Post on 20-Jul-2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul merupakan cerminan dari skripsi, sehingga pembahasannya
mempersatukan persepsi para pembaca, dalam memahami skripsi ini diperlukan
penegasan yakni dengan memberi pengertian istilah yang terkandung dalam judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Script Untuk
meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Quran Hadist di MTs Darussalam
Kabupaten Mesuji”.
Agara tidak terdapat kesalahan dalam menafsirkan judul penelitian, maka
berikut ini penulis menegaskan definisi oprasional yang terdapat pada judul
penelitian, sebagai berikut:
1. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,
dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang
telah terencana dan tersusun sebelumnya.1
2. Pembelajaran kooperatif (cooperaive learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kalaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.2
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV. Gramedia Pustaka Utama , Jakarta, 2014. hlm 988
2 Rusman.. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2012 hlm 203
1
Model pembelajaran kooperatif tipe script adalah model pembelajaran
dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengintisarikan bagian-bagian dari materi yang di pelajari. Keunggulan
model pembelajaran kooperatif tipe script adalah membuat siswa lebih
aktif, meningkatkan kemapuan berfikir kreatif, dan membantu siswa
memahami materi, model ini dapat diterapkan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
suatu proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.3
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku
pada individu yang belajar.4
4. Mata Pelajaran Qur’an Hadist merupakan salah satu unsur mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah yang
memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami dan
mencintai Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan
mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.”5
5. Madrasah adalah “ Tempat atau wahana anak mengenyam proses
pembelajaran ”.6 Jadi madrasah tsanawiyah merupakaan pendidikan 3 Marno, Strategi dan Metode Pengajaran, Ar-Ruzz, Yogyakarta. 2009,hlm.234 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernisasi, Mizan, Bandung, 1998. hlm
18 5 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2
6
2
menengah yang setaraf dengan sekolah lanjutan tingkat pertama dan
sama-sama ditempuh dengan jangka waktu tiga tahun. Sedangkan
Mesuji adalah nama kabupaten yang merupakan lokasi tempat
madrasah berada yang bernaung pada Kementrian Agama RI
B. Alasan Memilih Judul
1. Pembelajaran Kooperatif tipe Script adalah sebuah model pembelajaran
yang melibatkan peran aktif siswa dan guru, Oleh karena itu penulis
tertarik mengkaji tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Script Untuk meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Quran Hadist di
MTs Darussalam Kabupaten Mesuji
2. Rendahnya hasil belajar siswa yang salah satunya dipengaruhi oleh
strategi yang digunakan guru dalam mengajar serta kurang bervariasi
sehingga siswa merasa bosan untuk itu perlu adanya penelitian yang
dapat memberikan gambaran tentang kelebihan, kelemahan, hambatan
dan peluang yang akan dihadapi ketika Pembelajaran Kooperatif tipe
Script ini diterapkan dilapangan.
3. Dengan adanya fenomena diatas penulis mencoba memecahkan masalah
tersebut dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar, model pembelajaran Kooperatif tipe Script
dipilih karena sesuai dengan materi yang akan disampaikan pada mata
pelajaran Quran Hadist.
3
C. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, serta mewujudkan tujuan nasional
bangsa. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1
dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan tujuan
pendidikan nasional tersebut suatu kegiatan tidaklah berarti apa-apa, oleh sebab
itu setiap usaha tentu mempunyai tujuan yang akan dicapai. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut harus ditempuh melalui proses pendidikan dan pengajaran dalam
pendidikan formal, yaitu dengan mengikuti proses belajar.
Kegiatan belajar sangat penting bagi siswa/i karena tanpa adanya proses
belajar mengajar maka siswa/i tidak akan memperoleh kemajuan dalam meraih
prestasi belajar disekolah, sedangkan sekolah adalah lembaga untuk mendidik
sejumlah orang yang umur, pengetahuan, kecerdasannya kira-kira sama menurut
rencana dan waktu yang telah ditetapkan guna mencapai sesuatu. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar di sekolah yang
dialami oleh siswa/i sebagai anak didik. Salah satu bidang studi PAI (Pendidikan
Agama Islam) yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah adalah Qur’an Hadits,
4
pelajaran yang diberikan dalam pelaksanaan program pengajaran Qur’an Hadits
yaitu membaca, menulis ayat-ayat AL-Qur’an.
Sejalan dengan hal tersebut diatas Rasulullah SAW bersabda yang
berbunyi :
الله رسول قال قال، عنه الله رضي اس عب ابن أمرين عن فيكم تركت
} الحاكم } رواه تى وسن الله كتاب بهما، وا تضل لن
Artinya : “Dari Abu Abbas RA. Berkata : Rasulullah bersabda : Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat sesudah berpegang kepada keduanya yaitu kitabullah (Al-Qur’an) dan sunahku (Al-Hadits). (HR. Hakim).7
Dengan demikian jelaslah bahwa mata pelajaran Qur’an Hadits sangat
penting dipelajari bagi siswa/i karena merupakan langkah dalam usaha
memberikan modal kemampuan bagi anak didik untuk mempelajari, menghayati
isi Qur’an Hadits. Dalam mengajarkan pengajaran Qur’an Hadits tersebut guru
dapat menerapkan berbagai strategi agar dapat berhasil dengan baik, diantaranya
adalah dengan penerapan model Cooperative Script dalam proses pengajaran
sehingga tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai dengan baik, disamping itu siswa memiliki
asosiasi atau penghubungan pengetahuan dan pengalaman dengan kehidupan
nyata dan siswa mampu memilih dan menerapkan nilai-nilai Qur’an Hadits dalam
kehidupannya.
Guru merupakan bagian dan komponen pendidikan, karena itu seorang
guru harus memahami berbagai hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.
7 Fadhal, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Al-Huda Group ,Jakarta, 2002 hlm.130
5
Oleh sebab itu, seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam
memahami dan mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar, maka :
1. Guru Agama harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan-tujuan
intruksional dan target yang hendak dicapai.
2. Guru agama harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai
metode, mengajar dan dapat mengunakan setiap metode dalam situasi yang
sesuai.Guru agama dapat memilih bahan dan mengunakan alat-alat
pembantu dan menciptakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak
didik dalam pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.Guru agama
harus dapat menetapkan cara-cara penilai setiap hasil pekerjaan sesuai
dengan target dan situasi yang khusus. 8
Dari uraian diatas sekaligus mengambarkan bahwa pertemuan antara guru
agama dan murid dalam situasi edukatif diperlukan sejenis interaksi yang
merupakan proses belajar mengajar. Untuk berhasil atau tidaknya suatu
pendidikan khususnya pelajaran Qur’an Hadits dapat dilihat dari indikator-
indikator yang diekspresikan siswa. Adapun indikator yang dapat menjadi tolak
ukur adalah:
1. Mendefinisikan Al-Qur’an dan wahyu, mengetahui kemukjizatan Al-
Qur’an, mengenal kedudukan, fungsi dan tujuan Al-Qur’an, cara-cara dan
hikmah diturunkannya Al-Qur’an dan mengetahui pokok-pokok isi Al-
Qur’an.
8 Abu Abmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Al Ma’arif, Bandung, 1998, hal.112
6
2. Mengenali persamaan dan perbedaan hadits, sunnah, khabar dan atsar,
mengetahui unsur-unsur hadits dan beberapa kitap kumpulan hadits.
3. Mengetahui kemurniaan dan kesempurnaan Al-Qur’an, dan menerapkan
prinsip Al-Qur’an sebagai sumber nilai, mengenali nikmat Allah dan
mensyukurinya, dan memahami ajaran Al-Qura’an tentang pemanfaatan
alam.
4. Memahami ajaran Al-Qur’an dan Hadits tentang pola hidup sederhana,
pokok-pokok kebijakan dan amar ma’ruf nahi munkar dan menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Memahami ajaran Al-Qur’an mengenai dakwah, tanggung jawab manusia,
kewajiban berlaku adil dan jujur.
6. Memahami ajaran Al-Qur’an dan Hadits tentang etika pergaulan, kerja
keras, pembangunan pribadi dan masyarakat dan mengenai ilmu
pengetahuan9
Untuk mencapai tujuan diatas maka diperlukan faktor-faktor yang
mendukung seperti guru, sarana dan prasarana, alat peraga (media) yang
dipergunakan guru serta minat dan kesungguhan siswa mempelajari mata
pelajaran Qur’an Hadits. Sehubuntgan dengan itu WS. Winkel dalam bukunya
“Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar”, mengemukakan bahwa: “Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar pada umumnya terdiri dari
9 Qodri A. Azizy, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Madrasah Aliyah, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004, hlm. 6-7
7
faktor guru dan cara mengajarnya, alat-alat atau media yang ada, dan suasana
belajar mengajar”.10
Jadi penggunaan alat peraga merupakan faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar yang datangnya dari siswa/individu. Selain faktor dari
pemakaian alat peraga siswa dapat pula dipengaruhi oleh faktor dari luar yakni
lingkungan baik lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Dari beberapa
faktor diatas dapat dikaji bahwa proses belajar mengajar merupakan salah satu
aspek penting dalam usaha mencapai keberhasilan pendidikan agama Islam. Jadi
dapat difahami bahwa proses belajar mengajar dan pemakaian alat peraga
tarhadap pelajaran yang diajarkan guru mempunyai peranan penting karena tanpa
adanya alat peraga tersebut maka akan mempengaruhi hasil prestasi siswa.
Proses pembelajaran saat ini sangatlah beragam, baik dari segi model,
strategi, maupun metode yang digunakan oleh guru sebagai bentuk inovasi agar
siswa mudah memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Namun, dalam
kenyataannya terkadang masih banyak model, strategi dan metode yang tidak
tepat digunakan oleh guru hal ini membuat pemahaman siswa mengenai materi
pelajaran tidak terserap dengan efektif. Untuk mencapai proses pembelajaran yang
efektif ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru,
yaitu pengelolaan pelajaran dan pengelolaan kelas.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan memberi pengaruh
positif terhadap keberhasilan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar
10 Ws. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1988, hlm. 47.
8
peserta didik dapat ditingkatkan. Sebaliknya, pemilihan dan penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat memungkinkan terjadinya proses pembelajaran
dan pencapaian hasil belajar peserta didik kurang memuaskan. Selain itu, model
pembelajaran yang menarik dapat merangsang semangat belajar peserta didik
sehingga peserta didik terbantu untuk memperoleh ide – ide, pengalaman –
pengalaman, fakta – fakta, dan kecakapan, yang pada akhirnya dapat
menimbulkan tanggung jawab pada diri peserta didik itu sendiri untuk aktif
mendidik dirinya sendiri dalam mencapai hasil belajar berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak sekolah guru hanya
menggunakan metode ceramah sehingga perhatian siswa cenderung tidak fokus
saat guru menerangkan materi, dan juga siswa kurang termotivasi dalam belajar
dan cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga hal ini berdampak
pada belum tercapainya nilai KKM di MTs Darussalam Mesuji.
Permasalahan diatas perlu diatasi dalam rangka mencapai tujuan belajar
yang diharapkan. Untuk itu diperlukan upaya peningkatkan hasil belajar siswa
yang tidak terlepas dari peran seorang guru. Menurut Sobry Sutikno tugas guru
adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar aktif sehingga
potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal.11 Dalam hal ini kreatif guru
sangat diperlukan agar proses kegiatan belajar mengajar lebih menarik dan disukai
oleh siswa.
11 Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Prospeet ,Bandung . 2009, hlm. 52
9
Fakta yang ditemukan peneliti melalui pra survey terhadap mata pelajaran
qur’an hadist kelas VIII di MTs Darussalam Kabupaten Mesuji, dari 30 siswa
hasil belajar cenderung rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dimana KKM pelajaran
Quran Hadist adalah:
TABEL IData Hasil Belajar Qur’an Hadist Peserta Didik Kelas VIII di MTs
Darussalam Kabupaten Mesuji Tahun Ajaran 2017/2018
No.
Nama KKM NilaiKriteria Penilaian
1.
Adi setiawan 60 45 Belum Tuntas
2.
Aldo yuspiansyah 60 45 Belum Tuntas
3.
Akbar saputra 60 45 Belum Tuntas
4.
Ani puspita sari 60 45 Belum Tuntas
5.
Nuril hidayati 60 45 Belum Tuntas
6.
Uswatun 60 50 Belum Tuntas
7.
Sinta laura 60 50 Belum Tuntas
8.
Riskiansyah 60 50 Belum Tuntas
9.
Rudi purnomo 60 50 Belum Tuntas
10.
Fitriani 60 50 Belum Tuntas
11.
Yoga setiawan 60 55 Belum Tuntas
12.
Siti Aisyah 60 55 Belum Tuntas
13.
Firman 60 55 Belum Tuntas
10
14.
Nasrullah 60 55 Belum Tuntas
15.
M. Effendi 60 55 Belum Tuntas
16.
Ulfa Wulandari 60 55 Belum Tuntas
17.
Eka Setiawati 60 55 Belum Tuntas
18.
Susilawati 60 55 Belum Tuntas
19.
Narti Yuspitasari 60 55 Belum Tuntas
20.
Yanwar Setiawan 60 60 Tuntas
21.
Yuni Hidayat 60 60 Tuntas
22.
Nurhidayati 60 60 Tuntas
23.
Nelfianti 60 60 Tuntas
24.
Siti Badriah 60 60 Tuntas
25.
Bella Yuspita 60 70 Tuntas
26.
Nurlatifah 60 70 Tuntas
27.
Eli Setiawati 60 70 Tuntas
28.
Fatmawati 60 70 Tuntas
29.
Fathurrahman 60 70 Tuntas
30.
M. Habib 60 75 Tuntas
31.
Hafiz Primanto 60 80 Tuntas
32.
Kholil Sidik 60 Tuntas
Jumlah 1.855
11
Rata-rata 57,9
Siswa yang tuntas Belajar 13 40,6 %
Siswa yang tidak tuntas Belajar 19 59,3 %
Sumber: leger Nilai Kelas VIII MTs Darussalam Kabupaten Mesuji 2017
Dengan melihat tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas pada
mata pelajaran Quran hadist dalam pencapaian KKM (60 atau lebih) hanya
sejumlah 13 siswa dari 32 siswa atau sekitar 40,6%. Sedangkan selebihnya belum
mencapai KKM yang ditetapkan yakni sebanyak 19 siswa atau sekitar 59,3%
Pada tabel diatas menunjukan masih banyak siswa yang belum tuntas. Hal ini
menunjukan hasil belajar siswa kelas VIII Masih rendah.
TABEL 2Persentasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Qur’an Hadist Peserta Didik Kelas VIII di MTs Darussalam Kabupaten
Mesuji Tahun Ajaran 2017/2018
No Nilai Kriteria Penilaian
Jumlah siswa Persentase
1 ≥ 60 Tuntas 13 40,7
2 ≤ 60 Tidak Tuntas 19 59,3
32 100%
Siswa Yang Tuntas = J u mla h S i sw a T u n t a s x 100 Seluruh jumlah siswa
Siswa Tidak Tuntas = J u mla h S i sw a Y a ng B el um T un ta s x 100 Seluruh Jumlah Siswa
Dilihat dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, hasil belajar siswa
kelas VIII di MTs Darussalam Kabupaten Mesuji masih berada dibawah
12
kriteria ketuntasan minimal, nilai ketuntasan minimal adalah 60 dan hanya
beberapa siswa yang mendapatkan nilai dengan kriteria baik.
Dengan demikian peneliti menganggap perlu dilakukan suatu perubahan
dalam proses belajar mengajar, salah satu nya dengan pembelajaran yang terpusat
pada siswa yakni dengan mengunakan model pembelajaran cooperative, “metode
pembelajaran yang mengembangkan upaya kerjasama dalam mencapai tujuan
bersama. Pada metode pembelajaran Cooperative Script siswa akan dipasangkan
dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar”.
Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada
pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukkan ide-ide
pokok. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-
benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan
keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis
yang dikembangkan saat ini.
D. Rumusan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar – benar terjadi, antara teori dan praktik, antara aturan
dengan pelaksanaan antara rencana dengan pelaksanaan.12 Masalah dapat diartikan
sebagai kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan
masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui
pengumpulan data.
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h.55
13
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah dengan menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Script dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Quran Hadist pada siswa kelas VIII di MTs Darussalam Kabupaten Mesuji ?
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu “Hypo” yang artinya di bawah
dan “Thesa” yang artinya kebenaran. Hal ini dapat ditarik pengertian bahwa untuk
menjadi benar sesuatu harus di uji kebenarannya.13 Merujuk pendapat tersebut
hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban awal yang kebenarannya belum
dapat dipastikan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Script
dapat Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Quran Hadist kelas VIII
di MTs Darussalam Mesuji”.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini yaitu: untuk mengetahui apakah dengan penerapan model
pembelajran kooperatif tipe script dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran Qur’an hadist pada siswa kelas VIII di MTs Darussalam Kabupaten
Mesuji.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan berguna bagi:13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), h. 68
14
1. Bagi siswa
Setelah diterapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Script semoga
bisa menjadi upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa agar
siswa mendapat hasil yang lebih baik,
2. Bagi Guru
Memperkaya pengetahuan guru dalam meningkatkan keterampilan dan
memilih model pembelajaran yang bervariasi yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dapat mendesain pembelajaran yang lebih baik untuk
peserta didik, pelaksanaan pembelajaran dengan menyiapkan
pembelajaran agar tercapai lebih maksimal.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
15
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif sering disebut dengan pembelajaran secara
berkelompok yang menuntut siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran
dikelas.14 menyatakan bahwa “Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori
belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan piaget dan vigotsky berdasarkan
penelitian bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran anak”. Pembelajaran
kooperatif (cooperaive learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kalaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen”15
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.”Cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang
lain”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok
dengan struktur yang bersifat heterogen dan pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Script
14 Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Jakarta, 2013, hlm 201
15 Ibid 203
16
Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau
model pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran
cooperative script telah mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan
beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda yang satu dengan yang
lainnya, namun pada intinya sama. Beberapa pengertian pembelajaran
cooperative script diantaranya cooperative script adalah skenario pembelajaran
kooperatif.14
Pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur
interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya
sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang
lebih luas. 15 Cooperative script merupakan metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-
bagian dari materi yang dipelajari.16
Pembelajaran cooperative script adalah kontrak belajar yang eksplisit
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara
berkolaborasi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas antara satu dan
lainnya dengan maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan antara siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa untuk bekerjasama memecahkan suatu
masalah dalam pembelajaran seperti halnya menyelesaikan masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa.
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Koopratif
17
Beberapa versi jenis model pembelajaran kooperatif antara lain: (1)
Team Games Tournament (TGT), (2) Teams Assited Individualization, (3)
Student Teams Achievement Divisions (STAD), (4) Number Head Together, (5)
Jigsaw, (6) Think Pair Share, (7) Two Stay Two Stray, (8) Role Playing, (9)
Pair Check, dan (10) Cooperative Script.16
Model pembelajaran script cooperative merupakan “model
pembelajaran berpasang-pasangan dan masing-masing individu dalam
pasangan yang ada mengintisarikan materi-materi yang telah dipelajari” 17
script cooperative merupakan” model belajar di mana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengintisarikan, bagian-bagian dari
materi yang di pelajari” 18 Pembelajaran Cooperative Script merupakan
“metode pembelajaran yang mengembangkan upaya kerjasama dalam
mencapai tujuan bersama. Pada metode pembelajaran Cooperative Script siswa
akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan
pendengar”. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan
disampaikan kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi,
menunjukkan ide-ide pokok. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran
Cooperative Script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk
mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, jadi benar-benar sangat
sesuai dengan pendekatan konstruktivis yang dikembangkan saat ini.
Berdasarkan pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa model 16 Huda, M. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta:.
2013 hlm. 213-21417 Kurniasih Dan Sani, Model Pembelajaran. Kata Pena. Yogyakarta:. 2015 hlm. 12018Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta:.
2014 hlm. 145
18
kooperatif pembelajaran tipe script adalah pembelajaran di mana siswa bekerja
secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengintisarikan bagian
materi yang dipelajari. 19
c. Manfaat Pembelajaran Cooperative Script
Manfaat pembelajaran Cooperative Script yang diungkapkan para ahli
yang berkaitan dengan manfaat pembelajaran Cooperative Script antara lain:
1. Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas
tugas yang dirasakan sulit
2. Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks
3. Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat
membantu ingatan dan pemahaman
4. Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman
5. Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan
nyata
6. Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan
7. Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat
kembali20
d. Prinsip Model Pembelajaran Cooperative Script
Prinsip-prinsip dalam model pembelajaran ini sama dengan prinsip-
prinsip yang ada pada model pembelajaran cooperative learning, prinsip-
prinsipnya yaitu:
19 Huda, Op cit. 14520 Ibid, 232
19
1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam dan berenag
bersama
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya,
disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi
yang dihadapi.
3. Siswa harus berpandanagn bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang
sama.
4. Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab, sama besarnya
diantara para anggota kelompok.
5. Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh ketrampilan
bekerja sama selama belajar.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang dipelajari dalam kelompok kooperatif. 21
e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Tahapan pembelajaran koopratif tipe script mengikuti langkah-langkah
sebagia berikut:
3. Guru membagi siswa kedalam sejumlah pasangan
4. Guru membagikan wacana/ materi dan siswa membaca dan membuat
ringkasannya
5. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai
21Alit, Psikologi Pendidikan. Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2014: hlm.145
20
pembicara dan siswa-siswa lain berperan sebagai pendengar.
6. Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan
memasukan ide-ide pokok dalam ringkasanya. 22
Semantara itu, para pendengar : 1) Menyimak/ mengoreksi/
menunjukan ide-ide pokok yang kurang lengka; 2) Membantu mengingatkan /
menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainya. 5. Bertukar peran,semula sebagia pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya. 6. Simpulan dibuat oleh siswa dan guru. 7.
Penutup.
Langkah-langkah pembelajaran Cooperative Script diantaranya: 1.
Guru membagi siswa untuk berpasangan. 2. Guru membagikan wacana atau
materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa
menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
f. Kelemahan dan kelebihan Model pembelajaran Cooperative Script
Model pembelajaran Cooperative Script memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan. kelemahan dan kelebihan model ini adalah: Kelebihan: 1. Dapat
menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis, serta
22Ridwan Abdullah Sani, Belajar Mudah Penelitian (Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula), Alfabeta, Bandung: 2013: hlm. 188-190
21
mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang
diyakini benar. 2. Mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih
percaya lagi kepada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi
dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. 3. Mendorong siswa untuk
berlatih memecahkan masalah dengan mengungkapkan idenya secara verbal
dan membandingkan ide siswa dengan ide temannya. 4. Membantu siswa
belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar serta
menerima perbedaan yang ada. 5. Memotivasi siswa yang kurang pandai agar
mampu mengungkapkan pemikirannya. 6. Memudahkan siswa berdiskusi dan
melakukan interaksi sosial. 7. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Kelemahan: 1. Ketakutan beberapa siswa untuk mengeluarkan ide karena
akan dinilai oleh teman dalam kelompoknya. 2. Ketidak mampuan semua
siswa untuk menerapkan model ini, sehingga banyak waktu yang akan tersita
untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini. 3. Keharusan guru
untuk melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siswa untuk
menghitung hasil prestasi kelompok dan ini bukan tugas yang sebentar. 4.
Kesulitan membentuk kelompok yang solid dan dapat bekerja sama dengan
baik. 5. Kesulitan menilai siswa sebagai individu karena individu berada
dalam kelompok23.
Penggunaan model pembelajaran Cooperative tipe Script juga
memiliki kelebihan dan kekurangan, kelemahan dan kelebihan model
pembelajaran Cooperative tipe Script adalah sebagai berikut. a) Kelebihan
23 Huda, Op cit 120
22
model pembelajaran Cooperative tipe Script 1) melatih pendengaran,
ketelitian atau kecermatan 2) setiap siswa mendapat peran 3) melatih
mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan b) Kekurangan model
pembelajaran Cooperative tipe Script 1) hanya digunakan untuk mata
pelajaran tetentu 2) hanya dilakukan oleh dua orang (tidak melibatkan seluruh
kelas sehingga koreksi hanya terbatas pada dua orang tersebut). 24.
Kelebihan dan kelamahan Cooperative Script menurut yaitu:
Kelebihan: 1. Pesearta didik dilatih pendengaranya, ketelitian dan
kecermatanya. 2. Setiap peserta didik mendapatkan peran. 3. Peserta didik
dilatih untuk mengungkapkan kesalahan orang lain. Kelemahan: 1. Model ini
hanya digunakan untuk materi pelajaran tertentu. 2. Model ini hanya
melibatkan 2 orang. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengan Model pembelajaran Cooperative Script ini.
Tidak semua siswa mampu menerapkan Model pembelajaran Cooperative
Script, sehingga banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model
pembelajaran ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk
mengeluarkan ide, takut dinilai teman dalam kelompoknya. Penggunaan
Model pembelajaran Cooperative Script harus sangat rinci melaporkan setiap
penampilan siswa dan tiap tugas siswa, dan banyak menghabiskan waktu
untuk menghitung hasil prestasi kelompok. Model pembelajaran ini sulit
membentuk kelompok yang solid yang dapat bekerja sama dengan baik.
24 Hamdani, 189
23
Penilaian terhadap murid atau siswapun secara individual menjadi sulit karena
tersembunyi di dalam kelompok. 25.
G. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,
yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau suatu proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.25 Belajar dilakukan untuk
mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar.26
Sedangkan secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tingkah laku tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku.27
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Pendapat lain mengatakan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”.27 Berbagai macam
tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar.
Mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.28
25 Jumanta hlm.11428 Purwanto, hal. 44
24
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar.29 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Pendapat lain mengatakan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan”.30
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengarahkan pada perubahan baik perubahan pengetahuan maupun perubahan
pada prilaku sehari-hari.
2. Indikator- Indikator Hasil Belajar
Aspek perubahan perilaku manusia mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran
yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.31 Dalam penelitian ini, aspek yang
digunakan yaitu aspek kognitif. Hasil belajar kognitif adalah perubahan
perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi meliputi kegiatan sejak dari
penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan d pengolahan dalam
otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan untuk menyelesaiakan masalah.32
Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar
kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana, dalam penelitian ini hasil
belajar kognitif yang hendak dicapai yaitu:33
a. Mengenal (recognition)
25
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih
jawaban. Setelah mengenal siswa dituntut untuk mengungkap / mengingat
kembali (recall). Mengingat berbeda dengan mengenal maka dalam
mengingat kembali ini siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau
lebih fakta-fakta yang sederhana.
b. Pemahaman (comprehension)
Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa dia
memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
c. Penerapan atau aplikasi (application)
Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan
untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum,
dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu
situasi baru dan menerapkannya secara benar.
d. Analisis (analysis)
Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu
hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
e. Sintesis (synthesis)
Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta siswa melakukan
sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga
meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali
(reorganize) hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu
26
struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal
sintesis ini siswa diminta intuk melakukan generalisasi.
f. Evaluasi (evaluation)
Apabila penyusun soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa
mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki
untuk menilai sesuatu kasus yang diajukan oleh penyusun soal.
Dalam belajar selalu melibatkan aspek fisik dan mental. Oleh
karena itu keduanya harus dikembangkan bersama sama secara terpadu.
Dari aktivitas belajar inilah yang akan menghasilkan suatu perubahan
yang disebut dengan hasil belajar. Hasil tersebut akan nampak dalam
suatu hal belajar yang diberikan oleh siswa misalnya hal menerima,
menggapi dan menganalisa bahan bahan pelajaran yang disajikan oleh
guru yang tidak lepas dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk mengungkap hasil belajar pada pada ketiga ranah tersebut
diatas diperlukan patokan atau indikator sebagai penunjuk bahwa
seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga
ranah tersebut, dan kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasii
belajar siswa adalah mengetahui garis garis besar indikator (penunjuk
adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak
diungkapkan atau diukur.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
27
a. Faktor Internal Siswa (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau
kondisi jasmani dan rohani siswa.
1) Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis adalah kondisi umum yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan
indra pendengar dan indra penglihat, juga sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya yang disajikan di kelas.
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,
di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang
lebih esensial itu adalah: 1) Tingkat kecerdasan adalah sebagai
kemampuan psiko fisik untuk mereaksikan rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat
kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi,
sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 2) Sikap siswa
adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadap
objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
3) Bakat siswa adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
28
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. 4) Minat
siswa berarti kecenderungan dan kegairahan siswa yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. 5) Motivasi siswa adalah hal
dan keadaan yang berasal dari dalam dan luar siswa yang
mendorongnya melakukan tindakan belajar.
1. Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar yang akan dilaksanakan dalam suatu
program pendidikan disebut juga evaluasi hasil belajar, adapun tahapan
evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:36
a. Persiapan
b. Penyusunan instrumen evaluasi
c. Pelaksanaan pengukuran
d. Pengolahan hasil penilaian
e. Penafsiran hasil penelitian
f. Pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi
B. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
1. Pengertian Mata Pelajaran Qur’an Hadits
Mata pelajaran Qur’an Hadits adalah:
29
”Salah satu unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik untuk memahami dan mencintai Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.”26
Dari keterangan diatas jelaskan bahwa Qur’an Hadits itu adalah
merupakan salah satu pelajaran pendidikan agama Islam yang didalamnya
terkandung ajaran tentang penghayatan terhadap Qur’an dan Hadits, diharapkan
setiap orang yang dapat memahami diharapkan dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, agar setiap perbuatan yang dikerjakan sehari-hari tidak
menyimpang dari ajaran Qur’an dan Hadits sehingga dapat mencapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat.
2. Dasar dan Tujuan Mempelajari Qur’an Hadits
Setiap sesuatu perbuatan menurut hukum Islam pasti ada dasar, begitu
juga mempelajari Qur’an dan Hadits tentu mempunyai dasar hukum Islam.
a. Dasar Hukum Memperlajari Qur’an Hadits
Dasar hukum memperlajari Qur’an Hadits adalah firman Allah dalam
surat Al-Hijr ayat 9 :
: الحجر } لحافظون له ا وإن الذكر لنا نز نحن ا {9إن
Artnya : “Sesungguhnya Kami (Allah) telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap memelihara.”27
Sejalan dengan hal tersebut diatas Rasulullah SAW bersabda yang
berbunyi :
26 Muhammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran, Sarana Panca Karya, Bandung, 1988, hlm. 25.27 Fadhal, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Al-Huda Group ,Jakarta, 2002 hlm.391
30
الله رسول قال قال، عنه الله رضي اس عب ابن أمرين عن فيكم تركت
} الحاكم } رواه تى وسن الله كتاب بهما، وا تضل لن
Artinya : “Dari Abu Abbas RA. Berkata : Rasulullah bersabda : Aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat sesudah berpegang kepada keduanya yaitu kitabullah (Al-Qur’an) dan sunahku (Al-Hadits). (HR. Hakim).28
Dari kedua dasar diatas jelas bahwa orang Islam harus mempelajari
Al-Qur’an Hadits, karena keduanya adalah merupakan dasar daripada
hukum Islam, yang tidak dapat dipisahkan. Begitu juga dalam ayat diatas
bahwa Allah menjaga dan menurunkan AL-Qur’an, untuk itu kita sebagai
hambanya harus mengamalkan dan mempelajari dari kandungannya
sebagai bukti kita menjaga dan memelihara Al-Qur’an tersebut.
b. Tujuan Mempelajari Al-Qur’an Hadits
Tujuan merupakan akhir daripada semua kegiatan dan semua usaha
manusia, begitu juga tujuan mempelajari Al-Qur’an Hadits adalah :
Agar peserta didik gemar untuk membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahaminya, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.29
Dari tujuan diatas, dapat dipahami bahwa hal pertama yang harus
dikembangkan didalam mencapai tujuan tersebut adalah keterampulan
membaca, sehingga dari membaca yang baik siswa akan tumbuh semangat
untuk memahami ajaran yang terkandung dalam bacannya hingga pada
akhirnya siswa tersebut dapat mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
28 Imam Janawi Abdul Raciman Bin Abu Bakar As-Syayunin, Sunan Abu Bani, Mesir, 1967, tt. hlm. 130.29 Qodri A. Azizi, OP.Cit, hlm. 4
31
3. Fungsi Mata Pelajaran Qur’an Hadits
Mata pelajaran Qur’an dan Hadits pada Madrasah Aliyah memiliki fungsi
sebagai berikut :
1) Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis Qur’an serta kandungan Qur’an dan Hadits.
2) Sumber Nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
3) Sumber Motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara.
4) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik dalam meyakini kebenaran agama Islam, melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.
5) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dan keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
6) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT.
7) Pembiasaan, yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits pada peserta didik sebagaim petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.30
Dari paparan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa fungsi Qur’an
Hadits, meliputi : pemahaman, sumber nilai, sumber motivasi,
pengembangan, perbaikan, pencegahan, dan pembiasaan.
30 Ibid, hlm. 4-5
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
33
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi
adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.31Istilah metode
berasal dari bahasa Yunani “methodos” yaitu jalan atau cara jadi metode adalah
cara melakukan sesuatu.32 Secara umum metode diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.33
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata penelitian diartikan sebagai
pemeriksaan yang teliti atau penyelidikan dan penyelidikan diartikan sebagai
pemeriksaan atau pengusutan, dan kata menyelidiki berarti memeriksa dengan
teliti, mengusut dengan cermat atau menelaah (mempelajari) dengan sungguh-
sungguh.34
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap
sesuatu/masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut,
menelaah, dan mempelajari secara cermat, dan sungguh-sungguh) sehingga
diperoleh sesuatu (seperti mencapai kebenaran, memperoleh jawaban,
pengembangan ilmu pengetahuan dan lain sebagainya).Penelitian adalah
merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter
formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan maupun cara
31 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Linnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 145.
32Mulyadi Sri Kamulya, Risminawati, Model-Model Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar(FKIP UMS, 2012), h. 6.
33Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2013) h. 3.
34 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 9.
34
penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan
proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan,
memecahkan problem melalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang kembali
dengan cara yang sama dan hasil sama.35
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud metodologi penelitian
adalah suatu ilmu tentang cara mendapatkan data melalui kegiatan mencermati
suatu obyek. Dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi.
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto, Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ada tiga pengertian yaitu sebagai
berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
35Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 4.
35
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.36
Berdasarkan dari ketiga pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa suatu tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
pembelajaran, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas dengan
sekelompok siswa yang menerima pelajaran dalam waktu yang sama.
Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah.37
a. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini mengacu pada
model Kemmis dan MC. Taggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto, terdiri
dari empat tahap, yaitu: 1. Perencanaan atau planning, 2. Tindakan atau acting, 3.
Pengamatan atau observing, dan 4. Refleksi atau reflecting”.38
Setelah memilih desain penelitian diatas, maka peneliti dapat menyusun bagan
pelaksanaan penelitian berdasarkan desain yang telah ditentukan. Berikut ini
proses pelaksanaan dari alur Penelitian Tindakan Kelas di atas.
36 Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 2-4.
37 Hamzah B, Nina Lamatenggo, Satria, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 63.
38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, Cet 14, h, 131
36
Gambar 2.Bagan Pelaksanaan Tindakan
Proses pelaksanaan tindakan berdasarkan siklus di atas dapat dirinci sebagai
berikut:
1). Pelaksanan Tindakan
a). Tahap persiapan
1) Pengajuan izin penelitian
2) Observasi dan wawancara. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran awal tentang objek penelitian secara
keseluruhan dan keadaan proses kegiatan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe script untuk meningkatkan hasil
37
Rancangan Program
Pelaksanaan Tindakan
(Siklus I)
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
(Siklus II), dst.
Revisi Program
Observasi
belajar mata pelajaran Quran Hadist di MTs Darussalam
Kabupaten Mesuji.
3) Melakukan identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan
pembelajaran, selanjutnya merumuskan persoalan bersama-sama
antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut
permasalahan guru maupun peserta didik.
b). Tahap perencanaan
1) Merumuskan spesifikasi alternatif sementara dalam
menerapan model penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe script untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Quran Hadist di MTs Darussalam Kabupaten Mesuji.
2) Menyusun rancangan pelaksanaan tindakan berdasarkan
pembelajaran kelompok, mencakup pembatasan materi,
menetukan strategi dan media pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran.
3) Menjelaskan kepada guru cara menerapan model
pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
script untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Quran
hadist.
c). Penerapan
38
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe script dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadist di di MTs
Darussalam Kabupaten Mesuji.
d). Pengamatan/Observasi
Pada prinsipnya, tahap observasi dilakukan selama penelitian
berlangsung, yang meliputi kehadiran anak didik, keaktifan anak didik
dalam kelompok, kesiapan peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Serta observasi terhadap penelitian yang diamati oleh
teman sejawat tentang keaktifan selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi terhadap pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dengan menggunakan lembar observasi aktivitas dan respons
anak didik serta guru.
e). Refleksi
Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis dan interprestasi atas
informasi/ hasil yang diproleh dari pelaksanaan tindakan. Artinya
peneliti bersama guru mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
tindakan baik terhadap proses maupun hasil belajar anak didik
berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Tahap ini dilakukan
terhadap proses pembelajaran pada siklus 1 dan menjadi pertimbangan
untuk memasuki pada siklus 2.
1) Evaluasi dan revisi
39
Analisis dan interpretasi hasil pelaksanaan tindakan menjadi dasar
untuk melakukan evaluasi dalam menentukan keberhasilan atau
pencapaian tujuan tindakan. Dalam penelitian ini, evaluasi yang
dilakukan adalah:
(a) Evaluasi jangka pendek, yaitu evaluasi dilakukan setiap kali
tindakan atau pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan
dalam suatu tindakan.
(b) Evaluasi yang dilakukan untuk setiap putaran/ siklus untuk
mengetahui tingkat pencapaian tindakan.
2) Kriteria keberhasilan tindakan
Adapun kriteria keberhasilan tindakan sebagai berikut:
(a) Untuk memberi makna terhadap proses pembelajaran setelah
pelaksanaan tindakan digunakan kriteria, yaitu
membandingkan aktivitas belajar peserta didik pada tindakan/
siklus pertama dengan tindakan berikutnya. Apabila keadaan
setelah tindakan menunjukkan aktivitas peserta didik lebih
baik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dari pada
sebelum tindakan, dapat dikatakan bahwa tindakan telah
berhasil.
(b) Untuk memberikan makna terhadap keberhasilan pelaksanaan
tindakan didasarkan pada peningkatan kualitas pembelajaran
dan hasil belajar peserta didik, yang dapat dilihat dari
40
pencapaian nilai tes belajar sesuai dengan materi pelajaran
yang diberikan.
b. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya Peneilitian Tindakan Kelas bersifat partisifatif dalam
arti bahwa peneliti teriibat dalam penelitian, bersifat kolaboratif karena
melibatkan orang lain (kolaborator) dalam penelitiannya, dan bersifat
kualitatif karena peneliti berinteraksi dengan subjek penelitian secara
alamiah, dalam artian penelitian berjalan sesuai dengan jalannya
proses belajar mengajar, dengan cara mengadakan pengamatan,
melakukan penelitian secara sistematis, dan menarik kesimpulan
sebagaimana layaknya yang dilakukan oleh peneliti kualitatif.
c. Subjek dan Objek Penelitian
Penentuan subjek adalah usaha penentuan sumber data, artinya dari
mana data penelitian dapat diperoleh:
a. Subjek
Subjek pada penelitian ini adalah Sekolah MTs Darussalam
Kabupaten Mesuji
b. Objek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Darussalam
Kabupaten Mesuji
Sedangkan objek yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Penerapan strategi kooperatif
tipe script untuk Meningkatkan Hasil Belajar mata pelajaran Qur’an
Hadist pada Siswa Kelas VIII MTs Darussalam Kabupaten Mesuji.
41
d. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan serta
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
Dengan demikian, pengamatan atau observasi dapat dilaksanakan
secara langsung dan sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian untuk memperoleh data tentang permasalahan dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang
dilaksanakan. Dengan kata lain, peneliti terjun langsung ke
lapangan yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ikut langsung
saat proses pembelajaran berlangsung dalam kelas. Tujuannya
agar gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Penulis
menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang model
pembelajaran kooperatif tipe script untuk meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran quran hadist. Observasi dilakukan untuk
mengamati kegiatan di kelas selama proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas pendidik
sebagai pengajar dan aktivitas peserta didik selama mengikuti
pembelajaran.
2. Metode Test
Metode test yang akan peneliti lakukan adalah test tertulis yaitu,
pilihan ganda guna meninjau tingkat keberhasilan penelitian.
42
3. Metode Interview (wawancara)
Wawancara adalah proses tanya jawab lisan, dimana dua orang
atau lebih berhadap-hadapan fisik yang satu dapat melihat muka
yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suarannya.39
Menurut Suharsimi Arikunto wawancara adalah sebuah dialog
yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.40 Menurut Sugiyono bahwa intervew dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak tersetruktur, diataranya
adalah sebagai berikut:
a) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, apabila peneliti telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh,
oleh karena itu pengumpul data telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawaban pun telah disiapkan.
b) Tidak Terstruktur
Intervew tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
39 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, h, 1540 Ibid, h, 23
43
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditannya41.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interview adalah suatu
cara pengumpulan data dengan cara berdialog atau tanya jawab
dengan orang dapat memberikan keterangan. Dimana Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara semi berstrukrur.42
Artinya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih
bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Meski begitu, peneliti juga
menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan
yang diajukan kepada informan (guru dan anak didik). Wawancara ini
dilakukan sebagai bentuk usaha bagi peneliti untuk mengetahui terkait
proses pembelajaran di lokasi penelitian melalui wawancara dengan
guru yang mengajar, kepala sekolah yang menggunakan panduan.
Panduan tersebut hanya untuk memudahkan dalam melakukan
wawancara, pengolahan data dan informasi.
Dari pengertian di atas, jadi yang dimaksud dengan wawancara adalah
suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan
percakapan suatu tanya jawab. Wawancara yang penulis gunakan
adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu sebelum mengadakan
wawancara penulis terlebih dahulu menyiapkan kerangka pertanyaan
41 Sugiyono, Op Cit, hlm,194-19742 Hamid Patilima, Op Cit, hlm. 75
44
yang akan penulis ajukan kepada kepala sekolah, Guru dan Siswa
MTs Darussalam Kabupaten Mesuji.
Metode ini digunakan untuk wawancara peserta didik dan guru guna
memperoleh data-data yang berhubungan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe script untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
quran hadist dan mewawancarai guru guna memperoleh data-data
yang berhubungan dengan usaha-usaha yang dilakukan guru dalam
menanggulangi problem peserta didik.
4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi sebagai metode bantu atau pelengkapuntuk
memperoleh data sekunder yang berbentuk catatan atau dokumen.43
Teknik pengmpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menganalisa data-data tertulis seperti: arsip-arsip, catatan
administrasi yang berhubungan dengan penelitian. Metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data Rencana Kegiatan baik harian,
mingguan maupun tahunan, sejarah sekolah, visi dan misi, struktur
organisasi, keadaan guru, keadaan peserta didik, dan keadaan sarana
prasarana di MTs Darussalam Kabupaten Mesuji dan dokumntasi lain
yang berkaitan dengan penelitian.
43 Op. Cit, h, 104
45
d. Teknis Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah di tetapkan melalui metode observasi
wawancara,dokumentasi.
2. Reduksi Data
Kegiatan mereduksi data yaitu data mentah yang telah dikumpulkan dari
hasil dokumentasi, observasi, wawancara dan kuesioner kemudian
diringkas agar mudah dipahami. Reduksi data ini merupakan satu bentuk
analisis yang bertujuan mempertajam, memilih, memfokuskan, menyusun
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari penelitian dapat
dibuat.
3. Penyajian Data
Penyajian data dalam hal ini adalah penyusunan informasi dengan baik dan
benar sehingga memungkinkan dibuatnya kesimpulan - kesimpulan dan
dilakukan tindakan lebih lanjut. Dengan sajian data tersebut dapat
membantu untuk memahami sesuatu yang sedang terjadi dan kemudian
untuk membuat analisis atau tundak lanjut berdasarkan pemahaman
terhadap data yang disajikan.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan analisis
data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi makna terhadap hasil
analisis, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan dimensi - dimensi
46
yang diuraikan. Kesimpulan dituangkan dalam bentuk pernyataan singkat
sebagai temuan penelitian berdasarkan data yang telah dikumpulkan agar
mudah dipahami maknanya.
5. Indikator Keberhasilan
Persentase keberhasilan dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa, vaitu
dengan melihat latar belakang permasalahan dan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, maka dipergunakan indikator. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe script pada
penelitian ini dikatakan berhasil jika terdapat peningkatan h a s i l belajar
siswa mencapai 80 % Pada siklus terakhir. Kriteria keberhasilan dalam
penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran
Qur’an hadist. Peningkatan awal dilihat dari peningkatan rata-rata persentasi
setiap aspek kemampuan yang diamati, yaitu apabila 80 % dari jumlah anak
memperlihatkan indikator dalam persentasi baik.
47
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Gamabaran Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Darusalam Mesuji
MTs Darussalam Mesuji berdiri sejak tahun 1559 dengan luas tanah 2500 M2
yang terletak di Desa Wiralaga 1 Kecamatan Mesuji Kabupaten Mesuji Lampung.
Sekolah ini berdiri dilatar belakangi oleh banyaknya anak usia sekolah yang tidak
melanjutkan sekolah dikarenakan keterbatasan dana sehingga sekolah ini dianggap
sebagai sebuah solusi utuk mencerdaskan anak dilingkungan desa Wiralaga, selain
itu sekolah MTs Darussalam merupakan sekolah pertama yang ada di desa Wiralaga
yang dipelopori oleh Bpk. H Marzuki Ismail, H.Maston dan M.Hariadi IS, yang
diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat di desa wiralaga yakni peserta
didik tidak jauh-jauh ke luar desa atau ke luar kota untuk mengenyam pendidikan
tingkat menengah. Hingga saat ini tahun pelajaran 2018/2019 menampung 460
siswa, dan perkembangan pendidikan MTs Darussalam Mesuji mengalami banyak
kemajuan, hal ini ditunjukan dari hasil lulusan atau alumni sekolah ini ada yang
menjadi PNS, Guru dll.
2. Visi dan Misi MTs Darussalam Mesuji
a. Visi
MTs Darussalam Mesuji menyelenggarakan pembelajaran bermutu dalam
lingkungan sekolah sehat yang berlandaskan akhlaq mulia.
48
b. Misi
a. Mewujudkan lulusan yang cerdas, kompetitif, cinta tanah air,
beriman dan berakhlaq mulia.
b. Mewujudkan peningkatan prestasi akademik dan non akademik siswa
di berbagai bidang dan tingkatan.
3. Keadaan Siswa, Guru dan Pegawai
a. Keadaan siswa
Tabel 5 Keadaan Siswa MTs Darussalam Mesuji
NO. TAHUN
PELAJARAN
JUMLAH SISWA JUMLAH
ROMBONGAN
BELAJAR
KELAS
JUMLAHI II III
1. 2013/2014 218 197 218 633
20
2. 2014/2015 191 204 186 581
21
3. 2015/2016 150 181 188 519
20
4. 2016/2017 157 145 180 482 19
5 2017/2018 152 142 132 426 20
6. 2017/2018 186 148 137 460 20
49
TAHUN
PELAJARAN GURU
TATA
USAHA
PETUGAS
PERPUS JUMLAH
2013/2014 12 1 1 14
2014/2015 12 1 1 14
2015/2016 15 1 1 17
2016/2017 15 2 1 18
2017/2018 16 2 1 19
b. Keadaan Guru Dan Pegawai
Tabel 3Keadaan Guru Dan Pegawai MTs Darussalam Mesuji
Sumber : Dokumentasi MTs Darussalam Mesuji Tahun. 2017/2018
Dari Tabel keadaan Guru diatas sekolah sudah memiliki SDM yang memadai dan ada
penambahan guru baru di tahun 2017/2018 dengan harapan dengan bertambahnya
guru akan meningkatkan hasil belajar Siswa.
50
c.Sarana dan Prasarana
Tabel 4Sarana dan Prasarana MTs Darussalam Mesuji
NO. Tahun Ruang Perpustakaan Kantin
1. 2013/2014 10 Unit 1 Unit 1 Unit
2. 2014/2015 10 Unit 1 Unit 1 Unit
3. 2015/2016 10 Unit 1 Unit 1 Unit
4. 2016/2017 10Unit 1 Unit 1 Unit
5. 2016/2017 10Unit 1 Unit 1 Unit
6. 2017/2018 10Unit 1 Unit 1 Unit
Sumber : Dokumentasi MTS Darussalam Mesuji 2017/2018
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pra Tindakan
Proses pembelajaran pra tindakan ini dilaksanakan oleh guru Qur’an Hadist
dengan menggunakan metode konvensional yaitu guru menjelaskan materi pelajaran,
sedangkan siswa mendengarkan, diselingi tanya jawab dan mengerjakan soal latihan.
Melalui pembelajaran demikian dapat diketahui bahwa siswa tidak berperan aktif
dalam menerima pelajaran, melainkan siswa pasif, siswa tampak kurang
bersemangat, yang mengakibatkan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
51
Dari uraian tersebut sudah jelas bahwa metode tersebut kurang kondusif, dan
dari hasil pra tes yang telah dilaksanakan diketahui jumlah siswa yang tuntas 40,62
% dan yang belum tuntas 46,87 %, Dari hal tersebut diketahui bahwa jumlah
siswa yang belum tuntas lebih banyak dibanding siswa yang tuntas. untuk
meningkatkan hasil belajar siswa di butuhkan lingkungan belajar yang kondusif
serta penerapan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang
akan diajarkan. dengan materi pembelajaran yang aktif, tidak pasif, tidak jenuh,
tidak membuat ngantuk serta lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
yang berlangsung di Kelas.
52
Hal diatas sebagai upaya dalam menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan tidak
membosankan adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe script dimana
strategi ini diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs
Darussalam Mesuji.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe script dimaksudkan untuk mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai hasil
belajaryang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Dan hasil
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe script akan penulis uraikan lebih lanjut pada sub –
sub selanjutnya.
C. Pelaksanaan Siklus Pertama
Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. seperti berikut ini :
1. Perencanaan
a. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan di sampaikan kepada siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe script.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pembela jaran kooperatif
tipe script.
c. Membuat lembar kerja siswa.
d. Membuat Instumen yang digunakan dalam siklus PTK
e. Menyusun alat evaluasi Pembelajaran
53
2. Pelaksanaan
Siklus 1 dilaksanakan pada hari/tanggal: Jum‟at 14 Juli 2018. Pada pertemuan ini
pelaku tindakan mengajar adalah pendidikan dan penelitian sendiri sebagai observer.
Penerapan Strategi kooperatif tipe script. dalam proses pemebelajarn adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.
2) Mengecek kehadiran siswa dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas.
3) Menanyakan kabar siswa
4) Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1) Guru menyiapkan alat- alat dan mengkondisikan keadaan kelas
2) Guru menyampaikan materi yang telah disiapkan sesuai dengan indikator
yang ingin di capai
3) Guru memerintahkan kepada masing – masing siswa untuk memperhatikan
dan mencermati apa yang diterangkan.
4) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapatnya
mengenai materi yang telah diterangkan.
5) Guru dan siswa berdiskusi, siswa dapat bertanya terhadap apa yang belum
dimengerti
54
6) Guru menjelaskan materi dan menyampai kan hal –hal yang belum
dimengerti oleh siswa.
7) Guru melakukan klarifikasi, menyimpulkan dan tindak lanjut.
8) Melakukan tes akhir pembelajaran guna mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
Elaborasi
Guru menyuruh murid secara acak untuk menjelaskan tentang Qalqalah,
Tafkhim dan Mad’Arid Lissukun
Konfirmasi
1) Guru bersama siswa bertanya jawab meleuruskan kesalahan pemahaman,
memeberikan penguatan dan menyimpulkan.
2) Guru menjawab pertanyaan tentang hal – hal yang belum diketahui
siswa dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam
pembelajaran berikutnya.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
2) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pembelajaran.
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
4) Keluar kelas dengan tertib pada waktunya.
55
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus I ini guru memberikan soal pilihan ada
pilihan ganda 10 butir soal, dan guru menghimbau agar dalam penyelesaian nya tidak boleh
kaerjsama. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabelberikut:
Tabel 6Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Nama KKM NilaiKeterangan
1. Adi setiawan 60 73 Tuntas
2. Aldo yuspiansyah 60 70 Tuntas
3. Akbar saputra 60 84 Tuntas
4. Ani puspita sari 60 53 Belum Tuntas
5. Nuril hidayati 60 70 Tuntas
6. Uswatun 60 81 Tuntas
7. Sinta laura 60 59 Belum Tuntas
8. Riskiansyah 60 71 Tuntas
9. Rudi purnomo 60 70 Tuntas
10. Fitriani 60 71 Tuntas
11. Yoga setiawan 60 57 Belum Tuntas
12. Siti Aisyah 60 71 Tuntas
13. Firman 60 80 Tuntas
14. Nasrullah 60 56 Belum Tuntas
56
15. M. Effendi 60 54 Belum Tuntas
16. Ulfa Wulandari 60 73 Tuntas
17. Eka Setiawati 60 85 Tuntas
18. Susilawati 60 58 Belum Tuntas
19. Narti Yuspitasari 60 60 Belum Tuntas
20. Yanwar Setiawan 60 71 Tuntas
21. Yuni Hidayat 60 56 Belum Tuntas
22. Nurhidayati 60 85 Tuntas
23. Nelfianti 60 63 Belum Tuntas
24. Siti Badriah 60 80 Tuntas
25. Bella Yuspita 60 50 Belum Tuntas
26. Nurlatifah 60 75 Tuntas
27. Eli Setiawati 60 72 Tuntas
28. Fatmawati 60 75 Tuntas
29. Fathurrahman 60 70 Tuntas
30. M. Habib 60 60 Belum Tuntas
31. Hafiz Primanto 60 80 Tuntas
32. Kholil Sidik 60 60 Tuntas
Pada tabel diatas menunjukanmasih banyak siswa yang belum tuntas, hal ini menunjukan
hasil belajar siswa Kelas VIII masih sangat rendah.
57
Tabel 7Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada 1 Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Qur’an Hadisr Kelas VIII Di MTs Mesuji
No. Nilai Kriteria Jumlah Siswa Presentase
1. ≥ 70 Tuntas 21 65,62 %
2. ≤ 70 Tidak Tuntas 11 34,37 %
Jumlah 32 100 %
Sumber : Dokumentasi MTs Darussalam Mesuji Thn. 2017/2018
Siswa Yang Tuntas = J u mla h S i sw a T u n t a s × 100 Seluruh Jumlah
SiswaSiswa Tidak Tuntas = J u mla h S i sw a T i d a k T un ta s × 100
Seluruh Jumlah Siswa
100
10
Berdasarkan data dari hasil postes pada siklus I, terdapat siswa yang mencapai
ketuntasan terdapat 21 siswa dengan presentasi 65,62 %, sedangkan siswa yang hasil
58
Tuntas 65,62 %
Tdk tuntas34,37 %
Tuntas Tidak Tuntas
belajarnya belum tuntas mencapai 11 siswa dengan presentase 34,37 %, namun dilihat
dari nilai postes setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe script masih banyak
siswa yang hasil belajarnya dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan
oleh pihak sekolah kelas VIII di MTs Darussalam Mesuji, berarti masih banyak siswa yang
belum menguasai materi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe script.
4. Refleksi dan Perencanaan ulang
Refleksi pada siklus I ini dilaksanaakan oleh guru Qur’an Hadist dan
Peneliti. berdsarkan hasil wawancara antara peneliti dan guru Qur’an Hadist ,
diperoleh gambaran bahwa secara umum pelaksanaan pemebelajaran pada siklus I ini
telah terlaksana dengan cukup baik, meskipun masih kurang memuaskan. berdasarkan
hasil Observasi pada saat pelaksanaan ada kegagalan dan keberhasilan yang terjadi
pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe script, namun mereka mersa senang dan antusias
dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil Observasi selama proses Pembelajaran.
b. Hasil Evaluasi pada siklus I mencapai rata – rata 65 %
c. Masih ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan temannya, Hal ini karna
siswa tersebutmasih kurang serius dalam belajar.
d. sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe script.
e. Sebagian siswa belum memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
script secara utuh dan menyeluruh.
59
D. Pelaksanaan Siklus Kedua
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan pasca siklus kedua berdasarkan replening siklus pertama yaitu:
a. Memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif.
b. lebih intensif membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe script
c. Memberi pengakuan atau penghargaan.
2. Pelaksanaan
Siklus 1 dilaksanakan pada hari/tanggal: Jum’at 21 Juli 2018. Pada pertemuan ini
pelaku tindakan mengajar adalah pendidkan dan penelitian sendiri sebagai observer.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe script. dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
1) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.
2) Mengecek kehadiran siswa dan kesiapan siswa serta kebersihan kelas.
3) Menanyakan kabar siswa
4) Guru melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
60
5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1) Guru menyiapkan alat- alat dan mengkondisikan keadaan kelas
2) Guru menyampaikan materi yang salah disiapkan sesuai dengan indikator
yang ingin di capai
3) Guru memerintahkan kepada masing-masing siswa untuk memperhatikan dan
mencermati apa yang diterangkan.
4) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapatnya
mengenai materi yang telah diterangkan.
5) Guru dan siswa berdiskusi, siswa dapat bertanya terhadap apa yang belum
dimengerti
6) Guru menjelaskan materi dan menyampai kan hal –hal yang belum
dimengerti oleh siswa.
7) Guru melakukan klarifikasi, menyimpulkan dan tindak lanjut.
8) Melakukan tes akhir pembelajaran guna mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
Elaborasi
1) Guru menyuruh murid secara acak untuk menjelaskan tentang Guru menyuruh
murid secara acak untuk menjelaskan tentang Qalqalah, Tafkhim dan Mad’Arid
Lissukun
Konfirmasi
61
1) Guru bersama siswa bertanya jawab meleuruskan kesalahan pemahaman,
memeberikan penguatan dan menyimpulkan.
62
2) Guru menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif lagi dalam
pembelajaran berikutnya.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pemebelajaran.
3) Gurumengakhiri pemebelajaran dengan mengucapakan salam.
4) Keluar kelas dengan tertib pada waktunya.
3. Observasi dan Evaluasi
1) Untuk menentukan akhir proses pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe skript. Dalam evaluasi guru memberikan soal
pilihan ganda sebanyak 10 butir, tentang materi Qalqalah, Tafkhim dan Mad’Arid
Lissukun dan seperti biasa guru menghimbau agar dalam menyelesaikan harus
kerja masing - masing tidak boleh bekerja sama ataupun mencontek jawaban
temannya. evaluasi dan observasi selama pada siklus II dapat dilihat seperti
dibawah ini
63
Tabel 10Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Nama KKM NilaiKeterangan
1. Adi setiawan 60 73 Tuntas
2. Aldo yuspiansyah 60 70 Tuntas
3. Akbar saputra 60 84 Tuntas
4. Ani puspita sari 60 85 Tuntas
5. Nuril hidayati 60 75 Tuntas
6. Uswatun 60 81 Tuntas
7. Sinta laura 60 75 Tuntas
8. Riskiansyah 60 80 Tuntas
9. Rudi purnomo 60 75 Tuntas
10. Fitriani 60 71 Tuntas
11. Yoga setiawan 60 80 Tuntas
12. Siti Aisyah 60 75 Tuntas
13. Firman 60 80 Tuntas
14. Nasrullah 60 75 Tuntas
15. M. Effendi 60 54 Belum Tuntas
16. Ulfa Wulandari 60 73 Tuntas
64
Sumber : Dokumentasi MTs Darussalam Mesuji Thn. 2017/2018
65
17. Eka Setiawati 60 85 Tuntas
18. Susilawati 60 70 Tuntas
19. Narti Yuspitasari 60 70 Tuntas
20. Yanwar Setiawan 60 71 Tuntas
21. Yuni Hidayat 60 56 Belum Tuntas
22. Nurhidayati 60 85 Tuntas
23. Nelfianti 60 58 Belum Tuntas
24. Siti Badriah 60 80 Tuntas
25. Bella Yuspita 60 50 Belum Tuntas
26. Nurlatifah 60 75 Tuntas
27. Eli Setiawati 60 80 Tuntas
28. Fatmawati 60 75 Tuntas
29. Fathurrahman 60 70 Tuntas
30. M. Habib 60 85 Tuntas
31. Hafiz Primanto 60 80 Tuntas
32. Kholil Sidik 60 60 Tuntas
No. Nilai Kriteria Jumlah Siswa Presentase
1. ≥ 70 Tuntas 28 87,5 %
2. ≤ 70 Tidak Tuntas 4 12,5 %
Jumlah 32 100 %
Tabel 11Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada 1 Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Qur’an Hadist Di MTs Darussalam Mesuji
Sumber : Dokumentasi Darussalam Mesuji Thn. 2017/2018
Siswa Yang Tuntas = J u mla h S i sw a T u n t a s × 100 Seluruh Jumlah Siswa
Siswa Tidak Tuntas = J u mla h S i sw a T i d a k T un ta s × 100 Seluruh Jumlah Siswa
1009080706050403020100
66
Tuntas Tidak Tuntas
87,5 %
12,5 %
Berdasarkan data diatas hasil postes pada siklus II terdapat siswa yang mencapai
ketuntatasan sebanyak 28 siswa dengan persentase 87,5 %, sedangkan yang
belum tuntas 4 siswa dengan presentase 12,5 %.
Dengan demikian penerapan pembelajaran kooperatif tipe skript, pada siklus II
hasil belajar siswa terdapat peningkatan dari sebuah pelaksanaan 53 % sebelum
pelaksanaan 41 %, siklus I 66 % , siklus II 88 %, hal ini menunjukan bahwa hasil belajar
siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe skript pada siklus ke II sudah
mengalami peningkatan dari siklus I meskipun masih terdapat beberapa siswa yang
belum menguasai materi pembelajaran sepenuhnya dan hasil belajarnya masih dibawah
KKM yang telah ditentukan. sekolah menetukan KKM 70 %, hal ini menunjukanbahwa
hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan pada siklus II.
4. Refleksi
Pada siklus II ini guru dan siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe skript, siswa yang biasanya pasif sudah mulai aktif, siswa
yang ada pada pertemuan sebelumnya dapat bekerja sama hanya mengandalkan temannya,
kini siswa sudah mulai bisa bekerjasama dan saling memotivasi, dan guru sudah bisa
mengkondisikan siswa untuk belajar bersama. guru sudah memaksimalkan penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe skript dan adanya tanggapan positif dari siswa sehingga
membuktikan adanya keberhasilan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
skript, dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Meskipun tidak dapat tidak dapat
67
dipungkiri masih terdapat kekurangan – kekurangan namun untuk tahap pemula,
pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe skript sudah dapat
berjalan dengan baik.
E. Pembahasan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Setelah Dilaksanakan Pembahasan Q u r a n h a d i s t Dengan Strategi Kooperatif tipe skrip Pada Siswa Kelas VIII di MTs Darussalam Mesuji.
Pada tahap pelaksanaan siklus I dan II peserta didik terlihat antusias dan
bersemangat untuk berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang
direncanakan. Selama proses pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan
materi sesuai SK KD, dan meminta siswa untuk bersungguh dalam belajar, setelah
dijelaskan guru membagikan kartu indeks, dan meminta sisw auntuk membuat pertanyaan
yang mereka kuasai, setelah itu kertu indeks dikumpul dan dikocok, dan perintahkan
siswa maju kedepan untuk berpartisipasi menjawab pertanyaan temannya, teman –
teman yang lain di instruksikan membantu memberikan tanggapan atas jawaban
temannya, dan lakukan berulang-ulang.
Di akhir pelajaran guru meberikan evaluasi kepada siswa dengan 10 butir soal
pilihan ganda. disamping itu juga guru memberikan reward atau penghargaan kepada
peserta didik yang berhasil sebagai bentuk aparesiasi kepada peserta didik, sesuai
dengan teori yang dikutip oleh Oemar Hamalik dalam Psikologi belajar mengajar, bahwa
untuk menumbuhkan hasil dalam kegiatan belajar mengajar disekolah, salah satunya
dengan seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan
baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri diluar kelas.
Pembahasan keberhasilan belajar dengan menggunakan Strategi pembelajaran
kooperatif tipe script dengan mengacu kepada hasil pengamatan yang telah dilakukan dan 68
mendapatkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Qur’an Hadist setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe script. Hal ini terbukti dari
peningkatan dari hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe script peningkatan hasil belajar siswa dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 12Peningkatan hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Strategi Strategi kooperatiftip script
Hasil Belajar Siswa
Presentase
Pretes Siklus I Siklus II
Tuntas 40,62 % 65,62 % 87,5 %
Belum Tuntas 46,87 % 34,37 % 12,5 %
Sumber : Dokumentasi MTs Darussalam Mesuji Thn. 2018/2019
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa yang tuntas pada
siklus I 66 %, siklus II 88 %. sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada siklus I
35 %, siklus II 13 %, Sehingga penelitian dapat dikatakan berhasil karna presentase hasil
belajar mencapai target indikator keberhasilan dalam penelitian. Berikut Diagram
Perubahan Hasil Belajar Peserta Didik dari Prasurvey sampai Siklus II:
69
100
9080706050403020100
41 66 88
Grafik Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil pengamatan dari hasil belajar siswa diatas diperkuat dari hasil wawancara
yang peneliti lakukan dengan guru Qur’an Hadist kelas VIII di MTs Darussalam Mesuji
dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru Qur’an Hadist dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe skript dapat membawa
perubahan yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari hasil wawancara dengan siswa peneliti mengambil beberapa kesimpulan dari
ungkapan para siswa, yaitu siswa merasa senang dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe skript dalam pemebelajaran mata pelajaran Qur’an Hadist. Karena
dengan adanya pemebelajaran tersebut siswa dilatih untuh belajar bersama dan berani
untuk bertnaya dan mengeluarkan pendapat. Mereka merasa mudah memahami materi,
70
karena siswa dapat bertanya dengan siswa yang lain apabila belum paham, dan apabila
temannyatidak bisa menjawab guru dikembalikan pada guru untuk menjawabnya.
71
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpualan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang terdiri dari dua siklus, Maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif tipe script dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran Qur’an Hadist dikelas VIII
MTs Darussalam Mesuji. Hal ini dapat diketahui dengan adanya peningkatan hasil
belajar peserta didik sebanyak 87,5 % hasil belajar peserta didik mulai meningkat dari
setiap siklus., siklus I 65,62 %, dan siklus II 87,5 % dengan jumlah 32 peserta didik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe script dalam
meningkatkan hasil belajar Qur’an Hadist peserta didik kelas VIII MTs Darussalam
Mesuji, Maka dapat diajukan saran – saran dan diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Alangkah baiknya jika hasil penelitian ini dijadikan pedoman oleh lembaga
pendidikan untuk selalu meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik,
sebab untuk mencapai hasil belajar siswa secara maksimal perlu adanya
motivasi yang tinggi dari peserta didik itu sendiri.
73
b. Diharapkan mengadakan pembinaan kepada guru terutama dalam strategi
mengajar dan melengkapi fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
74
2. Bagi Guru, khususnya guru mata pelajaran Qur’an Hadist:
a. Agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe skript kembali dan
melakukan perbaikan-perbaikan untuk mengoptimalkan Strategi
pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe skript pada mata pelajaran
Qur’an Hadist.
b. sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif tipe skript pendidik diharapkan
memperdalamnya terlebih dahulu dan memberikan pemahaman kepada
peserta didik sebelum menerapkannya agar pelaksanaannya akan berjalan
dengan maksimal.
c. Bagi guru / calon guru penerapan pembelajaran kooperatif tipe skript
dapat dijadikan alternatif atau upaya guru dalam meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada bidang study Qur;an Hadist ataupun bidang studi
yang lain
3. Bagi Peserta DidikDiharapkan agar peserta didik dalam belajar bersungguh – sungguh, belajar
apapun baik ilmu pengetahuan ataupun bidang ahlinya yang mempunyai
nilai positif, karena dengan bersungguh – sungguh insya allah akan
mendapatkan hasil yang maksimal.
C. Penutup
Dengan penuh rasa syukur Alhamdulillahhirabbil‟alamin penulis haturkan
kehadirat Allah SWT, hanya berkat rahmat dan karuni-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
75
76
DAFTAR PUSTAKA
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1988
Abu Abmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Al Ma’arif, Bandung, 1998
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1995
Departernen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Laporan Pendidikan, Jakarta, 1994
Huda, M. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Imam Janawi Abdul Raciman Bin Abu Bakar As-Syayunin, Sunan Abu Bani, Mesir, 1967
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung, 1996
Muhammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran, Sarana Panca Karya,
Bandung, 1988
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 1999
Qodri A. Azizy, Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Madrasah Aliyah, Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2004
Rusman.. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2012
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Rajawali, Jakarta, 2004
Soepartinah Pakasi, Anak dan Perkembangannya, Gramedia, Jakarta, 1987
77
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
Rajawali,Jakarta, 1999
Tayar Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Al Ma’arif, Bandung, 1995
Taliziduhu Ndraha, Research Teori Metodologi Administaras, Bina Aksara, Jakarta, 1978
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003
Ws. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1988
78