Post on 21-Dec-2015
description
RENCANA PENGAMBILAN GIGI MOLAR KETIGA BAWAH KIRI YANG IMPAKSI SEBAGIAN DENGAN POSISI VERTIKAL,
KELAS II, LEVEL A
Operator:
Aulia Rizqi N
091611101055
Instruktur:drg. Abdul Rochim, M.Kes, MMR
BAGIAN BEDAH MULUTRUMAH SAKIT GIGI DAN MULUTFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER2014
I. IdentitasPenderita
Nama : Misyani
Umur : 23 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Merpati Indah, Antirogo, Jember
II. Anamnesa
Pasien ingin mencabutkan gigi belakang bawah kiri yang berlubang besar dan
sebagian tertutup gusi. Awalanya, gigi tersebut mulai berlubang sejak 1 tahun
yang lalu, tidak pernah dilakukan perawatan hingga lubang bertambah besar.
Gigi tersebut terasa tajam jika dipakai mengunyah. Tidak pernah timbul
bengkak. Keadaan sekarang tidak sakit.
III. Kajian Rontgenologis
Gambar:
a. Klasifikasi
Hubungan gigi impaksi terhadap ramus mandibula dengan gigi M2
Klas II: ruang antara ramus dan sisi distal M2 lebih kecil dari diameter
mesiodistal mahkota gigi M3
b. Kedalaman relatif di dalam tulang rahang
Level A: bagian tertinggi dari mahkota gigi impaksi berada pada setinggi
garis oklusal gigi M2
c. Posisi sumbu panjang gigi impaksi terhadap sumbu panjang gigi M2
adalah posisi vertikal.
d. Jumlah dan bentuk akar gigi impaksi
Jumlah akar ganda dengan bentuk akar mesial lurus ke arah apikal dan
akar distal sedikit melengkung ke arah mesial.
e. Indeks kesulitan
- Hubungan dengan ramus Nilai
Klas II 2
- Kedalaman
Level A 1
- Posisi terhadap sumbu gigi
Vertikal 3
Skor tingkat kesulitan adalah 6, termasuk tingkat kesulitan sedang.
IV. Diagnosa
Impaksi sebagian pada gigi 38 dengan angulasi vertikal, kedalaman pada level
A dan relasi terhadap ramus klas II.
V. Metode Pengeluaran Gigi Impaksi
Metode yang digunakan adalah odontektomi, yaitu metode pengambilan gigi
yang tidak erupsi atau erupsi sebagian dengan terlebih dahulu menghilangkan
jaringan penghambat dan gigi dikeluarkan secara utuh. Jika tidak
memungkinkan, maka dilakukan odontotomi, yaitu pengambilan gigi impaksi
dengan terlebih dahulu memotong atau membelah gigi tersebut.
VI. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
- Alat dasar: kaca mulut, sonde, pinset kedokteran gigi, dan ekskavator
- Alat untuk anastesi: disposible syringe 2,5 ml
- Alat untuk membuat flap: handle dan scalpel, rasparatorium, pinset
anatomis
- Alat untuk membuang jaringan keras penghambat: contra high speed, long
shank bur, bur tulang, chisel dan hammer
- Alat pengungkit : bein bengkok, bein lurus (besar dan kecil) dan cryer
- Alat pencabutan : tang mahkota gigi molar rahang bawah, tang sisa akar
rahang bawah dan tang trismus.
- Alat penjahitan : needle holder, needle cutting edge, gunting dan pinset
sirurgis
- Alat lain : neirbecken, cheek retraktor, knable tang, water syringe, tempat
alkohol, kain penutup wajah, lap dada, bone file, kuret, duck clamp,
petridish, suction, cotton roll, deppen glass dan arteri clamp.
Bahan yang digunakan:
Betadine antiseptik, pehacain, vaselin, alkohol 70%,larutanPZ, aquadest steril,
adrenalin, benang non absorbable (silk no.3), cotton pellet dan tampon.
VII. TahapPelaksanaan
Persiapan penderita meliputi:
1. Persiapan fisik (istirahat dan makan yang cukup), persiapan psikis
(cemas) dan mental, memotivasi pasien.
2. Informed consent, yaitu persetujuan pasien terhadap tindakan operasi
setelah diberi penjelasan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi
setelah operasi, antara lain:
- Terjadinya trismus sementara (agak sulit membuka mulut)
- Perdarahan yang berlebihan
- Terjadinya bengkak ekstra oral sementara
- Terjadinya parastesi
- Terjadinya fraktur mandibular
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital pre-operasi, meliputi: pemeriksaan
tekanan darah, nadi, respirasi dan lebar buka mulut pre-operasi.
4. Persiapan alat dan bahan operasi
5. Persiapan operator dan asisten operasi
As Op 1 :Membantu operator pada saat operasi berlangsung
Memegang suction dan cheek retractor
As Op 2 :Mempersiapkan alat-alat operasi
Membantu operator mengambilkan alat saat operasi
As Op 3 :Melaporkan semua tahapan operasi kepada instruktur
Persiapan penderita sebelum dan sesudah operasi
Mencatat waktu tahapan-tahapan operasi
Memasang foto rontgen
Memegang dan mengatur posisi lampu
6. Asepsis daerah kerja dengan betadine antiseptik
7. Anastesi lokal dengan pehacaine
- Blok nervus alveolaris inferior 0,75 cc
- Blok nervus lingualis 0,5 cc
- Infiltrasi nervus buccalis longus 0,5 cc
8. Mengulas bibir dan sudut mulut pasien dengan vaselin (agar bibir tidak
kering dan terluka) kemudian menutup penderita dengan kain penutup
steril dan dijepit dengan duck clamp.
9. Pembuatan flap
- Tipe : mukoperiosteal flap
- Bentuk : trapezoid
- Cara: insisi dimulai sebelah retro molar pad (± 3 mm dari
distal gigi impaksi), diarahkan pada pertengahan sisi distal
gigi yang impaksi. Kemudian menyusuri tepi gingiva sebelah
bukal mengelilingi gigi impaksi dan berhenti pada sepertiga
mesio distal gigi molar kedua, kemudian membentuk
diagonal disto mesial dan insisi berakhir pada batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, kemudian dipisahkan dengan
rasparatorium hingga tulang alveolar tampak.
- Syarat insisi: harus di jaringan yang sehat, tekanan
terkontrol, full thickness flap, sekali sayat, basis insisi harus
lebih lebar agar mudah dalam vaskularisasi.
Gambar:
10. Menghilangkan jaringan penghambat dilakukan dengan memotong
tulang alveolar di atas kelengkungan terbesar gigi
Tujuan:
Menghilangkan jaringan penghambat
Memberikan lapang pandang
Sebagai tempat tumpuan
Gambar:
11. Setelah seluruh kelengkungan terbesar gigi terbebaskan, kemudian
mengungkit gigi dengan bein. Mengambil gigi dengan menggunakan
tang mahkota molar RB.
Gambar:
12. Sebagai alternatif, apabila gigi impaksi tidak dapat keluar, maka gigi
dipotong menjadi dua bagian mesial dan distal, kemudian dikeluarkan
satu per satu.
Gambar:
13. Menghaluskan tulang-tulang yang tajam dengan bone file
14. Debridement, dapat dilakukan dengan:
- Kuretase pada soket dengan menggunakan alat kuret untuk
mengangkat serpihan tulang
- Irigasi dengan aquadest steril atau larutan PZ untuk
menghilangkan serbuk gigi dan tulang sisa pengeburan.
15. Kontrol perdarahan:
Saat operasi
- Perdarahan normal: druk dengan tampon
- Perdarahan abnormal: druk dengan tampon dan adrenalin
Post Operasi
- Perdarahan normal : druk dengan tampon
- Perdarahan abnormal : druk dengan tampon dan adrenalin, serta
pemberian vitamin K.
16. Menutup luka operasi, dengan menggunakan penjahitan 3 simpul yaitu
2 simpul di daerah oklusal gigi impaksi, 1 simpul di daerah bukal.
Gambar:
17. Instruksi post odontektomi
- Penderita dianjurkan menggigit tampon steril selama 30-60 menit.
- Kompres dingin pada wajah untuk mengurangi pembengkakan
selama 30 menit.
- Saat melepas tampon, penderita diberitahu kadang-kadang setelah
tampon dilepas darah masih merembes, maka sebaiknya dikompres
dengan air es.
- Daerah luka tidak boleh dimainkan dengan lidah dan tidak boleh
dihisap-hisap.
- Tidak boleh kumur keras-keras dan sering-sering setelah operasi.
- Selama 24 jam setelah operasi tidak boleh makan dan minum yang
panas.
- Jika ada pembengkakan selama 24 jam disarankan kumur-kumur air
garam hangat.
- Disarankan untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan
aktivitas berat.
- Disarankan untuk menjaga kebersihan mulut.
- Apabila masih terjadi perdarahan disarankan kembali setelah
operasi.
- Disarankan untuk minum obat secara teratur sesuai resep yang
diberikan.
18. Pemberian resep
R/ Amoxixillin tab. 500 mg no. XII
∫ 3 dd I
׀׀
R/ Asam mefenamat tab.500 mg no. XII
∫ 3 dd 1
׀׀
19. Kontrol
- 24 jam post odontektomi
bertujuan untuk kontrol perdarahan, keradangan, kebersihan
daerah operasi dan kontrol jahitan
- 3 hari post odontektomi
bertujuan untuk mengetahui, apakah proses radang sudah reda
atau belum, kontrol kebersihan daerah operasi
- 7 hari post odontektomi
bertujuan untuk mengetahui penyembuhan tulang dan membuka
jahitan.