Post on 29-Jul-2020
L
RINGKASAN EKSEKUTIF
aporan Kinerja merupakan komponen penilaian atas
akuntabilitas kinerja pada satuan kerja. Hasil penilaian evaluasi atas akuntabilitas
kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan pada tahun 2018 sebesar 94,43%
(kategori AA atau Sangat Memuaskan) menunjukkan bahwa masih ada hal-hal
yang perlu ditingkatkan terkait dengan pelaporan kinerja yang handal.
Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan merupakan
perwujudan pelaksanaan program tahun terakhir dari Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, dengan sasaran terselenggaranya
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
tahun 2019 sebagai berikut:
1) Indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan sebanyak 2.900 orang (target Renstra) dan
3.473 orang (target berdasarkan RKP dan Renja K/L)
2) Indikator kinerja jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
profesi kesehatan sebanyak 2.900 orang (target Renstra) dan 2.720
orang (target berdasarkan RKP dan Renja K/L)
Secara ringkas hasil pengukuran kinerja dan pengukuran pencapaian
sasaran IKK Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019 sebagai
berikut:
1) Indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan
Target berdasarkan Renstra sebanyak 2.900 orang, telah
terealisasi sebanyak 3.308 orang atau capaian sebesar 114,07%.
Sedangkan berdasarkan RKP dan Renja K/L, capaian indikator
kinerja ini sebesar 95,25% dari target sebanyak 3.473 orang. Capaian
sebanyak 3.308 orang tersebut berasal dari peserta lama tahun 2015-
2018 yang masih aktif (masih diberikan bantuan pendidikan tugas
belajar) dan peserta baru tahun 2019, meliputi; jenjang pendidikan
ii
diploma tiga (D-3) sebanyak 2 orang, jenjang pendidikan strata satu
(D-4/S1) sebanyak 1.688 orang, jenjang pendidikan strata dua (S-2)
sebanyak 1.443 orang dan jenjang pedidikan strata tiga (S-3)
sebanyak 175 orang. Pada tahun 2019 ini peserta tugas belajar baru
yang mendapatkan bantuan pendidikan berasal dari peserta tugas
belajar reguler dan tugas belajar pasca penugasan khusus Nusantara
Sehat tahun 2019.
2) Indikator kinerja jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
profesi kesehatan
Target berdasarkan Renstra sebanyak 2.900 orang, telah terealisasi
sebanyak 2.570 orang atau capaian sebesar 88,62%. Sedangkan
berdasarkan RKP dan Renja K/L, capaian indikator kinerja ini
sebesar 94,49% dari target sebanyak 2.720 orang. Capaian sebanyak
2.570 orang berasal dari peserta lama Program Pendidikan Dokter
Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PDGS) Angkatan
X-XXI dan peserta baru Angkatan XXII, Angkatan XXIII dan peserta
baru PPDS/PDGS yang berasal dari pasca penugasan khusus
Nusantara Sehat tahun 2019.
Untuk realisasi capaian indikator kinerja pendukung yang merupakan
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis serta kegiatan lainnya:
1) Program Prioritas Nasional Pantauan Kantor Staf Presiden (KSP).
Program prioritas nasional yang masuk pantauan KSP adalah
program bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis.
Ukuran keberhasilan pantau KSP ini adalah diberikannya bantuan
pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis pada bulan ke-12
(B12) tahun 2019 sebanyak 2.700 orang. Capaian pemberian bantuan
pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis pada checkpoint B12
sebanyak 2.532 orang atau sebesar 93,78%. Hambatan tidak
tercapainya target disebabkan karena rendahnya tingkat kelulusan
seleksi akademik calon peserta penerima bantuan pendidikan profesi
iii
kesehatan. Oleh karena itu Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
perlu memperluas kegiatan pendampingan/pemantapan bagi calon
peserta PPDS/PDGS ke wilayah Indonesia timur lainnya dan perlu
melakukan telaahan terhadap besarnya target indikator kinerja
program bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis
tahun berikutnya.
2) Program bantuan pendidikan dokter spesialis Provinsi Papua dan
Papua Barat. Ukuran keberhasilan pantauan KSP ini adalah
diberikannya bantuan pendidikan dokter spesialis pada bulan ke-12
(B12) tahun 2019 sebanyak 20 orang. Secara bertahap proses
pencapaian target dapat dipenuhi, bahkan terealisasi lebih dari 100%.
3) Pengembangan jabatan fungsional kesehatan.
Target sebanyak 7 (tujuh) jabatan fungsional yang terstandardisasi,
telah teralisasi 100,00%, yaitu; 3 (tiga) dalam bentuk Peraturan
Menteri Kesehatan tahun 2019 dan 3 (tiga) dalam bentuk
Rancangan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dan 1 (satu) Rancangan Revisi Peraturan Menteri
Kesehatan.
4) Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi.
Dari target sebanyak 4 (empat) kebijakan teknis pengembangan karir
dan tata kelola sertifikasi juga telah terealisasi 100,00%, yaitu dalam
bentuk Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia
tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial Golongan
Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang Kesehatan Profesi
Elektromedis, Teknisi Gigi dan Nutrisionis. Satu dokumen lagi dalam
Bentuk Rancangan Rancang Bangun (Grand Design) Pengembangan
Karir Tenaga Kesehatan 2019-2024.
5) Penganugerahan tenaga kesehatan.
Dari target sebanyak 140 orang yang menerima penganugerahan
tenaga kesehatan teladan, telah terealisasi 100,00%. Jenis tenaga
iv
kesehatan yang mendapatkan penghargaan sebagai tenaga kesehatan
teladan di Puskesmas meliputi 9 jenis tenaga kesehatan, yaitu;
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik,
tenaga gizi, tenaga kefarmasian. Penetapan 9 jenis tenaga kesehatan
teladan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang juga dituangkan di
dalam Permenkes Nomor 2048/Menkes/Per/X/2011 Tahun 2011
tentang Penganugerahan Tanda Penghargaan Bidang Kesehatan.
6) Jumlah rancangan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK).
Pencapaian indikator kinerja/realisasi rancangan norma, standar,
prosedur dan kriteria (NSPK) dari target 17 NSPK telah terealisasi
100,00%.
7) Tersusunnya kebijakan perencanaan, program, laporan evaluasi,
pengelolaan keuangan dan BMN serta pengelolaan kepegawaian dan
ketatausahaan. Pencapaian indikator kinerja/realisasi dari
tersusunnya kebijakan perencanaan, program, laporan evaluasi,
pengelolaan keuangan dan BMN serta pengelolaan kepegawaian dan
ketatausahaan dari target 7 dokumen telah terealisasi 100%.
Berdasarkan uraian capaian kinerja kegiatan tersebut diatas, Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun 2019, memiliki capaian kinerja yang
cukup baik dengan capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2019
berdasarkan Renstra capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 101,34% dan
berdasarkan RKP dan Renja K/L sebesar 94,87%, namum demikian capaian
kinerja tersebut tidak diikuti dengan realisasi penyerapan anggaran yang ideal.
Serapan anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan sampai dengan 21
Januari 2020 belum optimal, yakni sebesar 90,60% atau Rp. 253.953.681.535,- dari
anggaran sebesar Rp. 280.312.718.000,-. Hal ini berarti masih tersisa anggaran
sebesar Rp. 26.359.036.465,- yang tidak terserap. Oleh karena itu diperlukan
evaluasi dan langkah-langkah yang strategis, diantaranya membuat perencanaan
v
target kinerja yang lebih cermat, efisien dan efektif terutama mencermati
komponen-komponen pada pembiayaan bantuan pendidikan PPDS/PDGS, serta
kegiatan-kegiatan yang alokasi anggarannya cukup besar, sehingga serapan
anggaran menjadi lebih optimal.
vi
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ...... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. ..... 1 A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
B. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................................... 2
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ................................................................................ 2
D. VISI DAN MISI ........................................................................................................... 5
E. SUMBER DAYA ......................................................................................................... 7
F. SISTEMATIKA PENULISAN .................................................................................... 8
G. PERMASALAHAN UTAMA ................................................................................... 9
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ....... ............................................................................. 10 A. PERENCANAAN STRATEGIS KEMENKES TAHUN 2015-2019 ……………... 10
B. RENCANA AKSI PROGRAM BADAN PPSDMK TAHUN 2015-2019 .............. 11
C. RENCANA AKSI PUSKAT MUTU SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019 …12
D. RENCANA KINERJA TAHUNAN .......................................................................... 12
E. PERJANJIAN KINERJA ......................................................................................... 16
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................ 18 A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PUSKAT MUTU SDMK ............... .... 18
B. CAPAIAN KINERJA PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN ...19
1. Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan ...... 20 2. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan .............. 27 3. Indikator Pendukung ........................................................................................ 35
a. Program Prioritas Nasional Pantauan Kantor Staf Presiden (KSP) ......... 35 b. Pengelolaan Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan ................................. 44 c. Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi ……………………….. 63 d. Pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Tenaga Kesehatan .... 85 e. Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan .............................................. 89 f. Jumlah Rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) ....... 92
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN .......................................................................... 95
1. Anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan .................................... 95
2. Anggaran Indikator Kinerja Kegiatan IKK) ..................................................... 99
BAB IV. PENUTUP ..............................................................................................................102
viii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Matriks Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2015-2019
2. Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019
3. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2015-2019
4. Penetapan Kinerja Tahun 2019
5. Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
6. Piagam Penghargaan dari:
a. Universitas Indonesia
b. Perhimpunan Ahli Teknisi Kardiovaskuler Indonesia (PATKI)
c. Perhimpuan Teknisi Pelayanan Darah Indonesia (PTPDI)
1 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tahun 2019 merupakan periode tahun terakhir dari pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Kementerian
Kesehatan melaksanakan enam sasaran pokok RPJMN Tahun 2015-2019 dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, yaitu (1)
meningkatkan status kesehatan dan status gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya
pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan. (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat
dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Sebagai acuan untuk mengarahkan pembangunan kesehatan di lingkup
Badan PPSDM Kesehatan telah ditetapkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019 (Revisi-1). Dalam dokumen perencanaan strategis tersebut telah
memuat indikator kinerja dan target yang diurai per tahun serta rencana indikasi
pendanaannya.
Selanjutnya tugas dan fungsi dari Badan PPSDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan tertuang dalam Rencana Aksi Program Badan PPSDM Kesehatan Tahun
2015-2019. Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dalam hal penguatan upaya pelayanan kesehatan dan
meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan, serta mendukung Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas), Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan (Puskat Mutu SDM
Kesehatan) sebagai satuan kerja Badan PPSDM Kesehatan memiliki peranan penting
2 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
dalam peningkatan mutu SDM Kesehatan melalui pengembangan jabatan fungsional
kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi serta pengembangan
kualifikasi SDM Kesehatan berkelanjutan.
Dalam melaksanakan kegiatan peningkatan dan penjaminan mutu SDM
Kesehatan, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan semakin dituntut untuk
menyesuaikan dengan perubahan sistem manajemen pemerintahan yang menuntut
azas akuntabilitas, di mana setiap penyelenggaraan negara harus dapat
mempertangungjawabkan kinerja atau hasil-hasil dari seluruh program dan
kegiatannya kepada masyarakat atas penggunaan dana dan kewenangan yang
diberikan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan Tahun 2019 adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan atas
pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai
sasaran/target yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan penyusunan Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan Tahun 2019 adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian kinerja
dan sasaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan selama tahun 2019.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu simpulan
yang dapat menjadi salah satu bahan masukan dan referensi dalam menetapkan
kebijakan dan strategi tahun berikutnya.
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 30 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas: melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan mutu sumber daya
3 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan tugas Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan jabatan fungsional
kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan pengembangan
kualifikasi sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan.
b. Pelaksanaan di bidang pengembangan jabatan fungsional kesehatan,
pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan pengembangan kualifikasi
sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan.
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan jabatan fungsional
kesehatan, pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi, dan pengembangan
kualifikasi sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan.
d. Pelaksanaan administrasi pusat.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan terdiri atas:
1. Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan, yang terdiri terdiri
dari 2 Sub Bidang yaitu Sub Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional
Kesehatan I dan Sub Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional
Kesehatan II.
Tugas: melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan jabatan
fungsional kesehatan
Fungsinya:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan
jabatan fungsional kesehatan.
b. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan
jabatan fungsional kesehatan.
c. Penyiapan pelaksanaan di bidang pengembangan jabatan fungsional
kesehatan.
d. Penyiapan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengembangan jabatan fungsional kesehatan.
4 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
2. Bidang Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi yang terdiri dari 2
Sub Bidang yaitu Sub Bidang Pengembangan Karir dan Sub Bidang Tata
Kelola Sertifikasi.
Tugas: melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan karir dan
tata kelola sertifikasi sumber daya manusia kesehatan.
Fungsinya:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan karir
dan tata kelola sertifikasi sumber daya manusia kesehatan.
b. Penyiapan pelaksanaan di bidang pengembangan karir dan tata kelola
sertifikasi sumber daya manusia kesehatan.
c. Penyiapan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi sumber daya
manusia kesehatan.
3. Bidang Pengembangan Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan yang terdiri dari 2 Sub Bidang yaitu Sub Bidang
Pengembangan Kualifikasi Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan I dan Sub Bidang Pengembangan Kualifikasi Sumber Daya
Manusia Kesehatan Berkelanjutan II.
Tugas: melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan kualifikasi
sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan.
Fungsinya:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan
kualifikasi sumber daya manusia kesehatan berkelanjutan;
b. Penyiapan pelaksanaan di bidang pengembangan kualifikasi sumber
daya manusia kesehatan berkelanjutan; dan
c. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengembangan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan
berkelanjutan.
5 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
4. Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas tugas melakukan koordinasi
penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan dan
barang milik negara, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, tata
laksana, kearsipan, dan tata persuratan, serta kerumah tanggaan pusat.
Struktur organisasi Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan seperti pada
gambar berikut:
Struktur Organisasi Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
PUSAT PENINGKATAN
MUTU SDM KESEHATAN
SUB BAGIAN TATA
USAHA
BIDANG
PENGEMBANGAN JABATAN
FUNGSIONAL KESEHATAN
BIDANG
PENGEMBANGAN KARIR DAN
TATA KELOLA SERTIFIKASI
BIDANG PENGEMBANGAN
KUALIFIKASI SDM
KESEHATAN BERKELANJUTAN
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN I
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN II
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
KARIR
SUB BIDANG
TATA KELOLA
SERTIFIKASI
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
KUALIFIKASI SDM
KESEHATAN
BEREKELANJUTAN I
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
KUALIFIKASI SDM
KESEHATAN
BEREKELANJUTAN II
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
6 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
D. VISI DAN MISI
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019 mengikuti visi dan misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong”. Upaya untuk mewujudkan visi
ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA
yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
E. SUMBER DAYA
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya guna menghasilkan sumber daya
manusia (SDM) Kesehatan yang bermutu perlu didukung oleh SDM yang handal.
Kekuatan personil SDM yang dimiliki oleh Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
saat ini berjumlah 70 orang, yang terdiri dari 57 orang PNS dan 13 orang honerer.
Dari 57 orang PNS tersebut, 19 orang berjenis kelamin laki-laki dan 38 orang berjenis
kelamin wanita. Kualitas SDM Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan pada tahun
2019 relatif sangat baik, tercermin dari tingkat pendidikan strata satu (S-1) sampai
pendidikan setara magister atau strata dua (S-2) sebanyak 87,72% (50 orang dari 57
total PNS). Jumlah tersebut terdiri dari 31 orang (54,39%) berpendidikan Magister
(S-2), 18 orang (31,58%) berpendidikan Sarjana (S1), 4 orang Sarjana Muda/D3
(7,02%), dan 2 orang SLTA (3,51%), 1 orang SD (1,75%) dan yang sedang mengikuti
tugas belajar (S2) sebanyak 1 orang sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
8 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
F. SISTEMATIKA PENULISAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
· Menguraikan secara singkat isi Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN
· Menguraikan latar belakang, gambaran tugas pokok dan fungsi satuan
kerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
BAB II PERENCANAAN KINERJA
· Menguraikan Perencanaan Strategis, Rencana Aksi Program, Rencana Aksi
Kegiatan, Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja Pusat Peningkatan
Mutu SDM Kesehatan.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
· Menguraikan tentang pengukuran kinerja, analisis akuntabilitas kinerja dan
akuntabilitas keuangan.
BAB IV PENUTUP
· Berisi simpulan hasil pengukuran kinerja dan lampiran-lampiran.
9 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
G. PERMASALAHAN UTAMA
Dalam peningkatan mutu SDM Kesehatan masih ada permasalahan yang dihadapi
yang menjadi strategyc issue untuk dilakukan upaya tindak lanjut, antara lain:
1. Masih rendahnya tingkat kelulusan akademik peserta bantuan Program
Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PDGS)
yang berasal dari daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
2. Belum optimalnya pengelolaan jabatan fungsional kesehatan bagi Aparatur Sipil
Negara (ASN) meliputi aspek perencanaan, pengangkatan dan pengembangan
jabatan fungsional.
3. Belum adanya sistem pola karir bagi tenaga kesehatan non Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang sesuai dengan kompetensi, kinerja dan kualifikasi pendidikan.
10 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN STRATEGIS KEMENKES TAHUN 2015-2019
Sesuai dengan Perencanaan Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019 (revisi-1 Tahun 2017), yang dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 bahwa sasaran program pengembangan
dan pemberdayaan SDM Kesehatan (PPSDM Kesehatan) Tahun 2015-2019 adalah
meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan dengan indikator pencapaian sasaran hasil
jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak 5.600
Puskesmas, persentase RS kabupaten/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis
dasar dan 3 dokter spesialis penunjang sebesar 60% serta jumlah SDM Kesehatan
yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56.910 orang.
Untuk mendukung capaian indikator sasaran PPSDM Kesehatan, kegiatan
yang dilakukan antara lain: pemberian bantuan program pendidikan berkelanjutan
SDM Kesehatan (tubel SDM Kesehatan) dan bantuan program pendidikan profesi
kesehatan (program pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis). Adapun
sasaran kegiatan dan indikator Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan yang
tertuang dalam Perencanaan Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019
sebagaimana pada tabel 2.1 dibawah ini:
11 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 2.1 Target Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Tahun 2015-2019
No
Program/ Kegiatan
Sasaran
Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
1.
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
SDM Kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan berkelanjutan
Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
2.167
4.288 3635 2.929 2.900
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
4.387 4.446 2.882 2.987 2.900
B. RENCANA AKSI PROGRAM BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019
Rencana Aksi Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan) Tahun 2015-2019 merupakan rencana
pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan sampai dengan tahun 2019. Rencana Aksi ini bertujuan untuk
memberikan arah dan acuan bagi semua satuan kerja di lingkungan Badan PPSDM
Kesehatan dan menggerakkan semua pemangku kepentingan dalam upaya
memperlancar pelaksanaan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan tahun 2015–2019.
Arah kebijakan program pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan
adalah meningkatkan jumlah, jenis, kualitas, dan pemerataan tenaga kesehatan
dengan sasaran strategis program PPSDM Kesehatan yang akan dicapai adalah
meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan kesehatan. Salah satu kegiatan untuk mencapai sasaran
pada Rencana Aksi Program Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2015–2019 tersebut,
adalah peningkatan mutu SDM Kesehatan. Sasaran kegiatan Peningkatan Mutu SDM
12 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Kesehatan sampai dengan tahun 2019 sesuai dengan Renstra Kemenkes RI revisi I
Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Bantuan pendidikan (tugas belajar diploma dan strata), dengan indikator
pencapaian sasaran jumlah SDM kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan sebanyak 15.919 orang.
2. Bantuan Pendidikan Program Dokter Spesialis PPDS)/Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis (PDGS), dengan indikator pencapaian sasaran jumlah peserta program
bantuan pendidikan profesi kesehatan sebanyak 17.602 orang.
C. RENCANA AKSI PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun
2015–2019 merupakan rencana kegiatan peningkatan mutu SDM Kesehatan untuk
kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, ditetapkan
dengan maksud untuk memberi arah dan acuan bagi seluruh bidang di lingkungan
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dan menggerakkan semua pemangku
kepentingan dalam peningkatan mutu SDM Kesehatan selama periode tahun 2015 -
2019.
Adapun sasaran strategis Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan adalah:
1. SDM Kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan
kemampuannya melalui pendidikan berkelanjutan.
2. Terselenggaranya pengembangan jabatan fungsional kesehatan.
3. Terselenggaranya pengembangan karir dan tata kelola sertifikasi.
D. RENCANA KINERJA TAHUNAN
Salah satu bagian dari perencanaan yang penting dalam instansi pemerintah
adalah rencana kinerja tahunan. Rencana kinerja tahunan Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan tahun 2019 sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2015–2019 yang dimplementasikan dalam dokumen Renja-KL 2019 dan selanjutnya
tertuang di dalam dokumen DIPA/RKA-K/L Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan Tahun 2019.
13 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Rencana Kinerja Tahunan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan RI
maupun Rencana Aksi Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan Tahun 2015 - 2019.
Perencanaan kinerja ini memuat seluruh target kinerja yang ingin dicapai
dalam satu tahun. Target kinerja ini mempresentasikan nilai kuantitatif setiap
indikator kinerja baik pada tingkat sasaran strategik maupun sasaran kegiatan yang
mendukung indikator kinerja. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) berfungsi sebagai
tolok ukur yang digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan untuk periode
satu tahun.
Pada tahun 2019 melalui perjanjianan kinerja telah ditetapkan target capaian
kinerja sebagai berikut:
a. Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
sebanyak 2.900 orang.
Pendidikan berkelanjutan tenaga kesehatan merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan mutu tenaga kesehatan. Tujuan dari pendidikan
berkelanjutan tenaga kesehatan adalah meningkatnya mutu dan
profesionalisme tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
dan pelayanan kesehatan. Program tugas belajar Kementerian Kesehatan
diselenggarakan dalam rangka menyediakan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi yang dibutuhkan oleh pembangunan dan
pelayanan kesehatan.
Definisi operasional dari indikator ini adalah:
Jumlah SDM Kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang
ditingkatkan kemampuannya melalui tugas belajar diploma, strata dan
profesi (peserta lama/lanjutan dan baru).
Indikator ini menghitung jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan (diploma/strata/profesi) peserta lanjutan dan
baru selama tahun 2019.
14 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
b. Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sebanyak
2.900 orang.
Bantuan pendidikan profesi kesehatan dalam hal ini bantuan pendidikan
dokter spesialis/dokter gigi spesialis diselenggarakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan spesialistik di tanah air.
Definisi operasional dari indikator ini adalah:
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/pendidikan
dokter gigi spesialis serta yang disetarakan (peserta lama/lanjutan dan
baru).
Indikator ini menghitung jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
dokter spesialis/pendidikan dokter gigi spesialis (peserta lama/lanjutan
dan baru) selama tahun 2019.
c. Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
sebanyak 17 dokumen.
Rancangan NSPK yang disusun terkait dengan pelaksanaan kegiatan
pengembangan jabatan fungsional kesehatan (PNS), pengembangan karir
dan tata kelola sertifikasi (non PNS), dan pendidikan berkelanjutan SDM
Kesehatan.
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan menyusun NSPK terkait
pengembangan jabatan fungsional kesehatan, pengembangan karir dan
tata kelola sertifikasi dan pengembangan kualifikasi SDM Kesehatan
berkelanjutan, seperti; Peraturan Menteri Kesehatan, Rancangan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Buku
Petunjuk Teknis/Pedoman, Buku Panduan dan Rancangan Kebijakan
Teknis lainnya.
d. Tersusunnya dokumen ketatausahaan Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan meliputi; kebijakan perencanaan, program dan laporan evaluasi
sebanyak 3 dokumen, pengelolaan keuangan dan BMN sebanyak 2
dokumen dan pengelolaan kepegawaian dan ketatausahaan sebanyak 2
dokumen.
15 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan menyusun perencanaan
program, laporan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan
program. Seperti diketahui bahwa perencanaan program merupakan
turunan atau rincian dari Renstra Kementerian Kesehatan dan Rencana
Aksi Program Badan PPSDM Kesehatan yang dirinci dalam bentuk
program tahunan. Program tahunan diantaranya memuat perencanaan
program, laporan kinerja serta monitoring dan evaluasi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai acuan dalam menyusun kegiatan
dan anggaran begitu juga untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan program dan sebagai bahan masukan penyempurnaan
pelaksanaan program yang sedang berlangsung dan kegiatan program
tahun selanjutnya.
Selanjutnya pengelolaan keuangan dan BMN perlu dibuat laporannya
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan telah
menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara
layak sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Untuk pengelolaan
kepegawaian dan ketatausahaan diselenggarakan terutama dalam rangka
koordinasi dan rekonsiliasi administrasi dan kepegawaian di lingkungan
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada
program Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dilakukan dengan
meningkatkan kepemimpinan, koordinasi dan kerjasama dalam
pelaksanaan tugas, meningkatkan dukungan sumber daya (SDM, dana
dan sarana prasarana yang memadai), pengelolaan, pembinaan dan
pengawasan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan serta tugas teknis
dan kegiatan lainnya.
16 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
E. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan
yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan
terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan
sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus perjanjian kinerja antara lain untuk
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata
komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah. Perjanjian kinerja
digunakan sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja
aparatur, dan sebagai dasar pemberian penghargaan (reward) dan sanksi
(punishment).
Target capaian IKK Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Tahun 2019
ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja. Dokumen perjanjian kinerja (PK)
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Tahun 2019
No
Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Target
1
Terselenggaranya Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
2.900 orang
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
2.900 orang
Perjanjian Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun 2019
secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini:
17 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 2.3 Rincian Penjanjian Kinerja Tahun 2019
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN
1 2 3 4 5
1
Terselenggaranya Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
Kebijakan Teknis Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
4
Dokumen
2 Meningkatnya mutu SDM Kesehatan
1. Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan a. Peserta lama b. Peserta baru
2.900
1.800 1.100
Orang
Orang Orang
Pendidikan berkelanjutan SDM Kesehatan:
Jumlah dokumen manajemen pendidikan berkelanjutan SDM Kesehatan
3 Dokumen
2. Jumlah penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan a. Peserta lama b. Peserta baru
2.900
2.600 300
Orang
Orang Orang
Pendidikan berkelanjutan profesi Kesehatan:
Jumlah dokumen manajemen pendidikan berkelanjutan profesi kesehatan
3 Dokumen
3
Terselenggaranya Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan
Jabatan Fungsional yang Terstandardisasi
7 Dokumen
4
Ketatausahaan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
1. Jumlah dokumen perencanaan, programa anggaran dan evaluasi pelaporan
3 Dokumen
2. Jumlah Dokumen Pengelolaan
Keuangan dan BMN 2 Dokumen
3. Jumlah Dokumen Kepegawaian dan Ketatausahaan
2 Dokumen
18 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENGUATAN IMPELEMENTASI LAPORAN KINERJA PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan
penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan
penerapan reformasi birokrasi yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan
upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan berkomitmen untuk mewujudkan akuntabilitas kinerja di lingkungannya
melalui upaya penguatan terhadap implementasi SAKIP Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan. Upaya yang dilakukan dalam rangka penguatan implementasi
Laporan Kinerja di tahun 2019 sebagai berikut:
1) Menyusun Perjanjian Kinerja Peningkatan Mutu SDM Kesehatan yang
diarahkan pada hasil yang ingin dicapai. Perjanjian kinerja disusun melalui
proses pembahasan dengan Bidang-Bidang/Sub Bagian di lingkungan Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dengan menekankan pada upaya
peningkatan kinerja dan pencapaian terhadap target kinerja yang telah
ditetapkan. Perhatian serius Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan terhadap
kualitas penyusunan perjanjian kinerja ditunjukkan dengan dilakukannya
penandatanganan perjanjian kinerja tahun 2019.
2) Mendorong Bidang-Bidang/Sub Bagian untuk memanfaatkan Laporan Kinerja
sebagai bahan evaluasi dan perbaikan perencanaan ke depannya, sehingga dapat
terwujud kinerja yang optimal di lingkungan Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan.
3) Melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja agar lebih relevan,
menggambarkan hasil, dan dapat diukur secara obyektif yang lebih
menggambarkan hasil dan terukur.
4) Meningkatkan kapasitas SDM dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja
melalui kegiatan kursus dan pelatihan manajemen strategis untuk meningkatkan
19 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
kualitas perencanaan kinerja di lingkungan Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan.
B. CAPAIAN KINERJA PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN
Sebagai wujud akuntabilitas kinerja organisasi, penilaian capaian Indikator
Kinerja kegiatan menggambarkan capaian indikator outcome. Dengan demikian,
penilaian capaian kinerja satuan kerja merupakan agregat dari capaian kinerja pada
unit kerja eselon III. Untuk mengukur indikator kinerja, penilaian dilakukan dengan
melakukan pemetaan terhadap aspek program, sasaran, kegiatan, dan indikator yang
termuat dalam RPJMN, RKP, Renja K/L, dan RKA K/L. Adapun rincian capaian
kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan dari masing-masing indikator
kinerja sebagaimana dijelaskan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja Tahun 2015 – 2019
No
Indikator Kinerja
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
T R % T R % T
R %
T
R %
T R %
1 2
Jumlah SDM Kesehatan peneriman bantuan pendidikan berkelanjutan Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
2167
4387
2273
4175
104,9
95,2
4288
4446
3191
3230
74,4
72,6
3635
2882
3601
2893
99,1
100,4
2929
2987
3974
2572
135,7
86,1
2900
2900
3308
2570
114,07
88,62
Capaian indikator kinerja selama periode Renstra 2015-2019 sampai dengan
akhir tahun 2019, terlihat bahwa capaian indikator kinerja setiap tahunnya cenderung
berfluktuatif. Capaian indikator kinerja tertinggi pada indikator kinerja kegiatan
jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan sebesar 135,7%
pada tahun 2018 dan terendah pada indikator kinerja kegiatan jumlah peserta
20 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sebesar 72,6% pada tahun 2016. Dan
capaian indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan setiap tahunnya rata-rata sebesar 102,69% sedangkan untuk indikator
jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan rata-rata sebesar
87,72%.
1. CAPAIAN KINERJA JUMLAH SDM KESEHATAN PENERIMA BANTUAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
Bantuan pendidikan berkelanjutan bagi SDM Kesehatan diberikan kepada
peserta lama/lanjutan (peserta tugas belajar tahun 2015-2019) yang masih aktif
mengikuti kegiatan perkuliahan dan peserta baru berdasarkan SK penetapan oleh
Menteri Kesehatan. Peserta lama dibayarkan dua kali selama tahun 2019 (semester
genap dan ganjil). Sedangkan peserta baru dibayarkan hanya sekali selama tahun
2019 (semester ganjil).
Target indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan selama periode Renstra 2015-2019 dapat dilihat pada tabel
3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Target Indikator Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan
Pendidikan Berkelanjutan Tahun 2015-2019
Indikator
Target (Orang)
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
2.167
4.288
3.635
2.929
2.900
Target indikator jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan selama periode Renstra 2015-2019 pada tabel 3.2 diatas, terlihat bahwa
target terendah pada tahun 2015 dan target tertinggi pada tahun 2016.
Capaian kinerja indikator ini berdasarkan hasil pelaksanaan lima tahun
periode Renstra Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:
21 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.3 Capaian Kinerja Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan
Berkelanjutan Periode Renstra 2015-2019
Indikator
Target 2019
(Orang)
Realisasi 2019
(Orang)
Capaian Kinerja
2019 (%)
Capaian Kinerja (%)
2015
2016
2017
2018
Jumlah SDM kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
2.900
3.308
114,07
104,89
74,42
99,06
135,68
Target indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan ini, berdasarkan hasil pembahasan Rencana Anggaran
Kementerian/Lembaga (RAK/L) satuan kerja antara Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan juga
mengalami perubahan target dari 2.900 orang menjadi 3.473 orang dikarenakan
adanya pergeseran antar output antar kegiatan dalam Satuan Kerja, yaitu; output
bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, output jabatan fungsional
yang terstandardisasi dan output layanan dukungan manajemen Satuan Kerja.
Pergeseran anggaran dari ketiga output tersebut diperuntukkan untuk penambahan
anggaran pada output bantuan pendidikan SDM Kesehatan, yakni pada indikator
jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan.
Pada tabel 3.3 diatas terlihat bahwa capaian kinerja indikator kinerja jumlah
SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan sampai dengan akhir
tahun 2019 ini sebesar 114,07% atau sebanyak 3.308 orang dari target 2.900 orang. Bila
dibandingkan dengan capaian tahun 2018, capaian indikator kinerja tahun 2019 ini
lebih rendah, namun capaian kinerja masih diatas 100%. Capaian kinerja sebanyak
3.308 orang tersebut berasal dari peserta lama/lanjutan, peserta tubel baru dan
peserta tubel yang berasal dari pasca penugasan Nusantara Sehat tahun 2019. Bea
siswa diberikan bagi tenaga kesehatan pasca penugasan khusus tenaga kesehatan dan
22 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
meningkatkan kualifikasi pendidikan tenaga dalam rangka mendukung program
Nusantara Sehat.
Peserta tubel baru ditetapkan melalui Surat Keputusan Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan atas nama Menteri Kesehatan pada tanggal 17 Oktober 2019
dengan Nomor: HK.01.07/III/3536/2019 tentang Peserta Penerima Bantuan biaya
Pendidikan Tugas Belajar SDM Kesehatan Di Lingkungan Kementerian dan
Pemerintah Daerah Tahun 2019. Sedangkan peserta tubel pasca penugasan Nusantara
Sehat ditetapkan melalui Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
pada tanggal 17 Oktober 2019 dengan Nomor: HK.01.07/III/3535/2019 tentang
Peserta Penerima Beasiswa Tenaga Kesehatan Pasca Penugasan Khusus Tenaga
Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat Tahun 2019.
Capaian kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan
berkelanjutan tahun 2019 berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan terealisasi
sebanyak 3.308 orang atau 114,07% dari target sebanyak 2.900 orang. Dan
berdasarkan RKP dan Renja K/L capaian kinerja indikator ini sebesar 95,25% dari
target sebanyak 3.473 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut
ini.
Tabel 3.4 Capaian Indikator Kinerja Jumlah SDM Kesehatan
Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan Tahun 2019
Indikator Kinerja
Kegiatan
Renstra RKP Renja K/L
Target 2019
Real- sasi 2019
% Target
2019
Reali-sasi 2019
% Target
2019
Reali-sasi 2019
%
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendididkan Berkelanjutan (Orang)
2.900 3.308 114,07 3.473 3.308 95,25 3.473 3.308 95,25
Untuk peserta tubel baru tahun 2019 terdiri dari peserta tubel reguler dan
peserta tubel pasca penugasan Nusantara Sehat. Berdasarkan tabel 3.4 diatas, capaian
23 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
kinerja berdasarkan RKP dan Renja K/L sebanyak 3.308 orang berasal dari peserta
lama sebanyak 2.801 orang, peserta tubel baru regular sebanyak 466 orang dan
peserta tubel baru pasca penugasan Nusantara Sehat sebanyak 41 orang (total peserta
pasca Nusantara Sehat 51 orang, 10 orang diantaranya memilih PPDS/PDGS). Target
peserta tubel SDM Kesehatan sebanyak 3.473 orang yang terdiri dari 2.883 orang
peserta lama dan 590 orang peserta baru. Dari target 590 orang peserta tubel baru
tersebut terealisasi 507 orang berarti ada kekurangan sebanyak 83 orang.
Jumlah calon peserta tugas belajar SDM Kesehatan yang mendaftar online
pada tahun 2019 berdasarkan aplikasi tubel online (tubel.bppsdmk.kemkes.go.id) tercatat
sebanyak 1.080 orang, dan setelah melalui seleksi administrasi pusat tercatat 723
orang lulus. Selanjutnya yang lulus akademik sebanyak 474 orang. Dan yang
ditetapkan sebagai penerima bantuan pendidikan tugas belajar sebanyak 466 orang.
Sementara itu untuk peserta tubel baru yang berasal dari pasca penugasan Nusantara
Sehat dari 202 pelamar yang lulus adminitrasi sebanyak 95 orang dan dinyatakan
lulus akademik sebanyak 53 orang. Selanjutnya dari 53 orang tersebut, 2 orang
mengundurkan diri sehingga menjadi 51 orang yang ditetapkan sebagai peserta tubel
baru. Dari 51 orang peserta tubel pasca Nusantara Sehat terdapat 10 orang yang
memilih jenjang program pendidikan dokter spesialis/Pendidikan dokter gigi
spesialis (PPDS/PDGS) di 6 Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi,
sehingga 10 orang tersebut dialihkan untuk menambah capaian indikator jumlah
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan karena pembiayaannya
menggunakan anggaran PPDS/PDGS. Distribusi peserta tubel SDM kesehatan tahun
2019 sebanyak 507 orang tersebut, sebagaimana diperlihatkan pada grafik 3.1 berikut
ini.
24 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Grafik 3.1 Peserta Tubel SDM Kesehatan Tahun 2019
Jumlah peserta tubel SDM Kesehatan tahun 2019 sebagaimana grafik 3.1
diatas, terbanyak berasal dari Provinsi Nusatenggara Timur diikuti Provinsi Sulawesi
Selatan dan Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya jumlah peserta tubel paling sedikit
berasal dari Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat masing-masing 1 orang. Untuk tahun 2019 ini
Provinsi Bali dan DKI Jakarta tidak ada peserta tubel SDM yang ditetapkan sebagai
penerima bantuan tubel SDM Kesehatan.
Capaian indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan tahun 2019 ini terbilang tidak optimal. Bila dijumlahkan
peserta tubel lama dan peserta tubel baru, maka total peserta tubel SDM Kesehatan
menjadi 3.308 orang. Capaian kinerja indikator ini sudah melebihi 100% atau sebesar
114,07% dari target sebanyak 2.900 orang. Dan berdasarkan RKP dan Renja K/L
capaian kinerja indikator ini sebesar 95,25% dari target sebanyak 3.473 orang.
Selanjutnya tidak tercapainya 100% indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan
penerima bantuan pendidikan berkelanjutan pada tahun 2019 berdasarkan RKP
dan Renja K/L ini dipengaruhi antara lain; (1) Tingkat kelulusan akademik calon
peserta tubel reguler tahun 2019 tidak sesuai dengan yang diharapkan, dari 723
25 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
orang yang lulus administrasi pusat ternyata hanya 474 orang yang dinyatakan lulus
akademik atau sebanyak 249 orang atau 34% tidak lulus akademik. Selanjutnya dari
474 orang tersebut, 8 orang diantaranya mengundurkan diri dengan alasan keluarga
dan kesehatan sehingga menjadi 466 orang, (2) Jumlah peserta tubel pasca penugasan
Nusantara Sehat yang direncanakan mendapat beasiswa sebanyak 100 orang ternyata
hanya 53 orang lulus akademik, dan berkurang menjadi 51 orang karena 2 orang
mengundurkan diri karena alasan keluarga dan mengikuti program Nusantara Sehat
Individu.
Data capaian indikator kinerja jumlah SDM kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan ini diperoleh dengan menghitung jumlah SDM Kesehatan
penerima bantuan pendidikan berkelanjutan (diploma/strata/profesi) tahun 2019
(peserta lama/lanjutan). Jumlah peserta tugas belajar lama/lanjutan dihitung
berdasarkan SPP yang dibayarkan. Distribusi peserta tugas belajar SDM Kesehatan
(pendidikan diploma dan strata) yang diberikan bantuan biaya pendidikan
berkelanjutan tahun 2019, sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.5 di bawah ini:
26 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.5 Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
Tahun 2019
D4/S1 S3 TOTAL D3 D4/S1 S2 S3 TOTAL D4/S1 S2 S3 TOTAL D4/S1 S2 S3 TOTAL D4/S1 S2 S3 TOTAL D3 D4/S1 S2 S3 TOTAL
1 Universitas Indonesia 1 8 9 15 31 12 58 12 155 12 179 16 158 18 192 14 14 44 358 50 452
2 Universitas Diponegoro 2 2 3 3 52 50 4 106 60 44 2 106 56 2 58 168 96 11 275
3 Institut Pertanian Bogor 1 1 3 3 8 3 3 14 10 4 1 15 7 7 25 7 8 40
4 Universitas Negeri Jakarta 2 2 1 1 3 3
5 Universitas Jambi 2 2 1 1 3 3
6 Universitas Mulawarman 2 2 2 2
7 Universitas Syiah Kuala 2 2 4 8 7 15 2 10 7 19
8 Iniversitas Negeri Semarang 1 1 1 1
9 Universitas Lampung 16 16 4 4 20 20
10 Universitas Nasional 4 4 15 15 19 19
11 Universitas Cendrawasih 8 2 10 10 1 11 2 2 20 3 23
12 Universitas Airlangga 5 5 9 5 14 41 62 5 108 54 48 5 107 52 5 57 156 115 20 291
13 Institut Sains dan Teknologi
Nasional 9 9 1 1 10 10
14 Universitas Pancasila 23 23 38 38 18 18 79 79
15 Universitas Negeri Riau 7 1 8 13 3 16 5 5 25 4 29
16 Universitas Pendidikan
Indonesia 2 2 2 2 4 4
17 Universitas Padjapadjaran 11 11 39 39 1 42 1 44 2 2 12 83 1 96
18 Universitas Gadjah Mada 5 5 11 11 80 3 83 81 7 88 3 3 164 26 190
19 Universitas Nusa Cendana 7 7 16 1 17 8 8 31 1 32
20 Universitas Sam Ratulangi 5 5 2 2 4 2 7 9
21 Poltekkes Manado 1 1 7 7 5 5 1 12 13
22 Universitas Sumatera Utara 1 1 1 54 3 58 2 34 4 40 1 1 3 89 8 100
23 Universitas Negeri Medan 2 2 2 2
24 Poltekkes Bandung 3 3 23 23 26 26
25 Universitas Andalas 14 14 41 37 1 79 41 24 1 66 23 23 119 61 2 182
26 Universitas Negeri Padang 3 3 1 1 3 1 4
27 Universitas Sriwijaya 7 13 20 7 20 27 14 33 47
28 Universitas Jenderal
Soedirman 46 1 47 31 2 33 77 3 80
29 Universitas Sebelas Maret 2 2 2 2 16 16 31 31 1 1 1 47 4 52
30 Universitas Lambung
Mangkurat 1 1 4 4 22 8 30 20 6 26 47 14 61
31 Universitas Udayana 4 4 3 7 3 13 3 3 3 10 7 20
32 STIA LAN Jakarta 1 1 1 1 2 2
33 Poltekkes Surakarta 42 42 5 5 47 47
34 Poltekkes Banjarmasin 5 5 5 5
35 Universitas Brawijaya 2 2 3 3 73 13 1 87 48 24 1 73 121 37 7 165
36 Poltekkes Malang 1 1 6 6 7 7
37 Poltekkes Kendari 2 2 2 2
38 Universitas Negeri Malang 1 1 1 1 2 2 2 2 4
39 Universitas Negeri
Yogyakarta 1 1 1 1
40 STIA-LAN Makassar 8 8 5 5 13 13
41 Universitas Negeri Jember 1 1 6 6 5 5 12 12
42 Universitas Hasanuddin 5 5 10 53 76 129 39 98 6 143 37 5 42 134 179 11 324
43 Poltekkes Yogyakarta 6 6 24 24 57 57 87 87
44 Poltekkes Jakarta II 10 10 9 9 19 19
45 Poltekkes Jakarta III 5 5 - 5 5
46 Poltekkes Makassar 14 14 25 25 53 53 92 92
47 Poltekkes Palu 1 1 2 2 3 3
48 Poltekkes Tasikmalaya 12 12 7 7 19 19
49 Poltekkes Semarang 27 41 68 67 34 101 64 4 68 158 79 237
50 Poltekkes Palangkaraya 1 1 1 1 1 1 2
51 Poltekkes Surabaya 40 40 18 18 58 58
52 Institut Teknologi Surabaya 1 1 1 3 4 2 2 1 5 1 7
53 Politeknik Negeri Jember 13 13 13 13
2 30 32 2 65 31 55 153 496 696 36 1.228 654 680 54 1.388 471 36 507 2 1.688 1.443 175 3.308 TOTAL
NO UNIVERSITAS
PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2019
ANGKATAN 2015 ANGKATAN 2016 ANGKATAN 2017 ANGKATAN 2018 ANGKATAN 2019 TOTAL PER JENJANG
27 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Dari tabel 3.5 diatas, terlihat bahwa peserta penerima bantuan
pendidikan tubel tahun 2019 (Diploma III, Diploma IV/Strata 1, Strata 2 dan
Strata 3) sebanyak 3.308 orang tersebar di 53 institusi pendidikan, dengan
peserta tugas belajar terbanyak di Universitas Indonesia dan paling sedikit
di Universitas Negeri Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta masing-
masing 1 orang. Peserta penerima bantuan pendidikan SDM Kesehatan
terdiri dari jenjang Diploma III sebanyak 2 orang, Diploma IV/Strata 1
sebanyak 1.688 orang, Strata 2 sebanyak 1.443 orang dan Strata 3
sebanyak 175 orang.
Target indikator jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan selama awal periode Renstra Tahun 2015-2019,
bila dibandingkan dengan capaian indikator kinerja sampai dengan akhir
periode Renstra 2015-2019, maka capaian rata-rata per tahun indikator kinerja
jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan
sebesar 102,69% atau 16.347 dari 15.919 orang total target Renstra 2015-
2019. Bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2019 sebesar
114,07%, maka capaian indikator jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan tahun 2019 lebih baik dari capaian rata-rata per
tahun indikator ini selama periode Renstra tahun 2015-2019.
Capaian indikator kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan selama periode Renstra 2015-2019 dapat dilihat
pada tabel 3.6 dibawah ini.
Tabel 3.6 Capaian Indikator Kinerja Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan Periode Renstra Tahun 2015-2019
Indikator Kinerja Kegiatan
Total Target (2015-2019)
(Orang)
Total Capaian (2015-2019)
(Orang)
Progres (%)
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
15.919
16.347
102,69
28 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Capaian kinerja indikator jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
pendidikan berkelanjutan termasuk ketegori baik, namun masih ada permasalahan
yang menghambat capaian kinerja yaitu:
1. Kurang optimalnya tingkat kelulusan akademik calon peserta tubel SDM
Kesehatan.
2. Target tubel SDM Kesehatan tahun 2019 lebih banyak pada pendidikan
jenjang Strata 1 dan Diploma IV, sedangkan pada tahun sebelumnya lebih
banyak merekrut semua jenjang pendidikan Diploma IV, Strata 1, Strata 2
dan Strata 3, sehingga jumlah calon peserta yang mendaftar lebih sedikit
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
3. Tidak semua institusi pendidikan membuka pendidikan alih jenjang dari
Diploma III ke Diploma IV atau dari D IV ke Strata 1, Sedangkan calon
peserta tubel SDM Kesehatan umumnya berpendidikan Diploma III yang
ingin melanjutkan pendidikan ke Diploma IV dan Strata 1.
Dari permasalahan atau hambatan diatas, upaya yang akan dilakukan
adalah:
1. Melakukan seleksi calon peserta tubel SDM Kesehatan berdasarkan indeks
prestasi pendidikan terakhir.
2. Menyusun perencanaan target kinerja tubel SDM Kesehatan dengan
memperhatikan prosentase data kelulusan setiap jenjang pendidikan
tahun sebelumnya.
3. Mengusulkan kerjasama dengan institusi pendidikan untuk membuka
pendidikan alih jenjang dari Diploma III ke Strata 1.
2. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan berasal dari
peserta lama/lanjutan dan peserta baru. Peserta lama/lanjutan adalah peserta
penerima bantuan program pendidikan dokter spesialis/pendidikan dokter gigi
spesialis (PPDS/PDGS) yang belum menyelesaikan pendidikan dan masih
29 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
mendapatkan bantuan pendidikan dari Kementerian Kesehatan. Sedangkan peserta
baru adalah peserta penerima bantuan PPDS/PDGS tahun 2019 yang ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Bantuan pendidikan bagi
peserta PPDS/PDGS dalam hal ini peserta pendidikan dokter spesialis/
dokter gigi spesialis angkatan X-XXI (peserta lama/lanjutan) dan peserta
baru angkatan XXII dibayarkan dua kali selama tahun 2019 (semester genap
dan ganjil). Sedangkan peserta baru (angkatan XXIII) dibayarkan hanya
sekali selama tahun 2019 (semester ganjil).
Target indikator kinerja jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi
kesehatan selama periode Renstra 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 3.7 dibawah ini.
Tabel 3.7 Target Indikator Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan
Profesi Kesehatan Tahun 2015-2019
Indikator
Target (Orang)
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
4.387
4.446
2.882
2.987
2.900
Dari tabel 3.7 diatas, terlihat bahwa target indikator jumlah peserta penerima
bantuan pendidikan profesi kesehatan selama periode Renstra 2015-2019 terendah
pada tahun 2017 dengan target sebanyak 2.882 orang dan target tertinggi pada tahun
2016 sebanyak 4.446 orang. Target indikator kinerja jumlah peserta penerima bantuan
pendidikan profesi kesehatan pada tahun 2019 ini juga mengalami perubahan target
dari 2.900 orang menjadi 2.720 orang dikarenakan adanya pergeseran antar output
antar kegiatan dalam Satuan Kerja, yaitu; output bantuan pendidikan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis, output jabatan fungsional yang terstandardisasi dan
output layanan dukungan manajemen Satuan Kerja. Pergeseran anggaran dari ketiga
output tersebut diperuntukkan untuk mengurangi anggaran pada output bantuan
PPDS/PDGS, yakni pada indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
profesi kesehatan.
30 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Capaian kinerja indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
profesi kesehatan berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan sejak awal periode Renstra
2015-2019 sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Capaian Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan
Profesi Kesehatan selama Periode Renstra 2015-2019
Indikator
Target 2019
(Orang)
Realisasi
2019 (Orang)
Capaian Kinerja
2019 (%)
Capaian Kinerja (%)
2015
2016
2017
2018
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
2.900
2.570
88,62
95,17
72,65
100,38
86,11
Pada tabel 3.8 terlihat bahwa capaian kinerja indikator kinerja jumlah peserta
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tahun 2019 sebesar 88,62% atau
sebanyak 2.570 orang dari target 2.900 orang. Capaian kinerja sebanyak 2.570 orang
tersebut, berasal dari peserta PPDS/PDGS lama/lanjutan Angkatan X-XXI sebanyak
2.250 orang dan peserta PPDS/PDGS baru berasal dari Angkatan XXII tahun 2019
sebanyak 152 orang, peserta PPDS/PDGS baru berasal dari Angkatan XXIII tahun
2019 sebanyak 158 orang dan peserta PPDS/PDGS baru berasal dari pasca penugasan
Nusantara Sehat sebanyak 10 orang.
Selanjutnya berdasarkan RKP dan Renja K/L capaian kinerja indikator ini
sebesar 94,49% dari target sebanyak 2.720 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 3.9 berikut ini.
31 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan
Pendidikan Profesi Kesehatan Tahun 2019
Indikator Kinerja
Kegiatan
Renstra RKP Renja K/L
Target 2019
Real- sasi 2019
% Target
2019
Reali-sasi 2019
% Target
2019
Reali-sasi 2019
%
Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendididkan Profesi Kesehatan (Orang)
2.900 2.570 88,62 2.720 2.570 94,49 2.720 2.570 94,49
Pada tabel 3.9 diatas, terlihat bahwa capaian indikator kinerja jumlah peserta
penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tahun 2019 berdasarkan RKP dan
Renja K/L lebih besar dari pada berdasarkan Renstra. Hal ini dikarenakan
perencanaan dalam penetapan target berdasarkan Renstra belum memperhitungkan
secara cermat tingkat kelulusan akademik calon peserta PPDS/PDGS tiap tahunnya.
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tahun 2019
ini tersebar di 14 Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi, sebagaimana tabel
3.10 di bawah ini:
32 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.10 Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
Tahun 2019
SEMESTER I
ANGKATAN X-XXI ANGKATAN XXIIANGKATAN XXIII
TAHAP I
ANGKATAN XXIII
TAHAP II
NUSANTARA
SEHAT
1 FK/FKG UGM 225 20 12 257
2 FK/FKG UNAIR 366 26 8 15 2 417
3 FK UNSYIAH 55 1 - 56
4 FK USU 178 14 10 1 203
5 FK UNSRI 70 3 4 77
6 FK UNUD 125 3 8 136
7 FK/FKG UI 197 23 17 3 240
8 FK UNS 140 6 9 1 156
9 FK UNDIP 161 10 12 183
10 FK/FKG UNPAD 201 9 15 1 2 228
11 FK/FKG UNHAS 297 20 28 3 348
12 FK UNBRAW 110 9 9 1 129
13 FK UNSRAT 35 4 2 1 42
14 FK UNAND 90 4 4 98
JUMLAH 2.250 152 138 20 10 2.570
NO FAKULTAS TOTAL
SEMESTER II
Berdasarkan aplikasi ppds online tercatat pelamar Angkatan XXII yang
mendaftar online sebanyak 565 orang dan pelamar Angkatan XXIII yang mendaftar
online sebanyak 553 orang. Setelah melalui seleksi administrasi pusat dan seleksi
akademik, jumlah peserta penerima bantuan PPDS/PDGS Angkatan XXII ditetapkan
sebanyak 152 orang melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.06/V/1094/2019 tanggal 7 Mei 2019 tentang Penerima Bantuan Program
Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Angkatan Dua Puluh Dua Tahun
2019. Selanjutnya peserta penerima bantuan PPDS/PDGS Angkatan XXIII Tahap
Kesatu ditetapkan sebanyak 138 orang melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.01.07/MENKES/660/2019 tanggal 18 Oktober 2019 tentang Penerima
Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Tahap Kesatu
Angkatan XXIII Tahun 2019, dan peserta penerima bantuan PPDS/PDGS Angkatan
XXIII Tahap Kedua ditetapkan sebanyak 20 orang melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/770/2019 tanggal 4 Desember 2019 tentang
Penerima Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis Tahap
33 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Kedua Angkatan XXIII Tahun 2019. Selanjutnya tambahan peserta PPDS/PDGS dari
pasca penugasan khusus tenaga kesehatan dalam mendukung program Nusantara
Sehat sebanyak 10 orang.
Distribusi peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII dan peserta PPDS/PDGS
Angkatan XXIII diperlihatkan pada grafik 3.2 dan 3.3 dibawah ini.
Grafik 3.2 Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII
Tahun 2019
34 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Grafik 3.3 Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXIII
Tahun 2019
Jumlah peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis Angkatan XXII dan Angkatan XXIII (termasuk peserta pasca penugasan
Nusantara Sehat) sebagaimana ditampilkan pada grafik 3.2 dan 3.3, terbanyak berasal
dari Pusat (Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan dan Kepolisian
Republik Indonesia). Selanjutnya diikuti peserta yang berasal dari Provinsi Sulawesi
Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Sedangkan Provinsi
lainnya paling sedikit peserta penerima bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter
gigi spesialis sebanyak 1 sampai 2 orang.
Capaian indikator kinerja jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
profesi kesehatan berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2019
sebesar 88,62% dari target sebanyak 2.900 orang. Sedangkan berdasarkan RKP dan
Renja K/L capaian indikator kinerja sebesar 94,49% dari target sebanyak 2.720 orang.
Capaian indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
tidak mencapai 100% atau alokasi anggaran indikator ini tidak terserap secara
optimal. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan tidak optimalnya capaian
indikator indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan,
yaitu: (1) Program bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis
35 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
merupakan program prioritas nasional dimana output tidak bisa berubah karena
sudah ditetapkan dalam rencana strategis 5 tahunan, (2) Rendahnya tingkat
kelulusan seleksi akademik calon peserta penerima bantuan pendidikan profesi
kesehatan. Hasil seleksi calon peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII dari 547 pelamar
hanya 152 orang yang lulus akademik (27,79%). Kemudian hasil seleksi calon peserta
PPDS/PDGS Angkatan XXIII dari 553 pelamar hanya 163 orang yang lulus akademik
(29,47%). Dan apabila ditelaah lebih lanjut dari 152 peserta PPDS/PDGS Angkatan
XXII ternyata hanya 81 orang yang lulus akademik (54%), selebihnya adalah peserta
yang berasal dari residen (telah menjadi mahasiswa semester I-IV) sebanyak 71 orang
(46%). Demikian pula hasil seleksi calon peserta PPDS/PDGS Angkatan XXIII dari
158 orang penerima bantuan PPDS/PDGS, yang lulus akademik atau peserta baru
sebanyak 111 orang (70%), selebihnya adalah peserta yang berasal dari residen
sebanyak 47 orang (30%). Untuk lebih jelasnya distribusi peserta baru dan residen
dapat dilihat pada tabel 3.11 dibawah ini.
Tabel 3.11. Distribusi Peserta PPDS/PDGS (Baru dan Residen)
Angkatan XXII dan Angkatan XXIII Tahun 2019
Lulus
AkademikResiden
Lulus
AkademikResiden
Lulus
Akademik
Lulus
AkademikResiden
81
(54%)
71
(46%)
111
(70%)
47
(30%)10
202
(63%)
118
(37%)
10 320152 158
Angkatan 22 Angkatan 23Pasca
Penugasan NSTOTAL
Capaian indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi
kesehatan selama lima tahun (2015-2019) dibandingkan dengan target periode
Renstra 2015-2019, maka rata-rata per tahun capaian kinerja indikator ini sebesar
87,72% atau sebanyak 15.440 orang dari 17.602 orang total target Renstra 2015-2019.
Bila dibandingkan dengan capaian indikator tahun 2019 sebesar 88,62%, maka
capaian indikator tahun 2019 ini lebih baik dibandingkan dengan capaian rata-rata
per tahun indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan
selama periode Renstra 2015-2019. Capaian indikator jumlah peserta penerima
36 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
bantuan pendidikan profesi kesehatan selama lima tahun (2015-2019) dibandingkan
dengan target periode Renstra 2015-2019 dapat dilihat pada tabel 3.12 dibawah ini.
Tabel 3.12 Capaian Indikator Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi
Kesehatan Periode Renstra Tahun 2015-2019
Indikator Kinerja Kegiatan
Total Target (2015-2019)
(Orang)
Total Capaian (2015-2019)
(Orang)
Progres (%)
Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
17.602
15.440
87,72
Capaian kinerja indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan
profesi kesehatan termasuk ketegori tidak berhasil. Faktor-faktor yang menghambat
capaian kinerja indikator, yaitu:
1. Masih rendahnya tingkat kelulusan akademik calon peserta PPDS/
PDGS, terutama di wilayah timur Indonesia.
2. Perencanaan kebutuhan dokter spesialis/dokter gigi spesialis oleh
Rumah Sakit Pengusul, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas
Kesehatan Provinsi belum sesuai dengan kebutuhan pelayanan
spesialistik Rumah Sakit Pengusul (Permenkes Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit).
3. Rendahnya kepatuhan peserta program bantuan pendidikan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis yang telah menyelesaikan pendidikan
untuk melaksanakan masa pengabdian di Rumah Sakit Pengusul,
terutama peserta non PNS.
4. Belum optimalnya partisipasi Pemerintah Daerah dalam menyediakan
sarana, prasarana spesialistik dan insentif bagi dokter spesialis, terutama
di wilayah Indonesia Timur.
Dari permasalahan atau hambatan diatas, upaya yang akan dilakukan
adalah:
37 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
A. Program Prioritas Pemantauan Kantor Staf Presiden (KSP)
1. Peningkatan kemampuan calon peserta PPDS/PDGS dari DTPK
(Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat) melalui program pemantapan/
peningkatan kompetensi bagi calon peserta PPDS/PDGS.
2. Melakukan sosialisasi program bantuan PDS/DGS dan advokasi
kebijakan kepada Pemerintah Daerah, agar melakukan perencanaan
kebutuhan dokter spesialis/dokter gigi spesialis secara realistik.
3. Menerapkan sanksi bagi peserta program bantuan PPDS/PDGS yang
tidak melaksanakan masa pengabdian sesuai dengan ketentuan
peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2018.
4. Melakukan sosialisasi program bantuan PDS/DGS dan advokasi
kebijakan kepada Pemerintah Daerah dalam menyediakan sarana,
prasarana spesialistik dan insentif bagi dokter spesialis, terutama di
wilayah Indonesia Timur.
4. INDIKATOR PENDUKUNG
Kantor Staf Presiden (KSP) memantau kegiatan prioritas Kementerian/
Lembaga (K/L) yang menjadi janji Presiden dalam periode pemerintahan 2015-2019.
Program bantuan pendidikan dokter spesialis/pendidikan dokter gigi spesialis
merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan yang dimonitor
progres pelaksanaannya secara berkala pada bulan ke-3 (B03), B06, B09 dan B12 oleh
KSP, melalui Biro Perencanaan dan Anggaran dan Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan. Laporan dari satuan kerja secara periodik dari indikator
yang masuk dalam program prioritas nasional dikirim secara elektronik
menggunakan aplikasi Sistem Pemantauan (SISPAN) KSP.
Pemberian bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis
ditargetkan pada tahun 2019 memiliki target sebanyak 2.720 orang dengan rincian;
untuk program Prioritas Nasional Tema Kesehatan sebanyak 2.700 orang dan
38 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Program Prioritas Nasional Tema Papua dan Papua Barat sebanyak 20 orang. Ukuran
keberhasilan pemberian bantuan pendidikan dokter spesialis/pendidikan dokter gigi
spesialis yang dipantau mulai bulan keempat (B04), B06, B09 dan B12 secara
bertahap. Sesuai dengan matriks rencana aksi pada check point B12, maka capaian
yang akan dicapai adalah diberikannya bantuan pendidikan PPDS/PDGS Angkatan
XXIII tahun 2019, terlaksananya pengembalian peserta pasca PPDS/PDGS tahun 2019
dan terlaksananya penyampaian Surat Edaran Bantuan Pendidikan PPDS/ PDGS
Angkatan XXIV Tahun 2020.
(1). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan peserta
penerima bantuan pendidikan sebanyak PPDS/PDGS Nasional tahun 2019 dan
telah diberikan bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis
sebanyak 2.532 orang, yang terdiri dari:
• Peserta PPDS/PDGS lama/lanjutan Angkatan X-XXI sebanyak 2.234 orang
· Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII tahun 2019 sebanyak 138 orang
· Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXIII tahap I tahun 2019 sebanyak 138 orang
· Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXIII tahap II tahun 2019 sebanyak 15 orang
· Peserta PPDS/PDGS pasca penugasan khusus Nusantara Sehat tahun 2019
sebanyak 7 orang
(2). Berdasarkan Surat Kepala Badan PPSDM Kesehatan atas nama Menteri
Kesehatan, telah dikembalikan peserta pasca pendidikan dokter spesialis/
dokter gigi spesialis kepada instansi pengusul tahun 2019 sebanyak 234 orang
dari 30 Provinsi dan Instansi Pusat, sebagaimana ditampilkan pada tabel 3.13
di bawah ini.
39 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.13 Peserta Pasca PPDS/PDGS Yang Telah Dikembalikan Ke Instansi Pengusul
Tahun 2019
NO PROVINSI JUMLAH
1 Aceh 10
2 Bali 7
3 Banten 6
4 D.I. Yogyakarta 1
5 Gorontalo 3
6 Jambi 8
7 Jawa Barat 35
8 Jawa Tengah 13
9 Jawa Timur 13
10 Kalimantan Barat 12
11 Kalimantan Selatan 6
12 Kalimantan Tengah 6
13 Kalimantan Utara 2
14 Kepulauan Bangka Belitung 5
15 Kepulauan Riau 7
16 Lampung 8
17 Maluku 6
18 Maluku Utara 4
19 Nusa Tenggara Barat 10
20 Nusa Tenggara Timur 1
21 Papua 10
22 Riau 1
23 Sulawesi Barat 1
24 Sulawesi Selatan 2
25 Sulawesi Tengah 1
26 Sulawesi Tenggara 3
27 Sulawesi Utara 1
28 Sumatera Barat 2
29 Sumatera Selatan 5
30 Sumatera Utara 19
31 Kemenhan 14
32 Pusat 12
234T O T A L
(3). Progres capaian pemberian bantuan PPDS/PDGS sampai dengan bulan ke-dua
belas (B12) Tahun 2019, dengan target sebesar 2.700 orang adalah sebesar 93,78%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.14 berikut ini.
40 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.14 Penerima Bantuan PPDS/PDGS Nasional Pantauan B12 Tahun 2019
SEMESTER I
ANGKATAN X-XXI ANGKATAN XXIIANGKATAN XXIII
TAHAP I
ANGKATAN XXIII
TAHAP II
NUSANTARA
SEHAT
1 FK/FKG UGM 223 19 12 254
2 FK/FKG UNAIR 364 25 8 15 2 414
3 FK UNSYIAH 55 1 56
4 FK USU 178 14 10 202
5 FK UNSRI 70 3 4 77
6 FK UNUD 124 3 8 135
7 FK/FKG UI 197 23 17 2 239
8 FK UNS 140 6 9 1 156
9 FK UNDIP 161 10 12 183
10 FK/FKG UNPAD 199 7 15 1 222
11 FK UNHAS 291 11 28 330
12 FK UNBRAW 110 9 9 1 129
13 FK UNSRAT 32 3 2 37
14 FK UNAND 90 4 4 98
JUMLAH 2.234 138 138 15 7 2.532
NO FAKULTAS TOTALSEMESTER II
Selanjutnya rencana aksi kegiatan Prioritas bantuan KSP pada
pantauan B12 tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3.15 dibawah ini:
41 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.15 Rencana Aksi Kegiatan Prioritas Pantauan KSP PPDS/PDGS Nasional
Pantauan B12 Tahun 2019
NO. KEGIATAN PRIORITASUKURAN KEBERHASILAN
B04, B06, B09, B12
%
CAPAIANKETERANGAN
TARGET B04:
1. Terlaksananya proses seleksi administrasi
dalam rangka penetapan peserta PPDS/PDGS
Angkatan XXII Tahun 2019
100 Data dukung:
Rekapitulasi hasil seleksi administrasi
peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII Tahun
2019
2. Terlaksananya penyampaian Surat Edaran
Bantuan Pendidikan PPDS/PDGS Angkatan XXIII
Tahun 2019
100 Surat Edaran Kepala Badan PPSDM
Kesehatan
TARGET B06:
1. Diterbitkannya SK bagi peserta PPDS/PDGS
Angkatan XXII Tahun 2019
100 SK Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII
Tahun 2019
2. Adanya kesepakatan Perjanjian Kerjasama
(PKS) tentang Penyelenggaraan PDS/PDGS
antara Institusi Pendidikan dengan Kemenkes bagi
peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII Tahun 2019
25 Dokumen PKS dalam proses
penandatangan
3. Diberikannya bantuan pendidikan PPDS/PDGS
Angkatan XXII Tahun 2019
25 Dokumen Berita Acara Pembayaran (BAP)
Biaya Pendidikan, Nominatif pembayaran
biaya hidup bagi peserta PPDS/ PDGS
Angkatan XXII Tahun 2019 dalam proses
penandatangan
TARGET B09:
Terlaksananya proses seleksi administrasi dalam
rangka penetapan peserta PPDS/PDGS Angkatan
XXIII Tahun 2019
90 Data dukung:
Rekapitulasi hasil seleksi administrasi
peserta PPDS/ PDGS Angkatan XXIII Tahun
2019
TARGET B12:
1. Diterbitkannya SK bagi peserta PPDS/PDGS
Angkatan XXIII Tahun 2019
100 SK Peserta PPDS/PDGS Angkatan XXIII
Tahun 2019
2. Adanya kesepakatan Perjanjian Kerjasama
(PKS) tentang Penyelenggaraan PDS/PDGS
antara Institusi Pendidikan dengan Kemenkes bagi
peserta PPDS/PDGS Angkatan XXIII Tahun 2019
100 Dokumen PKS
3. Diberikannya bantuan pendidikan PPDS/PDGS
Angkatan XXIII Tahun 2019100 Dokumen Berita Acara Pembayaran (BAP)
Biaya Pendidikan, Nominatif pembayaran
biaya hidup bagi peserta PPDS/ PDGS
Angkatan XXIII Tahun 2019
4. Terlaksananya penyampaian Surat Edaran
Bantuan Pendidikan PPDS/PDGS Angkatan XXIV
Tahun 2020
100 Surat Edaran Kepala Badan PPSDM
Kesehatan
5. Terlaksananya pengembalian peserta pasca
PPDS/PDGS Tahun 2019100 SK Pengembalian ke unit pengusul dari
Kepala Badan PPSDM Kesehatan
1 Program Bantuan Pendidikan
Dokter Spesialis/ Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis Tahun 2019
(4). Hambatan/Kendala
Hambatan/kendala tidak tercapainya target rencana aksi Program Bantuan
Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDS/PDGS)
Nasional pantauan B12 tahun 2019 (target: 2.700 orang, hanya tercapai sebesar
93,78%), hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat kelulusan
akademik calon peserta PPDS/PDGS, terutama di wilayah Timur Indonesia.
42 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(5). Rekomendasi
Peningkatan kemampuan calon peserta PPDS/PDGS dari daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan (DTPK) melalui program pemantapan/peningkatan
kompetensi bagi calon peserta PPDS/PDGS.
2. Program Bantuan PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua Barat.
Sesuai dengan matriks rencana aksi pada check point B12, maka capaian yang
akan dicapai adalah diberikannya bantuan pendidikan PPDS/PDGS Provinsi Papua
dan Papua Barat Tahap II tahun 2019, terselenggaranya kegiatan pemantapan bagi
calon peserta program bantuan pendidikan PPDS Provinsi Papua dan Papua Barat
(khusus prodi 4 Dasar dan 5 penunjang) tahap II tahun 2019 dan terlaksananya
penyampaian Surat Edaran Bantuan Pendidikan PPDS/PDGS Provinsi Papua dan
Papua Barat tahap I tahun 2020.
Peserta Penerima Bantuan PPDS/PDGS dari Provinsi Papua dan Papua Barat
berasal dari peserta lanjutan tahun 2018, peserta baru tahun 2019 dan peserta
PPDS/PDGS berasal dari pasca penugasan khusus Nusantara Sehat tahun 2019,
sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3.16 berikut ini.
Tabel 3.16. Distribusi Peserta Penerima Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2018-2019
!
Papua
(Orang)
Papua
Barat
(Orang)
Jumlah
(Orang)
Papua
(Orang)
Papua
Barat
(Orang)
Jumlah
(Orang)
Papua
(Orang)
Papua
Barat
(Orang)
Jumlah
(Orang)
Papua
(Orang)
Papua
Barat
(Orang)
Jumlah
(Orang)
1 FK Universitas Gajah
Mada1 1 2 1 1 3
2 FK Universitas Airlangga2 2 1 1 3
3 FK Universitas
Padjadjaran 2 2 2 2 1 1 1 1 6
4 FK Universitas
Hasanudin3 3 6 7 2 9 2 1 3 18
5 FK Universitas Sam
Ratulangi3 3 1 1 1 1 5
6 FK Universitas Udayana1 1 1
7 FKG Universitas
Indonesia1 1 1
8 FK Universitas
Sumatera Utara1 1 1
JUMLAH12 4 16 10 4 14 3 2 5 1 2 3 38
NO FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMESTER I
TOTALPESERTA LANJUTAN
TAHUN 2018
PESERTA TAHAP I
TAHUN 2019
PESERTA TAHAP II
TAHUN 2019
SEMESTER II
PESERTA PASCA NS
43 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Pada tabel 3.16 diatas, memperlihatkan bahwa jumlah peserta program
pendidikan dokter spesialis (PPDS) Provinsi Papua dan Papua Barat dari tahun
2018-2019 (peserta lanjutan) sebanyak 38 orang yang tersebar di 8 Fakultas
Kedokteran, terdiri dari peserta lama/lanjutan tahun 2018 sebanyak 16 orang, peserta
baru tahap I dan tahap II tahun 2019 yang lulus sebagai penerima bantuan PPDS
sebanyak 19 orang dan peserta PPDS/PDGS yang berasal dari pasca penugasan
khusus Nusantara Sehat tahun 2019 sebanyak 3 orang. Peserta PPDS/PDGS baru
terdiri dari 14 orang berasal dari Provinsi Papua dan 8 orang dari Provinsi Papua
Barat dengan jumlah peserta terbanyak di Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.
Berdasarkan pendekatan pembangunan berbasis kesukuan dari 25 orang
peserta PPDS tersebut belum ada peserta orang asli papua (OAP), sebagian besar
adalah orang yang lahir di Papua (57%) dan 43% lainnya bukan kelahiran di Papua.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.17 dibawah ini.
Tabel 3.17. Distribusi Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2018-2019
No
Peserta Provinsi
Pendekatan Kesukuan Keterangan
Papua (Orang)
Papua Barat
(Orang)
Orang Asli Papua (OAP)
Kelahiran Papua
(Orang)
Kelahiran Non Papua
(Orang)
1
26
12
-
20
18
Kelahiran non Papua (bukan lahir di Papua maupun Papua Barat)
Progres capaia bantuan pendidikan PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua
Barat sampai dengan bulan ke dua belas (B12) tahun 2019 sebagaimana dijelaskan
pada tabel 3.18 dibawah ini.
44 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.18 Penerima Bantuan PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua Barat
Sampai Dengan B12 Tahun 2018-2019
No
Fakultas Kedokteran/ Fakulatas Kedokteran
Gigi (FK/FKG)
Semester I Semester II Total Peserta
Lanjutan (Tahun 2018)
Tahap I Tahun 2019
Tahap II Tahun 2019
Peserta Pasca
NS
1 FK Universitas Gajah Mada
2 1 3
2
FK Universitas Airlangga
2 1 2
3
FK Universitas Padjadjaran
2 2 1 1 4
4
FK Universitas Hasanudin
6 9 3 15
5
FK Universitas Sam Ratulangi
3 1 1 4
6
FK Universitas Udayana 1 1
7
FK Universitas Sumatera Utara
1
8
FKG Universitas Indonesia
1
Total 16
14 5 3 38
Progres capaian pemberian bantuan PPDS/PDGS sampai dengan bulan ke-
dua belas (B12) Tahun 2019, dengan target sebesar 20 orang adalah sebesar 190%.
Progres capaian Rencana Aksi Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis Provinsi Papua
dan Papua Barat Tahap II Tahun 2019 pada check point bulan ke dua belas (B12) dapat
dilihat pada tabel 3.19 dibawah ini:
45 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.19 Rencana Aksi Kegiatan Prioritas Nasional Pantauan KSP
Provinsi Papua dan Papua Barat Check Point B12 Tahun 2019
NO KEGIATAN PRIORITASUKURAN KEBERHASILAN B04, B06,
B09, B12
%
CAPAIANKETERANGAN
TARGET B04:
1. Terlaksananya proses seleksi administrasi
dalam rangka penetapan peserta PPDS/PDGS
Provinsi Papua dan Papua Barat Tahap I Tahun
2019
100 Data dukung:
Rekapitulasi hasil seleksi administrasi peserta
PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua Barat
Tahap I Tahun 2019 (Rekap seleksi digabung
dengan calon peserta PPDS/PDGS Angkatan XXII)
2. Terlaksananya penyampaian Surat Edaran
Bantuan Pendidikan PPDS/PDGS Provinsi Papua
dan Papua Barat Tahap II Tahun 2019
100 Surat Edaran Kepala Badan PPSDM Kesehatan
(SE digabung dengan SE PPDS/PDGS Angkatan
XXIII)
TARGET B06:
1. Diterbitkannya SK bagi peserta PPDS/PDGS
Provinsi Papua dan Papua Barat Tahap I Tahun
2019
100 SK Peserta PPDS/PDGS Provinsi Papua dan
Papua Barat Tahap I Tahun 2019 (SK digabung
dengan PPDS/PDGS Angkatan XXII)
2. Adanya kesepakatan Perjanjian Kerjasama
(PKS) tentang Penyelenggaraan PDS/PDGS
antara Institusi Pendidikan dengan Kemenkes bagi
peserta PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua
Barat Tahap I Tahun 2019
25 Dokumen PKS (digabung dengan PPDS/PDGS
Angkatan XXII) dalam proses penandatanganan
3. Diberikannya bantuan pendidikan PPDS/PDGS
Provinsi Papua dan Papua Barat Tahap I Tahun
2019
25 Dokumen Berita Acara Pembayaran (BAP) Biaya
Pendidikan, Nominatif pembayaran biaya hidup bagi
peserta penerima bantuan PPDS/ PDGS Provinsi
Papua dan Papua Barat Tahap I Tahun 2019
(digabung dengan PPDS/PDGS Angkatan XXII)
dalam proses penandatanganan
4. Terlaksananya seleksi calon peserta
pemantapan program bantuan pendidikan PPDS
Provinsi Papua dan Papua Barat (khusus prodi 4
Dasar dan 5 penunjang) Tahap I Tahun 2019
100 Rekapitulasi hasil seleksi peserta pemantapan
program bantuan pendidikan PPDS Provinsi Papua
dan Papua Barat (khusus prodi 4 Dasar dan 5
penunjang) Tahap I Tahun 2019
5. Terselenggaranya kegiatan pemantapan bagi
calon peserta program bantuan pendidikan PPDS
Provinsi Papua dan Papua Barat (khusus prodi 4
Dasar dan 5 penunjang) Tahap I Tahun 2019
100 Laporan Penyelenggaraan kegiatan pemantapan
bagi calon peserta program bantuan pendidikan
PPDS Provinsi Papua dan Papua Barat (khusus
prodi 4 Dasar dan 5 penunjang) Tahap I Tahun 2019
TARGET B09:
Terlaksananya proses seleksi administrasi dalam
rangka penetapan peserta PPDS/PDGS Provinsi
Papua dan Papua Barat Tahap II Tahun 2019
95 Data dukung:
Rekapitulasi hasil seleksi administrasi peserta
PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua Barat
Tahap II Tahun 2019 (digabung dengan
PPDS/PDGS Angkatan XXIII)
TARGET B12: 1.
Diterbitkannya SK bagi peserta PPDS/PDGS
Provinsi Papua dan Papua Barat Tahap II Tahun
2019
100 Data dukung:
SK Peserta PPDS/PDGS Provinsi Papua dan
Papua Barat Tahap II Tahun 2019 (digabung
dengan PPDS/PDGS Angkatan XXIII)
2. Adanya kesepakatan Perjanjian Kerjasama
(PKS) tentang Penyelenggaraan PDS/PDGS
antara Institusi Pendidikan dengan Kemenkes bagi
peserta PPDS/PDGS Provinsi Papua dan Papua
Barat Tahap II Tahun 2019
100 Dokumen PKS (digabung dengan PPDS/PDGS
Angkatan XXIII)
3. Diberikannya bantuan pendidikan PPDS/PDGS
Provinsi Papua dan Papua Barat Tahap II Tahun
2019
100 Dokumen Berita Acara Pembayaran (BAP) Biaya
Pendidikan, Nominatif pembayaran biaya hidup bagi
peserta penerima bantuan PPDS/PDGS Provinsi
Papua dan Papua Barat Tahap II Tahun
2019(digabung dengan PPDS/PDGS Angkatan XXIII)
4. Terlaksananya penyampaian Surat Edaran
Bantuan Pendidikan PPDS/PDGS Provinsi Papua
dan Papua Barat Tahap I Tahun 2020
100 Surat Edaran Kepala Badan PPSDM Kesehatan
(digabung dengan SE PPDS/PDGS Angkatan XXIV)
5. Terlaksananya seleksi calon peserta
pemantapan program bantuan pendidikan PPDS
Provinsi Papua dan Papua Barat (khusus prodi 4
Dasar dan 5 penunjang) Tahap II Tahun 2019
100 Rekapitulasi hasil seleksi peserta pemantapan
program bantuan pendidikan PPDS Provinsi Papua
dan Papua Barat (khusus prodi 4 Dasar dan 5
penunjang) Tahap II Tahun 2019
6. Terselenggaranya kegiatan pemantapan bagi
calon peserta program bantuan pendidikan PPDS
Provinsi Papua dan Papua Barat (khusus prodi 4
Dasar dan 5 penunjang) Tahap II Tahun 2019
100 Laporan Penyelenggaraan kegiatan pemantapan
bagi calon peserta program bantuan pendidikan
PPDS Provinsi Papua dan Papua Barat (khusus
prodi 4 Dasar dan 5 penunjang) Tahap II Tahun 2019
1 Bantuan Pendidikan PPDS/PDGS
Provinsi Papua dan Papua Barat
Tahun 2019
46 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
B. Pengelolaan Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
Dalam rangka peningkatan profesionalisme, pengembangan karir Sumber Daya
Manusia Kesehatan sebagai Pegawai Negeri Sipil serta untuk peningkatan kinerja organisasi
maka ditetapkan Jabatan Fungsional. Jabatan fungsional bidang kesehatan di Indonesia
terdapat 30 (tiga puluh) jenis jabatan fungsional. Instansi pembina 30 jenis Jabatan
Fungsional bidang kesehatan adalah Kementerian Kesehatan. Instansi pembina berperan
sebagai pengelola Jabatan Fungsional yang menjadi tanggung jawabnya untuk menjamin
terwujudnya standar kualitas dan profesionalitas Jabatan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil bahwa Instansi pembina jabatan fungsional memiliki 18 tugas untuk
pengelolaan jabatan fungsional binaannya. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Instansi
pembina wajib menyampaikan secara berkala setiap tahun hasil pelaksanaan tugas tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan menyusun laporan pengelolaan
jabatan fungsional kesehatan yang menjadi binaannya sebagai bagian dari tugas
instansi pembina jabatan fungsional bidang kesehatan dan sebagai pelaporan
pertanggungjawaban kegiatan serta akuntabilitas kinerja bidang pengembangan
jabatan fungsional kesehatan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan, Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan.
Dalam Profil Jabatan Fungsional yang diterbitkan oleh Kemenpan-RB tahun
2017, terdapat 154 jenis jabatan fungsional dengan jumlah instansi Pembina jabatan
fungsional sejumlah 45 instansi. Untuk rumpun kesehatan terdapat 30 jenis jabatan
fungsional dengan Instansi Pembinanya adalah Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan data yang bersumber dari Direktorat Pengolahan Data dan Sistem
Informasi Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada Agustus 2019 jumlah pejabat
fungsional kesehatan sebanyak 355.770 orang. Jumlah dan jenis tersebut selain ada di
lingkungan Kementerian Kesehatan juga tersebar di Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.20 berikut ini:
47 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.20 Jumlah dan Jenis Pejabat Fungsional Bidang Kesehatan
Sumber: Direktorat Pengelolaan Data dan Sistem Informasi BKN, 4 April 2019
Saat ini terdapat 30 Ketentuan atau Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi terkait jabatan fungsional dan angka
kreditnya, ada 28 Keputusan Bersama antara Menteri Kesehatan dengan Kepala
Badan Kepegawaian Negara, 1 Peraturan Kepala BKN dan 23 Petunjuk Teknis
Jabatan fungsional kesehatan yang ditetapkan melalui Keputusan/Peraturan Menteri
Kesehatan, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3.21 berikut ini:
No Nama Jabfung Jumlah No Nama Jabfung Jumlah
1 Administrator Kesehatan 1.688 16 Penyuluh Kesehatan
Masyarakat 4.503
2 Apoteker 4.199 17 Perawat 161.212
3 Asisten Apoteker 12.262 18 Perawat Gigi 10.439
4 Bidan 78.872 19 Perekam Medis 3.338
5 Dokter 24.131 20 Pranata Laboratorium
Kesehatan 13.167
6 Dokter Gigi 6.961 21 Psikolog Klinis 160
7 Dokter Pendidik Klinis 2.077 22 Radiografer 2.933
8 Entomolog Kesehatan 130 23 Refraksionis Optisien 392
9 Epidemiolog Kesehatan 1.774 24 Sanitarian 11.413
10 Fisikawan Medis 86 25 Teknisi elektromedis 1.391
11 Fisioterapis 2.423 26 Teknisi Gigi 112
12 Nutrisionis 11.489 27 Teknisi Transfusi
Darah 146
13 Okupasi Terapis 132 28 Terapis Wicara 94
14 Ortosis Prostetis 32 29 Penata Anestesi 0
15 Pembimbing Kesehatan
Kerja 214 30 Asisten Penata Anestesi 0
TOTAL 355.770
48 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.21 Regulasi Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
No
Nama Jabatan
Fungsional
Keputusan/ Peraturan Menteri
PAN-RB
SKB (Juklak)
Peraturan Menteri
Kesehatan (Juknis)
1 Adminkes Kep 42/2000 251/2001 Per 19/2002
2 Apoteker Per 07/2008 1113/2008 377/2009
3 Asisten Apoteker Per 08/2008 1114/2008 376/2009
4 Bidan Per 01/2008 1110/2008 551/2009
5 Dokter Kep 139/2003 1738/2003 -
6 Dokter Gigi Kep 141/2003 1740/2003 -
7 Dokdiknis Per 17/2008 1201/2009 -
8 Entomolog Kesehatan Kep18/2000 396/2001 1201/2004
9 Epidemiolog Kesehatan Kep 17/2000 395/2001 1200/2004
10 Fisikawan Medis Per 12/2008 1111/2008 262/2009
11 Fisioterapis Kep 04/2004 209/2004 640/2005
12 Nutrisionis Kep 23/2001 894/2001 1306/2001
13 Okupasi Terapis Per 123/2005 101/2006 991/2006
14 Ortotis Prostetis Per 122/2005 100//2006 993/2006
15 Penyuluh Kesmas Kep 58/2000 1811/2000 Kep 66/2001
16 Perekam Medis 20/2013 Per 30/2013
48/22/2014 47/2015
17 Perawat Per 25/2014 5/6/2015 -
18 Perawat Gigi Per 23/2014 4/5/2015 -
19 Pranata Labkes Per 08/2006 611/2006 413/2007
20 Psikolog Klinis Per 11/2008 1112/2008 613/2010
21 Radiografer Per 29/2013 47/21/2014 52/2015
22 Refraksionis Per 47/2005 1368/2005 994/2006
23 Sanitarian Kep 19/2000 Per 10/2006
393/2001 1206/2004
24 Teknisi Elektromedik Per 28/2013 46/23/2014 51/2015
25 Teknisi Gigi Per 06/2007 1148/2007 365/2008
26 Teknisi Transfusi Darah Per 05/2007 1147/2007 364/2008
27 Terapis Wicara Per 48/2005 1367/2005 992/2006
28 Pembimbing Kesja Per 13/2013 (47/2013)
50/18 -2013 62/2014
29 Penata Anestesi Per 11/2017 Per 3/2018 21/2019
30 Asisten Penata Anestesi Per 10/2017 Per 3/2018 22/2019
49 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Dari beberapa Permenpan-RB tersebut ada beberapa yang belum terbarukan
dan kurang relevan dengan perkembangan situasi, perubahan Peraturan Perundang-
Undangan dan kondisi saat ini. Selain itu terdapat beberapa regulasi yang belum
disusun sebagaimana tugas Instansi Pembina sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017. Berkenaan dengan hal tersebut, perlu dilakukan harmonisasi dan
sinkronisasi dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku, diantaranya Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan, Peraturan Pemerintah 11 tahun 2017 tentang Manajemen
PNS dan PermenpanRB nomor 13 tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
Selain hal tersebut, sosialisasi kebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan
kepada para pejabat fungsional, pengelola Jabatan Fungsional Kesehatan, pengelola
kepegawaian dan stakeholder lainnya belum dilaksanakan secara optimal, sehingga
informasi terkait pengumpulan angka kredit, penilaian angka kredit, pembinaan
karir, dan lainnya kurang dipahami oleh para stakeholder dan pejabat fungsional
lainnya.
1. Stakeholder Jabatan Fungsional Kesehatan
Dalam pengembangan jabatan fungsional kesehatan terdapat stakeholder yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu Instansi Pembina dan Instansi Pengguna.
Kementerian Kesehatan sebagai Instansi Pembina jabatan fungsional kesehatan
dalam pengelolaannya berbagi peran dan tugas melalui beberapa unit yang terdiri
dari: (1) Unit yang membidangi pengembangan jabatan fungsional (Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan); (2) Unit Pembina jabatan fungsional kesehatan
yang tersebar di 12 (dua belas) Satuan Kerja di Sekretariat Jenderal dan Direktorat
Jenderal Kementerian Kesehatan; (3) Unit Pengelola Kepegawaian di Lingkungan
Kementerian Kesehatan, dan (4) Unit Pengelola Pelatihan di Lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Pusat Peningkatan Mutu SDM kesehatan merupakan satuan kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki tugas penyusunan kebijakan
teknis di bidang fasilitasi standardisasi dan profesi tenaga kesehatan, pendidikan
berkelanjutan, dan pengembangan jabatan fungsional. Salah satu unit atau bidang di
50 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Pusat Peningkatan Mutu adalah Bidang Pengembangan Jabatan Fungsional
Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan jabatan
fungsional kesehatan. Hubungan antar Unit di Instansi Pembina jabatan fungsional
kesehatan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini
Gambar 3.1 Instansi Pembina Jabatan Fungsional Kesehatan
Saat ini terdapat lebih dari dua belas ribu stakeholder Instansi Pengguna
jabatan fungsional kesehatan yang tersebar luas di Kementerian dan Lembaga serta
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Banyaknya stakeholder terkait jabatan
fungsional kesehatan dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini:
Gambar 3.2 Instansi Pengguna Jabatan Fungsional Kesehatan
51 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Kondisi saat ini untuk pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan yang
dilaksanakan oleh masing-masing Instansi Pemerintah (Pusat dan Daerah) dirasakan
belum optimal pengelolaan dan peran pejabat fungsional. Hal ini disebabkan karena
karena banyak dan luasnya stakeholder serta kurangnya komitmen dan dukungan
sumber daya dalam pengelolaan jabatan fungsional kesehatan. Selain hal tersebut
belum ada unit khusus yang tugas dan fungsi utamanya menangani pengelolaan
jabatan fungsional kesehatan baik di Pusat maupun Daerah serta belum semua
memiliki tata hubungan kerja yang harmonis berdasarkan uraian tugas yang jelas.
Sehingga diperlukan upaya upaya yang efektif, efisien, terintegrasi, terukur,
konsisten untuk dapat mengoptimalkan peran instansi pembina dan instansi
pengguna serta Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang berwenang di
tingkat pusat dan daerah.
2. Pengorganisasian Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan di Kementerian Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 60 tahun 2016 tentang
Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dan Jabatan Fungsional NonKesehatan di
lingkungan Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa dalam pembinaan Jabatan
Fungsional Kesehatan dilaksanakan oleh:
Unit yang membidangi pengembangan Jabatan Fungsional adalah unit kerja
yang melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang
pengembangan jabatan fungsional. Adapun tugas unit yang membidangi
pengembangan jabatan fungsional tersebut adalah:
(a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang
Pengembangan Jabatan Fungsional.
(b) Menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional.
(c) Menyusun pedoman uji kompetensi Jabatan Fungsional.
(d) Menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional.
(e) Menyusun pedoman Tim Penilai Jabatan Fungsional.
(f) Menyusun pedoman monitoring dan evaluasi Jabatan Fungsional.
(g) Mensosialisasikan kebijakan Jabatan Fungsional.
(h) Mengembangkan sistem informasi Jabatan Fungsional.
52 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(i) Memfasilitasi usulan penetapan Jabatan Fungsional kesehatan baru.
(j) Memfasilitasi penyusunan substansi kebijakan Jabatan Fungsional.
(k) Melakukan pemantauan dan evaluasi pengembangan Jabatan
Fungsional, dan
(l) Melaporkan hasil pembinaan Jabatan Fungsional dari unit Pembina
Jabatan Fungsional.
3. Koordinasi dan Kerjasama Pengelolaan Jabatan Fungsional antara Instansi Pembina dengan dengan Instansi Pengguna
Koordinasi dan Kerja sama Lintas Program di Kementerian Kesehatan, lintas
sektor di pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota) sangat diperlukan untuk
mewujudkan pengelolaan Jabatan Fungsional kesehatan yang terstandar. Kerja sama
antar sektor terkait pengelolaan Jabatan Fungsional kesehatan di lingkungan institusi
Kementerian dan Lembaga dengan menggunakan azas kemitraan yaitu prinsip
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dalam melaksanakan suatu
kegiatan secara efektif dan efisien sesuai bidang, kondisi dan kemampuan masing-
masing, sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal. Upaya pengelolaan
Jabatan Fungsional kesehatan melalui kerja sama terpadu antar pemangku
kepentingan (stakeholders) terkait yang saling menguntungkan dilakukan melalui
peningkatan peran aktif lintas sektor baik itu selaku instansi pengguna maupun
instansi pembina Jabatan Fungsional.
Adapun jenis kerja sama lintas program yang dapat dilaksanakan dalam
rangka pengelolaan Jabatan Fungsional kesehatan di lingkungan Kementerian
Kesehatan meliputi perencanaan Jabatan Fungsional, pengangkatan Jabatan
Fungsional dan pengembangan Jabatan Fungsional. Upaya untuk menciptakan
pengelolaan Jabatan Fungsional yang terstandar sangat memerlukan dukungan
penuh dari sektor terkait baik di Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Tingkat
kabupaten/Kota.
Pemerintah provinsi memiliki tugas untuk memfasilitasi, membina dan
mengawasi pelaksanaan Jabatan Fungsional di semua kabupaten/kota yang
termasuk dalam wilayah kerjanya. Selain itu, pemerintah provinsi selaku unit
pembina Jabatan Fungsional juga berkewajiban untuk mengganggarkan pembiayaan
53 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
untuk pelaksanaan pengelolaan Jabatan Fungsional di kabupaten/kota yang
membutuhkan bantuan, mengatur dan mendorong kerja sama antar kabupaten/kota,
membuat pedoman teknis yang dibutuhkan, memfasilitasi pelatihan teknis bagi
pengelola Jabatan Fungsional maupun bagi pejabat fungsionalnya, serta
melaksanakan pembinaan terhadap pengelolaan Jabatan Fungsional di semua
kabupaten/kota yang menjadi binaannya. Pemerintah di Kabupaten/Kota dengan
pemangku kepentingan lainnya berkewajiban untuk memfasilitasi pengelolaan
Jabatan Fungsional bidang kesehatan.
Mengingat rumah jabatan bagi pejabat fungsional kesehatan tersebar baik itu
di Pusat dan Daerah maka sangat diperlukan Pemantauan dan evaluasi terkait
pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan. Saat ini belum optimal pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi pengelolaan jabatan fungsional kesehatan di pusat dan
daerah. Hal ini dikarenakan belum ada regulasi yang mengatur mengenai
pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi regulasi dan pelaksanaan
pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan, selain itu belum diatur tentang sistem
pemberian penghargaan (reward) dan pemberian sanksi (punishment) bagi pengelola
Jabatan Fungsional Kesehatan kesehatan. Oleh sebab itu di perlukan regulasi yang
mengatur hal tersebut dan implementasi pelaksanaan pemantaun dan evaluasi yang
berkala dan berkelanjutan oleh pusat dan daerah yang terintegrasi dengan sistem
informasi.
4. Output Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
a. Regulasi
1) Penyusunan/revisi regulasi terkait Jabatan Fungsional Kesehatan.
Dengan telah diterbitkannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, maka perlu perbaruan regulasi yang mengatur
tentang pengelolaan jabatan fungsional kesehatan. Serta berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan menuntut adanya perubahan
peraturan dan kebijakan dalam pengembangan jabatan fungsional kesehatan.
Tuntutan perubahan dirasakan penting agar pelaksanaan jabatan fungsional
kesehatan berjalan dengan baik dan lancar.
54 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Kondisi regulasi kebijakan jabatan fungsional kesehatan sudah relatif lama,
sudah tidak up to date dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebijakan terkini. Sehingga pada tahun 2017 Kementerian Kesehatan melaksanakan
kegiatan revisi kebijakan jabatan fungsional kesehatan, yaitu untuk jabatan
fungsional; Perawat, Perawat Gigi, Dokter, Bidan, Apoteker, Asisten Apoteker,
Epidemiolog Kesehatan dan Entomolog Kesehatan.
Adapun tahapan kegiatan yang diselenggarakan meliputi fasilitasi untuk; (1)
penyusunan naskah akademik dan matriks butir butir kegiatan, (2) sounding naskah
akademik dan matriks butir butir kegiatan, (3) pra ekspose naskah akademik dan
matriks butir butir kegiatan serta (4) persiapan uji petik. Selain tahapan tersebut
diatas kami juga memfasilitasi penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak) jabatan
fungsional asisten penata anestesi dan penata anestesi.
Penerima manfaat dari kegiatan revisi kebijakan jabatan fungsional
kesehatan adalah seluruh pemangku kepentingan terkait baik itu pusat dan daerah,
Kementerian Lembaga Lainnya, Instansi pengguna jabatan fungsional kesehatan, unit
pembina jabatan fungsional kesehatan, pejabat fungsional kesehatan serta pihak
lainnya. Output yang dihasilkan pada tahun 2019 untuk kegiatan revisi kebijakan
terkait pengembangan jabatan fungsional adalah:
(1) Tersusun dan Diundangkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21
Tahun 2019 Tentang petunjuk teknis Permenpan nomor 10 tahun 2017
tentang jabatan fungsional asisten penata anestesi.
(2) Tersusun dan diundangkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 22
Tahun 2019 tentang petunjuk teknis Permenpan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi.
(3) Tersusun dan Diundangkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23
Tahun 2019 tentang Pengangkatan PNS Ke Dalam Jabatan Fungsional
Kesehatan Melalui Penyesuaian/Inpassing.
(4) Tervalidasi dan persiapan pengundangan Rancangan Permenpan-RB
Jabatan Fungsional Perawat, Perawat Gigi dan Bidan.
55 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(5) Usulan validasi Rancangan Permenpan-RB Jabatan Fungsional Kesehatan
Sanitarian, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Apoteker, Asisten Apoteker dan Nutrisionis.
(6) Tersusunnya draf naskah akademik, draf matriks butir kegiatan, draf
Permenpan-RB tentang 11 (sebelas) Jabatan Fungsional Kesehatan
(Administrator Kesehatan, Dokter Gigi, Fisioterapis, Teknisi Gigi, Teknisi
Pelayanan Darah, Radiografer, Perekam Medis, Teknisi Elektromedis,
Pembimbing Kesehatan Kerja, Ortotis Prostetis dan Ahli Teknologi
Labolatorium Kesehatan).
(7) Tersusunnya draf Revisi Peraturan Menteri Kesehatan nomor 18 tahun
2017 tentang Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Keshatan.
(8) Tersusunnya draft naskah usulan Jabatan Fungsional Kesehatan baru
yaitu Jabatan Fungsional Teknisi Kardiovaskuler, Audiologis dan
Kesehatan Tradisional.
2) Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Fungsional Kesehatan
Upaya percepatan reformasi birokrasi mutlak perlu dilaksanakan dalam
penataan jabatan yang berbasis kompetensi sebagai langkah strategis yang harus
diaktualisasikan oleh seluruh jajaran Pemerintahan. Setiap jabatan fungsional
kesehatan harus memiliki 3 (tiga) standar kompetensi jabatan fungsional yang
meliputi; Standar Kompetensi Manajerial, Standar Kompetensi Teknis dan Standar
Kompetensi Sosial Kultural. Penyusunan standar kompetensi ini dirasakan mendesak
dikerjakan karena masih banyaknya jabatan yang belum berbasis fungsi kerja, fungsi
jabatan yang belum dirumuskan standar kompetensinya, serta belum adanya
pengukuran komprehensif terkait aspek kemampuan kompetensi (BKN, 2013).
Tujuan implementasi kompetensi adalah agar kompetensi pegawai teknis dan
manajerial dapat terukur secara akurat dan diakui oleh organisasi; agar setiap jabatan
fungsional di lingkungan instansi pemerintah memiliki standar kompetensi dan
kualifikasi jabatan yang sesuai tuntutan fungsi jabatan/kerjanya, serta agar setiap
pemangku jabatan fungsional dapat ditempatkan sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
56 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Berdasarkan hal tersebut, maka Puskat Mutu SDMK Badan PPSDMK
memfasilitasi penyusunan Standar Kompetensi Teknis (SKT) bagi seluruh jenis
jabatan fungsional kesehatan bersama-sama dengan unit pembina jabatan fungsional
kesehatan yang ada di lingkungan Kemenkes. Perangkat Standar Kompetensi Teknis
adalah kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan atau
keahlian serta sikap kerja yang berdasarkan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan
yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan.
Melalui perangkat ini, profesionalisme SDM aparatur berbasis kompetensi
diharapkan dapat terukur terutama pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap diri PNS/ASN yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku kerjanya
sesuai tugas dan atau fungsi jabatannya masing-masing. Dalam proses penyusunan
Kamus Kompetensi ini melibatkan organisasi profesi, tim penilai jabatan fungsional
yang ada di lingkungan Kemenkes, pengelola jabatan fungsional kesehatan yang ada
di Unit Pembina, narasumber dan fasilitator dari Badan Kepegawaian Negara dan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi serta
lembaga lintas sektor dan program terkait lainnya.
Pada tahun 2019 output yang dihasilkan adalah Kamus Kompetensi Teknis
13 (tiga belas) Jabatan Fungsional Kesehatan terdiri dari Jabatan Fungsional
Kesehatan Apoteker, Asisten Apoteker, Teknisi Elektromedis, Sanitarian, Penyuluh
Kesehatan Masyarakat, Entomolog Kesehatan, Perawat, Perawat Gigi, Radiografer,
Pembimbing Kesja, Epidemiologi Kesehatan, Perekam Medis, dan Bidan.
b. Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan bahwa pengembangan
karier Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang meliputi: a. kompetensi teknis
yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional,
dan pengalaman bekerja secara teknis; b. kompetensi manajerial yang diukur dari
tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan c. kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
57 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya
sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Perlunya uji kompetensi jabatan fungsional, adalah didasarkan pada suatu
kenyataan, bahwa lingkup pekerjaan Jabatan Fungsional tersebut memiliki cakupan
pekerjaan yang cukup luas, membutuhkan penguasaan pengetahuan standar teoritis
di bidangnya, serta memerlukan penguasaan khusus secara substansial menurut
tingkat keahlian pada bidang tertentu. Disamping itu tuntutan perkembangan jenis
pekerjaan atau bidang garapan profesi fungsional dimasa mendatang, akan
menuntut ketajaman pemikiran yang terspesialisasikan menurut bidang kompetensi
masing-masing secara professional.
Output yang dihasilkan pada tahun 2019 untuk kegiatan penyelenggaraan uji
kompetensi jabatan fungsional nasional ini adalah:
(1) Tersusunnya draft regulasi revisi tentang uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18
tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan.
(2) Terbekalinya calon tim penguji tingkat pusat untuk Jabatan Fungsional
Bidan, Nutrisionis, Apoteker, Asisten Apoteker, Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Sanitarian dan Penyuluh Kesehatan Masyarakat;
(3) Terbekalinya calon tim penguji tingkat provinsi dan rumah sakit untuk
mampu menjadi penguji di instansinya masing-masing.
(4) Terbekalinya penyelenggara uji untuk mampu menyelenggarakan uji di
instansinya masing-masing.
(5) Jumlah pejabat fungsional kesehatan yang lulus uji kompetensi kenaikan
jenjang dan sudah diterbitkan nomer sertifikat sebanyak 22.748 orang
pejabat fungsional kesehatan Perawat, Perawat Gigi, Perekam Medis,
Teknisi Elektromedis, Radiografer dan Pembimbing Kesehatan Kerja
(data per Desember 2019)
(6) Terselenggaranya uji kompetensi kenaikan jenjang di instansi
penyelenggara uji, yaitu; 34 Dinas Kesehatan Provinsi, 276 Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kementerian/Lembaga (Kementerian
58 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Pertahanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Hukum dan HAM,
dan Basarnas).
c. Inpassing Jabatan Fungsional Kesehatan
Inpassing merupakan proses pengangkatan pegawai negeri sipil dalam
jabatan fungsional guna memenuhi kebutuhan organisasi sesuai dengan peraturan
perundangan dalam jangka waktu tertentu. Aturan yang mengatur tentang
pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional tertuang dalam Permenpan-RB Nomor
42 Tahun 2018 dan Permenkes Nomor 23 Tahun 2019. Penyesuaian/Inpassing
Jabatan Fungsional Kesehatan ditujukan bagi:
(1) PNS yang telah dan/atau masih menjalankan tugas di bidang Jabatan
Fungsional yang akan diduduki berdasarkan keputusan pejabat yang
berwenang.
(2) Pejabat Pimpinan Tinggi, Administrator dan Pengawas yang memiliki
kesesuaian atau keterkaitan antara bidang tugas jabatan dengan Jabatan
Fungsional yang akan diduduki.
(3) PNS yang masih menjalankan tugas jabatan sesuai dengan formasi
Jabatan Fungsional dan telah mendapatkan kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi.
(4) PNS yang dibebaskan sementara dari jabatannya, karena dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkat terakhir
tidak dapatmemenuhi angka kredit untuk kenaikan jabatan/pangkat
setingkat lebih tinggi.
Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional kesehatan melalui
Penyesuaian/Inpassing dilaksanakan sampai dengan 6 April 2021, dari tahun 2018
hingga Agustus 2019 rekapitulasi data usulan inpassing jabatan fungsional kesehatan
mencapai 13.309 usulan dengan rincian pada tabel 3.22 di bawah ini.
59 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.22 Usulan Inpassing Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
Tahun 2018-2019
No
Jenis Jabatan Fungsional
Jumlah
No
Jenis Jabatan Fungsional
Jumlah
1 Dokter 1,225 16 Epidemiologi Kes 3,111
2 Dokdiknis 60 17 Perawat Gigi 268
3 Dokter Gigi 294 18 Bidan 919
4
Perawat 3,203
19 Pranata
Laboratorium 523
5 Pembb Kes Kerja 29 20 Entomologi Kes 10
6 Administrator Kes 318 21 Perekam Medis 207
7 Apoteker 315 22 Refraksi Optisien 120
8 Psikologi Klinis 36 23 Teknisi Gigi 59
9 Fisikawan Medis 17 24 Terapi Wicara 60
10 Nutrisionis Dietisen 327 25 Okupasi Terapi 1
11 Sanitarian 203 26 Ortotik Prostetik 7
12 Fisioterapis 251 27 Asisten Apoteker 425
13 Penyuluh / Promotor
Kes 170
28 Tekn Transfusi
Darah 150
14
Radiografer 397
29 Ass. Penata
Anestesi 99
15 Elektromedis 213 30 Penata Anestesi 83
TOTAL 13.309
Pelaksanaan inpassing jabatan fungsional kesehatan diselengarakan oleh
pengelola jabatan fungsional dari instansi pengusul dan pejabat pembina
kepegawaian yang ada di lingkungan Kementerian Kesehatan, Badan dan Lembaga
Lintas Program dan Sektor pengguna jabatan fungsional kesehatan yang ada di
tingkat Pusat dan Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di
tingkat provinsi, kabupaten/kota. Oleh karena penyelenggaraan inpassing
60 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
dilaksanakan di berbagai instansi pengusul dan pejabat pembina kepegawaian, maka
dalam penyelenggaraan inpassing perlu dilakukan sosialisasi, koordinasi dan
pemantauan tahapan penyelenggaraan inpassing dalam bentuk:
(1) Persiapan pelaksanaan uji kompetensi inpassing di lingkungan Unit
Pembina jabatan fungsional kesehatan, UPT dan Satker Kemenkes.
(2) Pemantauan penyelenggaraan inpassing di lingkungan UPT dan Satker
Kemenkes dan Provinsi.
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
(1) Jumlah pejabat fungsional kesehatan yang diusulkan Inpassing Nasional
sebanyak 13. 309 orang dari 30 Jabatan Fungsional Kesehatan.
(2) Pemberian Rekomendasi Inpassing bagi instansi pengusul, pemberian
akreditasi pelaksanaan uji kompetensi inpassing, dan rekomendasi hasil
uji kompetensi inpassing.
d. Manajemen, Integrasi Data, Pengelolaan E-Jabfung dan E-PAK
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP) pada pasal ke 7 ayat 3 disebutkan Badan Publik harus
membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan
mudah. Saat ini Kementerian Kesehatan menjadi pembina untuk jabatan fungsional
kesehatan yang telah ditetapkan oleh Kemenpan-RB sebanyak 30 jenis jabatan
fungsional. Dengan kondisi yang ada saat ini muncul berbagai permasalahan terkait
dengan data dan informasi tentang jabatan fungsional pada instansi pembina dan
instansi pengguna dan ini merupakan persoalan yang harus diselesaikan dengan
seefektif dan seefisien mungkin.
Kementerian Kesehatan melalui Badan PPSDM Kesehatan, Pusat
Peningkatan Mutu SDMK telah melaksanakan kegiatan manajemen dan integrasi
data pejabat fungsional kesehatan. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dimana
telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Menteri Kesehatan dengan
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan Perjanjian Kerjasama antara Deputi
Sistem Informasi Kepegawaian dengan Kepala Badan PPSDM Kesehatan tentang
61 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Pertukaran dan Pemanfaatan Data Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam rangka
Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan pada tahun 2016.
Pangkalan data pejabat fungsional kesehatan di Indonesia telah dibangun
mulai pada tahun anggaran 2016 dengan menggunakan sumber data dari Sistem
Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) milik BKN. Data yang diperoleh adalah
seluruh pejabat fungsional yang dibina oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan
jenis, jenjang, wilayah dan instansi menggunakan sistem dumping (periode). Adapun
pemanfaatan pangkalan jabatan fungsional kesehatan diantaranya:
(1) Pemetaan persebaran pejabat fungsional kesehatan
(2) Aplikasi e-PAK dan e-Jabfung
(3) Aplikasi e-Ukom
(4) Perencanaan pengembangan jabatan fungsional kesehatan
Sejak tahun 2018 mulai dilaksanakan uji kompetensi kenaikan jenjang jabatan
bagi pejabat fungsional Perawat, Perawat Gigi, Perekam Medis, Teknisi
Elektromedis, Radiografer dan Pembimbing Kesehatan Kerja. Untuk mendukung
kegiatan uji komptensi tersebut, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
membangun aplikasi E-Ukom yang berguna dalam hal perencanaan penyelenggaran
uji kompetensi, pendaftaran calon peserta uji komptensi, pembuatan proposal dan
pemberian nomor sertifikat bagi peserta yang lulus uji kompetensi. Kegiatan
harmonisasi dan integrasi data jabatan fungsional ini dimanfaatkan selain sebagai
harmonisasi data di pangkalan data jabatan fungsional dengan data di daerah juga
menjadi kegiatan sosialiasasi pelaksanaan uji kompetensi.
Berdasarkan kebutuhan informasi pada pelaksanaan pengembangan jabatan
fungsional kesehatan bagi stakeholder Instansi Pembina dan Instansi Pengguna
Jabatan Fungsional Kesehatan, maka dilakukan Pembangunan Jejaring Stakeholder
jabatan fungsional kesehatan melalui Sistem Informasi Pengembangan Jabatan
Fungsional Kesehatan Republik Indonesia Berbasis Web dan Android (SI BANG
JANGKRI) dengan alamat url : http://sibangjangkri.kemkes.go.id
62 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Gambar 3.3 Tampilan Website SI BANG JANGRI
Menu Berita
63 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Menu Databased
Menu Formasi
Aplikasi Jabatan Fungsional selanjutnya adalah E-UKOM, merupakan
inovasi dalam uji kompetensi yang awalnya bersifat manual menjadi elektronik
dengan tujuan Mempercepat proses administrasi penyelenggaraan uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan berupa Perencanaan Jadwal Ukom, Penyusunan
Proposal, Penerbitan Kartu Ujian, Pembuatan BAP, Pembuatan Nomor Sertifikat dan
Pencetakan Sertifikat serta dapat menghasilkan data dalam rangka monitoring dan
evaluasi. Dapat meng-update data pejabat fungsional kesehatan.
(www.jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/site/login).
64 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Gambar 3.4 Tampilan Website E-Ukom Jabatan Fungsional
e. Koordinasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS,
Kementerian Kesehatan sebagai Instansi pembina jabatan fungsional kesehatan
mempunyai tugas diantaranya adalah melakukan koordinasi dengan instansi
pengguna dalam rangka pembinaan karier pejabat fungsional. Sehubungan dengan
hal tersebut Kementerian Kesehatan menyelenggarakan rapat koordinasi pengelolaan
jabatan fungsional bidang kesehatan dengan Unit Pembina Jabfung dilingkungan
Kemenkes RI, Organisasi Profesi, Institusi Pengguna Biro Hukor Kemenkes RI, Biro
Kepegawaian, Unit Eselon II terkait dan UPT Badan PPSDM Kesehatan serta pihak
Kementerian/Lembaga seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Pengelolaan jabatan fungsional kesehatan melibatkan banyak stakeholder
baik tingkat pusat maupun daerah, organisasi profesi kesehatan dan pejabat
fungsional kesehatan.
f. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 Tentang Manajemen PNS
pada Pasal 99 mengamanatkan bahwa, salah satu tugas Instansi Pembina Jabatan
Fungsional adalah melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan jabatan
65 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
C. Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
fungsional di seluruh instansi pemerintah yang menggunakan jabatan fungsional dan
melaporkan hasil pelaksanaan sesuai dengan perkembangan kepada Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara-RB dengan tembusan BKN.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pengelolaan jabatan
fungsional kesehatan dan implementasi tugas dan fungsi Unit Pembina dan instansi
pengguna jabatan fungsional kesehatan, maka perlu tersedianya pedoman yang
dapat digunakan stakeholder untuk melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi
secara berkelanjutan, teratur-berjenjang dan terpadu mulai dari pemerintah pusat
hingga pemerintah daerah. Berdasarkan hal tersebut Kementian Kesehatan melalui
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan pada tahun 2019 telah menyusun Pedoman
Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan dan telah
dilakukan ujicoba di tingkat pusat dan tingkat daerah.
Pedoman monitoring dan evaluasi ini sebagai acuan bagi instansi pembina
dan instansi pengguna di tingkat Pusat (Kementerian/Lembaga) maupun daerah
(Provinsi, Kabupaten/Kota) dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pengelolaan
jabatan fungsional kesehatan. Indikator adalah parameter yang digunakan untuk
memberikan informasi atau menjelaskan suatu keadaaan. Indikator pemantauan dan
evaluasi pengelolaan jabatan fungsional kesehatan pada pedoman ini terdiri dari
indikator perencanaan, pengangkatan dan pengembangan.
1. Pengembangan Karir
Dalam rangka meningkatkan mutu dan karir tenaga kesehatan perlu
dilakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan karir sumber daya manusia
kesehatan. Agar pengaturan, pelaksanaan dan pemantauan evaluasi pengembangan
karier mendapatkan gambaran yang rinci, spesifik, maka Kementerian Kesehatan
melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan karir tenaga kesehatan terlebih
dahulu, sebelum mengembangkan kepada lingkup sumber daya manusia kesehatan.
66 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Penjaminan mutu tenaga kesehatan bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan
mutu tenaga kesehatan agar dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan tetap mengutamakan asas keselamatan pasien (patient safety).
Pengembangan karir tenaga kesehatan melalui jenjang karir ini diharapkan
menjadi rujukan bagi instansi pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan,
dunia usaha dan dunia industri kesehatan, dalam melakukan pengembangan karir
tenaga kesehatan di organisasi masing-masing instansi pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan, dunia usaha dan dunia industri kesehatan perlu melakukan
manajemen karir yang meliputi; perencanaan karir, pelaksanaan karir, monitoring
dan evaluasi pengembangan karir secara menyeluruh, dari awal tenaga kesehatan
mulai bekerja hingga akhir masa kerja/puncak karirnya.
a. Penyusunan rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Grand Design Pengembangan Karir
Penyusunan grand design pengembangan karir dalam pelaksanaannya
dibantu oleh konsultan pengembangan SDM sebagai pelaksana kegiatan. Konsultan
pengembangan karir SDM berasal dari PT. Logos Consulting dengan ruang lingkup
pekerjaan meliputi; (1) menyusun instrumen pengumpulan data, (2) Ikut serta
bersama Puskat Mutu SDM Kesehatan dalam pengumpulan data di fasilitas
pelayanan kesehatan, (3) melakukan analisa dan interpretasi data, dan (4) menyusun
dan finalisasi penyusunan rancangan grand design Pengembangan Karir Tenaga
Kesehatan.
Penyusunan grand design pengembangan karir tenaga kesehatan sampai pada
tahap rancangan akhir yang sudah difinalisasi dengan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan seperti konsultan pengembangan karir SDM, pengurus
organisasi profesi kesehatan, perwakilan tenaga kesehatan yang bekerja di instansi
pelayanan kesehatan dan pengelola sumber daya manusia kesehatan di rumah sakit
pemerintah dan swasta.
Rancangan grand design pengembangan karir yang disusun ini ditujukan bagi
tenaga kesehatan non ASN yang bekerja di instansi pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah, pemerintah daerah dan swasta, serta dunia usaha
dan dunia industri di seluruh wilayah Indonesia.
67 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Dalam rangka implementasi grand design pengembangan karir tenaga
kesehatan ini akan disusun petunjuk pelaksanaan yang dapat dijadikan acuan oleh
pengelola pengembangan karir tenaga kesehatan non ASN di Pemerintah/
Kementerian/Lembaga dan swasta.
1) Tahapan Kegiatan
Penyusunan rancangan grand design ini terdiri dari beberapa tahapan
kegiatan, yaitu:
(1) Pengumpulan data terkait pola pengembangan karir tenaga kesehatan
yang telah diterapkan di rumah sakit milik pemerintah dan swasta di 10
(sepuluh) provinsi dalam bentuk rapat biasa di rumah sakit tempat
pengumpulan data dilakukan.
(2) Penyusunan rancangan awal grand design dalam bentuk rapat biasa di
dalam kantor sebanyak 3 kali pertemuan.
(3) Pembahasan dan finalisasi rancangan dalam bentuk dan rapat dalam
kantor di luar jam kerja sebanyak 6 kali pertemuan dan full day meeting
sebanyak 5 kali pertemuan.
2) Hasil Kegiatan
(1) Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengumpulan data tim Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan bersama-sama dengan konsultan pengembangan karir
dari PT. Logos Consulting melakukan penyusunan instrumen
pengumpulan data. Instrumen yang disusun ditujukan untuk tenaga
kesehatan dan pengelola SDM di rumah sakit. Tim pelaksana
pengumpulan data adalah perwakilan dari PT. Logos Consulting dan
tim penyusun dari Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
Pengumpulan data dilakukan dalam 3 tahap, dimulai pada bulan Mei
sampai dengan Juni 2019. Pengumpulan data dilakukan di rumah sakit
milik pemerintah dan swasta di 31 rumah sakit di 14 provinsi yaitu:
(1) Riau; RS. Awal Bros dan RS Eka Pekanbaru
(2) Sumatera Utara; RS Adam Malik, RS Universitas Sumatera Utara
(3) Bali; RS Sanglah, RS Prima Medika
68 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(4) Jawa Barat; RS Haan Sadikin dan RS Immanuel Bandung
(5) Sulawesi Selatan; RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Awal Bross
Makassar
(6) Sumatera Barat; RSUP M. Jamil Padang dan RS Semen Padang
(7) Sulawesi Utara; RSUP Dr. Kandou dan RS Siloam Manado
(8) Jawa Timur; RS Sutomo dan RS Petrokimia Gresik
(9) Lampung; RS Urip Sumoharjo dan RS Immanuel Lampung
(10) DKI Jakarta; RS Hermina Kemayoran, RS Kanker Dharmais dan
RSAB Harapan Kita
(11) D I Yogyakarta; RS Sardjito dan RS PKU Mahammadiyah
(12) Kalimantan Selatan; RSUD Ulin dan RS Ciputra
(13) Nusa Tenggara Barat; RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
RS Risa Sentra Medika
(14) Maluku; RSUD Dr. H. Haulussy Ambon dan RS Al Fatah Ambon
Responden pengumpulan data berjumlah 521 responden tenaga kesehatan
dan 60 pengelola SDM. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada tabel 3.23 dibawah ini.
Tabel 3.23 Responden Tenaga Kesehatan Dalam Penyusunan Rancangan
Grand Design Pengembangan Karir Tahun 2019
No
Tenaga Kesehatan
Jumlah
No
Tenaga Kesehatan
Jumlah
1. Admin Kesehatan 1 13. Radiografer 51
2. Apoteker 48 14. Sanitarian-Kesling 26
3. Asisten Apoteker 10 15. Teknisi Elektromedis 5
4. Bidan 55 16. Teknisi Gigi 1
5. Dokter 47 17. Teknisi Transfusi 1
6. Dokter Gigi 1 18. Terapis Wicara 3
7. Fisioterapi 47 19. Penata Anestesi 7
8. Nutrisionis 46 20. Analis Lab-Lab.Medis 48
9. Okupasi Terapi 2 21. Pramubakti 2
10. Perekam Medis 51 22. Pelayanan 1
11. Perawat 66 23. Fisikawan Medis 1
12. Psikologi Klinis 1
TOTAL 521
69 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Hasil pengolahan data yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data di 31
rumah sakit di 14 Provinsi sebagai berikut:
(1) Tenaga Kesehatan
(a) Tenaga kesehatan di luar perawat pada dasarnya membutuhkan
regulasi untuk mengatur pengembangan karir namun dalam
pelaksanaannya kelak, mereka akan menyesuaikan dengan kondisi
di rumah sakit mereka.
(b) Harapan tenaga kesehatan lain di rumah sakit pemerintah adalah
pola pengembangan karir tenaga kesehatan seperti jabatan
fungsional di tenaga kesehatan ASN sebagaimana yang telah
ditetapkan dan diatur oleh pemerintah.
(c) Tenaga kesehatan di rumah sakit membutuhkan transparansi
terhadap kejelasan pengembangan karir mereka.
(d) Ada perbedaan perlakuan terhadap pengembangan karir dari tenaga
kesehatan ASN dan non ASN di rumah sakit Pemerintah.
(2) Pengelola SDM Rumah Sakit
(a) Pengembangan karir untuk perawat telah menggunakan pola
pengembangan karir perawat berdasarkan Permenkes Nomor 40
Tahun 2017.
(b) Pola pengembangan karir untuk tenaga kesehatan lain, khususnya
untuk tenaga kesehatan Bidan mengacu pada pola pengembangan
karir perawat.
(c) Untuk tenaga kesehatan lainnya belum memiliki pola pengembangan
karir yang dibakukan/diregulasikan oleh rumah sakit.
(d) Rumah Sakit Pemerintah yag memiliki tenaga kesehatan ASN
menggunakan jenjang karir jabatan fungsional, sementara itu untuk
tenaga kesehatan/BLU D pada dasarnya diberikan nama/label
seperti jabatan fungsional, namun tidak berdampak pada
keseragaman dalam pemberian gaji, remunerasi, dan hal-hak dalam
posisi/jabatan sebagaimana diberikan kepada tenaga kesehatan
ASN.
70 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(e) Training telah dilakukan kepada tenaga kesehatan untuk
meningkatkan ketrampilan mereka di bidang profesinya, sesuai
dengan kebutuhan dan budget yang tersedia, dengan mekanisme
seleksi/pemilihan dari manajemen rumah sakit kepada tenaga
kesehatan tertentu.
(f) Rumah sakit melakukan training kepada kepada tenaga kesehatan
untuk meningkatkan ketrampilan mereka di bidang profesinya,
sesuai dengan kebutuhan dan budget yang tersedia, dengan
mekanisme seleksi/pemilihan dari manajemen rumah aakit kepada
tenaga kesehatan tertentu.
(g) Beasiswa telah diberikan kepada tenaga kesehatan, dengan jenis
pendidikan/jurusan sesuai dengan kebutuhan dari Rumah Sakit,
khususnya kepada dokter umum untuk menjadi spesialis; tenaga
perawat, bidan, psikolog, dan tenaga kesehatan lain disesuaikan
dengan urgensi kebutuhan Rumah Sakit yang ada akhirnya akan
menunjang dalam pelayanan kesehatan.
(h) Di Rumah Sakit Pemerintah dokter atau tenaga kesehatan lain yang
telah disekolahkan diikat dengan masa kontrak kerja 2N+1, namun
menjadi masalah ketika setelah masa kontrak kerja berakhir, tidak
ada kejelasan dengan status kepegawaian mereka.
(i) Belum ada materi uji kompetensi yang standar nasional dan juga
tenaga asesor yang sesuai dengan kompetensi perawat yang akan
diuji untuk rumah sakit di daerah, misalnya yang akan diuji perawat
ruang khusus namun yang menguji belum memiliki kompetensi
yang sama dengan kebutuhan.
(j) Telah dilakukan uji kompetensi untuk perawat yang akan naik
jenjang, misalnya dari PK 1 menuju ke PK 2 akan tetapi masih belum
dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi, melainkan sifatnya masih
internal, dan juga dilakukan oleh Mitra Bestari ketika di rumah sakit
belum memiliki asesor internal.
71 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(k) Rumah sakit telah memiliki aturan kebijakan mengenai pemberian
insentif atau remunerasi kepada perawat dan tenaga kesehatan lain ,
hanya saja besaran nominalnya tidak terstandarkan dan ada yang
nominalnya kecil sehingga tidak memotivasi tenaga kesehatan untuk
bersemangat menaikkan kompetensi/jenjang karir, misalnya dari PK
1 ke PK 2.
Dari hasil pengumpulan data kondisi yang diharapkan oleh para tenaga
kesehatan non ASN yang bekerja di rumah sakit dan pengelola SDM adalah sebagai
berikut:
(a) Pengembangan karier tenaga kesehatan disamakan dengan
pengembangan karier tenaga kesehatan ASN untuk Rumah Sakit
Pemerintah. Pola pengembangan karier yang disusun diharapkan
dapat menyesuaikan dengan kondisi riil di lapangan, yang dapat
diimplementasikan di instansi pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan, atau industri pelayanan kesehatan pemerintah,
pemerintah daerah dan swasta.
(b) Perlu disusun suatu pola pengembangan karier bagi seluruh tenaga
kesehatan, di luar profesi Perawat.
(c) Perlunya kenaikan karier diikuti oleh kenaikan kompensasi.
(d) Perlu pengaturan waktu atau persyaratan setiap kenaikan
pengembangan karir.
(e) Adanya fasilitas kegiatan peningkatan kompetensi yang dibiayai oleh
pemerintah, agar seluruh tenaga kesehatan mendapatkan hak yang
sama untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga dapat
meningkatkan pula pengembangan karirnya.
(f) Diperlukan pedoman untuk pelaksanaan pola pengembangan karir
tersebut secara jelas di instansi pelayanan kesehatan, fasilitas
pelayanan kesehatan, atau industri pelayanan kesehatan pemerintah,
pemerintah daerah dan swasta.
72 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(2) Penyusunan rancangan awal grand design
Penyusunan rancangan awal grand design dilakukan oleh tim penyusun dari
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan bersama dengan konsultan dari PT. Logos
Consulting berdasarkan hasil pengumpulan data dari rumah sakit dan kajian
referensi peraturan perundangan bidang kesehatan dan referensi manajemen sumber
daya manusia. Rancangan awal selanjutnya disampaikan kepada pimpinan untuk
mendapatkan arahan terkait muatan kebijakan pengelolaan SDM Kesehatan.
(3) Pembahasan dan finalisasi rancangan
Rancangan awal yang telah disusun disampaikan kepada para pemangku
kepentingan seperti pengurus organisasi profesi, unit program di Kementerian
Kesehatan, perwakilan pengelola rumah sakit pemerintah dan swasta yang ada di
wilayah Jakarta dengan mekanisme rapat di dalam kantor dan dalam bentuk paket
fullboard dan fullday meeting.
b. Penyusunan rancangan petunjuk pelaksanaan pengembangan karir
1) Tahapan Kegiatan
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Karir ini terdiri dari
beberapa tahapan kegiatan, yaitu:
(1) Rapat persiapan.
(2) Penyusunan rancangan dilakukan sebanyak 2 kali rapat kecil dengan
konsultan dan unit lain di lingkungan Kementerian Kesehatan untuk
menyusun rancangan yang disesuaikan dengan Grand Design
Pengembangan Karir dan 1 kali fullday meeting dengan berbagai
stakeholder seperti; organisasi profesi, unit lain di lingkungan
Kementerian Kesehatan untuk mendapat masukan terhadap rancangan
awal Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Karir.
(3) Pembahasan rancangan dilakukan sebanyak 1 kali fullboard meeting dan
rapat dalam kantor sebanyak 1 kali dengan mengundang berbagai
stakeholder seperti; Organisasi Profesi, unit lain di lingkungan
Kementerin Kesehatan, dan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta.
(4) Finalisasi rancangan dilakukan sebanyak 1 kali untuk melihat draft
akhir, apakah sudah sesuai dengan masukan dari stakeholder. Pada
73 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
tahap ini masih dibuka kesempatan untuk menambah kausul yang
belum masuk dalam Rancangan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan
Karir ini. Guna penyempurnaan rancangan, pada tahap Finalisasi ini
dilakukan 1 kali rapat dalam kantor di luar jam kerja.
(5) Diseminasi rancangan dilakukan sebanyak 1 kali fullday meeting dengan
mengundang stakeholder seperti; Organisasi Profesi, Rumah Sakit
Pemerintah dan Swasta, unit lain di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
2) Hasil Kegiatan
(1) Rapat Persiapan
Sebelum dilakukan penyusunan rancangan dilakukan rapat persiapan
Rapat persiapan ini bertujuan mendapat pandangan sekaligus
konsultasi dari Biro Hukor Kemenkes terkait bentuk peraturan yang
tepat dalam rangka penetapan Rancangan Juklak Pengembangan Karir
ini. Biro Hukor Kementerian Kesehatan dalam rapat ini diwakili oleh
Ajeng Tyas Widowati menekankan jika dalam racangan ini banyak hal
yang bersifat mengikat dan mengatur diarahkan untuk penetapannya
setingkat Peraturan Menteri Kesehatan.
(2) Penyusunan rancangan
Dalam rancangan, jenjang karir dimulai dari 0 tahun sampai pensiun
atau maksimal tahun kerja kurang lebih 25-30 tahun. Pola
pengembangan karir tenaga kesehatan professional Non ASN dibagi
menjadi 5 level. Masing-masing level terdiri dari 3 grade. Sehingga
jumlah grade seluruhnya adalah 15 grade. Level I terdiri dari 3 grade.
Level II terdiri dari 3 grade. Level III terdiri dari 3 grade. Level IV terdiri
dari 3 grade. Level V terdiri dari 3 grade. Lamanya masing-masing
grade 2 tahun. Kenaikan level berdasarkan kompetensi sebagaimana
tercantum dalam SKKNI dan diatur oleh masing-masing profesi.
Setiap kenaikan grade harus selalu memperhatikan pemenuhan aspek
kompetensi melalui uji kompetensi.
74 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(3) Pembahasan rancangan
Dalam rancangan, uji kompetensi mengacu pada merit system, yaitu
kualifikasi, kinerja, dan kompetensi. Uji kompetensi selain TKP I
dengan kualifikasi pendidikan vokasi, profesi dan akademis
disesuaikan dengan skema SKKNI dan level KKNI. Pola
pengembangan karir tenaga kesehatan professional Non ASN dibagi
menjadi 5 level. Masing-masing level terdiri dari 3 grade.
(4) Finalisasi rancangan
Dalam rancangan jenjang karir dimulai dari 0 tahun sampai pensiun
atau maksimal tahun kerja kurang lebih 25-30 tahun. Pola
pengembangan karir tenaga kesehatan professional Non ASN dibagi
menjadi 5 level. Masing-masing level terdiri dari 3 grade. Sehingga
jumlah grade seluruhnya adalah 15 grade. Level I terdiri dari 3 grade.
Level II terdiri dari 3 grade. Level III terdiri dari 3 grade. Level IV terdiri
dari 3 grade. Level V terdiri dari 3 grade. Kenaikan level berdasarkan
kompetensi sebagaimana tercantum dalam SKKNI dan diatur oleh
masing-masing profesi. Setiap kenaikan grade harus selalu
memperhatikan pemenuhan aspek kompetensi melalui uji kompetensi.
uji kompetensi mengacu pada merit system, yaitu kualifikasi, kinerja,
dan kompetensi
(5) Diseminasi rancangan
Dalam rancangan terdapat perubahan sebutan yang semula tenaga
kesehatan professional menjadi tenaga kesehatan. Level pola
pengembangan karir tenaga kesehatan professional Non ASN dibagi
menjadi 5 level. Masing-masing level terdiri dari 2-3 grade sesuai
dengan kebutuhan dan ketentuan masing-masing profesi. Lamanya
level 3-6 tahun, tergantung skema masing-masing profesi.
3) Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang tertuang dalam Rancangan Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Karir:
(1) Sebutan terakhir yang disetujui adalah tenaga kesehatan.
75 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(2) Pola karir terdiri dari 5 level.
(3) Lamanya level 3-6 tahun.
(4) Jenjang karir dimulai dari 0 tahun sampai pensiun atau maksimal
tahun kerja kurang lebih 25-30 tahun
(5) Dalam tiap level terdiri dari 2 sampai dengan 3 grade. Lamanya grade
2 tahun
(6) Kenaikan level dan grade melalui uji kompetensi.
(7) Uji kompetensi mengacu pada merit system, yaitu kualifikasi, kinerja,
dan kompetensi.
Secara umum, outline Rancangan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Karir
terdiri dari :
Bab I Pendahuluan
Bab II Pengembangan Karir Tenaga Kesehatan
Bab III Evaluasi dan Penilaian Kompetensi Tenaga Kesehatan
Bab IV Penetapan dan Pengelolaan Karir
Bab V Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi
Gambar 3.5. Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Karir
76 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
c. Penyusunan Skema Pengembangan Karir
Agar implementasi pengembangan karir bagi masing-masing tenaga
kesehatan dapat dilaksanakan bagi seluruh jenis jenjang pendidikan tenaga
kesehatan, mampu laksana di berbagai jenis tempat kerja tenaga kesehatan, maka
disusun skema karir bagi masing-masing tenaga kesehatan.
Dasar penyusunan skema pengembangan karir masing-masing tenaga
kesehatan adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang
dimiliki oleh masing-masing profesi tenaga kesehatan. Pada tahun 2019 skema
pengembangan karir yang disusun ditujukan bagi profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Medik (ATLM) dan Fisioterapi yang sudah memiliki SKKNI.
Rangkaian kegiatan penyusunan skema pengembangan karir yang
dilaksanakan terdiri dari:
1) Penyusunan draft skema pengembangan karir.
Penyusunan draft skema pengembangan karir dilakukan dalam bentuk
pertemuan fullboard meeting. Pertemuan dihadiri tim penyusun dari
organisasi profesi ATLM yaitu PATELKI, organisasi profesi fisioterapi yaitu
IFI dan juga tim penyusun dari organisasi profesi tenaga gizi, elektromedis
dan teknisi gigi yang SKKNI-nya sudah dalam proses pengesahan di
Kementerian Tenaga Kerja. Pada pertemuan juga menghadirkan
narasumber dari Kementerian Tenaga Kerja dan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi. Rancangan yang disusun oleh setiap tim penyusun dipaparkan dan
mendapatkan masukan dari peserta pertemuan yang ada. Pada akhir
pertemuan tim penyusun memperbaiki rancangan yang disusun
menyesuaikan dengan masukan yang didapat dari peserta pertemuan.
2) Pembahasan rancangan
Pembahasan rancangan dilakukan dalam bentuk pertemuan full day meeting
dan rapat di dalam kantor. Pada pertemuan pembahasan diundang dari
pemangku kepentingan terkait yaitu unit program di lingkungan
Kemenkes, organisasi profesi lain yang memiliki ruang lingkup pekerjaan
dan kompetensi yang bersingungan, perwakilan rumah sakit swasta dan
rumah sakit miliki pemerintah pusat dan daerah.
77 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Rancangan yang dibahas selanjutnya disempurnakan oleh tim penyusun
untuk masuk ke dalam proses finalisasi.
3) Finalisasi rancangan
Rancangan skema pengembangan karir yang sudah dilakukan pembahasan
dengan pemangku kepentingan terkait disempurnakan oleh tim penyusun
untuk masuk ke dalam proses finalisasi rancangan. Pertemuan finalisasi
rancangan dilakukan dalam bentuk pertemuan full day meeting yang juga
mengundang pemangku kepentingan terkait dari unit program di
lingkungan Kemenkes, organisasi profesi lain yang memiliki ruang lingkup
pekerjaan dan kompetensi yang bersingungan, perwakilan rumah sakit
swasta dan rumah sakit miliki pemerintah pusat dan daerah.
Rancangan skema pengembangan karir ATLM dan Fisioterapi yang sudah
melalui proses finalisasi diserahkan kepada Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
untuk diajukan dan ditindaklanjuti.
2. Tata Kelola Sertifikasi
Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan memiliki indikator kinerja yang
diusulkan masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun (RPJMN) Tahun 2020–2024 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024 yaitu “Jumlah SDM Kesehatan Yang Tersertifikasi
Kompetensi”. Indikator tersebut adalah untuk mendukung program NAWACITA di
bidang kesehatan dengan memperjuangkan peningkatan mutu melalui pengakuan
kompetensi dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Bidang Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi merupakan bidang
yang memiliki fungsi tak terpisahkan, karena dalam hal pengembangan karir, selalu
berkaitan erat dengan tata kelola sertifikasi SDM Kesehatan. Gambaran umum
tentang pengembangan karir SDM Kesehatan adalah pengembangan karir SDM
kesehatan yang telah bekerja terutama di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengembangan karir adalah hak setiap SDM Kesehatan.
Saat ini, pengembangan karir SDM Kesehatan dengan status Aparatur Sipil
Negara, menggunakan sistem jabatan fungsional ASN, yaitu untuk peningkatan
karir/jabatan ASN, harus melalui uji kompetensi. Sedangkan untuk SDM Kesehatan
78 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
di luar ASN, saat ini dalam peningkatan karir di fasilitas pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit (RS) menggunakan sistem sertifikasi yang dikembangkan oleh Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Peningkatan dan pengembangan karir SDM Kesehatan dapat diraih dengan
sistem sertifikasi profesi, selain berkaitan erat dengan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI), juga berkaitan dengan pemenuhan kompetensi kekhususan di
masing masing unit kerja fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem sertifikasi SDM
Kesehatan yang sesuai dengan peraturan BNSP masih tengah dikembangkan bekerja
sama dengan semua pihak terkait termasuk rumah sakit. Rumah sakit dalam hal
akreditasi untuk peningkatan mutunya, membutuhkan sistem sertifikasi ini untuk
pengakuan secara nasional kompetensi SDM kesehatan yang bekerja di rumah sakit
tersebut. Sebagaimana diketahui sistem akreditasi rumah sakit mengacu pada ISO
17024, yang menyatakan bahwa SDM Kesehatan yang bekerja harus memiliki
sertifikat kompetensi sesuai kebutuhan unit kerjanya sebagai bukti pengakuan
kompetensi secara tertelusur dan sesuai peraturan yang berlaku.
Sistem sertifikasi ini juga sangat dibutuhkan untuk SDM Kesehatan yang
akan didayagunakan ke luar negeri. Saat ini kerjasama bilateral antara Indonesia
dengan beberapa negara tengah marak dilakukan. Diantaranya negara Qatar, Arab
Saudi, Jepang, dan lainnnya. Kerja sama bilateral ini, salah satu bidang kerjasamanya
adalah pengiriman SDM Kesehatan sesuai kriteria negara tujuan tersebut.
Proses sertifikasi berdasarkan peraturan BNSP Nomor 301 Tahun 2016 yaitu
proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja baik
kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI), standar internasional dan/atau
standar khusus. Dalam pelaksanaan proses sertifikasi dibutuhkan perangkat
perangkat atau dapat disebut juga infrastruktur sertifikasi profesi. Infrastruktur
tersebut adalah:
a. Standar Kompetensi Kerja
Rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
79 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, atau dapat juga
merupakan standar yang dikembangkan oleh organisasi multinasional dan
dikembangkan secara internasional.
b. Lembaga Sertifikasi Profesi
Lembaga pelaksana asesmen kompetensi dan sertifikasi kompetensi yang
telah mendapatkan lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
c. Skema Sertifikasi
Berisi paket kompetensi dan persyaratan kompetensi yang berkaitan dengan
kategori atau keterampilan seseorang.
d. Asesor Kompetensi
Seseorang yang memiliki kompetensi dan memenuhi persyaratan untuk
melakukan dan/atau menilai asesmen kompetensi pada jenis dan kualifikasi
tertentu.
e. Materi Uji Kompetensi
Alat untuk alat bantu dalam mengases kompetensi dapat berupa daftar
periksa (checklist) observasi demonstrasi, daftar periksa obeservasi produk
atau jasa, daftar periksa observasi portofolio, daftar pertanyaan tertulis,
daftar pertanyaan wawancara, dan lain-lain.
f. Tempat Uji Kompetensi
Tempat kerja atau suatu organisasi yang membuat simulasi tempat kerja
yang memenuhi persyaratan tempat kerja yang baik (good practice), sebagai
tempat untuk melaksanakan asesmen kompetensi sesuai dengan materi dan
metoda asesmen kompetensi yang akan dilaksanakan.
Dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan kebijakan teknis dalam
bidang tata kelola sertifikasi SDM Kesehatan, pada tahun 2019 Bidang
Pengembangan Karir dan Tata Kelola sertifikasi melaksanakan fungsinya melalui
berbagai kegiatan, diantaranya:
a. Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Pengakuan terhadap kompetensi kerja dilakukan melalui sertifikasi
kompetensi kerja. Pada bidang kesehatan, sertifikasi kompetensi kerja bagi SDM
Kesehatan sangat dibutuhkan dalam upaya penjaminan mutu. Sehubungan dengan
80 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
itu, dipandang perlu untuk merumuskan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) bidang kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2016 tentang SKKNI, sehingga dapat menjamin
tersedianya SDM Kesehatan yang memiliki kualifikasi kompetensi kerja sesuai
dengan kebutuhan pelayanan dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun
internasional.
Sesuai dengan Permenaker tersebut, tahapan penyusunan SKKNI adalah
sebagai berikut: perumusan rancangan bagi tim perumus dan tim verifikator,
workshop perumus rancangan, workshop verifikasi internal, prakonvensi nasional,
verifikasi eksternal dan konvensi nasional.
Sesuai dengan amanah dari Undang Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan Kesehatan, disebutkan bahwa Penyusunan SKKNI bagi tenaga
kesehatan dilaksanakan oleh Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI), namun
karena KTKI saat ini belum resmi terbentuk, sehingga SKKNI tenaga kesehatan pada
tahun 2019 masih dilaksanakan oleh Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan.
SKKNI yang disusun pada tahun 2019 adalah untuk tenaga Kesehatan
Lingkungan, Radiografer, Teknik Kardiovaskular, Pelayanan Darah, dan Terapi
Wicara. Saat ini penyusunan SKKNI 5 (lima) tenaga kesehatan tersebut tengah dalam
proses penetapan di Kementerian Ketenagakerjaan.
b. Penyusunan Pedoman Rekomendasi Lembaga Sertifikasi Profesi
Seiring dengan maraknya tuntutan akan sertifikasi di bidang kesehatan,
maka dibutuhkan peran lembaga sertifikasi bidang kesehatan. Berdasarkan Peraturan
Badan Nasional Sertifikasi Profesi tentang pendirian LSP, disebutkan salah satu
syarat dalam melakukan pendirian LSP adalah adanya rekomendasi dari
Kementerian atau Lembaga terkait, dalam bidang kesehatan, tentu Kementerian
Kesehatan sebagai leading sector. Berdasarkan hal ini, maka perlu disusun satu
pedoman yang akan menjadi dasar pemberian rekomendasi tersebut. Pedoman yang
disusun bersifat sangat teknis, sehingga pedoman tersebut dituangkan dalam bentuk
Surat Edaran tentang Pemberian Rekomendasi LSP Bidang Kesehatan.
81 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
c. Pengembangan Web Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan
Web LSP Kesehatan merupakan Sistem informasi yang dikembangkan Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan. Web ini dimaksudkan guna memudahkan para
seluruh stakeholder yang terkait dengan kegiatan sertifikasi SDM Kesehatan untuk
mendapatkan informasi yang adekuat, terjangkau, cepat, efektif dan efisien. Dalam
web ini memuat informasi berita dan artikel terkait kegiatan sertifikasi bidang
kesehatan, data asesor kompetensi, data asesi kompetensi berdasarkan format sesuai
dengan peraturan BNSP, data Tempat Uji Kompetensi, skema sertifikasi profesi
kesehatan, dan materi uji kompetensi (MUK), dalam hal MUK, yang dapat
mengakses konten ini adalah administrator website.
d. Penyiapan Tenaga Kesehatan ke Luar Negeri
Analisa situasi yang berkembang saat ini dalam ASEAN blueprint 2016-2025
disebutkan bahwa tujuan akhir dari liberalisasi jasa kesehatan adalah mobilisasi
tenaga kesehatan antar negara anggota ASEAN, sehingga akan membuka pasar bagi
tenaga kesehatan berkualitas di ASEAN. Perkembangan liberalisasi perdagangan jasa
khususnya jasa kesehatan Indonesia dengan negara lain termasuk non ASEAN
semakin meningkatkan permintaan tenaga kesehatan Indonesia untuk bekerja di luar
negeri baik di wilayah ASEAN, Asia, dan Eropa. Dalam kerangka kerjasama
multilateral, Indonesia bergabung dalam WTO sedangkan dalam kerangka kerjasama
regional, Indonesia telah berpartisipasi dalam APEC serta ASEAN. Selain itu
Indonesia juga mempunyai kerjasama dalam kerangka bilateral dengan Australia
dalam perjanjian Indonesia Australian Comprehensive Economic Patnership Agreement
(IA-CEPA), Indonesia Europe Union Comprehensive Economic Patnership Agreement (IEU-
CEPA), Indonesia Europe Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IE CEPA) dengan 4 negara (Swiss, Liechtenstein, Islandia, Norwegia),
Indonesia Korea Selatan (IK CEPA), Indonesian Japan Economic Partnership Agreement
(IJEPA) dan perjanjian bilateral lainnya.
Peluang kerja sektor kesehatan juga dipengaruhi oleh kondisi demografi di
seluruh negara di dunia. Proses transisi demografi terjadi pada hampir seluruh
negara-negara di dunia, yang ditandai dengan adanya peningkatan status kesehatan
masyarakat, peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH), dan menurunnya tingkat
82 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
fertilitas. Menurut data Prospek Populasi Dunia tahun 2015, jumlah lanjut usia (orang
berusia 60 tahun atau lebih) meningkat secara signifikan. Dalam beberapa tahun
terakhir di sebagian besar negara, pertumbuhan lanjut usia (lansia) tersebut
diproyeksikan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang. Dampak dari
peningkatan ageing population menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan
tenaga kesehatan dan meningkatnya permintaan tenaga kesehatan di negara-negara
maju. Diperkirakan kebutuhan tenaga kesehatan secara global akan mencapai 12,9
juta pada tahun 2035 (WHO).
Hal tersebut diatas merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat
memenuhi permintaan dari negara negara di luar negeri. Tingginya peluang bagi
tenaga kesehatan Indonesia dipengaruhi faktor karakteristik tenaga kesehatan
Indonesia sendiri. Negara asing menganggap bahwa tenaga kesehatan Indonesia
lebih ramah, dan dapat merawat dengan baik. Tingginya permintaan selalu diikuti
dengan tantangan yang harus dipenuhi oleh tenaga kesehatan Indonesia. Beberapa
tantangan yang harus dihadapi yaitu : adanya ujian nasional di beberapa negara,
kompetisi dengan negara lain, perbedaan kurikulum pendidikan, permintaan
kemampuan Bahasa, dan perbedaan budaya dengan negara asal.
Untuk memenuhi peluang dan tantangan tersebut adalah dengan melakukan
berbagai upaya penyiapan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang memenuhi
pasar kerja luar negeri, diantaranya adalah menyiapkan perangkat pendidikan yang
sesuai dengan standar negara tujuan, penyiapan SDM yang berpengalaman melalui
program pemagangan/inkubator, mengupayakan sertifikasi internasional sesuai
permintaan negara tujuan, dan memiliki kompetensi sesuai dengan standar negara
tujuan.
Pada tahun 2019, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan memfasilitasi
penyiapan tenaga perawat untuk ke Arab Saudi salah satunya adalah pemenuhan
persyaratan memiliki sertifikat Prometric Qatar. Uji sertifikasi ini merupakan
sertifikasi internasional dari luar negeri dengan metode online, diselenggarakan oleh
perusahaan swasta luar negeri Prometric.
Penyelenggaraan sertifikasi Prometric ini melalui 3 (tiga) tahapan yaitu:
(1) Rekrutmen dan seleksi administrasi peserta.
83 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(2) Review yaitu penyiapan peserta untuk menghadapi uji sertifikasi
Prometric berupa pembahasan materi uji serta try out soal-soal sertifikasi
Kegiatan Review International Prometric Examination Negara Saudi Arabia
ini dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK). Kegiatan ini dilaksanakan
digedung Balai Besar Pelatihan Kesehatan Kampus Hang Jebat. Kegiatan
review diikuti oleh ± 32 peserta dari Institusi Pendidikan Negeri maupun
Swasta seperti STIKes dan beberapa perawat dari Rumah Sakit. Kegiatan
dimulai dengan sesi orientasi dari pengajar mengenai proses review dan
International Prometric Examination Negara Saudi Arabia yang
disampaikan oleh pengajar dari TOPRANK Filipina Mr. Jeremy Rod
Gubi Cabanez, RN, USRN, UKRN. Setelah dilakukan pemaparan
gambaran proses kegiatan review dan International Prometric Examination
Negara Saudi Arabia, dilakukan Diagnostic Exam Test A dan B masing-
masing 75 item. Dilanjutkan dengan kegiatan review di Jakarta
disampaikan oleh pengajar dari Filipina yaitu Jeremy Rod Gubi Cabanez,
RN. Metode yang digunakan dalam pembelajaran melalui proses
evaluasi terlebih dahulu sebelum masuk ke materi untuk mengetahui
kelemahan topic yang ada pada peserta. Setelah dilakukan evaluasi,
pengajar membahas/memberikan rasionalisasi kepada peserta. Mata ajar
dihari pertama dalam pembahasan soal yang disampaikan oleh Mr.
Jeremy yaitu mengenai Fundamental of Nursing 1, didalam pembahasan
fundamental of Nursing terdapat 50 soal dan pengajar memberikan
rasionalisasi serta clue yang terdapat di dalam soal. Setelah proses
rasionalisasi/pembahasan, hasil evaluasi/pengerjaan soal yang
dikerjakan oleh peserta langsung dimasukan ke Tracking Card. Setelah
Break dilanjutkan dengan topic Fundamental of Nursing 2 dan dilanjutkan
pengisian Workbook Practice Test 1 sebanyak 50 item. Proses berikutnya
adalah review materi lanjutan serta pengisian workbook practice untuk
pediatric nursing, Pediatric Nursing, Medical Surgical Nursing. Selanjutnya
dilaksanakan review online NCSBN Online Platform (CBT). Berikutnya
84 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
peserta dijelaskan mengenai Nursing Bullet yaitu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengetahui jenis soal yang sering muncul pada uji
Internasional Prometric beserta rasionalisasi/pembahasannya, serta
peserta harus mengerjakan soal didalam predictor, kemudian seluruh
peserta mengerjakan Final Predictor sebanyak 150 soal selama 2,5 jam.
Setelah peserta selesai mengerjakan, hasil akan dimasukkan kedalam
Tracking Card. Terakhir sebelum pelaksanaan uji prometric, peserta
mengerjakan online diagnostic.
(3) Pelaksanaan uji Prometric
Kegiatan Uji International Prometric Examination Negara Saudi Arabia ini
dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK). Sebelum perserta melaksakan Uji
International Prometric Examination Negara Saudi Arabia, dilakukan
pengecekan dokumen adminitrasi terlebih dahulu. Setelah dilakukan
pengecekan dokumen lengkap maka proses tahap awal yaitu melakukan
Verifikasi Dokumen menggunakan system Data Flow khusus Negara
Saudi Arabia. Proses data flow ini memakan waktu lebih 40 hari. Adapun
yang dilakukan verifikasi pada perserta adalah Institusi Pendidikan
perserta, tempat kerja perserta dan lisensi tenaga kesehatan /STR
peserta. Setelah proses data flow berjalan, maka hasil proses data flow
dilakukan Verifikasi melalui system Mumaris Plus. Pada system
ini,kembali dokumen perserta akan di verifikasi mulai dari Ijazah,
Transkrip Nilai , Surat Pengalaman Kerja, STR dan hasil dari data flow
apabila sekolah/institusi Pendidikan perserta sudah terdaftar di
Mumaris Plus. Proses Mumaris Plus memakan waktu 40 hari kerja bagi
New Qualification (Institusi Pendidikan yang belum terdaftar), dan 20
hari kerja bagi Profesional Qualification (institusi Pendidikan yang sudah
terdaftar). Setelah proses Mumaris Plus selesai, maka eligibility number
akan segera publis untuk dilakukan penjadwalan Uji Prometric. Setelah
elibigility keluar, dilakukan proses regristrasi ke prometric Center secara
online untuk menentukan tempat, Tanggal dan Waktu ujian. Syarat dasar
85 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
dalam mengikuti Uji International Prometric examination Negara Saudi
Arabia adalah perserta yang mempunyai Paspor yang masih berlaku dan
mengisi formulir registrasi yang sesuai dengan identitas untuk pengisian
saat registrasi. Selanjutnya dilakukan proses registrasi yang dilakukan
oleh pihak teknis Indonesia kepada tim prometric center di Kuala
Lumpur ,perserta akan mendapatkan jadwal yang telah ditentukan dan
ditunjuk sebagai tempat uji kompetensi prometric Negara Saudi Arabia
saat di tunjuk sebagai tempat uji kompetansi Prometric Negara Saudi
Arabia saat akan exam. Kegiatan ini di menara Imperium 28th Floor, JL
HR Rasuna Said Kav-1 Kuningan , Jakarta 12980 Indonesia.
(4) Pengembangan Start Up Caregiver
Caregiver adalah seseorang baik formal maupun informal yang telah
lulus pendidikan atau pelatihan untuk melakukan pendampingan pada
seorang atau kelompok yang tidak mampu merawat dirinya sendiri,
baik sebagian atau seluruhnya karena mengalami keterbatasan fisik dan
atau mental. Bagi caregiver yang memberi pendampingan pada lansia
disebut caregiver lansia. Sampai saat ini terdapat 445 panti wreda,
pelayanan homecare bagi lansia terlantar oleh Kemensos di 34 provinsi,
2.776 Rumah Sakit, 9.852 Pusat Kesehatan Masyarakat, 76.547 Posyandu
Lansia, serta 34.000 Bina Keluarga Lansia (BKL), 260 Lembaga
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, dan Organisasi peduli lansia lainnya,
yang semuanya membutuhkan caregiver baik formal maupun informal
(CAS UI, 2017). Namun di Indonesia, belum mempunyai standar
pendidikan dan pelatihan serta sistem sertifikasi caregiver. Kondisi ini
merupakan hambatan untuk terpenuhinya kebutuhan caregiver di dalam
dan luar negeri. Untuk kebutuhan internasional terdapat peningkatan
pengiriman caregiver Indonesia ke berbagai negara sejak tahun 2011
hingga tahun 2017 sebagai berikut tahun 2011 sejumlah 6.301 orang;
tahun 2012 berjumlah 1.354 orang; tahun 2013 berjumlah 2.903
orang; tahun 2014 berjumlah 2.593 orang; tahun 2015 berjumlah 5.604
orang; tahun 2016 berjumlah 35.552 orang; dan tahun 2017 berjumlah
86 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
29.162 orang (BNP2TKI, 2017). Kualifikasi caregiver yang dikirim ke
berbagai negara tersebut di atas berbeda satu dengan yang lain. Badan
PPSDM Kesehatan memiliki kebijakan untuk mendayagunakan tenaga
Caregiver yang terintegrasi secara optimal dari mulai perencanaan,
pengadaan, sertifikasi, dan pendayagunaan sehingga menghasilkan
tenaga caregiver yang berkualitas, memiliki kepercayaan publik,
kemudahan dan berdaya saing khususnya ke luar negeri. Tahun 2018,
Kementerian Kesehatan menetapkan Pedoman Pendayagunaan Tenaga
Caregiver Lansia. Terkait dengan pendayagunaan tenaga caregiver baik
dalam dan luar negeri, dalam pedoman tersebut dijelaskan tentang
kompetensi tenaga caregiver. Pendayagunaan caregiver lansia di
Indonesia dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
maupun non pemerintah, sesuai tugas dan fungsi masing-masing
berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
Pendayagunaan dilakukan dengan memperhatikan aspek pemerataan,
pemanfaatan dan pengembangan. Penempatan tenaga caregiver lansia
oleh pemerintah dilaksanakan sesuai dengan UU ASN Nomor 5 tahun
2014, yaitu melalui pengangkatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
pengangkatan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja).
Sedangkan pada sektor swasta pendayagunaan caregiver lansia
dilakukan dengan kontrak kerja sesuai peraturan institusi masing-
masing. Pendayagunaan tenaga caregiver lansia di luar negeri dapat
dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan di dalam negeri dan
peluang kerja di luar negeri. Pendayagunaan caregiver lansia di luar
negeri saat ini meliputi Rumah Sakit, Panti Wredha dan Rumah Tangga.
Secara umum, negara-negara yang mendayagunakan caregiver seperti
Taiwan, Hongkong, Singapura, negara-negara Timur Tengah, Amerika
dan Australia membutuhkan caregiver yang memiliki kemampuan
melaksanakan pekerjaan pendampingan lansia dengan mengurus
lingkungan lansia, menyiapkan dan memberi makan/minum lansia,
memobilisasi lansia, mencegah kecelakaan dan P3K lansia dan membuat
87 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
D. Pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Kesehatan
laporan penjagaan/asuhan lansia serta berbicara dan berkomunikasi
dalam bahasa negara penempatan. Jumlah penempatan tenaga caregiver
Indonesia ke luar negeri tahun 2014-2018 sejumlah 114.648 orang.
Saat ini telah marak permintaan tenaga caregiver serta marak pula pelatihan
dan sertifikasinya di Indonesia. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut
antara konsumen, agensi penyalur tenaga caregiver, lembaga sertifikasi yang
memiliki sertifikasi tenaga caregiver, dan lembaga pelatihan tenaga caregiver, maka
diperlukan aplikasi yang dapat mengakomodir semua komponen tersebut yaitu start
up caregiver.
Sejalan dengan telah terbitnya surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/372/2019 tentang Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan,
diperlukannya program kerja dalam pelaksanaan kegiatan LSP Kesehatan tahun 2019
sehingga dapat menjadi acuan pelaksanaan kegiatan pelayanan sertifikasi yang
diharapkan mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan akuntabel. Pelaksanaan
LSP Kesehatan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2018 sebagai
pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Peraturan BNSP Nomor 301 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Asesmen Kompetensi oleh LSP Kesehatan. Oleh karena itu,
LSP Kesehatan membutuhkan penguatan kelembagaan dalam kegiatan selanjutnya
agar dapat bersinergi dalam pelaksanaan kegiatan sertifikasi.
LSP Kesehatan berdasarkan SK Menteri Kesehatan tersebut, berubah nama
dari sebelumnya adalah LSP Tenaga Kesehatan yang dibentuk pada tahun 2016.
Anggaran LSP Kesehatan menggunakan anggaran APBN dan masih menjadi satu
dengan anggaran Satuan Kerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan. Selain
perubahan nomenklatur, juga terjadi perubahan ruang lingkup sertifikasi, yang mana
sebelumnya adalah ruang lingkup sertifikasi perawat yang akan didayagunakan ke
luar negeri, sekarang berubah ruang lingkup sertifikasi untuk seluruh SDM
Kesehatan baik dalam dan luar negeri. Terjadinya perubahan ruang lingkup tersebut
88 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
membuat pengembangan sertifikasi Tenaga Kesehatan juga meluas, tidak hanya
profesi perawat saja, namun untuk profesi tenaga kesehatan lainnya juga
mengajukan sertifikasi melalui LSP Kesehatan, yang mana Standar Kompetensi Kerja
Nasional (SKKNI) nya sudah ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja. Profesi
tersebut antara lain; Fisioterapi, Ahli Teknik Laboratorium Medik, Elektromedis,
Teknisi Gigi, Nutrision, dan Dietisien. Selain itu juga ada pengajuan dari SDM
Kesehatan lainya bidang kesehatan, yaitu Health Spa.
Untuk penguatan kelembagaan LSP Kesehatan membawahi empat Bidang,
yaitu; (1) Bidang Pengembangan Skema Sertifikasi dan Standar Kompetensi Kerja, (2)
Bidang Sertifikasi dan Koordinasi Asesor, (3) Bidang Kerjasama, dan (4) Bidang
Manajemen Mutu.
1. Bidang Pengembangan Skema Sertifikasi dan Standar Kompetensi Kerja
Saat ini LSP Kesehatan sudah melakukan pengembangan penyusunan skema
sertifikasi dan sudah memiliki 70 skema sertifikasi yang disusun mengacu kepada
peta jabatan tenaga kesehatan dan SDM Kesehatan yang tercantum di dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Standar Kompetensi Kerja
Khusus SKKK), diantaranya yaitu;
Ø 4 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Keperawatan;
Ø 3 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Fisioterapi;
Ø 10 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Ahli Teknik Lab.Medik;
Ø 35 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Elektromedis;
Ø 3 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Teknisi Gigi;
Ø 4 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Nutrition;
Ø 4 Skema Sertifikasi Bidang Profesi Dietisien;
Ø 7 Skema Sertifikasi Bidang Health Spa.
Dalam proses penyusunan pengembangan 70 skema sertifikasi tersebut LSP
Kesehan melibatkan stakeholder terkait dan Organisasi Profesi. Organisasi Profesi
tersebut antara lain; PPNI untuk profesi perawat, PATELKI untuk profesi Ahli
Teknik Laboratorium Medik, IFI untuk profesi Fisioterapi, IKETEMI untuk profesi
Elektromedis, PTGI untuk profesi Teknisi Gigi, PERSAGI dan Dietisien untuk profesi
Nutrision, dan ASPI untuk profesi Health Spa.
89 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
2. Bidang Sertifikasi dan Koordinasi Asesor
Dalam upaya melakukan pengembangan dan mempermudah sertifikasi, saat
ini LSP Kesehatan menambah Asesor Kompetensi sebanyak 42 orang sesuai 7 (tujuh)
profesi baru yang sudah menyusun skema sertifikasi yang baru, yaitu Fisioterapi,
Ahli Teknik Laboratroium Medik, Elektromedis, Teknisi Gigi, Nutrisionis, Dietisien
dan Health Spa. Penambahan asesor kompetensi itu dilaksanakan pada:
(1) Workshop Asesor Kompetensi dan ACA LSP Kesehatan angkatan VI.
Worskshop asesor angkatan VI dilaksanakan pada tanggal 19 - 22 Agustus
2019 di Veranda Hotel Jakarta. Peserta pelatihan asesor terdiri dari 42 orang
yang mewakili dari masing-masing profesi yaitu Fisioterapi, Ahli Teknik
Laboratroium Medik, Elektromedis, Teknisi Gigi, Nutrisionis, Dietisien dan
Health Spa. Workshop asesor kompetensi dibagi menjadi dua kelas
pengajaran, yang masing-masing kelas dibimbing oleh Master Asesor dari
BNSP. Pelaksanaan workshop Asesor Kompetensi dilaksanakan selama 4
hari kerja dan 1 hari kerja untuk pelaksanaan Ujian ACA (Asesemen Calon
Asesor). Untuk pelaksanaan ACA dilaksanakan di Tempat Uji Kompetensi
Auditorium Badan PPSDM Kemenkes.
(2) Pelatihan Asesor Kompetensi dan ACA angkatan VII, VIII, IX dan X.
Pelatihan asesor angkatan VII, VIII, IX dan X adalah pelatihan Asesor
Kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP Kesehatan Cabang RSCM yang
difasilitasi oleh Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan bekerjasama
dengan BNSP. Pelaksanaan Pelatihan Asesor Kompetensi LSP Kesehatan
Cabang RSCM dibagi menjadi 4 Batch, dengan rincian sebagai berikut:
· Batch I, dilaksanakan pada tanggal 21-24 Oktober 2019 di Gedung RSCM
Kintani dengan jumlah peserta 24 orang dengan hasil rekomendasi
semua peserta Kompeten.
· Batch II, dilaksanakan pada tanggal 2-5 Desember 2019 di Gedung RSCM
Kintani dengan jumlah peserta 24 orang, dan direkomendasikan
Kompeten 23 orang, yang belum kompeten 1 (satu) orang.
90 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
· Batch III, dilaksanakan pada tanggal 9-12 Desember 2019 di Gedung
RSCM Kintani dengan jumlah peserta 24 orang, dan direkomendasikan
semua peserta Kompeten.
· Batch IV, dilaksanakan pada tanggal 16-19 Desember 2019 di Gedung
RSCM Kintani dengan jumlah peserta 24 orang, dan direkomendasikan
Kompeten 19 orang, yang belum Kompeten 4 orang dan tidak
direkomendasikan ACA (Asesemen Calon Asesor) 1 orang.
Untuk peserta pelatihan asesor ini hampir semua peserta adalah pegawai
RSCM, dikarenakan kebutuhan SDM Rumah Sakit RSCM yang kompeten.
3. Bidang Kerjasama
Dalam upaya melakukan recognize dengan negara tujuan, LSP Kesehatan
sudah melakukan upaya kerjasama dengan beberapa Lembaga Internasional dan
Lembaga Pelatihan untuk mempersiapkan perawat yang akan didayagunakan ke
luar negeri. Lembaga review center TOP RANK & ICCA dari Filipina untuk
melaksanakan kegiatan review dan test center selama 2 minggu di Jakarta untuk
mempersiapakan Uji Internasional Prometric Arab Saudi. LSP Kesehatan juga
bekerjasama dengan Lembaga ITC (International Test Center) untuk program Uji
Sertifikasi Internasional CGFNS (The Commission on Graduates of Foreign
Nursing School) Amerika.
Selain kerjasama dengan Lembaga Sertifikasi International, LSP Kesehatan
juga sudah menetapkan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto
Mangunkusumo sebagai LSP Cabang dari LSP Kesehatan berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan Nomor:
HK.02.03/2/9078/2019 tentang Penetapan Lembaga Sertifikasi Profesi Kesehatan
Cabang RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
91 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
E. Penganugerahan tenaga kesehatan teladan
Gambar 3.6. Penyerahan Sertifikat Lisensi LSP Kesehatan Cabang RSCM dari Kepala Pusat Peningkatan
Mutu SDM Kesehatan (drg. Diono Susilo, MPH) kepada Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
(dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS, FIHA).
4. Bidang Manajemen Mutu
Untuk menjaga mutu kelembagaan, sudah dilakukan audit internal LSP
Kesehatan oleh Auditor Sistem Manajemen Mutu (SMM) terhadap dokumen-
dokumen pelaksana LSP Kesehatan. Selain itu LSP Kesehatan tahun ini juga habis
lisensinya dari BNSP selama 3 (tiga) tahun, sehingga akan melakukan perpanjangan
lisensi BNSP (re-lisensi). LSP Kesehatan sudah mengajukan perpanjangan lisensi ke
BNSP sekaligus perubahan ruang lingkup sertifikasinya. Untuk jadwal whitnes masih
menunggu dari BNSP.
Penganugerahan atau pemberian penghargaan tenaga kesehatan teladan di
Puskesmas Tingkat Nasional tahun 2019 ini diselenggarakan bertepatan dengan
perayaan Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang ke 55. Kegiatan ini bertujuan sebagai
pengakuan atas keteladanan tenaga kesehatan dalam pembangunan kesehatan di
Puskesmas yang dilaksanakan secara obyektif dan transparan. Selain itu kegiatan
penganugerahan ini memiliki tujuan khusus, yaitu:
92 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(a) Terpilihnya tenaga kesehatan teladan di Puskesmas tingkat Provinsi yang
memenuhi persyaratan administrasi dan bobot penilaian.
(b) Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan strata pertama
melalui Puskesmas.
(c) Meningkatnya profesionalisme tenaga kesehatan di dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya.
(d) Meningkatnya minat tenaga kesehatan untuk bekerja di Puskesmas.
(e) Tumbuhnya kompetisi yang sehat di antara tenaga kesehatan dalam
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan strata pertama di Puskesmas.
Jenis tenaga kesehatan yang mendapatkan penghargaan sebagai tenaga
kesehatan teladan di Puskesmas meliputi 9 jenis tenaga kesehatan, yaitu; dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, tenaga kefarmasian.
Penetapan 9 jenis tenaga kesehatan teladan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang juga
dituangkan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Penghargaan Bagi Tenaga Kesehatan Teladan
di Pusat Kesehatan Masyarakat.
Kegiatan penganugerahan tenaga kesehatan teladan di Puskesmas tingkat
nasional ini telah diselenggarakan selama tujuh hari dari tanggal 8-14 Nopember
2019 di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta. Peserta kegiatan Pemberian
Penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan Di Puskesmas Tingkat Nasional Tahun 2019
berjumlah 140 orang yang berasal dari 29 Provinsi terdiri dari 33 orang laki-laki
(23,57%) dan 107 orang perempuan (76,43%). Setiap Provinsi diwakili oleh maksimal
5 orang tenaga kesehatan teladan terdiri dari; Dokter, Dokter Gigi, Perawat, Bidan,
Nutrisionis/Gizi, Ahli Teknologi Laboratorium Medik, Tenaga Kefarmasian, Tenaga
Kesehatan Lingkungan dan Tenaga Kesehatan Masyarakat).
Selama seminggu para teladan mengikuti jadwal acara yang cukup padat,
mulai dari mengikuti acara pertemuan dengan eselon I dan Menteri Kesehatan
sampai dengan acara ramah tamah dengan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Selain itu para teladan juga diberikan waktu untuk berwisata ke Museum
93 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Kepresidenan Bogor, wisata religi ke Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Greja Immanuel
dan wisata belanja ke Thamrin City. Acara pertemuan dengan pejabat eselon I diisi
dengan mengikuti paparan terkait dengan program prioritas dan inovatif di masing-
masing unit eselon I dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Selanjutnya
acara dengan Menteri Kesehatan dilakukan dengan dialog inter-aktif di hadapan
para pejabat eselon I terkait permasalahan dan kendala yang dihadapi di daerah
masing-masing.
Selain itu panitia juga menyediakan waktu para teladan untuk berkunjung ke
Kementerian Kesehatan. Kunjungan ke Kementerian Kesehatan diselenggarakan agar
peserta mengetahui lebih jauh unit-unit utama yang ada di Kementerian Kesehatan
dan layanan informasi, seperti; penyebaluasan informasi layanan, mengunjungi Unit
Layanan Terpadu (ULP), Perpustakaan dan Siaran Radio Kesehatan (SRK).
Kegiatan penganugerahan tenaga kesehatan teladan di Puskesmas tingkat
nasional tahun 2019 ini juga menampilkan perform gelar budaya dari masing-masing
daerah yang kelompokan dalam pulau-pulau. Penampilan perform gelar budaya ini
memang sangat menarik karena banyak menampilkan beragam budaya di tanah air.
Gambar 3.7. Para Peserta Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan terpilih, terlihat gembira ketika berphoto bersama Menteri Kesehatan didampingi Pejabat Eselon I Kementerian Kesehatan pada penyelenggaraan Pemberian Penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas Tingkat Nasional Tahun 2019 di Hotel Grand Mercure Harmoni, tanggal 8-14 Nopember 2019.
94 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
F. Jumlah Rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
Dari target 17 dokumen rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) telah terealisasi 100%, yaitu:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Penata Anestesi
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 22 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Jabatan Fungsional Asisten Penata Anestesi
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2019 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional Melalui
Inpassing (revisi Permenkes Nomor 42 Tahun 2017)
4. Rancangan Permenpan-RB tentang Jabatan Fungsional Perawat
5. Rancangan Permenpan-RB tentang Jabatan Fungsional Terapi Gigi dan
Mulut
6. Rancangan Permenpan-RB tentang Jabatan Fungsional Bidan
7. Rancangan Revisi Permenkes Nomor 18 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
8. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 135
Tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial
Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang Kesehatan Profesi
Elektromedis
9. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 155
Tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial
Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang Kesehatan Profesi
Teknisi Gigi
10. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 156
Tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial
95 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang Kesehatan Profesi
Nutrisionis
11. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 187
Tahun 2019 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Kategori Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial
Golongan Pokok Aktivitas Kesehatan Manusia Bidang Kesehatan Profesi
Dietisien
12. Rancangan Rancang Bangun (Grand Design) Pengembangan Karier
Tenaga Kesehatan 2019-2024
13. Draf Pedoman Tata Laksana Pemberian Rekomendasi Calon LSP Bidang
Kesehatan dan Perpanjangan Lisensi Bagi LSP Bidang Kesehatan
14. Pembekalan/Pemantapan Bagi Calon Peserta PPDS/PPDGS Papua dan
Papua Barat Tahun 2019
15. Petunjuk Teknis Sanksi bagi Peserta Program Bantuan Biaya PPDS/
PDGS
16. Draf Petunjuk Teknis Program Fellowship
17. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Tubel SDM Kesehatan Tahun 2019
Secara rinci capaian kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
tahun 2019 dapat dilihat dalam tabel 3.24 Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK)
sebagai berikut:
96 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.24 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2019
No SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN REALI
SASI %
1 2 3 4 5 6 7
1
Kegiatan Prioritas Nasional Pantauan KSP
Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/ Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PDS/ PDGS) Nasional
Diberikannya bantuan PDS/ DGS sebanyak 2.700 orang
Orang
Diberikan bantuan PDS/DGS sebanyak 2.532 orang
93,78
2
Kegiatan Prioritas Nasional Pantauan KSP Provinsi Papua dan Papua Barat
Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/ Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PDS/ PDGS) Provinsi Papua dan Papua Barat
Diberikannya bantuan PDS/ DGS sebanyak 20 orang
Orang
Diberikan bantuan PDS/DGS sebanyak 38 orang
190,00
3 Rancangan Norma, Standar Prosedur dan kriteria (NSPK)
Jumlah rancangan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) 17 NSPK
17
100,00
1) Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan
Jabatan Fungsional yang Terstandardisasi
7 Dokumen
7 100,00
2) Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
Kebijakan Teknis Pengembangan Karir dan Tata Kelola Sertifikasi (Rancangan Kebijakan Teknis)
4 Dokumen
4 100,00
3) Pengembangan Kualifikasi SDM Kesehatan Berkelanjutan
Jumlah dokumen manajemen pendidikan berkelanjutan profesi Kesehatan
3 Dokumen/ Pedoman
3 100,00
Jumlah dokumen Manajemen pendidikan SDM Kesehatan
3 Dokumen/ Pedoman
3 100,00
Penganugerahan tenaga kesehatan teladan
140 Orang 140 100,00
4 Terselenggaranya peningkatan mutu SDM Kesehatan
2) Jumlah SDM Kesehatan penerima pendidikan berkelanjutan
3.473 Orang 3.308 95,25
97 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
C. AKUNTABILITAS KEUANGAN
3) Jumlah penerima bantuan Pendidikan profesi Kesehatan
2.720 Orang 2.570 94,49
5 Ketatausahaan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Tersusunnya: (1) Kebijakan perencanaan, program dan laporan evaluasi (2) Pengelolaan keuangan dan BMN (3) Pengelolaan kepegawaian dan ketatausahaan 7 Dokumen
7
100,00
a) Jumlah dokumen perencanaan dan pelaksanaan program
1 Pedoman 1 100
b) Jumlah dokumen rencana dan anggaran program jangka pendek & panjang
1 Dokumen 1 100
c) Jumlah dokumen pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan program
1 Dokumen 1 100
d) Jumlah dokumen pengelolaan keuangan dan BMN
2 Dokumen 2 100
f) Jumlah dokumen pengelolaan kepegawaian dan ketatausahaan
2 Dokumen 2 100
1. Anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
Anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun 2019 mengalami
penyesuaian atau revisi anggaran sebanyak 4 kali revisi DIPA dan 5 kali revisi POK
dengan pagu awal sebesar Rp. 274.629.718.000,-. DIPA revisi POK ke-1 pada tanggal
12 April 2019, dilakukan karena adanya pergeseran anggaran antar keluaran (output)
dan penghapusan blokir sebesar Rp. 589.400.000,- pada akun beban jasa lainnya
(kode: 522191) pada komponen output Penyiapan Tenaga Kesehatan Untuk
Sertifikasi Luar Negeri. Selanjutnya DIPA 2 POK revisi ke-2 pada tanggal 28 Juni 2019
dan DIPA 2 POK revisi ke-3 pada tanggal 2 Agustus 2019, dilakukan karena adanya
perubahan detail kegiatan Bidang-Bidang dan Sub Bagian Tata Usaha dengan tidak
merubah jumlah anggaran Satker. DIPA 3 POK revisi ke-4 pada tanggal 1 Nopember
2019, dilakukan karena adanya penambahan anggaran dana insentif sebesar
Rp. 5.683.000.000,- (total anggaran Satker menjadi Rp. 280.312.718.000,-) pada output
98 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
kegiatan tenaga kesehatan penerima penghargaan teladan tingkat nasional dan
perubahan detail kegiatan Bidang-Bidang dan Sub Bagian Tata Usaha. Dan DIPA 4
POK revisi ke-5 dilakukan karena adanya pergeseran anggaran dalam output yang
sama.
Capaian kinerja anggaran Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan sampai
dengan minggu ketiga Januari 2020 (berdasarkan smart e-monev DJA) sebesar
90,60% atau Rp. 253.953.681.535,- dari total anggaran sebesar Rp. 280.312.718.000,-
dengan realisasi belanja modal sebesar 97,35% dan realisasi belanja barang sebesar
90,58%. Hal ini menunjukkan bahwa serapan realisasi belanja barang dan belanja
modal cukup optimal, dan masih tersisa anggaran cukup besar yang belum
terserap sebesar Rp 26.459.036.465,- atau 9,40%. Beberapa alasan tidak terserapnya
anggaran belanja barang dan belanja modal disebabkan oleh:
(1) Belanja barang.
○ Biaya Bantuan Program Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis (SPP, Biaya Hidup dan Ujian Jenjang) dan biaya
penunjang pendidikan (ujian nasional, seminar dan penelitian) yang
tidak terserap optimal karena tidak tercapainya target peserta
penerima bantuan PPDS/PDGS.
○ Sisa anggaran bantuan pendidikan fellowship bagi dokter spesialis
yang tidak terserap optimal.
○ Sisa anggaran pada sub output pengembangan Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) Tenaga Kesehatan dan Penyusunan Rancangan PMK
tentang Grand Design Pengembangan Karir yang tidak terserap
optimal.
○ Sisa anggaran pada output jabatan fungsional yang terstandardisasi
yang tidak terserap optimal.
○ Sisa anggaran pada output penyelenggaraan penganugerahan
penghargaan tenaga kesehatan teladan.
○ Pengembalian biaya tiket pada kegiatan besar (harga tiket lebih
murah), pengurangan jumlah hari perjalanan dinas dan peserta
undangan rapat tidak semua hadir.
99 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
(2) Belanja modal.
○ Sisa anggaran pengadaan barang dari belanja modal sesuai dengan
kontrak kerja pengadaan barang/jasa.
Realisasi belanja barang dan belanja modal Pusat Peningkatan Mutu SDM
Kesehatan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3.25 dibawah ini:
Tabel 3.25 Realisasi Capaian Kinerja Anggaran Puskat Mutu SDM Kesehatan
Tahun 2019
No
Jenis Belanja
Alokasi Anggaran
(Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
%
1 Belanja Modal 643.700.000 626.614.500 97,35
2 Belanja Barang 279.669.018.000 253.327.067.035 90,58
3 Belanja Pegawai 0 0 0,00
4 Belanja Bansos 0 0 0,00
T O T A L 280.312.718.000 253.953.681.535 90,60
Sumber: emonev SMART DJA, Posisi s.d 21 Januari 2020
Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 21 Januari 2020 sebesar
Rp. 253.953.681.535,- atau 90,60% lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi
anggaran tahun 2018 pada periode yang sama, yakni sebesar 90,32% dari anggaran
sebesar Rp. 339.441.602.000,-. Persandingan realisasi anggaran tahun 2018 dan 2019
periode yang sama, sebagaimana dijelaskan pada tabel 3.26 berikut ini.
100 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.26 Persandingan Realisasi Anggaran Puskat Mutu SDM Kesehatan
Tahun 2018 dan 2019
2018 2019
Rp. % Rp. %
1 33.005.447.000 - 28.416.588.673 86,10 - -
2 141.052.730.000 127.570.681.000 138.997.956.492 98,54 124.010.947.584 97,21
3 142.933.092.000 126.003.960.000 122.058.105.108 85,40 106.923.530.735 84,86
4 2.813.980.000 4.323.120.000 1.212.286.776 43,08 2.772.941.805 64,14
5 8.438.120.000 4.875.373.000 7.143.266.128 84,65 4.546.555.551 93,26
6 - 6.899.780.000 - - 6.285.752.070 91,10
7 5.268.316.000 5.683.000.000 4.449.290.480 84,45 5.353.689.015 94,21
8 - 133.700.000 - - 128.408.000 96,04
9 3.729.917.000 3.025.472.000 2.660.708.417 71,33 2.447.282.138 80,89
10 2.200.000.000 1.797.632.000 1.661.817.041 75,54 1.484.574.637 82,59
NO PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT
ALOKASI ANGGARAN (Rp) REALISASI ANGGARAN (Rp)
2018 2019
Tenaga Kesehatan Teregistrasi
Bantuan Pendidikan SDM Kesehatan
Bantuan Pendidikan Program
Pendidikan Dokter Spesialis/
Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis (PPDS/PDGS)
Bantuan Pendidikan Program
Pendidikan Dokter Spesialis/
Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis (PPDS/PDGS) Provinsi
Papua dan Papua Barat
Jabatan Fungsional yang
Terstandardisasi
Kebijakan Teknis Pengembangan
Karir dan Tata Kelola Sertifikasi
Tenaga Kesehatan Penerima
Penghargaan Teladan Tingkat
Nasional Layanan Sarana dan Prasarana
Internal
Layanan Internal (Overhead)
Layanan Perkantoran
JUMLAH 339.441.602.000 280.312.718.000 306.600.019.115 90,32 253.953.681.535 90,60
Persandingan capaian realisasi anggaran per bulan antara tahun 2018 dan tahun 2019 dapat dilihat pada grafik 3.4 berikut ini.
101 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Grafik 3.4
Persandingan Realisasi Anggaran Puskat Mutu SDM Kesehatan Tahun 2018 dan 2019
2. Anggaran Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
2.1. Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan.
Selanjutnya untuk realisasi anggaran yang digunakan untuk pencapaian
kinerja jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan sesuai
dengan dokumen DIPA Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan tahun anggaran
2019, ditampilkan pada tabel 3.27 dibawah ini:
Tabel 3.27 Realisasi Anggaran
Indikator Kinerja Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan 2019
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Target
(Orang)
Realisasi
(Orang)
Alokasi Anggaran
Rp)
Realisasi
(Rp)
%
SDM Kesehatan yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan berkelanjutan
Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
3.473
Orang
3.308
Orang (95,25%)
127.570.681.000,-
124.010.947.584,-
97,21
102 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
Tabel 3.27 diatas terlihat bahwa untuk mencapai target kinerja jumlah SDM
Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan, Pusat Peningkatan Mutu
SDM Kesehatan tahun 2019 mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 127.570.681.000.-.
Capaian kinerja indikator ini sebesar 95,25% dari target indikator kinerja sebanyak
3.473 orang.
Capaian kinerja anggaran indikator ini tidak mencapai 100%: (1) target
kinerja tidak tercapai, karena 34% dari 723 orang (yang dinyatakan lulus administrasi
Pusat) atau sebanyak 249 calon peserta tubel SDM Kesehatan tidak lulus seleksi
akademik, (2) mengundurkan diri sebagai peserta tubel setelah dinyatakan lulus
akademik karena alasan keluarga, kesehatan dan karena mengikuti program
Nusantara Sehat Individu.
2.2. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan.
Realisasi anggaran yang digunakan untuk pencapaian kinerja jumlah peserta
penerima bantuan profesi kesehatan diperlihatkan pada tabel 3.28 dibawah ini:
Tabel 3.28 Realisasi Anggaran
Indikator Kinerja Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan Tahun 2019
Sasaran Program
Indikator Kinerja
Target
(Orang)
Realisasi
(Orang)
Alokasi
Anggaran (Rp)
Realisasi Anggaran
(Rp)
%
SDM Kesehatan
yang bekerja di bidang kesehatan yang ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan berkelanjutan
Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
2.720
Orang
2.570
Orang (94,49%)
130.327.080.000,-
109.696.472.540,-
84,17
Tabel 3.28 diatas menunjukkan bahwa serapan anggaran indikator kinerja
jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan sebesar 84,17% dan
capaian indikator kinerja sebesar 94,49%. Serapan anggaran indikator kinerja ini juga
tidak optimal disebabkan karena rendahnya tingkat kelulusan akademik calon
peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan, sehingga anggaran yang
sudah tersedia tidak dapat diserap. Selain itu biaya bantuan program bantuan
103 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
pendidikan dokter spesialis/pendidikan dokter gigi spesialis seperti; SPP, biaya
hidup, ujian jenjang dan biaya penunjang pendidikan (ujian nasional, seminar dan
penelitian) menjadi tidak terserap optimal.
104 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
BAB IV
PENUTUP
Laporan kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan disusun sebagai
salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan selama tahun 2019. Laporan Kinerja ini
merupakan periode tahun terakhir dari pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019. Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Penetapan indikator kinerja merupakan salah satu tools Kementerian Kesehatan
dalam mencapai tujuan dan sasaran strategis organisasi. Pencapaian kinerja
merupakan perwujudan sinergi seluruh jajaran Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Namun demikian, upaya penyempurnaan dan perbaikan indikator kinerja
harus terus dilakukan melalui penetapan indikator kinerja yang lebih berkualitas
dengan target yang menantang. Selain itu, setiap risiko yang berpotensi menghambat
pencapaian kinerja harus dapat diidentifikasi dan dilakukan upaya penyelesaiannya.
Untuk itu, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan perlu mengantisipasi dinamika
perubahan di tahun 2020 yang berpotensi mempengaruhi capaian Indikator Kinerja
Kegiatan.
Sepanjang tahun 2019, Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
secara umum telah menunjukkan kinerja yang baik dengan capaian kinerja rata-rata
sebesar 101,34%. Namun demikian, indikator kinerja jumlah peserta penerima
bantuan profesi kesehatan masih belum tercapai atau memerlukan kerja keras untuk
dapat mencapainya di tahun 2020 disebabkan masih rendahnya tingkat kelulusan
105 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
akademik calon peserta program bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi
spesialis dan upaya untuk meningkatkan kelulusan akademik calon peserta program
bantuan pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis telah dilakukan sejak
tahun 2017, melalui kegiatan pembekalan/pemantapan bagi calon peserta program
pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, khususnya di Provinsi Papua dan
Papua Barat.
Pada tahun 2019, Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan mengelola
anggaran sebesar Rp. 280.312.718.000,- yang terbagi menjadi 9 output kegiatan.
Sampai dengan tanggal 21 Januari 2020 realisasi anggaran mencapai
Rp. 253.953.681.535,- atau 90,60%. Hal ini berarti masih tersisa anggaran
sebesar Rp. 26.359.036.465,- yang tidak terserap. Oleh karena itu perlu mendapat
perhatian dari masing-masing pejabat Bidang dan Sub Bagian untuk melakukan
evaluasi tidak optimalnya serapan anggaran dan melakukan perbaikan perencanaan
kegiatan pada tahun mendatang dengan menyisir seluruh komponen kegiatan yang
tertuang dalam DIPA secara lebih cermat sesuai dengan kemampuan satuan kerja
dalam merealisasikan kegiatan.
Rencana Tindak Lanjut
Memperhatikan analisis capaian kinerja sebagaimana diuraikan pada bagian-
bagian sebelumnya dan dalam rangka upaya untuk meningkatkan kinerja Pusat
Peningkatan Mutu SDM Kesehatan pada Tahun 2020 beberapa rekomendasi dan
upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan antara lain:
1. Untuk indikator kinerja kegiatan jumlah SDM Kesehatan penerima
bantuan pendidikan berkelanjutan, agar menyusun perencanaan target
kinerja tubel SDM Kesehatan dengan memperhatikan prosentase data
kelulusan setiap jenjang pendidikan tahun sebelumnya dan mengusulkan
kerjasama dengan institusi pendidikan untuk membuka pendidikan alih
jenjang dari Diploma III ke Strata 1, mengingat jumlah pendaftar dari
Diploma III ke Strata 1 masih tinggi dibandingkan jenjang pendidikan
lainnya.
!
!
106 Laporan Kinerja Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 2019
!
2. Kegiatan pembekalan/pemantapan bagi calon peserta bantuan program
pendidikan dokter spesialis/dokter gigi spesialis agar diperluas
wilayahnya terutama wilayah Indonesia timur lainnya seperti; Provinsi
Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Barat untuk meningkatkan kelulusan akademik calon peserta.
3. Dalam hal kinerja penyerapan anggaran agar setiap Bidang/Sub Bagian di
lingkungan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan agar lebih disiplin
melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta
memperhatikan efisiensi setiap pelaksanaan kegiatan.
LAMPIRAN
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah SDM Kesehatan penerima
bantuan pendidikan berkelanjutan
2.167 4.288 3.635 2.929 2.900
a Peserta Lama 1.467 2.088 2.535 1.429 1.800
b Peserta Baru 700 2.200 1.100 1.500 1.100
2 Jumlah peserta penerima bantuan
pendidikan profesi kesehatan
4.387 4.446 2.882 2.987 2.900
a Peserta Lama 4.087 3.646 2.582 2.687 2.600
b Peserta Baru 300 800 300 300 300
TARGET (Orang)
Lampiran-1
PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN TAHUN 2015-2019
NO SASARAN
Terselenggaranya Peningkatan Mutu
Mutu SDM Kesehatan
INDIKATOR
MATRIKS INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)
Semula Menjadi Semula Menjadi Semula Menjadi
1 Jumlah SDM
Kesehatan
penerima bantuan
pendidikan
berkelanjutan
(orang)
1 Jumlah SDM kesehatan yang
bekerja di bidang kesehatan
yang ditingkatkan
kemampuannya melalui tugas
belajar Diploma, Strata dan
Profesi (peserta lama dan baru)
2.167 4.288 3.635 3.635 4.000 2.929 4.030 2.900
a. Peserta Lama 1.467 2.088 2.535 2.535 2.500 1.429 2.930 1.800
b. Peserta Baru 700 2.200 1.100 1.100 1.500 1.500 1.100 1.100
2 Jumlah peserta
penerima bantuan
pendidikan profesi
kesehatan (orang)
2 Jumlah peserta penerima
bantuan pendidikan profesi
kesehatan serta yang
disetarakan (peserta lama dan
baru)
4.387 4.446 4.660 2.882 3.689 2.987 3.720 2.900
a. Peserta Lama 4.087 3.646 4.435 2.582 3.339 2.687 3.320 2.600
b. Peserta Baru 300 800 225 300 350 300 400 300
2018
Lampiran-2
RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN (REVISI KE-1)TAHUN 2015-2019
INDIKATOR TARGET
RPJMNDEFINISI OPERASIONAL
RENSTRA
2017 2019
2015 2016
1 Jumlah SDM Kesehatan penerima
bantuan pendidikan berkelanjutan
(orang)
2.167 2.273 104,89 4.288 3.191 74,42 3.635 3.601 99,06 2.929 3.974 135,68 2.900 3.308 114,07 15.919 16.347 102,69
a. Peserta Lama 1.467 1.467 100,00 2.088 2.088 100,00 2.535 2.171 85,64 1.429 2.563 179,36 1.800 2.801 155,61 9.319 11.090 119,00
b. Peserta baru 700 806 115,14 2.200 1.103 50,14 1.100 1.430 130,00 1.500 1.411 94,07 1.100 507 46,09 6.600 5.257 79,65
2 Jumlah peserta penerima bantuan
pendidikan profesi kesehatan
(orang)
4.387 4.175 95,17 4.446 3.230 72,65 2.882 2.893 100,38 2.987 2.572 86,11 2.900 2.570 88,62 17.602 15.440 87,72
a. Peserta Lama 4.087 3.772 92,29 3.646 2.834 77,73 2.582 2.472 95,74 2.687 2.127 79,16 2.600 2.250 86,54 15.602 13.455 86,24
b. Peserta baru 300 403 134,33 800 396 49,50 300 421 140,33 300 445 148,33 300 320 106,67 2.000 1.985 99,25
1.100
R % T R %T R % T R %
2017 2018 2019
TOTAL
TARGET
TOTAL
REALISASI
% RATA-
RATAT R % T
Lampiran 3
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) BERDASARKAN RENSTRA
PUSAT PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN
TAHUN 2015 - 2019
NO INDIKATOR KINERJA
2015 2016
Tempat/Tgl Lahir Gol. TMT Nama Kls TMT Thn Bln Thn Bln Thn Bln Nama Thn Jurusan/Peminatan LulusTingkat
Ijazah
1 drg. DIONO SUSILO YUSKASRAN, MPH Magister Of Public Health
Bogor/19 September 1967 (Magister Public Health Australia)
drg. USMAN SUMANTRI, M.Sc S.2 Kesehatan Masyarakat
Jakarta/12 Agustus 1959 (Universitas Indonesia)
drg. ANGGER RINA WIDOWATI, MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Nganjuk/3 Januari 1967 (Universitas Indonesia)
SIDIN HARIYANTO, SKM, M.Pd S.2 Manajemen Pendidikan
Lampung Tengah/3 November 1965 (Universitas Negeri Jakarta)
dr. JEFRI THOMAS ALPHA EDISON, MKM Magister Administrasi dan Kebijakan
KesehatanPematang Siantar/25 November 1976 (Universitas Indonesia)
A. SYARONI, S.Sos, M.Pd S.2 Pendidikan
TANGERANG/13 April 1966 (UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA)
DEWI NURAINI, ST, MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Indramayu/17 Januari 1970 (UNIVERSITAS INDONESIA)
IDA AYU AGUNG MARDIANI PUTRI, S.KOM, MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
JAKARTA/11 Maret 1972 (UNIVERSITAS INDONESIA)
Drs. ZAINUDIN, M.Kes Magister Kesehatan Lingkungan
Jakarta/7 April 1965 (FKM-Univ. Indonesia, Jakarta)
drg. BUSHRAH TAHIRAH S.1 Kedokteran Gigi
Jakarta/21 Januari 1969 (FKG Moestopo Beragama)
SUHARNI SIMBOLON, SKM , MKes S.2 Kesehatan
MEDAN/27 Agustus 1973 (Universitas Indonesia)
DONNA FREDISKA PANDIANGAN, SKM, M.KM Magister Ilmu Kesehatan
Pandumaan/16 Februari 1975 (Universitas Indonesia)
dr. FITRIA, MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Rantau Panjang/30 Januari 1972 (Universitas Indonesia)
drg. NI KETUT WIDYANINGSIH, MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Jakarta/28 Februari 1980 (Universitas Indonesia)
DRA. YUSMALINAR S.1 Pendidikan
JAKARTA PUSAT/22 Desember 1963 (IKIP Jakarta)
Drs. I DEWA GEDE ASTIKA S.1 Administrasi
Gianyar/16 Januari 1967 (STIA Yappan)
RAUDAH, SKM S.1 Kesehatan Masyarakat
BANJARMASIN/15 Januari 1968 (Universitas Indonesia)
RINI SUBEKTI, SE S.1 Ekonomi Manajemen
Jakarta/16 Februari 1966 (STIE Gotong Royong Jakarta Selatan)
SOBRI, SE S.1 Ekonomi Manajemen
Lahat/20 Juli 1963 (Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Budi
Bakti)ENDANG PRIHAYUNI, S.Sos S.1 Administrasi
JAKARTA/20 November 1969 (Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi)
drg. ALIA NUTRIA S.1 Kedokteran Gigi
Bandung/12 Januari 1980 (FKG. Universitas Padjadjaran
Bandung)
II.a
JFT 01/11/1986 32 Thn
25 Thn
TMT CPNSEselon
9 Bln 52 Thn
42 Thn
53 Thn
53 Thn
JFU 01/03/1991
33 ThnJFU 01/02/1986
JFU 01/03/1986 33 Thn
28 Thn
13 Thn 6 Bln 47 Thn
01/01/2005 14 ThnIII.a
01/03/1989
26 ThnIII.a
III.a
01/01/1994
01/01/1993
01/03/1989 30 Thn
JFT
30 Thn 7 Bln
3 Bln
11 Bln
Diklat PIM IV
DIKLAT PIM-IV
Diklat PIM IV
DIKLAT PIM-III
60 Thn 2 Bln
9 Bln
2 Bln
9 Bln 52 Thn
-
2013
-
2015
-
- -
- -
2013Diklat PIM IV
-
Diklat PIM IV
-
-
-
-
-
-
Prajabatan
Tingkat II
Umum
Latihan Jabatan
Struktural
DIKLAT PIM-III 2007
-
-
1 Bln
11 Bln
9 Bln
2012
2011
2014
2011
6 Bln
7 Bln
-
-
-
1988
-
-
Analis Keuangan (JFU) 7
III/d
2001
01/10/2010 Analis Kepegawaian Ahli / Analis Sumber
Daya Manusia Aparatur (JFU)
2003
1996
2006
2003
1996
2011
S2
S2
S2
S2
2008
2004
S1
S1
2013
2011
S1
S2
S2
S1
S1
S1
1993
1987
47 Thn
54 Thn
49 Thn
9 Bln 39 Thn
51 Thn
7 Bln 52 Thn
7 Bln 55 Thn
7 Bln
7 Bln
44 Thn
7 Bln 46 Thn
10 Bln 50 Thn
S149 Thn7 Bln
8 Bln 56 Thn 3 Bln
7 Bln 53 Thn
9 Bln7 Bln
9 Bln
10 Bln
11 Bln
9 Bln
8 Bln
S1200601/01/2019
8 Bln
9 Bln
8 Bln39 Thn9 Bln25/09/2018 1 Thn
25/09/2018 1 Thn 1 Bln
1 Bln
10 Bln
7 01/01/2019 0 Thn 9 Bln
01/01/2019 0 Thn
01/12/2018
9 IV.a 01/01/2007
9
6
JFU
JFU 01/03/1989 30 Thn
IV.a 01/04/2006
12 Thn
DI LINGKUNGAN PUSAT PENINGKATAN MUTU SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2005 S2
7 Bln
TANGGAL CETAK : 29 Oktober 2019, 09:03:07
Masa Kerja
DAFTAR URUT KEPANGKATAN
KEADAAN OKTOBER 2019
1994 S2
2012
2003DIKLAT PIM-III 2010
SEPAMEN 2004
S2
Pendidikan
2009
2008
S2
S2
S2
S2
9 Bln
9 Bln 11 Bln
6 Bln
Usia
2001
4
3
2
No
13
12
11
10
9
15
14
20
19
21
17
16
18
7
8
6
IV/a
IV/a
197308271997032001'
196901212002122004'
IV/a
IV/a
196312221989032003' III/d 01/10/2001
197001171994032002' IV/a
197203111997032001'
196504071989031004'
5
196307201986021001'
196602161986032001'
01/04/2016
01/04/2018
01/04/2016
01/04/2011
198001122008012024'
196801151991032001' III/d
198002282007012007'
01/04/2014 Analis Keuangan (JFU)
4 Bln
Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
7
IV/a 01/04/2019
IV/a 01/04/2017 Analis Kebijakan Ahli Madya (JFT)
Kepala Subbidang Pengembangan Jabatan
Fungsional Kesehatan I
III/d
III/d
196604131994031003' IV/a 01/10/2015 Kepala Subbidang Pengembangan Kualifikasi
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan II
9
7
9
25/09/2018 1 ThnIV/a197611252005011004'
196511031989031001' IV/b 01/04/2016
197502162000122001'
196911201993032001'
III/d 7
197201302006042001' IV/a Kepala Sub Bidang Pengembangan Kualifikasi
SDM Kesehatan Berkelanjutan I
Pengadministrasi Keuangan / Pengelola
Keuangan (JFU)
196701161988031002' III/d
NIP Baru
Pangkat JabatanMasa Kerja
Jabatan
Kepala Bidang Pengembangan Karir dan Tata
Kelola Sertifikasi
12 25/09/2018 1 Thn
195908121986111001' IV/e
196701031993012001' IV/b Kepala Bidang Pengembangan Kualifikasi
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Berkelanjutan
12 25/09/2018 1 Thn 1 Bln
1 Bln
01/04/2018 Analis Kebijakan Ahli Utama (JFT)
01/10/2013 Kepala Pusat Peningkatan Mutu Sumber
Daya Manusia Kesehatan
15 13/06/2019 0 Thn
01/08/201914
196709191994041001' IV/b
01/04/2013
0 Thn 2 Bln
JFT 01/03/1997 22 Thn
JFU 01/12/2002
IV.a
IV.a
01/03/1994 25 Thn
28/07/1994 25 Thn
IV.a
JFU
01/03/1997 22 Thn
0 Thn 9 Bln
1 Thn 3 Bln
1 Thn 0 Bln
1 Bln01/04/2017 Kepala Bidang Pengembangan Jabatan
Fungsional Kesehatan
12
9 Bln
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
Kepala Subbidang Pengembangan Karir 9
01/04/2016
01/04/2016 Analis Kebijakan / Penyusun Bahan Kebijakan
(JFU)
7
0 Thn
0 Thn
01/04/2017 Analis Kebijakan Ahli Madya (JFT) 7
10 Bln7
01/12/2018
01/01/2019
25/09/2018
01/01/2019
10/07/2018
01/10/2018
10 Bln
Perencana / Penyusun Program Anggaran
dan Pelaporan (JFU)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
01/04/2016
Analis Kebijakan / Penyusun Bahan Kebijakan
(JFU)
01/04/2016 Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT) 7
01/04/2013
7 0 Thn 9 Bln JFU 01/01/2008
01/12/2018 JFT0 Thn 10 Bln 01/03/1993 26 Thn
0 Thn 9 Bln
Nama
0 Thn 9 Bln01/01/2019
01/01/2019
0 Thn 9 Bln
1 Thn 1 Bln
18 Thn
16 Thn
01/12/2000
11 Thn
01/03/1988 31 Thn
Tempat/Tgl Lahir Gol. TMT Nama Kls TMT Thn Bln Thn Bln Thn Bln Nama Thn Jurusan/Peminatan LulusTingkat
Ijazah
DERI PINESTI, SKM,MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Tegal/24 Maret 1974 (Universitas Indonesia)
RAME MANURITA VERYSANTI SIAHAAN, SKM S.1 Kesehatan Masyarakat
Panei Tongah/16 Mei 1978 (FKM USU)
dr. LILIEK SULISTYOWARDANI S.1 Kedokteran Umum
Jambi/22 Juni 1977 (Universitas Trisakti)
MAYA RATNASARI, S.Kep, M.KEP Magister Keperawatan
Jakarta/27 Maret 1978 (Universitas Indonesia)
drg. NELLA SAVIRA LIANI S.1 Kedokteran Gigi
Pekanbaru/10 Februari 1981 (Universitas Trisakti)
LENNY AGUSTARIA BANJARNAHOR, SST, M.Fis S2 Fisiologi Olah Raga Konsentrasi
Fisioterapi
Sei Rampai/22 Agustus 1979 (-)
DIAN KURNIAWATI, SKM, MKM Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jakarta/29 Januari 1977 (Universitas Indonesia)
FRANSISCA HARIANJA, SKM,MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Pangkalan Brandan/6 Desember 1980 (Universitas Indonesia)
dr. R.RATNA WULANDARI S.1 Kedokteran Umum
Bitung/15 Desember 1980 (UPN Veteran Jakarta)
drg. LINDA SUSANTI S.2 Kesehatan Masyarakat
Bandung/28 April 1980 (Universitas Indonesia)
SUGIARTO, SKM, MKM S.2 Kesehatan Masyarakat
Brebes/22 Juli 1976 (-)
Ns. MUFLIHATI, S.Kep S.1 Keperawatan
Jakarta/9 Maret 1981 (UI)
dr. HENNY ERLINA ARITONANG S.1 Kedokteran Umum
Jakarta/9 Desember 1979 (Universitas Trisakti)
KRISNA KRISTAWATI D.III Kesehatan Masyarakat
WONOGIRI/9 Desember 1970 (DIII Analis Kesehatan)
SOHADI, S.Kom S.1 Teknik Informatika
Jakarta/10 Agustus 1968 (Universitas Respati Indonesia)
LESTARI, SKM, MSi S.2 Ilmu Administrasi
Sui Duri/23 Maret 1977
ERNI SAPTIANI, SST,MKM Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Telukbetung/7 Januari 1978 (Universitas Indonesia)
MUHAMMAD TEGUH PRIBADI, S.Sos S.1 Komunikasi Hubungan
Internasional
Jakarta/1 Januari 1985 (Universitas Prof Dr. Moestopo
Beragama)OOM KOMALASARI, S.Kep, Ners Ners
Karawang/6 Mei 1977 (Universitas Muhammadiyah Jakarta)
HAMDA RAHIMA, S.Kep, Ners Ners
Jakarta/7 Februari 1984 (Universitas Padjadjaran)
RAHAYU ASTUTI, SKM, MKM Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jakarta/21 Oktober 1984 (Universitas Indonesia Jakarta)
LENTIK WIENDA KARTIKA, SKM MPH
Bandar Lampung/27 Juli 1984 (Flinders University)
RIZZA NORTA VILLENY ROSITA DEWI, SST Diploma IV Kebidanan
Klaten/7 April 1988 (Universitas Sebelas Maret Surakarta)
9 Bln 38 Thn
7 Bln 48 Thn
39 Thn10 Bln
6 Bln 38 Thn
42 Thn
41 Thn
51 Thn
10 Bln 42 Thn
7 Bln
01/01/2019
01/01/2019
01/01/2019
01/01/2019
01/01/2019 0 Thn
0 Thn 9 Bln
0 Thn
0 Thn
0 Thn
9 Bln
9 Bln
JFU
JFU
9 Bln
0 Thn 9 Bln
0 Thn
JFU
JFU
0 Thn 10 Bln JFT 01/04/2006 13 Thn
10 Bln
JFU 01/12/2009
01/12/2003 15 Thn
01/04/2006
01/04/2006
01/12/2009 9 Thn
9 Bln
9 Bln 8 Thn
9 Thn
8 Thn
01/01/2010 9 Thn
01/12/2010JFU 10 Bln
JFU 01/12/2010
5 Bln
10 Bln 35 Thn 8 Bln
10 Bln
JFT
IV.a
JFU 01/03/2009 10 Thn
01/01/2005 14 Thn
JFU
IV.a
01/12/2010 8 Thn
01/01/2005 14 Thn
JFT
JFT 13 Thn
13 Thn
2 Bln - -
8 Bln
- -
43 Thn6 Bln
42 Thn
6 Bln
7 Bln 39 Thn
38 Thn10 Bln
38 Thn6 Bln
6 Bln
40 Thn
- -
- -
- -
- -
- -
- -9 Bln
- -2 Bln
7 Bln
10 Bln
- -10 Bln
- -3 Bln
7 Bln
6 Bln - -
--10 Bln
10 Bln - -
- -9 Bln
01/04/2019 Analis Kebijakan / Penyusun Bahan Kebijakan
(JFU)
Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
7
01/04/2019
01/10/2018
01/04/2019
01/04/2018
01/04/2017 0 Thn 10 Bln
0 Thn 9 Bln
01/04/2018 Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT)
01/12/2010 8 Thn 6 Bln
7
9
01/12/2018
0 Thn 8 Bln
7
01/12/2018 0 Thn 10 Bln
01/12/2018
01/12/2018 0 Thn
25/09/2018 1 Thn 1 Bln
01/12/2018 0 Thn
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
01/01/2019
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
10 Bln
7
2010
2017
10 Bln
10 Bln
10 Bln
2015
9 Bln -
35 Thn 3 Bln
-35 Thn 0 Bln
-
-
Prajabatan 2014
34 Thn -
-
--10 Bln 31 Thn
- -
2012
2006
S1
S2
S2
S2
S1
2005 S1
S12003
2013 S2
S2
S2
S2
S1
S1
S1
S2
S22012
2015
2010
2004
2007
2008
DIV
S1
DIII1992
2018
2006
2014
2016
Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
7
Pengelola Pengadaan Barang /Jasa /
Penyusun Rencana Pengadaan Sarana dan
Prasarana (JFU)
7
Analis Kebijakan / Penyusun Bahan Kebijakan
(JFU)
7
01/04/2019 Analis Kebijakan / Penyusun Bahan Kebijakan
(JFU)
7
197705062003122008' III/c
198804072010122001' III/c
9 Bln
41 Thn9 Bln
45 Thn 7 Bln
7 Bln 42 Thn
-8 Bln 41 Thn 5 Bln
7 Bln - -
-
4 Bln
2003 S1
S2
2012 S2
S12003
2013
01/01/2019
14/02/2019
UsiaLatihan Jabatan
StrukturalPendidikan
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
9 Bln
197912092010122002'
198103092006042003'
197607222006041011'
III/d
III/d
III/d
III/d
198102102010012011' III/d
198004282010032001'
198012152009122002'
198012062006042002'
197701292006042002'
197908222006042002' III/d 01/04/2018
197706222009032002' III/d
197803272005012003' 01/04/2017
44
43
42
41
40
III/d
III/d 01/04/2018
198407272010122002' III/c
198410212010122003' III/c
198402072010122001' III/c
36
35
34
33
32
31
30
27
26
25
24
29
28
22
III/d
III/d 01/04/2017
197805162005022003' III/d
197403242005012007'
39 7
196808102000031002'
197012091994032001'
III/c
Pengelola Data (JFU)
198501012009121002' III/c
197703232003122004'
197801072008122001'38
37
Pranata Hubungan Masyarakat Ahli / Analis
Hubungan Masyarakat (JFU)
Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT)
Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
Pranata Komputer Ahli / Analis Sistem
Informasi (JFU)
7
7
7
6
23
Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT) 7
Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT)
7
7
7
01/04/2019 Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
9 Bln
0 Thn 9 BlnIII/c
III/c 01/04/2017
01/10/2013
III/c 01/04/2013
01/01/2019 0 Thn
9 Bln01/01/2019 0 Thn01/04/2018 Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
III/d 01/04/2018 Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT) 7
Kepala Subbidang Tata Kelola Sertifikasi
01/04/2018 Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
01/04/2018 Analis Kebijakan Ahli Muda (JFT)
01/04/2018
Kepala Subbidang Pengembangan Jabatan
Fungsional Kesehatan II
9
JFU 01/03/2010 9 Thn
JFU
01/04/2017 Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
7
01/04/2017 Administrator Kesehatan / Analis Kesehatan
(JFU)
7
No
Nama
NIP Baru
Pangkat JabatanMasa Kerja
JabatanEselon TMT CPNS
Masa Kerja
0 Thn 10 Bln
19 Thn
JFU 01/03/1994 25 Thn
JFU 01/12/2010 8 Thn
JFT 01/04/2006 13 Thn
JFU 01/04/2006 13 Thn
01/01/2019
01/01/2019 01/03/2000
JFT 01/12/2008 10 Thn
JFU 01/12/2003 15 Thn
01/12/2018
01/01/2019
01/02/2005 14 Thn0 Thn
Tempat/Tgl Lahir Gol. TMT Nama Kls TMT Thn Bln Thn Bln Thn Bln Nama Thn Jurusan/Peminatan LulusTingkat
IjazahABDUL AZIZ HAKIM, SH S.1 Hukum
Pemalang/8 April 1987 (Universitas Islam Indonesia)
SITI NURMI Sekolah Menengah Atas
Jakarta/15 Juli 1962 (.)
FARAH AMALIA PUTRI, AMK D.III Perawat Umum
Jakarta/7 Desember 1984 (Poltekkes Jakarta III)
KUNCORO YUDHIANTO, S.Kom S.1 Ilmu Komputer
Jakarta/22 Mei 1981 (Universitas Budi Luhur)
RARAS PURNA ENRILLADELA, SKM S.1 Kesehatan Masyarakat
Surabaya/6 April 1988 (Universitas Airlangga)
MOHAMMAD YANI, ST S.1 Teknik Informatika
Brebes/8 November 1985 ()
DANIEL FERNANDO S, S.Des S.1 Design Grafis
Balikpapan/16 Agustus 1982 (Universitas Esa Unggul)
MADE SUDIARTATI D.III Ekonomi Keuangan Dan
Perbankan
Sudaji/16 April 1982 (Unipersitas Pembangunan Nasional -
Veteran Jakarta)BUDI SABARUDIN D.III Teknik Komputer Informatika
JAKARTA/11 Juni 1981 (Bina Sarana Informatika)
FAIJAH, SE S.1 Ekonomi Akutansi
Jakarta/8 April 1975 (Universitas Jayabaya)
ANDRIYATNO SMEA
SLEMAN/10 Februari 1972 (-)
ERIK NOVRIADI RAHARJO D.III Akuntansi
Surakarta/18 November 1997 (POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA
STAN)IWAN HERAWAN Sekolah Dasar Umum
Sukabumi/2 Mei 1977 (SDN Babakan Bandung Sukabumi)
9 Bln JFU 4 Thn 10 Bln
JFU
JFU 01/12/2009 9 Thn 10 Bln
01/02/2014 5 Thn 8 Bln 33 Thn
0 Thn 10 Bln
-42 Thn 5 Bln -01/12/2014
01/01/2019
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
9 Bln01/01/2007 12 Thn
01/01/2019
0 Thn 9 Bln
0 Thn 9 Bln
01/01/2019
JFU
JFT
JFU
JFU
11 Bln
8 Bln5 Thn
JFU 01/03/1986 33 Thn
8 Thn
6 Bln 34 Thn
- -
- -
4 Bln9 Bln
2004
1983
2009
01/02/2014 5 Thn
6 Bln -
- -
2018
Prajabatan
Tingkat III
Umum
2014
- -
- -
- -
Jabatan
Fungsional
Perencana
01/12/2010
7 Bln
10 Bln 32 Thn 6 Bln
57 Thn 3 Bln SLTA
S1
2014 S1
2018 DIII
2011
20045 Thn 38 Thn 5 Bln
6 Bln
13 Thn
1990 SD
SLTA1992
DIII2005
2002 DIII
S1
S1
S12011
S1
DIII
21 Thn
13 Thn - -
13 Thn
2 Bln - -
-6 Bln
38 Thn
- -
8 Bln
37 Thn
37 Thn
44 Thn
47 Thn 8 Bln01/01/2019 0 Thn 9 Bln
0 Thn 9 Bln 6 Bln
01/01/2019 0 Thn
Pengadministrasi Keuangan / Pengelola
Keuangan (JFU)
6
Pengadministrasi Umum (JFU)
Pengadministrasi Keuangan / Pengelola
Keuangan (JFU)
01/01/2019 0 Thn 9 Bln 01/12/2018JFU
JFU 01/01/2006
JFU 01/04/2006
JFU
11 Bln
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
56
55 197202102007011002' II/d
57
54
5Pranata Komputer / Pranata Teknologi
Informasi Komputer (JFU)
197705022014121004' I/a 01/12/2014
199711182018121001'
01/04/2019
01/04/2017
01/10/2018
3
5
III/a 01/04/2017
II/c 01/12/2018
198106112006041016'
198204162006042031' III/b
198511082014021001'
7
Arsiparis Ahli Pertama (JFT)
Pengelola Pengadaan Barang /Jasa /
Penyusun Rencana Pengadaan Sarana dan
Prasarana (JFU)
7
6
Bendahara (JFU) 7
Arsiparis / Pranata Kearsipan (JFU)
197504082009122003' III/a
198208162014021001' III/b 01/04/2018
01/04/2019
0 Thn 10 Bln01/12/2018
8 Bln
Pengelola Data (JFU) 6
Analis Kebijakan / Penyusun Bahan Kebijakan
(JFU)
7
10 Bln01/01/2019 0 Thn 9 Bln 01/04/2006JFU
31 Thn01/02/201401/01/2019 0 Thn 9 Bln
01/02/2014
7III/b
III/b 01/04/2018
III/b 01/04/2006 Arsiparis / Pranata Kearsipan (JFU) 5
01/04/2018 Perencana / Penyusun Program Anggaran
dan Pelaporan (JFU)
Perencana / Penyusun Program Anggaran
dan Pelaporan (JFU)
7 01/01/2019 0 Thn 9 Bln
01/01/2019 0 Thn 9 Bln
01/04/2018
01/04/2018
48
47
53
52
51
50
49
46
45
III/b
III/b
III/c
198804062014022001'
198105222014021001'
198412072006042001'
196207151986032001'
198704082010121003'
NoNama
NIP BaruPangkat Jabatan
Masa Kerja
Jabatan Eselon TMT CPNSMasa Kerja Usia
Latihan Jabatan
StrukturalPendidikan