BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf ·...

83

Transcript of BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf ·...

Page 1: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan
Page 2: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

BASELINE SURVEY KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT

DI TAMAN WISATA PERAIRAN GILI MATRA

COREMAP - CTIPusat Penelitian Oseanografi

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

LIPI

Page 3: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

vii

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah tak

ternilai yang diberikan pada bangsa Indonesia berupa sumberdaya laut yang sangat kaya,

hendaknya diikuti rasa tanggung jawab yang besar untuk menjaga sumberdaya tersebut agar

kelestariannya terjaga untuk kemakmuran rakyat. Dalam dekade belakangan ini kondisi

ekosistem laut dibanyak daerah di Indonesia ini terusik dan rusak. Tidak terkecuali

ekosistem laut dangkal yang berada di perairan Kabupaten Lombok Barat. Eksploitasi

berlebihan akan selalu berdampak buruk bagi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya.

Untuk menanggulangi masalah tersebut Pemerintah Indonesia menjalankan sebuah

program bernama COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program).

Program yang direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 fase ini

dirancang untuk menyelamatkan terumbu karang di Indonesia yang saat ini kondisinya sudah

terancam akibat praktek praktek yang tidak bertanggung jawab. Fase III Program COREMAP

yang diberi nama COREMAP-CTI ini bertujuan menciptakan pengelolaan ekosistem terumbu

karang dan ekosistem terkait seperti ekosistem lamun dan ekosistem mangrove untuk dapat

direhabilitasi, diproteksi dan dikelola secara berkesinambungan. Hasil akhirnya tidak lain

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang hidup di wilayah tersebut.

Laporan ini merupakan hasil penelitian studi awal Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang

dan Ekosistem terkait lainnya di perairan Taman Wisata Perairan Gili Matra untuk bidang

ekologi yang dilaksanakan pada tahun 2014. Terlaksananya kegiatan dan laporan ini

melibatkan berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

sudah terlibat dalam penelitian ini serta sumbangan pikiran dan tenaga demi tersusunnya

laporan ini.

Page 4: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

i

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

vii

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah tak

ternilai yang diberikan pada bangsa Indonesia berupa sumberdaya laut yang sangat kaya,

hendaknya diikuti rasa tanggung jawab yang besar untuk menjaga sumberdaya tersebut agar

kelestariannya terjaga untuk kemakmuran rakyat. Dalam dekade belakangan ini kondisi

ekosistem laut dibanyak daerah di Indonesia ini terusik dan rusak. Tidak terkecuali

ekosistem laut dangkal yang berada di perairan Kabupaten Lombok Barat. Eksploitasi

berlebihan akan selalu berdampak buruk bagi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya.

Untuk menanggulangi masalah tersebut Pemerintah Indonesia menjalankan sebuah

program bernama COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program).

Program yang direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 fase ini

dirancang untuk menyelamatkan terumbu karang di Indonesia yang saat ini kondisinya sudah

terancam akibat praktek praktek yang tidak bertanggung jawab. Fase III Program COREMAP

yang diberi nama COREMAP-CTI ini bertujuan menciptakan pengelolaan ekosistem terumbu

karang dan ekosistem terkait seperti ekosistem lamun dan ekosistem mangrove untuk dapat

direhabilitasi, diproteksi dan dikelola secara berkesinambungan. Hasil akhirnya tidak lain

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang hidup di wilayah tersebut.

Laporan ini merupakan hasil penelitian studi awal Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang

dan Ekosistem terkait lainnya di perairan Taman Wisata Perairan Gili Matra untuk bidang

ekologi yang dilaksanakan pada tahun 2014. Terlaksananya kegiatan dan laporan ini

melibatkan berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

sudah terlibat dalam penelitian ini serta sumbangan pikiran dan tenaga demi tersusunnya

laporan ini.

Page 5: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

xiii

ABSTRAK

Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra mempunyai

luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan sisanya berupa

wilayah perairan laut. Taman Wisata Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan

Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan

Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang

mayoritas berasal dari mancanegara. Besarnya ketergantungan masyarakat terhadap

ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata perlu diimbangi dengan kesadaran yang

besar akan arti pentingnya ekosistem di wilayah perairan tersebut. Oleh karena itu, informasi

mengenai ekosistem tersebut sangat diperlukan bagi penentu kebijakan didalam mengelola

wilayahnya. Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui kondisi ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait seperti ekosistem lamun (seagrass) dan mangrove,

yang hasil penelitiannya sebagai data dasar dalam COREMAP-CTI Fase III. Metode yang

digunakan pada penelitian ini yaitu untuk penilaian kondisi terumbu karang menggunakan

Underwater Photo Transcect (UPT), UVC (Underwater Visual Census) untuk mengetahui

kelimpahan ikan karang, reef check untuk mengetahui kelimpahan megabentos, transek

kuadrat untuk menilai kondisi lamun serta transek kuadrat dan hemispherical photography

untuk menilai kondisi mangrove, serta keseluruhan informasi tersebut disajikan secara spasial

(keruangan) melalui SIG (Sistem Informasi Geografi). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa kondisi karang di perairan Gili Matra dalam kondisi kurang baik dengan

rata-rata persentasi tutupan karang hidup sebesar 24,48%. Tercatat sebanyak jumpai 109 jenis

karang batu yang merupakan anggota dari 44 marga dari 14 famili. Teridentifikasi sebanyak

27 jenis ikan kepe kepe dengan kelimpahan sebesar 1643 individu/ha. Sedangkan untuk ikan

target tercatat sebanyak 45 jenis dari 6 suku dengan total biomasa sebesar 109.69 kg/ha.

Pengamatan megabentos mendapatkan sebanyak 220 individu megabenthos target. Sementara

untuk lamun tercatat 6 jenis lamun. Dua jenis lamun yang memiliki kehadiran 100% yaitu

Thalassia hemrpichii dan Cymodocea rotundata. Komunitas mangrove hanya dijumpai di P.

Gili Trawangan dan Gili Meno. Persentase tutupan mangrove secara keseluruhan berkisar

antara 49.02 ± 21.19% di MGM12 Gili Meno dan paling tinggi 70.49 ± 4.24% di stasiun

MGM22 Gili Trawangan. Habitat laut dangkal yang berhasil dipetakan dari citra satelit

Landsat 8 terdiri dari empat kelas yaitu karang, pasir, lamun serta substrat campuran. Lamun

sulit dipetakan karena tutupannya sangat jarang

Page 6: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

iii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

xiii

ABSTRAK

Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra mempunyai

luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan sisanya berupa

wilayah perairan laut. Taman Wisata Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan

Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan

Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang

mayoritas berasal dari mancanegara. Besarnya ketergantungan masyarakat terhadap

ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata perlu diimbangi dengan kesadaran yang

besar akan arti pentingnya ekosistem di wilayah perairan tersebut. Oleh karena itu, informasi

mengenai ekosistem tersebut sangat diperlukan bagi penentu kebijakan didalam mengelola

wilayahnya. Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengetahui kondisi ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait seperti ekosistem lamun (seagrass) dan mangrove,

yang hasil penelitiannya sebagai data dasar dalam COREMAP-CTI Fase III. Metode yang

digunakan pada penelitian ini yaitu untuk penilaian kondisi terumbu karang menggunakan

Underwater Photo Transcect (UPT), UVC (Underwater Visual Census) untuk mengetahui

kelimpahan ikan karang, reef check untuk mengetahui kelimpahan megabentos, transek

kuadrat untuk menilai kondisi lamun serta transek kuadrat dan hemispherical photography

untuk menilai kondisi mangrove, serta keseluruhan informasi tersebut disajikan secara spasial

(keruangan) melalui SIG (Sistem Informasi Geografi). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa kondisi karang di perairan Gili Matra dalam kondisi kurang baik dengan

rata-rata persentasi tutupan karang hidup sebesar 24,48%. Tercatat sebanyak jumpai 109 jenis

karang batu yang merupakan anggota dari 44 marga dari 14 famili. Teridentifikasi sebanyak

27 jenis ikan kepe kepe dengan kelimpahan sebesar 1643 individu/ha. Sedangkan untuk ikan

target tercatat sebanyak 45 jenis dari 6 suku dengan total biomasa sebesar 109.69 kg/ha.

Pengamatan megabentos mendapatkan sebanyak 220 individu megabenthos target. Sementara

untuk lamun tercatat 6 jenis lamun. Dua jenis lamun yang memiliki kehadiran 100% yaitu

Thalassia hemrpichii dan Cymodocea rotundata. Komunitas mangrove hanya dijumpai di P.

Gili Trawangan dan Gili Meno. Persentase tutupan mangrove secara keseluruhan berkisar

antara 49.02 ± 21.19% di MGM12 Gili Meno dan paling tinggi 70.49 ± 4.24% di stasiun

MGM22 Gili Trawangan. Habitat laut dangkal yang berhasil dipetakan dari citra satelit

Landsat 8 terdiri dari empat kelas yaitu karang, pasir, lamun serta substrat campuran. Lamun

sulit dipetakan karena tutupannya sangat jarang

Page 7: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

xiv

ABSTRACT

Gili Matra which consists of three small islands name Gili Meno, Air, Trawangan is a

marine tourism park area located in North Lombok Regency, West Nusa Tenggara. This area

covered of 2.954 Ha which consist of land (665 Ha) and the rest is marine water areas. Gili

Matra is tourist destination area which majority come from all over the world. Dependency of

community on their ecosystem must be followed by awareness of their ecosystems in their

areas since tourism sector has been the main livelihood of the people in Gili Matra. For that

reason, information regarding the important of those ecosystems is urgency for the efforts of

sustainable management in those areas. A baseline study for COREMAP CTI on coral reefs

and its related ecosystems such as seagrass and mangrove was conducted to understand

condition of these ecosystems. The result of the study will be used as a data base in

COREMAP-CTI Fase III. The method used for data collection were Underwater Photo

Transcect (UPT) for coral reefs condition, underwater visual census (UVC) for evaluating

reef fishes abundance, reef check for evaluating megabenthos abundance, quadrat transect for

examining seagrass and quadrat transect and slso using hemispherical photography for

mangrove conditions. Data obtained will be presented as spatial distribution of the

ecosystems by applying Geographic Information System (GIS). Result indicated that coral

condition was not in in a good condition with percentage of live coral cover 24,48 %. It was

recorded 109 species of hard coral belong to 44 genera and 14 families. The diversity of fish

indicators, which serve as indicators of coral health was 27 species with total abundance was

1643 individual/ha. While for target fishes (6 families) was recorded 45 species with their

biomass was 109.69 kg/ha. Overall 220 individual of megabenthos wich is noted as a target

species. While seagrass found 6 species from 9 stations observed which 2 species Thalassia

hemrpichii and Cymodocea rotundata have 100% occurance. Mangrove community only be

found in two island Gili Meno and Gili Trawangan with the cover percentage range from

49.02 ± 21.19% in MGM12 Gili Meno to 70.49 ± 4.24% in station MGM22 Gili Trawangan.

Spatial distribution of shallow water habitats was visualized as thematic map. Shallow water

habitats that have been successfully mapped by using satelite imagery of Landsat 8 which

classified four classes i.e. coral reefs, sand, seagrass and mix subtrate. While, seagrasses were

difficult to be mapped since its distribution was very scanty.

Page 8: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

v

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

xiv

ABSTRACT

Gili Matra which consists of three small islands name Gili Meno, Air, Trawangan is a

marine tourism park area located in North Lombok Regency, West Nusa Tenggara. This area

covered of 2.954 Ha which consist of land (665 Ha) and the rest is marine water areas. Gili

Matra is tourist destination area which majority come from all over the world. Dependency of

community on their ecosystem must be followed by awareness of their ecosystems in their

areas since tourism sector has been the main livelihood of the people in Gili Matra. For that

reason, information regarding the important of those ecosystems is urgency for the efforts of

sustainable management in those areas. A baseline study for COREMAP CTI on coral reefs

and its related ecosystems such as seagrass and mangrove was conducted to understand

condition of these ecosystems. The result of the study will be used as a data base in

COREMAP-CTI Fase III. The method used for data collection were Underwater Photo

Transcect (UPT) for coral reefs condition, underwater visual census (UVC) for evaluating

reef fishes abundance, reef check for evaluating megabenthos abundance, quadrat transect for

examining seagrass and quadrat transect and slso using hemispherical photography for

mangrove conditions. Data obtained will be presented as spatial distribution of the

ecosystems by applying Geographic Information System (GIS). Result indicated that coral

condition was not in in a good condition with percentage of live coral cover 24,48 %. It was

recorded 109 species of hard coral belong to 44 genera and 14 families. The diversity of fish

indicators, which serve as indicators of coral health was 27 species with total abundance was

1643 individual/ha. While for target fishes (6 families) was recorded 45 species with their

biomass was 109.69 kg/ha. Overall 220 individual of megabenthos wich is noted as a target

species. While seagrass found 6 species from 9 stations observed which 2 species Thalassia

hemrpichii and Cymodocea rotundata have 100% occurance. Mangrove community only be

found in two island Gili Meno and Gili Trawangan with the cover percentage range from

49.02 ± 21.19% in MGM12 Gili Meno to 70.49 ± 4.24% in station MGM22 Gili Trawangan.

Spatial distribution of shallow water habitats was visualized as thematic map. Shallow water

habitats that have been successfully mapped by using satelite imagery of Landsat 8 which

classified four classes i.e. coral reefs, sand, seagrass and mix subtrate. While, seagrasses were

difficult to be mapped since its distribution was very scanty.

Page 9: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN

Gili Matra mempunyai sumberdaya perairan yang cukup beragam dan kaya dengan

adanya ekosistem laut dangkal di wilayah perairan tersebut. Keanekaragaman ekosistem

pesisir dan laut yang dimiliki oleh Gili Matra merupakan sumberdaya yang harus

dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat terhadap ekosistem tersebut

terutama di bidang pariwisata. Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya

perkembangan pembangunan hampir disemua sektor di Nusa Tenggara Barat dan

khususnya di Mataram, Lombok, hal ini berdampak semakin banyaknya turis

mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke Gili Matra. Kondisi yang demikian

mengakibatkan tekanan yang besar terhadap perairan di wilayah tersebut. Tanpa upaya

pengelolaan yang baik dan terencana, sumberdaya ini akan lambat laun semakin

mengkhawatirkan kondisinya.

Sebagai lokasi baru dalam COREMAP-CTI, perlu dilakukan studi awal ekologi

(ecological baseline study) di wilayah periaran tersebut yang meliputi ekosistem terumbu

karang dan ekosistem tarkait lainnya seperti lamun dan mangrove. Studi ini dilakukan

pada lokasi lokasi tertentu dengan membuat transek permanen, sehingga kondisi

ekosistem laut dangkal ini dapat dimonitor di tahun tahun mendatang di lokasi yang sama.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait kainnya seperti ekosistem lamun dan ekosistem

mangrove dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data dasar dan data monitoring nantinya

dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan program COREMAP CTI

di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat dipakai sebagai acuan bagi pemangku

kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

B. METODE PEMANTAUAN YANG DIGUNAKAN

1. Peta Habitat Laut Dangkal

Pemetaan yang dilakukan Sistem Informasi Geografi menggunakan metode survei

ground truth dengan bantuan citra satelit LANDSAT 8 path/row 116/66 perekaman 6

Mei 2014 yakni mendiskripsi secara visual jenis substrat dasar perairan meliputi

komposisi persentase material penyusun pada bentangan 15 m x 15 m, sedangkan

posisi geografis dicatat menggunakan GPS dalam format derajad, desimal berdasar

Page 10: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

vii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN

Gili Matra mempunyai sumberdaya perairan yang cukup beragam dan kaya dengan

adanya ekosistem laut dangkal di wilayah perairan tersebut. Keanekaragaman ekosistem

pesisir dan laut yang dimiliki oleh Gili Matra merupakan sumberdaya yang harus

dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat terhadap ekosistem tersebut

terutama di bidang pariwisata. Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya

perkembangan pembangunan hampir disemua sektor di Nusa Tenggara Barat dan

khususnya di Mataram, Lombok, hal ini berdampak semakin banyaknya turis

mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke Gili Matra. Kondisi yang demikian

mengakibatkan tekanan yang besar terhadap perairan di wilayah tersebut. Tanpa upaya

pengelolaan yang baik dan terencana, sumberdaya ini akan lambat laun semakin

mengkhawatirkan kondisinya.

Sebagai lokasi baru dalam COREMAP-CTI, perlu dilakukan studi awal ekologi

(ecological baseline study) di wilayah periaran tersebut yang meliputi ekosistem terumbu

karang dan ekosistem tarkait lainnya seperti lamun dan mangrove. Studi ini dilakukan

pada lokasi lokasi tertentu dengan membuat transek permanen, sehingga kondisi

ekosistem laut dangkal ini dapat dimonitor di tahun tahun mendatang di lokasi yang sama.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait kainnya seperti ekosistem lamun dan ekosistem

mangrove dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data dasar dan data monitoring nantinya

dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan program COREMAP CTI

di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat dipakai sebagai acuan bagi pemangku

kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

B. METODE PEMANTAUAN YANG DIGUNAKAN

1. Peta Habitat Laut Dangkal

Pemetaan yang dilakukan Sistem Informasi Geografi menggunakan metode survei

ground truth dengan bantuan citra satelit LANDSAT 8 path/row 116/66 perekaman 6

Mei 2014 yakni mendiskripsi secara visual jenis substrat dasar perairan meliputi

komposisi persentase material penyusun pada bentangan 15 m x 15 m, sedangkan

posisi geografis dicatat menggunakan GPS dalam format derajad, desimal berdasar

Page 11: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

viii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

ii

datum WGS 84. Penajaman citra dilakukan untuk mengurangi pengaruh gangguan

kolom air, sehingga objek dasar perairan dangkal dapat terlihat lebih jelas. Survei

lapangan digunakan untuk mengetahui kenampakan sebenarnya dilapangan yang

terekam oleh citra satelit. Pengambilan titik pengamatan dilakukan secara sistematis

dengan membuat jalur transek mulai dari garis pantai hingga ujung terumbu atau

tubir. Pengamatan dilakukan menggunakan teknik snorkeling serta berhenti sejenak

untuk mencatat ketika terjadi perubahan kenampakan didasar perairan. Setiap titik

pengamatan dicatat lokasinya menggunakan alat receiver GPS. Analisis dilakukan

dengan menggunakan Object Base Image Analysis (OBIA).

2. Karang

Metode yang digunakan untuk penelitian karang adalah Underwater Photo Transect

(UPT) dengan ukuran frame 58x44 cm2. Pemotretan dilakukan dengan interval jarak

1 m di sepanjang garis transek . Penelitian dilakukan di 8 satsiun penelitian sesuai

dengan lokasi milik UPT KKP. Pada setiap stasiun pengamatan, dibuat permanen

transek dengan posisi yang tercatat di GPS. Analisis Foto dengan menggunakan

CPCe. Teknik analisis dengan pemilihan sampel titik acak 30 titik .

3. Ikan Karang

Metode sensus visual bawah air (UVC) digunakan untuk pengumpulan data jenis

ikan dan jumlah individu ikan. Pemantauan dilakukan di garis transek yang sama

dengan kegiatan penelitian karang, agar sekaligus mendapatkan data bentik yang

menggambarkan habitatnya. Pengamatan dilakukan disepanjang garis transek dimana

ikan-ikan yang ada pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan kanan garis transek sepanjang

70 m dicatat jenisnya beserta jumlah individunya. Luas bidang yang teramati per

transeknya yaitu (5 m x 70 m ) = 350 m2. Unit analisis mencakup kelompok ikan

indikator (Chetodontidae) dan kelompok ikan target yang mempunyai nilai ekonomis

dan ikan yang terancam punah.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

iii

Selanjutnya dari data ini dilakukan pengolahan dan analisa data yang meliputi:

a. Keanekaragaman jenis

Keanekaragaman jenis adalah total dari spesies ikan karang yang diamati

selama monitoring di suatu lokasi ekosistem terumbu karang.

b. Densitas

Densitas (D) adalah jumlah individu seluruh spesies ikan karang per luas area

pengamatan.

22 /

350:arg,

mindividuXm

familisetiapettikanindikatorikanindividuD

c. Hubungan panjang-berat

Hubungan panjang berat adalah berat individu ikan target (W) sama dengan

indeks spesifik spesies (a) dikalikan dengan estimasi panjang total dipangkat

indeks spesifik spesies (b). Indeks spesifik spesies (a,b) dan panjang ikan

disubsitusikan ke rumus panjang berat bLxaW untuk mendapatkan data

berat ikan (gram/kg). Nilai “a” dan “b” dapat dicari di situs web “fishbase”

untuk setiap jenis ikan target Froese & Pauly (2014).

d. Biomasa (Sediaan ikan per luasan sensus)

Sediaan ikan dalam satuan biomassa (B) adalah berat individu ikan target (W)

per luas area pengamatan.

2350)(

mfamilisetiaptotalWB

Data jumlah jenis dan kelimpahan individu ikan karang yang diambil secara

periodik akan dibandingkan dengan data awal (baseline data) dan juga tahun-

tahun sebelumnya

4. Megabentos.

Metode yang digunakan Reef Check Bentos, Belt Transect dengan luas

pengamatan 140 m2. Transek disinkronisasikan dengan transek untuk pengamatan /

monitoring karang dan ikan pada sebuah transek permanen. Analisa data digunakan

untuk melihat kelimpahan mega bentos di lokasi yang diamati.

5. Lamun

Untuk penelitian lamun digunakan metode transek kuadrat dengan ukuran 50 cm x

50 cm. Stasiun pengamatan mengikuti stasiun lamun yang sudah pernah dilakukan

Page 12: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

ix

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

ii

datum WGS 84. Penajaman citra dilakukan untuk mengurangi pengaruh gangguan

kolom air, sehingga objek dasar perairan dangkal dapat terlihat lebih jelas. Survei

lapangan digunakan untuk mengetahui kenampakan sebenarnya dilapangan yang

terekam oleh citra satelit. Pengambilan titik pengamatan dilakukan secara sistematis

dengan membuat jalur transek mulai dari garis pantai hingga ujung terumbu atau

tubir. Pengamatan dilakukan menggunakan teknik snorkeling serta berhenti sejenak

untuk mencatat ketika terjadi perubahan kenampakan didasar perairan. Setiap titik

pengamatan dicatat lokasinya menggunakan alat receiver GPS. Analisis dilakukan

dengan menggunakan Object Base Image Analysis (OBIA).

2. Karang

Metode yang digunakan untuk penelitian karang adalah Underwater Photo Transect

(UPT) dengan ukuran frame 58x44 cm2. Pemotretan dilakukan dengan interval jarak

1 m di sepanjang garis transek . Penelitian dilakukan di 8 satsiun penelitian sesuai

dengan lokasi milik UPT KKP. Pada setiap stasiun pengamatan, dibuat permanen

transek dengan posisi yang tercatat di GPS. Analisis Foto dengan menggunakan

CPCe. Teknik analisis dengan pemilihan sampel titik acak 30 titik .

3. Ikan Karang

Metode sensus visual bawah air (UVC) digunakan untuk pengumpulan data jenis

ikan dan jumlah individu ikan. Pemantauan dilakukan di garis transek yang sama

dengan kegiatan penelitian karang, agar sekaligus mendapatkan data bentik yang

menggambarkan habitatnya. Pengamatan dilakukan disepanjang garis transek dimana

ikan-ikan yang ada pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan kanan garis transek sepanjang

70 m dicatat jenisnya beserta jumlah individunya. Luas bidang yang teramati per

transeknya yaitu (5 m x 70 m ) = 350 m2. Unit analisis mencakup kelompok ikan

indikator (Chetodontidae) dan kelompok ikan target yang mempunyai nilai ekonomis

dan ikan yang terancam punah.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

iii

Selanjutnya dari data ini dilakukan pengolahan dan analisa data yang meliputi:

a. Keanekaragaman jenis

Keanekaragaman jenis adalah total dari spesies ikan karang yang diamati

selama monitoring di suatu lokasi ekosistem terumbu karang.

b. Densitas

Densitas (D) adalah jumlah individu seluruh spesies ikan karang per luas area

pengamatan.

22 /

350:arg,

mindividuXm

familisetiapettikanindikatorikanindividuD

c. Hubungan panjang-berat

Hubungan panjang berat adalah berat individu ikan target (W) sama dengan

indeks spesifik spesies (a) dikalikan dengan estimasi panjang total dipangkat

indeks spesifik spesies (b). Indeks spesifik spesies (a,b) dan panjang ikan

disubsitusikan ke rumus panjang berat bLxaW untuk mendapatkan data

berat ikan (gram/kg). Nilai “a” dan “b” dapat dicari di situs web “fishbase”

untuk setiap jenis ikan target Froese & Pauly (2014).

d. Biomasa (Sediaan ikan per luasan sensus)

Sediaan ikan dalam satuan biomassa (B) adalah berat individu ikan target (W)

per luas area pengamatan.

2350)(

mfamilisetiaptotalWB

Data jumlah jenis dan kelimpahan individu ikan karang yang diambil secara

periodik akan dibandingkan dengan data awal (baseline data) dan juga tahun-

tahun sebelumnya

4. Megabentos.

Metode yang digunakan Reef Check Bentos, Belt Transect dengan luas

pengamatan 140 m2. Transek disinkronisasikan dengan transek untuk pengamatan /

monitoring karang dan ikan pada sebuah transek permanen. Analisa data digunakan

untuk melihat kelimpahan mega bentos di lokasi yang diamati.

5. Lamun

Untuk penelitian lamun digunakan metode transek kuadrat dengan ukuran 50 cm x

50 cm. Stasiun pengamatan mengikuti stasiun lamun yang sudah pernah dilakukan

Page 13: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

x

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

iv

oleh Satker UPT KKP. Data yang dicatat adalah komposisi jenis dan penutupan

(percent cover). Pengolahan dan Analisis Data diolah dengan menggunakan perangkat

lunak Microsoft Excel 2010

6. Mangrove

Metodologi yang digunakan dalam penelitian mangrove adalah metode line transek

kuadrat dan hemispherical photography. Data dianalisa dengan ANOVA.

C. HASIL

Berdasarkan hasil analisis citra dan dibantu dengan uji/cek lapangan, dapat dibuat

peta habitat perairan dangkal dan mangrove. Habitat perairan dangkal yang diperoleh,

terdiri atas 4 kelas seperti yang disajikan di bawah ini:

Persentase tutupan karang keras terbanyak di Gili Meno (ST 7), yaitu 46,33 % dan di

sisi Barat Gili Trawangan (ST 5) sebesar 40,53%. Sedangkan persentase tutupan terendah

terdapat di sisi selatan Gili Air (ST 2) yaitu 7.73 % dan didominasi oleh campuran

pecahan karang dan pasir sebesar 75,87 %. Tercatat sebanyak 109 jenis karang batu yang

merupakan anggota dari 44 marga dari 14 famili. Secara keseluruhan, rata-rata

pertumbuhan karang di perairan Gili Matra adalah 24,48 %, termasuk dalam kategori

kurang baik.

Pengamatan terhadap ikan karang dari kategori ikan indikator mendata sebanyak 27

jenis ikan kepe kepe dijumpai dalam lokasi pengamatan. Jenis Chaetodon klenii,

Chaetodon baronessa, Chaetodon trifascialis cukup dominan dalam pengamatan dan

menempati urutan tertinggi dalam jumlah individu. Stasiun TKGM 05, TKGM 04 dan

TKGM 06 di Gili Trawangan dan TKGM 08 di Gili Meno memiliki keragaman jenis dan

jumlah individual ikan indikator yang relatif tinggi dibanding stasiun lain di Gili Air.

Habitat Luas (Ha)

Karang 227.6516

Pasir 109.4197

Lamun 116.8168

Substrat campuran: terdiri dari pasir, spot karang hidup dan karang mati, pecahan dan bongkah karang

176.7448

Mangrove 8.244

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

v

Keragaman dan komposisi ikan target mencatat sebanyak 84 spesies dan 16 suku ikan

target. Akan tetapi khusus untuk ikan target yang telah disepakati sebagai objek penelitian

di wiayah COREMAP tercatat sebanyak 45 jenis ikan target dari 6 suku. Pada Stasiun

TKGM 03, Gili Air, ikan target hadir dalam jumlah jenis yang paling rendah (6 spesies).

Kehadiran ikan target yang tertinggi adalah pada stasiun TKGM 08 Gili Meno, yaitu 23

spesies.

Pada pengamatan di seluruh stasiun didapatkan sebanyak 220 individu megabenthos

target. Dari delapan stasiun yang diamati, enam dari tujuh spesies atau kelompok spesies

megabenthos target berhasil ditemukan di wilayah perairan Gili Matra. Terdapat dua

spesies atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah yang

mendominasi. Kedua spesies atau kelompok spesies megabenthos tersebut yaitu bulu babi

/ echinoids dan siput pemakan polip karang / Drupella spp.

Enam jenis lamun tercatat pada transek monitoring lamun di sembilan stasiun. Dua

jenis lamun yang memiliki kehadiran 100% yaitu Thalassia hemrpichii dan Cymodocea

rotundata. Sedangkan, jenis lainnya hanya terdapat pada beberapa stasiun saja. Di sisi

lain, E. acoroides yang umumnya ditemukan di berbagai perairan Indonesia, jarang

terlihat di Gili Matra, kemungkinan jenis substrat pasir rubble dan sedikitnya material

lumpur, substrat terbaik untuk pertumbuhan E. acoroides, menjadi faktor penyebab

kelimpahan yang sangat rendah.

Komunitas mangrove hanya dijumpai di P. Gili Trawangan dan Gili Meno. Persentase

tutupan mangrove secara keseluruhan di TWP Gili Matra berkisar antara 49.02 ± 21.19%

MGM12 Pulau Gili Meno dan paling tinggi 70.49 ± 4.24% di stasiun MGM22 Gili

Trawangan.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan,

yaitu:

1. Sebaran habitat laut dangkal yang berhasil dipetakan dari data citra satelit Landsat 8

yaitu karang, makroalgae, serta substrat terbuka. Untuk ekosistem Lamun sulit untuk

dipetakan karena tutupannya sangat jarang. Dalam komponen substrat campuran,

sebenarnya masih ada komponen karang, tetapi dalam jumlah kecil.

Page 14: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xi

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

iv

oleh Satker UPT KKP. Data yang dicatat adalah komposisi jenis dan penutupan

(percent cover). Pengolahan dan Analisis Data diolah dengan menggunakan perangkat

lunak Microsoft Excel 2010

6. Mangrove

Metodologi yang digunakan dalam penelitian mangrove adalah metode line transek

kuadrat dan hemispherical photography. Data dianalisa dengan ANOVA.

C. HASIL

Berdasarkan hasil analisis citra dan dibantu dengan uji/cek lapangan, dapat dibuat

peta habitat perairan dangkal dan mangrove. Habitat perairan dangkal yang diperoleh,

terdiri atas 4 kelas seperti yang disajikan di bawah ini:

Persentase tutupan karang keras terbanyak di Gili Meno (ST 7), yaitu 46,33 % dan di

sisi Barat Gili Trawangan (ST 5) sebesar 40,53%. Sedangkan persentase tutupan terendah

terdapat di sisi selatan Gili Air (ST 2) yaitu 7.73 % dan didominasi oleh campuran

pecahan karang dan pasir sebesar 75,87 %. Tercatat sebanyak 109 jenis karang batu yang

merupakan anggota dari 44 marga dari 14 famili. Secara keseluruhan, rata-rata

pertumbuhan karang di perairan Gili Matra adalah 24,48 %, termasuk dalam kategori

kurang baik.

Pengamatan terhadap ikan karang dari kategori ikan indikator mendata sebanyak 27

jenis ikan kepe kepe dijumpai dalam lokasi pengamatan. Jenis Chaetodon klenii,

Chaetodon baronessa, Chaetodon trifascialis cukup dominan dalam pengamatan dan

menempati urutan tertinggi dalam jumlah individu. Stasiun TKGM 05, TKGM 04 dan

TKGM 06 di Gili Trawangan dan TKGM 08 di Gili Meno memiliki keragaman jenis dan

jumlah individual ikan indikator yang relatif tinggi dibanding stasiun lain di Gili Air.

Habitat Luas (Ha)

Karang 227.6516

Pasir 109.4197

Lamun 116.8168

Substrat campuran: terdiri dari pasir, spot karang hidup dan karang mati, pecahan dan bongkah karang

176.7448

Mangrove 8.244

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

v

Keragaman dan komposisi ikan target mencatat sebanyak 84 spesies dan 16 suku ikan

target. Akan tetapi khusus untuk ikan target yang telah disepakati sebagai objek penelitian

di wiayah COREMAP tercatat sebanyak 45 jenis ikan target dari 6 suku. Pada Stasiun

TKGM 03, Gili Air, ikan target hadir dalam jumlah jenis yang paling rendah (6 spesies).

Kehadiran ikan target yang tertinggi adalah pada stasiun TKGM 08 Gili Meno, yaitu 23

spesies.

Pada pengamatan di seluruh stasiun didapatkan sebanyak 220 individu megabenthos

target. Dari delapan stasiun yang diamati, enam dari tujuh spesies atau kelompok spesies

megabenthos target berhasil ditemukan di wilayah perairan Gili Matra. Terdapat dua

spesies atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah yang

mendominasi. Kedua spesies atau kelompok spesies megabenthos tersebut yaitu bulu babi

/ echinoids dan siput pemakan polip karang / Drupella spp.

Enam jenis lamun tercatat pada transek monitoring lamun di sembilan stasiun. Dua

jenis lamun yang memiliki kehadiran 100% yaitu Thalassia hemrpichii dan Cymodocea

rotundata. Sedangkan, jenis lainnya hanya terdapat pada beberapa stasiun saja. Di sisi

lain, E. acoroides yang umumnya ditemukan di berbagai perairan Indonesia, jarang

terlihat di Gili Matra, kemungkinan jenis substrat pasir rubble dan sedikitnya material

lumpur, substrat terbaik untuk pertumbuhan E. acoroides, menjadi faktor penyebab

kelimpahan yang sangat rendah.

Komunitas mangrove hanya dijumpai di P. Gili Trawangan dan Gili Meno. Persentase

tutupan mangrove secara keseluruhan di TWP Gili Matra berkisar antara 49.02 ± 21.19%

MGM12 Pulau Gili Meno dan paling tinggi 70.49 ± 4.24% di stasiun MGM22 Gili

Trawangan.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan,

yaitu:

1. Sebaran habitat laut dangkal yang berhasil dipetakan dari data citra satelit Landsat 8

yaitu karang, makroalgae, serta substrat terbuka. Untuk ekosistem Lamun sulit untuk

dipetakan karena tutupannya sangat jarang. Dalam komponen substrat campuran,

sebenarnya masih ada komponen karang, tetapi dalam jumlah kecil.

Page 15: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

vi

2. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di perairan Gili Matra adalah 24,48

%, termasuk dalam kategori kurang baik. Akan tetapi dengan jernihnya perairan,

aliran arus dan nutrisi, diharapkan pertumbuhan karang akan meningkat.

3. Kehadiran ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) sebanyak 27 jenis di Gili Matra masuk

dalam kategori tinggi (> 25 jenis). Jumlah jenis ikan target utama dari 6 suku yang

tercatat selama penelitian di 8 stasiun penelitian sebanyak 45 jenis. Sediaan ikan

karang untuk kategori target utama dari 6 suku adalah 0.391 ton per hektar dan

tergolong rentan pada penangkapan berlebih.

4. Megabenthos di perairan TWA Gili Matra dalam kondisi cukup beragam. Beberapa

biota ekonomis penting masih dapat ditemukan walau dalam jumlah tidak terlalu

banyak. Sebaliknya, biota pemangsa polip karang ditemukan dalam jumlah yang

cukup besar sehingga patut diwaspadai.

5. Penutupan jenis T. hemprichii dan C. rotundata terlihat mendominasi pada hampir

seluruh stasiun. Di perairan Indonesia, kehadiran T. hemprichii tercatat di bebagai

karakteristik substrat seperti pasir berlumpur, pasir, rubble atau karang, serta

lingkungan yang berenergi gelombang yang tinggi. Di Indonesia, jenis C. rotundata

cukup melimpah dan umumnya ditemukan di daerah yang berpasir.

6. Kawasan konservasi TWP. Gili Matra memiliki ekosistem mangrove dalam kategori

kurang baik (jarang) sampai sedang. Untuk kawasan Pulau Gili Meno jenis Avicennia

marina cukup mendominasi Kawasan hutan mangrove di Pulau Gili Trawangan

tergolong kurang baik, didominasi oleh jenis Excoecaria agallocha dan Lumnitzera

racemosa

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

viii

Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna walaupun kami

telah berusaha sebaik mungkin. Kami berharap informasi yang disajikan ini dapat dijadikan

sebagai acuan bagi berbagai pihak yang memerlukan. Untuk itu kritik dan saran membangun

sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Jakarta, Desember 2014

Koordinator CRITC-CTI LIPI

Drs. Susetiono, MSc

Page 16: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xiii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

vi

2. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di perairan Gili Matra adalah 24,48

%, termasuk dalam kategori kurang baik. Akan tetapi dengan jernihnya perairan,

aliran arus dan nutrisi, diharapkan pertumbuhan karang akan meningkat.

3. Kehadiran ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) sebanyak 27 jenis di Gili Matra masuk

dalam kategori tinggi (> 25 jenis). Jumlah jenis ikan target utama dari 6 suku yang

tercatat selama penelitian di 8 stasiun penelitian sebanyak 45 jenis. Sediaan ikan

karang untuk kategori target utama dari 6 suku adalah 0.391 ton per hektar dan

tergolong rentan pada penangkapan berlebih.

4. Megabenthos di perairan TWA Gili Matra dalam kondisi cukup beragam. Beberapa

biota ekonomis penting masih dapat ditemukan walau dalam jumlah tidak terlalu

banyak. Sebaliknya, biota pemangsa polip karang ditemukan dalam jumlah yang

cukup besar sehingga patut diwaspadai.

5. Penutupan jenis T. hemprichii dan C. rotundata terlihat mendominasi pada hampir

seluruh stasiun. Di perairan Indonesia, kehadiran T. hemprichii tercatat di bebagai

karakteristik substrat seperti pasir berlumpur, pasir, rubble atau karang, serta

lingkungan yang berenergi gelombang yang tinggi. Di Indonesia, jenis C. rotundata

cukup melimpah dan umumnya ditemukan di daerah yang berpasir.

6. Kawasan konservasi TWP. Gili Matra memiliki ekosistem mangrove dalam kategori

kurang baik (jarang) sampai sedang. Untuk kawasan Pulau Gili Meno jenis Avicennia

marina cukup mendominasi Kawasan hutan mangrove di Pulau Gili Trawangan

tergolong kurang baik, didominasi oleh jenis Excoecaria agallocha dan Lumnitzera

racemosa

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

viii

Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna walaupun kami

telah berusaha sebaik mungkin. Kami berharap informasi yang disajikan ini dapat dijadikan

sebagai acuan bagi berbagai pihak yang memerlukan. Untuk itu kritik dan saran membangun

sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Jakarta, Desember 2014

Koordinator CRITC-CTI LIPI

Drs. Susetiono, MSc

Page 17: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Page 18: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xv

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................................... iiiABSTRACT ........................................................................................................................ v RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................. viiA. PENDAHULUAN ....................................................................................................... viiB. METODE PEMANTAUAN YANG DIGUNAKAN ................................................. viiiC. HASIL ........................................................................................................................ xD. KESIMPULAN ........................................................................................................... xiDAFTAR ISI ....................................................................................................................... xvDAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xviiDAFTAR TABEL................................................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 11.1. Latar Belakang .......................................................................................... 11.2. Rumusan Permasalahan ............................................................................ 21.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian .................................................................. 21.4. Metodologi ............................................................................................... 2

1.4.1. Kerangka Berpikir ......................................................................... 21.4.2. Metode........................................................................................... 3

1.4.2.1. SistemInformasiGeografi ........................................... 31.4.2.2. Karang .......................................................................... 51.4.2.3. Ikan Karang .................................................................. 51.4.2.4. Megabentos .................................................................. 61.4.2.5. Lamun (Seagrass) ......................................................... 71.4.2.6. Mangrove ..................................................................... 9

1.5. Pelaksana Kegiatan ................................................................................... 9

BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 102.1. Sebaran Habitat Laut Dangkal dan Mangrove ......................................... 102.2. Kondisi Terumbu Karang ......................................................................... 13

2.2.1. Kekayaan Jenis Karang ................................................................. 132.2.2. Ikan Karang ................................................................................... 14

2.2.2.1. Ikan Target .................................................................... 142.2.2.1.1. Keragaman dan Komposisi Jenis Ikan Target .............. 142.2.2.1.2. Kepadatan dan Biomassa Ikan Target .......................... 172.2.2.2. Ikan Indikator ............................................................... 182.2.2.2.1. Keragaman Ikan Indikator............................................ 182.2.2.3. Komposisi Ikan Karang sebagai Faktor Resliensi Terumbu Karang ........................................................... 19

Page 19: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xvi

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

2.2.3. Megabenthos ................................................................................. 222.2.3.1. Komposisi Jenis Megabenthos ..................................... 23

2.3. Kondisi Lamun ......................................................................................... 272.3.1. Komunitas Lamun .......................................................................... 282.3.2. Kendala Monitoring........................................................................ 29

2.4. Kondisi Mangrove .................................................................................... 30 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 32

3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 323.2. Saran ...................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 34

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 40

Page 20: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xvii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan TWP Gili Matra, September 2014 .......... 3Gambar 2. Peta sebaran ground truth dalam penyusunan peta habitat perairan laut dangkal di lokasi penelitian .......................................................................... 5Gambar 3. Contoh interval pada transek kuadrat di padang lamun ............................... 7Gambar 4. Citra dasar perairan laut dangkal perairan Lombok sebelum dilakukan proses penajaman citra ................................................................................ 10Gambar5. Grafikbiplotnilailogaritmikpikselsaluran2(ban2)dan3(kiri),saluran 2 dan 4 (tengah) serta saluran 3 dan 4 (kanan) yang diperoleh dari dasar perairan bersubstrat pasir yang homogin ..................................................... 11Gambar 6. Citra dasar perairan laut dangkal perairan Lombok setelah dilakukan proses penajaman citra menggunakan algoritma Lyzenga .......................... 11Gambar 7. Peta habitat perairan laut dangkal dan mangrove kawasan Gili Matra, Kab. Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ................................................. 12Gambar 8. Persentase tutupan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang di perairan Gili Matra .................................................................................................... 13Gambar 9. Peta persentase tutupan karang hidup di stasiun monitoring perairan Gili Matra .................................................................................................... 13Gambar 10. Variasi jumlah jenis ikan target menurut lokasi stasiun penelitian ............. 14Gambar11. Grafikkomposisiikantargetmenurutjenis(atas)danpotensistok(bawah)

yang ditemukan pada stasiun penelitian. Suku yang tertulis dalam kotak merah (6 suku) merupakan suku utama ikan target ...................................... 16Gambar 12. Variasi potensi ikan target menurut stasiun penelitian ................................. 17Gambar 13. Diagram perbandingan jumlah individu dari masing-masing spesies megabenthos target di perairan TWP Gili Matra.......................................... 24Gambar 14. Diagram prosentase kehadiran masing-masing spesies megabenthos pada masing-masing stasiun di perairan Gili Matra ............................................. 24Gambar 15. Penutupaan Lamun Total (%) di Setiap Stasiun ........................................... 29Gambar 16. Peta penutupan lamun di lokasi penelitian TWP Gili Matra ........................ 29Gambar 17. Penutupan Lamun Per Jenis di Setiap Stasiun ............................................. 30Gambar 18. Persentase tutupan mangrove di TWP Gili Matra ........................................ 31

Page 21: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

xviii

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Megabenthos target yang menjadi objek monitoring ......................................... 7Tabel 2. Kategori tutupan lamun ...................................................................................... 8Tabel 3. Kriteria status padang lamun ............................................................................. 8Tabel4. PosisigeografisstasiunpenelitianstatuskondisimangroveTWP.GiliMatra .. 9Tabel 5. Habitat perairan dangkal .................................................................................... 12Tabel 6. Luasan habitat perairan laut dangkal dan mangrove .......................................... 12Tabel 7. Komposisi jenis ikan target menurut besarnya potensi biomassa yang dijumpai di TWP Gili Matra 2014 ..................................................................... 15Tabel 8. Komposisi suku ikan target menurut kehadiran jumlah jenisnya ...................... 16Tabel 9. Komposisi suku ikan target menurut potensi stoknya ....................................... 17Tabel 10. Kepadatan biomassa dan sediaan ikan target menurut suku dan lokasi stasiun ....... 8Tabel 11. Pola kehadiran spesies megabentos pada setiap stasiun di perairan TWP Gili Matra ........................................................................................................... 23Tabel 12. Kehadiran Lamun pada Setiap Lokasi dan Stasiun ............................................ 28Tabel 13. Persentase tutupan mangrove, kerapatan dan INP jenis pada enam stasiun penelitian mangrove di TWP. Gili Matra ........................................................... 30

Page 22: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

1

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Page 23: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

2

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

d. Mengetahui kerapatan lamun,

e. Mengetahui kerapatan mangrove,

f. Menghasilkan peta sebaran terumbu karang, lamun, dan mangrove,

1.4. Metodologi

1.4.1. Kerangka Berpikir

Ekosistem laut dangkal yang umum terdapat di wilayah pesisir adalah ekosistem

terumbu karang, ekosistem lamun dan ekosistrem mangrove yang satu sama lain seringkali

sangat berhubungan erat didalam rantai ekologis. Jika salah satu ekosistem ini rusak,

biasanya akan berdampak pada ekosistem lainnya yang berdekatan. Kegiatan dari aktivitas

manusia baik di darat maupun di laut jika tidak berwawasan lingkungan akan berdampak

buruk terhadap kelestarian ekosistem pesisir ini (Suana et al., 2011). Oleh sebab itu,

didalam upaya pelestarian dan pengelolaan suatu kawasan/ekosistem perlu adanya

pemantauan yang rutin agar dapat terlihat ada tidaknya perubahan yang terjadi disuatu

ekosistem tersebut dan pemantauan ini hendaknya terdokumentasi. Informasi dari data

yang diperoleh dapat disajikan secara komprehensif sehingga dapat digunakan oleh

berbagai kalangan yang membutuhkan baik dalam menentukan kebijakan untuk

pengelolaan kawasan maupun langkah-langkah strategis lainnya sesuai peruntukannya.

Pemantauan ekosistem pesisir yang dilakukan secara berkala, akan dapat mengetahui

kondisi terkini dan perubahan yang terjadi di suatu lokasi. Hal ini dapat membantu

pengambil kebijakan dalam melakukan langkah-langkah yang perlu dalam melakukan

pengelolaan daerah pesisir yang lebih baik dan sesuai menurut peruntukannya. Dengan

demikian diharapkan kekayaan sumberdaya pesisir di lokasi tersebut dapat terjaga dan

dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan kelestariannya.

1.4.2. Metode

Studi awal (baseline study) di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra telah

dilaksanakan pada 11-16 September 2014i. Lokasi penelitian berada di wilayah perairan

TWP Gili Matra (Gambar 1). Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada stasiun yang

dimiliki oleh UPT BKPPN TWP Gili Matra yakni sebanyak 8 stasiun pengamatan yang

tersebar di 3 buah pulau kecil yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Pengamatan

yang akan dilakukan meliputi bidang kajian terumbu karang, ikan, megabenthos, lamun,

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

1.2. Rumusan Permasalahan

COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), atau Program

Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka panjang yang

bertujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari

terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada gilirannya akan menunjang

kesejahteraan masyarakat pesisir.

Melalui berbagai forum dan kegiatan komunikasi publik, yang merupakan salah satu

komponen di dalam COREMAP, diharapkan kesadaran dan perilaku masyarakat akan

semakin baik terhadap lingkungan terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya yakni

lingkungan lamun dan mangrove. Masyarakat pesisir semakin memahami arti penting

ekositem terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya bagi kehidupan mereka. Dengan

demikian, diharapkan mereka tidak lagi mengambil karang untuk dijadikan bahan bangunan,

menangkap ikan dengan cara merusak seperti menggunakan racun sianida dan bom,

membabat mangrove untuk dijadikan kayu bakar. Pemahaman yang demikian akan dimulai

dengan kesadaran untuk menjaga ekosistem yang ada di wilayahnya.

Untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya di suatu wilayah,

serta melihat ada tidaknya perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun maka perlu dilakukan

studi awal dan pemantauan kondisi terumbu karang serta ekosistem terkait lainnya secara

berkala. Disetiap wilayah COREMAP dibuat stasiun-stasiun pengamatan permanen yang

posisinya terdokumentasi dalam koordinat geografis, serta pencatatannya dibantu dengan alat

GPS, sehingga pengamatan dapat dilakukan kembali di stasiun tersebut pada tahun

berikutnya. Metode pemantauan yang digunakan dibuat baku dan sesederhana mungkin,

tetapi tidak menghilangkan sifat keilmiahannya, sehingga kelak dapat dengan mudah

dilakukan oleh masyarakat setempat.

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi awal ekosistem terumbu

karang beserta ekosistem lamun (seagrass) dan mangrove sebagai data dasar di awal

COREMAP-CTI. Sementara sasaran penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui persentase tutupan terumbu karang,

b. Mengetahui kepadatan rata-rata dan biomasa ikan karang,

c. Mengetahui komposisi jenis megabentos yang bernilai ekonomis penting ataupun yang

dapat dijadikan indikator kesehatan terumbu karang,

Page 24: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

3

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

d. Mengetahui kerapatan lamun,

e. Mengetahui kerapatan mangrove,

f. Menghasilkan peta sebaran terumbu karang, lamun, dan mangrove,

1.4. Metodologi

1.4.1. Kerangka Berpikir

Ekosistem laut dangkal yang umum terdapat di wilayah pesisir adalah ekosistem

terumbu karang, ekosistem lamun dan ekosistrem mangrove yang satu sama lain seringkali

sangat berhubungan erat didalam rantai ekologis. Jika salah satu ekosistem ini rusak,

biasanya akan berdampak pada ekosistem lainnya yang berdekatan. Kegiatan dari aktivitas

manusia baik di darat maupun di laut jika tidak berwawasan lingkungan akan berdampak

buruk terhadap kelestarian ekosistem pesisir ini (Suana et al., 2011). Oleh sebab itu,

didalam upaya pelestarian dan pengelolaan suatu kawasan/ekosistem perlu adanya

pemantauan yang rutin agar dapat terlihat ada tidaknya perubahan yang terjadi disuatu

ekosistem tersebut dan pemantauan ini hendaknya terdokumentasi. Informasi dari data

yang diperoleh dapat disajikan secara komprehensif sehingga dapat digunakan oleh

berbagai kalangan yang membutuhkan baik dalam menentukan kebijakan untuk

pengelolaan kawasan maupun langkah-langkah strategis lainnya sesuai peruntukannya.

Pemantauan ekosistem pesisir yang dilakukan secara berkala, akan dapat mengetahui

kondisi terkini dan perubahan yang terjadi di suatu lokasi. Hal ini dapat membantu

pengambil kebijakan dalam melakukan langkah-langkah yang perlu dalam melakukan

pengelolaan daerah pesisir yang lebih baik dan sesuai menurut peruntukannya. Dengan

demikian diharapkan kekayaan sumberdaya pesisir di lokasi tersebut dapat terjaga dan

dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan kelestariannya.

1.4.2. Metode

Studi awal (baseline study) di Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra telah

dilaksanakan pada 11-16 September 2014i. Lokasi penelitian berada di wilayah perairan

TWP Gili Matra (Gambar 1). Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada stasiun yang

dimiliki oleh UPT BKPPN TWP Gili Matra yakni sebanyak 8 stasiun pengamatan yang

tersebar di 3 buah pulau kecil yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Pengamatan

yang akan dilakukan meliputi bidang kajian terumbu karang, ikan, megabenthos, lamun,

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

1.2. Rumusan Permasalahan

COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), atau Program

Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka panjang yang

bertujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari

terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada gilirannya akan menunjang

kesejahteraan masyarakat pesisir.

Melalui berbagai forum dan kegiatan komunikasi publik, yang merupakan salah satu

komponen di dalam COREMAP, diharapkan kesadaran dan perilaku masyarakat akan

semakin baik terhadap lingkungan terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya yakni

lingkungan lamun dan mangrove. Masyarakat pesisir semakin memahami arti penting

ekositem terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya bagi kehidupan mereka. Dengan

demikian, diharapkan mereka tidak lagi mengambil karang untuk dijadikan bahan bangunan,

menangkap ikan dengan cara merusak seperti menggunakan racun sianida dan bom,

membabat mangrove untuk dijadikan kayu bakar. Pemahaman yang demikian akan dimulai

dengan kesadaran untuk menjaga ekosistem yang ada di wilayahnya.

Untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan ekosistem terkait lainnya di suatu wilayah,

serta melihat ada tidaknya perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun maka perlu dilakukan

studi awal dan pemantauan kondisi terumbu karang serta ekosistem terkait lainnya secara

berkala. Disetiap wilayah COREMAP dibuat stasiun-stasiun pengamatan permanen yang

posisinya terdokumentasi dalam koordinat geografis, serta pencatatannya dibantu dengan alat

GPS, sehingga pengamatan dapat dilakukan kembali di stasiun tersebut pada tahun

berikutnya. Metode pemantauan yang digunakan dibuat baku dan sesederhana mungkin,

tetapi tidak menghilangkan sifat keilmiahannya, sehingga kelak dapat dengan mudah

dilakukan oleh masyarakat setempat.

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi awal ekosistem terumbu

karang beserta ekosistem lamun (seagrass) dan mangrove sebagai data dasar di awal

COREMAP-CTI. Sementara sasaran penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui persentase tutupan terumbu karang,

b. Mengetahui kepadatan rata-rata dan biomasa ikan karang,

c. Mengetahui komposisi jenis megabentos yang bernilai ekonomis penting ataupun yang

dapat dijadikan indikator kesehatan terumbu karang,

Page 25: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

4

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

lebih jelas. Teknik penajaman yang digunakan adalah transformasi citra dengan

menggunakan algoritma yang dikembangkan oleh Lyzenga (1981) dan Principal

Component Analysis (PCA) untuk menghasilkan beberapa citra yang tidak

berkorelasi karena data citra multispektral seringkali berkorelasi tinggi antar tiap

piksel pada saluran (band) yang berbeda (Richards, 1999). Klasifikasi multispektral

dilakukan untuk mengelompokkan piksel citra yang memiliki karakteristik yang

hampir sama menjadi beberapa kelompok berdasarkan objek yang di amati, dalam

hal ini adalah objek dasar perairan dangkal. Teknik klasifikasi yang digunakan

adalah klasifikasi multispektral terbimbing dengan algoritma maximum likelihood.

Saluran panjang gelombang yang digunakan untuk pemetaan perairan dangkal

adalah saluran biru (saluran 2), saluran hijau (saluran 3), saluran merah (saluran 4),

dan saluran inframerah dekat (saluran 5). Saluran biru, hijau, dan merah merupakan

spektrum tampak. Spektrum tampak memiliki kemampuan yang baik untuk

berpenetrasi ke dalam kolom air, sehingga dapat digunakan untuk membedakan

objek sebatas pada perairan dangkal (Campbell, 1996). Saluran inframerah dekat,

digunakan untuk membatasi wilayah daratan dan perairan karena spektrum tersebut

diserap oleh air sehingga pada citra berwarna gelap (hitam). Perbedaan warna yang

kontras tersebut (gelap dan terang) memudahkan pembedaan wilayah daratan dan

perairan pada citra satelit.

Pembedaan objek vegetasi mangrove dengan vegetasi lainnya dilakukan dengan

memanfaatkan komposit citra RGB 567. Saluran 5 merupakan saluran inframerah

dekat (0,76–0,90 um) yang peka terhadap pantulan spektral vegetasi yang

berhubungan dengan struktur internal daun. Pada saluran ini vegetasi mangrove

dapat diidentifikasi berdasarkan diversivitasnya (keanekaragaman jenis). Hal ini

terkait dengan adanya perbedaan struktur internal dari vegetasi mangrove. Saluran

inframerah tengah (1,55–1,75 um) memiliki karakteristik pancaran vegetasi yang

dipengaruhi oleh serapan air sehingga tumbuhan mangrove akan memberikan warna

dan rona yang gelap. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mangrove pada umumnya

mengandung air dalam jumlah yang besar (Sato, 1996 dalam Hudaya, 2004).

Survei lapangan digunakan untuk mengetahui kenampakan sebenarnya

dilapangan yang terekam oleh citra satelit. Pengambilan titik pengamatan dilakukan

secara sistematis dengan membuat jalur transek mulai dari garis pantai hingga ujung

terumbu atau tubir. Pengamatan dilakukan menggunakan teknik snorkeling serta

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

mangrove, serta sistem informasi geografi (GIS). Posisi dan jumlah stasiun pengamatan

berbeda untuk masing-masing bidang kajian.

1.4.2.1. Sistem Informasi Geografi

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah GPS Garmin 76 C dan

catatan lapangan, sedangkan wahana penelitian adalah perahu yang memungkinkan

menembus perairan dangkal dan penjelajahan lapangan (tanpa wahana perahu) yang

hanya bisa dilakukan pada saat laut sedang surut. Metode yang dipergunakan adalah

ground truth, yakni mendiskripsi secara visual jenis substrat dasar perairan meliputi

komposisi persentase material penyusun pada bentangan 15 m x 15 m, sedangkan

posisi geografis dicatat menggunakan GPS dalam format derajad, desimal berdasar

datum WGS 84.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan TWP Gili Matra, September 2014

Metode analisis dilakukan menggunakan metode penginderaan jauh. Bahan yang

digunakan untuk memetakan habitat perairan dangkal dan mangrove di Pulau Gili

Matra dan sekitarnya adalah citra satelit LANDSAT 8 path/row 116/66 perekaman 6

Mei 2014. Pemetaan habitat perairan dangkal dilakukan melalui proses penajaman

citra dan klasifikasi multispektral. Penajaman citra dilakukan untuk mengurangi

pengaruh gangguan kolom air, sehingga objek dasar perairan dangkal dapat terlihat

Page 26: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

5

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

lebih jelas. Teknik penajaman yang digunakan adalah transformasi citra dengan

menggunakan algoritma yang dikembangkan oleh Lyzenga (1981) dan Principal

Component Analysis (PCA) untuk menghasilkan beberapa citra yang tidak

berkorelasi karena data citra multispektral seringkali berkorelasi tinggi antar tiap

piksel pada saluran (band) yang berbeda (Richards, 1999). Klasifikasi multispektral

dilakukan untuk mengelompokkan piksel citra yang memiliki karakteristik yang

hampir sama menjadi beberapa kelompok berdasarkan objek yang di amati, dalam

hal ini adalah objek dasar perairan dangkal. Teknik klasifikasi yang digunakan

adalah klasifikasi multispektral terbimbing dengan algoritma maximum likelihood.

Saluran panjang gelombang yang digunakan untuk pemetaan perairan dangkal

adalah saluran biru (saluran 2), saluran hijau (saluran 3), saluran merah (saluran 4),

dan saluran inframerah dekat (saluran 5). Saluran biru, hijau, dan merah merupakan

spektrum tampak. Spektrum tampak memiliki kemampuan yang baik untuk

berpenetrasi ke dalam kolom air, sehingga dapat digunakan untuk membedakan

objek sebatas pada perairan dangkal (Campbell, 1996). Saluran inframerah dekat,

digunakan untuk membatasi wilayah daratan dan perairan karena spektrum tersebut

diserap oleh air sehingga pada citra berwarna gelap (hitam). Perbedaan warna yang

kontras tersebut (gelap dan terang) memudahkan pembedaan wilayah daratan dan

perairan pada citra satelit.

Pembedaan objek vegetasi mangrove dengan vegetasi lainnya dilakukan dengan

memanfaatkan komposit citra RGB 567. Saluran 5 merupakan saluran inframerah

dekat (0,76–0,90 um) yang peka terhadap pantulan spektral vegetasi yang

berhubungan dengan struktur internal daun. Pada saluran ini vegetasi mangrove

dapat diidentifikasi berdasarkan diversivitasnya (keanekaragaman jenis). Hal ini

terkait dengan adanya perbedaan struktur internal dari vegetasi mangrove. Saluran

inframerah tengah (1,55–1,75 um) memiliki karakteristik pancaran vegetasi yang

dipengaruhi oleh serapan air sehingga tumbuhan mangrove akan memberikan warna

dan rona yang gelap. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mangrove pada umumnya

mengandung air dalam jumlah yang besar (Sato, 1996 dalam Hudaya, 2004).

Survei lapangan digunakan untuk mengetahui kenampakan sebenarnya

dilapangan yang terekam oleh citra satelit. Pengambilan titik pengamatan dilakukan

secara sistematis dengan membuat jalur transek mulai dari garis pantai hingga ujung

terumbu atau tubir. Pengamatan dilakukan menggunakan teknik snorkeling serta

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

mangrove, serta sistem informasi geografi (GIS). Posisi dan jumlah stasiun pengamatan

berbeda untuk masing-masing bidang kajian.

1.4.2.1. Sistem Informasi Geografi

Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah GPS Garmin 76 C dan

catatan lapangan, sedangkan wahana penelitian adalah perahu yang memungkinkan

menembus perairan dangkal dan penjelajahan lapangan (tanpa wahana perahu) yang

hanya bisa dilakukan pada saat laut sedang surut. Metode yang dipergunakan adalah

ground truth, yakni mendiskripsi secara visual jenis substrat dasar perairan meliputi

komposisi persentase material penyusun pada bentangan 15 m x 15 m, sedangkan

posisi geografis dicatat menggunakan GPS dalam format derajad, desimal berdasar

datum WGS 84.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan TWP Gili Matra, September 2014

Metode analisis dilakukan menggunakan metode penginderaan jauh. Bahan yang

digunakan untuk memetakan habitat perairan dangkal dan mangrove di Pulau Gili

Matra dan sekitarnya adalah citra satelit LANDSAT 8 path/row 116/66 perekaman 6

Mei 2014. Pemetaan habitat perairan dangkal dilakukan melalui proses penajaman

citra dan klasifikasi multispektral. Penajaman citra dilakukan untuk mengurangi

pengaruh gangguan kolom air, sehingga objek dasar perairan dangkal dapat terlihat

Page 27: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

6

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

1.4.2.3. Ikan Karang

Metode sensus visual bawah air (UVC) digunakan untuk pengumpulan data jenis

ikan dan jumlah individu ikan. Pemantauan dilakukan di garis transek yang sama

dengan kegiatan penelitian karang, agar sekaligus mendapatkan data bentik yang

menggambarkan habitatnya. Pengamatan dilakukan disepanjang garis transek

dimana ikan-ikan yang berada pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan kanan garis

transek sepanjang 70 m dicatat jenisnya beserta jumlah individunya. Luas bidang

yang teramati per transeknya yaitu (5 m x 70 m ) = 350 m2. Jenis ikan yang diamati

dalam penelitian ini hanya mendata ikan indikator dan ikan target saja. Hal ini lebih

untuk melihat dampak antara kedua kelompok ikan ini terhadap kondisi terumbu

karang. Mengingat kelompok ikan indikator sebagian besar merupakan ikan

pemakan polip karang. Sedangkan ikan target adalah kelompok ikan pangan yang

memiliki nilai ekonomis, baik itu untuk dikonsumsi masyarakat maupun diperjual

belikan. Jadi kedua kelompok ikan ini secara langsung bisa memberi gambaran

mengenai kondisi terumbu karang itu sendiri. Sehingga unit analisis hanya

mencakup kelompok ikan indikator (Chetodontidae) dan kelompok ikan target yang

mempunyai nilai ekonomis dan ikan-ikan yang terancam punah. Untuk ikan target,

dalam penelitian COREMAP – CTI hanya dibatasi pada 6 suku saja yaitu

Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae. Haemulidae, Scaridae dan Siganidae. Penamaan

ikan karang mengacu pada banyak buku panduan ikan karang (Allen & Swainston,

1993; Allen & Steene, 1996; Allen, 1999; Allen et al., 2003; Kuiter & Debelius,

1994).

Selanjutnya dari data ini dilakukan pengolahan dan analisa data yang meliputi:

a. Keanekaragaman jenis

Keanekaragaman jenis adalah total dari spesies ikan karang yang diamati selama

monitoring di suatu lokasi ekosistem terumbu karang.

b. Densitas

Densitas (D) adalah jumlah individu seluruh spesies ikan karang per luas area

pengamatan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

berhenti sejenak untuk mencatat ketika terjadi perubahan kenampakan didasar

perairan. Setiap titik pengamatan dicatat lokasinya menggunakan alat receiver GPS.

Data dan lokasi penyebaran stasiun pengamatan disaikan pada Gambar 2 dan

Lampiran.

Gambar 2. Peta sebaran ground truth dalam penyusunan peta habitat perairan laut

dangkal di lokasi penelitian.

1.4.2.2. Karang

Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan penyelaman menggunakan

peralatan selam SCUBA. Metode yang digunakan untuk penelitian karang adalah

Underwater Photo Transcect (Giyanto et al., 2010; Giyanto, 2012a; Giyanto,

2012b). Underwater Photo Transcect (UPT) dilakukan dengan ukuran frame 58x44

cm2 pada titik stasiun yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 5-7 m,

Pemotretan dilakukan dengan interval jarak 1 m di sepanjang garis transek .

Penelitian dilakukan di 8 satsiun penelitian sesuai dengan lokasi milik UPT KKP.

Pada setiap stasiun pengamatan, dibuat permanen transek dengan posisi yang

tercatat di GPS.

Foto-foto hasil pemotretan bawah air selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan

data-data yang kuantitatif seperti persentase tutupan masing-masing biota atau

substrat. Perhitungan analisa menggunakan program CPCe, piranti lunak yang bisa

diunduh secara bebas. (Kohler and Gill 2006). Teknik analisis dengan pemilihan

sampel titik acak 30 titik .

Page 28: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

7

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

1.4.2.3. Ikan Karang

Metode sensus visual bawah air (UVC) digunakan untuk pengumpulan data jenis

ikan dan jumlah individu ikan. Pemantauan dilakukan di garis transek yang sama

dengan kegiatan penelitian karang, agar sekaligus mendapatkan data bentik yang

menggambarkan habitatnya. Pengamatan dilakukan disepanjang garis transek

dimana ikan-ikan yang berada pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan kanan garis

transek sepanjang 70 m dicatat jenisnya beserta jumlah individunya. Luas bidang

yang teramati per transeknya yaitu (5 m x 70 m ) = 350 m2. Jenis ikan yang diamati

dalam penelitian ini hanya mendata ikan indikator dan ikan target saja. Hal ini lebih

untuk melihat dampak antara kedua kelompok ikan ini terhadap kondisi terumbu

karang. Mengingat kelompok ikan indikator sebagian besar merupakan ikan

pemakan polip karang. Sedangkan ikan target adalah kelompok ikan pangan yang

memiliki nilai ekonomis, baik itu untuk dikonsumsi masyarakat maupun diperjual

belikan. Jadi kedua kelompok ikan ini secara langsung bisa memberi gambaran

mengenai kondisi terumbu karang itu sendiri. Sehingga unit analisis hanya

mencakup kelompok ikan indikator (Chetodontidae) dan kelompok ikan target yang

mempunyai nilai ekonomis dan ikan-ikan yang terancam punah. Untuk ikan target,

dalam penelitian COREMAP – CTI hanya dibatasi pada 6 suku saja yaitu

Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae. Haemulidae, Scaridae dan Siganidae. Penamaan

ikan karang mengacu pada banyak buku panduan ikan karang (Allen & Swainston,

1993; Allen & Steene, 1996; Allen, 1999; Allen et al., 2003; Kuiter & Debelius,

1994).

Selanjutnya dari data ini dilakukan pengolahan dan analisa data yang meliputi:

a. Keanekaragaman jenis

Keanekaragaman jenis adalah total dari spesies ikan karang yang diamati selama

monitoring di suatu lokasi ekosistem terumbu karang.

b. Densitas

Densitas (D) adalah jumlah individu seluruh spesies ikan karang per luas area

pengamatan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

berhenti sejenak untuk mencatat ketika terjadi perubahan kenampakan didasar

perairan. Setiap titik pengamatan dicatat lokasinya menggunakan alat receiver GPS.

Data dan lokasi penyebaran stasiun pengamatan disaikan pada Gambar 2 dan

Lampiran.

Gambar 2. Peta sebaran ground truth dalam penyusunan peta habitat perairan laut

dangkal di lokasi penelitian.

1.4.2.2. Karang

Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan penyelaman menggunakan

peralatan selam SCUBA. Metode yang digunakan untuk penelitian karang adalah

Underwater Photo Transcect (Giyanto et al., 2010; Giyanto, 2012a; Giyanto,

2012b). Underwater Photo Transcect (UPT) dilakukan dengan ukuran frame 58x44

cm2 pada titik stasiun yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 5-7 m,

Pemotretan dilakukan dengan interval jarak 1 m di sepanjang garis transek .

Penelitian dilakukan di 8 satsiun penelitian sesuai dengan lokasi milik UPT KKP.

Pada setiap stasiun pengamatan, dibuat permanen transek dengan posisi yang

tercatat di GPS.

Foto-foto hasil pemotretan bawah air selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan

data-data yang kuantitatif seperti persentase tutupan masing-masing biota atau

substrat. Perhitungan analisa menggunakan program CPCe, piranti lunak yang bisa

diunduh secara bebas. (Kohler and Gill 2006). Teknik analisis dengan pemilihan

sampel titik acak 30 titik .

Page 29: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

8

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 1. Megabenthos target yang menjadi objek monitoring

No. Nama Indonesia Nama Spesies Group

1. Bintang bulu seribu Acanthaster planci Echinodermata

2. Bulu babi Echinoids Echinodermata

3. Teripang Holothurians Echinodermata

4. Kima Tridacna spp. Mollusca

5. Keong pemakan karang Drupella spp. Mollusca

6. Lola Trochus spp. Mollusca

7. Lobster Panulirus spp. Crustacea

1.4.2.5. Lamun (Seagrass)

Penentuan waktu monitoring sangat penting karena dapat mempermudah

pekerjaan dan faktor keselamatan. Selain itu, kondisi pasang surut juga menjadi

pertimbangan untuk menghasilkan data yang lebih baik.

Pertama, lembar kerja diisi dengan informasi, yaitu: tanggal, nama pengamat,

lokasi, stasiun, waktu pengamatan, nomor transek, serta informasi umum mengenai

kondisi perairan dan kondisi sekitar lokasi monitoring, contohnya stasiun berdekatan

dengan permukiman.

Selanjutnya, pengenalan vegetasi lamun dilakukan dengan cara snorkeling. Posisi

transek ditempatkan pada vegetasi lamun yang mewakili lokasi tersebut. Kemudian,

transek permanen dimulai dari arah pantai tegak lurus ke arah tubir dengan interval

antar titik 10 m (Gambar 3) sampai batas lamun di tubir atau transek sepanjang 100

m dari pantai, apabila kondisi memungkinkan. Titik nol diletakan 5 meter dari batas

awal lamun.

Gambar 3. Contoh interval pada transek kuadrat di padang lamun

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

22 /

350:arg,

mindividuXm

familisetiapettikanindikatorikanindividuD

c. Hubungan panjang-berat

Hubungan panjang berat adalah berat individu ikan target (W) sama dengan

indeks spesifik spesies (a) dikalikan dengan estimasi panjang total dipangkat

indeks spesifik spesies (b). Indeks spesifik spesies (a,b) dan panjang ikan

disubsitusikan ke rumus panjang berat bLxaW untuk mendapatkan data berat

ikan (gram/kg). Nilai “a” dan “b” dapat dicari di situs web “fishbase” untuk

setiap jenis ikan target Froese & Pauly (2014).

d. Biomasa (Sediaan ikan per luasan sensus)

Sediaan ikan dalam satuan biomassa (B) adalah berat individu ikan target (W) per

luas area pengamatan.

2350)(

mfamilisetiaptotalWB

1.4.2.4. Megabentos

Pengamatan megabenthos target dilakukan dengan metode belt transek (Loya,

1978) yang dikombinasikan dengan metode Reef Check Benthos pada delapan

stasiun dengan bantuan peralatan selam SCUBA (Brower & Zar, 1997). Pencatatan

dilakukan untuk megabentos yang berada 1 meter di sebelah kiri dan kanan pita

berukuran 70 meter, sehingga luas bidang yang teramati per-transeknya yaitu (2 x 70

m2) = 140 m2. Transek disinkronisasikan dengan transek untuk pengamatan karang

dan ikan karang pada sebuah transek permanen. Analisa data digunakan untuk

melihat kelimpahan mega bentos di lokasi yang diamati.

Semua jenis megabenthos target dalam transek dicatat jenis dan jumlah

individunya. Megabenthos target merupakan biota yang memiliki nilai ekonimis

tinggi dan memiliki peran penting terhadap kesehatan karang yang terdiri dari tujuh

kelompok biota seperti yang disajikan pada Tabel 1. Identifikasi merujuk pada

Abbott & Dance (1990), Matsuura et al. (2000), Clark & Rowe (1971), Neira &

Cantera (2005) dan Colin & Arneson (1995).

Page 30: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

9

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 1. Megabenthos target yang menjadi objek monitoring

No. Nama Indonesia Nama Spesies Group

1. Bintang bulu seribu Acanthaster planci Echinodermata

2. Bulu babi Echinoids Echinodermata

3. Teripang Holothurians Echinodermata

4. Kima Tridacna spp. Mollusca

5. Keong pemakan karang Drupella spp. Mollusca

6. Lola Trochus spp. Mollusca

7. Lobster Panulirus spp. Crustacea

1.4.2.5. Lamun (Seagrass)

Penentuan waktu monitoring sangat penting karena dapat mempermudah

pekerjaan dan faktor keselamatan. Selain itu, kondisi pasang surut juga menjadi

pertimbangan untuk menghasilkan data yang lebih baik.

Pertama, lembar kerja diisi dengan informasi, yaitu: tanggal, nama pengamat,

lokasi, stasiun, waktu pengamatan, nomor transek, serta informasi umum mengenai

kondisi perairan dan kondisi sekitar lokasi monitoring, contohnya stasiun berdekatan

dengan permukiman.

Selanjutnya, pengenalan vegetasi lamun dilakukan dengan cara snorkeling. Posisi

transek ditempatkan pada vegetasi lamun yang mewakili lokasi tersebut. Kemudian,

transek permanen dimulai dari arah pantai tegak lurus ke arah tubir dengan interval

antar titik 10 m (Gambar 3) sampai batas lamun di tubir atau transek sepanjang 100

m dari pantai, apabila kondisi memungkinkan. Titik nol diletakan 5 meter dari batas

awal lamun.

Gambar 3. Contoh interval pada transek kuadrat di padang lamun

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

22 /

350:arg,

mindividuXm

familisetiapettikanindikatorikanindividuD

c. Hubungan panjang-berat

Hubungan panjang berat adalah berat individu ikan target (W) sama dengan

indeks spesifik spesies (a) dikalikan dengan estimasi panjang total dipangkat

indeks spesifik spesies (b). Indeks spesifik spesies (a,b) dan panjang ikan

disubsitusikan ke rumus panjang berat bLxaW untuk mendapatkan data berat

ikan (gram/kg). Nilai “a” dan “b” dapat dicari di situs web “fishbase” untuk

setiap jenis ikan target Froese & Pauly (2014).

d. Biomasa (Sediaan ikan per luasan sensus)

Sediaan ikan dalam satuan biomassa (B) adalah berat individu ikan target (W) per

luas area pengamatan.

2350)(

mfamilisetiaptotalWB

1.4.2.4. Megabentos

Pengamatan megabenthos target dilakukan dengan metode belt transek (Loya,

1978) yang dikombinasikan dengan metode Reef Check Benthos pada delapan

stasiun dengan bantuan peralatan selam SCUBA (Brower & Zar, 1997). Pencatatan

dilakukan untuk megabentos yang berada 1 meter di sebelah kiri dan kanan pita

berukuran 70 meter, sehingga luas bidang yang teramati per-transeknya yaitu (2 x 70

m2) = 140 m2. Transek disinkronisasikan dengan transek untuk pengamatan karang

dan ikan karang pada sebuah transek permanen. Analisa data digunakan untuk

melihat kelimpahan mega bentos di lokasi yang diamati.

Semua jenis megabenthos target dalam transek dicatat jenis dan jumlah

individunya. Megabenthos target merupakan biota yang memiliki nilai ekonimis

tinggi dan memiliki peran penting terhadap kesehatan karang yang terdiri dari tujuh

kelompok biota seperti yang disajikan pada Tabel 1. Identifikasi merujuk pada

Abbott & Dance (1990), Matsuura et al. (2000), Clark & Rowe (1971), Neira &

Cantera (2005) dan Colin & Arneson (1995).

Page 31: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

10

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 3. Kriteria status padang lamun

Kondisi Penutupan (%)

Baik Kaya/ Sehat ≥ 60

Jelek Kurang kaya/ Kurang sehat 30 – 59,9

Miskin ≤ 29,9

Pada kegiatan ini, sampel lamun diambil untuk kajian genetika lamun. Sampel

yang diambil berupa daun muda atau rimpang yang paling muda. Daun muda pada

bagian daun lamun yang paling dalam atau rimpang yang paling ujung diambil,

kemudian dicuci dan dilap dengan tisu. Setelah itu, sampel dimasukan ke dalam

kantong teh dan dilabeli dengan tanggal, lokasi, stasiun, dan jenis lamun.

Selanjutnya, sampel-sampel dimasukan ke dalam silica gel di dalam kotak, dan

kotak ditutup dengan rapat. Sampel-sampel lamun disimpan sebagai deposit sampel

untuk analisis selanjutnya.

1.4.2.6. Mangrove

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 pada enam stasiun

penelitian tersebar di Pulau Gili Meno dan Gili Trawangan yang ditunjukkan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Posisi geografis stasiun penelitian status kondisi mangrove TWP. Gili

Matra

No Pulau Stasiun Koordinat

Tipe Substrat Bujur Lintang

1 Gili Meno MGM11 395639 9076905 Pasir MGM12 395678 9077160 Pasir MGM13 395925 9077042 Pasir Lumpuran MGM14 395930 9076768 Pasir Lumpuran

2 Gili Terawangan MGM21 393096 9076507 Pasir MGM22 393031 9077236 Pasir

Penelitian dilaksanakan dengan metode line transek kuadrat dan hemispherical

photography (Jenning et al., 1999). Dibuat plot berukuran 10x10 m2 di sepanjang

transek garis untuk diukur diameter pohon pada ketinggian dada (DBH) yang

memiliki lingkar batang minimal 16 cm. Dilakukan identifikasi jenis berdasarkan

Tomlinson (1986), Giesen et al. (2002) dan Noor et al. (2002) serta dihitung lingkar

batang dan jumlah pohon di setiap plot. Setiap plot dibagi menjadi empat kuadran

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Posisi awal direkam dengan perangkat GPS (Global Positioning System)receiver.

Letakan Patok besi yang telah diberi pelampung dan keramik, sebagai tanda awal

transek permanen. Selanjutnya, kuadrat (kotak berukuran 50 cm x 50 cm) diletakan

pada titik 0 m transek sebelah kanan.Komposisi jenis lamun di dalam kuadrat

diamati dan dicatat, begitu juga dengan jenis lain di sekitar transek seabagai catatan

tambahan. Lalu, penutupan lamun total (%) pada kuadrat tersebut diestimasi

(Lampiran II) dan dicatat, juga penutupan lamun perjenis. Apabila penutupan

perjenis sulit dilakukan, presensi jenis dapat dicatat dengan urutan dominansi

tutupannya. Setelah itu, foto kuadrat diambil dan nomor foto dicatat. Sebagai data

tambahan,karakteistik substrat juga diamati secara kualitatif. Foto kuadrat yang

diambil digunakan untuk verifikasi persentase penutupan lamun, juga akan

digunakan untuk uji coba perangkat lunak CPCe (Coral Point Count with Excel

Extention) (NCRI, Nova Southern University) dalam menentukan persentase

penutupan lamun.

Pengolahan dan Analisis Data

Data penutupan lamun diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft

Excel 2010. Pengolahan data dilakukan untuk menghasilkan rata-rata tutupan lamun

per stasiun dan per lokasi. Hasil rata-rata lamun pada setiap stasiun dan setiap lokasi

dikategorikan berdasarkan Tabel 2 untuk menentukan kriteria kondisi lamun pada

suatu lokasi.

Tabel 2. Kategori tutupan lamun

Persentase penutupan (%) Kategori

0 - 24,9 Jarang

25 - 49,9 Cukup Padat

50 - 74,9 Padat

75 - 100 Sangat Padat

(Sumber: Ho et al., 2011)

Setelah itu, kondisi kesehatan lamun juga ditentukan berdasarkan berdasarkan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang

Kritria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun (Tabel 3).

Page 32: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

11

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 3. Kriteria status padang lamun

Kondisi Penutupan (%)

Baik Kaya/ Sehat ≥ 60

Jelek Kurang kaya/ Kurang sehat 30 – 59,9

Miskin ≤ 29,9

Pada kegiatan ini, sampel lamun diambil untuk kajian genetika lamun. Sampel

yang diambil berupa daun muda atau rimpang yang paling muda. Daun muda pada

bagian daun lamun yang paling dalam atau rimpang yang paling ujung diambil,

kemudian dicuci dan dilap dengan tisu. Setelah itu, sampel dimasukan ke dalam

kantong teh dan dilabeli dengan tanggal, lokasi, stasiun, dan jenis lamun.

Selanjutnya, sampel-sampel dimasukan ke dalam silica gel di dalam kotak, dan

kotak ditutup dengan rapat. Sampel-sampel lamun disimpan sebagai deposit sampel

untuk analisis selanjutnya.

1.4.2.6. Mangrove

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 pada enam stasiun

penelitian tersebar di Pulau Gili Meno dan Gili Trawangan yang ditunjukkan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Posisi geografis stasiun penelitian status kondisi mangrove TWP. Gili

Matra

No Pulau Stasiun Koordinat

Tipe Substrat Bujur Lintang

1 Gili Meno MGM11 395639 9076905 Pasir MGM12 395678 9077160 Pasir MGM13 395925 9077042 Pasir Lumpuran MGM14 395930 9076768 Pasir Lumpuran

2 Gili Terawangan MGM21 393096 9076507 Pasir MGM22 393031 9077236 Pasir

Penelitian dilaksanakan dengan metode line transek kuadrat dan hemispherical

photography (Jenning et al., 1999). Dibuat plot berukuran 10x10 m2 di sepanjang

transek garis untuk diukur diameter pohon pada ketinggian dada (DBH) yang

memiliki lingkar batang minimal 16 cm. Dilakukan identifikasi jenis berdasarkan

Tomlinson (1986), Giesen et al. (2002) dan Noor et al. (2002) serta dihitung lingkar

batang dan jumlah pohon di setiap plot. Setiap plot dibagi menjadi empat kuadran

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Posisi awal direkam dengan perangkat GPS (Global Positioning System)receiver.

Letakan Patok besi yang telah diberi pelampung dan keramik, sebagai tanda awal

transek permanen. Selanjutnya, kuadrat (kotak berukuran 50 cm x 50 cm) diletakan

pada titik 0 m transek sebelah kanan.Komposisi jenis lamun di dalam kuadrat

diamati dan dicatat, begitu juga dengan jenis lain di sekitar transek seabagai catatan

tambahan. Lalu, penutupan lamun total (%) pada kuadrat tersebut diestimasi

(Lampiran II) dan dicatat, juga penutupan lamun perjenis. Apabila penutupan

perjenis sulit dilakukan, presensi jenis dapat dicatat dengan urutan dominansi

tutupannya. Setelah itu, foto kuadrat diambil dan nomor foto dicatat. Sebagai data

tambahan,karakteistik substrat juga diamati secara kualitatif. Foto kuadrat yang

diambil digunakan untuk verifikasi persentase penutupan lamun, juga akan

digunakan untuk uji coba perangkat lunak CPCe (Coral Point Count with Excel

Extention) (NCRI, Nova Southern University) dalam menentukan persentase

penutupan lamun.

Pengolahan dan Analisis Data

Data penutupan lamun diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft

Excel 2010. Pengolahan data dilakukan untuk menghasilkan rata-rata tutupan lamun

per stasiun dan per lokasi. Hasil rata-rata lamun pada setiap stasiun dan setiap lokasi

dikategorikan berdasarkan Tabel 2 untuk menentukan kriteria kondisi lamun pada

suatu lokasi.

Tabel 2. Kategori tutupan lamun

Persentase penutupan (%) Kategori

0 - 24,9 Jarang

25 - 49,9 Cukup Padat

50 - 74,9 Padat

75 - 100 Sangat Padat

(Sumber: Ho et al., 2011)

Setelah itu, kondisi kesehatan lamun juga ditentukan berdasarkan berdasarkan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang

Kritria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun (Tabel 3).

Page 33: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

12

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Sebaran Habitat Laut Dangkal

Pra-pemrosesan

Citra yang digunakan merupakan citra LANDSAT 8 level 1T, artinya citra tersebut sudah

dikoreksi geometrinya dengan memasukkan posisi atau koordinat geografis yang

mempertimbangkan juga pergeseran yang diakibatkan oleh bentuk relief permukaan bumi

(Orthorectified). Jika dibandingkan dengan peta dasar sebagai acuan yaitu peta Rupabumi

Indonesia, citra yang digunakan sudah memiliki geometri yang baik. Hal tersebut ditunjukkan

dengan kesesuaian posisi koordinat antara objek di citra maupun di peta dasar.

Kualitas resolusi spasial citra LANDSAT multispektral dapat ditingkatkan dengan

memanfaatkan saluran pankromatik. Saluran pankromatik LANDSAT 8 memiliki resolusi

spasial 15 meter x 15 meter, sedangkan multispektralnya hanya 30 meter x 30 meter. Teknik

pan-sharpening dengan algoritma Gram-Schmidt digunakan untuk proses tersebut. Algoritma

tersebut memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma pan-sharpening

lainnya, serta direkomendasikan untuk berbagai aplikasi/pemanfaatan (Laben et al., 2000).

Hasil dari proses tersebut adalah citra satelit multispektral dengan resolusi spasial 15 meter x

15 meter.

Koreksi radiometri citra dilakukan untuk menghilangkan efek gangguan atmosfer seperti

kabut atau awan tipis. Gangguan tersebut menyebabkan nilai digital (DN) citra tidak bernilai

“0” pada objek tergelap seperti bayangan awan dan laut dalam. Koreksi radiometri citra

dilakukan untuk menghilangkan efek gangguan atmosfer seperti kabut atau awan tipis.

Gangguan tersebut menyebabkan nilai digital (DN) citra tidak bernilai “0” pada objek

tergelap seperti bayangan awan dan laut dalam. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara

mengurangi DN seluruh liputan citra dengan DN minimum. Metode tersebut dikenal dengan

dark substraction (Chavez, 1996). DN minimum didapatkan dari analisis histogram citra

diliputan laut dalam. Hasil analisis pada tahapan tersebut disaikan pada Gambar 4.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

dengan ukuran 5x5 m2 dan disetiap kuadran dilakukan pengambilan foto

hemisphere/tegak lurus langit. Data lingkar batang pohon digunakan untuk

menentukan kerapatan pohon dan indeks nilai penting jenis. Hasil pemotretan

dianalisis untuk menentukan persentase tutupan mangrove di dalam kawasan.

Analisis Data

Data kerapatan pohon dan persentase tutupan mangrove tersebar normal

dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui

perbedaan antar stasiun penelitian. Status degradasi hutan mangrove di TWP. Gili

Matra diintepretasikan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201

tahun 2004.

1.5. Pelaksana Kegiatan

Penelitian ini melibatkan staf peneliti dan teknisi dari Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

dan bekerjasama dengan staf UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada dibawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bidang kajian yang terlibat antara lain:

- Bidang Karang

- Bidang Ikan

- Bidang Megabentos

- Bidang Lamun

- Bidang Mangrove

- Bidang Penginderaan Jauh dan GIS

Page 34: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

13

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Sebaran Habitat Laut Dangkal

Pra-pemrosesan

Citra yang digunakan merupakan citra LANDSAT 8 level 1T, artinya citra tersebut sudah

dikoreksi geometrinya dengan memasukkan posisi atau koordinat geografis yang

mempertimbangkan juga pergeseran yang diakibatkan oleh bentuk relief permukaan bumi

(Orthorectified). Jika dibandingkan dengan peta dasar sebagai acuan yaitu peta Rupabumi

Indonesia, citra yang digunakan sudah memiliki geometri yang baik. Hal tersebut ditunjukkan

dengan kesesuaian posisi koordinat antara objek di citra maupun di peta dasar.

Kualitas resolusi spasial citra LANDSAT multispektral dapat ditingkatkan dengan

memanfaatkan saluran pankromatik. Saluran pankromatik LANDSAT 8 memiliki resolusi

spasial 15 meter x 15 meter, sedangkan multispektralnya hanya 30 meter x 30 meter. Teknik

pan-sharpening dengan algoritma Gram-Schmidt digunakan untuk proses tersebut. Algoritma

tersebut memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma pan-sharpening

lainnya, serta direkomendasikan untuk berbagai aplikasi/pemanfaatan (Laben et al., 2000).

Hasil dari proses tersebut adalah citra satelit multispektral dengan resolusi spasial 15 meter x

15 meter.

Koreksi radiometri citra dilakukan untuk menghilangkan efek gangguan atmosfer seperti

kabut atau awan tipis. Gangguan tersebut menyebabkan nilai digital (DN) citra tidak bernilai

“0” pada objek tergelap seperti bayangan awan dan laut dalam. Koreksi radiometri citra

dilakukan untuk menghilangkan efek gangguan atmosfer seperti kabut atau awan tipis.

Gangguan tersebut menyebabkan nilai digital (DN) citra tidak bernilai “0” pada objek

tergelap seperti bayangan awan dan laut dalam. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara

mengurangi DN seluruh liputan citra dengan DN minimum. Metode tersebut dikenal dengan

dark substraction (Chavez, 1996). DN minimum didapatkan dari analisis histogram citra

diliputan laut dalam. Hasil analisis pada tahapan tersebut disaikan pada Gambar 4.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

dengan ukuran 5x5 m2 dan disetiap kuadran dilakukan pengambilan foto

hemisphere/tegak lurus langit. Data lingkar batang pohon digunakan untuk

menentukan kerapatan pohon dan indeks nilai penting jenis. Hasil pemotretan

dianalisis untuk menentukan persentase tutupan mangrove di dalam kawasan.

Analisis Data

Data kerapatan pohon dan persentase tutupan mangrove tersebar normal

dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui

perbedaan antar stasiun penelitian. Status degradasi hutan mangrove di TWP. Gili

Matra diintepretasikan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201

tahun 2004.

1.5. Pelaksana Kegiatan

Penelitian ini melibatkan staf peneliti dan teknisi dari Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

dan bekerjasama dengan staf UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada dibawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bidang kajian yang terlibat antara lain:

- Bidang Karang

- Bidang Ikan

- Bidang Megabentos

- Bidang Lamun

- Bidang Mangrove

- Bidang Penginderaan Jauh dan GIS

Page 35: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

14

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

7.7

7.75

7.8

7.85

7.9

7.95

8

8.05

8.1

7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 8

y = 0.726x + 2.27R² = 0.994

Band 2

Band

3

7.75

7.8

7.85

7.9

7.95

8

8.05

8.1

7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9

y = 0.617x + 3.231R² = 0.990

Band

4

Band 2

7.57.55

7.67.65

7.77.75

7.87.85

7.97.95

8

7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9

y = 0.844x + 1.354R² = 0.985

Band

4

Band 3

Gambar 5. Grafik bi plot nilai logaritmik piksel saluran 2 (ban 2) dan 3 (kiri),

saluran 2 dan 4 (tengah) serta saluran 3 dan 4 (kanan) yang diperoleh dari dasar perairan bersubstrat pasir yang homogin.

Gambar 6. Citra dasar perairan laut dangkal perairan Lombok setelah dilakukan

proses penajaman citra menggunakan algoritma Lyzenga.

Peta Habitat Perairan Dangkal

Berdasarkan hasil analisis citra dan dibantu dengan uji/cek lapangan, dapat dibuat peta

habitat perairan dangkal dan mangrove. Habitat perairan dangkal yang diperoleh, terdiri atas

4 klas yang disajikan pada Tabel 5 dan luasan habitatnya disajikan pada Tabel 6, sedangkan

peta habitat perairan laut dangkal yang terbentuk, disajikan pada Gambar 7.

P. Gili Trawangan P. Gili Meno

P. Gili Air

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 4. Citra dasar perairan laut dangkal perairan Lombok sebelum dilakukan proses

penajaman citra.

Tahapan selanjutnya mempertajam citra oleh pengaruh indeks kedalaman menggunakan

algorima sebagai mengambil nilai piksel yang menggambarkan substrat pasir dari lokasi yang

dianggap paling dalam, berturut turut menuju ke arah payang dikemukakan oleh Lyzenga

dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

σii, jj: varian band i, atau band j σij : covarian band ij Li : Nilai digital pada band i. Lj : Nilai digital pada band j. ki/kj : Rasio koefisien atenuasi pada pasangan band i dan j.

Nilai ki/kj diperoleh dengan pengambilan nilai piksel pasir pada kedalaman yang berbeda.

Material pasir mudah dikenali pada citra komposit true color secara visual, yaitu berwarna

cyan atau biru muda untuk pasir pada air dangkal, serta berangsur-angsur warna biru muda

menjadi lebih gelap untuk pasir pada air yang lebih dalam. Nilai logaritmik piksel yang

terrekam pada saluran 2 (B2), 3 (Band 3) dan 4 (Band 4) di plot dalam suatu grafik. Dalam

menguji ketelitian nilai ki/kj yang diperoleh yakni dengan melihat besarnya nilai R2. Idealnya

nilai tersebut mendekati 1 atau umumnya 0.999. Namun demikian mengingat sulit nya

mencari habitat pasir yang homogin dalam suatu citra, kadang hasil analisis tidak setajam

yang diharapkan. Nilai plot logaritmik pada penelitian disajikan pada Gambar 5, sedangkan

citra hasil eksekusi menggunakan algoritma tersebut disajikan pada Gambar 6.

P. Gili Trawangan P. Gili Meno

P. Gili Air

Page 36: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

15

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

7.7

7.75

7.8

7.85

7.9

7.95

8

8.05

8.1

7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 8

y = 0.726x + 2.27R² = 0.994

Band 2

Band

3

7.75

7.8

7.85

7.9

7.95

8

8.05

8.1

7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9

y = 0.617x + 3.231R² = 0.990

Band

4

Band 2

7.57.55

7.67.65

7.77.75

7.87.85

7.97.95

8

7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9

y = 0.844x + 1.354R² = 0.985

Band

4

Band 3

Gambar 5. Grafik bi plot nilai logaritmik piksel saluran 2 (ban 2) dan 3 (kiri),

saluran 2 dan 4 (tengah) serta saluran 3 dan 4 (kanan) yang diperoleh dari dasar perairan bersubstrat pasir yang homogin.

Gambar 6. Citra dasar perairan laut dangkal perairan Lombok setelah dilakukan

proses penajaman citra menggunakan algoritma Lyzenga.

Peta Habitat Perairan Dangkal

Berdasarkan hasil analisis citra dan dibantu dengan uji/cek lapangan, dapat dibuat peta

habitat perairan dangkal dan mangrove. Habitat perairan dangkal yang diperoleh, terdiri atas

4 klas yang disajikan pada Tabel 5 dan luasan habitatnya disajikan pada Tabel 6, sedangkan

peta habitat perairan laut dangkal yang terbentuk, disajikan pada Gambar 7.

P. Gili Trawangan P. Gili Meno

P. Gili Air

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 4. Citra dasar perairan laut dangkal perairan Lombok sebelum dilakukan proses

penajaman citra.

Tahapan selanjutnya mempertajam citra oleh pengaruh indeks kedalaman menggunakan

algorima sebagai mengambil nilai piksel yang menggambarkan substrat pasir dari lokasi yang

dianggap paling dalam, berturut turut menuju ke arah payang dikemukakan oleh Lyzenga

dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

σii, jj: varian band i, atau band j σij : covarian band ij Li : Nilai digital pada band i. Lj : Nilai digital pada band j. ki/kj : Rasio koefisien atenuasi pada pasangan band i dan j.

Nilai ki/kj diperoleh dengan pengambilan nilai piksel pasir pada kedalaman yang berbeda.

Material pasir mudah dikenali pada citra komposit true color secara visual, yaitu berwarna

cyan atau biru muda untuk pasir pada air dangkal, serta berangsur-angsur warna biru muda

menjadi lebih gelap untuk pasir pada air yang lebih dalam. Nilai logaritmik piksel yang

terrekam pada saluran 2 (B2), 3 (Band 3) dan 4 (Band 4) di plot dalam suatu grafik. Dalam

menguji ketelitian nilai ki/kj yang diperoleh yakni dengan melihat besarnya nilai R2. Idealnya

nilai tersebut mendekati 1 atau umumnya 0.999. Namun demikian mengingat sulit nya

mencari habitat pasir yang homogin dalam suatu citra, kadang hasil analisis tidak setajam

yang diharapkan. Nilai plot logaritmik pada penelitian disajikan pada Gambar 5, sedangkan

citra hasil eksekusi menggunakan algoritma tersebut disajikan pada Gambar 6.

P. Gili Trawangan P. Gili Meno

P. Gili Air

Page 37: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

16

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.2. Kondisi Terumbu Karang

2.2.1. Kekayaan Jenis Karang

Perairan Gili Matra jernih dan berpasir putih. Tercatat sebanyak 109 jenis karang batu

yang merupakan anggota dari 44 marga dari 14 famili. Berbagai jenis Acropora sp. dan

Pocillopora verrucosa dijumpai di 7 stasiun pengamatan. Jumlah spesies tertinggi

terdapat di Gili Air ( st. 3) sebanyak 49 jenis karang batu, sedangkan persentase tutupan

karang tertinggi dijumpai di Gili Meno (st. 7) dengan 38 jenis karang.

Persentase tutupan karang keras terbanyak di Gili Meno (ST 7), yaitu 46,33 % dan di

sisi Barat Gili Trawangan ( ST 5) sebesar 40,53%. Karang keras di sisi utara Gili Meno

(ST 7) didominasi oleh jenis jenis karang Non Acropora 40, 27 % yaitu Anacropora

matthai dan Seriatopora hystrix . Di Stasiun 7 ini termasuk dalam zona perikanan

berkelanjutan, perlu dijaga keutuhannya. Persentase tutupan terendah terdapat di sisi

selatan Gili Air (ST 2). Yaitu 7.73 % dan didominasi oleh campuran pecahan karang dan

pasir sebesar 75,87 % (Gambar 8).

Keterangan : ST 1. Gili Air, ST 2. Gili Air, ST 3. Gili Air, ST 4. Gili Trawangan, ST 5. Gili

Trawangan ST 6. Gili Trawangan, ST 7. Gili Meno, ST 8. Gili meno

Gambar 8. Persentase tutupan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang di perairan Gili Matra

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 5. Habitat perairan dangkal

No. Klas Diskripsi

1 Karang Habitat tersebut biasanya ditemui pada ujung wilayah rataan terumbu yang menghadap ke arah laut, mulai dari reef crest, tubir (reef edge) hingga lereng terumbu (slope reef), terdiri atas karang hidup dan karang mati, mempunyai pelamparan yang cukup luas (9 x 9 piksel dalam citra (hampir 1 ha.) dan dapat dibedakan dengan jelas dengan jenis habitat yang lain.

2 Pasir Material pasir sangat mendominasi rataan karang, terdiri atas pasir berbutir kasar (ǿ 0.063 hingga ǿ 2 mm) perupakan material pecahan karang, sehingga secara umum berwarna putih.

3 Substrat campuran Terdiri atas bongkah karang, spot sopt karang baik karang hidup maupun karang mati, pecahan karang. Masing masing komponen tersebut tidak memungkinkan dipetakan secara terpisah.

4 Lamun Habitat lamun biasanya dijumpai pada rataan terumbu (reef flat) yang substratnya berupa pasir atau lumpur Komponen lamun yang dapat dipetakan adalah lamun yang mempunyai tingkat kerapatan di atas 35 – 40%, sementara pada lamun yang mempunyai tingkat kerapatan kurang 35 hingga 40% akan masuk dalam kelas substrat dasarnya.

Tabel 6. Luasan habitat perairan laut dangkal dan mangrove.

Habitat Luas (Ha)

Karang 227.6516

Pasir 109.4197

Lamun 116.8168

Substrat campuran: terdiri dari pasir, spot karang hidup dan karang mati, pecahan dan bongkah karang 176.7448

Mangrove 8.244

Gambar 7. Peta habitat perairan laut dangkal dan mangrove kawasan Gili Matra, Kab.

Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Page 38: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

17

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.2. Kondisi Terumbu Karang

2.2.1. Kekayaan Jenis Karang

Perairan Gili Matra jernih dan berpasir putih. Tercatat sebanyak 109 jenis karang batu

yang merupakan anggota dari 44 marga dari 14 famili. Berbagai jenis Acropora sp. dan

Pocillopora verrucosa dijumpai di 7 stasiun pengamatan. Jumlah spesies tertinggi

terdapat di Gili Air ( st. 3) sebanyak 49 jenis karang batu, sedangkan persentase tutupan

karang tertinggi dijumpai di Gili Meno (st. 7) dengan 38 jenis karang.

Persentase tutupan karang keras terbanyak di Gili Meno (ST 7), yaitu 46,33 % dan di

sisi Barat Gili Trawangan ( ST 5) sebesar 40,53%. Karang keras di sisi utara Gili Meno

(ST 7) didominasi oleh jenis jenis karang Non Acropora 40, 27 % yaitu Anacropora

matthai dan Seriatopora hystrix . Di Stasiun 7 ini termasuk dalam zona perikanan

berkelanjutan, perlu dijaga keutuhannya. Persentase tutupan terendah terdapat di sisi

selatan Gili Air (ST 2). Yaitu 7.73 % dan didominasi oleh campuran pecahan karang dan

pasir sebesar 75,87 % (Gambar 8).

Keterangan : ST 1. Gili Air, ST 2. Gili Air, ST 3. Gili Air, ST 4. Gili Trawangan, ST 5. Gili

Trawangan ST 6. Gili Trawangan, ST 7. Gili Meno, ST 8. Gili meno

Gambar 8. Persentase tutupan bentuk pertumbuhan (lifeform) karang di perairan Gili Matra

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 5. Habitat perairan dangkal

No. Klas Diskripsi

1 Karang Habitat tersebut biasanya ditemui pada ujung wilayah rataan terumbu yang menghadap ke arah laut, mulai dari reef crest, tubir (reef edge) hingga lereng terumbu (slope reef), terdiri atas karang hidup dan karang mati, mempunyai pelamparan yang cukup luas (9 x 9 piksel dalam citra (hampir 1 ha.) dan dapat dibedakan dengan jelas dengan jenis habitat yang lain.

2 Pasir Material pasir sangat mendominasi rataan karang, terdiri atas pasir berbutir kasar (ǿ 0.063 hingga ǿ 2 mm) perupakan material pecahan karang, sehingga secara umum berwarna putih.

3 Substrat campuran Terdiri atas bongkah karang, spot sopt karang baik karang hidup maupun karang mati, pecahan karang. Masing masing komponen tersebut tidak memungkinkan dipetakan secara terpisah.

4 Lamun Habitat lamun biasanya dijumpai pada rataan terumbu (reef flat) yang substratnya berupa pasir atau lumpur Komponen lamun yang dapat dipetakan adalah lamun yang mempunyai tingkat kerapatan di atas 35 – 40%, sementara pada lamun yang mempunyai tingkat kerapatan kurang 35 hingga 40% akan masuk dalam kelas substrat dasarnya.

Tabel 6. Luasan habitat perairan laut dangkal dan mangrove.

Habitat Luas (Ha)

Karang 227.6516

Pasir 109.4197

Lamun 116.8168

Substrat campuran: terdiri dari pasir, spot karang hidup dan karang mati, pecahan dan bongkah karang 176.7448

Mangrove 8.244

Gambar 7. Peta habitat perairan laut dangkal dan mangrove kawasan Gili Matra, Kab.

Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Page 39: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

18

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

karang selalu menyesuaikan dengan kondisi substrat terumbu di area tersebut

(Lieske & Myers. 1997).

Hasil identifikasi jenis pada setiap stasiun menunjukkan bahwa kehadiran jenis

ikan target pada setiap stasiun bervariasi cukup besar. Pada Stasiun TKGM 03, Gili

Ayer, ikan target hadir dalam jumlah jenis yang paling rendah (11 spesies), dimana

secara umum pada Pulau Ayer kehadiran ikan target tergolong rendah, sedangkan

ikan target pada Stasiun Gili Trawangan sedikit lebih beragam dibanding Gili Ayer.

Sementara, kehadiran ikan target yang relatif lebih tinggi dibanding stasiun lain di di

Gili Ayer dan Trawangan adalah pada stasiun TKGM 08 Gili Meno, yaitu 41 spesies

(Gambar 10).

Gambar 10. Variasi jumlah jenis ikan target menurut lokasi stasiun penelitian

Jenis-jenis ikan target yang potensial mendominasi komunitas ikan karang dalam

10 besar berdasarkan komposisi biomassanya adalah Myripristis kuntee, Acanthurus

olivaceus, Kyphosus cinerascens, Acanthurus leucocheilus, Ctenochaetus striatus,

Naso brachycentron, Mulloidichthys flavolineatus, Neonipon sammara, Naso

lituratus, dan Lutjanus kasmira (Tabel 7).

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Presentasi tutupan karang hidup dalam bentuk peta tematik dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 9. Peta persentase tutupan karang hidup di stasiun monitoring perairan

Gili Matra Untuk jenis - jenis Acropora sp. banyak dijumpai di ST 5, yaitu sisi barat Gili

Trawangan sebesar 22 % dari total karang yang dijumpai, yaitu sebesar 40,53 %. Masih

banyak dijumpai karang meja Acropora hyacinthus dan Acropora clathrata.

Karang lunak dijumpai di ST 8 dan ST 3, yaitu sisi barat Gili Meno dan Gili Air.

Secara keseluruhan, rata-rata pertumbuhan karang di perairan Gili Matra adalah 24,48 %,

termasuk dalam kategori kurang baik. Akan tetapi dengan jernihnya perairan, aliran arus

dan nutrisi, diharapkan pertumbuhan karang akan meningkat. Dari pengamatan terlihat

banyak juvenile karang yang sudah tumbuh sehingga Dengan penerapan dan pengawasan

zona-zona yang telah dibuat, diharapkan kawasan Wisata Gili Matra dapat dijaga

kelestariannya.

2.2.2. Ikan Karang

2.2.2.1. Ikan Target

2.2.2.1.1. Keragaman dan Komposisi Jenis Ikan Terget

Sensus visual pada seluruh stasiun berhasil mengidentifikasi secara kolektif

sebanyak 84 spesies dan 16 suku. Namun kehadiran jenis pada masing-masing

stasiun tidak sebesar angka tersebut tetapi bervariasi di bawah angka tersebut

(Gambar 10), karena komposisi jenis dari ikan target yang hidup pada setiap area

Page 40: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

19

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

karang selalu menyesuaikan dengan kondisi substrat terumbu di area tersebut

(Lieske & Myers. 1997).

Hasil identifikasi jenis pada setiap stasiun menunjukkan bahwa kehadiran jenis

ikan target pada setiap stasiun bervariasi cukup besar. Pada Stasiun TKGM 03, Gili

Ayer, ikan target hadir dalam jumlah jenis yang paling rendah (11 spesies), dimana

secara umum pada Pulau Ayer kehadiran ikan target tergolong rendah, sedangkan

ikan target pada Stasiun Gili Trawangan sedikit lebih beragam dibanding Gili Ayer.

Sementara, kehadiran ikan target yang relatif lebih tinggi dibanding stasiun lain di di

Gili Ayer dan Trawangan adalah pada stasiun TKGM 08 Gili Meno, yaitu 41 spesies

(Gambar 10).

Gambar 10. Variasi jumlah jenis ikan target menurut lokasi stasiun penelitian

Jenis-jenis ikan target yang potensial mendominasi komunitas ikan karang dalam

10 besar berdasarkan komposisi biomassanya adalah Myripristis kuntee, Acanthurus

olivaceus, Kyphosus cinerascens, Acanthurus leucocheilus, Ctenochaetus striatus,

Naso brachycentron, Mulloidichthys flavolineatus, Neonipon sammara, Naso

lituratus, dan Lutjanus kasmira (Tabel 7).

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Presentasi tutupan karang hidup dalam bentuk peta tematik dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 9. Peta persentase tutupan karang hidup di stasiun monitoring perairan

Gili Matra Untuk jenis - jenis Acropora sp. banyak dijumpai di ST 5, yaitu sisi barat Gili

Trawangan sebesar 22 % dari total karang yang dijumpai, yaitu sebesar 40,53 %. Masih

banyak dijumpai karang meja Acropora hyacinthus dan Acropora clathrata.

Karang lunak dijumpai di ST 8 dan ST 3, yaitu sisi barat Gili Meno dan Gili Air.

Secara keseluruhan, rata-rata pertumbuhan karang di perairan Gili Matra adalah 24,48 %,

termasuk dalam kategori kurang baik. Akan tetapi dengan jernihnya perairan, aliran arus

dan nutrisi, diharapkan pertumbuhan karang akan meningkat. Dari pengamatan terlihat

banyak juvenile karang yang sudah tumbuh sehingga Dengan penerapan dan pengawasan

zona-zona yang telah dibuat, diharapkan kawasan Wisata Gili Matra dapat dijaga

kelestariannya.

2.2.2. Ikan Karang

2.2.2.1. Ikan Target

2.2.2.1.1. Keragaman dan Komposisi Jenis Ikan Terget

Sensus visual pada seluruh stasiun berhasil mengidentifikasi secara kolektif

sebanyak 84 spesies dan 16 suku. Namun kehadiran jenis pada masing-masing

stasiun tidak sebesar angka tersebut tetapi bervariasi di bawah angka tersebut

(Gambar 10), karena komposisi jenis dari ikan target yang hidup pada setiap area

Page 41: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

20

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 11. Grafik komposisi ikan target menurut jenis (atas) dan potensi stok

(bawah) yang ditemukan pada stasiun penelitian. Suku yang tertulis dalam kotak merah (6 suku) merupakan suku utama ikan target

Dari komposisi suku ikan target yang mendominasi baik dalam jumlah jenis maupun besarnya stok, keenam suku ikan target yang menjadi fokus dalam COREMAP-CTI masuk dalam sepuluh besar (6 suku target yang utama digambarkan dalam kotak merah).

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 7. Komposisi jenis ikan target menurut besarnya potensi biomassa yang dijumpai di TWP Gili Matra 2014

Komposisi suku ikan target (Gambar 11) yang mendominasi kelompoknya dalam

10 besar menurut kehadiran jumlah jenis (spesies) adalah Butana (Acanthuridae),

Kakatua (Scaridae), Kakap (Lutjanidae), Bijinangka (Mulidae), Kerapu

(Serranidae), Baronang (Siganidae), Lencam (Lethrinidae), Brajanata

(Holocentridae), Kurisi pasir (Scolopsidae), dan Ekor kuning (Caesionidae) (Tabel

8) dan menurut potensi biomassanya adalah Butana, Kakatua, Brajanata, Kakap,

Bijinangka, Keper, Baronang, Kurisi pasir, Lencam, dan Ekor kuning (Tabel 9).

Page 42: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

21

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 11. Grafik komposisi ikan target menurut jenis (atas) dan potensi stok

(bawah) yang ditemukan pada stasiun penelitian. Suku yang tertulis dalam kotak merah (6 suku) merupakan suku utama ikan target

Dari komposisi suku ikan target yang mendominasi baik dalam jumlah jenis maupun besarnya stok, keenam suku ikan target yang menjadi fokus dalam COREMAP-CTI masuk dalam sepuluh besar (6 suku target yang utama digambarkan dalam kotak merah).

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 7. Komposisi jenis ikan target menurut besarnya potensi biomassa yang dijumpai di TWP Gili Matra 2014

Komposisi suku ikan target (Gambar 11) yang mendominasi kelompoknya dalam

10 besar menurut kehadiran jumlah jenis (spesies) adalah Butana (Acanthuridae),

Kakatua (Scaridae), Kakap (Lutjanidae), Bijinangka (Mulidae), Kerapu

(Serranidae), Baronang (Siganidae), Lencam (Lethrinidae), Brajanata

(Holocentridae), Kurisi pasir (Scolopsidae), dan Ekor kuning (Caesionidae) (Tabel

8) dan menurut potensi biomassanya adalah Butana, Kakatua, Brajanata, Kakap,

Bijinangka, Keper, Baronang, Kurisi pasir, Lencam, dan Ekor kuning (Tabel 9).

Page 43: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

22

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.2.2.1.2. Kepadatan dan Biomassa Ikan Target

Kepadatan dalam biomassa ikan target tertinggi berturut-turut dijumpai pada

stasiun TKGM 05, TKGM 04, TKGM 08 dan TKGM 06 (Gambar 12), yang

masing-masing dengan nilai 81 kg, 65 kg, 63 kg dan 52 kg per 350 m2. Secara

umum potensi ikan target yang tinggi dijumpai pada Pulau Gili Trawangan,

sebaliknya potensi terendah dijumpai pada stasiun TKGM 03 Gili Ayer, dimana

rata-rata stok ikan target 39,4 kg / 350m2. Sediaan stok ini setara dengan 1.126 kg

per hektar atau setara dengan 1,1 ton per hektar (Tabel 10). Penyumbang sediaan

tersebut dalam 10 besar biomassanya adalah berasal dari kelompok ikan Butana,

Kakatua, Brajanata, Kakap, Bijinangka, Keper, Baronang, Kurisi pasir, Lencam

dan ekor kuning. Kelompok ekonomis tinggi termasuk kakap, baronang, lencam,

ekor kuning, kerapu, kembung, bibir tebal, dan kuwe.

Gambar 12. Variasi potensi ikan target menurut stasiun penelitian

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 8. Komposisi suku ikan target menurut kehadiran jumlah jenisnya

No SUKU Kelompok Ikan Jumlah Jenis Komposisi %

1 ACANTHURIDAE Butana 16 19,0 2 SCARIDAE Kakatua 14 16,7 3 LUTJANIDAE Kakap 9 10,7 4 MULLIDAE Biji Nangka 7 8,3 5 SERRANIDAE Kerapu 7 8,3 6 SIGANIDAE Baronang 7 8,3 7 LETHRINIDAE Lencam 6 7,1

8 HOLOCENTRIDAE Brajanata 5 6,0

9 SCOLOPSIDAE Kurisi Pasir 3 3,6 10 CAESIONIDAE Ekor kuning 3 3,6 11 HAEMULIDAE Bibir Tebal 2 2,4 12 CARANGIDAE Kuwe 1 1,2 13 EPHIPPIDAE Gembel Platak 1 1,2 14 KYPHOSIDAE Keper 1 1,2 15 NEMIPTERIDAE Kuniran 1 1,2 16 SCOMBRDAE Kembung 1 1,2

Jumlah Jenis 84

Tabel 9. Komposisi suku ikan target menurut potensi stoknya

Page 44: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

23

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.2.2.1.2. Kepadatan dan Biomassa Ikan Target

Kepadatan dalam biomassa ikan target tertinggi berturut-turut dijumpai pada

stasiun TKGM 05, TKGM 04, TKGM 08 dan TKGM 06 (Gambar 12), yang

masing-masing dengan nilai 81 kg, 65 kg, 63 kg dan 52 kg per 350 m2. Secara

umum potensi ikan target yang tinggi dijumpai pada Pulau Gili Trawangan,

sebaliknya potensi terendah dijumpai pada stasiun TKGM 03 Gili Ayer, dimana

rata-rata stok ikan target 39,4 kg / 350m2. Sediaan stok ini setara dengan 1.126 kg

per hektar atau setara dengan 1,1 ton per hektar (Tabel 10). Penyumbang sediaan

tersebut dalam 10 besar biomassanya adalah berasal dari kelompok ikan Butana,

Kakatua, Brajanata, Kakap, Bijinangka, Keper, Baronang, Kurisi pasir, Lencam

dan ekor kuning. Kelompok ekonomis tinggi termasuk kakap, baronang, lencam,

ekor kuning, kerapu, kembung, bibir tebal, dan kuwe.

Gambar 12. Variasi potensi ikan target menurut stasiun penelitian

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 8. Komposisi suku ikan target menurut kehadiran jumlah jenisnya

No SUKU Kelompok Ikan Jumlah Jenis Komposisi %

1 ACANTHURIDAE Butana 16 19,0 2 SCARIDAE Kakatua 14 16,7 3 LUTJANIDAE Kakap 9 10,7 4 MULLIDAE Biji Nangka 7 8,3 5 SERRANIDAE Kerapu 7 8,3 6 SIGANIDAE Baronang 7 8,3 7 LETHRINIDAE Lencam 6 7,1

8 HOLOCENTRIDAE Brajanata 5 6,0

9 SCOLOPSIDAE Kurisi Pasir 3 3,6 10 CAESIONIDAE Ekor kuning 3 3,6 11 HAEMULIDAE Bibir Tebal 2 2,4 12 CARANGIDAE Kuwe 1 1,2 13 EPHIPPIDAE Gembel Platak 1 1,2 14 KYPHOSIDAE Keper 1 1,2 15 NEMIPTERIDAE Kuniran 1 1,2 16 SCOMBRDAE Kembung 1 1,2

Jumlah Jenis 84

Tabel 9. Komposisi suku ikan target menurut potensi stoknya

Page 45: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

24

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

ikan indikator (Vivien & Navarro. 1983). Kehadiran ikan indikator secara

kolektif untuk semua stasiun adalah 28 spesies. Variasi kehadiran antar setasiun

relatif rendah yaitu antara 7 - 17 spesies. Hal ini menunjukan bahwa sebagian

lokasi penelitian adalah buruk dalam kondisi lingkungan. Namun sekali lagi hasil

penelitian menunjukkan bahwa stasiun TKGM 4, 5, 6 dan 8 adalah lokasi yang

relatif baik ditinjau dari kehadiran ikan indikator. Manurut Nash (1988),

kehadiran ikan indikator yang dianggap paling baik untuk kategori terumbu

karang yang sehat adalah 44 sepesies, seperti dijumpai di perairan Papua.

Dominasi kehadiran ikan indikator secara signifikan diwakili oleh jenis

Chaetodon baronessa, Chaetodon trifascialis, Chaetodon trifasciatus, Chaetodon

trifascialis, Chaetodon kleinii, Heniochus varius. Dalam hal ini Chaetodon kleinii

hadir sangat mencolok karena jenis ini merespon kondisi karang dengan rank

kualitas yang lebar. Ikan ini dapat dijumpai mulai dari area karang yang baik

sampai area karang yang kritis. Secara umum kehadiran C. kleinii dan Heniochus

varius merupakan petunjuk bahwa kondisi terumbu karang kurang baik.

Sebaliknya dominasi kehadiran C. Baronessa, C. trifascialis, C. trifasciatus

menjadi tanda adanya banyak karang meja (tabulet) dan karang bercabang

(branching corals) di lokasi keberadaannya (Reese, E. 1977; 1981; Edrus &

Syam, 1998).

Keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan bergantung pada

pertumbuhan populasi ikan baik jenis maupun biomassanya. Data keragamanan

kelompok ikan target dan indikator pada tahun 2014, dimana penelitian ini

dilaksanakan, menunjukkan jumlah jenis 84 spesies ikan target dari 16 suku dan

27 spesies ikan indikator dari suku Chaetodontidae. Dibandingkan dengan data

2010 (Ahyadi, 2010) yang menunjukkan bahwa jumlah jenis masih 54 spesies

dari 11 suku, maka kondisi komunitas ikan karang tahun 2014 lebih berkembang.

Intensitas perkembangan mendekati kondisinya ekologisnya di tahun 1998,

dimana pada tahun tersebut teridentifikasi 123 spesies dari 33 suku (Dahuri et al.,

1998).

Hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi jumlah spesies yang ditemukan jika

dibandingkan dengan hasil baseline data sebelumnya yang diambil oleh konsultan

yang ditunjuk. Perbandingan dengan data jumlah jenis dari hasil penelitian

konsultan 2012 untuk 10 besar ikan target yang mendominasi adalah Butana 14

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 10. Kepadatan biomassa dan sediaan ikan target menurut suku dan lokasi stasiun

2.2.2.2. Ikan Indikator

2.2.2.2.1. Keragaman Ikan Indikator

Stasiun TKGM 05, TKGM 04 dan TKGM 06 di Gili Trawangan dan

menyusul TKGM 08 di Gili Meno memiliki keragaman jenis dan jumlah

individual ikan indikator yang relatif tinggi dibanding stasiun lain di Gili Air .

Hal ini berarti bahwa ikan indikator (Chaetodontidae) merespon dengan baik

kondisi terumbu karang di stasiun-stasiun tersebut. Sebaliknya kondisi substrat

terumbu karang di Gili Air, khususnya di stasiun TKGM 01, 02, 03 dan TKGM

07 di Gili Meno kurang baik sebagai habitat ikan indikator. Ikan indikator dari

jenis Chaetodon klenii yang hadir dalam jumlah paling besar (107 individu)

adalah petunjuk bahwa terumbu karang kurang sehat. Sebaliknya hadirnya jenis

Chaetodon baronessa (86 individu), Chaetodon trifascialis (73 individu) dan

Chaetodon trifasciatus (33 individu) adalah petunjuk adanya perkembangan

karang bercabang yang cukup baik, karena ketiganya selalu berkorelasi positif

dengan jenis-jenis tertentu branching coral.

Kehadiran ikan indikator memberikan makna sendiri yang menjadi indikasi

adanya daya dukung lingkungan dan habitat. Makanan kegemaran (diet) dan

respon atas substrat dan kondisi perairan sangat menentukan komposisi kehadiran

Page 46: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

25

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

ikan indikator (Vivien & Navarro. 1983). Kehadiran ikan indikator secara

kolektif untuk semua stasiun adalah 28 spesies. Variasi kehadiran antar setasiun

relatif rendah yaitu antara 7 - 17 spesies. Hal ini menunjukan bahwa sebagian

lokasi penelitian adalah buruk dalam kondisi lingkungan. Namun sekali lagi hasil

penelitian menunjukkan bahwa stasiun TKGM 4, 5, 6 dan 8 adalah lokasi yang

relatif baik ditinjau dari kehadiran ikan indikator. Manurut Nash (1988),

kehadiran ikan indikator yang dianggap paling baik untuk kategori terumbu

karang yang sehat adalah 44 sepesies, seperti dijumpai di perairan Papua.

Dominasi kehadiran ikan indikator secara signifikan diwakili oleh jenis

Chaetodon baronessa, Chaetodon trifascialis, Chaetodon trifasciatus, Chaetodon

trifascialis, Chaetodon kleinii, Heniochus varius. Dalam hal ini Chaetodon kleinii

hadir sangat mencolok karena jenis ini merespon kondisi karang dengan rank

kualitas yang lebar. Ikan ini dapat dijumpai mulai dari area karang yang baik

sampai area karang yang kritis. Secara umum kehadiran C. kleinii dan Heniochus

varius merupakan petunjuk bahwa kondisi terumbu karang kurang baik.

Sebaliknya dominasi kehadiran C. Baronessa, C. trifascialis, C. trifasciatus

menjadi tanda adanya banyak karang meja (tabulet) dan karang bercabang

(branching corals) di lokasi keberadaannya (Reese, E. 1977; 1981; Edrus &

Syam, 1998).

Keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi perairan bergantung pada

pertumbuhan populasi ikan baik jenis maupun biomassanya. Data keragamanan

kelompok ikan target dan indikator pada tahun 2014, dimana penelitian ini

dilaksanakan, menunjukkan jumlah jenis 84 spesies ikan target dari 16 suku dan

27 spesies ikan indikator dari suku Chaetodontidae. Dibandingkan dengan data

2010 (Ahyadi, 2010) yang menunjukkan bahwa jumlah jenis masih 54 spesies

dari 11 suku, maka kondisi komunitas ikan karang tahun 2014 lebih berkembang.

Intensitas perkembangan mendekati kondisinya ekologisnya di tahun 1998,

dimana pada tahun tersebut teridentifikasi 123 spesies dari 33 suku (Dahuri et al.,

1998).

Hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi jumlah spesies yang ditemukan jika

dibandingkan dengan hasil baseline data sebelumnya yang diambil oleh konsultan

yang ditunjuk. Perbandingan dengan data jumlah jenis dari hasil penelitian

konsultan 2012 untuk 10 besar ikan target yang mendominasi adalah Butana 14

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 10. Kepadatan biomassa dan sediaan ikan target menurut suku dan lokasi stasiun

2.2.2.2. Ikan Indikator

2.2.2.2.1. Keragaman Ikan Indikator

Stasiun TKGM 05, TKGM 04 dan TKGM 06 di Gili Trawangan dan

menyusul TKGM 08 di Gili Meno memiliki keragaman jenis dan jumlah

individual ikan indikator yang relatif tinggi dibanding stasiun lain di Gili Air .

Hal ini berarti bahwa ikan indikator (Chaetodontidae) merespon dengan baik

kondisi terumbu karang di stasiun-stasiun tersebut. Sebaliknya kondisi substrat

terumbu karang di Gili Air, khususnya di stasiun TKGM 01, 02, 03 dan TKGM

07 di Gili Meno kurang baik sebagai habitat ikan indikator. Ikan indikator dari

jenis Chaetodon klenii yang hadir dalam jumlah paling besar (107 individu)

adalah petunjuk bahwa terumbu karang kurang sehat. Sebaliknya hadirnya jenis

Chaetodon baronessa (86 individu), Chaetodon trifascialis (73 individu) dan

Chaetodon trifasciatus (33 individu) adalah petunjuk adanya perkembangan

karang bercabang yang cukup baik, karena ketiganya selalu berkorelasi positif

dengan jenis-jenis tertentu branching coral.

Kehadiran ikan indikator memberikan makna sendiri yang menjadi indikasi

adanya daya dukung lingkungan dan habitat. Makanan kegemaran (diet) dan

respon atas substrat dan kondisi perairan sangat menentukan komposisi kehadiran

Page 47: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

26

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

bertubuh kecil. Misalnya, aktivitas merumput dari 75 ekor ikan kakatua yang

berukuran 15 cm sama dengan 1 ekor ikan kakatua yang berukuran 35 cm (Steneck,

2012). Namun dari sisi jumlah jenis, jumlah individu, maupun ukuran individu ikan

herbivora, intensitas semua itu di perairan Gili Matra masih belum belum beskala

besar dampaknya bagi resiliensi. Terutama kelompok kakatua masih banyak yang

setingkat anakan. Ukuran gerombolan (population size) butana, kakatua maupun

baronang juga tidak begitu besar, pada beberapa stasiun malah terlihat soliter.

Namun peran masing-masing jenis butana, kakatua dan baronang tetap dapat

diperhitungkan dalam kelompok fungsional dari pola kebiasaan makannya bagi

resiliensi karang.

Ikan karang herbivora adalah berbeda dan tidak termasuk dalam satu kelompok

yang seragam secara ekologis. Kelompok herbivora tersebut terbagi dalam beberapa

kelompok fungsional yang berbeda dalam kaitannya dengan bagaimana kelompok

ikan itu makan, apa yang dimakan dan pengaruhnya pada penciptaan subtratum

tempat tumbuhnya koral baru. Ada 4 kelompok fungsional dari ikan karang

herbivora dan perannya yang rumit dalam resiliensi terumbu karang (Anonimous

2010), seperti :

1. Penggerogot/penggali ukuran kecil (scrapers/small excavators)

2. Pelaku bioerosi/penggali ukuran besar (large excavators/bioeroders)

3. Perumput/detrivora (grazers/detritivores)

4. Peliang (browsers)

Kebanyakan dari kakatua (Hipposcarus spp dan Scarus spp) adalah penggerogot

karang (scrapers). Kelompok ini menggigit permukaan karang dan memindahkan

alga dan sedikit bahan-bahan lain serta meninggalkan hanya sedikit bekas korekan

giginya pada substratum karang. Jenis-jenis yang lebih besar dan bersifat penggali,

seperti Bolbometopon muricatum, Cetoscarus bicolor dan semua jenis Chlorurus

spp., berbeda dari kelompok “scrapers”, karena kelompok ini menggali permukaan

karang lebih dalam dan memindahkan banyak sekali substrat karang dari setiap

gigitannya. Penggerogot atau penggali karang (ukuran individu < 35 cm)

memainkan peran penting dalam resiliensi pada terumbu karang dengan jalan

membatasi perkembangan dan pertumbuhan makroalga, sementara perumput

(grazers) secara intensif mengontrol pertumbuhan turf alga yang menempel dan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

spesies, Kakatua 12 spesies, Kakap 4 spesies, Bijinangka 4 spesies, Kerapu 4

spesies, Baronang 0 spesies, Lencam 1 spesies, Brajanata 2 spesies, Kurisi pasir 1

spesies, dan Ekor kuning 2 spesies.

2.2.2.3. Komposisi Ikan Karang sebagai Faktor Resiliensi Terumbu Karang

Kelompok butana (Acanthuridae), kakatua (Scaridae), dan baronang (Siganidae)

merupakan kelompok 10 besar yang hadir mendominasi dalam jenis maupun

biomassanya pada perairan TWP Gili Matra. Kelompok tersebut adalah herbivora

yang sangat berperan dalam resiliensi terumbu karang karena mampu mengontrol

atau membatasi perkembangan dan pertumbuhan komunitas alga yang kemudian

memberikan ruang substrat penempelan bagi larva karang hingga terjadi rekruitmen

karang. Jadi kelompok ikan ini memainkan peran penting dalam interaksi kompetitif

antara karang dan makroalgae. Kecuali itu, kelompok ikan ini menjadi pelaku

bioerosi pada karang dan mampu menciptakan pergantian fase pertumbuhan antara

karang dan makro alga, dimana proses tersebut tidak mudah dimengerti dengan baik.

Namun kehadiran kelompok ikan ini dalam jumlah yang sangat besar perlu menjadi

perhatian dalam pengelolaan perikanan, karena perubahahn rezim herbivora dalam

terumbu dapat berpengaruh nyata pada perubahan substrat karang (Berkepile & Hay,

2008; Green & Bellwood, 2009). Kehilangan kelompok ikan herbivora, misalnya

melalui lebih tangkap, dapat menyebabkan pergantian dari terumbu yang didominasi

karang menjadi didominasi makroalga. Untuk mempertahankan resiliensi karang,

aktivitas pengelolaan harus fokus pada perlindungan populasi herbivora.

Pengelola terumbu karang harus bekerja untuk mempertahankan keseimbangan

koloni karang dan komunitas alga. Ketika alga mengambil alih substrat, hal ini akan

menjadi sulit untuk merubah kecenderungan perkembangan vegetasi tersebut.

Apabila hal ini terjadi, aktivitas pengelolaan harus fokus pada pengembangan dan

perlindungan populasi herbivora. Dalam kondisi adanya kejadian yang menganggu,

ikan herbivora akan menghambat pertumbuhan alga dan sekaligus menyediakan

kesempatan pada larva karang untuk menempati jaringan substrat yang mati.

Pengaruh spesifik dari jenis ikan herbivora menunjukkan bahwa kekayaan jenis dari

komunitas herbivora adalah penting dalam menyediakan resiliensi yang dibutuhkan

karang untuk pulih dari gannguan yang terjadi. Dalam hal ini, ukuran ikan juga

penting karena ikan-ikan bertubuh besar lebih baik sebagai “grazer” dari pada yang

Page 48: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

27

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

bertubuh kecil. Misalnya, aktivitas merumput dari 75 ekor ikan kakatua yang

berukuran 15 cm sama dengan 1 ekor ikan kakatua yang berukuran 35 cm (Steneck,

2012). Namun dari sisi jumlah jenis, jumlah individu, maupun ukuran individu ikan

herbivora, intensitas semua itu di perairan Gili Matra masih belum belum beskala

besar dampaknya bagi resiliensi. Terutama kelompok kakatua masih banyak yang

setingkat anakan. Ukuran gerombolan (population size) butana, kakatua maupun

baronang juga tidak begitu besar, pada beberapa stasiun malah terlihat soliter.

Namun peran masing-masing jenis butana, kakatua dan baronang tetap dapat

diperhitungkan dalam kelompok fungsional dari pola kebiasaan makannya bagi

resiliensi karang.

Ikan karang herbivora adalah berbeda dan tidak termasuk dalam satu kelompok

yang seragam secara ekologis. Kelompok herbivora tersebut terbagi dalam beberapa

kelompok fungsional yang berbeda dalam kaitannya dengan bagaimana kelompok

ikan itu makan, apa yang dimakan dan pengaruhnya pada penciptaan subtratum

tempat tumbuhnya koral baru. Ada 4 kelompok fungsional dari ikan karang

herbivora dan perannya yang rumit dalam resiliensi terumbu karang (Anonimous

2010), seperti :

1. Penggerogot/penggali ukuran kecil (scrapers/small excavators)

2. Pelaku bioerosi/penggali ukuran besar (large excavators/bioeroders)

3. Perumput/detrivora (grazers/detritivores)

4. Peliang (browsers)

Kebanyakan dari kakatua (Hipposcarus spp dan Scarus spp) adalah penggerogot

karang (scrapers). Kelompok ini menggigit permukaan karang dan memindahkan

alga dan sedikit bahan-bahan lain serta meninggalkan hanya sedikit bekas korekan

giginya pada substratum karang. Jenis-jenis yang lebih besar dan bersifat penggali,

seperti Bolbometopon muricatum, Cetoscarus bicolor dan semua jenis Chlorurus

spp., berbeda dari kelompok “scrapers”, karena kelompok ini menggali permukaan

karang lebih dalam dan memindahkan banyak sekali substrat karang dari setiap

gigitannya. Penggerogot atau penggali karang (ukuran individu < 35 cm)

memainkan peran penting dalam resiliensi pada terumbu karang dengan jalan

membatasi perkembangan dan pertumbuhan makroalga, sementara perumput

(grazers) secara intensif mengontrol pertumbuhan turf alga yang menempel dan

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

spesies, Kakatua 12 spesies, Kakap 4 spesies, Bijinangka 4 spesies, Kerapu 4

spesies, Baronang 0 spesies, Lencam 1 spesies, Brajanata 2 spesies, Kurisi pasir 1

spesies, dan Ekor kuning 2 spesies.

2.2.2.3. Komposisi Ikan Karang sebagai Faktor Resiliensi Terumbu Karang

Kelompok butana (Acanthuridae), kakatua (Scaridae), dan baronang (Siganidae)

merupakan kelompok 10 besar yang hadir mendominasi dalam jenis maupun

biomassanya pada perairan TWP Gili Matra. Kelompok tersebut adalah herbivora

yang sangat berperan dalam resiliensi terumbu karang karena mampu mengontrol

atau membatasi perkembangan dan pertumbuhan komunitas alga yang kemudian

memberikan ruang substrat penempelan bagi larva karang hingga terjadi rekruitmen

karang. Jadi kelompok ikan ini memainkan peran penting dalam interaksi kompetitif

antara karang dan makroalgae. Kecuali itu, kelompok ikan ini menjadi pelaku

bioerosi pada karang dan mampu menciptakan pergantian fase pertumbuhan antara

karang dan makro alga, dimana proses tersebut tidak mudah dimengerti dengan baik.

Namun kehadiran kelompok ikan ini dalam jumlah yang sangat besar perlu menjadi

perhatian dalam pengelolaan perikanan, karena perubahahn rezim herbivora dalam

terumbu dapat berpengaruh nyata pada perubahan substrat karang (Berkepile & Hay,

2008; Green & Bellwood, 2009). Kehilangan kelompok ikan herbivora, misalnya

melalui lebih tangkap, dapat menyebabkan pergantian dari terumbu yang didominasi

karang menjadi didominasi makroalga. Untuk mempertahankan resiliensi karang,

aktivitas pengelolaan harus fokus pada perlindungan populasi herbivora.

Pengelola terumbu karang harus bekerja untuk mempertahankan keseimbangan

koloni karang dan komunitas alga. Ketika alga mengambil alih substrat, hal ini akan

menjadi sulit untuk merubah kecenderungan perkembangan vegetasi tersebut.

Apabila hal ini terjadi, aktivitas pengelolaan harus fokus pada pengembangan dan

perlindungan populasi herbivora. Dalam kondisi adanya kejadian yang menganggu,

ikan herbivora akan menghambat pertumbuhan alga dan sekaligus menyediakan

kesempatan pada larva karang untuk menempati jaringan substrat yang mati.

Pengaruh spesifik dari jenis ikan herbivora menunjukkan bahwa kekayaan jenis dari

komunitas herbivora adalah penting dalam menyediakan resiliensi yang dibutuhkan

karang untuk pulih dari gannguan yang terjadi. Dalam hal ini, ukuran ikan juga

penting karena ikan-ikan bertubuh besar lebih baik sebagai “grazer” dari pada yang

Page 49: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

28

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Kejadian kedua disebabkan oleh perubahan daya dukung dan kompleksitas habitat.

Dua kejadian ini sangat menentukan proses resiliensi karang yang begantung pada

kelimpahan populasi atau kelangkaan populasi dari kelompok ikan pengendali

substrat ganggang atau alga (steneck, 2012).

Beberapa stasiun penelitian dengan temuan ikan target yang rendah dan bahkan

ikan indikator yang tidak banyak jenis maupun jumlah individualnya (TKGM 1,2,3,

dan 7) menunjukkan bahwa daya dukung dan kompleksitas habitat tidak cukup baik.

Namun pada sebagian stasiun lain, seperti TKGM 4,5,6 dan 8, relatif masih

memiliki jenis dan biomassa yang tinggi, terutama stasiun TKGM 5, dimana respon

ikan terjadi terhadap kompleksitas habitat yang beragam. Pada stasiun tersebut,

ikan-ikan seperti kakap, kerapu, barajanata, lencam, bibir tebal, kurisi pasir, kuniran

memiliki relung habitat mikronya masing-masing yang mendorong keberagaman

jenis, disamping adanya ikan-ikan yang setiap hari ratusan kali keluar masuk area

terumbu karang, seperti ekor kuning, kuwe dan kembung (Lieske & Myers. 1997).

Jumlah jenis ikan target utama dari 6 suku yang tercatat selama penelitian di 8

stasiun penelitian sebanyak 45 jenis. Sediaan ikan karang untuk kategori target

utama dari 6 suku adalah 0.391 ton per hektar.

Seperti diketahui bahwa degradasi ekosistem terumbu karang di Gili Matra

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perikanan, pertambangan karang dan

pariwisata. Kegiatan yang merusak pada perikanan antara lain lempar jangkar,

muroami, potas dan bahan peledak (Bahchtiar et al., 2000). Monitoring ikan

indikator akan banyak membantu melihat secara dini dampak dari aktivitas merusak

tersebut.

2.2.3. Megabentos

Secara umum, terumbu karang di kawasan TWP Gili Matra termasuk tipe

terumbu tepi (fringing reef). Kawasan termasuk kategori pulau-pulau kecil dengan

pantai berpasir putih dengan berbagai vegetasi khas daerah pesisir dan pulau kecil.

Lingkungan perairan sangat terbuka dengan gelombang dan arus cukup kuat, terutama

pada bagian utara pulau. Gili Matra berada di sebelah utara Pulau Lombok dipengaruhi

oleh Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Massa air Arlindo bergerak dari Samudera

Pasifik melalui Selat Makassar menuju Samudera Hindia, baik langsung maupun

dibelokkan terlebih dahulu. Sebagian kecil massa air tersebut bergerak langsung

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

secara bersamaan penyediakan area substratum yang sudah bersih untuk

pertumbuhan karang baru. Penggali ukuran besar yang juga bersifat bioerosif

memainkan peran yang serupa dengan penggerogot dan penggali ukuran kecil, tetapi

kelompok ikan berukuran besar ini juga menjadi pelaku bioerosi pada karang dan

memindahkan karang mati serta membuka substratum karang yang keras untuk

tempat menempel dari larva karang. Ukuran kelompok ini yang termasuk penggali

karang ukuran besar umumnya diatas 35 cm. Kelompok perumput (grazers) dan

detrivora selain mengkonsumsi turf alga, juga sebagian kecil memakan bagian-

bagian hewan yang mati. Kelompok ini termasuk butana (Zebrasoma spp.,

Acanthurus spp, Naso spp, Centropyge spp., dan Siganus spp.) (Anonimous, 2010;

Green & Bellwood, 2009).

Komposisi jenis ikan karang dapat memberikan gambaran dari peran masing-

masing jenis ikan karang dalam pengaruhnya pada dinamika tumbuh kembangnya

terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen dari komunitas

ikan target dapat mendukung menejemen resiliensi terumbu karang. Komposisi ikan

target adalah ideal dari sisi jenis-jenis atau suku yang mendominasi komunitas,

meskipun ukuran individu, jumlah individu atau kepadatannya belum maksimal

untuk mengontrol resileinsi karang secara luas.

Jenis-jenis dari ikan target ekonomis penting, seperti kelompok kakap, kerapu,

baronang, lencam, bibir tebal, ekor kuning, dan kuwe dapat mempengaruhi secara

negatif proses resiliensi karang melalui menejemen penangkapan, terutama

penggunaan metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Cara penangkapan

yang merusak merupakan faktor negatif bagi proses resiliensi karang. Sebaliknya

kebijakan dan inisiatif masyarakat pada perlindungan dan konservasi dapat menjadi

faktor positif.

Dari sudut pandang pengelolaan, baik itu proteksi maupun konservasi ekosistem

terumbu, kehadiran ikan karang perlu dinisbahkan perannya sebagai indikator yang

menentukan proses resiliensi karang (Green & Bellwood 2009). Pola pengelolaan

karang dan ikan karang dapat menentukan suatu kondisi yang membawa pada lebih

tangkap atau sebaliknya membuat laju regenerasi stok sumberdaya ikan. Pada

kejadian yang pertama terjadi penurunan populasi ikan (reduced fish recruitment)

dan pada kejadian yang kedua terjadi pertumbuhan populasi ikan (increased fish

recruitment). Kejadian pertama lebih umum disebabkan oleh tingkat pemanfaatan.

Page 50: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

29

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Kejadian kedua disebabkan oleh perubahan daya dukung dan kompleksitas habitat.

Dua kejadian ini sangat menentukan proses resiliensi karang yang begantung pada

kelimpahan populasi atau kelangkaan populasi dari kelompok ikan pengendali

substrat ganggang atau alga (steneck, 2012).

Beberapa stasiun penelitian dengan temuan ikan target yang rendah dan bahkan

ikan indikator yang tidak banyak jenis maupun jumlah individualnya (TKGM 1,2,3,

dan 7) menunjukkan bahwa daya dukung dan kompleksitas habitat tidak cukup baik.

Namun pada sebagian stasiun lain, seperti TKGM 4,5,6 dan 8, relatif masih

memiliki jenis dan biomassa yang tinggi, terutama stasiun TKGM 5, dimana respon

ikan terjadi terhadap kompleksitas habitat yang beragam. Pada stasiun tersebut,

ikan-ikan seperti kakap, kerapu, barajanata, lencam, bibir tebal, kurisi pasir, kuniran

memiliki relung habitat mikronya masing-masing yang mendorong keberagaman

jenis, disamping adanya ikan-ikan yang setiap hari ratusan kali keluar masuk area

terumbu karang, seperti ekor kuning, kuwe dan kembung (Lieske & Myers. 1997).

Jumlah jenis ikan target utama dari 6 suku yang tercatat selama penelitian di 8

stasiun penelitian sebanyak 45 jenis. Sediaan ikan karang untuk kategori target

utama dari 6 suku adalah 0.391 ton per hektar.

Seperti diketahui bahwa degradasi ekosistem terumbu karang di Gili Matra

disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perikanan, pertambangan karang dan

pariwisata. Kegiatan yang merusak pada perikanan antara lain lempar jangkar,

muroami, potas dan bahan peledak (Bahchtiar et al., 2000). Monitoring ikan

indikator akan banyak membantu melihat secara dini dampak dari aktivitas merusak

tersebut.

2.2.3. Megabentos

Secara umum, terumbu karang di kawasan TWP Gili Matra termasuk tipe

terumbu tepi (fringing reef). Kawasan termasuk kategori pulau-pulau kecil dengan

pantai berpasir putih dengan berbagai vegetasi khas daerah pesisir dan pulau kecil.

Lingkungan perairan sangat terbuka dengan gelombang dan arus cukup kuat, terutama

pada bagian utara pulau. Gili Matra berada di sebelah utara Pulau Lombok dipengaruhi

oleh Arus Lintas Indonesia (Arlindo). Massa air Arlindo bergerak dari Samudera

Pasifik melalui Selat Makassar menuju Samudera Hindia, baik langsung maupun

dibelokkan terlebih dahulu. Sebagian kecil massa air tersebut bergerak langsung

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

secara bersamaan penyediakan area substratum yang sudah bersih untuk

pertumbuhan karang baru. Penggali ukuran besar yang juga bersifat bioerosif

memainkan peran yang serupa dengan penggerogot dan penggali ukuran kecil, tetapi

kelompok ikan berukuran besar ini juga menjadi pelaku bioerosi pada karang dan

memindahkan karang mati serta membuka substratum karang yang keras untuk

tempat menempel dari larva karang. Ukuran kelompok ini yang termasuk penggali

karang ukuran besar umumnya diatas 35 cm. Kelompok perumput (grazers) dan

detrivora selain mengkonsumsi turf alga, juga sebagian kecil memakan bagian-

bagian hewan yang mati. Kelompok ini termasuk butana (Zebrasoma spp.,

Acanthurus spp, Naso spp, Centropyge spp., dan Siganus spp.) (Anonimous, 2010;

Green & Bellwood, 2009).

Komposisi jenis ikan karang dapat memberikan gambaran dari peran masing-

masing jenis ikan karang dalam pengaruhnya pada dinamika tumbuh kembangnya

terumbu karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen dari komunitas

ikan target dapat mendukung menejemen resiliensi terumbu karang. Komposisi ikan

target adalah ideal dari sisi jenis-jenis atau suku yang mendominasi komunitas,

meskipun ukuran individu, jumlah individu atau kepadatannya belum maksimal

untuk mengontrol resileinsi karang secara luas.

Jenis-jenis dari ikan target ekonomis penting, seperti kelompok kakap, kerapu,

baronang, lencam, bibir tebal, ekor kuning, dan kuwe dapat mempengaruhi secara

negatif proses resiliensi karang melalui menejemen penangkapan, terutama

penggunaan metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Cara penangkapan

yang merusak merupakan faktor negatif bagi proses resiliensi karang. Sebaliknya

kebijakan dan inisiatif masyarakat pada perlindungan dan konservasi dapat menjadi

faktor positif.

Dari sudut pandang pengelolaan, baik itu proteksi maupun konservasi ekosistem

terumbu, kehadiran ikan karang perlu dinisbahkan perannya sebagai indikator yang

menentukan proses resiliensi karang (Green & Bellwood 2009). Pola pengelolaan

karang dan ikan karang dapat menentukan suatu kondisi yang membawa pada lebih

tangkap atau sebaliknya membuat laju regenerasi stok sumberdaya ikan. Pada

kejadian yang pertama terjadi penurunan populasi ikan (reduced fish recruitment)

dan pada kejadian yang kedua terjadi pertumbuhan populasi ikan (increased fish

recruitment). Kejadian pertama lebih umum disebabkan oleh tingkat pemanfaatan.

Page 51: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

30

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 11. Pola kehadiran spesies megabentos pada setiap stasiun di perairan TWP

Gili Matra

Jika dilihat dari jumlah individu tiap spesies atau kelompok spesies

megabenthos yang didapatkan di seluruh stasiun penelitian, terlihat bahwa terdapat

dua spesies atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah yang

mendominasi. Kedua spesies atau kelompok spesies megabenthos tersebut yaitu

bulu babi / echinoids dan siput pemakan polip karang / Drupella spp. Dari seluruh

megabenthos target yang ditemukan, bulu babi ditemukan sebanyak 34,091% (75

individu), dan Drupella spp. ditemukan sebanyak 56,364% (124 individu). Spesies

atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah sedang adalah

lola / Trochus spp, yaitu ditemukan sebanyak 5% (11 individu). Sedangkan spesies

atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah sedikit antara

lain bintang laut bermahkota duri / Acanthaster planci, kima / giant clams dan udang

karang / lobsters. Dari total megabenthos target yang ditemukan, Acanthaster planci

ditemukan sebanyak 0,455% (1 individu), kima ditemukan sebanyak 2,727% (6

individu) dan lobster yang ditemukan sebanyak 1,364% (3 individu). Kelompok

spesies megabenthos lainnya yaitu holothurian bahkan tidak ditemukan selama

penelitian di delapan titik penyelaman, baik kelompok yang memiliki nilai ekonomis

penting untuk dikonsumsi (teripang) maupun kelompok yang tidak dikonsumsi.

Gambaran mengenai prosentase megabenthos target yang ditemukan selama

penelitian disajikan pada Gambar 13.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

menuju Samudera Hindia melewati Selat Lombok. Sebagian besar lainnya dibelokkan

ke arah timur menuju Laut Banda sebelum akhirnya menuju Samudera Hindia melalui

Celah Timor dan Selat Ombai di Nusa Tenggara Timur.

Rataan terumbu (reef flat) perairan Gili Matra tidak begitu luas di sekeliling pulau.

Dasar perairan rataan terumbu ditutupi susbtrat keras dan sedikit bagian berpasir dan

patahan karang mati. Tubir (reef front) tidak terlihat jelas karena berada jauh garis

pantai, bagian lereng terumbu (reef sloop) relatif landai dengan kemiringan sekitar 30-

60o, terkadang ditemukan bagian berundak dan berlanjut sampai kedalaman sekitar 20-

30 meter. Di beberapa lokasi terlihat kerusakan terumbu diduga pengaruh pengeboman

serta penambangan pasir laut dan batu karang di masa lalu.

Pengamatan megabenthos dilakukan di delapan stasiun pengamatan permanen di

lokasi terumbu karang yang terpilih. Kondisi tutupan karang di lokasi transek secara

umum masuk dalam kategori rusak dan relatif tidak terlalu bagus, dengan kisaran

prosentase tutupan karang 10 – 40%. Baik atau buruknya kondisi terumbu karang

kadang sangat berpengaruh pada komposisi jenis megabenthos yang berasosiasi di

dalamnya. Misalnya, berbagai jenis lobster dan teripang sangat tergantung pada

terumbu karang dengan kondisi yang masih baik. Dan sebaliknya, komposisi jenis

megabenthos tidak jarang juga menentukan kondisi terumbu karang, misalnya ada atau

tidaknya biota pemakan polip karang.

2.2.3.1. Komposisi jenis megabenthos

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari delapan stasiun yang diamati, enam

dari tujuh spesies atau kelompok spesies megabenthos target berhasil ditemukan di

wilayah perairan Gili Matra ini. Pada pengamatan di seluruh stasiun didapatkan

sebanyak 220 individu megabenthos target dengan pola kehadiran spesies atau

kelompok spesies megabenthos seperti yang disajikan pada Tabel 11.

Page 52: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

31

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Tabel 11. Pola kehadiran spesies megabentos pada setiap stasiun di perairan TWP

Gili Matra

Jika dilihat dari jumlah individu tiap spesies atau kelompok spesies

megabenthos yang didapatkan di seluruh stasiun penelitian, terlihat bahwa terdapat

dua spesies atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah yang

mendominasi. Kedua spesies atau kelompok spesies megabenthos tersebut yaitu

bulu babi / echinoids dan siput pemakan polip karang / Drupella spp. Dari seluruh

megabenthos target yang ditemukan, bulu babi ditemukan sebanyak 34,091% (75

individu), dan Drupella spp. ditemukan sebanyak 56,364% (124 individu). Spesies

atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah sedang adalah

lola / Trochus spp, yaitu ditemukan sebanyak 5% (11 individu). Sedangkan spesies

atau kelompok spesies megabenthos yang ditemukan dalam jumlah sedikit antara

lain bintang laut bermahkota duri / Acanthaster planci, kima / giant clams dan udang

karang / lobsters. Dari total megabenthos target yang ditemukan, Acanthaster planci

ditemukan sebanyak 0,455% (1 individu), kima ditemukan sebanyak 2,727% (6

individu) dan lobster yang ditemukan sebanyak 1,364% (3 individu). Kelompok

spesies megabenthos lainnya yaitu holothurian bahkan tidak ditemukan selama

penelitian di delapan titik penyelaman, baik kelompok yang memiliki nilai ekonomis

penting untuk dikonsumsi (teripang) maupun kelompok yang tidak dikonsumsi.

Gambaran mengenai prosentase megabenthos target yang ditemukan selama

penelitian disajikan pada Gambar 13.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

menuju Samudera Hindia melewati Selat Lombok. Sebagian besar lainnya dibelokkan

ke arah timur menuju Laut Banda sebelum akhirnya menuju Samudera Hindia melalui

Celah Timor dan Selat Ombai di Nusa Tenggara Timur.

Rataan terumbu (reef flat) perairan Gili Matra tidak begitu luas di sekeliling pulau.

Dasar perairan rataan terumbu ditutupi susbtrat keras dan sedikit bagian berpasir dan

patahan karang mati. Tubir (reef front) tidak terlihat jelas karena berada jauh garis

pantai, bagian lereng terumbu (reef sloop) relatif landai dengan kemiringan sekitar 30-

60o, terkadang ditemukan bagian berundak dan berlanjut sampai kedalaman sekitar 20-

30 meter. Di beberapa lokasi terlihat kerusakan terumbu diduga pengaruh pengeboman

serta penambangan pasir laut dan batu karang di masa lalu.

Pengamatan megabenthos dilakukan di delapan stasiun pengamatan permanen di

lokasi terumbu karang yang terpilih. Kondisi tutupan karang di lokasi transek secara

umum masuk dalam kategori rusak dan relatif tidak terlalu bagus, dengan kisaran

prosentase tutupan karang 10 – 40%. Baik atau buruknya kondisi terumbu karang

kadang sangat berpengaruh pada komposisi jenis megabenthos yang berasosiasi di

dalamnya. Misalnya, berbagai jenis lobster dan teripang sangat tergantung pada

terumbu karang dengan kondisi yang masih baik. Dan sebaliknya, komposisi jenis

megabenthos tidak jarang juga menentukan kondisi terumbu karang, misalnya ada atau

tidaknya biota pemakan polip karang.

2.2.3.1. Komposisi jenis megabenthos

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari delapan stasiun yang diamati, enam

dari tujuh spesies atau kelompok spesies megabenthos target berhasil ditemukan di

wilayah perairan Gili Matra ini. Pada pengamatan di seluruh stasiun didapatkan

sebanyak 220 individu megabenthos target dengan pola kehadiran spesies atau

kelompok spesies megabenthos seperti yang disajikan pada Tabel 11.

Page 53: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

32

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar14. Diagram prosentase kehadiran masing-masing spesies megabenthos

pada masing-masing stasiun di perairan Gili Matra

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tiga kelompok megabenthos target yang

memiliki nilai ekologis penting bagi terumbu karang (bulu babi, siput pemakan polip

karang dan bintang laut bermahkota duri) dapat ditemukan di lokasi penelitian. Bulu

babi merupakan megabenthos yang cukup dominan dan dapat ditemukan di seluruh

stasiun. Ditemukannya bulu babi, terutama jenis Diadema setosum menunjukkan

bahwa karang di wilayah tersebut dalam kondisi tidak sehat. Bulu babi adalah

indikator kesehatan karang, dimana kehadiran dalam jumlah besar mengindikasikan

karang yang tidak sehat (Vimono, 2007). Diadema setosum memangsa algae yang

tumbuh pada karang mati, sesuai dengan sifatnya sebagai algae feeder. Kehadiran

bulu babi hitam ini sebenarnya memiliki peran yang menguntungkan bagi ekosistem

terumbu karang karena turut membersihkan algae, sehingga memungkinkan karang

untuk tumbuh dengan baik setelah substrat dibersihkan oleh Diadema setosum dari

keberadaan algae.

Jenis megabenthos kedua yang memiliki nilai ekologis penting bagi terumbu

karang adalah siput pemakan polip karang atau Drupella spp. Drupella spp.

merupakan megabenthos yang paling dominan dan dapat ditemukan di semua

stasiun. Drupella spp. merupakan keong yang memiliki kebiasaan memakan polip

karang, terutama pada karang bercabang maupun karang masif (Arbi, 2009). Secara

ekologis, keong pemakang polip karang ini memiliki peran sebagai pengendali alami

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 13. Diagram perbandingan jumlah individu dari masing-masing spesies

megabenthos target di perairan TWP Gili Matra

Dilihat dari prosentase kehadiran masing-masing spesies fauna megabenthos

pada tiap stasiun, terlihat Stasiun TKGM 03 memiliki fauna megabenthos yang

paling miskin, yaitu hanya terdapat tiga spesies atau kelompok spesies megabenthos

(bulu babi, Drupella spp. dan kima) dan masing-masing hanya terdiri dari satu

individu. Sedangkan Stasiun TKGM 06 merupakan stasiun yang memiliki

megabenthos yang paling beranekaragam, yaitu terdiri dari lima spesies atau

kelompok spesies megabenthos (bulu babi, Drupella spp., kima, lobster dan lola).

Enam stasiun lain memiliki jumlah spesies atau kelompok spesies megabenthos

antara tiga sampai empat dengan komposisi yang berbeda-beda. Keberadaan setiap

spesies atau kelompok spesies megabenthos tidak lepas dari kondisi kesehatan

terumbu karang sebagai habitat alaminya. Gambaran mengenai prosentase kehadiran

masing-masing spesies atau kelompok spesies megabenthos target pada masing-

masing stasiun di perairan Gili Matra yang ditemukan selama penelitian di delapan

lokasi disajikan pada Gambar 14.

Page 54: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

33

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar14. Diagram prosentase kehadiran masing-masing spesies megabenthos

pada masing-masing stasiun di perairan Gili Matra

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tiga kelompok megabenthos target yang

memiliki nilai ekologis penting bagi terumbu karang (bulu babi, siput pemakan polip

karang dan bintang laut bermahkota duri) dapat ditemukan di lokasi penelitian. Bulu

babi merupakan megabenthos yang cukup dominan dan dapat ditemukan di seluruh

stasiun. Ditemukannya bulu babi, terutama jenis Diadema setosum menunjukkan

bahwa karang di wilayah tersebut dalam kondisi tidak sehat. Bulu babi adalah

indikator kesehatan karang, dimana kehadiran dalam jumlah besar mengindikasikan

karang yang tidak sehat (Vimono, 2007). Diadema setosum memangsa algae yang

tumbuh pada karang mati, sesuai dengan sifatnya sebagai algae feeder. Kehadiran

bulu babi hitam ini sebenarnya memiliki peran yang menguntungkan bagi ekosistem

terumbu karang karena turut membersihkan algae, sehingga memungkinkan karang

untuk tumbuh dengan baik setelah substrat dibersihkan oleh Diadema setosum dari

keberadaan algae.

Jenis megabenthos kedua yang memiliki nilai ekologis penting bagi terumbu

karang adalah siput pemakan polip karang atau Drupella spp. Drupella spp.

merupakan megabenthos yang paling dominan dan dapat ditemukan di semua

stasiun. Drupella spp. merupakan keong yang memiliki kebiasaan memakan polip

karang, terutama pada karang bercabang maupun karang masif (Arbi, 2009). Secara

ekologis, keong pemakang polip karang ini memiliki peran sebagai pengendali alami

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 13. Diagram perbandingan jumlah individu dari masing-masing spesies

megabenthos target di perairan TWP Gili Matra

Dilihat dari prosentase kehadiran masing-masing spesies fauna megabenthos

pada tiap stasiun, terlihat Stasiun TKGM 03 memiliki fauna megabenthos yang

paling miskin, yaitu hanya terdapat tiga spesies atau kelompok spesies megabenthos

(bulu babi, Drupella spp. dan kima) dan masing-masing hanya terdiri dari satu

individu. Sedangkan Stasiun TKGM 06 merupakan stasiun yang memiliki

megabenthos yang paling beranekaragam, yaitu terdiri dari lima spesies atau

kelompok spesies megabenthos (bulu babi, Drupella spp., kima, lobster dan lola).

Enam stasiun lain memiliki jumlah spesies atau kelompok spesies megabenthos

antara tiga sampai empat dengan komposisi yang berbeda-beda. Keberadaan setiap

spesies atau kelompok spesies megabenthos tidak lepas dari kondisi kesehatan

terumbu karang sebagai habitat alaminya. Gambaran mengenai prosentase kehadiran

masing-masing spesies atau kelompok spesies megabenthos target pada masing-

masing stasiun di perairan Gili Matra yang ditemukan selama penelitian di delapan

lokasi disajikan pada Gambar 14.

Page 55: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

34

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

berperan, misalnya perburuan oleh nelayan. Statusnya sebagai biota ekonomis

penting yang menjadi target buruan bagi nelayan menjadikannya terancam.

Harganya yang terbilang mahal dan permintaan pasar yang tinggi menjadikannya

over eksploitasi di beberapa daerah.

Kima hanya ditemukan sebanyak 6 individu di lima stasiun yaitu Stasiun TKGM

01, Stasiun TKGM 03, Stasiun TKGM 04 dan Stasiun TKGM 05 masing-masing

satu individu, serta Stasiun TKGM 06 sebanyak dua individu. Kima yang ditemukan

kebanyakan masih berukuran kecil, dengan ukuran panjang cangkang 10 – 20 cm,

hanya satu individu saja yang memiliki ukuran panjang cangkang lebih dari 20 cm.

Kima memiliki nilai ekonomis tinggi, karena daging dan cangkangnya dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan. Dagingnya sangat laku dalam perdagangan perikanan

non ikan karena kelezatannya, sedangkan cangkangnya seringkali dijadikan sebagai

bahan baku kerajinan untuk souvenir. Masyarakat Amerika dan Eropa menggemari

berbagai jenis kima sebagai salah satu biota hias karena mantelnya yang berwama-

wami (Arbi, 2009).

Lobster ditemukan pada tiga stasiun yaitu di Stasiun TGKM 02, Stasiun TKGM

06 dan Stasiun TKGM 08 dengan jumlah individu yang ditemukan hanya satu

individu pada masing-masing stasiun. Sedikitnya jumlah lobster yang ditemukan

kemungkinan karena pengamatan dilakukan pada siang hari, sedangkan lobster

bersifat nokturnal. Tingginya aktivitas pariwisata di wilayah perairan Gili Matra

diduga juga memiliki andil dalam menentukan sedikitnya jumlah lobster yang dapat

ditemukan. Lobster atau udang karang merupakan komoditas perikanan yang

potensial dan bernilai ekonomis penting untuk ekspor. Penangkapan di alam yang

melampaui batas tentu saja berpotensi membahayakan populasi di habitat alaminya.

Permintaan lobster, baik untuk pasar domestik maupun ekspor, terus meningkat

sedangkan nelayan masih mengandalkan penangkapan lobster dari alam, sehingga

perlu upaya budidaya dan pembenihan (Setyono, 2006).

Lola ditemukan pada lima stasiun (Stasiun TKGM 01, Stasiun TKGM 04, Stasiun

TKGM 05, Stasiun TKGM 06 dan Stasiun TKGM 07) dimana jumlah individu yang

ditemukan berkisar satu sampai tiga individu pada tiap stasiun. Lola relatif sulit

ditemukan karena biasanya hidup menyembunyikan diri di balik karang pada siang

hari atau bersifat nokturnal. Jenis keong ini biasanya hidup di antara patahan karang,

karang mati dan celah karang pada terurribu karang daerah intertidal sampai subtidal

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

bagi keseimbangan ekosistem terumbu karang. Akan tetapi pengaruh yang

ditimbulkan akan cukup signifikan dalam mematikan karang apabila hadir dalam

agregasi yang relatif besar. Dalam jumlah sedikit keong jenis ini memang tidak

membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi karang, namun jika pada

kondisi terjadi ledakan populasi (outbreaks) siput ini besa berakibat fatal bagi

kerusakan karang. Ledakan populasi Drupella spp. pernah menyebabkan kematian

massal karang di Great Barier Reef, Australia (Turner,1994). Ketiadaan predator

alami dan adanya pengaruh pemanasan global turut memperparah kematian massal

karang tersebut. Salah satu predator alami bagi kelompok siput pada yang

berasosiasi dengan terumbu karang, termasuk siput parasit Drupella spp adalah ikan

napoleon.

Acanthaster planci atau bintang laut bermahkota duri adalah salah satu jenis

pemakan polip karang lainnya seperti halnya Drupella spp. Acanthaster planci

bahkan menjadi pemakan polip karang yang lebih populer populer karena dampak

kematian karang yang ditimbulkan cukup serius. Di Gili Matra, spesies ini memang

hanya ditemukan satu individu di satu stasiun saja (Stasiun TKGM 08), namun hal

ini patut diwaspadai mengingat begitu cepatnya pertumbuhan populasi dari spesies

ini. Dalam kondisi yang tertekan, Acanthaster planci akan mempercepat proses

pematangan gonad dan segera melakukan pemijahan dengan mengeluarkan telur

dalam jumlah besar (Setyastuti, 2010). Spesies ini juga diketahui memiliki umur

larva planktonik yang relatif lama yang memungkinkan untuk menyebar luas ke

seluruh dunia mengikuti pola arus. Disisi lain, tidak adanya predator alaminya juga

menjadi faktor yang layak dikhawatirkan. Siput Charonia tritonis atau triton dan

Casis cornuta atau siput kepala kambing merupakan predator alami dari Acanthaster

planci.

Kelompok megabenthos lain yang dapat ditemukan adalah kelompok yang

memiliki nilai ekonomis penting yang berasosiasi dengan terumbu karang, yaitu

kima, teripang, lola dan lobster. Kehadirannya pada ekosistem terumbu karang

seringkali menjadi indikator bahwa karang di lokasi tersebut masih sehat, atau

kalaupun karang telah mengalami kerusakan, kondisi fisika-kimia perairan cukup

mendukung kehidupan kelompok spesies megabenthos tersebut. Namun demikian,

ketidakhadiran kelompok spesies megabenthos tidak selalu disebabkan oleh kondisi

kesehatan karang atau kondisi fisika-kimia karena ada faktor lain yang juga

Page 56: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

35

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

berperan, misalnya perburuan oleh nelayan. Statusnya sebagai biota ekonomis

penting yang menjadi target buruan bagi nelayan menjadikannya terancam.

Harganya yang terbilang mahal dan permintaan pasar yang tinggi menjadikannya

over eksploitasi di beberapa daerah.

Kima hanya ditemukan sebanyak 6 individu di lima stasiun yaitu Stasiun TKGM

01, Stasiun TKGM 03, Stasiun TKGM 04 dan Stasiun TKGM 05 masing-masing

satu individu, serta Stasiun TKGM 06 sebanyak dua individu. Kima yang ditemukan

kebanyakan masih berukuran kecil, dengan ukuran panjang cangkang 10 – 20 cm,

hanya satu individu saja yang memiliki ukuran panjang cangkang lebih dari 20 cm.

Kima memiliki nilai ekonomis tinggi, karena daging dan cangkangnya dimanfaatkan

untuk berbagai kepentingan. Dagingnya sangat laku dalam perdagangan perikanan

non ikan karena kelezatannya, sedangkan cangkangnya seringkali dijadikan sebagai

bahan baku kerajinan untuk souvenir. Masyarakat Amerika dan Eropa menggemari

berbagai jenis kima sebagai salah satu biota hias karena mantelnya yang berwama-

wami (Arbi, 2009).

Lobster ditemukan pada tiga stasiun yaitu di Stasiun TGKM 02, Stasiun TKGM

06 dan Stasiun TKGM 08 dengan jumlah individu yang ditemukan hanya satu

individu pada masing-masing stasiun. Sedikitnya jumlah lobster yang ditemukan

kemungkinan karena pengamatan dilakukan pada siang hari, sedangkan lobster

bersifat nokturnal. Tingginya aktivitas pariwisata di wilayah perairan Gili Matra

diduga juga memiliki andil dalam menentukan sedikitnya jumlah lobster yang dapat

ditemukan. Lobster atau udang karang merupakan komoditas perikanan yang

potensial dan bernilai ekonomis penting untuk ekspor. Penangkapan di alam yang

melampaui batas tentu saja berpotensi membahayakan populasi di habitat alaminya.

Permintaan lobster, baik untuk pasar domestik maupun ekspor, terus meningkat

sedangkan nelayan masih mengandalkan penangkapan lobster dari alam, sehingga

perlu upaya budidaya dan pembenihan (Setyono, 2006).

Lola ditemukan pada lima stasiun (Stasiun TKGM 01, Stasiun TKGM 04, Stasiun

TKGM 05, Stasiun TKGM 06 dan Stasiun TKGM 07) dimana jumlah individu yang

ditemukan berkisar satu sampai tiga individu pada tiap stasiun. Lola relatif sulit

ditemukan karena biasanya hidup menyembunyikan diri di balik karang pada siang

hari atau bersifat nokturnal. Jenis keong ini biasanya hidup di antara patahan karang,

karang mati dan celah karang pada terurribu karang daerah intertidal sampai subtidal

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

bagi keseimbangan ekosistem terumbu karang. Akan tetapi pengaruh yang

ditimbulkan akan cukup signifikan dalam mematikan karang apabila hadir dalam

agregasi yang relatif besar. Dalam jumlah sedikit keong jenis ini memang tidak

membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi karang, namun jika pada

kondisi terjadi ledakan populasi (outbreaks) siput ini besa berakibat fatal bagi

kerusakan karang. Ledakan populasi Drupella spp. pernah menyebabkan kematian

massal karang di Great Barier Reef, Australia (Turner,1994). Ketiadaan predator

alami dan adanya pengaruh pemanasan global turut memperparah kematian massal

karang tersebut. Salah satu predator alami bagi kelompok siput pada yang

berasosiasi dengan terumbu karang, termasuk siput parasit Drupella spp adalah ikan

napoleon.

Acanthaster planci atau bintang laut bermahkota duri adalah salah satu jenis

pemakan polip karang lainnya seperti halnya Drupella spp. Acanthaster planci

bahkan menjadi pemakan polip karang yang lebih populer populer karena dampak

kematian karang yang ditimbulkan cukup serius. Di Gili Matra, spesies ini memang

hanya ditemukan satu individu di satu stasiun saja (Stasiun TKGM 08), namun hal

ini patut diwaspadai mengingat begitu cepatnya pertumbuhan populasi dari spesies

ini. Dalam kondisi yang tertekan, Acanthaster planci akan mempercepat proses

pematangan gonad dan segera melakukan pemijahan dengan mengeluarkan telur

dalam jumlah besar (Setyastuti, 2010). Spesies ini juga diketahui memiliki umur

larva planktonik yang relatif lama yang memungkinkan untuk menyebar luas ke

seluruh dunia mengikuti pola arus. Disisi lain, tidak adanya predator alaminya juga

menjadi faktor yang layak dikhawatirkan. Siput Charonia tritonis atau triton dan

Casis cornuta atau siput kepala kambing merupakan predator alami dari Acanthaster

planci.

Kelompok megabenthos lain yang dapat ditemukan adalah kelompok yang

memiliki nilai ekonomis penting yang berasosiasi dengan terumbu karang, yaitu

kima, teripang, lola dan lobster. Kehadirannya pada ekosistem terumbu karang

seringkali menjadi indikator bahwa karang di lokasi tersebut masih sehat, atau

kalaupun karang telah mengalami kerusakan, kondisi fisika-kimia perairan cukup

mendukung kehidupan kelompok spesies megabenthos tersebut. Namun demikian,

ketidakhadiran kelompok spesies megabenthos tidak selalu disebabkan oleh kondisi

kesehatan karang atau kondisi fisika-kimia karena ada faktor lain yang juga

Page 57: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

36

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.3. Kondisi Lamun

Rataan terumbu pada lokasi monitoring lamun di Gili Matra relatif luas dan memiliki

topografi mendatar. Substrat komunitas lamun pada raataan setiap stasiun di ketiga lokasi

terdiri dari campuran pasir dan kerikil atau pecahan karang (rubble). Pada saat monitoring

dilakukan, kondisi perairan jernih dengan gelombang pasang surut yang kuat di setiap stasiun

monitoring.

Lokasi monitoring di TWP Gili Matra merupakan daerah pariwisata sehingga lokasi

berdekatan dengan berbagai fasilitas pariwisata seperti penginapan dan restoran. Selain itu,

aktivitas perahu wisata juga kerap terlihat di hampir seperti stasiun di Gili Air, Gili Meno,

dan terlebih lagi di Gili Trawanganyang memiliki aktivitas wisataean tertinggi.

2.3.1. Komunitas Lamun

Enam jenis lamun tercatat pada transek monitoring lamun di sembilan stasiun(Tabel

12). Dua jenis lamun yang memiliki kehadiran 100% yaitu Thalassia hemrpichii dan

Cymodocea rotundata. Sedangkan, jenis lainnya hanya terdapat pada beberapa stasiun

saja. Di sisi lain, E. acoroides yang umumnya ditemukan di berbagai perairan Indonesia,

jarang terlihat di Gili Matra, kemungkinan jenis substrat pasir rubble dan sedikitnya

material lumpur, substrat terbaik untuk pertumbuhan E. acoroides, menjadi faktor

penyebab kelimpahan yang sangat rendah.

Tabel 12. Kehadiran Lamun pada Setiap Lokasi dan Stasiun

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

dangkal (Arbi, 2009). Faktor lain yang menyebabkan sulitnya menemukan biota ini

adalah faktor penangkapan. Nelayan biasanya menjadikan lola dan beberapa

gastropoda lain sebagai salah satu target tangkapan sampingan nelayan karena

memiliki harga yang cukup mahal. Lola telah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat

nelayan Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena di

samping dagingnya dapat dimakan, cangkangnya selain sebagai bahan baku

pembuatan kancing baju dan perhiasan, juga sebagai media perangsang

pembentukan mutiara pada budidaya kerang mutiara.

Teripang dan kelompok holothurian lainnya tidak ditemukan pada kedelapan

stasiun. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di ekosistem

terumbu karang pada berbagai tingkat trofik, berperan penting sebagai pemakan

deposit dan pemakan suspensi (Darsono, 2002). Teripang mencerna sejumlah besar

sedimen, terjadilah pengadukan lapisan atas sedimen yang memungkinkan terjadi

oksigenisasi lapisan sedimen. Proses ini mencegah terjadinya penumpukan busukan

bahan organik dan membantu mengontrol populasi hama dan organisme patogen.

Teripang merupakan komoditi perikanan yang eksploitasinya telah berlangsung

sejak ratusan tahun. Teripang diketahui sebagai bahan makanan yang diminati di

beberapa negara di Asia karena kandungan zat-zat obat (medicinal properties),

berkhasiat dalam proses penyembuhan (curative), dan diyakini mengandung zat

untuk meningkatkan vitalitas (aphrodisiac). Tidak ditemukannya teripang

kemungkinan besar akibat pernah terjadi tangkapan yang berlebih (over

exploitation).

Tingginya nilai ekonomi beberapa megabenthos menjadi ancaman terhadap

populasi di alam. Sehingga, pemerintah Indonesia segera tanggap dengan

mengeluarkan beberapa perundang-undangan sebagai upaya pelestarian sumber

daya hayati, diantaranya menetapkan beberapa jenis biota sebagai hewan yang

dilindungi. Ketentuan internasional juga telah menetapkan beberapa jenis biota laut

tersebut dalam kategori endangered dan tercantum dalam Red Data Book.

Pengawasan bagi perdagangannya dicantumkan dalam Apendiks II CITES yang

artinya dapat dimanfaatkan dengan kuota atau dibatasi. Kima dan lola merupakan

biota yang termasuk dalam pengawasan perundang-undangan tersebut. Sedangkan

teripang dan lobster juga sudah sepatutnya mendapat perhatian karena populasinya

di alam yang semakin menipis.

Page 58: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

37

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.3. Kondisi Lamun

Rataan terumbu pada lokasi monitoring lamun di Gili Matra relatif luas dan memiliki

topografi mendatar. Substrat komunitas lamun pada raataan setiap stasiun di ketiga lokasi

terdiri dari campuran pasir dan kerikil atau pecahan karang (rubble). Pada saat monitoring

dilakukan, kondisi perairan jernih dengan gelombang pasang surut yang kuat di setiap stasiun

monitoring.

Lokasi monitoring di TWP Gili Matra merupakan daerah pariwisata sehingga lokasi

berdekatan dengan berbagai fasilitas pariwisata seperti penginapan dan restoran. Selain itu,

aktivitas perahu wisata juga kerap terlihat di hampir seperti stasiun di Gili Air, Gili Meno,

dan terlebih lagi di Gili Trawanganyang memiliki aktivitas wisataean tertinggi.

2.3.1. Komunitas Lamun

Enam jenis lamun tercatat pada transek monitoring lamun di sembilan stasiun(Tabel

12). Dua jenis lamun yang memiliki kehadiran 100% yaitu Thalassia hemrpichii dan

Cymodocea rotundata. Sedangkan, jenis lainnya hanya terdapat pada beberapa stasiun

saja. Di sisi lain, E. acoroides yang umumnya ditemukan di berbagai perairan Indonesia,

jarang terlihat di Gili Matra, kemungkinan jenis substrat pasir rubble dan sedikitnya

material lumpur, substrat terbaik untuk pertumbuhan E. acoroides, menjadi faktor

penyebab kelimpahan yang sangat rendah.

Tabel 12. Kehadiran Lamun pada Setiap Lokasi dan Stasiun

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

dangkal (Arbi, 2009). Faktor lain yang menyebabkan sulitnya menemukan biota ini

adalah faktor penangkapan. Nelayan biasanya menjadikan lola dan beberapa

gastropoda lain sebagai salah satu target tangkapan sampingan nelayan karena

memiliki harga yang cukup mahal. Lola telah dikenal sejak dahulu oleh masyarakat

nelayan Indonesia karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena di

samping dagingnya dapat dimakan, cangkangnya selain sebagai bahan baku

pembuatan kancing baju dan perhiasan, juga sebagai media perangsang

pembentukan mutiara pada budidaya kerang mutiara.

Teripang dan kelompok holothurian lainnya tidak ditemukan pada kedelapan

stasiun. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di ekosistem

terumbu karang pada berbagai tingkat trofik, berperan penting sebagai pemakan

deposit dan pemakan suspensi (Darsono, 2002). Teripang mencerna sejumlah besar

sedimen, terjadilah pengadukan lapisan atas sedimen yang memungkinkan terjadi

oksigenisasi lapisan sedimen. Proses ini mencegah terjadinya penumpukan busukan

bahan organik dan membantu mengontrol populasi hama dan organisme patogen.

Teripang merupakan komoditi perikanan yang eksploitasinya telah berlangsung

sejak ratusan tahun. Teripang diketahui sebagai bahan makanan yang diminati di

beberapa negara di Asia karena kandungan zat-zat obat (medicinal properties),

berkhasiat dalam proses penyembuhan (curative), dan diyakini mengandung zat

untuk meningkatkan vitalitas (aphrodisiac). Tidak ditemukannya teripang

kemungkinan besar akibat pernah terjadi tangkapan yang berlebih (over

exploitation).

Tingginya nilai ekonomi beberapa megabenthos menjadi ancaman terhadap

populasi di alam. Sehingga, pemerintah Indonesia segera tanggap dengan

mengeluarkan beberapa perundang-undangan sebagai upaya pelestarian sumber

daya hayati, diantaranya menetapkan beberapa jenis biota sebagai hewan yang

dilindungi. Ketentuan internasional juga telah menetapkan beberapa jenis biota laut

tersebut dalam kategori endangered dan tercantum dalam Red Data Book.

Pengawasan bagi perdagangannya dicantumkan dalam Apendiks II CITES yang

artinya dapat dimanfaatkan dengan kuota atau dibatasi. Kima dan lola merupakan

biota yang termasuk dalam pengawasan perundang-undangan tersebut. Sedangkan

teripang dan lobster juga sudah sepatutnya mendapat perhatian karena populasinya

di alam yang semakin menipis.

Page 59: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

38

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 15 . Penutupaan Lamun Total (%) di Setiap Stasiun

Penutupan lamun per jenis di lokasi monitoring Gili Matra dapat dilihat pada Gambar

16. Penutupan jenis T. hemprichii dan C. rotundata terlihat mendominasi pada hampir

seluruh stasiun, sedangkan jenis lainnya memiliki tutupan yang relatif rendah. T.

hemprichii merupakan jenis lamun yang tersebar hampir di seluruh perairan Indo-Pasifik.

Di perairan Indonesia, kehadiran T. hemprichii tercatat di berbagai karakteristik substrat

seperti pasir berlumpur, pasir, rubble atau karang, serta lingkungan yang berenergi

gelombang yang tinggi seperti di Pesisir Selatan Jawa (Samudera Hindia).Namun sebaran

jenis C. rotundata belum diketahui secara menyeluruh. Di Indonesia, jenis ini cukup

melimpah dan umumnya ditemukan di daerah yang berpasir. Peta penutupan lamun di

lokasi penelitian di perairan TWP Gili Matra dapat dilihat pada Gambar 16.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Penutupan lamun di setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 15. Gili Trawangan

memiliki lamun dengan penutupan yang padat di stasiun LGMLM03 dan LGMLM04,

dengan nilai masing-masing 55% dan 73.33%, sedangkan dua stasiun lainnya memililiki

kriteria cukup padat dan jarang. Namun, stasiun 1 memiliki komunitas padang lamun yang

relatif pendek, yaitu sejauh 5 m dari pantai dan tidak membentuk padang lamun yang

merata (berupa patch). Berdasarkan kriteria lokasi untuk monitoring, stasiun 1 kurang

tepat untuk dijadikan sebagai stasiun monitoring karena komunitas lamun yang berbentuk

kelompok kecil (patch) dan relatif pendek, serta stasiun berdekatan dengan pelabuhan

rakyat dengan jumlah perahu yang relatif banyak dan aktivitas masyarakat di sekitar

stasiun cukup tinggi.

Lamun tercatat padat di kedua stasiun di Gili Ayer dengan jumlah jenis yang tertinggi

juga dibandingkan lokasi lainnya. Dibandingkan lokasi lainnya, Gili Air memiliki kondisi

lamun yang paling baik. Jumlah masyarakat dan wisatawan di Gili Ayer juga relatif lebih

sedikit dibandingkan Gili Trawangan dan Gili Meno. Asumsi yang muncul adalah

kurangnya ancaman dari lingkungan sekitar, seperti baling-baling perahu dll. sehingga

komunitas lamun terjaga. Selain itu, kemungkinan lain adalah kondisi perairan seperti arus

pasang surut yang tidak terlalu kuat karena posisi Gili Ayer yang lebih terlindung. Substrat

pasir di Gili Ayer juga lebih dominan dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Komunitas lamun di Gili Meno tercatat hanya dua stasiun, yaitu stasiun 9 dan 10.

Stasiun 8, yang ditetapkan dari kajian sebelumnya, tidak terdapat lamun. Dua stasiun di

Gili Meno (nomor stasiun baru) termasuk kategori padat (Stasiun 8) dan kategori kurang

padat (Stasiun 9). Lamun di Gili Meno relatif jauh lebih pendek dibandingkan daerah

lainnya, namun di stasiun LGMLM09 transek belum mencapai tubir karena arus pasang

surut yang kuat.

Page 60: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

39

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 15 . Penutupaan Lamun Total (%) di Setiap Stasiun

Penutupan lamun per jenis di lokasi monitoring Gili Matra dapat dilihat pada Gambar

16. Penutupan jenis T. hemprichii dan C. rotundata terlihat mendominasi pada hampir

seluruh stasiun, sedangkan jenis lainnya memiliki tutupan yang relatif rendah. T.

hemprichii merupakan jenis lamun yang tersebar hampir di seluruh perairan Indo-Pasifik.

Di perairan Indonesia, kehadiran T. hemprichii tercatat di berbagai karakteristik substrat

seperti pasir berlumpur, pasir, rubble atau karang, serta lingkungan yang berenergi

gelombang yang tinggi seperti di Pesisir Selatan Jawa (Samudera Hindia).Namun sebaran

jenis C. rotundata belum diketahui secara menyeluruh. Di Indonesia, jenis ini cukup

melimpah dan umumnya ditemukan di daerah yang berpasir. Peta penutupan lamun di

lokasi penelitian di perairan TWP Gili Matra dapat dilihat pada Gambar 16.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Penutupan lamun di setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 15. Gili Trawangan

memiliki lamun dengan penutupan yang padat di stasiun LGMLM03 dan LGMLM04,

dengan nilai masing-masing 55% dan 73.33%, sedangkan dua stasiun lainnya memililiki

kriteria cukup padat dan jarang. Namun, stasiun 1 memiliki komunitas padang lamun yang

relatif pendek, yaitu sejauh 5 m dari pantai dan tidak membentuk padang lamun yang

merata (berupa patch). Berdasarkan kriteria lokasi untuk monitoring, stasiun 1 kurang

tepat untuk dijadikan sebagai stasiun monitoring karena komunitas lamun yang berbentuk

kelompok kecil (patch) dan relatif pendek, serta stasiun berdekatan dengan pelabuhan

rakyat dengan jumlah perahu yang relatif banyak dan aktivitas masyarakat di sekitar

stasiun cukup tinggi.

Lamun tercatat padat di kedua stasiun di Gili Ayer dengan jumlah jenis yang tertinggi

juga dibandingkan lokasi lainnya. Dibandingkan lokasi lainnya, Gili Air memiliki kondisi

lamun yang paling baik. Jumlah masyarakat dan wisatawan di Gili Ayer juga relatif lebih

sedikit dibandingkan Gili Trawangan dan Gili Meno. Asumsi yang muncul adalah

kurangnya ancaman dari lingkungan sekitar, seperti baling-baling perahu dll. sehingga

komunitas lamun terjaga. Selain itu, kemungkinan lain adalah kondisi perairan seperti arus

pasang surut yang tidak terlalu kuat karena posisi Gili Ayer yang lebih terlindung. Substrat

pasir di Gili Ayer juga lebih dominan dibandingkan dengan lokasi lainnya.

Komunitas lamun di Gili Meno tercatat hanya dua stasiun, yaitu stasiun 9 dan 10.

Stasiun 8, yang ditetapkan dari kajian sebelumnya, tidak terdapat lamun. Dua stasiun di

Gili Meno (nomor stasiun baru) termasuk kategori padat (Stasiun 8) dan kategori kurang

padat (Stasiun 9). Lamun di Gili Meno relatif jauh lebih pendek dibandingkan daerah

lainnya, namun di stasiun LGMLM09 transek belum mencapai tubir karena arus pasang

surut yang kuat.

Page 61: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

40

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.4. Kondisi Mangrove

Kondisi persentase tutupan mangrove, kerapatan dan nilai INP di kawasan mangrove

TWP. Gili Matra ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase tutupan mangrove, kerapatan dan INP jenis pada enam stasiun penelitian mangrove di TWP. Gili Matra.

Persentase tutupan mangrove secara keseluruhan di TWP. Gili Matra berkisar antara 49.02

± 21.19% di stasiun MGM22 dan paling tinggi 70.49 ± 4.24% di stasiun MGM12 Pulau Gili

Trawangan (Gambar 18). Berdasarkan klasifikasi standar kualitas degradasi hutan mangrove

melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004, hutan mangrove di Pulau

Gili Meno tergolong dalam kategori cukup baik. Sedangkan dua stasiun, MGM22 dan

MGM22 di Gili Trawangan memiliki persentase tutupan dan kondisi kerapatan yang kurang

baik.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 16. Peta penutupan lamun di lokasi penelitian TWP Gili Matra

2.3.2. Kendala monitoring

Persentase penutupan lamun pada setiap stasiun dilakukan sampai batas akhir padang

lamun, tetapi pada beberapa stasiun tidak dilakukan demikian karena beberapa kendala,

seperti gelombang yang kuat pada saat pasang-surut, sehingga perairan menjadi keruh dan

pengamatan terganggu. Hal ini dapat diantisipasi dengan waktu pelaksanaan monitoring

yang tepat, musim dan bulan. Dengan demikian, beberapa lokasi hanya dilakukan transek

kurang dari 100 m .

Gambar 17. Penutupan Lamun Per Jenis di Setiap Stasiun

Page 62: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

41

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

2.4. Kondisi Mangrove

Kondisi persentase tutupan mangrove, kerapatan dan nilai INP di kawasan mangrove

TWP. Gili Matra ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Persentase tutupan mangrove, kerapatan dan INP jenis pada enam stasiun penelitian mangrove di TWP. Gili Matra.

Persentase tutupan mangrove secara keseluruhan di TWP. Gili Matra berkisar antara 49.02

± 21.19% di stasiun MGM22 dan paling tinggi 70.49 ± 4.24% di stasiun MGM12 Pulau Gili

Trawangan (Gambar 18). Berdasarkan klasifikasi standar kualitas degradasi hutan mangrove

melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004, hutan mangrove di Pulau

Gili Meno tergolong dalam kategori cukup baik. Sedangkan dua stasiun, MGM22 dan

MGM22 di Gili Trawangan memiliki persentase tutupan dan kondisi kerapatan yang kurang

baik.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 16. Peta penutupan lamun di lokasi penelitian TWP Gili Matra

2.3.2. Kendala monitoring

Persentase penutupan lamun pada setiap stasiun dilakukan sampai batas akhir padang

lamun, tetapi pada beberapa stasiun tidak dilakukan demikian karena beberapa kendala,

seperti gelombang yang kuat pada saat pasang-surut, sehingga perairan menjadi keruh dan

pengamatan terganggu. Hal ini dapat diantisipasi dengan waktu pelaksanaan monitoring

yang tepat, musim dan bulan. Dengan demikian, beberapa lokasi hanya dilakukan transek

kurang dari 100 m .

Gambar 17. Penutupan Lamun Per Jenis di Setiap Stasiun

Page 63: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

42

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

tutupan lebih dari 50% (sedang). Ini menunjukkan bahwa kondisi mangrove di Pulau Gili

Trawangan tergolong kurang baik/kritis. Substrat berpasir yang miskin organik ditambah

tekanan revitalisasi lahan pariwisata membuat wilayah mangrove menjadi semakin sempit.

Diperlukan ketegasan bagi pihak pemerintah daerah serta pihak pengelola kawasan

konservasi dalam menjaga kualitas mangrove dalam kawasan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 18. Persentase tutupan mangrove di TWP Gili Matra

Danau air asin yang terdapat di Pulau Gili Meno merupakan objek wisata yang sangat

menarik bagi wisatawan. Namun pemanfaatan kawasan tersebut yang berlebihan dapat

menyebabkan kondisi ekosistem mangrove terancam. Lahan hutan mangrove di kawasan Gili

Meno telah dikapling atau dipagar yang membuktikan bahwa wilayah tersebut telah dimiliki

oleh pihak swasta. Ada indikasi kerusakan akan semakin tinggi dengan penebangan yang

semakin banyak dilakukan.

Jenis Avicennia marina mendominasi dengan sangat baik di Pulau Gili Meno yang

memiliki substrat berpasir. Substrat berpasir dengan organik yang rendah dan salinitas yang

cukup tinggi merupakan habitat alami untuk jenis A. marina. Kandungan organik yang

rendah menjadi faktor pembatas bagi jenis lain untuk tumbuh. Jenis Rhizophora stylosa

ditemukan tumbuh diluar petak penelitian yang ditanam diareal danau. Jenis E. agallocha

merupakan umumnya tumbuh di wilayah yang mendekati daratan dan jarang ditemukan

terendam oleh air danau. Pengukuran terhadap air danau menunjukkan bahwa salinitas air

danau mencapai 41-42 ppt. Hal ini merupakan salah satu faktor pembatas bagi jenis yang

tidak toleran terhadap suhu tinggi.

Pulau Gili Terawangan memiliki komunitas mangrove yang sangat sempit dan terancam

terdegradasi. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai persentase tutupan yang hanya 49.02 ±

21.19 dan 51.73 ± 16.49 pada stasiun MGM21 dan MGM22. Kedua lokasi tersebut tidak

memiliki perbedaan yang nyata secara statistik walaupun stasiun MGM21 memiliki nilai

Page 64: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

43

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

tutupan lebih dari 50% (sedang). Ini menunjukkan bahwa kondisi mangrove di Pulau Gili

Trawangan tergolong kurang baik/kritis. Substrat berpasir yang miskin organik ditambah

tekanan revitalisasi lahan pariwisata membuat wilayah mangrove menjadi semakin sempit.

Diperlukan ketegasan bagi pihak pemerintah daerah serta pihak pengelola kawasan

konservasi dalam menjaga kualitas mangrove dalam kawasan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Gambar 18. Persentase tutupan mangrove di TWP Gili Matra

Danau air asin yang terdapat di Pulau Gili Meno merupakan objek wisata yang sangat

menarik bagi wisatawan. Namun pemanfaatan kawasan tersebut yang berlebihan dapat

menyebabkan kondisi ekosistem mangrove terancam. Lahan hutan mangrove di kawasan Gili

Meno telah dikapling atau dipagar yang membuktikan bahwa wilayah tersebut telah dimiliki

oleh pihak swasta. Ada indikasi kerusakan akan semakin tinggi dengan penebangan yang

semakin banyak dilakukan.

Jenis Avicennia marina mendominasi dengan sangat baik di Pulau Gili Meno yang

memiliki substrat berpasir. Substrat berpasir dengan organik yang rendah dan salinitas yang

cukup tinggi merupakan habitat alami untuk jenis A. marina. Kandungan organik yang

rendah menjadi faktor pembatas bagi jenis lain untuk tumbuh. Jenis Rhizophora stylosa

ditemukan tumbuh diluar petak penelitian yang ditanam diareal danau. Jenis E. agallocha

merupakan umumnya tumbuh di wilayah yang mendekati daratan dan jarang ditemukan

terendam oleh air danau. Pengukuran terhadap air danau menunjukkan bahwa salinitas air

danau mencapai 41-42 ppt. Hal ini merupakan salah satu faktor pembatas bagi jenis yang

tidak toleran terhadap suhu tinggi.

Pulau Gili Terawangan memiliki komunitas mangrove yang sangat sempit dan terancam

terdegradasi. Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai persentase tutupan yang hanya 49.02 ±

21.19 dan 51.73 ± 16.49 pada stasiun MGM21 dan MGM22. Kedua lokasi tersebut tidak

memiliki perbedaan yang nyata secara statistik walaupun stasiun MGM21 memiliki nilai

Page 65: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

44

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

3.2. Saran

Pemantauan perlu dilakukan secara periodik, mengingat semakin meningkatnya aktivitas

disekitar perairan sebagai akibat pertumbuhan wilayah di TWP Gili Matra yang menjadi

obyek turisme. Banyak terjadi kerusakan di ketiga ekosistem akibat pengembangan lokasi

untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti hotel dan sarana lainnya yang menunjang objek

pariwisata tersebut. Sehingga perlu adanya kordinasi lintas sektoral agar tidak terjadi

tumpang tindih kepentingan yang pada akhirnya membawa petaka bagi ekosistem tersebut.

Penyebab perubahan kondisi ekosistem yang terjadi di wilayah penelitian perlu segera diatasi,

sehingga dapat diketahui langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengantisipasi

perubahan tersebut.

Rekomendasi untuk masyarakat dan pengelola TWP Gili Matra adalah :

- Pembatasan penangkapan ikan dan pengaturan penggunaan alat tangkap, seperti

larangan penggunaan muroami, racun sianida dan bahan peladak untuk menangkap ikan.

- Pemanfaatan teknik monitoring ikan indikator untuk kawasan TWP secara lebih luas dan

periodik bagi tenaga teknisi lokal (non-spesialist) melalui pendidikan dan latihan.

- Fasilitasi pengembangan jaringan informasi partisipatif dalam kepentingan desiminasi

hasil-hasil monitoring, baik dalam segala bentuk bahan cetakan maupun digital, mulai

dari poster, liflet, brosur sampai naskah ilmiah/akademik dan videoclip dokumenter.

- Penggiringan penangkapan ikan ke daerah tangkapan ikan demersal pada perairan

neritik, seperti penggunaan bubu laut dalam, rawai dasar, dan jaring permukaan untuk

target tangkapa ikan pelagis.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Sebaran habitat laut dangkal yang berhasil dipetakan dari data citra satelit Landsat 8

yaitu karang, makroalgae, serta substrat terbuka. Untuk ekosistem Lamun sulit untuk

dipetakan karena tutupannya sangat jarang. Dalam komponen substrat campuran,

sebenarnya masih ada komponen karang, tetapi dalam jumlah kecil.

2. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di perairan Gili Matra adalah 24,48

%, termasuk dalam kategori kurang baik. Akan tetapi dengan jernihnya perairan,

aliran arus dan nutrisi, diharapkan pertumbuhan karang akan meningkat.

3. Kehadiran ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) sebanyak 27 jenis di Gili Matra masuk

dalam kategori tinggi (> 25 jenis). Jumlah jenis ikan target dari 6 suku yang tercatat

selama penelitian di 8 stasiun penelitian sebanyak 45 jenis. Sediaan ikan karang untuk

kategori target dari 6 suku adalah 0.391 ton per hektar dan tergolong rentan pada

penangkapan berlebih.

4. Megabenthos di perairan TWA Gili Matra dalam kondisi cukup beragam. Beberapa

biota ekonomis penting masih dapat ditemukan walau dalam jumlah tidak terlalu

banyak. Sebaliknya, biota pemangsa polip karang ditemukan dalam jumlah yang

cukup besar sehingga patut diwaspadai.

5. Penutupan jenis T. hemprichii dan C. rotundata terlihat mendominasi pada hampir

seluruh stasiun. Di perairan Indonesia,kehadiran T. hemprichii tercatat di bebagai

karakteristik substrat seperti pasir berlumpur, pasir, rubble atau karang, serta

lingkungan yang berenergi gelombang yang tinggi. Di Indonesia, jenis C. rotundata

cukup melimpah dan umumnya ditemukan di daerah yang berpasir.

6. Kawasan konservasi TWP. Gili Matra memiliki ekosistem mangrove dalam kategori

kurang baik (jarang) sampai sedang. Untuk kawasan Pulau Gili Meno jenis Avicennia

marina cukup mendominasi Kawasan hutan mangrove di Pulau Gili Trawangan

tergolong kurang baik, didominasi oleh jenis Excoecaria agallocha dan Lumnitzera

racemosa

Page 66: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

45

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

3.2. Saran

Pemantauan perlu dilakukan secara periodik, mengingat semakin meningkatnya aktivitas

disekitar perairan sebagai akibat pertumbuhan wilayah di TWP Gili Matra yang menjadi

obyek turisme. Banyak terjadi kerusakan di ketiga ekosistem akibat pengembangan lokasi

untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti hotel dan sarana lainnya yang menunjang objek

pariwisata tersebut. Sehingga perlu adanya kordinasi lintas sektoral agar tidak terjadi

tumpang tindih kepentingan yang pada akhirnya membawa petaka bagi ekosistem tersebut.

Penyebab perubahan kondisi ekosistem yang terjadi di wilayah penelitian perlu segera diatasi,

sehingga dapat diketahui langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengantisipasi

perubahan tersebut.

Rekomendasi untuk masyarakat dan pengelola TWP Gili Matra adalah :

- Pembatasan penangkapan ikan dan pengaturan penggunaan alat tangkap, seperti

larangan penggunaan muroami, racun sianida dan bahan peladak untuk menangkap ikan.

- Pemanfaatan teknik monitoring ikan indikator untuk kawasan TWP secara lebih luas dan

periodik bagi tenaga teknisi lokal (non-spesialist) melalui pendidikan dan latihan.

- Fasilitasi pengembangan jaringan informasi partisipatif dalam kepentingan desiminasi

hasil-hasil monitoring, baik dalam segala bentuk bahan cetakan maupun digital, mulai

dari poster, liflet, brosur sampai naskah ilmiah/akademik dan videoclip dokumenter.

- Penggiringan penangkapan ikan ke daerah tangkapan ikan demersal pada perairan

neritik, seperti penggunaan bubu laut dalam, rawai dasar, dan jaring permukaan untuk

target tangkapa ikan pelagis.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Sebaran habitat laut dangkal yang berhasil dipetakan dari data citra satelit Landsat 8

yaitu karang, makroalgae, serta substrat terbuka. Untuk ekosistem Lamun sulit untuk

dipetakan karena tutupannya sangat jarang. Dalam komponen substrat campuran,

sebenarnya masih ada komponen karang, tetapi dalam jumlah kecil.

2. Kondisi tutupan karang hidup secara keseluruhan di perairan Gili Matra adalah 24,48

%, termasuk dalam kategori kurang baik. Akan tetapi dengan jernihnya perairan,

aliran arus dan nutrisi, diharapkan pertumbuhan karang akan meningkat.

3. Kehadiran ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) sebanyak 27 jenis di Gili Matra masuk

dalam kategori tinggi (> 25 jenis). Jumlah jenis ikan target dari 6 suku yang tercatat

selama penelitian di 8 stasiun penelitian sebanyak 45 jenis. Sediaan ikan karang untuk

kategori target dari 6 suku adalah 0.391 ton per hektar dan tergolong rentan pada

penangkapan berlebih.

4. Megabenthos di perairan TWA Gili Matra dalam kondisi cukup beragam. Beberapa

biota ekonomis penting masih dapat ditemukan walau dalam jumlah tidak terlalu

banyak. Sebaliknya, biota pemangsa polip karang ditemukan dalam jumlah yang

cukup besar sehingga patut diwaspadai.

5. Penutupan jenis T. hemprichii dan C. rotundata terlihat mendominasi pada hampir

seluruh stasiun. Di perairan Indonesia,kehadiran T. hemprichii tercatat di bebagai

karakteristik substrat seperti pasir berlumpur, pasir, rubble atau karang, serta

lingkungan yang berenergi gelombang yang tinggi. Di Indonesia, jenis C. rotundata

cukup melimpah dan umumnya ditemukan di daerah yang berpasir.

6. Kawasan konservasi TWP. Gili Matra memiliki ekosistem mangrove dalam kategori

kurang baik (jarang) sampai sedang. Untuk kawasan Pulau Gili Meno jenis Avicennia

marina cukup mendominasi Kawasan hutan mangrove di Pulau Gili Trawangan

tergolong kurang baik, didominasi oleh jenis Excoecaria agallocha dan Lumnitzera

racemosa

Page 67: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

46

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Berkepile, D.E. and M.E. Hay. 2008. Herbivore species richness and feeding

complementarity affect community structure and function on a coral reef. PNAS

105: 16201–16206.

BKSDA. 2000. Laporan Pendataan Kondisi Terumbu Karang di Taman Wisata Alam Laut

Gili Indah Propinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram.

Brower, J.E. & J.H. Zar 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology. MWC

Brawn Company Publishing, Iowa: 194 pp.

Campbell, J.B. 1996. Introduction to Remote Sensing. London: Taylor & Francis. 622 p.

Clark, A.M. and F.E.W. Rowe. 1971. Monograph of Shallow Water Indo-West Pacific

Echinoderms. British Museum (Natural History), London: 238 pp.

Colin, P. L. and C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates. Coral Reef Press.

California: 341 pp.

Dahuri, R., V. Nikijuluw, A. Suparman, F. Yulianda, I. Setyobudi dan R.A. Kinseng. 1998.

Buku 1: Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam Laut Gili Indah Propinsi Nusa

Tenggara Barat. Proyek Penyusunan Neraca Sumberdaya Kelautan dan Pesisir

Daerah. Kerjasama Dirjen Pembangunan Daerah dengan Dirjen Perlindungan Hutan

dan Pelestarian Alam.

Dahuri. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.

Jakarta: Pradnya Paramita.

Dorenbosch, M., M. G. G. Grol, M. J. A. Christianen, I. Nagelkerken, G. Van der Velde.

2005. Indo-Pacific seagrass beds and mangroves contribute to fish density and

diversity on adjacent coral reefs. Marine Ecology Progress Series, 302; 63-76.

Edrus, I.N. & A.R. Syam. 1998. Sebaran Ikan Hias Suku Chaetodontidae di Perairan Karang

Pulau Ambon dan Peranannya dalam Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Jurnal

Penelitian Perikanan Indonesia Vol. IV, No.3, Thn. 1998.

FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980-2005. FAO Publisher. Rome. Italy

Froese, R. and D. Pauly. Editors. 2014. FishBase. World Wide Web electronic publication.

www.fishbase.org, version (04/2014).

Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zieren & L. Scholten. 2006. Mangrove Guidebook for Southeast

Asia. FAO and Wetlands International. Bangkok.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, R.T., and P. Dance. 1990. Compendium of Seashell. Crawford. House Press,

Australia: 411 pp.

Ahyadi, H. 2010. Evaluasi Sumberdaya Terumbu Karang untuk Wisata di Gili Trawangan

Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Ahyadi, H. dan A. Jufri. 2008. Analisis Perubahan Ekosistem Terumbu Karang untuk

Menunjang Pengelolaan Kawasan TWAL Gili Indah yang Berkelanjutan. Laporan

Kegiatan Riset dan Pengembangan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Nusa Tenggara Barat, Mataram.

Allen, G. R. and Erdmann, M. V. 2013. 2012. Reef Fishes of the East Indies. Univ of Hawaii

Press. 1292 pp.

Allen, G.R., R. Steene, P. Humann, and N. Deloach 2009. Reef Fish Identification, Tropical

Pacific. New World Publications, Inc. El Cajon CA. 480 pp.

Anonimous, 2003. Separo kondisi terumbu karang di NTB rusak. www. Lomboknews.com.

Anonimous. 2010. Monitoring herbivora. www.reefresilience.org/Toolkit_Coral/ C6cc2_

MonitorHerbivory.html

Arbi, U.Y. 2009. Drupella spp. (Muricidae: Mollusca): Siput pemakan karang. Oseana

XXXIV(3): 19-24.

Asdhiana, I.N. 2014. Kompas (I Made Asdhiana). 2014. Kunjungan Wisatawan ke Gili

Trawangan Meningkat 30 Persen. travel.kompas.com/read/2014/05/28/1810135/

Kunjungan.Wisatawan.ke.Gili.Trawangan.Meningkat.30.Persen. Diakses pada

13/10/2014

Bachtiar, I., Karnan, T. Hidayat. A. Arianto, Bursan, E. dan Susiono. 2000. Inventarisasi

Kerusakan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Gili Indah Kabupaten

Lombok Barat. Laporan Kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Usaha Konservasi di

Dalam dan Luar Kawasan Konservasi. Unit Konservasi Sumberdaya Daya Alam,

Nusa Tenggara Barat, Mataram. (in Indonesian).

Page 68: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

47

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Berkepile, D.E. and M.E. Hay. 2008. Herbivore species richness and feeding

complementarity affect community structure and function on a coral reef. PNAS

105: 16201–16206.

BKSDA. 2000. Laporan Pendataan Kondisi Terumbu Karang di Taman Wisata Alam Laut

Gili Indah Propinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram.

Brower, J.E. & J.H. Zar 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology. MWC

Brawn Company Publishing, Iowa: 194 pp.

Campbell, J.B. 1996. Introduction to Remote Sensing. London: Taylor & Francis. 622 p.

Clark, A.M. and F.E.W. Rowe. 1971. Monograph of Shallow Water Indo-West Pacific

Echinoderms. British Museum (Natural History), London: 238 pp.

Colin, P. L. and C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates. Coral Reef Press.

California: 341 pp.

Dahuri, R., V. Nikijuluw, A. Suparman, F. Yulianda, I. Setyobudi dan R.A. Kinseng. 1998.

Buku 1: Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam Laut Gili Indah Propinsi Nusa

Tenggara Barat. Proyek Penyusunan Neraca Sumberdaya Kelautan dan Pesisir

Daerah. Kerjasama Dirjen Pembangunan Daerah dengan Dirjen Perlindungan Hutan

dan Pelestarian Alam.

Dahuri. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.

Jakarta: Pradnya Paramita.

Dorenbosch, M., M. G. G. Grol, M. J. A. Christianen, I. Nagelkerken, G. Van der Velde.

2005. Indo-Pacific seagrass beds and mangroves contribute to fish density and

diversity on adjacent coral reefs. Marine Ecology Progress Series, 302; 63-76.

Edrus, I.N. & A.R. Syam. 1998. Sebaran Ikan Hias Suku Chaetodontidae di Perairan Karang

Pulau Ambon dan Peranannya dalam Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Jurnal

Penelitian Perikanan Indonesia Vol. IV, No.3, Thn. 1998.

FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980-2005. FAO Publisher. Rome. Italy

Froese, R. and D. Pauly. Editors. 2014. FishBase. World Wide Web electronic publication.

www.fishbase.org, version (04/2014).

Giesen, W., S. Wulffraat, M. Zieren & L. Scholten. 2006. Mangrove Guidebook for Southeast

Asia. FAO and Wetlands International. Bangkok.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, R.T., and P. Dance. 1990. Compendium of Seashell. Crawford. House Press,

Australia: 411 pp.

Ahyadi, H. 2010. Evaluasi Sumberdaya Terumbu Karang untuk Wisata di Gili Trawangan

Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Ahyadi, H. dan A. Jufri. 2008. Analisis Perubahan Ekosistem Terumbu Karang untuk

Menunjang Pengelolaan Kawasan TWAL Gili Indah yang Berkelanjutan. Laporan

Kegiatan Riset dan Pengembangan Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Nusa Tenggara Barat, Mataram.

Allen, G. R. and Erdmann, M. V. 2013. 2012. Reef Fishes of the East Indies. Univ of Hawaii

Press. 1292 pp.

Allen, G.R., R. Steene, P. Humann, and N. Deloach 2009. Reef Fish Identification, Tropical

Pacific. New World Publications, Inc. El Cajon CA. 480 pp.

Anonimous, 2003. Separo kondisi terumbu karang di NTB rusak. www. Lomboknews.com.

Anonimous. 2010. Monitoring herbivora. www.reefresilience.org/Toolkit_Coral/ C6cc2_

MonitorHerbivory.html

Arbi, U.Y. 2009. Drupella spp. (Muricidae: Mollusca): Siput pemakan karang. Oseana

XXXIV(3): 19-24.

Asdhiana, I.N. 2014. Kompas (I Made Asdhiana). 2014. Kunjungan Wisatawan ke Gili

Trawangan Meningkat 30 Persen. travel.kompas.com/read/2014/05/28/1810135/

Kunjungan.Wisatawan.ke.Gili.Trawangan.Meningkat.30.Persen. Diakses pada

13/10/2014

Bachtiar, I., Karnan, T. Hidayat. A. Arianto, Bursan, E. dan Susiono. 2000. Inventarisasi

Kerusakan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Gili Indah Kabupaten

Lombok Barat. Laporan Kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Usaha Konservasi di

Dalam dan Luar Kawasan Konservasi. Unit Konservasi Sumberdaya Daya Alam,

Nusa Tenggara Barat, Mataram. (in Indonesian).

Page 69: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

48

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Jenning, S.B., N.D. Brown & D. Sheil. 1999. Assessing forest canopies and understorey

illumination: canopy closure, canopy cover and other measures. Forestry 72(1): 59–

74.

Kathiresan, L and B.L. Bingham. 2001. Biology of Mangroves and Mangrove Ecosystems.

Advances in Marine Biology, 40: 81-251.

Kennedy, H. and M. Björk. 2009. Seagrass Meadows. In: Laffoley, D.D’A. &

GRIMSDITCH, G. (eds). 2009. The management of natural costal carbon sinks.

IUCN, Gland, Switzerland. 53 pp.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan

Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Khakim, Nurul. 2009. Kajian Tipologi Fisik Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta Untuk

Mendukung Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir. Institut Pertanian

Bogor: Disertasi S-3.

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago & S. Baba. 1999. Handbook of Mangroves in

Indonesia. Saritaksu. Denpasar, Indonesia.

Kohler, K.E; M. Gill. 2006. Coral Point Count with Excel extensions (CPCe): a visual basic

program for the determination of coral and substrate coverage using random point

count methodology. Comput Geosci 32(9):1259-1269.

Kuo, J. 2007. New monoecious seagrass of Halophila sulawesii (Hydrocharitaceae) from

Indonesia. Aquatic Botany, 87; 171-175.

Laben, Craig A., dan Bernard V. Brower. 2000. Process for Enhancing the Spatial Resolution

of Multispectral Imagery Using Pan-Sharpening. US Patent 6011875 A.

Lieske, E. & R. Myers. 1997. Reef Fishes of the World. Periplus Edition. Jakarta, Indonesia.

Lillesand, dan Kiefer, 1999. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Loya, Y. 1978. Plotless and Transect Methods, in: Stoddard, D.R., and R.E. Johannes, Coral

Reef Research Methods, Paris (UNESCO): 22–32.

Lyzenga, D.R., 1981. Remote Sensing of Bottom Reflectance and Water Attenuation

Parameters in Shallow Water Using Aircraft and Landsat Data. International

Journal of Remote Sensing 2, pp. 71-82.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Giyanto. 2012a. Kajian tentang panjang transek dan jarak antar pemotretan pada penggunaan

metode transek foto bawah air. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 38 (1): 1-18.

Giyanto. 2012b. Penilaian kondisi terumbu karang dengan metode transek foto bawah air.

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 38 (3):?-?.

Giyanto; B.H. Iskandar; D. Soedharma & Suharsono. 2010. Effisiensi dan akurasi pada

proses analisis foto bawah air untuk menilai kondisi terumbu karang. Oseanologi

dan Limnologi di Indonesia 36 (1): 111-130.

Gomez, E.D. and H.T. Yap. 1988. Monitoring Reef Condition. In: Coral Reef Management

Handbook. R.A. Kenchingt6on and B.E.T. Hudson (Eds). Unesco Publisher, Jakarta,

p. 171.

Green, A.L. and Bellwood, D.R. (2009). Monitoring functional groups of herbivorous reef

fishes as indicators of coral reef resilience – A practical guide for coral reef

managers in the Asia Pacific region. IUCN working group on Climate Change and

Coral Reefs. IUCN, Gland, Switzerland. 70 pages.

Green, E. P. & F. T. Short. 2003. World Atlas of Seagrasses. University of California Press.

USA. 310 pp.

Hidayat, A., 2003. Governance Structure in Coral Reef Management: A Report from Gili

Indah Village, West Lombok Indonesia. A Working Paper presented at Resource

Economic Department, Humboldt University of Berlin.

Hidayat, A., 2004. Determinants of Institutional Change and Collective Action in Coral Reef

Management: Evidences from Lombok, Indonesia ISTECS JOURNAL, V (2004)

113.

Ho, Nina, Kassem, Kenneth & Ng, Sharon. 2011. Seagrass Assessment Report of Semporna

Priority Conservation Area. Kota Kinabalu, Malaysia: WWF-Malaysia.

Hudaya, A. 2004. Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ Untuk Pemetaan Hutan Mangrove di

Kawasan Hutan Segara Anakan Kabupaten Cilacap. Skripsi S-1. Yogyakarta:

Fakultas Geografi – UGM.

Ishida, M. 2004. Automatic thresholding for digital hemispherical photography. Canadian

Journal of Forest Research 34: 2208–2216.

Page 70: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

49

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Jenning, S.B., N.D. Brown & D. Sheil. 1999. Assessing forest canopies and understorey

illumination: canopy closure, canopy cover and other measures. Forestry 72(1): 59–

74.

Kathiresan, L and B.L. Bingham. 2001. Biology of Mangroves and Mangrove Ecosystems.

Advances in Marine Biology, 40: 81-251.

Kennedy, H. and M. Björk. 2009. Seagrass Meadows. In: Laffoley, D.D’A. &

GRIMSDITCH, G. (eds). 2009. The management of natural costal carbon sinks.

IUCN, Gland, Switzerland. 53 pp.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan

Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Khakim, Nurul. 2009. Kajian Tipologi Fisik Pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta Untuk

Mendukung Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir. Institut Pertanian

Bogor: Disertasi S-3.

Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago & S. Baba. 1999. Handbook of Mangroves in

Indonesia. Saritaksu. Denpasar, Indonesia.

Kohler, K.E; M. Gill. 2006. Coral Point Count with Excel extensions (CPCe): a visual basic

program for the determination of coral and substrate coverage using random point

count methodology. Comput Geosci 32(9):1259-1269.

Kuo, J. 2007. New monoecious seagrass of Halophila sulawesii (Hydrocharitaceae) from

Indonesia. Aquatic Botany, 87; 171-175.

Laben, Craig A., dan Bernard V. Brower. 2000. Process for Enhancing the Spatial Resolution

of Multispectral Imagery Using Pan-Sharpening. US Patent 6011875 A.

Lieske, E. & R. Myers. 1997. Reef Fishes of the World. Periplus Edition. Jakarta, Indonesia.

Lillesand, dan Kiefer, 1999. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Loya, Y. 1978. Plotless and Transect Methods, in: Stoddard, D.R., and R.E. Johannes, Coral

Reef Research Methods, Paris (UNESCO): 22–32.

Lyzenga, D.R., 1981. Remote Sensing of Bottom Reflectance and Water Attenuation

Parameters in Shallow Water Using Aircraft and Landsat Data. International

Journal of Remote Sensing 2, pp. 71-82.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Giyanto. 2012a. Kajian tentang panjang transek dan jarak antar pemotretan pada penggunaan

metode transek foto bawah air. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 38 (1): 1-18.

Giyanto. 2012b. Penilaian kondisi terumbu karang dengan metode transek foto bawah air.

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 38 (3):?-?.

Giyanto; B.H. Iskandar; D. Soedharma & Suharsono. 2010. Effisiensi dan akurasi pada

proses analisis foto bawah air untuk menilai kondisi terumbu karang. Oseanologi

dan Limnologi di Indonesia 36 (1): 111-130.

Gomez, E.D. and H.T. Yap. 1988. Monitoring Reef Condition. In: Coral Reef Management

Handbook. R.A. Kenchingt6on and B.E.T. Hudson (Eds). Unesco Publisher, Jakarta,

p. 171.

Green, A.L. and Bellwood, D.R. (2009). Monitoring functional groups of herbivorous reef

fishes as indicators of coral reef resilience – A practical guide for coral reef

managers in the Asia Pacific region. IUCN working group on Climate Change and

Coral Reefs. IUCN, Gland, Switzerland. 70 pages.

Green, E. P. & F. T. Short. 2003. World Atlas of Seagrasses. University of California Press.

USA. 310 pp.

Hidayat, A., 2003. Governance Structure in Coral Reef Management: A Report from Gili

Indah Village, West Lombok Indonesia. A Working Paper presented at Resource

Economic Department, Humboldt University of Berlin.

Hidayat, A., 2004. Determinants of Institutional Change and Collective Action in Coral Reef

Management: Evidences from Lombok, Indonesia ISTECS JOURNAL, V (2004)

113.

Ho, Nina, Kassem, Kenneth & Ng, Sharon. 2011. Seagrass Assessment Report of Semporna

Priority Conservation Area. Kota Kinabalu, Malaysia: WWF-Malaysia.

Hudaya, A. 2004. Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ Untuk Pemetaan Hutan Mangrove di

Kawasan Hutan Segara Anakan Kabupaten Cilacap. Skripsi S-1. Yogyakarta:

Fakultas Geografi – UGM.

Ishida, M. 2004. Automatic thresholding for digital hemispherical photography. Canadian

Journal of Forest Research 34: 2208–2216.

Page 71: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

50

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Nash, S.V. 1988. Reef Diversity Index Survey Method for Non Sspecialist. Tropical Coastal

Area Management Vol. 4 (3): 14 – 17.

Neira, R.O. and J.R.K. Cantera. 2005. Composición Taxonómica y Distribución de las

Asociaciones de Equinodermos en los Ecosistemas Litorales del Pacifico

Colombiano. Rev. Biol. Trop. 53 (3): 195-206.

Noor, Y.R., M. Khazali & I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di

Indonesia. Bogor: PHKA/Wi-IP.

Polidoro BA, Carpenter KE, Collins L, Duke NC, Ellison AM, et al. 2010. The Loss of

Species: Mangrove Extinction Risk and Geographic Areas of Global Concern. PLoS

ONE 5(4): e10095.

Prayudha, Bayu. 2012. Pemetaan Sumberdaya Kepesisiran Melalui Teknologi Penginderaan

Jauh di Kota Ternate. Ekosistem Pesisir Ternate, Tidore, dan Sekitarnya. Pusat

Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta. Pp. 7 – 18.

Reese, E. 1977. Coevolution of Coral and Coral Feeding Fishes of Family Chaetodontidae.

Proceeding of the third International Coral Reef Symposium 1:267-274.

Reese, E. 1981. “Predation on corals by fishes of the family Chaetodontidae: implication for

conservation and management of coral reef ecosystem”. Bulletin of Marine Science

31 (3): 594-604.

Richards, J.A. 1999. Remote Sensing Digital Image Analysis. Berlin: Springer-Verlag. p. 240.

Sagawa, et al. 2007. A New Application Method for Lyzenga’s Optical Model.

www.ceg.ncl.ac.uk/rspsoc2007/papers/188.pdf. Diakses tanggal 27 Desember 2007.

Salm, R.V. 1984. Marine and Coastal Protected Areas: A Guide for Planners and Managers:

IUCN & Natural Resources Gland. Switzerland: 370pp.

Sastrapradja, D., S. Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja and M.A. Rifai, 1989,

Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Puslitbang

Bioteknologi LIPI, Jakarta.

Sediadi, A. 1999. Pemantauan Keanekaragaman Hayati di Terumbu Karang. Prosiding

Seminar tentang Oseanologi dan Ilmu Lingkungan Laut dalam Rangka

Penghargaan kepada Prof. Dr. Aprilani Soegiarto, M.Sc., APU. 1999: 205–210.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Masuda, H., K. Amaoka, C. Araga, T. Uyano, and T. Yoshino. 1984. The fishes of the Japan

Archipelago. Tokai, Japan, Tokai University Press, 2 vol. 435 pp.

Matsuura, K., O.K. Sumadiharga and K. Tsukamoto. 2000. Field Guide to Lombok Island.

Identification Guide to Marine Organism in Seagrass Beds of Lombok Island,

Indonesia. University of Tokyo: 449 pp.

McCloy, Keith R., 1995. Resourch Management Information Systems : Process and Practice.

London : Taylor and Francis.

McKenzie, L. J. 2003. Draft guidelines for the rapid assessment of seagrass habitats in the

wester Pacific. QFS, NFC, Cairns. 43 pp.

McKenzie, L. J. 2008. Seagrass Educator Handbook. Seagrass-Watch, Queensland,

Australia.

McKenzie, L.J., Campbell, S.J. & Roder, C.A. (2003) Seagrass-Watch: Manual for Mapping

& Monitoring Seagrass Resources by Community (citizen) volunteers. 2nd Edition.

(QFS, NFC, Cairns) 100pp.

Mumby, P.J., A.J. Edwards, J.E. Arias-Gonzalez, K.C. Lindeman, P.G. Blackwell, A. Gall,

M.I. Gorczynska, A.R.Harborne, C.L. Pescod, H. Renken, C.C.C. Wabnitz & G.

Llewellyn. 2004. Mangroves enhance the biomass of coral reef fish communities in

the Caribbean. Nature, 427(6974): 533-536.

Mumby, P.J., C. D. Clark, E. P. Green, dan A. J. Edwards. 1998. Benefits of Water Column

Correction and Contextual Editing for Mapping Coral Reefs. International Journal

of Remote Sensing, Vol. 19, No. 1, pp. 203-210.

Murdana, I.M. .2013. Ptensi dan karakteristik daya tarik wisata pulau tiga Gili (trawangan,

Meno, dan air. Media Bina Ilmiah, Volume 7, No 6: 48 – 55.

Nagelkerken, I. , C. M. Roberts, G. Van der Velde., M. Dorenbosch, M. C. Van Riel, E.

Cocheret de la Moriniere, P. H. Nienhuis. 2002. How important are mangroves and

seagrass beds for coral-reef fish? The nursery hypothesis tested on an island scale.

Marine Ecology Progress Series, 244; 299-305.

Nagelkerken, I., G. Van der Velde, M. W. Gorissen, G. J. Meijer, T. van’t Hof & C. den

Hartog. 2000. Importance of Mangrove, Seagrass Beds anad the Shallow Coral Reef

as a Nursery for Important Coral Reef Fishes, Using a Visual Census Technique.

Est. Coast. Shelf Sci.,, 51: 31-44.

Page 72: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

51

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Nash, S.V. 1988. Reef Diversity Index Survey Method for Non Sspecialist. Tropical Coastal

Area Management Vol. 4 (3): 14 – 17.

Neira, R.O. and J.R.K. Cantera. 2005. Composición Taxonómica y Distribución de las

Asociaciones de Equinodermos en los Ecosistemas Litorales del Pacifico

Colombiano. Rev. Biol. Trop. 53 (3): 195-206.

Noor, Y.R., M. Khazali & I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di

Indonesia. Bogor: PHKA/Wi-IP.

Polidoro BA, Carpenter KE, Collins L, Duke NC, Ellison AM, et al. 2010. The Loss of

Species: Mangrove Extinction Risk and Geographic Areas of Global Concern. PLoS

ONE 5(4): e10095.

Prayudha, Bayu. 2012. Pemetaan Sumberdaya Kepesisiran Melalui Teknologi Penginderaan

Jauh di Kota Ternate. Ekosistem Pesisir Ternate, Tidore, dan Sekitarnya. Pusat

Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta. Pp. 7 – 18.

Reese, E. 1977. Coevolution of Coral and Coral Feeding Fishes of Family Chaetodontidae.

Proceeding of the third International Coral Reef Symposium 1:267-274.

Reese, E. 1981. “Predation on corals by fishes of the family Chaetodontidae: implication for

conservation and management of coral reef ecosystem”. Bulletin of Marine Science

31 (3): 594-604.

Richards, J.A. 1999. Remote Sensing Digital Image Analysis. Berlin: Springer-Verlag. p. 240.

Sagawa, et al. 2007. A New Application Method for Lyzenga’s Optical Model.

www.ceg.ncl.ac.uk/rspsoc2007/papers/188.pdf. Diakses tanggal 27 Desember 2007.

Salm, R.V. 1984. Marine and Coastal Protected Areas: A Guide for Planners and Managers:

IUCN & Natural Resources Gland. Switzerland: 370pp.

Sastrapradja, D., S. Adisoemarto, K. Kartawinata, S. Sastrapradja and M.A. Rifai, 1989,

Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Puslitbang

Bioteknologi LIPI, Jakarta.

Sediadi, A. 1999. Pemantauan Keanekaragaman Hayati di Terumbu Karang. Prosiding

Seminar tentang Oseanologi dan Ilmu Lingkungan Laut dalam Rangka

Penghargaan kepada Prof. Dr. Aprilani Soegiarto, M.Sc., APU. 1999: 205–210.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Masuda, H., K. Amaoka, C. Araga, T. Uyano, and T. Yoshino. 1984. The fishes of the Japan

Archipelago. Tokai, Japan, Tokai University Press, 2 vol. 435 pp.

Matsuura, K., O.K. Sumadiharga and K. Tsukamoto. 2000. Field Guide to Lombok Island.

Identification Guide to Marine Organism in Seagrass Beds of Lombok Island,

Indonesia. University of Tokyo: 449 pp.

McCloy, Keith R., 1995. Resourch Management Information Systems : Process and Practice.

London : Taylor and Francis.

McKenzie, L. J. 2003. Draft guidelines for the rapid assessment of seagrass habitats in the

wester Pacific. QFS, NFC, Cairns. 43 pp.

McKenzie, L. J. 2008. Seagrass Educator Handbook. Seagrass-Watch, Queensland,

Australia.

McKenzie, L.J., Campbell, S.J. & Roder, C.A. (2003) Seagrass-Watch: Manual for Mapping

& Monitoring Seagrass Resources by Community (citizen) volunteers. 2nd Edition.

(QFS, NFC, Cairns) 100pp.

Mumby, P.J., A.J. Edwards, J.E. Arias-Gonzalez, K.C. Lindeman, P.G. Blackwell, A. Gall,

M.I. Gorczynska, A.R.Harborne, C.L. Pescod, H. Renken, C.C.C. Wabnitz & G.

Llewellyn. 2004. Mangroves enhance the biomass of coral reef fish communities in

the Caribbean. Nature, 427(6974): 533-536.

Mumby, P.J., C. D. Clark, E. P. Green, dan A. J. Edwards. 1998. Benefits of Water Column

Correction and Contextual Editing for Mapping Coral Reefs. International Journal

of Remote Sensing, Vol. 19, No. 1, pp. 203-210.

Murdana, I.M. .2013. Ptensi dan karakteristik daya tarik wisata pulau tiga Gili (trawangan,

Meno, dan air. Media Bina Ilmiah, Volume 7, No 6: 48 – 55.

Nagelkerken, I. , C. M. Roberts, G. Van der Velde., M. Dorenbosch, M. C. Van Riel, E.

Cocheret de la Moriniere, P. H. Nienhuis. 2002. How important are mangroves and

seagrass beds for coral-reef fish? The nursery hypothesis tested on an island scale.

Marine Ecology Progress Series, 244; 299-305.

Nagelkerken, I., G. Van der Velde, M. W. Gorissen, G. J. Meijer, T. van’t Hof & C. den

Hartog. 2000. Importance of Mangrove, Seagrass Beds anad the Shallow Coral Reef

as a Nursery for Important Coral Reef Fishes, Using a Visual Census Technique.

Est. Coast. Shelf Sci.,, 51: 31-44.

Page 73: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

52

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Vanderstraete, Tony, Rudi Goossens, dan Tharwat K. Ghabour. 2004. Coral Reef Habitat

Mapping in The Red Sea (Hurghada, Egypt) Based on Remote Sensing. EARSel

eProceedings 3, 2/2004, pp. 191-207.

Vimono, I.B. 2007. Sekilas mengenai landak laut. Oseana XXXII(3): 15-21.

Vinluan, R.J.N. dan J.D.T. De Alban. 2001. Evaluation of LANDSAT 7 ETM+ Data for

Coastal Habitat Assesment in Support of Fisheries Management. Paper presented at

the 22nd Asian Conference on Remote Sensing, 5 – 9 November 2001, Singapore,

Copyright © 2001 Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP),

National University of Singapore; Singapore Institute of Surveyors and Valuers

(SISV); Asian Association on Remote Sensing (AARS).

Vivien, H.M.L. & Y.B. Navarro. 1983. “Feeding diets and significance of coral feeding

among chaetodontidae fishes in Moorea (French Polynesia)”. Coral Reefs 2:119-

127.

Wilson J.R. & Green A.L. 2009. Metode Pemantauan Biologi Untuk Menilai Kesehatan

Terumbu Karang dan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di

Indonesia (Terjemahan). Versi 1.0. Laporan TNC Indonesia MarineProgram No

1/09. 46 hal.

Yulianto, G., A. Fahrudin, N, Kusmaningsih. 2007. Analisis Permintaan Rekreasi dan

Strategi Wisata Bahari di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa

Tenggara. Buletin Ekonomi Periikanan, 7 (2); 72-96.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Setyastuti, A. 2010. Tunjauan ledakan populasi dari bintang laut bermahkota

duri,Acanthaster planci. Oseana XXXV(3): 1-6.

Short, F. T., McKenzie, L. J., Coles, R. G., Gaeckle, J. L. 2004. SeagrassNet manual for

scientific monitoring of seagrass habitat – worldwide edition. University of New

Hampshire, USA; QDPI, Nothern Fisheries Centre, Australia. 71 pp.

Short, Frederick T. and Robert G. Coles (eds.). 2001. Global Seagrass Research Methods.

Elsevier Science B.V., Amsterdam.

Steneck, B. 2012. How to kill a coral reef: Lessons from the Caribbean.

www.reefresilience.org/ Toolkit Coral/C3a1_Herbivory.html

Suana, I. W. dan H. Ahyadi. 2012. Mapping of Ecosystem Management Problems in Gili

Meno, Gili Air and Gili Trawangan (Gili Matra) Through Participate Approach.

Journal of Coastal Development, 16 (1); 94-101.

Suana, I.W., A. Muspiah, K. Sukenti, B.F. Suryadi dan N.I. Julisaniah. 2011.Rehabilitasi

Hutan Mangrove di Danau Air Asin Gili Meno dalam Rangka Pengembangan

Ekowisata Pengamatan Burung (Birdwatching). Laporan Pengabdian Kepada

Masyarakat DIPA PNBP Unram. Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram, Mataram. (in Indonesian)

Suyarso, 2011. Evaluation on coral ressources at Maumere waters, East Nusa Tenggara using

landsat imagery through ecological and morphological approaces. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 37(3):547-569.

Suyarso, Y.I. Ulumuddin and Bayu Prayuda 2011. “Mapping of coral reef ecosystem in the

Natuna Islands using Alos imagery”. J. Coastal Dev. 15(1).1-9.

Tobler, W. 1988. Resolution, Resampling, and All That. In Mousey, H. & R. F. Tomlinson

(Eds.), Building Databases for Global Science. The Proceedings of the First Meeting

of the International Geographical Union Global Database Planning Project. (pp.129-

137). London:Taylor and Francis.

Tomlinson, P.B. 1986. The Botany of mangroves. Cambridge University Press, Cambridge,

U.K. 413 pp.

Turner, S.J. 1994. The Biology and Population Outbreaks of the Corallivorous Gastropod

Drupella on Indo-Pacific Reefs. Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev. 32: 461-530.

Page 74: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

53

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Vanderstraete, Tony, Rudi Goossens, dan Tharwat K. Ghabour. 2004. Coral Reef Habitat

Mapping in The Red Sea (Hurghada, Egypt) Based on Remote Sensing. EARSel

eProceedings 3, 2/2004, pp. 191-207.

Vimono, I.B. 2007. Sekilas mengenai landak laut. Oseana XXXII(3): 15-21.

Vinluan, R.J.N. dan J.D.T. De Alban. 2001. Evaluation of LANDSAT 7 ETM+ Data for

Coastal Habitat Assesment in Support of Fisheries Management. Paper presented at

the 22nd Asian Conference on Remote Sensing, 5 – 9 November 2001, Singapore,

Copyright © 2001 Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP),

National University of Singapore; Singapore Institute of Surveyors and Valuers

(SISV); Asian Association on Remote Sensing (AARS).

Vivien, H.M.L. & Y.B. Navarro. 1983. “Feeding diets and significance of coral feeding

among chaetodontidae fishes in Moorea (French Polynesia)”. Coral Reefs 2:119-

127.

Wilson J.R. & Green A.L. 2009. Metode Pemantauan Biologi Untuk Menilai Kesehatan

Terumbu Karang dan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di

Indonesia (Terjemahan). Versi 1.0. Laporan TNC Indonesia MarineProgram No

1/09. 46 hal.

Yulianto, G., A. Fahrudin, N, Kusmaningsih. 2007. Analisis Permintaan Rekreasi dan

Strategi Wisata Bahari di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa

Tenggara. Buletin Ekonomi Periikanan, 7 (2); 72-96.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

Setyastuti, A. 2010. Tunjauan ledakan populasi dari bintang laut bermahkota

duri,Acanthaster planci. Oseana XXXV(3): 1-6.

Short, F. T., McKenzie, L. J., Coles, R. G., Gaeckle, J. L. 2004. SeagrassNet manual for

scientific monitoring of seagrass habitat – worldwide edition. University of New

Hampshire, USA; QDPI, Nothern Fisheries Centre, Australia. 71 pp.

Short, Frederick T. and Robert G. Coles (eds.). 2001. Global Seagrass Research Methods.

Elsevier Science B.V., Amsterdam.

Steneck, B. 2012. How to kill a coral reef: Lessons from the Caribbean.

www.reefresilience.org/ Toolkit Coral/C3a1_Herbivory.html

Suana, I. W. dan H. Ahyadi. 2012. Mapping of Ecosystem Management Problems in Gili

Meno, Gili Air and Gili Trawangan (Gili Matra) Through Participate Approach.

Journal of Coastal Development, 16 (1); 94-101.

Suana, I.W., A. Muspiah, K. Sukenti, B.F. Suryadi dan N.I. Julisaniah. 2011.Rehabilitasi

Hutan Mangrove di Danau Air Asin Gili Meno dalam Rangka Pengembangan

Ekowisata Pengamatan Burung (Birdwatching). Laporan Pengabdian Kepada

Masyarakat DIPA PNBP Unram. Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram, Mataram. (in Indonesian)

Suyarso, 2011. Evaluation on coral ressources at Maumere waters, East Nusa Tenggara using

landsat imagery through ecological and morphological approaces. Oseanologi dan

Limnologi di Indonesia 37(3):547-569.

Suyarso, Y.I. Ulumuddin and Bayu Prayuda 2011. “Mapping of coral reef ecosystem in the

Natuna Islands using Alos imagery”. J. Coastal Dev. 15(1).1-9.

Tobler, W. 1988. Resolution, Resampling, and All That. In Mousey, H. & R. F. Tomlinson

(Eds.), Building Databases for Global Science. The Proceedings of the First Meeting

of the International Geographical Union Global Database Planning Project. (pp.129-

137). London:Taylor and Francis.

Tomlinson, P.B. 1986. The Botany of mangroves. Cambridge University Press, Cambridge,

U.K. 413 pp.

Turner, S.J. 1994. The Biology and Population Outbreaks of the Corallivorous Gastropod

Drupella on Indo-Pacific Reefs. Oceanogr. Mar. Biol. Ann. Rev. 32: 461-530.

Page 75: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

54

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

L45 116.07812 -8.36557 Pasir, lamun <10% L46 116.07838 -8.36587 Pasir, sedikit rubble L47 116.0789 -8.36558 Pasir, lamun < 10% L48 116.07925 -8.36532 Lamun 60%, pasir 40% L49 116.07956 -8.36511 Lamun L50 116.07981 -8.36505 Lamun L51 116.08008 -8.36503 Lamun L52 116.07864 -8.36471 Rubble L53 116.078 -8.3645 Pasir, lamun <10% L54 116.07714 -8.36426 Pasir, lamun <10% L55 116.07698 -8.36366 Lamun L56 116.07679 -8.36342 Lamun L57 116.0766 -8.36301 Lamun L58 116.07651 -8.36253 Lamun L59 116.07632 -8.36188 Pasir L60 116.07602 -8.3613 Lamun 50%, pasir 50% L61 116.07573 -8.36087 Pasir, lamun 20% L62 116.07561 -8.36073 Lamun L63 116.07541 -8.36039 Lamun L64 116.07525 -8.35995 Pasir L65 116.0808 -8.36514 Lamun L66 116.08219 -8.3651 Karang mati, pasir L67 116.0854 -8.3657 Karang mati L68 116.08591 -8.3657 Karang mati L69 116.08699 -8.36538 Pasir L70 116.08725 -8.36522 Pasir L71 116.08806 -8.36455 Pasir L72 116.08815 -8.36396 Pasir L73 116.08823 -8.36348 Pasir, karang mati L74 116.08826 -8.36281 Pasir, karang mati L75 116.08822 -8.36143 Pasir, karang mati L76 116.08818 -8.36002 Pasir L77 116.0882 -8.35994 Karang mati L78 116.08846 -8.35922 Karang mati L79 116.0885 -8.35855 Karang mati L80 116.08852 -8.35684 Karang mati L81 116.08858 -8.356 Karang mati L82 116.08732 -8.35559 Pasir L83 116.08752 -8.35571 Lamun L84 116.08784 -8.35547 Lamun L85 116.08798 -8.3549 Karang mati L86 116.08794 -8.35449 Karang mati L87 116.08788 -8.35423 Lamun L88 116.08794 -8.354 Lamun <305

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data ground truth perairan dangkal Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat.

Sta Long Lat Habitat L01 116.05103 -8.34922 Karang mati bercampur pasir L02 116.05132 -8.34906 Rubble bercampur pasir L03 116.05038 -8.34394 Pasir dan spot karang mati L04 116.05594 -8.34063 Karang mati bercampur pasir L05 116.05605 -8.34134 Pasir bercampur rubble L06 116.0565 -8.34172 Pasir dan rubble L07 116.0547 -8.34205 Pasir L09 116.05582 -8.34143 Rubble L10 116.05577 -8.34084 Karang mati dan pasir L11 116.05577 -8.34084 Karang mati dan pasir L12 116.05481 -8.34113 Karang mati dan pasir L13 116.05399 -8.34127 Karang mati dan pasir L14 116.05323 -8.3418 Karang mati dan pasir L15 116.0529 -8.34249 Pasir L16 116.05241 -8.34266 Pasir L17 116.05176 -8.34312 Pasir L18 116.05129 -8.34377 Pasir L19 116.05099 -8.34494 Pasir dan sedikit karang mati L20 116.05078 -8.34611 Karang mati dan pasir L21 116.05054 -8.34682 Karang mati dan pasir L22 116.05054 -8.34755 Pasir L23 116.05074 -8.34911 Pasir L24 116.05091 -8.3504 Pasir L25 116.05093 -8.35157 Karang mati dan pasir L26 116.06236 -8.35597 Karang mati dan pasir L27 116.06238 -8.35478 Pasir L28 116.05173 -8.35079 Lamun L29 116.05204 -8.35172 Lamun L30 116.05228 -8.35239 Lamun L31 116.05131 -8.34851 Lamun L32 116.05125 -8.34673 Lamun L33 116.06253 -8.35276 Karang mati dan pasir L34 116.05502 -8.34176 Karang mati dan pasir L35 116.055 -8.34167 Karang mati dan pasir TSUSI 1 116.05503 -8.34186 Lamun L40 116.0806 -8.36528 Lamun L41 116.07942 -8.36488 Lamun L42 116.07934 -8.36505 Lamun L43 116.07902 -8.36556 Lamun L44 116.07855 -8.3656 Pasir, lamun <10%

Page 76: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

55

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

L45 116.07812 -8.36557 Pasir, lamun <10% L46 116.07838 -8.36587 Pasir, sedikit rubble L47 116.0789 -8.36558 Pasir, lamun < 10% L48 116.07925 -8.36532 Lamun 60%, pasir 40% L49 116.07956 -8.36511 Lamun L50 116.07981 -8.36505 Lamun L51 116.08008 -8.36503 Lamun L52 116.07864 -8.36471 Rubble L53 116.078 -8.3645 Pasir, lamun <10% L54 116.07714 -8.36426 Pasir, lamun <10% L55 116.07698 -8.36366 Lamun L56 116.07679 -8.36342 Lamun L57 116.0766 -8.36301 Lamun L58 116.07651 -8.36253 Lamun L59 116.07632 -8.36188 Pasir L60 116.07602 -8.3613 Lamun 50%, pasir 50% L61 116.07573 -8.36087 Pasir, lamun 20% L62 116.07561 -8.36073 Lamun L63 116.07541 -8.36039 Lamun L64 116.07525 -8.35995 Pasir L65 116.0808 -8.36514 Lamun L66 116.08219 -8.3651 Karang mati, pasir L67 116.0854 -8.3657 Karang mati L68 116.08591 -8.3657 Karang mati L69 116.08699 -8.36538 Pasir L70 116.08725 -8.36522 Pasir L71 116.08806 -8.36455 Pasir L72 116.08815 -8.36396 Pasir L73 116.08823 -8.36348 Pasir, karang mati L74 116.08826 -8.36281 Pasir, karang mati L75 116.08822 -8.36143 Pasir, karang mati L76 116.08818 -8.36002 Pasir L77 116.0882 -8.35994 Karang mati L78 116.08846 -8.35922 Karang mati L79 116.0885 -8.35855 Karang mati L80 116.08852 -8.35684 Karang mati L81 116.08858 -8.356 Karang mati L82 116.08732 -8.35559 Pasir L83 116.08752 -8.35571 Lamun L84 116.08784 -8.35547 Lamun L85 116.08798 -8.3549 Karang mati L86 116.08794 -8.35449 Karang mati L87 116.08788 -8.35423 Lamun L88 116.08794 -8.354 Lamun <305

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data ground truth perairan dangkal Gili Matra, Kabupaten Lombok Barat.

Sta Long Lat Habitat L01 116.05103 -8.34922 Karang mati bercampur pasir L02 116.05132 -8.34906 Rubble bercampur pasir L03 116.05038 -8.34394 Pasir dan spot karang mati L04 116.05594 -8.34063 Karang mati bercampur pasir L05 116.05605 -8.34134 Pasir bercampur rubble L06 116.0565 -8.34172 Pasir dan rubble L07 116.0547 -8.34205 Pasir L09 116.05582 -8.34143 Rubble L10 116.05577 -8.34084 Karang mati dan pasir L11 116.05577 -8.34084 Karang mati dan pasir L12 116.05481 -8.34113 Karang mati dan pasir L13 116.05399 -8.34127 Karang mati dan pasir L14 116.05323 -8.3418 Karang mati dan pasir L15 116.0529 -8.34249 Pasir L16 116.05241 -8.34266 Pasir L17 116.05176 -8.34312 Pasir L18 116.05129 -8.34377 Pasir L19 116.05099 -8.34494 Pasir dan sedikit karang mati L20 116.05078 -8.34611 Karang mati dan pasir L21 116.05054 -8.34682 Karang mati dan pasir L22 116.05054 -8.34755 Pasir L23 116.05074 -8.34911 Pasir L24 116.05091 -8.3504 Pasir L25 116.05093 -8.35157 Karang mati dan pasir L26 116.06236 -8.35597 Karang mati dan pasir L27 116.06238 -8.35478 Pasir L28 116.05173 -8.35079 Lamun L29 116.05204 -8.35172 Lamun L30 116.05228 -8.35239 Lamun L31 116.05131 -8.34851 Lamun L32 116.05125 -8.34673 Lamun L33 116.06253 -8.35276 Karang mati dan pasir L34 116.05502 -8.34176 Karang mati dan pasir L35 116.055 -8.34167 Karang mati dan pasir TSUSI 1 116.05503 -8.34186 Lamun L40 116.0806 -8.36528 Lamun L41 116.07942 -8.36488 Lamun L42 116.07934 -8.36505 Lamun L43 116.07902 -8.36556 Lamun L44 116.07855 -8.3656 Pasir, lamun <10%

Page 77: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

56

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

T28 116.04314 -8.345 Pasir, karang mati T29 116.04301 -8.34461 Pasir, karang mati T30 116.04304 -8.34407 Karang mati, pasir T32 116.04297 -8.34313 Karang mati, pasir T33 116.04289 -8.34251 Karang mati, pasir T34 116.04304 -8.34186 Karang mati, pasir T35 116.04313 -8.34135 Karang mati, pasir T36 116.04312 -8.341 Karang mati, pasir T37 116.04221 -8.35843 Karang mati, pasir T38 116.04307 -8.34041 Karang mati, pasir T39 116.04276 -8.33945 Karang mati, pasir T40 116.04249 -8.33894 Karang mati, pasir T41 116.04211 -8.33857 Karang mati, pasir T42 116.04193 -8.33829 Karang mati, pasir T43 116.04233 -8.33817 Karang mati, pasir T44 116.04295 -8.33804 Pasir, karang mati T45 116.04329 -8.33796 Pasir, karang mati T46 116.04333 -8.33786 Pasir, karang mati T47 116.04245 -8.35772 Pasir, karang mati T48 116.04259 -8.3377 Pasir, karang mati T49 116.04194 -8.33742 Pasir, karang mati T50 116.04148 -8.33743 Pasir, karang mati T51 116.04084 -8.33745 Karang mati, pasir T52 116.04034 -8.33738 Karang mati, pasir T53 116.04002 -8.33739 Karang mati T54 116.03974 -8.33751 Karang mati T55 116.03944 -8.3376 Karang mati T56 116.0391 -8.33768 Karang mati T57 116.03864 -8.33776 Karang mati T58 116.03831 -8.33772 Karang mati T59 116.03796 -8.33777 Karang mati T60 116.03731 -8.33749 Karang mati T61 116.03707 -8.33774 Karang mati, pasir T62 116.03672 -8.33784 Pasir, karang mati T63 116.03629 -8.33779 Pasir, karang mati T64 116.03591 -8.33769 Karang mati, pasir (50-50) T65 116.03527 -8.3376 Karang mati, pasir (50-50) T67 116.03438 -8.33818 Karang mati T68 116.03398 -8.33825 Karang mati T69 116.03323 -8.3385 Karang mati, pasir T70 116.0327 -8.33852 Pasir, sedikit kr mati T71 116.03243 -8.33861 Pasir, sedikit kr mati T72 116.03209 -8.33873 Pasir T73 116.03171 -8.33887 Pasir, sedikit kr mati

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

L89 116.08804 -8.35372 Karang mati L90 116.08808 -8.35337 Karang mati L91 116.08786 -8.35289 Lamun. Karang mati L92 116.08789 -8.35254 Lamun. Karang mati L93 116.08782 -8.35234 Karang mati L94 116.08786 -8.35214 Karang mati L95 116.08797 -8.35188 Karang mati L96 116.0878 -8.35158 Karang mati L97 116.08736 -8.35169 Rubble L98 116.08746 -8.35161 Karang mati L99 116.08707 -8.35176 Pasir L100 116.08679 -8.35185 Pasir L101 116.08727 -8.35199 Lamun L102 116.08764 -8.35264 Lamun L103 116.08777 -8.35312 Lamun L104 116.08789 -8.35364 Lamun L105 116.08805 -8.355 Lamun L106 116.08809 -8.35501 Pasir, kr mati, lamun L107 116.08801 -8.35562 Lamun L108 116.08816 -8.35625 Lamun L109 116.0882 -8.35674 Pasir, rubble T5 116.04278 -8.35701 Karang hidup, kr mati T6 116.04297 -8.35646 Pasir T7 116.0431 -8.3561 Pasir T8 116.04332 -8.35569 Pasir T9 116.04355 -8.35542 Pasir T10 116.04383 -8.35492 Pasir T11 116.04376 -8.35449 Karang mati, pasir T12 116.04391 -8.3541 Karang mati, pasir T13 116.04418 -8.35346 Pasir T14 116.04447 -8.35315 Pasir T15 116.04469 -8.35251 Pasir T16 116.0449 -8.3519 Pasir T17 116.04237 -8.35878 Pasir T17A 116.04485 -8.35133 Pasir T18 116.04475 -8.35056 Pasir T20 116.04454 -8.35011 Pasir, karang mati T21 116.04403 -8.349 Pasir, karang mati T22 116.04382 -8.34852 Pasir, karang mati T23 116.04369 -8.34806 Pasir, karang mati T24 116.04359 -8.3476 Pasir, karang mati T25 116.0434 -8.34696 Pasir, karang mati T26 116.04333 -8.34623 Karang mati, pasir T27 116.04205 -8.35884 Karang mati, pasir

Page 78: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

57

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

T28 116.04314 -8.345 Pasir, karang mati T29 116.04301 -8.34461 Pasir, karang mati T30 116.04304 -8.34407 Karang mati, pasir T32 116.04297 -8.34313 Karang mati, pasir T33 116.04289 -8.34251 Karang mati, pasir T34 116.04304 -8.34186 Karang mati, pasir T35 116.04313 -8.34135 Karang mati, pasir T36 116.04312 -8.341 Karang mati, pasir T37 116.04221 -8.35843 Karang mati, pasir T38 116.04307 -8.34041 Karang mati, pasir T39 116.04276 -8.33945 Karang mati, pasir T40 116.04249 -8.33894 Karang mati, pasir T41 116.04211 -8.33857 Karang mati, pasir T42 116.04193 -8.33829 Karang mati, pasir T43 116.04233 -8.33817 Karang mati, pasir T44 116.04295 -8.33804 Pasir, karang mati T45 116.04329 -8.33796 Pasir, karang mati T46 116.04333 -8.33786 Pasir, karang mati T47 116.04245 -8.35772 Pasir, karang mati T48 116.04259 -8.3377 Pasir, karang mati T49 116.04194 -8.33742 Pasir, karang mati T50 116.04148 -8.33743 Pasir, karang mati T51 116.04084 -8.33745 Karang mati, pasir T52 116.04034 -8.33738 Karang mati, pasir T53 116.04002 -8.33739 Karang mati T54 116.03974 -8.33751 Karang mati T55 116.03944 -8.3376 Karang mati T56 116.0391 -8.33768 Karang mati T57 116.03864 -8.33776 Karang mati T58 116.03831 -8.33772 Karang mati T59 116.03796 -8.33777 Karang mati T60 116.03731 -8.33749 Karang mati T61 116.03707 -8.33774 Karang mati, pasir T62 116.03672 -8.33784 Pasir, karang mati T63 116.03629 -8.33779 Pasir, karang mati T64 116.03591 -8.33769 Karang mati, pasir (50-50) T65 116.03527 -8.3376 Karang mati, pasir (50-50) T67 116.03438 -8.33818 Karang mati T68 116.03398 -8.33825 Karang mati T69 116.03323 -8.3385 Karang mati, pasir T70 116.0327 -8.33852 Pasir, sedikit kr mati T71 116.03243 -8.33861 Pasir, sedikit kr mati T72 116.03209 -8.33873 Pasir T73 116.03171 -8.33887 Pasir, sedikit kr mati

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

L89 116.08804 -8.35372 Karang mati L90 116.08808 -8.35337 Karang mati L91 116.08786 -8.35289 Lamun. Karang mati L92 116.08789 -8.35254 Lamun. Karang mati L93 116.08782 -8.35234 Karang mati L94 116.08786 -8.35214 Karang mati L95 116.08797 -8.35188 Karang mati L96 116.0878 -8.35158 Karang mati L97 116.08736 -8.35169 Rubble L98 116.08746 -8.35161 Karang mati L99 116.08707 -8.35176 Pasir L100 116.08679 -8.35185 Pasir L101 116.08727 -8.35199 Lamun L102 116.08764 -8.35264 Lamun L103 116.08777 -8.35312 Lamun L104 116.08789 -8.35364 Lamun L105 116.08805 -8.355 Lamun L106 116.08809 -8.35501 Pasir, kr mati, lamun L107 116.08801 -8.35562 Lamun L108 116.08816 -8.35625 Lamun L109 116.0882 -8.35674 Pasir, rubble T5 116.04278 -8.35701 Karang hidup, kr mati T6 116.04297 -8.35646 Pasir T7 116.0431 -8.3561 Pasir T8 116.04332 -8.35569 Pasir T9 116.04355 -8.35542 Pasir T10 116.04383 -8.35492 Pasir T11 116.04376 -8.35449 Karang mati, pasir T12 116.04391 -8.3541 Karang mati, pasir T13 116.04418 -8.35346 Pasir T14 116.04447 -8.35315 Pasir T15 116.04469 -8.35251 Pasir T16 116.0449 -8.3519 Pasir T17 116.04237 -8.35878 Pasir T17A 116.04485 -8.35133 Pasir T18 116.04475 -8.35056 Pasir T20 116.04454 -8.35011 Pasir, karang mati T21 116.04403 -8.349 Pasir, karang mati T22 116.04382 -8.34852 Pasir, karang mati T23 116.04369 -8.34806 Pasir, karang mati T24 116.04359 -8.3476 Pasir, karang mati T25 116.0434 -8.34696 Pasir, karang mati T26 116.04333 -8.34623 Karang mati, pasir T27 116.04205 -8.35884 Karang mati, pasir

Page 79: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

58

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

B07 116.03053 -8.35901 Rubble B08 116.03034 -8.35926 Rubble B09 116.03011 -8.35942 Rubble B10 116.02999 -8.35961 Karang mati B11 116.02968 -8.3591 Karang mati B12 116.02966 -8.35877 Karang mati B13 116.02929 -8.35794 Rubble B14 116.02864 -8.35769 Karang mati B15 116.02886 -8.35735 Karang mati B16 116.02908 -8.35699 Lamun 50% pasir 50% B17 116.02942 -8.35671 Pasir 70% lamun 30% B18 116.02982 -8.3563 Lamun B19 116.02978 -8.3561 Lamun B20 116.02979 -8.35587 Pasir B21 116.02953 -8.35559 Lamun B22 116.02927 -8.35554 Lamun B23 116.02914 -8.35518 Lamun B24 116.02866 -8.35525 Pasir 70% lamun 30% B25 116.02837 -8.35543 Pasir 70% lamun 30% B26 116.02804 -8.35567 Rubble B27 116.02738 -8.35529 Karang mati B28 116.02752 -8.35495 Rubble B29 116.02791 -8.35447 Pasir 70 lamun 30 B30 116.02817 -8.35423 Pasir 70 lamun 30 B31 116.0282 -8.354 Pasir 70 lamun 30 B32 116.02803 -8.35349 Pasir 70 lamun 30 B33 116.02773 -8.35266 Lamun >70 B34 116.02795 -8.35195 Lamun B35 116.02762 -8.35188 Pasir 70 lamun 30 B36 116.02769 -8.35171 Lamun B37 116.0274 -8.35109 Lamun B38 116.02758 -8.35083 Lamun B39 116.02788 -8.35072 Lamun B40 116.02807 -8.35068 Lamun B41 116.02811 -8.3509 Lamun B42 116.02803 -8.35055 Lamun B43 116.02797 -8.35028 Lamun B44 116.0277 -8.34991 Lamun B45 116.02743 -8.34982 Lamun B46 116.02702 -8.34985 Pasir 70% lamun 30% B47 116.0265 -8.3493 Rubble B48 116.02653 -8.34853 Rubble B49 116.02657 -8.34821 Rubble 60 lamun 40 B50 116.02644 -8.34774 Rubble

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

T74 116.03122 -8.33906 Pasir, sedikit kr mati T75 116.03082 -8.33923 Pasir, sedikit kr mati T76 116.03053 -8.33944 Pasir, sedikit karang T77 116.03017 -8.3397 Pasir, sedikit karang T78 116.02973 -8.34006 Pasir, sedikit karang T79 116.0294 -8.34041 Pasir, sedikit karang T80 116.02889 -8.34089 Karang, pasir T81 116.02872 -8.34111 Pasir, sedikit karang T82 116.02838 -8.34143 Pasir, sedikit karang T83 116.02806 -8.34178 Pasir, sedikit karang T84 116.02757 -8.34175 Pasir T85 116.02724 -8.34154 Pasir T86 116.0303 -8.33922 Pasir, sedikit kr mati T87 116.03123 -8.33879 Pasir, sedikit kr mati T88 116.03207 -8.33834 Pasir, sedikit kr mati T89 116.03289 -8.33813 Karang T90 116.03368 -8.33805 Karang T91 116.03451 -8.33783 Karang, pasir sedikit T92 116.035 -8.33771 Karang, pasir sedikit T93 116.03545 -8.33772 Karang, pasir sedikit T94 116.03611 -8.33756 Pasir, sedikit kr mati T95 116.0365 -8.33744 Pasir, karang (50-50) T96 116.03687 -8.33731 Karang T97 116.03744 -8.33731 Karang T98 116.03952 -8.33698 Karang T99 116.0406 -8.33674 Karang, pasir sedikit T100 116.04112 -8.33672 Pasir, karang sedikit T101 116.04149 -8.33685 Pasir, karang sedikit T102 116.04193 -8.33696 Pasir, karang sedikit T103 116.04218 -8.33719 Pasir T104 116.04348 -8.33813 Karang T105 116.04361 -8.33848 Pasir T106 116.04371 -8.33895 Pasir T107 116.04359 -8.3394 Pasir T108 116.04358 -8.34004 Pasir T109 116.04327 -8.34145 Pasir T110 116.04314 -8.34278 Pasir T111 116.04422 -8.34941 Pasir B01 116.03097 -8.35768 Lamun B02 116.03097 -8.35786 Lamun B03 116.03092 -8.35806 Lamun B04 116.03077 -8.3582 Lamun B05 116.03068 -8.35838 Lamun B06 116.03067 -8.35881 Rubble

Page 80: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

59

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

B07 116.03053 -8.35901 Rubble B08 116.03034 -8.35926 Rubble B09 116.03011 -8.35942 Rubble B10 116.02999 -8.35961 Karang mati B11 116.02968 -8.3591 Karang mati B12 116.02966 -8.35877 Karang mati B13 116.02929 -8.35794 Rubble B14 116.02864 -8.35769 Karang mati B15 116.02886 -8.35735 Karang mati B16 116.02908 -8.35699 Lamun 50% pasir 50% B17 116.02942 -8.35671 Pasir 70% lamun 30% B18 116.02982 -8.3563 Lamun B19 116.02978 -8.3561 Lamun B20 116.02979 -8.35587 Pasir B21 116.02953 -8.35559 Lamun B22 116.02927 -8.35554 Lamun B23 116.02914 -8.35518 Lamun B24 116.02866 -8.35525 Pasir 70% lamun 30% B25 116.02837 -8.35543 Pasir 70% lamun 30% B26 116.02804 -8.35567 Rubble B27 116.02738 -8.35529 Karang mati B28 116.02752 -8.35495 Rubble B29 116.02791 -8.35447 Pasir 70 lamun 30 B30 116.02817 -8.35423 Pasir 70 lamun 30 B31 116.0282 -8.354 Pasir 70 lamun 30 B32 116.02803 -8.35349 Pasir 70 lamun 30 B33 116.02773 -8.35266 Lamun >70 B34 116.02795 -8.35195 Lamun B35 116.02762 -8.35188 Pasir 70 lamun 30 B36 116.02769 -8.35171 Lamun B37 116.0274 -8.35109 Lamun B38 116.02758 -8.35083 Lamun B39 116.02788 -8.35072 Lamun B40 116.02807 -8.35068 Lamun B41 116.02811 -8.3509 Lamun B42 116.02803 -8.35055 Lamun B43 116.02797 -8.35028 Lamun B44 116.0277 -8.34991 Lamun B45 116.02743 -8.34982 Lamun B46 116.02702 -8.34985 Pasir 70% lamun 30% B47 116.0265 -8.3493 Rubble B48 116.02653 -8.34853 Rubble B49 116.02657 -8.34821 Rubble 60 lamun 40 B50 116.02644 -8.34774 Rubble

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

T74 116.03122 -8.33906 Pasir, sedikit kr mati T75 116.03082 -8.33923 Pasir, sedikit kr mati T76 116.03053 -8.33944 Pasir, sedikit karang T77 116.03017 -8.3397 Pasir, sedikit karang T78 116.02973 -8.34006 Pasir, sedikit karang T79 116.0294 -8.34041 Pasir, sedikit karang T80 116.02889 -8.34089 Karang, pasir T81 116.02872 -8.34111 Pasir, sedikit karang T82 116.02838 -8.34143 Pasir, sedikit karang T83 116.02806 -8.34178 Pasir, sedikit karang T84 116.02757 -8.34175 Pasir T85 116.02724 -8.34154 Pasir T86 116.0303 -8.33922 Pasir, sedikit kr mati T87 116.03123 -8.33879 Pasir, sedikit kr mati T88 116.03207 -8.33834 Pasir, sedikit kr mati T89 116.03289 -8.33813 Karang T90 116.03368 -8.33805 Karang T91 116.03451 -8.33783 Karang, pasir sedikit T92 116.035 -8.33771 Karang, pasir sedikit T93 116.03545 -8.33772 Karang, pasir sedikit T94 116.03611 -8.33756 Pasir, sedikit kr mati T95 116.0365 -8.33744 Pasir, karang (50-50) T96 116.03687 -8.33731 Karang T97 116.03744 -8.33731 Karang T98 116.03952 -8.33698 Karang T99 116.0406 -8.33674 Karang, pasir sedikit T100 116.04112 -8.33672 Pasir, karang sedikit T101 116.04149 -8.33685 Pasir, karang sedikit T102 116.04193 -8.33696 Pasir, karang sedikit T103 116.04218 -8.33719 Pasir T104 116.04348 -8.33813 Karang T105 116.04361 -8.33848 Pasir T106 116.04371 -8.33895 Pasir T107 116.04359 -8.3394 Pasir T108 116.04358 -8.34004 Pasir T109 116.04327 -8.34145 Pasir T110 116.04314 -8.34278 Pasir T111 116.04422 -8.34941 Pasir B01 116.03097 -8.35768 Lamun B02 116.03097 -8.35786 Lamun B03 116.03092 -8.35806 Lamun B04 116.03077 -8.3582 Lamun B05 116.03068 -8.35838 Lamun B06 116.03067 -8.35881 Rubble

Page 81: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

60

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

C13 116.04415 -8.35314 Pasir dan rubble C14 116.04327 -8.35493 Lamun C15 116.04347 -8.35507 Karang mati dan pasir C16 116.04242 -8.35654 Lamun C17 116.04256 -8.35662 Karang tumbuh C18 116.04238 -8.35661 Lamun C19 116.04225 -8.35685 Lamun C20 116.04228 -8.35703 Pasir dan rubble C21 116.04209 -8.35712 Pasir 60 lamun 40 C22 116.04199 -8.35725 Lamun C23 116.04201 -8.3575 Lamun C24 116.04211 -8.35765 Karang mati 60 pasir 40 C25 116.04218 -8.35778 Karang mati, sedikit rubble C26 116.04198 -8.35782 Pasir 70 karang mati 30 C27 116.04175 -8.35766 Pasir lamun <30

Keterangan: Angka dalam habitat menunjukkan komposisi persentasi tutupan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

B51 116.0265 -8.34682 Rubble B52 116.02661 -8.34627 Rubble B53 116.02711 -8.34611 Rubble B54 116.02741 -8.34597 Rubble 50 lamun 50 B55 116.02772 -8.34578 Lamun 60 pasir 40 B56 116.02785 -8.34566 Lamun B57 116.02785 -8.34532 Pasir B58 116.02791 -8.345 Rubble 60 lamun 40 B59 116.02814 -8.34454 Rubble 60 lamun 41 B60 116.02829 -8.34428 Pasir 50 lamun 50 B61 116.0284 -8.34389 Pasir 70 lamun 30 B62 116.02852 -8.34332 Rubble B63 116.02889 -8.34316 Rubble B64 116.03601 -8.36195 Pasir 70 lamun 30 B65 116.03614 -8.36218 Pasir 70 lamun 30 B66 116.03624 -8.36241 Pasir 70 lamun 30 B67 116.03652 -8.36256 Pasir 70 lamun 30 B68 116.03689 -8.36273 Pasir 60 rubble 40 B70 116.03717 -8.36286 Pasir 60 rubble 40 B71 116.03743 -8.36287 Pasir 70 lamun 30 B72 116.03748 -8.36237 Pasir 70 lamun 30 B73 116.0375 -8.36197 Pasir B74 116.03747 -8.36179 Pasir 70 lamun 30 B75 116.03731 -8.36167 Pasir 70 lamun 30 B76 116.03493 -8.36196 Rubble B77 116.03465 -8.36229 Rubble B78 116.03477 -8.36267 Rubble B79 116.03477 -8.36207 Rubble C01 116.04257 -8.3457 Pasir 60 , lamun 40 C02 116.04247 -8.34544 Pasir 60 , lamun 40 C03 116.0424 -8.34452 Rubble C04 116.04227 -8.34454 Rubble

C05 116.04216 -8.34391 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C06 116.0423 -8.34332 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C07 116.04247 -8.34389 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C08 116.04277 -8.3464 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C09 116.04298 -8.34641 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C10 116.04375 -8.34912 Pasir C11 116.04458 -8.35138 Pasir dan rubble C12 116.04453 -8.35247 Pasir dan rubble

Page 82: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan

61

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan COREMAP Fase III kali ini yang diberi nama COREMAP-CTI, ada

penambahan lokasi baru yang sebelumnya tidak ada di COREMAP fase II. Lokasi lokasi baru

yang ditambahkan adalah lokasi perairan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)

yang pengelolaannya ada dibawah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Salah satu kawasan

KKPN ini adalah Taman Wisata Perairan Gili Matra (TWP Gili Matra). Taman Wisata

Perairan Gili Matra merupakan kesatuan dari perairan Gili Meno, Gili Air dan Gili

Trawangan yang letaknya berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten

Lombok Utara. Gili Matra adalah daerah tujuan wisata bagi turis yang mayoritas berasal dari

mancanegara. Taman Wisata Perairan Gili Matra yang selanjutnya disebut TWP Gili Matra

mempunyai luas wilayah sebesar 2.954 Ha yang terdiri dari daratan seluas 665 Ha dan

sisanya berupa wilayah perairan laut.

Keanekaragaman ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di TWP Gili Matra merupakan

sumberdaya yang penting untuk dilindungi mengingat besarnya ketergantungan masyarakat

terhadap ekosistem tersebut terutama di bidang pariwisata. Untuk itu perlu adanaya kesadaran

dari berbagai pihak dalam mengelola dan menjaga kelestarian ekosistem pesisir ini.

Dalam rangka mendukung program COREMAP-CTI dan melaksanakan evaluasi yang

berkelanjutan di kawasan konservasi TWP tersebut, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh

P2O-LIPI bekerjasama dengan UPT dari Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

(BKKPN) Mataram yang berada di bawah Direktur Jendral Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil melakukan kajian bersama dalam rangka pengelolaan kondisi kesehatan terumbu

karang dan ekosistem terkait lainnya yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove.

Tujuan dari studi awal ini untuk mendapatkan data dasar/awal mengenai ekosistem

terumbu karang beserta ekosistem terkait lainnya dilokasi perairan TWP Gili Matra. Data

dasar dan data monitoring nantinya dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi

keberhasilan program COREMAP CTI di perairan tersebut. Selain itu data tersebut dapat

dipakai sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

C13 116.04415 -8.35314 Pasir dan rubble C14 116.04327 -8.35493 Lamun C15 116.04347 -8.35507 Karang mati dan pasir C16 116.04242 -8.35654 Lamun C17 116.04256 -8.35662 Karang tumbuh C18 116.04238 -8.35661 Lamun C19 116.04225 -8.35685 Lamun C20 116.04228 -8.35703 Pasir dan rubble C21 116.04209 -8.35712 Pasir 60 lamun 40 C22 116.04199 -8.35725 Lamun C23 116.04201 -8.3575 Lamun C24 116.04211 -8.35765 Karang mati 60 pasir 40 C25 116.04218 -8.35778 Karang mati, sedikit rubble C26 116.04198 -8.35782 Pasir 70 karang mati 30 C27 116.04175 -8.35766 Pasir lamun <30

Keterangan: Angka dalam habitat menunjukkan komposisi persentasi tutupan.

Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan Gili Matra

B51 116.0265 -8.34682 Rubble B52 116.02661 -8.34627 Rubble B53 116.02711 -8.34611 Rubble B54 116.02741 -8.34597 Rubble 50 lamun 50 B55 116.02772 -8.34578 Lamun 60 pasir 40 B56 116.02785 -8.34566 Lamun B57 116.02785 -8.34532 Pasir B58 116.02791 -8.345 Rubble 60 lamun 40 B59 116.02814 -8.34454 Rubble 60 lamun 41 B60 116.02829 -8.34428 Pasir 50 lamun 50 B61 116.0284 -8.34389 Pasir 70 lamun 30 B62 116.02852 -8.34332 Rubble B63 116.02889 -8.34316 Rubble B64 116.03601 -8.36195 Pasir 70 lamun 30 B65 116.03614 -8.36218 Pasir 70 lamun 30 B66 116.03624 -8.36241 Pasir 70 lamun 30 B67 116.03652 -8.36256 Pasir 70 lamun 30 B68 116.03689 -8.36273 Pasir 60 rubble 40 B70 116.03717 -8.36286 Pasir 60 rubble 40 B71 116.03743 -8.36287 Pasir 70 lamun 30 B72 116.03748 -8.36237 Pasir 70 lamun 30 B73 116.0375 -8.36197 Pasir B74 116.03747 -8.36179 Pasir 70 lamun 30 B75 116.03731 -8.36167 Pasir 70 lamun 30 B76 116.03493 -8.36196 Rubble B77 116.03465 -8.36229 Rubble B78 116.03477 -8.36267 Rubble B79 116.03477 -8.36207 Rubble C01 116.04257 -8.3457 Pasir 60 , lamun 40 C02 116.04247 -8.34544 Pasir 60 , lamun 40 C03 116.0424 -8.34452 Rubble C04 116.04227 -8.34454 Rubble

C05 116.04216 -8.34391 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C06 116.0423 -8.34332 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C07 116.04247 -8.34389 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C08 116.04277 -8.3464 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C09 116.04298 -8.34641 Lamun <30, dasarnya rubble dan pasir

C10 116.04375 -8.34912 Pasir C11 116.04458 -8.35138 Pasir dan rubble C12 116.04453 -8.35247 Pasir dan rubble

Page 83: BASELINE SURVEY KESEHATAN - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/3_Buku_laporan_gili_matra.pdf · Baseline Survey Kesehatan Terumbu karang dan Ekosistem Terkait di Taman Wisata Perairan