Post on 13-Jan-2017
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
NOMOR 31 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2005 - 2025
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
2010
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
NOMOR 31 TAHUN 2010
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2005 - 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUMBAWA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengintegrasian perencanaan
pembangunan daerah dalam sistem pembangunan nasional
serta menjamin agar pembangunan berjalan efektif, efisien, dan
berkelanjutan, Kabupaten Sumbawa memerlukan perencanaan
pembangunan jangka panjang daerah sebagai arah dan
prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan
dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan Pasal 150 ayat (3) huruf a Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali
dirubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2008, mengamanatkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) untuk jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional;
d. bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 8 ayat (2) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 mengamanatkan bahwa untuk mengakomodasi
RPJP Daerah yang telah ada, dan mengingat RPJP Daerah
harus mengacu pada RPJP Nasional, maka RPJP Daerah baik
substansi dan jangka waktunya perlu disesuaikan dengan
RPJP Nasional;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu membentuk
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah
Kabupaten Sumbawa Tahun 2005 – 2025 dengan Peraturan
Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1958
tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4421);
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembahan Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700)
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun
2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara, Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor
21);
10. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-
2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 3);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 18 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Sumbawa (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor
18, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 522).
12. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumbawa (Lembaran Daerah
Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
530).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
dan
BUPATI SUMBAWA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
TAHUN 2005 – 2025
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sumbawa
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sumbawa.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selajutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa.
5. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
6. Pembangunan daerah adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
masyarakat daerah dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
7. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah bagian dari Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan di daerah untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah dan masyarakat di Daerah.
8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang
selanjutnya disebut RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 20 (dua puluha) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai
dengan tahun 2025.
9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005 –
2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005
sampai dengan tahun 2025.
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut RPJM
Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima)
tahunan, yaitu RPJM Nasional ke-1 Tahun 2005–2009, RPJM Nasional ke-2 Tahun
2010–2014, RPJM Nasional ke-3 Tahun 2015–2019, dan RPJM Nasional ke-4 Tahun
2020–2024.
11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumbawa, yang
selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan
daerah untuk perioda 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta
memperhatikan RPJM Nasional, yaitu RPJM Daerah ke-1 Tahun 2006-2010, RPJM
Daerah ke-2 Tahun 2011-2015, RPJM Daerah ke-3 Tahun 2016-2020, dan RPJM
Daerah ke-4 Tahun 2021-2025.
12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disebut RKP Daerah adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Pasal 2
(1) RPJP Daerah merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Kabupaten Sumbawa
yakni mewujudkan Tana Samawa yang Senap Semu, Riam Remo dan Nyaman
Nyawe Mura Era dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) RPJP Daerah dijabarkan dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah pembangunan
daerah.
(3) RPJP Daerah sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(4) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi pedoman dalam
penyusunan visi, misi dan program kerja calon Kepala Daerah yang selanjutnya
dituangkan dalam RPJM Daerah bagi kepala daerah terpilih.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 3
(1) Program Pembangunan Daerah periode 2005 – 2025 dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan RPJP Daerah.
(2) Program pembangunan Daerah dalam jangka menengah diuraikan dalam RPJM
Daerah dan dalam jangka pendek diuraikan dalam RKP Daerah.
Pasal 4
(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan
kekosongan rencana pembangunan daerah, Bupati yang sedang memerintah pada
tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun RKP Daerah untuk tahun
pertama periode Pemerintahan Bupati berikutnya.
(2) RKP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman
untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun pertama periode
Pemerintahan Bupati berikutnya.
BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP
Daerah.
(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(3) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lambat 6
(enam) bulan setelah peraturan daerah ini diundangkan.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 6
Ketentuan mengenai RPJM Daerah yang telah ada masih tetap berlaku dan wajib
disesuaikan dengan RPJP Daerah paling lambat 6 (enam) bulan setelah peraturan daerah ini
diundangkan.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa.
Ditetapkan di Sumbawa Besar pada tanggal, 12 November 2010
Pj. BUPATI SUMBAWA,
MUHAMMAD NUR Diundangkan di Sumbawa Besar Pada tanggal, 12 November 2010 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA Drs. H. MAHMUD ABDULLAH BERITA DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2010 NOMOR 31
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
NOMOR 31 TAHUN
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2005 – 2025
I. UMUM
Kabupaten Sumbawa yang berkembang dari wilayah Kesultanan Samawa terus berkembang baik
dari segi administrasi pemerintahan maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Terbentuknya Kabupaten
Sumbawa pada tanggal 22 Januari 1959 merupakan salah satu ijtihad masyarakat Tana Samawa untuk
mendekatkan diri pada tujuan kemerdekaan sebagaimana tertuang dalam konstitusi negara Undang-
Undang Dasar 1945, yang secara spesifik dinyatakan sebagai tujuan dibentuknya Kabupaten Sumbawa
yakni mewujudkan Tana Samawa yang Senap Semu, Riam Remo dan Nyaman Nyawe Mura Era dalam
bingkai negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan dan cita-cita tersebut diperlukan
suatu rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkrit mengenai visi, misi dan arah pembangunan
daerah yang akan dipedomani bersama untuk mewujudkannya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 150 ayat (1)
mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun rencana
pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara berjangka. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah disingkat RPJP Daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga disebutkan bahwa RPJP
Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Dengan
demikian, dokumen RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005 - 2025 akan menjadi dokumen
perencanaan induk dalam kurun waktu tersebut sehingga hanya memuat hal-hal mendasar untuk
memberikan ruang bagi penjabarannya dalam rencana pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahunan
dan rencana kerja pembangunan daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005 - 2025 merupakan kelanjutan dari tahap
pembangunan yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam RPJP Daerah ini, dilakukan penataan kembali
berbagai langkah-langkah, baik di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber
daya budaya dan kelembagaannya sehingga masyarakat Kabupaten Sumbawa dapat sejajar kemajuannya
dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia serta memiliki daya saing yang kuat.
Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2025 dimaksudkan
untuk memberikan arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen daerah (pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha) di Kabupaten Sumbawa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama sesuai dengan visi,
misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh
masing-masing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan melengkapi satu sama lainnya di
dalam satu pola sikap dan pola tindak. Disamping itu peraturan daerah ini dimaksudkan untuk menjadi
acuan dan pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah kabupaten Sumbawa dalam periode tersebut.
Melalui peraturan daerah ini diharapkan akan tersedianya dokumen perencanaan pembangunan jangka
panjang daerah periode 2005-2025 yang memuat rumusan visi, misi dan arah pembangunan daerah, yang
disusun berdasarkan kondisi dan analisis kondisi umum daerah saat ini serta prediksinya kedepan sebagai
instrumen pengintegrasian perencanaan Kabupaten Sumbawa dengan sistem perencanaan nasional serta
menjamin perencanaan pembangunan agar efektif, efisien dan berkelanjutan. Disamping itu dokumen ini
diharapkan dapat memberikan inspirasi para pelaku pembangunan (stakeholders) dalam mengarahkan
proses perubahan sosial masyarakat sehingga dapat a) meningkatkan kemampuan sosial-ekonomi
masyarakat sehingga terbebas dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan; b)
menciptakan tatanan sosial-politik yang demokratis dan berkeadilan dan c) meningkatkan kapasitas
kelembagaan pembangunan melalui perubahan sosio-kultural yang mendukung.
Peraturan daerah ini memuat visi bersama seluruh elemen masyarakat Kabupaten Sumbawa
dalam jangka panjang pembangunan daerah yaitu “Terwujudnya Kabupaten Sumbawa Sebagai Daerah
Agribisnis Berdaya Saing menuju Masyarakat Sejahtera”. Selanjutnya visi tersebut dijabarkan dalam
misi, arah dan strategi pembangunan yang terurai dalam lampiran peraturan daerah ini sebagai bagian tak
terpisahkan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Tiga konsepsi falsafah hidup masyarakat Tana Samawa, yakni Senap Semu, Riam Remo dan
Nyaman Nyawe.
Senap semu merupakan konsepsi dimensi kesejahteraan spritual yaitu situasi kehidupan
masyarakat sejahtera secara spritual, masyarakat yang diliputi oleh suasana kedamaian dan
ketentraman sebagai berkah Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa atas ketaqwaan hamba-Nya dalam
menjalankan perintah agama. Masyarakat yang “Senap Semu” merupakan masyarakat yang
memiliki kesalehan sosial (tauhid sosial) yang tinggi sebagai implikasi perwujudan dari keimanan
yang kuat seorang hamba kepada Sang Khalik (tauhid individu).
Riam remo merupakan dimensi kesejahteraan sosial yaitu gambaran suasana masyarakat yang
penuh dengan kedamaian, persahabatan dan rasa kekeluargaan dalam menjalankan kehidupannya
sebagai warga negara. Masyarakat yang “Riam Remo” merupakan implikasi dari masyarakat yang
memiliki kesadaran yang tinggi akan hak dan kewajibannya sehingga berangkat dari kesadaran ini
terbentuk keteraturan tatanan sosial.
Nyaman nyawe mura era merupakan dimensi Kesejahteraan Ekonomis merupakan gambaran
kondisi masyarakat yang berkecukupan. Berkecukupan mengandung pengertian bahwa
ketersediaan dan pemenuhaan kebutuhan sandang, pangan dan papan telah tersedia dan
terdistribusi secara cukup. Artinya masyarakat “Nyaman Nyawe” merupakan wujud masyarakat
yang maju dan sejahtera sebagai implikasi keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi dengan
tingkat perrtumbuhan yang tinggi dan terdistribusi secara merata.
Pasal 3
Program pembangunan daerah periode 2005-2025 merupakan program pembangunan jangka
panjang yaitu instrumen kebijakan pembangunan daerah yang dilaksanakan secara bertahap dan
dijabarkan dalam program pembangunan jangka menengah lima tahunan dan program
pembangunan jangka pendek satu tahunan.
Pasal 4
RKPD yang disusun pada akhir periode Bupati yang sedang memerintah merupakan RKPD transisi
yang penyusunannya tetap mengacu pada program pembangunan jangka panjang yang akan
menjadi bagian dalam program pembangunan jangka menengah periode berikutnya. Hal ini
dimaksudkan agar program pembangunan jangka panjang dapat dilakukan secara
berkesinambungan dan terjadi kekosongan pelaksanaan program pembangunan tahunan
meskipun terjadi pergantian Bupati yang memerintah.
Pasal 5
Ayat (1)
Pengendalian dan evaluasi dimaksudkan untuk menjaga konsistensi pelaksanaan program
pembangunan daerah agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan dan melakukan
penyesuaian terhadap perkembangan yang terjadi. Pengendalian untuk mengamati perkembangan
pelaksanaan rencana, mengidentifikasi dan mengantisipasi permasalahan yang muncul untuk
ditindaklanjuti. Tindaklanjut dapat berupa koreksi, klarifikasi maupun mengusutan atas penyebab
masalah. Dengan demikian kegiatan pengendalian meliputi pemantauan, pengawasan, dan tindak
lanjut.
Evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi terhadap pelaksanaan substansi perencanaan
dimaksudkan untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk
perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan di masa mendatang. Fokus utama evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak dari rencana
pembangunan.
Pengendalian dan evaluasi secara menyeluruh dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Sumbawa
sedangkan pengendalian dan evaluasi secara sektoral dilaksanakan oleh masing-masing Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
DAFTAR ISI Halaman Judul Konsideran dan Batang Tubuh Peraturan Daerah Penjelasan Peraturan daerah Lampiran Peraturan daerah I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang I -1
1.2 Maksud Dan Tujuan I-8
1.3 Landasan Hukum I-9
1.4 Hubungan RPJP Daerah Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-10
1.5 Sistematika Penulisan I-13
II. KONDISI UMUM DAN ANALISIS SERTA PREDIKSI KONDISI UMUM
DAERAH
2.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup II-1
2.2. Demografi II-4
2.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam II-7
2.4. Sosial Budaya dan Politik II-12
2.5. Prasarana dan Sarana II-5
2.6. Pemerintahan Umum II-19
2.7. Pendidikan dan Kesehatan II-26
III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
3.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup III-1
3.2. Demografi III-4
3.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam III-6
3.4. Sosial Budaya dan Politik III-10
3.5. Prasarana dan Sarana III-14
3.6. Pemerintahan Umum III-17
3.7. Pendidikan dan Kesehatan III-21
IV. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 2005-2025
4.1. Visi Pembangunan 2025 – 2025 IV-1
4.2 Misi Pembangunan 2005 – 2025 IV-7
V. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
5.1. Sasaran Pokok V-1
5.2. Kebijakan Pembangunan V-4
5.3. Tahapan Dan Prioritas V-15
VI. KAIDAH PELAKSANAAN
VII. PENUTUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Proses Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa
Tahun 2005-2025 I-7
Gambar 1.2 Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya I-12
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Matrik Prioritas Utama, Indikasi Keberhasilan dan Skenario Alokasi
Anggaran RPJMD Ke-1 (2006-2010) V-8
Tabel 4.2 Matrik Prioritas Utama, Indikasi Keberhasilan dan Skenario Alokasi
Anggaran RPJMD Ke-2 (2011-2015) V-21
Tabel 4.3 Matrik Prioritas Utama, Indikasi Keberhasilan dan Skenario Alokasi
Anggaran RPJMD Ke-3 (2016-2020) V-24
Tabel 4.4. Matrik Prioritas Utama, Indikasi Keberhasilan dan Skenario Alokasi
Anggaran RPJMD Ke-4 (2021-2025) V-27
I | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
1.1.1. Sejarah Pembentukan Kabupaten Sumbawa
Kabupaten Sumbawa sebelum menjadi bagian Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), berkembang dari cikal bakal wilayah Kesultanan
Samawa. Menurut Manca (1984), Kesultanan Samawa merupakan kumpulan
dari berbagai kerajaan kecil yang tersebar dari Jereweh hingga Empang,
seperti di bagian barat Sumbawa terdapat kerajaan Hutan, Taliwang, Seran
(Seteluk), Jereweh yang sekarang telah menjadi bagian Kabupaten Sumbawa
Barat (KSB) hingga Selaparang di Pulau Lombok. Di bagian tengah dan
Selatan, bergabung Kerajaan Dewa Mas Kuning di Selesek (Ropang), Datu
Naga di Petonang (Ropang), Ai Renung (Moyo Hulu), Dewa Awan Kuning di
sampar Semulan (Moyo Hulu), Perumpak di dekat Pernek (Moyo hulu),
Gunung Setia (Sumbawa) dan Gunung Galesa (Moyo hilir). Serta di bagian
Timur bergabung Kerajaan Tangko (Empang), Kolong (Pelampang), Ngali
(Lape), dan Dongan (Lape).
Sejak penaklukan Goa atas Sumbawa pada tahun 1618, maka pada
tahun 1623 kerajaan-kerajaan kecil yang berada di Sumbawa bagian barat
berhasil dipersatukan menjadi satu kerajaan, yaitu kerajaan Sumbawa.
Menurut Ligtvoet (dalam Manca, 1984) kerajaan Sumbawa terdiri dari
kerajaan itu sendiri dan tiga daerah taklukannya, yaitu Taliwang, Jereweh,
dan Seran. Ketiga kerajaan taklukan ini memiliki kedudukan yang sederajat,
dan karena itu dikenal dengan sebutan Kamutar Telu (de drie
Kamutarlanden). Penaklukan Goa atas Selaparang pada tahun 1640
mengakibatkan kerajaan Selaparang disatukan dengan kerajaan Sumbawa.
Sejak itulah kerajaan Sumbawa membawahi empat kerajaan: Jereweh,
Taliwang, Seran, dan Selaparang (di pulau Lombok), atau dikenal dengan
Kamutar Empat (de vier Kamutarlanden).
Dalam pembagian daerah kekuasaan Belanda, kerajaan Sumbawa
menjadi wilayah Gubernemen Selebes dan kepulauannya. Selanjutnya,
I | 2
menurut pembagian wilayah Karesidenan Timor, pulau Sumbawa dan Pulau
Sumba merupakan sebuah afdeeling dengan Sumbawa Besar sebagai
ibukotanya, dan asisten residen yang pertama bernama Janson van Ray.
Khusus untuk kerajaan Sumbawa dibagi ke dalam dua wilayah
onderafdeeling, yaitu onderafdeeling Sumbawa Barat yang wilayahnya
meliputi Jereweh hingga Rhee dengan Hoofd van Plaateselijk Bestuur-nya di
Taliwang (yang pertama bernama Luitenant Minderman dan yang kedua
bernama Gezaghebber Zantman – oleh orang Sumbawa dijuluki Piter Torok);
dan onderafdeeling Sumbawa Timur dengan Hoofd van Plaateselijk Bestuur-
nya yang pertama bernama Gezabheber Civiel en Militair Boomstra, yang
kedua bernama Assistant-Residen Groeneveld, dan yang ketiga bernama
Couvereur. Dengan diangkatnya Couvereur sebagai residen di Kupang, maka
penggantinya diangkatlah Controleur Philips, namun karena yang terakhir ini
tidak berkenan pindah tempat tinggal dari Bima ke Sumbawa, maka mulai
saat itulah ibukota afdeeling Sumbawa pindah ke Bima, dengan Assisten-
Residentnya Philips.
Pola pemerintahan hasil introdusir pemerintahan Hindia Belanda ini
telah terjabarkan secara hirarkhis-struktural, dari sistem Onderafdeeling yang
dibagi dalam beberapa daerah administratif. Beberapa kampung digabung
menjadi satu lingkungan kekuasaan yang merupakan Onderdistrict, dan
beberapa onderdistrict digabung menjadi satu district, sehingga dengan
demikian dijumpai district-district dalam wilayah kekuasaan kerajaan
Sumbawa sebagai berikut:
a. District Punu-Kika, yang meliputi onderdistrict-onderdistrict:
Empang (Punu) dan Plampang, Lape/Lopok (Kika).
b. District Sumbawa Tengah dan Orong Telu, meliputi onderdistrict
Brang Rea Hilir (Sumbawa Besar), Brang Rea Hulu (PeraU),
Moyo Hilir, Moyo hulu, Ropang, Lunyuk, dan Batu Lanteh.
c. District Alas meliputi onderdistrict: Utan, Buer, Alas, dan Mapin.
d. District Taliwang yang meliputi onderdistrict: Seteluk, Taliwang,
dan Jereweh.
I | 3
Penggabungan onderdistrict tidak bertahan lama dan lalu dihapus,
sehingga yang tinggal adalah onderdistict yang kemudian berubah menjadi
kedemungan (kecamatan). Perubahan struktur pemerintahan ini telah
berdampak pula pada perubahan atau penghapusan terhadap konsep
Kamutar Telu: Jereweh, Taliwang, dan Seran (periksa Manca, 1984).
Selanjutnya dinyatakan bahwa secara ringkas masa kekuasaan Kesultanan
Sumbawa adalah sebagai berikut :
- Tahun 1623 s.d 1637 : Zaman Dewa Maja Paruwa dan Mas Goa. - Tahun 1637 s.d 1674 : Zaman Mas Cini. - Tahun 1674 s.d 1702 : Zaman Mas Bantan, Dewa Dalam Bawa,
Sultan Harunnurrasyid I. - Tahun 1702 s.d 1723 : Zaman Mas Madina, Amasa Samawa, Datu
Bala Balong, Datu Apitai yang bergelar Muhammad Jalaluddin Syah I.
- Tahun 1723 s.d 1732 : Zaman Dewa Loka Lengit Ling Sampar atau Datu Bala Sawo dan Zaman Dewa Ling Gunung Setia atau Datu Taliwang.
- Tahun 1733 s.d 1758 : Zaman Dewa Mapasusung, Datu Poro yang bergelar Sultan Muhammad Kaharuddin I
- Tahun 1758 s.d 1796 : Zaman Sultan Siti Aisyah, Datu Ungkap Sermin, Dewa Pangeran, Dewa Mapaconga Mustafa, Harunnurrasyid II, dan Sultan Syafiatuddin
- Tahun 1796 s.d 1836 : Zaman Sultan Muhammad Kaharuddin II Datu Bau Balo, Nene Ranga Mele Manyurang, dan Mele Abdullah.
- Tahun 1836 s.d 1883 : Zaman Sultan Amrullah. - Tahun 1883 s.d 1931 : Zaman Sultan Muhammad Jalaluddin III - Tahun 1831 s.d 1959 : Zaman Sultan Muhammad Kaharuddin
Daeng Manurung yang bergelar Sultan Muhammad Kaharuddin III
Dalam pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin III ( 1833 – 1931)
inilah dibangun Istana “Dalam Loka”. Hal ini sangat dimungkinkan karena
Sultan Muhammad Jalaluddin III menjalankan roda pemerintahan selama 48
tahun. Kini Istana “Dalam Loka” menjadi aset Pemerintah Daerah Kabupaten
Sumbawa dalam rangka mengembangkan pariwisata sejarah. Setelah ia
meninggal pada tahun 1931, kekuasaan raja turun kepada putra mahkota
yang mendapat gelar Sultan Muhammad Kaharuddin III. Pada zaman
I | 4
pemerintahannya inilah menjadi masa peralihan kolonialisme Belanda kepada
Jepang.
Kesultanan Sumbawa telah memainkan peran penting dalam tata pe-
merintahan di Pulau Sumbawa, paling tidak selama 1945 - 1957. Tentara
sekutu menginjakkan kakinya di Pulau Sumbawa pada tanggal 12 Januari
1946, kemudian menyusun pemerintahannya di Pulau Sumbawa. Kesultanan
Sumbawa dan Bima diatur dalam satu ikatan yang dinamakan Federasi Pulau
Sumbawa dalam lingkungan Keresidenan Timor. Federasi ini dibentuk di
Sumbawa Besar pada tanggal 27 Februari 1947 dan pemerintahan Federasi
Pulau Sumbawa ini dijalankan oleh Dewan Raja-raja federasi tersebut.
Selanjutnya dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat yang anggota-anggotanya
diangkat dan ditunjuk oleh Kepala Swapraja. Dewan ini bertugas memberi
nasehat.
Pada tanggal 14 Desember 1948 Sultan Sumbawa menandatangani
sebuah perjanjian politik baru dengan Belanda. Isinya antara lain menjelaskan
tentang sisa – sisa kekuasaan yang masih dikuasai oleh Belanda di
Sumbawa. Kekuasaan tersebut ada tiga, yaitu bidang pertahanan, hubungan
luar negeri dan monopoli atas candu dan garam. Tanggal 1 Januari 1949
Dewan-dewan Kerajaan dan Dewan Pulau Sumbawa diganti oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Pulau Sumbawa dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
setempat (swapraja). Pada tanggal 26 Maret 1949 Assisten Resident
menyerahkan kekuasaan kepada Ketua Dewan Raja-raja Muhammad
Salahuddin, Sultan Bima. Penyerahan tersebut dilakukan di Sumbawa Besar
yang disaksikan oleh Mr. S. Binol, Menteri Sosial NIT atas nama Menteri
Dalam Negeri NIT (periksa Sejarah Nusa Tenggara Barat, 1997). Kemudian
Pemerintah Indonesia Timur berdasarkan Undang – undang Nomor 44 tahun
1949 membentuk Daerah Statuta Federasi Pulau Sumbawa, yang ditetapkan
oleh Dewan Raja – Raja pada tanggal 6 September 1949.
Perubahan sistem Pemerintahan terjadi lagi dengan terbentuknya
Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang didasarkan pada Undang –undang
Nomor 64 Tahun 1958. Propinsi Sunda Kecil dibagi menjadi tiga Daerah
Swatantra Tingkat I yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa
I | 5
Tenggara Timur (NTT). Khusus Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara
Barat menjadi enam Daerah Swatantra Tingkat II, dimana raja sekaligus
menjadi Kepala Pemerintahan. Karena itu otomatis Federasi Pulau
dibubarkan. Federasi Pulau Lombok dibubarkan pada tanggal 17 Desember
1958 dan tanggal tersebut hingga sekarang dijadikan sebagai hari lahirnya
Propinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan Federasi Pulau Sumbawa
dibubarkan pada tanggal 22 Januari 1959 dan pada saat itu dilantiklah Sultan
Muhammad Kaharuddin III menjadi Pejabat Sementara Kepala Daerah
Swatantra Tingkat II Sumbawa. Oleh karena itu saat dibubarkannya Federasi
Pulau Sumbawa dan diangkat / dilantiknya Pejabat Sementara Kepala Daerah
Swatantra Tingkat II Sumbawa, dijadikan sebagai hari lahirnya Kabupaten
Sumbawa. (Husain, 2007).
Sejarah panjang proses transformasi pemerintahan di Kabupaten
Sumbawa tersebut membawa implikasi pada terbentuknya kultur masyarakat
yang terus berimplikasi pada kultur birokrasi dalam kehidupan modern
masyarakat Kabupaten Sumbawa yang sangat taat terhadap kepemimpinan
formal.
1.1.2. Perkembangan Kontemporer Kabupaten Sumbawa
Setelah melewati masa revolusi perjuangan kemerdekaan NKRI,
Kabupaten Sumbawa terus berkembang baik dari segi administrasi
pemerintahan maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Kabupaten
Sumbawa dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah daerah-daerah Tingkat
I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, bersama 5 (lima)
Daerah Tingkat II lainnya dalam Wilayah Daerah Tingkat I Provinsi Nusa
Tenggara Barat yaitu Daerah Tingkat II Lombok Barat, Lombok Tengah,
Lombok Timur, Dompu, Bima,
Pada saat pembentukannya, Kabupaten Sumbawa terdiri dari 14
kecamatan yaitu Kecamatan Empang, Plampang, Lape-Lopok, Moyo Hilir,
Moyo Hulu, Ropang, Lunyuk, Sumbawa, Batu Lanteh, Utan Rhee, Alas,
Seteluk, Taliwang, dan Jereweh. Dalam perkembangan selanjutnya pada saat
I | 6
implementasi UU Nomor 22 Tahun 1999, telah dibentuk lima kecamatan baru
sebagai hasil pemekaran yaitu Kecamatan Sekongkang (pemekaran
Kecamatan Jereweh), Kecamatan Brang Rea (pemekaran Kecamatan
Taliwang), Kecamatan Alas Barat (pemekaran Kecamatan Alas), Kecamatan
Labangka (pemekaran KecamatanPlampang) dan Kecamatan Labuhan
Badas (pemekaran Kecamatan Sumbawa). Dan pada tahun 2003, dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 14, 15, 16, 17, 18, dan 19
Tahun 2003 telah dibentuk kecamatan baru yaitu Kecamatan Buer
(Pemekaran Kecamatan Alas), Kecamatan Rhee (Pemekaran Kecamatan
Utan Rhee), Kecamatan Unter Iwes (Pemekaran Kecamatan Sumbawa),
Kecamatan Moyo Utara (Pemekaran Kecamatan Moyo Hilir), Kecamatan
Maronge (Pemekaran Kecamatan Plampang), Kecamatan Tarano
(Pemekaran Kecamatan Empang). Pada tahun 2003, lima kecamatan paling
barat yaitu Kecamatan Sekongkang, Jereweh, Taliwang, Brang Rea dan
Seteluk dimekarkan menjadi Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003.
Pembentukan KSB mengurangi jumlah kecamatan di Kabupaten
Sumbawa yang semula 24 kecamatan menjadi 19 kecamatan, dan pada
Tahun 2005 dibentuk dua kecamatan baru yaitu Kecamatan Orong Telu
(pemekaran Kecamatan Lunyuk) dan Kecamatan Lopok (pemekaran
Kecamatan Lape Lopok). Dan pada tahun 2007 berdasarkan Perda Nomor
12, 13, dan 14 Tahun 2007, Kecamatan Ropang dimekarkan menjadi 3 (tiga)
kecamatan yaitu Kecamatan Ropang, Lenangguar dan Lantung. Sehingga
awal tahun 2008 Kabupaten Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan serta 8
kelurahan dan 157 desa.
1.1.3. Arti Penting Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten
Sumbawa 2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berisi pernyataan
kehendak masyarakat Kabupaten Sumbawa yang dikukuhkan dalam
peraturan daerah. RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa disusun dengan
I | 7
pendekatan sistem perencanaan nasional merupakan pernyataan kehendak
rakyat Kabupaten Sumbawa yang tertuang dalam pernyataan visi, misi dan
arah pembangunan daerah kabupaten Sumbawa untuk 20 tahun ke depan.
Oleh karenanya RPJP Daerah memiliki kedudukan strategis sebagai
pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kerja
kepala daerah dalam kurun waktu 2005-2025.
1.1.4. Proses Penyusunan RPJP Daerah
Proses penyusunan RPJP Daerah dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut yakni: Pertama: Bappeda Kabupaten Sumbawa menyiapkan
rancangan awal RPJP Daerah sebagai bahan bahasan dalam musyawarah
perencanaan pembangunan jangka panjang daerah (musrenbang RPJPD);
Kedua: penyelenggaraan musrenbang RPJPD sebagai forum konsultasi
dengan stakeholders untuk membahas rancangan visi, misi dan arah
pembangunan daerah yang telah disusun pada tahapan pertama.
Stakeholders yang terlibat dalam proses ini merupakan kelompok strategis
yang berasal dari para tokoh masyarakat tingkat desa, tingkat kecamatan,
tingkat kabupaten, LSM, pers, perguruan tinggi, partai politik, para praktisi non
pemerintah, dan unsur-unsur SKPD. Ketiga ; penyusunan rancangan akhir
RPJP Daerah, yang bahan masukan utamanya bersumber dari musrenbang
RPJPD. Karena perkembangan keadaan sejak pelaksanaan musrenbang di
pertengahan tahun 2005 hingga saat penetapan RPJP Nasional pada awal
tahun 2007, maka dipandan perlu menyelenggarakan seminar sebagai
mekanisme konsultasi publik untuk pemutakhiran data, informasi dan aspirasi
yang terhimpun sebelumnya. Keempat; penetapan Peraturan Daerah tentang
RPJP Daerah untuk menjadi dokumen perencanaan setalah melalui
pembahasan bersama di DPRD dan selanjutnya dijadikan pedoman dalam
revisi RPJM Daerah yang telah ada dan penyusunan RPJM Daerah yang
akan datang. Proses penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa secara
diagramatis dapat digambarkan melalui Gambar 1.1.
I | 7
Gambar 1.1. Skema Proses Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2025
RANCANGAN RPJP NASIONAL &
PROVINSI NTB
Kondisi Umum
Visi & Misi
Arah, Tahapan & Prioritas
RENCANA PEMBANGUNAN
SPASIAL DAERAH
RTRW Provinsi
RTRW Kabupaten
RANCANGAN AWAL RPJPD
Rumusan ttg :
Visi
Misi
Arah
Tahap
Prioritas
MUSRENBANG JANGKA
PANJANG DAERAH
KABUPATEN
SUMBAWA
RANCANGAN AKHIR RPJPD KABUPATEN SUMBAWA
2005-2025
KONDISI UMUM DAN PREDIKSI
WILAYAH
Geomorfologi & Lingkungan Hidup
Demografi
Ekonomi & SDA
Sosial Budaya & Politik
Prasaran & Sarana
Pemerintahan
RPJP NASIONAL & PROVINSI NTB
Kondisi Umum
Visi & Misi
Arah, Tahapan & Prioritas
REVISI RANCANGAN AKHIR RPJPD Revisi Rumusan mengenai :
Visi
Misi
Arah
Tahap
Prioritas
PEMBAHASAN DAN
PENETAPAN PERDA DI
DPRD SUMBAWA
PERDA RPJPD
KABUPATEN SUMBAWA 2005-2025
I | 8
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
1.2.1. Maksud
RPJP Daerah sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah
jangka waktu 2005-2025 dimaksud untuk ;
1) memberikan arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen daerah
(pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di Kabupaten Sumbawa dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama sesuai dengan visi, misi dan
arah pembangunan yang disepakati bersama, sehingga seluruh upaya
yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan bersifat
sinergis, koordinatif dan melengkapi satu sama lainnya di dalam satu pola
sikap dan pola tindak.
2) menjadi acuan dan pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah kabupaten
Sumbawa dalam periode tersebut.
1.2.2. Tujuan
Tujuan penyusunan RPJP Daerah adalah ;
1) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah
periode 2005-2025 yang memuat rumusan visi, misi dan arah
pembangunan daerah, yang disusun berdasarkan kondisi dan analisis
kondisi umum daerah saat ini serta prediksinya kedepan sebagai
instrumen pengintegrasian perencanaan Kabupaten Sumbawa dengan
sistem perencanaan nasional serta menjamin perencanaan pembangunan
agar efektif, efisien dan berkelanjutan.
2) Tersedianya dokumen perencanaan yang memberikan inspirasi para
pelaku pembangunan (stakeholders) dalam mengarahkan proses
perubahan sosial masyarakat dalam rangka :
a) meningkatnya kemampuan sosial-ekonomi masyarakat sehingga
terbebas dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
b) terciptanya tatanan sosial-politik yang demokratis dan berkeadilan.
c) meningkatnya kapasitas kelembagaan pembangunan melalui
perubahan sosio-kultural yang mendukung.
I | 9
1.3. LANDASAN HUKUM
Landasan idiil dari RPJP ini adalah Pancasila dan Landasan
Konstitusional UUD 1945, sedang landasan operasional meliputi seluruh
ketentuan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan
pembangunan daerah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1655);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembahan Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4700)
I | 10
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4578);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara,
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 21);
10. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008
Nomor );
11. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa
(Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 522).
12. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah
Kabupaten Sumbawa (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 530).
1.4. HUBUNGAN RPJP DAERAH DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN
LAINNYA
Hubungan antara RPJP Daerah dengan dokumen perencanaan lainnya
adalah sebagai berikut:
1) RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa merupakan kerangka dasar
pembangunan Kabupaten Sumbawa dalam 20 tahun kedepan, sebagai
I | 11
penjabaran dari kehendak masyarakat Sumbawa dan menjadi arah dan
pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 20
tahun, baik bagi pemerintah daerah, DPRD, swasta dan seluruh
komponen masyarakat demi terwujudnya keselarasan pembangunan
daerah di segala bidang kehidupan;
2) RPJP Daerah disusun dengan mengacu kepada RPJP Provinsi dan
RPJP Nasional. Disamping itu, penyusunan RPJP Daerah disusun
dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumbawa.
3) RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa merupakan pedoman dalam
penyusunan RPJM Daerah, yang selanjutnya RPJM Daerah menjadi
pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) di Kabupaten Sumbawa. Renstra-
SKPD dijabarkan dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja-SKPD). Disamping itu, RPJM Daerah setiap
tahunnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah.
RKP Daerah juga menjadi acuan dalam penyusunan Renja-SKPD.
4) Pada akhirnya melalui serangkaian dokumen perencanaan jangka
menengah dan jangka pendek tersebut diatas, RPJP Daerah menjadi
pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (RAPBD).
I | 12
Secara grafis, keterkaitan RPJP Daerah dengan dokumen perencanaan
lainnya sebagaimana terlihat pada gambar 1.2.
I Input
Penjabaran
Gambar 1.2. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
RPJM-Nasional
(5 Tahun)
RPJP-Nasional
(20 Tahun)
RPJP-Daerah Propinsi
(20 Tahun)
RPJP-Daerah
Kab/Kota (20 Tahun)
RPJM- Daerah Propinsi/
Renstrada-Propinsi dan
Standar Pelayanan Minimal
RPJM-Daerah
Kab/Kota (5 Tahun)
Rancangan
Renstra-SKPD
Renstra-SKPD
(5 Tahun)
RKPD Kab/Kota
(1 Tahun)
Renja-SKPD
(1 Tahun)
RAPBD Kab/Kota
(1 Tahun)
RKP
Pedoman
Memperhatikan Acuan
Pedoman
Acuan
Pedoman
Pedoman
Input
Pedoman
Memperhatikan
Penjabaran
Acuan
Acuan
Acuan
Input
Pedoman
Pedoman
I | 13
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025
disusun dalam tata urut sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Gambaran Umum Kondisi Daerah
Bab III : Analisis Isu-Isu Strategis
Bab IV : Visi dan Misi Daerah
Bab V : Arah Kebijakan
Bab VI : Kaidah Pelaksanaan
Bab VII : Penutup
II | 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu kabupaten/kota di Provinsi
Nusa Tenggara Barat terletak di Pulau Sumbawa pada posisi 116°42’ sampai
118°22’ BT dan 8°8’ sampai 9°7’ LS, dengan luas wilayah 6.643,98 Km².
Topografi wilayah datar hingga berbukit dengan ketinggian 0-1.730 m dpal,
41,81% berada pada ketinggian 100-500 m, dan kota-kota kecamatan berada
pada ketinggian 10-650 m dpal, sedangkan ibukota kabupaten berada pada
ketinggian 10m dpal. Kabupaten Sumbawa memiliki 41 buah pulau-pulau
kecil, 6 buah diantaranya berpenghuni dan 29 buah belum bernama, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut.
Sebelah utara : Laut Flores
Sebelah timur : Kabupaten Dompu
Sebelah selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat
Daerah Kabupaten Sumbawa beriklim tropis, dalam sepuluh tahun
terakhir rata-rata temperatur maksimumnya 36,80°C terjadi di Bulan
November dan rata-rata temperatur minimum 18,0°C terjadi di Bulan Agustus,
rata-rata jumlah hari hujan 107 hari, dengan rata-rata curah hujan 1.351,8
mm/tahun, Kelembaban udara rata-rata 85% dan penyinaran matahari 60%.
Evaporasi berkisar 5 mm/hari pada bulan Januari dan berkisar antara 9-10
mm pada bulan Oktober. Kabupaten Sumbawa dilintasi 81 aliran sungai,
namun terdapat beberapa sungai yang tidak sepanjang tahun dialiri air.
Masih tingginya laju kerusakan lingkungan hidup, karena belum
sebandingnya upaya rehabiltasi dan konservasi dengan tingkat kerusakan
lingkungan hidup baik yang disebabkan oleh faktor manusia maupun bencana
alam. Kondisi lingkungan hidup di tahun 2006 tercatat 26.308 Ha merupakan
lahan kering yang tidak diusahakan, sementara di tahun 2005 seluas 28.304
Ha. Ini setara dengan 4,26% dari luas keseluruhan wilayah darat, atau 64,5%
II | 2
dari luas lahan kering merupakan lahan kritis, kondisi ini lebih buruk dibanding
tahun 1998 yang hanya mencapai 46,11%.
Bencana alam yang kerapkali terjadi di Kabupaten Sumbawa adalah
banjir dan kekeringan yang terutama terjadi di wilayah pedalaman, sedangkan
wilayah pesisir terjadi abrasi dan kekurangan air bersih. Pada tahun 2006 dan
2007 di Kabupaten Sumbawa terjadi bencana alam banjir yang menimbulkan
kerusakan dan kerugian yang tidak kecil. Hancurnya beberapa prasarana
irigasi yang diterjang banjir, rusaknya lahan-lahan pertanian rakyat,
terendamnya kawasan permukiman yang mengakibatkan cukup banyak
masyarakat terkena bencana alam banjir kehilangan tempat tinggal. Berbagai
peristiwa bencana alam telah menyita anggaran pembangunan yang cukup
besar untuk upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada tahun 2005 tercatat
masyarakat terkena bencana alam sebanyak 724 jiwa serta masyarakat yang
tinggal di daerah rawan bencana 4.929 jiwa.
Permasalahan geomorfologi di Kabupaten Sumbawa sangat terkait
dengan faktor-faktor yang secara inheren dan tidak sepenuhnya dapat
dikendalikan (endowment factor) serta permasalahan yang timbul karena
faktor manusia(human factor), antara lain:
1. Permasalahan geomorfologi terkait dengan endowment factor, seperti
topografi wilayah yang tidak rata atau cenderung berbukit-bukit. Kondisi ini
disamping memberi keragaman pola pemanfaatan lahan juga memberikan
masalah dalam hal pembangunan infrastruktur wilayah. Demikian pula
dengan beberapa lokasi permukiman yang menempati lereng-lereng bukit
yang sangat rentan dengan bencana alam tanah longsor. Selain itu
dengan kondisi topografi yang ada, cukup banyak wilayah-wilayah
terpencil dan terisolir sehingga aksessibilitasnya amat rendah;
2. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, bencana alam banjir di Kabupaten
Sumbawa telah melanda beberapa kecamatan, seperti Kecamatan
Empang, Sumbawa, Lunyuk dan Plampang, meskipun tidak menimbulkan
korban jiwa, namun banjir telah menyebabkan kerusakan prasarana-
prasarana publik seperti saran permukiman, jalan dan jembatan,
bendungan-bendungan dan areal persawahan serta saluran irigasinya.
II | 3
Tidak jarang akibat berbagai bencana alam yang terjadi banyak
menyebabkan peristiwa gagal tanam dan gagal panen. Sebagai conoth
kasus, banjir yang terjadi di tahun 2006 menyebabkan luas panen
berkurang sebesar 37,5% dari tahun sebelumnya meskipun luas tanam
telah ditingkatkan sebesar 8,75%.
3. Permasalahan terkait dengan faktor manusia, seperti
perusakan/pencemaran lingkungan masih terjadi. Sungai-sungai di
perkotaan tercemar oleh limbah home-industry dan sampah rumah tangga.
Masalah pencemaran ini selain disebabkan oleh masih rendahnya
kemampuan pengelolaan persampahan, juga karena faktor kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan sehat dan bersih yang masih
rendah. Di samping itu kerusakan lingkungan juga diakibat ilegal logging,
illegal fishing dan kerusakan ekosistem laut akibat pengeboman ikan;
4. Belum optimalnya upaya pelestarian dan konservasi lingkungan, serta
masih lemahnya pengawasan dan penertiban terhadap aktivitas
masyarakat di perairan laut dan pulau-pulau kecil terutama pulau tak
berpenghuni, menyebabkan masih terjadinya kasus-kasus kerusakan
lingkungan di kawasan tersebut;
Dalam pelaksanaan pembangunan selama ini, capaian yang sudah
dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan dalam aspek geomorfologi
dan lingkungan hidup adalah :
1. Dibukanya akses wilayah melalui pembangunan jalan sepanjang 8 km
(2003-2005) yang menghubungkan Baturotok-Tepal di Kecamatan
Batulanteh, dan pembangunan jalan sepanjang 18 km (tahun 2003) yang
menghubungkan Jotang – Tero di Kecamatan Empang. Meskipun hingga
saat ini belum dapat ditingkatkan karena seringnya terjadi longsor, namun
sudah jauh lebih baik dibandingkan masa sebelumnya.
2. Dilakukannya perbaikan terhadap jalan dan jembatan, bendungan dan
saluran irigasi yang rusak akibat bencana, serta relokasi perumahan
pendudukn yang terkena bencana alam;
II | 4
3. Dilakukan pengamanan tebing sungai melalui pemasangan bronjong,
terutama di sekitar kawasan permukiman dan pinggir jalan raya;
4. Dilakukan penamanan bakau di beberapa lokasi pantai Kecamatan Buer di
sepanjang kawasan tepi jalan lintas kabupaten dan sekarang sedang
dalam masa pemeliharaannya.
5. Dilakukan penanaman tanaman pelindung di kawasan mata air, dan
perbaikan lahan persawahan yang rusak akibat banjir seluas 845 ha;
6. Tetap berjalannya program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis
Masyarakat (PSDHBM), sehingga sudah terbentuk kelompok-kelompok
masyarakat yang secara swadaya ikut melakukan pengawasan dan
pelestarian hutan;
7. Pelayanan pengangkutan sampah rumah tangga ke TPA yang telah
dimulai sejak TPA dibangun pada tahun 1999.
2.2. Demografi
Setelah berpisah dengan Kabupaten Sumbawa Barat berdasarkan
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Sumbawa Barat, penduduk Kabupaten Sumbawa di tahun 2003 berkurang
menjadi 371.646 jiwa dengan 192.183 jiwa laki-laki dan 179.463 jiwa
perempuan, karena sebagiannya menjadi penduduk kabupaten Sumbawa
Barat, namun kemudian meningkat menjadi 403.500 jiwa di tahun 2006 yang
terdiri dari 209.536 jiwa laki-laki dan 193.964 jiwa perempuan. Bila jumlah
penduduk kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten
Sumbawa Barat tidak diperhitungkan, maka rata-rata laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Sumbawa sepanjang tahun 1995-2006 mencapai 2,26%
pertahun. Demikian pula dengan tingkat kepadatan penduduk, pada tahun
2003 kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa mencapai 56 jiwa/km²
meningkat menjadi 59 jiwa/ km² di tahun 2006. Kondisi ini belum
memperhitungkan penduduk pendatang secara ilegal (tanpa mendaftar) untuk
menjadi pekerja-pekerja di kebun/ladang perusahaan swasta dan buruh kasar
perusahaan tambang. Meskipun hal ini memperlihatkan bahwa penduduk
kabupaten Sumbawa masih jarang, namun ada kecenderungan bahwa ke
II | 5
depan akan semakin padat. Data tahun 2006 menunjukkan bahwa
Kecamatan Sumbawa sebagai letak ibukota kabupaten merupakan
kecamatan terpadat yaitu 1.117 jiwa/km², dan kecamatan Lunyuk merupakan
kecamatan dengan penduduk terjarang sebesar 22 jiwa/km². Jumlah rumah
tangga yang ada pada tahun 2006 sebanyak 100.355 KK, meningkat dari
tahun 2003 yang hanya mencapai 89.314 KK, dengan rata-rata 4 jiwa/KK.
Pada tahun 2006, komposisi demografi terdiri atas kelompok umur 0-19
tahun (42,80%), 20-54 tahun (48,84%), dan 55 tahun ke atas (8,36%), dengan
tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 71,37% dan selebihnya
tergolong tidak produktif. Dalam sepuluh tahun terakhir, ada kecenderungan
terjadi pergeseran komposisi dengan menurunnya proporsi kelompok umur 0-
19 tahun dan meningkatnya proporsi kelompok 55 tahun ke atas tetapi tidak
terlalu signifikan. Meskipun demikian, kondisi ini mengindikasikan bahwa bila
angka kelahiran cenderung menurun, dan angka harapan hidup cenderung
meningkat, maka komposisi penduduk kabupaten Sumbawa ke depan akan
mengarah ke keadaan semakin banyak penduduk tergolong ke dalam
kelompok 56 tahun ke atas (eging).
Demikian pula dengan kondisi kemiskinan, berdasarkan data BPS
Nusa Tenggara Barat per kabupaten (2005), bahwa jumlah penduduk miskin
di kabupaten Sumbawa sejak tahun 2000 sampai tahun 2004 meningkat dari
62.759 jiwa (14,30%) menjadi 124.318 jiwa (26,42%) dan tingkat
pengangguran secara rata-rata naik sebesar 3,69% per tahun, sedangkan
rata-rata kenaikan pengangguran provinsi NTB pada tahun yang sama
mencapai 3,98% pertahun.
Memperhatikan potensi penduduk, selama ini sekitar 66% tenaga kerja
bekerja di bidang pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan yang
dikelola secara tradisional. Padahal kontribusi dan laju pertumbuhan sektor
pertanian memiliki kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Penurunan
tersebut juga menyiratkan makna masih belum optimalnya pengelolaan
potensi sektor pertanian yang demikian luas di Kabupaten Sumbawa. Sejalan
dengan indikasi tersebut, kecilnya proporsi penduduk yang bekerja di sektor
industri juga memberikan sinyalemen proses transformasi sosial dari
II | 6
masyarakat tradisional agraris menjadi masyarakat industrialis masih jauh.
Permasalahan demografis yang dihadapi Kabupaten Sumbawa antara lain :
1. Kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa yang cenderung meningkat
ditunjang dengan laju pertumbuhan yang mencapai 2,26% pertahun
sepanjang tahun 1995-2006 dimana konsentrasi penduduk lebih besar di
wilayah bagian kota, yang ditunjang dengan semakin banyaknya
pendatang belum terdaftar dari luar Kabupaten Sumbawa untuk menjadi
buruh dan tenaga kasar, disamping menjadi potensi sumberdaya juga
akan dapat menimbulkan masalah dikemudian hari.
2. Angka pengangguran dan kemiskinan yang saat ini masih tinggi (KK
miskin sebesar 28,4% dari jumlah KK), ditunjang dengan belum optimalnya
upaya yang dilakukan untuk peningkatan kualitas SDM masyarakat;
3. Keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja masih ditandai oleh adanya
beberapa masalah pokok dan komplek yang bersifat struktural. Masih
tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, kekurangseimbangan
penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan dengan sumberdaya alam yang
tersedia, serta faktor pendidikan, keahlian dan pengalaman bekerja yang
sangat kurang menjadi kendala utama kurangnya keberdayaan
masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang tersedia.
Pelaksanaan pembangunan selama ini telah memberikan harapan atas
terselesaikan berbagai permasalahan kependudukan. Antara lain upaya
tersebut dilakukan melalui :
1. Dilaksanakan operasi penertiban administrasi kependudukan sepanjang
tahun 2004-2006 dan peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
melalui pelayanan KTP gratis yang langsung dilaksanakan di lokasi;
2. Adanya Balai Latihan Kerja yang sudah menjadi salah satu Unit Pelaksana
Teknis Dinas Ketenagakerjaan, dan telah memulai kegiatan pelatihan
keterampilan tenaga kerja sejak tahun 2004, serta telah berhasil melatih
sebanyak 300 orang yang terdiri dari 120 orang usaha bengkel/las, 120
orang usaha pertukangan kayu/ukir, dan 80 orang untuk keterampilan
menjahit;
II | 7
3. Dilaksanakannya program transmigrasi lokal di tiga lokasi UPT, dan saat
ini sudah dihuni oleh 400 KK, sebagai upaya untuk pemerataan populasi
penduduk;
2.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Kondisi perekonomian kabupaten Sumbawa dalam sepuluh tahun
terakhir secara rata-rata menunjukkan peningkatan bila dilihat dari PDRB atas
dasar harga konstant, terutama selepas masa krisis moneter tahun
1997/1998. Terpisahnya kabupaten Sumbawa Barat dari kabupaten
Sumbawa tahun 2003 sempat menunjukkan penurunan PDRB kabupaten
Sumbawa. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Sumbawa atas dasar harga konstan (1993) dari tahun ke tahun terus
bertumbuh. Secara berurut sejak tahun 1994 (dalam juta rupiah) mencapai
Rp451.976,- menjadi Rp527.709,- di tahun 1999 dengan rata-rata
pertumbuhan (1994-1999) sebesar 5,13 persen per tahun, dan sempat
mengalami pertumbuhan negatif di tahun 1998 sebesar minus (0,74) persen.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (2000) pada tahun 1994
mencapai Rp1.167.543,- menjadi Rp1.426.200,- di tahun 2005 dengan rata-
rata pertumbuhan (2000-2006) sebesar 4,09 persen pertahun.
PDRB ADHK 2000 KAB. SUMBAWA (2001-2006)
y = 57315.01x + 1143335.86
0.00
200,000.00
400,000.00
600,000.00
800,000.00
1,000,000.00
1,200,000.00
1,400,000.00
1,600,000.00
1,800,000.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006
(Ju
ta R
up
iah
)
Gambar 2
PDRB ADHK 2000 Kab. Sumbawa
PDRB Perkapita ADHK 2000 Kab. Sumbawa (2001-2006)
y = 77771.82x + 3252606.92
3,000,000
3,100,000
3,200,000
3,300,000
3,400,000
3,500,000
3,600,000
3,700,000
3,800,000
3,900,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006
(Ru
pia
h)
Gambar 3
PDRB Perkapita ADHK 2000 Kab.
Sumbawa
Sepanjang tahun 1994-2005, struktur perekonomian kabupaten
Sumbawa atas dasar harga konstan secara rata-rata didominasi oleh sektor
II | 8
pertanian (44,15%), diikuti sektor perdagangan hotel dan restoran (16,10%),
sektor jasa-jasa (12,65%), sektor bangunan/konstruksi (10,67%), sektor
pengangkutan dan komunikasi (6.91%), sektor industri pengolahan (3,90%),
sektor pertambangan dan penggalian (2,80%), sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan (2,37%), dan sektor dengan kontribusi terendah adalah
sektor listrik, gas dan air minum (0,46%).
Konstribusi Sektor Pertanian Dalam PDRB ADHK 2000 Kab.
Sumbawa
y = -0.4608x + 46.425
41.50
42.00
42.50
43.00
43.50
44.00
44.50
45.00
45.50
46.00
46.50
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
(%)
Gambar 4
Kontribusi Sektor Pertanian
Terhadap PDRB
ADHK 2000 Kab. Sumbawa
Analisis Location Coutient (LQ) Sektor Dalam PDRB ADHK 2000
Kab. Sumbawa (2001-2006)
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
Per
tanian
Per
tam
banga
n
Indu
stri
Listrik
Ban
guna
n
Per
dagan
gan
Pen
gang
kuta
n
Keu
anga
n
Jasa
-jasa
LQ
Gambar 5
Hasil Analisis LQ Sektor-Sektor PDRB
ADHK 2000 Kab. Sumbawa (2001-
2006)
Meskipun pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Sumbawa
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun tingkat pertumbuhannya
masih jauh di bawah angka rata-rata nasional. Tingginya potensi sumberdaya
alam yang tersedia takkan mampu termanfaatkan secara optimal jika tidak
ditunjang dengan keberadaan modal usaha yang dimiliki oleh masyarakat.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, sejak tahun 2001 Pemerintah
Kabupaten Sumbawa telah berusaha memberikan bantuan modal bergulir
dengan bunga lunak, namun ketersediaan anggaran yang amat terbatas dan
sistem penyaluran modal usaha yang tidak tepat menyebabkan upaya
tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan modal usaha ekonomi
masyarakat untuk mengembangkan usahanya secara maksimal, baik untuk
memenuhi kebutuhan lokal maupun luar daerah; Upaya mempromosikan
potensi daerah yang dilakukan selama inipun belum mampu menggerakkan
II | 9
para investor dari luar daerah untuk menanamkan modalnya, baik secara
sendiri maupun bermitra dengan masyarakat dan pengusaha daerah (lokal).
Disamping aspek permodalan, ketersedian sarana prasarana
perekonomian yang dapat mendorong pengembangan usaha lokal masih
sangat terbatas ketersediannya. Dari 24 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Sumbawa, pasar tradisonal yang beroperasi 16 unit, 3 unit di antaranya
berada di Kecamatan Sumbawa. Demikian pula halnya dengan pusat-pusat
perdagangan, yang masih terpusat di Sumbawa Besar yang merupakan Ibu
Kota Kabupaten Sumbawa, di Ibu Kota Kecamatan Alas di bagian Barat dan
Ibu Kota Kecamatan Empang di bagian Timur. Rendahnya investasi dan
terbatasnya kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan pasar dan
pusat-pusat perdagangan menyebabkan lambat perkembangan
perekonomian dan transaksi ekonomi antarmasyarakat. Hal ini pula yang
menjadi salah satu kendala bagi bertumbuhnya lembaga keuangan di
kecamatan dan desa.
Lembaga keuangan bank dan non bank baik pemerintah maupun
swasta telah ada di Kabupaten Sumbawa cukup lama. Terdapat 26 lembaga
perbankan, yang terdiri atas Bank Umum milik Pemerintah seperti PT. Bank
BNI sebanyak 2 unit, PT. Bank NTB 2 unit, PT. BRI 8 unit, dan Bank swasta
yaitu PT. Bank Danamon 1 unit dan PT. Bank Sri Partha 1 unit. Di samping
bank umum, juga terdapat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) LKP milik
Pemerintah sebanyak 11 unit, dan BPR milik swasta sebanyak 3 unit.
Walaupun demikian berdasarkan laporan Bank Indonesia, tingkat pinjaman
masyarakat di Kabupaen Sumbawa tergolong rendah dibandingkan dengan
tingkat simpanan masyarakat yang ada di lembaga keuangan tersebut.
Rendahnya aksesibilitas masyarakat dalam menggunakan jasa lembaga
keuangan tersebut menjadi salah satu masalah kekurangan modal usaha
masyarakat sehingga mempangaruhi geliat perekonomian lokal secara
keseluruhan.
Sesuai dengan laporan Bank Indonesia Cabang Mataram Nusa
Tenggara Barat, bahwa sepanjang tahun 2004-2006 sebaran dana pihak
ketiga perbankan NTB, menempatkan kabupaten Sumbawa berada pada
II | 10
nomor urut kedua di bawah Kota Mataram, yaitu secara berturut-turut sebesar
Rp424 M (12,24%), Rp520M (12,78%) dan Rp617M (14,08%). Sedangkan
sebaran kredit perbankan di kabupaten Sumbawa pada tahun tersebut secara
berturut-turut hanya mencapai Rp340M (12,89%), 405M (12,09%) dan 497M
(12,80%). Kondisi ini menunjukkan bahwa masih lebih banyak tabungan
masyarakat di lembaga perbankan dibandingkan dengan jumlah kredit yang
bergulir di tengah-tengah masyarakat.
Demikian juga dengan kelembagaan ekonomi masyarakat yang
terwadahi dalam koperasi, pada tahun 2006 berjumlah 301 unit dan 21 unit
diantaranya tidak aktif sehingga masih belum dapat menjadi “soko guru”
perekonomian masyarakat. Demikian juga pada sektor-sektor usaha lainnya,
peranan kelembagaan masyarakat dalam memobilisasi dan mengorganisir
proses produksi agar lebih produktif masih belum nampak dominan. Padahal
kelembagaan masyarakat memiliki arti strategis dalam membangun posisi
tawar masyarakat dalam aktivitas perekonomian yang mengarah pada sistem
pasar bebas seperti dewasa ini.
Permasalahan yang dihadapi pembangunan terkait dengan aspek
ekonomi dan SDA antara lain :
1. Sarana dan prasarana sosial ekonomi yang ada di Kabupaten Sumbawa
terdiri dari usaha perdagangan, jasa industri, pertanian dan peternakan
dengan skala pelayanan lokal dan regional masih sangat terbatas.
Prasarana pasar tradisional tersedia hanya di 13 kecamatan, 3 di
antaranya di kota Sumbawa Besar, sedangkan di 12 kecamatan lainnya
belum tersedia prasarana pasar;
2. Aktivitas ekonomi di Kabupaten Sumbawa masih terpusat di Kecamatan
Sumbawa dalam hal ini kota Sumbawa Besar. Hal ini terlihat dari jumlah
dan jangkauan pelayanan pasar yang ada yakni Pasar Seketeng sebagai
pasar induk yang melayani seluruh wilayah Kabupaten.
3. Meskipun secara rata-rata dalam sepuluh tahun terakhir, sektor pertanian
merupakan penyumbang terbesar yaitu 41,54 persen, yang ditunjang oleh
sub sektor tanaman bahan makanan yang menyumbang rata-rata 23,89
persen dan sub sektor peternakan dan perikanan juga memberikan share
II | 11
yang cukup besar yakni antara 6 sampai dengan 8 persen, dan dalam
skala provinsi sektor pertanian merupakan sektor unggulan bagi
kabupaten Sumbawa (LQ>1), namun ada kecenderungan terjadi
penurunan kontribusi terhadap PDRB dari tahun ke tahun. Hal ini
menggambarkan bahwa pengelolaan potensi pertanian belum dapat
dilakukan secara optimal;
4. Masih tingginya angkatan kerja di sektor pertanian yang tidak diimbangi
dengan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi, sehingga pola
pengusahaan pertaniannya masih dilakukan secara tradisional,
berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas yang dicapai;
5. Terjadinya krisis ekonomi di tahun 1997 dan 1998 masih berdampak
terhadap perekonomian masyarakat hingga saat ini, meskipun secara
perlahan-lahan mulai menunjukkan peningkatan;
6. Kesenjangan pendapatan masyarakat masih tinggi yang terlihat dari masih
tingginya persentase KK miskin;
Keberhasilan yang dicapai antara lain :
1. Sepanjang sepuluh tahun terakhir ini, pemerintah daerah telah
menyediakan 6 dari 14 unit pasar, memfasilitasi terbentuknya 11 unit BPR,
48 Unit Pengelola Keuangan Desa (UPKD), yang diharapkan dapat
menggeliatkan gerak perekonomian daerah;
2. Terjadinya pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke
sektor lainnya. Bila dilihat per sektor, pada tahun 2001-2003 sektor
perdagangan hotel dan restoran merupakan sektor yang laju
pertumbuhannya paling tinggi yakni 6,42 persen dan yang terendah adalah
sektor listrik, gas, dan air bersih 3,51 persen. Sementara itu, pada tahun
2004 sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mencatat laju
pertumbuhan paling tinggi yakni 8,32 persen dan yang terendah adalah
sektor pertanian sebesar 2,55 persen.
3. Pembangunan Bidang kehutanan dan perkebunan mengalami kemajuan
dan keberhasilan pada peningkatan produksi komoditi perkebunan dan
penanganan serta pemanfaatan hasil hutan. Sub sektor perkebunan telah
II | 12
menunjukkan peningkatan dengan telah dilakukan eksport jagung tujuan
Malaysia di tahun 2007 serta perkembangan komoditas perkebunan
kelapa, pinang, kopi, asam, kemiri jambu mete, jagung dan kapas;
Sedangkan sub sektor kehutanan dengan luas hutan 515.579,91 Ha
meliputi hutan lindung seluas 234.896,39, hutan cagar alam 524,00 Ha,
hutan taman buru 22.537,90, hutan produksi terbatas 174.069,33, hutan
produksi biasa 72.342,99 dan hutan wisata 11.225,30 Ha, menunjukkan
peningkatan kontribusi.
4. Pembangunan sub sektor peternakan yang semakin baik terutama setelah
dicanangkannya Kabupaten Sumbawa sebagai pusat pembibitan sapi bali
serta pengembangan kerbau lumpur;
2.4. Sosial Budaya dan Politik
Tinjauan terhadap kondisi sosial, budaya dan politik di kabupaten
Sumbawa dapat dilihat dari aspek sosial kemasyarakatan, aspek keagamaan
dan kebudayaan, aspek politik dan hukum serta keamanan dan keteriban
masyarakat.
Masyarakat Sumbawa memiliki sikap yang relatif terbuka, bahwa
keberadaan manusia tidak dilihat dari latar belakang asal, keturunan, tetapi
lebih ditekankan pada sejauh mana orang itu dapat membawa ketenangan
hati bagi kehidupan bersama. Konsep ketenangan (hati) inilah lalu
merefleksikan berbagai konstruksi hubungan sosial kemasyarakatannya.
Melalui adat istiadat dan budaya lokal bersendikan agama, kehidupan sosial
secara intuitif terintrodusir ke dalam nilai hidup yang menempatkan masalah
hati nurani sebagai parameter dalam mengarahkan derap langkah kehidupan.
Hati nurani pula yang menjadi ukuran tercapainya tujuan kehidupan, bahkan
hati nurani diidentikkan dengan diri manusia itu sendiri.
Perilaku keterbukaan, egaliter yang dimiliki selain digambarkan dalam
konstruksi kebahasaan juga dalam pola komunikasi antarsesama telah
memunculkan suatu bentuk reduksi sarana komunikasi (bahasa) dari
terminologi hubungan kekerabatan/persaudaraan antarsesama dengan
II | 13
melintasi batas hubungan seketurunan. Fakta semangat egalitarian itulah
yang menjadikan Sumbawa memiliki masyarakat yang majemuk.
Namun dalam perkembangannya, tidak bisa dipungkiri bahwa
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kecanggihan informasi dan
komunikasi yang kini serba sukar terbendung merambat pula dalam
kehidupan sosial. Sikap masyarakat yang terbuka disamping memberikan sisi
positif ternyata juga mulai terinfiltrasi ke sikap moral, perilaku dalam
kehidupan. Nilai-nilai budaya dan agama mulai terusik. Apresiasi masyarakat
umumnya kalangan generasi muda terhadap budaya-budaya lokal termasuk
seni dan bahasa, serta sikap pergaulanpun relatif mulai menunjukkan
pergeseran mengikuti perkembangan dunia luar meskipun belum tentu
senafas dengan nilai-nilai moral, budaya dan agama. Kreasi-kreasi seni yang
merupakan kesenian kontemporer sebagai seni garapan baru lebih banyak
dipertunjukkan dan diminati masyarakat terutama kalangan generasi muda
dibandingkan dengan seni tradisional. Kondisi ini memang sangat kontras
mengingat Kabupaten Sumbawa dulunya adalah sebuah kerajaan yang
mestinya dapat mewariskan orisinalitas adat dan budaya lokal kepada
generasi penerusnya. Meskipun demikian, ruh dari budaya dan adat istiadat
masih tetap hidup terutama terlihat dalam event-event budaya walaupun tetap
tidak dapat mewarnai kehidupan keseharian masyarakat.
Dari segi keagamaan, mayoritas penduduk Kabupaten Sumbawa
beragama Islam, mencapai 96,33%, diikuti Hindu 2,67%, Katolik 0,9%,
Protestan 0,42%, dan yang paling sedikit beragama Budha 0,09%. Sampai
dengan saat ini, nilai-nilai toleransi antar umat beragama senantiasa
teraktualisasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kasus-kasus
perusakan terhadap rumah ibadah tidak dijumpai di Kabupaten Sumbawa.
Dari lima agama yang dianut masyarakat di kabupaten Sumbawa,
tersedia 476 unit prasarana keagamaan, yang terdiri atas 445 unit
mesjid/musholla, 2 gereja kristen, 3 gereja katholik, 25 pura dan 1 vihara.
Peran yang ditempuh pemerintah daerah selama ini hanyalah memberikan
bantuan dana untuk pembangunan dan pemeliharaan terhadap prasarana
keagamaan tersebut. Sumber utama pembiayaan pembangunannya
II | 14
merupakan swadaya masyarakat ataupun dari bantuan yang diterima dari
pihak luar.
Dari aspek kehidupan politik, pengaruh iklim perpolitikan tingkat
nasional sangat terasa menggeliat di Kabupaten Sumbawa. Jumlah partai
politik peserta pemilu legislatif tahun 2004 sebanyak 24 partai, dengan pemilih
terdaftar sebanyak 146.171 pemilih pada 1.004 unit TPS, pada pemilu
legislatif tahun 1999 sebanyak 196.452 pemilih pada 519 unit TPS. Dalam
keanggotaan legislatif, keterwakilan kaum perempuan hanya pernah ada
hingga DPRD periode tahun 1994-1999, sedangkan pada periode berikutnya
tidak satupun duduk sebagai anggota DPRD.
Dari aspek hukum dan kamtibmas, meskipun angka kriminalitas cukup
rendah, namun pelanggaran aturan-aturan hukum, budaya kekerasan masih
saja terjadi.. Sepanjang tahun 2003-2007 kasus curat meningkat dengan
trend 9,09%, curanmor meningkat luar bisasi dengan trend 175%, kasus
curas meningkat dengan trend 50%, kasus anirat menurun (20%), kasus
narkoba menurun (200%), pembunuhan menurun (50%), kasus miras
melonjak 700% dan pelanggaran tertinggi secara statistik ada pada
pelanggaran lalulintas jalan raya, yang sepanjang tahun 2007 mencapai 1.828
kasus dan secara keseluruhan telah disidangkan.
Permasalahan yang dihadapi antara lain :
1. Belum optimalnya upaya pelestarian adat istiadat dan budaya daerah
termasuk di dalamnya bahasa daerah, hal ini terlihat dari kecenderungan
menurunnya penggunaan bahasa daerah serta pola pergaulan hidup
masyarakat terutama di perkotaan yang mulai mengalami pergeseran;
2. Masih kurang optimalnya pembinaan dan pengembangan seni budaya
lokal, sehingga peningkatan apresiasi masyarakat tidak sebanding dengan
meningkatnya kecenderungan ke arah seni budaya luar, hal ini ditunjukkan
oleh langkanya kemunculan generasi muda sebagai pioner dalam
menggali dan mengembangkan kesenian daerah;
3. Pembangunan bernuansa religius di kalangan generasi muda masih belum
maksimal, generasi muda masih kurang gencar menyuarakan pesar-pesan
rerilgius di tengah-tengah masyarakat;
II | 15
4. Pembangunan bidang hukum belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
secara maksimal, meskipun angka kriminalitas cukup rendah, namun
pelanggaran aturan-aturan hukum, budaya kekerasan masih saja terjadi.
Demikian pula dengan penegakan hukum yang belum maksimal dapat
dilaksanakan;
5. Masih rendahnya keterwakilan perempuan dalam kancah politik;
Adapun capaian keberhasilan pembangunan antara lain :
1. Mulai ditingkatkannya perhatian terhadap kegiatan pengembangan
kesenian daerah melalui pemberian bantuan kepada sanggar-sanggar
seni, serta diselenggarakannya lomba-lomba bertutur, lomba tari, dan
lomba kesenian tradisional lainnya;
2. Kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan berkembang dengan baik.
Demikian pula telah tumbuh kesadaran yang kuat di kalangan pemuka
agama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan intern dan antar
umat beragama yang aman, damai, dan saling menghargai.
3. Dalam rangka pemantapan pelaksanaan otonomi daerah, Kabupaten
Sumbawa terus melengkapi berbagai produk hukum melalui
penerbitan/penyempurnaan berbagai Peraturan Daerah ataupun
Keputusan Bupati. Produk hukum tersebut bertujuan untuk menjamin
kepastian hukum bagi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya.
4. Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Sumbawa
relatif aman dan terkendali. Walaupun terjadi berbagai macam gangguan
terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat namun skala dan eskalasi
gangguannya masih tergolong kecil. Modus gangguan yang dominan
meliputi tindakan pencurian, perjudian, miras dan aksi kriminalitas lainnya.
5. Suksesnya Pemilu Legislatif tahun 2004 dan Pilkada tahun 2005;
2.5. Prasarana dan Sarana
Kondisi prasarana dan sarana yang ada di Kabupaten Sumbawa
secara umum dapat dikatakan belum memadai. Prasarana irigasi dan
sumberdaya air yang telah dibangun dalam sepuluh tahun terakhir di
II | 16
kabupaten Sumbawa sebanyak 16 bendung sehingga jumlahnya menjadi 32
buah bendung dengan total areal seluas 2.941 ha. Selain itu telah
dilaksanakan rehabilitasi terhadap 28 buah bendung dengan layanan areal
seluas 2.606 ha. Demikian pula terhadap jaringan irigasi, sejak tahun 2000
sampai tahun 2004, pemerintah telah melaksanakan kegiatan peningkatan
jaringan irigasi sebanyak 78 buah jaringan dengan total panjang 84.947,91 m.
Sedangkan dalam upaya menunjang pengembangan dan konservasi
sumberdaya alam, pemerintah daerah telah dapat ditangani Pemerintah
Kabupaten Sumbawa tercatat sebanyak 41 daerah irigasi dengan luas baku
40.989 ha, dengan luas potensial 34.861 ha serta panjang saluran pembawa
primer dan sekunder 992.174 km. Dengan telah terbentuknya kabupaten
Sumbawa Barat maka daerah irigasi berkurang 6 daerah dengan
pengurangan luas baku 7.515 ha, pengurangan luas potensial 6.045 ha.
Demikian pula terhadap saluran primer dan sekunder berkurang 120.504 km.
Sehingga sejak tahun 2005, Pemerintah kabupaten Sumbawa hanya
menangani 35 daerah irigasi dengan luas baku 33.472 ha, luas potensial
28.816 ha, panjang saluran pembawa primer dan sekunder 541.670 km
dengan jumlah organisasi P3A sebanyak 227 organisasi.
Pembangunan jaringan irigasi dan sumberdaya air yang telah
dilaksanakan tersebut telah cukup memberikan dampak dalam meningkatkan
intensitas tanam dan berkembangnya luas areal persawahan irigasi, serta
dapat mengurangi kemungkinan meningkatnya kerusakan tebing sungai.
Memperhatikan potensi wilayah di Kabupaten Sumbawa,
sesungguhnya masih cukup banyak yang belum tersentuh, terutama potensi-
potensi yang berada di wilayah Kabupaten Sumbawa Bagian Selatan. Salah
satu penyebabnya adalah prasarana jalan dan jembatan yang
menghubungkan daerah potensial terisolir dengan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi belum tersedia.
Kondisi jalan yang baik dalam Kabupaten Sumbawa yakni sepanjang
99,10 km , kondisi sedang sepanjang 262,78 km, kondisi rusak sepanjang
263,79 km, dan rusak berat sepanjang 311,15 km. Berkaitan dengan kawasan
II | 17
terisolir, hingga kini masih ada beberapa desa yang belum terhubungkan
dengan prasarana jalan, karena memiliki medan yang sulit.
Pelabuhan laut yang ada dan menghubungkan Kabupaten Sumbawa
dengan daerah lainnya saat ini hanyalah Pelabuhan Badas. Pelabuhan
tersebut merupakan pelabuhan bongkar muat dan keluar masuk barang-
barang untuk kepentingan perdagangan (bukan pelabuhan untuk transportasi
penumpang). Sementara pelabuhan antar pulau yang memperlancar arus
transportasi penumpang hanya ada di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat
(pelabuhan Poto Tano) yang menghubungkan Pulau Sumbawa dengan Pulau
Lombok, sedangkan penghubung Pulau Sumbawa dengan Sulawesi dan
Nusa Tenggara Timur terdapat di Kabupaten Bima. Pelabuhan-pelabuhan laut
lokal yang ada hanya untuk menghubungkan Pulau Sumbawa dengan Pulau
Moyo dan sekitarnya. Hal inipun masih sebatas perahu kecil yang terbatas.
Kabupaten Sumbawa memiliki Pelabuhan Udara Brang Biji yang
melayani penerbangan domestik secara regional, hingga saat ini lalu lintas
udara hanya dilayani oleh Pesawat Wing’s Air dan Trigana Air dengan
frekwensi penerbangan sebanyak 4 hari dalam seminggu, disamping itu juga
dimanfaatkan oleh pesawat-pesawat carteran untuk keperluan pariwisata PT.
Amanwana Resort, PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT), atau perusahaan
swasta lainnya.
Kebutuhan akan sarana telekomunikasi seperti telepon umum ataun
warung telekomunikasi belum tersedia merata di setiap desa ataupun
kecamatan di Kabupaten Sumbawa. Namun telekomonukasi melalui jaringan
telepon seluler GSM telah merata hampir disemua kecamatan. Sedangkan
untuk Kantor Pos dan Giro tersedia di 12 kecamatan.
Meskipun pelayanan listrik PLN sudah dapat menjangkau seluruh
kecamatan, namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan setiap desa
dan dusun. Hingga saat ini masih terdapat 14 Desa dan 34 Dusun yang belum
menikmati listrik layanan PLN. Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah
memberikan bantuan PLTS di beberapa desa dan dusun, namun masih belum
menjangkau seluruhnya terutama di daerah-daerah pesisir dan kawasan
terpencil.
II | 18
Adapun permasalahan yang dihadapi antara lain :
1. Masih tingginya kondisi jalan rusak (263,79 km) dan rusak berat (311,15
km), menunjukkan bahwa kondisi jalan di Kabupaten Sumbawa kurang
memadai untuk mendukung mobilitas masyarakat;
2. Masih adanya wilayah terisolir (daerah terpencil dan daerah pulau)
disebabkan karena belum memadainya prasarana jalan dan jembatan atau
dermaga penyeberangan yang menghubungkan wilayah (pulau) tersebut
dengan wilayah lainnya;
3. Masih adanya desa dan dusun yang belum terjangkau layanan listrik PLN,
dan terbatasnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi
kebutuhan listrik perdesaan, sementara populasi penduduk makin
meningkat dan kebutuhan akan listrik semakin tinggi;
4. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi bencana alam banjir yang
mengakibatkan rusaknya lahan pertanian menunjukkan bahwa jaringan
saluran irigasi sebagai suatu sistem belum memadai;
Keberhasilan yang dapat dicapai antara lain :
1. Dalam rangka mendukung peningkatan pengembangan potensi wilayah
dan pembangunan bidang lainnya, pemerintah daerah telah melaksanakan
pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan prasarana irigasi dan
sumberdaya air. Beberapa hasil yang dicapai dalam sepuluh tahun terakhir
adalah dibangunnya 16 buah bendung, rehabilitasi terhadap 12 buah
bendung, meningkatkan prasarana irigasi sebanyak 78 jaringan
(84.947,91m).
2. Dalam upaya menunjang pengembangan dan konservasi sumberdaya
alam, telah dapat ditangani Pemerintah Kabupaten Sumbawa sebanyak 35
daerah irigasi dengan luas baku 33.472 ha, luas potensial 28.816 ha,
panjang saluran pembawa primer dan sekunder 541.670 km dengan
jumlah organisasi P3A sebanyak 227 organisasi.
3. Pembangunan jaringan irigasi dan sumberdaya air yang telah
dilaksanakan tersebut telah cukup memberikan dampak dalam
II | 19
meningkatkan intensitas tanam dan berkembangnya luas areal
persawahan irigasi, serta dapat mengurangi kemungkinan meningkatnya
kerusakan tebing sungai.
4. Dalam rangka membuka kawasan potensial terisolir, Pemerintah
Kabupaten Sumbawa telah membuat prasarana jalan sepanjang 26 km
5. Sarana telekomunikasi dan informasi berperan dalam memperlancar arus
informasi antar daerah yang pada gilirannya akan membuat hubungan
antar daerah semakin intensif. Sarana telekomunikasi dan infrormasi
berupa telepon, radio dan televisi telah menjangkau daerah perdesaan.
Hal ini tentu saja akan berimplikasi positif terhadap arus informasi ke
daerah perdesaan.
6. Mengatasi masalah pasokan listrik terutama pada desa-desa yang tidak
terjangkau layanan PLN, upaya yang telah dilakukan selama ini adalah
membangun prasarana listrik tenaga surya, namun hal ini belum dapat
dikatakan memadai karena hanya untuk beberapa rumah tangga dan tidak
menjangkau seluruh desa;
2.6. Pemerintahan Umum
Fungsi fasilitasi pemerintah daerah dalam rangka mendorong
masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraannya secara mandiri masih
menjadi tugas yang belum optimal dijalankan. Pemerintah daerah dengan
kemampuan keuangan yang terbatas yang dihadapkan dengan permasalahan
yang semakin kompleks semakin dituntut untuk dapat efisien dan efektif
dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia. Sementara kelembagaan
pemerintah daerah cenderung “gemuk struktur namun miskin fungsi”,
sehingga restrukturisasi kelembagaan pemerintah daerah menjadi kebutuhan
yang mendesak dilakukan.
Kelembagaan pemerintah kabupaten Sumbawa saat ini sesuai dengan
Peraturan Daerah kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2000 kemudian
dirubah menjadi Peraturan Daerah kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun
2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi
II | 20
dan Tata Kerja Perangkat Daerah kabupaten Sumbawa, bahwa organisasi
perangkat daerah kabupaten Sumbawa terdiri dari :
1. Sekretariat Daerah, dengan 3 (tiga) asisten yang masing-masing
membawahi 3 (tiga) bagian, dan tiap-tiap bagian membawahi 4 (empat sub
bagian );
2. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
3. Lembaga Teknis Daerah, terdiri atas 7 (tujuh) Badan, 7 (tujuh) Kantor dan
1 (satu) RSUD;
4. Dinas-Dinas Daerah, sebanyak 16 Dinas;
5. 23 Kecamatan dan 8 Kelurahan.
Bila dirinci berdasarkan eselon, hingga akhir Tahun 2006 di kabupaten
Sumbawa terdapat 984 jabatan eselon, yang terdiri dari ; Eselon II-A (1),
Eselon II-B (27), Eselon III-A (174), Eselon IV-A (738),dan Eselon IV-B (44).
Sedangkan gambaran SDM aparatur Pemerintah kabupaten Sumbawa dilihat
dari tingkat golongan sesuai dengan kondisi akhir Tahun 2006 sebagai
berikut:
Tabel 1. Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten Sumbawa
Berdasarkan Golongan / Ruang Tahun 2006
No Golongan Jumlah Persentase
1. Golongan I 44 0,69
2. Golongan II 1.492 23,26
3. Golongan III 3.291 51,31
4. Golongan IV 1.587 24,74
Jumlah 6.414 100,00
Sumber : BKD Kabupaten Sumbawa, 2007
II | 21
Sebagai gambaran kompetensi PNS Daerah kabupaten Sumbawa
dilihat dari tingkat pendidikannya dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel 2. Tingkat Pendidikan PNS Daerah di Kabupaten Sumbawa
Hingga Tahun 2006
No Pendidikan Jenis Kelamin
Jumlah Persentase Pria Wanita
1. S3 2 0 2 0,02
2. S2 40 3 43 0,67
3. S1 / D-IV 1.236 554 1.790 27,91
4. D-III/Sarjana Muda 316 249 565 8,81
5. D-II 823 672 1.495 24,79
6. D-I 56 152 208 3,24
7. SLTA / Sederajat 1.240 773 2.013 31,38
8. SMP / Sederajat 152 34 186 2,90
9. SD / Sederajat 112 1 113 1,76
Jumlah 3.796 2.438 6.414 100,00
Sumber : SIMPEG BKD Kabupaten Sumbawa, 31 Desember 2006
Berdasarkan kedua tabel diatas, dari segi sumberdaya aparatur PNS
sesungguhnya kelembagaan pemerintah di kabupaten Sumbawa dapat
didorong untuk menjadi organisasi katalis proses perubahan sosial. Dari segi
golongan, sebagian besar berada di lini bawah yang langsung bersentuhan
dengan pelayanan masyarakat. Sedangkan dari segi taraf pendidikan sekitar
separuhnya telah mengenyam bangku pendidikan tinggi. Dengan demikian
pembenahan kelembagaan pemerintah daerah dalam rangka menciptakan
organisasi yang “kaya fungsi hemat struktur” dapat ditopang oleh sumberdaya
manusia yang tersedia.
Di sisi lain, sebagai upaya memperdekat dan memperlancar pelayanan
pemerintah daerah terhadap masyarakat, saat ini di Kabupaten Sumbawa
terdapat 23 kecamatan, 14 kecamatan diantaranya merupakan kecamatan
yang baru terbentuk sebagai pemekaran dari kecamatan terdahulu, meskipun
II | 22
hingga saat ini belum semuanya memiliki kantor camat serta sarana
penunjang lainnya yang masih sangat terbatas.
Sumber penerimaan daerah Kabupaten Sumbawa yang meliputi
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan
yang sah dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Realisasi Pendapatan Daerah kabupaten Sumbawa
Tahun 2001 -2007 (dalam Jutaan)
Jenis Pendapatan Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapatan Asli Daerah 10,358 17,217 20,085 18,845 15,809 19,248 18,908
Pajak Daerah 3,369 4,800 5,385 6,317 5,781 6,577 4,259
Retribusi 2,359 3,869 4,157 4,579 4,259 6,011 8,564
Bagian laba Usaha Daerah 191 670 1,462 1,662 1,642 1,845 2,775
Lain-lain PAD yang sah 4,439 7,878 9,081 6,287 4,127 4,815 3,308
Dana Perimbangan 172,313 186,031 211,648 220,739 222,582 326,200 443,286
DBH 17,002 20,850 26,158 27,147 30,049 21,233 23,279
DAU 152,245 165,150 182,529 184,992 179,553 272,557 365,080
DAK 3,066 31 2,961 8,600 12,980 32,410 54,927
Lain-lain Penerimaan sah 79,826 60,163 88,342 16,924 16,251 16,846 22,819
Dana Bagi hasil prop. 72,026 53,135 53,125 64,894 9,170 6,660 7,013
Penerimaan Dari Pemerintah - 2,774 14,252 16,924 7,081 10,186 7,000
Dana Dari Propinsi 7,800 4,254 3,857 6,524 - - 1,806
Dana Darurat - - - - - - 7,000
Pendapatan Daerah 262,497 263,411 302,967 327,926 254,642 362,294 485,013
Sumber: Pemerintah Kabupaten Sumbawa, (2001-2007)
Tabel diatas menunjukkan bahwa realisasi pendapatan asli daerah,
dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah dari tahun 2001 sampai
tahun 2007 mengalami fluktuasi. Namun secara umum total pendapatan
Kabupaten Sumbawa mengalami peningkatan dari Rp262,497 milyar pada
tahun 2001 dan mengalami peningkatan menjadi Rp485.013 milyar pada
tahun 2007.
II | 23
Sedangkan proporsi belanja terhadap penerimaaan daerah Kabupaten
Sumbawa dari tahun 2001-2007 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Proporsi Belanja terhadap Pendapatan Daerah
Dan Perhitungan APBD Kabupaten Sumbawa Tahun 2001-2007
Uraian Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapatan Daerah 262,497 263,411 302,967 327,926 254,642 254,642 485,013
Belanja Daerah 242,061 278,401 317,278 323,689 249,939 350,876 505,316
Proporsi Belanja terhadap
Pendapatan Daerah 92% 105% 104% 98% 98% 96% 104%
Surplus/(Defisit) 20,436 (14,990) (14,311) 4,237 4,703 11,418 (20,303)
Pembiayaan
Penerimaan 10,936 31,372 16,382 2,071 6,308 11,011 22,429
Sisa Lebih Perhitungan
Tahun Lalu 10,936 31,372 16,382 2,071 6,308 11,011 22,429
Pinjaman daerah - - - - - - -
Pengeluaran - - - - - - -
Pembiayaan Netto 10,936 31,372 16,382 2,071 6,308 11,011 22,429
Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran 31,372 16,382 2,071 6,308 11,011 22,429 2,126
Sumber : Pemerintah Kabupaten Sumbawa, 2001-2007 (diolah)
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa rata- rata belanja Pemerintah
Kabupaten Sumbawa tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 sebesar
96.22%. Hal ini menunjukkan bahwa belanja daerah Kabupaten Sumbawa
menggunakan pandapatan APBD dalam jumlah yang besar untuk
melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan sosial
kemasyarakatan.
Permasalahan yang dihadapi antara lain :
1. Pelayanan umum sebagai tugas utama dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah masih memiliki beberapa kekurangan yang dapat
menghambat efisiensi dan kinerja pemerintah daerah. Beberapa
kekurangan tersebut, antara lain ; (a) belum optimalnya perubahan pola
II | 24
pikir terhadap reformasi birokrasi sebagai upaya peningkatan pelayanan
masyarakat, (b) belum optimalnya koordinasi antar instansi (Badan, Dinas
dan Kantor terkait), sehingga masih adanya tumpang tindih tugas dalam
implementasi kebijakan, (c) masih adanya ego sektoral diantara birokrasi,
dan (d) masih belum optimalnya pemahaman tupoksi;
2. Pelayanan umum belum dapat dijalankan secara optimal karena
keterbatasan penguasaan teknologi dan sistem informasi akibat dari
kurang sesuainya jenis/tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan
kapasitas/kualifikasi pendidikan aparatur yang sebagian besar belum
memadai untuk menunjang pelaksanaan pelayanan publik di segala
bidang;
3. Masih rendahnya sarana pelayanan yang cepat dan nyaman serta
memuaskan bagi para pengguna jasa pelayanan publik, masih belum
tersedianya kantor camat dan sarana pendukung bagi kecamatan yang
baru dibentuk sebagai hasil pemekaran. Hal ini tentu saja dapat
mengganggu pelayanan kepada masyarakat, mengingat ke depan kantor
kecamatan akan memegang peranan yang strategis sebagai garis depan
pelayanan kepada masyarakat.
4. Belum tersedianya standar pelayanan minimal (SPM) di sebagian besar
instansi pemerintahan daerah;
5. Menyadari bahwa pemerintah daerah masih terlalu kecil untuk dapat
menuntaskan masalah-masalah yang besar, tetapi juga terlalu besar untuk
menangani permasalahan-permasalahan yang kecil, namun penguatan
peran masyarakat sipil untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan
permasalahan pembangunan daerahpun belum dapat dilakukan secara
optimal, sehingga masih dibutuhkan peningkatan respon pemerintah
daerah dalam mengatasi permasalahan masyarakat;
6. Celah fiskal (fiscal gap) Kabupaten Sumbawa masih tinggi yang antara lain
disebabkan karena rendahnya kapasitas fiskal dan tingginya kebutuhan
anggaran (fiscal needs) untuk pelaksanaan pembangunan daerah,
sehingga Kabupaten Sumbawa masih sangat tergantung kepada transfer
pemerintah pusat melalui dana perimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa
II | 25
Kabupaten Sumbawa masih jauh dari kemandirian untuk membiayai
pembangunan di daerahnya;
Adapun capaian keberhasilan yang telah diperoleh selama ini antara lain :
1. Telah dibangunnya kantor pemerintah kabupaten Sumbawa setelah
terjadinya perisitiwa kebakaran yang menghanguskan gedung dan sarana
lain yang ada dalam kantor tersebut.
2. Telah terbentuknya beberapa kecamatan baru sebagai pemekaran dari
kecamatan sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat menunjang kelancaran
pelayanan publik;
3. Telah mengirimkan PNS tugas belajar untuk S3 sebanyak 1 orang, dan
jenjang S2 sebanyak 36 orang hingga tahun 2005 dan tetap membuka
peluang tugas belajar jenjang S2 bagi PNS yang memenuhi syarat masuk
ke Perguruan Tinggi Negeri di luar daerah untuk program studi yang
dibutuhkan oleh daerah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan aparatur
semakin meningkat;
4. Sejak tahun 2003 telah menerapkan pola perencanaan partisipatif disertai
dengan Survey Prioritas Pelayanan Masyarakat (SPPM) untuk lebih
mempertajam hasil Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring
Asmara)/Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah
(Musrenbangda);
5. Sejak tahun 2005 telah menerapkan penganggaran pemerintahan desa
melalui pola Alokasi Dana Desa;
6. Semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses perumusan,
pelaksanaan dan pengawasan kebijakan pembangunan daerah;
II | 26
2.7. Pendidikan dan Kesehatan
Kondisi pendidikan yang merupakan salah satu gambaran kualitas
sumberdaya manusia. Bila diukur dari angkatan kerja yang melek huruf
sepanjang sepuluh tahun terakhir, kabupaten Sumbawa menempati urutan
kedua tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rata-rata angka melek huruf
di kabupaten Sumbawa adalah 88,92% sedangkan kota Mataram 90,29%,
kondisi yang jauh berada di atas rata-rata provinsi yang hanya mencapai
79,88%. (BPS NTB, 2005). Sedangkan bila dilihat dari angka partisipasi
pendidikan penduduk usia sekolah, secara rata-rata dalam lima tahun
terakhir, angka partisipasi kasar SD/MI adalah 108,10%, SMP/MTS 84,99%
dan untuk SMA/SMK 48,92%. Untuk Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI
93,05%; SMP/MTS 63,22% dan untuk SMA/SMK 35,26%. Kondisi jauh lebih
baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tidak terlepas dari keberadaan
prasarana dan sarana pendidikan yang tersedia.
Keberadaan sarana prasarana pendidikan di Kabupaten Sumbawa
masih belum dapat memenuhi kebutuhan idealnya, baik untuk pendidikan pra
sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas
(umum/kejuruan) maupun perguruan tinggi. Perbandingan sarana prasarana
sekolah antar jenjang pendidikan masih mencolok, terlebih antar jenjang SD
dan SMP, SMP dan SMA ataupun SMK, demikian pula terhadap TK ataupun
Perguruan Tinggi. Dari data yang ada di luar TK dan Perguruan Tinggi,
semakin tinggi jenjang sekolah semakin rendah ketersediaan sarana
prasarananya. Jika SD sudah dapat dikatakan merata di seluruh desa, maka
SMP masih belum merata di setiap kecamatan, demikian juga dengan SMA
ataupun SMK. Kondisi ini lebih diperparah dengan banyaknya ruang kelas
belajar yang dalam keadaan rusak.
Dari data tahun 2007, jumlah SD/MI yang ada di Kabupaten Sumbawa
sebanyak 355 sekolah, dengan total ruang kelas 1.875 unit, 47,68% kondisi
baik, 31,84% rusak ringan dan 20,48% rusak berat. Jumlah kelompok belajar
SD/MI sebanyak 2.243 kelompok, SD/MI yang memiliki perpustakaan hanya
37 sekolah. Guru SD/MI berdasarkan data tahun 2006 sebanyak 3.622 orang,
II | 27
47,52% tergolong guru layak mengajar, 24,54 % semi layak dan 27,94%
tergolong tidak layak.
Jumlah SMP/MTs yang ada sebanyak 78 sekolah dengan ruang kelas
515 unit, 74,56% kondisi baik, 18,65% rusak ringan dan 4,22% rusak berat.
Jumlah kelompok belajar mencapai 579 kelompok, perpustakaan SMP/MTs
sebanyak 41 unit dan laboratorium sebanyak 56 unit. Guru SMP/MTs
berdasarkan data tahun 2006 sebanyak 1.473 orang, 1.083 orang (73,93%)
tergolong guru layak mengajar, 155 orang (10,52 %) semi layak dan 229
orang (15,55%) tergolong tidak layak.
Demikian pula dengan jumlah SMA/SMK/MA hanya sebanyak 34
sekolah dengan ruang kelas 257 unit, 85,60% kondisi baik, 11,67% rusak
ringan dan 2,72% rusak berat. Jumlah kelompok belajar 317 kelompok,
perpustakaan 31 unit dan laboratorium 53 unit serta bengkel praktik 3 unit.
Guru yang mengajar di SMA/SMK/MA sebanyak 911 orang, terdiri dari 762
orang (83,64%) layak mengajar, 102 (11,20%) semi layak, dan 47 (5,16%)
tidak layak mengajar.
Dari aspek kesehatan, angka kesakitan masyarakat pada tahun 2005
adalah 310.763 menurun 8,58% dibanding tahun 2000 yang mencapai
375.275. Angka kematian bayi mengalami penurunan. Tahun 1999 sebesar
66/1000 kelahiran hidup menjadi 59,11/1000 kelahiran hidup pada tahun
2005. Angka ini semakin mendekati angka nasional yaitu 45/1000 kelahiran
hidup, angka kematian bayi Kabupaten Sumbawa selama kurun waktu 1999-
2005 masih lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata angka kematian bayi
Propinsi NTB. Menurunnya angka kematian bayi dari tahun 2003 berjumlah
144 kasus bayi mati menjadi 59 kasus bayi mati pada tahun 2006. Ini
menunjukkan adanya penambahan positif dan meningkatnya derajat
kesehatan Ibu melahirkan serta bayi lahir. Namun bila memperhatikan kasus
gizi buruk yang terjadi di tahun 2006 di kabupaten Sumbawa yang di
antaranya 1.704 orang balita, maka penanganan masalah kesehatan
masyarakat menjadi prioritas yang tidak dapat diabaikan.
Sejak tahun 2004-2006 tidak ditemukan lagi kasus penyakit polio dan
kasus tetanus neonaturo sebagai bukti nyata keberhasilan program imunisasi.
II | 28
Sedangkan penyakit yang berbasis lingkungan dan sangat dipengaruhi oleh
faktor perilaku seperti diare dapat diturunkan angka kesakitannya dalam tahun
2002 sebesar 16.386 kasus turun menjadi 15.511 kasus pada tahun 2005
atau turun sebesar 5,34 %, serta tidak terdapat angka kematian akibat diare
(Case Fatality Rate = 0 %). Temuan kasus ISPA di sarana kesehatan pada
tahun 2002 sebesar 97% menurun menjadi 94,1% pada tahun 2005.
Menurut data tahun 2007, pelayanan kesehatan di Kabupaten
Sumbawa yaitu terdiri dari : Rumah Sakit Umum Daerah 1 Unit, Puskesmas
15 Unit, Puskesmas Pembantu 83 Unit, Puskesmas Keliling 16 Buah, Jumlah
Posyandu 513, jumlah Polindes ada 66, Rumah Bersalin Swasta 2 Buah, balai
Pengobatan / Klinik ada 2 Buah, Apotek 12 Buah, Toko Obat 17 Buah,
Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) 1 buah, Praktek Dokter Bersama 2 buah
dan Praktek Dokter Perorangan 57 Buah.
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di RSUD, terdiri dari tempat
tidur sebanyak 96 buah dengan Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD yaitu
72.46%, Length of Stay (LOS) RSUD yaitu 3 hari, TOI ada 1.70, Gross Death
Rate (GDR) RSUD Yaitu 5.00, dan Net Death Rate (NDR) RSUD yaitu 3.20.
Indikator Sumber Daya Kesehatan terdiri atas rasio Dokter, Dokter
Spesialis, Dokter Keluarga, Dokter gigi, Apoteker, Bidan, Perawat, Ahli Gizi,
Ahli Sanitasi dan Ahli Kesehatan Masyarakat masing–masing per 100.000
penduduk, dan persentase penduduk yang menjadi Peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) .
Rasio jenis tenaga kesehatan terhadap 100.000 penduduk yang ada di
Kabupaten Sumbawa pada tahun 2007 sebagai berikut :
1. Rasio Dokter per 100.000 penduduk 12.81 meningkat bila dibandingkan
pada tahun 2004 hanya 8.61
2. Rasio Dokter Spesialis terhadap penduduk ada 1.03 per 100.000
penduduk
3. Rasio Dokter gigi terhadap penduduk ada 2.56 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2004 ada 2.42 per 100.000 penduduk
4. Rasio Apoteker terhadap penduduk ada 3.08 per 100.000 penduduk
II | 29
5. Rasio Bidan terhadap penduduk ada 40.49 per 100.000 penduduk. Pada
tahun 2004 ada 38.21 per 100.000 penduduk
6. Rasio Perawat terhadap terhadap penduduk ada 75.60 per 100.000
penduduk
7. Rasio Ahli Gizi terhadap penduduk ada 9.48 per 100.000 penduduk
8. Rasio Ahli Sanitasi terhadap penduduk ada 10.25 per 100.000 penduduk;
9. Rasio Ahli Kesehatan Masyarakat terhadap penduduk ada 5.38 per
100.000 penduduk;
10. Ratio Puskesmas per 10.000 penduduk adalah 0,25, padahal seharusnya
0,33.
Sedangkan mengenai pembangunan sumberdaya manusia yang
ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dengan
memperhatikan indikator kesehatan, indikator pendidikan dan indikator
ekonomi masyarakat berdasarkan perhitungan BPS Nusa Tenggara Barat,
maka IPM Kabupaten Sumbawa mencapai 63,2, berada pada posisi ketiga di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kondisi IPM Provinsi Nusa Tenggara Barat
khususnya untuk Kabupaten Sumbawa pada tahun 2004 dapat dilihat pada
tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. IPM Kab. Sumbawa dan Kabupaten/Kota Lain
di Provinsi NTB Tahun 2004
No. Kabupaten/
Kota
Angka
Harapan
Hidup
Pendi-
dikan
Paritas
Daya
Beli
IPM
(0-100)
Peringkat
IPM
1. Lombok Barat 55,2 60,3 55,5 57,0 8
2. Lombok Tengah 55,8 57,7 57,2 56,9 9
3. Lombok Timur 54,7 64,1 57,3 58,7 7
4. Mataram 64,0 79,9 62,5 68,8 1
5. Sumbawa Barat 56,0 73,6 56,1 61,9 5
6. Sumbawa 56,7 74,4 58,5 63,2 3
7. Dompu 57,7 70,3 59,1 62,3 4
8. Bima 57,3 69,6 53,7 60,2 6
9. Kota Bima 61,2 75,4 53,3 63,5 2
Propinsi NTB 57,3 66,4 58,1 60,6 -
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, 2005.
II | 30
Adapun permasalahan utama yang dihadapi dari aspek pendidikan dan
kesehatan antara lain :
1. Masih rendahnya proporsi guru layak mengajar, baik di SD, SMP maupun
SMA/MA/SMK;
2. Belum meratanya prasarana pendidikan menengah atas di setiap
kecamatan, sedangkan prasarana yang adapun masih belum optimal
dalam menunjang proses belajar dan mengajar;
3. Belum meratanya ketersediaan lembaga-lembaga pendidikan menengah
atas di kecamatan-kecamatan, sehingga ada kecenderungan makin tinggi
tingkat sekolah makin rendah angka partisipasi pendidikannya;
4. Belum meratanya ketersediaan prasarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang memadai di setiap kecamatan, menyebabkan akses
layanan kesehatan bagi masyarakat di daerah-daerah tertentu masih
kurang;
5. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk masih tergolong rendah,
sehingga pelayanan kesehatan belum dapat terlaksana secara optimal;
Sedangkan capaian keberhasilan yang telah dicapai antara lain :
1. Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah daerah telah membangun 2
buah TK Negeri masing-masing 4 ruang kelas, menambah sekolah baru
SD sebanyak 36 sekolah dengan total ruang kelas 676 unit termasuk
ruang perpustakaan, SMP sebanyak 9 sekolah dengan total ruang kelas
72 unit serta perpustakaan 19 unit dan laboratorium 21 unit, sedangkan
untuk SMA telah dibangun 12 sekolah, dan SMK 3 sekolah dengan total
ruang kelas 90 unit, termasuk perpustakaan, serta laboratorium sebanyak
6 unit. Meskipun jumlah tersebut tetap masih belum memenuhi kebutuhan,
namun telah dapat berfungsi dalam rangka meningkatkan kualitas proses
dan hasil-hasil pendidikan;
2. Angka Partisipasi Kasar SD/MI pada Tahun 2005 adalah 108,10, untuk
SMP/MTS 84,99 dan untuk SMA/SMK 48,92. Untuk Angka Partisipasi
II | 31
Murni (APM) SD/MI 93,05; SMP/MTS 63,22 dan untuk SMA/SMK 35,26.
Kondisi jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya;
3. Pada tahun 2004 dan 2005 tidak ditemukan lagi kasus penyakit polio dan
kasus tetanus neonaturo sebagai bukti nyata keberhasilan program
imunisasi. Sedangkan penyakit yang berbasis lingkungan dan sangat
dipengaruhi oleh faktor perilaku seperti diare dapat diturunkan angka
kesakitannya dalam tahun 2002 sebesar 16.386 kasus turun menjadi
15.511 kasus pada tahun 2005 atau turun sebesar 5,34 %, serta tidak
terdapat angka kematian akibat diare (Case Fatality Rate = 0 %). Temuan
kasus ISPA di sarana kesehatan pada tahun 2002 sebesar 97% menurun
menjadi 94,1% pada tahun 2005.
4. Pada tahun 2005, Desa Sebasang Kecamatan Moyo Hulu berhasil meraih
juara I Nasional promosi desa sehat;
5. Angka kesakitan masyarakat pada tahun 2005 adalah 310.763 menurun
8,58% dibanding tahun 2000 yang mencapai 375.275. Angka kematian
bayi mengalami penurunan. Tahun 1999 sebesar 66/1000 kelahiran hidup
menjadi 59,11/1000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Angka ini semakin
mendekati angka nasional yaitu 45/1000 kelahiran hidup, angka kematian
bayi Kabupaten Sumbawa selama kurun waktu 1999-2005 masih lebih
kecil dibandingkan dengan rata-rata angka kematian bayi Propinsi NTB.
6. Pemerintah daerah telah membangun sebanyak 6 puskesmas dengan 18
unit puskesmas pembantu dalam masa sepuluh tahun terakhir, di samping
melakukan rehabilitasi terhadap bangunan yang rusak. Saat ini di
Kabupaten Sumbawa sedang dipersiapkan pembangunan Rumah Sakit
Umum Type B yang akan dilaksanakan secara bertahap;
III | 1
BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
3.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
3.1.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Dengan berbekal kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup yang dimiliki,
Kabupaten Sumbawa dalam 20 tahun mendatang berpeluang menjadi
Kabupaten yang memiliki keunggulan di sektor agribisnis, baik subsektor
tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan kehutanan maupun
perikanan dan kelautan karena didukung oleh luasnya wilayah dan
tingginya potensi alam, serta tersedianya 81 buah sungai yang dapat
dijadikan sumber irigasi, sehingga dapat meraih keunggulan dalam
menghadapi persaingan regional ataupun global terutama dalam
menopang kemandirian daerah sesuai dengan jiwa otonomi daerah.
2. Banyaknya pulau-pulau kecil yang tak berhuni, panjang dan indahnya
pantai yang belum tergarap saat ini, serta adanya bendungan-bendungan
yang luas, memiliki peluang pengembangan usaha termasuk untuk
pariwisata alam yang cukup menjanjikan bagi kabupaten Sumbawa
sepanjang 20 tahun ke depan;
3. Dengan upaya rehabilitasi, konservasi, peningkatan kualitas lingkungan
hidup dan mitigasi bencana alam secara berkesinambungan, serta
berbagai upaya penataan permukiman di wilayah-wilayah rentan bencana
alam, maka Kabupaten Sumbawa dalam 20 tahun mendatang berpeluang
sangat besar menjadi Kabupaten yang bersih dan asri, serta berkurangnya
kerugian akibat bahaya bencana alam;
3.1.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Perubahan iklim global akibat “efek rumah kaca” diprediksi menyebabkan
peristiwa kejadian bencana alam terus meningkat menyebabkan semakin
meningkatnya resiko bagi kehidupan. Disamping itu, dengan semakin
meningkatnya jumlah dan kebutuhan penduduk, menyebabkan eksploitasi
III | 2
sumberdaya alam juga semakin tinggi sehingga membawa resiko pada
menurunnya daya dukung lingkungan.
2. Adanya kecenderungan naiknya permukaan air laut yang disertai
meningkatnya abrasi pantai sehingga dapat menjadi ancaman kelestarian
kawasan pesisir dan keselamatan warga masyarakat yang bermukim di
sepanjang pantai;
3. Pembukaan akses wilayah selatan dengan dibangunnya jalan lingkar
selatan Pulau Sumbawa akan memberikan peluang bagi berkembangnya
aktivitas ekonomi masyarakat namun juga menjadi ancaman bagi
kelestarian kawasan hutan di wilayah tersebut;
3.1.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Sungai di Kabupaten Sumbawa berjumlah 81 buah, secara rata-rata
mempunyai cathment area yang sempit dan lereng yang curam, hanya
ada beberapa sungai yang luas catchment areanya lebih dari 200 Km2.
sungai yang catchment areanya terbesar adalah Sungai “Brang Beh” yang
mengalir ke selatan Lunyuk, luasnya 1.372 Km2. Sempitnya catchment
area atau daerah aliran sungai (DAS) dan karena curamnya lereng
mengakibatkan aliran sungai sangat dipengaruhi oleh besarnya hujan.
Pada waktu ada hujan besar, debit sungai dengan cepat menjadi besar,
tapi begitu hujan selesai aliran sungai dengan cepat menjadi turun,
sehingga pada musim kemarau menjadi relatif kering.
2. Laju kerusakan lingkungan hidup yang masih lebih tinggi dibandingkan
dengan kemampuan pelestariannya, mengakibatkan semakin lama
kualitas lingkungan semakin rendah. Oleh karenanya pembangunan
kabupaten Sumbawa ke depan harus mengantisipasi degradasi
lingkungan hidup dan dampak yang ditimbulkannya;
3. Masih tingginya kerusakan lingkungan hidup di kawasan hulu serta belum
optimalnya penanganan permukiman di lereng-lereng bukit dan sekitar
aliran sungai (pinggir kali), yang dapat ditimpa bencana tanah longsor
ataupun banjir;
III | 3
3.1.4. Analisis Proyeksi Keberhasilan
1. Terbangunnya beberapa bendungan besar / Dam seperti Dam Batu Bulan,
Bendungan Mamak, Bendungan Salante, Bendungan Plara dan
bendungan-bendungan lainnya, diharapkan dapat mengantisipasi musim
kering karena sempitnya cacthmen area DAS di Kabupaten Sumbawa;
2. Dalam dua puluh tahun ke depan, dengan kualitas SDM semakin
meningkat yang mengarah kepada peningkatan kesadaran, sikap mental
dan perilaku masyarakat akan kebersihan lingkungan dan partisipasinya
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, maka akan terwujud
lingkungan yang bersih, sehat dan lestari;
3. Laju kerusakan lingkungan hidup akan dapat ditekan melalui peningkatan
program penyehatan lingkungan, program pengelolaan sumberdaya hutan
berbasis masyarakat, serta meningkatkan penertiban pengelolaan
lingkungan hidup.
4. Terwujudnya kawasan pesisir yang lestari, ditunjang oleh terbangunnya
tanggul-tanggul pemecah ombak dan pengaman pantai terutama di
kawasan pantai berpenghuni;
5. Tergarapnya potensi pulau-pulau kecil terutama pulau yang tak
berpenghuni;
3.1.5. Predeksi Kondisi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
1. Dalam dua puluh tahun ke depan lapisan ozon masih akan menjadi
masalah bagi pemanasan global, sehingga perubahan musim menjadi
tidak teratur, dan akan berdampak terhadap lingkungan hidup, termasuk
pola pertanian yang selama ini sangat tergantung pada kondisi alam;
2. Jumlah penduduk yang makin besar ditunjang dengan meningkatnya
aktivitas ekonomi di bergagai bidang, meningkatnya volume dan intensitas
lalu lintas kendaraan bermotor, sehingga konsekuensinya akan terjadi
polusi udara, polusi air dan tanah dalam 20 tahun mendatang;
3. Berkembangnya teknologi yang ramah lingkungan dan hemat energi,
diharapkan dalam dua puluh tahun ke depan, akan dapat mendukung
upaya pelestarian dan penyehatan lingkungan hidup;
III | 4
3.2. Demografi
3.2.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Mulai bertumbuhnya industri-industri kecil berbasis sumberdaya lokal
secara merata, memberikan peluang kerja dan kesempatan berusaha,
sehingga akan membantu dalam mengatasi masalah pengangguran,
kemiskinan serta konsentrasi penduduk akan lebih merata;
2. Dilakukannya transmigrasi lokal dalam rangka pemerataan penduduk
dengan membuka lahan baru memberikan peluang bagi peningkatan
produksi dan taraf hidup masyarakat;
3. Aksessibilitas masyarakat terhadap perbankan makin terbuka dengan
tersedianya bank-bank di kecamatan, sehingga akan mendukung aktivitas
ekonomi masyarakat yang lebih merata yang akhirnya dapat menghindari
kepadatan penduduk di wilayah-wilayah tertentu;
3.2.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Di era perdagangan bebas, lalu lintas penduduk akan jauh lebih dinamis
sehingga penertiban kependudukan akan semakin rumit;
2. Bila angka kelahiran gagal ditekan, maka pertumbuhan penduduk akan
semakin tinggi yang tidak mampu diimbangi dengan pertumbuhan
kesempatan kerja, sementara usia harapan hidup juga meningkat, maka
disamping penduduk usia tua, banyak pula penduduk usia kerja yang akan
menjadi beban bagi penduduk yang bekerja. Hal ini menjadi ancaman
bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat;
3. Perkembangan IPTEK yang begitu pesat akibat globalisasi bila tidak dapat
diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM, maka akan kalah dalam
bersaing;
III | 5
3.2.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Angka harapan hidup yang cenderung meningkat dan angka kelahiran
yang semakin ditekan akan mengakibatkan struktur demografi akan
bergeser (proporsi penduduk yang berusia tua dan tidak produktif akan
meningkat);
2. Penduduk usia kerja akan semakin meningkat, bila laju peningkatannya
tidak diimbangi dengan laju peluang kerja maka tingkat pengangguran
akan bertambah;
3. Bila pertumbuhan peluang kerja di Kabupaten Sumbawa rendah, maka
tenaga kerja berpendidikan tinggi dan berkualitas asal kabupaten
Sumbawa akan keluar meninggalkan Sumbawa, dan akan menyisakan
tenaga kerja yang tidak berkualitas;
4. Adanya pertumbuhan ekonomi terutama di pusat-pusat pertumbuhan akan
menarik penduduk sehingga konsentrasi penduduk akan meningkat di
kota-kota, dan jika hal ini tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan
dasar penduduk seperti sandang, pangan dan papan, maka kepadatan
penduduk di suatu wilayah tertentu akan menimbulkan permasalahan
sosial;
3.2.4. Analisis Proyeksi Keberhasilan ;
1. Angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan cenderung
menurun didukung oleh semakin tingginya teknologi dan akses pelayanan
kesehatan yang semakin baik;
2. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, dengan bermodalkan wilayah
yang luas dan arus transportasi serta pengelolaan transmigrasi yang
semakin baik dan terintegrasi, serta pengembangan ekonomi berbasis
sumber daya lokal yang semakin merata, maka sebaran penduduk akan
semakin merata pula;
3. Dengan program-program pembangunan yang disusun berdasarkan
kebutuhan daerah dan sesuai dengan ketersediaan kualifikasi angkatan
kerja yang ada, maka dalam dua puluh tahun ke depan dakan dapat
menekan angka pengangguran;
III | 6
3.2.5. Analisis Predeksi Kondisi Demografi
1. Dalam dua puluh tahun ke depan, struktur demografi kabupaten Sumbawa
akan mengalami pergeseran terutama dalam proporsi penduduk berusia
tua yang bertambah, karena angka harapan hidup yang meningkat;
2. Terjadi pergeseran tata ruang wilayah kabupaten Sumbawa,
meningkatnya jumlah penduduk dan makin berkembangnya penggunaan
lahan untuk permukiman;
3. Persaingan yang semakin ketat di masa mendatang menuntut peningkatan
kemampuan SDM dalam penguasaan dan penerapan IPTEK menghadapi
perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan;
3.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam
3.3.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Berkembangnya kawasan kota terpadu mandiri dan kawasan agropolitan
akan menciptakan kutub-kutub pertumbuhan baru, sehingga prasarana
pasar sangat diperlukan;
2. Dijadikannya kabupaten Sumbawa sebagai pusat pembibitan ternak sapi
bali, maka peluang pengembangan potensi peternakan sangat prospektif.
Hal ini ditopang oleh kondisi iklim dan potensi lahan yang cukup luas.
Komoditas peternakan yang menonjol meliputi sapi, kerbau dan kuda.
3. Dengan munculnya kutub pertumbuhan baru seperti kawasan agropolitan
Alas-Utan yang berpusat di wilayah barat kabupaten Sumbawa dan
kawasan Kota Terpadu Mandiri di wilayah timur kabupaten Sumbawa,
maka memberikan peluang untuk berkembangnya perekonomian
sumberdaya lokal;
4. Berproduksinya kawasan Labangka Komplek dengan dijadikannya jagung
sebagai komoditas eksport akan memacu kawasan sekitarnya untuk
berkembang;
5. Potensi wilayah laut di Kabupaten Sumbawa sangat tinggi. Luas areal
potensial untuk penangkapan ikan di Kabupaten Sumbawa (masih
termasuk Kabupaten Sumbawa Barat) meliputi Perairan Pantai seluas
III | 7
677.600 Ha, Perairan Lepas Pantai 900.000 Ha dan ZEE seluas 7.400.000
Ha. Daerah perairan yang memiliki fishing ground yang cukup potensial
yaitu Selat Alas, Teluk Saleh dan Laut Selatan (Samudera Indonesia).
Jenis ikan yang potensial antara lain Cakalang, Tuna, Cucut/Hiu, Nener,
Benur, Teripang, Siput Mutiara, Lobster, Ikan Hias, Cumi-cumi, Kerapu,
Rumput Laut, Kerang-kerangan serta jenis ikan lainnya.
4. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa sebesar 664.239 Ha,
terdiri dari lahan persawahan seluas 42.340 Ha dan lahan bukan
persawahan (lahan kering, tambak, kolam/tebat/empan) seluas 621.898
Ha. Penggunaan lahan persawahan terdiri dari luas lahan persawahan
beririgasi seluas 35.684 Ha, dan lahan persawahan tadah hujan seluas
6.656 Ha. Penggunaan lahan kering yang terbesar berupa tegalan dengan
luas 42.885 Ha, dan lahan perkebunan seluas 28.304 Ha. Sementara
tanah terlantar (tidak diusahakan) mencapai 27.084 Ha. Sisanya
merupakan areal permukiman, padang rumput, hutan rakyat, hutan
Negara dan lahan pertambakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
potensi lahan di Kabupaten Sumbawa masih sangat luas, terutama
menyangkut potensi lahan kering.
5. Tumbuhnya lembaga-lembaga keuangan bank / non bank yang semakin
merata ke kecamatan dan desa memberikan peluang bagi terbukanya
akses permodalan;
6. Berkembangnya kepariwisataan pulau Lombok (di sebelah barat
kabupaten Sumbawa) serta mulai ramainya kunjungan wisatawan manca
negara di kawasan Pantai Maci (ujung timur) wilayah kabupaten Sumbawa
sebagai lokasi olahraga air (selancar) memberikan peluang bagi kawasan
lainnya untuk dikembangkan sebagai lokasi kujungan wisata;
7. Adanya komitmen pemerintah untuk memperkuat pengawasan terhadap
lalu lintas ternak dan pengawasan terhadap lingkungan pesisir
memberikan peluang bagi tetap lestarinya potensi sumberdaya alam
kabupaten Sumbawa, sehingga memungkinkan untuk menjadi salah satu
sektor yang memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah;
III | 8
8. Mulai lancarnya arus lalu lintas penerbangan Bali-Lombok-Sumbawa-Bima
dan NTT dan lalu lintas angkutan darat antar kabupaten – antar provinsi,
memberikan peluang akan kelancaran distribusi barang sehingga
membuka peluang bagi perkembangan perekonomian daerah;
3.3.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Masih lemahnya daya dukung sarana dan prasarana aparatur dalam
menunjang peningkatan kemampuan pengawasan di laut, dan kawasan
hutan sehingga masih sulitnya mengatasi kasus illegal fishing, illegal
loging. Demikian pula dengan kemampuan pengawasan terhadap lalu
lintas ternak dan tingginya angka pemotongan ternak produktif menjadi
ancaman bagi kelestarian populasi ternak besar di kabupaten Sumbawa;
2. Masih seringnya terjadi bencana alam banjir yang merusak kawasan
pertanian. Hal ini akan mengancam produksi pertanian di masa datang;
3. Akses masyarakat terhadap teknologi tepat guna masih sangat rendah.
Hal ini berimplikasi kepada rendahnya produktivitas masyarakat terutama
pada bidang pertanian dan industri kecil.
4. Ancaman kondisi ekonomi global/nasional seperti kebijakan pemerintah
pusat serta pengaruh kenaikan harga-harga BBM, perubahan alokasi
dana, perubahan politik, perdagangan bebas akan menjadi ancaman bagi
perekonomian Kabupaten Sumbawa;
5. Ancaman daya saing yang rendah dari produk lokal dengan
berkembangnya era persaingan global;
6. Masih adanya larangan bagi lalu lintas produk-produk bahan asal ternak
dari Pulau Sumbawa untuk melewati daratan Pulau Bali karena adanya
penyakit Jembrana di Bali menghambat pemasaran produk peternakan
Kabupaten Sumbawa ke Pulau Jawa;
III | 9
3.3.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Masih kentalnya budaya beternak secara ekstensif di tengah-tengah
masyarakat, sehingga dengan adanya pertumbuhan penduduk di masa
datang yang akan mengakibatkan pengalihan pemanfaatan lahan akan
berdampak terhadap berkurangnya lahan untuk beternak;
2. Penguasaan teknologi masyarakat masih belum optimal serta kurangnya
modal usaha, sehingga belum bertumbuhnya industri-industri pengolahan
di Kabupaten Sumbawa, masih akan menjadi masalah bagi upaya
peningkatan nilai tambah produk-produk lokal di Kabupaten Sumbawa;
3.3.4. Proyeksi Keberhasilan
1. Dengan mulai berkembangnya kawasan pertumbuhan baru berbasis
pertanian tanaman pangan dan perkebunan (KTM Labangka), kawasan
peternakan dan perikanan ( Agrobavet- Emparano), serta kawasan
agropolitan Alas-Utan ditunjang dengan semakin baiknya daya dukung
prasarana perhubungan, akses modal dan ketersediaan angkatan kerja,
maka dalam kurun waktu 20 tahun mendatang akan tercipta perekonomian
berbasis kerakyatan dan sumberdaya lokal serta lebih berpihak kepada
usaha kecil dan menengah sehingga akan terwujud kondisi perekonomian
Kabupaten Sumbawa yang stabil dan kuat;
2. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, perkembangan UKM dan industri
pengolahan akan berkembang didukung dengan ketersediaan SDA, SDM,
kelancaran arus perdagaangan serta kerjasama antar daerah secara
terintegrasi akan memberikan kontibusi yang tinggi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa;
3. Banyaknya pulau-pulau kecil yang tak berhuni (35 buah), panjang dan
indahnya pantai yang belum tergarap saat ini, bendungan Batu Bulan yang
luas, serta mulai diliriknya Pantai Maci sebagai obyek wisata selancar oleh
kalangan wisatawan mancanegara, ditunjang dengan perkembangan
pariwisata Bali dan Lombok, maka pengembangan pariwisata alam
Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan
III | 10
semakin baik sehingga dapat memberikan dampak bagi pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Sumbawa;
3.3.5. Analsis Predeksi Kondisi Ekonomi dan Sumberdaya Alam
1. Dalam dua puluh tahun ke depan kondisi perekonomian masyarakat yang
ditunjukkan dengan pendapatan perkapita, kesempatan kerja, investasi
dan daya saing yang semakin tinggi;
2. Dalam dua puluh tahun ke depan kondisi perekonomian masyarakat akan
didominasi oleh sektor industri, jasa-jasa serta sektor pertanian dalam arti
luas;
3. Dalam dua puluh tahun ke depan Kabupaten Sumbawa sudah mampu
mengekspor produk-produk sumberdaya lokal dan sektor pariwisata akan
berkembang;
4. Terjadi pergeseran tata ruang wilayah kabupaten Sumbawa,
meningkatnya jumlah penduduk dan makin berkembangnya penggunaan
lahan untuk permukiman, sehingga lahan pertanian dan peternakan akan
semakin terbatas. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola
pengelolaan usaha dari ekstensif sebagaimana yang dilakukan selama ini
menjadi pola intensif;
3.4. Sosial Budaya dan Politik
3.4.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Mulai meningkatnya kunjungan wisatawan Mancanegara (wisata selancar)
di Pantai Maci ( bagian timur Kabupaten Sumbawa ), didukung oleh
beragamnya permainan rakyat yang menjadi obyek menarik memberikan
peluang bagi pengembangan wisata budaya dan wisata alam di kawasan
wisata lainnya di Kabupaten Sumbawa;
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan,
dengan demikian akan meningkat pula generasi muda yang mengenyam
pendidikan tinggi. Hal ini berdampak pada peningkatan wawasan dan
tanggungjawab moral masyarakat;
3. Tumbuhnya sanggar-sanggar seni budaya di desa-desa dan kecamatan;
III | 11
4. Rendahnya angka kriminalitas menunjukkan kondisi daerah yang dapat
dikatakan aman, memberikan peluang bagi investor dari luar untuk
menanamkan modal dan berusaha di Kabupaten Sumbawa, sehingga
akan dapat membuka peluang kerja dan menekan angka pengangguran di
Kabupaten Sumbawa;
5. Kesadaran politik masyarakat semakin meningkat, yang terlihat dari
banyaknya partai-partai politik, serta tingginya tingkat partisipasi dalam
Pemilu dan Pilkada;
3.4.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Arus informasi di era global disamping memberikan dampak positif juga
memungkinkan untuk terjadinya akulturasi budaya khususnya di kalangan
generasi muda;
2. Meskipun tingkat toleransi beragama dan hidup berdampingan antar suku
dari penduduk Kabupaten Sumbawa dapat dikatakan sangat tinggi, namun
mengingat adanya heterogenitas baik dari segi suku bangsa maupun
keragaman agama yang dianut, maka dengan semakin tingginya populasi
penduduk berarti akan semakin ketat persaingan dan semakin
beragamnya aktivitas masyarakat, sehingga tidak tertutup kemungkinan
dapat terjadinya konflik-konflik yang dapat mengancam kehidupan sosial
kemasyarakatan (SARA) di Kabupaten Sumbawa;
3. Kondisi perpolitikan nasional yang cenderung relatif tidak stabil akan dapat
berdampak terhadap instabilitas politik di daerah;
3.4.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Sifat masyarakat yang relatif terbuka dan belum selaras dengan kualitas
SDM yang memadai, sehingga filter terhadap budaya-budaya luar (asing)
yang menyertai perkembangan teknologi dan arus informasi yang pesat
sukar lagi dibendung, menyebabkan budaya asing yang masuk mulai
teradopsi oleh kalangan generasi muda khususnya termasuk di dalamnya
budaya yang tidak sejalan dengan nilai-nilai moral bangsa dan agama;
III | 12
2. Intensitas kegiatan perekonomian masyarakat yang cenderung meningkat,
didukung dengan semakin majemuknya komposisi penduduk akan
berdampak terhadap kurangnya perhatian masyarakat akan pentingnya
mempertahankan dan mengembangkan budaya lokal / tradisi, sehingga
nilai-nilai lokal akan terkikis; Kondisi akan berdampak pula terhadap pola
hidup dan pandangan masyarakat akan nilai-nilai moral;
3. Peningkatan kesadaran masyarakat belum sepenuhnya membangun
kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga dekadensi moral dan degradasi di kalangan remaja khususnya
akan memudahkan budaya-budaya negatif dari luar untuk berkembang;
4. Belum optimalnya kemampuan aparatur dalam menerapkan prinsip-prinsip
good governance (transparansi, akuntabel dan partisipasi), serta belum
adanya aturan main yang tegas tentang penguatan peran serta sistem
keterlibatan masyarakat sipil baik dalam perencanaan dan penganggaran
maupun dalam proses pembangunan partisipatif;
5. Meningkatnya jumlah pengangguran terdidik akan menjadi masalah bagi
upaya pengentasan kemiskinan di kabupaten Sumbawa;
6. Tantangan terberat dalam membangun aspek politik adalah menjaga
keberlangsungan proses demokrasi dan terus meningkatkan kualitasnya,
Kondisi tersebut akan sulit dipertahankan bilamana pendidikan politik
kurang optimal dilakukan baik oleh pihak pemerintah daerah maupun dari
sistem pengkaderan partai politik, karena bila wawasan politik generasi
muda masih rendah, akan sangat mudah tersulut dengan isu-isu politik
yang tidak bertanggungjawab;
3.4.4. Analisis Proyeksi Keberhasilan
1. Pembangunan budaya diharapkan menghasilkan penghargaan pada nilai-
nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan
rasa cinta tanah air ( nilai persatuan dan kesatuan bangsa ), serta dengan
meningkatnya perhatian pemerintah daerah terhadap bertumbuhnya
sanggar seni budaya, maka dalam 20 tahun mendatang akan dapat
III | 13
terciptanya kreasi-kreasi seni dan budaya daerah yang bersumber dari
nilai-nilai luhur yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Sumbawa;
2. Meningkatnya profesionalitas aparatur, makin meratanya aksessibilitas
masyarakat akan pelayanan publik pemerintah daerah serta meningkatnya
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan
berimbas terhadap terciptanya stabilitas politik dan keamanan sebagai
syarat utama bagi kelancaran pembangunan masyarakat;
3. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, peran swasta dalam
pemberdayaan masyarakat akan meningkat;
4. Melalui pembinaan kehidupan beragama yang makin baik, maka dalam 20
tahun mendatang akan tercipta masyarakat religius yang menjadikan
agama dan pancasila sebagai sumber utama motivasi dalam aktivitas
pembangunan, serta menjunjung tinggi norma-norma hukum yang berlaku;
5. Partisipasi politik masyarakat dan keterlibatan kaum perempuan dalam
kancah politik akan meningkat;
3.4.5. Analisis Predeksi Kondisi Sosial Budaya dan Politik
1. Dalam dua puluh tahun ke depan masyarakat kabupaten Sumbawa akan
lebih majemuk, dan apresiasi terhadap adat istiadat akan mengalami
pengikisan, karena nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang tak
terwariskan secara menyeluruh;
2. Dalam dua puluh tahun ke depan tingkat pendidikan masyarakat semakin
tinggi, tetapi karena persaingan dan tuntutan hidup lebih kompetitif maka
pola hubungan dan nilai-nilai sosial akan bergeser;
3. Dalam dua puluh tahun ke depan kehidupan beragama makin baik dan
kondusif;
4. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, partisipasi dan kemandirian
masyarakat akan memberikan pengaruh dalam menciptakan stabilitas
politik dan demokrasi di Kabupaten Sumbawa;
III | 14
3.5. Prasarana dan Sarana
3.5.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak terhadap meningkatnya
kebutuhan prasarana hunian, hal ini memberi peluang bagi
pengembangan perumahan untuk masyarakat;
2. Dengan telah dibangunnya prasarana jalan dan jembatan untuk membuka
akses kawasan yang selama ini terisolir namun potensial, maka akan
menuntut penyediaan prasarana transportasi, sehingga kawasan potensi
kawasan tersebut berpeluang untuk lebih dikembangkan;
3. Ketersediaan sumber mata air memberikan peluang untuk penyediaan
prasarana pelayanan air bersih PDAM;
4. Tersedianya terminal di masing-masing kecamatan dan terminal induk di
Sumbawa Besar, serta adanya pelabuhan udara “Brang Biji” serta
Pelabuhan laut regional untuk bongkar muat barang (Pelabuhan Badas)
yang ditunjang dengan lancarnya arus transportasi antar kabupaten antar
pulau baik melalui prasarana perhubungan darat, laut dan udara
memberikan peluang bagi pengembangan ekonomi kabupaten Sumbawa;
3.5.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Tidak terprediksinya bencana alam, sangat memungkinkan untuk
menghancurkan prasarana publik terutama jalan, jembatan, prasarana
irigasi dan prasarana lainnya;
2. Mulai lancarnya arus transportasi barang antar kabupaten antar pulau
dengan menggunakan kendaraan berkapasitas tinggi, bila tonase
prasarana jalan tidak ditingkatkan kemampuan jalan tidak sebanding
dengan kapasitas kendaraan yang melaluinya, maka akan terjadi
kerusakan pada prasarana jalan dan jembatan yang ada saat ini;
3. Bila daya dukung pihak swasta khususnya pengembang perumahan
terbatas, maka keterbatasan dana pemerintah daerah dalam penataan
kawasan permukiman akan berdampak terhadap kemungkinan munculnya
kawasan-kawasan kumuh di pusat-pusat kota;
III | 15
3.5.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Topografi wilayah yang berbukit, bergunung dan berlembah curam akan
menjadi masalah dalam membuka akses wilayah terisolir, terutama
kaitannya mahalnya biaya pembangunan infrastruktur sementara
terbatasnya kemampuan anggaran yang ada untuk penyediaan prasarana
perhubungan;
2. Jaringan jalan yang masih relatif sempit dan pendek akan menjadi
masalah di masa depan dikaitkan dengan akan meningkatnya jumlah
kendaraan akibat pertumbuhan penduduk dan intensitas penggunaan
jalan;
3. Kecenderungan untuk memanfaatkan air tanah dalam memenuhi
kebutuhan akan air bersih relatif sangat memungkinkan bagi penduduk di
kota-kota, hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan
masyarakat dikemudian hari;
4. Adanya pengalihan lahan pertanian yang selama ini tergolong subur
namun berlokasi di sekitar kawasan permukiman untuk menjadi perluasan
kawasan permukiman akan dapat berdampak terhadap penurunan
produksi tanaman pangan;
5. Bila jaringan air bersih tidak ditata sejak saat ini, maka daya dukung
sumber air bersih untuk melayani kebutuhan masyarakat yang semakin
tinggi akan menjadi kendala;
6. Dengan pertumbuhan penduduk yang makin tinggi terutama di Sumbawa
Besar, akan terjadi perluasan lahan permukiman, maka dengan lokasi
tempat pembuangan sampah yang ada saat ini akan mengakibatkan
menurunnya derajat kesehatan lingkungan permukiman;
7. Bila penegakan hukum tidak tegas dijalankan, maka berkaitan dengan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah, maka akan tumbuh bangunan-
bangunan pada lokasi-lokasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya;
8. Bila pemerintah daerah tidak mengoptimalkan upaya pasokan listrik pada
desa dan dusun terisolir dan potensial, maka akan menjadi salah satu
kendala bagi tumbuhnya kegiatan perekonomian kawasan tersebut;
III | 16
3.5.4. Analisis Proyeksi Keberhasilan
1. Dalam 20 tahun mendatang, akses bagi desa terisolir akan terbuka
dengan ketersediaan prasarana perhubungan serta terjangkaunya layanan
listrik bagi desa-desa yang sebelumnya tidak terjangkau (14 desa dan 34
dusun);
2. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, layanan terhadap penyediaan air
bersih semakin meningkat;
3. Melalui penegakan RTRW, maka permukiman penduduk dapat tertata rapi,
dan dengan pengelolaan sampah secara terintegrasi maka permasalahan
sampah akan dapat teratasi;
4. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, tercipta manajemen transportasi
yang baik, sehingga prasarana perhubungan dan sarana transportasi
harus mampu mendorong kelancaran arus penumpang, barang dan jasa;
5. Dalam 20 tahun mendatang, ketersediaan prasarana irigasi teknis akan
makin meningkat;
3.5.5. Analisis Predeksi Kondisi Prasarana dan Sarana
1. Dalam dua puluh tahun ke depan tidak ada satupun desa yang tidak
terjangkau layanan listrik;
2. Dengan tetap menerapkan prinsip pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan, maka dua puluh ke depan, aksessibilitas masyarakat akan
pelayanan prasarana publik seperti pasar, pusat-pusat perekonomian,
pendidikan dan pelayanan kesehatan akan semakin mudah terjangkau,
karena didukung oleh jaringan transportasi yang makin tersedia secara
memadai;
3. Investasi swasta dalam penyediaan perumahan akan meningkat, sehingga
penataan permukiman akan semakin baik, hal ini berdampak pada
terwujudnya kawasan yang nyaman dan indah;
4. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi serta meningkatnya
kebutuhan pelayanan publik yang efektif dan efisien, maka jaringan
informasi wireless antar instansi pemerintah harus tersedia;
III | 17
5. Diprediksikan dalam dua puluh tahun ke depan, sampah/limbah rumah
tangga/industri semakin meningkat, perlu tersedianya sistem pengolahan
sampah / limbah yang berbasis teknologi;
6. Berkembangnya kota dan desa akan menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan pertanian yang berada di sekitar permukiman, karena kebutuhan
akan prasarana hunian / rumah semakin meningkat;
3.6. Pemerintahan Umum
3.6.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Diterapkannya UU No. 32/2004 tentang pemerintahan daerah memberikan
peluang dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mengatur
dan mengelola penyelenggaraan pemerintahan sejak perencanaan
pembangunan, dengan demikian terbuka peluang yang besar untuk dapat
menyusun rencana sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat;
2. Tingginya minat masyarakat untuk menjadi pegawai negeri akan semakin
memperketat persaingan dan seleksi, sehingga kualitas SDM aparatur
pemerintahan daerah akan semakin meningkat pula;
3. Peluang mengembangan kapasitas aparatur semakin terbuka dengan
terbukanya kesempatan tugas belajar dan ijin belajar serta banyaknya
tawaran program pelatihan capacity building yang diselenggarakan baik
oleh pemerintah pusat maupun kalangan profesional (lembaga di luar
pemerintahan);
3.6.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Dalam era reformasi, tuntutan akan transparansi, akuntabilitas, dan ruang
partisipasi masyarakat dalam pembangunan semakin menguat, bila
kebijakan pemerintah daerah belum selaras dengan tuntutan tersebut,
dapat menjadi salah satu faktor penekan yang akan mempengaruhi
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di daerah;
2. Makin besarnya beban pembangunan nasional antara lain dengan
banyaknya terjadi bencana alam di berbagai daerah di Indonesia,
III | 18
menyebabkan alokasi anggaran ke daerah dapat semakin berkurang,
sehingga beban pemerintah daerah akan semakin tinggi;
3. Makin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
sistem informasi, sementara percepatan kemampuan aparatur masih
belum optimal dalam penguasaannya akan menghambat akselerasi kinerja
penyelenggaraan pelayanan publik;
4. Ketidaksiapan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif dalam program-
program inovatif dari pemerintah dapat menjadi penghambat bagi
keberhasilan program tersebut;
3.6.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Menguatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang belum
sebanding dengan kesiapan aparatur, ketersediaan sarana dan prasarana
pelayanan untuk memenuhi harapan tersebut dapat menjadi masalah bagi
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah;
2. Belum optimalnya kecamatan dalam menjalankan kewenangan yang telah
dilimpahkan oleh Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
kecamatan;
3. Kualifikasi, profesionalitas dan kompetensi aparatur birokrasi belum
termanfaatkan secara optimal;
4. Belum efektif dan konsistennya perencanaan pembangunan desa
meskipun Alokasi Dana Desa telah dialokasikan berdasarkan karakteristik
desanya;
5. Belum optimalnya penerapan sistem perencanaan pembangunan daerah
dikaitkan dengan proses politik, sehingga masih terjadinya distorsi aspirasi
masyarakat dalam perencanaan pembangunan;
III | 19
3.6.4. Analisis Proyeksi Keberhasilan
1. Bertumbuhnya kegiatan perekonomian masyarakat dan semakin lancarnya
transportasi dalam kabupaten, antar kabupaten dan antar propinsi
berdampak terhadap terbukanya kesempatan investasi yang dapat
mendorong peningkatan pendapatan asli daerah, yang pada akhirnya
akan dapat menunjang terwujudnya kemandirian daerah;
2. Dengan terbentuknya Unit Pelayanan Terpadu, disukung dengan
penempatan aparatur yang memiliki integritas tinggi dalam pelayanan
publik, maka dalam kurun waktu 20 tahun ke depan akan pelayanan publik
akan menjadi lancar dan efisien sehingga setiap urusan masyarakat akan
dapat terlayani secara efektif;
3. Melalui upaya peningkatan kualitas aparatur yang sedang dilaksanakan
saat ini, diharapkan dalam dua puluh tahun ke depan akan tersedia
aparatur pemerintah yang berkualitas;
4. Akses masyarakat terhadap pelayanan pemerintah dalam segala bidang
akan sangat terbuka;
5. Melalui penegakan hukum, pembinaan disiplin aparatur dan peningkatan
kesadaran masyarakat secara terintegrasi, maka supremasi hukum dan
HAM akan semakin tegak;
6. Terwujudnya transparansi, partisipasi masyarakat dan akuntabilitas publik
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
7. Proses pembuatan regulasi dengan semakin meningkatnya partisipasi
pihak-pihak terkait akan menghasilkan peraturan daerah yang baik,
kondisuf dan berterima umum;
3.6.5. Analisis Predeksi Kondisi Pemerintahan
1. Dalam dua puluh tahun ke depan tercipta keselarasan langkah setiap aktor
pembangunan di daerah, dimana pemerintah daerah, masyarakat
termasuk DPRD dan pihak swasta akan saling bersinergi dalam
mewujudkan pembangunan daerah;
2. Meningkatnya efektifitas pelayanan perijinan melalui one stop service;
III | 20
3. Menguatnya peran desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
desa;
4. Melalui sistem institusional yang mantap, kebijakan pemerintah akan
selaras dengan aspirasi masyarakat, sehingga akan mampu
menggerakkan masyarakat dalam berpatisipasi menyukseskan
pembangunan daerah;
5. Potensi-potensi daerah akan dapat termanfaatkan secara optimal untuk
mewujudkan kemandirian daerah;
6. Melalui sistem perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang efektif,
akuntabilitas kinerja pemerintah akan semakin baik, ditunjang dengan
perubahan paradigma loyalitas kepada atasan menjadi loyalitas kepada
masyarakat ;
7. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, organisasi publik semakin
ramping dan kaya fungsi;
8. Dengan semakin terbukanya kesempatan pemerintah daerah untuk
memperoleh alternatif sumber dana pembangunan (sumber lain yang sah)
melalui skema pembiayaan, maka dalam 20 tahun mendatang, masalah
keterbatasan anggaran untuk pelayanan publik akan dapat diatasi;
III | 21
3.7. Pendidikan dan Kesehatan
3.7.1. Analisis Proyeksi Peluang
1. Makin tingginya persaingan dan kebutuhan dunia kerja terhadap SDM
berkualitas akan meningkatkan motivasi masyarakat untuk belajar dan
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi;
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi terutama menyangkut
informasi pendidikan memberikan akses bagi pengembangan inovasi dan
kreativitas anak didik yang akan berdampak positif bagi keberhasilan
pembangunan pendidikan;
3. Terbukanya ruang bagi daerah untuk menerapkan kurikulum muatan lokal
dalam sistem pendidikan nasional memberikan peluang kepada daerah
untuk melakukan inovasi guna mengembangkan kapasitas potensi
sumberdaya lokal sehingga sejak dini di bangku sekolah, anak didik sudah
mengenal kondisi daerahnya secara lebih terstruktur;
4. Meningkatnya peran swasta dalam penyediaan layanan kesehatan melalui
praktik, klinik maupun balai pengobatan/rumah sakit memberikan peluang
bagi makin terbukanya akses terhadap layanan kesehatan masyarakat;
5. Adanya program-program pembangunan kesehatan masyarakat dari
pemerintah pusat dan provinsi akan menunjang keberhasilan program
pemerintah daerah dalam hal penyehatan lingkungan;
3.7.2. Analisis Proyeksi Ancaman
1. Derasnya arus globalisasi dan informasi akan dapat memberikan pengaruh
negatif bagi anak didik;
2. Percepatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global yang
tidak sebanding dengan percepatan peningkatan mutu tenaga pendidik
dapat menyebabkan proses pendidikan kurang dapat memanfaatkan
kemajuan teknologi terbaru;
3. Makin banyaknya ketersediaan obat-obatan yang dijual bebas dan kurang
ketatnya pengawasan peredaran obat-obatan berdampak terhadap
banyaknya peredaran obat palsu dan kadaluarsa memberi peluang
penyalahgunaan obat oleh masyarakat tak bertanggungjawab;
III | 22
3.7.3. Analisis Proyeksi Permasalahan
1. Kurangnya lembaga pendidikan tinggi berkualitas di daerah;
2. Tingginya kebutuhan hidup masyarakat dapat memaksa keluarga-keluarga
miskin untuk lebih memilih mempekerjakan anggota keluarganya yang
masih berusia sekolah dan berhenti sekolah;
3. Mahalnya biaya peningkatan mutu pendidikan yang belum tentu
terjangkau masyarakat, akibatnya hanya kalangan tertentu yang dapat
mengenyam pendidikan pada lembaga pendidikan bermutu;
4. Makin tingginya kompetisi dokter praktik akan menimbulkan persaingan
yang tidak sehat, dan akhirnya berdampak terhadap penggunaan obat-
obatan dengan dosis yang tinggi;
5. Perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatan lingkungan
akan menjadi sumber penyakit;
3.7.4. Analisis Proyeksi Keberhasilan
1. Tersedianya prasarana dan sarana pendidikan yang memadai yang
mampu memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga akan terwujud kualitas proses dan hasil pendidikan
yang semakin baik;
2. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, akan terwujudnya SDM yang
memiliki kapasitas, kapabilitas, kompetensi dan reputasi;
3. Suksesnya program wajib belajar hingga ke perguruan tinggi yang
didukung dengan mutu proses dan mutu hasil pendidikan akan semakin
tinggi;
4. Meningkatnya pembangunan unit pelayanan kesehatan masyarakat
hingga ke desa-desa yang ditunjang dengan perbaikan mutu layanan
kesehatan akan berdampak terhadap meiningkatnya derajat kesehatan
masyarakat;
5. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, IPM Kabupaten Sumbawa akan
mengalami peningkatan, selaras dengan pertumbuhan dan pemerataan
III | 23
ekonomi yang makin baik, derajat kesehatan serta derajat pendidikan yang
semakin tinggi;
3.7.5. Analisis Prediksi Kondisi Pendidikan dan Kesehatan
1. Dalam dua puluh tahun ke depan akan terwujud peningkatan mutu proses
dan mutu hasil pendidikan di Kabupaten Sumbawa;
2. Dalam dua puluh tahun ke depan tingkat pendidikan masyarakat semakin
tinggi, tetapi karena persaingan dan tuntutan hidup lebih kompetitif maka
pola hubungan akan bergeser dari kekerabatan menjadi bernuansa
ekonomi;
3. Dalam dua puluh tahun ke depan kehidupan beragama makin baik
4. Makin tingginya populasi penduduk, maka tak dapat dihindari akan
munculnya kepadatan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga akan
tetap ada kawasan permukiman yang kumuh;
IV| 1
BAB IV
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
4.1. VISI PEMBANGUNAN 2005 - 2025
Rumusan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumbawa
didasarkan dengan mempertimbangkan kondisi, analisis dan prediksi faktor
strategis yang dimiliki daerah dari aspek geomorfologi, lingkungan hidup,
demografi, ekonomi, sumberdaya alam, sosial budaya, politik, prasarana dan
sarana serta pemerintahan. Visi Kabupaten Sumbawa juga merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai luhur yang menggambarkan makna sekaligus
sebagai tujuan hidup masyarakat Sumbawa baik secara individual maupun
secara komunal. Disamping itu, karena pembangunan Kabupaten Sumbawa
adalah bagian dari pembangunan nasional, maka perumusan Visi Kabupaten
Sumbawa juga mempedomani Visi Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Visi
Nasional. Atas pertimbangan itu, rumusan Visi Kabupaten Sumbawa Tahun
2005-2025 adalah :
“Terwujudnya Kabupaten Sumbawa Sebagai Daerah Agribisnis Berdaya
Saing menuju Masyarakat Sejahtera”
Daerah agribisnis berdaya saing merupakan kata kunci visi
pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumbawa. Daerah Agribisnis
adalah daerah yang kegiatan utama masyarakat berbasis pada bisnis
sumberdaya pertanian (dalam arti luas) meliputi kegiatan budidaya,
pascapanen, proses pengolahan dan pemasaran. Daerah agribisnis yang
dituju oleh Kabupaten Sumbawa merupakan proses transformasi kehidupan
masyarakat dari proses produksi untuk pemenuhan kebutuhan sendiri
(subsisten) kearah peningkatan produksi dan nilai tambah yang berorientasi
pasar (market oriented). Produk agribisnis dapat berasal dari tumbuhan,
hewan maupun organisme lainnya dan seiring dengan perkembangan
teknologi, produk agribisnis berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan,
dan penyediaan energi. Aktivitas agribisnis meliputi seluruh rangkaian proses
pengolahan dari hulu hingga hilir dalam pemanfaatan sumberdaya pertanian,
IV| 2
jadi meliputi pengolahan di sektor primer (bahan baku), sekunder (setengah
jadi) dan tersier (barang jadi). Bidang usaha agribisnis meliputi pertanian
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan
kelautan. Berdasarkan kondisi kekinian, perekonomian Kabupaten Sumbawa
bertumpu pada aktivitas agribisnis di sektor primer. Pembangunan jangka
panjang bertujuan mempercepat proses transformasi ke sektor sekunder dan
tersier yang lebih banyak memberikan penciptaan nilai tambah sehingga
mempercepat terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan, yaitu masyarakat
yang beriman, rukun, maju dan sejahtera.
Konsepsi Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar
produktivitas atau efisiensi pada level mikro perusahaan atau individu, namun
mencakup aspek yang lebih luas. Sebagaimana dipahami bahwa pelaku
ekonomi daerah mencakup unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha,
yang kesemuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi daerah yang
sinergis. Kata kunci daya saing adalah kompetisi, yaitu kondisi persaingan
dengan para kompetitor dalam suatu sistem perekonomian yang terbuka.
Tujuan akhir dari kondisi yang berdaya saing adalah meningkatnya taraf
kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tinjauan berbagai literatur mengenai
daya saing disimpulkan bahwa daya saing dalam konteks perekonomian
daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai
pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan
tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (PPSK BI, 2002).
Konsepsi kesejahteraan dalam masyarakat Sumbawa memiliki tiga
dimensi, yakni dimensi kesejahteraan spritual (senap semu), kesejahteraan
sosial (riam remo) dan kesejahteraan ekonomis (nyaman nyawe mura era).
Dimensi kesejahteraan tersebut sejalan dengan visi masyarakat yang hendak
dituju baik dalam lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun Nasional.
Secara lebih lengkap masyarakat sejahtera dalam konsepsi “Senap Semu,
Riam Remo, Nyaman Nyawe Mura Era” sebagai berikut.
Senap semu merupakan dimensi kesejahteraan spritual yaitu situasi
kehidupan masyarakat sejahtera secara spritual, masyarakat yang diliputi oleh
suasana kedamaian dan ketentraman sebagai berkah Allah SWT, Tuhan yang
Maha Esa atas ketaqwaan hamba-Nya dalam menjalankan perintah agama.
IV| 3
Masyarakat yang “Senap Semu” merupakan masyarakat yang memiliki
kesalehan sosial (tauhid sosial) yang tinggi sebagai implikasi perwujudan dari
keimanan yang kuat seorang hamba kepada Sang Khalik (tauhid individu).
Kesejahteraan spritual tersebut juga didukung oleh kesehatan jasmani dan
ruhani. Kondisi tersebut dapat terwujud dari keberhasilan pembangunan
dibidang agama, pendidikan dan kesehatan sehingga membentuk anggota
masyarakat yang sehat secara lahiriah dan batiniah. Karena menyangkut
sikap mental, maka kesejahteraan spritual pada dasarnya adalah masalah
kesejahteraan ruhaniah dalam arti seluas-luasnya yang berhubungan timbal
balik dengan aspek kehidupan lainnya seperti aspek ekonomi, politik, sosial
dan budaya.
Tingkat kesejahteraan daerah juga diukur berdasarkan berbagai
indikator sosial yang pada umumnya berkaitan dengan kualitas sumber daya
manusianya. Suatu daerah dikatakan makin maju apabila makin tinggi tingkat
pendidikan penduduknya, yang tercermin dari semakin tingginya rata-rata
tingkat pendidikan penduduk, tingkat partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga
ahli serta profesional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan, laju
pertumbuhan penduduk yang lebih kecil; angka harapan hidup yang lebih
tinggi; dan kualitas pelayanan sosial yang lebih baik. Secara keseluruhan
kualitas SDM yang makin baik tercermin dari produktivitas yang makin tinggi.
Kesejahteraan suatu daerah tidak hanya dicerminkan dari perkembangan
ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kesejahteraan juga
tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-
pranata, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik, sosial dan spritual-
religius. Secara lebih mendasar lagi, kesejahteraan sesungguhnya
mencerminkan sikap individu, daerah atau bangsa mengenai dirinya,
masyarakatnya, serta semangatnya dalam menghadapi peluang dan
tantangan yang melingkupinya.
Riam remo merupakan dimensi kesejahteraan sosial yaitu gambaran
suasana masyarakat yang penuh dengan kedamaian, persahabatan dan rasa
kekeluargaan dalam menjalankan kehidupannya sebagai warga negara.
Masyarakat yang “Riam Remo” merupakan implikasi dari masyarakat yang
IV| 4
memiliki kesadaran yang tinggi akan hak dan kewajibannya sehingga
berangkat dari kesadaran ini terbentuk keteraturan tatanan sosial. Keteraturan
ini sebagai buah dari keberhasilan pembangunan dibidang hukum, politik,
sosial dan budaya. Selain indikator sosial ekonomi, daerah yang maju juga
ditandai dengan sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang
mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan
aturan. Daerah yang maju juga ditandai oleh peran serta rakyat secara nyata
dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, hukum, sosial,
politik, maupun keamanan dan ketertiban. Dalam aspek politik, daerah yang
maju pada umumnya adalah yang telah memiliki budaya demokrasi,
warganya terjamin hak-haknya, yang terjamin rasa keamanan dan
ketenteraman dalam kehidupannya. Kesejahteraan juga mencerminkan
kondisi kemandirian dalam hubungan saling ketergantungan dalam kehidupan
bermasyarakat, baik masyarakat daerah, regional dan nasional maupun
dalam hubungannya dengan masyarakat internasional. Terlebih lagi dalam
era globalisasi dan perdagangan bebas ketergantungan antar daerah, antar
bangsa semakin kuat. Kemandirian dengan demikian adalah paham yang
proaktif dan bukan reaktif atau defensif. Kemandirian merupakan konsep yang
dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling
ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya,
maupun nilai-nilai yang mendasari dan mempengaruhinya. Dengan demikian
“masyarakat yang Riam Remo” merupakan wujud dari masyarakat yang
rukun.
Nyaman nyawe mura era merupakan dimensi kesejahteraan
ekonomis merupakan gambaran kondisi masyarakat yang berkecukupan.
Berkecukupan mengandung pengertian bahwa ketersediaan dan
pemenuhaan kebutuhan sandang, pangan dan papan telah tersedia dan
terdistribusi secara cukup. Artinya masyarakat “Nyaman Nyawe mura era”
merupakan masyarakat wujud masyarakat yang maju dan sejahtera sebagai
implikasi keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi dengan tingkat
perrtumbuhan yang tinggi dan terdistribusi secara merata. Tingkat
kesejahteraan suatu daerah dapat dinilai berdasarkan berbagai indikator.
IV| 5
Ditinjau secara material-ekonomis, kemajuan dan kemakmuran suatu daerah
tercermin dari tingkat pendapatan dan distribusinya. Tingginya tingkat
pendapatan rata-rata yang diiringi dengan distribusi yang merata pada suatu
daerah, maka dapat dikatakan daerah tersebut makmur, dan dengan
demikian dikatagorikan sebagai daerah yang maju dan sejahtera. Daerah
yang maju juga pada umumnya adalah daerah yang tingkat konstribusi sektor
industri dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat,
baik dilihat dari segi sumbangannya dalam penciptaan Produk Domestik
Regional Bruto maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Selain itu dalam
proses produksi berkembang keterpaduan antar sektor, terutama sektor
industri, sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa; serta pemanfaatan sumber
alam secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan. Lembaga dan
pranata ekonominya telah tersusun dan tertata, dan berfungsi dengan baik,
sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan produktivitas yang
tinggi. Daerah yang maju umumnya adalah daerah yang perekonomiannya
stabil. Gejolak yang bersifat lokal dan regional maupun nasional dapat
diredam oleh ketahanan ekonominya. Daerah yang sejahtera adalah daerah
yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan daerah
lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan
sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus
dibangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci
untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian. Daya saing suatu daerah
tercermin antara lain dari SDM yang berkualitas dan mampu memenuhi
tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya; pembiayaan
pembangunan bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD), yang berarti
sumber pembiayaan pembangunan daerah tidak semata-mata tergantung
dari pembiayaan yang bersumber dari pemerintah pusat, dan kemampuan
memenuhi sendiri kebutuhan pokok daerahnya. Apabila karena SDA tidak lagi
memungkinkan, kelemahan itu diimbangi dengan keunggulan lain, sehingga
tidak membuat ketergantungan dan kerawanan; dan daya tahan tinggi
terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi nasioanl maupun ekonomi
IV| 6
global. Pembangunan Kabupaten Sumbawa bukan hanya untuk mencapai
kesejahteraan untuk kemajuan dan kemandirian, tetapi juga untuk
mewujudkan keadilan. Sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan
sekaligus objek pembangunan, rakyat mempunyai hak baik dalam
melaksanakan maupun dalam menikmati hasil pembangunan. Pembangunan
haruslah dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Oleh karena
itu, masalah keadilan merupakan ciri yang menonjol pula dalam
pembangunan Kabupaten Sumbawa. Keadilan ini harus tercermin pada
semua aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama
dalam meningkatkan taraf hidupnya dan memperoleh lapangan pekerjaan,
mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan, mengemukakan
pendapat dan melaksanakan hak politiknya, serta perlindungan dan
persamaan di depan hukum, tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun baik
antarindividu, gender, dan wilayah. Kesejahteraan juga terkait dengan
terwujudnya kesalehan individu dan sosial dalam kehidupan masyarakat Tana
Samawa. Dengan demikian masyarakat “Nyaman Nyawe mura era”
merupakan masyarakat yang maju dan sejahtera.
Masyarakat yang sejahtera sebagai wujud masyarakat yang dicita-
citakan melalui proses pembangunan yang diselenggarakan dalam kurun
waktu 2005 hingga 2025 didorong melalui melalui pengerahan segala
sumberdaya pembangunan yang dimiliki masyarakat Tana Samawa sesuai
dengan kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman
faktor eksternal yang melingkupinya. Oleh karena itu pilihan perencanaan
pembangunan hingga tahun 2025 diarahkan dan bahkan wajib
difokuskan pada terbentuknya Kabupaten Sumbawa dengan core
competency sebagai daerah agribisnis yang memiliki daya saing di
tingkat regional, nasional dan bahkan internasional.
IV| 7
3.2. MISI PEMBANGUNAN 2005 - 2025
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuh melalui 5
(lima) misi pembangunan Daerah sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat beriman, berbudaya, rukun dan
berkesadaran hukum melalui pembinaan kehidupan beragama
diharapkan terbentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa; memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama;
menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan melaksanakan interaksi
antarbudaya; mematuhi aturan hukum dengan mengembangkan sistem
penjagaan keamanan berbasis pertisipasi masyarakat serta menjalin
koordinasi dan kerjasama yang sinergis dengan aparat keamanan agar
mampu melindungi dan mengayomi masyarakat, mencegah tindak
kejahatan, dan menuntaskan tindak kriminalitas; membangun kapabilitas
Perlindungan Masyarakat dan Satuan Polisi Pamong Praja serta dengan
menggalang partisipasi masyarakat melalui sistem keamamanan
swakarsa. Upaya ini sebagai dasar kuatnya modal sosial pembangunan
daerah dalam rangka rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan
etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan melalui
pemerataan dan peningkatan hasil dan manfaat pembangunan dari segi
pembangunan kewilayahan dan kawasan, ketersediaan pangan,
perumahan dan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan bagi
kelompok masyarakat miskin, dan keadilan gender.
3. Mewujudkan daerah yang berdaya saing melalui pembangunan sumber
daya manusia berkualitas; meningkatnya profesionalisme aparatur untuk
mewujudkan penyelengaraan pemerintahan lokal yang baik dan bersih
(good and clean local governance), pengelolaan keuangan daerah yang
efisien, akuntabel dan transparan; memperkuat perekonomian domestik
berbasis keunggulan komparatif dan kompetitif yang didukung oleh
IV| 8
jaringan infrastruktur perhubungan, pasokan tenaga listik sehingga
mendukung terwujudnya daerah agribisnis unggulan.
4. Mewujudkan daerah yang asri dan lestari dengan memperbaiki
pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga
keseimbangan antara pemanfaatan dan keberlanjutan sumber daya alam
dan lingkungan hidup, dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung dan
kenyamanan dalam kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang,
melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial dan ekonomi, dan upaya konservasi;
pemanfaatan ekonomi SDA dan lingkungan yang berkesinambungan;
pengelolaan SDA dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas
kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan hidup.
5. Mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera melalui pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat secara berkualitas mencakup kebutuhan
pangan, sandang, papan, lapangan kerja, kependudukan, pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan sosial.
V | 1
BAB V
ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Arah kebijakan memuat tentang sasaran pokok pembangunan, arah
pembangunan, tahapan dan agenda prioritas pembangunan jangka panjang
daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2025.
5.1. SASARAN POKOK
Ukuran tercapainya Visi 2005-2025 Kabupaten Sumbawa didasarkan
pencapaian sasaran pokok pembangunan sebagai berikut:
5.1.1. Mewujudkan masyarakat beriman, berbudaya, rukun dan
berkesadaran hukum :
1. Meningkatnya ketaatan masyarakat dalam menjalankan perintah dan
menjauhi larangan agama sehingga terbentuk karakter masyarakat
yang tangguh, kompetitif, dan bermoral tinggi sebagai watak dan
perilaku manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Makin tumbuh dan berkembangnya apresiasi dan peranan nilai-nilai
luhur Tau Samawa dan terjalinnya interaksi antarbudaya dalam
menunjang pembangunan daerah.
3. Meningkatnya kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum yang
ditandai dengan semakin menurunya kasus pelanggaran hukum dan
terciptanya ketentraman dan kerukunan dalam masyarakat sehingga
terwujud perikehidupan masyarakat yang dinamis, aman, tertib, dan
harmonis.
5.1.2. Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan :
1. Tingkat pembangunan yang makin merata diwujudkan dengan semakin
berkurangnya kesenjangan pembangunan antarwilayah.
V | 2
2. Terwujudnya pembangunan kawasan perkotaan dan perdesaan yang
sesuai dengan kebutuhan kehidupan masyarakatnya secara lebih baik,
berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
3. Terwujudnya pengentasan kemiskinan melalui program pemberdayaan
masyarakat dan kemudahan akses pelayanan dasar sehingga dapat
mengurangi kemiskinan (absolut) dibawah 5 persen.
4. Terwujudnya pembangunan yang berwawasan gender yang terlihat
dari semakin meningkatnya keterlibatan perempuan dalam
pembangunan.
5.1.3. Mewujudkan daerah yang berdaya saing :
1. Terwujudnya daerah agrobisnis unggulan sebagai basis pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan ditandai oleh rata-
rata pertumbuhan ekonomi riil diatas 5 persen per tahun.
2. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan
meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks
pembangunan gender (IPG), meningkatnya jumlah wirausahawan baru,
meningkatnya penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna melalui fasilitasi penelitian, pengembangan dan
penerapan menuju inovasi berkelanjutan serta tercapainya penduduk
tumbuh seimbang.
3. Meningkatnya profesionalisme aparatur daerah untuk mewujudkan tata
pemerintahan lokal yang baik, bersih, berwibawa, dan bertanggung
jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan
nasional.
4. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya keuangan daerah yang efisen,
akuntabel dan transparan ditandai oleh semakin meningkatnya
sumber-sumber penerimaan daerah yang diimbangi dengan efisiensi
dan efektivitas belanja daerah dan optimalisasi pembiayaan
pembangunan daerah.
V | 3
5. Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan dan komunikasi
sehingga mampu mengintegrasikan pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan, sentra produksi dan pasar.
6. Terpenuhinya pasokan energi dan kelistrikan di seluruh wilayah
sehingga mampu mendukung aktivitas ekonomi dan kehidupan
masyarakat.
5.1.4. Mewujudkan Kabupaten Sumbawa yang asri dan lestari :
1. Meningkatnya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam
dengan memperhatikan karakteristiknya dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya fungsi, daya
dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam mendukung kualitas
kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari.
2. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya
hayati (biodiversity) untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing
bangsa, serta modal pembangunan daerah.
3. Terkendalikannya pencemaran, kerusakan lingkungan dan potensi
bencana alam yang ditandai dengan adanya instrumen mitigasi
bencana alam.
4. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan bersama.
5.1.5. Mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera :
1. Terwujudnya ketahanan pangan yang ditandai terpenuhi kecukupan
pangan terutama beras bagi penduduk dari hasil produksi sendiri
(swasembada beras) yang diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan
petani. Disamping itu ketahanan pangan juga diikuti oleh peningkatan
kualitas gizi dan kuantitas untuk menjamin pangan yang berkualitas
terjangkau hingga ditingkat rumah tangga.
2. Terpenuhinya kebutuhan sandang yang murah, hunian sehat dan
lingkungan permukiman yang layak bagi seluruh masyarakat.
V | 4
3. Tersedianya lapangan kerja yang semakin luas melalui pembinaan
sektor formal dan informal, hubungan industrial, peningkatan
keterampilan dan produktivitas pekerja sehingga dapat menekan angka
pengangguran terbuka dibawah 4 persen.
4. Terwujudnya keluarga berkualitas melalui program kependudukan dan
pembinaan keluarga yang terencana.
5. Meningkatnya kualitas pendidikan penduduk, yang dicirikan dengan
terbebasnya penduduk dari buta aksara, berhasilnya wajib belajar 12
tahun yang ditandai dengan rata-rata lama sekolah penduduk menjadi
12 tahun, dan ketrampilan lulusan yang sesuai dengan permintaan
pasar kerja.
6. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat yang dicirikan dengan
menurunnya angka kematian bayi, meningkatnya usia harapan hidup,
menurunnya angka kematian ibu melahirkan, dan menurunnya
prevalensi gizi kurang pada anak balita.
7. Meningkatnya upaya-upaya perlindungan dan peningkatan
kesejahteraan sosial.
5.2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Dalam rangka mencapai sasaran pokok pembangunan daerah, maka
arah kebijakan yang ditempuh pemerintah daerah sebagai berikut :
5.2.1. Mewujudkan masyarakat beriman, berbudaya, rukun dan
berkesadaran hukum.
1. Pembangunan Sosial Keagamaan diarahkan untuk:
a. Memantapkan fungsi dan peranan agama sebagai landasan moral
dan etika dalam pembangunan, membina ahlak mulia, memupuk
etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong
dalam mencapai kemajuan dan pembangunan.
b. Meningkatkan fungsi dan peran lembaga dalam mewadahi dan
menumbuhkembangkan aktivitas keagamaan yang mengarah pada
peningkatan amal ibadah.
V | 5
c. Meningkatkan peranan alim ulama dan tokoh agama dalam
pembinaan kehidupan mayarakat sebagai teladan penerapan
akhlak yang mulia.
2. Pembangunan budaya diarahkan untuk:
a. Mengaktualisasikan nilai-nilai luhur Tau Samawa sebagai modal
sosial dalam pembangunan daerah sehingga berkembang sistem
sosial yang berakar dan unik, seperti ila’ / malu, to’ / tahu, balong-
bakalako / baik-bermanfaat, kemeri-kamore / riang-gembira,
saling satingi / saling menghargai dan mendukung, basiru, serta
sikap egaliter dan sportif yang menjadi ciri khas dalam kultur
masyarakat Tana Samawa. Nilai-nilai luhur tersebut dikembangkan
melalui proses transformasi, revitalisasi, dan reaktualisasi sehingga
menciptakan mentalitas manusia yang unggul.
b. Mengembangkan berbagai wujud ekpresi seni dan budaya yang
mendorong berkembangnya budaya kreatif dalam rangka
peningkatan derajat penghidupan dan pengembangan
kepariwisataan daerah.
c. Mengembangkan budaya iptek melalui pengembangan budaya
membaca dan menulis, masyarakat pembelajar, cerdas, kritis, dan
kreatif, pengembangan karya teknologi tepat guna dalam rangka
pengembangan tradisi iptek dan budaya produktif.
d. Terwujudnya budaya politik yang santun dan bermartabat sebagai
dasar pembentukan karakter kepemimpinan politik daerah.
3. Pembangunan kerukunan masyarakat diarahkan untuk:
a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka mewujudkan
terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
b. Memantapkan keamanan masyarakat melalui mekanisme
kepolisian masyarakat, yaitu masyarakat yang turut
V | 6
bertanggungjawab dan berperan aktif dalam penciptaan keamanan
dan ketertiban dalam bentuk kerjasama dan kemitraan dengan
polisi dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
c. Meningkatkan kualitas kelembagaan dan profesionalisme
pamswakarsa melalui penataan organisasi dan fungsi
pamswakarsa, termasuk penyempurnaan seleksi, pendidikan dan
latihan.
4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat diarahkan untuk:
a. Meningkatkan kesadaran dan penghayatan masyarakat terhadap
hak dan kewajibannya sebagai warga negara serta bentuk-bentuk
perilaku merasa memiliki daerahnya dan taat hukum.
b. Meningkatkan akses masyarakat terhadap segala informasi yang
dibutuhkan, pelibatan dalam berbagai proses pengambilan
keputusan pembangunan daerah.
c. Meningkatkan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat
dengan biaya yang terjangkau, proses yang tidak berbelit dan
penetapan putusan yang mencerminkan rasa keadilan masyarakat.
d. Pembangunan hukum dilaksanakan melalui penyempurnaan
mekanisme, materi dan kelengkapan produk hukum daerah yang
ditunjang oleh profesionalitas aparat penegak hukum, sarana dan
prasaran hukum sehingga tercipta kepastian hukum, penegakan
hukum, kesadaran hukum serta pelayanan hukum yang berintikan
keadilan dan kebenaran, ketertiban, dan kesejahteraan dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang makin tertib
dan teratur sehingga penyelenggaraan pembangunan daerah akan
makin lancar.
V | 7
5.2.2. Mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera
1. Pembangunan ketahan pangan diarahkan untuk:
a. Menjaga ketahanan dan swasembada pangan daerah khususnya
swasembada beras dengan mengembangkan kemampuan produksi
dan produktivitas.
b. Memperkuat kelembagaan ketahanan pangan daerah yang mampu
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga
secara kualitas dan kualitas gizi terjaga, aman, dan terjangkau.
c. Mengembangkan sumber-sumber pangan yang beragam sesuai
dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki masyarakat.
2. Pembangunan sandang dan perumahan diarahkan untuk:
a. Menjamin ketersediaan sandang sesuai kebutuhan masyarakat
seiring dengan itu dilakukan pengembangan hasil tenun tradisional
sebagai penguat jati diri masyarakat Tana Samawa.
b. Memfasilitasi pembangunan perumahan yang berkelanjutan,
memadai, layak dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta
didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi
dan berkualitas.
c. Mendorong tumbuh dan berkembangnya inisiatif untuk terwujudnya
lingkungan perumahan yang sehat.
3. Pembangunan lapangan kerja diarahkan untuk:
a. Mendorong terciptanya lapangan kerja sebanyak mungkin baik
disektor formal dan informal melalui penciptaan iklim berusaha yang
kondusif.
b. Meningkatkan hubungan industrial yang harmonis melalui
pembinaan dan perlindungan sehingga dapat menekan terjadinya
kasus perselisihan kerja.
c. Meningkatkan keterampilan dan produktivitas pekerja agar dapat
memiliki daya saing dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
V | 8
4. Pembangunan keluarga dan kependudukan diarahkan untuk:
a. Mewujudkan keluarga berkualitas yang semakin banyak jumlahnya.
b. Mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk menuju
pertumbuhan penduduk yang seimbang.
c. Memperbaiki persebaran penduduk yang lebih merata sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
d. Membangun sistem administrasi kependudukan sebagai instrumen
perlindungan sosial penduduk dan mendukung keperluan
perencanaan pembangunan daerah.
5. Pembangunan pelayanan pendidikan diarahkan untuk:
a. Memantapkan bebas buta aksara sehingga meningkatkan derajat
melek huruf masyarakat.
b. Meningkatkan kualitas dan mutu wajib belajar 12 tahun yang
didukung ketersediaan saran, prasaran, dan tenaga kependidikan
yang memadai.
c. Mewujudkan pendidikan dasar gratis sehingga dapat diakses oleh
anak-anak dari keluarga miskin.
d. Memfasilitasi terjadinya link and match pendidikan dengan
kebutuhan pasar kerja.
6. Pembangunan pelayanan kesehatan diarahkan untuk:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga menurunkan
angka kematian bayi dan ibu melahirkan dibawah rata-rata nasional,
meningkatnya usia harapan hidup diatas rata-rata provinsi, dan
menekan prevalensi gizi kurang balita hingga mendekati nol persen.
b. Meningkatkan upaya promosi perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan tenaga
kesehatan yang sebanding dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat.
V | 9
7. Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan untuk:
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan sosial secara berkualitas bagi
masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
b. Meningkatkan sarana, prasarana dan sumberdaya manusia untuk
menunjang terselenggaranya pelayanan sosial yang memadai.
c. Meningkatkan perlindungan anak dan perempuan sehingga
terbebas dari tindak kekerasan, pelecehan, ekploitasi dan
trafficking.
d. Mengembangkan sistem perlindungan dan jaminan sosial
masyarakat untuk memastikan pemenuhan kebutuhan pelayanan
sosial dasar terutama bagi penduduk miskin.
5.2.3. Mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan
1. Pembangunan wilayah diarahkan untuk:
a. Mempercepat pembangunan dan pertumbuhan kawasan prioritas
yang bertujuan mempercepat pembangunan daerah sekaligus
mengurangi kesejangan pembangunan antarwilayah.
b. Mengembangkan kerjasama antardaerah dalam rangka
menghilangkan kesenjangan daerah perbatasan, terlaksananya
pelayanan publik dan meningkatan nilai perdagangan antardaerah.
c. Mengembangkan wilaya desa tertinggal dan terpencil melalui
pembangunan prasarana dasar, pemberdayaan masyarakat dan
penyediaan pelayanan publik.
d. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang agar sesuai peruntukannya
sebagaimana diatur dalam peraturan Rencana Tata Ruang dan
Wilayah sebagai landasan kebijakan spasial bagi pembangunan
daerah.
e. Memfasilitasi peningkatan pelayanan pertanahan secara murah dan
berkepastian hukum.
2. Pembangunan Kota dan Desa diarahkan untuk :
V | 10
a. Mempercepat terbentuknya kota-kota kecil dan menengah sebagai
drive moving dan pusat jasa.
b. Meningkatkan kemampuan desa sebagai basis produksi sektor
pertanian (dalam artian luas). melalui pengembangan agropolitan,
peningkatan kapasitas SDM, pengembangan jaringan infrastruktur
penunjang, peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga
keuangan, kesempatan kerja dan teknologi, dan pengembangan
social capital dan human capital.
c. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi kota dengan desa.
3. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk:
a. Mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin
terutama ketersediaan pangan, sandang, perumahan, pendidikan
dan kesehatan.
b. Memantapkan program pemberdayaan masyarakat sehingga
membangkitkan kemampuan diri masyarakat miskin untuk terbebas
dari belenggu kemiskinan.
4. Pembangunan gender diarahkan untuk :
a. Memastikan terbukanya kesempatan yang sama bagi perempuan
untuk terlibat aktif dalam pembangunan.
b. Meningkatkan keberpihakan pemerintah dan masyarakat bagi
peningkatan kemampuan perempuan.
c. Meningkatkan perlindungan perempuan dari tindak kekerasan,
eksploitasi, dan diskriminasi.
V | 11
5.2.4. Mewujudkan daerah yang berdaya-saing
1. Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) diarahkan untuk:
a. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sehingga
berada pada posisi tertinggi di tingkat provinsi.
b. Meningkatkan Indeks Pembangunan Gender (IPG)
d. Memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat pendidikan
tinggi, penelitian dan penemu teknologi tepat guna dari masyarakat
Sumbawa.
e. Meningkatan kualitas dan peran serta pemuda dalam berbagai
bidang pembangunan.
f. Meningkatkan budaya olah raga dan prestasi olah raga di kalangan
masyarakat.
g. Memantapkan pengendalian penduduk sehingga tercapai penduduk
tumbuh seimbang.
2. Pembangunan ekonomi daerah diarahkan untuk:
a. Memperkuat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebagai
basis pembangunan agrobisnis.
b. Memfasilitasi terbangunnya keterkaitan sistem produksi,
pengolahan, distribusi, dan perdagangan pada pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi sehingga memperkuat basis pertumbuhan
industri pengolahan yang didukung oleh pertumbuhan sektor
bangunan, pengangkutan dan komunikasi.
c. Mengembangkan kelembagaan ekonomi kerakyatan berupa
koperasi, usaha mikro, kecel dan mengah (KUMKM) dan
memantapkan iklim investasi sehingga mendorong tingginya
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa-jasa lainnya.
d. Mendorong terjadinya multiplayer effect sektor pertambangan
sehingga dapat menjadi mesin pertumbuhan kawasan dan
multisektor.
V | 12
3. Pembangunan profesionalisme aparatur diarahkan untuk:
a. Meningkatkan kemampuan aparatur dalam menjalankan fungsi
public services melalui pelaksanaan pendidikan struktural,
fungsional dan pelatihan teknikal lainnya.
b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan aparatur pemerintahan
daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
sesuai dengan prinsip-pinsip tata pemerintahan yang baik (good
local governance).
c. Meningkatkan budaya kerja, etika birokrasi dan mencegah
terjadinya penyelewenangan jabatan serta terjadinya tindak pidana
korupsi sehingga terwujud pemerintah yang bersih (clean
goverment)
d. Meningkatkan dukungan sarana prasarana pelayanan publik.
4. Pengelolaan sumberdaya keuangan daerah diarahkan untuk :
a. Meningkatkan pengelolaan sumber-sumber penerimaan daerah
melalui penyempurnaan regulasi, pemetaan potensi, peningkatan
realisasi dan penyempurnaan penatausahaan sehingga terwujud
pengelolaan pendapatan daerah yang prefesional, akuntabel dan
transparan.
b. Memantapkan alokasi belanja daerah secara efisien dan efektif
yang diprioritaskan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat, terlaksananya pelayanan publik secara optimal,
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan instrumen
pemerataan.
c. Meningkatkan kemampuan penerimaan pembiayaan daerah melalui
penggalian sumber-sumber pembiayaan dalam dan luar negeri.
d. Memantapkan pengeluaran pembiayaan daerah yang diprioritaskan
untuk menjaga keseimbangan kemampuan fiskal pemerintah
daerah.
V | 13
5. Pembangunan perhubungan dan komunikasi diarahkan untuk:
a. Menciptakan kondisi agar pergerakan orang, barang dan jasa
berjalan aman dan lancar yang didukung oleh tersedianya sarana
dan prasarana perhubungan yang memadai.
b. Menciptakan jaringan pelayanan secara inter dan antarmoda
angkutan.
c. Memfasilitasi peranan swasta dalam pembangunan sarana dan
prasarana komunikasi sehingga akses komunikasi terbuka untuk
semua wilayah potensial.
6. Pembangunan energi dan kelistrikan diarahkan untuk:
a. Memantapkan ketersediaan pasokan bahan bakar minyak (BBM)
sehingga tidak terjadi kelangkaan yang menggangu aktivitas
masyarakat.
b. Mengembangkan kawasan sumber penghasil biofuel.
c. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tenaga listrik melalui
peningkatan kemampuan pasokan listrik PLN dan penyediaan listrik
bagi daerah-daerah tidak terjangkau layanan PLN.
5.2.5. Mewujudkan daerah yang asri dan lestari
1. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam terbarukan
(renewable resources) diarahkan untuk :
a. Meningkatkan pemanfaatan secara optimum yang diimbangi
dengan upaya peremajaan sehingga tercipta keseimbangan antara
ekploitasi dan pelestarian.
b. Meningkatkan upaya rehabilitasi dan pemulihan terhadap sumber
daya yang berada dalam kondisi kritis sehingga mengembalikan
daya dukungnya bagi kehidupan masyarakat. .
c. Meningkatkan upaya memantauan dan pengelolaan lingkungan
bagi ekosistem-ekosistem kritis seperti wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil, kawasan hutan, daerah aliran sungai, dan padang
V | 14
pengembalaan (lar) agar tetap terjaga kelestarian dan kemanfaatan
bagi masyarakat.
d. Meningkatkan konservasi hutan sebagai penyangga kehidupan
disamping fungsi sosial ekonomi bagi sumber kehidupan
masyarakat sekitar hutan.
e. Meningkatkan upaya konservasi mata air, air tanah dan daerah
tangkapan air (catchment area) sehingga tersedia pasokan sumber
air bersih dan pencegahan terjadinya bencana banjir dan
kekeringan.
2. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tidakbarukan
(unrenewable resources) diarahkan untuk :
a. Menjaga pemanfaatannya agar dilakukan secara hemat dan cermat
yang didukung oleh rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang ketat.
b. Meningkatkan nilai tambah ekploitasinya baik yang bersifat forward
lingkages, backward lingkages dan multiplayer effect yang hasilnya
diarahkan pada investasi peningkatan kualitas sumberdaya
manusia (SDM) dan pengembangan sumberdaya alam terbarukan.
c. Memantapkan upaya reklamasi, rehabilitasi dan konversi pada
kawasan bekas tambang.
3. Pengelolaan keragaman sumberdaya hayati (biodiversity)
diarahkan untuk:
d. Meningkatkan pemanfaatannya sebagai sumber bahan pangan,
sandang, papan, obat-obatan dan bioenergi/biofuel untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
e. Meningkatkan upaya perlindungan dan pelestarian melalui
perangkat regulasi, hak paten dan pengembangan kearifan lokal.
f. Memberdayakan institusi sosial dan usaha ekonomi lokal dalam
pelestarian dan pengembangan pemanfaatan sumberdaya hayati.
V | 15
4. Pembangunan mitigasi bencana alam diarahkan untuk:
a. Mengembangkan sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi
informasi secara dini terhadapancaman kerawanan bencana alam
kepada masyarakat.
b. Meningkatkan identifikasi dan pemetaan daerah-daerah rawan
bencana agar dapat diantisipasi secara dini sejak sebelum terjadi.
5. Pembangunan kesadaran lingkungan masyarakat diarahkan
untuk:
g. Mengupayakan kompensasi sebanding dari jasa lingkungan
sehingga berkembang tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia
usaha atas upaya pelestarian lingkungan..
h. Meningkatkan upaya penyadaran, sosialisasi dan pembinaan
kepada masyarakat khususnya generasai muda mengenai
pelestarian lingkungan hidup.
i. Mengembangkan aksi-aksi lokal untuk mengantisipasi dan
mengurangi dampak buruk perubahan iklim global (global climate
change) dan pemanasan global (global warming).
5.3. TAHAPAN DAN PRIORITAS
Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas,
pembangunan jangka panjang daerah membutuhkan tahapan dan skala
prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka
menengah daerah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan
mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa
mengabaikan permasalahan lainnya. Titik tekan skala prioritas dalam setiap
tahunnya dapat sama dapat pula berbeda-beda sesuai urgensi permasalahan
yang dihadapi namun semua itu harus terarah dan berkesinambungan dari
periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan visi pembangunan
jangka panjang.
Setiap sasaran pokok dalam lima misi pembangunan jangka panjang
Kabupaten Sumbawa dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing
V | 16
tahapan. Prioritas masing-masing misi dapat diperas kembali menjadi prioritas
utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi
permasalahan. Atas dasar tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat
disusun sebagai berikut.
5.3.1. RPJM Daerah Kabupaten Sumbawa ke-1 (2005-2010)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberkelanjutan
masa sebelumnya dan pembangunan yang dilaksanakan saat ini, RPJM ke-1
ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kelembagaan pemda dan
pelayanan publik, serta penataan kembali Kabupaten Sumbawa di segala
bidang dengan menekankan upaya pemantapan penyelenggaraan pelayanan
dasar yang menjadi urusan wajib pemerintahan daerah terutama dibidang
infrastruktur pelayanan dasar, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan
pelayanan umum pemerintahan lainnya. Diimbangi dengan penyiapan
pengembangan potensi daerah menuju daerah agribisnis yang berdaya saing
terutama dari aspek sumberdaya manusia, produk unggulan dan infrastruktur
pendukung.
Pada tahap pertama, pembangunan pelayanan dasar diarahkan untuk
mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun serta inisiasi
pengembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang didukung oleh
penyediaan sarana prasarana dan tenaga kependidikan yang memadai. Pada
tahap pertama juga diprioritaskan pada pencapaian Indonesia Sehat 2010
terutama melalui konsolidasi upaya kesehatan masyarakat, promosi kesehatan
dan pemberdayaan kesehatan masyarakat. Upaya pembangunan infrastruktur
dasar wilayah terutama jalan, jembatan, infrastruktur pengairan dan
pengembangan ekonomi lokal sehingga memperlancar aksesibilitas menuju
terwujudnya pusat-pusat pertumbuhan baru. Pelayanan umum pemerintahan
terutama ditujukan untuk pembangunan ketakwaan, kerukunan sosial dan
terlaksananya tata pemerintahan yang baik (good governance).
Pembangunan potensi daerah pada tahap ini ditujukan untuk
menyiapkan landasan bagi pembangunan daerah agribisnis yang berdaya saing
dengan diprioritas utama pada penyiapan kerangka regulasi dan dokumen
V | 17
perencanaan pembangunan daerah agribisnis, peningkatan sumberdaya
manusia dibidang budidaya dan pengolahan pasca panen sumberdaya
agribisnis. Dalam hal pengembangan produk unggulan agribinis, pada tahap
awal ini ditujukan pada ekplorasi, inventarisasi dan identifikasi sumberdaya
agribisnis yang dapat diunggulkan serta penyiapan sarana prasarana budidaya
dan pasca panen. Dibidang infrastruktur pendukung, pada tahap pertama
pembangunan jangka panjang ditujukan pada inisiasi pengembangan kawasan-
kawasan sentra pengembangan agribisnis.
Secara ringkas prioitas utama, indikasi keberhasilan pembangunan
jangka panjang tahap pertama disajikan melalui tabel 4.1. berikut ini.
V | 18
Tabel 4.1. Matrik Prioritas Utama dan Indikasi Keberhasilan RPJMD Ke-1 (2006-2010)
NO URAIAN PELAYANAN DASAR (URUSAN WAJIB) PENGEMBANGAN AGRIBISNIS (URUSAN PILIHAN)
Pendidikan Kesehatan Infrastrukutur
Dasar
Pelayanan Umum
Lainnya
Sumberdaya
Manusia
Produk
Unggulan
Infrastruktur
Pendukung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Program
Prioritas Utama
Perencanaan
dan inisiasi
wajib belajar 9
tahun.
Perencanaan
dan inisiasi
pendidikan anak
usia dini (PAUD)
Perencanaan dan
inisiasi upaya
promosi kesehatan
masyarakat
Perencanaan dan
inisiasi
penyelenggaraan
kesehatan
berbasis
masyarakat
Perencanaan dan
inisiasi
pembangunan
infrastrukur
wilayah pusat-
pusat
pertumbuhan
Perencanaan dan
inisiasi
pembangunan
ketakwaan dan
kerukunan
masyarakat.
Konsolidasi
penyelenggaraan
tata pemerintah-
an
Perencanaan dan
inisiasi
pembangunan
kemampuan budi
daya dan pasca
panen
Perencanaan
dan inisiasi
produk
agribisnis
unggulan
Perencanaan
dan inisiasi
regulasi
pembangunan
kawasan
agribisnis
2 Indikasi
Keberhasilan
Utama
Rata-rata lama
sekolah 9 thn
Terselenggara
nya PAUD di
tiap kecamatan
Penurunan angka
kematian bayi dan
ibu melahirkan.
Penurunan
persentase
penyakit menular
Kesadaran
kesehatan
membaik
Lancarnya
aksesibilitas
pusat-pusat
pertumbuhan
Tumbuhnya
karsa masyarakat
dibidang
keagamaan.
Pemerintahan yg
transparan,
akuntabel, &
partisipasi
Meningkatnya
pengetahuan
budidaya dan
pasca panen
Semakin
meningkatnya
kemampuan
aparatur
Terpilihnya
produk
agribisnis
berdaya
saing
Tersedianya
masterplan
pembangunan
kawasan
agribisnis,
Rintisan
pembangunan
infrastruktur
V | 19
3.4.2. RPJM Daerah Kabupaten Sumbawa ke-2 (2011-2015)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberkelanjutan
RPJM ke -1, RPJM ke-2 ditujukkan untuk lebih memantapkan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah, peningkatan pelayanan dasar
terutama dibidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial dan
infrastruktur dasar wilayah serta pembangunan infrastruktur daerah agribisnis.
Penyelenggaraan pelayanan dasar diprioritaskan dalam rangka
memantapkan suprastruktur pembangunan daerah agribisnis berdaya saing
melalui pemantapan pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar
wilayah yang semakin memadai dan pelayanan umum lainnya yang semakin
baik. Pelayanan pendidikan terutama diprioritaskan pada penuntasan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun dan memulai pengembangan hingga ketingkat
12 tahun. Pelayanan pendidikan tersebut semakin didukung oleh layanan yang
semakin berkualitas dengan biaya pendidikan murah sehingga dapat dijangkau
oleh keluarga miskin. Demikian juga pelayanan kesehatan yang semakin
ditingkatkan melalui ketersediaan sarana dan prasarana yang semakin lengkap
serta dukungan tenaga kesehatan yang profesional. Adapun pembangunan
infrastruktur dasar terus ditingkatkan dengan fasilitas publik yang semakin
lengkap sehingga semakin memperluas aksesibilitas pusat-pusat pertumbuhan
wilayah. Untuk melengkapi pelayanan dasar, kualitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah semakin baik yang didukung oleh semakin berkualitasnya
sistem perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yaitu dari segi
perencanaa, pelaksanaa, motoring dan evaluasi pembangunan.
Adapun pengembangan potensi agribisnis semakin dipertajam melalui
pemantapan kemampuan SDM yang handal dalam perencanaan dan
pengambangan daerah agribisnis, SDM pengelolaan sektor primer dan
sekunder dengan didukung oleh berkembangnya pusat-pusat pendidikan tinggi
serta lembaga research and development (R&D) yang berdampak langsung
pada peningkatan daya saing produk agribisnis daerah. Bersamaan dengan itu,
pemerintah daerah semakin mendorong keterlibatan sektor swasta untuk
mengembangkan industri pengolahan yang didukung oleh regulasi, perizinan
dan iklim investasi yang kondusif. Pada tahap ini kawasan-kawasan agribisnis
V | 20
semakin berkembang pesat atas dukungan infrastruktur pendukung yang
semakin lengkap.
Secara ringkas priritas utama dan indikasi keberhasilan pembangunan
jangka panjang tahap kedua disajikan melalui tabel 4.2. berikut ini.
V | 21
Tabel 4.2. Matrik Prioritas Utama dan Indikasi Keberhasilan RPJMD Ke-2 (2011-2015)
NO URAIAN PELAYANAN DASAR (URUSAN WAJIB) PENGEMBANGAN AGRIBISNIS (URUSAN PILIHAN)
Pendidikan Kesehatan Infrastrukutur
Dasar
Pelayanan Umum
Lainnya
Sumberdaya
Manusia
Produk
Unggulan
Infrastruktur
Pendukung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Program
Prioritas Utama
Penuntasan
wajib belajar 9
tahun.
Insiasi wajar 12
tahun
Pengembangan
pendidikan anak
usia dini
(PAUD).
Pembangunan
promosi kesehatan
masyarakat
Pembangunan
kesehatan
berbasis
masyarakat
Pembangunan
infrastruktur
wilayah di
pusat-pusat
pertumbuha
Pembangunan
Pembangunan
fasilitas publik
pendukung
Pembangunan
keimanan, dan
kerukunan
masyarakat.
Pembangunan
penyelenggaraan
tata pemerintah-
an
Pembangunan
budidaya, pasca
panen dan
mulainya tahap
pengolahan
Pembangunan
pusat pendidikan
tinggi dan
penelitian
Pembanguna
n produk
agribisnis
berdaya
saing
Inisasi
kawasan
industri
pengolahan
Pembangunan
infrastruktur
kawasan
agribisnis
2 Indikasi
Keberhasilan
Utama
lama sekolah
mulai diatas 9
thn.
Berkembangya
kelompok
PAUD di tiap
kecamatan
Angka kematian
bayi dan ibu
semakin menurun
Persentase
penenularan
penyakit semakin
rendah
Kesadaran
kesehatan
semakin
meningkat
Mantapnya
aksesibilitas
pusat-pusat
pertumbuhan
Mulai lengkapnya
fasilitas publik
pendukung
Semakin
berkembangnya
karsa beragama
dan kerukunan
sosial
Pemerintahan yg
Semakin trans-
paran, akuntabel,
& terbuka luas
Partisipasi publik
Masyarakat
semakin
berkembangnya
pengetahuan
produksi
Aparatur semakin
profesional
Tersedianya
SDM terdidik
dibidang
budidaya dan
pasca panen.
Berkembang-
nya produksi
agribisnis
berdaya
saing
Tumbuhnya
industri
pengolahan
Tersedianya
infrastruktur
kawasan
agribisnis
V | 22
3.4.3. RPJM Daerah Kabupaten Sumbawa ke-3 (2016-2020)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberkelanjutan
RPJM ke -2, RPJM ke-3 ditujukkan untuk lebih memantapkan pembangunan
daerah secara menyeluruh dengan penekanan pada pengembangan proses
produksi di sektor sekunder dan tersier yang didukung oleh basis-basis sektor
primer daerah agribisnis yang semakin kokoh. Pada tahap ini mulai
berkembangnya kawasan industri dan sektor jasa yang meningkatkan nilai
tambah bagi perekonomian daerah.
Pada tahap ketiga ini, diharapkan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat
telah memasuki tahap establish. Beban pemerintah berkurang seiring dengan
meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat dan semakin berperannya
sektor swasta dalam memproduksi barang dan jasa secara murah. Walaupun
demikian pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan penyediaan barang
publik (public goods) lainnya yang tidak dapat disediakan secara murah melalui
mekanisme pasar tetap dilakukan pemerintah. Pada tahap ini terus dilakukan
pementapan terhadap program wajib belajar 12 tahun seiring dengan semakin
meningkatnya taraf pendidikan, keterampilan serta semakin link and match-nya
dunia pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja profesional. Pemerintah
daerah dapat memfasilitasi pengembangan pendidikan tinggi dan pusat-pusat
R&D yang menunjang visi daerah agribisnis yang berdaya saing. Taraf
kesehatan semakin baik disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran
akan hidup sehat dan bersih serta semakin primanya pelayanan kesehatan
sehingga semakin meningkatnya angka harapan hidup, semakin menurunnya
angka kematian balita, bayi dan ibu melahirkan, dan semakin rendahnya
penyebaran penyakit menular. Demikian juga penyelenggaraan pelayan umum
lainnya semakin baik sehingga semakin tercipta suasana yang memberikan
kesempatan bagi ketangan ibadah, meningkatnya kerukunan sosial dan semakin
bergairahnya interaksi masyarakat yang penuh kekeluargaan. Seiring dengan
kemajuan tersebut kondisi infrastruktur dasar semakin mantap sehingga
semakin memberikan kenyamanan, keamanan, efisiensi, ekonomis dan
efektivitas dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula kesadaran akan
kelestarian lingkungan hidup semakin baik, pencemaran dapat dikurangi secara
V | 23
signifikan serta proses produksi semakin bersahabat dengan lingkungan karena
didukung oleh teknologi ramah lingkungan.
Pada tahap ketiga ini, pengembangan potensi agribisnis daerah telah
memasuki fase kematangan yang ditandai semakin berkembangnya proses
produksi di sektor sekunder tersier yang didukung oleh basis-basis sektor primer
yang semakin kokoh. Kawasan industri telah berkembang pesat dan semakin
berkembang pada penciptaan nilai tambah melalui sektor perdagangan dan
jasa-jasa lainnya. Produk-produk agribisnis Kabupaten Sumbawa telah
memasuki pasar ekspor regional asia tenggara dan timur tengah. Pesatnya
perkembangan kegiatan agribisnis telah ditunjang oleh ketersediaan infarstruktur
pendukung terutama dalam hal komunikasi, informasi, perdagangan dan
kelistrikan.
Secara ringkas prirotas utama dan indikasi keberhasilan pembangunan
jangka panjang tahap ketiga disajikan melalui tabel 4.3. berikut ini.
V | 24
Tabel 4.3. Matrik Prioritas Utama dan Indikasi Keberhasilan RPJMD Ke-3 (2016-2020)
NO URAIAN PELAYANAN DASAR (URUSAN WAJIB) PENGEMBANGAN AGRIBISNIS (URUSAN PILIHAN)
Pendidikan Kesehatan Infrastrukutur
Dasar
Pelayanan Umum
Lainnya
Sumberdaya
Manusia
Produk
Unggulan
Infrastruktur
Pendukung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Program
Prioritas Utama
Pengembangan
wajib belajar 12
tahun.
Pengembangan
pendidikan anak
usia dini
(PAUD).
fasilitasi
pendidikan
tinggi
Pengembangan
upaya kesehatan
masyarakat
Pengembangan
promosi kesehatan
dan
pemberdayaan
masyarakat
Pengembangan
infrastruktur
wilayah di
pusat-pusat
pertumbuhan
Pengembangan
fasilitas publik
pendukung
Pengembangan
keimanan, dan
kerukunan
masyarakat.
Pengembangan
penyelenggaraan
tata pemerintah-
an
Pengembangan
kemampuan
pengolahan yang
didukung budi-
daya dan pasca-
panen yg mantap
Pengembangan
tenaga pendidik
agribisnis
Pengembang
an produk
agribisnis
berdaya
saing di
sektor
sekunder
Pengembang
an kawasan
industri &
tumbuhnya
perdagangan
agribisnis
Pengembanga
n infrastruktur
kawasan
agribisnis
2 Indikasi
Keberhasilan
Utama
lama sekolah
mulai
mendekati 12
tahun
Pemantapan
kelompok
PAUD hingga
desa
Semakin
berkembang-
nya pendidikan
tinggi
Angka kematian
bayi dan ibu terus
sema-
kin menurun
Persentase
penenularan
penyakit terus
semakin rendah
Kesadaran
kesehatan
semakin
meningkat
Semakin
berkembangnya
pusat-pusat
pertumbuhan
semakin
lengkapnya
fasilitas publik
pendukung
Semakin
berkembangnya
karsa beragama
dan kerukunan
sosial
Pengelolaan
pemerintahan yg
semakin profesional
Berkembangnya
SDM di sektor
industri
pengolahan
Birokrasi semakin
profesional
Berkembang-
nya produk
olahan
agribisnis
berdaya
saing
Berkembang-
nya pengo-
lahan
Berkembang-
nya
infrastruktur
kawasan
agribisnis
V | 25
3.4.3. RPJM Daerah Kabupaten Sumbawa ke-4 (2021-2025)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberkelanjutan
RPJM ke-3, RPJM ke-4 ditujukkan untuk memastikan telah tercapainya
sasaran utama pembangunan daerah agribisnis yang berdaya saing dengan
indikator terbangunnya struktur perekonomian daerah yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif produk agribisnis yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Kelembagaan politik dan hukum telah tercipta yang ditandai dengan
terwujudnya konsolidasi demokrasi yang kokoh di berbagai aspek kehidupan
politikserta supremasi hukum, terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh
masyarakat. Terwujudnya sinergi antara aparat hukum dan masyarakat dalam
bidang keamanan, terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa yang berdasarkan hukum, serta birokrasi yang profesional dan
netrai, terwujudnya masyarakat sipil, masyarakat politik dan masyarakat
ekonomi yang mandiri, serta pelayanan publik yang prima.
Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh makin
tinggi dan meratanya tingkat pendapatan masyarakat, mantapnya sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing, antara lain ditandai oleh
meningkat dan meratanya akses, tingkat kualitas dan relevansi pendidikan
seiring dengan makin efisien dan efektifnya manajemen pelayanan
pendidikan, meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat,
meningktanya kesetaraan gender, serta kesejahteraan dan perlindungan
anak. Sumber daya manusia Kabupaten Sumbawa diharapkan berkarakter
cerdas, tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral yang dicirikan dengan
watak dan perilaku masyarakat yang beragama, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran terhadap
keberagamaan, bergotong royong, dinamis dan berorientasi iptek.
Struktur perekonomian makin maju dan kokoh dengan daya saing
perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antar sektor.
Lembaga perekonomian sudah tersusun, tertata serta berfungsi dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan
V | 26
ditunjang dengan berkembangnya industri ramah lingkungan, kapabilitas dan
reputasi Kabupaten Sumbawa sebagai daerah agribisnis bertaraf nasional.
Secara ringkas prioritas utama dan indikasi keberhasilan pembangunan
jangka panjang tahap ketiga disajikan melalui tabel 4.4. berikut ini.
V | 27
Tabel 4.4. Matrik Prioritas Utama dan Indikasi Keberhasilan RPJMD Ke-4 (2021-2025)
NO URAIAN PELAYANAN DASAR (URUSAN WAJIB) PENGEMBANGAN AGRIBISNIS (URUSAN PILIHAN)
Pendidikan Kesehatan Infrastrukutur
Dasar
Pelayanan Umum
Lainnya
Sumberdaya
Manusia
Produk
Unggulan
Infrastruktur
Pendukung
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Program
Prioritas Utama
Penuntasan
wajib belajar 12
tahun dan
pelembagaan
PAUD
Pengembangan
pendidikan
tinggi
Pemantapan
upaya promosi
kesehatan
masyarakat
Pemantapan
penyelenggaraan
kesehatan
berbasis
masyarakat
Pemantapan
infrastruktur
wilayah di
pusat-pusat
pertumbuhan
Pemantapan
fasilitas publik
pendukung
Pemantapan
tatanan sosial
Pemantapan
penyelenggaraan
tata pemerintah-
an
Pemantapan
SDM profesional
di jasa perdangan
berbasis
agribisnis
Pemantapan
produk
agribisnis
berdaya
saing di
sektor tersier
Pemantapan
kluster
industri &
jasa
perdagangan
agribisnis
Pemantapan
infrastruktur
kawasan
agribisnis
2 Indikasi
Keberhasilan
Utama
lama sekolah
rata-rata 12
tahun
PAUD
swadaya
Pendidikan
tinggi semakin
maju
Angka kematian
bayi dan ibu telah
rendah
Persentase
penenularan
penyakit telah
rendah
Kesadaran
kesehatan sangat
tinggi
Kualitas
infrastruktur
wilayah semakin
baik.
fasilitas publik
pendukung telah
memadai
Tatanan sosial
semakin mantap
Pemerintahan
telah profesional
Semakin banyak
SDM terdidik
disektor primer
dan sekunder
Birokrasi semakin
profesional
Produk jasa
agribisnis
berdaya
saing
Berkembang-
nya kluster
industri dan
kawasan
perdagangan
Semakin
mantapnya
infrastruktur
pendukung
kawasan
agribisnis
VI | 1
BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN
Adapun kaidah dalam pelaksanaan RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa
Tahun 2005-2025 ini sebagai berikut:
1. Segenap stakeholder pembangunan daerah, baik lingkup instansi
pemerintah daerah, pemerintah desa, kalangan dunia usaha maupun
masyarakat umum berkewajiban untuk mempedomani RPJP Daerah
dalam rangka merencanakan pembangunan daerah;
2. RPJP Daerah ini dijabarkan lebih lanjut secara detil dan konsisten kedalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah dan setiap
tahunnya kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah yang
dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel,
partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan dengan memperhatikan
tahapan dan prosedur perencanaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. Rencana pembangunan yang mengacu pada RPJP Daerah ini
dilaksanakan dengan memobilisasi potensi anggaran publik baik yang
bersumber dari pemerintah/pemerintah daerah, dukungan kalangan
swasta dan partisipasi masyarakat.
4. Segenap komponen daerah dapat berperan serta seluas-luasnya dalam
pelaksanaan RPJP Daerah ini dalam aksi-aksinya di lapangan yang
terkoordinasi dan difasilitasi pemerintah daerah.
5. Untuk menjaga konsistensi pelaksanaan RPJP Daerah ini, Kepala Daerah
bertanggungjawab atas pemantauan, evaluasi dan reformulasi
perencanaan sehingga terwujud kondisi yang diinginkan sesuai dengan
visi dan misi pembangunan daerah sebagaimana tertuang dalam RPJP
Daerah ini.
VII | 1
BAB VII
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten
Sumbawa yang memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang
Kabupaten Sumbawa Tahun 2005–2025, merupakan pedoman bagi seluruh
pemangku kepentingan (pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha)
dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, yang selanjutnya akan
dijabarkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah untuk setiap periode lima tahunan selama kurun waktu 2005-2025.
Periodesasi RPJP Daerah dipilih 2005-2025 didasarkan atas amanat
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 khususnya melalui pasal 8 beserta
penjelasanannya. Dengan demikian, RPJP Daerah ini berlaku surut sesuai
tahapan pembangunan yang diatur didalamnya.
Mengingat bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih setiap lima tahun, maka RPJP Daerah ini
juga sekaligus menjadi koridor bagi calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah dalam merumuskan visi, misi dan program pembangunan yang
ditawarkan kepada masyarakat. Sedangkan untuk RPJM Daerah Kabupaten
Sumbawa yang telah berjalan dan penetapannya dilakukan sebelum adanya
Perda RPJP Daerah ini wajib untuk diselaraskan agar sesuai dengan
substansi RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2025..
Keberhasilan implementasi RPJP Daerah yaitu terwujudnya visi jangka
panjang Kabupaten Sumbawa, yaitu “Terwujudnya Kabupaten Sumbawa
Sebagai Daerah Agribisnis Berdaya Saing menuju Masyarakat Sejahtera”
akan sangat tergantung pada konsistensi penjabaran lima tahunnya dalam
RPJM Daerah serta penjabaran tiap tahun dalam RKP Daerah. Semua itu
dapat terlaksana melalui komitmen, integritas dan dedikasi para pimpinan
VII | 2
daerah, partisipasi masyarakat dan dunia usaha, serta dukungan Pemerintah
Provinsi dan Pusat.
Pj. BUPATI SUMBAWA,
MUHAMMAD NUR