Post on 23-Jan-2016
description
PROPOSAL BASELINE DATA
DESA RINGINPITU KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI
Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata
Kuliah Perencanaan Program Gizi
Dosen Pembimbing :
Mirthasari Palupi, SST. ,M.Kes
Oleh :
1. Dina Aliyati
2. Eka Lestari
3. Eka Prasetyani
4. Fitria Baso
5. Hendrik Imalika
6. Muhammad Irfan
7. Olivia Claudia M.S
8. Tri Anggun
PRODI DIII GIZI
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AJARAN 2015/2016
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gizi dan Status Gizi
2.2 Faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi balita
2.3 Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk
2.4 Status Gizi Ibu Hamil
BAB III KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
BAB IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat
4.2 Alat dan Bahan
4.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan
dalam penentun status gizi perorangan atau kelompok. Pada awal tahun empat
puluhan survey konsumsi, terutama metode Recall 24 jam banyak digunakan
dalam penelitian kesehatan dan gizi. Di Indonesia , survey konsumsi sudah
sering digunakan ddalam penelitian di bidang gizi. Secara umum survey
konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiassaan makan dan
gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat
kelompok, rumah tangga dan perorangan serta factor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makanan tersebut.
Salah satu pendidikan kesehatan yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di bangku
kuliah dengan praktek puskesmas yaitu Prodi DIII Gizi yang berada dalam
naungan Stikes Karya Husada Kediri. Tujuan pendidikan di Prodi DIII Gizi
merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan nasional yaitu mendidik
tenaga ahli madya gizi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berjiwa Pancasila dan UUD 1945, berperirasa, periakal dan perilaku
kreatif, dinamis, inovatif, memiliki integritas dan kepribadian tinggi, terbuka,
tanggap terhadap perubahn dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tanggap terhadaap seni dan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat
khususnya yang bekaitan dengan bidang gizi. Dalam pelaksanaan pendidikan,
proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak terbatas di dalam kelas saja.
Proses pembelajaran juga berlangsung di luar kelas, bahkan di luar institusi
pendidikan seperti lingkungan kerja dan kehidupan masyarakat.
Dalam rangka mempersiapkan ahli gizi yang terampil dan bermutu dalam
melaksanakan tugas seperti diharapkan di atas, maka perlu memberi
kesempatan serta pengalaman belajar yang terarah dan terpadu kepada
1
mahasiswa di Puskesmas maupun masyarakat. Sehubungan dengan hal itu,
slah satu pengalaman belajar yang perlu disediakan bagi mahasiswa yaitu
melakukan baseline data guna mengetahui tingkat konsumsi balita dan ibu
hamil di desa Ringinpitu Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pola makan, porsi makan, dan status gizi pada bayi/ balita dan
ibu hamil di desa Ringinpitu Kecamatan Palemahan Kab. Kediri ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola makan, porsi makan dan status gizi,
pada bayi/ balita dan ibu hamil di desa Ringinpitu Kecamatan
Palemahan Kab. Kediri.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui karakteristik ibu hamil / balita, pola makan, porsi
makan, dan status gizi pada bayi/ balita dan ibu hamil di desa
Ringinpitu Kecamatan Palemahan Kab. Kediri
2) Mengetahui jenis, jumlah, frekuensi bahan makanan yang
dikonsumsi pada bayi/ balita dan ibu hamil di desa Ringinpitu
Kecamatan Palemahan Kab. Kediri
3) Mengetahui kebutuhan energi dan zat gizi (karbohidrat, lemak,
protein) pada bayi/ balita dan ibu hamil di desa Ringinpitu
Kecamatan Palemahan Kab. Kediri
4) Mengetahui tingkat konsumsi energi dan zat gizi (karbohidrat,
lemak, protein) pada bayi/ balita dan ibu hamil di desa Ringinpitu
Kecamatan Palemahan Kab. Kediri
5) Mengetahui status gizi pada bayi/ balita dan ibu hamil di desa
Ringinpitu Kecamatan Palemahan Kab. Kediri
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gizi dan Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Tidak ada satu jenis makanan yang
mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup
sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu
mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang
cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI
adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh
kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur
zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam
pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang
mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.Makanan
sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung
lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari.Makanan sumber zat pembangun yang
berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu
3
serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.Makanan sumber zat
pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini
mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan
bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah
konsumsi makanan dan pengguanan zat-zat gizi dalam tubuh. Tubuh yang
memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan mencapai
status gizi yang optimal. Defisiensi zat mikro seperti vitamin dan mineral
memberi dampak pada penurunan status gizi dalam
waktu yang lama (Almatsier, 2002).
Menurut WHO, pemeliharan status gizi anak sebaiknya :
Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 4 atau 6 bulan.
Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food ) bergizi, mulai
usia 4 atau 6 bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu
lengkap keluarga.
Memperpanjang masa menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi
menghendaki.
2.2 Faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi balita
Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan
makanan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua
faktor tersebut misalnya faktor ekonomi dan keluarga (Suhardjo, 2000).
a. Faktor Langsung
1) Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan
merupakan cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan
pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi
4
dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai
salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Moehji,
2003).
2) Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal
yang saling mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai
menurun dan mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat
berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain
adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang
menyebabkan diare pada anak mengakibatkan cairan dan zat gizi di
dalam tubuh berkurang. Kadang–kadang orang tua juga melakukan
pembatasan makan akibat infeksi yang diderita dan menyebabkan
asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama
mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Moehji, 2003).
b. Faktor Tidak Langsung
1) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan
yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah
bahan makanan. Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap
orang termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi
memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan
pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai
keadaan gizi yang seimbang (Suhardjo, 2005).
2) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan bahan makanan yang akan
dibeli. Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk menetukan
kualitas dan kuantitas makanan, maka erat gubungannya dengan gizi
(Suhardjo, 2005)
3) Besar Keluarga
Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat
dengan distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota
5
keluarga (Suhardjo, 2005). Keberhasilan penyelenggaraan pangan
dalam satu keluarga akan mempengaruhi status gizi keluarga tersebut.
Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang di
konsumsi untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar umlah anggota
keluarga maka semakin sedikit jumlah konsumsi gizi atau makanan
yang didapatkan oleh masing-masing
c. Penilaian Status Gizi
Menurut (Supariasa, 2002), pada dasarnya penilaian status gizi dapat
dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
1) Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara lansung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Secara
umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan
untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbanagan ini terlihat pada pola pertumbuhna fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa, 2002). Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat
penting untuk melihat status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(sipervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2002).
Metode klinis umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid
clinical suveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
6
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002).
Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah,
urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa,
2002).
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik,
cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).
2) Penilaian status gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:
Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi.
Statistik vital merupakan pengukuran dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian bedasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu.
Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa
malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interkasi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
d. Status Gizi Bedasarkan Antropometri
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode
antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Antropometri
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
7
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai
jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain
alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat
dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah,
hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya
(Supariasa, 2002).
Parameter Antropometri
Supariasa (2002) menyatakan bahwa antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain:
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penetuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat.
2) Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada
masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi. Berat badan merupakan
pilihan utama karena parameter yang paling baik, mudah dipakai,
mudah dimengerti, memberikan gambaran konsumsi energi
terutama dari karbohidrat dan lemak. Alat yang dapat memenuhi
persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan
dalam penimbangan anak balita adalah dacin (Supariasa, 2002).
3) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui
8
dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua
terpenting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap
tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi
badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan
alat pengukuran tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai
ketelitian 0,1 (Supariasa, 2002).
Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2002).
1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan
parameter antopometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembanagan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat
badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat
karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutrional
status) (Supariasa,2002).
9
Kelebihan Indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih
cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur
status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan
Indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi
yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan data
umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5 tahun,
sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak pada saat penimbangan (Supariasa,2002).
2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang
pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama. Bedasarkan karakteristik
tersebut di atas, maka indeks ini menggambarkan konsumsi
protein masa lalu (Supariasa, 2002).
Kelebihan indeks TB/U:
a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah
dibawa.
Kekurangan indeks TB/U:
a) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
b) Pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus
berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk
melakukannya (Supariasa, 2002).
3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
10
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu.
Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independent
terhadap umur. Keuntungan Indeks BB/TB adalah tidak
memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan
(gemuk, normal, dan kurus). Kelemahan Indeks BB/TB adalah
tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek,
cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan menurut
umurnya.Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam
melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
Dengan metode ini membutuhkan dua macam alat ukur,
pengukuran relatif lebih lama. Membutuhkan dua orang untuk
melakukannya.
4) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi
tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat
(Supariasa, 2002). Pengukuran status gizi balita dapat dilakukan
dengan indeks antropometri dan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT).
Rumus IMT:
IMT = BB (kg) x TB2
(m)
Keterangan : IMT : Indeks Massa Tubuh
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
11
Sumber : Kemenkes 2011
2.3 Faktor Penyebab Gizi Kurang atau Gizi Buruk
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
a. Tidak tersedianya makanan secara adekuat
Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan
kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun
kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan
menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya
makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa
adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk.
Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin
12
kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan
gizi
b. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan
alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6
bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang
tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status
gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan
protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B
serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat
disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan
seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena
ketidaktahuan.
c. Pola makan yang salah
Pola makan yang salah Suatu studi "positive deviance" mempelajari
mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya
sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani
miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada
timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih
sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI,
manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata
anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada
kualitas pengasuhan anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk
ternyata diasuh oleh nenek atau pengasuh yang juga miskin dan tidak
berpendidikan. Banyaknya perempuan yang meninggalkan desa untuk
mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI, kemungkinan juga dapat
menyebabkan anak menderita gizi buruk.Kebiasaan, mitos ataupun
kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam
pemberian makan akan sangat merugikan anak . Misalnya kebiasaan
memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat
13
terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu ( misalnya tidak
memberikan anak anak daging, telur, santan dll) , hal ini menghilangkan
kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein maupun kalori
yang cukup sehingga anak menjadi sering sakit (frequent
infection).Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di
negara negara terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia,
dimana kesadaran akan kebersihan / personal hygine yang masih kurang,
serta ancaman endemisitas penyakit tertentu, khususnya infeksi kronik
seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat tinggi. Kaitan infeksi
dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan,
karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi
kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan
memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan
terjadinya infeksi.
2.4 Status Gizi Ibu Hamil
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir, lama
hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir.33 Sedangkan secara medis kehamilan dimulai dari
proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.36 Untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan maternal selama hamil maka ibu
dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang disebut dengan antenatal.
Status gizi adalah keadaan tingkat kecukupan dan penggunaan satu
nutrien atau lebih yang mempengaruhi kesehatan seseorang (Sediaoetama,
2000). Status gizi seseorang pada hakekatnya merupakan hasil keseimbangan
antara konsumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari orang tersebut
(Lubis, 2003). Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa kehamilan
maka kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan
dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan
14
BAB III
KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
Anak balita adalah anak laki-laki atau perempuan dalam keluarga yang
berusia antara 24-59 bulan.
Karakteristik anak balita adalah ciri-ciri khas pada anak balita yang terdiri
dari umur dan jenis kelamin. Umur anak balita diklasifikasikan menjadi
tiga kategori, yaitu 24-35 bulan, 36-47 bulan, dan 48-59 bulan, serta
jenis kelamin anak balita terdiri dari dua kategori yaitu laki-laki dan
perempuan.
15
Karakteristik rumah tangga adalah ciri-ciri khas yang di punyai oleh
masing-masing rumah tangga, seperti umur orang tua, besar keluarga,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pengetahuan gizi ibu, dan
pengeluaran rumah tangga (pengeluaran pangan dan non pangan).
Umur orang tua adalah umur yang dinyatakan dengan umur penuh dalam
satuan tahun, yang dikategorikan berdasarkan kelompok usia, yaitu
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal menetap
bersama dalam satu atap dan hidup dari penghasilan yang sama. Peubah
besar keluarga diukur dengan mengelompokkannya menjadi keluarga
kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5 sampai 7 orang) dan keluarga besar
(≥8 orang) (Hurlock 1998, diacu dalam Gabriel 2008).
Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang
ditempuh atau ditamatkan oleh individu yang bersangkutan,
dikategorikan atas tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD/sederajat,
tamat SLTP/sederajat, tamat SLTA/sederajat dan perguruan tinggi.
Pekerjaan orang tua adalah pekerjaan utama orang tua (suami dan istri)
yang memberikan penghasilan terbesar dan tetap bagi keluarga,
dikategorikan atas petani, buruh tani, buruh bangunan/industri, supir,
guru, tukang ojek, wirausaha, penjaga toko, karyawan sekolah,
perangkat desa, security, karyawan swasta, pegawai negeri sipil (PNS),
pembantu rumah tangga (PRT) dan tidak bekerja.
Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pemahaman ibu mencakup mengenal
jenis makanan bergizi, mengenal ciri-ciri anak bergizi baik, mengenal
jenismakanan sumber protein hewani dan nabati, mengenal jenis
makanan sumber vitamin A dan vitamin C, mengenal jenis makanan
yang 42 mengandung iodium, memahami makna garis merah dan hijau
pada kartu menuju sehat (KMS) dan mengenal golongan yang rentan
terhadap kekurangan gizi yang didapatkan dari penilaian atas jawaban
ibu atas daftar pertanyaan yang diajukan, dinyatakan dalam persen dan
dikategorikan yaitu baik (>80 persen), sedang (60-80persen), dan
rendah (<60 persen)
16
Alokasi pengeluaran rumah tangga adalah alokasi pengeluaran rumah
tangga untuk pangan dan pengeluaran untuk non pangan yang dihitung
dalam persen per kapita per bulan.
Tabu makanan adalah suatu larangan bagi anak balita untuk mengkonsumsi
jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atas hukuman
terhadap orang yang melanggarnya.
Pola konsumsi pangan anak balita adalah bahan pangan yang menjadi pola
di wilayah penelitian berdasarkan kontribusi energi dan protein dalam
konsumsi sehari.
Tingkat konsumsi energi (TKE) anak balita adalah total asupan energi
aktual dengan angka kecukupan energi sehari anak usia 24-59 bulan dan
dinyatakan dalam persen dengan metode food recall 24 jam selama dua
hari berturut - turut.
Tingkat konsumsi protein (TKP) anak balita adalah total asupan protein
aktual dengan angka kecukupan protein sehari anak usia 24 – 59 bulan
dan dinyatakan dalam persen dengan metode food recall 24 jam selama
dua hari berturut - turut.
Frekuensi konsumsi pangan anak balita adalah derajat keseringan
mengkonsumsi pangan dalam satu minggu terakhir.
Status gizi anak balita adalah keadaan tubuh anak balita yang ditentukan
berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan
menggunakan baku WHO –NCHS.
Ibu hamil adalah tumbuhnya janin dalam rahim ibu karena sel telur telah
dibuahi oleh spermatozoa dari pria. Kehamilan adalah akibat dari sel
telur yang telah matang kemudian bertemu spermatozoa dari pria
sehingga terjadi prose pembuahan yang kemudian menghasilkan janin.
17
No. Variable Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Status Gizi Mengukur berat badan dan tinggi badan
1. Berat badan menggunakan timbangan injak
2. Tinggi badan menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1
1 kurang, jika IMT <18,5 kg/m2, 2, normal, jika IMT > 25kg/m2(Depkes, 2003)Gizi baik : -2S/D +2S/DGizi kurang : -3 S/D <-2S/DGizi buruk <-3 S/D
Ordinal
2. Umur Wawancara Kuisioner (IR4) 1 : < 21 tahun2: ≥ 21 tahun
Ordinal
3. Frekuensi makan
Wawancara Kuisioner (C1) 1: kurang : < 3 kali/hari2: baik : ≥ 3 kali/hari (Suyono,1986)
Ordinal
4 Asupan energy
Recall 2x24 jam (tidak berturut-turut)
Formulir recall Kurang : < 80% AKGCukup : ≥ 80% AKG( WKNPG,2004)
Ordinal
5 Asupan protein
Recall 2x24 jam (tidak berturut-turut)
Formulir recall Kurang : < 80% AKGCukup : ≥ 80% AKG( WKNPG,2004)
Ordinal
6 Asupan karbohidrat
Recall 2x24 jam (tidak berturut-turut)
Formulir recall Kurang : < 65% total energyCukup : ≥ 65% total energy ( WKNPG,2004)
Ordinal
7 Asupan lemak
Recall 2x24 jam (tidak berturut-turut)
Formulir recall Kurang : < 20% total energyCukup : ≥ 20% total energy ( WKNPG,2004)
Ordinal
8 Tingkat pendidikan
Wawancara Kuisioner (IR 6)
1 : rendah : ≤ tamat SMP
Ordinal
18
2 : tinggi : ≥ tamat SMA
(Program wajib belajar 9 tahun)
9 Pendapatan Wawancara Kuisioner (B10) 1 : rendah, jika pendapatan responden ≤ UMR2 : tinggi, jika pendapatan respnden ≥ UMR
Ordinal
10 Pengetahuan gizi
Wawancara Kuisioner (A1-A14)
1 : kurang, jika < 80%2 : baik, jika ≥ 80% (Khomsan, 2000)
Ordinal
19
BAB IV
METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Baseline data dilaksanakan pada tanggal 9-21 Nopember 2015
bertempat di desa Ringinpitu kecamatan Pelemahan kabupaten Kediri.
4.2 Alat danBahan
Alatdan bahan yang digunakan dalam baseline data ini adalah :
1) Form Recall
2) Data Demografidesa
3) Form informed consent
4) DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan), DKGA (Daftar Kecukupan
Gizi Anak), Food Processor, Daftar Konversi Bahan Makanan dari matang
kementah dalam satuan gram, dan Daftar Konversi Penyerapan minyak.
5) Antropometri WHO 2010 untuk penentuan status gizi menurut BB/U,
TB/U, BB/TB.
6) URT (Ukuran Rumah Tangga)
4.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data.
Jenis data yang dikumpulkan adalah yang berhubungan dengan masalah
kesehatan dan gizi baik secara langsung maupun tidak langsung data yang
dikumpulkanmeliputi:
1) Data monografi desa yang menggambarkan tentang keadaan umum desa
2) Identitas keluarga dan data perumahan dan sanitasi lingkungan
3) Data sosial ekonomi, pola makan dan pantangan pada keluarga
4) Data riwayat ibu balita, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu balita, data
pola makan balita, dan status gizi balita.
5) Data kader posyandu tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan kader.
20
DAFTAR PUSTAKA
Almatsir,S. (2001), Prinsip dasar ilmu gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arlinda,S. (2004). Kompilasi Statistik kesehatan, Medan : Bagian Ilmu kesehatan
masyarakat / ilmu kedoktewran komunitas/ Arisman. (2004). Buku ajar
ilmu gizi ; Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC
Aritonang, I. (1996). Pemantauan pertumbuhan balita. Petunjuk praktis menilai
status gizi dan kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Baliwati, Y, dkk. (2004), Pengantar pangan dan gizi. Jakarta : penebar swadaya
Khomsan,A (2004). Peran pangan dan gizi untuk kualitas hidup.
Jakarta :PT.Grasido
Notoadmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pudjiati, S. (2000). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Sjahmien, M. (1988). Pemeliharaan gizi bayi dan balita. Jakarta: Brata.
Suharjo, (1996). Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Supariasa, I. D. dkk. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
21