculkan
suatu ide. Hal ini sejalan dengan karakteristik siswa dengan mastery goal yang
ditandai dengan kecenderungan ingin menguasai tugas sesuai dengan standar yang
ditetapkan sendiri, mengembangkan keterampilan baru, menyukai tugas yang
menantang dan beranggapan bahwa kegagalan adalah tanda diperlukan usaha
yang lebih keras.
100
Selanjutnya siswa ego-involved orientation ditandai dengan
kecenderungan bangga ketika menjadi pandai dari orang lain dan mengutamakan
hasil yang tinggi. Karakteristik tersebut juga sejalan dengan karakteristik siswa
performance goal yang mengutamakan hasil dari pada proses dan berusaha
menjadi lebih baik dari orang lain.
Hasil tersebut juga sejalan dengan teori-teori yang mendukung dalam
penelitian ini bahwa siswa-siswa yang memiliki mastery goal akan cenderung
mencari tantangan, menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi,
termasuk strategi metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih
positif, dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada
kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi tertentu) daripada siswa-siswa yang
memiliki performance goal. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki mastery
goal lebih memiliki motivasi instrinsik, di mana siswa mementingkan bagaimana
caranya agar dapat memahami dan menguasai materi pelajaran yang akan
membuat tingkat self regulated learning siswa tinggi.
Berbeda dengan siswa yang memiliki performance goal. Siswa
performance goal lebih memiliki motivasi ekstrinsik, di mana siswa
mementingkan cara mendapatkan nilai baik dan pengakuan secara sosial tentang
dirinya yang berkompeten yang akan membuat kurangnya tingkat self regulated
learning siswa. Menurut Pintrich, Shunck, dan Meece (2008: 185) ciri siswa
dengan mastery goal yang kuat adalah belajar dengan sungguh-sungguh,
kesalahan adalah bagian dari belajar, sedangkan ciri siswa dengan performance
101
goal yang kuat memiliki karakteristik berusaha untuk mendapatkan peringkat
tinggi dan tidak suka membuat kesalahan.
Siswa dengan mastery goal orientation akan cenderung lebih menyukai
tantangan baru dan terus berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
kompetensinya. Hal ini sesuai dengan Dweck (dalam Arias, 2004: 42) bahwa
mastery goal memungkinkan siswa mencari peluang untuk meningkatkan
kompetensi dan menguasai tantangan baru.
Lain halnya siswa dengan performance goal orientation akan lebih fokus
pada citra diri, nilai tinggi dan selalu menjadi yang pertama sesuai dengan
pendapat Santrock (2008: 523) bahwa performance orientation lebih
memperhatikan hasil daripada proses. Bagi siswa yang berorientasi pada kinerja
atau prestasi, kemenangan atau keberhasilan itu penting dan kebahagiaan
dianggap sebagai hasil dari kemenangan atau keberhasilan.
Penyebab lain siswa dengan mastery goal lebih mendapatkan prestasi
akademik yang baik dibandingkan siswa dengan performance goal, karena siswa
dengan mastery goal akan terus berlatih dan berusaha untuk mengembangkan
kompetensinya, sedangkan siswa dengan performance goal memandang berlatih
dan berusaha adalah tanda orang memiliki kompetensi yang rendah. Perbedaan
pandangan pada siswa yang memiliki mastery goal dengan siswa yang memiliki
performance goal membuat usaha-usaha yang ditampilkan berbeda pula.
Pandangan siswa yang memiliki mastery goal ini akan membuatnya sukses dalam
bidang akademiknya, karena dia akan terus berusaha dan berlatih untuk
memahami atau menguasai materi pelajaran. Berbanding terbalik dengan
102
pandangan siswa yang memiliki performance goal ini akan menjadi hambatan
dalam belajar, karena siswa hanya senang mengerjakan soal-soal yang
menurutnya mudah.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang disebabkan antara lain
sebagai berikut :
a. Kurangnya pemberian penjelasan tentang kegunaan pengerjaan skala yang
dilakukan secara acak setiap kelas. Hal ini menyebabkan responden takut
memberikan gambaran yang sebenarnya, karena dalam setiap kelas hanya
beberapa saja yang menjadi subjek penelitian.
b. Pada skala self regulated learning tidak mencantumkan indikator transforming
and organizing yang ada dalam strategi self regulated learning, sehingga
kurang mampu mengungkap kemampuan organisasi materi pembelajaran
siswa.
c. Pada karakteristik performance goal variabel goal orientation, peneliti tidak
membedakan antara siswa yang memiliki performance-approach goal dan
siswa yang memiliki performance-avoid goal. Hal ini menyebabkan tidak
dapat memberikan gambaran yang lebih mendalam dengan membedakan
tujuan siswa yang ingin terlihat pandai dibandingkan yang lain (performance-
approach goal) dan tujuan siswa yang ingin menghindari hal-hal yang
membuatnya terlihat bodoh (performance-avoid goal).
103
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian, analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan self regulated learning antara siswa dengan mastery goal
orientation dan siswa dengan performance goal orientation. Tingkat self
regulated learning siswa dengan mastery goal orientation lebih tinggi
dibandingkan tingkat self regulated learning siswa dengan performance goal
orientation.
2. Self regulated learning antara siswa dengan mastery goal dan siswa dengan
performance goal sama-sama berada dalam kriteria sedang, tetapi tingkat self
regulated pada kriteria tinggi lebih didominasi oleh siswa dengan mastery
goal daripada siswa dengan performance goal.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan
mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Hendaknya guru dapat meningkatkan self regulated learning siswa dengan
cara mengarahkan dan menumbuhkan orientasi penguasaan (mastery goal)
pada siswa dalam proses belajar.
104
2. Bagi Peneliti Lain
a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian serupa
hendaknya pada saat pemberian dapat menjelaskan kegunaan pengerjaan
skala dan menjelaskan adanya kerahasiaan data sehingga responden tidak
merasa cemas dalam mengisi skala dan dapat memberikan data yang lebih
sebenarnya.
b. Peneliti selanjutnya dapat mengukur lebih mendalam tentang variabel goal
orientation dengan membedakan siswa dalam tiga karakteristik, yaitu
mastery goal, performance-approach goal dan performance-avoid goal
dan variabel self regulated learning dengan mengungkap indikator
organizing and transforming.
105
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Arias, J.F. 2004. Recent perspectives in the studi of motivation: goal orientation
theory. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. 2(1) : 35-62. ISSN: 1696-2095.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
Rineka Cipta. Ashifa. 2011. Pengaruh Strategi Self Regulated Learning dengan Perilaku
Mencontek Pada Siswa Kelas VII SMPN 10 Bandung. Skripsi (online). Bandung : UPI.
Azwar, Saifudin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2011. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar. Bell, B., dan Steve W. J. Kozlowski. 2002. Goal orientation and ability :
interactive effects on self-efficacy, performance, and knowledge. Journal of Applied Psychology. 87 : 497-505.
Bokaerts, M., Pintrich, P. R., dan Zeidner, M. 2000. Handbook of Self regulated.
New York : Academic Press. Bokaerts, M., 1996. Self regulated learning at the junction of cognition and
motivation. European Psychologist. Vol. I, No. 2 : 100-112. Breland, B. T. 2001. Learning and Performance Goal Orientations Influence on
The Goal Setting Process: Is there an interaction effect. Thesis (online). Virginia Polytechnic Institute and State University.
Cozby, P. C. 2009. Methods In Behavioral Research (9th Ed.). Translated by
Maufur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Deasyanti dan Anna, A. R. 2007. Self regulation learning pada mahasiswa
fakultas ilmu pendidikan universitas negeri Jakarta. Perspektif Ilmu Pendidikan. 16 : 13-21.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Fasikhah, S. S., dan Siti Fatimah. 2013. Self-regulated learning dalam
meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 01, No. 01 : 142-152.
106
Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan BASICA. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Hurlock, E. B. 1991. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (5th Ed.). Translated by Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.
Liftiah. 2013. Pengantar Psikodiagnostik. Semarang: UNNES. Mappiare, Andi. 1892. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Mattern, R.A. 2005. College student’s goal orientations and achievement.
International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. USA: University of Delaware. 17 (1) : 27-32.
Mayasari, Dini. 2011. Pengaruh Orientasi Tujuan dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMA Peserta Bimbingan Belajar LBB Primagama. Skripsi (online). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
McMillan, J. H., dan Sally S. 2001. Research in Education : A Conceptual
Introduction (5th Ed.). US : Longman Inc. Monks, F.J., dan Knoers A.M.P. 2006. Psikologi Perkembangan : Pengantar
dalam Berbagainya. Translated by Haditono, S. R. Yogyakarta : UGM Press.
Montalvo, F, T, dan Torres, M. C. G. 2004. Self regulated learning : current &
future directions. Electronics Journals of Research in Educational Psychology. 2(1).1-34. ISSN : 1698-2095.
Nicol, D.J., dan Macfarlane-Dick, D. 2006. Formative assessment and self-
regulated learning: a model and seven principles of good feedback practice. Studies in Higher Education. 31(2) : 199-218.
Ormrod, J. E. 2004. Human Learning. (4th Ed.). Ohio: Pearson. Pratiwi, P.A. 2009. Hubungan Antara Kecemasan Akademis dengan Self-
Regulated Learning Pada Siswa Rintitsan Sekolah Bertaraf Internasional Di SMA Negeri 3 Surakarta. Skripsi (online). Semarang : UNDIP.
Pujiati, Indah N. 2010. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kemandirian
Belajar Siswa : Studi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi (online). Bandung : UPI.
107
Roebken, H. 2007. The influence of goal orientation on student satisfaction, academic engagement and achievement. Electronic Journal of Research in Educational Psychology. 13, 5 (3) : 679-704.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan (2nd Ed.). Translated Tri Wibowo,
B. S. Jakarta: Kencana. Santrock. 2009. Child Development. (12th Ed). New York : McGraw Hill
Companies, Inc. Schmitz, B. dan Wiese, B. 2006. New prespectiv es for the evaluation of training
sessions in self-regulated learning : time-series analyses of diary data. Contemporary Educational Psychology. 31 : 64-96.
Schunk. H.D, Pintrich, P. R, dan Mecce. L.J. 2008. Motivational In Education:
theory, research, and application . Ohio : Pearson Press. Schunk, H.D. 2012. Learning Theories: An educational perspective (6th Ed).
Translated by Hamdiah, E dan Rahmat, F. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik (8th Ed.).
Translated by Samosir, M. Jakarta : PT. Indeks. . 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktek (9th Ed.).
Translated by Samosir, M. Jakarta : PT. Indeks. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : ALFABETA. Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Susetyo, Yuli F. 2007. Orientasi Tujuan, Atribusi Penyebab, dan Belajar Berdasar
Regulasi Diri Siswa Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta : UGM.
VandeWalle, D. et al. 1999. The influence of goal orientation and self-regulation
tactics on sales performance : a longitudinal field test. Journal of Applied Psychology. Vol. 84, No. 2 : 249-259.
VandeWalle, D. et al. 2001. The role of goal orientation following performance
feedback. Journal of Applied Psychology. Vol, 86, No. 4 : 629-640. Widiyastuti, Hessy. 2012. Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi
Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg. Tesis (online). Bandung : UPI.
108
Wolters, Christopher A. 1998. Self-regulated learning and college students’ regulation of motivation. Journal of Educational Psychology. Vol. 90, No. 2 : 224-235.
Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology (10th Ed.). Translated by Soetjipto,
P.H., dan Soetjipto, M. S. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. Yoenanto, N.H. 2010. Hubungan antara self-regulated learning dengan self-
efficacy pada siswa akselerasi sekolah menengah pertama di Jawa Timur. INSAN. 12 (02), 88-94.
Zimmerman, B. J. 1989. A social cognitive view of self-regulated academic
learning. Journal of Educational Psychology, Vol. 81, No. 3 : 329-339. Zimmerman, B. J., dan Martinez-Pons, M. 1990. Student differences in self-
regulated learning: relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology, 82 : 51–59.
Zumbrunn, S., Joseph Tadlock, dan Elizabeth D. R. 2011. Encoraging self-
regulated learning in the classroom : a review of the literature. Metropolitan Educational Research Consortium. 1-28.
109
LAMPIRAN
110
LAMPIRAN 1 :
MATRIKS ITEM GOAL ORIENTATION
111
Goal Orientation Boyle, K.A, dkk VandeWalle, dkk
Button, dkk
Performance goal
I am eager to prove to others how good I am at this task
I wonder how my score on the next trial will compare with people scores
I am eager to show how much I know about the materials and procedures for this task
I want to appear competent on the upcoming task
I want to do better than others on the next trial
It’s important that others know that I am a good student
I think that it’s important to get good grades to show how intelligent you are
It’s important for me to prove that I am better than others in the class
To be honest, I really like to prove my ability to others
I prefer to do things that I can do well rather than things that I do poorly
I’m happiest at work when I perform tasks on which I know that I won’t make errors
The things I enjoy the most are the things I do the best
The opinions others have about how well I can do certain things are important to me
I feel smart when I do something without making any mistakes
I like to be fairly confident that I can successfully perform a task before I attempt it
I like to work on tasks that I have done well on in the past
I fell smart when I can do something better than most other people
Mastery goal I intend to learn as much as I can while performing this task
I want to really understand the material and procedures for this task
I look forward to mastering the
I prefer challenging and difficult classes so that I’ll learn a great deal
I truly enjoy learning for the sake of learning
I like classes that really force me to think hard
The opportunity to do challenging work is important to me
When I fail to complete a difficult task, I plan to try harder the next time I work on it
I prefer to work on tasks thet force me to learn new things
The opportunity to
112
challenges of this simulation
If I don’t understand the components of the task right away, I will keep trying until I do
I’m willing to enroll in a difficult course if I can learn a lot by taking it
learn new things is important to me
I do my best when I’m working on a fairly difficult task
I try hard to improve on my past performance
The opportunity to extend the range of my abilities is important to me
When I have difficulty solving a problem, I enjoy trying different approaches to see which one will work
113
LAMPIRAN 2 :
INSTRUMEN PENELITIAN
114
SKALA PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
115
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya akan saya peroleh dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala
ini.
Skala ini terdiri dari dua bagian yaitu skala I dan skala II. Cara
menjawabnya akan dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya
mengharapkan agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik.Bila
telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada
pernyataan yang terlewati untuk dijawab.
Dalam mengisi skala ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena
setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya mengharapkan jawaban
yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan demikian anda dapat memberikan
jawaban sendiri, jujur, dan tanpa mendiskusikannya dengan orang lain
Kesediaan anda untuk mengisi skala ini merupakan bantuan yang amat
besar bagi keberhasilan penelitian ini.Untuk itu saya mengucapkan banyak terima
kasih.
Hormat Saya,
(Anggi Puspitasari)
116
PETUNJUK PENGISIAN SKALA I
Pada skala I ini terdapat 51 pernyataan.Bacalah dan pahami baik-baik setiap
pernyataan.Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang
tersedia dilembar jawab dari setiap pernyataan berdasarkan pada kondisi anda
yang sebenarnya.Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut
pilihan jawaban yang tersedia:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Contoh Pengisian Skala:
1. Saya belajar hanya pada saat ada ujian saja
Lembar Jawab
No SS S TS STS 1
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan
sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada
alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban
No SS S TS STS 1
117
No Pernyataan 1 Agar dapat memahami sebuah materi, saya mencoba mengerjakan
latihan-latihan soal 2 Pada saat mengerjakan ujian, saya membaca catatan kecil atau buku
materi ujian agar dapat membantu saya saat lupa 3 Saya menata kembali buku-buku pelajaran,setelah selesai
menggunakannya 4 Setelah mempelajari suatu materi pelajaran, saya merasa itu cukup tanpa
harus mengetahui seberapa jauh pemaham saya 5 Apabila mendapatkan tugas dari guru, saya langsung mengerjakannya
pada hari itu juga 6 Saya belajar hanya pada saat ada ujian saja 7 Saya lebih senang bercerita dengan teman, ketika guru menerangkan
materi 8 Menurut saya LKS dan buku yang dipakai guru sudah cukup untuk
mempelajari materi 9 Pada saat guru membahas PR, saya menyimak dan meneliti bagian mana
saja yang salah dari PR yang sudah dikerjakan 10 Karena mengikuti banyak kegiatan, saya tidak memiliki waktu untuk
belajar di rumah 11 Saya mudah bosan ketika membaca ulang materi yang sudah diterangkan
oleh guru 12 Pada saat mengerjakan tugas, saya mencari buku atau media lain yang
dapat mendukung pengerjaan tugas tersebut 13 Menurut saya,mencari buku-buku lain selain yang dipakai guru hanya membuat
bingung 14 Saya membuat jembatan keledai atau strategi khusus agar mudah
menghapalkan materi pelajaran 15 Ketika diskusi kelompok, orang yang perlu mencatat hasil diskusi adalah
sekretaris/salah satu dari kelompok tersebut 16 Setelah ujian selesai, saya langsung refresing walaupun hasilnya kurang
memuaskan 17 Apabila nilai ujian menurun, saya mengurangi jam kegiatan ekstra 18 Ketika diterangkan oleh guru, saya mencatat hal-hal penting dari materi yang
diterangkan 19 Saya belajar semampunya saja tanpa menggunakan strategi-strategi khusus
dalam belajar 20 Saya mengatur jam belajar sendiri setiap harinya minimal 2 jam di luar jam
sekolah 21 Pada saat pengoreksian jawaban tugas, saya meneliti jawaban tanpa harus
mencatat hal-hal yang salah dari jawaban saya
118
No Pernyataan 22 Saya malu bertanya kepada guru tentang materi pelajaran yang diterangkan 23 Selain buku atau LKS yang digunakan guru, saya menggunakan buku lain yang
mendukung materi mata pelajaran 24 Saya lebih suka menggunakan media internet untuk jejaring sosial/game
daripada mencari bahan untuk materi pelajaran 25 Setelah mendapatkan sebuah materi di sekolah, saya membaca ulang materi
tersebut di rumah 26 Bila tidak masuk sekolah, saya membiarkan catatan pelajaran yang tertinggal 27 Saya menata tempat/ruang belajar agar saya nyaman pada saat belajar 28 Pada saat di kelas, saya lebih memilih tempat duduk di belakang daripada di
depan 29 Saya sudah menentukan target nilai di setiap mata pelajaran 30 Apabila saya kurang memahami tugas yang diberikan guru, saya mengerjakan
semampu saya 31 Saya akan berdiskusi dengan teman, apabila saya belum mengerti tentang
materi pelajaran 32 Jika mendapatkan nilai ujian yang rendah, saya menambah jam belajar 33 Saya membiarkan hasil ujian yang sudah dikerjakan, karena ujian yang sudah
berlalu biarlah berlalu 34 Agar dapat lebih memahami materi yang diterangkan guru, saya bertanya pada
guru atau teman tentang materi tersebut 35 Ketika belajar, saya akan mematikan televisi agar dapat berkonsentrasi 36 Saya mengumpulkan tugas, tanpa harus memeriksa jawabannya 37 Saya suka mencari tahu tentang informasi yang menyangkut materi pelajaran
dari internet 38 Karena sudah mempunyai buku, saya hanya perlu mengikuti mata pelajaran
saja tanpa harus mencatat 39 Saya mencatat peningkatan nilai ujian yang lalu sampai dengan sekarang 40 Sebelum mengumpulkan pekerjaan rumah kepada guru, saya memeriksanya
kembali 41 Saya tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai, walaupun nilai ujian
menurun 42 Setelah guru memberikan tugas, saya membentuk kelompok belajar untuk
mengerjakan bersama 43 Setelah hasil ujian diumumkan, saya memeriksa kembali hasil ujian agar tahu
pada materi mana yang perlu dipelajari lagi 44 Pada saat mengerjakan tugas, saya hanya menggunakan buku atau LKS yang
dipakai guru untuk mengerjakannya 45 Ketika waktu senggang, saya lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca
buku-buku yang mendukung materi-materi pelajaran di perpustakaan 46 Saya diam saja, walaupun tidak mengerti materi yang diterangkan guru
119
No Pernyataan 47 Saya lebih suka bermain dengan teman daripada harus mengerjakan soal-soal
latihan 48 Setelah ujian dilaksanakan, saya tertarik membahas kembali soal-soal ujian 49 Saya sulit menemukan tempat belajar yang nyaman di rumah 50 Walaupun tidak mengerti tentang materi suatu pelajaran, saya hanya
mempelajari semampunya 51 Saya berjanji memberikan hadiah pada diri sendiri, apabila mendapat nilai
tinggi
Ψ-Ψ-Ψ-SILAHKAN LANJUT KE SKALA II-Ψ-Ψ-Ψ
120
PETUNJUK PENGISIAN SKALA II
Pada skala II ini terdapat 17 pernyataan.Bacalah dan pahami baik-baik
setiap pernyataan.Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang
tersedia di lembar jawab dari setiap pernyataan berdasarkan pada kondisi anda
yang sebenarnya.Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut
pilihan jawaban yang tersedia:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Contoh Pengisian Skala:
1. Saya harus lebih baik dari teman-teman di kelas
Lembar Jawab
No SS S TS STS 1
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan
sebelumnya, maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada
alternatif jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban
No SS S TS STS 1
121
No Pernyataan 1 Mendapatkan peringkat di kelas adalah hal yang penting untuk menunjukkan
kepandaian saya 2 Di setiap pelajaran, saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa memahami
materinya 3 Saya suka mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, agar saya bisa belajar
lebih banyak 4 Pada saat belajar matematika, saya ingin memahami materi dan proses
mengerjakannya 5 Rasa percaya diri saya muncul, pada saat saya merasa mampu memahami
materi mata pelajaran 6 Saya merasa puas, apabila dapat mengerjakan soal-soal baru dan sulit bagi
saya 7 Apabila saya tidak memahami materi pelajaran, saya berusaha mencari
informasi agar dapat memahaminya 8 Saya ingin menunjukkan bahwa saya menguasai materi bab selanjutnya 9 Saya merasa pandai, pada saat saya bisa lebih memahami materi pelajaran
daripada teman-teman di kelas 10 Pada saat mengerjakan soal yang sulit, saya mengerjakannya sebaik mungkin 11 Pendapat orang lain tentang kepandaian saya merupakan hal yang penting 12 Apabila saya gagal dalam ujian, saya belajar lebih giat lagi 13 Saya lebih suka mengerjakan soal-soal yang sudah saya kuasai 14 Kesempatan belajar di kegiatan ekstrakulikuler sangat penting bagi saya 15 Saya senang, apabila saya bisa mengerjakan soal-soal tanpa ada kesalahan 16 Saya lebih suka mengerjakan soal-soal yang sudah saya kerjakan dengan benar
sebelumnya 17 Saya lebih mementingkan meningkatkan nilai-nilai mata pelajaran saya
Ψ-Ψ-Ψ-TERIMA KASIH-Ψ-Ψ-Ψ
122
123
LAMPIRAN 3 :
GAMBARAN POPULASI PENELITIAN
124
Kelas Mastery Goal Performance Goal Tidak Terbedakan Total X1 10 7 14 31 X3 9 9 12 30 X4 7 7 16 30 X5 8 10 11 29 X6 7 9 14 30 X7 6 11 11 28 X8 6 10 16 32
XIIS2 9 9 12 30 XIIS3 6 11 10 27 XIIS4 7 10 11 28 XIIA1 10 6 15 31 XIIA2 8 8 14 30 XIIA3 9 8 13 30 XIIA4 7 9 13 29 Total 109 124 182 415
125
LAMPIRAN 4 :
TABULASI DATA SKOR PENELITIAN
126
Tabulasi SRL Mastery Goal
Sbjk No Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 3 3 3 3 3 3 4 2 4 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 1 2 3 2 4 4 2 3 2 2 3 3
2 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 2 3 4 2 4 3 3 2 3 2 2 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 3 3
3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 1 4 3 3 4 4
4 3 2 4 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 2 3 1 2 2 4 2 3 1 3 3 1 4 4 3 1 3 2 1 3 2
5 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3
6 4 2 3 3 3 3 3 4 3 1 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4
7 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 4 1 3 2 4 1 4 2 3 4 2 4 3
8 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 2 4 4 3 4 3
9 4 2 4 4 4 4 4 3 4 2 2 4 3 4 3 2 2 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 1 3 3 4 4 3 4 4
10 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4
11 4 3 2 3 4 2 3 3 4 2 2 4 4 4 1 2 2 4 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 4 4
12 4 1 4 3 3 1 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 2 2 4 3 1 2 2 4 1 4 4 3 4 1 3 4
13 3 1 4 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 4 2 2 3 2
14 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 4 1 4 3 3 3 3
15 4 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3
16 4 1 2 3 2 2 3 4 2 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
17 4 2 2 4 2 3 4 4 4 3 2 3 4 4 3 2 3 4 3 2 4 3 4 2 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3
18 3 2 4 3 2 3 3 1 4 3 3 4 3 4 1 3 3 3 4 2 1 4 3 2 4 4 4 2 3 2 4 3 2 3 4
19 3 3 4 4 4 3 4 2 4 2 3 4 4 3 2 1 2 3 4 2 2 3 4 3 3 4 4 2 4 2 2 3 1 3 1
20 3 2 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 3 4 2 3 2 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4
21 3 1 2 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 4 2 1 2 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 1 2 3 1 3 2
127
22 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4
23 4 4 4 2 3 3 3 1 3 3 2 4 2 2 4 1 2 3 2 4 2 3 3 1 3 3 2 2 4 2 3 2 2 4 2
24 3 3 4 4 1 4 4 2 4 3 2 4 3 4 4 1 3 4 2 4 3 4 4 2 3 1 4 3 3 2 4 3 4 4 3
25 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3
26 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
27 4 1 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 3 1 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4
28 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 4 4 4 4 1 4 4 3 3 3
29 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3
30 4 3 3 3 2 2 4 2 3 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3
31 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3
32 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 2 2 4 2 1 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4
33 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4
34 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
35 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 4 2 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 4 2 3 4
36 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 4 4
37 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 1 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4
38 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4
39 3 3 4 2 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4
40 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4
41 3 1 4 2 2 3 4 3 4 2 2 4 1 4 2 2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 3 2 3 4
42 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3
43 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 2 3 2
44 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3
45 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4
46 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3
128
47 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3
48 3 1 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 1 2 2 4 4 2 4 4
49 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 3
50 4 1 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3
51 4 1 4 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 3 4
52 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3
53 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3
54 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 4 2 4 3 3 4 3 4
55 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4
56 3 1 3 3 2 1 4 3 3 2 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 2 3 4 4 2 4 4 4 2 2 4 3 2 4 4
57 4 2 4 3 3 1 3 3 4 2 3 4 4 3 3 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 3 2
58 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4
59 4 2 2 4 2 3 4 4 4 3 2 3 4 4 4 2 3 3 3 1 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 4 3
60 3 1 4 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 2 4 2 1 3 3 3 2 4 2 2 2 4 4 2 3 2 3 4 2 3 4
61 4 3 1 3 2 3 4 2 4 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 4 4
62 3 1 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2 4 2 3 4 4 1 3 2 3 3 2 3 3
63 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
64 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 2 3 3 1 2 3 3 2 2 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2
129
Tabulasi SRL Mastery Goal
Subjek No Item
Total 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
1 3 3 4 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 134
2 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 137
3 3 4 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 4 144
4 2 4 3 4 3 1 3 2 4 3 1 3 4 3 2 2 122
5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 151
6 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 2 143
7 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 136
8 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 4 3 2 4 161
9 3 3 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 162
10 4 4 3 2 2 3 4 4 2 2 4 4 3 4 2 1 146
11 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 150
12 4 4 3 3 3 2 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 170
13 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 136
14 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 3 2 4 2 4 153
130
15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 157
16 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 124
17 3 4 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 4 131
18 4 3 3 2 3 4 2 4 2 3 4 2 4 3 4 2 149
19 2 4 3 1 1 1 2 4 2 2 3 1 3 4 3 4 115
20 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 2 128
21 2 4 3 1 1 1 2 4 2 2 4 1 3 4 3 4 134
22 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 140
23 3 3 2 3 2 2 2 4 2 2 3 1 3 2 3 4 138
24 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 154
25 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 152
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 142
27 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 165
28 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 141
29 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 159
30 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 2 2 3 126
31 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 135
131
32 4 4 3 2 4 1 2 2 3 2 3 3 4 3 3 3 165
33 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 140
34 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 122
35 3 3 2 3 4 3 4 4 1 4 3 3 3 3 1 4 151
36 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 145
37 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 181
38 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 149
39 3 4 4 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 127
40 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 145
41 3 4 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 1 2 4 131
42 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 141
43 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 1 3 3 2 2 128
44 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 156
45 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 153
46 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 3 153
47 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 140
48 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 169
132
49 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 167
50 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 1 164
51 3 4 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 148
52 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 169
53 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 143
54 4 2 3 2 3 4 2 3 3 2 4 2 3 3 4 2 160
55 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 137
56 2 4 4 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 2 3 147
57 4 4 4 2 2 2 2 4 3 2 3 1 2 2 2 3 160
58 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 165
59 3 2 4 1 1 2 3 3 4 1 4 2 3 1 3 2 153
60 2 2 4 2 2 2 3 3 2 1 4 1 2 3 3 3 148
61 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 3 2 3 1 3 2 159
62 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 149
63 3 2 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 165
64 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 4 145
133
Tabulasi SRL Performance Goal
Subjek No Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 4 3 3 1 2 4 4 2 4 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4
2 3 2 4 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3
3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 1 3 2 3 3 2 2 3
4 3 1 2 2 3 2 3 3 2 2 4 2 2 2 4 3 3 1 3 3 4 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 4 2 4 2
5 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 2 1 3 4
6 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3
7 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 3
8 3 2 4 3 3 3 2 2 4 2 2 4 2 3 1 2 4 3 2 4 3 3 3 1 3 3 4 1 2 2 3 3 2 2 2
9 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 3 3 1 4 2 1 2 3 2 2 1 3 1 1 2 4 4 2 3 1 3 2 3 3 1
10 4 1 4 3 2 1 2 4 4 3 2 4 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 1 3 3 2 3 1 3 3
11 4 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2
12 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 4 1 4 1 1 3 1 4 2 3 1 2 1 3 2 2 3 3
13 3 1 3 2 3 4 1 2 2 1 2 3 1 4 2 3 3 4 1 3 2 2 2 3 3 1 4 2 1 4 2 4 2 3 2
14 3 2 2 1 3 1 1 3 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 1 1 3 1 3 3 2 2 4 1 2 1 4 2 1 1 1
15 3 4 4 2 1 1 4 2 2 1 3 4 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 3 1 1 4 1
16 4 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2
17 3 4 3 2 2 3 3 3 4 2 3 4 4 2 3 2 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3
18 3 3 4 2 3 2 4 2 4 2 2 3 3 4 4 2 2 4 3 4 4 3 3 1 3 3 4 2 1 2 4 2 4 3 4
19 3 3 4 3 3 2 1 2 4 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 4 4 4 4 1 4 3 3 3 3
20 3 2 4 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 1 1 1 4 1 4 2 4 2 2 2 4 4 4 2 1 4 2 1 3 1
21 4 1 3 3 3 2 3 1 3 3 1 4 1 2 1 1 2 3 4 4 3 4 4 1 3 4 3 1 3 4 2 3 3 4 4
134
22 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 2 3 3 1 2 3 3 3 3 2 4 3 2 4 2
23 4 1 3 3 2 4 4 2 3 4 2 4 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 4
24 3 1 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 4 2 3 2 1 2 2 2 4 2 3 2 3 1 2 1 2 2 2
25 3 2 3 2 2 1 2 2 3 1 1 3 2 4 2 2 2 1 1 4 3 3 2 2 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 2
26 2 1 3 1 2 1 1 3 2 3 2 4 1 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 2 2 4 1 4 1 4 4 3 4 3
27 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 3 1 2 3 1 2 2
28 3 1 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 3 1 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3
29 3 2 4 2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 4 2 3 3 2 3 3
30 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 3 3 2 2 3 3 3 1 2 2 3 1 3 2 3 3 2 3 2
31 4 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3
32 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2
33 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2
34 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 2 3 2 3 3
35 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2
36 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3
37 4 3 2 2 2 2 2 3 2 4 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 2 3 2 2 3
38 2 2 3 3 3 1 3 4 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 1 3 1 2 4 3 3 4 3 1 3 4 2 3
39 3 2 3 3 2 4 2 4 2 4 2 3 2 2 1 3 2 2 4 3 4 1 4 2 2 3 4 4 3 3 1 3 1 2 2
40 3 1 4 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 4 4 3 4 1 4 2 3 1 1 4
41 4 1 4 1 4 1 1 3 2 2 1 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 4
42 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2
43 3 3 3 1 3 1 3 2 1 3 2 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 4 2 2 2
44 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3
45 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3
46 4 2 3 3 2 3 1 4 2 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2
135
47 3 1 3 2 2 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3
48 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 4 1 2 3 4 3 2 4 3 2 3 2 1
49 3 2 4 3 2 4 3 3 1 3 2 3 2 2 4 2 2 2 4 4 3 2 1 4 4 1 4 4 2 1 3 1 3 2 2
50 3 4 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 2 2 4
51 3 4 2 2 1 2 1 3 1 4 3 2 3 2 2 2 1 1 4 3 4 1 3 2 1 1 2 4 3 1 2 1 3 1 2
52 3 2 4 3 2 2 1 4 2 4 2 4 2 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2
53 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2 3 3 3 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2
54 3 1 4 2 2 2 1 4 1 3 1 2 3 1 3 2 1 2 2 4 2 2 4 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2
55 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3
56 3 2 3 2 2 1 2 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2
57 3 3 3 2 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 4 3 4 2 4 4 2 4 2 3 3 3 2 3 2 2 4
58 2 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3
59 4 2 3 2 2 2 3 4 3 4 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3
60 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 1 3 2 2 2 1 2
61 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 2 4 2 4 3 4 2 3 3 4 4 1 4 3 4 4 2 4 2 3 2 2 3 1 2
62 3 3 3 2 2 3 2 4 1 3 2 4 3 2 2 4 1 3 2 4 4 2 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3
63 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3
64 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3
136
Tabulasi SRL Performance Goal
Subjek No Item
TOTAL 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
1 4 3 4 1 3 2 2 3 2 2 4 3 2 2 3 3 158
2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 3 135
3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 123
4 2 2 2 4 3 2 2 3 2 3 1 3 3 1 2 4 129
5 4 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 115
6 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 164
7 3 3 2 1 1 1 3 3 2 3 2 1 3 4 2 3 121
8 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 4 128
9 4 3 2 3 3 2 3 3 1 1 3 1 2 4 1 4 119
10 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3 128
11 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 112
12 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 116
13 1 4 2 3 4 3 3 4 2 2 1 1 3 2 1 1 122
14 4 1 2 1 1 1 4 2 3 2 1 1 2 4 1 4 111
15 3 4 2 1 1 1 1 2 3 1 1 2 1 4 1 1 102
16 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 112
17 4 4 4 3 3 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 4 155
18 3 3 1 1 3 1 3 2 4 3 1 2 3 2 1 3 139
19 3 3 1 2 3 1 4 2 2 3 1 3 1 4 1 1 134
20 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 3 1 2 3 2 1 121
21 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 3 136
137
22 3 4 3 2 4 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 4 121
23 2 3 3 2 3 2 4 3 3 2 4 2 3 3 2 3 143
24 2 1 2 4 2 3 2 2 1 3 2 3 3 4 3 3 118
25 3 3 3 2 3 2 4 3 2 1 2 2 2 2 2 4 122
26 2 4 3 2 1 3 4 1 3 4 1 1 2 1 1 4 120
27 3 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 105
28 2 2 1 1 2 2 1 2 3 4 2 1 2 3 2 3 104
29 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 3 3 3 126
30 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 120
31 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 2 2 4 148
32 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 155
33 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 1 3 3 2 3 121
34 2 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 1 3 2 3 4 138
35 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 150
36 2 3 2 2 4 3 3 2 4 3 3 1 3 2 3 4 144
37 2 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 1 3 2 3 4 136
38 1 2 3 3 3 2 4 1 2 2 4 1 2 2 1 3 124
39 1 4 1 1 4 2 4 3 3 2 4 1 3 4 4 2 135
40 1 3 4 1 3 4 4 2 3 2 4 2 4 3 4 4 135
41 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 127
42 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 4 125
43 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 127
44 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 141
45 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 140
46 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 129
138
47 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 130
48 2 3 3 2 2 1 4 1 2 3 3 1 1 1 4 4 120
49 2 2 1 2 2 2 3 1 3 4 2 3 2 2 3 2 128
50 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 151
51 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 4 1 4 3 110
52 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 3 2 133
53 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 127
54 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 112
55 2 2 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 142
56 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 119
57 3 2 3 2 4 3 3 4 2 3 3 4 3 2 3 4 143
58 2 2 4 2 2 3 3 2 1 3 2 2 3 2 3 3 112
59 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 148
60 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 112
61 2 2 4 2 3 4 4 3 4 2 4 4 3 2 3 4 154
62 3 3 2 2 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 145
63 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 146
64 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 143
139
LAMPIRAN 5 :
UJI VALIDITAS & RELIABILITAS INSTRUMEN
140
Skala Self Regulated Learning
1. Uji Validitas
Correlations
total
VAR00001 Pearson Correlation .525**
Sig. (2-tailed) .000
N 56 VAR00002 Pearson Correlation .368**
Sig. (2-tailed) .005 N 56
VAR00003 Pearson Correlation .446** Sig. (2-tailed) .001 N 56
VAR00004 Pearson Correlation .400** Sig. (2-tailed) .002 N 56
VAR00005 Pearson Correlation .430** Sig. (2-tailed) .001 N 56
VAR00006 Pearson Correlation .587** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00007 Pearson Correlation -.078 Sig. (2-tailed) .566 N 56
VAR00008 Pearson Correlation .193 Sig. (2-tailed) .153 N 56
VAR00009 Pearson Correlation .124 Sig. (2-tailed) .364 N 56
VAR00010 Pearson Correlation .162 Sig. (2-tailed) .232 N 56
VAR00011 Pearson Correlation .530** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00012 Pearson Correlation .365** Sig. (2-tailed) .006 N 56
VAR00013 Pearson Correlation .515** Sig. (2-tailed) .000
141
N 56 VAR00014 Pearson Correlation .512**
Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00015 Pearson Correlation .093 Sig. (2-tailed) .497 N 56
VAR00016 Pearson Correlation .360** Sig. (2-tailed) .006 N 56
VAR00017 Pearson Correlation .402** Sig. (2-tailed) .002 N 56
VAR00018 Pearson Correlation -.141 Sig. (2-tailed) .300 N 56
VAR00019 Pearson Correlation .471** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00020 Pearson Correlation .720** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00021 Pearson Correlation .359** Sig. (2-tailed) .007 N 56
VAR00022 Pearson Correlation .241 Sig. (2-tailed) .073 N 56
VAR00023 Pearson Correlation .761** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00024 Pearson Correlation .719** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00025 Pearson Correlation .715** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00026 Pearson Correlation .362** Sig. (2-tailed) .006 N 56
VAR00027 Pearson Correlation .455** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00028 Pearson Correlation .126
142
Sig. (2-tailed) .356 N 56
VAR00029 Pearson Correlation .339* Sig. (2-tailed) .011 N 56
VAR00030 Pearson Correlation .365** Sig. (2-tailed) .006 N 56
VAR00031 Pearson Correlation .354** Sig. (2-tailed) .007 N 56
VAR00032 Pearson Correlation .103 Sig. (2-tailed) .451 N 56
VAR00033 Pearson Correlation .722** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00034 Pearson Correlation .230 Sig. (2-tailed) .088 N 56
VAR00035 Pearson Correlation .578** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00036 Pearson Correlation .367** Sig. (2-tailed) .005 N 56
VAR00037 Pearson Correlation .521** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00038 Pearson Correlation .382** Sig. (2-tailed) .004 N 56
VAR00039 Pearson Correlation .440** Sig. (2-tailed) .001 N 56
VAR00040 Pearson Correlation .554** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00041 Pearson Correlation .540** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00042 Pearson Correlation .442** Sig. (2-tailed) .001 N 56
143
VAR00043 Pearson Correlation -.022 Sig. (2-tailed) .873 N 56
VAR00044 Pearson Correlation .313* Sig. (2-tailed) .019 N 56
VAR00045 Pearson Correlation .513** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00046 Pearson Correlation .563** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00047 Pearson Correlation .735** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00048 Pearson Correlation .558** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00049 Pearson Correlation .308* Sig. (2-tailed) .021 N 56
VAR00050 Pearson Correlation .500** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00051 Pearson Correlation .492** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00052 Pearson Correlation .468** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00053 Pearson Correlation .606** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00054 Pearson Correlation .657** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00055 Pearson Correlation .132 Sig. (2-tailed) .333 N 56
VAR00056 Pearson Correlation .681** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00057 Pearson Correlation .343** Sig. (2-tailed) .010
144
N 56 VAR00058 Pearson Correlation .632**
Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00059 Pearson Correlation .507** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00060 Pearson Correlation .541** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00061 Pearson Correlation -.124 Sig. (2-tailed) .361 N 56
VAR00062 Pearson Correlation .294* Sig. (2-tailed) .028 N 56
VAR00063 Pearson Correlation .375** Sig. (2-tailed) .004 N 56
VAR00064 Pearson Correlation .303* Sig. (2-tailed) .023 N 56
total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
145
2. Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 56 100.0
Excludeda 0 .0
Total 56 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.939 51
146
Skala Goal Orientation
1. Uji Validitas Mastery Goal
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .738**
Sig. (2-tailed) .000
N 56 VAR00002 Pearson Correlation .703**
Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00003 Pearson Correlation .530** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00004 Pearson Correlation .696** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00005 Pearson Correlation .663** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00006 Pearson Correlation .734** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00007 Pearson Correlation .590** Sig. (2-tailed) .000 N 56
Total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
147
2. Uji Validitas Performance Goal
Correlations
Total
VAR00001 Pearson Correlation .553**
Sig. (2-tailed) .000
N 56 VAR00002 Pearson Correlation .675**
Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00003 Pearson Correlation .554** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00004 Pearson Correlation .663** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00005 Pearson Correlation .611** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00006 Pearson Correlation .490** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00007 Pearson Correlation .474** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00008 Pearson Correlation .515** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00009 Pearson Correlation .478** Sig. (2-tailed) .000 N 56
VAR00010 Pearson Correlation .608** Sig. (2-tailed) .000 N 56
Total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
148
3. Uji Reliabilitas Mastery Goal
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 56 100.0
Excludeda 0 .0
Total 56 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.780 7
149
4. Uji Reliabelitias Performance Goal
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 56 100.0
Excludeda 0 .0
Total 56 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.752 10
150
LAMPIRAN 6 :
HASIL UJI ASUMSI
151
Hasil Uji Asumsi
1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Mastery Goal Performance Goal
N 64 64 Normal Parametersa Mean 147.03 129.83
Std. Deviation 13.984 14.536 Most Extreme Differences Absolute .054 .085
Positive .038 .085 Negative -.054 -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .432 .682 Asymp. Sig. (2-tailed) .992 .741
c. Test distribution is Normal. d. Calculated from data.
2. Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Self Regulated Learning Levene Statistic df1 df2 Sig.
.274 1 126 .601
152
LAMPIRAN 7 :
HASIL UJI PERBEDAAN
153
Hasil Uji Perbedaan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Self Regulated Learning Mastery 64 147.03 13.984 1.748
performance 64 129.83 14.536 1.817
Independent Samples Test
SRL
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality of Variances
F .274 Sig. .601
t-test for Equality of Means
T 6.823 6.823 Df 126 125.812 Sig. (2-tailed) .000 .000 Mean Difference 17.203 17.203 Std. Error Difference
2.521 2.521
95% Confidence Interval of the Difference
Lower 12.214 12.213 Upper 22.193 22.193
154
LAMPIRAN 8 :
DOKUMENTASI PENELITIAN
155
Dokumentasi Penelitian
Studi Pendahuluan dengan guru mata pelajaran dan guru BK
Responden mengerjakan skala
Memberikan pengarahan petunjuk skala Pengumpulan skala
156
LAMPIRAN 9 :
SURAT-SURAT PENELITIAN
157
158
159
160