Sejarahberdirinyakab 150119081311-conversion-gate02

Post on 21-Jul-2015

218 views 0 download

Transcript of Sejarahberdirinyakab 150119081311-conversion-gate02

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perjuangan pembentukan Kabupaten Muna seiring dengan perjuangan pembentukan Provinsi

Sulawesi Tenggara dan perjuangan ini dilakukan secara sinergis antara tokoh muda dan tokoh

tua baik yang ada di Muna atau pun yang ada diperantauan baik perorangan maupun

organisasi.

Bupati muna yang ke 5 adalah Drs. LA ODE MANARFA, tanggal 26 juni s/d 30 juli

1954 mengadakan sidang DPRD Sulawesi Tenggara di Raha dengan menghasilkan ketetapan

antara lain : Kabupaten Sulawesi Tenggara meliputi kewenangan Kendari, Kolaka dan Boea

Pinag. Hasil keputusan tersebut harus mendapat persetujuan pemerintah Pusat.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMERINTAH Drs. MAOLA DAUD (17 MARET 1986 S/D 1996)

Setelah periode pemerintahan La Ode Saafi Amane berakhir maka berdasarkan hasil

pemilihan legislatif yang terpilih sebagai Bupati Kabupaten Muna ke VII adalah Drs.

MAOLA DAUD. Secara resmi beliau dilantik pada tanggal 17 Maret 1986 oleh DPRD

Kabupaten Muna. Drs. MAOLA DAUD memiliki karakter sebagai sosok pemimpin yang

berjiwa membangun sehingga tercatat dalam perjalanan sejarah di Kabupaten Muna sebagai

salah seorang Bupati yang memiliki keberhasilan gemilang dalam aspek pembangunan.

1. Pembangunan Ekonomi

Manufer pembangunan Ekonomi yang dilakukan oleh pemerintahan Drs. MAOLA DAUD

adalah memberdayakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia melalui

Teknologi Industri Pedesaan. Program ini dilakukan dengan memberikan bantuan peralatan

untuk mengelola potensi sumber daya alam yang dipedesaan misalnya :

a. Pabrik tehel dan genteng yang dibangun di daerah yang terdapat kapur seperti di

daerah Lapadaku Desa Lindo, Desa Latugho, Desa Bungi dan Kelurahan Wapunto.

Program ini memberdayakan kapur sebagai bahan baku Genteng, batako dan tehel.

b. Pemberian bantuan Industri Tapioka

Bagi Daerah atau Desa yang memiliki lahan pertanian ubi kayu / singkong mislanya

Desa Lahorio, Desa Lindo, Desa Konawe, dan Desa Wuna.

c. Pemberian bantuan pengupas mete pada setiap Desa yang ada di Kabupaten Muna.

Hal ini sebagai refleksi dari potensi Muna yang memiliki lahan perkebunan jambu

mete masyarakat tidak terjual gelondongan tetapi diharapkan terjual olahan.

d. Bantuan alat tenun bagi masyarakat yang memiliki kerajinan tenun misalnya Desa

Bolo, Masalili, Kondongia, dan Waara, kerajinan ini masih terus dikembangkan.

e. Pelestarian dan perkembangan kerajinan anyaman nentu bagi masyarakat Desa

Korihi, Lohia, Wabintingi, Mantobua, kerajinan ini juga tidak dapat dijadikan sebagai

industri rumah tangga yang memberi kontribusi positif bagi masyarakat karena

kesulitan bahan baku dan pemasaran.

f. Program pemindahan pasar sentral Laino (pasar sekarang)

g. Pemberian bantuan alat penggiling jagung dan memisahkan biji jagung dari

tongkolnya serta alat untuk membuka biji kacang. program ini juga gagal.

3

2. Pembangunan Dalam Bidang Pendidikan

Kepedulian Pemerintah MAOLA DAUD dalam aspek kependidikan cukup Positif dan

memberikan kontribusi yang monumental kepada masyarakat. Hal ini terlihat pada program

pemerintah yang dapat melahirkan lembaga-lembaga pendidikan formal untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yaitu antara lain :

a. Mendirikan salah satu Peguruan Tinggi swasta STIP Wima yang diwadahi oleh

yayasan Pemerintah Daerah.

b. Mendirikan Sekolah Akademi Keperawatan yang diwadahi oleh Yayasan Mandala

Walluya (sekarang telah pindah di Kendari) 1991

c. Memfasilitasi pendirian sekolah menengah teknologi pertanian (SMTP) Guali Tahun

1992.

d. Mendirikan Sekolah Dasar (SD) di Daerah-daerah terpencil misalnya daerah

Tongkuno Lama.

e. Mendirikan asrama Mahasiswa Muna di berbagai daerah misalnya Asrama mahasiswa

Muna di Makassar, Kendari dan Gorontalo.

3. Pembangunan Dalam Bidang Keagamaan

Kepedulian beliau dalam pembangunan di bidang keagamaan dapat dilihat dari hasil-hasil

pembangunannya antara lain:

a. Pembangunan kembali Mesjid Kota Muna yang telah ditinggalkan dan mengaktifkan

kembali susunan personil pegawai syarah di Mesjid yang menacu pada personil

pegawai syarah kerajaan yang terdiri dari :

- Imamuno Wuna

- Hatibino Wuna

- Modjino ghoera yang terdiri dari Modjino Tongkuno, Modjino Lawa, Modjino

Kabawo dan Modjino Katobu.

- Modji Anahi yaitu Modji pendamping Modjino Kampo yang terdiri dari beberapa

kampung lama di masa lalu. Pembangunan dan pembentukan Personil Pegawai

Syara kerajaan ini dimulai sejak tahun 1988.

b. Pembangunan Pesantren Khairul Ummah Guali Pada Tahun 1990

c. Penyelesaian Pembangunan Masjid Agung Almunawarah (Masjid Raya Raha).

Masjid ini mulai dibangun sejak pemerintahan LA ODE SAAFI AMANE tetapi

kemudian pembangunan itu dilanjutkan oleh MAOLA DAUD hingga rampung.

d. Pembangunan Masjid di Masalili dan Mabodo serta bantuan pembangunan Masjid

dibeberapa Desa lain di Kabupaten Muna.

4

e. Pembangunan Masjid Baitul Makmur (Sekarang depan alun-alun)

4. Pembangunan Dalam Bidang Sosial Budaya

Pembangunan di bidang sosial dan budaya tetap menjadi salah satu aspek yang diorientasikan

pada RAPBD setiap tahun. Hal ini dapat terlihat pada :

a. Pemberian Bantuan pada panti asuhan dan program pemberdayaan orang-orang cacat

melalui keterampilan yang dimilikinya, misalnya tukang jahit, tukang arloji, tukang

cukur, dan keterampilan lainnya.

b. Pengaktifan kerajinan masyarakat misalnya, kerajinan pertukangan, kerajinan

anyaman nentu dan kerajinan tenun di Lohia, Masalili dan Kondongia.

c. Pemberian fasilitas pertukangan dan perbengkelan untuk menunjang keterampilan

generasi muda dalam bentuk peralatan.

d. Pembangunan Taman Perahu Sawerigadi Belakang kantor Bapeda

5. Pembangunan Politik

Pemerintahan MAOLA DAUD masih dalam era orde baru, sehingga pembangunan politik

masih dibawah pengawasan taktis pemerintah pusat. Pada masa pemerintahan beliau 2 kali

menyelenggarakan pesta Demokrasi yaitu pada tahun 1987 dan 1992 tetapi suasana

Demokrasi hanya sekedar simbol, karena rezim orde baru yang menginginkan kemenangan

salah satu kontestan pemilu yaitu karya pembangunan (Golkar).

Bidang politik, khususnya pembangunan fisik perkantoran pemerintah antara lain :

a. Kantor DPRD Kabupaten Muna

b. Kantor Sospol Kabupaten Muna

c. Kantor Perhubungan Kabupaten Muna

d. Kantor Camat Katobu Kabupaten Muna

e. Kantor BPD Raha (yang lama)

f. Renovasi Kantor Kabupaten Muna

g. Kantor PMD Kabupaten Muna

h. Kantor PDAM

5

B. PEMERINTAHAN TRANSISI

Berakhirnya kepemimpinan Drs. MAOLA DAUD yang diwarnai berbagai gejolak

politik di Muna dan ditandai dengan terjadinya masa transisi di Muna. Pada masa itu secara

berturut-turut 2 orang karteker Bupati yang memimpin pemerintahan yaitu Drs. LA ODE

SALEH dan Drs. H. LA ODE SAAFI AMANE sehingga sekitar 6 bulan di Muna tidak

memiliki Bupati yang defenitif. Pelampiasan rasa kebencian terhadap pemerintah yang

pernah berkuasa misalnya :

1. Tugu hasil pemugaran dalam bentuk akar gembol, buah jambu dan burung garuda

oleh karakter yang berkuasa dianggap sebagai suatu simbol yang tidak

menguntungkan masyarakat sehingga kemudian dikembalikan kepada keadaan

aslinya sebelum dipugar.

2. Simbolik perahu Sawerigadi yang dibangun dibelakang kantor Bupati juga

dihancurkan dengan alasan yang sama.

3. Salah satu lembaga pendidikan Tinggi Akper yang beroperasi di Raha kemudian

dipindahkan di Kendari.

C. PEMERINTAHAN KOLONEL SALEH LASATA (3-10-1997 S/D 1999)

Sebagai refleksi dari percaturan politik di Muna yang semakin hangat maka oleh pihak

pemegang keamanan teritorial secara konsultatif dengan Gubernur dan pihak terkait untuk

menempatkan pemimpin pemerintahan (Bupati) dari kalangan militer di daerah-daerah yang

dianggap berpotensi konflik termaksud di Kabupaten Muna.

Pada masa pemerintahan beliau melanjutkan pembangunan pasar sentral laino yang

telah dibangun bupati sebelumya dan sekaligus meresmikannya untuk dioperasikan sebagai

kegiatan perdagangan masyarakat. Semula masyarakat masih menolak untuk memindahkan

aktifitas dagangannya di Laino. Kemudian setelah pasar sentra lama (sekarang alun-alun)

terbakar dua kali dalam jangka waktu satu tahun baru masyarakat secara spontan

memindahkan kegiatan di Pasar sentral Laino.

Inovasi-inovasi baru dalam pembangunan, hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor

antara lain :

1. Suhu peta Politik di Muna yang semakin tinggi sehingga pemerintah (eksekutif) tidak

dapat merealisasikan program-programnya.

2. Konflik politik pasca pemerintahan Maola Daud masih terus berlanjut sehingga

pembenahan stabilitas aparatur menjadi prioritas pemerintah SALEH LASATA saat

itu.

6

3. Program pemerintah SALEH LASATE sedikit atau kurang berorientasi pada

pembangunan fisik tetapi konsekuen pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan namun

mengalami kegagalan karena masyarakat belum siap untuk menerima program

semacam itu.

4. Pemerintah SALEH LASATA Hanya 2 Tahun sehingga dalam waktu yang singkat

tentu tidak dapat merealisasikan program-programnya

Pemerintahan SALEH LASATA berakhir tahun 1999.

D. PEMERINTAHAN KOLONEL INF. H. DJAMALUDDIN BEDU (1999-2000)

Setelah pemerintahan SALEH LASATA berakhir maka pemimpin pemerintahan selanjutnya

adalah Kolonel Inf. H. DJAMALUDDIN BEDU sebagai Bupati Muna ke IX. Pemerintahan

DJAMALUDDIN BEDU yang terlalu singkat tidak dapat melakukan manufer positif dalam

pembangunan.

Hal ini disebabkan oleh beberapa hal :

1. Pada saat itu terjadi suatu peristiwa ketatanegaraan yang menguras konsentrasi birokrasi,

karena dalam waktu 1 tahun terjadi 2 kali pelaksanaan pesta demokrasi yaitu pemilu

1997, tetapi karena dianggap tidak sesuai dengan agenda reformasi maka tahun 1999

dilaksanakan lagi pemilu. Kondisi ini tentu menghambat program pembangunan karena

pemerintaha terkosentrasi pada pelaksanaan pemilu, dan legislatif terpilih tidak dapat

melaksanakan tugas-tugasnya karena masa jabatannya hanya 1 tahun.

2. Pemerintahan Djamaluddin Bedu dalam waktu singkat itu tidak dapat merealisasikan

program-programnya, karena secara konstitusional sesuai dengan agenda reformasi

bahwa legislatif dan eksekutif yang baru adalah mereka yang memenuhi syarat sesuai

pemilu 1999 sedangkan eksekutif dari kalangan militer apalagi maju sebagai calon bupati

maka harus meninggalkan predikat militernya atau dengan kata lain harus berpredikat

sebagai sipil. Dari kondisi ini maka pemerintah tidak dapat berkonsentrasi pada

implementasi program-programnya.

3. Gema reformasi yang merebak diseluruh nusantara termaksud di Muna mempengaruhi

seluruh aspek kehidupan khususnya dalam aspek politik sehingga pemerintah dalam

menetapkan kebijakan-kebijakannya dihantui oleh agenda-agenda tersebut. Dan tentu

pada pola baru itu yang belum didasari oleh konstitional permanen sehingga membuat

pengambilan kebijakan bersifat apatis dan apriori.

7

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Kami berharap dalam penulisan makalai ini dapat bermanfaat terutama bagi kelompok

kami dan para pendengar makalah ini. Kita harus lebih tau tentang sejarah-sejarah

yang ada di Muna ini dan kita harus lebih mengembangkan sejarah yang ada di Muna

dan kita tidak boleh melupakan sejarah-sejarah yang ada di Muna.