Post on 26-Dec-2015
PENGARUH BERBAGAI MACAM JENIS MEDIA TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
CAISIM(Brassica juncea L.)
USULAN PENELITIAN
Di ajukan oleh:
Yusuf Dharmawan
20110210039
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
I
Halaman Pengesahan
USULAN PENELITIAN
PENGARUH BERBAGAI MACAM JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM(Brassica juncea L.)
yang di ajukan oleh
Yusuf Dharmawan
20110210039
Program Studi Agroteknologi
Telah di setujui/disahkan oleh :
Pembimbing Utama:
Ir Agus Nugroho Setiawan, MP
NIK 19680831199202133012 Tanggal……………..
Pembimbing Pendamping:
NIK…………………………….. Tanggal……………...
Mengetahui
Ketua Program Studi Agroteknologi
Dr.Ir Innaka Renekasane, SP, MP
NIP…………………………….. Tanggal………………
ii
DAFTAR ISI
USULAN PENELITIAN .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
I. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4
A. Pasir Pantai .......................................................................................................................... 4
B. Serbuk Kulit Kelapa ............................................................................................................ 5
C. Serbuk Gergaji ..................................................................................................................... 5
D. Sekam Padi ........................................................................................................................... 5
E. Tanaman Caisim .................................................................................................................. 4
II. TATA LAKSANA PENELITIAN ....................................................................................... 7
A. Tempat dan Waktu ................................................................................................................ 7
B. Bahan dan Alat ...................................................................................................................... 7
E. Parameter Pengamatan ........................................................................................................ 9
F. Analisis Data........................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 11
Lampiran ....................................................................................................................................... 12
I
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering berjalannya waktu, jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan.
Jumlah penduduk Indonesia hingga saat ini mencapai sekitar 240 juta jiwa, Dengan laju
pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen per tahun.( www.republika.co.id ).
Peningkatan jumlah penduduk akan memberikan peluang pengembangan sector
agribisnis. Dalam pengembangan agribisnis untuk memperoleh produksi yang besar juga
memerlukan perluasan lahan pertanian. Perluasan areal dapat dilakukan dengan
memanfaatkan lahan-lahan yang masih marginal. Salah satu lahan marginal yang ada di
propinsi DIY adalah lahan pasir pantai.
Lahan pasir pantai merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah.
Produktivitas lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang
berupa kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi,
kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah
(Kertonegoro, 2001; Al-Omran, et al., 2004).
Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan
warna. Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas, sangat
porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah (Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, 1994), miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan tanaman.
Di lahan pasir pantai ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran
yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Ditinjau
dari aspek klimatologis Indonesia maka sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis
sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim.
Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan
memanfaatkannya.
Caisim atau dikenal dengan sawi hijau mengandung berbagai khasiat bagi
kesehatan. Kandungan yang terdapat pada sawi/caisim adalah protein, lemak, karbohidrat,
Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Manfaat caisim atau sawi bakso sangat
baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh
sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan
memperlancar pencernaan (Sunarjono,2007).
Dengan permintaan sawi yang semakin meningkat, maka untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas, perlu dilakukan
2
peningkatan produksi. Menurut Saputra (2008) untuk mendapatkan pertumbuhan yang
baik, tanaman harus mempunyai akar dan sistem perakaran yang cukup luas dan dalam
untuk memperoleh hara dan air sesuai kebutuhan pertumbuhan, namun tanaman tidak
selalu memerlukan sistem perakaran yang luas dan dalam pada kondisi hara yang sudah
mencukupi,
Peningkatkan produksi caisim ini dapat ditinggkatkan melalui berbagai macam
cara salah satunya dengan meningkatkan secara intensifikasi melalaui penggunaan pupuk
organik cair dan komposisi media tanam yang tepat.
Caisim memiliki sistem perakaran serabut yang dangkal dan lebar, serta tumbuh
dan berkembang di bawah permukaan tanah, maka tanah yang dikehendaki sebagai media
tanamnya harus subur, gembur, dan mudah meneruskan air (Desiliyarni, dkk. 2003). Sifat
tanah seperti ini dapat diperoleh dengan mencampur beberapa bahan media tanam yang
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan hayati media tanamnya.
Menurut Bambang S. Santoso (2010) Media tanam harus mempunyai fungsi
sebagai tempat berdiri tegak tanaman, suplai nutrisi atau hara, suplai air. Campuran
komposisi berbagai media tanam seperti pasir, serbuk kulit kelapa, serbuk gergaji, dan
sekam padi kemungkinan dapat menjadi salah satu media yang tepat untuk mendapatkan
produksi caisim yang baik. Karena serbuk kulit kelapa dan serbuk gergaji, mempunyai
daya pegang air yang tinggi. Sedangkan untuk Arang sekam padi memiliki kemampuan
menyerap air yang rendah dan porositas yang baik, sifat ini sangat menguntungkan jika
digunakan sebagai media tanam untuk mendukung perbaikan struktur tanah, sehingga
aerasi dan drainase menjadi lebih baik.
Lahan marginal seperti pasir pantai memiliki faktor pembatas yang berupa
kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi,
kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah hal
karena dalam peneltian ini maka penulis ingin mengetahui pengaruh pemberian berbagai
macam jenis media tanam yang baik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman caisim di lahan
pasir pantai.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana media tanam (Pasir, serbuk kulit kelapa, serbuk gergaji, dan sekam padi )
yang baik untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman caisim yang optimal pada
lahan pasir pantai.
I
C. Tujuan Penelitian
Mendapatkan medium tanam yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
caisim yang optimal.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Caisim
Caisim (Brassica juncea L.) atau sawi merupakan jenis sayuran daun yang
digemari oleh konsumen karena memiliki kandungan pro-vitamin A dan asam
askorbat yang tinggi. Ada dua jenis caisin/sawi yaitu sawi putih dan sawi hijau.
Keduanya dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Persyaratan tumbuh
bagi jenis komoditi ini tidak terlalu sulit. Caisim dapat tumbuh dan beradaptasi baik
hampir disemua jenis tanah baik pada tanah-tanah mineral yang bertekstur ringan
sampai liat berat maupun tanah organic seperti tanah gambut. pH tanah yang optimal
untuk budidaya caisin berkisar antara 6-6,5 dan temperature yang optimum bagi
pertumbuhan caisin 15-20⁰ C.
Caisim kebanyakan ditanam di lahan pekarangan karena mudah dalam
pemeliharaannya. Bila lahan pekarangan luas, model budidaya di bedengan, di pot
dan atau di polybag. Bila lahan pekarangan sempit, model budidaya di pot dan atau di
polybag dan divertikultur (rak bertingkat).
B. Pasir Pantai
Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan
zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air,sekitar
150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan airsangat rendah,
1,6-3%.
Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik, KPK, tekstur dan
warna. Tanah pasir dicirikan bertekstur pasir, struktur berbutir, konsistensi lepas,
sangat porous, sehingga daya sangga air dan pupuk sangat rendah (Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, 1994), miskin hara dan kurang mendukung pertumbuhan
tanaman. Tekstur tanah pasir ini sangat berpengaruh pada status dan distribusi air,
sehingga berpengaruh pada sistem perakaran, kedalaman akar (Walter et al., 2000;
Oliver and Smettem, 2002), hara dan pH (Bulmer and Simpson, 2005). Menurut
Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan menyediakan udara yang
berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan organik.
Namun lahan pasir pantai memiliki potensi yang besar untuk mendukung
pengembangan sector agribisnis. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan
I
untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari melimpah, dan
kedalaman air tanahnya dangkal (Anonim, 2002). Selain itu persiapan lahan pasir
pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit-parit
yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah.
C. Serbuk Kulit Kelapa
Kelapa merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Indonesia meru-pakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi agroindustri
kelapa yang cukup besar, tetapi belum dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Limbah hasil pengupasan buah kelapa antara lain tempurung dan sabut kelapa
yang terdiri atas serat dan serbuk sabut kelapa. Di Indonesia limbah buah kelapa hasil
pengolahan atau pengupasan yang dihasilkan per tahunnya mencapai sekitar 19,05
juta m3 yang terdiri atas 35% serat dan 65% serbuk sabut kelapa.
Menurut Menurut Bambang S. Santoso (2010) serbuk kulit kelapa memiliki
kemampuan untuk memegang air yang tinggi dan tahan lama. Sehingga dengan
kemampuan menahan air yang tinggi ini dapat menahan air yang berada pada lahan
pasir.
D. Serbuk Gergaji
Pada umumnya serbuk gergaji yang digunakan oleh para petani di Indonesia
adalah sengon (Albazia falcataria) meskipun jenis kayu keras, namun serbuknya
relatif lunak sehingga baik sebagai media tanam. Kayu atau serbuk gergajian yang
paling baik digunakan sebagai media tanam : kayu harus steril, yakni tidak
mengandung pestisida atau bahan beracun lainnya
Menurut Menurut Bambang S. Santoso (2010) Serbuk gergaji sangat baik
untuk media tanam khususnya sayur-sayuran karena memiliki daya tahan memegang
air tinggi. Sehingga tanaman akan tercukupi suplai airnya.
E. Sekam Padi
Arang sekam padi biasa digunakan sebagai pupuk dan bahan baku briket
arang. Sekam yang digunakan bisa diperoleh ditempat penggilingan padi. Selain
digunakan untuk arang, sekam padi juga sering dijadikan bekatul untuk pekan ternak.
Arang sekam juga bisa digunakan sebagai campuran pupuk dan media tanam di
6
persemaian. Hal ini karena sekam padi memiliki kemampuan untuk menyerap dan
menyimpan air sebagai cadangan makanan.
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang
kering, dan tidak dapat dimakan yang melindungi bagian dalam (endospermium dan
embrio). Sekam dapat dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan
(Poaceae), meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa
sekam, misalnya jagung dan gandum.
Dalam dunia pertanian, sekam dapat digunakan sebagai campuran pakan, alas
kandang (litter), briket, salah satu bahan bokashi,alas kayu untuk memasak, atau
dijadikan arang sekam untuk media tanam.
Arang sekam dijadikan sebagai salah satu bahan dari media tanam karena
arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor serta mampu menahan air. Menurut
beberapa informasi, arang sekam bisa berfungsi sebagai penyimpan sementara unsur
hara dalam tanah sehingga tidak mudah tercuci oleh air. Dan akan sangat mudah
melepaskan ketika dibutuhkan atau diambil oleh akar tanaman.
F. Hipotesis
Penggunakan serbuk gergaji sebagai campuran dalam budidaya tanaman
caisim di duga dapat menjadi media tanam yang baik bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman caisim. Karena sifat serbuk geraji yang dapat mengikat air yang tinggi.
I
III. TATA LAKSANA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilakukan di kebun percobaan fakultas pertanian di Desa
Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pelaksanaan percobaan di mulai pada bulan Maret-Mei 2014.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang akan di gunakan dalam penilitian ini meliputi:bibit caisim, pasir
laut, serbuk kulit kelapa, serbuk gergaji, sekam padi, pupuk organic, Polybag 5kg.
Alat yang di gunakan meliputi :Tali, cangkul, penggaris dengan skala terkecil 1 mm,
leaf area meter serta alat tulis.
C. Metode pelaksanaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan lapangan factor
tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengakap (RAL). Perlakuan yang di
ujikan adalah komposisi media tanam (Pasir, serbuk kulit kelapa, serbuk gergaji, dan
sekam padi ) yaitu :
A. Pasir pantai(kontrol) (Pa1)
B. Pasir pantai : serbuk kulit kelapa dengan perbandingan (1:1) (PaSk1)
C. Pasir pantai : serbuk kulit kelapa dengan perbandingan (1:2) (PaSk2)
D. Pasir pantai : Serbuk gergaji dengan prebandingan (1:1)(PaSg1)
E. Pasir pantai : Serbuk gergaji dengan prebandingan (1:2) (PaSg2)
F. Pasir pantai : sekam dengan prebandingan (1:1)(PaS1)
G. Pasir pantai : sekam dengan prebandingan (1:2) (PaS2)
H. Pasir pantai: Serbuk kulit kelapa: Serbuk gergaji, sekam dengan
perbandingan (1: 1: 1 :1)(PaKGS1)
I. Pasir pantai: Serbuk kulit kelapa: Serbuk gergaji, sekam dengan
perbandingan (2: 1: 1 :1) (PaKGS2)
J. Pasir pantai: Serbuk kulit kelapa: Serbuk gergaji, sekam dengan
perbandingan (1: 2 : 1 :1) (PaKGS3)
K. Pasir pantai: Serbuk kulit kelapa: Serbuk gergaji, sekam dengan
perbandingan (1: 1 : 2 :1) (PaKGS4)
L. Pasir pantai: Serbuk kulit kelapa: Serbuk gergaji, sekam dengan
perbandingan (1: 1 : 1 :2) (PaKGS5)
8
Masing-masing perlakuan di ulang 2 kali sehingga terdapat 24 unit. Setiap unit
terdapat 3 tanaman. Sehingga terdapat 72 tanaman.
D. Tata Cara Penelitian
1. Penyiapan media tanam
Penyiapan media di laksanakan pada saat satu minggu sebelum tanam
dengan dengan mencampurkan media pasir laut, serbuk kulit kelapa, serbuk
gergaji, sekam padi, dan pupuk organik kedalam polibag sesuai perlakuan.
Masing-masing perlakuan di ulang 2 kali sehingga terdapat 24 unit. Setiap unit
terdapat 3 tanaman. Sehingga terdapat 72 tanaman.
2. Penanaman
Bibit caisim di tanam sebanyak 1 bibit per polibag. Tiap petak perlakuan
di tanam terdapat 21 tanaman.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi :
a. Pengairan dan Penyiraman
Setelah dilakukan penanaman bibit selada, maka di lakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah masih lembab. Pengairan
berikutnya di berikan secukupnya dengan tujuan menjaga tanaman
tidak layu.
b. Penyulaman
Penyualaman bertujuan untuk mengganti bibit yang tidak tumbuh atau
mati. Kegiatan ini di lakukan pada 7-10 hari setelah tanam. Jumlah dan
jenis bibit serta perlakuan dalam penyulaman sama waktu penanaman.
Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
c. Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk kandang diberikan dengan dosis 10 ton /
atau 20 gram / tanaman hal ini dilakukan 1 minggu sebelum. Selain
pupuk kandang, diperlukan pupuk nitrogen. Pada umur 2 minggu
setelah tanam, pupuk N diberikan di dalam polybag. Kemudian pupuk
ditutup dengan campuran media. Dosis pupuk N + 60 kg N/ha atau
0,36 g/tanaman. Sedangkan untuk dosis pupuk ZA yaitu 300 kg ZA/ha
I
atau 1,8 g/tanaman. Pupuk tersebut dapat diberikan dua kali dengan
selang 2 minggu.
d. Penyemprotan pestisida
Penggunakan pestisida hanya di perbolehkan setelah terlihat adanya
hama yang dapat membahayakan proses pertumbuhan tanaman selada.
4. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali setelah penanaman hingga panen.
Pengamatan dilakukan berdasar parameter. Parameter yang digunakan adalah Tinggi
Tanaman, Jumlah Daun, Luas Daun, Berat Segar (Akar, Batang, Daun), Panjang Akar.
E. Parameter Pengamatan
1. Parameter utama
- Parameter pertumbuhan.
1. Tinggi Tanaman.(cm)
Pengukuran tinggi tanaman di lakukan mulai umur satu
minggu setelah tanam sampai panen. Pengukuran dilakukan setiap
minggu sekali dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai dari
pangkal batang bawah sampain bagian titik tumbuh tanaman.
2. Jumlah Daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan mulai umur satu minggu
setelah tanam sampai panen. Penghitungan di lakukan dengan
cara menghitung jumlah daun pada setiap bonggol.
3. Luas daun (cm2)
Pengukuran dilakukan saat setelah panen dengan menggunakan
Leaf area meter.
4. Berat segar tanaman(g)
Berat segar tanaman merupakan berat tanaman setelah di panen.
Berat basah tanaman dilakukan pada akhir penelitian dengan
memotong bagian akar, batang dan daun menggunakan timbangan
analitik.
5. Panjang akar (cm)
Panjang akar dilakukan dengan mengukur panjangnya akar dari
pangkal atas sampai pangkal bawah menggunakan penggaris.
10
F. Analisis Data
Data yang di peroleh kemudian di analisis menggunakan sidik ragam
(Analysis of Variance) pada taraf signifikan 5%. Apabila ada beda nyata
antar perlakuan maka di lakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang nyata 5%.
G. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
April Mei
1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapan tempat
2.
Persiapan alat dan
bahan
4.
Proses
1. Penyiapan
media
2. Penanaman
5.
Pengamatan dan
pemeliharaan
7.
Penyusunan laporan
I
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2002. Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasirpinsi daerah
istimewa Yogyakarta. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
DIY dengan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 118h.
Anonim, 2011. Jumlah penduduk Indonesia. Di akses
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/13/11/01/mv
jx78-bkkbn-jumlah-penduduk-indonesia-sangat-tinggi .Di akses Pada
tanggal 21 maret 2014
Al-Omran, A.M., A.M. Falatah, A.S. Sheta and A.R.Al-Harbi. 2004. Clay Deposits for Water
Management of Sandy Soils. Arid Land Research and Management 1:171-
183.
Bambang B. Santoso. 2010. Media Tanam. Manajemen media dan nutrisi pada produksi bbit
atau tanaman dalam pot.
Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as Factors
Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay Loam Soil.
Can J. Soil Sci. 85 : 667-679.
Kertonegoro, B. D. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta : Potensi dan
Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional
Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober
2001. h46-54.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Survei Tanah Detail di Sebagian Wilayah D.I.
Yogyakarta (skala 1 : 50.000). Proyek LREP II Part C. Puslittanak. Bogor.
Oliver, Y.M. and K.R.J.Smethem. 2002. Predicting Water Balance in a Sandy Soil : Model
Sensitivity to the Variability of Measured Saturated and Near
SaturatedHydraulic Properties. Australian of Soil Research 43 (1) : 87-96.
Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah dan
Pertumbuhan Caisin di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 5:
30-38.
12
Lampiran
Layout Penelitian
1.
PaKGS3 PaSG1 PaKGS4 PaKGS PaS1 PaSK1 PaSG2 Pa1 PaKGS2 PaS2 PaKGS1 PaSK2
Pa1 PaSK2 PaKGS1 PaS2 PaKGS4 PaKGS1 PaS1 PaSK1 PaKGS3 PaSG2 PaSG1 PaKGS2
PaS2 PaSK1 PaKGS5 PaSK2 PaKGS1 PaKGS4 PaS1 PaKGS3 PaSG2 PaSG1 PaKGS2 Pa1
I