Post on 16-Oct-2021
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TEMPE PADA UKM
MUTIARA INDAH KELURAHAN ROMANG POLONG
KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA
ISKI YULIARSA
105 96 00856 11
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TEMPE PADA UKM
MUTIARA INDAH KELURAHAN ROMANG POLONG
KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA
ISKI YULIARSA
105 96 00856 11
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Petanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Prospek Pengembangan Usaha Tempe Pada UKM Mutiara Indah Kelurahan
Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Juli 2015
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Prospek Pengembangan Usaha Tempe Pada UKM Mutiara
Indah Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa
Nama : Iski Yuliarsa
Nim : 105 96 00856 11
Program Studi : Agribisnis
Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas : Pertanian
Tim Penguji
1. Amruddin, S.Pt, M.Si (....................................)
(Ketua Sidang)
2. Asriyanti Syarif, SP, M.Si. (....................................)
(Sekretaris)
3. Ir. Irwan Mado, M.P (....................................)
(Anggota)
4. Amanda. Pattapari, S.P,M.P. (....................................)
(Anggota)
Tanggal Lulus : Agustus 2015
ABSTRAK
ISKI YULIARSA, 105 96 00856 11. Prospek Pengembangan Usaha
Tempe Pada UKM Mutiara Indah Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa, dibawah bimbingan AMRUDDIN dan ASRIYANTI
SYARIF.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor internal dan eksternal yang
dapat mempengaruhi pengembangan industri tempe di Kelurahan Romang Polong
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa serta mengetahui alternatif strategi
yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil tempe di
Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.
Penelitian ini menggunaakan informan yang terdiri dari : pemilik usaha 1
orang, bagian produksi 1 orang, keuangan 1 orang, pengemasan atau penjualan 1
orang serta sampel 4 orang, konsumen tempe 2 orang pelanggan tetap dan 2
pelanggan yang dicoba ditempat lain.
Hasil penelitian menunjukkan strategi lingkungan internal dalam
pengembangan industri tempe Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa terdiri dari kualitas dan harga tempe terjangkau, kuantitas
dan kontinyuitas hasil produksi tempe, sumberdaya manusia terampil, saprodi
mudah didapat dan distribusi yang mendukung. Strategi lingkungan eksternal
terdiri dari hubungan yang dekat dengan stakeholder kondisi lingkungan yang
aman perhatian pemerintah terhadap pengembangan usaha tempe, diversivikasi
produk tempe serta perkembangan teknologi pengolahan pangan
Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
tempe yakni meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi tempe,
perbaikan sarana dan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta
penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI....................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………… 4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………… 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6
2.1. Tinjauan Umum Kedelai ..................................................... 6
2.2. Industri Kecil ................................................................... 9
2.3. Prospek Pengembangan Usaha Tempe ................................ 12
2.4. Analisis SWOT ................................................................... 15
2.5. Kerangka Pikir ........................................................ 19
III. METODE PENELITIAN …………………………………….. 20
.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… 20
3.2. Teknik Penentuan Sampel ................................................ 20
3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................. 20
3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................... 21
3.5. Analisis Data ................................................... 22
3.6. Definisi Operasional ............................................... 23
IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN …………… 28
4.1 Sejarah berdirinya Usaha Tempe UKM Mutiara Indah............. 28
4.2 Visi, Misi dan Tujuan UKM Mutiara Indah Pada Usaha Tempe 29
4.3 Struktur Organisasi Usaha Tempe .................................... 30
4.4 Sumberdaya Peralatan ..................................................... 32
4.5 Proses Pembuatan Tempe ...................................................... 32
V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….………… 37
5.1 Analisis Prospek Pengembangan Usaha Tempe .................... 37
5.2 Matriks SWOT .................................................................. 44
5.3 Alternatif Strategi ................................................................ 48
5.4 Prioritas Strategi ............................................................... 51
VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 54
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 54
6.2 Saran ................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Matriks Eksternal Dan Internal ………………………………………. 17
2. Faktor Analisis Internal (IFAS) ……………………………………. 45
3. Faktor Analisis Eksternal (EFAS) ………………………………… 46
4. Matriks IFAS dan EFAS. ………………………………………….. 47
5. Matriks SWOT IFAS dan EFAS dengan Alternatif Strategi ……….. 49
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian. ............................................................... 19
2. Struktur Organisasi UKM Mutiara Indah ………………………… 30
3. Skema Proses Produksi Tempe ………………………………………. 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Kuesioner Penelitian ............................................................... 54
2. Penentuan Bobot Nilai Pada Prospek Pengembangan Usaha Tempe
UKM Mutiara Indah ……………………….………………………… 56
3. Penentuan Rating Pada Prospek Pengembangan Usaha Tempe
UKM Mutiara Indah ……………………………………….…………. 57
4. Jawaban Responden Untuk Penentuan Bobot ............................... 58
5. Jawaban Responden Untuk Penentuan Rating ………………………. 59
6. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 60
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur tiada henti hentinya kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa yang telah menganugrahkan berbagai nikmat kepada kami di
dalam dunia ini, baik berupa nikmat kesehatan, kesempatan, dan tentunya nikmat
umur yang panjang, sehingga dalam penyusunanan skripsi yang berjudul “Prospek
Pengembangan Usaha Tempe Pada UKM Mutiara Indah Kelurahan Romang
Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa “ dapat terselesaikan dengan
baik. Salam dan salawat senantiasa tecurahrahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai utusan-Nya yang terakhir, yang telah membawa umatnya pada kehidupan
yang diterangi ilmu pengetahuan .
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Makassar. Penulis mengucapkan terimahkasih kepada :
1. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku dekan fakultas pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar beserta staf.
2. Bapak Amruddin, S.Pt, M.Si, selaku ketua Program Studi Agribisnis
pertanian, Fakultas Pertanian , Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin, S.Pt, M.Si, dan Ibu Asriyanti Syarif, SP, M.Si selaku
Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu bagi penulis dalam
membimbing dan memberi masukan serta arahan kepada penulis.
4. Bapak, ibu penguji yang memberikan masukan dan keritikan pada saat ujian
skripsi.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai di lingkungan jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membantu dalam
proses perkuliahan, administrasi dan penyusunan skripsi.
6. Terkhusus buat Ayahnda dan Ibunda tersayang yang banyak memberikan
doa, dorongan, perhatian dan kasih sayangnya dengan tulus selama ini untuk
segera menyelesaikan studi.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
sempat disebutkan.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca utamanya
bagi penulis. Amin
Makassar, Juli 2015
Penulis
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha kecil dan menengah memiliki potensi, kedudukan, dan peranan
yang cukup strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian yang mampu
memberikan pelayanan ekonomi, melaksanakan pemerataan, dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan stabilitas ekonomi. Hal ini
dapat dilihat pada saat keadaan krisis yang berkepanjangan, usaha kecil tetap
mampu bertahan. Hal tersebut antara lain dikarenakan bahan baku pada usaha
kecil, umumnya tidak tergantung pada impor sehingga biaya produksi tidak
terpengaruh oleh melonjaknya nilai mata uang asing terhadap rupiah dan apabila
produksinya diekspor maka keuntungan yang diperoleh akan menambah
pendapatan negara(Suryana, 2004).
Agroindustri merupakan bagian dari serangkaian sistem agribisnis. Istilah
agroindustri mengacu pada kegiatan mengolah bahan baku hasil on farm menjadi
bahan setengah jadi (intermediet product) atau bahan jadi (finished product).
Agroindustri mempunyai peranan yang sangat penting karena pada kenyataannya
mampu menghasilkan nilai tambah dari produk segar hasil pertanian (Gumbira
dan Prastiwi, 2005).
Salah satu agroindustri yang cukup potensial adalah industri tempe.
Umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk dan sebagai makanan
tambahan atau jajanan. Potensi tempe dalam meningkatkan kesehatan dan
2
harganya relatif murah sehingga memberikan alternatif pilihan dalam
pengadaan makanan bergizi yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat.
Beragamnya kandungan yang ada pada tempe yang baik untuk pemenuhan
gizi manusia, maka industri tempe perlu dilakukan pengembangan agar produk
tempe tetap dapat memenuhi kebutuhan manusia dan kebutuhan gizi. Industri
tempe sebagian besar merupakan industri kecil yang lemah permodalan dan lemah
manajemen. Oleh karena itu, strategi pengembangan usaha bagi industri tempe
diperlukan sebagai salah satu langkah meningkatkan kontribusi industri kecil
dalam perekonomian daerah dan nasional
Menurut Ambarwati (2004), industri tempe pada umumnya dikelolah
dalam bentuk industri rumah tangga, sehingga perkembangannya selalu
dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan baku yaitu kedelai,
ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta
permodalan.
Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan
biaya yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan pengrajin tempe belum mampu
mendatangkan keuntungan yang optimal karena harganya yang murah, dan disisi
lain biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku semakin besar dengan adanya krisis
ekonomi. Keberadaan ini sangat mempengaruhi efisiensi usaha pengrajin tempe,
sehingga banyak pengrajin tempe yang tidak mampu berproduksi lagi (Sari,
2002).
3
Usaha tempe sangat tergantung pada kedelai impor. Ketergantungan dari
kedelai impor ini terjadi karena tempe yang dihasilkan dari kedelai impor
memiliki penampilan dan rasa yang lebih unggul, tidak menghasilkan bau
langu atau bau khas yang terdapat pada tempe yang menggunakan kedelai
lokal dan tidak menghasilkan rasa pahit (Nurhayati, 2001).
Posisi industri tempe kian terpuruk akibat sistem penjualan secara
tradisional dengan kemasan yang kurang menarik dan tempat penjualan yang
kurang bersih dan kurang strategis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
penjualan tempe sehingga kegiatan usaha tempe belum mampu memberikan
keuntungan yang optimal.
Industri tempe diKelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa merupakan salah satu industri berbasis rumahtangga yang
memiliki potensi cukup bagus untuk dikembangkan karena tempe merupakan
salah satu komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan dan
memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
tempe merupakan salah satu makanan khas masyarakat Indonesia yang
disukai oleh kalangan anak-anak sampai orang dewasa.
Berdasarkan kondisi dilapangan padaindustri tempe UKM Mutiara Indah
dimana permasalahan utaman yaitu lemahnya permodalan dan lemahnya
manajemen serta kurang kreatifitas dalam mengolah tempe karena semua produk
dan bentuk yang dihasilkan sama.. Hal ini menuntut pengusaha untuk membuat
strategi yang mampu membawa industri tempe tetap eksis dan mampu
menghadapi persaingan, selain hal tersebut juga terdapat kendala yaitu proses
4
produksi yang masih sederhana, disamping itu ketidakseimbangan akses bagi
usaha kecil dan rumah tangga dalam mendapatkan sumber-sumber permodalan
untuk mengembangkan usahanya menyebabkan produk usaha kecil dan rumah
tangga kurang mampu bersaing di pasar. Dari uraian di atas, masalah yang
akan diteliti adalah kondisi usaha tempe sekarang ini di lokasi penelitian, kunci
sukses dari pengrajin tempe yang masih dapat bertahan dan bahkan berkembang
ditengah kondisi sekarang ini. Agar usaha Agroindustri tempe dapat bertahan
dan berkembang, maka dibutuhkan strategi- strategi yang disusun dengan
memperhatikan lingkungan internal dan eksternal.
1.2 Rumusan Masalah
Kekuatan dan peluang yang dimiliki harus mampu mengatasi kelemahan
serta ancaman yang ada pada industri tempe. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimana strategi secara internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap
pengembangan industri tempe diKelurahan Romang Polong Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa ?
2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam mengembangkan
industri kecil tempe diKelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa ?
5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui strategi internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi pengembangan industri tempe di Kelurahan Romang
Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
2. Untuk mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam
mengembangkan industri kecil tempe di Kelurahan Romang Polong
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
Kegunaan dalam penelitian yaitu
1. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu
kebijakan di sektor industri khususnya sub sektor industri bahan pangan.
2. Bagi pengusaha tempe, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi
pengembangan usaha tempenya.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan referensi penelitian selanjutnya.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kedelai
Kedelai adalah salah satu tanaman polongpolongan yang menjadi bahan
dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai
merupakan sumber utama protein nabati dan minyak naati dunia. Penghasil
kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat.
Secara umumkedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling
tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna
kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G.
max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang
selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara.
Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan
Indonesia. Khusus untuk wilayah Indonesia Glycine soja atau lebih kedelai putih
dan kultur yang banyak dibudidayakan adalah ringgit dan orba (Anonim, 2008).
Tempe merupakan makanan hasil fermentasi antara kedelai dengan jamur
Rhizopus Oligosporus ini banyak disuka. Rasanya yang lezat, harganya
murah dan mudah didapat. Kandungan sepotong tempe terdiri dari berbagai
unsur seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, enzim, daidzein,
genisten, serta komponen antibakteri bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu, pada
tempe juga terjadi peningkatan nilai gizi, seperti kadar vitamin B2, vitamin B12,
dan asam pantorenat(Nurhayati, 2001).
7
Tempe juga mengandung vitamin B12 yang dihasilkan dari aktivitas
mikroba dalam proses fermentasi. Jika tempe dikonsumsi setiap hari, hal itu dapat
memenuhi 62 persen protein yang dibutuhkan oleh tubuh, 35 persen riboflavin, 34
persen magnesium, 108 persen mangan, dan 46 persen tembaga. Selain itu, tempe
hanya mengandung 3,7 gram lemak jenuh dan kurang dari329 kilo kalori.
Kandungan nilai gizi tempe jauh lebih baik dibandingkan kedelai biasa.
Kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi 24 kali lipat. Nilai serat, vitamin B
kompleks, efisiensi protein, dan nilai asam lemak bebasnya juga lebih baik. Itulah
yang menyebabkan tempe berperan sebagai sumber protein sempurna bagi
penderita diabetes(Rahmadi, 2008).
Kandungan tinggi seratnya berfungsi mengendalikan kadar gula darah
dan mencegah diare pada anak kecil. Kadar zat besinya yang tinggi, yaitu 4
mg/100 gram, menyebabkan tempe dapat mengatasi masalah anemia. Proses
fermentasi dalam pembuatan tempe akan mengaktifkan enzim fitase sehingga
dapat meningkatkan adsorpsi besi di dalam darah. Keunggulan yang dikandung
dalam tempe adalah sebagai berikut: Sumber antioksidan yang mengandung
isoflavon aglikon sebagai pencegah kanker; sumber antibiotik, zat antibakteri
yang memperkecil peluang infeksi; hipokolesterolemik, menurunkan lipid atau
lemak dalam darah; sumber vitamin B; mengandung vitamin B12
(Ambarwati, 2004).Vitamin tersebut umumnya terdapat dalam produk hewani tapi
tidak dijumpai pada makanan nabati, seperti sayuran, buahbuahan, dan
bijibijian; mengandung delapan macam asam amino esensial dan asam lemak
tidak jenuh; mengandung serat tinggi; dan mudah dicerna oleh semua kelompok
8
umur, dari bayi sampai usia lanjut. Pengolahan kedelai menjadi tempe
menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yang memicu timbulnya gejala
flatulensi (Dirmanto,2008).
Kandungan nutritif tempe telah berubah dari asalnya, kedelai. Unsur
nutrisi yang bersifat antagonis direduksi pada saat perendaman kedelai, yang
merupakan tahapan awal dalam pembuatan tempe. Produk tempe tradisional
umumnya tidak hanya mengandung satu jenis jamur, melainkan kombinasi unik
yang menyebabkan kualitas nutrisi tempe yang berbeda dengan produk tempe
pabrikan. Salah satu keunggulan tempe tradisional adalah kandungan vitamin
B12 yang tinggi. Tingkat kecernaan protein nabati asal tempe dikatakan
berkalikali lipat lebih baik dibandingkan hal yang sama dari kedelai. Singkat
kata, peneliti di seluruh dunia mengenal tempe sebagai makanan sehat yang
direkomendasikan untuk dikonsumsi (Rahmadi,2008).
2.2 Industri Kecil Tempe
Menurut UU RI No. 9 tahun 1995 tentang Industri kecil, maka batasan
Industri kecil didefinisikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan
atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang
ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan per tahun
sebesar Rp. 1 milyar atau kurang. Batasan mengenai skala usaha menurut BPS,
yaitu berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja, mulai dicobakan di lingkungan
Depperindag tahun 2008, yaitu:
9
Industri mikro : 1 – 4 orang
Industri kecil : 5 – 19 orang
Industri menengah : 20 – 99 orang
Industri tempe merupakan salah satu agroindustri rumah tangga yang
sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan industri tempe
telah mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan
meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan. Ditengah-tengah
persaingan dengan industri rumah tangga lain baik yang dalam bidang pangan
maupun non pangan serta iklim usaha yang semakin sulit menuntut industri tempe
untuk lebih kreaktif dalam menjalankan usaha. Agar dapat bertahan dan
berkembang industri tempe perlu mengetahui faktor kunci sukses dalam
berwiraswasta tempe. Pengetahuan faktor kunci sukses berwirausaha tempe
akan membantu para pengrajin tempe dalam menjalankan usaha. Selain itu
pengetahuan faktor kunci sukses dalam berwirausaha tempe juga akan
membantu pihak-pihak yang terkait dalam pembinaan untuk membina para
pengrajin tempe secara efektif dan efisien (Dirmanto, 2008).
Kenaikan harga kedelai mulai berdampak serius pada nasib pekerja
industri kecil dan menengah tempe dan tahu. Sebagian perajin telah
memberhentikan sebagian pekerjanya karena tidak sanggup lagi membayar upah.
Tahun 2007 jumlah unit usaha tempe di Indonesia 56.455 unit dan tahu 28.454
unit. Dengan ratarata pekerja 10 orang, maka tenaga kerja yang terserap sebanyak
850.000 orang. Sebelumnya tingkat utilisasi usaha tempe tahu 8095 persen.
Namun, setelah harga kedelai naik, utilisasi turun menjadi 6065 persen. Kualitas
10
kedelai ini lebih baik dari kedelai impor dan potensi produktivitasnya bisa di atas
3 ton/ha (Sari, 2002).
Strategi melindungi industri kecil kecil tahu dan tempe dari kenaikan
harga bahan baku kedelai dapat dilakukan sebagai berikut : Langkah pertama
adalah komitmen dari pemerintah yang ingin benarbenar menjamin ketersediaan
bahan baku kedelai bagi perajin atau pengusaha kecil tahu dan tempe harus
direalisasikan; kedua, langkah pertama harus didukung dengan langkahlangkah
nyata berikutnya yaitu merealisasikan pemberian subsidi, membebaskan bea
impor kedelai, kesungguhan yang betulbetul ingin meningkatkan produksi
kedelai lokal, memberikan bantuan modal dengan bunga rendah atau tanpa bunga,
dan menstabilkan harga bahanbahan yang ada kaitannya dengan produk tahu
dan tempe seperti minyak goreng, minyak tanah; ketiga, berkaitan dengan
pemberian subsidi perlu dilakukan dengan segera pendataan yang serius dan
bertanggungjawab terhadap perajin yang benarbenar berhak mendapatkan
subsidi. Masih segar dalam ingatan kita tentang bahan baku kedelai eks impor
yang di awal tahun ini sempat membuat gonjangganjing dunia perkedelaian dan
pertahu tempean Indonesia(Anonim, 2008).
Padawaktu itu harga bahan baku kedelai eks impor naik sangat fantastik
lebih dari 100 persen dari yang semula ratarata sekitar Rp 3.500 menjadi Rp
7.500 per kg. Dampak kenaikan harga bahan baku kedelai sangat berpengaruh
pada semua tingkatan perajin tahu dan tempe baik kelas bawah, menengah,
maupun besar(Anonim, 2015).
11
Dampak nyata dari kenaikan harga bahan baku kedelai adalah,
pertama berfluktuasinya produksi harian tahu dan tempe. Kedua, terhadap
kelangsungan usaha tahu dan tempe beberapa perajin terpaksa merumahkan
satusampai dua karyawanannya karena biaya operasionalnya tidak mencukupi.
Ketiga, pola konsumsi bagi keluarga para perajin tahu dan tempe terutama bagi
perajin tahu dan tempe yang berskala kecil terpaksa harus hidup hemat, makan
seadanya, serta berusaha mencari pinjaman modal atau bekerja sampingan seperti
menarik ojek dan jual beli sepeda motor. Keempat, terhadap perekonomian
keluarga, kesejahteraannya semakin munurun karena keuntungan yang diperoleh
semakin menipis. Selain itu untuk mengembangkan usaha juga menjadi sulit.
Untuk menyiasati agar tidak rugi dan terus bisa berproduksi maka para perajin
tahu dan tempe menyiasatinya dengan dua cara, yaitu pertama dengan
menaikkan harga jualnya dengan ukuran tahu dan tempe tidak berubah. Kedua,
jika tidak bisa menaikkan harga jualnya, maka ukuran tahu dan tempenya harus
diperkecil. Perajin tahu dan tempe membutuhkan bahan baku kedelai maksimum
100 kg/hari (Priyambodo,2008).
2.3 Prospek Pengembangan Usaha Tempe
Prospek merupakan kondisi yang akan dihadapi oleh perusahaan dimasa
yang akan datang baik kecendrungan untuk meningkatkan atau menutup. Kondisi
ini dipengaruhi oleh berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Kelemahan
dan kekuatan yang dimiliki perusahaan sehingga diperlukan perencanaan dan
perumusan strategis perusahaan secara baik. Khususnya kebijakan pemasaran dan
perusahaan dapat meningkatkan pemasaran produksinya dengan memanfaatkan
12
peluang-peluang dan mengetahui berbagai bentuk ancaman dikemudian hari
(David, 2004).
Pengembangan usaha adalah ” Tugas dan proses persiapan analitis tentang
peluang pertumbuhan potensial, dukungan dan pemantauan pelaksanaan peluang
pertumbuhan usaha, tetapi tidak termasuk keputusan tentang strategi dan
implementasi dari peluang pertumbuhan usaha “ Sedangkan untuk usaha yang
berskala besar dan mapan , terutama di bidang teknologi industri yang terkait
“Pengembangan usaha” istilah yang sering mengacu pada pengaturan dan
mengelola hubungan strategis dan aliansi dengan yang lain, perusahaan pihak
ketiga (Damanik, 2008).
Dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan satu sama lain keahlian ,
teknologi atau kekayaan intelektual untuk memperluas kapasitas mereka untuk
mengidentifikasi, meneliti, menganalisis dan membawa ke pasar bisnis baru dan
produk baru, pengembangan bisnis berfokus pada implementasi dari rencana
bisnis strategis melalui ekuitas pembiayaan, akuisisi / divestasi teknologi, produk,
dan lain – lain(David, 2004).
Di Indonesia, selain menggunakan kedelai, tempe juga dapat diproduksi
dengan menggunakan bahan baku seperti ampas tahu, jagung, benguk, dan lain-
lain. Namun tempe lebih umum dan lebih disukai dari bahan baku kedelai. Tempe
dengan menggunakan bahan baku kedelai memiliki cita rasa yang lebih nikmat
dan gizi yang tinggi. Produksi tempe umumnya masih menggunakan bahan baku
kedelai transgenik dan sistem pertanian yang masih menggunakan bahan-bahan
kimia. Kedelai transgenik lebih disukai oleh para pengrajin tempe karena
13
memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih seragam sehingga kualitas tempe yang
dihasilkan lebih bagus dan lebih ekonomis dibandingkan kedelai lokal. Produksi
bahan baku kedelai dalam negeri yang masih rendah dan kualitasnya juga kurang
baik, menyebabkan sebagian besar bahan baku kedelai masih impor dari negara
lain. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan produksi kedelai dan meningkatkan
kualitas kedelai dengan mengembangkan rekayasa genetika dan sistem pertanian
organik sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mampu
menembus pasar internasional yang lebih luas.(Anonim, 2008).
Industri tempe adalah jenis usaha yang umumnya merupakan industri
rumahan dengan investasi tidak terlalu besar dan jumlah karyawan sedikit.
Namun, industri tempe telah banyak menjadi sumber penghidupan bagi rakyat
kecil dan memenuhi kebutuhan produk pangan bergizi tinggi dan terjangkau bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk nasional yang terus meningkat, menunjukan bahwa potensi pasar
produk tempe semakin besar dan merupakan peluang untuk mengembangankan
bisnis tempe.
2.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
14
perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktorfaktor strategis
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi
yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling
populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2004).
Rangkuti, (2004), mengartikan analisa Swot adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat diminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Analisa Swot merupakan ramuan utama
perencanaan strategi dan membantu klasifikasi pilihan kebijaksanaan yang
dihadapi perusahaan.
Dalam bisnis, analisis SWOT adalah pusat untuk mengembangkan strategi
kompetitif. SWOT adalah singkatan dari Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan
Ancaman. SWOT template yang mudah diadaptasi untuk mengembangkan
strategi kompetitif. SWOT posisi kekuatan dan kelemahan internal yang sama
untuk melihat kesempatan dan ancaman yang terkait dengan masalah eksternal.
Dalam format ini, sumber daya dan kemampuan yang cocok untuk lingkungan
yang kompetitif. Hasilnya adalah strategis yang kemungkinan menjadi lebih jelas.
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan misi, tujuan
dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus
menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan dalam kondisi saat ini. Hal ini
disebut dengan Analisis Situasi. Model paling populer untuk menganalisa siatuasi
adalah analisis Swot.
15
Berdasarkan analisa swot, dapat dilakukan penentuan Grand Startegy atau
strategi utama dari perusahaan. Cara mengetahui posisi kinerja perusahaan apakah
pada kuadran I, II, III atau IV adalah dengan mengkombinasikan pertemuan antar
garis absis (kekuatan – kelemahan) dengan ordinat (peluang – ancaman) pada
diagram analisis swot.
Strategi Turnaround III I Strategi Agresif
Strategi Defensif IV II Strategi Diversifikasi
Keterangan :
Kuadran I : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga strategi yang
diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif.
Kudran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih
memiliki kekuatan dari internal. Strategi yang diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
dengan strategi Diversifikasi.
Kudran III : Perusahaan menghadapi peluang besar, tetapi dilain pihak
memiliki kelemahan internal. Fokus strategi adalah
Peluang
Kekuatan Kelemahan
Ancaman
16
meminimalkan masalah sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik dengan strategi turnaround.
Kuadran IV : Perusahaan pada situasi yang tidak menguntungkan karena
menghadapi berbagai ancaman dari luar dan kelemahan
internal. Strategi yang tepat untuk menghadapi keadaan ini
adalah strategi defensif.
Matrik Eksternal Internal menurut Rangkuti (2004) merupakan alat yang
dipakai untuk menyusun faktor – faktor strategi perusahaan. Matrik Swot ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal
yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif
strategi antara lain :
a. Strategi SO Startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
17
Setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan
pengembangan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan informasi
tersebut ke dalam rumusan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun
faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat dises uaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya
Tabel 1 Matriks Eksternal Dan Internal
Faktor Internal
Faktor Eksternal
STENGTHS ( S )
Tentukan faktor-faktor
kekuatan internal
WEAK NESSES ( W )
Tentukan faktor-faktor
kekuatan internal
OPPORTUNITY (O)
Tentukan faktor-faktor
kekuatan eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREATS ( T )
Tentukan faktor-faktor
kekuatan eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman
2.5 Kerangka Pikir
Tempe mempunyai begitu banyak keunggulan dan juga manfaat baik bagi
tubuh maupun kesehatan. Begitu banyaknya kelebihan yang dimiliki diharapkan
industri tempe mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Industri tempe
merupakan industri kecil yang lemah permodalan, lemah manajemen. Hal ini
menuntut pengusaha untuk membuat strategi yang mampu membawa industri
18
tempe tetap eksis dan mampu menghadapi persaingan. Agar industri tempe ini
dapat terus berlangsung maka diperlukan langkahlangkah atau strategi
pengembangan yang mengutamakan keterpaduan baik dalam lingkup lintas sektor,
antar sektor maupun wilayah.
Pengusaha industri kecil tempe di Kabupaten Gowa secara umum
melakukan kegiatan usahanya untuk dipasarkan. Faktor produksi pendukung
kegiatan industri kecil tempe di Kecamatan Somba Opu diperoleh dari penyedia
sarana produksi yang sebagian besar disediakan oleh Koperasi Tahu Tempe
(KOPTI) Dengan skala usaha relatif kecil, maka pengusaha harus mampu
melakukan manajemen dengan baik agar usahanya dapat berkembang. Dengan
kata lain pengusaha harus mampu melakukan kegiatan produksi dan pemasaran
produk yang dapat memberikan keuntungan maksimal.
Pengusaha harus mampu mangatur penggunaan faktor produksi secara
efisien untuk menekan biaya produksi dan mengatur jenis produk yang dihasilkan
serta volume penjualannya untuk mendapatkan harga jual produk yang
menguntungkan. Para pengusaha harus mampu memutuskan apa yang
dihasilkannya dan bagaimana menghasilkannya. Dalam proses pengambilan
keputusan, pengusaha tempe memperoleh peluang yang dibatasi baik oleh
faktorfaktor yang dapat dikendalikan (faktor internal) maupun yang tidak dapat
dikendalikan (faktor eksternal). Praktek dan sistem usaha yang ada merupakan
hasil gabungan pengalaman, tradisi, sumberdaya yang ada, lingkungan hidup
fisik, tingkat teknologi dan keadaan politik, ekonomi serta pasar. Adapun
kerangka pikir dalam penelitian ini :
19
Gambar 1. Kerangka Pikir PenelitianProspek Pengembangan Usaha Tempe Pada
UKM Mutiara Indah Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa
Industri Kecil Usaha Tempe di
Kecamatan Somba Opu
Pengembangan Usaha
Tempe
Faktor Internal
Kekuatan
kelemahan
Faktor Eksternal
Ancaman
Peluang
Analisis SWOT
Prospek Pengembangan Usaha Tempe
20
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan diKelurahan Romang Polong Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan bahwa
UKM Mutiara Indah mengembangkan usaha kecil tempe yang banyak diminati
masyarakat. Waktu penelitian akan dilakukan selama dua bulan yakni Mei sampai
Juli 2015
3.2 Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang-orang yang dianggap mengetahui benar suatu
fenomena yang menjadi obyek penelitian, sehingga dapat membantu peneliti
dalam menggali informasi data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari : pemilik usaha 1
orang, bagian produksi `1 orang, keuangan 1 orang, pengemasan atau penjualan 1
orang serta sampel 4 orang adalah konsumen tempe 2 orang pelanggan tetap dan 2
pelanggan yang dicoba ditempat lain.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang terbatas pada usaha pengungkapan suatu masalah dan keadaan sebagaimana
adanya, sehingga hanya merupakan penggungkapan fakta. Dalam hal ini
penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder:
21
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu
respon yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Data ini berupa hasil
wawancara yang diperoleh dari kuesioner berupa tanya jawab dengan kke
pemilik usaha serta karyawannya.
b. Data sekunder adalah pelengkap bagi data primer yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi. Periode waktu data ini berupa laporan data
misalnya data penjualan dan produksi tempe.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan data-data yang
berhubungan industri tempe
2. Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak
tertentu dalam hal ini pemilik usaha tempe.
3. Dokumentasi, teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang
diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dengan
menggunakan analisa alat bantu analisis yakni SWOT. Menurut Rangkuti (2014)
analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk
merumuskan strategi pembahasan. Analisis ini dilaksanakan pada logika yang
22
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman
(Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan organisasi. Dengan demikian
perencanaan strategis (strategic plan) harus menganalisis faktor-faktor strategis
meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada pada
saat ini. Keempat faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yakni
eksternal dan internal. Dari faktor eksternal maka disusun faktor strategi eksternal
(EFAS / Eksternal Strategic Factor Analysis Summary) dan dari internal disusun
faktor internal (IFAS / Internal Strategic Factor Analysis Summary).(Rangkuti,
F, 2014).
Strategi Eksternal dan Matrik Faktor Strategi Internal.
a. Matrik faktor strategi eksternal:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan
dalam kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari
1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor -faktor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Faktor peluang yang
bersifat positif yaitu dengan skala 1= peluang kecil, 2= peluang sedang, 3=
peluang tinggi, 4= peluang sangat tinggi. Untuk faktor ancaman yang
23
bersifat negatif merupakan kebalikan dari faktor peluang yaitu: 1=
ancaman sangat besar, 2= ancaman besar, 3= ancaman sedang, 4=
ancaman kecil.Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada
kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya
berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi mulai dari4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
4. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh jumlah
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total
ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama (Rangkuti, 2014).
b. Matrik Faktor Strategi Internal
Tahapnya adalah :
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai
dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
faktor- faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebih skor total 1,0).
3. Memberikan rating 1 sampai 4 pada kolom 3 untuk menunjukkan efektivitas
perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Faktor yang
bersifat positif yaitu dengan skala 1= kekuatan yang kecil, 2= kekuatan
24
yang sedang,3= kekuatan yang besar, 4= kekuatan yang sangat
besar. Untuk faktorkelemahan merupakan kebalikan dari faktor kekuatan
yaitu: 1= kelemahan yang sangat berarti, 2= kelemahan yang cukup
berarti, 3= kelemahan yang kurang berarti, 4= kelemahan yang tidak
berarti.
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai
dari4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh jumlah
total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total
ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digu nakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industri yang sama. (Rangkuti, 2014).
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh, tahap
selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut disusun model-model
perumusan strategi. Salah satu model yang digunakan adalah Matriks SWOT.
Pada matriks ini akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi organisasi, dan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Strategi SO. Strategi ini dibuat untuk
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
25
(a) Strategi S-O. Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
(b) Strategi ST. Strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
(c) Strategi WO. Strategi diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
(d) Strategi WT. Strategi didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Dengan pendekatan model analisis SWOT ini, penulis berusaha untuk
menganalisis fenomena-fenomena yang ada dan data yang telah diperoleh
sehingga akan didapatkan gambaran jelas apa dan bagaimana yang dikehendaki
dalam pengembangan usaha tempe.
3.6 Definisi Operasional
1. Strategi pengembangan adalah strategi yang digunakan untuk
mengembangkan usaha tempe pada saat ini dan masa yang akan dating.
2. Pengembangan industri tempe adalah proses perubahan secara positif dari
segi kualitas dan kuantitas produksi tempe yang terjadi pada industri
tempe.
3. Industri tempe adalah produksi tempe dari bentuk bahan baku berupa
kedelai sampai siap dipasarkan.
4. Pengusaha tempe atau responden adalah orang yang mengusahakan
industri tempe dari proses produksi sampai pemasaran.
26
5. Faktor internal adalah faktorfaktor yang terdapat di dalam suatu
industri kecil yang mempengaruhi kinerja industri kecil secara keseluruhan
dan pada umumnya dapat dikendalikan. Meliputi kondisi keuangan (biaya,
produksi, dan pendapatan), sumber daya manusia (ketersediaan dan
kemampuan sumber daya manusia), pemasaran (distribusi dan penjualan),
produksi atau operasional (proses pembuatan tempe), dan manajemen.
a. Kekuatan adalah kondisi usaha tempe yang ada dari dalam dan
merupakan faktor kuat dalam mengembangkan usaha tempe
b. Kelemahan adalah kondisi usaha tempe yang ada dari dalam dan
merupakan faktor kelemahan dalam menjalankan usaha ini.
6. Faktor eksternal adalah faktorfaktor di luar industri kecil yang
mempengaruhi kinerja industri kecil dan pada umumnya belum dapat
dikendalikan sepenuhnya. Meliputi kondisi perekonomian (perekonomian
global), sosial dan budaya (kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi
tempe dan kesadaran akan nilai gizi, limbah tempe), politik dan hukum
(kebijakan pemerintah yang terkait dengan industri tempe), teknologi, dan
persaingan.
a. Peluang adalah kondisi usaha tempe yang ada dari luar dan merupakan
suatu peluang untuk mengembangkan usaha tempe
b. Ancaman adalah kondisi usaha tempe yang ada dari luar dan
merupakan ancaman dalam menjalankan usaha ini.
7. Analisis SWOT adalah merupakan suatu analisis situasi yang mencakup
kondisi internal dan eksternal pengembangan.
27
8. Usaha tempe adalah jenis usaha industri kecil yang dikembangkan mulai
dari kedelai kemudian di fermentasi menjadi tempe dan memberikan nilai
tambah bagi pemilik usaha.
28
IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Sejarah berdirinya Usaha Tempe UKM Mutiara Indah
Pencapaian kesuksesan dalam melaksanakan suatu kegiatan diperlukan
kerja keras. Begitu juga halnya dalam menjalankan usaha/bisnis diperlukan kerja
keras agar dapat terus maju dan berkembang. Usaha tempe UKM Mutiara Indah
ini termasuk salah satu usaha tempe yang berhasil di Kelurahan Romang Polang
Kabupaten Gowa, dimana telah berjalan selama bertahun-tahun dan memiliki
kualitas produk yang baik. Usaha tempe ini dapat bertahan dan berkembang
seperti sekarang tentu saja berkat kerja keras pemilik dan para karyawannya.
Usaha tempe UKM Mutiara Indah merupakan suatu bentuk usaha yang
bergerak di bidang penyediaan pangan yang bergizi. Usaha tempe ini pertama
kali didirikan di Kelurahan Romang Polong. Usaha tempe UKM Mutiara Indah
tersebut resmi beroperasi pada 2005. Pada saat itu, usaha pabrik tempe menyewa
rumah yang sederhana dengan jumlah karyawan juga masih sedikit.
Peralatan/perlengkapan yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses
pengolahan dan penyimpanan juga masih sederhana. Dan selama 5 tahun usaha
yang dijalani sukses, maka pemilik mampu membeli tanah dan membangun
pabrik tempe milik sendiri. Bapak Bayu merupakan pemilik pabrik tempe. Dari
segi permodalan, Usaha pabrik tempe ini termasuk bentuk usaha perseorangan
dimana bangunan, peralatan, perlengkapan maupun gaji karyawan merupakan
modal pribadi (private financial). Usaha pabrik tempe semakin berkembang,
dibuktikan dengan banyaknya pelanggan yang loyal di sekitar Kabupaten Gowa
29
Penentuan lokasi ini dilakukan karena lokasi ini strategis dan mudah dijangkau
oleh konsumen karena terletak tidak jauh dari tepi jalan yang senantiasa ramai
dilalui kendaraan.
4.2 Visi, Misi dan Tujuan UKM Mutiara Indah Pada Usaha Tempe
1 Visi
Menjadi salah satu Usaha pabrik tempe yang terkenal di Kabupaten Gowa
2 Misi
a) Menjalankan kegiatan usaha yang mengutamakan kepuasan konsumen
atau pelanggan, karyawan, dan pemilik usaha pabrik tempe.
b) Memberikan pelayanan yang baik kepada setiap konsumen melalui
ketepatan pelayanan dan sikap karyawan yang sopan dan ramah.
c) Mengupayakan penyediaan produk tempe berkualitas tinggi dengan cita rasa
yang khas.
d) Meningkatkan keterampilan dan disiplin waktu para karyawan dalam
menjalankan tugasnya,
e) Menjalankan integritas atau kerja sama yang kuat di antara para karyawan
dalam memenuhi kebutuhan maupun kepuasan konsumen.
3 Tujuan Usaha
a) Mencari keuntungan/laba secara wajar dan berusaha meningkatkan laba yang
diperoleh demi kelangsungan hidup dan serta menjaga citra atau nama baik
usaha tempe
b) Memberikan kepuasan bagi para konsumen melalui pemenuhan kebutuhan
pokok/utama mereka.
30
4.3 Struktur Organisasi Usaha Tempe
Pada suatu perusahaan sangat diperlukan adanya struktur organisasi.
Struktur organisasi merupakan kerangka dari satuan perwujudan pola
hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, dan orang yang
menunjukkan kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu perusahaan. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi
kerja dalam pengambilan keputusan kerja. Melalui struktur organisasi akan
terlihat jelas bagaimana informasi mengalir dari satu bagian ke bagian yang lain,
sehingga memberikan petunjuk tentang pemberian tugas, wewenang dan
tanggung jawab setiap karyawan perusahaan .
Gambar 2 Struktur Organisasi UKM Mutiara Indah
Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian
dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilik
a. Merupakan pimpinan tertinggi atas segala kegiatan yang terjadi di usaha
tempe.
Pemilik
Pengelola
Keuangan Produksi Pengemasan
31
b. Berhubungan langsung dengan notaris dalam hal pengurusan izin usaha,
pendirian maupun hak kepemilikan.
c. Merekrut karyawan dan meminta laporan pertanggungjawaban dari pengelola
usaha tempe.
d. Mengevaluasi dan menyetujui rencana kerja yang disusun oleh pengelola
usaha tempe.
2. Pengelola
a. Bertanggung jawab kepada pemilik.
b. Memimpin dan mengontrol seluruh karyawan pabrik tempe.
c. Mempersiapkan rencana kerja/strategi usaha pabrik tempe,
mengorganisasikannya dan mengawasi rencana tersebut dalam operasinya.
d. Mengawasi pekerjaan, jam kerja atau absensi para bawahannya.
3. Karyawan bidang Keuangan
a) Mengelola dan mengawasi keuangan usaha tempe dengan penuh
tanggung jawab.
b) Melaporkan secara teratur gambaran keuangan usaha ptempe.
c) Bertanggung jawab terhadap penerimaan dan pengeluaran kas.
4. Karyawan bidang Produksi
Melakukan proses pengolahan bahan baku awal dan akhir sehingga menjadi
produk tempe.
5. Karyawan bidang Pengemasan
Melakukan pengemasan produk tempe secara higienis.
32
4.4 Sumberdaya Peralatan
Mengingat usaha tempe ini biasanya dikerjakan secara tradisional dan
ditekuni penduduk di pedesaan, maka peralatan yang dipersiapkan sebaiknya dari
sumber daya setempat. Artinya, mudah dijangkau dan murah biayanya. Adapun
peralatan yang dibutuhkan meliputi :
1) Kompor, digunakan untuk dapur memasak kedelai.
2) Timbangan, digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang hendak diolah.
3) Panci, digunakan untuk merebus, meredam dan menguliti kedelai.
4) Ember, digunakan untuk mencuci dan meredam kedelai.
5) Tampah, digunakan untuk menampi, mendinginkan, meniriskan maupun
tempat melakukan peragian.
6) Dandang, digunakan untuk menanak atau merebus kedelai.
7) Tenggok, yang terbuat dari anyaman bambu digunakan untuk memeram.
8) Karung Goni, digunakan untuk menutup kedelai yang diperam di dalam
tenggok.
4.5 Proses Pembuatan Tempe
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan
makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber
protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari
fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh.
stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak
berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe.
33
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada
permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang
menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama
fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp
merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut
menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat
dapat dipergunakan oleh tubuh.
Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan
lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada
umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan
cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin
pengupas, penggiling, dan cetakan. Pembuatan tempe secara tradisional biasanya
menggunakan tepung tempe yang dikeringkan di bawah sinar matahari. Sekarang
pembuatan tempe ada juga yang menggunakan ragi tempe. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada proses pengolahan tempe agar diperoleh hasil yang baik
ialah
34
Kedelai
Kedelai Masak
Kedelai Rendaman
Kedelai Bersih
Campuran Kedelai Kupas dan Kulit Kedelai
Kedelai Kupas
Kedelai Bersih
Gambar 3 Skema Proses Produksi Tempe
Perebusan
Perendaman
Pencucian
Pencucian
Pemecahan
Peragian (Pencampuran kedelai + Ragi)
Pemisahan kulit
Pembungkusan dengan daun pisang dan plastik
Tempe
35
Urutan proses pembuatan tempe adalan sebagai berikut :
Kedelai dimasak, setelah masak kedelai direndam 1 malam hingga lunak
dan terasa berlendir, kemudian kedelai dicuci hingga bersih.
Kedelai dipecah dengan mesin pemecah, hingga kedelai terbelah dua dan
kulit kedelai terpisah.
Kulit kedelai dipisahkan dengan cara hasil pemecahan kedelai dimasukkan
ke dalam air, sehingga kulit kedelai mengambang dan dapat dipisahkan.
Kedelai kupas dicuci kembali hingga bersih, kemudian peragian dengan
cara kedelai dicampurkan ragi yang telah dilarutkan dan didiamkan selama
lebih kurang 10 menit.
Kedelai yang telah mengandung ragi ditiriskan hingga hampir kering,
kemudian dibungkus dengan daun pisang. Setelah fermentasi selama 2 hari
diperoleh tempe
Jenis kedelai dapat dipilah menjadi 4 macam, yaitu : kedelai kuning,
kedelai hitam, kedelai hijau, kedelai coklat. Macam-macam jenis kedelai dapat
didefinisikan sebagai berikut :
a) Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih atau
hijau. Apabila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada irisan
keeping bijinya.
b) Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam.
c) Kedelai hijau adalah kedelia yang kulit bijinya berwarna hijau, bila dipotong
melintang memperlihatkan warna hijau pada irisan keping bijinya.
d) Kedelai cokelat adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna cokelat
36
Untuk memperoleh tempe yang berkualitas baik, maka kedelai yang
digunakan juga harus yang berkualitas baik dan tidak tercampur dengan biji-bijian
yang lain, seperti jagung, kacang hijau dan biji-bijian lainnya. Selain itu, prosedur
pengolahan harus dilakukan dengan cermat. Proses pembuatan tempe pada
dasarnya adalah proses menumbuhkan spora jamur tempe, yaitu Rhizopus sp.,
pada biji kedelai
Untuk produksi pak Bayu menggunakan jenis kedelai yang berwarna
kuning yang diperoleh dari pasar, dimana kedelai tersebut diimpor langsung dari
Thailand. Produksi tempe yang dihasilkan terdapat dua macam yaitu tempe yang
dibungkus dengan plastik dan dengan daun. Harga kedelai yang dibeli berkisar Rp
7.500/kg sampai dengan Rp 8.500 /kg Dalam produksi (tempe Pak Bayu ), dengan
menggunakan bahan baku kacang kedelai dalam sehari sebanyak 100 kg bisa
menghasilkan sebanyak 740 bungkus (yang biasa terjual habis) dengan rincian
Tempe dengan bungkus plastik ratarata sebanyak 320 bungkus dan tempe dengan
bungkus daun ratarata sebanyak 420 bungkus. Tempe dengan bungkus daun lebih
banyak diproduksi karena banyak dicari pembeli, kualitas lebih baik daripada
dengan bungkus plastik. Seandainya tempe menjadi busuk, tempe masih dapat
digunakan sebagai penyedap masakan dan harga relatif murah. Harga tempe
bungkus plastik adalah Rp 3.000,00 per bungkus dan untuk tempe bungkus daun
pisang adalah Rp 5.000,00 per bungkus, kemudian ukuran tempe dengan
menggunakan daun pisang sebesar 4 cm dengan harga Rp 5.000 dan plastik
segiempat ukuran 2 cm dengan harga Rp 3.000.
37
37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Prospek Pengembangan Usaha Tempe
Tujuan dari kegiatan usaha tempe adalah untuk peningkatan
produksi, peningkatan pendapatan, serta efisiensi yang dapat dicapai dari usaha
tempe ini. Hal ini, dapat dicapai dengan adanya strategistrategi pengembangan
untuk usaha tempe.
Prospek pengembangan sentra industri kecil tempe yaitu menekankan pada
kontinuitas serta menjaga kualitas tempe. Tempe merupakan bahan pangan
pelengkap yang banyak dicari oleh konsumen karena tempe dapat terjangkau oleh
semua kalangan dari golongan atas sampai bawah, serta manfaat dan
keunggulan yang terkandung pada tempe. Sehingga produk ini diharapkan
mampu untuk meningkatkan pendapatan pengusaha.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan masalah yang dihadapi oleh
usaha kecil menengah Mutiara Indah pada Usaha Tempe dapat diambil
kesimpulan bahwa usaha ini memiliki prospek yang cukup baik untuk
dikembangkan. Namun untuk memperoleh keadaan demikian diperlukan
pengembangan dengan membandingkan faktor lingkungan internal dan faktor
lingkungan eksternal yang ada untuk prospek jangka panjang. Prospek
pengembangan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan analisis
SWOT. Faktor-faktor internal dan eksternal dalam prospek pengembangan
industri tempe di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa adalah sebagai berikut:
38
5.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan (Streghts)
1). Kualitas dan harga tempe terjangkau
Kualitas tempe dari pengusaha tempe UKM Mutiara Indah di Kelurahan
Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa cukup baik.
Bahan baku 100 persen dari kedelai dan di impor dari Thailand, dimana
kedelai impor sangat kering dan cukup bagus untuk bahan baku pembuatan
tempe dan tahu. di luar faktor kualitas kedelai, penggunaan kedelai impor
dikarenakan stoknya cukup melimpah dan tidak pernah kekurangan. Hal ini
berbeda dengan stok kedelai lokal, yang hanya melipah di saat panen raya,
sementara ketika panen usai sudah tidak memiliki stok lagi.
2). Kuantitas dan Kontinyuitas hasil produksi tempe
Industri tempe UKM Mutiara Indah di Kelurahan Romang Polong
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa setiap hari melakukan proses
produksi, sehingga pengusaha selalu ada stok untuk harihari berikutnya.
Bahan baku berupa kedelai setiap hari disediakan oleh pihak Koperasi Tahu
Tempe Indonesia . Proses produksi tempe dari bahan baku sampai tempe siap
dipasarkan adalah dua hari satu malam. Hal ini dilakukan agar setiap hari
pengusaha mampu mencukupi kebutuhan konsumen dan kepercayaan dari
pelanggan tetap terjaga sehingga tidak berpindah ke tempat lain.
3. Sumberdaya Manusia Terampil
Sumberdaya manusia yang dimiliki usaha tempe ini sebagian besar telah
berpengalaman dalam usaha tempe secara turun temurun, dan telah memiliki
usaha sendiri, sehingga mereka terampil dalam melakukan produks tempe.
39
4. Sarana dan prasarana produksi mudah didapat
Sarana dan prasarana produksi tempe mudah didapat, hal ini dikarenakan
bahan baku yaitu kedelai telah disediakan dari pihak Koperasi Tahu Tempe
Indonesia yang berlokasi di setiap pasar yang memang penyedia bahan baku
tempe. Alatalat dan bahan pendukung yang digunakan dalam proses
produksi juga mudah didapat misalnya plastik, daun, ember, dan lainlain di
daerah setempat banyak ditemukan.
5. Distribusi yang Mendukung
Pemasaran tempe milik UKM Mutiara Indah baik yang berupa plastik
maupun kulit daun pisang telah sampai ke pasar Sunggumimasa dan berbagai
pasar di tingkat kecamatan dan desa di Kabupaten Gowa
5.1.2. Identifikasi Faktor Kelemahan
1) Modal Kecil
Modal pengusaha tempe yaitu dari modal sendiri. Pengusaha tempe sebagian
besar merupakan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah
sehingga modal yang ada sangat kecil. Pengusaha dalam melakukan
usahanya tidak mau meminjam ke lembaga keuangan, hal ini dikarenakan
pengusaha merasa prosesnya sangat rumit. Permodalan yang belum kuat
sehingga mengakibatkan usaha tempe ini sulit berkembang. Sementara
usaha tempe di daerah ini telah mengalami kemajuan dalam permodalan
2) Penggunaan Teknologi Terbatas
Pengusaha tempe dalam melakukan usahanya masih terbatas, hal ini dapat
dilihat dari proses produksi yang dilakukan, yaitu dari sarana dan prasarana
40
produksi yang belum menggunakan teknologi maju. Pengusaha masih
menggunakan tenaga manual seperti dalam pembersihan kulit masih dengan
diinjakinjak dengan kaki, hal tersebut dikarenakan belum maksimalnya
pendampingan dari pemerintah dalam memberikan arahan pada pengusaha
tempe tentang penggunaan teknologi dalam mempercepat proses produksi
tempe.
3) Kondisi Transportasi Kurang Mendukung
Pemasaran tempe ke pasarpasar tujuan masih terganjal dengan masalah
transportasi. Misalnya pengusaha tempe yang juga sebagai pedagang dalam
memasarkan tempe banyak yang masih menggunakan sepeda angin padahal
jarak yang ditempuh jauh. Kemudian pengusaha yang tidak bisa menjual
sendiri harus mencari orang yang mau menjualnya ke pasar tujuan tetapi
dengan syarat pengusaha harus menyediakan alat transportasi dan pasar
tujuan terlebih dahulu, sehingga hal ini cukup berat bagi pengusaha.
4) Pengelolaan Kurang Optimal
Sebagian besar pengusaha tempe merupakan orang tua, jika ada anakanak
mereka hanya membantu dalam pemasaran tidak dalam proses produksinya,
selain itu mereka masih banyak yang sekolah dan mereka yang masih muda
enggan untuk melakukan usaha ini, mereka lebih senang pergi bekerja
merantau, sehingga pengelolaan dalam proses produksi sampai dengan
pemasaran produksi tempe terdapat kendala berupa ketersediaan sumber daya
manusia yang terbatas. Selain hal tersebut juga proses produksinya kurang
41
terjaga kebersihannya dan juga masih bergabung dengan tempat tinggal
mereka (multiuse).
5) Keuangan Usaha belum dikelola dengan Baik
Karakteristik pengusaha yang selalu berupaya menjaga kualitas dan kuantitas
tempe tetap stabil, menjadikan struktur permodalan usahanya masih
terbatas pada sumber modal sendiri. Namun pengusaha tempe tersebut belum
bisa mengendalikan keuangan mereka untuk usaha tempe bahkan sering
tercampur untuk kebutuhan rumah tangga sehingga saat untuk memenuhi
kebutuhan produksi tempe terkadang menjadi kesulitan sendiri.
5.1.3 Identifikasi Faktor Peluang
1) Hubungan yang Dekat dengan Stakeholder
Stakeholder dan pengusaha tempe menjalin hubungan dan etika usaha yang
baik, selain itu pengusaha yang satu dengan yang lain juga mempunyai
hubungan yang baik. Stakeholder yang terkait disini salah satunya adalah
Koperasi Tahu Tempe Indonesia sebagai wadah dari industri tempe sendiri
yang juga sebagai penyedia kedelai, pelanggan, penjual sarana dan prasarana
produksi.
2) Kondisi Lingkungan yang Aman
Kondisi lingkungan yang aman seperti keadaan ekonomi yang stabil sehingga
produksi seperti biaya, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh pengusaha
juga ikut stabil. Hal ini dapat menimbulkan semangat pengusaha dalam
melakukan produksinya.
42
3) Perhatian Pemerintah Terhadap Industri Tempe
Perhatian pemerintah sangat berpengaruh terhadap pengembangan industri
tempe di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa. Pemerintah daerah dengan kebijakannya dapat membantu pengusaha
dalam melakukan usahanya, misalnya saja adanya penyuluhan dari
pemerintah, bantuan subsidi bahan baku, standardisasi harga, kualitas produk,
teknologi, akses permodalan, pembinaan, dan lainlain yang semuanya
bertujuan untuk kesejahteraan pengusaha tempe.
4) Diversifikasi Produk
Produk tempe dihasilkan oleh perusahaan tidak hanya monoton tempe yang
digoreng biasa oleh konsumen. Diversifikasi produk yang dilakukan oleh
perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan dari tempe. Diversifikasi
produk tempe dilakukan oleh pengusaha lain, ada yang masih satu wilayah
dengan pengusaha ada juga yang di luar wilayah Kecamatan Somba Opu.
Diversifikasi tempe misalnya tempe kripik, steak tempe, dan juga pedagang
gorengan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah produksi tempe.
5) Perkembangan Teknologi Pengolahan Pangan
Perkembangan teknologi pengolahan pangan berpengaruh pada besarnya
produksi tempe. Perkembangan teknologi ini berhubungan dengan
diversifikasi produk tempe, dengan semakin banyaknya pengusaha lain
dengan bahan baku tempe maka produksi tempe juga akan meningkat.
43
5.1.4 Identifikasi Faktor Ancaman
1). Kenaikan Harga Kedelai
Naiknya harga sembako akan berpengaruh pada kenaikan bahan pangan
lainnya termasuk tempe. Hal ini dikarenakan harga bahan baku yang
juga ikut meningkat sehingga pengusaha tidak ada pilihan lain, mereka
berusaha menekan biaya produksi agar pendapatan yang diterima tetap,
misalnya dengan meningkatkan harga tempe namun ukuran tetap atau
dengan mengurangi ukuran namun harga tetap.
2). Kesejangan Sosial
Kesenjangan sosial terjadi karena adanya masyarakat yang merasa tidak
diperlakukan adil. Subsidi yang diberikan selama ini lebih kepada pengusaha
tempe yang bermodal besar sedangkan pengusaha lainnya tidak mendapatkan
perhatian. Kesenjangan ini menimbulkan permasalahan psikologis yang
dihadapi oleh masingmasing pengusaha, sehingga bisa terjadi konflik
meskipun hanya permasalahan yang kecil.
3). Pembuangan Limbah yang Mengganggu Masyarakat Sekitar
Limbah dari proses produksi tempe berupa ampas yang menimbulkan bau
tidak sedap sehingga sangat mengganggu warga yang lainnya. Selama ini
limbah yang dihasilkan dalam bentuk cair dan dapat mengganggu lingkungan
sekitar tempat tinggal.
44
4). Kurangnya Bimbingan Teknis dan Pengawasan dari Pemerintah
Pemerintah belum optimal dalam memberikan bimbingan seperti adanya
penyuluhan tentang adanya teknologi baru dalam proses produksi.
Pengawasan dari pemerintah juga kurang, misalnya dalam pemberian
subsidi, sehingga pengusaha kecil dapat terus melakukan usahanya.
5). Adanya Produk Tempe dari Daerah Lain
Produk tempe dari daerah lain sangat mengancam keberlangsungan
pengusaha tempe di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa, jika pengusaha tidak mampu menjaga kualitas dan
kuantitas produk tempe. Produk tempe dari luar yaitu tempe dari daerah
Makassar, dimana tempe yang mereka produksi memiliki ukuran hampir
sama tetapi harga lebih murah.
5.2 Matriks SWOT
Sebagaimana penulis kemukakan pada bab sebelumnya, bahwa dalam
pembahasan hasil penelitian dan sesuai tujuan penelitian ini, penulis
menggunakan pendekatan teori SWOT analisis yaitu Strengths (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), Treaths (ancaman).
Analisis SWOT ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor
strategis internal dalam kerangka peluang dan ancaman, serta untuk menentukan
alternatif strategi dan penentuan pilihan prospek pengembangan industri tempe di
Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Adapun
pembahasan analisis data hasil penelitian dengan SWOT analisis pada Tabel 2:
45
Tabel 2. Faktor Analisis Internal (IFAS)
Faktor-faktor Strategi Internal
Bobot Rating Nilai Skor
Strength (S)/ Kekuatan
1. Kualitas dan harga tempe terjangkau
2. Kuantitas dan kontinyuitas
hasil produksi tempe
3. Sumberdaya Manusia Terampil
4. Saprodi mudah didapat
5. Distribusi yang Mendukung
Sub Total
0,17
0,12
0,11
0,13
0,09
0,61
4,00
3,75
3,63
3,63
3,38
0.68
0.45
0.41
0.45
0.30
2,28
Weakness (W)/ Kelemahan
1. Modal kecil
2. Kemampuan pengusaha tempe terbatas
3. Kondisi transportasi yang kurang
mendukung
4. Pengelolaan kurang optimal
5. Keuangan belum dikelola dengan baik
Sub Total
0,09
0,09
0,08
0,06
0,08
0,39
2,75
2,63
2,25
2,13
1,88
0.26
0.23
0.17
0.13
0.14
0.93
Total 1,00 3,21
Dari hasil analisis pada Tabel 2 (IFAS) faktor kekuatan (S) mempunyai
nilai kekuatan 2,28 sedangkan kelemahan mempunyai nilai 0,93 ini berarti dalam
pengembangan industri tempe di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa masih mempunyai kekuatan lebih baik dari pada
kelemahan-kelemahan yang ada.
Seperti halnya pada IFAS, maka pada faktor-faktor Strategis Eksternal
(EFAS) juga dilakukan identifikasi yang hasilnya seperti pada Tabel 3 :
46
Tabel 3. Faktor Analisis Eksternal (EFAS)
Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Nilai Skor
Oppurtunity (O)/ Peluang
1. Hubungan yang dekat dengan
stakeholder
2. Kondisi lingkungan yang aman
3. Perhatian pemerintah terhadap
pengembangan usaha tempe
4. Diversivikasi produk tempe
5. Perkembangan teknologi pengolahan
pangan
Sub Total
0.14
0.11
0.09
0.17
0.14
0,65
3.75
3.63
3.38
3.50
3.25
0.52
0.39
0.32
0.59
0.47
2.28
Treaths (T) / Ancaman
1. Kenaikan harga kedelai
2. Kesenjangan sosial
3. Pembuangan limbah tempe
4. Kurangnya bimbingan teknis dan
pengawasan dari dinas terkait
5. Adanya tempe dari daerah lain
Sub Total
0.13
0.06
0.06
0.05
0.05
0,35
2.63
2.50
2.13
2.75
1.75
0.34
0.14
0.13
0.14
0.09
0.84
Total 1,00 3,12
Tabel 3. menunjukkan bahwa untuk faktor-faktor Peluang (O) nilai
skornya 2,28 dan faktor-faktor Ancaman (T) 0,84 ini berarti bahwa dalam rangka
pengembangan industri tempe di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba
Opu Kabupaten Gowa masih ada peluang, mengingat ancamannya lebih kecil
nilainya dari peluang.
Dengan tersusunnya matrik IFAS dan EFAS tersebut dapat menghasilkan
nilai skor pada masing-masing faktor internal dan eksternal sebagai berikut :
- Faktor Kekuatan : 2,28
- Faktor Kelemahan : 0,93
47
- Faktor Peluang : 2,28
- Faktor Ancaman : 0,84
Yang dapat digambarkan dalam rumusan matrik SWOT sebagai berikut:
Tabel 4. Matriks IFAS dan EFAS.
EFAS
IFAS
Strength (S)
Weakness (W)
Opportunity (O) Strategi (SO)
= 2,28 + 2,28
= 4,56
Strategi (WO)
= 0,93+ 2,28
= 3,21
Threats (T) Strategi (ST)
= 2,28 + 0,84
= 3,12
Strategi (WT)
= 0,93 + 0,84
= 1,65
Pengembangan usaha pengembangan industri tempe di Kelurahan Romang
Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa berada pada posisi kuadran I,
yang merupakan posisi yang sangat menguntungkan bagi perusahaan karena pada
saat ini usaha tempe memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat dimanfaatkan.
Strategi yang harus dilakukan dalam kondisi ini adalah mengubah strategi yang
lama.
Menurut Rangkuti (2004) kebijakan pertumbuhan yang berubah strategi
ini didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, profit, atau
kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan konsentrasi terhadap
produk, mengembangkan produk baru dan meningkatkan akses ke pasar yang
lebih luas, dan memberikan inovasi terhadap produk yang dihasilkan.Sedangkan
untuk strategi yang dapat dilakukan adalah mengembangkan produk baru dan
48
meningkatkan akses pasar sehingga meningkatkan penjualan untuk memperbesar
profit.
5.3 Alternatif Strategi
Prospek pengembangan industri tempe di Kelurahan Romang Polong
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dapat dilakukan dengan beberapa
alternatif. Penentuan alternatif strategi yang sesuai bagi pengembangan usaha
tempe adalah dengan cara membuat matriks SWOT. Matrik SWOT ini di buat
berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun
eksternal (peluang dan ancaman).
Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam
mengembangkan industri kecil tempe di industri tempe di Kelurahan Romang
Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa digunakan analisis Matriks
SWOT. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internal
sehingga dihasilkan rumusan strategi pengembangan usaha. Matriks ini
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO,
strategi WO, strategi WT, dan strategi ST.
49
Tabel 5 Matriks SWOT
EFAS IFAS
Strength (S)
1.Kualitas dan harga
tempe terjangkau
2. Kuantitas dan
kontinyuitas hasil
produksi tempe
3. SDM Terampil
4. Saprodi mudah
didapat
5.Distribusi Mendukung
Weakness (W)
1. Modal kecil
2. Kemampua pengusaha
tempe terbatas
3. Kondisi transportasi kurang
mendukung
4. Pengelolan kurang optimal
5. Keuangan belum dikelola
dengan baik
Oppurtunity (O)
1. Hubungan yang dekat
dengan stakeholder
2. Kondisi lingkungan
yang aman
3 Perhatian pemerintah
terhadap pengembangan
industri tempe
4. Diversifikasi produk
5 Perkembangan
teknologi pengolahan
pangan
Strategi SO
1.Meningkatkan kuantitas
dan kualitas produksi
tempe
2. Menjalin pola kemitraan
dengan swasta dan
pemerintah
3.Meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia ekonomis tempe (S1,S2,S3,O1,O3,O4,05).
Strategi WO 1. Meningkatkan permodalan
dengan penanaman modal
swasta dengan dukungan
dari pemerintah
2. Pelatihan dan peningkatan
keterampilan karyawan
3. Peningkatan sarana
transportasi seperti : sepeda
motor
Threats (T)
1. Kenaikan harga kedelai
2. Kesenjangan sosial
3. Pembuangan limbah
yang mengganggu
masyarakat sekitar
4 Kurangnya bimbingan
teknis dan pengawasan dari pemerinta h
5. Adanya produk tempe dari
daerah
Strategi ST
1. Meningkatkan efisiensi
penggunaan sarana dan
prasarana produksi 2.Pengelolaan limbah
secara maksimal 3.Memperluas jaringan
distribusi
Strategi WT
1. Menjaga Kontinyuitas
usaha tempe walaupun
harga kedelai naik 2. Menjalin kerja sama dengan
masyarakat sekitar dalam rangka menjaga keharmonisan dan menambah kesempatan kerja
50
Setelah mengidentifikasi faktorfaktor internal dan eksternal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam mengembangkan
usaha tempe di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa , maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan,
antara lain:
1. Strategi SO
Strategi SO (StrengthOpportunity) atau strategi kekuatanpeluang
adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Alternatif strategi SO yang dapat dirumuskan adalah :
a) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tempe
b) Menjalin pola kemitraan dengan swasta dan pemerintah
c) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
2. Strategi WO
Strategi WO (WeaknessOpportunity) atau strategi kelemahanpeluang
adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Alternatif strategi WO yang dapat dirumuskan adalah :.
a) Meningkatkan permodalan dengan penanaman modal swasta dengan
dukungan dari pemerintah
b) Pelatihan dan peningkatan keterampilan karyawan
c) Peningkatan sarana transportasi seperti : sepeda motor
3. Strategi S¬T
Strategi S¬T (Strength¬Threat) atau strategi kekuatan¬ancaman adalah
strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam
51
menghindari ancaman. Alternatif strategi S¬T yang dapat dirumuskan adalah :
a) Meningkatkan efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi
b) Pengelolaan limbah secara maksimal
c) Memperluas jaringan distribusi
4. Strategi W¬T
Strategi W¬T (Weakness¬Threat) atau strategi kelemahan¬ancaman
adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal. Alternatif strategi W¬T yang dapat dirumuskan adalah :
1). Menjaga Kontinyuitas usaha tempe walaupun harga kedelai naik
2). Menjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar dalam rangka menjaga
keharmonisan dan menambah kesempatan kerja
5.4 Prioritas Strategi
a. Perbaikan sarana dan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta
penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah
Perbaikan sarana dan prasaranan produksi, sumber daya manusia serta
penanaman modal swasta yang didukung oleh pemerintah ditujukan untuk
meningkatkan kuantitas serta kualitas dari produksi tempe dan kualitas
sumberdaya manusia, yang keduanya merupakan hal terpenting dalam
pengembangan industri kecil tempe di Kelurahan Romang Polong
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Pengembangan ini juga perlu
adanya dukungan permodalan yang cukup kuat baik dengan adanya
subsidi pemerintah maupun adanya perbankan yang membantu dalam
permodalan serta partisipasi dari pemerintah sehingga pengembangan yang
52
dilakukan dapat menyeluruh pada semua aspek (dari pengusaha kecil sampai
pengusaha besar, sumberdaya alam, sumberdaya manusia). Perbaikan sarana
dan prasarana produksi dapat dilakukan dengan penggunaan teknologi baru
sehingga dapat mempermudah proses produksi. Sumberdaya manusia perlu
adanya berbagai pelatihan dan penyuluhan dalam melakukan proses produksi
sehingga tercapai sumberdaya manusia yang berkualitas yang akan
berpengaruh terhadap cara kerja mereka dalam melakukan proses produksi
misalnya kebersihan dapat lebih diperhatikan, dengan demikian produk tempe
di Kelurahan Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
merupakan produk yang dapat diunggulkan. Saat ini pembuangan limbah
tersebut sudah dapat sedikit teratasi yaitu dengan memelihara hewan ternak
seperti sapi. Ampas atau sisa dari proses produksi ini dapat dijadikan sebagai
pakan bagi ternak sapi.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan
spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan
daya saing tempe.
Pengembangan usaha tempe diperlukan perbaikan di dalam pelaku usaha
tersebut yaitu pengusaha meliputi aspek teknis usaha maupun juga aspek
moral dan spiritual yang menyangkut pada masalah kepribadian dan mental
dari pengusaha yang merupakan masyarakat desa supaya lebih berkembang
secara modern mengenai bisnis tetapi masih dalam batas aturan dan norma
yang ada, untuk meningkatkan sumber daya pengusaha diperlukan media
yang praktis dan efektif dari pengusaha, baik melalui interaksi langsung
53
seperti pertemuan rutin juga tidak langsung seperti pemberian buletin atau
media komunikasi lain yang menarik yang mencakup pengetahuan teknis,
moral dan spiritual agar pengusaha lebih kebal, tanggap dan kritis
terhadap masalah perkembangan teknis usaha, sosial dan ekonomi yang
terjadi di masyarakat melalui training motivation dan peningkatan kajian
pustaka. Serta mengadakan lomba pengusaha tempe supaya bisa menjadi
contoh pengusaha tempe lain dan tertantang untuk menjadi pengusaha tempe
yang lebih berkualitas. Dengan demikian, diharapkan pengusaha lebih
tanggap terhadap permasalahan dan peluang usaha tempe untuk
meningkatkan produksi tempe.
54
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai prospek pengembangan industri
kecil tempe pada UKM Mutiara Indah Sebagai berikut:
a) Strategi lingkungan internal dalam pengembangan industri tempe Kelurahan
Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa terdiri dari kualitas
dan harga tempe terjangkau, kuantitas dan kontinyuitas hasil produksi tempe,
sumberdaya manusia terampil, saprodi mudah didapat dan distribusi yang
mendukung. Strategi lingkungan eksternal terdiri dari hubungan yang dekat
dengan stakeholder kondisi lingkungan yang aman perhatian pemerintah
terhadap pengembangan usaha tempe, diversivikasi produk tempe serta
perkembangan teknologi pengolahan pangan
b) Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha
tempeyaknimeningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas produksi tempe,
perbaikan sarana dan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta
penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah.
6.2 Saran
a) Sebaiknya pemerintah lebih berperan dalam membantu pengusaha tempe baik
dalam proses produksi maupun pengadaan sarana dan prasarana produksi
tempe dan pemasaran sehingga terjadi peningkatan usaha dan peningkatan
pendapatan yang dapat dilakukan dengan memberikan bantuan berupa alat atau
mesin pembersih kulit kedelai.
55
b) Peningkatan sumber daya manusia dengan adanya penyuluhan dan diklat
mengenai teknologi, manajemen dan usaha.
c) Dukungan pemerintah dalam penanaman modal swasta bagi industri
tempe lebih digalakkan dengan peningkatan kemitraan dengan pihak swasta.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2004. Beberapa Aspek Ekonomi pada Industri Tahu dan Tempe, Studi
Kasus Industri Tahu dan Tempe di Kecamatan Parung Kabupaten
Bogor. Jurnal Agrosains. Fakultas Pertanian Brawijaya Malang.
Anonim, 2015. Semakin Banyak Industri Pangan Skala Kecil Gulung Tikar
www.kompas.com. (Senin 1 maret 2015).
Anonim, 2009. Tempe. http://www.pondokrenungan.com. Diakses 20 April 2015
Anonim, 2008. Industri Tempe Bertahan. www.indu.com. Diakses 20 April 2015.
Damanik, 2008. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa (Cocos nucifera)
untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Kabupaten Indragiri Hilir
Riau. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id. Diakses 15 April 2015.
David, 2004. Manajemen Strategis KonsepKonsep. Indeks Kelompok Gramedia.
Jakarta.
Dermawan, Ahmad. 2009. Analisa Pendapatan Usaha Tani Kedelai Serta Nilai
Tambah Industri Tahu dan Tempe. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Dirmanto. 2008. Keunggulan Konsumsi Tempe. Dirmanto.web.id. Diakses 15
Maret 2015.
E. Gumbira Sa’id dan Eka Prastiwi, 2005. “Agribisnis Syariah (Manajemen
Agribisnis dalam Perspektif Syariah Islam)”. Jakarta: Penebar Swaday
Ningsih, 2004. Mempelajari Strategi Pemasaran Industri Kecil Keripik di
Wilayah Bogor. Jurnal Agrotek Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurhayati, W. 2001. Identifikasi dan Karakterisasi Komponen Pahit Pada Tempe
Kedelai. Jurnal Agrotek Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Priyambodo. 2008. Industri Tempe dan Tahu Mulai MemPHK Pekerjanya.
http://www.kompas.com. Diakses 20 April 2015.
57
Rangkuti, 2014, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21, Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rahmadi, 2008. Panjang Umur dengan Produk Fermentasi. Belida.unmul.ac.id.
Diakses 15 April 2015.
Sari, 2002. Analisis Efisiensi dan Pendapatan Pengrajin Tempe Anggota
KOPTI Kotamadya Bogor Propinsi Jawa Barat. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Solahudin, 2008. Visi Pembangunan Pertanian. IPB Press. Bogor.
Suryana, A. 2004. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005-
2009. Bagan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian
58
QUESIONER PENELITIAN
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TEMPE PADA UKM
MUTIARA INDAH KELURAHAN ROMANG POLONG
KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA
Nomor Responden : …………………………………….
Tanggal Wawancara : …………………………………….
I IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama UKM : ……………………………
2. Alamat UKM : ……………………………
3. Nama Pemilik UKM : ………...............................
4. Jenis Usaha :………………………………
5. Tahun berdirinya :…………………………….
6. Bagaimana tentang status kepemilikan modal ?
a. Modal sendiri b. keluarga c. pinjaman
7. Berapa jumlah karyawan ?
8. Jenis kedelai yang digunakan sebagai bahan baku kedelai ?
a. Kedelai Lokal b. Kedelai Impor
9. Berapa banyak kedelai yang dibutuhkan dalam berproduksi tempe dalam
sehari-hari ?
10. Dari mana memperoleh bahan baku kedelai ?
a. Pasar c. Koperasi
b. Pedagang
11. Berapa harga/kg kedelai yang harus dibeli oleh pemilik usaha ? …..Rp
12. Apakah dalam tiap hari berproduksi tempe yang dihasilkan UKM habis tiap
hari ?
(a) Ya, (b) Tidak
12 Apakah perusahaan kesulitan dalam memperoleh bahan baku kedelai ?
13 Apakah bila harga kedelai naik, maka Bapak/Ibu memperkecil ukuran tempe?
14 Apakah konsumen masyarakat bila harga kedelai naik, sehingga tempe juga
naik?
59
Pertanyaan untuk Konsumen
1. Bagaimana kualitas tempe yang diproduksi oleh UKM ?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
Dinas Pertanian
1. Bagaimana kebijakan tentang harga kedelai di pasaran ?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
2. Bagaimana kebijakan tentang kedelai dalam proses pembuatan tempe?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………….
Petunjuk Pengisian
Tentukan bobot atau tingkat kepentingan relatif dari masingmasing faktor
internal dan eksternal di bawah ini yang mempengaruhi pengembangan usaha
tempe di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan cara memberikan skor,
dimana :
0,20 : sangat kuat
0,15 : di atas ratarata
0,10 : ratarata
0,05 : di bawah ratarata
Petunjuk Pengisian
Tentukan rating atau tingkat ketertarikan relatif dari masingmasing faktor
internal dan eksternal di bawah ini dengan alternatif strategi yang
direkomendasikan mempengaruhi pengembangan usaha tempe di Kecamatan
Somba Opu Kabupaten Gowa dengan cara memberikan skor, dimana :
4 : Sangat menarik
3 : Menarik
2 : Agak menarik
1 : Tidak menarik
60
Lampiran 2 Penentuan Bobot Nilai Pada Prospek Pengembangan Usaha Tempe
UKM Mutiara Indah
Faktor – Faktor Kunci Bobot
0,20 0,15 0,10 0,05
FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN
1. Kualitas harga tempe terjangkau
2. Kontinyuitas dan kuantitas hasil produksi tempe
3. Sumberdaya Manusia telah terampil
4. Saprodi mudah didapat
5. Distribusi mendukung
KELEMAHAN
1. Modal kecil
2. Kemampuan pengusaha tempe terbatas
3. Kondisi Transportasi yang kurang mendukung
4. Pengelolaan kurang optimal
5. Keuangan belum dikelola dengan baik
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG
1. Hubungan yang dekat dengan stakeholder
2. Kondisi lingkungan yang aman
3. Perhatian pemerintah terhadap pengembangan usaha
Tempe
4. Diversivikasi produk tempe
5. Perkembangan teknologi pengolahan pangan
ANCAMAN
1. Kenaikan Harga Kedelai
2. Kesenjangan social
3. Pembuangan limbah tempe
4. Kurangnya bimbingan teknis dan pengawasan dari
dinas terkait
5. Adanya tempe dari daerah lain
61
Lampiran 3 Penentuan Rating Pada Prospek Pengembangan Usaha Tempe
UKM Mutiara Indah
Faktor – Faktor Kunci Rating
1 2 3 4
FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN
1. Kualitas harga tempe terjangkau
2. Kontinyuitas dan kuantitas hasil produksi tempe
3. Sumberdaya Manusia telah terampil
4. Saprodi mudah didapat
5. Distribusi mendukung
KELEMAHAN
1. Modal kecil
2. Kemampuan pengusaha tempe terbatas
3. Kondisi Transportasi yang kurang mendukung
4. Pengelolaan kurang optimal
5. Keuangan belum dikelola dengan baik
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG
1. Hubungan yang dekat dengan stakeholder
2. Kondisi lingkungan yang aman
3. Perhatian pemerintah terhadap pengembangan usaha
Tempe
4. Diversifikasi produk tempe
5. Perkembangan teknologi pengolahan pangan
ANCAMAN
1. Kenaikan Harga Kedelai
2. Kesenjangan social
3. Pembuangan limbah tempe
4. Kurangnya bimbingan teknis dan pengawasan dari dinas
Terkait
5. Adanya tempe dari daerah lain