Post on 03-Jan-2016
134
BAB V
DISKUSI HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan pembahasan dalam paparan data, selanjutnya penulis
akan melakukan diskusi hasil penelitian proses manajemen sarana dan
prasarana pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah
(MBS) di lembaga MAN Kraton Pasuruan. Adapun pemaparan diskusi hasil
penelitian sebagai berikut:
A. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana pada Sekolah yang
Menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen sarana dan prasarana pada hakekatnya merupakan suatu
proses yang terdiri dari langkah-langkah tertentu secara sistematik. Menurut
A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara menyeluruh dan teliti. Alat-alat
yang setiap hari digunakan harus didahulukan kemudian alat-alat yang sering
digunakan baru alat-alat yang jarang digunakan.1
Adapun secara sederhana proses manajemen sarana dan prasarana
mencakup kegiatan-kegiatan pada pengadaan, pendistribusian, pemeliharaan,
inventarisasi dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagaimana
pada gambar proses manajemen perlengkapan sekolah berikut ini:
1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002)
hlm. 93
134
135
Gambar. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah2
1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan di
MAN Kraton Pasuruan telah berusaha diupayakan dengan perencanaan sebaik
dan sematang mungkin. Hal ini dilakukan guna menghindari suatu kesalahan
dan kegagalan dalam melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan.
Perencanaan atas kebutuhan tersebut telah dituangkan dal am
bentuk rencana program kerja 5 tahun MAN Kraton Pasuruan dan juga
Rencana Anggaran & Pendapatan Belanja Madrasah (RAPBM) MAN Kraton
Pasuruan yang dilakukan setiap satu semester sekali.
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti peroleh dari analisa data
bahwa kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di MAN Kraton
Pasuruan didasarkan atas rencana program kerja 5 tahun atas daftar kebutuhan
2 brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, seri Manajemen
Peningkatana Mutu Pendididkan Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004),
hal. 7
1 Pengadaan:
- Analisis kebutuhan
- Analisis anggaran
- Seleksi
- Keputusan
- Pemerolehan 2 Pendistribusian:
- Pengalokasian
- Pengiriman
3
Penggunaan dan Pemeliharaan 4
Inventarisasi
5
Penghapusan
136
yang telah disusun sebelumnya dengan waktu yang telah ditetapkan. Namun
dengan perencanaan tersebut adakalanya kegiatan pengadaan sarana dan
prasarana di MAN Kraton Pasuruan tersebut terlaksana ada yang belum
terlaksana, hal ini tidak terlepas dari adanya bantuan insidental dari Negara,
komite madrasah dan juga pihak lain yang peduli dengan pengembangan
pendidikan di MAN Kraton Pasuruan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan, menggantikan barang
yang rusak, hilang, dihapuskan, atau sebab lain yang dapat dipertanggung
jawabkan. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah oleh
Bafadal dijelaskan bahwa pada hakekatnya merupakan upaya merealisasikan
rencana pengadaan yang telah disusun sebelumnya.3
Proses prencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan bukanlah
sekedar sebagai upaya pencarian ilham, melainkan upaya memikirkan
perlengkapan yang dibutuhkan di masa yang akan datang dan bagaimana
pengadaannya secara sistematis, rinci, dan teliti berdasarkan informasi yang
realistis tentang kondisi madrasah.
Menurut pernyataan Nawawi bahwa usaha pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara tepat
memerlukan dan mengembangkan sejumlah dana, komunikasi yang tepat dan
cepat tentang kebutuhan peralatan dapat memungkinkan disusunnya
perencanaan yang lengkap.4
3 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hal. 30 4 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Inti Idayu Press, 1993), hal. 63
137
Sedangkan makna pengadaan itu sendiri yaitu kegiatan untuk
menghadirkan sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka menunjang
pelaksanaan tugas-tugas sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan di
MAN Kraton Pasuruan dilakukan dengan cara: pembelian, menerima hibah
dari yayasan dan menerima bantuan dari pemerintah. Adapun masalah
perolehan dana di peroleh dengan 2 cara, yaitu: dana dari DIPA dan dana dari
Komite Madrasah. Terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana yang
pengadaan dananya bersumber dari DIPA mengajukan laporan secara tertulis
kepada atasan dengan memasukkan daftar kebutuhan sesuai dengan
perencanaan yang direncanakan oleh madrasah. Sedangkan realisasinya ketika
pihak MAN Kraton Pasuruan hendak membelanjakan atau menggunakan dana
tersebut terdapat 2 tahapan: Pertama, ketika proses pembelian sebelum
orang/petugas membelanjakan barang kebutuhan terlebih dahulu ada
komunikasi dengan pihak pejabat pembuat komitmen (PPK), kemudian baru
belanja. Kedua, setelah pembelanjaan barang kebutuhan atau sarana tersebut
baru kemudian sarana didistribusikan kepada masing-masing pihak yang
membutuhkan, baik yang dibutuhkan oleh kelas, kantor, laboratorium maupun
pihak-pihak lain yang membutuhkan berdasarkan daftar barang yang telah
dibeli. Terkait dengan penggunaan dana yang ada pada komite madrasah
dibelanjakan sesuai dengan daftar kebutuhan yang sebelumnya dirapatkan
terlebih dahulu bersama anggota komite dan seluruh pihak pengelola sekolah.
138
Perencanaan merupakan proses melakukan sesuatu agar tidak sia-
sia dan mencapai hasil maksimal dan hal ini juga diajarkan dalam islam,
sebagaimana dalam sebuah hadits:
Artinya: “Sesungguhnya Allah senang jika seseorang di antara
kamu mengerjakan suatu perbuatan lalu dia mengerjakannya
secara sempurna” (HR. Thabrani)
Menurut A.Tafsir peralatan sekolah harus dirancang secara
menyeluruh dan teliti. Alat-alat yang setiap hari digunakan harus didahulukan
kemudian alat-alat yang sering digunakan baru alat-alat yang jarang
digunakan.5
الحق بال نظام يغلبه الباطل بالنظام
Artinya: Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. (Maqolah Sayyidina Ali).
6
Perencanaan yang baik dan teliti akan berdasarkan analisis
kebutuhan dan penentuan skala prioritas bagi kegiaan-kegiatan untuk
mendapatkan urutan pertama, kedua dan seterusnya agar dilaksanakan sesuai
dengan tersedianya dana dan tingkat kepentingannya.7
2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pendistribusian atau penyaluran sarana dan prasarana madrasah
merupakan kegiatan pemindahan barang dan tanggung jawab dari seorang
5 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002)
hlm. 93 6 Muhammad Al Baqir, Mutiara Nahjul Balaghoh, Bandung: Mizan 1994)
7 H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal. 117
139
penanggung jawab penyimpanan kepada unit-unit atau orang-orang yang
membutuhkan barang itu.8
Di MAN Kraton Pasuruan pendistribusian sarana dan prasarana
yang sudah di beli didistribusikan langsung kepada masing-masing yang
membutuhkan barang tersebut dan sekaligus sebagai penanggung jawab
barang tersebut, sehingga penanggung jawabnya jelas, sebagaimana dalam
pengadaan sarana dan prasarana madrasah di MAN Kraton Pasuruan
disesuaikan dengan kebutuhan yang di ajukan oleh beberapa Waka dan
berbagai Unit yang membutuhkan.
Berkaitan dengan pendistribusian barang perlu adanya penyusunan
alokasi pendistribusian. Menurut Bafadal menyatakan ada empat hal yang
harus diperhatikan dan ditetapkan dalam penyusunan alokasi, yaitu:
a. Penerima barang yaitu orang yang menerima barang dan sekaligus
mempertanggungjawabkannya sesuai dengan daftar barang yang
diterima
b. Waktu penyaluran barang
c. Jenis barang yang akan disalurkan kepada pemakai
d. Jumlah barang yang akan didistribusikan.9
Pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian barang yang dapat
ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah, yaitu sistem langsung dan
sistem tidak langsung. Dengan menggunakan sistem langsung berarti barang-
barang yang sudah diterima dan diinventarisasikan langsung disalurkan pada
bagian-bagian yang membutuhkan tanpa melalui proses penyimpanan terlebih
dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem pendistribusian yang tidak
langsung, berarti barang-barang yang sudah diterima dan sudah
8 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hal. 38 9Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hal. 41
140
diinventarisasikan tidak langsung disalurkan, melainkan harus disimpan
terlebih dahulu digudang penyimpanan dengan teratur.10
3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan merupakan kegiatan mengupayakan penjagaan atau
pencegahan kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam
kondisi siap pakai dan baik-baik saja. Pemeliharaan barang-barang sarana dan
prasarana madrasah ada yang dilakukan secara kontinyu, kondisional dan ada
juga berkala. Pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan secara
kontinyu misalkan kebersihan sekolah (menyapu, kebersihan papan tulis,
mengelap kaca jendela, dsb ), meletakkan seluruh barang inventaris pada
tempatnya, dan sebagainya. Pemeliharaan barang sarana dan prasarana
pendidikan secara kondisional misalkan perbaikan bangku, perbaikan papan
tulis, perbaikan printer, perbaikan komputer dan sebagainya. Sedangkan
pemeliharaan barang sarana dan prasarana pendidikan ada yg dilakukan setiap
hari dan secara berkala, adakalanya pemeliharaan tiap 3 bulan sekali dan ada
juga pemeliharaan yang dilakukan tiap 6 bulan sekali, misalkan: pemeliharaan
gedung baik itu pengecetan, perbaikan sarana-sarana yang kurang layak,
termasuk adanya anggaran di tahun ajaran 2011-2012 nanti MAN Kraton
Pasuruan merencanakan mengalokasikan pengadaan sarana berupa meubeler
yaitu meja kursi siswa sekitar 40 set, masing-masing kelas 20 set.
Ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Pertama,
pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Kedua, pemeliharaan yang bersifat
pencegahan. Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan. Keempat,
10
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hal. 40
141
perbaikan berat. Sedangkan ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam
pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan
pemeliharaan berkala.11
Pemeliharaan barang-barang inventaris kadang-kadang dianggap
sebagai suatu hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini
merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap
yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana yang telah dibeli dengan
harga mahal, akan bertambah mahal apabila tidak dipelihara sehingga tidak
dapat dipergunakan lagi dengan semestinya.
Sesungguhnya setiap manusia memiliki tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri dan orang lain, sehingga kewajiban menjaga barang milik
sekolah juga menjadi tanggung jawab setiap warga sekolah sebagaimana
mereka menjaga barang pribadinya. Sebagaimana firman Allah QS al-An’am
ayat 104:
بكن هي بصآئر جاءكن قد علي كن أا وها فعلي ها عوي وهي فلف سه أب صر فوي ر
بحفيظ
Artinya: Sesungguhnya Telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang;
Maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), Maka (manfaatnya) bagi dirinya
sendiri; dan barangsiapa buta (Tidak melihat kebenaran itu), Maka
kemudharatannya kembali kepadanya. dan Aku (Muhammad) sekali-kali
bukanlah pemelihara(mu). (QS. al-An'am:104)12
Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara
berhati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus
11
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 49 12 Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah
142
dilakukan oleh petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan
jenis barang yang dimaksud.13
Bungai menyatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana
secara teratur dapat memudahkan penggunaan, enak dipandang dan tidak
cepat rusak. Idealnya semua sarana dan prasarana seperti perabot dan
peralatan kantor selalu dalam kondisi siap pakai saat diperlukan. Dengan
kondisi tersebut maka semua personel dapat dengan lancar menjalankan
tugasnya masing-masing. Sarana dan prasarana bukan saja ditata sedemikian
rupa melainkan juga dipelihara dengan sebaik mungkin.14
Penyimpanan merupakan kegiatan pengurusan, penyelenggaraan,
dan pengaturan persediaan sarana dan prasarana pendidikan di dalam ruang
penyimpanan atau gudang. Penyimpanan hanya bersifat sementara.
Penyimpanan dilakukan agar barang atau sarana dan prasarana pendidikan
yang sudah diadakan atau dihadirkan tidak rusak begitu saja sebelum tiba saat
pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan sifat-sifat barang yang disimpan. Dengan demikian nilai guna
barang tidak susut sebelum barang itu dipakai.
Temuan penelitian dilapangan menjelaskan bahwa kegiatan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sekolah di MAN Kraton
Pasuruan sampai tesis ini ditulis belum memiliki gudang khusus untuk
penyimpanan barang-barang milik sekolah. Akan tetapi yang berlangsung
sekarang ini yaitu penyimpanan barang sarana pendidikan misalkan sapu,
13
Soetjipto, Profesi Keguruan, (Bandung: Rineka Cipta, 1999), hal. 172 14
Joni Bungai, Analisis Pengaruh Kompetensi Kepala Sekolah, Manajemen Sarana Prasarana
Sekolah, Iklim Sekolah dan Keefektifan Mengajar Guru dengan Mutu Akademik Lulusan
SMAN di Kalimantan Tengah, (Disertasi, tidak Diterbitkan, Malang: PPS Universitas
Negeri Malang, 2005), hal. 61
143
kapur tulis dan barang kecil lainnya dialokasikan dengan disediakan book
yaitu kotak kecil yang diletakkan di kantor guru guna menyimpan dan
mengamankan barang-barang milik sekolah tersebut dan juga di ruang kelas
masing-masing.
Gunawan menyatakan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana
adalah kegiatan rutin untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan
baik dan berfungsi baik pula (running well).15
Gunawan juga menambahkan bahwa pada umumnya pemeliharaan
atau servis ini tidak mengganti suku cadang atau mengubah kontruksi, tetapi
terbatas pada penyetelan, pembersihan dan pemeriksaan seperti penyetelan
platina, mencuci, pemeriksaan tekanan ban, mengganti oli, dan lain
sebagainya. Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya
dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tidak habis pakai seperti
pemeliharaan terhadap kertas dan kapur dengan penyimpanan yang baik
(aman, tidak lembab, bebas hama) sebelum barang tersebut dipakai atau dalam
penyimpanan. Terhadap barang tidak habis pakai seperti mesin tulis,
kendaraan dilakukan servis bila keadaan pemakaiannya ternyata sudah kurang
enak atau kurang lancar secara rutin dan berkala. Pemeliharaan terhadap tanah
dan gedung dilakukan dengan pembersihan, pengecetan, menyapu, mengepel,
dan sebagainya.16
15
H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal. 146 16
H. Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: Rineka Cipta,
1996), hal. 146
144
4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan di madrasah adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki
oleh madrasah. Lazimnya kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut
dengan istilah inventarisasi perlengkapan pendidikan. Secara definitif,
inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara
secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau
pedoman-pedoman yang berlaku.17
Terkait dengan kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana
pendidikan di MAN Kraton Pasuruan sudah dilakukan pengkodean barang-
barang milik madrasah dan juga pencatatan terhadap daftar barang madrasah
yang sudah dibeli dan dimiliki oleh MAN Kraton Pasuruan, akan tetapi
kegiatan tersebut belum sepenuhnya terlaksana secara baik dan tertib. padahal
mengadministrasikan barang-barang inventaris dengan sebaik-baiknya dengan
memberi kode maupun pencatatan secara tertib mengenai daftar barang
inventaris yang dimiliki, yang telah di beli maupun mendapat hibah ataupun
pinjaman dan hadiah sangat mempermudah pihak madrasah dalam pembuatan
laporan serta pengawasan terhadap sarana dan prasarana di MAN Kraton
pasuruan.
Kode barang adalah sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan
barang. Kode tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan
dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk memudahkan
semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di
17
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hal. 63
145
sekolah, baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan
golongannya.18
Secara sederhana Bafadal menjelaskan kegiatan inventarisasi
perlengkapan pendidikan meliputi dua kegiatan utama, yaitu: 1) kegiatan yang
berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan
pendidikan, dan 2) kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan
barang-barang perlengkapan.19
Dalam hubungannya dengan pencatatan barang perlengkapan, ada
enam macam buku yang perlu disediakan, yaitu:
a. Buku Penerimaan Barang
b. Buku Pembelian
c. Buku Induk Inventaris
d. Buku Golongan Inventaris
e. Buku Bukan Inventaris, dan
f. Buku (Kartu Stok Barang).20
Pencatatan perlengkapan pendidikan di sekolah yang tertib dan
teratur dapat digambarkan sebagaimana pada gambar berikut:
18
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 59 19
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hal. 64 20
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), hal. 64
146
Gambar. Tata cara Pencatatan perlengkapan sekolah21
5. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan
penghapusan terhadap perlengkapan pendidikan disekolahnya. Namun,
perlengkapan yang akan dihapus harus memnuhi syarat-syarat penghapusan.
Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pelaksanaan pengahapusan sarana dan prasarana madrasah di
MAN Kraton Pasuruan masih belum pernah dilakukan, hal ini karena
mengingat barang-barang yang digunakan oleh MAN Kraton Pasuruan 90%
masih pinjam milik yayasan terkait dengan madrasah ini baru proses
penegrian, sehingga masih membutuhkan waktu cukup lama.
21
brahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, seri Manajemen
Peningkatana Mutu Pendididkan Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004),
hal. 57
Ada barang baru
Pencatatan di dalam
Buku Penerimaan
Pengelompokan barang baru
Pencatatan di dalam Buku
Induk Bukan Inventaris
Pencatatan di dalam
Buku Induk Inventaris
Pencatatan di dalam Buku
Golongan Inventaris
Pencatatan di dalam Kartu
(Buku) Stok Barang
147
Barang-barang perlengkapan pendidikan di sekolah yang
memenuhi syarat penghapusan adalah barang-barang yaitu:
a. Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
b. Tidak sesuai dengan kebutuhan
c. Kuno yang penggunaannya tidak sesuai lagi
d. Terkena larangan
e. Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang
f. Barang yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan
kegunaannya
g. Barang berlebihan yang tidak digunakan lagi
h. Dicuri, diselewengkan dan musnah akibat adanya bencana alam.22
B. Kontribusi Komite Madrasah terhadap Proses Manajemen Sarana dan
Prasarana
Secara umum pengelolaan perlengkapan sekolah adalah untuk
memberikan layanan secara professional di bidang sarana dan prasarana
pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan
efisien. Paling tidak terdapat tiga tujuan manajemen perlengkapan sekolah, yaitu:
1) mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama, 2) mengupayakan
pemakaian sarana dan prasarana pendidikan secara tepat dan efisien, 3)
mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga
keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai.23
22
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 62 23
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 8
148
Adapun beberapa hal pokok kontribusi komite madrasah dalam proses
pencapaian manajemen sarana dan prasarana pendidikan di madrasah diantaranya
adalah pengadaan sarana dan prasarana madrasah, pendistribusian sarana dan
prasarana madrasah, pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah, inventarisasi
sarana dan prasarana madrasah, dan penghapusan sarana dan prasarana madrasah.
Semua proses manajemen sarana dan prasarana tersebut sebelum disusun
menjadi program kerja di bidang sarana dan prasarana kepala sekolah maka harus
dimusyawarahkan dengan berbagai pihak di dalam madrasah atau dengan komite
madrasah sehingga ketika proses pelaksanaan di lapangan menimbulkan semangat
kerja, rasa saling mendukung dan turut aktif mensukseskan semua program kerja
yang telah ada. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai
penunjang kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi
sekolah.
1. Pengadaaan Sarana dan Prasarana
Kebutuhan berbagai sarana dan prasarana madrasah sebagai sarana
penunjang kegiatan belajar sangat penting sekali bagi madrasah sehingga
kebutuhan tersebut harus dicukupi dengan proses pengadaan sarana dan
prasarana madrasah, hal ini dilakukan agar kegiatan belajar mengajar yang
merupakan hal vital madrasah dapat terlaksana dengan baik, berjalan tertib
dan lancar.
Di sisi lain, dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah (PMPBS), atau dalam kerangka manajemen berbasis sekolah (MBS),
pengadaan perlengkapan sekolah harus dilakukan sendiri oleh sekolah, baik
dengan menggunakan dana bantuan pemerintah maupun dana sekolah sendiri.
149
Artinya, dalam kerangka MPMBS atau MBS semua bentuk penyerahan
perlengkapan pemerintah ke sekolah harus diubah dari bentuk pemberian dana
ke dalam bentuk block grand kepada sekolah, kemudian kepala sekolah
bersama guru dan bila perlu pengurus komite madrasah merencanakan dan
melakukan pengadaan sendiri perlengkapan yang dibutuhkan secara efektif
dan efisien.24
Kontribusi komite madrasah terhadap proses pengadaan sarana dan
prasarana madrasah sangat besar sekali, misalkan dalam pengadaan pengadaan
meubeler kelas baru, perlengkapan kaca jendela, pemenuhan sarana
ekstrakurikuler, pengadaan alat-alat peraga pendidikan, pembangunan pos
satpam, penambahan unit layar LCD projector, pengadaan koperasi dan kantin
madrasah, pengadaan almari kelas, dan lain sebagainya. Komite madrasah
juga selalu terlibat aktif dan ikut serta dalam menyusun program kerja
madrasah dan tidak terkecuali di bidang sarana dan prasarana madrasah
sehingga semua kebutuhan sarana dan prasarana madrasah bisa terakomodir
dengan baik.
Dari beberapa cuplikan wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya
dan beberapa data yang telah diperoleh dari lapangan, telah diketemukan
bahwa dalam proses pengadaan sarana dan prasarana madrasah, pihak
madrasah selalu berusaha melibatkan secara aktif seluruh komponen untuk
ikut serta menyusun dan merumuskan suatu program kerja dalam periode
tertentu berdasarkan musyawarah mufakat tentang segala keperluan dan
24
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 30
150
kebutuhan madrasah khususnya di bidang pengadaan sarana dan prasarana
madrasah.
Sedangkan kontribusi komite madrasah dalam pencapaian proses
pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang dapat diketahui misalkan
pengadaan buku-buku perpustakaan, pembangunan gedung-gedung baru yang
dipersiapkan untuk perpustakaan, laboratorium dan juga kelas, melengkapi
meubeler kelas, penyediaan sarana dan prasarana olahraga, pembangunan
masjid dan beberapa sarana dan prasarana madrasah lainnya.
Dalam kaitannya dengan pengadaan perlengkapan sekolah ada
beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah
untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, antara lain dengan
cara membeli, mendapatkan hadiah atau sumbangan, tukar menukar, dan
meminjam.25
2. Pendistribusian Sarana dan Prasarana
Pendistribusian sarana dan prasarana madrasah sangat bergantung
dengan keberadaan perangkat pendidikan yang dimiliki oleh madrasah.
Semakin banyak sarana dan prasarana madrasah atau perangkat pendidikan di
madrasah, maka akan semakin banyak pula komponen yang akan terlibat
dalam pendistribusian sarana dan prasarana madrasah.
Segala jenis dan bentuk sarana dan prasarana madrasah yang telah
didistribusikan kemudian diinventarisasi dan setelah kebenarannya diperiksa
25
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 32
151
berdasarkan daftar yang ada pada surat pengantar maka sarana dan parasarana
tersebut perlu di atur sedemikian rupa untuk memudahkan pengawasan dan
pertanggung jawabannya. Pendistribusian sarana dan prasarana madrasah yang
tidak teratur sebaiknya dihindari supaya tidak mengalami kesulitan dalam
membuat laporan pertanggung jawaban serta untuk menghindari terjadinya
suatu hal yang tidak diharapkan sebelumnya.
Keberadaan komite madrasah dituntut untuk selalu proaktif dalam
melihat kebutuhan-kebutuhan sarana dan prasarana madrasah yang diperlukan
sehingga kegiatan atau proses pendistribusian sarana dan prasarana madrasah
sesuai dan tepat sasaran.
Adapun dalam proses pendistribusian sarana dan prasarana madrasah,
kontribusi komite madrasah secara nyata dan nampak diketahui dari proses
pendistribusian dengan memberikan bantuan pemenuhan perlengkapan
madrasah dan menyerahkan kepada yang berhak atau penanggung jawab
umum secara struktural dan tidak terjun langsung mendistribusikan sendiri ke
lapangan.
Sistem apapun yang digunakan oleh pengelola perlengkapan
pendidikan tidak perlu dipersoalkan, asalkan memenuhi asas-asas dalam
pendistribusian yang efektif. Ada beberapa asas pendistribusian ini yang perlu
diperhatikan, yaitu (1) asas ketepatan; (2) asas kecepatan; (3) asas keamanan;
(4) asas ekonomis.26
26
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 40
152
Berdasarkan uraian tentang pendistribusian sarana dan prasarana
madrasah, pada dasarnya ada dua sistem pendistribusian yang dapat ditempuh
oleh madrasah, yaitu sistem langsung dan sistem tidak langsung. Dengan
menggunakan sistem langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan
diinventarisasikan langsung disalurkan pada yang membutuhkan tanpa melalui
proses penyimpanan terlebih dahulu. Sedangkan dengan menggunakan sistem
pendistribusian tidak langsung berarti barang-barang yang sudah diterima dan
sudah diinventarisasikan tidak langsung disalurkan, melainkan harus disimpan
terlebih dahulu di gudang penyimpanan barang dengan baik dan teratur supaya
tetap bagus dan layak serta tidak lebih cepat aus.27
3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan menurut ukuran waktu dapat dilakukan setiap hari
(setiap akan atau sesudah memakai) dan secara berkala atau dalam jangka
waktu tertentu sesuai petunjuk penggunaan atau setelah jarak tempuh tertentu.
Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh penanggung jawabnya
(juru ketik, sopir dan sebagainya) atau dengan cara memanggil tukang atau
ahli servis untuk melakukannya atau membawanya ke bengkel servis.
Kontribusi komite madrasah dalam pencapaian proses manajemen
sarana dan prasarana madrasah dan segala dukungan dalam pemeliharaan
sarana dan prasarana madrasah memang sangat dibutuhkan. Kondisi dan
keadaan sarana dan prasrana yang lengkap serta memadai dan terawat dengan
baik juga tidak terlepas dari campur tangan komite madrasah. Pihak madrasah
27
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 39
153
selalu aktif melibatkan komite madrasah untuk membantu pemeliharaan
sarana dan prasarana madrasah, khususnya dalam perawatan dan pemeliharaan
periodik fasilitas madrasah dalam waktu tertentu.
Sedangkan untuk gedung madrasah supaya selalu bersih, indah,
menarik dan nyaman maka perlu diperhatikan tata aturan dalam pemeliharaan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana madrasah yang melibatkan komite
madrasah yaitu pemeliharaan dan renovasi gedung atau kelas yang mengalami
kerusakan, pengecatan gedung sekolah, menetapkan tenaga pemeliharaan dan
teknisi untuk instalasi listrik, peralatan IT, laboratorium, dan lain sebagainya
serta penataan keindahan gedung-gedung madrasah.
Kondisi sarana dan prasarana madrasah yang terpelihara dengan sangat
baik juga nampak dari keadaan ruang kelas yang kering, tidak lembab serta
jendela kelas yang cukup bersih dan menerangkan. Selain itu, bangku-bangku
di kelas tidak ada yang rusak, berserakan dan kotor oleh debu. Papan tulis, jam
dinding, taplak meja, gambar-gambar juga tertata rapi. Perabotan kelas selalu
tersusun sedemikian rupa dan terpelihara dari kerusakan sehingga terlihat
indah dan menarik.
Ada empat macam pemeliharaan perlengkapan pendidikan. Pertama,
pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Kedua, pemeliharaan yang bersifat
pencegahan. Ketiga, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan. Keempat,
perbaikan berat. Sedangkan ditinjau dari waktu perbaikannya ada dua macam
154
pemeliharaan perlengkapan sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan
pemeliharaan berkala.28
Menurut Abdul Fattah Allah telah menempatkan segala apa yang ada
dimuka bumi ini dibawah kekuasaan manusia, baik daratan maupun lautan,
sehingga kemungkinan manusia untuk mengelola keduanya dan bergerak di
dalam menggunakan ilmu dan akal.29
Sebagaimana firman-Nya: dalam surat
Al Jaatsiyah ayat 13:
م يتفكروى ه إى في ذلك ليات لقى ض جويعا ه ر واوات وها في ال ا في الس ر لكن ه وسخ
Artinya: Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah: 13)30
Setiap personil harus menyadari bahwa semua barang atau sarana dan
prasarana pendidikan milik organisasi adalah barang milik bersama yang harus
dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan
yang diinginkan.
4. Inventarisasi Sarana dan Prasarana
Inventarisasi sebenarnya proses pencatatan dengan pemberian kode-
kode tertentu agar sarana dan prasarana madrasah yang dimiliki mudah dalam
pengawasan, teratur dan sistematis sehingga mudah dalam
pertanggungjawabannya. Proses inventarisasi sebenranya adalah pencatatan
28
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 49 29
Abd. Fattah Jalal, Azaz-Azas Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) hlm. 49 30
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemah
155
dan penyusunan daftar barang milik Negara secara sistematis, tertib, dan
teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana madrasah diharapkan akan
menciptakan ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan,
mempermudah dalam pemeliharaan dan pengawasan segala bentuk dan jenis
sarana dan prasarana madrasah yang dimiliki. Selain itu, kegiatan inventarisasi
juga mampu menyediakan data dan informasi secara akurat untuk perencanaan
tentang kebutuhan sarana dan prasarana di masa yang akan datang.
Perencanaan pengadaan barang perlengkapan atau sarana dan
prasarana madrasah yang baik selalu berdasarkan pada kebutuhan sehingga
dalam membuat rencana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus
berdasarkan pada inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan yang telah
tercatat dan tersusun dengan baik. Manfaat atau nilai guna lain dari pada
kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan
data dan informasi dalam rangka proses manajemen sarana dan prasarana yang
lainnya seperti apda pendistribusian, pemeliharaan, pengawasan dan
penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.
Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik
sesungguhnya tidak akan sempurna tanpa adanya proses inventarisasi sarana
dan prasarana yang baik pula. Secara fisik di MAN Kraton pasuruan nampak
bahwa sarana dan prasarana yang ada cukup memadai dan terpelihara dengan
cukup baik. Madrasah selalu memperhatikan kondisi sarana dan prasarana
156
yang efektif dan efisien sehingga dapat digunakan setiap kali dibutuhkan oleh
segenap personil sekolah.
Sedangkan kontribusi komite madrasah terhadap proses inventarisasi
sarana dan prasarana madrasah lebih kepada sebagai pengawas dan pemerhati
kelayakan dan ketepatan sarana dan parasarana madrasah sehingga tepat dan
layak digunakan oleh segenap personil madrasah.
Penginventarisasian perlengkapan pendidikan memiliki nilai guna.
Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan akan tercipta
ketertiban administrasi barang, penghematan keuangan, mempermudah dalam
pemeliharaan dan pengawasan. Lebih lanjut, inventarisasi mampu
menyediakan data dan informasi untuk perencanaan. Perencanaan pengadaan
perlengkapan yang baik selalu didasarkan pada kebutuhan.31
5. Penghapusan Sarana dan Prasarana
Penghapusan sarana dan prasarana madrasah adalah kegiatan
meniadakan barang-barang milik lembaga atau bisa juga milik Negara dari
daftar inventarisasi dengan cara berdasarkan peraturan yang berlaku. Sebagai
salah satu aktivitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di madrasah,
penghapusan perlengkapan bertujuan untuk:
1) Mencegah atau membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat
pengeluaran dana untuk pemeliharaan atau perbaikan perlengkapan yang
rusak
2) Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan perlengkapan yang
tidak berguna lagi
31
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 56
157
3) Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan
pengamanan
4) Meringankan beban inventaris32
Sebagai bentuk kontribusi komite madrasah terhadap penghapusan
sarana dan prasarana madrasah jika ada yang perlu dihapus, maka hanya lebih
kepada sebagai pihak yang memberikan suara setuju atau tidak serta
memberikan beberapa alasan-alasan lain jika dibutuhkan dan hendak
melakukan penghapusan sarana dan prasarana madrasah.
Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan
terhadap perlengkapan pendidikan di sekolahnya. Namun, perlengkapan yang
akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat penghapusan. Demikian pula
prosedurnya harus mengikuti perundang-undangan yang berlaku. Barang-
barang perlengkapan pendidikan di madrasah yang memenuhi syarat
penghapusan adalah:
1) Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dimanfaatkan lagi
2) Tidak sesuai dengan kebutuhan
3) Kuno, yang penggunaannya tidak sesuai lagi
4) Terkena larangan
5) Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang
6) Yang biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya
7) Berlebihan yang tidak digunakan lagi
8) Dicuri
9) Diselewengkan, dan
10) Terbakar atau musnah akibat adanya bencana alam.33
32
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Bumi Aksara,
Jakarta, 2004), hal. 64 33
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hal. 62
158
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan di
madrasah, seperti SLTP dan SMU, adalah:
1) Kepala madrasah (bisa dengan menunjuk seseorang) mengelompokkan
perlengkapan yang akan dihapus dan meletakkannya di tempat yang aman
namun tetap di dalam lokasi madrasah.
2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut dengan cara
mencatat jenis, jumlah dan tahun pembuatan perlengkapan tersebut.
3) Kepala madrasah mengajukan usulan penghapusan barang dan
pembentukan panitia penghapusan, yang dilampiri dengan data barang
yang rusak (yang akan dihapusnya) ke Kantor Dinas Pendidikan Nasional
Kota/Kabupaten.
4) Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan Nasional
Kota/Kabupaten terbit, selanjutnya panitia penghapusan segera bertugas,
yaitu memeriksa kembali barang yang rusak berat, biasanya dengan
membuat Berita Acara Pemeriksaan.
5) Begitu selesai melakukan pemeriksaan, panitia mengusulkan penghapusan
barang-barang yang terdaftar di dalam Berita Acara Pemeriksaan. Dalam
rangka itu, biasanya perlu adanya pengantar dari kepala sekolahnya.
Usulan itu lalu diteruskan ke kantor pusat Jakarta.
6) Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Jakarta datang, bisa
segera dilakukan penghapusan terhadap barang-barang tersebut, terdapat
dua kemungkinan penghapusan perlengkapan madrasah, yaitu
dimusnahkan dan dilelang. Apabila melalui lelang, yang berhak melelang
adalah kantor lelang setempat. Sedangkan hasil lelangnya menjadi milik
Negara.34
34
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hal. 63