Post on 10-Jun-2019
1
2
RENCANA STRATEGIS PUSAT JASA PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
TAHUN 2015-2019
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan mengamanatkan bahwa
pembangunan perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka,
meningkatkan kegemaran membaca dan wahana belajar sepanjang hayat. Perpustakaan
berperan juga dalam mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta bertanggung jawab dalam
mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional menuju terwujudnya masyarakat
unggul, cerdas, kritis, dan inovatif berbasis pada penguatan mentalitas budaya sejalan
dengan agenda revolusi mental diharapkan terjadi perubahan yaitu Indonesia berdaulat
secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian sosial budaya, melalui
terwujudnya masyarakat yang terinformasi dan berbudaya baca.
4
Mewujudkan masyarakat yang terinformasi dan berbudaya baca sesungguhnya selaras
dengan tujuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, yang menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi
sebagai bagian dari hak asasi manusia dan salah satu wujud kehidupan berbangsa yang
demokratis. Dalam hal ini perpustakaan memiliki peran sangat penting sebagai penyedia
dan pengelola informasi berbasis bahan perpustakaan. Sebagai bagian dari upaya
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainability Development Goals)
masyarakat dunia, perpustakaan ikut serta dalam peningkatan akses terhadap informasi
dan pengetahuan secara universal, yang merupakan pilar penting dalam mencerdaskan
kehidupan masyarakat. Hal ini tertuang dalam Lyon Declaration hasil konferensi
International Federation Library Association and Institution (IFLA) tahun 2014.
Rencana Strategis Pusat Jasa dan Informasi ini disusun berpedoman kepada Renstra
2015-2019 yang telah ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional. Renstra Pusat Jasa dan
Informasi disusun untuk menjabarkan acuan-acuan kerja yang telah dirancang baik dalam
Rencana Strategis level 0 (Perpusnas), maupun level 1 (Deputi Bidang Pengembangan
Pelestarian Bahan Pustaka dan Jasa Informasi).
1.2. Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
Acuan kerja Pusat Jasa Perpustakaan dan lnformasi didasarkan pada Keputusan Kepala
Perpustakaan No. 3 tahun 2001. Menurut nomenklatur tersebut, Pusat Jasa
Perpustakaan dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan layanan perpustakaan dan
informasi. Untuk menunjang tugas tersebut, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
melaksanakan fungsi : (a) pelaksanaan layanan koleksi umum dan khusus, (b)
pelaksanaan bimbingan pemakai, (c) pelaksanaan pameran dan promosi, dan (d)
pelaksanaan kerja sama dan otomasi perpustakaan. Untuk menunjang fungsi tersebut,
Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi terdiri dari satuan unit kerja sebagaimana tampak
pada bagan di bawah ini.
5
Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
1.3. Sumber Daya Manusia
Untuk menunjang kinerja lembaga, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional
memiliki 126 sumber daya manusia, yang tersebar dalam tiga eselon III. Sebaran SDM
berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel I. Sumber Daya Manusia di Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
Strata Pendidikan KSPO LKU LKK TOTAL
S3 1 0 0 1
S2 2 8 5 16
S1 25 30 14 69
Diploma 3 13 6 22
SMA 0 11 7 18
TOTAL 31 62 32 125
Keterangan KSPO: Kerja sama Perpustakaan dan Otomasi LKU: Layanan Koleksi Umum LKK: Layanan Koleksi Khusus
Adapun sebaran Sumber Daya Manusia berdasarkan bidang jabatan fungsional (umum dan
khusus) dapat dilihat dalam tabel berikut.
6
Tabel 2. Sumber Daya Manusia berdasarkan bidang jabatan fungsional
Jabatan KSPO LKU LKK TOTAL
Struktural 3 1 1 5
Pustakawan 13 45 19 77
Pranata Komputer 6 0 0 6
Administrasi Umum 9 17 8 34
Filolog 0 0 3 3
Total 31 63 32 125
1.2 Kondisi Umum
1.2.1. Layanan Perpustakaan
Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Untuk itu, pemerintah wajib
menyediakan fasilitas pendidikan, termasuk perpustakaan, seperti yang tersebut dalam
UUD 1945 pasal 28C ayat 3 dan tiga ayat dalam pasal 31. Hal tersebut menjadi
pertimbangan dasar dan landasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan. Dalam pembukaannya, Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan menyatakan bahwa: (a) dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat
mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan nasional; (b) bahwa sebagai salah satu upaya untuk
memajukan kebudayaan nasional, perpustakaan merupakan wahana pelestarian
kekayaan budaya bangsa; dan (c) bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
perlu ditumbuhkan budaya gemar membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan
perpustakaan sebagai sumber informasi dan pusat sumber belajar bagi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal 5 mengatur
hak, kewajiban masyarakat dan kewenangan pemerintah bahwa; (i) masyarakat
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan
mendayagunakan fasilitas perpustakaan; (ii) masyarakat di daerah terpencil, terisolasi,
7
atau terbelakang sebagai akibat faktor geografis berhak memperoleh layanan
perpustakaan secara khusus (iii) masyarakat yang memiliki cacat dan/atau kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh layanan
perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan masing-masing.
Selaras dengan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, pasal 12 ayat (2) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan
urusan wajib pemerintahan yang tidak terkait dengan pelayanan dasar. Urusan wajib
perpustakaan merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintah dan pemerintahan daerah.
Pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar
masyarakat akan lebih dirasakan manfaatnya bila pelayanan yang diberikan optimal
sehingga memberikan kepuasan kepada pemustaka. Penyelenggaraan layanan juga
merujuk pada Keputusan Men.PAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang menjadi acuan bagi seluruh penyelenggara
pelayanan publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik sesuai
kewenangannya dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya penyelenggaraan
pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan, baik pemberi
maupun penerima pelayanan.
Perpustakaan Nasional telah menyelenggarakan layanan Perpustakaan untuk memenuhi
kepuasan pemustaka. Meski demikian, layanan Perpustakaan yang diselenggarakan oleh
Perpustakaan Nasional belum memenuhi harapan pemustaka. Hal ini tampak pada grafik
di bawah.
8
Grafik … Gap Harapan dan Kepuasan pemustaka terhadap Layanan Perpustakaan
(Survey Perpustakaan Nasional, 2016).
Dengan masih adanya gap antara harapan dan kepuasan, maka menjadi kewajiban Perpustakaan
Nasional untuk senantiasa meningkatkan layanannya kepada para pemustaka. Peningkatan
kualitas layanan ini didasarkan pada kebutuhan dan prilaku pemustaka yang telah dianalisis
melalui survey independen.
1.2.1.2 Prinsip-prinsip layanan Perpustakaan dan Informasi
Layanan Perpustakaan dan Informasi dilaksanakan dengan berpegang kepada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Layanan perpustakaan dan informasi dilakukan secara prima dan dikembangkan
melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang berorientasi bagi
kepentingan dan kebutuhan pemustaka;
2) Menerapkan tata cara layanan perpustakaan dan informasi sesuai standar
nasional perpustakaan;
3) Mengembangkan layanan perpustakaan dan informasi sesuai dengan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi;
4) Mewujudkan layanan perpustakaan dan informasi terpadu melalui kerjasama
antar perpustakaan melalui jejaring telematika;
5) Meningkatkan kualitas dan kapasitas pustakawan dan tenaga teknis
perpustakaan.
9
1.2.1.3. Diversifikasi Layanan
Diversifikasi layanan merupakan upaya untuk memberikan layanan perpustakaan kepada
semua orang tanpa terkecuali sesuai dengan paradigma perpustakaan yang tertuang
dalam Renstra ini. Perpindahan lokasi layanan perpustakaan dan informasi Perpustakaan
Nasional RI, dari Jl. Salemba Raya ke Jl. Medan Merdeka Selatan, akan membawa
perubahan signifikan terhadap pengelolaan layanan perpustakaan dan informasi kepada
masyarakat. Diversifikasi layanan yang akan dikembangkan oleh Perpusnas didasarkan
atas keragaman pemustaka adalah sebagai berikut:
1) Perpustakaan Lansia adalah perpustakaan yang menyediakan koleksi, fasilitas,
layanan perpustakaan yang ditujukan bagi orang lanjut usia, yaitu seseorang, baik
perempuan maupun laki-laki, yang telah berusia 50 tahun ke atas. Perpustakaan
Lansia memberikan layanan perpustakaan kepada orang lanjut usia agar hidup
orang lansia, secara fisik, mental, sosial dan psikologis, tetap berkualitas.
2) Perpustakaan Cacat Netra adalah perpustakaan yang menyediakan koleksi dan
layanan perpustakaan yang ditujukan bagi penyandang cacat netra, yaitu orang
yang mempunyai kelainan penglihatan sehingga ia tidak dapat melihat secara baik
dan membutuhkan alat untuk melihat atau membaca.
3) Perpustakaan Anak adalah perpustakaan yang menyediakan koleksi dan layanan
perpustakaan yang ditujukan bagi anak untuk mendukung tumbuh kembang anak
secara optimal. Yang dimaksud dengan anak adalah: (a) bayi (usia 0-1 tahun), (b)
bermain/toddler (1-2,5 tahun), (c) pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun). Layanan Perpustakaan Anak menjadi penting dewasa ini, seiring dengan
prioritas pendidikan nasional. Perpustakaan Anak yang berkualitas akan membekali
para anak dengan keterampilan literasi dan belajar sepanjang hayat, sehingga
mereka dapat berkontribusi di masyarakat. Perpustakaan Anak dituntut untuk
selalu mengaktualisasikan dirinya dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan
hiburan yang dibutuhkan bagi anak. Setiap anak diharapkan menjadi akrab dan
merasa nyaman berada di perpustakaan dan dapat menikmati perpustakaan di
manapun. Berdasarkan acuan-acuan umum sebagaimana disarankan dalam
10
“Guidelines for Children’s Library Service” yang diterbitkan oleh IFLA, Perpustakaan
Nasional mengembangkan Perpustakaan Anak.
4) Perpustakaan Remaja adalah perpustakaan yang menyediakan koleksi dan layanan
perpustakaan yang ditujukan bagi remaja, yaitu anak yang telah berusia 11-18
tahun untuk mendukung tumbuh kembang mereka yang optimal dan pembentukan
pribadi dewasa yang berkualitas secara kognitif, konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial.
5) Perpustakaan Budaya Etnis Nusantara menyediakan koleksi tentang etnis yang ada
di Indonesia yang memuat informasi 8 unsur kebudayaan, yaitu bahasa, peralatan
hidup/teknologi, mata pencaharian hidup/ekonomi, organisasi sosial, sistem
pengetahuan, religi, kesenian, dan budaya Melayu.
1.2.1.4. Perpustakaan sebagai Sarana Rekreasi
Pelaksanaan layanan di gedung baru tidak hanya berpedoman pada fungsi pendidikan
dan penelitian saja tapi juga fungsi rekreasi. Fungsi rekreasi diwujudkan melalui jenis
koleksi yang bersifat hiburan serta fasilitas wisata edukasi yang menyenangkan. Ragam
layanan perpustakaan dan informasi serta fasilitas penunjang di gedung baru didasarkan
atas perencanaan gedung dan fungsi perpustakaan yang telah dibuat. Sebagai Gedung
Perpustakaan tertinggi di dunia dan lokasi gedung yang berada di wilayah jantung Jakarta
akan menjadikan Perpustakaan Nasional sebagai tujuan utama pariwisata.
1.2.1.5. Pengguna Perpustakaan
Parameter keberhasilan layanan publik dapat terukur melalui indeks kepuasan publik itu
sendiri. Stakeholder Perpustakaan berkepentingan untuk mengetahui pengguna
perpustakaan. Berdasarkan kajian Perpustakaan Nasional 2017, tujuh atribut layanan
terpenting bagi pemustaka adalah:
1) Koleksi perpustakaan yang dicari tersedia
2) Koleksi terpelihara dengan baik
3) Data di katalog akurat
4) Ruangan di perpustakaan nyaman
5) Layanan online dapat digunakan dengan mudah
6) Pustakawan mampu membantu menemukan koleksi perpustakaan
11
7) Koleksi online memenuhi kebutuhan
Berdasarkan kajian Perpusnas tahun 2017, pemustaka mengetahui keberadaan
Perpusnas melalui berbagai cara. Cara yang paling umum adalah diberitahu teman, di
sekolah/universitas/tempat bekerja. Di urutan berikutnya adalah website dan media
sosial. Kenyataan ini menunjukkan potensi yang bisa dikembangkan oleh Perpusnas
untuk selalu meningkatkan jumlah pemustaka dan meningkatkan tingkat kepuasan
pemustaka.
Grafik … sumber utama informasi mengenai layanan Perpusnas
1.2.2. Jejaring Nasional Perpustakaan
Indonesia memiliki jumlah perpustakaan yang luar biasa besar. Berdasarkan data yang
terhimpun dalam Renstra Perpusnas 2015-2019, Indonesia memiliki 154.359
perpustakaan yang terdiri dari Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum,
Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Sekolah. Dalam
sebuah institusi perpustakaan, ada banyak portal pencarian (opac, digital library, e-
resources, dll) yang memberikan kemudahan akses kepada pemustaka. Sayangnya,
portal-portal tersebut terpisah, sehingga pemustaka harus mengunjungi setiap portal
satu per satu jika ingin mengakses, tidak ada sarana yang memungkinkan pemustaka bisa
12
memanfaatkan koleksi-koleksi seluruh institusi. Di sisi lain, kesulitan akses terhadap
koleksi karena faktor geografi Indonesia juga mengakibatkan mahalnya biaya penelitian.
Mahalnya biaya penelitian berimplikasi juga terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
itu sendiri.
Untuk menunjang fungsi Perpustakaan Nasional RI sebagai Pusat Jejaring Perpustakaan,
Perpustakaan Nasional RI melaksanakan kerja sama dengan lembaga mitra. Berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2000 tentang Perpustakaan
Nasional RI, dinyatakan bahwa Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan fungsi
penyelenggaraan kerja sama dengan badan atau lembaga baik pemerintah maupun
swasta serta organisasi kepustakawanan di dalam maupun di luar negeri. Kemudian
berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 42,
Perpustakaan Nasional RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian bertugas
antara lain membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan untuk
meningkatkan layanan kepada pemustaka.
Kerja sama Perpustakaan Nasional RI dengan lembaga lain dilakukan secara kelembagaan
oleh pimpinan Perpustakaan Nasional RI dengan pimpinan lembaga lainnya, baik lembaga
pemerintah maupun swasta. Kerja sama perpustakaan dituangkan dalam satu perjanjian
yang merupakan pengaturan lebih lanjut agar pelaksanaan dari nota kesepahaman
memiliki kekuatan hukum.
Tujuan kesepahaman kerja sama Perpustakaan adalah :
1) Memberikan layanan informasi yang bermanfaat langsung pada masyarakat.
2) Memperluas jaringan layanan informasi yang dibutuhkan masyarakat.
3) Mempermudah dan mempercepat layanan informasi kepada masyarakat.
4) Meningkatkan akses koleksi perpustakaan melalui pertukaran data/ koleksi.
Kegiatan kerjasama antar perpustakaan bertujuan untuk mendorong kerja sama yang
saling menguntungkan antara Perpustakaan Nasional RI dengan perpustakaan dan/atau
lembaga lain di dalam dan luar negeri. Kerja sama tersebut diimplementasikan melalui
berbagai kegiatan pengembangan layanan dan koleksi perpustakaan sehingga pada
13
akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan diversifikasi layanan perpustakaan
yang berbasis TIK.
Dampak dari adanya kerjasama dengan lembaga/instansi lain baik dari dalam maupun
luar negeri yang didasari oleh pembuatan MoU adalah meningkatnya kunjungan ke
Perpustakaan Nasional dan perpustakaan rekan, bertambahnya jumlah anggota jejaring
perpustakaan, meningkatnya akses koleksi serta berkembangnya jumlah katalog induk
nasional.
Sampai pada tahun 2016, Kerjasama Perpustakaan Nasional RI dengan lembaga mitra
saat ini berjumlah 87 lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri yang terdiri dari
kerjasama perguruan tinggi, instansi pemerintah maupun swasta, sebagaimana tampak
dalam tabel di bawah.
Tabel 3. MoU Perpustakaan Nasional RI dengan lembaga mitra.
Lembaga 2012 - 2014 2015 2016 Jumlah
Pendidikan Tinggi 10 9 39 58
Kementerian/ Lembaga 4 3 7 14
Korporasi/Swasta 4 1 2 7
Yayasan/LSM - - 1 1
Luar Negeri 6 1 - 7
Jumlah 24 14 49 87
Beberapa program kegiatan yang dapat meningkatkan jumlah jejaring kerjasama
perpustakaan yaitu melalui Forum Perpustakaan Digital. Forum Perpustakaan Digital
merupakan wadah dan media untuk kerjasama, kolaborasi, komunikasi dan interaksi
antar lembaga dan profesi dalam mengembangkan perpustakaan digital di Indonesia.
FPDI adalah sebuah forum tingkat nasional yang dimaksudkan untuk memberikan
petunjuk arah dan panduan dalam pembangunan perpustakaan digital di Indonesia
secara terpadu.
14
Kegiatan ini sangat signifikan karena memiliki dampak terhadap perkembangan jaringan
perpustakaan digital di Indonesia. Hasil yang dapat terlihat adalah bertambahnya jumlah
perpustakaan di Indonesia dari berbagai jenis yang mengembangkan layanan serta
koleksi digital. Kegiatan ini juga berdampak pada dukungan terhadap sasaran strategis
Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi karena secara tidak langsung mengembangkan
koleksi dan layanan Perpustakaan Nasional RI yang berbasis TIK.
1.2.3 Pusat Pernaskahan Nusantara
A. Khazanah Naskah Nusantara
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, naskah kuno
adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara
lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-
kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan
nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan (pasal 1 ayat 4). Nilai penting naskah ini patut
digarisbawahi dalam penyusunan arah kebijakan pengelolaan naskah yang efektif dan
berkontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa Indonesia.
Sebagai sumber sejarah, naskah Nusantara memberi sumbangan yang sangat bagi
sejarah kebudayaan bangsa Indonesia. Para Founding Father bangsa menggali berbagai
konsepsi semboyan yang diambil dari khazanah yang terdapat dalam teks-teks di masa
lalu. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, yang berarti “berbeda tetapi tetap satu”, unity in
diversity, menjadi ruh kebangsaan yang merekatkan berbagai suku bangsa di Indonesia,
sebagai contoh, diambil dari sebuah kitab Jawa kuno gubahan Mpu Tantular. Semboyan
ini tidak akan lahir, andaikata naskah Jawa Kuno Sutasoma tidak pernah dibuka dan
diteliti.
Sesungguhnya, dalam banyak kasus, kearifan lokal yang terkandung dalam naskah-naskah
kuno tersebut dapat menjadi alternatif solusi yang relevan untuk menyelesaikan masalah
krusial yang dihadapi di masa kini, seperti masalah agama dan kerukunan, pangan dan
pertanian, gender, kesehatan dan pengobatan, hukum adat, arsitektur dan permukiman,
seni dan teknologi, dan lain-lain. Kearifan lokal yang terkandung dalam naskah Nusantara
juga dapat menuntun masyarakat Indonesia untuk bersikap toleran dan menghargai
15
keberagaman, memiliki etika dan sopan santun, memiliki etos kerja dan jiwa
kepemimpinan, mengutamakan gotong-royong yang sesuai dengan karakter bangsa.
Pada gilirannya, melalui pengkajian, pemaknaan, dan pengaktualisasian nilai-nilai yang
terkandung dalam naskah Nusantara, kita menjadi bangsa yang memiliki karakter dan jati
diri yang kuat, sehingga dapat berdiri tegak dalam pergaulan peradaban di dunia.
Tidak semua negara memiliki peninggalan tertulis dari masa lalu. Sebagai negara yang
penduduknya terdiri atas berbagai kelompok etnis, Indonesia termasuk salah satu negara
yang terkaya di dunia dalam hal warisan naskah, baik dari segi jumlah maupun
keragaman bahasa dan aksara. Naskah-naskah ini bukan hanya tersimpan di berbagai
lembaga penyimpanan di Indonesia, tetapi juga tersebar di lembaga penyimpanan
naskah di luar negeri. Berdasarkan penelusuran melalui katalog yang tersedia, dapat
diketahui bahwa jumlah naskah Nusantara seluruhnya yang telah terdaftar adalah 58.947
eksemplar: 33.519 eksemplar berada di dalam negeri dan sisanya 25.428 naskah berada
di luar negeri. Hal tersebut dapat terlihat dalam tabel berikut.
Grafik ... Lembaga penyimpanan naskah
Sumber: Chambert-Loir & Oman Fathurahman, 1999, Khazanah Naskah; Panduan Koleksi Naskah-naskah
Indonesia Sedunia
Tabel 4. Sebaran Naskah Nusantara di Seluruh Dunia
No Negara JumlahNaskah Persentase
1 Indonesia 33.969 58.070
2 Belanda 17.397 29.740
3 Malaysia 3.000 5.128
4 Inggris 1.388 2.373
5 Jerman 1.350 2.308
4 1813 2
32
4 5 3 4 2 1
66
272 3 1
40
2 19 2 2 1 13 7 1 3 2 3 3 1 10
10203040506070
Afrika…
Amerika…
Au
stra
lia
Au
stri
a
Bela
nd
a
Belg
ia
Bru
nei
Cek
o
Den
ma
rk
Hu
ngari
a
Ind
ia
Ind
on
esi
a
Inggri
s
Irla
nd
ia
Ita
lia
Jep
an
g
Jerm
an
Kan
ad
a
Ma
laysia
Norw
egia
Pola
nd
ia
Port
uga
l
Pra
nci
s
Ru
sia
Selandia…
Sin
gap
ura
Sp
an
yol
Sw
ed
ia
Sw
iss
Th
ail
an
d
Vati
ka
n
Jumlah Lembaga Penyimpan Naskah
16
6 AmerikaSerikat 743 1.270
7 Prancis 349 0.597
8 Brunei 216 0.369
9 Australia 113 0.193
10 Denmark 62 0.106
11 Singapura 57 0.097
12 Afrika Selatan 55 0.094
13 Irlandia 55 0.094
14 Rusia 46 0.079
15 Italia 35 0.060
16 Thailand 28 0.048
17 Belgia 25 0.043
18 Austria 15 0.026
19 Vatikan 10 0.017
20 Ceko 6 0.010
21 Hungaria 6 0.010
22 Kanada 5 0.009
23 Polandia 5 0.009
24 Norwegia 3 0.005
25 Swedia 3 0.005
26 Swiss 3 0.005
27 Portugal 2 0.003
28 Spanyol 1 0.002
JUMLAH 58.947 100
SUMBER: Chambert-Loir & Oman Fathurahman, 1999, Khazanah Naskah; Panduan Koleksi Naskah-naskah Indonesia
Sedunia; Endangered Archive Programs British Library untuk kawasan Indonesia (2008-2016) dalam http://eap.bl.uk/
Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang memiliki naskah dan tradisi tulis. Di
antaranya ialah Aceh, Batak, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Kerinci, Palembang,
Lampung, Banten, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Lombok, Bima, Tenggarong, Banjarmasin,
Sulawesi Selatan, Buton, Wolio dan Ternate. Bahasa Asing seperti Arab dan Belanda juga
termasuk ke dalam khazanah pernaskahan nusantara.
17
Perpusnas merupakan lembaga terbesar di Indonesia yang mengoleksi naskah Nusantara,
dengan jumlah koleksi 11.133 eksemplar yang tersebar dalam berbagai sub-koleksi atau
klasifikasi yang menunjukkan keragaman dari segi asal-usul koleksi. Sebaran koleksi
naskah Perpusnas berdasarkan subkoleksi atau klasifikasi adalah sebagai berikut.
Grafik…. Jumlah Koleksi Naskah Nusantara Perpustakaan Nasional dan Persebarannya dalam Sub Koleksi Sumber: Layanan Koleksi Khusus, Perpusnas, 2016
Naskah Nusantara ditulis pada berbagai media. Media yang digunakan untuk menulis
bervariasi seperti bambu, kayu, kulit kayu, nipah, lontar, atau kertas sesuai dengan
ketersediaan media di tempat yang menghasilkan tradisi tulis tersebut. Naskah Batak dan
Sumatera Selatan banyak ditulis di bambu dan kayu, naskah Bali ditulis di daun lontar,
sedangkan naskah Jawa, Melayu, dan Sunda sebagian besar ditulis di kertas. Di sebagian
besar daerah, menulis naskah tidak lagi menjadi bagian tradisi yang hidup, tetapi di
sebagian daerah lain, seperti Bali dan Lombok, masyarakat masih menulis naskah. Berikut
ini data naskah nusantara koleksi Perpusnas berdasarkan jenis media.
Tabel ... Naskah Nusantara Koleksi Perpustakaan Nasional Berdasarkan Media Tulis
Jenis Bahan Jumlah %
Daluwang 384 3.45
KertasEropa 6963 62.54
KertasPolos 298 2.68
KulitKayu 136 1.22
Bambu 69 0.62
DaunPalem 1579 14.18
A AS AW Br CS G HKB
G
LB
RM ML SD VT W
ZP
GNB Peti
Series1 939 85 68 689 188 105 66 1152 103 122 542 185 448 353 18 15734497
939
85 68689
188 105 66
1152
103 122542
185 448 35318
1573
4497
0
1000
2000
3000
4000
5000
Jumlah Naskah Nusantara Koleksi Perpusnas
18
KertasBergaris 1146 10.29
BelumTeridentifikasi 558 5.01
Total 11133 100
Sumber: Daftar Aset Perpustaan Nasional RI, Oktober 2016
Peran Perpusnas sebagai Pusat Pernaskahan Nusantara mengemuka dikarenakan
beberapa faktor. Pertama, payung hukum yang hingga kini paling lengkap tentang upaya
pengembangan dan pendayagunaan naskah sebagai bagian dari koleksi nasional adalah
Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Menurut amanat UU No.43
tahun 2007 pasal 21, Perpustakaan Nasional sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan
bertugas menetapkan ‘kebijakan nasional pengelolaan perpustakaan’ serta bertanggung
jawab‘mengembangkan koleksi nasional’ untuk melestarikan hasil budaya bangsa.
Kedua, hingga saat ini, pengelolaan, pendayagunaan, dan pengembangan naskah di
Indonesia dilakukan secara parsial dan tidak terintegrasi dalam sebuah sistem jejaring
nasional. Pada gilirannya, keadaan tersebut dapat menjadi hambatan dalam
perkembangan dunia pernaskahan Nusantara. Kasus plagiator, jual beli naskah ke luar
negeri, pengulangan penelitian, penanganan naskah yang berbeda, adalah beberapa
contoh gejala yang terjadi akibat dari tiadanya sistem nasional pengelolaan,
pendayagunaan, dan pengembangan naskah. Perpusnas adalah lembaga yang paling
tepat untuk mengatasi persoalan ini mengingat Perpusnas memiliki kapasitas untuk
mengembangkan sistem jejaring nasional perpustakaan.
Ketiga, sebagian besar kondisi fisik naskah sangat memprihatinkan karena belum dikelola
dengan baik. Dalam hal ini, Perpusnas perlu mengambil peran untuk merumuskan
kebijakan dan strategi pelestarian fisik naskah.
Keempat, faktor iklim tropis, bencana alam, dan huru-hara merupakan ancaman serius
bagi keberadaan naskah Nusantara di Indonesia. Masih segar dalam ingatan, bagaimana
tsunami telah menghanyutkan ribuan naskah Aceh. Pemerintah melalui Perpusnas perlu
mengambil peran dalam tindakan preventif menghadapi bencana serta tindakan jika
19
terjadi bencana melalui penguatan tim kesiapan menghadapi bencana (dissaster
preparadnes).
B. Penelitian Naskah
Naskah kuno mengandung berbagai informasi penting yang harus diungkap dan
disampaikan kepada masyarakat. Tetapi, naskah-naskah kuno yang ada di Nusantara
biasanya ditulis dalam aksara non-Latin dan bahasa daerah. Hal ini menjadi kesulitan
tersendiri dalam memahami naskah. Salah satu cara untuk mengungkap dan
menyampaikan informasi yang terkandung di dalam naskah kepada masyarakat adalah
melalui penelitian filologi. Dibandingkan dengan jumlah naskah yang tersedia, jumlah
penelitian naskah, baik berupa alih aksara, terjemahan, maupun kajian analisis dari
berbagai sudut pandang keilmuan jumlahnya jauh lebih sedikit. Saat ini penelitian naskah
kuno masih sangat minim. Hingga tahun 2000, tercatat hanya berhasil dilaksanakan 1.103
penelitian naskah Nusantara sebagaimana nampak pada Tabel berikut.
Tabel 5. Penelitian Naskah berdasarkan Bahasa
No Jenis Naskah Jumlah
1 Aceh 61
2 Banjar 7
3 Batak 12
4 Bugis 81
5 Gorontalo 2
6 Jawa 247
7 Melayu 303
8 Minang 83
9 Sasak 15
10 Sunda 292
Jumlah 1103
Sumber, Ekadjati (2000). Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Setelah tahun 2001, penelitian terus berkembang. Berdasarkan data dari Thesaurus of
Southeast Asian Manuscripts (2016), tercatat ada 996 penelitian naskah Nusantara
tambahan sejak tahun 2001-2016 (62 penelitian/tahun), dengan asumsi seribu penelitian
20
tidak tercatat, total penelitian diperkirakan berjumlah sekitar 3000 penelitian.
Berdasarkan data ini, maka rasio jumlah penelitian naskah Nusantara adalah sebesar 5,43
%.
Pentingnya kajian dan publikasi kandungan isi naskah dituangkan dalam UU No. 43 Tahun
2007, Pasal 7 ayat 1 butir d yang mewajibkan Pemerintah untuk “menjamin ketersediaan
keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan (translasi), alih aksara (transliterasi),
alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia)”. Terkait dengan alih aksara
dan terjemahan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang, Perpusnas telah
menerbitkan, baik secara mandiri maupun hasil kolaborasi, baik dikerjakan oleh tim
filolog di Perpusnas maupun pihak akademisi dari luar instansi. Hasilnya, sejak tahun
1993, Perpusnas sudah menerbitkan tidak kurang dari 114 karya tulis, baik berupa alih
aksara dan terjemahan (106 judul), penulisan ulang naskah yang rusak (7 judul), maupun
seri katalog (2 judul), dan satu pedoman pengelolaan naskah. Ke depan, untuk
mengoptimalkan pelaksanaan alih aksara dan alih bahasa naskah kuno, Perpusnas perlu
melakukan lebih banyak kerja sama (kajian kolaboratif) dengan perguruan tinggi dan
lembaga pegiat naskah kuno.
Dengan asumsi bahwa satu judul berdasarkan pada kajian satu naskah, maka rasio
penelitian naskah terhadap koleksi naskah Perpusnas adalah 0,01%. Sementara itu rasio
kontribusi penelitian yang dilakukan Perpusnas terhadap jumlah total penelitian naskah
adalah 3,31%. Sejak tahun 2012 penelitian naskah (alih aksara dan terjemahan)
berjumlah rata-rata 10 (tujuh) penelitian per-tahun. Angka penelitian dan publikasi ini
tentu masih sangat jauh dari jumlah naskah yang ada dalam koleksi Perpusnas.
Dari tabel di atas, kita dapat memperoleh gambaran mendesaknya penelitian-penelitian
terhadap tradisi naskah yang kurang diteliti, seperti Bugis, Batak, Sumatra Selatan
(Kerinci, Lampung, Rejang), dan bahasa-bahasa timur Indonesia.
21
1.3. Kerangka Berpikir
Rencana Strategis Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2015–2019 disusun
berdasarkan beberapa paradigma. Perincian kerangka berpikir itu adalah sebagai berikut.
A. Perpustakaan untuk Semua
Perpustakaan harus dapat diakses oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia,
tempat, dan waktu. “Setiap orang berhak mengembangkan diri untuk mengakses dan
memanfaatkan perpustakaan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia”.
B. Perpustakaan sebagai Ruang Publik
Perpustakaan menjadi pusat kegiatan bagi masyarakat untuk saling berinteraksi,
bersosialisasi dalam memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Perpustakaan menjadi wahana
bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi secara bebas, demokratisasi informasi,
dan konektifitas terhadap informasi global. Perpustakaan menjadi lembaga informasi
pengetahuan yang sah untuk masyarakat luas.
C. Perpustakaan sebagai Penjaga dan Pengembang Kebudayaan
Perpustakaan pada paradigma baru tidak lagi berbentuk satu medium melainkan
berbentuk maya dan multimedia. Hadirnya Perpusnas adalah untuk mengumpulkan,
mengelola, menyebarluaskan informasi dan melestarikan pengetahuan sebagai warisan
budaya manusia yang dapat dipakai dari generasi ke generasi berikutnya. Seiring dengan
perkembangan teknologi, ledakan informasi dan cara pengelolaan yang lebih efisien,
perpustakaan dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan mengalami transformasi
tidak hanya menerapkan prinsip dasar tentang menjaga atau memperpanjang umur,
menentukan pilihan, kualitas, integritas dan akses melainkan lebih lanjut guna memenuhi
kebutuhan pemakai dan memberi peran sosial kepada masyarakat.
D. Perpustakaan disesuaikan pada kebutuhan masyarakat dan kebudayaannya
22
Nilai tambah layanan perpustakaan terletak pada pemberdayaan masyarakat sekitar yang
memanfaatkan perpustakaan. Melalui pendekatan kultural dalam kebijakan
pengembangan perpustakaan, diharapkan dapat menjadi sarana bagi pemustaka untuk
mengembangkan potensi dirinya sesuai kebutuhan sosial di wilayahnya.
E. Perpustakaan sebagai organisasi yang terus berkembang
Perpustakaan sebagai lembaga informasi yang selalu mengikuti perkembangan yang
terjadi di masyarakat baik ilmu pengetahuan maupun teknologi. Perpustakaan berusaha
untuk meningkatkan SDM dan infrastruktur dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap informasi.
1.4. Potensi dan Permasalahan
1.4.1. Layanan Perpustakaan
Berdasarkan Kajian Independen, atribut terpenting bagi semua kelompok pemustaka
adalah koleksi yang memenuhi kebutuhan, koleksi yang terpelihara, kenyamanan
ruangan, dan pustakawan yang membantu.
A. Potensi
Layanan perpustakaan dan informasi Perpustakaan Nasional RI mempunyai potensi
untuk terus dikembangkan. Potensi merupakan kemampuan, kekuatan, kesanggupan,
dan daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi yang sebagai
berikut:
1) Potensi Ruang
Perpustakaan Nasional RI telah menyelenggarakan layanan perpustakaan dan informasi
selama 37 tahun. Layanan perpustakaan dan informasi Perpustakaan Nasional RI saat ini
berlokasi di Jalan Salemba Raya Nomor 28 A. Berbagai penyesuaian, pengembangan, dan
perbaikan selalu dilakukan selama 37 tahun penyelenggaraan layanan tersebut.
Perpustakaan Nasional RI, ke depannya, akan menyelenggarakan layanan perpustakaan
dan informasi di gedung baru yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11.
Gedung layanan baru ini akan menjadi titik tolak perjalanan layanan perpustakaan dan
informasi Perpustakaan Nasional RI yang lebih baik lagi. Gedung baru dengan 24 lantai
23
merupakan potensi ruang yang harus dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan
layanan perpustakaan dan informasi Perpustakaan Nasional RI.
2) Potensi Fungsi
Layanan perpustakaan dan informasi yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional RI
merupakan layanan yang diselenggarakan perpustakaan yang mempunyai status nasional
dan berada di level nasional. Layanan perpustakaan dan informasi yang diselenggarakan
Perpustakaan Nasional RI akan menjadi barometer layanan perpustakaan di Indonesia
baik oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.
Undang-Undang Perpustakaan menyatakan Perpustakaan Nasional RI mempunyai fungsi
sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit,
perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan.
Fungsi yang terkait langsung dengan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah:
• Fungsi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah pelaksanaan layanan
konsultasi perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI melalui Pusat Jasa
Perpustakaan dan Informasi dapat menjadi tempat konsultasi bagi perpustakaan
lain dalam hal penyelenggaraan layanan perpustakaan dan informasi.
• Fungsi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah pelaksanaan layanan
koleksi umum dan koleksi khusus serta layanan rujukan. Perpustakaan Nasional RI
melalui Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi dapat menjadi tempat
penelusuran literatur baik untuk rekreasi, pengayaan, atau penelitian.
Perpustakaan Nasional RI dapat menyediakan koleksi berdasarkan kebutuhan
pemustaka secara langsung atau memberikan rujukan kepada pemustaka kepada
perpustakaan atau pusat informasi lain yang menyediakan koleksi tersebut.
B. Permasalahan
Permasalahan yang ditemukan adalah:
1) Kompetensi pustakawan layanan perlu ditingkatkan
2) Jaringan kerja sama untuk layanan perpustakaan dan informasi belum ada.
3) Belum berjalannya fungsi konsultasi tentang layanan Perpustakaan.
4) Layanan virtual reference belum terorganisir. Adanya mekanisme yang jelas dapat
memperlancar proses layanan virtual reference sehingga mendekatkan
24
pemustaka dengan perpustakaan tanpa terhalang jarak dan waktu. Komunikasi
dalam virtual reference dapat dilakukan melalui telepon ataupun internet
5) Layanan untuk berkebutuhan khusus (difabel) atau kelompok khusus belum
tersedia. Sesuai dengan paradigma perpustakaan untuk semua, sudah seyogyanya
berbagai lapisan masyarakat dapat menikmati layanan perpustakaan. Penyediaan
koleksi juga disesuaikan dengan segmen pemustaka sehingga pemanfaatan
koleksi menjadi tepat sasaran. Fasilitas ramah difabel disediakan tidak hanya di
ruang layanan cacat netra saja tapi juga di berbagai area.
Layanan perpustakaan dan informasi yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional RI
akan memasuki babak baru dengan adanya gedung baru layanan di Jalan Medan
Merdeka Selatan nomor 11.
1.4.2 Terlaksananya Layanan Perpustakaan Berbasis TIK dan Digital (Pengembangan TIK
Perpusnas)
A. Potensi
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 12
ayat 1, pasal 14 ayat 3, pasal 22 ayat 3, pasal 38 ayat 1 mengamanatkan bahwa perlunya
dukungan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan
kinerja layanan perpustakaan dan mewujudkan perpustakaan ideal berbasis TIK.
Perkembangan TIK sekarang ini sangatlah pesat dan berperan penting untuk menjadi
sarana akses perpustakaan secara digital. Ada beberapa potensi diperlukannya
pengembangan TIK sebagai perwujudan perpustakaan berbasis digital, diantaranya
adalah:
1. Jumlah layanan perpustakaan
Dengan adanya jumlah layanan peprustakaan seperti yang terlihat pada Tabel 1.4.1
dengan rata-rata jumlah pengunjung perpustakaan dalam satu tahun sebesar 83.218,
Jumlah pengunjung perpustakaan dapat dilihat pada Tabel 4. Oleh karena itu,
pengembangan TIK sangat dibutuhkan untuk mendukung layanan perpustakaan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik dan Undang-undang RI nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan.
25
Tabel 6. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
2. Penerapan TIK saat ini
Penerapan TIK Perpustakaan saat ini dapat dilihat dari infrastruktur TIK yang terdiri dari:
a. Data Center dan Data Recovery Center
b. Infrastruktur jaringan 40Gbps – 100 Gbps
c. Pengembangan aplikasi perpustakaan yaitu Inlislite Enterprise dan Inliste
3. Pembinaan jejaring perpustakaan, yang terdiri dari:
a. 34 propinsi dan 450 Kabupaten Kota penerima bantuan TIK
b. Perguruan Tinggi dan instansi
4. Sebagai pusat rujukan jurnal penelitian di Indonesia
Perpustakaan nasional sebagai pembina perpustakaan di Indonesia menjalankan
fungsinya dengan melaksanakan amanah untk menjadi pusat rujukan jurnal penelitian,
maka dari itu kesiapan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dikembangkan
untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan pencarian jurnal penelitian untuk
masyarakat Indonesia.
26
B. Permasalahan
Ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam hal masih pengembangan TIK
perpusnas untuk menuju world class digital library, diantaranya adalah:
1. Infrastruktur TIK sangat mendukung program jejaring perpustakaan, namun ada
beberapa hal yang belum diperhatikan seperti berikut ini:
a. Kerangka Kerja Keamanan informasi
b. Enterprise arsitektur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
c. Pengendalian sistem/ program jejaring nasional
d. Tata kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi
2. Kurangnya SDM IT yang ada pada perpustakaan mitra sehingga kemandirian dalam
menangani permasalahan dan implementasi program pengembangan perpustakaan
kurang optimal.
C. Strategi
Berdasarkan potensi dan permasalahan pengembangan TIK perpustakaan, berikut strategi yang
diharapkan, diantaranya adalah:
1. Pemanfaatan sarana akses layanan informasi perpustakaan berbasis IT, melalui:
a) Dukungan smart library dengan perangkat TIK yang modern
b) Pembangunan aplikasi layanan interaktif
c) Pengembangn aplikasi perpustakaan portal dan situs web tematik
d) Pembangunan sistem video dan audio digital library
e) Pembangunan sistem informasi perkantoran berbasis e-Government
2. Pengembangan TIK perpustakaan berbasis RFID melalui pemanfaatan koleksi
perpustakaan.
3. Membuat Kerangka Kerja Keamanan Informasi Perpustakaan Nasional, dengan
deliverable sebagai berikut:
a) Kebijakan Keamanan Informasi
b) Pengelolaan dan Pelaporan gangguan/ insiden respon keamanan informasi
c) Manajemen risiko TI dan organisasi perpusnas.
d) Business Continuity Plan (BCP) TI Perpusnas
e) Control system TI
4. Membangun pengendalian sistem program jejaring perpustakaan
5. Meningkatkan kualitas informasi yang optimal khususnya metadata nasional
27
6. Melakukan evaluasi kesuksesan program pengembangan TI perpusnas dengan membuat
model kesuksesan program TI
7. Membangun Tata kelola Teknologi Informasi untuk mengoptimalisasi pengembangan TIK
di Perpusnas
8. Membangun Enterprise architecture TIK perpusnas untuk mendukung peningkatan
sarana akses informasi perpustakaan
9. Mengembangkan big data/ informasi termasuk didalamnya berupa system backup data
dan pengelolaan database.
10. Membangun Investasi TI perpusnas untuk pengembangan TIK perpusnas
11. Membangun Business Inteligent perpusnas sebagai upaya optimalisasi pengembangan
TIK perpusnas
1.4.3. Terlaksananya Jejaring Nasional Perpustakaan
A. Potensi
Melalui UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan pada pasal 1 dengan salah satu fungsi
Perpustakaan Nasional sebagai pusat jejaring perpustakaan, Perpustakaan Nasional membangun
dan mengembangkan jejaring perpustakaan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan
melihat beberapa potensi sebagai berikut:
1. Jumlah Perpustakaan di Indonesia
Dengan adanya jumlah perpustakaan di Indonesia sebanyak 154.359 perpustakaan, jejaring
perpustakaan dapat tercipta melalui pemanfaatan perpustakaan secara digital. Berikut
adalah tabel jumlah perpustakaan sebagai potensi pemanfaatan perpustakaan melalui
jejaring nasional.
Tabel 1.4.1 Jumlah Perpustakaan Berdasarkan Jenis dan Provinsi
NO Kepulauan Perpustakaan
Umum Khusus Sekolah Perguruan Tinggi
Jumlah
1 Sumatera 8,384 952 26,713 429 36,478
2 Jawa 5,881 3,621 63,245 1,434 74,181
3 Kalimantan 2,038 1,202 8,674 178 12,092
4 Sulawesi 3,009 679 13,023 209 16,920
28
5 Bali dan Nusa Tenggara
1,478 544 7,967 122 10,111
6 Maluku 694 56 583 25 1,358
7 Papua 2,127 78 982 31 3,218
Jumlah 23,611 7,132 121,187 2,428 154,359
Sumber: Pusat pengembangan dan Pengkajian Minat Baca, Perpusnas, 2016.
2. Jumlah portal pencarian perpustakaan
Perpustakaan Nasional RI dan perpustakaan lainnya memiliki banyak portal pencarian seperti
OPAC, Digital Library, E-resources dll. untuk memudahkan pemustaka dalam mengakses
portal pencarian bahan pustaka, pengembangan jejaring perpustakaan juga sangat
dibutuhkan. Kebutuhan masyarakat luas terhadap informasi, sehingga dibutuhkan kolaborasi
antara kwbutuhan informasi, ketersediaan informasi, keterjangkauan informasi sehingga
perwujudan pemenuhan kebutuhan informasi tersebut tercapai.
3. Jumlah penelitian di Indonesia
Jumlah penelitian yang begitu besar di Indonesia merupakan sebuah peluang untuk
mengembangkan jejaring perpustakaan. Untuk mendapatkan hasil jejaring yang tepat maka
Perpustakaan Nasional mengharapkan bahwa seluruh Perpustakaan Perguruan Tinggi di
Indonesia membuka akses secara fulltext untuk mendorong terbukanya publikasi ilmiah di
Indonesia.
Dari beberapa potensi tersebut, melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
tercipta program pengembangan Perpustakaan yang tergabung dalam jejaring nasional saat
ini yaitu Indonesia One Search dan Katalog Induk Nasional. Saat ini, pengembangan jejaring
perpustakaan melalui Katalog Induk Nasional dengan jumlah koleksi 4,574,415 katalog yang
tergabung, sedangkan pengembangan jejaring perpustakaan melalui Indonesia One search
dengan jumlah koleksi 4,247,024 entri dari seluruh jenis perpustakaan di Indonesia. Jumlah
entri koleksi berdasarkan Jenis Perpustakaan ditunjukkan pada Gambar 1.1 berikut:
29
Gambar ... Jumlah Entri Koleksi Pengembangan Jejaring Perpustakaan Indonesia One Search
Selain pengembangan jejaring Indonesia One search, pengembangan jejaring perpustakaan
Indonesia juga didukung dengan adanya pengembangan program aplikasi perpustakaan inlislite
sebagai wadah/ sarana pengemabangan data koleksi perpustakaan di Indonesia sehingga tercipta
komunitas inlisLite yang sangat berperan termasuk adanya forum Perpustakaan Digital yang
menjadi wadah tempat para stakeholder perpustakaan digital bertemu, berbagi, dan beraksi
untuk mencapai tujuan dan arah pengembangan perpustakaan digital di Indonesia, sehingga
perpustakaan dapat benar-benar bermanfaat secara optimal bagi pemustaka.
Saat ini ada tiga puluh tiga (33) perpustakaan umum propinsi yang tergabung dalam komunitas
inlislite dan telah ditunjuk dua (2) personil sebagai coordinator pengembangan jejaring
perpustakaan melalui program inlislite.
30
Selain program pengembangan jejaring perpustakaan yang telah disebutkan sebelumnya,
pengembangan infrastruktur perpustakaan digital juga sangat dibutuhkan untuk program
pengembangan jejaring perpustakaan. Saat ini, dukungan infrastruktur dalam rangka
pengembangan perpustakaan digital perpustakaan nasional telah tercipta dan mendukung
program pengembangan jejaring peprustakaan seperti komunitas inlislite lite, forum
perpustakaan digital, Indonesia One Search dan Katalog Induk Nasional.
B. Permasalahan
Dibandingkan dengan jumlah perpustakaan yang telah tergabung dalam jejaring nasional, jumlah
perpustakaan di Indonesia yang belum ikut serta dalam jejaring perpustakaan masih tinggi; Saat
ini sebanyak 588 organisasi mitra telah tergabung dalam jejaring melalui program IOS. Meski
demikian, jika dibandingkan dengan jumlah 154.359 perpustakaan di seluruh Indonesia, jumlah
ini masih relatif kecil.
Ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam hal masih minimnya pemanfaatan
program pengembangan jejaring perpustakaan, diantaranya adalah:
1. Integrasi data antara Indonesia One search dengan Katalog Induk Nasional belum optimal
dalam mengembangkan koleksi katalog nasional
2. Belum adanya regulasi yang jelas mengenai program jejaring perpustakaan antara
Indonesia One Search dan Katalog Induk Nasional
3. Otomatisasi perpustakaan yang hendak bergabung dalam program jejaring perpustakaan
Indonesia One search kurang maksimal
4. Kualitas informasi yang kurang optimal khususnya metadata nasional
5. Belum adanya task force framework yang mendukung program jejaring peprustakaan
Indonesia One Search
6. Kurangnya SDM IT yang ada pada perpustakaan mitra sehingga kemandirian dalam
menangani permasalahan dan implementasi program pengembangan perpustakaan
kurang optimal.
C. Strategi Berdasarkan potensi dan permasalahan pengembangan jejaring perpustakaan, berikut strategi
yang diharapakan, diantaranya adalah:
1. Membuat Standar dan Prosedur Katalog Induk Nasional dan Indonesia One Search untuk
memudahkan pengembangan jejaring peprustakaan
31
2. Optimalisasi pengembangan koleksi katalog nasional dengan mengintegrasi Indonesia
One Search dengan katalog Induk Nasional
3. Optimalisasi program jejaring perpustakaan Indonesia One Serach
4. Perlu adanya framework Indonesia One Search Task Force dengan tujuan untuk:
a) Untuk meningkatkan koleksi Perpustakaan sesuai dengan tujuan dikembangkannya
Indonesia One Search
b) Untuk memudahkan evaluasi kinerja Indonesia One Search
5. Meningkatkan kualitas informasi yang optimal khususnya metadata nasional
6. Optimalisasi program peningkatan kualitas SDM IT perpustakaan Mitra, melalui advokasi
jejaring perpustakaan. Advokasi tersbut diantaranya adalah:
a) Interoperabilitas Sistem Informasi antar peprustakaan
b) Pendalaman materi inlislite
c) Pembentukan forum di 5 (lima) provinsi
7. Pengembangan repository Indonesia One Search melalui pengembangan pangkalan data
fulltext dengan melakukan integrasi repository institusi perpustakaan mitra.
1.4.3. Pernaskahan Nusantara A. Potensi
Perpusnas sebagai lembaga pengelola koleksi naskah Nusantara terbesar di Indonesia, dan yang
kedua di dunia. Jumlah naskah Nusantara mencapai 58.947 judul yang tersebar di seluruh dunia.
Perpusnas, yang memiliki 11.133 naskah menjadi lembaga terbesar di antara 66 lembaga
penyimpan naskah di Indonesia yang mengelola koleksi naskah. Perpusnas memiliki kesiapan
infrastruktur untuk menjadi pusat informasi pernaskahan Nusantara. Ekspektasi masyarakat dan
lembaga pengelola naskah di daerah terhadap Perpusnas sebagai lembaga terdepan dalam hal
pengelolaan naskah sangat tinggi. Hal tersebut tercermin dari hasil seminar dan FGD pada tahun
2012 yang mengambil tema “Mewujudkan Perpustakaan Nasional RI sebagai Pusat Pernaskahan
Nusantara”.
B. Permasalahan
Beberapa upaya pelestarian dan pengembangan naskah kuna telah dilakukan oleh Perpusnas.
Meski demikian, masyarakat masih merasakan adanya kekurangan yang perlu dipikirkan dan
dicarikan jalan keluar. Alih aksara dan alih bahasa serta pendayagunaan naskah kuno Indonesia
belum optimal. Jika dibandingkan dengan jumlah naskah yang tersedia, jumlah alih aksara dan
32
alih bahasa terhadapnya jauh dari ideal. Padahal, berkembangnya kajian terhadap naskah
Nusantara turut andil dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Sebagaimana
diketahui, naskah-naskah yang diakui dunia dapat dikenal melalui penelitian-penelitian
terhadapnya; Masalah-masalah tersebut antara lain:
1) Kepercayaan masyarakat pemilik naskah terhadap Perpusnas masih rendah yang ditandai
dengan tertutupnya akses informasi dari masyarakat pemilik naskah serta mudahnya naskah
diakuisisi oleh luar negeri;
2) Kolaborasi antar lembaga penyimpan naskah di Indonesia belum optimal;
3) Keterbatasan SDM yang memiliki kapasitas sebagai scholar librarian;
4) Keterbatasan SDM yang memiliki kapasitas di bidang-bidang terkait, misalnya: filolog,
kurator, subject specialist, konservator, restorator, reference librarian (pustakawan rujukan);
5) Keteraksesan naskah Nusantara koleksi Perpusnas dan koleksi lembaga lain di Indonesia
belum optimal.
6) Naskah kuna, khususnya koleksi Perpusnas, belum didayagunakan secara optimal.
C. Strategi
1. Meningkatkan jumlah penelitian naskah kuno melalui pemanfaatan sumberdaya Perpusnas
dan kolaborasi bersama asosiasi profesi.
2. Meningkatkan kualitas filolog di lingkungan Perpustakaan Nasional melalui seminar,
workshop, dan pendidikan dan latihan.
3. Mengembangkan data koleksi penelitian naskah Nusantara yang terintegrasi.
4. Melakukan kerja sama dengan berbagai stake holder pernaskahan untuk bersama-sama
membuat sistem database yang handal dan mudah diakses.
33
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS
2.1. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional RI Mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah Kabinet Kerja tahun 2015-2019, serta sembilan agenda
prioritas atau NAWA CITA, maka visi dan misi Perpustakaan Nasional adalah sebagai berikut:
Visi: "Terwujudnya Indonesia Cerdas Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan
Perpustakaan" dengan Tagline: "INDONESIA GEMAR MEMBACA 2019"
2.2. Visi dan Misi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Mengacu Visi dan Misi Perpustakaan Nasional, tujuan, sasaran, kebijakan, program, dan sesuai
tugas dan fungsi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, serta mencermati kondisi umum,
potensi, dan permasalahan yang berkembang, maka rumusan visi Pusat Jasa Perpustakaan dan
Informasi tahun 2015 -2019 adalah:
“Menjadi unit yang berfungsi sebagai rujukan nasional pelayanan perpustakaan dan Informasi,
jejaring nasional perpustakaan, dan pusat pernaskahan Nusantara.”
34
2.3 Tujuan Perpusnas Tujuan Perpusnas merupakan bagian dari stakeholders perspective. Sebagaimana yang tertuang
dalam Rencana Strategis Perpustakaan Nasional, sasaran strategis Perpusnas adalah
“Terwujudnya Indonesia Cerdas melalui Gemar Membaca dengan Memberdayakan
Perpustakaan”, dengan Indikator Kinerja: Nilai tingkat kegemaran membaca masyarakat (skala
Nilai 0-100) dari nilai 25,1 pada tahun 2015 menjadi 50 pada tahun 2019.
2.4 Sasaran Strategis Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Sasaran-sasaran strategis yang disusun di bawah ini merupakan penjabaran sasaran dari sasaran
strategis utama Perpusnas. Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi telah menentukan enam
sasaran strategis yang didasarkan pada customer perspective (sudut pandang pemustaka) dan
internal process perspective (sudut pandang aktivitas lembaga), adalah sebagai berikut:
A. STAKEHOLDER PERSPECTIVE
1. Terselenggaranya layanan dan jejaring nasional perpustakaan
B. CUSTOMER PERSPECTIVE
2. Terselenggaranya layanan jasa perpustakaan dan informasi
3. Terselenggaranya Jejaring Nasional Perpustakaan
C. INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE
4. Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi
5. Terlaksananya layanan informasi mutakhir dan naskah kuno
6. Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK
7. Terlaksananya Kerjasama Teknis di Bidang Perpustakaan
2.5 Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Strategis pencapaian tujuan utama dan sasaran strategis Perpusnas periode 2015-2019
digambarkan dalam peta strategi, sebagai berikut:
35
Sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah:
“Terselenggaranya layanan dan jejaring nasional perpustakaan” dengan indikator kinerja: nilai
tingkat kepuasan pemustaka .
Sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah:
“Terselenggaranya layanan jasa perpustakaan dan informasi” dengan Indikator Kinerja: Jumlah
pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan dari 1.080.000 orang menjadi 2.226.630
orang pertahun pada tahun 2019.
Sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah:
“Terselenggaranya Jejaring Nasional Perpustakaan” dengan Indikator Kinerja: Jumlah mitra
jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK dari 10 perpustakaan pada tahun 2015 menjadi 140
perpustakaan pada tahun 2019.
Sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
adalah: “Tersedianya kebijakan jasa perpustakaan dan informasi” dengan Indikator Kinerja:
Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan dari 0 dokumen pada tahun 2015 menjadi 33
dokumen pada tahun 2019.
Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah: “
Terlaksananya layanan informasi mutakhir dan naskah kuno” dengan Indikator Kinerja: Jumlah
36
alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno dari 10 naskah pada tahun 2015 menjadi 160
naskah pada tahun 2019.
Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah:
“Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK” dengan Indikator Kinerja:
Pengembangan TIK Perpusnas tetap berjumlah 1 paket naskah pada tahun 2015 sampai 2019.
Sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah:
“Terlaksananya Kerjasama Teknis di Bidang Perpustakaan” dengan Indikator Kinerja: Jumlah
lembaga yang mengimplementasikan kerjasama dari 36 lembaga pada tahun 2015 menjadi 145
lembaga pada tahun 2019.
37
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI Agar pembangunan perpustakaan lebih terarah, terukur, dan berkesinambungan dalam
mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan yang telah ditentukan, maka dirumuskan
arah kebijakan dan strategi Pengembangan bahan pustaka dan jasa informasi yang merupakan
salah satu tuntutan pelaksanaan pembangunan bidang perpustakaan dalam kurun waktu jangka
menengah (5 tahun).
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
38
Arah kebijakan dan strategi jasa perpustakaan dan informasi dapat direalisasikan dengan
melaksanakan inisiatif strategis sesuai dengan misi lembaga yang telah ditetapkan, sebagai
berikut:
A. Terwujudnya Layanan Prima Perpustakaan
Layanan perpustakaan merupakan salahsatu indikator keberhasilan sebuah perpustakan.
Terwujudnya layanan prima sebagai sasaran pengembangan perpustakaan dapat dilihat dari
tingkat kepuasan pemustaka terhadap fasilitas dan layanan yang tersedia. Langkah operasional
yang dilakukan untuk mewujudkan layanan prima adalah:
(1) Peningkatan kualitas layanan melalui SDM. Penugasan belajar untuk berbagai jenjang
pendidikan (S1, S2, S3), pelatihan, bimtek, keikutsertaan dalam seminar, workshop, dan
konferensi kepustakawanan.
(2) Promosi layanan perpustakaan melalui pameran, lomba, bimbingan pemustaka, layanan
Pusteling, kegiatan Sahabat Perpustakaan, dan pembuatan sarana promosi seperti brosur,
buket, cenderamata, dll.
(3) Kajian layanan perpustakaan yang mencakup seluruh jenis layanan dan pustakawan
sebagai tenaga layanan.
(4) Konvergensi layanan konvensional dan digital (IOS)
(5) Layanan koleksi digital yang dapat diunduh secara gratis melalui online ataupun onsite
seperti e-resources, ipusnas, ios, opac, dan koleksi digital hasil alih media
(6) Kerjasama layanan perpustakaan lingkup nasional dan internasional
(7) Diversifikasi layanan berdasarkan usia, bidang keilmuan, dan kebutuhan khusus lainnya,
seperti layanan koleksi anak, remaja, manula, budaya etnis nusantara, terbitan
mancanegara, laboratorium pengembangan ilmu perpustakaan, dan layanan cacat netra.
(8) Mengembangkan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial dengan menyediakan
rambu-rambu yang terbacakan oleh warga disabilitas, fasilitas ramah disabilitas, serta etika
layanan yang dapat diterima berbagai kalangan masyarakat
(9) Kepastian kebijakan layanan
(10) Pemberian penghargaan terhadap perseorangan, kelompok, dan lembaga yang aktif
membudayakan gemar membaca
A1. Peningkatan Jumlah Pemustaka yang memanfaatkan layanan
39
Untuk menaikkan jumlah pemustaka diperlukan kegiatan-kegiatan penunjang untuk menarik
minat masyarakat umum agar memanfaatkan perpustakaan. Saat ini jumlah masyarakat
Indonesia kurang lebih sekitar 237.000.000 jiwa. Dari jumlah sekian besar, jumlah keanggotaan
Perpusnas sendiri relatif sedikit, baru mencapai 1.120.000 orang. Jumlah tersebut berasal dari
pendaftaran keanggotaan online dan onsite. Pada tahun 2019, Perpustakaan Nasional
menargetkan sebanyak 1,639,792 orang yang menjadi anggota perpustakaan. Dengan demikian,
dibutuhkan sebanyak 500.000 – 550.000 orang anggota baru agar dapat mencapai target yang
diinginkan.
Terdapat beberapa kegiatan yang akan dilakukan untuk pencapaian target itu, dengat taraf
beban target yang beragam tergantung dari tujuan kegiatannya. Berikut langkah operasional dan
pemetaan pencapaian yang dapat dilakukan :
2. Pameran
Setiap pameran yang diselenggarakan bertujuan untuk menarik perhatian pengunjung. Dalam
kegiatan pameran pengunjung juga diperkenalkan tentang Perpustakaan Nasional beserta
manfaat dan fasilitas yang akan diperoleh dengan menjadi anggota. Dengan demikian, maka pada
setiap pameran Perpusnas senantiasa membuka counter untuk pendaftaran keanggotaan.
Melalui pembukaan pendaftaran keanggotan dalam Pameran, Perpusnas dapat memperoleh
sekitar 10% penambahan anggota. Kerja sama dengan lembaga lain menjadi kunci untuk
terselenggaranya pameran bersama dalam rangka mempromosikan Perpustakaan Nasional RI.
Diharapkan kegiatan ini akan terus menjaring masyarakat luas untuk menjadi anggota dan
memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang dimiliki oleh Perpusnas. Setiap pemeran yang sudah
kita lakukan, kita bisa mencapai pendaftaran keanggotaan sebanyak 200 orang, bila
diakumulasikan dalam 5 tahun kedepan, maka target pencapaian keanggotaan bisa dicapai. Pada
hasil pemetaan kita melihat pencapaiannya sebanyak 15 % bisa didapat dari pengumpulan 3%
pertahun selama 5 tahun. Yaitu sekitar 1500 – 1650 orang per tahun. Maka setiap tahun harus
menyelenggarakan pameran minimal 10 kali.
3. Bimbingan Pemustaka
Kegiatan ini ditujukan untuk pengenalan lebih dalam mengenai Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia melalui Website yang ada. Intinya lebih kepada pengenalan jenis-jenis layanan yang
ada, seperti Layanan ISBN, Layanan OPAC (Online Public Access Catalogue), Layanan IOS, Layanan
IPUS, dan Layanan E-Resources. Semuanya tentang bagaimana prosedur layanannya. (lihat di
bantuan). Layanan yang selama ini menjadi favorit di kalangan masyarakat pelajar dan peneliti
40
adalah Layanan E-Resources yaitu Layanan Penyediaan Sumber-Sumber Online/Elektronik secara
gratis dari 20 provider. Layanan ini diharapkan dapat menjaring keanggotaan melalui
pengenalannya tentang E-Resources. Karena dalam prosedur, setiap masyarakat yang ingin
menelusur itu diwajibkan untuk menjadi anggota Perpustakaan Nasional RI terlebih dahulu.
Kegiatan ini akan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila diperlukan maka setiap ada kunjungan
atau event-event tertentu, bimbingan pemustaka ini dapat terlaksana. Setiap pelaksanaannya
peserta yang hadir antara 10 orang. Dalam setahun bisa mencapai 960 orang. Bisa diukur dalam 5
tahun bisa mencapai 5000 orang.
4. Library Tour
Kegiatan ini berbeda dengan kunjungan informasi perpustakaan yang sudah berjalan. Library tour
ini akan dijalankan sebagai sarana untuk promosi kepada masyarakat luas. Kita membuka
kesempatan untuk mereka untuk melihat dari dekat bagaimana perpustakaan berjalan. Banyak
kegiatan menarik yang bisa dikaitkan dengan kegiatan ini, seperti ketika kita melakukan pameran
tematik di gedung layanan, mereka akan disuguhkan pemandangan yang menambah wawasan
mengenai suatu tema yang sedang dipamerkan melalui koleksi-koleksi atau informasi yang
terpajang diseluruh ruangan. Atau bila kegiatan library tour ini bersamaan dengan kegiatan
perpustakaan yang sedang dilakukakan, maka pesertanya dapat mengikuti atau paling tidak turut
mengamati kegiatan yang sedang berlangsung secara lebih dekat.
Kegiatan ini bisa dilakukan 2 kali dalam sebulan atau 24 kali dalam setahun. Dan dilakukan di hari
Sabtu karena tujuannya agar masyarakat yang terjaring sifatnya lebih luas. Pada satu hari bisa
dilakukan 2 sesi, pagi dan siang.
5. Library Goes to User
Prinsipnya Library Goes to User hampir sama seperti layanan pusteling yang menjemput bola.
Bedanya pada pusteling, pengenalan perpustakaan lebih menekankan pada web content dan
koleksi elektronik. Library Goes to User di sini lebih menekankan ke kegiatan seperti di Bimbingan
Pemustaka namun diadakan di sekolah, kampus, komunitas-komunitas dengan isi penyampaian
yang disesuaikan audience.
Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara peran aktif pustakawan untuk mendatangai user, atau
bisa juga melalui undangan dari user. Untuk kalangan mahasiswa, bentuknya bisa berupa materi
yang menarik yang diselipkan dan disesuaikan pada masa-masa penerimaan tahun ajaran baru
41
bagi siswa maupun mahasiswa sebagai bekal dalam literasi informasi guna menunjang kegiatan
akademiknya. Bisa juga menjalin kerjasama dengan pihak kampus untuk mensyaratkan
keanggotaan Perpusnas dalam kegiatan mereka mencari informasi, terutama untuk mahasiswa
jurusan Perpustakaan. Untuk komunitas-komunitas, bentuk materinya pun disesuaikan dan di
bentuk semenarik mungkin untuk menarik mereka menjadi anggota.
Kegiatan ini bisa dilakukan setahun sekali untuk sekolah dan kampus, dan sebulan sekali untuk
komunitas-komunitas yang ada. Kegiatan lainnya bisa dijadikan sebagai bentuk seminar yg
mempunyai keuntungan bagi pustakawan dan mahasiswa.
6. Pengoptimalisasian media sosial seperti facebook, instagram dan twitter
Semua media social diupayakan dapat menjadi garda terdepan dalam mempromosikan
Perpustakaan Nasional RI. Sifat berita yang real time, bisa diakses melalui akses internet menjadi
daya tarik sendiri bagi masyarakat luas dalam menggali informasi mengenai Perpusnas. Setiap
informasi yang sampai dan berulang akan mempengaruhi persepsi dan keputusan masyarakat
terhadap perpustakaan. Iklan-iklan yang bersifat edukasi atau tampilan-tampilan gambar atau
foto yang menarik baik dalam Facebook, Instagram, maupun Twitter mengenai apa dan
bagaimana perpustakaan dapat menjadi hiburan positif tersendiri bagi masyarakat. Dan menjadi
trend center bagi anak muda dengan mengikuti perkembangan seperti follower dan hastag.
Bila ini bisa dipertahankan dalam menampilkan sesuatu yang beda dan menarik, bukan tidak
mungkin segala sesuatu mengenai perpustakaan nasional dapat menjadi nilai yang penting bagi
masyarakat luas, misalnya dalam hal keanggotaan. Masyarakat luas akan merasa keanggotaan
sudah menjadi kebutuhan pokok bagi mereka yang haus akan ilmu pengetahuan. Dengan
menjadi anggota maka akses ilmu pengetahuan akan terbuka lebar secara gratis.
7. Diversifikasi layanan, seperti sahabat perpustakaan dan pusteling
Diversifikasi layanan sangat penting agar layanan yang dimiliki perpustakaan lebih bervariatif dan
kreatif dalam menarik jumlah anggota perpustakaan dan pemustaka. Diversifikasi layanan juga
diperlukan dalam menjawab tantangan perubahan jaman saat ini. Dimana tuntutan masyarakat
akan kebutuhan informasi sudah beragam. Diharapkan layanan-layanan ini juga berkembang
sejalan dengan perkembangan budaya dan trend pada saat ini. Seperti dengan adanya layanan
kegiatan sahabat perpustakaan yang diadakan setahun sekali yang merangkul komunitas-
komunitas masyarakat, ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka akan keberadaan Perpusnas,
42
bagaimana Perpusnas dapat mengakomodir semua aktifitas mereka dengan perannya sebagai
tempat penyedia informasi, ilmu pengetahuan dan budaya. Diharapkan dengan ini mereka akan
tertarik untuk menjadi bagian dari Perpustakaan dan menjadi anggota terlebih dahulu.
Kegiatan pusteling seperti yang diketahui bersama bahwa layanan ini adalah layanan elektornik
keliling. Untuk saat ini layanan diadakan secara rutin 4 kali dalam seminggu ke lokasi yang
berbeda yang sudah menjalin kerjasama, seperti sekolah-sekolah SMP / SLTA, Yayasan Yatim
Piatu, Lembaga-lembaga Tahanan dan lain-lian. Atau bisa dalam setahun 6 kali menghadiri event-
event yang di selenggarakan oleh berbagai yayasan, lembaga, perusahaan atau lapisan
masyarakat.
Koleksi yang dibawa semua mengenai perpusnas yang ada dalam web. Dan koleksi yang dipunya
pun berbentuk elektronik seperti DVD dan VCD. Yang menarik adalah, karena sifatnya yang
elektronik maka layanan ini lebih praktis dan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
akan informasi. Terutama untuk pelajar, mereka tertarik dengan penelusuran web-web dan
keanggotaan online untuk mengakses Jurnal-Jurnal Elektronik.
Juga nantinya aka ada layanan cacat netra, layanan yang diperuntukan bagi masyarakat yang
menderita cacat netra atau tidak bisa melihat. Ada pula layanan difabel karena fasilitas untuk
menangkses untuk masyarakat ini sudah disediakan. Diharapkan dengan adanya layanan
tambahan ini dapat menjangkau setiap lapisan, setiap kalangan masyarakat.
Layanan Anak yaitu suatu bentuk layanan khusus menyasar pada pemustaka yang umurnya
berkisar antara 6 – 12 tahun (lihat definisi anak). Untuk menjaring anggota dari anak, maka
semua kegiatan promosi diatas harus ada sisipan program anak. Untuk library tour, kita
mengundang beberapa TK dan SD untuk mengadakan Outing Class ke perpustakaan. Begitu juga
dengan library goes to user, pustakawan akan berkeliling mengedukasi anak-anak di Taman
Bermain dan Sekolah Dasar untuk menekankan betapa pentingnya perpustakaan. Bahkan
mungkin menjalin hubungan kerjasama dengan perpustakaan sekolah untuk mengadakan
kegiatan ini disana. Saat ini banyak dari pelajar sudah melek akan dunia Social Media.
Pengoptimalisasian untuk media ini juga sangat penting untuk pengenalan ke mereka bahwa
Perpustakaan benar-benar mampu mengikuti perkembangan jaman, terlebih di era digital saat
ini.
43
8. Meningkatkan kualitas informasi
Banyaknya informasi yang bernilai yang dimiliki sebuah perpustakaan menjadi daya tarik sendiri
bagi masyarakat. Dengan kegiatan ini melalui kemas ulang infomasi dari informasi yang sifatnya
masa lama atau usang dibuat menjadi infomasi yang terlihat baru sebagai daya tarik masyarakat
untuk melihat lebih dalam mengenai informasi tersebut. Potongan cerita-cerita lama di angkat
dalam tema yang lebih menarik, seperti informasi resep-resep masakan nusantara lama yang kita
kumpulkan menjadi koleksi yang bersejarah dan bernilai, dari situ potongan-potongan
informasinya kita sampaikan ke masyarakat melalui iklan atau pun media social. Diharapkan
masyarakat tertarik untuk menjadi anggota untuk memperoleh informasi lebih banyak mengenai
resep-resep masakan yang lain. Untuk mengcounter hak cipta seperti keenian reog.
A.2. Tersedianya Kebijakan Jasa Perpustakaan dan Informasi
Tercapainya sasaran kebijakan jasa perpustakaan dan informasi yang terkait tugas dan fungsi
Pusat Jasa dan Perpustakaan dan Informasi ditandai oleh satu indikator, yaitu tersedianya
dokumen kebijakan layanan perpustakaan dan informasi. Kebijakan itu sendiri merupakan
rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan
sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk
manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.
Penyediaan kebijakan layanan perpustakaan dan informasi dilakukan dengan memperhatikan
prinsip:
1. Sederhana
Kebijakan layanan perpustakaan dan informasi mudah dimengerti, mudah diikuti, mudah
dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas.
2. Konsistensi
3. Partisipatif
Kebijakan layanan perpustakaan dan informasi perlu melibatkan masyarakat dan pihak
terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen
atau hasil kesepakatan.
4. Akuntabel
44
Hal-hal yang diatur dalam kebijakan layanan perpustakaan dan informasi harus dapat
dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan secara konsisten kepada pihak yang
berkepentingan.
5. Berkesinambungan
Kebijakan layanan perpustakaan dan informasi harus dapat berlaku sesuai perkembangan
dan kebutuhan peningkatan kualitas layanan.
6. Transparansi
Kebijakan layanan perpustakaan dan informasi harus dapat dengan mudah diakses dan
diketahui oleh seluruh masyarakat.
7. Keadilan
Kebijakan layanan perpustakaan dan informasi harus menjamin bahwa layanan yang
diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak
lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.
Langkah operasional yang dilakukan untuk mencapai indikator adalah:
1) Pembentukkan tim penyusunan kebijakan layanan perpustakaan dan informasi
Pembentukan tim memperhatikan pihak-pihak yang berperan dalam tim yang menentukan
keberhasilan penyusunan dan penerapan kebijakan layanan perpustakaan dan informasi.
2) Mengidentifikasi kapasitas dan karakteristik layanan perpustakaan dan informasi.
Perpustakaan Nasional RI merupakan perpustakaan di negara Indonesia yang mempunyai
status nasional. Perpustakaan Nasional RI perlu mengidentifikasi layanan perpustakaan dan
informasi yang sepatutnya dilaksanakan oleh suatu perpustakaan di level nasional.
3) Menyusun rancangan kebijakan layanan perpustakaan dan informasi.
4) Membahas kebijakan layanan perpustakaan dan informasi bersama dengan unsur
perwakilan masyarakat dan pihak terkait. Tujuan dari pengikutsertaan masyarakat dalam
forum pembahasan bersama adalah untuk menyelaraskan kemampuan Perpustakaan
Nasional RI dengan kebutuhan/kepentingan masyarakat dan kondisi lingkungan, guna
mengefektifkan penyelenggaraan layanan perpustakaan dan informasi yang berkualitas.
5) Mempublikasikan rancangan kebijakan layanan perpustakaan dan informasi yang telah
disepakati kepada masyarakat umum, dan menyempurnakan rancangan kebijakan layanan
perpustakaan dan informasi (bilamana terdapat masukan dari publik) disiapkan untuk
kemudian ditetapkan.
6) Menyiapkan mekanisme monitoring dan evaluasi penerapan kebijakan layanan
perpustakaan dan informasi.
45
7) Melakukan sosialisasi dilakukan kepada pihak internal dan eksternal untuk membangun
pemahaman dan persamaan persepsi. Semua pelaksana layanan perpustakaan dan
informasi perlu menyadari adanya kebijakan layanan perpustakaan dan informasi sehingga
dapat mendukung pencapaian kebijakan. Sosialisasi secara eksternal juga perlu dilakukan
kepada pihak-pihak diluar Perpustakaan Nasional RI yang secara langsung atau tidak
langsung terkait. Sosialisasi kepada pihak luar dimaksudkan agar pihak-pihak tersebut juga
mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya.
A.3. Terlaksananya Pelestarian Bahan Perpustakaan dan Naskah Kuno
Tercapainya sasaran pelestarian bahan perpustakaan dan naskah yang terkait tugas dan fungsi
pusat jasa mencakup ditandai oleh dua indikator, yaitu (1) peningkatan alih aksara, alih bahasa
dan penelitian naskah Nusantara, dan (2) peningkatan data konten dan penelitian naskah kuno.
1. Peningkatan alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah Nusantara
Langkah operasional yang dilakukan adalah:
1. Meningkatkan kegiatan alih aksara dan alih bahasa naskah kuno nusantara baik dalam
bentuk cetak maupun elektronik;
2. Meningkatkan dan memperkuat kerjasama dalam dan luar negeri untuk penelitian dan
publikasi naskah kuno nusantara, seperti dengan kementrian dan lembaga, asosiasi
profesi, museum, lembaga kearsipan, dan lembaga-lembaga penelitian melalui kajian
joint research atau hibah kompetitif.
3. Melaksanakan penelitian, seminar dan publikasi naskah kuno nusantara;
4. mengembangkan eksplorasi naskah nusantara berbasis inklusi sosial.
2. Peningkatan data konten dan penelitian naskah kuno
Agar Indikator Peningkatan data konten dan penelitian naskah kuno dapat tercapai beberapa
langkah operasional perlu dilakukan.
A. Pangkalan Data Konten Naskah
(1) Menentukan format standar metadata database konten naskah dan pendaftaran naskah;
(2) Menginventarisasi dan meregistrasi naskah yang dimiliki oleh Perpusnas dalam satu
sistem database.
(3) Meregistrasi hasil-hasil alih media naskah di Daerah yang dikerjakan oleh Perpusnas.
(4) Melakukan sosialisasi kepada lembaga-lembaga pemilik dan pengelola naskah kuno, baik
pemerintah maupun swasta.
46
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Agar Indikator Kinerja dapat terukur, maka target-target disusun berdasarkan analisis terhadap
permasalahan-permasalahan aktual, potensi yang dimiliki Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi,
serta ekspektasi masyarakat terhadap kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpusnas.
Target-target strategis tersebut terlihat dalam tabulasi di bawah.
47
1. Stakeholder Perspective
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN TARGET
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
1 Terselenggaranya layanan dan jejaring nasional perpustakaan
1 Nilai tingkat kepuasan pemustaka
Nilai 2 3 3,5 3,7 4
2. Customer Perspective
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN TARGET
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
2 Terselenggaranya layanan jasa perpustakaan dan informasi
2 Jumlah Pemustaka yang memanfaatkan layanan perpustakaan
Orang 1.080.000 1.220.000 1.240.000 2.060.573 2.266.630
3 Terselenggaranya Jejaring Nasional Perpustakaan
3 Jumlah Mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK
Perpustakaan
10 10 20 50 50
3. Internal Process Perspective
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
TARGET
TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
4 Tersedianya Kebijakan Jasa Perpustakaan dan Informasi
4 Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan
Naskah - - 6 10 15
5 Terlaksananya layanan informasi mutakhir dan Naskah Kuno
5 Peningkatan jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno
Naskah 10 10 10 50 80
6 Terlaksananya pengembanga
6 Jumlah pengembangan
Paket 1 1 1 1 1
48
n layanan perpustakaan berbasis TIK
TIK Perpustakaan Nasional
7 Terlaksananya kerjasama teknis di bidang perpustakaan
7 Jumlah implementasi kerjasama perpustakaan
Naskah 2 2 3 121 145
4.2 Kerangka Pendanaan
Dalam memenuhi target kinerja Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi sesuai arah,
kebijakan, strategis dan program pengembangan perpustakaan, dibutuhkan dukungan
kerangka pendanaan yang memadai. Pendanaan pengembangan perpustakaan akan
bersumber dari pemerintah (APBN). Pendanaan Bidang Pengembangan Bahan Pustaka
dan Jasa Informasi akanmemanfaatkan sebesar-besarnya alokasi anggaran yang
bersumber dari APBN untuk pengembangan perpustakaan di Indonesia. Secara terinci
kerangka pendanaan menurut program dan kegiatan terlampir dalam Anak Lampiran 1.
49
BAB V PENUTUP
Renstra Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Tahun 2015-2019 edisi perubahan
merupakan dokumen perencanaan pembangunan lima tahun, sesuai dengan masukan
para pemangku kepentingan. Renstra ini disusun kembali dalam rangka penguatan
akuntabilitas Perpusnas khususnya dilingkungan Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi,
sesuai dengan rekomendasi hasil evaluasi sistem akuntabilitas instansi pemerintah Tahun
2015.
Program perpustakaan sangat erat hubungannya dengan aspek-aspek berikut: (1)
memberikan jasa dan informasi (akses) kepada seluruh lapisan masyarakat dengan
menjamin ketersediaan dan kelengkapan berbagai jenis koleksi bahan perpustakaan; (2)
membangun jejaring perpustakaan guna meningkatkan pemustaka dan akses layanan
perpustakaan di seluruh lapisan masyarakat di semua wilayah Indonesia; dan (3)
menjamin pelestarian khazanah budaya bangsa sehingga dapat dimanfaatkan oleh
generasi yang akan datang.
50
Renstra lembaga ini menjadi dasar untuk penyusunan unit kerja eselon II yang
merupakan penjabaran sasaran strategis dan target kinerja unit kerja eselon III yang
merupakan penjabaran sasaran strategis unit kerja eselon I sesuai dengan substansinya.
Target kinerja lembaga, unit kerja eselon I, unit kerja eselon II dan UPT dievaluasi secara
periodik dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi informasi
(http://bsc.perpusnas.go.id/home).
Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan Renstra Pusat Jasa Perpustakaan
dan Informasi ini maka akan disesuaikan dengan dinamika perkembangan dan isu-isu
strategis yang terkait dengan kebijakan kelembagaan.
Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi,
DRA. TITIEK KISMIYATI, M. HUM
51
Lampiran 1 Manual IKU
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BASELINE TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
SS1. Terselenggaranya layanan dan jejaring nasional perpustakaan
IK1. Nilai tingkat kepuasan pemustaka 3 3,5 3,7 3,9 4
Definisi
Kepuasan pemustaka adalah respon dari perilaku yang ditunjukkan oleh pemustaka dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang diperoleh dengan harapan pemustaka. Apabila kinerja yang dihasilkan oleh perpustakaan melebihi harapan maka pemustaka dapat dikualifikasi puas atas kinerja. Tingkat kepuasan pemustaka ditentukan oleh tiga indikator: (1) Efek dari layanan atau kemampuan, sikap dan mentalitas tenaga perpustakaan dalam melayani pemustaka; (2) kontrol terhadap informasi atau menyangkut tentang ketersediaan koleksi yang memadai, kekuatan koleksi yang dimiliki, cakupan isi, kemudahan akses untuk menemukan koleksi, kemudahan navigasi, aktualitas, waktu yang dibutuhkan dalam mendapatkan informasi, ketiadaan hambatan dalam mendapatkan akses informasi pada saat dibutuhkan, peralatan, kenyamanan, dan kepercayaan diri; (3) perpustakaan sebagai tempat atau kemampuan menampilkan sesuatu secara nyata berupa fasilitas fisik dan bagaimana perpustakaan dalam memanfaatkan ruang sebagai simbol dan tempat perlindungan.
Sumber Data
Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
Cara Menghitung
Ketiga indikator yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pemustaka diambil dari berbagai nilai (skala likert) yang diperoleh dari tiap layanan yang diberikan oleh Pusat Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi.
Skala Keterangan
1 Tidak Puas
2 Kurang Puas
3 Puas
4 Cukup Puas
5 Sangat Puas
Satuan Klasifikasi Penanggungjawab data
Persentase Maximize Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi
52
Indikator Kinerja Utama (IKU) BASELINE TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
SS2. Terselenggaranya layanan jasa perpustakaan dan informasi
IK 2
Jumlah pemustaka yang
memanfaatkan layanan
perpustakaan
1.080.000 1.220.000 1.240.000 2.060.573 2.266.630
Definisi
Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau
lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
Sumber Data
Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpusnas.
Cara Menghitung
10%xB+B
B= Baseline tahun sebelumnya
Jumlah didapatkan dari jumlah kunjungan yang dihitung berdasarkan tap-in kartu dan kunjungan
halaman e-library. Target dihitung berdasarkan kenaikan rerata 10% pertahun secara simultan dari
baseline 2015 sebanyak 1,080,000 orang.
Satuan Klasifikasi Penanggung
Jawab Data
Orang Maximize Eselon II
Pusjasa
53
Indikator Kinerja Utama (IKU10) BASELINE TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
SS3. Terlaksananya Jejaring Nasional Perpustakaan
IK 3
Jumlah Mitra jejaring perpustakaan yang difasilitasi TIK
10 10 20 50 50
Definisi
Jejaring Nasional Perpustakaan adalah kumpulan berbagai perpustakaan umum dan
khusus di Indonesia yang terhimpun dalam sebuah jaringan bersama sehingga
mempermudah akses informasi.
Sumber Data
Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi.
Cara Menghitung
Rasio jumlah tenaga fasilitator dan perpustakaan yang difasilitasi
Satuan Klasifikasi Penanggung Jawab
Data
Lembaga Maximize Eselon II Pusjasa
54
Indikator Kinerja Utama BASELINE TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
SS4. Tersedianya Kebijakan Jasa Perpustakaan dan Informasi
IK4 Jumlah dokumen kebijakan layanan perpustakaan
- - 6 12 15
Definisi
Kebijakan Jasa Perpustakaan dan Informasi adalah dokumen kebijakan yang mengatur baik secara strategis maupun teknis pengelolaan jasa layanan perpustakaan dan informasi yang bertujuan mempermudah dan memberikan kepastian atas setiap kebijakan. Dokumen-dokumen ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Perpustakaan Umum lain di Indonesia dalam menerapkan kebijakan layanannya.
Sumber Data
Sumber data berasal dari Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional RI. Standar-standar acuan bersumber dari IFLA, SNP dan UNESCO.
Cara Menghitung
Jumlah target yang diharapkan pada tahun 2019 berjumlah 33 dokumen, dengan mempertimbangkan beragamnya jenis layanan, baik layanan tatap muka maupun daring, yang disediakan oleh Perpustakaan Nasional. Kurva kenaikan pertahun meningkat.
Satuan Klasifikasi Penanggung Jawab Data
Naskah Maximize Eselon II Pusjasa
55
Indikator Kinerja Utama BASELINE TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
SS5. Terlaksananya layanan informasi mutakhir dan Naskah Kuno
IK 5 Jumlah alih aksara, alih bahasa dan penelitian naskah kuno
10 10 10 50 80
Definisi
Alih aksara adalah proses pengalihan satu aksara dalam naskah yang biasanya tidak dikenali secara luas ke dalam aksara yang diketahui oleh masyarakat luas. Alih bahasa adalah proses mengalihkan bahasa sumber menjadi bahasa sasaran. Dalam konteks ini, menerjemahkan bahasa daerah dan asing yang tampak dalam naskah ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian naskah kuno adalah hasil penelitian yang bersumber dari naskah kuno, baik menyangkut substantif naskah, maupun aspek terkait dengan tradisi naskah seperti bahan, masyarakat pemilik tradisinya, dan lain-lain.
Sumber Data
Bidang Layanan Koleksi Khusus.
Cara Menghitung
X =50% x Av X = Alih Aksara, Alih bahasa, Penelitian yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional. Av = Rata-rata peningkatan penelitian naskah pertahun. Baseline: 33.518 Av = 100 – 160 naskah penelitian di Indonesia per tahun.
Satuan Klasifikasi Penanggungjawab data
Naskah Maximize Bidang Layanan Koleksi Khusus
56
Indikator Kinerja Utama BASELINE TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
SS6. Terlaksananya pengembangan layanan perpustakaan berbasis TIK
IK4 Jumlah pengembangan TIK Perpustakaan Nasional
1 1 1 1 1
Definisi
Sumber Data
Cara Menghitung
Satuan Klasifikasi Penanggung Jawab Data
Paket Maximize Eselon II Pusjasa
Indikator Kinerja Utama BASELINE TAHUN
57
2015 2016 2017 2018 2019
SS7. Terlaksananya Kerjasama Teknis di Bidang Perpustakaan
IK 7 Jumlah Implementasi kerjasama
perpustakaan
2 2 3 121 145
Definisi
Implementasi kerjasama adalah pemenuhan klausul atau klausul-klausul kerjasama dari kedua belah pihak yang
terlibat dalam suatu kerjasama.
Sumber Data
Sub Bidang Kerjasama Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi.
Cara Menghitung
Meski dari tahun 2015-2016 tercatat kenaikan yang sangat signifikan atas implementasi kerjasama (133%),
angka rasional yang digunakan sebagai target peningkatan jumlah lembaga yang mengimplementasikan
kerjasama dari tahun 2017-2019 adalah 20% setiap tahun.
Satuan Klasifikasi Penanggung
Jawab Data
Naskah Maximize Eselon II
Pusjasa