Post on 25-Dec-2014
description
PENGGUNAAN TEKNIK ROLE PLAY DALAM PEMBELAJARAN
SPEAKING SKILL PADA SISWA KELAS KELAS III
SD NEGERI JIMBE TAHUN AJARAN 2013/2014
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Metode Penelitian Kuantitatif
Disusun Oleh :
Hamidah Nur Akhiriyah
1121082128
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONOROGO
2013
ABSTRAK
Hamidah Nur Akhiriyah, 1121082128. Penggunaan Teknik Role play
Dalam Pembelajaran Speaking Skill Pada Siswa Kelas III SD Negeri
Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014, Laporan Penelitian Kuantitatif,
Ponorogo: Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik
Indonesia Ponorogo. Januari 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mendapatkan pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) dengan
menggunakan teknik Role play (bermain peran).
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen desain pretest-
posttest satu kelompok atau One Group Pretes-Postes Design, dengan
jumlah sampel 23 orang siswa. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan,
Kemampuan speaking skill siswa sebelum mengikuti pembelajaran speaking
skill dengan menggunakan teknik Role play kurang baik dengan pretes
nilai rata-rata 5,4 . Dan setelah diadakan postes Kemampuan speaking skill
siswa setelah mengukuti pembelajaran speaking skill dengan menggunakan
teknik Role play cukup baik dengan postes nilai rata-rata 6,2.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data secara
statistik dengan uji t. Nilai hitung (to) diketahui sebesar 11,36. Dengan db
40 diketahui harga kritik “t” pada taraf signifikansi 5% atau taraf
kepercayaan (95%) adalah 2,02. Sedangkan harga kritik “t” pada taraf
signifikansi 1% atau taraf kepercayaan 99% adalah 2,70. Nilai hitung (to)
lebih besar daripada harga kritik t (tt,) yaitu 2,02 <11,36 >2,70. Karena itu,
maka kedua variabel pretes dan postes ada perbedaan, yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara (speaking skill) siswa
kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun
Ajaran 2013/2014 sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
teknik Role play dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
teknik Role play. Dengan perkataan lain, hipotesis diterima karena terbukti
kebenarannya.
Dengan uraian di atas terlihat adanya perbedaan nilai dan kemampuan
subjek penelitian dalam speaking skill. Secara umum, kemampuan siswa
dalam speaking skill sesudah mengikuti pembelajaran dengan mengunakan
teknik Role play lebih baik dari pada sebelum menggunakan teknik Role
play. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Role play cukup efektif digunakan
dalam pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) siswa.
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Penelitian Kuantitatif dengan judul “Penggunaan Teknik
Role play Dalam Pembelajaran Speaking Skill Pada Siswa Kelas III SD
Negeri Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014” telah disetujui dan diterima pada :
Hari :
Tanggal :
Ponorogo, ………….
Dosen Pengampu,
DRA. SITI MUNIFAH, M.Pd
NIP. 19610505 198703 2 001
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka
kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah
SWT kamu sekalian berharap.” (QS. Al-Insyirah : 6-8)
“Ketahuilah pertolongan itu ada bersama dengan kesabaran, jalan keluar
itu akan selalu beriringan dengan cobaan, dan bersama kesulitan itu ada
kemudahan.” (HR. Tirmidzi)
Orang yang paling beruntung di dunia ialah mereka yang mengembangkan
rasa syukur yang hampir konstan, dalam situasi apapun. (E. Nightingale)
Kebanyakan millionaire mendapat nilai B atau C di kampusnya. Mereka
membangun kekayaan bukan dari IQ semata, melainkan kreatifitas & akal
sehat. (Thomas Stainley)
Kegagalan hanya situasi yang tak terduga. Ingat, Amerika Serikat
merupakan hasil dari kegagalan total. Sebab Columbus sebenarnya ingin
mencari jalan ke Asia. (Eugenio Barba)
Air mata tak selalu menunjukkan kesedihan, terkadang saat kita tertawa
dengan sahabat ia selalu hadir dalam tangis gelak tawa kita . (Penulis)
Jangan mencoba tuk menjadi sempurna, karena sempurna hanya milik
Andra and The Backbone. (Penulis)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan laporan penelitian ini untuk:
Kedua Orang tuaku
Ibu Sutami yang memberikan arti tulusnya kasih sayang tanpa
mengharap balas jasa dan aku selalu berdoa semoga beliau sehat
selalu . Amin.
Bapak Sardi yang memberikan motivasi agar anak-anaknya sukses
selalu semoga beliau juga sehat selalu. Amin.
Kakak-kakakku yang telah mendukung serta membiayai kuliahku.
Seseorang yang selalu memberikan semangat padaku walaupun jauh di
mata namun selalu dekat di hati, semoga kita selamanya. Amin.
Teman-temanku S1 PBI angkatan 2011 khususnya kelas PBI 2011 A dan
adik-adik tingkatku yang banyak membantu dan mendoakanku.
Keluarga besar STKIP PGRI Ponorogo dan almamaterku tercinta
tempatku menimba ilmu untuk masa depan yang cerah.
Kata Pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-nya kepada kita. Atas kehendaknya pula
laporan penelitian kuantitatif dengan judul “Penggunaan Teknik Role play
Dalam Pembelajaran Speaking Skill Pada Siswa Kelas III SD Negeri
Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini telah
melibatkan berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Ucapan
terimakasih penulis ucapkan kepada yang terhormat :
1. Dr. H. Kasnadi, M.Pd selaku Ketua STKIP PGRI Ponorogo.
2. Dr. Agus Priadi selaku Ketua Program Studi PBI Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Ponorogo.
3. Dra. Siti Munifah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian yang telah memberikan bimbingan,
kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu
dalam penyelesaian laporan penelitian ini.
4. Ria Dwi Febriani, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jimbe yang
telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.
5. Ahmad Nurendy, S.Pd selaku Guru Kelas III SD Negeri Jimbe yang
dengan senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian.
6. Guru-guru SD Negeri Jimbe yang telah memberikan motifasi dan
sebagai informan terhadap penyusunan laporan penelitian ini.
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan
laporan penelitian ini, dan penulis menyadari hasilnya jauh dari
kesempurnaan. Semua ini tidak lain karena keterbatasan penulis baik
pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala saran kritik
membangun sangat diharapkan.
Akhirnya penulis tetap berharap semoga laporan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari
semua pihak tersebut di atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah SWT.
Ponorogo, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………….
Abstrak……………………………………………………………….....
Halaman Pengesahan……………………………………………………
Halaman Motto………………………………………………………….
Halaman Persembahan………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………...
Bab I : Pendahuluan……………………………………………..
A. Latar Belakang………………………………………
B. Identifikasi Masalah………………………………...
C. Pembatasan Masalah……………………………….
D. Rumusan Masalah………………………………….
E. Tujuan Penelitian……………………………………
F. Manfaat Penelitian…………………………………
G. Batasan Pengertian………………………………..
Bab II : Kajian Teori dan Hipotesis…………………………...
A. Kajian Teori……………………………………….
B. Kerangka Pikir Penelitian…………………………
C. Hipotesis Tindakan………………………………..
Bab III : Metode Penelitian……………………………………...
A. Desain Penelitian…………………………………..
B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………….
C. Subjek Penelitian…………………………………..
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument………
E. Teknik Analisis Data……………………………...
Bab IV: Hasil Penelitian ……………………………………….
A. Deskripsi Data…………………………………….
B. Analisis Data……………………………………...
C. Penafsiran Data…………………………………..
D. Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis………….
Bab V : Penutup……………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………….
B. Implikasi………………………………………….
C. Saran……………………………………………..
Daftar Pustaka……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah ungkapan yang berasal dari bahasa asing mengatakan,
“Manusia adalah hewan atau makhluk hidup yang pandai berbicara.“ Hal itu
menunjukkan bahwa keterampilan berbicara menjadi ciri khas makhluk
yang disebut manusia. Manusia mampu berbicara dalam aneka ragam
bahasa. Kemampuan seperti itu bukanlah sesuatu yang bersifat naluriah
(instinct) seperti halnya pada binatang, tetapi diperoleh melalui proses
belajar dan latihan yang terus menerus. Keterampilan berbicara (speaking
skill) dalam bahasa juga merupakan salah satu kompetensi yang sangat
penting dalam berbahasa Inggris bagi masyarakat saat ini. Hampir semua
kegiatan pendidikan, bisnis, ekonomi, hukum dll menggunakan bahasa
Inggris sebagai alat komunikasi lisan. Dunia saat ini mengharuskan bahwa
tujuan pengajaran berbicara harus meningkatkan kemampuan komunikasi
siswa.
Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah
agar para siswa dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan
menjawab pertanyaan, menemukan cara untuk menyampaikan maksud,
mengumpulkan informasi dari yang lain, dan masih banyak lagi. Hal ini
sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Halliday in Jack Richard; John
Platt; Heldi Weber,1985) bahwa memiliki pengetahuan yang memadai
tentang komponen bahasa seperti structure, vocabulary, pronounciation,
intonation,as well as the field, tenor, dan mode dalam berbahasa, akan
menjadikan siswa lebih berhasil dengan menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi.
Kompetensi berbicara pada kenyataannya merupakan salah satu
problem bagi para guru bahasa Inggris dan siswa khususnya di tingkat SD.
Dalam pembelajaran bahasa Inggris sering kali siswa mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya
menjadi bahasa lisan. Keadaan itu semakin tidak teratasi karena masih
banyak guru bahasa Inggris yang kurang mampu memilih dan menerapkan
berbagai strategi, metode atau model serta sumber belajar yang cocok untuk
sebuah pembelajaran berbicara (speaking) , bahkan kadang-kadang tujuan
pembelajaran itu terabaikan. Mereka lebih memilih mengajarkan skill yang
lain, membaca (reading) misalnya. Keadaan ini menyebabkan keterampilan
berbicara (speaking) siswa sangat minim.
Dalam hal ini peneliti mencoba untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa dengan menggunakan teknik Role play (bermain peran).
Teknik Role play dalam proses pembelajaran digunakan untuk belajar
tentang pengenalan perasaan dan persoalan yang dihadapi siswa, dan untuk
mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Teknik Role play
diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar
manusia, terutama yang menyangkut kehidupan siswa dan untuk
memotivasi siswa agar lebih memperhatikan materi yang sedang diajarkan.
Joyce dan Weil (2007: 70) menerangkan bahwa melalui teknik Role
play, siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghargai diri
sendiri dan perasaan orang lain, mereka dapat belajar perilaku yang baik
untuk menangani situasi yang sulit, dan mereka dapat melatih kemampuan
mereka dalam memecahkan masalah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, fokus penelitian
ini berkaitan dengan pengaruh penggunaan teknik Role play (bermain peran)
dalam meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa. Kemampuan
berbicara (speaking) siswa sangat rendah, sehingga mengakibatkan minimnya
prestasi siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Agar pembelajaran
keterampilan berbicara (speaking skill) siswa memperoleh hasil yang baik,
para guru perlu menciptakan proses belajar-mengajar yang lebih
menyenangkan dan lebih praktis dengan menggunakan teknik Role play
(bermain peran).
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, agar penelitian ini lebih
spesifik, maka peneliti membatasi penelitian yaitu :
1. Apa itu teknik Role play(bermain peran) ?
2. Bagaimana teknik Role play dapat mempengaruhi hasil speaking skill
siswa SD Negeri Jimbe ?
D. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan teknik Role play (bermain peran) dapat
meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa kelas III di SD
Negeri Jimbe?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapatkan
pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) dengan menggunakan
teknik Role play (bermain peran).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
1. Penelitian ini diharapkan akan menambah citra atau nama baik sekolah
ketika memiliki siswa yang berprestasi tinggi dalam bidang bahasa
Inggris.
2. Sebagai referensi yang bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.
Manfaat Praktis
1. Siswa dapat meningkatkan keterampilan berbahasa khususnya
keterampilan berbicara dalam dialog pendek dan pengalaman proses
belajar mengajar yang menyenangkan dalam kelas yang mana dapat
kesempatan yang lebih banyak untuk melatih ketrampilan berbicara
(speaking) mereka.
2. Guru yang mengajarkan speaking dapat menambah pengetahuan
mereka sepanjang pengalaman mereka mengajar, terutama dalam
keterampilan berbicara khususnya dalam dialog dengan teknik bermain
peran (Role play).
G. Batasan Pengertian
Melalui aktivitas speaking atau berbicara bisa melakukan interaksi
dengan masyarakat dunia luas. Dalam speaking kita seolah-olah melakukan
penerjemahan dalam melakukannya yang secara tidak langsung membuat
otak kita bekerja dua kali. Hal ini dapat digambarkan seperti ketika anak
diberikan pertanyaan lalu anda mempersiapkannya terlebih dahulu dalam
tahap persiapannya dalam brntuk bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Lalu memindahkannya atau mentranslatenya kedalam bahasa inggris yang
tentu dalam pola yang benar, dengan demikian otak kita akan bekerja dua
kali.
Role play adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan,
yang bertujuan untuk melatih siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya; melatih praktik berbahasa lisan secara intensif; dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi. Dengan menggunakan teknik Role play (bermain peran)
siswa diharapkan lebih memiliki percaya diri untuk lebih mendalami
perannya.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian
Dalam istilah pembelajaran tercakup dua konsep yang saling terkait,
yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu dapat berupa
perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
kecakapan ketrampilannya, daya kreasinya, daya penerimaannya, dan lain-
lain aspek yang ada pada individu. Sementara itu “mengajar” adalah fasilitas
proses belajar yang membutuhkan perubahan atau peningkataan tersebut.
Mengajar yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada
di sekitar siswa sehingga dapat menimbulkan atau mendorong siswa
melakukan proses belajarnya. (Sudjana 1997: 15-16). Menurut Darsono
(2000: 71) pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta
didik untuk secara kreatif sehinggadapat menghadapi situasi sejenis atau
bahkan situasi yang baru sama sekali dengan cara yang memuaskan. Dalam
rangka penyelenggaraaan kehendak tersebut diperlukan perencanaan yang
terpadu atas komponen-komponen dan variabel-variabel yang ada dalam
proses pembelajaran tersebut sehingga aktifitas tujuan dapat tercapai.
Terdapat lima komponen utama yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam proses pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, dan
penilaian. (Sudjana 1997: 16).
Dalam pembelajaran perlu memeberdayakan semua potensi siswa agar
dapat menguasai kompetensi yang diharapkan sehingga mereka menjadi
pebelajar sepanjang hayat dan dapat mewujudkan masyarakar belajar. Bruce
Weil (1980) dalam (Sanjaya W, 2008) mengemukakan tiga prinsip penting
dalam proses pembelajaran , yaitu : (1) proses pembelajaran adalah
membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah
struktur kognitif siswa, sehingga proses pembelajaran menuntut aktivitas
siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri ; (2)
pembelajaran adalah berhubungan dengan tipe pengetahuan yang harus
dipelajari, masing-masing pengetahuan fisis, sosial dan logika; dan (3)
proses pembelajaran adalah melibatkan lingkungan sosial. Ketika sedang
mengajar di depan kelas , terjadi dua proses yang terpadu yaitu dua proses
belajar dan mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar sebagai
kegiatan pengumpulan fakta atau proses penerapan prinsip.
Kontruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan proses aktif
dalam mengkontruksi teks, dialog, pengalaman fisik, dll. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau apa yang dipelajari dengan apa yang
sudah dipunyai seseorang (Suparno P, 1997).
b. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja. Tujuan pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:25)
adalah membantu siswa pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman
dan dengan pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi
pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan
kemampuan atau tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa
setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang
positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar,
seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku
(over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik
tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000:27)
antara lain :
1) KesiapanBelajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal
suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah
terjadi pada diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak
dapat terlalu banyak berbuat. Namun, guru diharapkan dapat mengurangi
akibat dari kondisi tersebut dengan berbagai upaya pada saat
membelajarkan siswa.
2) Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar
sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa
yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk
menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung.
3) Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan. Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang
melakukan aktifitas. Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika
tidak aktif, maka siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini,
guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan
belajar dengan baik.
4) Keaktifan Siswa
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan
bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya .
5) Mengalami Sendiri
Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya
dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri,
akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang
lebih mendalam.
6) Pengulangan
Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu
membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa
mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah
diingat. Guru dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya
dengan memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan
ulangan harian.
7) Materi PelajaranYangMenantang
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan
sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul
saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis.
Dengan pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif
belajar.
8) Balikan Dan Penguatan
Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi
guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya
dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Balikan juga
berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam
pembelajaran. Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang
menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan
suatu perbuatan belajar. Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi
perbuatan baiknya tersebut.
9) Perbedaan Individual
Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik
maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta
kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-
siswa tertentu secara individual dan memikirkan model pengajaran yang
berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang kurang berbakat.
2. Pembelajaran Speaking (Berbicara)
a. Pengertian
Speaking skill dapat diartikan sebagai kemampuan berbicara, dimana
kemampuan berbicara yang dimaksud adalah berbicara dengan bahasa
inggris. Jika dilihat dari asal katanya, kata “speaking” berasal dari kata
speak yaitu “speak is to express opinions; to say; to converse”. Jadi speak
disini adalah cara mengeluarkan atau mengekspresikan pendapat, perkataan
yang kita ingin utarakan. Itulah pengertian speaking secara sederhana dan
asal kata dari speaking. Tetapi dalam arti luas speaking memiliki cangkupan
yang cukup besar dalam kehidupan kita. Seharinya banyak orang di dunia
ini yang mengeluarkan pendapatnya sehingga kita dapat menyimak,
menyimpulkan dan juga mengambil sikap dari apa yang mereka utarakan.
Melalui aktivitas speaking atau berbicara kita bisa melakukan interaksi
dengan masyarakat dunia luas. Dalam speaking kita seolah-olah melakukan
penerjemahan dalam melakukannya yang secara tidak langsung membuat
otak kita bekerja dua kali. Hal ini dapat digambarkan seperti ketika anak
diberikan pertanyaan lalu anda mempersiapkannya terlebih dahulu dalam
tahap persiapannya dalam brntuk bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Lalu memindahkannya atau mentranslatenya kedalam bahasa inggris yang
tentu dalam pola yang benar, dengan demikian otak kita akan bekerja dua
kali. Tetapi berbeda bila kita langsung memikirkan kalimat dalam bahasa
inggris.
Menurut Thorbury, speaking (berbicara) itu adalah salah satu bagian
kehidupan sehari-hari kita. Pada umumunya manusia menghasilkan puluhan
ribu kata dalam sehari. Bahkan, menurut dia, ada beberapa orang yang
menghasilkan lebih dari puluhan ribu kata sehari seperti seorang politikus
dan tukang lelang. Speaking begitu penting dan alamiah sehingga kita lupa
bagaimana kita bersusah payah untuk mendapatkan kemampuan “speaking”
ini; kita harus mempelajari bagaimana melakukan ‘speaking’ terus menerus
dalam bahasa asing.
b. Tujuan Pembelajaran Speaking
Tujuan pembelajaran speaking menurut Brown (2001: 113) adalah
agar para siswa dapat berpartisipasi dalam percakapan singkat, memberi dan
menjawab pertanyaan, menemukan cara untuk menyampaikan maksud,
mengumpulkan informasi dari yang lain, dan masih banyak lagi. Grauberg
(1997: 201) mengungkapkan bahwa banyak siswa yang menganggap tujuan
utama mempelajari bahasa asing adalah agar bisa berbicara dengan bahasa
tersebut. Oleh karena itu, Grauberg meneruskan, para guru bahasa harus
membantu siswa untuk mencapai tujuan siswa tersebut dengan
mengeluarkan segala kemampuan terbaik mereka.
3. Teknik Role Play
a. Definisi Teknik Role play
Wikipedia (2012) menyebutkan bahwa Role play adalah sebuah
permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh
khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama.
Jill Hadfield (dalam Santoso, 2011) menyatakan bahwa role playing
adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan
dan sekaligus melibatkan unsur senang.
Hadari Nawawi (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa bermain
peran (role playing) adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku
orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan
masing-masing dalam suatu organisasi atau kelompok di
masyarakat. Sehubungan dengan itu,
Santoso (2011) mengatakan bahwa teknik Role play adalah adalah
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Dengan kata lain bahwa teknik Role play adalah suatu teknik
pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang di dalamnya
terdapat aturan, tujuan, dan unsur senang dalam melakukan proses belajar-
mengajar.
b. Karakteristik Teknik Role play
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini
anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam
memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat
ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda
tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi kebebasan untuk menggunakan
benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika benda tersebut
diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini
misalnya anak memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul sawahnya,
bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana gerakan
pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam teknik Role play peserta didik
dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa,
mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan
percaya diri.
Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007)
juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada
kenyataan kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode ini
berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan
anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan
bahwa dalam teknik Role play murid dikondisikan pada situasi tertentu di
luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan
menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, Role play sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain. Murid
diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-
praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama
teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari
lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
Santoso, 2011).
c. Tujuan Teknik Role play
Menurut Zuthaerini (dalam Santoso, 2011), teknik ini digunakan
apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa yang
di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan
didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih
jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2) melatih anak-anak agar mereka
mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan 3) melatih
anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies
(dalam Sadali) mengemukakan bahwa penggunaan teknik Role play dapat
membantu siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.
d. Manfaat Teknik Role play
Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat
diambil dari Role play adalah: 1) Role play dapat memberikan semacam
hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan
terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari; 2) Role play
melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar; 3)
Role play dapat memberikan kepada murid kesenangan karena Role play
pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa
senang karena bermain adalah dunia siswa.
e. Langkah-Langkah Teknik Role Play
Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari teknik
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran;
menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut; pembentukan
kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok siswa membahas
peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil kelompok; bimbingan
penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih lengkap, berikut langkah-langkah
sistematisnya:
Guru menyuruh menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
Guru menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario yang sudah
dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan belajar-mengajar;
Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang;
Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
scenario yang sudah dipersiapkan;
Setiap siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang
sedang diperagakan;
Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan kelompok masing-masing;
Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
Guru memberikan kesimpulan secara umum;
Evaluasi;
Penutup.
f. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Role play
Banyak kelebihan yang dimiliki model pembelajaran teknik Role play.
Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya :
1) Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna bagi
mereka;
2) Bagi siswa; berperan seperti orang lain, ia dapat merasakan perasaan
orang lain; mengakui pendapat orang lain itu; saling pengertian;
tenggang rasa; toleransi;
3) Melatih siswa untuk mendesain penemuan;
4) Berpikir dan bertindak kreatif;
5) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan;
6) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan;
7) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat;
8) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya duniakerja (Djumingin,2011:175-176).
9) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;
10) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan
siswa.Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang
saling untuk dilupakan;
11) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias;
12) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial
yang tinggi (Santoso, 2011).
Selain memiliki kelebihan, teknik Role play pun bukanlah model
pembelajaran yang sempurna dan tentu memiliki kekurangan seperti halnya
model pembelajaran lainnya. Kekurangan-kekurangan tersebut di antaranya:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
Misalnya, Guru harus memahami betul langkah-langkah
pelaksanaannya, jika tidak dapat mengacaukan pembelajaran;
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih lama (Djumingin, 2011: 175-
176).
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan suatu adegan tertentu;
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai (Santoso, 2011).
B. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti bahwa
keterampilan berbicara (speaking skill) di kelas III SD Negeri Jimbe masih
mengalami kesulitan dan tergolong rendah. Pembelajaran speaking skill
yang selama ini terjadi masih mengalami beberapa hambatan sehingga
menyebabkan rendahnya hasil pembelajaran tersebut.
Bertolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu tindakan
pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play. Dengan teknik ini
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan speaking siswa kelas III SD
Negeri Jimbe, dan pada kondisi akhir dari penelitian ini diharapkan siswa
dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara (speaking skill)
mereka serta hasil belajar mereka menjadi meningkat setelah mendapat
pembelajaran speaking dengan menggunakan teknik Role play.
C. Hipotesis Tindakan
Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berbicara
(speaking skill) siswa kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan Jenangan
Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran2013/2014 sebelum mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play dan sesudah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik atau
disebut juga dengan penelitian kuantitatif.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen.
Eksperimen itu dimaksudkan sebagai percobaan yang berati disini
peneliti dapat memperoleh data yang meyakinkan mengenai efek dari
teknik Role play dalam pembelajaran Speaking skill bagi kelas III SD
Negeri Jimbe. Metode yang di gunakan adalah metode eksperimen.
Dalam penelitian ini, desain eksperimen yang digunakan ialah desain
pretest-posttest satu kelompok atau One Group Pretes-Postes Design
(Sukmadinata,2005:2008). Skema desain tersebut tampak pada bagan
berikut.
Pretes(T1)
Treatment(Perlakuan)
Postes(T2)
O1 X O2
Tabel 1. Pretes-Postes Satu Kelompok
Keterangan:
O1 = Tes Awal (Pretes)
X = Perlakuan (Treatment)
O2 = Tes Akhir (Postes)
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Jimbe, Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo pada tanggal 21-23 Januari 2014.
4. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Negeri Jimbe terdiri
dari 23 siswa.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Disini
peneliti mengambil seluruh siswa kelas III yang berjumlah 23 siswa.
Dikatakan sebagai sampel jenuh karena semua anggota populasi
dijadikan sampel.
5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a) Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan
fasilitas yang ada, mengamati segala kejadian yang berhubungan
dengan teknik Role Play, serta hal-hal yang dianggap perlu.
b) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk
mencari data seperti arsip, teori dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh
data berupa jumlah dan nama-nama peserta didik serta hal-hal lain.
c) Metode Tes
Metode tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
yang lain untuk mengatur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu/ kelompok.
2. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti untuk
mengumpulkan data (Arikunto, 2009: 134). Jenis-jenis instrumen
penelitian antara lain: 1) tes; 2) angket/kuesioner; 3) wawancara; 4)
skala bertingkat/rating; 5) dokumentasi. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah soal yang dibuat untuk
mengukur perbedaan hasil belajar siswa yang diajar setelah
menggunakan teknik Role Play.
3. Kriteria Penelitian
Kriteria dalam penilaian ini yaitu semua yang berkaitan dengan
teknik Role play dan yang berkaitan dengan pembelajaran speaking
skill.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk memperoleh nilai hitung berupa mean
perbedaan nilai pretest dan postest. Rumu s yang digunakan ialah sebagai
berikut:
Keterangan :
t = Mean dari perbedaan pretes dan postes
xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md
Σx²d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
d b = Ditentukan dengan N-1
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tabel 2. Distribusi Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes Siswa Kelas III SD
N Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014
No.
Subjek
(N)
Pretes
(X1)
Postes
(X2)
Gain(d)
(X2-X1)
Xd
(d-Md).
X²d
1 20 20 0 0 02 25 30 5 1,5 13 25 30 5 1,5 14 35 35 0 0 05 25 30 5 1,5 16 15 25 10 6,5 367 30 30 0 0 08 35 35 0 0 09 30 35 5 1,5 1
10 20 20 0 0 011 35 35 0 0 012 40 45 5 1,5 113 35 40 5 0 014 10 10 0 0 015 15 20 5 1,5 116 25 30 5 1,5 117 20 25 5 1,5 118 40 45 5 1,5 119 25 30 5 1,5 120 35 35 0 0 021 35 40 5 1,5 022 20 25 5 1,5 123 30 35 5 1,5 1
Σ N=23
ΣX1=625
ΣX2=705
Σd= 80 Σx²d=48
X =ΣX:115
X 1 =
5,4X 2 =
6,2
Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Speaking skill Siswa Kelas III SD N
Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014 Pada Pretes dan Postes
No Nilai FrekuensiPretes Postes
1 10 0 22 9 5 23 8 4 64 7 1 45 6 4 46 5 9 5
Jumlah siswa 23 23Siswa tuntas 10 16
Siswa tidak tuntas 13 7Rata-rata 5,4 6,2
Ketuntasan klasikal 52,5% 75%
Dari table 3. Data Frekuensi Nilai Speaking skill Siswa Kelas III SD N
Jimbe Pada Pretes dan Postes di atas dapat dibuat grafik pada gambar
sebagai berikut.
Gambar 1. Grafik Frekuensi Nilai Speaking skill Siswa Kelas III SD N
Jimbe Tahun Ajaran 2013/2014 Pada Pretes dan Postes.
B. Analisis Data
1. Mencari rata-rata (mean) hasil pretes dan postes :
X 1 = X 2 =
= =
= 5,4 = 6,13
2. Mencari jumlah selisih (gain) perbedaan skor kedua tes (Σd) setiap
kolom dengan cara nilai-nilai postes dikurangi nilai-nilai pretes (X2-X1)
pada setiap lajur yang sama dan menjumlahkannya. Jumlah gain atau
perbedaan skor kedua tes (Σd) diketahui sebesar 80.
3. Menghitung mean dari perbedaan pretes dengan postes atau mencari Md
dengan rumus :
Md =
=
Md =3,478 = 3,5
4. Menghitung deviasi masing-masing subjek atau xd (d-Md).
5. Menghitung jumlah kuadrat deviasi masingmasing subjek atau Σx²d.
Setelah dijumlahkan diketahui Σx²d sebesar 48.
6. Menghitung nilai t untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai pretes
dan postes serta pengujian hipotesis dengan rumus:
C. Penafsiran Data
Dengan membandingkan nilai t hitung (to) dengan harga kritik t (tt,)
ternyata nilai hitung (to) lebih besar daripada harga kritik t (tt,) yaitu 2,02 <
11,36 > 2,70. Karena nilai to lebih besar daripada tt, maka kedua variabel
pretes dan postes ada perbedaan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap keterampilan berbicara (speaking skill) siswa kelas III SD Negeri
Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran2013/2014
sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play
dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik Role
play. Dengan perkataan lain, hipotesis peneliti terbukti kebenarannya.
D. Kesimpulan Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan distribusi nilai, diketahui siswa yang mampu menguasai
speaking skill sebelum menggunakan teknik Role play sebanyak 10 siswa,
sedangkan yang tidak menguasai sebanyak 13 siswa. Distribusi nilai yang
diperoleh adalah lima siswa memperoleh nilai 9; empat siswa memperoleh
nilai 8; satu siswa memperoleh nilai 7; empat siswa memperoleh nilai 6;
sembilan siswa memperoleh nilai 5; Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar
5,4. Dengan demikian, ada 52,5 % yang menguasai speaking skill dan 47,5
% yang tidak menguasai speaking skill dengan baik. Hal ini belum
mencapai batas keberhasilan klasikal yang telah ditetapkan sebesar 75 %.
Sementara itu, (pada tabel.3 di atas) siswa yang menguasai speaking
skill setelah menggunakan teknik Role play sebanyak 16 siswa, sedangkan
yang tidak menguasai sebanyak 7 siswa. Distribusi nilai yang diperoleh
adalah dua siswa memperoleh nilai 10; tiga siswa memperoleh nilai 9; enam
siswa memperoleh nilai 8; empat siswa memperoleh nilai 7; empat siswa
memperoleh nilai 6; lima siswa memperoleh nilai 5;. Nilai rata-rata yang
diperoleh adalah 6,2. Dengan demikian, ada 75 % yang mampu menguasai
speking skill dan 25 % yang tidak menguasai speaking skill dengan baik.
Dengan demikian, hasil postes telah mencapai batas keberhasilan klasikal
yang telah ditetapkan sebesar 75 %.
Jumlah nilai postes sebesar 260 dengan nilai rata rata sebesar 6,2
dengan kategori cukup. Dengan demikian membuktikan bahwa hipotesis
diterima, yaitu speaking skill siswa kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan
Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun Ajaran 2013/2014 setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan teknik Role play cukup baik dengan
nilai rata-rata 6,2.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menganalisis data secara
statistik dengan uji t. Nilai hitung (to) diketahui sebesar 11,36. Dengan db
40 diketahui harga kritik “t” pada taraf signifikansi 5% atau taraf
kepercayaan (95%) adalah 2,02. Sedangkan harga kritik “t” pada taraf
signifikansi 1% atau taraf kepercayaan 99% adalah 2,70. Nilai hitung (to)
lebih besar daripada harga kritik t (tt,) yaitu 2,02 <11,36 >2,70. Karena itu,
maka kedua variabel pretes dan postes ada perbedaan, yaitu terdapat
perbedaan yang signifikan keterampilan berbicara (speaking skill) siswa
kelas III SD Negeri Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo Tahun
Ajaran 2013/2014 sebelum mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
teknik Role play dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
teknik Role play. Dengan perkataan lain, hipotesis diterima karena terbukti
kebenarannya.
Dengan uraian di atas terlihat adanya perbedaan nilai dan kemampuan
subjek penelitian dalam speaking skill. Secara umum, kemampuan siswa
dalam speaking skill sesudah mengikuti pembelajaran dengan mengunakan
teknik Role play lebih baik dari pada sebelum menggunakan teknik Role
play. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Role play cukup efektif digunakan
dalam pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill) siswa.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menggunakan teknik Role play (bermain peran)
dalam pembelajaran speaking skill pada siswa kelas III SD N Jimbe dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kemampuan speaking skill siswa kelas III SD Negeri Jimbe sebelum
mengikuti pembelajaran speaking skill dengan menggunakan teknik
Role play kurang baik dengan nilai rata-rata 5,4 .
2. Kemampuan speaking skill siswa kelas III SD Negeri Jimbe setelah
mengukuti pembelajaran speaking skill dengan menggunakan teknik
Role play cukup baik dengan nilai rata-rata 6,2.
3. Ada perbedaan yang signifikan kemampuan speaking skill siswa
kelas III SD Negeri Jimbe sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan tenik
Role play. Hal ini dibuktikan setelah nilai hitung (to) diketahui
sebesar 11,36 dengan db 40 harga kritik “t” pada taraf signifikansi
5% atau taraf kepercayaan (95%) adalah 2.02, sedangkan harga
kritik “t” pada taraf signifikansi 1% atau taraf kepercayaan (99%)
adalah 2,70. Ternyata, nilai hitung (to) lebih besar daripada harga
kritik t (tt), yaitu 2,02<11,36>2,70. Karena itu, kedua variabel pretes
dan postes ada perbedaan. Dengan kata lain, hipotesis diterima
karena terbukti kebenarannya.
B. Implikasi
Penggunaan teknik Role play terbukti dapat memperbaiki nilai hasil
belajar speaking skill siswa, karena bermain peran merupakan teknik
pembelajaran sambil bermain yang sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar. Teknik bermain peran lebih efektif dan efisien dibandingkan
dengan teknik konvensional yang umumnya masih sering digunakan dalam
pembelajaran speaking skill. Dikatakan efektif karena lebih menghemat
waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik secara
kelompok. Sedangkan dikatakan efisien dimungkinkan karena proses
pembelajaran di sekolah dasar lebih banyak dilakukan bermain sambil
belajar atau belajar sambil bermain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diimplikasikan bahwa teknik
Role play dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi
guru dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara (speaking skill)
siswa. Di samping itu, teknik pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
metode alternatif yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif dalam
pembelajaran keterampilan berbicara (speking skill) tingkat sekolah dasar. ..
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti dapat
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi siswa :
a. Siswa seharusnya memahami bahwa speaking skill merupakan
hal penting yang harus dikuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti
pembelajaran speaking skill dengan penuh kesungguhan agar
siswa memiliki keterampilan berbicara yang baik.
b. Dengan adanya teknik Role play sebaiknya siswa dapat
memanfaatkan dengan baik untuk bekerjasama dalam satu
kelompok, baik dalam diskusi maupun bermain peran sehingga
hasilnya dapat optimal.
2. Bagi guru :
Guru kelas hendaknya menerapkan teknik Role play (bermain peran)
dalam kegiatan belajar-mengajar, khususnya dalam pembelajaran
speaking skill, karena teknik bermain peran lebih efektif dan efisien
dibandingkan dengan teknik konvensional yang umumnya masih sering
digunakan dalam pembelajaran speaking skill.
3. Bagi sekolah:
Peneliti menyarankan penggunaan teknik Role play sebagai teknik
alternatif dalam pembelajaran speaking skill di kelas tinggi sekolah
dasar. Penggunaan teknik Role play dapat menciptakan proses
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar speaking siswa
sehingga sangat bermanfaat dalam meningkatkan hasil speaking skill
bagi anak-anak usia sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Munifah, 2007. Quantitative Research Methodology. Ponorogo. STKIP PGRI
M. Solahudin. 2008. Kiat-kiat Praktis Belajar Speaking . Jakarta. Diva Press.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gillian Brown and George Yule.1983. Teaching the Spoken Language : An
Approach Based on the Analysis of Conversational English. Australia: Cambridge
University Press.
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta:
Diknas.
Ministry of National Education. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta. Depdiknas.
Mulyadin, Taufik. 2012. “Bahasa Inggris dan Pembentukan Karakter Anak Sejak
Dini”. (Online) http://pojokkangadin.blogspot.com/2012/02/bahasa-inggris-dan-
pembentukan-karakter.html. Diakses 1 Januari 2014.
Mardalis. 1989. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Falah Production.