Post on 20-Jan-2016
RINGKASAN MATERI STRUKTUR BETON I
“GAYA GESER”
Nama : Nikodimus
Nim : 3201001057
Semester : 3
Kelas : A
Teknik Sipil (d3)
TEKNIK SIPIL D3POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
TAHUN AJARAN2011 / 2012
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
PENDAHULUAN
Beton sebagai bahan struktur bangunan telah dikenal sejak lama karena mempunyai
banyak keuntungan-keuntungan dibanding dengan bahan bangunan yang lain.
Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul
retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja dan masih
mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan
tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan lentur
akibat terjadinya momen karena beban luar dan tegangan tersebut merupakan faktor yang
menentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang komponen struktur.
Proses perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan memenuhi persyaratan
terhadap lentur, kemudian baru sisi lainnya seperti geser. Kemudian retak panjang
penyaluran dianalisis sehingga seluruhnya memenuhi syarat.
Perencanaan struktur berdasarkan analisa batas (limit analysis) telah banyak
diselidiki melalui berbagai penelitian selama hampir empat dasawarsa belakangan ini.
Berbagai manfaat telah diperoleh melalui penyelidikan dan penelitian tersebut, terutama
pada kekuatan balok dan pelat yang dibebani geser, torsi dan beban kombinasi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa perilaku struktur beton sangat beragam, maka
penggunaan metode limit analysis belum meluas dan sebagian masih membutuhkan
penelitian yang mendalam. Walaupun demikian, pada umumnya struktur beton dirancang
bertulangan lemah (under-reinforced) dimana kuat strukturnya terutama ditentukan oleh
lelehnya tulangan, dan dari berbagai percobaan yang mendalam menunjukkan bahwa
pendekatan limit analysis memberikan hasil yang sangat memuaskan termasuk beton
bertulangan kuat (over-reinforced). Pendekatan melalui limit analysis dapat dinyatakan
dalam dua kategori, pertama berdasarkan lower bound (static) dan kedua berdasarkan
upper bound (kinematic). Pendekatan kinematic pada umumnya dipergunakan pada
rancangan yang sudah ada (existing design) karena keseimbangan dari model yang
dipakai hanya berlaku untuk keadaan tertentu, sedangkan pendekatan metode static dapat
diterapkan langsung dalam perancangan dan detailing karena kekuatan beton dan baja
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
tulangan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari sistem keseimbangan gaya-gaya dalam
dari struktur yang dibebani sampai beban batas (ultimate load)..
Beton bertulang sebagai elemen balok harus diberi penulangan yang berupa
penulangan lentur (memanjang) dan penulangan geser. Penulangan lentur dipakai untuk
menahan pembebanan momen lentur yang terjadi pada balok. Penulangan geser
(penulangan sengkang) digunakan untuk menahan pembebanan geser (gaya lintang) yang
terjadi pada balok. Ada beberapa macam tulangan sengkang pada balok, yaitu sengkang
vertikal, sengkang spiral, dan sengkang miring. Ketiga macam tulangan ini sudah lazim
diterapkan dan sangat dikenal, yang dikenal sebagai tulangan sengkang konvensional.
Tulangan tipe ini mempunyai konsep perhitungan bahwa bagian tulangan sengkang yang
berfungsi menahan beban geser adalah bagian pada arah vertikal (tegak lurus terhadap
sumbu batang balok), sedangkan pada arah horisontal (di bagian atas dan bawah) tidak
diperhitungkan menahan beban gaya yang terjadi pada balok. Beban geser balok
menyebabkan terjadinya keretakan geser, yang pada umumnya dekat dengan tumpuan
balok beban gesernya besar. Kondisi ini menjalar ke arah vertical horizontal menuju
tengah bentang balok Keretakan geser menyebabkan terbelahnya balok menjadi dua
bagian yang dipisahkan oleh garis keretakan geser tersebut, yaitu bagian bawah retak
geser dan bagian atas retak geser. Keretakan ini semakin lama semakin besar, sehingga
kedua bagian balok akan terbelah.
Berdasarkan kejadian ini, bagian tulangan sengkang pada arah vertikal adalah
tulangan yang berhubungan langsung dengan keretakan geser tersebut. Tulangan ini
mencegah terbelahnya balok akibat adanya keretakan geser, karena berfungsi untuk
mengikat antara bagian balok di bawah retak geser dan bagian balok di atas retak geser.
Retak geser pada balok tidak akan terjadi jika direncanakan dengan tepat agar mampu
menahan gaya geser tersebut.
Balok yang terlentur pada saat bersamaan juga menahan gaya geser akibat lenturan.
Kondisi kritis geser akibat lentur ditunjukkan dengan timbulnya tegangan-regangan tarik
tambahan di tempat tertentu pada komponen struktur terlentur. Apabila gaya geser yang
bekerja pada struktur beton bertulang cukup besar hingga di luar kemampuan beton,
maka perlu dipasang baja tulangan tambahan untuk menahan geser tersebut.
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
RETAKAN PADA BALOK AKIBAT GAYA GESER
Jika ada sebuah balok yang ditumpu secara sederhana (yaitu dengan tumpuan
sendi-rol), kemudian di atas balok diberi beban cukup berat, balok tersebut dapat terjadi 2
jenis retakan, yaitu retak yang arahnya vertikal dan retakan yang arahnya miring.
Retak vertikal terjadi akibat kegagalan balok dalam menahan beban lentur,
sehingga biasanya terjadi pada daerah lapangan (benteng tengah) balok, karena pada
daerah ini timbul momen lentur paling besar. Retak miring terjadi akibat kegagalan balok
dalam menahan gaya geser, sehingga biasanya terjadi pada daerah ujung (dekat tumpuan)
balok, karena pada daerah ini timbul gaya geser/gaya lintang paling besar.
Untuk memberikan gambaran cukup jelas tentang bekerjanya gaya geser/gaya
lintang pada balok, diambil sebuah elemen kecil dari beton yang berada di dekat ujung
balok, kemudian elemen tersebut diperbesar sehingga dapat dilukiskan gaya-gaya geser
di sekitar elemen beton seperti gambar di bawah.
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
Pada gambar (a), akibat berat sendiri dan beban-beban di atas balok, maka pada tumpuan
kiri maupun kanan timbul reaksi (RA dan RB) yang arahnya ke atas, sehingga pada
tumpuan kiri terjadi gaya lintang/geser sebesar RA ke atas.
Gaya lintang RA ini berakibat pada elemen beton (yang diperbesar) pada gambar (b)
sebagai berikut :
1. Arah reaksi RA ke atas, sehingga pada permukaan bidang elemen sebelah kiri
terjadi gaya geser dengan arah ke atas pula.
2. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan
gaya vertikal pada elemen beton, sehingga pada permukaan bidang elemen
sebelah kanan timbul gaya geser ke bawah. Kedua gaya geser pada kedua
permukaan bidang (bidang kiri dan kanan) ini besarnya sama.
3. Akibat gaya geser ke atas pada kedua permukaan bidang kiri dan gaya geser ke
bawah pada permukaan bidang kanan, maka pada elemen beton timbul momen
yang arahnya sesuai dengan arah putaran jarum jam.
4. Karena elemen beton berada pada keadaan stabil, berarti terjadi keseimbangan
momen pda elemen beton, sehingga momen yang ada harus dilawan oleh momen
lain yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dengan arah putaran jarum
jam.
5. Momen lawan yang arahnya berlawanan dengan arah jarum putaran jam pada
item 4) dapat terjadi, jika ada permukaan bidang elemen sebelah atas ada gaya
geser dengan arah kiri, dan pada permukaan bidang elemen sebelah bawah ada
gaya geser dengan arah ke kanan.Kedua gaya geser terakhir ini besarnya juga
sama.
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
Pada gambar (c), terjadi keadaan berikut :
1. Gaya geser ke atas pada permukaan bidang kiri dan gaya geser ke kiri pada
permukaan bidang atas, membentuk resultante R yang arahnya miring ke kiri-atas.
2. Gaya geser ke bawah pada permukaan bidang kanan dan gaya geser ke kanan
pada permukaan bidang bawah, juga membentuk resultante R yang arahnya
miring ke kanan-bawah.
3. Kedua resultant yang terjadi dari item 1 dan item 2 tersebut sama besarnya, tetapi
berlawanan arah dan saling tarik-menarik.
4. Jika elemen beton tidak mampu menahan gaya tarik dari kedua resultant R, maka
elemen beton akan retak dengan arah miring, membentuk sudut 45 derajat.
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
UNSUR PENAHAN GAYA GESER
Meskipun elemen beton dapat menahan gaya geser/gaya lintang yang bekerja pada
balok, tetapi jika gaya geser tersebut cukup besar(terutama pada daerah ujung balok),
maka elemen beton yang arahnya miring (menyudut).Untuk mengatasi retak miring
akibat gaya geser maka pada lokasi yang gaya gesernya cukup besar ini diperlukan
tulangan khusus, yang disebut tulangan geser.
Sebetulnya retak miring pada balok dapat ditahan dengan 4 unsur, yaitu :
1) Bentuk dan kekasaran permukaan agregat beton (pasir dan kerikil). Bentuk agregat
yang tajam/menyudut dan permukaannya kasar sangat kuat menahan geser, karena
agregat akan saling mengunci, sehingga mempersulit terjadinya slip (tidak mudah
retak) seperti terlihat pada gambar (a). Tetapi jika agregat berbentuk bulat dan
permukaannya halus tidak kuat menahangaya geser karena mudah terjadi slip
(mudah retak), seperti terlihat pada ambar(b).
2) Retak geser ditahan oleh gaya tarik dan gaya potong ( dowel action ) dari tulangan
longitudinal, seperti terlihat pada gambar (c) dan gambar (d).
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
3) Retak geser ditahan oleh struktur beton
4) Retak geser ditahan oleh gaya tarik tulangan geser, baik berupa tulangan miring
maupun tulangan begel, seperti terlihat pada gambar (e) dan (f)
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
Pemasangan begel balok dilaksanakan dengan melingkupi tulangan longitudinal,
dan kedua tulangan tersebut saling diikat dengan kawat binddrad. Dengan demikian,
begel tersebut selain berfungsi untuk menahan gaya geser, juga berfungsi mencegah
pergeseran tulangan longitudinal akibat gaya potong, sehingga kedudukan longitudinal
lebih kuat.
Menurut pasal 13.1.1 SNI 03-2847-2002, pada perencanaan penampang yang
menahan gaya geser harus didasarkan pada kuat geser nominal (Vn), yang ditahan oleh 2
macam kekuatan, yaitu : kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser
(Vs). Dengan demikian pengaruh kekasaran agregat, gaya tarik dan gaya potong tulangan
longitudinal tidak diperhitungkan, sehingga “keamanan” pada perencanaan.
PERENCANAAN PENULANGAN GESER
Perencanaan geser untuk komponen struktur terlentur didasarkan pada anggapan
bahwa beton menahan sebagian dari gaya geser, sedangkan kelebihannya/kekuatan geser
di atas kemampuan beton untuk menahannya dilimpahkan kepada tulangan baja geser.
Cara yang umum dilaksanakan dan lebih sering dipakai untuk penulangan geser adalah
menggunakan sengkang, selain pelaksanaannya lebih mudah juga menjamin ketepatan
pemasangannya. Penulangan dengan sengkang hanya memberikan andil terhadap
sebagian pertahanan geser karena formasi/arah retak yang miring. Cara penulangan
demikian terbukti mampu memberikan sumbangan untuk peningkatan kuat geser ultimit
komponen struktur yang mengalami lenturan. Persamaan (3.4-3) SK SNI T-15-1991-03,
untuk komponen struktur yang menahan geser dan lentur saja, memberikan kapasitas
kemampuan beton (tanpa penulangan geser) untuk menahan gaya geser adalah Vc,
VC = bw d (1)
atau menggunakan persamaan sebagai berikut:
VC = (+ + 120 ρw ( ) bw d (2)
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
dengan Mu adalah momen terfaktor yang terjadi bersamaan dengan gaya geser terfaktor
maksimum Vu pada penampang kritis, sedangkan batas atas faktor pengali dan Vu adalah
sebagai berikut:
≤ 1,0 (3)
VC ≤ (0,30 ) bw d (4)
dengan:
Vc = kuat geser beton (N)
fc′ = kuat tekan beton (N/mm2)
bw = lebar efektif penampang balok (mm)
ρw = ratio luas tulangan lentur dengan luas penampang balok
Mu = momen akibat beban luar yang bekerja (Nmm)
Kuat geser ideal beton dikenakan factor reduksi kekuatan φ = 0,60, sedangkan kuat geser
rencana Vu didapatkan dari hasil penerapan faktor beban, nilai Vu lebih mudah
ditentukan dengan menggunakan diagram gaya geser. Meskipun secara teoritis tidak
perlu penulangan geser apabila Vu ≤ φ Vc, peraturan mengharuskan untuk selalu
menyediakan penulangan geser minimum pada semua bagian struktur beton yang
mengalami lenturan (meskipun hasil perhitungan tidak memerlukannya), kecuali untuk
plat dan fondasi plat, struktur balok beton rusuk seperti yang ditentukan dalam Pasal
3.1.11 SK SNI T-15-1991-03, balok yang tinggi totalnya tidak lebih dari 250 mm, atau
2,5 kali tebal flens, atau 1,5 kali lebar badan balok, diambil yang lebih besar, dengan
rumus:
Vu ≤ ½ φ Vc (dengan φ = 0,60) (5)
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
Harga Vc dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut :
a) Untuk kombinasi geser dan lentur:
Atau dengan perhitungan yang lebih rinci :
b) Untuk kombinasi geser dan aksial tekan :
c) Untuk kombinasi geser dan aksial tarik :
a) Bila Vu ≤ Ф.Vc. tidak perlu tulangan geser , hanya tulangan geser praktis
b) Bila 0,5. Ф.Vc < Vu < Ф.Vc, gunakan tulangan geser minimum
c) Bila Vu > Ф.Vc, diperlukan tulangan geser, dengan gaya yang harus ditahan oleh
sengkang sebesar :
Vs = Vn – Vc
Untuk sengkang vertikal :
Untuk sengkang miring :
Untuk tulangan sejajar yang ditekuk miring :
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
Nilai Vs harus lebih kecil dari bw.d
Perhitungan Vu harus dilakukan oada penempang kritis. Letak penampang kritis pada
tumpuan balok yang menghasilkan tegangan tekan dapat dievaluasi pada jarak d dari
perletakan, gambar 4.10.(a),(b),(c). Sedangkan untuk tumpuan yang memberikan
tegangan tarik, penampang kritis harus dievaluasi pada muka kolom, gambar 4.10.(d),(e),
(f).
Gambar Letak penampang kritis dalam mengevaluasi Vu
Jarak maximum tulangan geser adalah :
a) Bila Vs < 1/3.bw.d.√(f’c), jarak maximum d/2 atau 600 mm.
b) Bila Vs > 1/3.bw.d.√(f’c), jarak maximum d/4 atau 300 mm.
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
CONTOH SOAL
1. Sebuah balok beton dengan dimensi lebar 400 mm dan tinggi 500 mm, dibuat dengan
menggunakan beton mutu f’c=22,5 Mpa dan baja tulangan fy = 300Mpa. Jika balok
digunakan untuk menahan gaya geser sebesar 200 Kn,rencanakan tulangan geser yang
diperlukan.
Penyelesaian!!
Misalkan tinggi efektif penampang (d) = 450 mm
Misalkan gaya geser 157 KN terletak pada jarak d dari tumpuan , maka :
Vn= Vc + Vs
= = 209,33 kN
Vc=
Vc= x
.Vc = 0,75 x 106,7 = 80 kN
Vu > . Vc
200 kN > 80 kN diperlukan tulangan geser
Vs= – Vc
= 209,33 – 106,7 = 102,633 kN
Nilai Vs harus lebih kecil dari
= x Vs = 102,633 Kn
Dicoba dipakai sengkang 10 mm (As = 0,79
Av= 2 x As = 2 x 0,79 = 1,58 = 158
Dipakai sengkang vertical :
Vn=
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
102,633=
S = 207,827 mm
1/3. . = 1/3. . = 213,5 Kn
102,633 213,5 jarak sengkang maksimum adalah d/2 = 450/2 = 225 mm atau 600 mm
Di pasang sengkang 10 mm dengan jarak 125 mm ( 10 – 125 mm)
2. Balok beton bertulang berukuran 300 mm x 500 mm terletak di atas tumpuan sederhana
seperti tampak pada gambar diatas .Di atas balok tersebut bekerja beban mati plat
(q_dpelat) = 2 kN/m’ dan beban hidup (qL) = 7 kN/m’. Jika berat beton diperhitungkan
sebesar 25 kN/m3 , hitunglah momen perlu dan momen nominal untuk perencanaan
balok tersebut!
Penyelesaian!!
(a) Menghitung momen perlu balok (Mu balok)
Berat balok = 0,3 x 0,5 x 25 = 3,75 kN/m’
Beban mati :
Beban mati = Berat balok, (q_Dbalok) + Berat plat (q_Dpelat)
= 3,75 kN/m’ + 2,00 kN/m’
= 5,75 kN/m’
Momen akibat beban mati
MD (Momen Dead) = 1/8 * qD * L2 = 1/8 * 5,75 * 82 = 46 kN- m
Momen akibat beban hidup
ML (Momen Life) = 1/8 * qL * L2 = 1/8 * 7 * 82 = 56 kN- m
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057
Momen perlu balok (Mu)
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 (46) + 1,6 (56)
= 144,8 kN-m
Menghitung Mu dengan cara lain :
Beban perlu (qu) = 1,2*qD + 1,6*qL
= 1,2*5,75 + 1,6* 7
= 18,1 kN/m’
Momen perlu (Mu) = 1/8* qu*L2
= 1/8* qu* L2
= 144,8 kN-m
(b)Menghitung momen nominal Mn balok
Nilai kuat rencana = faktor reduksi kekutan * kuat tekan nominal
Jadi, momen rencana (Mr) = faktor reduksi kekutan * Momen nominal (Mn)Menurut persamaan diperoleh : Mr > atau = Mu
Jika diambil Mr = Mu = 144,8 kN.m, dan faktor reduksi kekuatan untuk (struktur menahan lentur) = 0,80 maka diperoleh
Mn = Mr/ faktor reduksi kekuatan
= 144,8/0,8
= 181 kN.mJadi, Mn = 181 kN.m
Ringkasan Struktur Beton I (Gaya Geser) 3201001057