Post on 01-Dec-2015
CHAPTER 1 INTRODUCTION TO COST ACCOUNTING
Proses Produksi (Manufacturing Process)
Proses produksi merupakan proses untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi melalui
penggunaan tenaga kerja dan sumber daya lainnya.
Penggunaan Data Akuntansi
☺ Penentuan harga pokok produksi (HPPd) dan penetapan harga
Informasi HPPd per unit dapat bermanfaat bagi pengmabilan keputusan terkait :
1. Penentuan harga jual produk
2. Menghadapi persaingan
3. Kontrak penawaran (tender)
4. Analisis profitabilitas
☺ Perencanaan dan pengendalian
Perencanaan merupakan proses penetapan tujuan perusahaan dan menentukan alat untuk
meraih tujuan tersebut. Akuntansi biaya mempertinggi proses perencanaan dengan
menyediakan historical cost sebagai dasar untuk proyeksi ke depan. Manajemen dapat
menganalisis data ini untuk mengestimasikan cost dan hasil operasi di masa depan, serta
membuat keputusan terkait perolehan fasilitas tambahan, perubahan strategi pemasaran, dan
ketersediaan modal. Perencanaan yang efektif mencakup :
1. Pendefinisian tujuan operasi secara jelas
2. Rencana produksi yang akan membantu dan mengarahkan perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
Pengendalian merupakan proses pengawasan terhadap operasi perusahaan dan menetapkan
apakah tujuan-tujuan yang diidentifikasi dalam proses perencanaan telah tercapai. Pengendalian
yang efektif mencakup :
1. Penugasan tanggung jawab
2. Pengukuran dan pembandingan hasilnya secara periodik
3. Pengambilan tindakan koreksi jika diperlukan
Hubungan antara Akuntansi Biaya dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan fokus pada pengumpulan informasi yang akan digunakan dalam
mempersiapkan laporan keuangan dalam rangka memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan
pengguna eksternal lainnya. Sedangkan akuntansi biaya menyediakan informasi tambahan yang
khusus dibutuhkan oleh manajemen dalam rangka membuat keputusan dari hari ke hari, serta
menyediakan data yang dibutuhkan untuk mempersiapkan laporan keuangan. Misalnya, terkait
keputusan membuat sendiri atau membeli komponen produk tertentu, penilaian persediaan dalam
neraca, dan penentuan harga pokok barang yang terjual dalam Laporan R/L.
Elemen Harga Pokok Produksi
1) Bahan Baku biaya atas bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, melekat pada
produk jadi dan biaya yang dapat ditelusur/diidentifikasi dengan mudah ke HPPd.
2) Tenaga Kerja Langsung upah yang dibayarkan kepada karyawan bagian produksi yang
melakukan proses produksi secara langsung dan biaya yang dapat diidentifikasi dengan
mudah ke HPPd.
3) Overhead Pabrik seluruh biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
Arus Cost
CHAPTER 2 ACCOUNTING FOR MATERIALS
Pengendalian terhadap Bahan Baku
☺ Pengendalian Fisik akses terbatas, pemisahan tugas, akurasi pencatatan
☺ Pengendalian Investasi atas Bahan Baku
1) Order point suatu tingkat persediaan dimana pada tingkat tersebut harus dilakukan
pemesanan kembali untuk menjaga keberlangsungan produksi.
Unsur yang harus dipertimbangkan :
Usage pemakaian barang untuk proses produksi dalam tiap harinya.
Lead time estimasi jangka waktu yang dibutuhkan sejak tanggal terjadinya
pemesanan sampai dengan tanggal kedatangan barang yang dipesan.
Safety stock tingkat unit persediaan tertentu yang harus dimiliki perusahaan
untuk tujuan antisipasi ketika terjadi keterlambatan pengiriman barang yang
dipesan, sehingga proses produksi tidak terganggu jika ada keterlambatan.
Perhitungan Order Point (Lead time x Usage) + Safety stock
Metode ini hanya menentukan pada tingkat persediaan berapa harus dilakukan
pemesanan kembali, tanpa menentukan berapa jumlah unit yang harus dipesan.
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Barang dalam Proses Barang Jadi Harga Pokok Barang
yang Terjual
2) Economic Order Quantity suatu jumlah unit yang paling ekonomis untuk dipesan oleh
perusahaan karena mengkombinasikan biaya atas persediaan (ordering cost dan carrying
cost) pada jumlah yang paling minimal.
Ordering cost biaya yang terjadi dan diakui oleh karena terjadinya pemesanan
barang (contoh : biaya komunikasi, biaya administrasi pemesanan)
Carrying cost biaya yang selalu terjadi, melekat pada persediaan, tidak dapat
dihindari, ketika perusahaan mempunyai persediaan barang (contoh : biaya
penyimpanan/gudang, gaji bagian gudang)
𝐸𝑂𝑄 = 2𝐶𝑁
𝐾
C = ordering cost N = jumlah kebutuhan per tahun K = carrying cost
Prosedur Pengendalian Bahan Baku
☺ Pembelian dan penerimaan bahan baku
☺ Penyimpanan bahan baku
☺ Permintaan dan pemakaian bahan baku
Personel untuk Pengendalian Bahan Baku
1) Petugas bagian pembelian
2) Petugas penerimaan
3) Penjaga gudang
4) Pengawas departemen produksi
Prosedur selama Pemesanan Bahan Baku
Dokumen yang biasa digunakan dalam pemesanan bahan baku, antara lain :
Permintaan pembelian (purchase requisition)
Order pembelian (purchase order)
Faktur pembelian (vendor’s invoice)
Laporan penerimaan (receiving report)
Memo debit dan memo kredit
Akuntansi untuk Bahan Baku
Catatan persediaan harus menunjukkan (1) jumlah bahan baku yang ada (2) cost bahan baku. Untuk
menentukan cost atas bahan baku yang dikeluarkan/dipakai, dapat menggunakan metode : FIFO,
LIFO, atau Average.
Flow of material urutan yang sesungguhnya dimana bahan baku dikeluarkan untuk
digunakan dalam proses produksi
Flow of cost urutan dimana unit cost ditetapkan untuk bahan baku yang dikeluarkan
Jurnal terkait Bahan Baku
Pembelian bahan baku
Persediaan BB xxx
Utang dagang/Kas xxx
Pemakaian bahan baku
Jika hanya bahan baku yang digunakan :
Persediaan BDP xxx
Persediaan BB xxx
Jika bahan baku dan bahan penolong yang digunakan :
Persediaan BDP xxx
BOP xxx
Persediaan bahan xxx
Scrap Material, Spoiled dan Defective Goods
Scrap material barang sisa yang secara alami ditimbulkan dari proses produksi ketika
dijual diakui sebagai “Scrap Revenue” dan dilaporkan dalam “Other Income” atau sebagai
pengurang “Work in Process” atau “Factory Overhead”.
Spoiled goods barang cacat (tidak sempurna) dan secara ekonomis tidak dapat diperbaiki
dibebankan ke “Factory Overhead”
Defective goods barang cacat (tidak sempurna), tetapi secara ekonomis masih dapat
diperbaiki biaya untuk perbaikan dibebankan ke “Factory Overhead” / “Work in Process”
CHAPTER 3 ACCOUNTING FOR LABOR
Direct Labor Cost jumlah upah tenaga kerja yang langsung dapat ditelusur ke produk.
Indirect Labor Cost jumlah upah tenaga kerja yang timbul dari berbagai pekerjaan terkait
proses produksi, tetapi tidak dapat dengan mudah diidentifikasi ke produk.
Perencanaan Upah
Tarif berdasarkan jam kerja (hourly rate plan)
Tarif berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan (piece rate plan)
Modifikasi keduanya
Pengendalian terhadap Biaya Tenaga Kerja
Kartu jam kerja dan time ticket
Departemen penggajian bertanggung jawab untuk menghitung jumlah gaji dan upah
karyawan
Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja
Pengakuan gaji dan upah
Gaji dan Upah 10.000
Utang gaji dan upah 10.000
Distribusi gaji dan upah (jika gaji terdiri dari tenaga kerja langsung dan tidak langsung)
Persediaan BDP 7.000
BOP 3.000
Gaji dan upah 10.000
Masalah Khusus terkait Biaya Tenaga Kerja
Premi shift
Dana pensiun
Bonus
Tunjangan cuti dan libur
CHAPTER 4 ACCOUNTING FOR FACTORY OVERHEAD
Prosedur Akuntansi untuk BOP
1) Mengidentifikasi pola perilaku cost
2) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
3) Mengakumulasikan biaya overhead aktual
4) Mengaplikasikan estimasi biaya overhead pabrik ke produksi
5) Menghitung dan menganalisis selisih antara aktual dan yang diaplikasikan
Identifikasi Pola Perilaku Biaya
Variable cost
cost
volume
Fixed cost
cost
volume
Semivariable cost
cost
volume
Analisis BOP Semivariable
☺ Observation method mengandalkan kemampuan pengamat untuk mendeteksi pola
perilaku cost dengan menelaah data cost dan volume masa lalu.
☺ High-low method berdasarkan perilaku cost pada titik ekstrim (tertinggi dan terendah
volume produksi).
☺ Scattergraph method menggambarkan (memplotting) titik-titik observasi dan kemudian
menggambarkan dengan menghubungkan masing-masing titik yang bersangkutan.
BOP Dianggarkan
Setelah BOP diklasifikasikan ke dalam BOP tetap dan BOP variabel, selanjutnya anggaran BOP
disiapkan untuk tingkat produksi yang diekspektasikan. Pemisahan komponen biaya tetap dan biaya
variabel memungkinkan perusahaan untuk menyiapkan anggaran fleksibel. Anggaran fleksibel
menunjukkan estimasi cost untuk tingkat volume produksi yang berbeda-beda.
BOP Aktual
Prosedur khusus untuk menghitung BOP aktual bergantung pada sifat alami dan organisasi
perusahaan. Seluruh BOP diposting ke buku besar dan dipisahkan ke dalam akun bahan penolong
(indirect material), tenaga kerja tidak langsung (indirect labor), dan untuk tiap biaya produksi tidak
langsung lainnya.
Distribusi Beban Departemen Jasa
Direct distribution mendistribusikan cost departemen jasa secara langsung ke departemen
produksi
Sequential distribution mendistribusikan cost departemen jasa secara regresif ke
departemen jasa lainnya dan kemudian ke departemen produksi
Algebraic distribution didasarkan pada pertimbangan bahwa departemen jasa tidak
sekedar menyediakan jasa, tetapi juga menerima jasa dari departemen jasa lainnya.
Aplikasi BOP ke Produksi
Dasar Penentuan Tarif BOP Ditetapkan Dimuka
Biaya tenaga kerja langsung
Jam tenaga kerja langsung
Jam mesin
Activity based costing (ABC)
Akuntansi untuk BOP
Saat pengakuan biaya penyusutan pabrik
Biaya penyusutan pabrik xxx
Akumulasi penyusutan pabrik xxx
Saat pembebanan BOP
BOP xxx
Biaya penyusutan pabrik xxx
Saat pembebanan BOP ke HPPd
Persediaan BDP xxx
BOP xxx
Chapter 5 JOB COST ACCOUNTING
(sama dengan yang tersaji dalam Manajerial Accounting Garrison Chapter 3)
Chapter 6 PROCESS COST ACCOUNTING – GENERAL PROCEDURES
Perbandingan Basic Cost System
Biaya Bahan, Biaya Tenaga Kerja, dan BOP
Dalam process costing, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dibebankan secara langsungn ke
departemen tempat terjadinya biaya tersebut. Sedangkan biaya bahan penolong dan biaya tenaga
kerja tidak langsung yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan departemen tertentu
akan dibebankan ke BOP. Process costing membutuhkan pencatatan yang lebih sederhana karena
beberapa bahan baku dan tenaga kerja tidak dipisahkan menjadi langsung dan tidak langsung.
Sedangkan BOP ditetapkan dimuka dalam process costing dibebankan ke departemen, bukan ke
tiap job.
Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi dengan Process Costing
Langkah-langkah penyusunan
1) Menyusun laporan produksi (production report) untuk mengidentifikasi unit BDP awal,
unit masuk proses produksi, unit jadi dan ditransfer, dan unit BDP akhir.
2) Menghitung biaya produksi yang diperhitungkan terdiri dari biaya untuk BDP awal dan
biaya untuk periode berjalan
3) Menentukan unit ekuivalen produksi jumlah unit jadi dan ditransfer ditambah dengan
unit BDP akhir dengan tingkat penyelesaian tertentu
4) Menghitung biaya produksi per unit, baik untuk bahan baku, tenaga kerja, dan BOP.
5) Menentukan harga pokok persediaan untuk barang jadi dan BDP akhir.
Ilustrasi Laporan Harga Pokok Produksi
PT Hanny
Laporan Biaya Produksi
Bulan Januari 2010
Biaya diperhitungkan :
BDP awal
BB xxx (a)
BTKL xxx (b)
BOP xxx (c) xxx
Biaya bulan ini
BB xxx (d)
BTKL xxx (e)
BOP xxx (f) xxx
Total biaya diperhitungkan xxx
Unit ekuivalen produksi BB BK
Unit jadi dan ditransfer xxx (g) xxx (h)
Unit BDP akhir (ekuivalen) xxx (i) xxx (j)
Total unit ekuivalen produksi xxx (k) xxx (l)
Biaya produksi per unit
Bahan baku ( a + d ) / k = xxx (m)
Tenaga kerja ( b + e ) / l = xxx (n)
BOP ( c + f ) / l = xxx (o)
Total biaya produksi per unit xxx (p)
Harga pokok persediaan
Unit jadi dan ditransfer (g) x (p) = xxx
Unit BDP akhir
Bahan baku (i) x (m) = xxx
Tenaga kerja (j) x (n) = xxx
BOP (j) x (o) = xxx
HPPd xxx
Chapter 7 PROCESS COST ACCOUNTING – ADDITIONAL PROCEDURES
Unit yang Hilang dalam Produksi
Unit yang hilang biasanya diperlakukan sebagai product cost. Cost atas unit yang hilang
dimasukkan sebagai bagian dari cost seluruh unit jadi dan unit dalam proses. Unit barang menyerap
cost unit yang hilang. Efeknya, cost per unit atas unit yang tersisa lebih besar daripada jika tidak
terjadi kehilangan.
Unit Tambahan yang Diperoleh dalam Produksi
Unit yang bertambahn dalam proses produksi biasanya disebabkan karena penambahan bahan baku
dalam suatu departemen, sehingga untuk departemen selanjutnya, unit yang akan diproduksi
menjadi bertambah. Kenaikan unit ini memiliki efek berlawanan dengan unit yang hilang dan
membutuhkan penyesuaian terhadap unit cost. Perhitungan unit cost yang disesuaikan ini mirip
dengan perhitungan cost untuk unit yang hilang, hanya saja efeknya akan menurunkan unit cost.
Joint Product and By-Product
Produk yang dihasilkan dari proses produksi dibagi menjadi 2 kategori, yaitu :
Joint product tujuan utama dari proses (produk utama)
By product produk sampingan, memiliki nilai relatif lebih kecil daripada joint product.
Akuntansi untuk joint product
Biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead yang terjadi selama proses joint disebut joint cost.
Pemisahan produk dapat diidentifikasi pada split-off point.
Dasar pembagian joint cost ke joint product, antara lain :
Ukuran unit fisik seperti volume, ukuran (size), atau tingkatan
Nilai jual relatif untuk tiap produk
Analisis kimia, teknik, dan lain-lain
Akuntansi untuk by-product
Dalam akuntansi untuk by-product, praktek umumnya adalah tidak membuat alokasi cost
pemrosesan sampai dengan split-off point. Cost yang terjadi sampai dengan poin tersebut
dibebankan ke produk utama. Penjualan atas by-product biasanya diakui sebagai “Miscellaneous
Income”, dan dilaporkan sebagai “Other Income” dalam Laporan R/L.
Chapter 8 STANDARD COST ACCOUNTING – MATERIALS AND LABOR
Jenis Standar
Ideal Standard standar yang tidak mentoleransi kondisi inefficient seperti waktu yang
hilang, barang sisa, atau barang cacat. Standar ini hanya bisa dicapai dalam kondisi operasi
yang paling efisien.
Attainable Standard standar yang mentoleransi kondisi inefficient yang tidak dapat
dieliminasi, seperti waktu yang hilang, barang sisa, atau barang cacat. Standar ini tetap dapat
memotivasi dan meningkatkan efisiensi, tetapi juga layak dan memungkinkan untuk dicapai.
Prosedur Standard Cost
☺ Elemen standard cost terdiri dari bahan baku, tenaga kerja langsung, dan BOP
☺ Standard cost, actual cost, dan selisih diantara keduanya dicatat dalam akun yang tepat
☺ Seluruh selisih dianalisis dan diinvestigasi, dan kemudian diambil tindakan yang tepat
Penentuan Standard Cost untuk Bahan Baku dan Tenaga Kerja
Material standard cost estimasi kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk tiap unit
produk dan cost per unit untuk baha baku yang digunakan.
Labor cost standard estimasi jam tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi tiap
unit produk dan tarif tenaga kerja per unit produk.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan standar untuk bahan baku dan tenaga kerja :
a) Tren harga bahan baku
b) Penggunaan jenis bahan baku yang berbeda sehubungan dengan proses yang baru atau
perkembangan pasar
c) Pengaruh negosiasi tingkat upah tenaga kerja dengan serikat tenaga kerja
d) Kemungkinan penghematan jam tenaga kerja sehubungan dengan penggunaan mesin dan
peralatan lain pendukung proses produksi.
Pencatatan Standard Cost untuk Bahan Baku dan Tenaga Kerja
Selisih bahan baku selisih harga dan selisih kuantitas
Kuantitas aktual x harga aktual
Selisih harga
Kuantitas aktual x harga standar Selisih bersih
Selisih kuantitas
Unit ekuivalen x kuantitas standar x harga standar
Selisih tenaga kerja selisih tarif dan selisih efisiensi jam kerja
Jam aktual x tarif aktual
Selisih tarif
Jam aktual x tarif standar Selisih bersih
Selisih efisiensi
Unit ekuivalen x jam standar x tarif standar
Jurnal terkait Biaya Bahan Baku dna Biaya Tenaga Kerja Langsung
☺ Mencatat biaya bahan baku
Persediaan BDP
Selisih unfavourable
Selisih favourable
Persediaan BB
☺ Mencatat biaya tenaga kerja langsung
Persediaan BDP
Selisih unfavourable
Selisih favourable
Gaji dan Upah
Analisis Selisih bahan baku (unfavourable)
a) Cara pembelian yang tidak efisien
b) Menggunakan bahan baku yang sangat berbeda untuk eksperimen
c) Kenaikan harga pasar
Chapter 9 STANDARD COST ACCOUNTING – FACTORY OVERHEAD
BOP Dianggarkan
Prinsip Anggaran
Manajemen harus menetapkan tujuannya secara jelas
tujuan harus realistis dan memungkinkan untuk diraih
Anggaran harus mempertimbangkan perkembangan ekonomi, iklim bisnis global, kondisi
industri, dan juga menganalisis tren perubahan.
Harus ada rencana yang konsisten untuk dianalisis hasil aktualnya dengan anggaran.
Anggaran harus cukup fleksibel
Tanggung jawab untuk biaya forecasting harus ditetapkan secara jelas
Penyiapan Anggaran Fleksibel untuk BOP
Karena biaya dipengaruhi oleh tingkat produksi, maka langkah pertama adalah menentukan standar
volume produksi. Standard production merupakan volume dimana perhitungan awal biaya
didasarkan. Jenis kapasitas produksi, antara lain :
☺ Kapasitas teoritis jumlah unit maksimal yang dapat diproduksi dengan penggunaan
seluruh fasilitas dan personel yang tersedia secara efisien.
☺ Kapasitas praktek tingkat produksi yang menyediakan penggunaan seluruh fasilitas dan
personel, tetapi masih mentoleransi waktu menganggur (idle time) terkait gangguan operasi.
☺ Kapasitas normal tingkat produksi yang akan memenuhi kebutuhan normal atas
permintaan penjualan selama satu periode.
Analisis Selisih Dua Metode
Volume variance
Selisih antara denominator (dasar pembebanan BOP) menurut standar dengan denominator
aktual pada tarif BOP standar. Misal donominatornya adalah jam kerja langsung, maka :
Controllable variance (selisih anggaran)
Selisih antara jumlah BOP standar pada kapasitas yang sesungguhnya dengan jumlah BOP
aktual yang terjadi dan diakui dalam satu periode tertentu.
Perhitungan BOP standar pada kapasitas aktual :
BOP variable = unit ekuivalen x jam aktual x tarif BOP aktual = xxx
BOP tetap = unit akuivalen x jam standar x tarif BOP standar = (xx)
xxx
Selisih volume BOP = (Jam aktual – Jam standar) x tarif BOP
standar
Selisih anggaran BOP = BOP standar pada kapasitas aktual – BOP aktual
Chapter 10 COST ANALYSIS FOR MANAGEMENT DECISION MAKING
Direct Costing (Variable Costing) dan Absorption Costing (Full Costing)
Direct costing HPPd terdiri dari cost yang berhubungan langsung dengan volume
(variable cost), yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung, dan BOP variabel. Dalam metode
ini, BOP tetap diklasifikasikan sebagai period cost.
Absorption costing HPPd terdiri dari variable cost dan fixed cost, yaitu bahan baku,
tenaga kerja lngsung, BOP variabel, dan BOP tetap. Dalam metode ini, BOP tetap
diperlakukan sebagai product cost.
Ilustrasi Variable Costing dan Full Costing
BB = $ 2/unit
BTKL = $ 4/unit
BOP Variabel = $ 1/unit
BOP Tetap = $ 30.000
Harga Jual = $ 20/unit
Unit produksi = 6.000 unit
Unit terjual = 5.000 unit
Persediaan awal = 0
Biaya operasional variabel = $ 3/unit
Biaya operasional tetap = $ 10.000
Full Costing Variable Costing
Bahan Baku = 2
Tenaga kerja langsung = 4
BOP variabel = 1
BOP tetap = 5 30.000 : 6.000
HPPd/unit = 12
Laporan R/L
Penjualan 100.000
HPP
Persediaan awal 0
HPPd 72.000
BTUD 72.000
Persediaan akhir (12.000)
HPP (60.000)
Laba kotor 40.000
Beban operasional
B.operasional variabel (15.000)
B.operasional tetap (10.000)
Laba Bersih 15.000
Bahan Baku = 2
Tenaga kerja langsung = 4
BOP variabel = 1
HPPd/unit = 7
Laporan R/L
Penjualan 100.000
Beban variabel
Persediaan awal 0
HPPd 42.000
BTUD 42.000
Persediaan akhir (7.000)
HPP variabel (35.000)
B.operasional variabel (15.000)
Total beban variabel (50.000)
Margin Kontribusi 50.000
Beban tetap
BOP tetap (30.000)
B.operasional tetap (10.000)
Laba Bersih 10.000
Kelebihan Variable/Direct Costing
Lebih mudah dipahami terkait data biaya, volume, pendapatan, dan laba karena menyajikan
penekanan pada hubungan diantara penjualan dan biaya produksi variable yang berbanding
lurus dengan penjualan.
Membantu perencanaan manajemen, karena menyajikan gambaran yang jelas tentang
bagaimana perubahan dalam volume produksi mempengaruhi biaya dan laba.
Kelemahan Variable/Direct Costing
Direct costing merupakan metode inventory costing yang tidak berterima umum untuk
tujuan pelaporan eksternal.
Walaupun telah menggunakan teknik statistik untuk memisahkan biaya variabel dan biaya
tetap, namun hasilnya masih tetap mungkin mengandung kesalahan (error).
Karena persediaan tidak mencerminkan total biaya produksi, maka direct costing tidak
menyajikan penilaian yang realistis.
Pelaporan Tersegmen untuk Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas segmen mensyaratkan seluruh biaya diklasifikasikan ke dalam : direct
(traceable) cost atau indirect (nontraceable) cost. Direct cost merupakan biaya yang dapat ditelusur
secara langsung ke segmen yang dianalisis. Sedangkan indirect cost merupakan biaya yang tidak
dapat diidentifikasi/ditelusur secara langsung ke segmen. Indirect cost dalam analisis segmen
dikenal sebagai common cost.
Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis
Analisis CVP merupakan suatu teknik yang menggunakan tingkat variabilitas cost untuk mengukur
pengaruh perubahan volume dalam menghasilkan laba.
Contribution Margin Ratio and Margin of Safety
Contribution margin merupakan selisih antara harga jual dengan biaya variabel yang
menggambarkan besarnya kontribusi atas penjualan yang terjadi untuk menutup biaya tetap.
Contribution margin ratio merupakan perbandingan/proporsi diantara contribution margin dengan
penjualan yang menggambarkan besarnya bagian penjualan yang menjadi bagian margin
kontribusinya.
Break Even Analysis
CM = Sales revenue – Variable cost
𝐶𝑀𝑅 = 𝐶𝑀
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 𝑥 100%
Titik awal analisis CVP adalah penentuan break even point (BEP) perusahaan. BEP didefinisikan
sebagai suatu titik dimana pendapatan dari penjualan cukup untuk menutup seluruh biaya untuk
memproduksi dan menjual produk, tetapi tidak ada laba yang dihasilkan.
Pendekatan untuk menentukan BEP
Pendekatan persamaan
Pendekatan margin kontribusi
BEP (unit) = Fixed Cost
CM/unit
BEP (Rp) = Fixed Cost
CMR
Margin of safety
Margin of safety mengindikasikan jumlah dimana penjualan dapat menurun sebelum perusahaan
akan mengalami kerugian (batas penurunan jumlah penjualan).
Sales revenue = Fixed cost + Variable cost
𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝐵𝐸𝑃 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠