TA RMK SAP9
-
Upload
yuli-sudiartini -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
description
Transcript of TA RMK SAP9
9.1 PSAK 14 : PERSEDIAAN
9.1.1 Tujuan
Tujuan dari PSAK No 14 ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya
yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai
pendapatan diakui. Pernyataan ini menyediakan dalam menentukan biaya, pengakuan biaya,
nilai realisasi neto dan rumus biaya.
9.1.2 Ruang Lingkup
1. Pernyataan ini diterapkan untuk semua persediaan kecuali:
a. Pekerjaan yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk dalam kontrak jasa yang
terkait langsung (PSAK 34: Kontrak Konstruksi)
b. Instrumen Keuangan (PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)
2. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh:
a. Produsen produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan mineral
produk mineral, sepanjang persediaan tersebut diukur pada nilai realisasi neto sesuai
dengan praktik dalam industri tersebut. Jika persediaan diukur dalam nilai realisasi
neto, maka perubahan nilai tersebut diakui dalam laba rugi dalam periode terjadinya.
b. Pialang pedagang komoditi yang mengukur persediannya pada nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual. Jika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual, maka perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui
dalam laba rugi pada periode terjadinya.
3. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
a. Persediaan adalah aset:
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa
b. Nilai realisasi neto
Adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya
penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
c. Nilai wajar
Adalah jumlah suatu aset dipertukarkan, atau liabilitas diselesaikan, antara pihak-
pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
yang wajar.
9.1.3 Pengukuran Persediaan
Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih
rendah.
1. Biaya Persediaan
Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain
yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
dijual atau dipakai (present location and condition)
2. Biaya Pembelian
Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang
dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.
3. Biaya Konversi
Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis
overhead produksi tetap dan variable. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi
tidak langsung yang relatif konstan tanpa memperhatikan volume produksi yang
dihasilkan. Overhead produksi variable adalah biaya produksi tidak langsung yang
berubah secara langsung mengikuti perubahan volume produksi. Pengalokasian
overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas
produksi normal. Overhead produksi variable dialokasikan pada unit produksi atas
dasar penggunaan aktual fasilitas produksi.
4. Biaya yang dikeluarkan dari persediaan
Hanya dimasukkan agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Contoh
biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam
periode terjadinya adalah:
a. Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak
normal
b. Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya
c. Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini
d. Biaya penjualan
5. Teknik Pengukuran Biaya
Metode biaya standar atau metode eceran atau metode laba kotor, demi kemudahan
dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar harus di review yang
mana memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga
kerja, efisiensi dan utilitas kapasitas. Metode eceran seringkali digunakan dalam
industri eceran untuk mengukur persediaan yang variasinya demikian banyak dan
cepat berubah, serta memiliki marjin yang sehingga tidak praktis menggunakan
metode penetapan biaya lainnya. Metode eceran (retail) dapat digunakan bila hasilnya
mendekati biaya historis.
6. Rumus Biaya
Biaya persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain dan
barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan
berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Biaya persediaan,
kecuali yang ditulis dalam paragraf sebelumnya, harus dihitung dengan menggunakan
rumus biaya masuk pertama keluar pertama (FIFO) atau rata-rata tertimbang. Entitas
menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat
dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang
berbeda, rumus biaya yang berbeda diperkenankan. Formula FIFO mengasumsikan
unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu
sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau
diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap unit
ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal
periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode.
7. Nilai Realisasi Bersih
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal
dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk
dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali,
atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga
mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang
sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan
digunakan dalam proses produksi.
9.1.4 Pengakuan Sebagai Beban
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat prsediaan tersebut diakui sebagai beban
pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan
dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto. Diakui
sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan
tersebut. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.
9.1.5 Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus
biaya yang digunakan
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai
bagi entitas
3. Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban dalam periode berjalan
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan
7. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan
8. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas
Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang
diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang
bersangkutan. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban
untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama
dengan perubahan jumlah neto persediaan pada periode tersebut.
9.2 PSAK 16 : ASET TETAP
9.2.1 Pengertian Aset Tetap
Aset tetap seringkali merupakan komponen yang signifikan dalam Neraca
Perusahaan. Aset Tetap bersifat tangible dan digunakan dalam jangka panjang.
Dalam PSAK 16 definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasarkan definisi di atas, pengertian aset tetap mencakup :
1. Tujuan penggunaan
2. Lama digunakan.
9.2.2 Pengakuan
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke entitas
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai
persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang
utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan
akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku
cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap
tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.
Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap. Oleh
karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang sesuai dengan
kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara
individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria atas
nilai agregrat tersebut.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk
memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti, atau memperbaikinya.
Kriteria pengakuan
untuk :Biaya Perolehan Awal
Biaya setelah
Perolehan Awal
Lama Kriteria
Berbeda
Besar kemungkinan
manfaat ekonomis di
masa depan berkenaan
dengan aset tersebut
kan mengalir ke entitas
Biaya perolehan aset
dapat diukur secara
andal.
Menambah masa
manfaat
Menambah kapasitas
Sekarang Kriteria Sama Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa
depan berkenaan dengan aset tersebut kan
mengalir ke entitas
Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
Biaya yang tidak memenuhi kriteria masuk ke laporan laba rugi
9.2.3 Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
1. Purchase Price Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
2. Directly Attributable Cost, biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung
untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Contoh biaya yang dapat
didistribusikan secara langsung adalah:
a. Biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK 24 (revisi 2010) : Imbalan
Kerja yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap
b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c. Biaya handling dan penyerahan awal
d. Biaya perakitan dan instalasi
e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil
bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut
(misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji)
f. komisi profesional.
3. Dismantling Cost
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul
a. Ketika aset tersebut diperoleh
b. Karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan
selain untuk menghasilkan persediaan.
Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:
a. Biaya pembukaan fasilitas baru
b. Biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi)
c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru
(termasuk biaya pelatihan staf)
d. Administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan
ketika aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan aset
tidak dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai contoh, biaya-biaya berikut
ini tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:
1. Biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan
intensi manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas
penuhnya;
2. Kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih
rendah; dan
3. Biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.
9.2.4 Pengukuran Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit
normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga
selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya
Pinjaman.
Biaya perolehan aset tetap dari suatu pertukaran diukur sebesar nilai wajar kecuali:
Commercial SubstanceTransaksi pertukaran tidak
memiliki substansi komersial, atau
Fair Value of Exchanged AssetNilai wajar aset yang diterima dan
diserahkantidak dapat diukur secara andal
Aset yang diperoleh diukur dengan cara seperti di atas bahkan jika entitas tidak
dapat dengan segera menghentikan pengakuan asset yang diserahkan. Jika aset
yang diperoleh tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya
diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
Entitas menentukan apakah suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial
atau tidak dengan mempertimbangkan sejauh mana arus kas masa depan diharapkan dapat
berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut. Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi
komersial jika:
1. konfigurasi (contohnya risiko, waktu, dan jumlah) arus kas atas asset yang diterima
berbeda dari konfigurasi dari aset yang diserahkan
2. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh perubahan
transaksi sebagai akibat dari pertukaran
3. selisih di (a) atau (b) adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari asset yang
dipertukarkan.
Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi
komersial, nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi
mencerminkan arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas
melakukan perhitungan lebih rinci.
Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang
sejenis, jika:
1. variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal (wajar) untuk asset tersebut
tidak signifikan
2. probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara
rasional dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima
atau diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.
9.2.5 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya
dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
1. Model Biaya (Cost Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2. Model Revaluasi (Revaluation Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan.
9.2.6 Nilai Wajar
Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar
(arm’s length transaction). Bukan nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam
suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan
keuangan.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar (arm’s length transaction).
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai karena sifat aset yang
khusus dan jarang diperjualbelikan, maka entitas perlu mengestimasi nilai wajar
menggunakan pendekatan penghasilan atau ndepreciated replacement cost.
9.2.6.1 Penentuan Nilai Wajar
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan
oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik
dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada
pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang
khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan,
maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan
atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach).
9.2.6.2 Frekuensi Penilaian
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu asset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa asset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara
tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar
tidak signifikan. Namun demikian, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau
lima tahun sekali.
9.2.6.3 Revaluation Model
Revaluasi harus dilakukan secara regular untuk memastikan jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Jika suatu aset tetap
direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah
satu cara berikut ini:
1. disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto
aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah
revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara
memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
2. dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini
sering digunakan untuk bangunan.
3. Surplus revaluasi yang disajikan di ekuitas dapat dipindahkan langsung ke sado laba
pada saat aset tersebut dihentikan penggunaannya.
4. Namun, pemindahan ke saldo laba dapat dilakukan seiring dengan penggunaan aset
oleh entitas. (partially realized)
5. Dipindahkan sebesar perbedaan penyusutan dengan revaluasian dan penyusutan
dengan biaya perolehan. (atau nilai surplus revaluasi dibagi sisa manfaat ekonomis)
9.2.6.4 Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan (depreciable
amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life). Setiap bagian dari aset tetap
yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset
harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada
bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.
Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin
pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan.
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan
metode penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian
signifikan lainnya dari aset tersebut Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi
satu dalam menentukan beban penyusutan.
Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap, maka
entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri atas
bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi
untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan
penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan atau
umur manfaat dari bagian tersebut. Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara
terpisah bagian dari aset yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya
perolehan aset tersebut. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi
kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.
1. Jumlah Tersusutkan dan Periode Penyusutan
Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang
umur manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum
setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi
sebelumnya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009):Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut
siap digunakan pada saat aset berada di lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset
siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Penyusutan
aset dihentikan lebih awal ketika diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual
dan aset dihentikan pengakuannya.
Implikasinya, penyusutan tidak dihentikan sekalipun asset sedang tidak
digunakan atau dihentikan penggunaannya. Tanah dan bangunan diperlakukan
sebagai aset terpisah walaupun diperoleh sekaligus. Manfaat ekonomi masa depan
melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama melalui penggunaan aset itu
sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan teknis, keusangan komersial
dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan menurunnya
manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut. Berkaitan dengan halhal
tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur
manfaat dari setiap aset:
a. ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai
dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari asset
b. ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian
aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program
pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset
pada saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur)
c. keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan
atau peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas
produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut
d. pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu,
seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh
entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang
bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah
proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh
karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari
aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan
pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa.
2. Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang digunakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan
atas aset oleh entitas.
b. Harus di-review minimum setiap akhir tahun buku, dan
c. Perubahan metode diperlakukan sebagai perubahan estimasi.
Metode Penyusutan Keterangan
Garis LurusMenghasilkan pembebanan yang tetap sepanjang umur
manfaat selagi nilai residu tidak berubah
Saldo MenurunMenghasilkan pembebanan yang menurun sepanjang
umur manfaat
Jumlah Unit Menghasilkan pembebanan berdasarkan penggunaan
9.2.7 Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:
1. dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto
2. metode penyusutan yang digunakan
3. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
4. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode
5. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. penambahan
b. aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok
lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikandan pelepasan lainnya
c. akuisisi melalui kombinasi bisnis
d. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40
serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan
komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset
e. rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48
f. rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48
g. penyusutan
h. selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata
uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran
dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas
pelaporan
i. perubahan lain.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
1. tanggal efektif revaluasi
2. apakah penilai independen dilibatkan
3. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar asset
4. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan
harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar
terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya
5. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat
dengan model biaya
6. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
REFERENSI
http://muliaristy.blogspot.co.id/2015/03/resume-psak-14-tentang-persediaan.html
http://ekaksmart.blogspot.co.id/2012/03/psak-16-aset-tetap.html