praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

159
TESIS PRAKTIKUM ODONTEKTOMI BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PRAKTIKAN DI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR NYOMAN WIRADHARMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Transcript of praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Page 1: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

TESIS

PRAKTIKUM ODONTEKTOMI BERORIENTASI

ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA

PRAKTIKAN DI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

NYOMAN WIRADHARMA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 2: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

i

TESIS

PRAKTIKUM ODONTEKTOMI BERORIENTASI

ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA

PRAKTIKAN DI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

NYOMAN WIRADHARMA

NIM:0990461001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ERGONOMI-FISIOLOGI KERJA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

Page 3: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

ii

2012

PRAKTIKUM ODONTEKTOMI BERORIENTASI

ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA

PRAKTIKAN DI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NYOMAN WIRADHARMA

NIM:0990461001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ERGONOMI-FISIOLOGI KERJA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 4: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL : 16 Januari 2012

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH. Dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH NIP. 19471211 197602 1 001 NIP. 19480120 197903 1 001

Mengetahui :

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

Ketua Program Megister Program Studi Ergonomi –Fisiologi Kerja Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. I Dewa Putu Sutjana, M.Erg

NIP. 19470704 197903 1 001

Page 5: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis ini Telah Diuji pada

Tanggal 16 Januari 2012

Panitia Penguji Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No. :………………………………….. Tanggal : 11 Januari 2012

Ketua : Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH

Sekretaris: dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH

Anggota :

1. Prof. Dr. dr. Alex Pnagkahila, Msc. Sp. And

2. Dr. Ir. Wayan Parwata ST.

3. dr. Ketut. Karna, PFK, M, Kes.

Page 6: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

v

SURAT PERNYATAAN

BUKAN KARYA PLAGIAT

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : drg. Nyoman Wiradharma

NIM : 0990461001

Program Studi : Pasca Sarjana UNUD

Konsentrasi : Ergonomi- Fisiologi Kerja

Alamat Mahasiswa : Perum. Grenn Kori Ubung, Jl. Nuansa

Hijau Utama V no 9, Banjar Tegal Kori

Kaja, Denpasar Utara.

Telp & HP : (0361) 415374,081999018999

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat dalam rangka pendidikan Program Magister bukan merupakan jiplakan sebagian atau seluruhnya dari karya seseorang. Kalau Kemudian hari ditemukan adanya unsur plagiat maka gelar yang telah saya terima, bersedia untuk dicabut. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan benar dan dengan segala konsekuensinya.

Denpasar, 21 September 2011 Yang membuat pernyataan,

drg. Nyoman Wiradharma

Page 7: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

rakhmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Praktikum

Odontektomi Berorientasi Ergonomi Meningkatkan Kinerja Praktikan Di Jurusan

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar”.

Dalam penyusunan Tesis ini tidak lepas dari adanya bantuan dan

bimbingan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada yang terhormat: Bapak Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana,

M.Erg selaku Ketua Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program

Pascasarjana, Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian telah

memberikan dorongan, semangat, dan petunjuk selama bimbingan kepada penulis

sehingga dapat diselesaikannya Tesis ini. Ucapan yang sama juga ditujukan

kepada Bapak Prof. DR. dr. N. Adiputra, M.OH selaku pembimbing I dan Bapak

dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH selaku pembimbing II, yang telah banyak

memberi petunjuk bimbingan dan saran perbaikan sehingga dapat diselesaikannya

Tesis ini. Tidak lupa ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada Bapak

Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And., DR. Ir. Wayan Parwata, M.T.,

dan Dr Ketut Karna, PFK, M.Kes selaku tim penguji yang telah banyak

memberikan saran dan bimbingannya selama penyusunan Tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak

dan Ibu staf pengajar pada Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program

Pascasarjana, Universitas Udayana, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

telah banyak membimbing, memberi saran dan membantu mencarikan buku

penunjang sehingga Proposal Tesis ini dapat sesuai dengan waktu yang

ditentukan. Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu

pegawai Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana dan

Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, para senior, dan

rekan-rekan mahasiswa S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja yang telah banyak

membantu sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini.

Page 8: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

vii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan, Tesis ini masih

perlu disempurnakan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan

saran-saran dari berbagai pihak.

Denpasar, Januari 2012

Penulis

Page 9: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

viii

ABSTRAK

PRAKTIKUM ODONTEKTOMI BERORIENTASI ERGONOMI

MENINGKATKAN KINERJA PRAKTIKAN DI JURUSAN

KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Praktikum odontektomi ini merupakan praktikum pembedahan gusi pada mulut dengan menggunakan peralatan bedah secara khusus. Peralatan bedah mulut ini terdiri dari seperangkat alat yang masing-masing alat mempunyai fungsi tersendiri. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji secara terukur apakah praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat menurunkan beban kerja, keluhan subjektif, dan meningkatkan kinerja praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasarwati Denpasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan menggunakan rancangan pre-post test control group design. Sampel yang digunakan sebanyak 30 mahasiswa yang dibagi menjadi dua bagian yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing 15 mahasiswa. Kelompok kontrol melakukan praktikum seperti biasa dan kelompok perlakuan melakukan praktikum menggunakan orientasi ergonomi. Beban kerja diukur dari denyut nadi kerja yang dihitung dengan metode 10 denyut. Kelelahan secara umum diperoleh melalui pengisian kuesioner 30 items kelelahan dari IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) Jepang. Keluhan otot skeletal diprediksi dengan kuesioner Nordic Body Map. Sedangkan kinerja diukur dengan skor penilaian unjuk kerja. Data dianalisis dengan menggunakan uji t dan uji Mann Whitney pada taraf kemaknaan 5%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan (p <

0,05) pada beban kerja, keluhan subjektif, dan kinerja pada kedua kelompok. denyut nadi kerja kelompok kontrol adalah 104,29 denyut permenit, sedangkan kelompok perlakuan adalah 90,16 denyut permenit, atau menurun sebesar 13,5%. Rerata skor keluhan otot skeletal pada kelompok kontrol adalah 59,27, sedangkan kelompok perlakuan adalah 39,80 atau mengalami penurunan sebesar 32,8%. Pada kelelahan secara umum, rerata skor pada kelompok kontrol adalah 52,73 dan pada kelompok perlakuan adalah 47,00 atau mengalami penurunan sebesar 20,3%. Rerata kinerja pada kelompok kontrol adalah 46,13, sedangkan rerata kinerja ada kelompok perlakuan adalah 51,33, atau terjadi peningkatan sebesar 11,3%.

Disimpulkan bahwa penerapan fungsi ergonomi pada praktikum

odontektomi dapat menurunkan beban kerja, keluhan subjektif, dan dapat meningkatkan kinerja mahasiswa praktikan. Kata Kunci : Praktikum Odontektomi, Orientasi Ergonomi, Kinerja

Page 10: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

ix

ABSTRACT

ERGONOMIC ORIENTED PRACTICE IN ODONTECTOMY IMPROVES

THE STUDENT PERFORMANCE FACULTY OF DENTISTRY

MAHASARASWATI UNIVERSITY DENPASAR

Odontectomy representing gum surgery practice in mouth by using

equipment of surgical operation peculiarly. This surgical operation equipment

consist of a set appliance which is each appliance have their own function. The

object of this study is conducted to meassure do odontectomy practice, stand in

ergonomics, reduces burden activity, subjective complaints, and improving

practice the student’s performance in The Faculty of Dentistry Mahasaraswati

University Denpasar.

Output pre and post test control group design was applied in this study.

Sample was divided into two groups that consist of 15 students in each group,

with two treatments, that is control group (practice as usual) and treatment group

(practice with ergonomics orientation). The work load was assessed by the work

pulse which is measured with 10 pulse method. In general, fatigue indication is

obtained from 30 item fatigue questioner from IFRC (Industrial Fatigue Research

Committee) Japan. Skeletal muscle sigh predicted by Nordic Body Map

questioner. While the performance can be predicted with working assessment

score. Data is analysed by T-test and Mann Whitney test in meaning level 5%.

The result of this study show there is a significant difference (p<0,05) in

work load, subjective complaint, and performance in this two groups. Working

pulse in control group is 104,29 pulse per minute (PPM), while in treatment group

is 90,16 pulse per minute, or reduced about 13,5%. Mean score skeletal muscle

complaint in control group is 59,27, while in treatment group is 39,80 or reduced

about 32,8%. In general fatigue, mean score in control group is 52,73 and in

treatment group is 47,00 or reduced 20,3%. Performance mean in control group is

46,13, while performance mean in treatment group is 51,33, or there is

improvement about 11,3%.

Page 11: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

x

Conclusion is odontectomy practice with ergonomics based orientation

reduces burden activity, subjective complaint and improving students practice

performance.

Key words : odontectomy, ergonomics orientation, performance

Page 12: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................ iv

UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7

2.1 Tinjauan Ergonomi .................................................................................... 7

2.2 Peralatan Kerja .......................................................................................... 8

2.3 Prosedur Standar Odontektomi Gigi Impaksi .......................................... 9

2.4 Risiko Kerja .............................................................................................. 16

2.5 Sikap Kerja Ergonomis Praktek Dokter Gigi ............................................ 19

2.6 Aktivitas Otot Ketika Kerja ...................................................................... 22

2.7 Kinerja ....................................................................................................... 26

2.8 Ceklis ........................................................................................................ 34

2.9 Beban Kerja ............................................................................................... 37

2.10 Lingkungan Kerja ................................................................................... 44

Page 13: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

xii

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS .......... 48

3.1 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 48

3.2 Konsep ..................................................................................................... 50

3.3 Hipotesis .................................................................................................... 51

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 53

4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 53

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 54

4.3 Penentuan Sumber Data ........................................................................... 54

4.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 56

4.5 Instrumen Penelitian ................................................................................. 62

4.6 Prosedur Penelitian .................................................................................... 63

4.7 Pengolahan dan analisis data .................................................................... 72

BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................... 75

5.1 Kondisi Subjek .......................................................................................... 75

5.2 Analisis Kondisi Lingkungan Kerja .......................................................... 77

5.3 Analisis Beban Kerja ................................................................................. 78

5.4 Analisis Keluhan Subjektif ....................................................................... 80

5.5 Analisis Kinerja ......................................................................................... 81

5.6 Ketertinggalan Alat pada Praktikum Odontektomi ................................... 82

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 85

6.1 Kondisi Subjek .......................................................................................... 85

6.2 Kursi Kerja ................................................................................................ 86

6.3 Lingkungan Kerja ...................................................................................... 87

6.4 Beban Kerja ............................................................................................... 89

6.5 Penurunan Keluhan Subjektif ................................................................... 90

6.6 Peningkatan Kinerja .................................................................................. 93

6.7 Perbandingan Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan terhadap

Penurunan Beban Kerja, Penurunan Keluhan Subjektif, dan Peningkatan

Kinerja ...................................................................................................... 98

Page 14: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

xiii

6.8 Kelemahan Penelitian ................................................................................ 101

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 102

7.1 Simpulan ................................................................................................... 102

7.2 Saran .......................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Peralatan Praktek Odontektomi ................................................................ 14

2.2 Insisi envelope [amplop] ........................................................................... 14

2.3 Insisi envelope ........................................................................................... 15

2.4 Jika digunakan flap tiga-sudut .................................................................. 15

2.5 Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas ........................................ 15

2.6 Setelah jaringan lunak dibuka ................................................................... 16

2.7 Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang

menggunakan bur ...................................................................................... 16

3.1 Bagan kerangka konsep penelitian ........................................................... 51

4.1 Bagan Rancangan Penelitian ..................................................................... 53

4.2 Bagan Hubungan antara Variabel Penelitian ............................................ 58

4.3 Alur Penelitian .......................................................................................... 64

6.1 Pengukuran mikroklimat ruangan praktikum ............................................ 88

6.2 Rerata Denyut Nadi Kerja praktikan ......................................................... 90

6.3 Rerata Keluhan Subjektif pada Praktikan Odontektomi ........................... 92

6.4 Persiapan peralatan sebelum praktikum .................................................... 95

6.5 Subjek memperhatikan ceklis Dan peralatan yang disiapkan sebelum

praktikum dimulai .................................................................................... 95

6.6 Mahasiswa sedang menjalankan praktikum odontektomi ......................... 96

6.7 Grafik Peningkatan Kinerja ....................................................................... 97

6.8 Sikap kerja sebelum ada penambahan kursi .............................................. 99

6.9 Sikap kerja setelah ada penambahan kursi kerja ....................................... 99

6.10 Praktikan bisa melakukan praktikum dengan sikap kerja duduk dan

berdiri secara dinamis sesuai keperluan .................................................. 100

Page 16: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Tingkat Beban Kerja Menurut Keluaran Energi ....................................... 39

2.2 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Beban Kardiovaskular .................. 40

5.1 Data Karakteristik Fisik Subjek Mahasiswa Praktikum Odontektomi ..... 75

5.2 Data Antropometrik .................................................................................. 76

5.3 Hasil Analisis Pengukuran Lingkungan Kerja .......................................... 77

5.4 Komparabilitas Denyut Nadi praktikan odontektomi ............................... 79

5.5 Hasil Analisis Keluhan Subjektif sebelum bekerja (pre) .......................... 80

5.6 Hasil Analisis Keluhan Subjektif setelah bekerja (post) ........................... 81

5.7 Hasil Uji Kinerja Praktikan ....................................................................... 82

5.8 Jumlah Ketinggalan Alat Praktikum Odontektomi ................................... 83

5.9 Data Alat Yang Tertinggal ........................................................................ 84

Page 17: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi bungsu pada manusia adalah gigi geraham tetap yang tumbuh terakhir

kali di mulut. Gigi ini tumbuh pada usia sekitar 17-22 tahun. Gigi bungsu ini

normalnya berjumlah 4 buah, dua di rahang atas kanan dan kiri, dan dua lagi di

rahang bawah kanan dan kiri. Tidak semua gigi geraham bungsu ini tumbuh

dengan normal, biasanya gigi bungsu di rahang bawah yang sering kali tidak

normal pertumbuhannya. Gigi bungsu yang tumbuhnya tidak normal, artinya gigi

itu tumbuh dengan posisi dan arah yang salah atau gigi cuma bisa tumbuh

setengah karena terjepit gigi geraham di sebelahnya atau disebut impaksi. Gigi

impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran

waktu yang diperkirakan. Gigi mengalami impaksi sebagai akibat dari gigi

disebelahnya, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan

menghambat erupsi. Gigi yang tumbuh pada posisi demikian, dapat menimbulkan

penyakit, karena susah membersihkan dengan sikat gigi sehingga menjadi sarang

bakteri. Jika dibiarkan bisa terjadi infeksi atau merusak gigi di sebelahnya. Hal ini

akan membuat gusi bengkak dan gigi jadi berlubang bahkan lama kelamaan akan

terbentuk kista atau tumor.

Gejala-gejala yang biasanya timbul jika gigi terjadi impaksi adalah

migren, kepala pusing, sakit saat membuka mulut dan telinga berdengung. Jika

Page 18: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

2

terjadi gejala seperti ini harus dilakukan pencabutan gigi bungsu, yang dalam

bahasa kedokteran disebut odontektomi. Gigi yang terlihat mengalami impaksi

pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna

pada usia 25 tahun. Sehingga kasus gigi impaksi yang harus dilakukan

penanganan seperti pencabutan gigi atau bahkan pembedahan gusi banyak

dilakukan di kalangan remaja hingga dewasa (Coulthard et al., 2003).

Di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar

terdapat praktikum odontektomi. Untuk melaksanakan praktikum ini mahasiswa

harus mendapatkan pasien yang mempunyai keluhan gigi impaksi. Pasien dengan

keluhan gigi impaksi ini tidaklah sulit ditemui, karena banyak terjadi pada remaja

dengan usia 17-24 tahun. Praktikum odontektomi ini merupakan praktikum

pembedahan gusi pada mulut dengan menggunakan peralatan bedah secara

khusus. Peralatan bedah mulut ini terdiri dari seperangkat alat yang masing-

masing alat mempunyai fungsi tersendiri. Praktikum yang telah dilakukan selama

ini dirasa perlu untuk ditingkatkan kinerja para praktikannya. Seringkali ketika

praktikum bedah mulut ini terjadi ketinggalan salah satu alat, keluhan cepet lelah,

dan nilai praktikum yang belum memuaskan. Tertinggalnya alat akan berdampak

pada terganggunya proses pembedahan bahkan bisa berakibat fatal pada pasien.

Dari studi pendahuluan dari 23 kali praktikum dalam satu semester terdapat lima

kali kasus tertinggalnya alat.

Praktikum odontektomi biasanya dilakukan selama 4 jam. Ada beberapa

hal yamg harus dilakukan oleh praktikan sebelum, ketika, dan sesudah praktikum

odontektomi. Sebelum praktikum, para praktikan harus menyiapkan peralatan,

Page 19: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

3

memahami prosedur yang ada, dan menyiapkan pasien terutama dari segi mental.

Ketika praktikum, para praktikan melakukan prosedur kerja praktek, dengan

duduk atau berdiri selama empat jam. Pasien diberi anastesi dulu sebelum

dilakukan praktek odontektomi. Dalam praktek, salah satu alat yang digunakan

adalah kompresor untuk keperluan bor dan peralatan lainnya.

Posisi operator/praktikan yang duduk lama sekitar 4 jam menyebabkan

terjadinya keluhan sakit di pinggang dan bahu. Posisi statis ini juga akan

menyebabkan praktikan mengeluh cepat capai. Survei yang dilakukan oleh

Chowanadisai (2000) di Thailand menyatakan bahwa sebanyak 78% dokter gigi

mengalami sakit punggung disaat melakukan tindakan. Disamping itu, suara

kompresor juga menjadikan suasana tempat praktek menjadi sedikit bising, akan

tetapi kebisingan ini masih di bawah batas ambang, dari studi pendahuluan

kebisingan yang disebabkan oleh suara kompresor sekitar 78 dB dengan batas

ambang kebisingan adalah 85 dB. Posisi kerja yang tidak ergonomis ini akan

memungkinkan menurunkan kinerja praktikan, sehingga di perlukan langkah

solutif.

Untuk mengatasi permasalahan di atas bisa dilakukan langkah solutif yaitu

peningkatan kinerja para praktikan berorientasi ergonomi. Peningkatan kinerja

berorientasi ergonomi ini dilakukan dengan cara penerapan checklist peralatan

dan prosedur bedah mulut secara ketat, pemberian teh manis kepada operator di

sela-sela kerja, serta sikap kerja operator yang dinamis antara duduk dan berdiri.

checklist dilakukan sebelum bedah dilakukan dan setelah bedah dilakukan. Jika

checklist ini diterapkan dengan baik, diprediksi akan meningkatkan kinerja para

Page 20: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

4

mahasiswa praktikum karena alat bedah bisa dinyatakan siap pakai dan proses

pembedahan bisa berlangsung dengan cepat, aman, dan tidak ada ketinggalan atau

kekurangan alat tertentu. Pemberian teh manis adalah untuk menambah asupan air

dan kalori operator agar tetap prima dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan

posisi dinamis duduk dan berdiri adalah untuk mengurangi keluhan sakit di

pinggang dan di bahu.

Oleh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian tentang praktikum

odontektomi yang berorientasi ergonomi dalam rangka peningkatan kinerja para

praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Apakah praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat

meningkatkan kinerja praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas

Mahasaraswati Denpasar ?

b. Apakah praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi

keluhan subjektif praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas

Mahasaraswati Denpasar ?

c. Apakah praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi

jumlah ketinggalan alat bedah mulut pada praktikan di Jurusan Kedokteran

Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar ?

Page 21: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji secara terukur apakah praktikum

odontektomi berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja praktikan di

Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasarwati Denpasar.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat

meningkatkan kinerja praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas

Mahasaraswati Denpasar

b. Untuk mengetahui praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat

mengurangi keluhan subjektif praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

c. Untuk mengetahui praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat

mengurangi jumlah ketinggalan alat bedah mulut pada praktikan di

Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 22: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

6

1.4.1 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan :

a. Dapat memberikan solusi terhadap permasalahan praktikum odontektomi dalam

hal peningkatan kinerja para mahasiswa praktek odontektomi di Jurusan

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

b. Menjadi salah satu masukan bagi pengambil kebijakan pada perguruan tinggi

Universitas Mahasaraswati untuk memperhatikan proses kerja praktek agar

lebih memenuhi kaedah ilmu ergonomi.

c. Dapat digunakan untuk membantu mahasiswa praktek odontektomi di

perguruan tinggi manapun agar bekerja lebih aman dengan kinerja yang baik.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori Ergonomi, diharapkan dapat

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan acuan untuk

penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut yang mendalam.

Page 23: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Ergonomi

Alat dan lingkungan kerja, jika tidak dirancang dengan baik akan dapat

menyebabkan ketidaknyamanan, tidak efisien, dan tidak efektif. Untuk

memperoleh suatu cara, sikap, alat, dan lingkungan kerja yang sehat dan aman

perlu berdasar kepada kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia. Dengan

tujuan ideal adalah mengatur pekerjaan tersebut berada dalam batas-batas di mana

manusia bisa mentolerirnya, tanpa menimbulkan kelainan-kelainan (Manuaba,

1998).

Ergonomi merupakan suatu ilmu dan banyak diaplikasikan dalam berbagai

proses perancangan produk ataupun operasi kerja sehari-sehari, seperti aplikasi

ergonomi dalam proses perancangan peralatan kerja untuk penggunaan yang lebih

efektif. Ergonomi sebagai disiplin ilmu yang bersifat multi disipliner dengan

menggabungkan elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi, enjinering, higine,

sosial dan ilmu lainnya, maka ergonomi akan berkaitan dengan aktivitas kerja.

Tujuan dari hal tersebut adalah sebagai berikut (Wibowo, 1998).

a. Meningkatkan kemampuan fisik dan mental, khususnya untuk keamanan dan

keselamatan, serta mengurangi atau menghilangkan beban fisik dan mental

yang berlebihan untuk kenyamanan atau keserasian operasional.

Page 24: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

8

b. Pengintegrasian secara rasional aspek-aspek fungsional, teknis, ekonomi,

sosial budaya dan lingkungan pada suatu sistem untuk peningkatan efisiensi

hubungan timbal balik manusia dan mesin.

c. Mengorganisasikan suatu aktivitas kerja ke arah produktivitas untuk

peningkatan atau kepuasan kerja operator, konsumen pekerja dalam memenuhi

kesejahteraan sosial.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ilmu ergonomi dapat memberikan

kontribusi pada banyak hal dalam rangka mencapai tujuan yang positif dan

sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah-masalah yang praktis terdapat

dalam aspek kehidupan manusia.

2.2 Peralatan Kerja

Dalam perkembangan modern ini pemilihan peralatan kerja di masyarakat

umumnya didasari pada pertimbangan ekonomi dari pada dengan pertimbangan

kemudahan serta kenyamanan pemakainya. Suatu peralatan kerja yang belum

sesuai akan dapat menimbulkan kelelahan, perasaan kurang nyaman, dan disertai

penurunan efisiensi kerja (Grandjean, 1988; Manuaba, 1994).

Setiap pekerjaan membutuhkan peralatan kerja yang tentunya telah teruji

keserasiannya terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan pemakainya

(Grandjean, 1988; Manuaba, 1992a). Pada dasarnya, setiap tenaga kerja sebaiknya

mengetahui dan mengerti peralatan kerja yang sesuai dengan persyaratan

ergonomi agar nyaman dipakai dan efisien. Bila peralatan kerja tersebut belum

sesuai dengan pemakainya perlu dilakukan perbaikan dan dimodifikasi. Dengan

Page 25: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

9

demikian, setiap usaha perbaikan peralatan kerja hendaknya bersifat sederhana

serta murah biayanya, bisa dan mudah dilakukan, dan dapat memberikan

keuntungan secara ekonomi (Manuaba, 1992b).

2.3 PROSEDUR STANDAR ODONTEKTOMI GIGI IMPAKSI 2.3.1 Definisi

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang

pada kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi

tetangga, lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan

menghambat erupsi. Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur

hidup pasien kecuali dilakukan pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun,

harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami

impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman tentang kronologi

erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi (Peterson dkk.,

2004).

Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi

yang kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang

total lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi

molar tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang

bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi

yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya kurang adekuat.

Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensi

erupsi gigi molar tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling ‘prognostik’ adalah

Page 26: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

10

angulasi gigi molar tiga dan ruang yang tersedia untuk erupsi (Miloro Michael,

2004). Erupsi gigi molar tiga akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu

atau beberapa gigi M3 mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa.

Menurut SOP Odontektomi 2 beberapa penelitian longitudinal, gigi yang terlihat

mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan sebesar 30-50%

untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di

Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8% (Anonim, 1997)

2.3.2 Pemeriksaan

Gigi impaksi dapat menimbulkan gangguan ringan sampai serius jika gigi

tersebut tidak erupsi. Tidak semua gigi impaksi menimbulkan masalah klinis yang

signifikan, namun setiap gigi impaksi memiliki potensi tersebut. Gigi yang tidak

erupsi akan menimbulkan rasa nyeri jika terjadi infeksi. Saat pemeriksaan,

ketiadaan gigi, karies atau mobilitas gigi tetangga harus diperhatikan. Terjadinya

infeksi dapat dilihat dari pembengkakan, pengeluaran pus, trismus, dan pelunakan

limfonodus servikal regional (Coulthard dkk., 2003).

Pemeriksaan radiografik harus didasarkan pada penelusuran riwayat dan

pemeriksaan klinis. Pemeriksaan radiografik sangat penting sebelum pembedahan

dilakukan namun tidak perlu dilakukan saat pemeriksaan awal, jika terdapat

infeksi atau gangguan lokal lainnya. Pemeriksaan radiologis gigi impaksi harus

dapat menguraikan hal-hal berikut ini (Coulthard dkk., 2003) :

a. Tipe dan orientasi impaksi serta akses untuk mencapai gigi

b. Ukuran mahkota dan kondisinya

Page 27: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

11

c. Jumlah dan morfologi akar

d. Tinggi tulang alveolar, termasuk kedalaman dan densitasnya

e. Lebar folikuler

f. Status periodontal dan kondisi gigi tetangga

g. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang atas dengan kavitas nasal atau

sinus maksilaris

h. Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang bawah dengan saluran

interdental, foramen mentale, batas bawah mandibula.

Jenis radiografi yang dapat digunakan, antara lain:

a. Periapikal, tomografi panoramik atau oblique lateral dan CT scan untuk gigi

molar tiga rahang bawah

b. Tomografi panoramik (atau oblique lateral, atau periapikal yang adekuat)

untuk gigi molar tiga rahang atas.

c. Parallax film (dua periapikal atau satu periapikal dan satu film oklusal) untuk

gigi kaninus rahang atas

d. Radiografi periapikal dan true occlusal untuk gigi premolar dua rahang

bawah; radiografi panoramik juga dapat digunakan jika radiografi periapikal

tidak dapat menggambarkan seluruh gigi yang tidak erupsi.

2.3.3 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan untuk melakukan odontektomi adalah sebagai berikut:

a. Sikat tangan

b. Handuk

Page 28: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

12

c. Lap Meja

d. Duck dan clamp

e. Hand scone

f. Masker

g. Kaca mulut besar

h. Kaca mulut kecil

i. Sonde bengkok

j. Sonde lurus

k. Excavator 2 buah

l. Pinset anatomi

m. Nerbeken 3 buah

n. Spuit 3cc

o. Suction tip

p. Cheek retractor

q. Sacalpel blade no 11-15

r. Resparatorium

s. Straight hand piece

t. Contra angle hand pice

u. Bur fissure long shank

v. Bur fissure diamond

w. Bein

x. Tang ekstraksi M3 atas/bawah

y. Bone file

Page 29: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

13

z. Spuite irigasi

aa. Needle holder

bb. Needle

cc. Pinset chirurgis

dd. Scrisor

ee. Arteri clamp

ff. Tang trismus

gg. Sabun cuci

hh. Alcohol 70%

ii. Betadine solution 10%

jj. Pehacain

kk. Vaseline

ll. Larutan saline

mm. Suture(silk)

nn. Spongostan 2 buah

oo. Tampon dan kasa

pp. Adrenalin 2mg 2 ampul

qq. Tabung oksigen

rr. Spuit 1 cc

Instrumen lain yang umum digunakan disajikan dalam gambar berikut ini:

Page 30: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

14

Gambar 2.1 Peralatan Praktek Odontektomi

2.3.4 Teknik Odontektomi

Teknik dalam praktikum odontektomi adalah seperti ilustrasi gambar berikut :

Gambar 2.2 Insisi envelope [amplop] seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak mandibula dalam pencabutan gigi impaksi molar tiga: Perluasan

insisi ke posterior harus divergen ke arah lateral agar tidak terjadi perlukaan saraf lingual.

Page 31: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

15

Gambar 2.3 Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang menutupi gigi impaksi terbuka.

Gambar 2.4 Jika digunakan flap tiga-sudut, insisi pembebas dibuat pada aspek mesial gigi molar dua.

Gambar 2.5 Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas, terutama pada aspek apikal daerah

pembedahan.

Page 32: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

16

Gambar 2.6 Setelah jaringan lunak dibuka, tulang yang menutupi permukaan oklusal gigi dibuang menggunakan bur fissure atau chisel tangan.

Gambar 2.7 Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang menggunakan bur.

2.4 Risiko Kerja

2.4.1 Pengertian Risiko

Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah

biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Seseorang

menyatakan bahwa ada risiko yang harus ditanggung jika mengerjakan pekerjaan

tertentu. Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang

esensial untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Risiko dapat

diartikan dalam hal-hal berikut :

Page 33: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

17

a. Risk is the chance of loss (risiko adalah kans kerugian). Chance of Loss

biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat

suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan. Kerugian,

sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka

chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu.

b. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah

possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan

satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang

dipakai sehari-hari, akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai

dalam analisis secara kuantitatif

c. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Tampaknya ada kesepakatan

bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Karena itulah risiko sama

artinya dengan ketidakpastian.

Pada praktikum odontektemi memungkinkan ada resiko, resiko disini bisa

diartikan sebagai hal-hal yang memungkinkan akan mengakibatkan terjadinya

bahaya, dampak kerugian, dan ketidak lancaran pada proses praktikum. Risiko

yang terjadi bisa jadi mengakibatkan hal yang fatal bagi pasien odontektomi.

2.4.2 Faktor Risiko Kerja dan penanganannya

Faktor resiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yang dapat menyebabkan

cedera musculoskeletal. Faktor resiko digunakan untuk menganalisis tugas manual

(manual task ). Manual task atau manual material handling memiliki interaksi

Page 34: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

18

yang kompleks antara pekerja dan lingkungan kerja. Faktor resiko kemudian

dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu (Suhardi & Bambang, 2008):

a. Tekanan langsung kepada tubuh. Hal ini meliputi faktor seperti tingkat

tekanan pada muscular, postur/sikap kerja, pengulangan pekerjaan, getaran

peralatan dan lama waktu kerja.

b. Kontribusi faktor resiko yang secara langsung mempengaruhi tuntutan kerja.

Hal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penangan beban. Jika

komponen ini di desain ulang pengaruh dari tekanan dapat dikurangi.

c. Memodifikasi faktor resiko dapat memberi masukan pada perubahan sikap

kerja sehingga akibat dari faktor resiko dapat dikurangi.

Ada dua pendekatan dasar dalam menangani risiko, yaitu :

a. Pengendalian risiko (risk control)

b. Pembiayaan risiko (risk financing)

Pengendalian risiko dijalankan dengan metode berikut :

a. Menghindari risiko

b. Mengendalikan kerugian

c. Pemisahan

d. Kombinasi atau pooling

e. Pemindahan risiko

Hal yang biasanya terjadi pada praktikum odontektemi adalah risiko

ketertinggalan alat praktikum. Pengendalian faktor risiko ini adalah dengan

melakukan kontrol terhadap persiapan praktikum. Salah satu kontrol yang bisa

Page 35: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

19

digunakan adalah dengan cara pengisian checklist kepada setiap peserta

praktikum.

2.5 Sikap Kerja Ergonomis Praktek Dokter Gigi

Seorang dokter gigi dalam melaksanakan praktek memerlukan peralatan

kerja yang berhubungan dangan sikap kerja duduk dan berdiri ketika menangani

pasien. Berkaitan dengan sikap kerja ini, sikap kerja yang ideal adalah :

a. Kerja otot statis sedikit

b. Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah

c. Muskuler effort kecil dapat dipertahankan

d. Sikap kerja berubah/dinamis lebih baik dari pada sikap statis tegang

Dokter gigi bekerja dengan apa yang disebut sebagai sistem manusia-

mesin karena peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan gigi.

Biasanya peralatan dokter gigi ini telah dirancang dengan baik, instrumen dapat

ditempatkan dalam jangkauan dan diambil dan kembali dengan cara alami.

Instrumen harus ditempatkan pada jarak yang benar baik secara vertikal maupun

horizontal sehingga keluhan lengan dan bahu bisa terkurangi. Selain itu, banyak

peralatan yang tidak cocok untuk dokter gigi yang berbadan tinggi, sehingga

ragam desain diperlukan untuk penggunaan peralatan dokter gigi yang berbadan

pendek dan tinggi. Seorang dokter gigi perlu melakukan kerja dengan sikap duduk

maupun berdiri. Hal ini harus dilakukan secara dinamis dan tidak boleh statis.

Page 36: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

20

Perbandingan sikap kerja duduk dan berdiri ditinjau dari epidemiologi

adalah sebagai berikut :

a. Pada pekerja dengan sikap duduk, risiko meningkatnya kanker usus 1,6 - 4,0

kali lebih besar dari pada sikap kerja berdiri

b. Fungsi paru (VC : FeV) menurun pada sikap duduk

c. Sikap duduk sering terjadi trombosis vena dalam

d. Venus return lebih besar/baik sikap berdiri dari pada sikap duduk

e. Berdiri terlalu lama dapat meningkatkan volume tungkai 2 - 5%, karena edema

f. Duduk terlalu lama menyebabkan vericosa vena

Dalam melakukan praktek menangani pasien hendaknya dokter gigi atau

mahasiswa calon dokter gigi yang melakukan praktek perlu memperhatikan sikap

kerja ini. Sikap kerja yang disarankan adalah sikap kerja dinamis yaitu duduk

berdiri secara bergantian sesuai keperluan. Jika melakukan kerja duduk atau

berdiri saja secara statis maka hal yang terjadi adalah :

a. Memerlukan tenaga/energi yang lebih tinggi, pada kerja yang sama

b. Denyut nadi meningkat lebih tinggi & cepat lelah

c. Otot memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama

Tempat pasien dalam praktek dokter gigi sudah didesain khusus sehingga bisa

diatur sedemikian rupa, sehingga bisa disesuaikan dengan sikap kerja seorang

dokter gigi. Kursi kerja dokter gigi pun demikian ada yang sudah didesain khusus

sehingga bisa diatur tinggi rendahnya ada juga yang hanya sekedar kursi sebagai

tempat duduk. Perlu diperhatikan sikap kerja yang ergonomis dalam melakukan

Page 37: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

21

praktek penanganan pasien gigi ini. Secara prinsip, untuk mengatasi sikap tubuh

dalam bekerja secara ergonomis adalah sebagai berikut (Pheasant, 1991) :

a. Cegah inklinasi kedepan pada leher dan kepala

b. Cegah inklinasi kedepan pada tubuh

c. Cegah penggunaan anggota gerak bagian atas, dalam keadaan terangkat

d. Cegah pemutaran badan dalam sikap asimetris (terpilin/twisting)

e. Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximum

f. Sediakan sandaran punggung & pinggang (waist) pada semua tempat duduk

g. Jika menggunakan otot hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan

kekuatan maximum

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam sikap kerja duduk dan berdiri secara

dinamis adalah sebagai berikut (Grandjean, 1988) :

a. Sikap kerja berdiri diupayakan posisi badan tegak, pusat beban tubuh (central

of gravity) dalam membawa beban/benda tidak membuat badan bungkuk,

posisi tangan membawa benda tidak lebih dari 90o pada beban yang berat.

b. Sikap kerja duduk pada kursi, diupayakan posisi tulang belakang tegak, kursi

kerja sesuai dengan antropometri. Tinggi dan kedalaman kursi yang

dipergunakan adalah sesuai dengan antropometri pemakai. Tinggi kursi seuai

dengan tinggi poplitea pada persentil 50. Kedalaman kursi disesuaikan dengan

persentil 50 dari jarak pantat poplitea. Lebar kursi disesuaikan dengan

persentil 50 dari lebar pantat. Tinggi meja kerja sesuai dengan tinggi siku

posisi duduk. Posisi tangan tidak lebih dari 90o terhadap lengan berada di atas

objek kerja.

Page 38: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

22

c. Kursi objek (pasien) bisa atur atau dinaik turunkan sesuai dengan kebutuhan

dokter gigi, sehingga dokter gigi melakukan kerja dengan posisi yang nyaman

sesui dengan kaidah ergonomi.

2.6 Aktivitas Otot Ketika Kerja

Praktikum Odontektomi merupakan praktikum yang juga melibatkan kerja

tubuh termasuk otot. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks

(santai). Analogi mekanismenya adalah seperti silinder pneumatic, aktivitas

tunggal dengan sistem pegas. Walaupun pada hakekatnya tidak ada pegas dalam

tubuh manusia. Dari sinilah otot sebagai penggerak utama bergerak dengan arah

berlawanan terhadap otot yang lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang

berfungsi untuk mengendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada

tempat asalnya. Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali, baik otot penggerak

utama maupun yang antagonis berada pada posisi tegang (tension) selama dalam

pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan yang cepat, otot antagonis secara

otomatis relaks.

Sumber energi bagi otot adalah berasal dari pemecahan senyawa phosphate

kaya energi dari kondisi energi tinggi ke energi rendah, yang mana dalam waktu

yang sama akan menghasilkan muatan elektro–elektro dan menyebabkan gerakan

relative dari Molekul Actin dan Myosin.

Hal ini ditunjukkan pada proses berikut :

ATP = ADP + Energi.

ATP = Adenosin Tri Phosphat.

Page 39: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

23

ADP = Adenosin Di Phosphat.

Untuk melanjutkan proses ini, ATP harus disintesa dengan bahan baker yang

berasal dari sumber lain.

2.6.1 Aerobic

Aerobic yaitu perubahan ATP menjadi ADP dan energi dengan bantuan

oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi

dengan cepat menjadi CO2 dan H2O dalam kondisi aerobic. Sehingga beban kerja

yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Disamping itu

aliran darah yang cukup akan mensupplay lemak, karbohidrat dan oksigen

kedalam otot, akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar

glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah normal, dan kebalikannya

kaadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik

adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan–makanan yang

bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. Hal tersebut diatas merupakan

proses kontraksi otot yang telah disederhanakan melalui pembangkit energinya,

dan sekaligus menandakan pentingnya aliran darah untuk otot.

Pada respirasi aerob, merupakan proses respirasi yang membutuhkan udara

terutama oksigen. Secara garis besar, proses tersebut dibagi dalam 4 tahap,

sebagai berikut,

a. Glikolisis; Proses yang berlangsung di luar mitokondria dan secara anaerob. Dalam

proses ini terjadi pengubahan 1 molekul glukosa (6 C) menjadi 2 asam piruvat (3 C).

Dalam proses glikolisis dihasilkan 2 asam piruvat, 2 ATP, dan 2 NADH.

Page 40: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

24

b. Dekarboksilasi Oksidatif; Dekarboksilasi oksidatif merupakan reaksi antara yaitu

antara glikolisis dengan siklus krebs. Dalam proses ini terjadi perubahan dari 2 asam

piruvat (3 C) menjadi 2 asetil Ko Enzim A (2 C). Hasil dari proses ini adalah 2 asetil

Ko Enzim A, dan 2 NADH.

c. Siklus Krebs; Siklus Krebs terjadi di mitokondira. Dalam proses ini terjadi

perubaha dari 2 asetil ko enzim A menjadi 2 C¬O2.. Proses ini berlangsung secara

aerob. Hasil dari proses ini adalah 2 CO2, 2 FADH, dan 6 NADH.

d. Rantai Transport Elektron ; Pada proses ini terjadi penerjemahan elektron

berenergi tinggi. Pada proses ini dihasilkan H2O dan terjadi konversi energi dengan

rumus :

1 NADH : 3 ATP

1 FADH : 2 ATP

2.6.2 Anaerobic

Anaerobic yaitu perubahan ATP menjadi ADP dengan energi tanpa bantuan

oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan

membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi

adanya kelelahan otot secara lokal, karena kurangnya jumlah oksigen yang

disebabkan oleh kurangnya jumlah supply darah yang di pompa oleh jantung.

Misalnya jika ada gerakan yang bersifat tiba–tiba (mendadak), lari jarak dekat dan

lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah

yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran

darah yang tidak cukup mensupplay oksigen dan glikogen akan melepaskan asam

laktat.

Page 41: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

25

Pada respirasi anaerob, merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak

menggunakan oksigen bebas sebagai penerima atom hidrogen ( H ) terakhir, tetapi

menggunakan senyawa tertentu ( seperti : etanol, asam laktat ). Asam piruvat yang

dihasilkan pada tahapan glikolisis dapat dimetabolisasi menjadi senyawa yang

berbeda ( ada/tersedianya oksigen atau tidak ). Pada kondisi aerobik ( tersedia

oksigen ) sistem enzim mitokondria mampu mengkatalisis oksidasi asam piruvat

menjadi H2O dan CO2 serta menghasilkan energi dalam bentuk ATP ( Adenosin

Tri Phosphat ). Pada kondisi anaerobik ( tidak tersedia oksigen ), suatu sel akan

dapat mengubah asam piruvat menjadi CO2 dan etil alkohol serta membebaskan

energi ( ATP ). Atau oksidasi asam piruvat dalam sel otot menjadi CO2 dan asam

laktat serta membebaskan energi ( ATP ). Bentuk proses reaksi yang terakhir

disebut, lazim dinamakan fermentasi. Proses ini juga melibatkan enzim-enzim

yang terdapat di dalam sitoplasma sel. Pada respirasi anaerob, tahapan yang

ditempuh meliputi :

a. Tahapan glikolisis, dimana 1 molekul glukosa ( C6 ) akan diuraikan

menjadi asam piruvat, NADH dan 2 ATP

b. Pembentukan alkohol ( fermentasi alkohol ), atau pembentukan asam

laktat ( fermentasi asam laktat )

c. Akseptor elektron terakhir bukan oksigen, tetapi senyawa lain seperti :

alkohol, asam laktat

d. Energi ( ATP ) yang dihasilkan sekitar 2 ATP

Page 42: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

26

2.7 Kinerja

2.7.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu

maupun kelompok kerja personel (Ilyas, 2001). As’ad (2000) mengungkapkan

bahwa penampilan kerja (job performance) adalah sebagai hasil kerja yang

menyangkut apa yang dihasilkan seseorang dari perilaku kerjanya. Tingkat

sejauhmana seseorang berhasil menyelesaikan tugasnya disebut tingkat prestasi

(level of performance). Kinerja (performance) dapat juga diartikan sebagai suatu

catatan keluaran hasil dari suatu fungsi jabatan atau seluruh aktivitas kerjanya

dalam periode waktu tertentu (Singer, 1990).

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata

cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai

sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara, 2000). Kinerja juga dikenal

dengan istilah karya, di mana pengertiannya yang dikemukakan oleh Cantika

(2005): “Hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik ataupun materual

dan non fisik atau non material”. Kinerja Sumber daya manusia merupakan istilah

yang berasal dari kata Job Performance atau Aktual Performance (prestasi kerja

atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja seseorang

adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”. Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah

prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai

Page 43: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

27

SDM per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.7.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah (Mangkunegara,

2000: 67):

a. Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan yaitu kemampuan yang dimiliki

karyawan yang lebih berorientasi pada intelejensi dan daya pikir serta

penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki karyawan. Pengetahuan seseorang

dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, media dan informasi yang

diterima.

b. Ketrampilan (skill). Kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang

tertentu yang dimiliki karyawan. Seperti ketrampilan konseptual (Conseptual

Skill), ketrampilan manusia (Human Skill), dan Ketrampilan Teknik

(Technical Skill).

c. Kemampuan (ability). Kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi

yang dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan,

kerjasama dan tanggung jawab.

d. Faktor motivasi (Motivation). Motivasi diartikan suatu sikap (attitude)

pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja di lingkungan perusahaannya.

Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan

motivasi kerja yang tinggi sebaiknya jika mereka bersifat negatif terhadap

situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja

Page 44: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

28

yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim

kerja, kebijakan pemimpin, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja juga terdiri dari

faktor internal dan faktor eksternal (Mangkunegara, 2000). Faktor internal

(disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

Misalnya, kinerja karyawan baik disebabkan karena mempunyai kemampuan

tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan jika karyawan mempunyai

kinerja yang buruk disebabkan karena orang tersebut mempunyai kemampuan

rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki

kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-

tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

2.7.3 Penilaian kinerja Mahasiswa dalam proses belajar di kampus

Arikunto (2001) menyebutkan bahwa melakukan evaluasi berarti

mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu

ukuran, pengukuran bersikap komulatif. Menilai adalah mengambil suatu

keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat

kualitatif. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut, yang hasilnya

digunakan untuk membuat keputusan, agar proses pelaksanaan pendidikan lebih

baik.

Menurut Irawan (2001) evaluasi menempati posisi yang strategis dalam

proses belajar mengajar. Sedemikian penting ervaluasi sehingga tidak ada satupu

Page 45: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

29

usaha untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat dilakukan

dengan baik tanpa disertai langkah evaluasi. Secara umum ada dua macam

evaluasi yang dikenal, yaitu evaluasi hasil belajar (disebut juga evaluasi

substantif/tes/pengukuran hasil belajar) dan evaluasi proses belajar mengajar,

disebut juga evaluasi manajerial. Kedua evaluasi ini merupakan kompponen-

komponen yang sangat penting dalam suatu proses belajar mengajar karena

berbagai masukan yang diperoleh dari proses evaluasi dapat digunakan untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai komponene dalam proses belajar

mengajar di kampus.

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan

pembelajaran telah tercapai dan mengetahui keefektifan pengalaman belajar

dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Sudjana, 2002). Dengan evaluasi

dapat dilakukan revisi atau sebagai konrol terhadap desain pengajaran dan strategi

pelaksanaan pembelajaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran, agar tidak terjadi penyimpangan terhadap proses pelaksanaan

sehingga dapat dicapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Zainuddin dan Puspitasari (2005) evaluasi merupakan titik tolak

dari semua kemajuan. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana evaluasi dapat

dilaksanakan sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai

landasan dari tindakan manajemen untuk mengelola kelangsungan lembaga

menuju ke peningkatan kualitas yang berkelanjutan. Fungsi evaluasi menyangkut

dua hal penting, yaitu 1) evaluasi dapat mengungkap kualitas kinerja lembaga

ataupun program, 2) evaluasi dapat menjadi perangkat manajemen yang utama

Page 46: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

30

dalam pengelolaan kelangsungan lembaga atau program. Evaluasi yang lazim

dilaksanakan di lingkungan perguruan tinggi di samping evaluasi hasil belajar

adalah evaluasi diri yang ditujukan pada pengenalan diri mengenai kualitas

kinerja.

Menurut Zainul (2005) asesmen kinerja adalah melakukan penilaian

dengan menggunakan penilaian subjektif yang menyangkut mutu kinerja atau

hasil kerja yang ditunjukkan mahasiswa. Biasanya dengan penilaian yang

demikian akan terjadi penilaian subjektif yang secara mudah akan kehilangan

reabilitas dan keadilan dalam penilaian. Untuk menjamin reabilitas, keadilan dan

kebenaran penilaian, diperlukan cara-cara tertentu yaitu dengan mengembangkan

kriteria atau rubrik yang digunakan sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja

atau hasil kerja mahasiswa. Rubrik diharapkan dapat membantu dosen untuk

menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Rubrik disusun secara

bersama-sama oleh dosen yang bersangkutan, kemudian hasil penentuan rubrik

diinformasikan kepada mahasiswa agar mahasiswa secara jelas memahami dasar

penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja mahasiswa. Dosen

dan mahasiswa mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja

yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau motivator

bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Sebagai kriteria dan alat penskoran rubrik terhadap daftar kriteria yang

diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep yang akan

dinilai serta gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan

tingkat yang paling buruk. Jika dibandingkan dengan tes, maka rubrik dapat

Page 47: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

31

dibandingkan dengan kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes menguraikan secara rinci tujuan

atau kemampuan yang akan dicapai, pokok bahasan dan sub pokok bahasan

(Zainul, 2005).

Menurut Zainul (2005) rubrik adalah beberapa komponen yang terdiri atas

satu atau beberapa dimensi. Dimensi-dimensi kinerja inilah yang akan ditentukan

mutunya atau diberi peringkat (rating). Setiap dosen harus dapat mengembangkan

rubrik agar ketercapaiannya dapat lebih dihayati oleh dosen dan mahasiswa.

Dalam mengembangkan rubrik perlu diperhatikan beberapa langkah, Zainul

(2005) menyebutkan langkah-langkah pengembangan rubrik sebagai berikut :

a. Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diases (assesmen)

b. Merumuskan dan mendefinisikan dan menentukan urutan konsep atau

keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi yang akan

menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.

c. Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas (task)

yang harus diases.

d. Menentukan skala yang digunakan.

e. Mendeskripsikan kinerja mulai yang diharapkan sampai denga kinerja yang

tidak diharapkan.

f. Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja

mahasiswa dengan rubrik yang telah dikembangkan.

g. Merevisi skala yang digunakan

Page 48: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

32

Secara lebih rinci Chicago Public Schools (CPS) menggariskan beberapa

langkah pengembangan skoring rubrik, sebagai berikut :

a. Dosen, atau dosen bersama dengan sejawatnya menentukan kinerja yang akan

diases. Penentuan ini dapat dilakukan melalui diskusi bersama sejawat

dengan bidang studi yang sama atau yang lebih praktis adalah melihat Garis-

Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah disusun ketika

menentukan kurikulum.

b. Tulislah definisi dari setiap dimensi yang telah diputuskan. Pendefinisian ini

merupakan langkah yang kritis. Bila definisi kurang akurat, atau bahkan

dalam definisi itu tertinggal beberapa aspek penting dari dimensi kinerja yang

akan diases maka selanjutnya asesmen terhadap dimensi itu tidak akan

sempurna.

c. Menentukan skala dari dimensi yang akan diases. Skala itu tentu saja dapat

berbentuk deskriptif atau numerik. Apapun bentuk skala yang digunakan

setiap kategori skala itu harus didefenisikan secara baik dan diberi contoh

kinerja yang ditujukan dalam setiap kategori. Sebenarnya pada tahap ini

tidaklah selalu harus dalam bentuk skala. Dapat juga dikembangkan semacam

checklist, sehingga hanya dalam bentuk ada atau tidak adanya suatu dimensi.

d. Tahap berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap rubrik yang telah

dikembangkan.

e. Selanjutnya dilakukan sosialisasi dengan melibatkan semua pihak yang

terkait dengan asesmen kinerja. Dengan melakukan sosialisasi ini diharapkan

semua pihak dapat memperlihatkan komitmennya.

Page 49: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

33

Gomes (2000) mengatakan bahwa penilaian kinerja terdiri atas 3 tipe,

yaitu 1) penilaian berdasarkan hasil, yaitu penilaian yang didasarkan adanya

target-target dan ukuran spesifik serta dapat diukur, 2) penilaian berdasarkan

perilaku yaitu penilaian-penilaian yang berkaitan dengan pekerjaan, 3) penilaian

berdasarkan judgement yaitu penilaian yang didasarkan kuantitas pekerjaan,

koordinasi, pengetahuan pekerjaan dan keterampilan, kreativitas semangat kerja,

kepribadian, keramahan, dan integritas pribadi serta kesadaran dan dapat

dipercaya dalam menyelesaikan tugas.

Menurut Wangsatorntanakhun yang dikutip dari Zainul (2005)

menyatakan bahwa asesmen kinerja diwujudkan berdasarkan empat asumsi

pokok, yaitu 1) asesmen kinerja yng didasarkan pada partisipasi aktif mahasiswa,

2) tugas-tugas yang diberikan atau dikerjakan oleh mahasiswa yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran, 3) asesmen

tidak hanya untuk mengetahui posisi mahasiswa pada suatu saat dalam proses

pembelajaran, tetapi lebih dari itu, asesmen juga dimaksudkan untuk memperbaiki

proses pembelajaran itu sendiri, dan 4) dengan mengetahui lebih dahulu kriteria

yang akan digunakan untuk mengukur dan menilai keberhasilan proses

pembelajarannya, mahasiswa secara terbuka dan aktif berupaya untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Asesmen kinerja dapat memperbaiki proses pembelajaran,

karena asesmen kinerja membantu dosen untuk membuat keputusan-keputusan

selama proses pembelajaran masih berjalan.

Pada praktikum odontektomi, kinerja mahasiswa praktek bisa diukur

dengan membuat form penilaian kinerja praktek dengan cara skoring. Skor yang

Page 50: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

34

diberikan bisa menggunakan skala likert. Dalam form penilaian kinerja tersebut

harus memuat aspek dan prosedur praktikum yang harus disiapkan dan dijalankan

oleh mahasiswa, dan target atau tujuan akhir dari praktikum harus diperoleh.

2.8 checklist

2.8.1 Pengertian checklist

Checklist merupakan suatu daftar yang mengandung atau mencakup

faktor-faktor yang ingin diselidiki (Walgito, 1995:150). Checklist merupakan

daftar yang berisi unsur-unsur yang mungkin terdapat dalam situasi atau tingkah

laku atau kegiatan individu yang diamati (Depdikbud:2005:56). Dari pengertian

ini dapat dinyatakan bahwa checklist merupakan salah satu metoda untuk

memperoleh data yang berbentuk daftar yang berisi pernyataan dan pertanyaan

yang ingin diselidiki dengan memberi tanda cek oleh individu/kelompok.

Tujuan digunakannya checklist adalah untuk mengetahui / mengecek ada

tidaknya sifat/kebiasaan, keterampilan/pengalaman, pengetahuan dari seseorang,

syarat suatu kondisi, dan sebagainya. Checklist ini bermanfaat untuk mendapatkan

faktor-faktor yang relevan dengan masalah yang sedang menjadi pusat perhatian.

Faktor-faktor yang diperoleh ini dapat terperinci menurut keperluan yaitu sesuai

dengan persiapan dan rencana yang telah dibuat sebelum daftar cek ini disiapkan.

Di kampus, checklist ini dapat digunakan dalam beberapa situasi antara

lain seperti :1) dalam perkuliahan yaitu ketika kuliah berlangsung, 2) dalam

belajar perorangan yaitu ketika individu belajar, 3) dalam praktikum, 4) dalam

pelaksanaan kerja kelompok, 5) dalam konsultasi/konseling, dan sebagainya

Page 51: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

35

2.8.2 Fungsi checklist

Fungsi checklist antara lain adalah untuk : 1) sebagai inventory ( alat

pencatat hasil observasi yang dipergunakan seseorang dalam mengamati sesuatu,

2) sebagai alat pencatat hasil observasi (pengguna daftar cek hanya sebagai

observer), 3) sebagai alat evaluasi (Depdikbud:2005:56).

Sesuai dengan fungsi yang melekat pada checklist, ciri-ciri checklist yang

baik antara lain adalah

a. Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu

b. Direncanakan secara sistematis

c. Berupa format yang praktis dan baik.

d. Hasil pengecekan diolah sesuai dengan tujuan.

e. Dapat diperiksa validitas, reabilitas dan ketelitiannya

f. Bersifat kuantitatif.

Kelebihan checklist antara lain adalah :

a. Hasil checklist lebih sistematis

b. Memudahkan observer untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai

keadaan individu.

c. Menghemat waktu dan tenaga.

Sedangkan keterbatasan checklist antara lain adalah :

a. Bila observee dalam mengerjakan tidak sesuai dengan petunjuk akan

mengakibatkan observer sulit dalam melakukan evaluasi.

b. Observer mengalami kesulitan dalam memberikan bimbingan bila observee

menutupi kelemahannya.

Page 52: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

36

Pada praktikum odontektomi, checklist bisa digunakan untuk daftar isian

kendali, evaluasi dan observasi.

2.8.3 Bentuk-Bentuk checklist

Macam-macam checklist antara lain adalah (Depdikbud:2005:56) :

a. Checklist perorangan

b. Checklist kelompok

c. Checklist dalam skala penilaian

d. Checklist dalam angket

e. Checklist masalah.

checklist ini biasanya digunakan sebagai salah satu cara untuk memecahkan

masalah yang dihadapi individu/kelompok dengan mempertimbangkan beberapa

faktor, diantaranya :

a. Efisiensi

b. Intensitas

c. Validitas dan reliabilitas

Agar checklist hasilnya valid dan reliabel perlu diperhatikan petunjuk

pelaksanaan dan cara mengerjakannya. Petunjuk yang harus diperhatikan meliputi

untuk instruktur dan pengisi. Analisa terhadap checklist dapat dilakukan secara

individual dan kelompok. Analisa secara kelompok dibedakan menjadi analisa

per butir/item masalah dan analisa per topik masalah. Masing-masing dianalisa

dengan rumus yang berbeda.

Page 53: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

37

Hasil analisa data checklist bisa dilengkapi dengan data yang diperoleh

dari teknik lain, hasil ini dapat dipergunakan untuk merencanakan program

berikutnya, atau sebagai evaluasi dari suatu kegiatan.

2.9 Beban Kerja

Beban kerja (work load) merupakan faktor stressor tubuh yang dibedakan

menjadi dua kelompok (Rodahl, 1989; Van Wonterghem, 1999 ) yaitu :

a. Beban kerja eksternal.

1. Berdasarkan tugas (task) : jenis pekerjaan, analisis pekerjaan bersifat

kualitatif dan kuantitatif tergantung dari kegiatan fisik, peralatan yang

dipergunakan, cara kerja, dan tempat kerja.

2. Aspek organisasi : kerja tim, lama kerja, jadwal kerja, istirahat, dan lain-

lain.

3. Lingkungan kerja : suhu lingkungan, kelembaban udara, intensitas

penerangan, bising, vibrasi, debu, sosial budaya, dan sebagainya.

4. Aspek manusia : ukuran tubuh dan biomekanik.

b. Beban kerja internal.

1. Beban somatis : jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, pendidikan,

latihan/pengalaman, dan adaptasi.

2. Beban psikis : motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, harapan, norma

adat dan budaya, tabu, ketegangan akibat manajemen.

Page 54: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

38

Adiputra (1998) juga menyebutkan bahwa secara umum beban kerja ada

dua macam yaitu:

a. Beban kerja eksternal (stressor) adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan

yang sedang dilakukan. Beban eksternal meliputi pekerjaan, organisasi dan

lingkungan.

b. Beban kerja internal adalah beban kerja yang ditimbulkan oleh faktor individual

pekerja yang bersifat somatis dan psikis.

Dalam penilaian beban kerja ini, ada dua kriteria yang dapat dipakai

(Rodahl, 1989) yaitu :

a. kriteria objektif, yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang

meliputi: reaksi fisiologis, reaksi psikologis/ perubahan tindak tanduk;

b. kriteria subjektif yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai

pengalaman pribadi, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan

yang menggangu, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan.

2.9.1 Penilaian beban kerja

Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah,

secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi denyut

nadi. Frekuensi nadi kerja dari seluruh jam kerja, selanjutnya dipakai dasar

penilaian beban kerja fisik, karena perubahan rerata denyut nadi berhubungan

linier dengan pengambilan oksigen. Hal ini merupakan refleksi dari proses reaksi

(strain) terhadap stressor yang diberikan oleh tubuh, dimana biasanya besar strain

berbanding lurus dengan stress (Adiputra, 1998).

Page 55: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

39

Penilaian beban kerja secara subjektif dapat dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner tersebut akan menunjukkan tanda-tanda yang

menyatakan adanya suatu kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang

membebaninya, oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan, tempat

kerja, organisasi/cara kerja, peralatan kerja dan lingkungannya (Bridger, 1995).

Penilaian beban kerja ini dapat juga dilihat dari beberapa variabel seperti

pemakaian O2, penggunaan kalori, dan denyut nadi. Salah satu cara dalam

menentukan konsumsi kalori atau pengerahan tenaga kerja untuk mengetahui

derajat beban kerja adalah dengan penghitungan denyut nadi kerja, yaitu rerata

nadi selama bekerja. Berdasarkan pemakaian O2, konsumsi kalori, dan denyut

nadi, tingkat beban kerja dapat dibedakan seperti yang terlihat pada Tabel 2.1

(Sanders & Mc Cormick, 1987; Grandjean, 1988; Suma’mur, 1995) berikut.

Tabel 2.1 Tingkat Beban Kerja Menurut Keluaran Energi

Tingkat beban kerja Keluaran energi

(kcal/min)

Keluaran energi/ 8

jam (d-kcal)

Denyut nadi

(dpm)

Konsumsi oxygen

(l/menit)

Istirahat 1.5 < 720 60 – 70 0.3

Beban kerja sangat ringan 1.6 – 2.5 768 – 1200 65 – 75 0.32– 0.5

Beban kerja ringan 2.5 – 5 1200– 2400 75 – 100 0.5 – 1.0

Beban kerja sedang 5.0 – 7.5 2400– 3600 100 – 125 1.0 – 1.5

Beban kerja berat 7.5 – 10.0 3600– 4800 125 – 150 1.5 – 2.0

Beban kerja sangat berat 10.0– 12.5 4800– 6000 150 – 180 2.0 – 2.5

Beban kerja luar biasa berat

> 12.5 > 6000 > 180 > 2.5

Sumber: Sanders & McCormick, 1987.

Page 56: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

40

Cara lain untuk menentukan penilaian klasifikasi beban kerja fisik adalah

klasifikasi Vanwonterghem, yaitu klasifikasi beban kerja fisik berdasarkan beban

kardiovaskular yang dihitung berdasarkan data denyut nadi istirahat, denyut nadi

kerja dan denyut nadi maksimum 8 jam (Intaranont & Vanwonterghem, 1993

dalam Suyasning, 1998), dengan rumus-rumus sebagai berikut:

a. Denyut nadi maksimum 8 jam = 220 – umur (untuk pria) atau

Denyut nadi maksimum 8 jam = 200 – umur (untuk wanita)

100 x (denyut nadi kerja – denyut nadi istirahat) b. % CVL = --------------------------------------------------------- Denyut nadi max. 8 jam – denyut nadi istirahat

Berdasarkan beban kardiovaskular, beban kerja fisik diklasifikasikan

seperti dalam Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan Beban Kardiovaskular

%CVL Klasifikasi

Beban Kerja Keterangan

< 30 % Ringan Tidak terjadi kelelahan (no particular fatigue, no action required)

30 % < CVL ≤ 60 % Sedang Perlu perbaikan (attention level, improvement measurement advised)

60 % < CVL ≤ 80 % Berat Kerja dalam waktu singkat (action required on short term)

80%< CVL ≤ 100 % Sangat berat Perlu segera tindakan (immediate action required)

Sumber: Suyasning (1998)

Beban kerja pekerja pada proses penghalusan batu permata dapat berupa

beban kerja yang berasal dari faktor eksternal dan dapat juga berasal dari faktor

internal, sehingga secara objektif bisa diukur dengan menggunakan denyut nadi

kerja, dan secara subjektif bisa diukur dengan menggunakan kuesioner.

Page 57: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

41

2.9.2 Denyut nadi sebagai alat ukur beban kerja

Grandjean (1988) menyebutkan bahwa beban kerja fisik tidak hanya

ditentukan oleh jumlah Kilo Joule Kalori yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan

oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas

dari lingkungan kerja yang dapat meningkatkan denyut nadi. Denyut nadi akan

berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari

pembebanan mekanika, fisika, maupun psikis. Oleh karena itu denyut nadi bisa

digunakan untuk mengukur beban kerja.

Pengukuran denyut nadi selama kerja merupakan suatu metode untuk

menilai beban kardiovaskular. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

menghitung denyut nadi secara palpasi adalah dengan meraba denyut nadi pada

arteri radialis dan dicatat secara manual memakai jam henti (stop watch)

menggunakan metode sepuluh denyut (Kilbon, 1992).

Keuntungan penggunaan nadi kerja untuk menilai beban kerja adalah

selain prosesnya mudah, cepat, murah, tidak diperlukan peralatan yang mahal,

hasilnya juga cukup reliabel.

Secara objektif, beban kerja para praktikan odontektomi bisa diukur

dengan mengukur denyut nadi selama periode kerja menggunakan metode 10

denyut.

2.9.3 Keluhan subjektif

Keluhan subjektif adalah tanda faktor personal yang menyatakan adanya

suatu kelelahan yang dialami pekerja atau orang akibat beban kerja yang

Page 58: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

42

membebaninya karena interaksi pekerja atau orang dengan jenis pekerjaan,

rancangan tempat kerja, dan atau peralatan kerja, termasuk sikap kerjanya

(Bridger, 1995; Suardana, 2001). Kelelahan bagi setiap orang lebih bersifat

subjektif karena terkait dengan perasaan. Hasil penelitian para ahli menyatakan

bahwa keadaan dan perasaan lelah adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran

yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonis, yaitu sistem

penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak. Sistem penghambat terdapat dalam

thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi yang

menyebabkan kecendrungan untuk tidur. Sedangkan sistem penggerak terdapat

dalam formatio retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk

konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh ke arah bekerja (Suma’mur, 1995;

Grandjean, 1988).

Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya

berakibat kepada pengurangan kapasistas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur,

1995). Secara fisiologis terdapat dua macam kelelahan yaitu:

a. Kelelahan otot adalah suatu keadaan dimana otot mengalami kelelahan akibat

ketegangan yang berlebihan, terlihat dari beberapa gejala tremor pada otot

atau perasan nyeri yang terdapat pada otot, penurunan tenaga, gerakan otot

yang lebih lambat dan juga koordinasi otot menurun (Suma’mur, 1995).

Penyebab terjadinya kelelahan otot dimungkinkan karena sikap kerja yang

cenderung statis tanpa adanya kesempatan untuk pemulihan yang cukup,

sehingga aliran darah menuju ke otot terhambat, suplai oksigen dan glukose

Page 59: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

43

menurun, terjadi penumpukan sisa metabolisme dan akhirnya timbul

nyeri/sakit pada otot tubuh (Grandjean, 1988; Guyton & Hall, 1996);

b. Kelelahan umum adalah suatu keadaan yang terlihat dari gejala perubahan

psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris, respirasi, perasaan sakit dan

berat pada bola mata, sehingga akan mempengaruhi kerja fisik maupun kerja

mental (Grandjean, 1988).

Kelelahan yang berlanjut dapat menyebabkan kelelahan kronis dengan

gejala-gejala : 1) penurunan kestabilan fisik, 2) kebugaran menurun, 3)

gerakan lemah, 4) rasa tak mau bekerja, dan 5) kesakitan yang meningkat, di

samping itu kelelahan juga menyebabkan gangguan psikosomatik, dengan

gejala-gejala; 1) sakit kepala, 2) rasa pusing, 3) mengantuk, 4) denyut jantung

berdebar, 5) keringat dingin, 6) nafsu makan hilang, dan 7) gangguan pencernaan

(Grandjean, 1988; Pheasant, 1991).

Kelelahan secara umum ini bisa diprediksi dengan menggunakan 30 item

kelelahan dari IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) Jepang dengan

empat skala Likert. Sedangkan kelelahan otot bisa diprediksi dengan

menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

Kelelahan otot (otot skeletal) sesuai dengan Nordic Body Map dapat dibagi

menjadi tiga bagian yaitu : bagian otot trunkus, bagian otot ekstremitas bagian

atas (bahu, lengan, dan tangan) dan bagian otot ekstremitas bagian bawah (tungkai

dan kaki).

a. Bagian otot trunkus terdiri dari : leher bagian atas, leher bagian bawah,

punggung, pinggang, bokong, pantat.

Page 60: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

44

b. Bagian otot ekstremitas bagian atas terdiri dari : bahu kiri, bahu kanan, lengan

atas kiri, lengan atas kanan, siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri, lengan

bawah kanan, pergelangan tangan kiri, pergelangan tangan kanan, tangan kiri,

tangan kanan.

c. Bagian otot ekstremitas bagian bawah terdiri dari : paha kiri, paha kanan, lutut

kiri, lutut kanan, betis kiri, betis kanan, pergelangan kaki kiri, pergelangan

kaki kanan, kaki kiri, kaki kanan.

Alternatif pengukuran kelelahan secara objektif adalah menggunakan : 1) waktu

reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang

memerlukan kordinasi); 2) konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma, uji KLT);

3) uji “flicker fusion”; 4) EEG; dan 5) kuesioner (Suma’mur, 1995). Sedangkan

alternatif pengukuran secara subjektif adalah dengan cara wawancara.

2.10 Lingkungan Kerja

Ergonomi merupakan studi tentang penyerasian antara pekerjaan dan

pekerja untuk meningkatkan kinerja dan melindungi kehidupan. Untuk dapat

melakukan penyerasian tersebut harus dapat diprediksi adanya stressor yang

menyebabkan strain dan kemudian mengevaluasinya. Lingkungan kerja adalah

salah satu stressor yang harus diperhitungkan.

2.10.1 Mikroklimat

Mikroklimat merupakan faktor yang penting diperhatikan dalam

lingkungan kerja karena dapat bertindak sebagai stressor yang dapat

menyebabkan strain pada pekerja apabila tidak dikendalikan secara baik.

Page 61: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

45

Mikroklimat dalam lingkungan kerja terdiri dari unsur suhu udara, panas radiasi,

kelembaban, dan gerakan udara (Manuaba, 1992b; Grandjean, 1988). Untuk

negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort zone pada musim dingin

adalah suhu ideal berkisar antara 19-23 oC dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2

m/det dan pada musim panas suhu ideal antara 22-24 oC dengan kecepatan udara

antara 0,15-0,4 m/det serta kelembaban antara 40-60% sepanjang tahun

(Grandjean, 1988; Manuaba 1998). Sedangkan untuk negara dengan dua musim

seperti Indonesia, rekomendasi tersebut perlu mendapat koreksi. Grandjean (1998)

memberikan batas toleransi suhu tinggi sebesar 35 - 40 oC; kecepatan udara 0,2

m/det; kelembaban udara 40 - 50%; dan perbedaan suhu permukaan adalah lebih

kecil dari 4 oC.

Pekerja Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang

suhunya berkisar antara 29 – 30 oC dengan kelembaban udara sekitar 85 – 95 %

(Suma’mur, 1995). Salah satu sistem pengujian iklim kerja adalah dengan

parameter Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) atau Wet Bulb Globe Temperature

(WBGT).

2.10.2 Intensitas penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan pekerja dapat melihat objek dengan

jelas, cepat dan tanpa ada upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan

lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan. Suma’mur (1995) menyatakan

bahwa penerangan yang baik ditentukaan oleh: (a) pembagian luminensi dalam

lapangan penglihatan; (b) pencegahan kesilauan; (c) arah sinar; (d) warna; dan (e)

Page 62: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

46

panas penerangan terhadap panas lingkungan. Intensitas penerangan yang sesuai

dengan jenis pekerjaannya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Selanjutnya Suma’mur (1995) menyatakan bahwa penerangan yang buruk dapat

menimbulkan;

a. kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja;

b. kelelahan mental;

c. keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata;

d. kerusakan alat penglihat; dan

e. meningkatnya kecelakaan.

Sedangkan Manuaba (1998) memberikan contoh penerangan untuk

pekerjaan yang setengah teliti adalah 170 – 350 luks, sedangkan pekerjaan teliti

adalah di atas 350 lux. Salah satu contoh pekerjaan teliti yang memerlukan

penerangan tambahan adalah praktikum odontektomi ini.

Ada dua macam sumber penerangan yaitu penerangan alami dan

penerangan buatan. Penerangan alami bersumber pada cahaya matahari sedangkan

penerangan buatan biasanya bersumber pada lampu listrik. Praktikum

odontektomi memerlukan penerangan buatan pada saat melakukan pekerjaan

odontektomi tersebut.

2.10.3 Kebisingan

Kebisingan merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki dan tidak

diinginkan yang bersifat mengganggu kenyamanan dan kesehatan telinga.

Kebisingan di tempat kerja umumnya terjadi karena adanya bunyi-bunyian yang

Page 63: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

47

diakibatkan proses produksi yang tidak dikehendaki. Terdapat dua hal yang

menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,

1995). Sedangkan faktor yang mempengaruhi tingkat kebisingan ini adalah

intensitas, sifat bising, dan paparan waktu kerja (Tana, 2002).

Kebisingan di tempat kerja dapat menggangu aktivitas kerja sehingga

pekerja tidak dapat bekerja dengan nyaman. Kebisingan juga dapat mempengaruhi

fisiologis tubuh seperti: denyut jantung meningkat, kontriksi pembuluh darah di

kulit, tensi otot bertambah, tekanan darah meningkat, metabolisme meningkat dan

menurunnya aktivitas alat pencernaan (Manuaba, 1998).

Nilai ambang batas kebisingan adalah nilai intensitas suara tertinggi yang

masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan gangguan daya dengar

yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari ditetapkan 85 dBA

(Pulat, 1992; WHS, 1993). Pekerja yang terkena paparan kebisingan melebihi

ambang batas (diatas 85 dBA) maka akan berakibat buruk pada pendengaran yang

pada akhirnya akan mengalami gangguan daya dengar. Secara psikologi

kebisingan akan mengakibatkan emosi meningkat, perasaan yang tidak menentu,

dan merasa pening (Grandjean, 1988)

Page 64: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

48

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Secara ergonomis faktor yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk

melakukan pekerjaan adalah sebagai berikut:

a. Faktor manusia yang berkaitan dengan karakteristik operator (subjek), umur,

jenis kelamin, ukuran antropometrik tubuh, pengalaman kerja.

b. Faktor tugas (task) yang berkaitan dengan alat kerja dan tempat kerja.

c. Faktor organisasi yang berkaitan dengan waktu kerja akan mempengaruhi

kenyamanan penggunaan suatu alat, beban yang berlebihan di luar batas

kemampuan akan merugikan pelaksanaan tugas atau aktivitas.

d. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan temperatur serta kelembaban udara

yang mengakibatkan terjadinya beban kerja tambahan menimbulkan adanya

beban fisik dan mental yang berlebihan.

Kinerja pada dasarnya berkaitan erat dengan proses kerja. Proses kerja di

pengaruhi oleh subjek, peralatan yang dipakai dan lingkungan kerja. Praktikum

odontektomi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati

pelaksanaannya dilakukan oleh mahasiswa yang merencanakan praktikum

odontektomi tersebut. Rerata mereka berada pada semester 9 sehingga mereka

sudah mendapatkan pengetahuan odontektomi yang dianggap memadai. Untuk

melakukan praktikum ini ada tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan,

dan tahap paska pelaksanaan. Pada tahap persiapan, mahasiswa harus menyiapkan

Page 65: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

49

pasien, peralatan praktikum hingga sterilisasi alat. Pada tahap pelaksanaan

mahasiswa harus mengikuti prosedur praktikum odontektomi yang ada.

Sedangkan tahap paska pelaksanaan praktikum, mahasiswa harus merapikan

peralatan yang ada.

Praktikum odontektomi biasanya dilakukan selama empat jam. Sebelum

praktikum, para praktikan harus menyiapkan peralatan, memahami prosedur yang

ada, dan menyiapkan pasien terutama dari segi mental. Ketika praktikum, para

praktikan melakukan prosedur kerja praktek, dengan duduk atau berdiri selama

empat jam. Pasien diberi anastesi dulu sebelum dilakukan praktek odontektomi.

Posisi operator/praktikan yang duduk lama sekitar 4 jam menyebabkan terjadinya

keluhan sakit di pinggang dan bahu. Posisi statis ini juga akan menyebabkan

praktikan mengeluh cepat capai. Disamping itu, suara kompresor jg menjadikan

suasana tempat praktek menjadi sedikit bising, akan tetapi kebisingan ini masih di

bawah batas ambang, dari studi pendahuluan kebisingan yang disebabkan oleh

suara kompresor sekitar 78 dB.

Seringkali pada tahap persiapan terjadi ketertinggalan alat. Hal ini akan

memberikan risiko jika praktikum tetap dilaksanakan. Pada tahap pelaksanaan,

terkadang mahasiswa sedikit teledor akan prosedur praktikum yang sedang

dijalani, hal ini mungkin karena human error atau kekurangtelitian mahasiswa

dalam praktikum. Kemudian pada tahap paska praktikum juga ada risiko

mengabaikan peralatan tidak ditata rapi sebagaimana semula, sehingga

memungkinkan alat cepat rusak atau ada risiko kehilangan alat.

Page 66: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

50

Untuk meningkatkan kinerja para praktikan dan mengatasi permasalahan

di atas bisa dilakukan dengan beberapa langkah solutif berorientasi ergonomi di

antaranya adalah penerapan checklist peralatan dan penerapan prosedur bedah

mulut secara ketat, pemberian teh manis kepada operator di sela-sela kerja, serta

sikap kerja operator yang dinamis antara duduk dan berdiri. Dengan langkah

solutif ini juga diharapkan terjadi peningkatan kinerja mahasiswa dalam

praktikum odontektomi.

3.2 Konsep

Konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan berikut ini :

Page 67: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

51

Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep penelitian

3.3 Hipotesis

Dari Kajian pustaka, kerangka berpikir, dan konsep di atas, maka

hipotesis untuk penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut.

Kondisi Subjek: Umur, ketrampilan/pengalaman, kondisi kesehatan.

Pekerjaan: Jenis pekerjaan, cara kerja, alat kerja, tempat kerja.

Organisasi: Waktu kerja, sistem kerja.

Lingkungan: Mikroklimat, Intensitas penerangan, kebisingan.

MASUKAN

Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi : - Penggunaan

checklist - Minum teh

manis - Sikap kerja

duduk berdiri

- Peningkatan kinerja praktikan

- Penurunan keluhan Subjektif.

- Menghindari ketinggalan alat

PROSES

LUARAN

Page 68: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

52

d. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja

praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati

Denpasar

e. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi keluhan

Subjektif praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati

Denpasar

f. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi jumlah

ketinggalan alat bedah mulut pada praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Page 69: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

4.1 Rancangan Penel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan menggunakan rancangan

penelitian ini dapat digambarkan seperti pada bagan berikut.

Keterangan Gambar :P : populasi R : random sederhanaS : sampel Ra : random alokasiK : kelompok Kontrol (praktikum odontektomi tanpa orientasi ergonomi yaitu tanpa menggunakan

duduk berdiri)P : kelompok Perlakuan (praktikum odontektomi dengan orientasi ergonomi

yaitu menggunakan berdiri)

O1,O3 : menunjukan pendataan yang dilakukan sebelum terhadap:1. denyut nadi 2. keluhan subjektif

O3,O4 : menunjukan pendataan yang dilakukan setelah kerja ( terhadap:

1. frekuensi denyut nadi sesaat setelah kerja. 2. keluhan Subjektif 3. kinerja 4. jumlah ketinggalan

53

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan menggunakan rancangan pre-post test control group design

penelitian ini dapat digambarkan seperti pada bagan berikut.

Gambar 4.1

Bagan Rancangan Penelitian

erangan Gambar :

: random sederhana

: random alokasi kelompok Kontrol (praktikum odontektomi tanpa orientasi ergonomi yaitu tanpa menggunakan checklist, minum teh manis, dan sikap kerja

duduk berdiri) kelompok Perlakuan (praktikum odontektomi dengan orientasi ergonomi yaitu menggunakan checklist, minum teh manis, dan sikap kerja duduk

O1,O3 : menunjukan pendataan yang dilakukan sebelum praktekterhadap:

denyut nadi istirahat dari subjek penelitian. keluhan subjektif

O3,O4 : menunjukan pendataan yang dilakukan setelah kerja (post

1. frekuensi denyut nadi sesaat setelah kerja. 2. keluhan Subjektif

kinerja 4. jumlah ketinggalan alat

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

post test control group design. Rancangan

kelompok Kontrol (praktikum odontektomi tanpa orientasi ergonomi , minum teh manis, dan sikap kerja

kelompok Perlakuan (praktikum odontektomi dengan orientasi ergonomi , minum teh manis, dan sikap kerja duduk

praktek (pre-test),

O3,O4 : menunjukan pendataan yang dilakukan setelah kerja (post-test),

Page 70: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

54

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bedah Mulut Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Pengambilan data akan

dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2011.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Penentuan populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa peserta praktikum

odontektomi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Jumlah populasi yang ada

adalah 49 mahasiswa.

4.3.2 Kriteria subjek

4.2.2.1 Kriteria inklusi subjek:

a. tidak cacat fisik, mental, dan tidak sedang sakit;

b. umur antara 21 tahun sampai 23 tahun;

c. merencanakan melakukan praktikum odontektomi

d. pernah mengikuti kuliah odontektomi dan asistensi praktikum

odontektomi

4.3.2.2 Kriteria eksklusi subjek:

subjek terpilih menolak berpartisipasi dalam penelitian;

4.3.2.3 Kriteria drop out:

a. subjek tidak dapat mengikuti penelitian secara penuh oleh karena

subjek pindah kuliah, berhenti kuliah, sakit, kecelakan kerja, atau yang

Page 71: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

55

lainnya sehingga tidak dapat meneruskan kegiatan dalam penelitian

ini;

b. memberikan data yang ekstrim;

4.2.3 Penentuan sampel

Rancangan penelitian ini menggunakan sampel yang tidak sama subjek,

sehingga dalam menentukan jumlah sampel minimal pada penelitian ini yang

cocok adalah menggunakan rumus Pocock (1986) sebagai berikut:

),f( )µ(µ

2σ n

221

2

βα−

=

Dimana :

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi (SD) kinerja praktikan sebelum perlakuan (P0)

µ1 = rerata kinerja praktikan sebelum perlakuan (P0)

µ2 = rerata kinerja praktikan setelah perlakuan (P1)

f(α,β) = faktor kesalahan (α= 0,05; β= 0,10 )

Dari penelitian pendahuluan didapatkan;

α = SD = 6,57

µ1 = 32,76

µ2 = 42,59

f (α,β) = 13 (tabel Pocock, 1986)

Maka besar sampel (n) berdasarkan formula tersebut adalah :

11,6 13 )78,100(70,93

2(11,27) n

2

2

=−

= dibulatkan menjadi 12

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, besar sampel yang diperoleh adalah

12 mahasiswa. Untuk menghindari apabila terjadi subjek droup out dari

Page 72: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

56

penelitian, maka besarnya sampel ditambah 20 % menjadi 14,4 dan dibulatkan

menjadi 15. Sehingga besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan menjadi 15

mahasiswa praktikum odontektomi baik pada kelompok kontrol maupun

kelompok perlakuan.

4.2.4 Teknik Pengambilan sampel

Teknik penentuan sampel untuk penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih

dahulu sesuai dengan jumlah anggota populasi (Bakta, 1997; Sugiyono, 2003;).

Jumlah populasi mahasiswa yang melakukan praktek kepanitraan klinik bedah

mulut yang masuk kriteria inklusi sejumlah 49 mahasiswa. Dari 49 mahasiswa ini,

diundi sehingga terpilih 30 mahasiswa sebagai sampel penelitian. Dari 30

mahasiswa ini di random lagi menggunakan teknik undian menjadi dua bagian

bagian pertama kelompok kontrol sejumlah 15 mahasiswa dan bagian kedua

kelompok perlakuan sejumlah 15 mahasiswa juga.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi dan klasifikasi variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah semua faktor yang dapat

mempengaruhi faktor risiko dan kinerja mahasiswa praktek odontektomi, antara

lain: Kondisi subjek yang meliputi umur, tingkat pendidikan/ketrampilan, kondisi

kesehatan; Pekerjaan yang meliputi jenis praktikum, alat praktikum, sikap kerja

operator, dan tempat praktikum; Organisasi yang meliputi lama praktikum dan

sistem kerja; dan Lingkungan yang meliputi mikroklimat; kebisingan, dan

Page 73: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

57

intensitas penerangan. Variabel-variabel tersebut di atas dapat diklasifikasikan

menjadi variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol. Analisis

hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel bebas meliputi dua kategori yaitu :

1. Kontrol (praktikum odontektomi tanpa menggunakan checklist, minum teh

manis, dan sikap kerja duduk berdiri);

2. Perlakuan (praktikum odontektomi menggunakan checklist, minum teh

manis, dan sikap kerja duduk berdiri);

c. Variabel tergantung adalah keluhan subjektif, jumlah ketinggalan alat, dan

kinerja.

d. Variabel pengganggu yang akan dikontrol adalah :

1. kondisi subjek (umur, tingkat ketrampilan/pengalaman, dan kondisi

kesehatan);

2. pekerjaan (jenis praktikum, cara kerja, alat praktikum, tempat praktikum);

3. organisasi kerja (jam praktikum, sistem kerja); dan

4. kondisi lingkungan (Mikroklimat, Intensitas penerangan, kebisingan.).

Hubungan antara variabel dalam penelitian ini secara bagan dapat dilihat

pada gambar berikut.

Page 74: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

58

Gambar 4.2 Bagan Hubungan antara Variabel Penelitian

4.4.2 Definisi operasional variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan

sebagai berikut.

a. Kontrol (praktikum odontektomi tidak berorientasi ergonomi) adalah

praktikum odontektomi sesuai dengan prosedur praktikum yang berlaku di

kampus Kedokteran Universitas Mahasaraswati Denpasar tanpa orientasi

ergonomi dalam pelaksanaan praktikum tersebut.

Variabel Bebas

a. K (praktikum odontektomi tanpa orientasi ergonomi yaitu tanpa menggunakan checklist, minum teh manis, dan sikap kerja duduk berdiri);

b. P (praktikum odontektomi dengan orientasi ergonomi yaitu menggunakan checklist, minum teh manis, dan sikap

Variabel Kontrol a. Kondisi subjek ((umur, tingkat

ketrampilan/pengalaman, dan kondisi kesehatan).

b. Pekerjaan (jenis praktikum, tempat praktikum).

c. Organisasi Kerja (jam praktikum, sistem kerja).

d. Lingkungan Kerja (mikroklimat, Intensitas penerangan, kebisingan).

Variabel Tergantung

a. kinerja b. keluhan subjektif c. jumlah ketinggalan alat

Page 75: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

59

b. Perlakuan (praktikum odontektomi dengan orientasi ergonomi) adalah

praktikum odontektomi sesuai dengan prosedur praktikum yang berlaku di

kampus Kedokteran Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan

menggunakan kaedah ergonomi dalam pelaksanaan praktikum tersebut.

c. Orientasi Ergonomi adalah penerapan prinsip-prinsip ergonomi di saat

melakukan kerja, dalam penelitian ini penerapan prinsip ergonomi yang

diterapkan pada mahasiswa praktkum odontektomi adalah penggunaan ceklis

dan sikap kerja duduk berdiri secara dinamis, serta pemberian teh manis yang

diminum setiap satu jam kerja. Orientasi ergonomi ini dilakukan dalam rangka

peningkatan produktivitas kerja mahasiswa praktikum.

d. Umur mahasiswa praktek kepanitraan klinik bedah mulut adalah selang waktu

dari sejak lahir sampai pada saat dilakukan pengukuran, dilihat dari KTP

berdasarkan tahun lahir, satuan tahun;

e. Keterampilan/pengalaman adalah ketrampilan/pengalam subjek dalam hal

melakukan praktikum odontektomi, dinyatakan dengan pengakuan subjek dan

catatan kartu rencana studi mahasiswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini

subjek adalah mahasiswa yang belum pernah melakukan praktikum

odontektomi tetapi sudah mendapatkan kuliah dan asistensi tentang

odontektomi.

f. Kondisi kesehatan adalah kondisi kesehatan mahasiswa yang tidak cacat fisik,

mental, dan tidak sedang sakit. Kondisi ini dapat diketahui dari keterangan

dokter dan pengakuan subjek.

Page 76: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

60

g. Jam praktikum adalah waktu praktikum odontektomi yaitu mulai pukul 08.00

WITA s.d 12.00 WITA.

h. Sistem kerja adalah sistem praktikum odontektomi yang telah ditetapkan secara

akademis oleh fakultas kedokteran gigi Universitas Mahasaraswati.

i. Mikroklimat adalah kondisi klimat dari lingkungan praktikum odontektomi

yang meliputi Suhu basah (diukur dengan sling psychrometer merek Hisamatsu

buatan Jepang dengan skala Celcius, yang tabungnya dihubungkan dengan air

melalui media kapas), suhu kering (diukur dengan sling psychrometer dengan

merek Hisamatsu buatan jepang dengan skala Celcius), dan kelembaban (yaitu

kelembaban udara relatif di lingkungan kerja yang diperoleh dengan

mengkonversikan nilai suhu basah dan suhu kering ke dalam grafik/tabel

psikrometrik dengan satuan % RH (Prosentase Relatif Humidity);

j. Intensitas penerangan adalah fluks cahaya yang jatuh pada suatu bidang seluas

1 m2 satuan untuk intensitas penerangan adalah luks (lx), diukur dengan

luxmeter, merek Sanwa buatan Sanwa Electronic Japan; dan

k. Kebisingan adalah kebisingan di tempat kerja karena pukulan pada saat

penempaan logam yang diukur dengan soundlevel meter yang dinyatakan

dengan satuan desibel

l. Beban kerja adalah beban yang diterima tubuh yang berasal dari luar tubuh

dan dari dalam tubuh sendiri selama melakukan praktikum. Beban kerja utama

merupakan beban kerja yang diterima karena melakukan tindakan sedangkan

beban kerja tambahan adalah beban kerja yang diterima karena pengaruh

lingkungan. Penilaian secara objektif terhadap beban kerja ini diperoleh dari

Page 77: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

61

rerata hasil pengukuran frekuensi denyut nadi kerja yang diukur saat

praktikum berlangsung. Pengukuran frekuensi denyut nadi dilakukan

menggunakan metode palpasi pada saat istirahat kerja dan pada saat kerja

sedang berlangsung.

m. Kinerja mahasiswa praktikum odontektomi adalah unjuk kerja yang dilakukan

oleh mahasiswa ketika pra praktikum, saat praktikum, dan setelah praktikum.

Penilaian kinerja ini berdasarkan form penilaian kinerja mahasiswa dengan

skor lima skala likert yang diisi oleh para dosen pengampu praktikum

odontektomi. Penlaian ini dilakukan sebelum, pada saat, dan sesudah

praktikum.

n. Keluhan subjektif adalah keluhan sakit atau kondisi tertentu (tidak nyaman)

pada tubuh (subjek). Keluhan subjektif ini terdiri dari dua macam yaitu

kelelahan secara umum dan keluhan otot skeletal. Keluhan subjektif ini di ukur

sebelum dan sesudah praktikum.

o. Kelelahan secara umum adalah keluhan kelelahan yang diukur dengan

menggunakan kuesioner 30 item kelelahan dengan empat skala Likert dari

IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) Jepang.

p. Keluhan otot skeletal adalah keluhan yang terjadi pada otot rangka mahasiswa

praktik kepanitraan klinik bedah mulut yang diukur dengan kuesioner Nordic

Body Map dengan empat skala Likert juga. Skala Likert yang dimaksud adalah:

A mempunyai nilai 1 merupakan suatu kondisi tidak merasakan sakit sama

sekali, B mempunyai nilai 2 merupakan suatu kondisi bagian tubuh merasakan

sakit yang ringan, C mempunyai nilai 3 merupakan suatu kondisi bagian tubuh

Page 78: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

62

merasakan sakit, dan D mempunyai nilai 4 merupakan suatu kondisi bagian

tubuh merasakan sakit yang berat.

q. Jumlah alat yang tertinggal adalah jumlah terjadinya ketertinggalan alat karena

faktor lupa dari subjek sebelum praktikum, dan faktor kelalaian subjek setelah

selesai praktikum (alat tidak dirapikan seperti semula), dan bukan ketinggalan

alat dalam tubuh pasien ketika operasi (hal ini tidak mungkin terjadi jika

praktikan melaksanakan prosedur praktikum dengan baik).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Sling thermometer merek Hisamatsu buatan Jepang, digunakan untuk

mengukur kondisi mikroklimat yang meliputi suhu basah, suhu kering dan

ISBB.

b. Luxmeter untuk mengukur intensitas penerangan, dengan spesifikasi merek

Sanwa, buatan Sanwa Electric Japan;

c. Stop watch merek Diamon buatan Shanghai – Cina digunakan untuk mencatat

waktu dan menghitung denyut nadi.

d. Soundlevel meter NA.24 merk Rion buatan Tokyo Japan, digunakan untuk

mengukur tingkat kebisingan.

e. Kamera film merek Nikon D40x degan lensa 18-55mm digunakan untuk

mendokumentasikan proses kerja selama praktikum.

Page 79: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

63

f. Kuesioner 30 daftar pertanyaan dengan empat skala Likert dari IFRC

(Industrial Fatigue Research Committee) Jepang digunakan untuk identifikasi

kelelahan secara umum.

g. Kuesioner Nordic Body Map dengan empat skala Likert digunakan untuk

menginterpretasikan keluhan otot skeletal mahasiswa praktikum.

h. Form pengukuran risiko ketinggalan alat, digunakan untuk mengukur seberapa

banyak kasus ketinggalan alat ketika praktikum odontektomi dilaksanakan.

i. Form pengukuran kinerja mahasiswa praktikum, digunakan untuk mengukur

kinerja praktikum mahasiswa dalam melaksanakan praktek odontektomi.

j. Ceklis praktikum odontektomi, dilakukan untuk mengurangi resiko

ketinggalan alat, dan pengendalian prosedur praktikum. Ceklis ini diterapkan

pada kelompok perlakuan.

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Alur Penelitian

Alur penelitian dapat dilihat pada bagan berikut.

Page 80: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

64

Gambar 4.3 Alur Penelitian

4.6.2 Tata Laksana Penelitian

4.6.2.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah

sebagai berikut.

Populasi N = 49

Sampel n = 30

Random

15 15

Data sebelum praktikum :

- DN istirahat - Keluhan subyektif

- Jumlah alat - Mikroklimat

Data sebelum praktikum:

- DN istirahat - Keluhan subyektif

- Jumlah alat - Mikroklimat

Praktikum odontektomi tanpa orientasi ergonomi

Praktikum odontektomi dengan orientasi ergonomi

Data setelah praktikum : - DN kerja

- Jumlah alat - kinerja

- Keluhan subjektif - Mikroklimat

Data setelah praktikum : - DN kerja

- Jumlah alat - kinerja

- Keluhan subjektif - Mikroklimat

Analisis

Random Alokasi

Page 81: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

65

a. Pendataan subjek yang menjadi populasi target.

b. Menyiapkan kelengkapan administrasi yang diperlukan untuk mendukung

jalannya penelitian, yaitu berupa : informed consent, formulir biodata,

kuesioner 30 item dengan empat skala Likert, dan koesioner Nordic Body

Map, form risiko ketinggalan alat, form kinerja mahasiswa, checklist

praktikum odontektomi.

c. Menghubungi subjek untuk diminta kesediannya mengikuti penelitian.

d. Melakukan pemilihan sampel berdasarkan metode dan kriteria yang telah

ditetapkan sehingga diperoleh besar sampel 30 mahasiswa dan membagi dua

secara random alokasi masing-masing sebanyak 15.

e. Mengadakan diskusi dengan subjek untuk menjelaskan penelitian yang akan

dilakukan.

f. Subjek mengisi biodata yang telah disediakan.

g. Mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian.

h. Mempersiapkan prosedur praktikum dan pengambilan data.

4.6.2.2 Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 8.00 wita hingga pukul

12.00 Wita. Tahap kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

a. Sebelum mulai kerja

Page 82: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

66

1. Pengukuran denyut nadi istirahat secara palpasi pada arteri radialis tangan

kanan;

2. Subjek mengisi kuesioner keluhan subjektif (kuesioner 30 daftar

pertanyaan dari IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) Jepang dan

Kuesioner Nordic Body Map).

3. Pencatatan suhu lingkungan (dalam oC), kelembaban relatif; intensitas

penerangan dan kebisingan.

4. Menghitung jumlah alat yang digunakan untuk praktikum

5. Kelompok perlakuan melakukan pengisian checklist persiapan praktikum.

6. Dokumentasi pengukuran.

b. Pada waktu kerja

1. Pengukuran denyut nadi kerja secara palpasi pada arteri radialis tangan

kanan setiap setengah jam kerja.

2. Pencatatan suhu lingkungan (dalam oC), kelembaban relatif; intensitas

penerangan dan kebisingan setiap setengah jam kerja.

3. Kelompok perlakuan melakukan pengisian checklist praktikum, posisi

kerja duduk berdiri bergantian dan minum teh manis setiap jam kerja.

4. Dokumentasi pengukuran.

c. Setelah Kerja

1. Pengukuran denyut nadi istirahat secara palpasi pada arteri radialis tangan

kanan 15 menit setelah kerja.

Page 83: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

67

2. Pencatatan suhu lingkungan (dalam oC), kelembaban relatif; intensitas

penerangan dan kebisingan.

3. Mengisi form kinerja

4. Kelompok perlakuan melakukan pengisian checklist paska praktikum.

5. Subjek mengisi kuesioner keluhan subjektif (kuesioner 30 daftar

pertanyaan dari IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) Jepang dan

Kuesioner Nordic Body Map).

6. Menghitung kembali jumlah alat yang digunakan praktikum

7. Dokumentasi Pengukuran.

e. Protokol pelaksanaan penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua kelompokm perlakuan yaitu kelompok

kontrol sebanyak 15 mahasiswa dan kelompok perlakuan sebanyak 15 mahasiswa.

Lama praktikum adalah tiga jam yaitu dari pukul 9.00 Wita hingga pukul 12.00

Wita. Aturan kegiatan adalah sebagai berikut.

a. Pukul 08.00 WITA subjek dikumpulkan (satu jam sebelum penelitian) dan

diberikan penjelasan tentang tata cara penelitian yang akan dilakukan (seperti

cara mengisi kuesioner).

b. Pukul 08.15 WITA subjek diistirahatkan selama 15 menit.

c. Pukul 08.30 WITA dilakukan pengukuran denyut nadi istirahat dengan

metode 10 denyut, pengisisan kuesioner 30 item kelelahan, dan pengisian

koesioner Nordic Body Map. Setelah itu dibagi dua kelompok sesuai dengan

hasil random alokasi. Dilakukan perhitungan jumlah alat yang akan dipakai

Page 84: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

68

untuk praktikum. Untuk kelompok perlakuan diberikan checklist persiapan

praktikum dan melakukan tindakan seperti yang tertera dalam checklist.

d. Pukul 09.00 WITA subjek dipersilahkan mulai praktikum. Untuk kelompok

perlakuan disiapkan ceklis dan teh manis.

e. Melakukan pengukuran mikroklimat di tempat kerja setiap setengah jam,

mulai pukul 09.00 WITA hingga 12.00 Wita.

f. Melakukan pengukuran denyut nadi kerja setiap setengah jam.

g. Untuk kelompok perlakuan, posisi kerja duduk berdiri (pada saat perlu duduk,

praktik dilakukan dengan duduk, dan pada saat perlu berdiri maka praktik

dilakukan dengan cara berdiri), setiap jam kerja minum teh manis yang sudah

disediakan, dan sambil praktikum melakukan pengisian checklist.

h. Pukul 12.00 Wita, subjek berhenti praktikum.

i. Pukul 12.05 dilakukan pembagian lembar kuesioner 30 item kelelahan dan

koesioner Nordic Body Map kemudian subjek diminta untuk mengisinya.

Melakukan perhitungan jumlah alat yang digunakan saat praktikum. Untuk

kelompok perlakuan melakukan pengisian checklist paska praktikum, dan

melakukan tindakan sesuai dengan yang tertera dalam checklist.

4.6.3 Prosedur pengukuran

4.6.3.1 Frekuensi denyut nadi

a. Denyut nadi istirahat

1. Persiapan pengukuran

Page 85: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

69

Subjek telah tiba dilokasi penelitian satu jam sebelum penelitian

dilaksanakan. Kemudian subjek diistirahatkan selama 15 menit.

2. Prosedur pengukuran

a. Subjek diukur denyut nadi istirahatnya secara palpasi pada pergelangan

tangan kanan di atas pembuluh darah arteri radialis dengan cara

perabaan ketiga ujung jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis). Yang

diukur adalah waktu (t) yang perlukan untuk 10 denyut nadi.

b. Pengukuran ini dilakukan tiga kali berturut-turut dan hasilnya dirata-

ratakan.

3. Pencatatan

Pencatatan dilakukan terhadap waktu yang digunakan untuk 10 denyut nadi

dengan satuan detik, kemudian dihitung dengan rumus [(10/t) x 60]

sehingga satuannya menjadi denyut per menit.

b. Denyut nadi kerja

1. Prosedur pengukuran

a. Pengukuran dilakukan pada pergelangan tangan di atas pembuluh darah

arteri radialis dengan cara perabaan ketiga ujung jari (telunjuk, jari tengah

dan jari manis) dengan metode 10 denyut.

b. Pengukuran dalam satu siklus kerja (3 jam) dilakukan setiap setengah jam

kerja. Sehingga dalam satu siklus kerja ada enam kali pengukuran. Hasil

pengukuran kemudian dirata-ratakan.

Page 86: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

70

2. Pencatatan:

pencatatan dilakukan terhadap waktu (t) yang dibutuhkan untuk sepuluh

denyut nadi subjek, yang kemudian dihitung dengan rumus [(10/t) x 60]

denyut per menit.

c. Nadi kerja

Nadi kerja diperoleh dengan menghitung selisih denyut nadi kerja dengan

denyut nadi istirahat dari masing-masing subjek.

4.6.3.2 Penilaian keluhan subjektif

Penilaian keluhan subjektif meliputi kelelahan secara umum yang dinilai

dengan kuesioner 30 item pertanyaan dengan empat skala Likert dari IFRC

(Industrial Fatigue Research Committee) Jepang dan keluhan otot skeletal yang

dinilai dengan kuesioner Nordic Body Map empat skala Likert. Adapun langkah

penilaiannya adalah sebagai berikut.

a. Persiapan

1. Mempersiapkan kuesioner 30 item pertanyaan dari IFRC (Industrial

Fatigue Research Committee) Jepang dan kuesioner Nordic Body Map

sesuai dengan jumlah subjek.

2. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada subjek penelitian.

b. Prosedur penilaian

1. Sebelum mulai praktikum, masing-masing subjek diberikan kuesioner 30

item kelelahan dari IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) Jepang

Page 87: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

71

dan kuesioner Nordic Body Map dan subjek diminta untuk mengisi sendiri

kuesioner tersebut dengan memberi tanda rumput (√) pada item-item yang

sesuai dengan keluhan yang dirasakannya, kemudian hasilnya

dikumpulkan.

2. Setelah selesai praktikum, masing-masing subjek diberikan lagi kuesioner

30 item kelelahan dan kuesioner Nordic Body Map dan subjek diminta

untuk mengisi sendiri kuesioner tersebut dengan memberi tanda rumput

(√) pada item yang sesuai dengan keluhan yang dirasakannya, kemudian

hasilnya dikumpulkan.

3. Penilaian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: pagi, sebelum pekerjaan

dimulai dan siang setelah praktikum.

c. Pencatatan

1. Nilai kelelahan sebelum kerja adalah jumlah skor keluhan kelelahan

sebelum kerja dengan menggunakan 4 skala Likert.

2. Nilai kelelahan setelah kerja adalah jumlah skor keluhan kelelahan setelah

kerja dengan menggunakan 4 skala Likert.

3. Nilai keluhan otot skeletal sebelum kerja adalah jumlah skor keluhan otot

skeletal sesuai dengan tingkat keluhan yang dirasakan sebelum kerja

dengan menggunakan 4 skala Likert.

4. Nilai keluhan otot skeletal setelah kerja adalah jumlah skor keluhan otot

skeletal sesuai dengan tingkat keluhan yang dirasakan setelah kerja dengan

menggunakan 4 skala Likert.

Page 88: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

72

5. Nilai skor kelelahan dihitung berdasarkan selisih nilai skor kelelahan

setelah kerja dikurangi nilai skor kelelahan sebelum kerja.

6. Nilai skor keluhan otot skeletal dihitung berdasarkan selisih nilai skor

keluhan otot skeletal setelah kerja dikurangi nilai skor keluhan otot skeletal

sebelum kerja.

4.6.3.3 Perhitungan jumlah alat dan ketinggalan alat

Penilaian jumlah alat dan ketinggalan alat berdasarkan form data jumlah

alat praktek odontektomi. Perhitungan ini dilakukan oleh para dosen pengampu

praktikum odontektomi di Laboratorium Bedah Mulut Fakultas Kedoketeran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar. Form daftar alat ini terdapat pada

Lampiran 3.

4.6.3.4 Penilaian kinerja

Penilaian kinerja mahasiswa dalam praktikum odontektomi berdasarkan

form penilaian dengan skor 5 skala likert yang diisi oleh para dosen pengampu

praktikum odontektomi di Fakultas Kedoketeran Gigi Universitas Mahasaraswati

Denpasar. Form penilaian kinerja ini terdapat pada Lampiran 4.

4.7 Pengolahan dan analisis data

Data yang dihasilkan dari kelompok Kontrol dan kelompok Perlakuan

diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer menggunakan program aplikasi

Page 89: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

73

SPSS (Statistical Package for The Social Science) versi 15.0. Uji statistik untuk

analisis data tersebut adalah sebabagi berikut.

a. Semua data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh

rerata, simpang baku, dan rentangan dari setiap variabel penelitian.

b. Terhadap data beban kerja (denyut nadi) dari masing-masing perlakuan diuji

normalitasnya dengan menggunakan Shapiro-Wilk test pada tingkat

kemaknaan (α = 0,05).

c. Uji beda efek antara kelompok kontrol dengan perlakuan terhadap variabel

beban kerja (denyut nadi) dengan menggunakan uji t. Sedangkan untuk data

skor risiko ketinggalan alat, skor kinerja, dan keluhan subjektif baik pada

keluhan otot skeletal maupun kelelahan secara umum diuji dengan

menggunakan uji Mann Witney.

d. Hipotesis untuk uji statistik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis 1:

H0 : µkk = µkp Ha : µkk ≠ µkp

keterangan: µkk = rerata skor kinerja kelompok kontrol µkp = rerata skor kinerja kelompok perlakuan

2. Hipotesis 2:

H0 : µrk = µrp Ha : µrk ≠ µrp

keterangan: µrk = rerata skor keluhan subjektif kelompok kontrol µrp = rerata skor keluhan subjektif kelompok perlakuan

Page 90: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

74

3. Hipotesis 3:

H0 : µrk = µrp Ha : µrk ≠ µrp

keterangan: µrk = rerata jumlah ketinggalan alat kelompok kontrol µrp = rerata jumlah ketinggalan alat kelompok perlakuan

Page 91: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

75

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Kondisi Subjek

5.1.1 Analisis karakteristik fisik subjek

Hasil analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek yang meliputi

variabel umur, berat badan, dan tinggi badan disajikan pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1

Data Karakteristik Fisik Subjek Mahasiswa Praktikum Odontektomi

No Variabel Rerata SB Rentangan

1 Umur (th) 22,2 1,2 21 – 25

2 Berat badan (kg) 60,7 4,9 55 - 70

3 Tinggi badan (cm) 164,9 4,1 154 - 170,5

5 Indeks Massa Tubuh 22,3 1,7 20,5 - 25,9

Keterangan : SB : Simpang baku

Rerata umur subjek adalah 22,2 ± 1,2 tahun. Indeks massa tubuh dihitung

berdasarkan perbandingan berat badan satuan kg dengan kuadrat dari tinggi badan

dalam satuan meter pada subjek yang bersangkutan. Diperoleh rerata indeks

massa tubuh praktikan adalah 20,5 ± 1,7. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

fisik subjek dalam kondisi yang baik dengan tubuh termasuk ideal.

Page 92: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

76

5.1.2 Antropometrik Praktikan Odontektomi

Hasil pengukuran antropometrik para praktikan di analisis secara

deskriptif meliputi : rerata, simpang baku dan rentangan. Hasil Analisis ini

disajikan pada Tabel 5.2 berikut

Tabel 5.2 Data Antropometrik

No Variabel Rerata

(cm) SB

(cm) Rentangan (cm) Persentil

5 Persentil

50 1 Tinggi badan 164,9 4,1 154,0 - 170,5 154,0 165,1

2 Tinggi siku duduk 20,0 1,6 17,0 - 22,0 17,0 20,0

3 Tinggi popliteal 41,0 1,2 39,0 - 42,5 39,0 41,0

4 Jarak Pantat ke popliteal 40,0 1,9 36,0 - 41,5 36,0 41,0

5 Lebar pantat 37,1 1,5 34,0 - 38,5 34,0 38,0

6 Tinggi pinggang 29,8 1,5 26,0 - 31,0 26,0 30,5

7 Lebar pinggang 41,1 1,1 40,0 - 44,5 40,0 41,0

Keterangan : SB : Simpang Baku

Berdasarkan data antropometrik ini maka ukuran kursi kerja yang dipergunakan

adalah sebagai berikut.

a. Tinggi kursi yang dipergunakan adalah sesuai dengan tinggi poplitea

praktikan pada persentil 50, dari hasil perhitungan didapat 57,0 cm.

b. Kedalaman kursi adalah 41 cm. Hal ini disesuaikan dengan persentil 50 dari

jarak pantat poplitea dengan rentangan 36 – 43 cm.

c. Lebar kursi adalah 38 cm. Hal ini disesuaikan dengan persentil 50 dari lebar

pantat.

d. Kursi tanpa sandaran agar praktikan bisa leluasa melakukan kegiatan dengan

duduk berdiri secara dinamis.

Page 93: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

77

5.2 Analisis Kondisi Lingkungan Kerja

Kondisi lingkungan kerja diindikasikan dari suhu basah, suhu kering,

kelembaban relatif, ISBB (Indeks Suhu Bola Basah), kebisingan, dan intensitas

cahaya. Data kondisi lingkungan ini diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro wilk dan diperoleh hasil data lingkungan kerja tersebut pada kelompok

kontrol dan perlakuan berdistribusi normal (P > 0,05). Hasil analisis kondisi

lingkungan kerja selama penelitian ini disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3

Hasil Analisis Pengukuran Lingkungan Kerja

No Variabel Kontrol Perlakuan

t P rerata SB rerata SB

1 Suhu basah ( oc ) 26,9 0,38 27,1 0,29 -2,400 0,074 2 Suhu kering ( oc ) 30,9 0,21 30,6 0,69 0,814 0,461 3 Kelembaban relatif (%) 72,4 1,12 71,9 1,27 0,802 0,467 4 Intensitas Cahaya (Lux) 407,6 10,17 409,7 2,54 -0,444 0,669 5 Intensitas Suara (dBA) 69,8 0,57 70,1 0,68 -1,581 0,189

Keterangan : SB = Simpang Baku

Dari Tabel 5.3 ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan kerja untuk

para praktikan baik pada kelompok kontrol maupun perlakuan masih dalam batas-

batas adaptasi untuk melakukan suatu aktivitas kerja. Variabel suhu basah, suhu

kering, kelembaban, dan intensitas cahaya tidak mempunyai perbedaan yang nyata

antara kedua kelompok tersebut (p > 0,05).

Page 94: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

78

5.3 Analisis Beban Kerja

5.3.1 Uji normalitas data beban kerja

Beban kerja diukur berdasarkan denyut nadi praktikan baik pada saat

istirahat (denyut nadi istirahat) maupun pada saat kerja (denyut nadi kerja).

Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan, perlu dilakukan uji normalitas

terhadap data denyut nadi tersebut. Uji normalitas ini dilakukan dengan

menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Hasil uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada Lampiran 10 bagian b. Dari uji

tersebut diperoleh bahwa denyut nadi istirahat maupun denyut nadi kerja pada

ketiga perlakuan berdistribusi normal (P> 0,05).

5.3.2 Komparabilitas denyut nadi istirahat

Komparabilitas denyut nadi istirahat ini dilakukan untuk melihat kondisi

awal dari para praktikan apakah berbeda secara bermakna atau tidak. Hal ini

diperlukan untuk melihat apakah perubahan beban kerja itu murni karena efek

perlakuan atau ada faktor luar yang ikut andil memberikan perubahan beban kerja

tersebut. Komparabilitas denyut nadi istirahat pada praktikan odontektomi ini

dilakukan dengan mengunakan uji independent t-test. Hasil analisis disajikan pada

Tabel 5.4.

Dari Tabel 5.4 diperoleh bahwa denyut nadi istirahat pada masing-masing

kelompok tidaklah berbeda secara bermakna (p > 0,05). Hal ini bisa diartikan

bahwa kondisi awal denyut nadi istirahat para praktikan odontektomi pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama.

Page 95: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

79

Tabel 5.4

Komparabilitas Denyut Nadi praktikan odontektomi

Variabel

Kontrol Perlakuan

t P Rerata

(denyut/menit)

SB Rerata

(denyut/menit)

SB

Denyut Nadi Istirahat 67,35 4,293 67,24 3,960 0,030 0,971

Denyut Nadi Kerja 104,29 4,649 90,16 2,651 105,039 0,000

Keterangan : SB : Simpang Baku 5.3.3 Efek perlakuan terhadap beban kerja

Efek perlakuan yang dimaksud adalah apakah terjadi perubahan terhadap

beban kerja dari masing-masing kelompok perlakuan. Efek perlakuan ini

dianalisis dengan melakukan uji beda kemaknaan pada denyut nadi praktikan

odontektomi pada masing-masing perlakuan yang diberikan. Uji beda kemaknaan

ini dilakukan dengan menggunakan independent t-test.

Hasil uji independent t-test pada denyut nadi kerja (beban kerja) disajikan

pada Tabel 5.4. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan (p<0,05).

Jika dilihat beda rerata antara kelompok kontrol terhadap kelompok

perlakukan dapat dinyatakan bahwa terdapat penurunan beban kerja sebesar

13,5%.

Page 96: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

80

5.4 Analisis Keluhan Subjektif

5.4.1 Komparabilitas keluhan subjektif sebelum kerja

Keluhan subjektif ini diprediksi dari keluhan otot skeletal dan kelelahan

secara umum para praktikan. Sebelum dilakukan uji kemaknaan efek perlakuan,

perlu dilihat terlebih dahulu komparabilitas kondisi awal untuk keluhan subjektif

para praktikan. Komparabilitas ini dilakukan untuk meyakinkan apakah perbedaan

keluhan subjektif benar-benar karena efek perlakuan atau ada faktor lain yang ikut

mempengaruhinya.

Uji statistik yang digunakan dalam hal ini adalah Mann Whitney karena

sumber data berupa skoring. Hasil analisis data keluhan subjektif sebelum bekerja

(pre) antara kedua perlakuan disajikan pada Tabel 5.5 sebagai berikut.

Tabel 5.5 Hasil Analisis Keluhan Subjektif sebelum bekerja (pre)

Variabel

keluhan

subjektif

Kontrol

(P0) Perlakuan (P1)

z p

Rerata SB Rerata SB

Keluhan Otot

Skeletal 30,47 1,88 30,53 1,59 -0,119 0,905

Kelelahan

Secara Umum 32,27 1,58 31,73 1,33 -0,977 0,329

Keterangan : SB : Simpang Baku

Kondisi awal (pre) dari masing masing perlakuan baik pada keluhan otot

skeletal maupun kelelahan secara umum didapat p > 0,05. Hal ini memandakan

bahwa kondisi awal tidak berbeda.

Page 97: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

81

5.4.2 Efek perlakuan terhadap keluhan subjektif

Efek perlakuan terhadap keluhan subkejtif baik kelelahan secara umum

maupun keluhan otot skeletal dianalisis dengan melakukan uji beda kemaknaan

pada masing-masing perlakuan yang diberikan. Uji beda kemaknaan ini dilakukan

dengan menggunakan uji Mann Whitney. Hasil analisis uji beda kemaknaan

keluhan subjektif setelah bekerja (post) dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut

Tabel 5.6 Hasil Analisis Keluhan Subjektif setelah bekerja (post)

variabel

Keluhan

subjektif

Kontrol

(P0) Perlakuan (P1)

z p

Rerata SB Rerata SB

Keluhan Otot

Skeletal 59,27 3,03 39,80 2,46 -4,520 0,000

Kelelahan

Secara Umum 52,73 2,87 47,00 4,26 -3,620 0,000

Keterangan : SB : Simpang Baku

Dari Tabel 5.6 di atas dapat dinyatakan bahwa kondisi akhir (post) untuk

keluhan subjektif baik keluhan otot skeletal maupun kelelahan secara umum

didapat p<0,05. Hal ini menandakan bahwa terjadi perbedaan secara signifikan

antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

5.5 Analisis Kinerja

Kinerja mahasiswa praktikum odontektomi adalah unjuk kerja yang

dilakukan oleh mahasiswa ketika pra praktikum, saat praktikum, dan setelah

Page 98: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

82

praktikum. Penilaian kinerja ini berdasarkan form penilaian kinerja mahasiswa

dengan skor lima skala likert yang diisi oleh para dosen pengampu praktikum

odontektomi.

Untuk mengetahui efek perlakuan yang diberikan maka dilakukan uji beda

kemaknaan rerata antar kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan. Karena data kinerja berupa hasil skoring dengan sampel yang berbeda,

maka uji yang digunakan adalah uji Mann Whitney. Hasil analisis ditampilkan

pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Hasil Uji Kinerja Praktikan

kelompok Jumlah skor kinerja

z p Rerata SB

Kontrol 46,13 2,61 -4,069 0,000

Perlakuan 51,33 2,38

Dari Tabel 5.7 di atas, dapat dilihat bahwa hasil kinerja praktikan

mempunyai perbedaan yang signifikan antar masing-masing perlakuan (p<0,05).

Dilihat dari nilai reratanya bahwa kelompok perlakuan mempunya nilai rerata

yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

5.6 Ketertinggalan Alat pada Praktikum Odontektomi

Ketertinggalan Alat pada Praktikum odontektomi dihitung berdasarkan

jumlah alat praktikum yang tertinggal. Kasus tertinggal yang dihitung adalah

sebelum mulai praktikum, dan setelah selesai praktikum. Setelah selesai

Page 99: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

83

praktikum dikatakan alat tertinggal jika tidak dirapikan menjadi satu seperti

semula.

Jumlah alat yang tertinggal merupakan jumlah terjadinya ketinggalan

peralatan praktikum odontektomi karena faktor lupa dari subjek sebelum

praktikum, dan faktor kelalaian subjek setelah selesai praktikum (alat tidak

dirapikan seperti semula). Data jumlah alat tertinggal ini dapat dilihat pada Tabel

5.8 berikut. Secara lengkap data alat tertinggal terdapat pada Lampiran 14.

Tabel 5.8 Jumlah Ketinggalan Alat Praktikum Odontektomi

Jumlah Mahasiswa yang terkena kasus

ketinggalan alat n= 15

Jumlah keseluruhan Alat Tertinggal n= 34

Kelompok Kontrol 5 (33,3%) 7 (0,16%)

Kelompok Perlakuan 0 (0%) 0 (0%)

Dari Tabel 5.8 di atas diketahui bahwa pada kelompok kontrol ada 5

mahasiswa yang punya kasus alat tertinggal ketika praktikum odontektomi,

sedangkan jumlah peralatan yang tertinggal dari 5 mahasiswa (33,3% dari jumlah

sampel) tersebut adalah 7 (0,16% dari keseluruhan jumlah alat). Sedangkan pada

kelompok perlakuan yaitu menggunakan ceklis cecara ketat pada praktikum

odontektomi, ternyata memperoleh hasil yang baik yaitu tidak terjadi kasus

ketinggalan alat.

Secara rinci 5 mahasiswa yang ketinggalan alat tersebut ditunjukkan pada

Tabel 5.9 sebagai berikut.

Page 100: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

84

Tabel 5.9 Data Alat Yang Tertinggal

Mahasiswa Nama Alat Tertinggal Jumlah Alat Tertinggal 1 Sikat tangan 1 2 Masker 1 3 Straight hand piece 1 4 Exavator 2 5 Pinset Anatomi 2

Rerata 5 mahasiswa 1,5 Rerata 15 mahasiswa 0,47

Page 101: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

85

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Kondisi Subjek

Subjek pada penelitian ini merupakan mahasiswa aktif yang semuanya

sedang menempuh praktikum odontektomi. Rerata umur subjek adalah 22,2 ± 1,2

tahun, berat badan 60,7 ± 4,9 Kg, sedangkan rerata indeks massa tubuh praktikan

adalah 20,5 ± 1,7. Berat badan normal adalah tinggi badan dikurangi 100, dan

berat badan ideal adalah berat badan normal ± 10% (Tjondronegoro, 1981;

Manuaba, 1998). Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan perbandingan berat

badan dalam satuan kg dengan kuadrat dari tinggi badan dalam satuan meter pada

subjek yang bersangkutan. Indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk orang

Indonesia adalah 18 – 25 (Almatzier, 2001).

Irawan & Suparmoko (2002) mengatakan bahwa umur produktif

berkisar antara 15 – 64 tahun. Grandjean (1988) mengatakan bahwa kondisi

umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot seseorang.

Kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada umur antara 25 –35 tahun

dan akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur. Dilihat dari umur

subjek, berat badan dan indeks masa tubuh, dapat dinyatakan bahwa pada

penelitian ini kondisi fisik subjek berada pada umur produktif dan dalam kondisi

yang baik dengan tubuh yang termasuk ideal.

Indeks Massa tubuh yang tidak normal akan mempengaruhi beban kerja

seseorang. Mahasiswa yang terlalu gemuk atau yang terlalu kurus akan

Page 102: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

86

dipengaruhi oleh kondisi fisiknya jika bekerja. mahasiswa gemuk tidak bisa

bekerja atau praktikum secara lincah karena untuk bergerak dipengaruhi oleh

berat badan tubuhnya, sehingga jika banyak bergerak akan lebih cepat lelah dan

kinerja menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Streker dkk., (1998) yang

menyatakan bahwa pekerja gemuk tidak bisa bekerja secara lincah karena untuk

bergerak dipengaruhi oleh berat badan tubuhnya, sehingga jika banyak bergerak

akan lebih cepat lelah dan kinerja menurun.

6.2 Kursi Kerja

Dilihat dari data antropometri, maka ukuran kursi kerja yang dipergunakan

dalam praktikum odontektomi ini adalah sebagai berikut.

e. Tinggi kursi yang dipergunakan adalah sesuai dengan tinggi poplitea

praktikan pada persentil 50, dari hasil perhitungan didapat 57,0 cm.

f. Kedalaman kursi adalah 41 cm. Hal ini disesuaikan dengan persentil 50 dari

jarak pantat poplitea dengan rentangan 36 – 43 cm.

g. Lebar kursi adalah 38 cm. Hal ini disesuaikan dengan persentil 50 dari lebar

pantat.

Kursi kerja ini didesain sesuai antropometri praktikan, dan dengan

sandaran jika praktikan perlu bersandar. Kursi ini sudah ada di ruang praktikum

dan kebetulan kursi yang ada berbentuk bulat, akan tetapi lebar dan kedalaman

yang diperlukan sudah sesuai ukurannya dengan ukuran bulatan tempat duduk

tersebut (diameter 45 cm). Di samping itu, ketinggian kursi yang perlu diatur.

Page 103: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

87

Ketinggian kursi ini bisa diatur karena ada pengaturan ketingiain kursi

(adjustable) pada kursi yang ada di ruangan laboratorium kedokteran gigi. Kursi

kerja ini digunakan agar praktikan bisa duduk secara dinamis, di saat perlu duduk

bisa menggunakan tempat duduk, di saat perlu berdiri bisa berdiri dengan baik

tanpa diganggu oleh kursi yang menjadi tempat duduknya. Kursi ini juga

dilengkapi dengan roda agar bisa dipindah secara dinamis sesuai keperluan.

6.3 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang meliputi kebisingan, intensitas cahaya dan

mikroklimat yang terdiri dari suhu basah, suhu kering, dan kelembaban udara

relatif yang diukur tiap setengah jam mulai pukul 09.00 s.d 12.00 WITA. Sumber

penerangan berasal dari sinar matahari (ventilasi jendela) dan dari penerangan

buatan (pemasangan lampu yang ada). Manuaba (1998) menyatakan bahwa nilai

ambang batas dari suhu udara untuk pekerja adalah 33° C dan kelembaban relatif

untuk orang Indonesia yang masih tergolong nyaman adalah antara 70% - 80%.

Sedangkan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan, pekerjaan

presisi memerlukan intensitas yang lebih tinggi dari pada pekerjaan yang tidak

memerlukan ketelitian dengan penerangan dari 300 – 700 lux. Nilai ambang batas

intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima manusia tanpa mengakibatkan

gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak lebih dari 8 jam sehari

adalah 85 dBA (Pulat, 1992; WHS, 1993; dan Permennaker, 1999).

Page 104: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Gambar 6.1 Peng

Hasil analisis yang ditunjukkan oleh tabel 5.3 dinyatakan bahwa untuk

variabel suhu basah dan suhu kering berada di bawah ambang batas. Rerata

kelembaban masing-

cahaya berada di antara 300

berada di bawah batas ambang dengar tertinggi (85 dBA). Hal ini menunjukkan

bahwa lingkungan kerja praktikum

aman dan nyaman dari masing

menimbulkan efek fisiologis yang dapat mengganggu pekerjaan

Penelitian yang dilaksanakan oleh

bahwa rerata suhu kering 29,94 °C, seda

(1996) mengemukakan, bahwa suhu pada musim kering meningkat 31

tempat yang teduh dan sampai 36°C di bawah sinar matahari langsung.

Hasil uji independent t test

ditunjukkan Tabel 5.3 menyat

untuk kondisi lingkungan kerja (p > 0,05) dari kelompok kontrol dengan

Gambar 6.1 Pengukuran mikroklimat ruangan praktikum

Hasil analisis yang ditunjukkan oleh tabel 5.3 dinyatakan bahwa untuk

variabel suhu basah dan suhu kering berada di bawah ambang batas. Rerata

-masing perlakuan berada di antara 70 –

cahaya berada di antara 300 – 700 lux. Dan intensitas suara (kebisingan) juga

berada di bawah batas ambang dengar tertinggi (85 dBA). Hal ini menunjukkan

kerja praktikum odontektomi masih berada dalam batas

man dari masing-masing kelompok perlakuan sehingga tidak

menimbulkan efek fisiologis yang dapat mengganggu pekerjaan praktikum

enelitian yang dilaksanakan oleh Kerana dkk., (1997)

bahwa rerata suhu kering 29,94 °C, sedangkan Manuaba &

(1996) mengemukakan, bahwa suhu pada musim kering meningkat 31

tempat yang teduh dan sampai 36°C di bawah sinar matahari langsung.

independent t test terhadap data lingkungan kerja se

abel 5.3 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

untuk kondisi lingkungan kerja (p > 0,05) dari kelompok kontrol dengan

88

ukuran mikroklimat ruangan praktikum

Hasil analisis yang ditunjukkan oleh tabel 5.3 dinyatakan bahwa untuk

variabel suhu basah dan suhu kering berada di bawah ambang batas. Rerata

80%. Intensitas

700 lux. Dan intensitas suara (kebisingan) juga

berada di bawah batas ambang dengar tertinggi (85 dBA). Hal ini menunjukkan

masih berada dalam batas-batas

masing kelompok perlakuan sehingga tidak

praktikum.

) mengungkapkan

Vanwonterghem

(1996) mengemukakan, bahwa suhu pada musim kering meningkat 31-32 °C di

tempat yang teduh dan sampai 36°C di bawah sinar matahari langsung.

terhadap data lingkungan kerja seperti yang

tidak ada perbedaan yang signifikan

untuk kondisi lingkungan kerja (p > 0,05) dari kelompok kontrol dengan

Page 105: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

89

kelompok perlakuan, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada kelompok kontrol

dan perlakuan mempunyai kondisi lingkungan yang sama.

6.4 Beban Kerja

Beban kerja dapat diprediksi dari denyut nadi praktikan karena denyut

nadi adalah salah satu indikator yang bisa dipakai untuk menentukan tingkat

beban kerja seseorang. Hasil pengukuran denyut nadi praktikan pada masing-

masing kelompok perlakuan dinyatakan oleh Tabel 5.4. Dari hasil analisis

tersebut didapat bahwa rerata denyut nadi istirahat pada kelompok kontrol (P0)

dan kelompok perlakuan (P1) adalah tidak berbeda secara signifikan (P > 0,05).

Artinya bahwa kondisi denyut nadi awal subjek bisa dianggap sama. Sedangkan

untuk denyut nadi kerja diperoleh perbedaan yang bermakna antara kelompok

kontrol dengan kelompok perlakuan.

Rerata denyut nadi kerja subjek pada kelompok kontrol (praktikum

odontektomi tanpa orientasi ergonomi) adalah 104,29 denyut permenit, hal ini

termasuk beban kerja sedang (Grandjean, 1988). Sedangkan rerata denyut nadi

subjek kelompok perlakuan (praktikum odontektomi dengan berorientasi

ergonomi) adalah 90,16 denyut permenit, hal ini termasuk beban kerja ringan

(Grandjean, 1988).

Peningkatan denyut nadi kerja lebih rendah secara bermakna karena

berkurangnya beban kerja tambahan ini disebabkan karena pemberian intervensi

ergonomi pada proses pratikum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Subrata, (2003) dan Murniasih (2003) juga menyatakan bahwa dengan

Page 106: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

intervensi ergonomi yaitu

secara alamiah di saat kerja

signifikan.

Secara grafik, penurunan frekuensi denyut nadi kerja

dilihat pada Gambar 6.1 berikut.

Grafik

6.5 Penurunan Keluhan Subjektif

Keluhan subjektif diprediksi dengan munculnya keluhan pada otot skeletal

dan keluhan kelelahan secara umum. Dari

analisis rerata jumlah skor dari keluhan otot skeletal dan kelelahan secara umum

dari setiap kelompok perlakuan

didapat bahwa rerata skor keluhan otot skeletal dan skor

sebelum bekerja (Pre

80

85

90

95

100

105

De

ny

ut

Na

di

(De

ny

ut

pe

rme

nit

)

ergonomi yaitu memberikan kursi kerja agar pekerja dapat duduk

di saat kerja dapat menurunkan denyut nadi kerja secara

Secara grafik, penurunan frekuensi denyut nadi kerja

ambar 6.1 berikut.

Gambar 6.2 Grafik Rerata Denyut Nadi Kerja Praktikan

Penurunan Keluhan Subjektif

Keluhan subjektif diprediksi dengan munculnya keluhan pada otot skeletal

dan keluhan kelelahan secara umum. Dari Tabel 5.5 dan Tabel 5.6

analisis rerata jumlah skor dari keluhan otot skeletal dan kelelahan secara umum

dari setiap kelompok perlakuan baik pre-test maupun post-test. Dari hasil analisis

didapat bahwa rerata skor keluhan otot skeletal dan skor kelelahan secara umum

Pre) antara kelompok (kelompok kontrol dan kelompok

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan

104,29

90,16

Sampel Penelitian

90

memberikan kursi kerja agar pekerja dapat duduk

dapat menurunkan denyut nadi kerja secara

praktikan dapat

Keluhan subjektif diprediksi dengan munculnya keluhan pada otot skeletal

dan Tabel 5.6 ditampilkan

analisis rerata jumlah skor dari keluhan otot skeletal dan kelelahan secara umum

. Dari hasil analisis

kelelahan secara umum

kelompok kontrol dan kelompok

Page 107: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

91

perlakuan) adalah tidak berbeda secara signifikan (p > 0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa kondisi keluhan awal dari subjek adalah sama.

Hasil analisis untuk keluhan subjektif setelah bekerja (post) antar

kelompok menggunakan uji Man Whitney diperoleh perbedaan yang signifikan

(p = 0,000). Rerata skor keluhan otot skeletal setelah bekerja pada kelompok

kontrol adalah 59,27, sedangkan rerata skor keluhan otot skeletal kelompok

perlakuan adalah 39,80 atau mengalami penurunan sebesar 32,8%. Pada keluhan

kelelahan secara umum, rerata skor pada kelompok kontrol adalah 52,73 dan pada

kelompok perlakuan adalah 47,00 atau mengalami penurunan sebesar 20,3%.

Penurunan keluhan subjektif ini terjadi karena antara kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan ada perbedaan dalam hal pemberian kursi kerja. Pada

kelompok kontrol tidak ada kursi kerja, sedangkan pada kelompok perlakuan ada

kursi kerja yang bisa dipakai secara dinamis. Penurunan keluhan beban kerja

dipengaruhi juga oleh karena adanya pendingin ruangan pada ruang operasi,

pemberian teh manis dan penerapan ceklis pada kelompok perlakuan. Penurunan

keluhan subjektif pada praktikan akan lebih jelas dengan melihat tampilan grafik

pada Gambar 6.2 berikut.

Page 108: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Rerata Keluhan Subjektif pada

Chavalitsakulchai

sistem muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher, bahu dan paha diakibatka

oleh sikap kerja yang salah seperti sikap kerja duduk atau berdiri. Sejalan dengan

apa yang dinyatakan

menyatakan bahwa posisi praktek yang salah dalam bekerja terlebih lagi dalam

menggunakan perlatan pompa akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal.

Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan melakukan perubahan sikap kerja yang

tidak alamiah menjadi alamiah.

(2000) juga menyatakan bahwa keluhan subjektif beru

dan kelelahan dapat diturunkan secara signifikan (p

melakukan perbaikan pada stasiun kerja dan sikap kerja yang lebih ergonomis.

0

10

20

30

40

50

60

keluhan otot

skeletal

59,27

Jum

lah

Sk

or

ke

luh

an

su

bje

kti

f

Gambar 6.3 Rerata Keluhan Subjektif pada Praktikan Odontektomi

Chavalitsakulchai & Shahnavaz (1991) mengatakan bahwa gangguan pada

sistem muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher, bahu dan paha diakibatka

oleh sikap kerja yang salah seperti sikap kerja duduk atau berdiri. Sejalan dengan

apa yang dinyatakan Ruccer & Sunnel (2002) terhadap para dokter gigi,

menyatakan bahwa posisi praktek yang salah dalam bekerja terlebih lagi dalam

atan pompa akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal.

Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan melakukan perubahan sikap kerja yang

tidak alamiah menjadi alamiah. Chung & Choi (1997); Sutajaya & Citrawathi

(2000) juga menyatakan bahwa keluhan subjektif berupa gangguan otot skeletal

dan kelelahan dapat diturunkan secara signifikan (p < 0,05) pada subjek dengan

melakukan perbaikan pada stasiun kerja dan sikap kerja yang lebih ergonomis.

keluhan otot

skeletal

kelelahan secara

umum

59,27

52,73

39,8

47

kelompok kontrol

kelompok perlakuan

92

Praktikan Odontektomi

(1991) mengatakan bahwa gangguan pada

sistem muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher, bahu dan paha diakibatkan

oleh sikap kerja yang salah seperti sikap kerja duduk atau berdiri. Sejalan dengan

(2002) terhadap para dokter gigi, mereka

menyatakan bahwa posisi praktek yang salah dalam bekerja terlebih lagi dalam

atan pompa akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal.

Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan melakukan perubahan sikap kerja yang

utajaya & Citrawathi

pa gangguan otot skeletal

0,05) pada subjek dengan

melakukan perbaikan pada stasiun kerja dan sikap kerja yang lebih ergonomis.

kelompok kontrol

kelompok perlakuan

Page 109: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

93

Pheasant (1991) menerangkan bahwa sikap kerja duduk dalam waktu

cukup lama dan pembebanan otot statik akibat sikap kerja paksa menyebabkan

terjadinya bendungan darah vena, penimbunan cairan dan varices vena pada kaki

dan sering dirasakan sebagai bentuk kelelahan otot. Hal ini juga terlihat pada

praktikan yang tidak menggunakan kursi kerja, berdiri dalam waktu cukup lama

sehingga terjadi penimbunan produk sisa metabolisme yang tampak dalam bentuk

kelelahan otot pada organ tubuh tertentu yang menyebabkan timbulnya keluhan

yang lebih besar dibandingkan dengan praktikan yang menggunakan kursi kerja

secara dinamis.

6.6 Peningkatan Kinerja

Perhitungan kinerja mahasiswa praktikum odontektomi adalah

berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan oleh mahasiswa ketika pra praktikum,

saat praktikum, dan setelah praktikum. Unjuk kerja ini merupakan dasar dari

penilaian mahasiswa dalam menempuh praktikum odontektomi. Secara umum

dasar penilaian ini berdasarkan form yang sudah ada, akan tetapi dilakukan

modifikasi atau penyesuaian terhadap praktikum odontektomi pada penelitian ini.

Untuk itu, penilaian kinerja ini berdasarkan form penilaian kinerja mahasiswa

dengan skor lima skala likert yang diisi oleh para dosen pengampu praktikum

odontektomi.

Penilaian kinerja dilakukan pada kedua kelompok yaitu kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan. Untuk mengetahui efek perlakuan yang diberikan maka

dilakukan uji beda kemaknaan rerata antar kedua kelompok tersebut. Karena data

Page 110: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

94

kinerja berupa hasil skoring dengan sampel yang berbeda, maka uji yang

digunakan adalah uji Mann Whitney. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 5.7

pada Bab V. Dari hasil analisis tersebut diperoleh rerata kinerja pada kelompok

kontrol adalah 46,13 dan sedangkan rerata kinerja ada kelompok perlakuan adalah

51,33. Kelompok perlakuan memiliki kinerja lebih baik dari pada kelompok

kontrol yaitu dari 46,13 menjadi 51,33 atau meningkat sebesar 11,3%.

Peningkatan ini terjadi karena adanya penggunaan ceklis akan peralatan dan unjuk

kerja para praktikan, sehingga dari awal sejak praktikum belum dimulai hingga

praktikum selesai, ada kontrol yang membuat kerja mahasiwa praktikum menjadi

lebih baik.

Dalam hal kinerja memang perlu diperhatikan kaedah ergonomi, karena

ergonomi membicarakan tentang bagaimana seseorang bisa bekerja lebih sehat,

efektif, efisien, dan produktif. Intervensi ergonomi dalam hal perbaikan sikap

kerja atau stasiun kerja adalah mutlak diperlukan karena dengan intervensi

ergonomi akan dapat menurunkan beban kerja ataupun keluhan secara subjektif

serta dapat meningkatkan produktivitas kerja (Adiputra dkk., 2000; Azmi dan

Marentani, 2001; Straker dkk., 1998).

Pada Gambar 6.4 terlihat bahwa praktikan mempersiapkan peralatan

sebelum melakukan praktikum, sedangkan pada dan Gambar 6.5 praktikan

melakukan pengecakan pada ceklis terhadap peralatan yang telah mereka siapkan

untuk melakukan praktikum odontektomi.

Page 111: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Gambar 6.4 Persiapan peralatan sebelum praktikum

Dan peralatan yang disiapkan sebelum praktikum dimulai

Gambar 6.4 Persiapan peralatan sebelum praktikum

Gambar 6.5 Subjek memperhatikan ceklis Dan peralatan yang disiapkan sebelum praktikum dimulai

95

Gambar 6.4 Persiapan peralatan sebelum praktikum

Gambar 6.5 Subjek memperhatikan ceklis Dan peralatan yang disiapkan sebelum praktikum dimulai

Page 112: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Gabar 6.6 Mahasiswa sedang menjalankan praktikum

Pada Gambar

odontektomi dengan penerapan kaedah ergonomi. Sebelum praktikum peralatan di

kontrol dengan menggunakan ceklis sehingga para praktikan siap me

tindakan tanpa harus alat tertinggal di rumah, saat praktikum disediakan kursi

kerja sehingga mereka bisa bekerja dengan cara duduk dan berdiri secara dinamis

sesuai keperluan. Peningkatan kinerja disebabkan juga oleh karena pemberian

istirahat sambil minum teh manis, penggunaan

duduk dan berdiri yang dinamis dari operator dan perubahan beban kerja dari

sedang menjadi ringan oleh karena adanya intervensi ergonomi tersebut.

penerapan prinsip ergonomi ini terny

Secara grafik peningkatan

berikut.

Mahasiswa sedang menjalankan praktikum odontektomi

Pada Gambar 6.6 terlihat bahwa praktikan melakukan praktikum

odontektomi dengan penerapan kaedah ergonomi. Sebelum praktikum peralatan di

kontrol dengan menggunakan ceklis sehingga para praktikan siap me

tindakan tanpa harus alat tertinggal di rumah, saat praktikum disediakan kursi

kerja sehingga mereka bisa bekerja dengan cara duduk dan berdiri secara dinamis

Peningkatan kinerja disebabkan juga oleh karena pemberian

bil minum teh manis, penggunaan cheklist yang ketat, adanya sikap

duduk dan berdiri yang dinamis dari operator dan perubahan beban kerja dari

sedang menjadi ringan oleh karena adanya intervensi ergonomi tersebut.

penerapan prinsip ergonomi ini ternyata bisa meningkatkan kinerja para praktikan.

Secara grafik peningkatan kinerja ini dapat dilihat pada Gambar 6.8

96

odontektomi

6.6 terlihat bahwa praktikan melakukan praktikum

odontektomi dengan penerapan kaedah ergonomi. Sebelum praktikum peralatan di

kontrol dengan menggunakan ceklis sehingga para praktikan siap melakukan

tindakan tanpa harus alat tertinggal di rumah, saat praktikum disediakan kursi

kerja sehingga mereka bisa bekerja dengan cara duduk dan berdiri secara dinamis

Peningkatan kinerja disebabkan juga oleh karena pemberian

yang ketat, adanya sikap

duduk dan berdiri yang dinamis dari operator dan perubahan beban kerja dari

sedang menjadi ringan oleh karena adanya intervensi ergonomi tersebut. Dengan

ata bisa meningkatkan kinerja para praktikan.

kinerja ini dapat dilihat pada Gambar 6.8

Page 113: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Peningkatan kinerja ini juga diperkuat dengan adanya penurunan

ketertinggalan alat praktikum selama penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

praktikan. Pada Tabel

mahasiswa yang alat praktikumnya tertin

adalah 7 alat. Sedangkan pada kelompok perlakuan (menggunakan ceklis secara

ketat pada praktikum odontektomi) ternyata diperoleh bahwa tidak ada kasus

mahasiswa yang alatnya tertinggal, atau tidak dirapikan lagi set

Sehingga tidak ada kasus untuk peralatan tertinggal. Hal ini menandakan bahwa

kinerja mahasiswa praktikum odontektomi berorientasi ergonomi memberikan

dampak yang baik dari sisi peningkatan kinerjanya.

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52Ju

mla

h S

ko

r N

ila

i P

rak

tik

um

Gambar 6.7 Grafik Peningkatan Kinerja

Peningkatan kinerja ini juga diperkuat dengan adanya penurunan

ketertinggalan alat praktikum selama penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

praktikan. Pada Tabel 5.8 diketahui bahwa pada kelompok kontrol terdapat 5

mahasiswa yang alat praktikumnya tertinggal, dengan jumlah alat yang tertinggal

adalah 7 alat. Sedangkan pada kelompok perlakuan (menggunakan ceklis secara

ketat pada praktikum odontektomi) ternyata diperoleh bahwa tidak ada kasus

mahasiswa yang alatnya tertinggal, atau tidak dirapikan lagi set

Sehingga tidak ada kasus untuk peralatan tertinggal. Hal ini menandakan bahwa

kinerja mahasiswa praktikum odontektomi berorientasi ergonomi memberikan

dampak yang baik dari sisi peningkatan kinerjanya.

kelompok kontrol kelompok perlakuan

46,13

51,33

Sampel Penelitian

97

Peningkatan kinerja ini juga diperkuat dengan adanya penurunan

ketertinggalan alat praktikum selama penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

5.8 diketahui bahwa pada kelompok kontrol terdapat 5

ggal, dengan jumlah alat yang tertinggal

adalah 7 alat. Sedangkan pada kelompok perlakuan (menggunakan ceklis secara

ketat pada praktikum odontektomi) ternyata diperoleh bahwa tidak ada kasus

mahasiswa yang alatnya tertinggal, atau tidak dirapikan lagi setelah praktikum.

Sehingga tidak ada kasus untuk peralatan tertinggal. Hal ini menandakan bahwa

kinerja mahasiswa praktikum odontektomi berorientasi ergonomi memberikan

Page 114: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

98

6.7 Perbandingan Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan terhadap Penurunan Beban Kerja, Penurunan Keluhan Subjektif, dan Peningkatan Kinerja

Berdasarkan uraian bahasan di atas, diperoleh bahwa praktikum

odontektomi dengan berorientasi ergonomi dapat menurunkan beban kerja,

keluhan subjektif, dan dapat meningkatkan kinerja mahasiswa praktikan.

Pada penilaian beban kerja, rerata denyut nadi kerja subjek pada kelompok

kontrol (praktikum odontektomi tanpa orientasi ergonomi) adalah 104,29 denyut

permenit, sedangkan rerata denyut nadi subjek kelompok perlakuan (praktikum

odontektomi dengan berorientasi ergonomi) adalah 90,16 denyut permenit, atau

menurun sebesar 13,5%.

Pada penilaian keluhan subjektif, rerata skor keluhan otot skeletal setelah

bekerja pada kelompok kontrol adalah 59,27, sedangkan rerata skor keluhan otot

skeletal kelompok perlakuan adalah 39,80 atau mengalami penurunan sebesar

32,8%. Pada kelelahan secara umum, rerata skor pada kelompok kontrol adalah

52,73 dan pada kelompok perlakuan adalah 47,00 atau mengalami penurunan

sebesar 20,3%.

Penurunan keluhan subjektif ini adalah karena penerapan prinsip ergonomi

dari para praktikan selama melakukan praktikum odontektomi. Saat bekerja pada

kelompok kontrol (tidak menerapkan prinsip ergonomi), para praktikan tidak

menggunakan ceklis, tidak menggunakan kursi kerja, sehingga memungkinkan

terjadi tertinggal alat dan keluhan subjektif yang lebih besar dibanding kelompok

perlakuan. Sedangkan pada kelompok perlakuan (dengan menerapkan prinsip

ergonomi) para praktikan sudah menerapkan ceklis dan bisa menggunakan kursi

Page 115: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

99

kerja, sehingga mereka bisa melakukan praktikum tanpa ada resiko ketinggalan

alat, dan selama praktikum bisa duduk dan berdiri secara dinamis. Terjadinya

perubahan sikap kerja ini bisa dilihat seperti pada Gambar 6.9; Gambar 6.10; dan

Gambar 6.11 berikut.

Gambar 6.8 Sikap kerja sebelum ada penambahan kursi

Gambar 6.9 Sikap kerja setelah ada penambahan kursi kerja

Page 116: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

100

Gambar 6.10 Praktikan bisa melakukan praktikum dengan sikap kerja duduk dan berdiri secara dinamis sesuai keperluan

Pada penilaian kinerja yang dilakukan pada kedua kelompok yaitu

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, rerata kinerja pada kelompok kontrol

adalah 46,13, sedangkan rerata kinerja ada kelompok perlakuan adalah 51,33, atau

terjadi peningkatan sebesar 11,3%.

Penurunan beban kerja maupun keluhan subjektif dan peningkatan kinerja

ini merupakan efek dari intervensi ergonomi pada praktikan, hal yang ssama juga

pernah dinyatakan oleh Manuaba (1998); Adiputra dkk., (2000); Azmi dan

Marentani (2001); dan Arjani (2003). Intervensi ergonomi yang dilakukan antara

lain adalah penggunaan alat bantu kerja, perbaikan sikap kerja dengan

menyediakan atau memperbaiki kursi dan meja kerja, dan sebagainya.

Sehingga hasil dan pembahasan penelitian ini dapat menyatakan bahwa:

a. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja

praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Page 117: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

101

b. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi keluhan

subjektif praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati

Denpasar.

c. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi jumlah

ketinggalan alat bedah mulut pada praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

6.8 Kelemahan Penelitian

Ada beberapa kelemahan yang mungkin terjadi dalam penelitian ini dan

perlu mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut :

a. Kondisi subjek selama di luar waktu penelitian sulit dipantau

b. Emosi dan motivasi subjek tidak dapat diukur dan dikendalikan oleh peneliti.

c. Kondisi alat kerja, bahan baku, dan kondisi subjek sulit diukur dengan pasti

kesamaannya.

Page 118: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

103

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian yang diuraikan pada Bab V dan Bab

VI dapat diambil simpulan sebagai berikut.

g. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja

praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

h. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi keluhan

subjektif praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati

Denpasar.

i. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi dapat mengurangi jumlah

ketinggalan alat bedah mulut pada praktikan di Jurusan Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

7.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Dari penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa praktikum odontektomi

yang berorientasi ergonomi dapat meningkatkan kinerja, mengurangi keluhan

subjektif, dan dapat mencegah terjadinya peralatan tertinggal. Untuk itu

disarankan kepada para dosen pembimbing praktikum dan para pengambil

102

Page 119: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

102

kebijakan di institusi pendidikan untuk memperhatikan kaidah ergonomi agar

terjadi peningkatan kinerja yang berefek pada meningkatnya mutu pendidikan.

b. Dari hasil penelitian ini, dipandang perlu untuk memberikan mata kuliah

ergonomi pada fakultas kedokteran gigi sehingga nantinya proses kerja dokter

gigi lebih produktif dan sesuai dengan kaidah ergonomi.

c. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam pada orientasi ergonomi

terhadap praktikum yang lain di bidang kedokteran gigi, sehingga penggunaan

ceklis dalam praktikum odontektomi ini bisa dijadikan acuan dan

dikembangkan pada praktikum yang lain.

103

Page 120: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

DAFTAR PUSTAKA Adiputra, N. 1998. Metodologi Ergonomi. Denpasar: Program Studi Ergonomi-

Fisiologi Kerja, Universitas Udayana. Adiputra, N, Sutjana D.P. & Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in

Small Scale Industry in Bali. Dalam : Lim, KY ed. Proceding of the Joint Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics, Singapore.

Almatzier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama Anonim. 1997. National Clinical Guidelines 1997. Faculty of dental surgery

Royal College of Surgeons of England. Arikunto, S., 2001, Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,

Jakarta, Rineka Cipta. Arjani, S. 2003. Penggunaan Meja Conveyor Mengurangi Beban Kerja dan

Keluhan Muskuloskeletal Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Pekerja Penggergajian Kayu Dengan Mesin Benso di Desa Sangeh. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Denpasar.

As’ad, M., 2000, Psikologi Industri, Edisi ke-4, Yogyakarta, Penerbit Liberty. Azmi, N., Maretani, M. 2001. Perbaikan Posisi Kerja Mengurangi Keluhan

Subjektif gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Helpen di CV PM Bogor. The Indonesian Journal of Ergonomic. Vol.2 No.2 : 67 – 74.

Bakta, I.M. 1997. Seminar Metodologi Penelitian. Fakultas Kedokteran.

Universitas Udayana. Bridger, R.S. 1995 Introduction to Ergonomic. Singapore : McGrraw – Hill Inc. Cantika. 2005. Manajemen Sunber Daya Manusia, Penerbit Universitas

Muhammaadiyah, Malang. Chavalitsakulchai, P & Shahnavaz, H. 1991. Musculoskeletal Discomfort and

Feeling of Fatique Among Female Professional Worker : the Need For Concideration. Journal of Human Ergology. Vol 20. No 2 : 257-264. Available from http://www.postech.ac.kr/ie/huma/html/journal/Inter-J.htm. Acessed June 20, 2011

Chowanadisai, 2000, Dental Ergonomi, Available from

www.elsevier.nl/inca/publications/store/. Acessed June 3, 2011

Page 121: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

68

Chung M.K., Choi K.I. 1997. Ergonomic analysis of musculoskeletal discomforts among conventional VDT operators. Journal of Computers and industrial engineering. Vol 33 : 521-524. Available from http://www.postech.ac.kr /ie/huma/html/journal/Inter-J.htm. Acessed June 20, 2011.

Coulthard P, Horner K, Sloan P, dkk. 2003. Master dentistry: oral and

maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Elsevier Science Limited. Churchill Livingstone. England.

Depdikbud. 2005. Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V: Buku III-

E Bimbingan Konseling. Jakarta : Universitas Terbuka Gomes, F.C., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Andi Offset. Grandjean, E. 1988. Fitting The Task to The Man. A Textbook of Occupational

Ergonomics, 4th edition, Taylor & Francis: London.

Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 1996. Medicine Physiology. Pensylvania: W. B.

Sounders Company. Ilyas, Y., 2001, Kinerja Teori Penilaian dan Penelitian, Jakarta, FKM UI. Irawan & Suparmoko. 2002. Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta : BPFE

Universitas Gajah Mada. Irawan, P., 2001, Evaluasi Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Diknas. Kerana, TJ., Suyasning, HI., and Manuaba, A. 1997. The affect of postural load

and environmental conditions to Balinese farmers physical performance. Procedings of ASEAN Ergonomics 97, 5th SEAS Conference, 518-523. Malaysia: IEA Press.

Kilbon, A. 1992. Measurement and Assessment of dynamic work dalam Wilson,

J.R. & Corlet, E.N. eds. Evalluation of human Work, A Practical Ergonomics Metodology. Tailor & Francis Great Britain.

Mangkunegara A.A Anwar Prabu 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan, Cetakan Pertama, Remaja Rosda Karya, Bandung. Manuaba, A. & Vanwonterghem. 1996. Improvemnet of quality of life:

determination of exposure limits for physical strenuous task under tropical condition. Dept. Of Physical School of Medecine Udayana University-CERGO International Brussels. Belgium. The Commission of The European Communities Brussel, Belgium

Page 122: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

69

Manuaba, A. 1992a. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Disampaikan pada Seminar K3 dengan tema Melalui Pembudayaan K3 Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perusahaan di IPTN Bandung, 20 Februari 1992.

Manuaba, A. 1992b. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Bunga Rampai

Ergonomi Vol. 11. Program Studi Ergonomi – Fisiologi Kerja Universitas Udayana, Denpasar. 1998.

Manuaba, A. 1994. Developing Ergonomics Culture at The Goverment Owned

Sugar Case Factory No. XXI – XXII at East Java, Indonesia. Toronto : IEA Conference.

Manuaba, A. 1998. Dengan Desain yang Aman Mencegah Kecelakaan dan

Cedera. Bunga Rampai Ergonomi vol.1. Denpasar: Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana.

Miloro Michael.2004. Peterson’s of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. BC

Decker Inc. Hamilton, London. Murniasih, N. 2003. Modifikasi Pisau Matetuesan dan Perbaikan Sikap Kerja

dapat Menurunkan Keluhan Subjektif serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Tukang Tues. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Denpasar.

Permennaker. 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Jakarta. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, dkk. 2004. Contemporary oral and maxillofacial

surgery. 4th ed. Mosby company. Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. London : Macmillan Academic

Professional Ltd. Pocock, S.J. 1986. Clinical Trials A Practical Approach : the size of clinical trial:

Chichester: John Wiley & Sons. Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International,

Englewood Cliffs-New Jersey. USA. Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International,

Englewood Cliffs-New Jersey. USA. Rodahl, K. 1989. The Physiologi of Work. London: Taylor & Francis.

Page 123: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

70

Ruccer, L., Sunnel, S. 2002. Ergonomic Risk Factors Associated with Clinical Dentistry. Journal of the California Dental Association. Vol.30, No.2. available from http://www.cda.org/member/pubs/journal/jour0202/2002 CDA Journal - Feature Article.htm. Accessed June 20, 2011.

Sanders, M.S. & Mc. Cormick, E.J. 1987. Human Factors in Engineering and

Design. New York : Mc. Graw – Hill Book Company. Singer, M.G., 1990, Human Resource Management, Boston, PSW-Kent Publising

Company. Straker, Pollock, and Mangharam. 1998. The Effect of Shoulder Posture on

Performance, Discomfort and Muscle Fatigue Whilst Working on a Visual Display Unit. Journal Applied Ergonomics. Vol 25. no 4. ESA Engineer Desain. Available from www.elsevier.nl/inca/publications/store/ 3/0/3/8/9/30389.pub.istaut.shtml. Acessed June 3, 2011

Suardana, E. 2001. Penggunaan Tangkai Tambahan Pada Sekop Menurunkan

Beban Kerja Serta Keluhan Subjektif Penyekop Pasir. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Denpasar.

Subrata, M. 2003. Pemakaian Alat Pelindung Pada Jari Telunjuk Tangan Dan

Pemakaian Tempat Duduk Pada Pekerja Pemotong Gigi Taring Anak Babi Mengurangi Cedera Dan Menurunkan Keluhan Subjektif Serta Meningkatkan Produktivitas Kerja. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja. Universitas Udayana. Denpasar.

Sudjana, N., 2002, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT.Remaja

Rosdakarya . Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. Suhardi, Bambang, 2008, Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 1

untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Suma’mur, PK. 1995. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.

Toko Gunung Agung. Sutajaya, I.M. & Citrawathi, D.M. 2000. “Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi

Beban Kerja dan Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal Mahasiswa dalam menggunakan Mikroskop di Laboratorium Biologi STKIP Singaraja”. Dalam Wignyo Soebroto, S. & Wiratno, SE. Eds. Proceedings Seminar nasional Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya. 239 –242.

Suyasning, HI. 1998. “Penggunaan Lintasan Berundak Ergonomis dan

Penampungan Sementara Meningkatkan Produktivitas Kerja Wanita Pengangkut Batu Padas” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Page 124: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

71

Tana, L. 2002. Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Pekerja Perusahaan Baja di Pulau Jawa. Jurnal Kedokteran Trisakti. Vol. 21. No. 3.

Tjondronegoro, A. 1981. Obesitas. Komisi Pengembangan Riset dan

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 23-26. Vanwonterghem, K. 1999. Health and Working Condition In South East Asia

Heat Stress and Physical Workload. Proceedings of The First International Workshop On Health And Working Conditions In South East Asia “ Heat Stress and Physical Workload” Edited By Yoopat, P. Thailand: Rangsit University

Walgito Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta :

Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. WHS (Workplace Health and Safety), 1993. Noise Management at Work, Code of

Practice for Healthy and safe workplaces. Queensland Government, Australia

Wibowo, B. P. 1998. Desain Produk Industri. Yayasan Delapan-Sepuluh.

Bandung. Zainuddin, M., Susy Puspitasari, 2005, Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan

Tinggi I, Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Zainul, A., 2005, Alterrnative Assesment, Jakarta, Diknas.

Page 125: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

LAMPIRAN 1 Surat Persetujuan

SURAT PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : ..............................................................................................

Umur : ..................... Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : ..............................................................................................

Dengan ini menyatakan sepenuhnya menyadari manfaat dan resiko penelitian

yang berjudul “Penggunaan Ceklis Untuk Mengurangi Risiko Ketinggalan Alat

Dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Mahasiswa Praktek Odontektomi Jurusan

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar”, oleh karena itu dengan

sukarela saya menyetujui untuk diikut sertakan sebagai subjek penelitian dengan

catatan apabila suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun dapat menarik

diri dari persetujuan ini.

Mengetahui Denpasar, ..........................

Peneliti, Hormat Saya,

Nyoman Wiradarma ________________________

Page 126: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

LAMPIRAN 3 Form Jumlah Ketinggalan Alat

FORM ISIAN JUMLAH KETINGGALAN ALAT PRAKTIKUM ODONTEKTOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR No Responden : .........................

NO Nama Alat/bahan Ketinggalan (ya/tdk) 1 Sikat Tangan

2 Handuk

3 Lap meja

4 Duck dan Clamp

5 Hand scone

6 Masker

7 Kaca mulut besar 3 buah

8 Kaca mulut kecil 3 buah

9 Sonde bengkok 3 buah

10 Sonde lurus 3 buah

11 Exavator 2 buah

12 Pinset Anatomi 2 buah

13 Nerbeken 3 buah

14 Spuit 3 cc 3buah

15 Suction tip 3 buah

16 Cheek retraktor

17 Scalpel blade no 11-15

18 resparatorium

19 Straight hand piece

20 Contra angle hand piece

21 Bur fissure long shank

22 Bur fissure diamond

23 Bein

24 Tang ekstraksi m3 atas/bawah

Page 127: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

25 Bone file

26 Spuite irigasi

27 Needle holder

28 Needle

29 Pinset chirurgis

30 Scirsor

31 Arteri clamp

32 Tang trismus

33 Sabun cuci

34 Alcohol 70%

35 Betadine solution

36 Pehacaine

37 Vaseline

38 Suture(silk)

39 Spongostan 2 buah

40 Tampon dan kasa

41 Adrenalin 2mg 2 ampul

41 Tabung oksigen spuit 1 cc

42 Stetescope

43 Tensimeter

Jumlah ketinggalan alat

Page 128: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

LAMPIRAN 4. Form Kinerja Mahasiswa Praktikum Odontektomi

FORM PENILAIAN KINERJA MAHASISWA PRAKTIKUM ODONTEKTOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR NO Responden :

No KEGIATAN URAIAN SKOR

KET 1 2 3 4 5

1 PRA

PRAKTIKUM

Penguasaan terhadap

prosedur praktik odontektomi

1

Kelengkapan alat 2

Cara Sterilisasi alat 3

2 SAAT

PRAKTIKUM

Menjalankan prosedur

dengan baik

4

Penggunaan alat sesuai

dengan keperluan tindakan

5

Cekatan 6

3 PASKA

PRAKTIKUM

Membersihkan alat 7

Merapikan alat seperti

semula

8

Memberikan nasehat pada

pasien berkenaan dengan

pemeliharaan gigi berikutnya

9

4 HASIL

PRAKTIKUM

Kerapian kerja 10

Kondisi gigi/gusi hasil

penanganan

11

Kondisi Psikologi pasien 12

Jumlah

TOTAL SKOR

Page 129: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

LAMPIRAN 2 Ceklis No. Responden : ....................................

I. Pra Praktikum NO Uraian Tanda

cek (√√√√ ) Keterangan

1 Telah memahami prosedur praktikum

2 Persiapan alat/bahan : Syringe dengan jarum 27 dan 30

gauge

Larutan anastetikum; yang mengandung epinefrin/adrenalin

Alat diagnostik Bur tulang Cotton rolls Gauze 150 & 151 forceps Bard Parker Handles (2) Bone File Cryer Elevators (east west) E301 elevator E46R elevator Mallet and chisel Needle holder and scissors Periosteal elevator Potts elevator 3 Persiapan Pasien 4 Mengerti permasalah gigi pasien 5 Mengerti cara tindakan 6 Mengisi informed konsent pasien

II. Saat Praktikum

NO Uraian Tanda cek (√√√√ )

Keterangan

1 Melaksanakan prosedur sesuai standar baku

2 tidak didapatkan kompliksi selama tindakan odontektomi berlangsung,

3 luka operasi dijahit dengan benang silk,

Page 130: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

III. Pasca Praktikum

NO Uraian Tanda cek (√√√√ )

Keterangan

1 Tidak ada pendarahan setelah operasi.

2 Obat telah diminum teratur dan tidak ada keluhan.

3 Terasa membal pada lidah sebelah kanan, sulit untuk berbicara.

4 odema sekeliling luka operasi Tidak ada jendalanlika operasi

5 Memberikan keterangan tentang adanya komplikasi pada nervus lingualis yang perlu evaluasi berkala.

6 Diinstruksikan pada pasien untuk tidak menggigit lidah.

7 Pasien odontektomi diberikan obat antibiotika Amoksisilin No.XV dan analgenik Ponstan No.X

8 Memberi nasehat pada pasien untuk Melanjutkan obat yang telah diberikan

9 Merapikan peralatan pasca operasi

Page 131: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

LAMPIRAN 5 Kuesioner Nordic Body Map. I. IDENTITAS PRIBADI

(Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :………………………….. 2. Umur/Tgl Lahir :………/………………….. 3. Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/AKADEMI/UNIVERSITAS 4. Status : Kawin/Belum Kawin 5. Pengalaman Kerja : ……..Tahun………..Bulan.

II. KUESIONER BODY MAP (Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (√ ) pada kolom

disamping pertanyaan yang sesuai dengan kondisi/perasaan saudara)

NO

JENIS KELUHAN

TINGKAT KELUHAN A B C D

0 Sakit/kaku di leher bagian atas 1 Sakit/kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit pada lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit pada lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat

10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan

Keterangan : A: Tidak sakit, B: Agak sakit, C: Sakit, D: Sakit sekali

Page 132: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

LAMPIRAN 6 Kuesioner Kelelahan 30 Items Nama : Umur : Kelamin : Pengalaman : Sebelum/Sesudah kerja * (*Coret yang tidak perlu) Petunjuk : Beri tanda silang (x) pada kolom yang tersedia sesuai dengan keluhan yang saudara rasakan. No Jenis Keluhan Tingkat Keluhan

A B C D 1. Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ? 2. Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan? 3. Apakah kaki saudara terasa berat? 4. Apakah saudara merasa menguap? 5. Apakah pikiran saudara terasa kacau? 6. Apakah saudara merasa mengantuk? 7. Apakah saudara merasakan ada beban pada mata? 8. Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam bergerak? 9. Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri? 10. Apakah ada perasaan ingin berbaring? 11. Apakah saudara merasa susah berpikir? 12. Apakah saudara merasa lelah untuk bicara ? 13. Apakah perasaan saudara menjadi gugup? 14. Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi? 15. Apakah saudara tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu ? 16. Apakah saudara punya kecenderungan untuk lupa? 17. Apakah saudara merasa kurang percaya diri? 18. Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu? 19. Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap? 20. Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan? 21. Apakah saudara merasa sakit kepala? 22. Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu? 23. Apakah saudara merasa nyeri di punggung? 24. Apakah nafas saudara terasa tertekan? 25. Apakah saudara merasa haus? 26. Apakah suara saudara terasa serak? 27. Apakah saudara merasa pening? 28. Apakah kelopak mata saudara terasa kejang? 29. Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor)? 30. Apakah saudara merasa kurang sehat?

A : Tidak sakit = 1 B : Agak sakit = 2 C : Sakit = 3 D : Sakit sekali = 4

Page 133: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 7 Karakteristik Subjek

Subjek

Umur Berat Tinggi

IMT

(th) badan badan

(kg) (cm) 1 21 70 170,5 24,1 2 21 60 154 25,3 3 23 58 167 20,8 4 22 55 161,5 21,1 5 25 70 164,5 25,9 6 22 56 165,1 20,5 7 23 58 164,5 21,4 8 21 58 166,1 21,0 9 22 62 170 21,5 10 22 58 164,4 21,5 11 21 64 168 22,7 12 23 55 160,3 21,4 13 21 66 167,5 23,5 14 22 62 166 22,5 15 24 58 163,5 21,7

Rerata 22,2 60,7 164,9 22,3 SB 1,2 4,9 4,1 1,7 min 21 55 154 20,5 maks 25 70 170,5 25,9

Page 134: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 8. Data Antropometri Subjek Variabel responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Tinggi badan

170,5 154,0 167,0 161,5 164,5 165,1 164,5 166,1 170,0 164,4 168,0 160,3 167,5 166,0 163,5

Tinggi siku duduk 21,4 19,0 17,0 21,0 17,0 20,0 20,0 22,0 21,0 21,0 18,0 21,0 20,0 22,0 19,3

Tinggi popliteal 42,0 40,5 39,0 42,5 39,0 41,0 41,0 42,0 42,0 42,0 39,0 41,0 41,0 42,0 41,0

Jarak Pantat ke popliteal 41,0 40,0 36,0 41,4 36,0 41,0 40,0 41,0 41,0 41,0 37,0 41,0 41,0 41,0 41,5

Lebar pantat 38,3 37,0 35,0 38,0 34,0 37,0 38,0 38,5 38,0 38,0 34,0 38,0 37,0 38,0 37,0

Tinggi pinggang 30,5 30,5 28,0 30,0 26,0 30,5 30,0 31,0 31,0 31,0 27,0 30,5 30,0 31,0 30,0

Lebar pinggang 41,5 40,0 44,5 41,4 40,5 41,0 40,0 41,0 41,0 40,5 40,5 41,0 41,0 40,5 42,0

Tebal Paha 19,5 18,0 15,0 19,0 14,0 19,0 18,0 20,0 19,0 19,0 14,0 17,0 17,0 20,0 19,0

Page 135: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Statistics

15 15 15 15 15 15 15 15

0 0 0 0 0 0 0 0

164,8600 19,9800 41,0000 39,9933 37,0533 29,8000 41,0933 17,8333

4,09596 1,63541 1,18019 1,94953 1,50943 1,54458 1,08658 2,03247

154,00 17,00 39,00 36,00 34,00 26,00 40,00 14,00

170,50 22,00 42,50 41,50 38,50 31,00 44,50 20,00

154,0000 17,0000 39,0000 36,0000 34,0000 26,0000 40,0000 14,0000

165,1000 20,0000 41,0000 41,0000 38,0000 30,5000 41,0000 19,0000

Valid

Missing

N

Mean

Std. Deviation

Minimum

Maximum

5

50

Percentiles

tinggi_badantinggi_siku_

duduktinggi_

poplitealjarak_pantat_ke_popliteal lebar_pantat

tinggi_pinggang

tebal_pinggang tebal_paha

Page 136: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 9 Data Mikro Klimat dan analisis statistik

a. Rerata Mikroklimat kelompok Kontrol dan perlakuan

P0 P1

pengukuran S basah S kering

K

lembab

In

cahaya

In

Suara S basah

S

kering

K

lembab

In

cahaya

In

Suara

1 27,2 31,2 71,7 402,9 69,7 27,2 29,9 72,0 410,7 70,5

2 27,2 30,9 73,1 402,9 68,9 27,5 31,0 74,0 413,6 69,1

3 26,6 30,9 71,3 395,7 70,3 27,0 31,2 70,7 407,1 70,5

4 26,4 30,7 72,0 419,3 70,0 26,8 31,1 71,7 408,3 69,7

5 26,9 30,7 74,0 417,1 70,1 26,9 29,8 71,1 408,6 70,7

rata-rata 26,9 30,9 72,4 407,6 69,8 27,1 30,6 71,9 409,7 70,1

SB 0,38 0,21 1,12 10,17 0,57 0,29 0,69 1,27 2,54 0,68

Page 137: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

b. Analisis deskriptif data mikroklimat

Descriptive Statistics

5 26,40 27,20 26,8600 ,35777

5 30,70 31,20 30,8800 ,20494

5 71,30 74,00 72,4200 1,10770

5 395,70 419,30 407,5800 10,16031

5 68,90 70,30 69,8000 ,54772

5 26,80 27,50 27,0800 ,27749

5 29,80 31,20 30,6000 ,68920

5 70,70 74,00 71,9000 1,27867

5 407,10 418,60 412,8600 4,85829

5 69,10 70,70 70,1000 ,67823

5

P0_Suhu_basah

P0_suhu_kering

P0_kelembaban

P0_intensitas_cahaya

P0_intensitas_suara

P1_suhu_basah

P1_suhu_kering

P1_kelembaban

P1_intensitas_cahaya

P1_intensitas_Suara

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 138: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

c. Analisis normalitas data mikroklimat

Tests of Normality

,229 5 ,200* ,894 5 ,377

,261 5 ,200* ,862 5 ,236

,248 5 ,200* ,926 5 ,573

,277 5 ,200* ,885 5 ,331

,242 5 ,200* ,879 5 ,305

,213 5 ,200* ,939 5 ,656

,319 5 ,106 ,784 5 ,059

,269 5 ,200* ,888 5 ,350

,217 5 ,200* ,927 5 ,578

,322 5 ,098 ,858 5 ,221

P0_Suhu_basah

P0_suhu_kering

P0_kelembaban

P0_intensitas_cahaya

P0_intensitas_suara

P1_suhu_basah

P1_suhu_kering

P1_kelembaban

P1_intensitas_cahaya

P1_intensitas_Suara

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 139: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

d. Analisis uji t data mikroklimat T-Test

Group Statistics

5 26,8600 ,35777 ,16000

5 27,0800 ,27749 ,12410

5 30,8800 ,20494 ,09165

5 30,6000 ,68920 ,30822

5 72,4200 1,10770 ,49538

5 71,9000 1,27867 ,57184

5 407,5800 10,16031 4,54383

5 409,6600 2,55597 1,14307

5 69,8000 ,54772 ,24495

5 70,1000 ,67823 ,30332

kelompokkontrol

Perlakuan

kontrol

Perlakuan

kontrol

Perlakuan

kontrol

Perlakuan

kontrol

Perlakuan

Suhu_basah

suhu_kering

kelembaban

intensitas_cahaya

intensitas_suara

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Page 140: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Independent Samples Test

,603 ,460 -1,087 8 ,309 -,22000 ,20248 -,68693 ,24693

-1,087 7,534 ,311 -,22000 ,20248 -,69201 ,25201

25,309 ,001 ,871 8 ,409 ,28000 ,32156 -,46152 1,02152

,871 4,702 ,426 ,28000 ,32156 -,56261 1,12261

,003 ,956 ,687 8 ,511 ,52000 ,75657 -1,22466 2,26466

,687 7,841 ,512 ,52000 ,75657 -1,23085 2,27085

14,509 ,005 -,444 8 ,669 -2,08000 4,68540 -12,88456 8,72456

-,444 4,504 ,678 -2,08000 4,68540 -14,53406 10,37406

,762 ,408 -,769 8 ,464 -,30000 ,38987 -1,19905 ,59905

-,769 7,660 ,465 -,30000 ,38987 -1,20603 ,60603

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Suhu_basah

suhu_kering

kelembaban

intensitas_cahaya

intensitas_suara

F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 141: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 10 Hasil Analisis Data Denyut Nadi

a. Rerata Data Denyut Nadi

responden

rerata P0 rerata P1

ist ker beda ist ker beda

1 78,67 110,41 31,74 77,89 97,68 19,79

2 69,78 103,24 33,46 69,23 92,43 23,20

3 75,56 112,2 36,64 73,89 94,67 20,78

4 65,56 99,78 34,22 62,01 85,76 23,75

5 71,05 102,5 31,45 60,12 88,79 28,67

6 64,46 98,23 33,77 62,89 82,24 19,35

7 69,31 99,45 30,14 63,21 84,32 21,11

8 64,43 109,45 45,02 65,89 91,17 25,28

9 65,52 99,87 34,35 62,36 82,73 20,37

10 70,72 112,1 41,38 68,79 90,98 22,19

11 65,43 103,4 37,97 63,91 92,14 28,23

12 65,32 105,42 40,10 65,79 93,12 27,33

13 64,47 107,89 43,42 64,04 97,72 33,68

14 70,72 108,89 38,17 70,24 89,78 19,54

15 64,31 109,76 45,45 63,01 94,54 31,53

Page 142: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

b. Analisis Deskriptif

c. Normalitas Data

Descriptive Statistics

15 61,46 78,07 67,0207 5,03199

15 98,23 112,20 105,5060 4,89830

15 33,03 47,54 39,2773 4,05532

15 60,12 77,89 66,2180 4,90999

15 82,24 97,72 90,5380 4,95718

15 19,35 33,68 24,3200 4,60132

15

P0_istirahat

P0_kerja

P0_beda

P1_istirahat

P1_kerja

P1_beda

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Tests of Normality

,214 15 ,062 ,898 15 ,090

,155 15 ,200* ,914 15 ,155

,156 15 ,200* ,969 15 ,839

,205 15 ,091 ,890 15 ,068

,136 15 ,200* ,943 15 ,428

,157 15 ,200* ,903 15 ,105

P0_istirahat

P0_kerja

P0_beda

P1_istirahat

P1_kerja

P1_beda

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk

This is a lower bound of the true significance.*.

Lilliefors Significance Correctiona.

Page 143: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

d. Analisis Uji t T-Test

Group Statistics

15 67,0207 5,03199 1,29925

15 66,2180 4,90999 1,26775

15 105,5060 4,89830 1,26474

15 90,5380 4,95718 1,27994

15 39,2773 4,05532 1,04708

15 24,3200 4,60132 1,18806

kelompokKontrol

Perlakuan

Kontrol

Perlakuan

Kontrol

Perlakuan

DN_istirahat

DN_kerja

Beda

N Mean Std. DeviationStd. Error

Mean

Page 144: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Independent Samples Test

,150 ,702 ,442 28 ,662 ,80267 1,81529 -2,91578 4,52111

,442 27,983 ,662 ,80267 1,81529 -2,91588 4,52121

,142 ,709 8,318 28 ,000 14,96800 1,79939 11,28212 18,65388

8,318 27,996 ,000 14,96800 1,79939 11,28210 18,65390

,852 ,364 9,445 28 ,000 14,95733 1,58362 11,71343 18,20123

9,445 27,565 ,000 14,95733 1,58362 11,71112 18,20354

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

Equal variancesassumed

Equal variancesnot assumed

DN_istirahat

DN_kerja

Beda

F Sig.

Levene's Test forEquality of Variances

t df Sig. (2-tailed)Mean

DifferenceStd. ErrorDifference Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

t-test for Equality of Means

Page 145: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 11 Hasil Analisis Keluhan Otot Skeletal

a. Data Skor Keluhan Otot Skeletal

Subjek

p0 p1

pre post beda pre post beda

1 28 58 30 29 40 11

2 28 50 22 31 38 7

3 30 60 30 32 39 7

4 32 60 28 30 42 12

5 30 62 32 28 41 13

6 32 58 26 32 38 6

7 32 58 26 32 38 6

8 28 60 32 30 43 13

9 34 60 26 34 43 9

10 28 58 30 29 34 5

11 30 62 32 30 42 12

12 32 62 30 32 39 7

13 30 62 32 30 40 10

14 32 61 29 29 42 13

15 31 58 27 30 38 8

Page 146: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

b. Analisis deskriptif Data Keluhan Otot Skeletal

Descriptive Statistics

15 28,00 34,00 30,4667 1,88478

15 50,00 62,00 59,2667 3,03472

15 22,00 32,00 28,8000 2,93258

15 28,00 34,00 30,5333 1,59762

15 34,00 43,00 39,8000 2,45531

15 5,00 13,00 9,2667 2,89005

15

p0_pre

p0_post

P0_beda

p1_pre

p2_post

p1_beda

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 147: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

c. Uji Mann Whitney Mann-Whitney Test

Ranks

14 14,68 205,50

14 14,32 200,50

28

14 21,50 301,00

14 7,50 105,00

28

14 21,50 301,00

14 7,50 105,00

28

kelompok1,00

2,00

Total

1,00

2,00

Total

1,00

2,00

Total

otot_pre

otot_post

otot_beda

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

95,500 ,000 ,000

200,500 105,000 105,000

-,119 -4,531 -4,520

,905 ,000 ,000

,910a

,000a

,000a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

otot_pre otot_post otot_beda

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: kelompokb.

Page 148: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 12 Hasil Analisis Data Kelelahan Secara Umum

a. Data Skor Kelelahan

Subjek

P0 P1

pre post beda pre post beda

1 33 54 21 34 50 16

2 34 53 19 32 42 10

3 34 54 20 32 45 13

4 35 52 17 33 48 15

5 32 55 23 31 51 20

6 32 49 17 31 40 9

7 31 47 16 34 38 4

8 30 52 22 31 46 15

9 32 57 25 30 50 20

10 30 54 24 30 50 20

11 30 56 26 31 52 21

12 34 56 22 33 51 18

13 33 49 16 32 45 13

14 32 51 19 32 49 17

15 32 52 20 30 48 18

Page 149: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

b. Analisis Deskriptif Kelelahan

Descriptive Statistics

15 30,00 35,00 32,2667 1,57963

15 47,00 57,00 52,7333 2,86523

15 16,00 26,00 20,4667 3,20416

15 30,00 34,00 31,7333 1,33452

15 38,00 52,00 47,0000 4,25944

15 4,00 21,00 15,2667 4,80278

15

p0_pre

p0_post

p0_beda

p1_pre

p1_post

p1_beda

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 150: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

c. Analisis Uji Mann Whitney

Mann-Whitney Test

Ranks

15 17,03 255,50

15 13,97 209,50

30

15 21,30 319,50

15 9,70 145,50

30

15 20,23 303,50

15 10,77 161,50

30

kelompokKelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

Total

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

Total

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

Total

kelelahan_pre

kelelahan_post

kelelahan_beda

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

89,500 25,500 41,500

209,500 145,500 161,500

-,977 -3,620 -2,956

,329 ,000 ,003

,345a

,000a

,002a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

kelelahan_prekelelahan_

postkelelahan_

beda

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: kelompokb.

Page 151: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 13. Hasil Analisis Data Kinerja

a. Data Kinerja KONTROL

no resp b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12 sum

1 4 3 4 4 5 3 4 4 3 4 4 3 45

2 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 3 3 51

3 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 4 2 47

4 4 5 3 3 3 5 4 3 4 4 4 3 45

5 3 5 3 4 5 5 3 3 4 4 5 4 48

6 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 42

7 4 3 4 4 4 3 5 3 4 3 3 4 44

8 3 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3 3 44

9 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 42

10 3 4 4 5 3 4 4 5 5 3 4 4 48

11 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 3 3 47

12 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 50

13 4 3 4 3 5 4 3 3 4 3 5 4 45

14 5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 3 47

15 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 3 4 47

Page 152: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

PERLAKUAN

no resp b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12 sum

1 4 5 4 4 5 3 4 5 3 5 5 4 51

2 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 57

3 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 53

4 4 5 3 3 3 5 4 5 4 5 4 4 49

5 3 5 3 4 5 5 4 4 4 5 5 4 51

6 4 5 4 2 4 4 4 5 3 4 5 3 47

7 4 5 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 50

8 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 51

9 4 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 5 50

10 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 52

11 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 54

12 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 53

13 4 5 4 4 5 4 3 5 4 5 5 4 52

14 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 4 3 51

15 4 5 5 4 5 3 3 5 4 4 3 4 49

Page 153: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

b. Analisis Deskriptif Data Kinerja

c. Analisis Mann Whitney Data Kinerja Mann-Whitney Test

Descriptive Statistics

15 42,00 51,00 46,1333 2,61498

15 47,00 57,00 51,3333 2,38048

15

kel_kontrol

kel_perlakuan

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ranks

15 9,00 135,00

15 22,00 330,00

30

kelompokKelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

Total

kinerjaN Mean Rank Sum of Ranks

Page 154: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Test Statisticsb

15,000

135,000

-4,069

,000

,000a

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]

kinerja

Not corrected for ties.a.

Grouping Variable: kelompokb.

Page 155: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Lampiran 14 Data Ketertinggalan Alat Kelompok Kontrol

no alat\no

responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 156: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

40 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

jum

0 2 0 0 1 0 1 0 0 2 0 1 0 0 0

7

Page 157: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

Kelompok Kontrol

no alat\no

responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 158: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

jum

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0

Page 159: praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja ...

TIME MOTION STUDI PRAKTEK ODONTEKTOMI

MAHASISWA JURUSAN KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

No Responden : ………………………………………. Hari, Tanggal Praktikum : ……………………………………… 15 menit ke : Gerakan Yang Dilakukan Keterangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12