Post on 12-Aug-2015
ABSTRAK
Mekanisme Penggunaan Spray Gun .
Penulisan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang Alat (gun spray) yang
digunakan untuk proses pengecatan, cara penggunaannya, jenis gun spray serta
mekanismenya secara umum di dalam penerapannya.
Prototipe sebuah Spray Gun terdiri dari 4 bagian utama yaitu spray gun head, spray
pot, hose coupling, dan sprayer tip. Sebagai sumber tenaga untuk melakukan penyemprotan
digunakan angin bertekanan tinggi yang berasal dari mesin kompresor yang kemudian
disalurkan menggunakan hose/selang menuju gun spray.
Dalam melakukan proses pengecatan khususnya pada dunia otomotif, seorang
operator pengecatan haruslah mengetahui cara kerja/mekanisme yang baik dalam
meggunakan gun spray. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman praktik yang baik
agar diperoleh hasil pengecatan yang memuaskan.
Untuk mendapapatkan hasil pengecatan yang baik operator harus memiliki
pengetahuan penyemprotan yang meliputi; 1) Mengatur alat semprot, 2) Penggunaan alat
semprot, 3) Jarak antara alat semprot dan permukaan yang akan di cat.
Diharapkan dengan adanya penulisan ini bisa menjadi pengetahuan bagi operator
pengecatan khususnya, dan masyarakat umumnya yang ingin melakukan proses pengecatan
sehingga akan didapat hasil yang baik dan efisien.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan lajunya perkembangan industry otomotif di Indonesia dewasa ini, alih
teknologi dapat mempengaruhi bidang rekayasa khusunya di bidang pembangunan teknologi
dan industri.
Industri otomotif yang berkembang saat ini sangat pesat, terutama perkembangan di
bidang desain body sebelumnya yang kurang aero dinamis dan teknologi pengecatannya yang
terbatas hanya pada beberapa alat khususnya gun spray.
Kemudian dengan terciptanya teknologi pengecatan yang memiliki warna-warna baru
ternyata banyak diminati oleh konsumen, sehingga menimbulkan suatu persaingan untuk
merebut dunia pasar kendaraan. Faktor tersebut tidak terlepas dari teknologi alat yang dipakai
dalam melakukan proses pengecatan. Oleh sebab itu setiap perusahaan yang memproduksi
kendaraan berusaha membuat hasil dan mutu pengecatan yang baik agar tidak kalah bersaing.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan tenaga-tenaga terampil di
dalam melakukan proses pengecatan.
Cat itu sendiri selain memperindah penampilan kendaraan juga melindungi kendaraan
dari karat. Arti pengecatan pada industri kendaraan ialah pelapisan cat permukaan bagian-
bagian atau kelengkapan-kelengkapan kendaraan yang dibuat dari metal ataupun bahan lain
pengganti metal.
Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik diperlukan sarana dan prasarana antara
lain; tempat pengecatan yang baik, bahan-bahan cat, peralatan pengecat, keterampilan tenaga
kerja, kelengkapan sarana yang digunakan serta kebersihan lingkungan.
Pelaksanaan pengecatan dilakukan melalui berbagai proses : berawal dari pembentukan
bodi dan disempurnakan pada proses metal finish di welding, kemudian dibersihkan atau
dirishing selanjutnya dilakukan proses pengecatan dengan pemberian cat dasar (primer),
kemudian diberikan warna yang sesuai yang diinginkan di top coat.
Pada proses pengecatan tercatat masih banyak hasil pengecatan yang mengalami
gangguan dikarenakan adanya beberapa factor salah satunya adalah kurang terampilnya
seorang operator dalam menggunakan spray gun. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang
cara penggunaan spray gun yang baik pada setiap operator agar diperoleh hasil yang
maksimal.
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut; Bagaimanakah melakukan proses pengecatan yang
baik dan benar? Bagaimanakah mekanisme kerja sebuah gun spray dan cara penggunaannya?
Bagaimana menganalisis gangguan dan memperbaiki hasil pengecatan?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan ini penulis akan membahas hanya membahas sebatas mengenai
mekanisme sebuah gun spray, model gun spray, cara penggunaanya dan prosedur kerja di
dalam melakukan proses pengecatan yang baik menggunakan gun spray sehingga akan
didapat hasil yang memuaskan.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah teknik mengecat menggunakan spray
gun yang baik dan benar?”
E. Tujuan Penelitian
Penulisan karya tulis ini secara umum mempunyai tujuan untuk turut serta dalam upaya
mencapai tujuan yang diharapkan adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
bidang keteknikan, adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan, memperluas dan memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang dunia
produksi khususnya industri yang melakukan proses pengecatan agar lebih memahami
saat di lapangan sehingga memiliki nilai lebih.
2. Memberikan bahan masukan bagi mata kuliah teknologi pengecatan pada Jurusan
Teknik Mesin Universitas Negeri Jakarta dalam bidang pengecatan industri.
3. Sebagai panduan di dalam pembelajaran teknik mengecat saat praktik.
3
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Spray Gun
Spray gun adalah alat yang digunakan untuk menyemprotkan cat ke permukaan bahan
yang akan di cat. Berdasarkan cara kerjanya terdapat tiga cara pengecatan dengan
menggunakan alat semprot spray gun yaitu :
1. Cara Vacum
Cara ini menggunakan pertolongan selang hampa udara yang akan menarik cat dari
kaleng cat yang berada di bawah alat semprot.
Gambar 1 : Spray Gun Dengan Vakum
2. Cara Gaya Berat
Dengan cara ini cat akan mengalir ke bawah dari kaleng cat yang berada di atas alat
semprot dengan cara gaya berat (gravitasi) dan masuk dalam alat semprot.
4
Kompresor
Gambar 2 : Spray Gun Dengan Cara Berat
3. Cara Tekanan
Dengan cara ini cat akan ditekan melalui selang ke dalam alat semprot yang sebelumnya
telah dialiri udara bertekanan yang berasal dari sebuah kompresor.
Gambar 3 : Spray Gun Dengan Cara tekan
5
Kompresor
Kompresor
Paint House
B. Kompresor Sebagai Tenaga Penyemprotan
Kompresor adalah suatu alat untuk melayaniudara yang bertekanan,yaitu dengan cara
menghisap udara luar dan dikompresikannya dalam suatu system atau tabung kompresor itu
sendiri. Penggunaan kompresor banyak sekali kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari,
misalnya dari alat pengisian ban, pembersih udara, penyediaan udara untuk pembakaran ketel
atau motor diesel, sirkulasi udara pada system pendingin udara, alat-alat pneumatic dan salah
satunya ialah di bidang pengecatan, serta masih banyak lagi.
Dalam dunia pengecatan, kompresor digunakan sebagai tenaga untuk penyemprotkan
cat ke permukaan benda yang akan dicat dengan dibantu sebuah gun spray. Kompresor sangat
banyak macamnya, berdasarkan cara mengkompresikan fluida (udara, gas, dan uap)
kompresor dibagi menjadi ; kompresor positif dan kompresor non positif. Yang termasuk
kompresor positif adalah kompresor-kompresor torak dan rotasi. Sedangkan yang termasuk
kompresor non positif yaitu kompresor-kompresor sentrifugal.
Gambar 4 ; Kompresor
6
C. Proses Pengecatan
Adapun proses pengecatan kendaraan itu sendiri mempunyai tahapan sebagai berikut :
Gambar 5 : Diagram Proses Pengecatan
1. Persiapan dan Pembersihan
Bodi kendaraan yang telah dikerjakan oleh proses akhir bagian welding atau di metal
finish, pada umumnya mengandung kotoran, minyak atau lemak dan karet yang harus
dibersihkan sebelum pengecatan. Tujuan dari persiapan ini untuk menghasilkan permukaan
bodi kendaraan yang terbebas dari karat, minyak dan kotoran-kotoran lain.
Untuk membersihkan karat digunakan amplas, amplas yang digunakan untuk open coat
mempunyai nilai kekasaran 80 – 220. Jika memungkinkan pengerjaan pengamplasan
dilakukan dengan alat pengamplas yaitu orbiter sender.
2. Phosphating
Phosphating adalah proses pembersihan dan reaksi permukaan logam. Pada proses ini
kotoran-kotoran dan minyak yang meresap ke bodi dibersihkan dari seluruh permukaan bodi
secara sempurna dengan menggunakan sejenis deterjen, setelah itu dilanjutkan dengan proses
zinc phosphate untuk mencegah timbulnya karat dan menambah daya rekat antara logam
dengan cat. Proses phosphating terdiri dari :
a. Deagresing, fungsinya adalah untuk membersihkan bodi dari kotoran-kotoran dan
minyak dengan menggunakan larutan AlkinA+Alkafos Z.
7
b. Rinshing I, fungsinya adalah untuk membersihkan bodi dari sisa-sisa proses
deagresing, yaitu dengan membilas bodi dengan air biasa yang diregenerasi secara
terus menerus.
c. Proses Pelapisan, Proses Pelapisan di sini adalah pelapisan bodi dengan zich
phosphate agar bodi menjadi tahan kara dan menambah daya rekat cat dengan
bodi.
d. Rinshing II, fungsinya adalah untukmembersihkan bodi dari proses phosphating
dan melindungi lapisan Zn-Fe Phosphate yang baru terbentuk sampai proses
pengecatan.
3. Slight Sanding
Adalah proses pengamplasan kering untuk menghilangkan defek-defek pada permukaan
bodi yang sebelumnya telah diinspeksi oleh quality Control. Untuk pengerjaan defek yang
lebar dan dalam digunakan amplas dengan grade 80-320, agar pengerjaan mudah dan hemat
waktu digunakan alat rotary sander. Sedangkan untuk pengerjaan defek yang kecil dan halus
digunakan amplas dengan grade 600-800. Setelah defek tersebut dihilangkan dengan amplas,
permukaan bodi dibersihkan dengan angin bertekanan yang bebas dari kandungan air.
Kemudian seluruh permukaan dilap dengan kain kassa yang telah diberi bahan kimia sehingga
kotoran dan debu sisa pengamplasan yang tidak terbuang oleh angin dapat melekat pada kain
kassa
4. Pendempulan
Tujuan pendempulan adalah untuk mengisi permukaan bodi yang tidak rata yang
disebabkan oleh proses slight sanding sehingga permukaan dapat rata kembali.
5. Lapisan Dasar ( Primer )
Penyemprotan lapisan dasar dilakukan selapis demi selapis serta diberikan waktu yang
cukup antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lain untuk memberikan kesempatan bagi
sebagian pelarut cat agar menguap terlebih dahulu, juga menghindari cat dasar meleleh.
8
Adapun ketebalan dalam keadaan kering sekitar 40 mikron, ini dapat diperoleh dengan
dua atau tiga lapisan penyemprotan, sedang untuk kekentalan cat, lebar pattern dan jarak
penyemprotan mengikuti prosedur petunjuk pabrik pembuat cat.
6. Wet Sanding
Adalah sistem pengamplasan basah untuk menghilangkan defek-defek yang ditimbulkan
dari proses pelapisan dasar. Sistem pengamplasan basah atau wed sanding ini dibanding
kandungan sistem pengamplasan kering, hasil yang diperoleh wet sanding lebih bersih, mulus
dan rata. Di bawah ini dapat dilihat perbandingan pengerjaan amplas kering (slight sanding)
dengan amplas basah (wet sanding).
PENGAMPLASAN BASAH KERING
Kecepatan Kerja
Pemakaian Amplas
Hasil Kerja
Pengerjaan
Debu
Sarana Yang Dibutuhkan
Pengeringan
Rendah
Sedikit
Baik
Lama
Sedikit
Saluran Air
Perlu
Tinggi
Banyak
Kurang
Cepat
Banyak
Penghisap Debu
Tidak Perlu
Tabel 1 : Perbandingan Pengamplasan Basah dengan Pengamplasan Kering
7. Pelapisan Akhir (Top Coat)
Proses pelapisan akhir ini sangat penting, karena berhasil atau tidaknya proses
pengecatan secara keseluruhan. Proses pelapisan akhir ini adalah pemberian warna yang
sesungguhnya atau proses penciptaan keindahan warna. Langkah-langkah yang dilakukan
sebelum melakukan pelapisan akhir adalah pengecekan sarana dan prasarana dalam ruangan
spray booth antara lain :
a. Kelembaban ruang spray booth berkisar antara 80-90 %.
b. Kelembaban air yang mengalir di bawah spray booth mempunyai daya tutup.
9
c. Kondisi angin dalam selang spray gun tidak ada air.
d. Selang dan spray gun dalam keadaan bersih.
e. Lebar pattern (kembang penyemprotan) spray gun bebrbentuk elips.
f. Kecepatan angin di spray booth 0,3 – 0,4 m/det.
g. Kecepatan angin di Pos Tag Rack 0,2 m/det.
h. Alat grounding chek berfungsi dengan baik.
i. Tekanan angin pada spray gun.
j. Fluid delivery yang mengalir.
k. Suhu oven 160 O C.
D. Teknik Penggunaan Spray Gun
Proses pengecatan yang digunakan untuk mengecat kendaraan umumnya menggunakan
spray gun dengan dasar kerja yang dipakai adalah dengan system bertekanan dan instalasi
sistemnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik operator harus mengetahui pengetahuan
tentang teknik penyemprotan meliputi :
1). Mengatur Alat Semprot
2). Penggunaan Alat Semprot
3). Jarak Antara Alat Semprot dan Permukaan yang akan di cat.
1. Mengatur Alat Semprot
Penentuan Tekanan otomasi yang tepat pada penyemprotan tergantung pada jumlah dan
kepekatan dari cat yang akan digunakan. Untuk pengaturannya sebelum melakukan
pengecatan hendaknya disetel besar kecilnya aliran cat yang keluar, besar kecilnya angin yang
keluar dan besar kecilnya kembang penyemprotan (pattren) yang optimum. Bila penyetelan di
10
atas tidak dilakukan dengan baik, maka hasil pengecatan tidak sempurna. Permukaan cat
menjadi tidak rata, kasar, kurang kilap, dan cacat.
Gambar 6 : Pengaturan pada Nozzle
Gambar 7 : Gambar Pattren Yang Benar
Gambar 8 : Gambar Pattren Yang Salah
2. Penggunaan Alat Semprot
Alat semprot spray gun harus digerakkan dalam arah garis sejajar tegak lurus dan datar
tehadap permukaan yang dicat. Jika spray gun tidak diatur dengan sudut yang benar terhadap
permukaan akan mengakibatkan ketebalan lapisan pada salah satu sisi. Untuk itu pergelangan
11
tangan harus bergerak mengikuti sudut tembak nozzle spray gun agar tetap tegak lurus
terhadap permukaan benda yang akan dicat.
Gambar 9 : Aplikasi Yang Salah
Gambar 10 : Aplikasi Yang Benar
Gambar 11 : Arah Gerakan Pengecatan
3. Jarak antara Alat Semprot dan Permukaan Bahan Yang Akan Dicat.
Alat semprot spray gun harus dipegang pd jarak 15-20 cm dari permukaan sasarannya.
Jika jarak terlalu dekat, kekuata semburan udara dapat membentuk lingkaran-lingkaran pada
permukaan lapisan atau meleleh. Jika jarak terlalu jauh aliran cat tidak sempurna karena
12
sebagian besar cairan cat dan thinner akan menguap lebih dahulu sebelum mencapai
permukaan, sehingga partikel-partikel cat menempel dalam keadaan setengah kering. Hal ini
dapat mengakibatkan pembentukan permukaan berkulit jeruk, selain itu juga jarak yang
terlalu jauh
Menyebabkan pemborosan cat.
Gambar 12 : Posisi jarak Spray Gun
BAB III
13
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membantu memperlancar proses
produksi bidang pengecatan sehingga di dapat mutu dan hasil pengecatan yang memuaskan
serta bisa menghemat waktu, material, dan biaya. Selain itu pula dapat dijadikan sebagai
bahan kajian untuk memperdalam ilmu keteknikan dalam bidang pengecatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan praktik lapangan penulis dan teori-teori dari
beberapa sumber yang tercantum serta hasil pengamatan praktik operator pengecatan di salah
satu industri alat berat di PT Intraco Penta,Tbk.
C. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dan
eksperimen dengan rancangan penelitian. Untuk melakukan eksperimen ini, sebelumnya
dilakukan observasi guna mendapatkan informasi mengenai mekanisme penggunaan spray
gun secara tepat dan efisien.
D. Pelaksanaan Penelitian
Dalam proses penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu:
Tahap 1 : Pengumpulan data
Tahap 2 : Pelatihan di lapangan
Tahap 3 : Analisis hasil Pengecatan
Penjelasan dari tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
14
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
a. Metode observasi ; digunakan untuk memperoleh data-data dari proses pengecatan
dengan melakukan pengamatan pendahuluan sehingga dapat digunakan sebagai
bahan penulisan.
b. Metode Literatur ; digunakan sebagai pedoman atau dasar teori dari data-data hasil
observasi yaitu dengan cara studi perpustakaan.
c. Metode eksperimen ; untuk membuktikan atau mengetahui hasil yang telah
diperoleh dari penelitian.
3. Analisis Hasil Pengecatan
Gangguan-gangguan yang timbul pada hasil pengecatan dilakukan terhadap hasil
observasi sehingga diperoleh beberapa gangguan yang selanjutnya data dikumpulkan dan
dianalisis untuk diperbaiki.
E. Melakukan Perbaikan
Perbaikan dilakukan dengan cara eksperimen. Hasil dari eksperimen ini yang kemudian
digunakan untuk proses pengecatan yaitu sebelum melakukan penyemprotan cat. Sebelum
menyemprot, periksalah fluid delivery yang keluar dari spray gun, stel regulator fluid delivery
untuk mendapat besar keluaran yang dikehendaki. Jarak penyemprotan yang semula dari 15-
20 cm setelah perbaikan, jarak tersebut menjadi 20-25 cm dengan over lap yang sebelumnya
¼ setelah dieksperimen berubah menjadi 1/3.
BAB IV
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Observasi yang telah dilakukan terhadap pengamatan hasil pengecatan tebukti
bahwa dengan dilakukannya proses seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
mengurangi gangguan-gangguan pengecatan seperti buramnya warna dan belang-belang.
Walaupun belum dapat mencapai hasil sempurna dikarenakan adanya kendala dari
faktor yang tidak terduga sehingga kesimpulan dari hasil eksperimen ini yaiu mengenai
mekanisme penggunaan spray gun yang benar sehingga dapat mengurangi adanya gangguan-
gangguan pada hasil pengecatan.
B. Saran
Berdasarkan data-data penelitian penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Penyemprotan dilakukan dengan jarak 25 cm dan over lap 1/3.
2. Sebelum proses produksi pengecatan periksa dahulu :
a. Spray gun dalam keadaan bersih.
b. Fluid delivery yang keluar dari spray gun diukur dengan alat ukurvolume cat.
c. Lebar pattern (kembang penyemprotan) spray gun bebrbentuk elips.
d. Kecepatan angin di spray booth 0,3 – 0,4 m/det.
e. Kelembaban ruang spray booth berkisar antara 80-90 %.
f. Suhu oven 160 O C.
3. Dikarenakan perbedaan material bodi pada setiap kendaraan. Penggunaan bahan-bahan
cat disesuaikan dengan kondisi ruang pengecatan dan lingkungan industri. Karena masing-
masing cat mempunyai karakter yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
16
Alfried, SN dan M. Syafi’ie. Petunjuk Pengecatan Kendaraan. Jakarta : PT Pacifik Adipura,
1993.
Standard Industri Indonesia. Pengecatan Umum. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja : 1987.
Slamet Riyanto. Mutu Hasil Pengecatan. Jakarta: PT Trafindo Perkas, 1994.
--------- . Pengetahuan Dasar Cat. Jakarta: PT Gajah Tunggal Prakarsa, 1997.
17