Post on 06-Nov-2015
description
REFERAT
PRESBIKUSIS
Oleh:
Muhnandar Kurniawan
H1AP09033
Pembimbing:
dr. Syabriansyah, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. M. YUNUS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan
proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Presbikusis terjadi pada nada
tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat berupa penurunan pendengaran
jenis sensorineural yang bilateral pada kedua telinga dan simetris yang disebabkan oleh
perubahan degeneratif telinga bagian dalam.5
Angka insidensi dari gangguan pendengaran akibat prebikusis pada lansia di Amerika
Serikat dilaporkan sebesar 25-30% untuk kelompok umur 65-70 tahun, sedangkan angka
insidensi untuk umur lebih dari 75 tahun sebesar 50%. Menurut hasil survei, jumlah
pemakai alat bantu dengar sampai saat ini di Amerika mencapai 20 juta orang.5
Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting
bagi manusia. Jika manusia mengalami gangguan pendengaran maka hal itu akan sangat
berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini sudah tersedia teknik penanganan
gangguan pendengaran yang baru dan lebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang
efektif telah terbukti menghasilkan efek positif terhadap kualitas hidup.8
Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
hidup terutama pada pasien presbiakusis. Tujuan utama dari alat bantu dengar adalah untuk
memaksimalkan sisa pendengaran.9
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. ANATOMI TELINGA
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau kavum timpani, dan telinga dalam
atau labirin. Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus (MAE)/ liang
telinga. Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam os temporal pars petrosa yang
dilapisi membran mukosa, berisi tulang-tulang pendengaran. Telinga dalam berisi labirin
tulang (vestibulum, kanalis semisirkularis, dan koklea) dan labirin membranasea (utrikulus
dan sakulus di dalam vestibulum, tiga duktus semisirkularis di dalam kanalis semisirkularis,
dan duktus koklearis di dalam koklea), sesuai dengan yang ditampilkan pada Gambar 1.1
Gambar 1: Anatomi telinga luar, tengah dan dalam.
II. 2. PRESBIKUSIS
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65th akibat proses
degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara
progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan
yang mendasari selain proses menua secara umum.5
3
II. 3. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan definisinya, prevalensi presbiakusis meningkat seiring bertambahnya
usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbiakusis dialami sekitar 30-35%
pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada populasi diatas 75 tahun. Prevalensi
pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan prevalensi presbiakusis antar
ras belum diketahui secara pasti.6
II. 4. ETIOLOGI
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi.
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis adalah
Degenerasi sel rambut di koklea, degenerasi fleksibilitas dari membran basiler, berkurangnya
neuron pada jalur pendengaran, perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak,
degenerasi jangka pendek dan auditory memory, menurunnya kecepatan proses pada pusat
pendengaran di otak (central auditory cortex ).5,7
Cepat lambatnya proses degenerasi ini dipengaruhi juga oleh tempat dimana
seseorang tinggal selama hidupnya. Orang kota lebih cepat datangnya presbikusis ini
dibandingkan dengan orang desa. Diduga kejadian presbikusis usia mempunyai hubungan
dengan faktor-faktor herediter, metabolism (DM, hiperkolesterol), arterosklerosis
(Hipertensi,), infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor(Merokok, riwayat bising).8
II. 5. KLASIFIKASI
Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi
presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan
dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. Prevalensi terbanyak menurut
penelitian adalah jenis metabolic 34,6%, jenis lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan
sensorik 11,9%.6
Presbikusis sensorik adalah atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar
ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan.
Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal dari basal koklea dan
proses berjalan dengan lambat. Ciri khas adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-
tiba pada frekuensi tinggi (slooping downn). Jenis sensori adalah tipe noise-induced hearing
loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki dengan riwayat bising.6,7
4
Presbikusis Neural merupakan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.
Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena
dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap
frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata
yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum
terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut
sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-
sel neuron ini sesuai dengan normal speech discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang
di bawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis.
Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea. Gambaran
klasik: speech discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas pada ganglion spiralis
(cookie-bite).7
Presbikusis Metabolik/(Strial presbyacusis) keadaan ini dihasilkan dari atrofi stria
vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik dan
kimiawi dan juga keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari stria ini menyebabkan
hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva pendengaran yang mendatar
(flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata dijumpai. Proses ini
berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan lambat dan
mungkin bersifat familial. Penderita dengan kasus kardiovaskular (heart attacks, stroke,
intermittent claudication) dapat mengalami prebikusis tipe ini serta menyerang pada semua
jenis kelamin namun lebih nyata pada perempuan.5,8
Presbikusis Mekanik ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari
membran basilaris koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan
atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang
sangat lambat.5,6
II. 6. PATOGENESIS
Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel rambut dan
elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran menyebabkan penurunan pada
frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi stria vaskularis yang memberikan
gambaran audiometri nada murni berbentuk flat. Kekakuan membran basal juga memberikan
gambaran penurunan audiometri nada murni yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa
juga mengenai nervus koklearis. Kerusakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh
infeksi atau penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak.5,7,8
5
II. 7. GEJALA KLINIS
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan
dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui
pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat
mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan
dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila
intensitas suara ditinggikan akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor
kelemahan saraf (recruitment).8
II. 8. DIAGNOSIS
Pada anamnesis Penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, bersifat
sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama terhadap suara atau
nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan telinga hidung tenggorok,
seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari. Penderita menjadi depresi dan lebih
sensitif. Kadang-kadang disertai dengan tinitus yaitu persepsi munculnya suara baik di telinga
atau di kepala. Faktor risiko presbikusis adalah: 1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-
obatan, 4) hipertensi, dan 5) riwayat keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat
bising, tempat rekreasi yang bising, dan penembak (tentara) akan mengalami kehilangan
pendengaran pada frekuensi tinggi. Penggunaan obat-obatan antibiotik golongan
aminoglikosid, cisplatin, diuretik, atau anti inflamasi dapat berpengaruh terhadap terjadinya
presbikusis.8
Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan serumen yang
merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran terbanyak.
Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga suram, dengan
mobilitas yang berkurang. Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne positif Hantaran Udara
Hantaran Tulang, Uji Weber, Uji Schwabach memendek.5
Audiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan. Pemeriksaan
audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada tinggi bilateral dan
simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan perurunan ambang dengar nada
murni yang menunjukkan gambaran tuli sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan
yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan
pendengaran jenis sensorik dan neural. Kedua jenis ini paling sering ditemukan.5,7
6
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar,
kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Semua jenis presbikusis
tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.5
Audiometri tutur Menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech
discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan
koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang kata yang
didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti koklea, pasien sulit untuk
membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi umtuk
membedakan kata tersebut. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien
dalam pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar.5
Gambar 2 : audiogram presbikusis
II. 9. PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan
pemasangan alat bantu dengar (hearing aid). Adakalanya pemasangan alat bantu dengar perlu
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar
(auditory training); prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech
therapist)2.
II.9.a Definisi Hearing Aid
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,
yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan
lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:9
7
Tabel 1 : komponen ABD
Komponen Fungsi
Microphone bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah
sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya
ke amplifier.
Amplifier berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi
listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver.
Receiver atau
loudspeaker
mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi
energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang telinga
Batere sebagai sumber tenaga.
Gambar 3 : komponen ABD
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan
apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang
profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi
pendengaran). 10
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan
pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat
bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan kemampuan mendengar
penderita, aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis,
penampilan, harga.10
8
Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar
Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital, artinya
sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi kode-kode digital,
yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.5,9
Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik
memanipulasi sinyal contohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan sinyal bising.
Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam memproses) lebih
baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar yang ada di beberapa tahun
lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.10
Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa frekuensi dan
mengamplifikasi tergantung dari settingan/program yang diberlakukan pada alat bantu
dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode algoritma
juga memungkinkan untuk membedakan jumlah amplifikasi antara suara yang pelan,sedang
dan keras. Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara
yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi). Dan pemrosesan digital
memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal agar
menghasilkam kualitas suara yang bagus.9,10
Gambar 4 : Mekanisme Kerja ABD
Kandidat pemakai alat bantu dengar
Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan harus
mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini terutama sangat
dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran, dimana intervensi harus
9
dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat secara umum dikelompokkan
menjadi Mild Hearing Loss (20-40 dB), Moderate Hearing Loss (45-65 dB), Severe Hearing
Loss (70-85 dB), Profound Hearing Loss (>85 dB).8,9
Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu
diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar, antara lain
umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum, motivasi pasien (Bukan
keluarga atau pihak lain), kondisi keuangan pasien, pertimbangan kosmetis, kebutuhan pasien
akan komunikasi, terutama dalam kehidupan dan pekerjaan.9
Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan
menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi
pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan
semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea
pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah
dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.8
Tabel 2 : Indikasi dan Kontra indikasi implant Koklea
IMPLAN KOKLEA
Indikasi Kontra Indikasi
- keadaan tuli saraf berat bilateral atau
tuli total bilateral (anak maupun
dewasa) yang tidak / sedikit mendapat
manfaat dengan alat bantu dengar
konvensional,
- usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak
ada kontraindikasi medis
- calon pengguna mempunyai
perkembangan kognitif yang baik.
- tuli akibat kelainan pada jalur saraf
pusat (tuli sentral),
- proses penulangan koklea
- koklea tidak berkembang
Cara kerja implan koklea
Perangkat implan koklea terdiri dari Komponen luar (Mikrofon, Speech processor,
kabel pengubung), komponen dalam (Receiver dan Multi-channel electrode). Prinsip kerja
dari cochlear implant pertama kali gelombang suara masuk pada mikrofon yang ditempatkan
10
pada headpiece, suara dikirim ke speech processor melalui sebuah kabel tipis yang
menghubungkan headpiece ke speech processor, the speech processor mengubah suara
tersebut menjadi sebuah sinyal khusus yang dapat ditafsirkan oleh otak. Perubahan ini
diselesaikan dengan suatu program yang disebut speech processing strategies, sinyal khusus
tersebut dikirim kembali melalui kabel yang sama ke headpiece dan dikirim melewati kulit
melalui gelombang radio ke alat yang ditanam tersebut, sinyal tersebut berjalan melalui
barisan elektroda di dalam pusat telinga dan merangsang saraf pendengaran.9,10
Saraf pendengaran kemudian mengirim sinyal sinyal listrik ke otak dimana siyal
sinyal listrik tersebut ditafsirkan sebagai suara.
Gambar 5 : Implant koklea
11
BAB III
KESIMPULAN
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65 tahun akibat
proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi
secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada
kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum. Banyak faktor yang mempunyai
hubungan dengan presbikusis seperti herediter, metabolisme, aterosklerosis, bising, gaya
hidup atau bersifat multifactor. Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan
patogenesis, yaitu degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler,
seperti faktor gen, stress oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal. Klasifikasi presbikusis
menjadi 4 jenis: Sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy),
dan koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Presbiakusis tidak dapat
disembuhkan dan tujuan penatalaksanaanya adalah untuk memperbaiki kemampuan
pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar. Alat Bantu Dengar (ABD) adalah
suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang
masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di
sekitarnya. mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melalui mikrofon, pengerasan
suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver / loudspeaker yang mana
keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai. Selain itu juga dapat dengan
menggunakan implan koklea untuk alat bantu dengar pasien dengan presbikusis.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC; 2000.
P: 230-240.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 2nd ed. Stuttgart: Georg
Thieme Verlag; 2006. P: 357-483.
3. Junqueira LC. Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC;
2004. P: 30-40.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 1996. P:
135-278.
5. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 1. 43-45.
6. Muyassaroh, M. 2013. Faktor Risiko Presbikusis - Health Science Journals. Diunduh
dari: indonesia.digitaljournals.org/index.php/.../1187. [Diakses pada 11 Juni 2014]
7. Dewi, Afriani. 2011. Presbiakusis. Diunduh dari: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/presbiakusis.pdf. [Diakses pada 14 Juni 2015]
8. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July 27,
2013. [Diakses pada 14 Juni 2015]
9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. P: 93-97.
10. http://medicastore.com/penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html
[Diakses pada 14 Juni 2015]