Post on 24-Apr-2015
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MULTIPLE
INTELLIGENCE PADA MATA PELAJARAN IPA TERPADU DENGAN
TEMA KEBAKARAN HUTAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP
PROPOSAL PENELITIAN
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Seminar Pendidikan Fisika
Yang dibina oleh Ibu Endang Purwaningsih
Oleh:
Zuhriya Rohmawati (109321422604)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
September 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
mendasari perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam.
Dewasa ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat pesat.
Komputer sebagai salah satu media dari teknologi informasi dan komunikasi telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sehingga kebutuhan akan suatu
sistem komputerisasi pada segala bidang juga ikut meningkat. Pekerjaan yang
dahulunya membutuhkan tenaga manusia, kini telah tergantikan oleh mesin, yang
hampir semuanya hampir dikendalikan oleh komputer. Kini komputer telah
berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Bahkan komputer menjadi mata pelajaran
wajib di sekolah.
Dalam dunia pendidikan, kita tahu bahwa komputer berperan penting
sebagai alat bantu dalam pengolahan data serta dapat memecahkan masalah yang
kecil sampai dengan masalah yang sangat komplek sekali pun. Penggunaan
komputer yang dilengkapi dengan program aplikasi dapat memberikan hasil yang
berkualitas. Jadi, dengan demikian penanganan sistem pembelajaran berbantuan
komputer sangatlah tepat. Namun banyak guru di sekolah masih belum mampu
untuk menghadirkan bentuk pembelajaran berbantuan komputer.
Dr. Howard Gardner, psikolog kognitif dan ko-direktur Project Zero di
Universitas Harvard menemukan beberapa jenis kecerdasan, yaitu spasial-visual
(spatial intelligence), linguistik-verbal (linguistic intelligence), interpersonal
(interpersonality intelligence), musikal-ritmik (musical intelligence), naturalis
(naturalistic intelligence), badan-kinestetik (bodily-kinesthetic intelligence),
intrapersonal (intrapersonality intelligence), logis-matematis (logical mathematic
intelligence), dan eksistensial (existential intelligence) (DePorter, 1999). Setiap
siswa pastinya memiliki kecerdasan yang berbeda. Setiap siswa akan menikmati
1
dan merasa nyaman terhadap apa yang mereka kerjakan jika hal itu sesuai dengan
kecerdasan mereka.
Sebagian orang sering beranggapan bahwa fisika itu sulit dan penuh
dengan rumus-rumus, sedangkan biologi banyak mengandalkan hafalan, dan
kimia hanya berkaitan dengan unsur-unsur dan persamaan reaksi. Oleh karena itu
sebagai mata pelajaran yang di ujian nasionalkan, fisika, kimia, dan biologi yang
saling memiliki keterkaitan kini telah dikemas ke dalam tema tertentu yakni
berupa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terpadu.
Dalam KTSP pada jenjang SMP/MTs menuntut pembelajaran IPA (Fisika,
Biologi dan, kimia) secara terintegrasi dalam bentuk tema atau topik yang dikenal
dengan nama IPA Terpadu. Hal-hal yang dipelajari dalam IPA terpadu adalah
sebab akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam.
Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
(Depdiknas, 2006), sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima dan
menerapkan konsep yang telah dipelajarainya. Dengan demikian, siswa terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara
menyeluruh, bermakna, dan aktif. Tema tentang kebakaran hutan merupakan
salah satu tema yang dapat memperpadukan materi fisika, biologi, dan kimia.
Cara pengemasan media untuk mata pelajaran IPA terpadu yang ada saat
ini masih banyak yang berupa buku paket dari sekolah, Buku Kerja Siswa (BKS),
dan modul IPA terpadu. Kebanyakan guru IPA terpadu di sekolah lebih sering
menjelaskan teori dari buku yang digunakan, dan masih banyak yang belum
menjelaskan keterpaduan antara fisika, biologi, dan kimia terhadap tema tertentu.
Selain itu peneliti juga menemukan bahwa pengemasan media pembelajaran IPA
terpadu di suatu SMP tidak berupa tema tertentu yang di dalamnya membahas
perpaduan antara materi fisika, kimia, dan biologi. Padahal Pembelajaran IPA
terpadu menuntut guru IPA yang professional, menguasai materi IPA secara
terpadu (Fisika, Kimia dan Biologi), mampu mengemas dan mengembangkan
materi dalam bentuk tema atau topik dengan menggunakan sarana dan prasarana
yang memadai.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan di
atas, peneliti memandang perlunya untuk mengembangkan suatu media
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mempelajari dan memahami
materi ajar IPA terpadu pada tema kebakaran hutan dengan berbasis pada
kecerdasan ganda (mulitiple intelligence), sehingga memberikan keluwesan dan
keleluasaan bagi siswa.
Multimedia interaktif adalah salah satu altenatif jawabannya, dengan
pengembangan paket pembelajaran dalam bentuk CD-ROM Interaktif, akan dapat
menggali kemampuan individual siswa serta menimbulkan daya tarik, sehingga
diharapkan dapat melahirkan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan prestasi
hasil belajar dan meningkatkan kecerdasan. Disamping itu multimedia interaktif
ini juga diharapkan dapat menjembatani permasalahan keterbatasan kemampuan
daya serap siswa dan keterbatasan kemampuan guru dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan
karakteristik mahasiswa secara individual, serta dengan adanya bantuan
multimedia interaktif ini dapat menjembatani persoalan rendahnya aktualisasi diri
siswa, sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat di eksplorasi kembali
melalui media pembelajaran multimedia interaktif ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka untuk
rumusan masalah dalam penelitian ini dimunculkan pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik multimedia interaktif IPA terpadu berbasis multiple
intelligences?
2. Bagaimana multimedia interaktif IPA terpadu yang pernah digunakan guru?
3. Bagaimana rancangan multimedia interaktif IPA terpadu berbasis multiple
intelligences pada tema kebakaran hutan?
4. Bagaimana hasil uji coba lapangan multimedia interaktif IPA terpadu
berbasis multiple intelligence pada tema kebakaran hutan yang dikembangkan?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik multimedia interaktif berbasis multiple
intelligence pada tema kebakaran hutan
2. Mengetahui model multimedia interaktif yang pernah digunakan guru
3. Mengetahui rancangan model multimedia interaktif berbasis multiple
intelligence pada tema kebakaran hutan
4. Mengetahui hasil uji coba lapangan multimedia interaktif berbasis multiple
intelligence pada tema kebakaran hutan yang dikembangkan
D. Spesifikasi Produk
Produk multimedia interaktif ini memiliki spesifikasi:
1. Produk yang peneliti hasilkan berupa paket pembelajaran multimedia
interaktif. Paket pembelajaran ini akan dikemas dalam bentuk CD (Compact
Disk).
2. Di dalam CD multimedia interaktif ini akan dilengkapi dengan panduan
penggunaan CD interaktif, tutorial materi yang terdiri dari standar kompetensi,
kompentensi dasar, indikator, peta konsep, materi yang dilengkapi dengan
gambar, animasi dan video, glosarium, contoh soal-soal latihan, dan quiz.
3. Materi disajikan dengan berbasis pada multiple intelligence untuk
mengembangkan 6 jenis kecerdasan.
a. Spatial Intelligence
Di dalam multimedia interaktif dilengkapi video, gambar yang
kontekstual dan visualisasi lainnya yang dapat membantu siswa berpikir
dalam citra dan gambar.
b. Linguistic Intelligence
Materi dalam CD multimedia interaktif ini disajikan dalam bahasa Inggris
agar siswa mengenal istilah-istilah IPA yang digunakan di dunia. Namun
glosarium disajikan dalam bahasa Indonesia agar siswa bisa memahami
beberapa makna dari istilah-istilah IPA. Selain itu siswa dapat
mengembangkan kemampuan dalam berbahasa Inggris.
c. Interpersonality Intelligence
Di dalam multimedia interaktif ini terdapat petunjuk agar siswa
melakukan kegiatan eksperimen secara berkelompok agar dapat
mengembangkan keterampilannya melalui kerjasama dan berkomunikasi
dengan teman-temannya.
d. Musical Intelligence
Di dalam CD multimedia interaktif ini akan dilengkapi dengan musik
tertentu untuk meningkatkan semangat dan fokus dalam memahami
pelajaran.
e. Naturalistic Intelligence
Di dalam CD multimedia interaktif ini terdapat konsep-konsep yang erat
kaitannya dengan alam dan memungkinkan terjadinya interaksi dengan
proses alam sehingga siswa dapat berpikir dalam acuan alam.
f. LogicalMathematic Intelligence
Di dalam CD interaktif ini terdapat kegiatan eksperimen, latihan soal dan
kuis yang dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah secara logis
dan ilmiah sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir
dengan penalaran.
4. CD multimedia interaktif menggunakan software Swishmax.
5. CD multimedia interaktif dapat dikembangkan lebih lanjut dengan
menambahkan fitur-fitur baru yang lebih menarik sesuai dengan perkembangan
teknologi.
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberiakan manfaat kepada berbagai
pihak baik secara langsung ataupun secara tidak langsung, terutama dalam
peningkatan kualitas belajar.
1. Bagi siswa
Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran interaktif
berbasis multiple intelligence pada tema kebakaran hutan diharapkan dapat
menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien. Selain itu
dapat membantu mengembangkan kecerdasan siswa dan membantu meningkatkan
pemahaman materi siswa terhadap mata pelajaran IPA terpadu.
2. Bagi guru
Sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan
bagi guru mengenai media pembelajaran interaktif, sehingga dapat menjadi salah
satu alternatif media pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa
dalam memahami materi IPA terpadu berbasis multiple intelligence pada tema
kebakaran hutan seperti yang peneliti kembangkan.
3. Bagi peneliti
Sebagai rujukan bagi peneliti lain pada umumnya dalam mengembangkan
media pembelajaran interaktif, dan bagi peneliti sendiri pada khususnya untuk
mengembangkan media ini pada materi lain.
F. Asumsi Keterbatasan
Semua yang dibuat manusia pasti tidak ada yang sempurna. Begitu pula
dengan produk ini yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan dari produk yang
peneliti kembangkan ini hanya dapat digunakan pada komputer. Selain itu produk
ini hanya mencakup satu tema sehingga hanya bisa digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap tema yang dipilih peneliti.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pengertian dalam penelitian, maka peneliti
mengemukakan beberapa definisi operasional berikut ini:
1. Pengembangan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses,
cara, perbuatan mengembangkan.
2. Media Pembelajaran Interaktif
Media pembelajaran interaktif merupakan media yang dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan penggunanya dapat mengontrol
elemen-elemen yang ada di dalamnya. Pada penelitian ini media pembelajarannya
berupa multimedia yang menggabungkan gambar, animasi, suara dan teks secara
interaktif.
3. IPA Terpadu
IPA terpadu merupakan sebuah mata pelajaran yang dikemas ke dalam
tema tertentu yang di dalamnya membahas perpaduan materi-materi fisika, kimia,
dan biologi yang saling memiliki katerkaitan.
4. Multiple Intelligence
Teori Multiple Intelligences adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa
di dalam diri individu terdapat berbagai macam kecerdasan dimana kecerdasan
yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam
memecahkan masalah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Multimedia Interaktif
Multimedia menurut bahasa multi (latin Nouns) adalah banyak bermacam-
macam sedangkan medium adalah sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan
atau membawa sesuatu. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua
unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video
dan animasi secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan
multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak
dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh penguna.
Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.
Sedangkan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan
alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat
memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia
interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif dan aplikasi game. Dalam
multimedia interaktif memungkinkan terjadinya proses belajar. Jadi dalam
pembelajaran yang utama adalah bagaimana peserta didik belajar. Belajar dalam
pengertian aktifitas mental peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dengan
demikian aspek yang menjadi penting dalam aktifitas belajar adalah Bagaimana
menata unsur-unsurnya pembelajaran dapat mengubah perilaku peserta didik.
Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka
multimedia interaktif dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan
dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang piliran, perasaan,
perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi,
sesuai dengan tujuan.
Menurut Mulyani (2010) Berbagai keunggulan penerapan multimedia
interaktif meliputi: 1) multiple media, maksudnya teks, audio, grafik, gambar
diam dan gambar gerak dapat dikombinasikan dalam suatu sistem yang mudah
dioperasikan, 2) learner participation, maksudnya materi multimedia dapat
membantu memelihara perhatian peserta didik dan memberikan peluang lebih
kepada peserta didik untuk berpartisipasi ketimbang bentuk lain.3)
Individualization, maksudnya penyajian pencabangan materi multimedia
melepaskan kendali belajar sepenuhnya pada peserta didik khususnya dalam
proses pembelajaran. 4) Flexibility, maksudnya peserta didik memiliki kebebasan
dalam memilih pelajaran, mengevaluasi pemahaman, sesuai dengan minat dan
keinginan melalui menu. 5) multimedia interaktif lebih mendukung belajar
mandiri ketimbang belajar bersama. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh
adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu
mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan dan
proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap
belajar peserta didik dapat ditingkatkan.
B. IPA TERPADU
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara
bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan (Depdiknas,
2006:1).
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA (Depdiknas, 2006: 4) meliputi empat unsur utama yaitu:
1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
Keempat ubsur di atas merupakan ciri IPA yang utuh dan sebenarnya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam pembelajaran IPA keempat unsur ini
diharapkan muncul, agar siswa mengalami proses pembelajaran secara uth,
memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, dan metode
ilmiah. Untuk dapat mencapai hal ini maka dapat dilakukan dengan cara
menerapkan pembelajaran IPA yang terpadu.
IPA terpadu merupakan sebuah mata pelajaran yang dikemas ke dalam
tema tertentu yang di dalamnya membahas perpaduan materi-materi fisika, kimia,
dan biologi yang saling memiliki katerkaitan (Yuliati, 2008). Melalui
pembelajaran IPA terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
sehingga dapat menerima dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Menurut Yuliati (2008), karakteristik pembelajaran IPA terpadu antara lain
a. Pembelajaran berpusat pada siswa, karena pembelajaran terpadu merupakan
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk bereksplorasi. Siswa aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan
yang harus dikuasainyasesuai perkembangannya.
b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan (Bermakna),
yakni IPA terpadu mengkaji fenomena dari berbagai aspek yang
memungkinkan terbentunya jalinan skemata yang dimiliki siswa sehingga
berdampak pada kebermaknaan materi yang dipelajari siswa.
c. Belajar melalui pengalaman langsung (otentik), maksudnya siswa dilibatkan
secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan
siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung.
d. Lebih memperhatikan proses daripada hasil belajar. Pada pembelajaran IPA
terpadu (pada jenjang pendidikan dasar) dikembangkan guided inquiry yang
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai proses penilaian. Pembelajaran terpadu
dilaksanakan sesuai minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan
siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.
e. Sarat dengan muatan keterkaitan (holistik), yakni memusatkan perhatian pada
pengamatan dan pengkajian gejala atau peristiwa dari beberapa mata
pelajaran sekaligus.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau
topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau
disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam
pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek
mata pelajaran dalam bidang kajian IPA. Tema dapat dibahas dari sudut
biologi, fisika, dan kimia. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek
biologi dan fisika, atau kimia dan biologi, atau fisika dan kimia saja.
Menurut Fogarty (dalam Depdiknas, 2006:8) berikut ini disajikan tiga
model keterpaduan IPA berisi baik kelebihan maupun keterbatasan masing-
masing model.
Tabel 1.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu Model Connected, Webbed dan
Integrated.
Model Karakteristik Kelebihan keterbatasan
Model Hubungan
(connected
model)
Menghubungkan
satu konsep dengan
konsep lain, topik
dengan topik lain,
satu keterampilan
dengan keterampilan
lain, ide yang satu
dengan ide yang lain
tetapi masih dalam
lingkup satu bidang
studi misalnya IPA
atau IPS
Peserta didik akan
lebih mudah
menemukan
keterkaitan karena
masih dalam lingkup
satu bidang studi
Model ini
kurang
menampakkan
keterkaitan
interdisiplin
Model Jaring
Laba-Laba
(webbed model)
Dimulai dengan
menentukan tema
yang kemudian
dikembangkan
subtemanya dengan
memperhatikan
kaitannya dengan
disiplin ilmu atau
bidang studi lain
Tema yang
familiar membuat
motivasi belajar
meningkat
Memberikan
pengalaman
berpikir serta
bekerja
interdisipliner
Sulit
menemukan
tema
Model Terpadu
(integrated
model)
Dimulai dengan
identifikasi konsep,
keterampilan, sikap
yang overlap pada
beberapa disiplin
ilmu atau beberapa
bidang studi. Tema
berfungsi sebagai
konteks
pembelajaran
Hubungan
antarbidang studi
jelas terlihat melalui
kegiatan belajar
Fokus
terhadap
kegiatan
belajar,
terkadang
mengabaika
n target
penguasaan
konsep
Menuntut
wawasan
yang luas
dari guru
(Sumber: Rustaman et al dan Forgaty dalam Depdiknas, 2006)
Model pembelajaran IPA terpadu yang diterapkan dalam penelitian ini
yaitu model hubungan (connected model), dimana dalam model ini
mengguanakan sebuah tema yang menghubungkan satu konsep dengan konsep
lain dalam lingkup mata pelajaran IPA. Setelah selesai pembelajaran diharapkan
siswa dapat menemukan keterkaitan antara konsep tersebut. Manfaat yang dapat
diperoleh melalui pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu (Depdiknas, 2006:9)
antara lain sebagai berikut.
a. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan
waktu, karena ketiga disiplin ilmu (fisika, kimia dan biologi) dapat diajarkan
sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
b. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep fisika,
kimia, dan biologi.
c. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karen peserta didik
dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam
ketika menghadapi situasi pembelajaran.
d. Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata
yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan
pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
e. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
f. Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat
menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman
belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan
mendalam, sehingga memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu
konteks ke konteks lainnya.
g. Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru
dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam
situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
C. Teori Multiple Intelligence
Selama ini kita menggunakan tes IQ, tes standardisasi, dan prestasi
kognitif akademis untuk mengukur kecerdasan. Namun pada tahun 1983, seorang
psiokolog kognitif dan ko-direktur Project Zero di Universitas Harvard,
Dr.Howard Gardner, mengembangkan teori Kecerdasan Berganda (multiple
intelligence). Dalam karyanaya Gardner menemukan beberapa jenis kecerdasan,
tidak hanya satu yang dapat diukur dan dijumlah sebagaimana kecerdasan IQ.
Teorinya menawarkan pandangan yang lebih luas mengenai kecerdasan dan
menyatakan bahwa kecerdasan adalah suatu kesinambungan yang dapat
dikembangkan seumur hidup (DePorter, 1999: 96). Menurut Armstrong (2000:1),
Gardner menetapkan cara dengan memetakan kemampuan rata-rata terbesar yang
dimiliki manusia dengan mengelompokkan kemampuan mereka ke dalam 8
kategori yang luas atau “intelligences”.
a. Linguistik-Verbal (Linguistic Intelligence) berpikir dalam kata-kata.
Kecerdasan linguistik atau verbal merupakan kemampuan untuk
menggunakan bahasa secara efektif. Kecerdasan ini termasuk tindakan
berpikir dalam kata-kata, mencakup kemahiran dalam berbahasa untuk
berbicara, menulis, membaca, menghubungkan, dan menafsirkan. Logicall
b. Spasial-Visual (Spatial Intelliegence) berpikir dalam citra dan gambar.
Melibatkan kemampuan untuk memahami hubungan ruang dan citra mental,
dan secara akurat mengerti dunia visual. Cara untuk mengembangkannya bisa
dengan menggambar, mensketsa, mencoret-coret, visualisasi, citra, grafik,
desain, tabel, seni, video, film, dan ilustrasi.
c. Interpersonal (Interpersonality Intelligence) berpikir lewat berkomunikasi
dengan orang lain. Ini mengacu pada keterampilan manusia sehingga dapat
dengan mudah membaca, berkomunikas, dan berinteraksi dengan orang lain.
Cara untuk mengembangkan bakat ini bisa dengan memimpin,
mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi,
manipulasi, menjadi pendamai, permaiana kelompok, klub, teman-teman, dan
kelompok kerjasama.
d. Musikal-Ritmik (Musical Intelligence) berpikir dalam irama dan melodi.
Gardner berkata, “ada beberapa peran yang dapat diambil oleh individu-
individu yang cenderung musikal, dari komposer avant-garde yang berusaha
menciptakan idiom baru hingga pendengar yang belum berpengalaman yang
mencoba memahami sejak anak-anak (DePorter, 1999:97).
e. Naturalis (Naturalistic Intelligence)berpikir dalam acuan alam.
Kecerdasan ini menyangkut pertalian seseorang dengan alam, yang dapat
melihat hubungan dan pola dalam dunia alamiah dan mengidentifikasi dan
berinteraksi dengan proses alam. Kegiatan yang mendukung berkembangnya
kecerdasan ini yakni jalan-jalan di alam terbuka, berinteraksi dengan
binatang, pengategorian, menatap bintang, meramal cuaca, simulasi, dan
penemuan.
f. Badan-Kinestetik (Bodily-Kinesthetic Intelligence) berpikir melalui
sensasi dan gerakan fisik. Merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan
menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan. Kegiatan yang
mendukung antara lain menari, berlari, melompat, menyenyuh, menciptakan,
mencoba, mensimulasikan, merakit/membongkar, bermain drama,
permaianan, dan indera peraba.
g. Intrapersonal (Intrapersonality Intelligence) berpikir secara reflektif. Ini
mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran
diri sendiri. Cara untuk mengembangkan bakat ini bisa dengan tindakan
berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi,
merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang
dirintis sendiri, menulis dan instrokpeksi.
h. Logis-Matematis (Logical-Mathematics Intelligence) berpikir dalam
penalaran. Melibatkan pemecahan masalah secara logis dan ilmiah dan
kemampuan matematis. Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan ini
dapat dilakukan melalui bereksperimen, bertanya, menghitung, logika
deduktif dan induktif, mengorganisasikan, fakta, teka-teki, dan skenario.
i. Eksistensial (Existential Intelligence) kemampuan seseorang untuk
menjawab persoalan keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya dengan
menerima keadaannya dan keberadaannya secara otomatis, tetapi mencoba
menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Menurut Armstrong
(2002) salahsatu cara mengintegrasikan kecerdasan eksistensial di kelas
yakni melalui sains. Misalnya guru menghubungkan asal usul manusia
dengan eksistensial dengan cara membantu siswa bertanya-tanya tentang
perbedaan antara komponen biotik dan abiotik, membandingkan teori evolus
Darwin dengan asalusul manusia menurut agama.
D. Kompetensi Dasar Tema Kebakaran Hutan
Tema kebakaran hutan adalah tema yang dapat mengaitkan satu konsep
dengan konsep lain dalam suatu bidang studi (inter bidang studi), yaitu fisika,
kimia, biologi. Struktur materi pembelajaran IPA Terpadu pada tema kebakaran
hutan ini disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Struktur Materi pada Tema Kebakaran Hutan
Materi Kompetensi Dasar
Fisika
- Asap yang dihasilkan dari
kebakaran hutan merupakan
contoh dari konveksi udara
3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam
mengubah wujud zat dan suhu
suatu benda serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kimia
- Kebakaran merupakan salah
satu contoh dari perubahan
kimia
4. 4 Mengidentifikasi terjadinya
reaksi kimia melalui percobaan
sederhana
Biologi
- Kebakaran hutan merusak
ekosistem hutan
- Upaya-upaya mencegah dan
mengatasi kebakaran hutan
- Kebakaran hutan menyebabkan
gangguan pernapasan pada
manusia
7.1 Menentukan ekosistem dan saling
hubungan antara komponen
ekosistem
7.4 Mengaplikasikan peran manusia
dalam pengelolaan lingkungan
untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkungan
1.5 Mendeskripsikan sistem
pernapasan pada manusia dan
hubungannya dengan kesehatan.
E. Swish Max
Swishmax adalah program alternatif untuk membuat animasi Flash tanpa
harus menggunakan program Flash. SWiSHmax sangat mudah digunakan, Anda
dapat membuat animasi kompleks berupa teks, gambar, dan suara dengan cepat
dan mudah. SwishMax memiliki tampilan antarmuka/ruang kerja yang cukup
bagus, yang terdiri dari beberapa
komponen, yaitu :
- Main menu
- Tollbox
- Tollbar-toolbar termasuk toolbar Standar, insert, dan control
- Panel-panel termasuk panel Timeline, Outline, Layout, dan Text
- Status Bar
Setiap komponen tersebut diatas masing-masing memiliki berbagai macam fungsi
dan fasilitas yang mendukung dalam pembuatan animasi Flash. Gambar berikut
menampilkan masing-masing komponen yang telah disebutkan diatas .
Gambar 1. Tampilan swishmax
BAB III
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu multimedia
interaktif berbasis multiple intelligences pada mata pelajaran IPA terpadu dengan
tema kebakaran hutan untuk SMP. Tujuan ini dicapai melalui penelitian dan
pengembangan. Menurut Sugiyono (2011) metode penelitian dan pengembangan
(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifitasan produk tersebut.
A. Model Penelitian
Dalam penelitian akan digunakan model pendekatan sistem yang
dirancang oleh Walter Dick and Lou Carey, yang diperlihatkan pada gambar1.
Model Dick and Carey digolongkan sebagai model yang berorientasi pada dua
hal, yaitu: a)Pengetahuan, apabila model tersebut dipakai sebagai sumber
informasi tentang konsep- konsep,prinsip-prinsip perencenaan instruksional dan
langkah-langkahya. b.)Hasil,dengan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip perancangan yang menghasilkan suatu bahan instruksional yang dapat
dipakai belajar secara mandiri tanpa bantuan guru.
Gambar 2. Model Dick and Carey
Sumber: (Emzir, 2012)
Step 2
Conduct Instructional
Analysis
Step 9
Revice Instructions
Step 1
Assessneeds
to identify
goal(s)
Step 4
Write
performace
objective
Step 5
Develop
assesment
instruments
Step 6
Develop
instruction
strategy
Step 7
Develop and
select
instructional
materials
Step 8
Design and
conduct
formative
evaluation of
instruction
Step 3
Analyze learners
and contexts
Step 10
Design and conduct
summative evaluation
B. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini dilakukan beberapa tahap, diantaranya ialah:
1. Langkah 1 melibatkan pendefinisian tujuan untuk program pembelajaran atau
produk, yang sering memasukkan suatu analisis kebutuhan. Pada langkah ini,
tindakan awal yang akan peneliti lakukan adalah observasi, penyebaran angket
dan wawancara ke sekolah. Peneliti akan mencari tahu apakah guru di sekolah
tersebut memiliki bahan materi yang berupa paket pembelajaran multimedia
interaktif yang dikemas dalam bentuk CD dan apakah CD interaktif ini sesuai
keluasan materi, kedalaman materi, keakuratan fakta dan konsep, keakuratan
ilustrasi, Kesesuaian dgn perkembngan ilpeng, keterkinian fitur, contoh dan
rujukn, kontekstual, salingtemas.
2. Langkah 2 dan 3 dapat muncul berurutan atau bebarengan. Dalam langkah 2,
analisis instruksional dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilan-
keterampilan khusus, prosedur, dan tugas-tugas belajar yang dilibatkan
pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran.
3. Langkah 3 dirancang untuk mengidentifikasi entri keterampilan dan sikap
siswa, karakteristik latar pembelajaran, dan karakteristik latar dimana
pengetahuan dan keterampilan baru digunakan. Analisis karakteristik siswa dan
lingkungan dalam pengembangan ini yaitu dalam kegiatan pembelajaran siswa
masih cenderung berpusat pada guru (teacher center).
4. Langkah 4 melibatkan penerjemahan kebutuhan dan tujuan pembelajaran ke
dalam tujuan perilaku spesifik. Tujuan perilaku mengarahkan pada suatu cara
untuk mengkomunikasikan tujuan-tujuan program pembelajaran atau produk pada
level-level yang berbeda dengan jenis-jenis stakeholder yang berbeda. Tujuan-
tujuan perilaku juga menyediakan dasar-dasar untuk perencanaan item-item tes
yang persis, bahan-bahan ajar, dan sistem penyampaian pembelajaran.
5. Langkah 5 mengembangkan instrumen penilaian. Instrumen-instrumen ini
dihubungkan secara langsung dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dikhususkan dalam tujuan-tujuan perilaku. Tindakan yang akan dilakukan peneliti
pada langkah ini yakni mengembangkan suatu instrumen yang berupa data angket.
Data angket digunakan untuk mengukur kelayakan/kevalidan multimedia
pembelajaran interaktif yang dikembangkan. Dalam hal ini akan diujicobakan
kepada ahli media, ahli materi, dan audiens. Hasil dari data angket digunakan
untuk menyempurnakan multimedia pembelajaran interaktif yang dikembangkan.
6. Pada langkah 6 strategi pembelajaran khusus dikembangkan untuk membantu
siswa dengan upaya mereka untuk memperoleh setiap tujuan perilaku. Strategi
dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif ini meliputi: penyajian
informasi materi atau tutorial, praktik dan umpan balik yang diaplikasikan melalui
perangkat lunak berbentuk animasi flash player, dan pengetesan yang berupa
latihan kompetensi dasar dan soal quiz.
7. Langkah 7 melibatkan pengembangan materi pembelajaran, yang mungkin
mencakup baha-bahan cetakan seperti buku teks dan menual pelatihan guru, atau
media lain seperti kaset audio, atau sistem video interaktif. Pada tahapan ini
peneliti ingin memilih tema kebakaran hutan sebagai materi IPA terpadu yang
akan dikembangkan dengan perangkat lunak swishmax 2006.
8. Langkah 8 melibatkan perancangan dan pengembangan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dilakukan oleh pengembang selama program atau produk dalam
proses pengembangan, untuk mendukung proses peningkatan keefektifannya.
Dalam situasi yang sama, evaluasi formatif dilakukan sebagai pengganti yang
dapat mengarah pada suatu pengambilan keputusan untuk menghentikan
pengembangan selanjutnya. Ada 3 jenis evaluasi formatif yaitu uji perorangan
(one to one), uji kelompok kecil (small group), dan uji lapangan (field
evaluation). Dalam hal ini pengembang mengembangkan evaluasi formatif yang
dihasilkan yaitu angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan untuk merevisi
pengembangan multimedia interaktif pembelajaran.
9. Langkah 9 revisi pembelajaran dilakukan. Dalam pengembangan ini, data
yang diperoleh dari evaluasi formatif dan diinterpretasikan untuk memecahkan
kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai tujuan. Selain itu hasil evaluasi
formatif ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih baik.
10. Langkah 10 merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif. Evaluasi
sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
keberhasilan siswa setelah mempelajari materi yang dikembangkan dengan
multimedia interaktif
C. Uji Coba Produk
Uji coba produk merupakan bagian terpenting dalam penelitian
pengembangan. Tahap ini dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba
produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan
atau tidak yang dilihat dari kesesuaian dengan pengguna untuk menyelesaikan
masalah pembelajaran. Uji coba, untuk melihat sejauh mana produk yang dibuat
dapat mencapai sasaran dan tujuan. Produk yang baik memenuhi 2 kriteria:
kriteria pembelajaran dan kriteria penampilan.
Pada tahap ini CD interaktif, diuji coba kegunaan dan kehandalannya.
Selain sebagai pedoman bagi guru IPA ketika mengajar di kelas, CD interaktif ini
juga bisa digunakan sebagai sebuah alternatif pola pembelajaran mandiri bagi
siswa, dengan mendistribusikan CD Interaktif kepada masing-masing siswa,
sehingga diperoleh masukan untuk perbaikan sistem multimedia interaktif yang
dirancang, seperti terlihat pada siklus berikut:
Gambar 3. Siklus Pengembangan Aplikasi E-Media
a. Desain uji coba
Secara lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilakukan
melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan/ uji ahli, uji kelompok kecil, dan uji
lapangan. Dalam kegiatan pengembangan, pengembang mungkin hanya melewati
dan berhenti pada tahap uji perseorangan, atau dilanjutkan dan berhenti sampai
Survey
dan
Analisis
Materi
Desain &
Pembuatan Implementa
si & Uji
Coba
Error Dokumentasi
Ada
error perbaikan
Bebas error
tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji lapangan. Hal ini sangat tergantung pada
urgensi dan data yang dibutuhkan melalui uji coba itu.
b. Subjek uji coba
Tema kebakaran hutan yang dipilih peneliti untuk dikembangbangkan
menjadi produk CD interaktif ini diajarkan pada siswa SMP kelas VII. Sehingga
produk ini akan diucicobakan pada siswa SMP kelas VII. Secara rinci subyek
penelitian terdapat pada tabel 1.
Tabel 3. Subyak Penelitian
Tahapan Uji
coba
Jumlah
sampel Karakteristik sampel
Proses, Orientasi,
dan Hasil Uji
Coba
Uji ahli 3 orang Tenaga ahli: bidang studi,
perancangan, multimedia
Kualitatif (expert
judgement),
kuisioner,
interview, draf
awal produk;
kesesuaian
substansi,
metodologi,
ketepatan media
Uji kelompok
kecil 20 orang
Pemakai produk: siswa,
jumlah terbatas
Kesesuaian produk
dengan pemakai
Uji lapangan 2 kelas Pemakai produk: siswa,
jumlah lebih besar
Kesesuaian produk
dengan pemakai
c. Jenis data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai dasar untuk menentukan
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan. Jenis data yang akan
dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan tentang produk
yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bisa terjadi data
yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan masalah yang terkait dengan
keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya tarik produk yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan desain penelitian dan subyek uji coba
tertentu. Data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi,
kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam Uji Ahli, data yang terungkap antara lain
ketepatan substansi, ketepatan metode, ketapatan desain produk, dsb.
d. Instrumen pengumpulan data
Untuk menjaring data, peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari:
a. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Angket pada umumnya digunakan untuk
meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap, dan perilaku
responden dalam suatu peristiwa. Kuisioner dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan kondisi pembelajaran fisika,
penggunaan media pembelajaran, implementasi pendekatan yang dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman, pandangan siswa dan guru tentang
penggunaan CD multimedia interaktif. Model skala pengukuran yang digunakan
untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah menggunakan
angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert. Oleh karena angket ini
dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka
responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun
pola pensekorannya (scoring) adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Pola Penyekoran Pernyataan
No Pilihan Sekor Pernyataan
Positif
Sekor
Pernyataan
1 Sangat setuju/ selalu/ sangat baik 4 0
2 Setuju/ sering/ baik 3 1
3
Ragu-ragu/ kadang-kadang/
cukup baik 2 2
4 Tidak setuju/ jarang/ kurang baik 1 3
5
Sangat tidak setuju/ tidak pernah/
tidak baik 0 4
Sumber: Sugiyono, 2011
Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang betul-betul sesuai untuk
mengungkap komponen-komponen yang mendukung proses pembelajaran fisika.
Harapan yang ingin dicapai dalam pengembangan multimedia interaktif ini adalah
meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran fisika .
b. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman yang cepat pada
pembelajaran fisika dengan menggunakan menggunakan paket pembelajaran
berbasis multimedia interaktif.
c. Tes
Tes hasil belajar dilakukan dengan post test untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa di dalam pembelajaran dengan menggunakan multimedia
interaktif. Bentuk tes ini berupa pilihan ganda. Tes hasil belajar tidak
dimaksudkan untuk menguji validasi produk, tetapi ini dilakukan karena di dalam
multimedia interaktif yang ditawarkan juga terdapat menu evaluasi yang harus
dieksplorasi oleh siswa, sehingga tentunya akan muncul nilai sebagai hasil belajar
siswa dengan menggunakan multimedia interaktif.
d. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data yang
dikumpulkan. Analisis data ini mencakup prosedur organisasi data, reduksi, dan
penyajian data baik dengan tabel, diagram, atau grafik. Data akan dianalisis secara
deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan statistik. Dalam penyajian hasil
analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual. Data yang diperoleh melalui
angket dan observasi akan diuraikan secara deskriptif naratif. Analisis ini
digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari angket berupa deskriptif
persentase.
Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah sebagai
berikut.
Persentase =
x 100%
Keterangan:
Σ = jumlah
n = jumlah seluruh angket
sebagai ketentuan dalam pengambilan makna dan pengambilan keputusan,
maka digunakan ketetapan sebagai berikut.
Tabel 4. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 4
Tingkat penacapain Kualifikasi keterangan
90% - 100% Sangat baik Tidak perlu direvisi
75% - 89% Baik Tidak perlu direvisi
65% - 74% Cukup Direvisi
55% - 64% Kurang Direvisi
0 – 54% Sangat kurang Direvisi
(Sumber: Sudjana dalam Anggraini, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Adri, Muhammad. 2008. Pengembangan Paket Multimedia Interaktif sebagai
Sarana Belajar Mandiri Mahasiswa. (Online), (http://muhammadadri.net
diakses 04 Mei 2012)
Anggraini, Dwi. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Menggunakan
Model ADDIE untuk Pembelajaran Seni Tari pada Siswa Sekolah Dasar. (Online),
(http://repository.upi.edu diakses 04 Mei 2012)
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Armstrong, Thomas. 2000. Multiple intelligence in the classroom 2nd
edition.
USA: Association for Supervision and Curriculum
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu untuk
SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas
DePorter, Bobbi. 1999. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan Ary Nilandari. 2003. Bandung: Kaifa.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan kuantitatif & kualitatif. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Munir, 2005. Konsep dan Aplikasi Program Pembelajaran Berbasis Komputer
(Computer Based Interaction). P3MP: UPI.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika. Malang:LP3 UM