Post on 05-Oct-2021
REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA
PELANTIKAN PRESIDEN TAHUN 2014
(EVENT STUDY PADA SAHAM LQ45, JII DAN
SMINFRA18)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Ahmad Asshodiqi
115020400111011
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1
REAKSI PASAR MODAL TERHADAP PERISTIWA
PELANTIKAN PRESIDEN TAHUN 2014
(EVENT STUDY PADA SAHAM LQ45, JII DAN SMINFRA18)
Ahmad Asshodiqi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 165 Malang
asshodiqi.93@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi peristiwa terhadap peristiwa pelantikan presiden tahun
2014 dengan tujuan untuk mengetahui reaksi pasar modal Indonesia terhadap peristiwa pelantikan
tersebut. Indikator yang digunakan untuk melihat adanya reaksi menggunakan abnormal return
dan trading volume activity. Sampel dalam penelitian ini adalah indeks LQ45, JII dan SMInfra18.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data harga saham harian, harga indeks
harian, data volume perdagangan harian selama tujuh hari sebelum, satu hari saat dan lima hari
setelah peristiwa. Adapun alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini adlaah Uji-t dan Uji beda Paired sampel t-test. Hasil pengujian dengan Uji-t menunjukkan
bahwa terdapat abnormal return yang signifikan positif pada indeks LQ45, JII dan SMInfra18
pada beberapa hari disekitar peristiwa pelantikan, hal ini membuktikan bahwa pasar merespon
peristiwa tersebut sebagai good news. Dari hasil Uji beda Paired sampel t-test menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa
pelatikan. Berdasarkan Uji beda Paired sampel t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa terhadap TVA pada indeks LQ45 dan SMInfra18.
Sedangkan pada Jakarta Islamic Index tidak terdapat perbedaan yang signifikan TVA sebelum dan
sesudah peristiwa pelantikan.
Kata Kunci : Pasar Modal, Event Study, Abnormal Return, Trading Volume Activity
A. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan perkembangan pasar modal yang begitu pesat dan mengingat
peranan yang penting bagi suatu perekonomian suatu negara, umumnya bursa saham di suatu
negara sangat sensitif dengan berbagai peristiwa di sekitarnya. Berbagai peristiwa tersebut dapat
berasal dari lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi. Dari lingkungan ekonomi,
secara umum pasar modal dapat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga, inflasi, nilai tukar dan
PDB. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pasar modal dari lingkungan non politik seperti
bencana alam, perang dan situasi politik.
Kondisi politik dalam negeri yang kondusif biasanya akan diikuti dengan stabilitas
kondisi ekonomi yang baik pula, dengan kondisi itu akan membuat para investor merasa aman
dalam melakukan investasi di pasar modal. Namun, sebaliknya apabila kondisi perpolitikan dirasa
tidak kondusif, maka kecenderungannya adalah investor akan menunggu sampai kondisi politik
menjadi stabil kembali untuk kemudian melakukan investasi atau justru investor sama sekali tidak
mau berinvestasi karena mereka ragu terhadap perkembangan perekonomian jika situasi politik
yang tidak kondusif terus berlanjut. Ketakutan investor akan situasi ini akan berdampak terhadap
melemahnya nilai harga saham.
Tahun 2014 merupakan tahun perpolitikan bagi Indonesia. Diawali dengan pemilihan
anggota legislatif yang diikuti oleh dua belas partai politik. Kemudian, pada tahun ini pula
dilaksanakan pemilihan Presiden yang baru. Hasil perhitungan suara Pilpres 2014 yang
diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Juli 2014, menempatkan
pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang pilpres tahun 2014 dengan perolehan
suara sebesar 70.997.833 (Tujuh Puluh Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Delapan
Ratus Tiga Puluh Tiga) atau 53,15 % dari suara sah nasional, sedangkan pasangan Prabowo dan
Hatta hanya memperoleh suara sebesar 46,85 % atau 62.576.444 (Enam Puluh Dua Juta Lima
Ratus Tujuh Puluh Enam Ribu Empat Ratus Empat Puluh Empat) dari suara sah nasional.
Menarik untuk dibahas, Joko Widodo selaku Presiden terpilih untuk periode 2014-2019
memiliki karakteristik yang berbeda dengan presiden sebelumnya. Presiden yang dianggap sebagai
presidennya rakyat kecil ini dianggap mampu membuka harapan baru bagi perubahan Indonesia
kedepannya, hal ini terlihat dari gegap gempitanya suasana pada saat pelantikan pada tanggal 20
2
Oktober 2014 kemarin, yang mana masyarakat tumpah ruah ke jalan menyambut pemimpin baru.
Fenomena seperti ini belum pernah dirasakan pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
sebelumnya.
Dari peristiwa tersebut, peristiwa pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai
Presiden dan Wakil Presiden terpilih dianggap berpotensi menimbulkan reaksi dari para pelaku
pasar modal. Reaksi yang diperkirakan akan terjadi bisa dilihat dari perubahan volume
perdagangan, harga maupun tingkat return saham yang didapatkan oleh investor. Reaksi terhadap
peristiwa tersebut juga akan mempengaruhi saham-saham yang memiliki nilai kapitalisasi yang
besar dan bersifat likuid.
Salah satu indeks yang memiliki nilai kapitalisasi yang besar dan bersifat likuid adalah
indeks LQ45. Indeks LQ45 ialah indeks yang terdiri dari 45 saham di BEI dengan tingkat
likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi yang besar serta mempunyai kriteria-kriteria tertentu agar
emiten bisa tergabung menjadi anggota indeks tersebut dan setiap enam bulan akan dievaluasi.
Selanjutnya, Jakarta Islamic Indeks (JII), menurut Bursa Efek Indonesia JII adalah indeks yang
menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan
pasar modal syariah. Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 emiten yang dipilih dari saham-saham
yang sesuai dengan syariah islam. Kemudian, indeks selanjutnya yaitu indeks SMInfra18.
SMInfra18 sendiri adalah indeks yang baru diluncurkan oleh pihak Bursa Efek Indonesia
bekerjasama dengan PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Indeks ini mengukur performa 18
saham yang bergerak dibidang infrastruktur dan penunjangnya.
Menurut Jogiyanto (2013), reaksi pasar modal terhadap kandungan suatu informasi dapat
dipelajari melalui event study atau studi peristiwa. Metode ini dapat digunakan untuk mengamati
pergerakan harga saham di pasar modal ketika terjadi suatu peristiwa dan untuk mengetahui
apakah saat terjadi peristiwa tersebut terdapat imbal balik investasi yang tidak biasa yang diterima
oleh para investor. Apabila suatu peristiwa mengandung sebuah informasi, maka diharapkan pasar
dapat bereaksi pada saat informasi tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi yang terjadi di pasar dapat diukur dengan menggunakan return untuk melihat
perubahan pada harga atau dengan menggunakan abnormal return yang digunakan untuk melihat
selisih antar return aktual dan return yang diekspektasikan oleh investor. Parameter lain yang juga
dapat digunakan untuk melihat apakah terdapat reaksi pasar terhadap suatu informasi adalah
parameter aktivitas volume perdagangan di pasar (trading volume activity). Dalam hal ini
perubahan volume perdagangan saham menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan
mencerminkan keputusan investasi.
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini
bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi pasar modal terhadap peristiwa pelantikan presiden
tahun 2014.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak
yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar
modal juga dapat diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan sekuritas yang umumya
memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2010:26). Sebagai
tempat yang mempertemukan antara investor dan issuer, keberadaan pasar modal itu sendiri
memiliki beberapa manfaat. Menurut Nor Hadi (2013:14), manfaat dari adanya pasar modal di
suatu negara adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
2. Sebagai alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa
diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
3. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek,
keterbukaan dan profesionalisme serta menciptakan iklim berusaha yang sehat.
4. Memberikan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat
ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, investasi
merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumtion)
dengan tujuan untuk memperbesar konsumsi di masa datang (Tandelilin,2010).
3
Secara lebih spesifik event study atau studi peristiwa menyelidiki respons pasar terhadap
kandungan informasi dari suatu pengumuman atau publikasi peristiwa tertentu. Menurut Jogiyanto
(2013), event study adalah studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman dengan maksud menguji kandungan
informasi dari pengumuman tersebut.
Chandra, Anastasia dan Memarista (2014) melakukan penelitian terhadap perbedaan
average abnormal return, average trading volume activity sebelum dan sesudah pemilu di
Indonesia. Dalam penelitiannya, mereka menggunakan sampel seluruh saham yang terdaftar di
indeks LQ45 selama dua periode pemilihan presiden yaitu 2004 dan 2009. Dari hasil penelitian
mereka, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikandari average abnormal return
pada LQ45 saat sebelum dan sesudah peritiwa pemilu. Begitu juga dengan average trading
volume activity juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan baik sesudah maupun sebelum
pemilu. Sehigga bisa dikatakan bahwa tidak ada respon dari pasar terhadap peristiwa tersebut.
Pada penelitian reaksi pasar modal terhadap pemilu dan pergantian pemerintahan tahun
2004 yang dilakukan oleh Siregar dan Sianturi (2005) menunjukkan bahwa pasar modal bereaksi
positif terhadap kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dalam pemilu. Namun
terjadi reaksi negatif pada t+5. Reaksi negatif ini merupakan koreksi teknikal atas kenaikan
signifikan harga saham pada beberapa hari sebelumnya yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
koreksi balik yang juga cukup tinggi.
Dampak pemilu presiden dan wakil presiden terhadap abnormal return investor adalah
penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Suworyo (2008). Penelitian yang dilakukan
menggunakan indeks LQ45 dan didapatkan hasil yakni peristiwa pemilu presiden dan wakil
presiden mendapatkan respon dari pasar modal hal ini terbukti dengan ditemukannya abnormal
return investor pada saham LQ45. Sehingga peristiwa ini dapat dikatakan memiliki kandungan
informasi yang direspon oleh investor. Selain itu, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa pemilu secara uji statistik tidak terdapat
perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini dikarenakan peristiwa tersbut telah diantisipasi oleh
pelaku pasar modal.
Suryo Luhur (2010) dalam penelitiannya mengenai reaksi pasar modal Indonesia seputar
pemilihan umum 8 Juli 2009 pada saham LQ45 diperoleh hasil yakni pasar bereaksi disekitar
peristiwa. Tidak ada perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pemilu. Penelitian
yang sama juga dilakukan oleh Kabela dan Hidayat (2009), di mana mereka meneliti tentang
pengaruh peristiwa pemilihan umum presiden dan wakil presiden 8 juli 2009 di Indonesia terhadap
abnormal return di bursa efek Indonesia. Indeks yang digunakan dalam penelitian ini dalah LQ45
yang menunjukkan bahwa terdapat rata-rata abnormal return di sekitar peristiwa pemilu. Namun
tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pemilu.
Dari uraian penelitian terdahulu, sebagian besar menunjukkan bahwa pasar modal di
Indonesia merespon peristiwa politik yang terjadi, namun juga ada sebagian hasil dari penelitian
menunjukkan tidak ada reaksi dari pasar modal terhadap peristiwa tersebut. Dengan demikian
maka hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut :
H1 : Terdapat abnormal return di sekitar tanggal peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014 pada indeks LQ45.
H2 : Terdapat abnormal return di sekitar tanggal peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014 pada indeks JII.
H3 : Terdapat abnormal return di sekitar tanggal peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden tahun 2014 pada indeks SMinfra18.
H4 : Ada perbedaan rata-rata abnormal return saham periode sebelum dan sesudah peristiwa
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 pada indeks LQ45.
H5 : Ada perbedaan rata-rata abnormal return saham periode sebelum dan sesudah peristiwa
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 pada indeks JII.
H6 : Ada perbedaan rata-rata abnormal return saham periode sebelum dan sesudah peristiwa
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 pada indeks SMinfra18.
H7 : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity saham periode sebelum dan sesudah
peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 pada indeks LQ45.
H8 : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity saham periode sebelum dan sesudah
peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 pada indeks JII.
H9 : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity saham periode sebelum dan sesudah
peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 pada indeks SMinfra18.
4
C. METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian ini adalah penelitian studi peristiwa (event study), yakni studi yang
dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman serta untuk menguji
efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2013). Dalam penelitian ini, data yang
digunakan adalah data sekunder berupa data time series. Menurut Narimawati (2008:94) data
sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan data.
Sedangkan menurut Marzuki (2002:56) data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan dan
publikasi lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data berupa :
1. Harga penutup saham selama periode penelitian dalam bentuk harian.
2. Jumlah saham yang beredar selama waktu penelitian
3. Jumlah saham yang ditransaksikan selama periode penelitian
4. Indeks harga LQ45, JII dan SMinfra18 selama periode penelitian.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.co.id, mandiri sekuritas dan situs resmi bloomberg yakni
www.blomberg.com. Populasi dalam penelitian ini adalah pasar modal Indonesia dalam hal ini
adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengambil sampel indeks LQ45, Jakarta Islamic Index
(JII) dan SMInfra18.
Penelitian ini menggunakan periode jendela (window period) 15 hari, yakni 7 hari
sebelum event day, 1 hari untuk event day dan 7 hari setelah event day. Adapun peristiwa
pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla terjadi pada tanggal 20 Oktober 2014 sehingga periode
penelitian yang digunakan adalah tanggal 09 Oktober 2014 sampai dengan 29 Oktober 2014.
Penentuan event window tersebut untuk menghindari pengaruh informasi lain yang akan
mempengaruhi perubahan pada volume perdagangan dan harga emiten yang bersangkutan, jika
periode peristiwa diambil terlalu lama, dikhawatirkan adanya peristiwa lain yang cukup signifikan
mempengaruhi hasilnya (Jogiyanto, 2013).
Untuk mengetahui apakah terdapat respon atau tidak dari pasar, berikut adalah tahapan-
tahapan dalam menganalisis data yang dipakai dalam penelitian ini (Tandelilin, 2010:572) :
a. Pertama. Mengidentifikasi bentuk, efek dan waktu peristiwa (i) peristiwa apa yang
memiliki kandungan informasi; (ii) apakah nilai informasi itu memiliki efek negatif
atau positif terhadap return tak normal dan (iii) bilamana peristiwa terjadi atau
dipublikasikan.
b. Kedua. Menentukan rentang waktu studi peristiwa termasuk periode estimasi dan
periode peristiwa.
c. Ketiga. Menentukan metode penyesuaian return yang digunakan untuk menghitung
return tak normal. Terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam event study yaitu
(i) model statistika dengan menggunakan mean adjusted model dan market model ; (ii)
model disesuaikan dengan pasar (market adjusted model) ; (iii) model ekonomika
yaitu capital asset pricing model (CAPM) dan arbit pricing theory (APT).
d. Keempat. Menghitung return tak normal disekitar periode peristiwa. Return tak
normal itu sendiri adalah return aktual di sekitar periode peristiwa yang dikurangi
return harapan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung abnormal
return :
dimana :
ARit = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Rit = return sesungguhnya untuk sekuritas ke-i pada periode ke-t
E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
e. Kelima. Menghitung rata-rata abnormal return dan abnormal return kumulatif dalam
periode peristiwa. Untuk pengukurannya adalah sebagai berikut:
Rata-rata abnormal return :
= return tak normal rata-rata pada waktu ke t
5
k = jumlah sekuritas (saham)
Return Abnormal Kumulatif :
f. Keenam. Menghitung trading volume activity masing-masiing saham selama waktu
penelitian yang telah ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
g. Ketujuh. Menghitung rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa
seperti berikut :
TV Ai,j = trading volume activity sekuritas ke-i pada periode j
T = lamanya periode
h. Kedelapan. Menghitung rata-rata trading volume activity seluruh saham per hari
selama periode waktu penelitian.
TV Ai,t = trading volume activity sekuritas ke-i pada hari ke-t
n = jumlah sekuritas
Pengujian signifikansi abnormal return adalah untuk mengetahui apakah terdapat abnormal
return yang bernilai positif dan signifikan pada sekitar tanggal terjadinya peristiwa pelantikan
Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Pengujian ini dilakukan dengan uji-t
yaitu dengan menghitung nilai standarisasi abnormal return dengan rumus sebagai berikut
(Jogiyanto,2013) :
= Abnormal return standarisasi sekuritas i pada hari k-t di periode peristiwa
= Abnormal return sekuritas i pada hari ke-t di periode peristiwa
= Kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-i
Untuk menghitung nilai kesalahan standar estimasi menggunakan rumus market adjusted
model sebagai berikut (Jogiyanto, 2013) :
KSEi = Kesalahan standar estimasi untuk hari ke-t di periode peristiwa
ARij = Abnormal return sekuritas ke-i untuk hati ke-j selama periode peristiwa
ARt = Rata-rata abnormal return k-sekuritas untuk hari ke-t selama periode peristiwa
k = jumlah sekuritas
Kriteria pengujian hipotesis 1 adalah H1 diterima apabila t hitung ≥ t tabel.
Pengujian beda rata-rata abnormal return dan Trading Volume Activity ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return
saham pada periode sebelum, saat dan setelah peristiwa pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai
Presiden dan Wakil Presiden. Adapun langkah-langkah untuk menguji beda rata-rata abnormal
return dan Trading Volume Activity adalah sebagai berikut :
1. Melakukan uji normalitas dengan metode uji Kolmogrov-Smirnov pada data rata-rata abnormal
return saham pada periode sebelum, saat dan setelah peristiwa dengan ketentuan α = 5% (0.05).
Apabila nilai asymptotic significance ˃ 0.05 maka data dikatakan berdistribusi normal.
2. Apabila data rata-rata abnormal return terdistribusi normal, teknik uji hipotesis yang
digunakan adalah uji beda paired sample t-test dengan signifikansi α = 5% (0.05). Hipotesis
diterima jika p-value statistik uji t ˂ 0.05.
6
3. Apabila data tidak terdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji statistik
non parametrik yaitu uji beda wilcoxon signed rank test dengan α = 5% (0.05). Hipotesis
diterima jika p-value uji wilcoxon ˂ 0.05.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Abnormal Return dan Trading Volume Activity
Analisis terhadap reaksi pasar modal di Indonesia terhadap peristiwa pergantian kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan dapat dilihat dari besaran abnormal return dan trading
volume activity yang didapatkan. Abnormal return itu sendiri merupakan selisih antara actual
return dan expected return saham selama periode penelitian. Sedangkan trading volume activity
merupakan selisih volume saham hari t1 dengan hari t-1 dibagi volume saham hari t-1. Adapun
periode pengamatan dilakukan sejak tanggal 9 Oktober 2014 (t-7) hingga 29 Oktober 2014 (t+7).
Tabel 1 Rata-rata abnormal return saham dan TVA (LQ45)
Periode Rata-rata Abnormal
Return Saham
Rata-Rata Trading Volume
Activity (TVA)
t-7 -0.001141 0.00155
t-6 -0.002034 0.00156
t-5 0.000003 0.00120
t-4 -0.000683 0.00135
t-3 -0.007119 0.00219
t-2 0.006986 0.00228
t-1 -0.001591 0.00334
t0 0.001307 0.00280
t+1 0.002595 0.00155
t+2 0.000759 0.00171
t+3 -0.000718 0.00164
t+4 -0.000388 0.00131
t+5 0.001820 0.00117
t+6 -0.003760 0.00108
t+7 -0.001247 0.00177
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2015
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa hasil perhitungan rata-rata abnormal return saham
harian dengan menggunakan market-adjust model selama periode penelitian menunjukkan bahwa
hasilnya di dominasi oleh abnormal return yang bernilai negatif yakni pada t-7, t-6, t-4, t-3, t-1,
t+3, t+6 dan t+7. Selanjutnya, abnormal return positif yang terbentuk selama periode penelitian
hanya terjadi pada periode t-5, t-2, t0, t+1, t+2 dan t+5. Nilai abnormal return yang tertinggi ada
pada periode t-2 yakni sebesar 0.00689, sedangkan abnormal return terendah ada pada periode t-3
yakni sebesar -0.00646. Untuk melihat pergerakan abnormal return dapat dilihat pada grafik 4.1
dibawah ini.
Sedangkan pergerakan trading volume acitvity selama 15 hari periode penelitian cukup
fluktuatif. Pada periode sebelum peristiwa, trading volume activity mengalami kecendrungan naik
hal ini bisa dilihat dari periode t-7 yakni sebesar 0.0155 menjadi 0.0334 pada periode t-1 tepat
sehari sebelum event date terjadi. Namun, pada t0 dilanjutkan pada t+1 terjadi penurunan trading
volume activity yang cukup besar yakni menjadi 0.00280 dan 0.00155. Selanjutnya, pergerakan
trading volume activity kembali cenderung mengalami kenaikkan setelah event date hal ini dapat
dilihat pada periode t+2 hingga t+7. Adapun perubahan trading volume activity yang tertinggi
terjadi pada periode t-7 yakni sebesar 0.00334 dan perubahan trading volume activity yang
terendah terjadi pada periode t+6 yakni sebesar 0.00108.
7
Tabel 2 Rata-rata abnormal return dan TVA saham Jakarta Islamic Index
Periode Rata-rata Abnormal
Return Saham
Rata-rata Trading Volume
Activity (TVA)
t-7 0.00104 0.00154
t-6 -0.00078 0.00126
t-5 -0.00055 0.00128
t-4 -0.00052 0.00171
t-3 -0.00769 0.00210
t-2 0.00582 0.00181
t-1 0.00327 0.00285
t0 -0.00067 0.00227
t+1 -0.00056 0.00122
t+2 0.00426 0.00170
t+3 0.00124 0.00139
t+4 0.00192 0.00098
t+5 0.00305 0.00108
t+6 0.00058 0.00117
t+7 -0.00263 0.00145
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2015
Tabel hasil perhitungan abnormal return dengan menggunakan market-adjust model
menunjukkan hasil bahwa terdapat abnormal return yang positif pada t-7, t-2, t-1, t+2, t+3, t+4, t+5
dan t+6. Selama periode peristiwa yang digunakan juga terdapat abnormal return yang bernilai
negatif yang terjadi pada periode t-6, t-5, t-3,t-4, t0, t+1 dan t+7. Dari beberapa periode peristiwa
dalam penelitian ini, abnormal return yang terendah terjadi pada periode t-3 sebesar -0.00769 dan
abnormal return yang tertinggi terjadi pada periode t-2 sebesar 0.00582. Secara umum, perubahan
trading volume activity mengalami kenaikan pada periode sebelum event date terjadi yakni pada t-
7 hingga t-1. Namun, setelah periode peristiwa terjadi (t0) volume perdagangan saham mengalami
penurunan , hal ini terlihat pada periode t0 sebesar 0.002274 mengalami penurunan menjadi
0.001455 pada t+7.
Tabel 3 Rata-rata abnormal return dan TVA saham (SMinfra18)
Periode Rata-rata Abnormal
Return Saham
Rata-rata Trading Volume
Activity (TVA)
t-7 -0.00179 0.00407
t-6 -0.00539 0.00218
t-5 -0.00327 0.00135
t-4 0.00388 0.00366
t-3 -0.00234 0.00447
t-2 0.01096 0.00529
t-1 0.00313 0.00434
t0 0.00322 0.00427
t+1 0.00216 0.00138
t+2 0.00305 0.00124
t+3 -0.00049 0.00163
t+4 -0.00376 0.00137
t+5 0.00174 0.00162
t+6 0.00911 0.00246
8
Periode Rata-rata Abnormal
Return Saham
Rata-rata Trading Volume
Activity (TVA)
t+7 -0.00179 0.00256
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2015
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan abnormal return yang
fluktuatif. Terdapat tujuh periode abnormal return yang bernilai negatif yakni pada periode t-7,t-
6,t-5,t-3, t+4 t+3 dan t+7. Sedangkan yang bernilai positif terdapat pada periode t-4, t-2, t0, t-1,
t+1,t+2,t+5 dan t+6. Untuk nilai abnormal return yang tertinggi terjadi pada periode t-2 (0.01096)
dan yang terendah ada di periode t-6 (-0.00539). Dalam tebel tersebut menjelaskan bahwa sebagian
besar perubahan rata-rata trading volume activity pada periode sebelum event date secara umum
mengalami kenaikkan. Pada t-7 jumlah trading volume activity sebesar 0.00407 menjadi 0.00434
pada t-1, namun setelah periode event date terjadi penurunan aktivitas volume perdagangan saham
yakni menjadi 0.00256 pada t+7. Dari semua periode tersebut, aktivitas volume perdagangan yang
tertinggi terjadi pada periode t-2 (0.00529) dan yang terendah terjadi pada periode t+2 (0.00124).
Uji Signifikansi Rata-Rata Abnormal Return
Pengujian signifikansi pada rata-rata abnormal return LQ45 dilakukan untuk melihat
apakah terdapat reaksi yang signifikan pada perubahan abnormal return akibat dari adanya
peristiwa pelantikan presiden dan wakil presiden. Dengan melakukan uji t maka akan diketahui
apakah pasar mengalami reaksi atau tidak sama sekali. Berikut adalah tabel perhitungan
signifikansi rata-rata abnormal return saham yang tergabung dalam indeks LQ45:
Tabel 4 Hasil Perhitungan Signifikansi Rata-rata Abnormal Return LQ45
Periode Rata-rata Abnormal Return
Saham (LQ45) t-hitung Keterangan
t-7 -0.001141 -0.39306 Tidak Signifikan
t-6 -0.002034 -0.80397 Tidak Signifikan
t-5 0.000003 0.00080 Tidak Signifikan
t-4 -0.000683 -0.34227 Tidak Signifikan
t-3 -0.007119 -1.39084 Tidak Signifikan
t-2 0.006986 2.33846 Signifikan***
t-1 -0.001591 -0.37888 Tidak Signifikan
t0 0.001307 0.34006 Tidak Signifikan
t+1 0.002595 1.32599 Signifikan*
t+2 0.000759 0.33642 Tidak Signifikan
t+3 -0.000718 -0.36597 Tidak Signifikan
t+4 0.001820 -0.19076 Tidak Signifikan
t+5 -0.003760 0.79501 Tidak Signifikan
t+6 -0.001247 -1.78367 Tidak Signifikan
t+7 -0.001141 -0.44286 Tidak Signifikan
Sumber data : Data Sekunder diolah, 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang positif signifikan pada dua
periode yakni t-2 dengan t-hitung sebesar (2.33846) lebih besar dari t-tabel 5% (1.68023) dan
periode t+1 dengan t-hitung sebesar (1.32599) lebih besar dari t-tabel 10% (1.30109). Hasil ini
menunjukkan bahwa pasar modal bereaksi terhadap pelantikan Presiden tahun 2014 yang
ditujukkan oleh adanya abnormal return yang positif signifikan di sekitar peristiwa. Dengan
demikian, H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa munculnya rata-rata abnormal return
yang bernilai positif signifikan disekitar tanggal peristiwa menunjukkan bahwa peristiwa
pelantikan presiden dan wakil presiden memiliki kandungan informasi yang direspon sebagai good
news.
9
Tabel 5 Hasil Perhitungan Signifikansi Rata-rata Abnormal Return JII
Periode Rata-rata Abnormal Return
Saham (JII) t-hitung Keterangan
t-7 -0.00179 0.30769 Tidak Signifikan
t-6 -0.00539 -0.25843 Tidak Signifikan
t-5 -0.00327 -0.12548 Tidak Signifikan
t-4 0.00388 -0.12276 Tidak Signifikan
t-3 -0.00234 -1.20227 Tidak Signifikan
t-2 0.01096 1.52710 Signifikan*
t-1 0.00313 0.73210 Tidak Signifikan
t0 0.00322 -0.15900 Tidak Signifikan
t+1 0.00216 -0.21723 Tidak Signifikan
t+2 0.00305 1.19197 Tidak Signifikan
t+3 -0.00049 0.51448 Tidak Signifikan
t+4 -0.00376 0.72897 Tidak Signifikan
t+5 0.00174 0.90028 Tidak Signifikan
t+6 0.00911 0.20301 Tidak Signifikan
t+7 -0.00179 -0.64415 Tidak Signifikan
Sumber data : Data Sekunder diolah, 2015
Tabel diatas menunjukkan bahwa signifikansi abnormal return pada market-adjusted
model hanya memiliki satu periode yang positif signifikan yaitu pada periode t-2. Pada periode t-2,
abnormal return yang terjadi positif signifikan pada tingkat 10%. Secara umum Jakarta Islamic
Index (JII) bereaksi terhadap peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2014
yang dibuktikan dengan adanya abnormal return yang positif signifikan disekitar peristiwa
pelantikan. Dengan demikian, maka, hipotesis 2 (H2) dalam penelitian ini diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa munculnya rata-rata abnormal return yang bernilai positif signifikan disekitar
tanggal peristiwa menunjukkan bahwa peristiwa pelantikan presiden dan wakil presiden memiliki
kandungan informasi yang direspon sebagai good news.
Tabel 6 Hasil Perhitungan Signifikansi Rata-rata Abnormal Return
Periode Rata-rata Abnormal Return
Saham (SMInfra18) t-hitung Keterangan
t-7 -0.00179 -0.54760 Tidak Signifikan
t-6 -0.00539 -1.01786 Tidak Signifikan
t-5 -0.00327 -0.62621 Tidak Signifikan
t-4 0.00388 0.95694 Tidak Signifikan
t-3 -0.00234 -0.29244 Tidak Signifikan
t-2 0.01096 2.43720 Signifikan**
t-1 0.00313 0.44672 Tidak Signifikan
t0 0.00322 0.43439 Tidak Signifikan
t+1 0.00216 0.78595 Tidak Signifikan
t+2 0.00305 0.97521 Tidak Signifikan
t+3 -0.00049 -0.13986 Tidak Signifikan
t+4 -0.00376 -1.47233 Tidak Signifikan
t+5 0.00174 0.40980 Tidak Signifikan
t+6 0.00911 2.27355 Signifikan*
10
Periode Rata-rata Abnormal Return
Saham (SMInfra18) t-hitung Keterangan
t+7 -0.00179 -0.41168 Tidak Signifikan
Sumber data : Data Sekunder diolah, 2015
Pada tabel 6 menunjukkan hasil uji signifikansi abnormal return yang dihitung dengan
market-adjusted model. Dari uji tersebut, terdapat abnormal return yang positif dan signifikan pada
periode t-2 dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel pada tingkat signifikansi 5% yakni
2.43720>1.73961. Pada periode t+6 juga terdapat abnormal return yang positif signifikan pada
tingkat signifikansi 5% yakni 2.27355>1.73961. Oleh sebab itu, hipotesis 3 (H3) dalam penelitian
ini dapat diterima. Dengan demikian, munculnya abnormal return positif signifikan disekitar
peristiwa pelantikan presiden dan wakil presiden dapat diartikan bahwa peristiwa tersebut
memiliki kandungan informasi yang direspon dengan baik oleh pelaku pasar.
Uji Beda Rata-Rata Abnormal Return dan Trading Volume Activity
Pada uji beda rata-rata abnormal return dan trading volume activity saham-saham LQ45,
Jakarta Islamic Index (JII) dan SMInfra18 ini menggunakan uji paired sample t-test karena data
yang digunakan yakni rata-rata abnormal return selama periode penelitian terdistribusi normal.
Tabel 7 Hasil Uji Beda Paired Sample t-test (Market-adjusted Model)
Variabel Periode Asyimtotic Sig. Keterangan
LQ45 Sebelum-Setelah 0.764 Tidak Signifikan
JII Sebelum-Setelah 0.734 Tidak Signifikan
SMInfra18 Sebelum-Setelah 0.859 Tidak Signifikan
Sumber data : Data Sekunder diolah, 2015
Tabel 7 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan abnormal return yang
signifikan pada saat sebelum peristiwa pelantikan maupun setelah peristiwa tersebut. Hal ini di
tunjukkan oleh nilai asyimtotic sig yang nilainya lebih besar dari alpha 5% yang dijadikan acuan.
Nilai asyimtotic sig pada LQ45, JII dan SMinfra18 secara berturut-turut 0.764, 0.734 dan 0.859
lebih besar dari alpha yakni 5% (0,005).
Dengan hasil uji beda paired sample t-test seperti yang ada pada tabel 4.7 maka, hipotesis
4 (H4), hipotesi 5 (H5) dan hipotesis 6 (H6) yang diajukan dalam penelitian ditolak. Hal ini
dikarenakan dari semua abnormal return banik pada indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII) dan
SMInfra18 antara sebelum dan sesudah peristiwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan seperti
hasil uji yang dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 8 Hasil Uji Paired Sample t-test
Variabel Periode Asyimtotic Sig. Keterangan
LQ45 Sebelum-Setelah 0.002 Signifikan
JII Sebelum-Setelah 0.051 Tidak Signifikan
SMinfra18 Sebelum-Setelah 0.048 Signifikan
Sumber data : Data Sekunder diolah, 2015
Dari hasil uji paired sample t-test terhadap trading volume activity terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap perubahan volume perdagangan pada antara periode sebelum-setelah
peristiwa pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini ditunjukkan oleh nilai asyimtotic sig
pada indeks LQ45 sebesar 0.002 lebih kecil dari nilai alpha 5%. Begitu juga dengan nilai
asyimtotic sig pada indeks SMInfra18 sebesar 0.048 lebih besar dari nilai alpha 5%. Namun, pada
Jakarta Islamic Index (JII) tidak terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan antara
sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan presiden dan wakil presiden.
Sehingga dari hasil tersebut, hipotesis 7 (H7) dan hipotesis 9 (H9) diterima karena secara
signifikan terdapat perbedaan antara trading volume activity masing-masing indeks antara sebelum
dan sesudah peristiwa pelantikan. Sedangkan hipotesis 8 (H8) ditolak karena trading volume
activity pada JII tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa
pelantikan.
11
PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan dan uji statistik terhadap abnormal return pada masing-masing
indeks menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai
Presiden dan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Adanya reaksi ini menunjukkan bahwa pasar
menyambut baik dengan dilantiknya Jokowi dan Jusuf Kalla untuk memimpin Indonesia lima
tahun ke depan.
Pada indeks LQ45 terdapat abnormal return positif signifikan pada periode t-2 dan t+1.
Adanya abnormal return pada 2 periode tersebut menunjukkan bahwa saham-saham yang
tergabung dalam indeks LQ45 bereaksi terhadap peristiwa pelantikan presiden. Terbentuknya
abnormal return pada t-2 ini dikarenakan investor memanfaatkan moment yang positif terkait
pelantikan presiden. Pada saat itu, investor mendapat kepastian mengenai pelantikan Jokowi dan
Jusuf Kalla setelah ketua MPR-RI memberikan pengumuman resmi akan hal itu. Terbentuknya
abnormal return juga terjadi pada periode t+1, adanya abnormal return pada periode ini lebih
dikarenakan para investor telah mengalami jenuh beli dan investor mulai mengambil untung
setelah beberapa hari pergerakan indeks mengalami kenaikkan yang tinggi. Para investor
melakukan aksi profit taking sehingga harga saham banyak yang mengalami penurunan.
Pada Jakarta Islamic Index, abnormal positif signifikan hanya terbentuk pada periode t-2.
Terbentuknya abnormal return ini juga lebih dikarenakan adanya pengumuman mengenai
kepastian pelantikan presiden oleh ketua MPR-RI yang mana informasi ini direspon positif oleh
para investor. Meskipun pada indeks ini hanya terdapat satu periode saja yang positif signifkan,
namun pada periode selanjutnya tetap terdapat abnormal return walaupun hal tersebut tidak
signifikan. Adanya abnormal return tersebut, menunjukkan bahwa Jakarta Islamic Index juga
bereaksi terhadap informasi-informasi mengenai pelantikan presiden.
Sedangkan untuk indeks SMInfra18, ada dua periode dimana terdapat abnormal return
yang positif signifikan yakni pada periode t-2 dan t+6. Adanya abnormal return pada saat periode
t-2 juga disebabkan oleh adanya informasi yang diterima oleh investor mengenai kepastian
pelantikan presiden akan sesuai rencana dan akan berjalan baik semana mestinya. Informasi inilah
yang kemudian dianggap sebagai good news oleh para investor. Setelah itu, terbentuknya
abnormal return pada saat periode t+6 ini dikarenakan pada saat itu para investor asing banyak
melakukan aksi jual pasca pengumuman kabinet dan para investor juga cenderung wait and see
untuk melihat kinerja laba masing-masing emiten yang akan segera diumumkan sehingga hal ini
secara tidak langsung mempengaruhi pergerakan indeks di BEI secara keseluruhan.
Rata-rata abnormal return antara sebelum dan sesudah peristiwa pelantikan menunjukkan
tidak adanya perbedaaan yang signifikan baik pada LQ45, JII maupun SMInfra18. Tidak adanya
perbedaan yang signifikan dikarenakan sikap para investor yang lebih memilih untuk melakukan
transaksi pada moment-moment tertentu saja dengan kata lain investor lebih menahan diri dan
melihat perkembangan dari situasi yang terjadi sebelum mengambil keputusan. Dengan melakukan
cara ini, mereka berharap mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek disekitar peristiwa
pelantikan baik sebelum maupun sesudah pelantikan.
Hal ini terlihat pada saat sehari sebelum pelantikan. Para investor melakukan aksi beli
yang cukup besar dibandingkan hari-hari sebelumnya, sehingga mendorong kenaikkan indeks yang
cukup tinggi, namun setelah sehari pelantikan para investor lebih banyak melakukan aksi jual
sehingga menimbulkan tekanan yang cukup untuk membuat harga turun. Sikap investor yang
seperti itu dianggap wajar jika dikaitkan dengan suatu pilihan rasional. Investor lebih bersikap
rasional pada saat itu mengingat situasi dan kondisi yang belum cukup stabil untuk melakukan
investasi.
Selain itu juga, kondisi internal pasar saham menunjukkan kecenderungan pada beberapa
hari sebelum pelantikan, sehingga secara teknis wajar apabila terjadi kenaikkan pada saat sehari
sebelum pelantikan atau ketika pelantikan yang kemudian di manfaatkan oleh investor untuk
mendapatkan keuntungan. Tidak adanya perbedaan rata-rata abnormal return pada masing-masing
indeks ini menunjukkan bahwa terjadinya abnormal return disekitar peristiwa hanyalah bersifaat
sesaat dan tidak berkepenjangan.
Dari hasil perhitungan dan uji statistik terhadap perbedaan rata-rata volume perdagangan
saham sebelum dan sesudah pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menunjukkan bahwa terjadi
perubahan yang signifikan pada dua indeks dan satu tidak signifikan. Indeks yang mengalami
perbedaan perubahan yang signifikan yaitu indeks LQ45 dan SMinfra18, sedangkan Jakarta
Islamic Index tidak mengalami perubahan yang signifikan pada saat sebelum maupun sesudah
peristiwa pelantikan.
12
Volume perdagangan saham sebelum peristiwa pelantikan Jokowi cenderung mengalami
kenaikkan hingga hari pelantikan baik pada indeks LQ45 maupun indeks SMinfra18. Hal ini bisa
dilihat dari pergerakan volume yang terjadi. Kecenderungan naik ini disebabkan oleh adanya
informasi yang menyatakan tentang kepastian Jokowi akan dilantik sebagai presiden yang
kemudian informasi ini dianggap sebagai good news oleh para investor. Namun, pada periode
setelah pelantikan Joko Widodo dan Jusuf Kalla volume perdagangan saham pada indeks LQ45
mengalami penurunan yang mana rata-rata volume pada saat sebelum pelantikan adalah sebesar
0.001924 menjadi 0.001461 setelah pelantikan. Begitu juga pada indeks SMinfra18 menunjukkan
penurunan rata-rata volume transaksi perdagangan saham dari 0.003623 menjadi 0.001751.
Penurunan yang terjadi ini, akibat dari aksi para investor yang melakukan profit-taking karena
pada hari sebelumnya telah terjadi kenaikkan harga saham cukup tinggi.
Pada Jakarta Islamic Index (JII), tidak terdapat perubahan volume yang signifikan terjadi
pada waktu sebelum maupun sesudah peristiwa pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai
presiden dan wakil presiden. Ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi kenaikkan ataupun
penurunan jumlah transaksi secara besar-besaran pada saham-saham yang termasuk dalam Jakarta
Islamic Index (JII) pada waktu sebelum maupun sesudah pelantikan presiden dan wakil presiden.
Adanya perbedaan mengenai tingkat signifikansi antara indeks JII dan dua indeks lainnya
yaitu LQ45 dan SMInfra18 adalah karena adanya perbedaan komposisi saham-saham yang
membentuk ketiga indeks tersebut. Jika dilihat pada Jakarta Islamic Index, lebih banyak di isi oleh
saham-saham yang masuk kriteria blue chip sehingga hal ini dapat mengecilkan kemungkinan
spekulasi terjadi yang dilakukan oleh investor. Akibat dari kecilnya aksi spekulasi tersebut
menyebabkan perubahan volume aktifitas transaksi secara rata-rata pada indeks JII tidak begitu
signifikan.
Sedangkan pada indeks LQ45 dan SMInfra18 banyak diisi oleh saham-saham yang tidak
terkategorikan saham blue-chip sehingga besar kemungkinan saham-saham tersebut digunakan
untuk berspekulasi di sekitar peristiwa pelantikan yang dapat menggerakkan perubahan yang
signifikan pada volume aktifitas transaksi jual maupun beli secara rata-rata disekitar peristiwa
pelantikan presiden baik sebelum pelantikan maupun sesudah pelantikan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
ditarik beberapa kesimpulan :
1. Peristiwa pelantikan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru
memberikan abnormal return bagi investor. Hal ini menunjukkan adanya reaksi dari para
investor. Reaksi terhadap pelantikan presiden tahun 2014 baok pada LQ45, JII dan
SMInfra18 direaksi serentak oleh para investor yakni pada periode dua hari sebelum hari
pelantikan.
2. Tidak adanya perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pelantikan menunjukkan
bahwa meskipun terdapat muatan informasi pada peristiwa pelantikan Presiden namun
reaksi para investor tersebut tidak menimbulkan gejolak yang luar biasa bagi pasar modal
sebelum dan sesudah pelantikan pada ketiga indeks tersebut. Hal ini mengindikasikan
bahwa respon pasar modal terhadap pelantikan Presiden yang baru merupakan respon
yang sesaat dan tidak berkepanjangan karena hanya terbentuk pada beberapa periode saja
disekitar peristiwa pelantikan.
3. Perbedaan terhadap hasil trading volume activity pada indeks LQ45 dan SMInfra18
dengan Jakarta Islamic Index (JII) cenderung dikarenakan komposisi saham-saham yang
menyusun indeks. Pada indeks JII di dominasi oleh saham-saham yang termasuk kategori
blue-chip sedangkan pada LQ45 dan SMInfra18 lebih banyak saham yang tidak
terkategorikan blue-chip. Adanya perbedaan komposisi ini dapat menyebabkan kegiatan
spekulasi semakin banyak dan memperbesar terjadinya perubahan volume perdagangan
secara besar-besaran.
4. Dengan hasil tersebut juga disimpulkan bahwa Bursa Efek Indonesia dapat dikatakan
sebagai pasar modal dengan bentuk setengah kuat, hal ini dikarenakan reaksi pasar modal
melalui abnormal return yang diterima oleh investor disekitar hari-hari pelantikan
menunjukkan kecepatan pasar dalam menyerap informasi.
13
Saran
Dari keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa hal yang dapat
dijadikan masukan bagi penelitian yang sama dikemudian hari. Berikut merupakan beberapa saran
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :
1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua indikator untuk mengukur terjadinya reaksi
pasar modal terhadap peristiwa politik yang diteliti. Diharapkan dalam penelitiaN
selanjutnya dapat menggunakan berbagai indikator lainnya supaya hasil penelitian yang
dilakukan lebih kaya. Misalnya menggunakan indikator jumlah transaksi jual beli saham
oleh investor asing.
2. Pada penelitian ini sampel yang digunakan hanya LQ45, Jakarta Islamic Index dan
SMinfra18 yang tergabung dalam indeks konsituen. Diharapkan pada peneltian
selanjutnya menggunakan indeks yang lebih banyak terutama menggunakan indeks
sektoral, sehingga pada hasil penelitian selanjutnya dapat dilihat bagaimana reaksi indeks
masing-masing sektor bereaksi terhadap suatu kejadian.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarani, Diany Ayudana. 2012. Analisis Pengaruh Kondisi Politik Dalam Negeri Terhadap
Abnormal Retur Indeks LQ45 (Studi Tahun 1999, 2001, 2004 dan 2009). Tesis.
Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia.
Anwar, Yusuf. 2008. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung : PT
Alumni.
Asmita, Melia. 2005. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pemilu 2004 (Studi Kasus Saham
LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Studi Magister Akuntansi Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro
Baldric Siregar dan Twenty Selvia Sari Sianturi. 2005. Reaksi Pasar Modal Terhadap Hasil
Pemilihan Umum Dan Pergantian Pemeritahan Tahun 2004. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, Vol. XVI, No.1 April 2005, Hal.35-49.
Chandra, Anastasia, Memarista. 2014. Perbedaan Average Abnormal Return, Average Trading
Volume Activity Sebelum dan Sesudah Pemilu di Indonesia. Finesta, Vol. 2, No.1,
2014, Hal. 114-118.
Caparaso, James A. David Levine. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Darmaji, Cipto dan Hendi M Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya
Jawab. Jakarta : Salem Empat.
Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal Acuan Teoretis dan Praktis Investasi di Instrumen Keuangan Pasar
Modal. Yogyakarta : Graha Ilmu
Husnan, Suad. 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekurita, Edisi Kedua.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 8. Yogyakarta: BPFE.
Kabela, Krisdumar dan Hidayat. 2009. Pengaruh Peristiwa Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden 8 Juli 2009 di Indonesia Terhadap Abnormal Return di Bursa Efek
Indonesia. Prestasi, Vol.5, No.2, Desember 2009, Hal.57-66.
Krayenbuehl, T.E. 2001. Cross-Border Exposures and Country Risk: Assesment and Monitoring.
Woodhead Publishing Limited. Abington Hall: Abington.
14
Luhur, Suryo. 2010. Reaksi Pasar Modal Indonesia Seputar Pemilihan Umum 8 Juli 2009 Pada
Saham LQ45. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No. 2 Mei 2010, Hal.249-262.
Madura, J. 2003. Internasional Financial Management, 5th
edition. South-Western College
Publishing.
Munari. 2007. Reaksi Pasar Setelah Hasil Pemilu 20014 (Study Terpilihnya SBY sebagai Presiden
RI Periode 2004-2009). Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No.2 September
2007.
Permana, Mahadwartha, Sutejo. 2013. Perbedaan Abnormal Return Pada Sektor Keuangan
Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pilkada Gubernur DKI Jakarta 20 September
2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No.1 2013.
Suwaryo. 2008. Dampak Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Terhadap Abnormal Retur Investor.
Performance, Vol. 7, No.2 Maret 2008,(p.1-19).
Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE.
Trenggonowati. 2009. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta :BPFE.
Trisnawati, Fenny. 2011. Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Perubahan Harga Saham. Pekbis
Jurnal, Vol. 3, No.3, November 2011, Hal. 528-535.
Wijaya, Tony. 2013. Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis Teori dan Praktik. Yogyakarta :
Graha Ilmu.