Gis Aplikasi urban

24
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan pembangunan kota Malang ditambah dengan kondisi terbatasnya prasarana dan sarana yang ada semakin memberikan dampak yang cukup menyesakkan bagi masyarakat didalamnya serta lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi dengan adanya arus deras migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan menyebabkan pembangunan kawasan permukiman untuk tempat tinggal terus berkembang. Hal ini jika tidak dilakukan penataan suatu kawasan yang baik dapat berakibat penyalahgunaan peruntukan lahan yang mengakibatkan terpuruknya kualitas hidup kota Malang. Salah satu area yang tidak banyak mendapat perhatian adalah area sempadan sungai. Sempadan sungai merupakan area yang sangat rentan terhadap aktivitas manusia, berkenaan dengan pemanfataan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan peruntukannya. Pembangunan infrastruktur di area sempadan sungai Brantas yang jelas nyata merupakan kawasan lindung dan reservasi di dalam kota Malang menjadi pemicu bencana banjir dan longsor pada area tersebut. 1

description

Gis Aplikasi Urban

Transcript of Gis Aplikasi urban

BAB I Pendahuluan1.1. Latar BelakangPesatnya perkembangan pembangunan kota Malang ditambah dengan kondisi terbatasnya prasarana dan sarana yang ada semakin memberikan dampak yang cukup menyesakkan bagi masyarakat didalamnya serta lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi dengan adanya arus deras migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan menyebabkan pembangunan kawasan permukiman untuk tempat tinggal terus berkembang. Hal ini jika tidak dilakukan penataan suatu kawasan yang baik dapat berakibat penyalahgunaan peruntukan lahan yang mengakibatkan terpuruknya kualitas hidup kota Malang. Salah satu area yang tidak banyak mendapat perhatian adalah area sempadan sungai. Sempadan sungai merupakan area yang sangat rentan terhadap aktivitas manusia, berkenaan dengan pemanfataan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan peruntukannya. Pembangunan infrastruktur di area sempadan sungai Brantas yang jelas nyata merupakan kawasan lindung dan reservasi di dalam kota Malang menjadi pemicu bencana banjir dan longsor pada area tersebut.Fenomena diatas bukan hanya terjadi di Malang, namun merupakan kondisi nyata gambaran permasalahan perkotaan yang dilalui sungai di Indonesia secara umum. Untuk itu, perlu adanya penanganan yang bijak dalam menanggapinya sehingga dapat menyelesaikan permasalahan kota atau setidaknya adalah meminimalisir permasalahan kota yang kompleks, dimana salah satu rekomendasi yang disarankan oleh para Urban Planner dan Urban Designer adalah dengan cara meningkatkan rasa sense of belonging terhadap kawasan huniannya sehingga dapat menanamkan rasa tanggung jawab mulai lingkup terkecil yakni diri sendiri hingga ke tataran masyarakat. Kearifan lokal suatu kawasan/area -dalam makalah ini berupa area sempadan sungai- secara umum dapat digambarkan sebagai peran serta sosial masyarakatnya dalam usaha meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang ada dimana kondisi ini merupakan gambaran nyata pelaksanaan trendsetter perencanaan kota secara global saat ini yaitu suatu konsep Sustainability. Kearifan lokal juga diwujudkan dalam pengaturan dan perencanaan yang menghormati tapak atau site kawasan tersebut sehingga terwujud kawasan yang livable, nyaman dan memiliki sense of place.Dalam mendukung penataan ruang secara teknis, maka dipandang perlu bagi Urban Planner dan Urban Designer untuk mewujudkannya dalam suatu sistem mulai dari pembangunan database suatu wilayah hingga simulasi analisis keruangan dalam suatu wilayah yang terintegrasi secara universal dan dapat digunakan oleh semua kalangan, mulai dari masyarakat, perencana hingga pengambil keputusan. Sehingga, nyata bahwa nilai spasial memiliki peranan utama dalam menyusun sistem ini. Selama ini tidak dapat dipungkiri, walaupun Urban Planner dan Urban Designer bekerja pada satu tim untuk suatu pekerjaan, cara bekerja mereka masih dilakukan terpisah. Nyata terlihat jika produk Urban Planning digabungkan dengan produk Urban Design maka hasilnya tidak akan terintegrasi. Secara umum, hal ini dapat terjadi dikarenakan cara kerja kedua profesi ini berbeda. Seorang Urban Planner menyelesaikan suatu kasus dengan melihat dari Spatial Perspective dengan prinsip Location..Location.. Location.. serta menjawab permasalahan What, Why, When dan Howsedangkan seorang Urban Designer menghasilkan suatu karya dengan fokus pada bentukan fisik kawasan yang menitikberatkan pada kualitas lingkungan alam dan binaan yang bersifat fungsional dan estetis serta cenderung bersifat A-Spatial. Untuk menjembatani permasalahan ini, maka dalam makalah ini, penulis mencoba memperkenalkan suatu konsep baru dengan menggabungkan cara kerja Spatial Analysis dan Urban Design dalam suatu konsep dengan nama Spatial Urban Design.1.2. Permasalahana. Bagaimana mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di DAS Tallo dan merekomendasikan penataan ruang..??b. Bagaimana penerapan spatial urban designer pada area sempadan sungai.?

1.3. Tujuana. Untuk mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di DAS Tallo selama 8 tahun dan merekomendasikan penataan ruang di DAS Tallob. Untuk Mengetahui penerapan konsep spatial urban designer pada area sumpedan sungan.

BAB IIPembahasan 2.1. Paper ReviewPaper I : PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS SPASIALDI DAS TALLO, SULAWESI SELATAN, INDONESIAPembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Pembangunan bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat atau menaikkan mutu hidup masyarakat(Soemarwoto, 2004).Makin tingginya tingkat konsumsi manusia, makin banyak sumberdaya yang diperlukan untuk menopang pola hidup tersebut. Yang mencemaskan ialah bahwa penyusutan luas dan rusaknya hutan nampaknya tidak menimbulkan keresahan yang mendalam di kalangan masyarakat luas dan terus berjalan (Soemarwoto, 2004).Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan di kawasan perkotaan memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat serta lingkungan sekitarnya.Sehingga perlu adanya pengendalian pemanfaatan ruang.Yang dimaksud dengan pengendalian pemanfaatan ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan dan penertiban terhadap implementasi rencana, agar pemanfaatan ruang sesuai dengan RencanaTata Ruang.Penelitian ini sudah lama diteliti, adapun yang di teliti yaitu tentang perubahan pola penggunaan lahan berbasis spasial di DAS Tallo, Sulawesi Selatan, Indonesia telah dilakukan pada bulan Februari-Mei 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di DAS Tallo selama 8 tahun dan merekomendasikan penataan ruang di DAS Tallo. Penelitian dilakukan dengan mengoverlay peta penggunaan lahan tahun 1997 dan tahun 2004. Analisis data dilakukan secara deskriptif sedangkan data spasial dianalisis dengan menggunakan metoda SIG. Hasil analisis geospasial menunjukkan luasan kebun berkurang dari 18.308,31 hektar atau 41,97% pada tahun 1997 menjadi seluas 18.088,92 hektar atau 41,47%. Dan selama kurun waktu 8 (delapan) tahun terjadi penambahan luasan permukiman sebesar 219,4 hektar dari luas permukiman tahun 1997 seluas 6.970,82 hektar atau 15,98% menjadi seluas 7.190,22 atau 16,48%. Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini yaitu pola penggunaan lahan di DAS Tallo cenderung mengalami perubahan dari penggunaan non terbangun menjadi terbangun.Paper II : SPATIAL URBAN DESIGN PADA AREA SEMPADAN SUNGAI(PENERAPAN GIS DALAM URBAN DESIGN)Pada penelitian ini berupaya memperkenalkan konsep Spatial Urban Design, sebuah konsep yang menurut peneliti merupakan hal baru dalam ranah perancangan kota. Konsep tersebut merupakan penggabungan antara analisis spasial menggunakan metode Geographical Information System (GIS) dengan perancangan tapak (site planning). Subyek penelitian ini adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) sempadan sungai pada skala kota. Saat ini perubahan penggunaan lahan perkotaan yang ada mengalami degradasi kualitas hidup, pembangunan fisik yang menutupi hampir seluruh permukaan tanah dimana dampak yang terjadi memengaruhi kondisi sosial perkotaan, khususnya pada area sempadan sungai. Sempadan sungai merupakan area yang sangat rentan terhadap aktivitas manusia, berkenaan dengan pemanfataan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan peruntukannya.Sebagai upaya pengamanan dan perlindungan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas masyarakat, maka sungai dan kawasan tepiannya ditetapkan menjadi kawasan lindung dan konservasi oleh pemerintah Kota Malang. Untuk itulah kearifan lokal sangat penting dalam suatu perencanaan dan perancangan tapak, agar ruang yang tercipta dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dan mengangkat citra kawasan. Pembahasan secara umum penelitian ini mencakup analisis spasial RTH pada tepian sungai Brantas di Kota Malang dengan GIS yang dilanjutkan dengan analisis tapak serta penggunaan media 3D modelling pada Perancangan Tapak .2.2. Paper AnalysisPada paper yang pertama membahas tentang perubahan pola penggunaan lahan yang di lakukan di Das Tallo, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada paper ini terdapat sebuah konsep spasial analysis, Spasial Analysis merupakan informasi keruangan dimana memberi penafsiran data yang dituangkan dalam bentuk simbol sebagai gambaran dari keadaan sebenarnya di lapangan. Informasi keruangan ini dapat disampaikan dalam integrasi bentuk tabel maupun peta. Selanjutnya, dengan ragam operasi dan permodelan keruangan menghasilkan suatu delineasi wilayah kajian guna peruntukan studi tertentu. Metodologi penelitian yang di gunakan dalam paper yang pertama ini adalah : 1. Lokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di DAS Tallo pada bulan Februari-Mei 2014. Secara geografi DAS Tallo terletak pada posisi 119 25 00- 119 47 00 BT dan 05 03 00- 05 18 00 LS. Adapun luas keseluruhannya yaitu 43.000 hektar.2. TahapPersiapanPengumpulan peta dasar berupa peta topografi, peta existing jaringan jalan dan sungai, serta citra satelit. Studi kepustakaan baik itu berupa studi mengenai konsep yang akan terbangun nantinya maupun studi tentang data sekunder untuk menentukan jenis data yang termuat dalam aplikasi GIS.3. Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang dilakukan adalah survey primer, berupa observasi lapangan penggunaan lahan dan survey sekunder, berupa data-data sekunder dari instansi terkait dan studi literatur.4. Tahap Pengolahan dan PemrogramanKomputerTahapan ini meliputi kegiatan spatial analisis di GIS dengan menganalisis data spasial tahun 1997 dan 2004dari Balai Lahan dan Kehutanan Indonesia. Adapun prosedur pengerjaan yaitu dengan mengoverlay (tumpang susun) antara data spasial masing-masing time series dengan peta DAS Tallo kemudian dilakukan penyeragaman format data, penyeragaman koordinat UTM, perbaikan (editing) poligon yang masih belum clean, dan penyesuaian dengan data lapangan hasil ground truth.5. Analisis DataData geospasial hasil penyeragaman format, koordinat dan editing kemudian dilakukan overlay (tumpang susun). Hasil overlay kemudian dilakukan penyesuaian dengan data lapangan hasil groundtruth. Analisis data spasial dianalisis dengan menggunakan metoda SIG.Hasil Akhir yang didapat dari paper yang pertama yaitu pola penggunaan lahan di DAS Tallo cenderung mengalami perubahan dari penggunaan non terbangun menjadi terbangun.Pada paper yang kedua membahas tentang SPATIAL URBAN DESIGN PADA AREA SEMPADAN SUNGAI penelitian tersebut dilakukan di kota malang. Pada paper yang kedua ini diterapkan konsep spatial urban designer yang merupakan suatu konsep yang diperkenalkan penulis mengenai gabungan konsep penataan ruang dengan Permeability, Variety, Aesthetics, Visual, Richness, Appropriatness, Personalisation dalam suatu teknis aplikasi Sistem Informasi berbasis Geografis dengan menyajikan integrasi tabel dan data spasial baik berupa penampakan 2D maupun 3D disertai dengan skala dan letak koordinat geografis yang ada. Dalam aplikasi teknisnya, konsep ini memadukan aplikasi software GIS yang berbasis spasial dengan software Engineering, Computer-Aided Design (CAD) yang memiliki kedetailan pengukuran suatu obyek sehingga menghasilkan powerful software system untuk kegiatan perencanaan wilayah dan kota.Paper yang kedua ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut :a. Persiapan, yang meliputi penyusunan kerangka pikir, pengumpulan peta dasar, mobilisasi tenaga, studi kepustakaan dan data sekunder.b. Survey dan pengumpulan data yang meliputi pengumpulan data sekunder, pengambilan data visual, selanjutnya dilakukan review hasil dan pemasukan data.c. Pengolahan dan Pemrograman komputer, dimana tahapan ini mencakup dua kegiatan yang bersamaan berupa kegiatan Spatial Analysis di GIS dan melakukan rancangan kawasan di Software Engineering berupa CAD.d. Finalisasi kegiatan adalah melakukan gabungan kedua hasil pengolahana data dengan menggunakan plugin pada GIS dengan penampilan akhir berupa visualisasi rancangan kawasan dalam bentuk 3D yang telah bersifat spasial dan berskala.Hasil akhir dari paper kedua ini adalah terbangunnya visualisasi 3D rancangan area penataan area sempadan sungai Brantas seputar Splendid, Malang yang berbasis kearifan lokal dan melibatkan unsur penting dalam perencanaan wilayah dan kota, yaitu spasial serta terintegrasi dengan database obyek visual. Tampilan data ini berupa layer-layer data yang dapat ditampilkan secara bersamaan dalam satu penampilan monitor. Konsep Spatial Urban Design ini menyuguhkan analisis dalam ranah perencanaan wilayah dan kota pada suatu kawasan/area berupa: 1. Analisis kelayakan tata bangunan dengan simulasi obyek bangunan yang akan didirikan berdasarkan master plan bangunan.2. Analisis tata guna lahan kawasan/area3. Analisis persil bangunan yang melanggar peraturan peruntukan penggunaan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang tingkat Kota seperti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.4. Analisis ketinggian bangunan yang diizinkan untuk pendirian.5. Analisis persil bangunan yang termasuk dalam potensi genangan

2.3. Paper ComparisonPerbandingan antara kedua paper tersebut adalah pada penggunaan konsep GIS yaitu Pada paper yang pertama menggunakan konsep spatial analysis sedangkan pada paper yang kedua menggunakan konsep spatial urban design. Spatial urban design merupakan gabungan dari spatial analysis dan urban design. Konsep penggabungan itu di coba lakukan oleh penulis pada paper kedua dengan studi kasus tata ruang sempadan sungai.Pada paper pertama yang menggunakan spatial analysis penggambaran hasil tata ruanganya masih dalam berbentuk tabel atau dalam bentuk 2D sedangkan pada paper kedua yang menggunakan spasial urban design penggabaran hasil tata ruangnya berbentuk Gambar 3D. Aplikasi yang digunakan dalam spasial urban design yaitu berupa AUTO CAD dan ARGIS sedangkan pada paper pertama aplikasi yang di gunakan yaitu ARGIS.Auto Cad berfungsi untuk pengukuran lebih spesifik dan penggambaran yang lebih bagus dan Argis berfungsi untuk penataan ruang atau pembuatan peta dalam bentuk 2D dan akan di edit lagi oleh Auto Cad dan diubah dalam bentuk 3D. Penggunaan metodologi dalam kedua paper tersebut sama yaitu terdapat metode pengumpulan data, studi pustaka dan finalisasi. Hanya saja cara pengambilan datanya yang berbeda. Paper 1Berdasarkan analisis geospasial penggunaan lahan di DAS Tallo tahun 1997 terdiri atas hutan, kebun, padang, perairan darat, perkebunan, permukiman, persawahan, pertanian tanah kering semusim dan tanah terbuka. Dengan penggunaan lahan terluas yakni kebun seluas 18.088,92 atau 41,47 %, hektar dan penggunaan lahan terkecil yakni perkebunan seluas 161,53 hektar atau 0,37% (Tabel 1.).Sedangkan penggunaan lahan DAS Tallo tahun 2004 terdiri atas hutan, kebun, padang, perairan darat, perkebunan, permukiman, persawahan, pertanian tanah kering semusim dan tanah terbuka. Penggunaan lahan terluas yakni kebun seluas 18.088,92 hektar atau 41,47% dan penggunaan lahan terkecil yakni perkebunan seluas 161,53 hektar atau 0,37%.Berdasarkan hasil analisis geospasial diketahui dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun luasan kebun berkurang dari 18.308,31 hektar atau 41,97% pada tahun 1997 menjadi seluas 18.088,92 hektar atau 41,47%. Dan selama kurun waktu 8 (delapan) tahun terjadi penambahan luasan permukiman sebesar 219,4 hektar dari luas permukiman tahun 1997 seluas 6.970,82 hektar atau 15,98% menjadi seluas 7.190,22 atau 16,48%.Berdasarkan hasil ground truth tahun 2014 diketahui vegetasi sekunder penyusun ekosistem mangrove di Kecamatan Tamalanrea dikonversi menjadi permukiman. Terdapat permukiman nelayan dan pabrik di sempadan pantai dan sungai Tallo.

Konversi lahan juga terjadi di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dimana sawah di konversimenjadi perumahan baru.

Pengembangan pasar tradisional ini dibangun dengan menimbun rawa disekitar pasar.

Beberapa lokasi disepanjang sempadan sungai Tallo di jadikan permukiman oleh warga dengan pola permukiman membelakangi sungai. Kondisi ini rentan terhadap penurunan kualitas air akibat limbah domesti rumah tangga serta rentan dengan kondisi kumuh. Dengan adanya kondisi ini, mendorong perlu adanya penataan disepanjang sempadan sungai guna menghindari dampak lanjutan meningkatnya debit sungai.Berdasarkan hasil analisis geospasial dapat disimpulkan pola penggunaan lahan di DAS Tallo cenderung mengalami perubahan dari penggunaan non terbangun menjadi terbangun.Disarankan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan setingkat DAS sebaiknya menggunakan citra spasial resolusi sedang dan resolusi tinggi.Berikut Ini Hasil Akhir dari kedua paper tersebutHasil dari paper ke-1

Hasil dari paper ke-1 ini hanya berbentuk tabel penulis tidak mencantumkan gambar pada Arcgis. Tabel di atas merupakan tabel perubahan penggunaan lahan dari tahun 1997-2004.Paper 2Tahap PersiapanTahapan ini mencakup penyusunan kerangka pikir yang didasarkan pada maksud dan tujuan penyusunan aplikasi bersifat Spasial dan A-Spasial berupa perancangan kawasan/area yang terintegrasi dengan spasial yang mengacu pada faktor teknis berupa daya dukung software dan bentuk akhir aplikasi. Pengumpulan peta dasar berupa peta topografi, peta existing jaringan jalan dan sungai, peta persil tanah serta citra satelit Ikonos Kota Malang yang memiliki resolusi hingga 1 meter. Penggunaan citra satelit Ikonos dan peta persil tanah dimaksudkan agar polygon bangunan sebagai dasar pembuatan obyek 3D dapat terintegrasi secara spasial dengan sistem geografis yang terkoordinat. Selanjutnya studi kepustakaan baik itu berupa studi mengenai konsep yang akan terbangun nantinya maupun studi tentang data sekunder untuk menentukan jenis data yang termuat dalam aplikasi GIS.

TahapSurveyPengumpulan data primer dilakukan melalui survey kondisi eksisting dan lingkungan binaan pada kawasan perancangan. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, rencana tata ruang kota, Masterplan Ruang Terbuka Hijau dan peraturan/ kebijakan. Selain dari instansi terkait, data sekunder juga diperoleh dari media internet. Tahap ini dilakukan dengan langkah mengkaji landasan teoritik perencanaan dan perancangan yang akan dijadikan pendekatan dalam penataan ruang-ruang tak termanfaatkan (underused space) di perkotaan, serta mengkaji perancangan tata ruang kawasan sempadan sungai di wilayah studi.

Tahap Pengolahan danPemrogramanKomputerTahapan ini meliputi dua kegiatan yang bersamaan. Pertama berupa kegiatan Spatial Analysis di GIS yang mencakup entry existing data teknis dan existing database obyek, pemrosesan data citra satelit IKONOS Kota Malang pada GIS, pembangunan Data Terrain Model (DTM) untuk memberikan bentukan bentang alam dari data kontur yang ada. Kedua, melakukan rancangan kawasan di Software Engineering berupa CAD yang dibangun diatas peta dasar yang telah memiliki koordinat geografis yang benar dan berskala dimana selanjutnya dilakukan pembangunan 3D data untuk pembangunan kawasan/area.

Hasil dari Paper ke-2

Pada gambar di atas merupakan gambar hasil akhir dari spatial urban design yang terlah berbentuk 3D.

BAB III Penutup 3.1. KesimpulanDari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa paper yang ke-1 dengan menggunakan konsep spasial analysis kurang efektif daripada konsep yang digunakan paper kedua yaitu spasial urban design. Pada spasial analysis hasil akhirnya berupa gambar yang masih berbentuk 2D sedangkan pada spasial urban design hasil akhirnya berbentuk 3D karena sudah dilakukan penggabungan antara spasial analysis dan urban design. Aplikasi yang digunakan kepada kedua paper tersebut juga sama yaitu Argis hanya saja pada paper kedua terdapat tambahan aplikasi yang digunakan yaitu Auto CAD. 3.2. SaranSebaiknya pada paper pertama di tambahkan pengambilan atau pembuatan data spatial menggunakan aplikasi Argis. Untuk paper kedua keakuratan pada sinergisitas hasil desain di CAD pada GIS, khususnya menyangkut elevasi atau sumbu Z data

16