Post on 09-Mar-2019
PENELITIAN
RUANG VISUAL
KAJIAN URBAN ART DI KOTA BANDUNG
Peneliti :
Komang Wahyu Sukayasa M.Ds
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Ruang Visual, Kajian Urban Art di Kota Bandung
2. Ketua/Penanggungjawab Pelaksana Kegiatan Penelitian :
Nama (Lengkap dengan gelar) : Komang Wahyu Sukayasa M.Ds
NIK : 640037
Jabatan Akademik / Golongan : Asisten Ahli/IIIb
Fakultas / Program Studi : Seni Rupa dan Desain / DKV
Universitas Kristen Maranatha
3. Jumlah Tim Peneliti : 1 orang
4. Lokasi Pelaksanaan Penelitian : Bandung.
5. Lama Pelaksanaan Penelitian : 6 bulan
6. Sumber Dana Penelitian : Universitas Kristen Maranatha
Bandung, 8 April 2010
Menyetujui,
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Ketua/Penanggungjawab,
Gai Suhardja, Ph. D Komang Wahyu S. M.Ds
Mengetahui,
Ketua LPPM
Ir. Yusak Gunadi Santoso, M.M.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Abstrak..................................................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 2
1.4 Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.4.1 Batasan Masalah .................................................................................... 3
1.5 Metode Penelitian .......................................................................................... 3
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Ruang ............................................................................................ 4
2.2. Pengertian Ruang Publik................................................................................ 6
2.2.1Fungsi Ruang Publik ............................................................................... 6
2.3 Pengertian Urban Art ...................................................................................... 7
BAB III
Analisa
3.1 Mural ............................................................................................................... 10
3.1.1 Gaya Ungkap visual mural di Bandung ................................................ 10
a. Mural Tematis ............................................................................................. 10
b. Mural dalam rangka kegiatan kampus atau sekolah ................................... 20
c. Mural di dalam lingkungan sekolah ............................................................ 22
d. Mural pada sarana dan tempat usaha .......................................................... 26
e. Mural yang dibuat oleh masyarakat ............................................................ 34
f. Mural pada fasilitas umum .......................................................................... 38
g. Mural pada tiang jalan layang Pasupati ...................................................... 42
3.2.Graffiti............................................................................................................. 44
3.3 Lukisan pada alat transportasi ......................................................................... 51
BAB IV
4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 54
Daftar Pustaka ................................................................................................... 55
KATA PENGANTAR
Penelitian merupakan salah satu bagian penting dalam Tridarma Perguruan Tinggi yang
wajib dilakukan oleh para dosen untuk mengembangkan bidang keilmuan dan
wawasannya.
Laporan penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak yang dengan sangat terbuka memberi informasi dan masukan yang sangat berarti
bagi peneliti
Kami juga mengajukan terima kasih kepada berbagai pihak antara lain :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas semua anugerah dan berkatNya
2. Bapak Ir. Yusak Gunadi S., M.M. selaku kepala LPPM Universitas Kristen
Maranatha.
3. Bapak Gai Suhardja Ph.D. selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain,
Universitas Kristen Marantha.
4. Ibu Christine Claudia Lukman M.Ds selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi
Visual Universitas Kristen Maranatha.
Semoga laporan penelitian ini dapat berguna bagi para dosen, mahasiswa, dan pihak lain
yang tertarik terhadap masalah kebudayaan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
perbaikan dalam penelitian selanjutnya
Bandung, April 2010
PENELITI
ABSTRAK
Ruang publik adalah salah satu area penting dalam perencanaan urban desain. Ruang
Publik merupakan ruang dimana masyarakat dapat berinteraksi dan berkreasi dengan
bebas. Cara masyarakat perkotaan dalam mengungkapkan kreatifitas dan berkesenian
seringkali di kelompokkan dalam urban art. Urban art biasanya menggunakan ruang
publik untuk menyampaikan ungkapan visualnya terhadap ide, pandangan pribadi atau
kelompok, pemikiran dan harapannya. Urban art merupakan media berekspresi di
kalangan masyarakat dengan ruang dan waktu yang berkembang secara terus-menerus
mengikuti perkembangan perkotaan. Urban art menjadi tren di kota-kota besar yang
sudah memperhitungkan penyediaan ruang publik pada rencana tata kotanya. Seiring
dengan perkembangan zaman ruang-ruang publik tersebut dirubah menjadi ruang visual
yang didalamnya tergambarkan ungkapan keseharian masyarakat perkotaan yang tidak
jarang mendapat pengaruh dari unsur-unsur politik, ekonomi, budaya, kebijakan dan lain
lain yang menjadikan keunikan tersendiri pada gaya ungkap visualnya.
Kata kunci : ruang publik, urban art.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perancangan kota pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang kota agar
aktifitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya berkembang secara
harmonis dan bersifat lestari.
Urban design adalah bagian dari kota dimana didalamnya terdapat konsep estetika,
sosiologi kota, kebijakan pemerintah dan lain-lain yang menitik beratkan pada kehidupan
masyarakat dan kegiatan kota. Ruang-ruang yang berada diantara bangunan dalam urban
design disebut ruang publik.
Ruang publik memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan kota. Ruang
publik dipakai oleh masyarakat perkotaan untuk menjalankan kegiatan informal, rekreasi,
berinteraksi dan lain-lain. Ruang publik juga dapat berfungsi sebagai paru-paru kota dan
tempat pegelaran seni, budaya dan perekonomian. Ruang publik adalah tempat dimana
kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa adanya diskriminasi.
Berdasarkan pandangan tersebut maka ruang publik membuka kesempatan untuk
pemanfaatan secara terbuka untuk kegiatan individual maupun kelompok. Dalam
perkembangan urban design unsur keindahan menjadi elemen yang penting dan
diperhatikan.
Urban art adalah salah satu bagian dari ungkapan seni masyarakat perkotaan. Urban art
biasanya menggunakan ruang publik untuk menyampaikan ungkapan visualnya terhadap
gagasan, pemikiran dan harapannya. Urban art dapat dikatakan sebagai seni yang
mencirikan perkembangan kota, dimana perkembangan itu kemudian melahirkan system
di masyarakat yang secara struktur dan kultur berbeda. Latar belakang munculnya urban
art diperkirakan berkembang di Amerika sekitar tahun 1970-an dan identik lahir di
perkotaan dengan beragam persoalan. Saat itu seni bukan lagi berdasar pada tradisi tapi
peralihan dari tradisi ke modern yang menimbulkan system baru. Urban art mempunyai
kepentingan sebagai media berekspresi di tengah-tengah masyarakat dengan ruang dan
waktu yang terus berkembang, sesuai dengan dinamika sebuah perkotaan. Urban art
identik dengan berkarya di ruang jalanan/ruang publik. Urban art juga memangkas
hubungan yang berjarak antara seni dan publik serta menghilangkan ekslusivisnya.
Urban art marak bermunculan di kota-kota besar yang menyediakan ruang-ruang publik
baru. Seiring dengan perkembangan zaman unsur-unsur politik, budaya dan lain lain turut
mempengaruhinya. Urban art di setiap Negara memiliki tampilan visual yang berbeda,
karena tiap Negara mempunyai karakteristik dan kemajemukan yan berbeda. Pelaku
urban art tidak terbatas pada seniman, segala bentuk ekspresi berkesenian dari seluruh
lapisan masyarakat.
Perkembangan tersebut juga meliputi gaya ungkap visual yang pada awalnya bersifat
sangat pribadi, kemudian menggambarkan identitas sosial, kelompok, ekonomi,
vandalism dan kritik terhadap budaya yang dianggap mapan bahkan kritik kepada
kebijakan pemerintah yang menarik untuk diteliti.
1.2. TUJUAN PENELITIAN
a. Mengembangkan wawasan, pemikiran dan pengetahuan desain.
b. Mendeskripsikan gaya ungkap visual pada urban art di kota Bandung dalam
kaitannya dengan hasil karya seni yang menggambarkan suatu prilaku sosial di
masyarakat
c. Meneliti hubungan daya ungkap visual urban art dengan aspek-aspek sosial dan
psikologis.
1.3. MANFAAT PENELITIAN
a. Sebagai sumbangan pemikiran untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan masalah urban art.
b. Sebagai bahan kajian hubungan antara ekspresi karya seni masyarakat urban.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai urban art sebagai
salah satu aspek yang penting dalam perkembangan desain
d. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan permasalahan desain dan
bagaimana masyarakat dengan persepsinya, berapresiasi terhadap suatu obyek.
1.4. RUMUSAN MASALAH
a. Apa dan bagaimana keterkaitan gaya ungkap visual pada urban art dengan cara
pandang para pembuatnya.
b. Apa yang melatar belakangi pemilihan gambar-gambar dan tulisan pada karya
urban art dalam kaitannya dengan nilai-nilai di masyarakat.
c. Sejauh mana gaya ungkap visual pada urban art tersebut dapat dikelompokkan
dan diteliti sebagai ungkapan karya seni.
1.4.1 Batasan Masalah
Urban art pada ruang publik di daerah Bandung yang paling menonjol dan mudah
dijumpai adalah mural dan graffiti. Maka pada bagian analisa ini akan difokuskan
membahas gaya ungkap visual dan penerapan mural dan graffiti saja.
1.5 Metode Penelitian
1.5.1 Metode Dan Pendekatan Yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang
diperoleh bersumber dari deskripsi yang luas serta mengandung penjelasan tentang proses yang
terjadi dilingkungan setempat.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi literatur, dengan meneliti sejumlah literatur yang relevan berkaitan urban art serta
keadaan sosial budaya yang melingkupinya.
b. Observasi lapangan, melakukan pengamatan, dokumentasi dan pencatatan secara
langsung untuk mencari gejala atau fenomena yang diselidiki dan untuk memperoleh
data yang valid.
c. Wawancara, melakukan tanya jawab tentang obyek yang diteliti kepada orang-orang
yang mempunyai pengetahuan sehubungan dengan obyek yang diteliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ruang
Ruang bila ditinjau dari berbagai bahasa dapat diartikan sebagai berikut :
- Topos (bahasa Yunani) yang artinya tempat.
- Oikos (bahasa Yunani yang berarti volume.
- Choros (bahasa Yunani) yang berarti lokasi
- Spatium (bahasa Latin) yang artinya luas atau ruangan.
Pengertian ruang dari berbagai pandangan para tokoh :
- Menurut Aristoteles ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh
kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keneradaannya
dengan jelas dan mudah.
- Menurut Konsep Ma dalam budaya Jepang dan Buku Tao The Ching, konsep
ruang berasal dari suatu koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social
yang baik (Goleman, 1997).
- Menurut Lao Tzu,” Yang tidak nyata justru menjadi hakekatnya, dan dinyatakan
dalam materi”. Sebuah ruang tidak memerlukan pembatas yang jelas/tegas, tetapi
lebih mengandalkan perasaan. Ruang bisa terbentuk lewat berbagai macam cara,
perbedaan ketinggian, perbedaan warna, bahan, pencahayaan, pengulangan garis
dan lain-lain
- Menurut Filsuf Leibniz bahwa ruang adalah hubungan sebuag obyek dengan
obyek lainnya, sehingga tercipta sebuah koneksi. Sebuah obyek individual tanpa
relasi dengan obyek lainnya tidak dapat dikatakan memiliki ruang. Setidaknya
sebagai sebuah obyek dengan material yang nyata bukan hanya ukuran dimensi,
obyek dalam ruang tidak bisa tidak, harus memiliki relasi dengan obyek lainya
dan dengan demikian memiliki parameter untuk dikatakan sebagai ruang. Ruang
adalah sesuatu yang diakibatkan oleh hubungan antar obyek.
- Menurut Emmanuel Kant, ruang bukanlah sebuah koneksi antar obyek
melainkanadalah konsep sistematis untuk menjelaskan pengalaman melalui
pengamatan obyektif. Ruang adalah konsep sistematis yang sebenarnya
diciptakan dalam pikiran kita untuk menjelaskan persepsi yang diterima akibat
sensasi panca indera dengan hal-hal lain yang berhubungan dengan kita sebagai
subyek.
- Menurut Einstein. Dalam teori relativitas dimana ruang dan waktu adalah tak
terpisahkan, dimana hubungan antar obyek itu relative, berhubungan dengan
pergerakannya. Ruang diakibatkan oleh pergerakan obyek dimana konsep ruang
sifatnya relative, yang mengakibatkan perbedaan waktu yang dialami masing-
masing obyek. (www.archterian.net)
Menurut H.P Berlage, dalam The aim of our creation, is the art of space, essence of
architecture
secara garis besar pemahaman ruang dalam sejarah arsitektur terbagi atas tiga hal yaitu :
- Pemahaman ruang arsitektur dalam perspekstif subjektivis. Dalam hal ini manusia
mengetahui keberadaan ruang yang disebabkan oleh idea.
Salah satu tokohnya adalah Rudolph M. Schnider yang adalah seorang arsitek.
Dia berpendapat bahwa ruang dapat aiartikan sebagai jiwa. Ide ruang sepenuhnya
bersumber pada kekuatan intelektual dan kekuatan kreatif.
- Pemahaman ruang arsitektur dalam perspektif obyektivis. Dalam pemahaman ini
menekankan pada pengetahuan inderawi. Memiliki cirri-ciri fisik seperti harus
terukur menempati posisi, mempunyai bentuk, struktur , eksistensi dalam waktu,
ruang dan massa, kelembaban, gerak serta cirri-ciri lain seperti warna, tekstur,
solid dan sebagainya. Le Corbusier mendefinisikan arsitektur sebagai permainan
massa yang tersingkap cahaya, ia memakai pertimbangan-pertimbangan
menekankan kecondongan bentuk yang paling murni yaitu kubus, permukaan,
penggunaan denah sebagai generator bentuk.
- Ruang dalam perspektif fenomenologi. Dalam pemahaman ini menekankan pada
fenomena-fenomena yang terjadi pada manusia.Salah satu tokohnya C. Norberg-
Schulz dalam bukunya Existence, Spce and Architecture menggolongkan ruang
kedalam beberapa golongan, salah satunya ruang eksistensial. Disini
dikembangkan ide bahwa ruang dapat dimengerti sebagai perwujudan manusia
tentang keberadaannya di dunia. (www.archterian.net)
2.2 Pengertian Ruang Publik
Menurut Retno Hustijianti, ruang secara umum dikenal sebagai lingkungan yang
direncanakan untuk fungsi (terkait dengan aktifitas) dan guna (terkait dengan manfaat)
tertentu dan dibatasi oleh elemen-elemen ruang, yaitu : bangunan, jalan, ruang terbuka
bukan jalan, zona, penanda dan batas. Seluruh kehidupan manusia ada dalam suatu ruang.
Keberadaan ruang didukung oleh eksistensi manusia penghuninya. Berdasarkan hal ini,
maka kemudian dikenal adanya kepemilikan ruang. Salah satunya adalah ruang milik
publik.
Definisi ruang publik secara umum adalah ruang yang fungsi dan manfaatnya digunakan
sepenuhnya untuk kegiatan masyarakat (bukan untuk perseorangan ataupun kelompok-
kelompok tertentu). Perkembangan populasi, dan keterbatasan sumberdaya ruang,
menyebabkan adanya persaingan-persaingan dalam kepemilikan ruang. Dari sini
mulailah timbul permasalahan yang terkait dengan eksploitasi ruang publik bagi
kepentingan perorangan. Hal ini terjadi utamanya pada ruang publik di perkotaan. Ruang
publik di perkotaan, dapat berupa ruang tertutup seperti bangunan-bangunan umum,
contohnya rumah sakit, kantor, bangunan pusat-pusat perdagangan dan lain-lain. Selain
itu dapat juga berupa ruang terbuka seperti jalan, gang, saluran-saluran/gorong-gorong,
taman/ruang terbuka hijau dan lain-lain. (www.untag-sby.ac.id)
2.2.1 Fungsi ruang publik :
- Sebagai pusat interaksi, komunikasi masyarakat, baik formal maupun informal
seperti upacara bendera, peringatan Hari Raya Idul Fitri, dan peringatan
peringatan yang lain; kegiatan informal seperti pertemuan-pertemuan individual,
kelompok masyarakat atau demo dengan tujuan untuk menyampaikan inspirasi,
ide-ide atau protes terhadap keputusan-keputusan pihak penguasa, instansi atau
lembaga-lembaga pemerintah atau swasta yang lain.
- Sebagai ruang terbuka yang menampung karidor-koridor, jalan yang menuju kea
rah ruang terbuka publik tersebut dan ruang pengikat dilihat dari struktur kota,
sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitarnya serta ruang
untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah kea rah tujuan lain.
- Sebagai tempat pedagang kali lima yang menjajakan makanan dan minuman,
pakaian, souvenir, dan jasa entertainment.
- Sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan tersebut, sekaligus
sebagai ruang evaluasi untuk menyelamatkan masyarakat apabila terjadi bencana.
(Darmawan, 2009, Hal 2).
Kriteria ruang publik adalah :
- Dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual
maupun kelompok (meaningful)
- Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan
yang ada pada ruang publik tersebut (responsive).
- Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada
diskriminasi (democratic) (Darmawan, 2009, Hal 3)
2.3 Pengertian urban art
Menurut Bambang Wijatmoko, urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan
kota, dimana perkembangan itu kemudian melahirkan system di masyarakat yang secara
truktur dan kultur berbeda dengan desa. Latar belakang munculnya urban art
diperkirakan berkembang di Amerika sekitar tahun 1970-an dan identik lahir di perkotaan
dengan beragam persoalan. Saat itu seni bukan lagi berdasar pada tradisi tapi peralihan
dari tradisi ke modern yang menimbulkan system baru. Tujuan urban art lebih berakar
pada kesamaan, anti kemapanan, perlawanan politis, vandalisme (perbuatan merusak dan
menghancurkan hasil karya seni dan barang barang berharga lainnya) dan perlawanan
pada system di masyarakat. Urban art mempunyai kepentingan sebagai media
berekspresi di tengah-tengah masyarakat dengan ruang dan waktu yang terus
berkembang, sesuai dengan dinamika sebuah perkotaan. Urban art identik dengan
berkarya di ruang jalanan/ruang publik. Urban art juga memangkas hubungan yang
berjarak antara seni dan publik serta menghilangkan ekslusivisnya. (consept edisi 19
tahun 2007). Di Indonesia geliat urban art ini marak bermunculan, terutama di kota-kota
besar yang menyediakan ruang-ruang publik baru. Seiring dengan perkembangan zaman
unsur-unsur politik, budaya dll turut mempengaruhi urban art. Tokoh Jean Michael
Basqiat sebagai penggagas urban art di Amerika.
Menurut Ary Sutedja, urban art berasal dari kata urban yang artinya kota dan art yang
berarti seni/kreativitas. Jadi urban art menggambarkan bagaimana masyarakat kota
berkesenian dan bagaimana masyarakat menikmati seni ditengah hiruk-pikuk sebuah kota
yang adalah metropolitan. Basis dari urban art adalah kebebasan berekspresi yang
berkaitan dengan urban living. Kaum urban adalah masyarakat perkotaan yang selalu
sibuk dan lelah dengan segala aktivitasnya. Urban art lahir karena adanya kerinduan
untuk merespon segi kreativitas masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan segala
permasalahannya. Maka munculah usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan
mendatangkan seni ditengah-tengah masyarakat dengan cara melakukan kebebasan
berekspresi. Cikal bakal dari lahirnya urban art tidak bisa dilepaskan dari urban living
yang identik dengan cara hidup masyarakat perkotaan. Urban art di setiap Negara tidak
akan sama, karena tiap Negara mempunyai karakteristik dan kemajemukan yan berbeda.
Pelaku urban art tidak terbatas pada seniman, segala bentuk ekspresi berkesenian dari
seluruh lapisan masyarakat (termasuk masyarakat pinggiran) termasuk dalam katagori
urban art. (consept edisi 19 tahun 2007)
Menurut Farah Wardhani, urban art muncul dan berkembang seiring perkembangan
ruang urban dan masyarakat modern. Hal ini mencakup seni rupa publik seperti
monumen dan mural dan juga seni rupa jalanan seperti graffiti, serta berbagai
kecenderungan seni rupa di luar arus seni murni yang menjadi lebih ke seni rupa ‘rendah’
(low art). Biasanya seni rupa urban di kota tertentu juga spesifik karakternya mewakili
konteks kota tersebut. Fungsi seni yang agung, klasik, murni, tinggi serta tradisional,
justru sekarang menjadi bagian dari masyarakat kota dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk kongkret urban art bisa bermacam-macam sepanjang karya seni itu mengusung
spirit urban. (consept edisi 19 tahun 2007)
Menurut FX.Harsono, Urban art adalah kesenian yang dipengaruhi oleh kebudayaan kota
metropolitan yang hubungannya erat dengan kebudayaan massa serta industri hiburan.
Urban art muncul sejak era industralisasi yang menghasilkan kebudayaan massa. Era
postmodernisme yang memungkinkan individu memperoleh kebebasannya untuk
mengkritik dan mengeluarkan pemikirannya sendiri lantas membuat kebenaran yang
absolut di era modernism menjadi relative. Artinya setiap orang, suku dan bangsa
memiliki sejarah serta latar belakang kebudayaan sendiri, sehingga mereka memiliki
nilai-nilai kenaran sendiri. Hal ini memunculkan keragaman yang luar biasa yang juga
berpengaruh pada dunia industri. Perkembangan industry, termasuk industry hiburan,
banyak pengaruh munculnya urban art. Industri secara masal menghasilkan produk-
produk yang mempengaruhi pasar . Pasar pun akhirnya menentukan nilai-nilai estetika
yang oleh beberapa orang dianggap telah menyebabkan degradasi nilai seni, namun ini
adalah realitas yang tidak bisa ditolak. Industri yang tidak dapat dibendung lagi
memunculkan pop art, yang menggambarkan kebudayaan atau produk yang diciptakan
oleh industry dan mulai dikenal oleh masyarakat dengan sebutan pop culture. Jadi pop
culture adalah awal dari munculnya urban art. Dalam perkembangannya urban art tumbuh
subur di perkotaan, Karena kota-kota besarlah yang memiliki infrastruktur serta fasilitas
bagi berkembangannya budaya urban. Selain industri, industry hiburan dan akses
informasi memiliki pengaruh yang kuat sekali di dalam perkembangan urban art,
terutama budaya digital yang membuat segala sesuatu/peristiwa bisa ditonton dengan
cepat oleh khalayak umum, misalnya internet dan televise. Urban art pun bergerak serta
mengalami perubahan sesuai situasi kotanya. (consept edisi 19 tahun 2007)
Menurut Laine Berman, urban art ada kaitannya dengan jalanan, serta memakai
symbolisme jalanan seperti mural dan graffiti yang memiliki hubungan dengan publik
termasuk rakyat. Sejarah urban art bisa dilihat dari seni modern Indonesia yang tidak
hanya merefleksikan masyarakat pada umumnya, tapi juga untuk diterima oleh
masyarakat setempat. Dalam perkembangannya, urban art berusaha mencari semacam
wacana umum. Kenyataannya wacana umum ini kerap gagal saat para pelaku seni
membuat mural atau graffiti di pinggir jalan, karena orang yang lewat diharapkan akan
tahu, peduli dan mengerti, ternyata tidak. Hal ini terjadi karena dalam graffiti atau mural
terlalu banyak simbolisme. Istilah urban art adalah sebuah pergeseran . Dulu orang
senang menggunakan istilah pop art, tapi karena orang mulai bosan, mereka kemudian
menggunakan istilah urban art. Idealnya urban art menurut Laine harus ada komunikasi.
Kenyataannya dalam sejarah Indonesia komunikasi justru dilarang. Sepuluh tahun yang
lalu urban art masih dilarang keras dan sekarang udah mulai dibebaskan . Ironisnya walau
dilarang, urban art justru dimanfaatkan oleh pemrintah orde baru untuk mendekati
masyarakat. Urban art bisa dianggap political art. (consept edisi 19 tahun 2007)
BAB III
ANALISA
3.1 Mural
Mural adalah :
- Lukisan yang menggunakan permukaan dinding dan divisualkan menjadi satu
dengan dinding.
- Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau
permukaan luas yang bersifat permanen lainnya.
Mural berasal dari kata murus yang memiliki arti dinding. Mural seringkali dipandang
sebagai ungkapan ekspresi yang dibuat diatas dinding dengan teknik pengerjaan
menggunakan kuas. Pada mulanya mural dikelompokkan menjadi satu dengan seni
publik lainnya seperti relief, fresco, mozaik dan lain-lain. Dalam ungkapan visualnya
mural menekankan pada kebebasan dalam menggunakan media cat tembok atau cat kayu
bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat
menghasilkan gambar. Dalam perkembangannya mural di definisikan sebagai seni di
ruang publik yang menggunakan kuas dan cat sebagai media pembuatannya. Mural
dikatagorikan sebagai ungkapan seni masyarakan urban karena dari visualnya seringkali
mengungkap konteks social, estetika, politik dengan ruang publik sebagai media
pemvisualannya. Mural dikelompokan sebagai seni ruang publik. Mural bisa dibuat
secara perorangan atau kelompok dan tidak selalu oleh kelompok seniman atau orang
dengan latar belakang pendidikan senirupa tapi juga kalangan awam, kelompok
masyarakat atau siswa sekolah.
3.1.1 Gaya Ungkap Visual Mural di Bandung
a. Mural tematis. Mural jenis ini biasanya dibuat khusus untuk kepentingan pelaksanaan
kegiatan atau perayaan hari jadi Negara atau perusahan dan lain-lain
- Mural hari jadi Pt Jawatan kereta api. Mural ini dibuat sebagai bagian dari
peringatan hari jadi Pt Kereta api yang ke 63 pada tahun 2008. Mural ini dibuat
pada dinding sepanjang jalan Stasiun Barat.
Gambar 1 . Mural dalam tema transportasi urban
Sumber : dok penulis
Gambar 2. Mural dalam tema transportasi
dengan gaya surealis.
Sumber : dok penulis
- Mural Bonbin Tamansari.
Mural ini dalam rangka Helarfest, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan november
2009. Helarfest adalah ajang tahunan bagi insan kreatif kota Bandung untuk
berinteraksi. Dalam fetifal ini diadakan sejumlah pertunjukan music, pameran
Gambar 3. Mural dalam gambar kereta api
dengan permainan efek Cut Out
Sumber : dok penulis
Gambar 4. Mural dalam tema transportasi
dolengkapi teks pentingnya peran kereta api
Sumber : dok penulis
Gambar 5. Mural dalam tema transportasi
dengan tema kelompok musik yang sama-sama
menggunakan identitas stasiun
Sumber : dok penulis
Gambar 6. Mural dalam tema transportasi
masa
lalu dan masa akan datang
Sumber : dok penulis
seni, pemutaran film, diskusi keilmuan dan lain-lain yang semua adalah hasil
karya anak-anak Bandung. Salah satunya kegiatan yang dilakukan pada adalah
pembuatan mural Bonbin. Mural ini dibuat pada dinding pembatas kebun
binatang yang mengahadap jalan Taman Sari. Mural ini dibuat dengan berbagai
tema yang berhubungan dengan kehidupan di alam dan harapan akan terjaganya
kehidupan satwa ditengah tingginya isu kerusakan alam.
Gambar 8. Lokasi Mural disepanjang dinding kebun binatang di jalan
Tamansari.
Sumber : dok penulis
Gambar 7. Media informasi dalam rangka Helarfest
Sumber : dok penulis
Gambar 12. Mural dengan tema
kehidupan lingkungan di tengah perkotaan
Sumber : dok penulis
Gambar 11. Mural dengan tema cerita
alam
Sumber : dok penulis
Gambar 9. Mural dengan tema kehidupan
satwa dengan penempatan teks Helarfest.
Sumber : dok penulis
Gambar 10. Mural dengan tema
kehidupan satwa dengan susunan puzzle.
Sumber : dok penulis
- Instalasi di Taman Cikapayang Dago.
Instalasi ini bertuliskan D, A, G, O. Instalasi ini dibuat oleh kelompok Bandung Creative
City Forum (BCCF) dengan tujuan :
- Sebagai upaya dan ajakan untuk mempertahankan keasrian dan kecantikan kota yang
merupakan bagian penting dari proses kreatifitas.
- Ungkapan keprihatinan penurunan jumlah taman kota di Bandung yang terjadi dari
tahun ke tahun. Selain penurunan jumlah, taman kota di Bandung juga banyak yang tidak
mendapat perawatan yang baik.
- Peranan ruang publik sebagai tempat yang leluasa untuk berinteraksi social harus
ditingkatkan untuk mewujudkan kota Bandung menjadi kota kreatif. Pengembangan
ruang publik dapat menjadi inspirasi bagi kreasifitas masyarakat seperti di bidang music,
desain dan lain-lain.
Tulisan D-A-G-O yang mencolok membuat setiap orang yang melewati taman
cikapayang yang terletak tepat dipersimpangan jalan Dago dengan jalan Surapati.
Gambar 13. Mural dengan tema
kehidupan satwa yang damai
Sumber : dok penulis
Gambar 14. Mural dengan tema kritik
tentang pengerusakan hutan
Sumber : dok penulis
- Mural dalam rangka Hut Kemerdekaan Republik Indonesia
Gambar 16. Penempatan Instalasi di
lingkungan taman sebagai bagian dari
ruang terbuka
Sumber : dok penulis
Gambar 15. instalasi dengan media cetak
digital di taman CIkapayang
Sumber : dok penulis
Gambar 17. Mural peringatan HUT Republik Indonesia ke 63 tahun 2008 di daerah Cihanjuang
Sumber: dok penulis
Gambar 19. Gapura peringatan ulang tahun Republik
Indonesia yang ke 63 tahun 2008 di daerah jl Malabar
Sumber : dok penulis
Gambar 18. Mural peringatan ulang tahun
Republik Indonesia yang ke 64 tahun 2009 di
daerah Lembang
Sumber : Dok penulis
Gambar 20. Gapura peringatan ulang tahun Republik Indonesia yang ke 63 tahun 2008 di daerah jl Taman sari
Sumber : dok penulis
Gambar 21. Mural peringatan ulang tahun Republik
Indonesia
yang ke 64 tahun 2009 di Jalan Sangkuriang
Sumber : dok penulis
Gambar 22. Mural peringatan ulang tahun Republik Indonesia ke 64 tahun
2009
di Jalan Sangkuriang
Sumber : dok penulis
Gambar 23. Mural peringatan ulang tahun Republik Indonesia ke 64 tahun
2009
di Jalan Sangkuriang
Sumber : dok penulis
Gambar 24. Gapura peringatan ulang tahun
Republik Indonesia ke 64 tahun 2009
di daerah jl Sangkuriang
Sumber : dok penulis
Gambar 25. Detai gapura peringatan ulang
tahun
Republik Indonesia ke 64 tahun 2009
di daerah jl Sangkuriang
Sumber : dok penulis
b. Mural dalam rangka kegiatan kampus atau sekolah.
Mural ini biasanya dibuat oleh mahasiswa jurusan seni sebagai kegiatan kemahasiswaan
atau oleh siswa yang mempunyai perhatian terhadap seni
- Mural di jalan Siliwangi.
Mural ini dibuat dalam rangka kegiatan mahasiswa Institut Teknologi Bandung
Gambar 26. Mural karya mahasiswa ITB di
Babakan Siliwangi
Sumber : dok penulis
Gambar 28. lingkungan mural di daerah
Babakan Siliwangi
Sumber : dok penulis
Gambar 27. Detail mural karya mahasiswa ITB
di Babakan Siliwangi
Sumber : dok penulis
- Mural pada area parkir B 2 gedung GWM universitas Kristen Maranatha dengan
tema lingkungan
a. Mural di dalam lingkungan sekolah
Mural yang dibuat untuk memberi keindahan pada lingkungan sekolah
Mural yang dibuat sebagai sarana kretifitas siswa sekolah atau menunjang
kegiatan belajar
Gambar 29. Mural dengan tema lingkungan
Sumber : dok penulis
Gambar 30. Mural dengan tema bahaya pemanasa global
Sumber : dok penulis
Gambar 32. Mural dengan tema peringatan
global warming
Sumber : dok penulis
Gambar 31. Mural dengan tema stop global
warming
Sumber : dok penulis
Gambar 34, detail gambar pada dinding
sekolah bertemakan religius
Sumber : Dokumentasi penulis
Gambar 35. Detail dinding
sekolah yang bertemakan tari
tardisional
Sumber : Dokumen pribadi
Gambar 36. Detail dinding
sekolah yang bertemakan tokoh
kartun disney Sumber :
Dokumen pribadi
Gambar 33. Mural pada TK Kartika 8
Siliwangi di jalan Lombok
Sumber : Dokumentasi penulis
Gambar 38. mural di SMA 1 Bandung
yang bertemakan Pendidikan
Sumber : dok penulis
Gambar 37 . Detail mural di SMA 1
Bandung yang bertemakan
Pendidikan
Sumber : dok penulis
Gambar 39. mural di Taman Kanak-kanak di Citeureup yang
bertemakan kegiatan sekolah yang
menyenangkan
Sumber : dok penulis
Gambar 40. mural di Taman Kanak-kanak di Citeureup yang
bertemakan kegiatan sekolah yang
menyenangkan
Sumber : dok penulis
- SD Assalam street graffiti.
Bila ditilik dari penggunaan medianya maka karya anak-anak SD Assalam ini
lebih tepat disebut mural daripada graffiti. Mural ini dibuat oleh siswa-siswi SD
Assalam dengan berbegai tema seperti cita-cita, kebanggaan menjadi anak
Indonesia, kehidupan dimasyarakat, sarana transportasi dan lain-lain dengan
mengambil tempat pada dinding di sepanjang rel kereta api yang berhadapan
dengan jalan Kebon Jukut.
Gambar 42. mural di SMA 1 Cimahi yang bertemakan
Pendidikan dan seni
Sumber : dok penulis
Gambar 41. mural di SMA 1
Cimahi yang bertemakan
Pendidikan dan seni
Sumber : dok penulis
Gambar 46, mural anak-anak dengan
tema transportasi
Sumber : dok penulis
Gambar 44, Mural anak-anak dengan tema cita-cita ku
Sumber : dok penulis
Gambar 43, lokasi pembuatan mural di dinding pembatas rel kereta api
Sumber : dok penulis
Gambar 45, mural anak-anak dengan
tema pembangunan setelah
kemerdekaan
Sumber : dok penulis
b. Mural pada sarana dan tempat usaha.
Mural ini dibuat bertujuan untuk member nilai lebih pada ruang kosong yang
tersedia pada sarana dan dinding tertentu. Mural tersebut biasanya sebagai
identitas tempat atau menunjukkan jenis usaha dari pemilik dinding tersebut.
- Mural pada arena bermain Dinosarus Land.
Mural ini dibuat dengan tema kehidupan dinosaurus pada jaman prasejarah.
Pemilihan tema tersebut disesuaikan dengan nama dari tempat usaha tersebut.
Penempatan ilustrasi sebagian besar pada dinding arena bermain dan fasilitas
bermain. Dibuat dengan teknik manual perpaduan kuas dan air brush.
Gambar 47, mural anak-anak dengan
tema kemerdekaan RI
Sumber : dok penulis
Gambar 48, mural anak-anak dengan tema identitas pembuat mural
Sumber : dok penulis
Gambar 49. Mural dengan tema
kehidupan Dinosaurus
Sumber : dok penulis
Gambar 50. Mural dengan tema kehidupan
Dinosaurus 2
Sumber : dok penulis
Gambar 51. Penerapan mural pada dinding
bagian luar arena bermain yang berfungsi
sebagai tembok pembatas dengan tempat usaha
lain
Sumber : dok penulis
- Lukisan pada properti komedi putar keliling
Lukisan ini dibuat untuk member nilai lebih pada faslitas yang dimiliki oleh
usaha ini. Ilustrasi tersebut juga diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi
pengunjung. Pemilihan tema-tema ilustrasi biasanya diambil dari tokoh-tokoh
kartun ternama atau cerita komik yang sedang banyak digemari
Gambar 52.Detail mural pada dinding bagian luar arena bermain yang berfungsi sebagai
tembok pembatas dengan tempat usaha lain
Sumber : dok penulis
Gambar 53, lukisan pada kelompok
hiburan keliling Nabila Ceria
Sumber : dok penulis
Gambar 54, ilustrasi pada loket tiket komedi putar
Sumber : dok penulis
Gambar 55, ilustrasi pada fasilitas komedi putar
Sumber : dok penulis
Gambar 56, ilustrasi pada loket tiket rumah hantu
Sumber : dok penulis
Gambar 57, detail ilustrasi pada dinding rumah hantu
Sumber : dok penulis
- Mural pada arena bermain
Ilustrasi pada arena bermain dibuat untuk membentuk suasana yang
menyenangkan untuk bermain dan member identitas pada alat bermain.
Gambar 58, ilustrasi pada loket komedi putar
Sumber : dok penulis Gambar 59, ilustrasi identitas
kelompok pertunjukan
Sumber : dok penulis
Gambar 60, Ilustrasi pada dinding
arena permainan bom-bom car di
games master Cimahi
Su
mber : dok penulis
- Lukisan pada sarana usaha.
Penerapan lukisan pada tempat usaha biasanya sebagai penunjuk identitas usaha dan
member nilai tambah pada sarana berusaha seperti dinidng toko, alat berjualan, gerobak
dan lain-lain.
Gambar 62, Ilustrasi dengan tema
super heroes pada dinding usaha
percetakan di daerah Wastu Kencana
Sumber : dok penulis
Gambar 61, Ilustrasi pada dinding
kasir game master di Cimahi
Sumber : dok penulis
Gambar 64, ilustrasi pada gerobak pemulung di perumahan Setraduta
Sumber : dok penulis
Gambar 63, ilustrasi pada gerobak penjual makanan di jl Ganesha
Sumber : dok penulis
c. Mural yang dibuat oleh masyarakat.
Mural jenis ini biasanya biasanya bisa ditemukan di sekitar likungan perumahan
yang dikelilingi oleh dinding, pada diniding rumah pribadi, fasilitas umum dan
lain-lain. Ruang-ruang tersebut biasanya di buat mural untuk member kesan
keindahan, ungkapan seni pemilik rumah atau warga perumahan, sekaligus
mengurangi tempat menempelkan selebaran iklan yang tanpa ijin.
Gambar 66. Mural pada tempat
persewaan buku mangakisa di jl Suria
Sumantri
Sumber Dok penulis
Gambar 67, Ilustrasi pada papan nama
sebuah rumah makan di Lembang
Sumber : dok penulis
Gambar 65, Ilustrasi pada dinding penjual ikan dan aquarium di
daerah Cimahi
Sumber : dok penulis
Gambar 68, Mural pada dinding
Mesjid di Kompleks Bumi Prima
Sumber : dok penulis
Gambar 69, Mural pada dinding
Perumahan didaerah Cimindi
Sumber : dok penulis
Gambar 70, Detail mural didaerah Cimindi
dengan tema tokoh kartun ternama
Sumber : dok penulis
Gambar 71, Detail mural didaerah Cimindi
dengan tema pemandangan alam
Sumber : dok penulis
Gambar 72, Lukisan pada pintu gerbang sebuah
rumah di Sarijadi dengan tema tokoh kartun
ternama
Sumber : dok penulis
Gambar 73, Lukisan pada dinding
sebuah rumah di Cimahi dengan tema
tokoh kartun ternama
Sumber : dok penulis
Gambar 74, Lukisan pada dinding sebuah rumah di
Tamansari dengan tema religius
Sumber : dok penulis
Gambar 75, Lukisan pada dinding sebuah rumah di Tamansari dengan tema horor
Sumber : dok penulis
Gambar 76, Lukisan pada dinding pos ojek didaerah Kamarung
Sumber : dok penulis
Gambar 77, mural pada dinding pos ojek didaerah Cimindi
Sumber : dok penulis
d. Mural Pada Fasilitas Umum
Mural pada fasiltas umum dibuat untuk memberi kesan keindahan pada fasiltas
yang ditempatkan pada daerah-daerah yang terbuka dan milik bersama.
Pembuatan mural ini juga dapat mengurangi fandalisme dan penempelan reklame
tanpa ijin.
Mural pada gardu PLN. Gardu PLN yang ditempatkan didaerah taman kota diberi
lukisan mural untuk memberi kesan keindahan.
Gambar 78. Gardu PLN di jalan
Riau
Sumber : dok penulis
Gambar 79. Gardu PLN di jalan
Pudak
Sumber : dok penulis
Gambar 80. Gardu PLN di jalan
Supratman
Sumber : dok penulis
Gambar 81. Gardu PLN di jalan
Kemuning
Sumber : dok penulis
Gambar 82, Lukisan pada dinding pos
kamling didaerah Babakan loa
Sumber : dok penulis
Gambar 83, Detail Lukisan
pemandangan pada dinding pos
kamling didaerah Babakan loa
Sumber : dok penulis
Gambar 84. Tempat sampah di jalan
lombok
Sumber : dok penulis
Gambar 85, Lukisan pada dinding
pada bangunan tidak terpakai di
Cikapundung
Sumber : dok penulis
Gambar 86, Lukisan pada dinding
bangunan tidak terpakai di Jl Asia
Afrika
Sumber : dok penulis
Gambar 87, Detail Lukisan pada dinding
pada bangunan tidak terpakai di Jl Asia
Afrika
Sumber : dok penulis
Gambar 88, Lukisan dinding pada tempat
perkir swalayan Borma Cimahi
Sumber : dok penulis
e. Mural pada tiang jalan layang Pasupati
Mural Pasupati ini dibuat oleh seniman Irwan Bagja Dermawan yang akrab disapa
Iweng. Mural Pasupati tersebut dibuat pada pertengahan tahun 2007. Dalam
ungkapan visualnya terdapat penggabungan unsur-unsur alam dengan bangunan-
bangunan moderen. Pada beberapa mural terdapat perpaduan figur, teks dengan
berbagai tema yang diangkat dari kehidupan urban.
Gambar 89, Mural pada tiang jalan
layang Pasupati dengan tema
kehidupan urban
Sumber : dok penulis
Gambar 90, Suasana lingkungan di
bawah jalan layang
Sumber : dok penulis
Gambar 91, Mural pada sisi samping
tiang jalan layang Pasupati dengan
tema kehidupan urban
Sumber : dok penulis
Gambar 92, Mural pada tiang jalan
layang Pasupati dengan tema mesin-
mesin perang
Sumber : dok penulis
Gambar 93, Mural pada sisi jalan
layang tiang jalan dengan perpaduan
gambar dan tulisan
Sumber : dok penulis
3.2 Graffiti
Definisi graffiti dapat dikelompokkan berdasarkan asal suku katanya yaitu :
- Graffiti adalah menggurat atau guratan dalam bentuk tulisan, rancangan, gambar
yang digoretkan pada tembok, atau lapisan yang terbuat dari batu plester atau
tanah liat.
- Graffiti merupakan tulisan atau gambar yang diguratkan di atas permukaan-
permukaan yang keras, seperti batu, plester, tembok, dan sebagainya. Pada
umumnya tulisan atau gabar tersebut dibuat pada tempat-tempat yang terlihat oleh
orang banyak, seperti pada pintu kamar mandi, dinding bangunan dan yang
sejenis.
- Graffiti adalah gambar atau tulisan pada ruang publik (tembok umum) yang pada
umumnya bertemakan humor, kata-kata kotor, identitas kelompok, atau protes
terhadap kebijakan politik.
Ciri-ciri graffiti adalah :
- Berupa coretan atau guratan diatas permukaan/lapisan yang keras seperti batu,
tembok dan sebagainya.
- Dalam perkembangannya saat ini media yang dipakai adalah cat semprot. Secara
teknis media ini memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan tanpa harus lelalui
proses pencampuran warna, lebih mudah kering dan mudah dibeli di berbagai
tempat
- Berbentuk tulisan atau gambar.
- Biasanya ditemukan pada tempat-tempat yang mudah terlihat oleh orang banyak
seperti tembok, jalan, pintu,ataupun ruang publik yang lainnya.
Gambar 94, Graffiti berbentuk teks
Sumber : dok penulis
Gambar 95, Graffiti berbentuk
gambar
Sumber : dok penulis
Gambar 96, Graffiti pad toko di
daerah Lengkong
Sumber : dok penulis
Gambar 97, Graffiti tiang jembatan
layang kereta api di daerah Kedaton
Sumber : dok penulis
- Memiliki pesan yang beragam seperti :
Protes sosial. Contohnya tolak pemilu, kembali ke UUD 1945 dan lain-lain
- Identitas kelompok. Contoh Nama geng motor di Bandung seperti Briges, XTC dan lain-lain.
Gambar 100, Graffiti identitas salah
satu geng motor
Sumber : dok penulis
Gambar 98, Graffiti anti terorisme di
daerah Cihampelas
Sumber : dok penulis
Gambar 99, Graffiti bertema reaksi
atas pengerusakan alam
Sumber : dok penulis
Gambar 101, Graffiti pada
kelompok penjual produk distro di
daerah Kepatihan
Sumber : dok penulis
- Ungkapan ketidak puasan atau pelampiasan. Dalam hal ini ungkapan visual
biasanya berupa sindirian terhadap kebijakan yang berlaku di mayarakat atau
peraturan-peraturan baru yang dipandang tidak sesuai dengan panadangan
kelompok tertentu.
- Ungkapan ekspresi visual. Gaya ungkap pada kelompok ini tidak terikat secara
tema tetapi biasanya lebih sebagai media untuk eksperimen teknik dan
menunjukkan kemampuan pembuat (pencapian tingkat kesulitan tertentu).
Gambar 102, Graffiti sebagai media
eksplorasi teknik pada diniding area
parkir di kampus Maranatha
Sumber : dok penulis
Gambar 103, Graffiti dengan
menggunakan tenik penerapan
bayangan dengan gambar tokoh pada
komik spiderman
Sumber : dok penulis
Gambar 104, Graffiti dengan upaya
menggunakan tenik 3 dimensi
Sumber : dok penulis
Gambar 105, Graffiti dengan upaya
menggunakan tenik 3 dimensi
Sumber : dok penulis
- Keisengan. Dalam hal ini uangkapan visual yang ditampilkan biasanya adalah
keisengan yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
- Ungkapan terhadap fenomena yang sedang terjadi di mayarakat
Gambar 106. Graffiti anti Korupsi
di jalan Lembong Besar
Sumber : dok penulis
Gambar 107. Detai Graffiti anti Korupsi di jalan Lembong Besar
Sumber : dok penulis
Gambar 108. Detai Graffiti anti Korupsi
di jalan Lengkong Besar
Sumber : dok penulis
Gambar 109 . Detai Graffiti anti
Korupsi di jalan Lengkong Besar
Sumber : dok penulis
Gambar 111. Detai Graffiti anti Narkoba
di jalan Kebon Jukut
Sumber : dok penulis
Gambar 112. Detai Graffiti anti
Narkoba di jalan Kebon Jukut
Sumber : dok penulis
Gambar 110 . Graffiti anti Narkoba di
jalan Kebon Jukut
Sumber : dok penulis
- Graffiti kegiatan atau festifal.
Gambar 114, Graffiti dalam rangka
kegiatan Hajad Jagad
Sumber : dok penulis
Gambar 113, Lingkungan si sekitar graffiti dalam rangka kegiatan Hajad Jagad
Sumber : dok penulis
Gambar 115, Detail graffiti dalam rangka kegiatan Hajad Jagad
Sumber : dok penulis
3.3 Lukisan pada Alat Transportasi
Gambar 116, Lukisan pada bak angkutan truk
Sumber : dok penulis
Gambar 117, ungkapan visual pada bus dengan gambar tematis
Sumber : dok penulis
Gambar 119, ungakapan visual pada kendaraan pribadi
(sepeda motor) sebagai ekspresi pribadi pemilik
Sumber : dok penulis
Gambar 118, ungakapan visual pada becak
sebagai ekspresi pribadi pemilik
Sumber : dok penulis
BAB IV
KESIMPULAN
Gambar 120, ungakapan visual pada kendaraan pribadi (mobil) bagian samping dengan tema kehidupan laut
Sumber : dok penulis
Gambar 121, ungakapan visual pada
kendaraan pribadi (mobil) bagian belakang
Sumber : dok penulis
1. Faktor-faktor yang menjadi pendorong perkembangan urban art di Kota Bandung
disebabkan oleh adanya upaya mewujudkan kota Bandung sebagai kota kreatif.
Ruang-ruang publik tersedia dikembangkan benjadi ruang visual dimana
masyarakat dapat berinteraksi dan mengekspresikan kreatifitas dalam karya seni,
baik yang terbentuk secara alami ataupun terkonsep. Pemanfaatan ruang publik
menjadi ruang visual adalah upaya untuk mencegah sikap individualis
masyarakat. Ruang publik yang dijaga dan di fungsikan sebagai media
berkreatifitas warga adalah upaya untuk mempertahankan keindahan kota.
2. Dalam perkembangannya urban art di kota Bandung adalah ungkapan dan upaya
untuk member nilai tambah pada ruang-ruang publik yang tersedia. Mural dan
graffiti adalah bagian dari urban art yang paling banyak ditemui. Mural dan
graffiti seringkali dibuat beradasarkan berbagai tujuan seperti dalam rangka
festifal, kegiatan pendidikan, perayaan ulang tahun lembaga tertentu atau pun
sebagai ungkapan berkesenian masyarakat.
3. Ungkapan visual dari urban art tersebut seringkali berupa aspirasi atau pendapat
kelompok tertentu terhadap peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di masyarakat,
kritik terhadap pemerintahan, ungkapan keprihatinan terhadap kemapanan,
kerusakan lingkungan, parodi dan sindirian terhadap hal-hal yang dianggap tidak
dapat tersuarakan secara formal. Disamping nilai-nilai positif tersebut
perkembangan urban art bila tidak mendapat pengawasan dan pengarahan yang
tepat dapat juga dipakai sebagai media yang salah seperti vandalisme,
penyampaian inspirasi yang tidak memperhatikan kesopanan, dan dimanfaatkan
sebagai media promosi pihak-pihak tertentu dimana hal tersebut tidak disarankan
dalam penataan ruang publik yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arthur Asa Berger, Tanda Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Tiara Wacana,
Yogyakarta, 2000.
2. Edy Darmawan, Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang 2009.
3. Fiske, John, Cultural and Comunication Studies, Jalasutra, Yogyakarta, 2003.
4. Ward, Colin & Warne, H, E., Vandalism, Printed In Great Britain, London and St.
Austell.
5. Stowers, George C., Graffiti Art;An Essay concerning The Recognation Of Same
Forms of Graffiti as Art, London, 1997.
Web Site
www. archterian.net
www. untag-sby.ac.id
Majalah
Consept edisi 19 tahun 2007
Arti edisi 13 maret 2009