Post on 06-Apr-2016
description
ANALISA EKONOMI REGIONAL
PROFIL DAERAH
POSISI/LETAK
Secara geografis, Letak astronomis Provinsi Sumatera Barat adalah diantara 0°
54’ Lintang Utara dan 3° 30’ Lintang Selatan serta 98° 36’ - 101° 53’ Bujur Timur.
Letak Sumatera Barat membuatnya dilalui oleh garis ekuator tepatnya di wilayah
kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman sehingga Sumatera Barat beriklim tropis
dengan rata-rata suhu 25,52° C dan rata-rata kelembaban udara 87,03%.
PENDUDUK
Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, penduduk
Sumatera Barat tahun 2012 sebanyak 4,96 juta jiwa dengan seks ratio 98,16 yang
berarti setiap 100 perempuan, terdapat 98,16 laki-laki. Jumlah ini mengalami
pertambahan 1,09% dari Bulan Juni tahun sebelumnya. Dari jumlah ini, rata-rata
kepadatan penduduk Sumatera Barat di tahun 2012 adalah 117 orang per km2
dimana Kota Bukittinggi merupakan kota terpadat dengan 4.533 orang
menempati setiap kilometer wilayah. Penduduk Sumatera Barat berumur 10
tahun ke atas berstatus kawin mencapai 55,23% dari populasi dengan jumlah
rumahtangga mencapai 1,18 juta rumahtangga yang mengalami peningkatan
0,85% dari tahun sebelumnya.
LUAS WILAYAH
Luas wilayah Provinsi Sumatera Barat sendiri mencapai 42.297,30 km2 atau
4.229,730 Ha. Luasan ini termasuk ± 391 gugusan pulau di sekelilingnya. Luasan
ini setara dengan 2,21% luas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten
Kepulauan Mentawai merupakan daerah kabupaten terluas dengan 6,01 ribu
km2 yang setara dengan 14,21% luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan
kabupaten dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Padang Panjang dengan luas
23,0 km2 yang setara dengan 0,05% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat.
TOPOGRAFI
Posisi Sumatera Barat yang berada di pesisir barat Pulau Sumatera tidak lantas
membuat semua wilayah Sumatera Barat berada di dataran rendah.
Berdasarkan letak geografisnya, Provinsi Sumatera Barat memiliki keadaan
topografi yang bervariasi. Walaupun keadaan yang relative landai di bagian barat
dan timur, terbentang Bukit Barisan dengan keadaan topografi relatif curam.
BUDAYA
Kebudayaan Minangkabau adalah kebudayaan yang hidup di masyarakat
Sumatera Barat. Kebudayaan ini merupakan nilai luhur yang diwariskan secara
turun menurun sehingga tetap lestari sampai saat ini. Terdapat satu lembaga
adat yang berwenang menentukan masalah adat dan budaya Minangkabau.
Lembaga ini terkenal dengan nama Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau
(LKAAM). Kebudayaan Minangkabau sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia
terutama mengenai masakan (kuliner). Dapat dikatakan kuliner yang berasal
dari kebudayaan Minangkabau dapat ditemukan di setiap sudut wilayah
Indonesia.
DAERAH ADMINISTRATIF
Sumatera Barat memiliki 19 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 176 kecamatan,
755 Nagari, 260 kelurahan, dan 125 desa.
No. Kabupaten/Kota Luas (Ha) Jumlah
Kecamatan
Jumlah
Nagari
Jumlah
Keluraha
n
Jumlah
Desa
Kabupaten
1 Kep. Mentawai 601.135 10 - - 43
2 Pesisir Selatan 579.495 12 182 - -
3 Solok 373.800 14 74 - -
4 Solok Selatan 334.620 7 39 - -
5 Sijunjung 313.080 8 61 - 1
6 Dharmasraya 296.113 11 52 - -
7 Tanah Datar 133.600 14 75 - -
8 Padang Pariaman 132.879 17 60 - -
9 Agam 223.230 16 82 - -
10 Lima Puluh Kota 335.430 13 79 - -
11 Pasaman 394.763 12 32 - -
12 Pasaman Barat 388.777 11 19 - -
Kota
1 Padang 69.496 11 - 104 -
2 Solok 5.764 2 - 13 -
3 Sawahlunto 27.345 4 - 10 -
4 Padang Panjang 2.300 2 - 16 -
5 Bukittinggi 2.524 3 - 24 -
6 Payakumbuh 8.034 5 - 76 -
7 Pariaman 7.336 4 - 17 -
Provinsi Sumbar 4.229.730
Sumber : BPS, Sumbar dalam angka 2013
TINJAUAN EKONOMI REGIONAL
2.1 INDIKATOR EKONOMI MAKRO REGIONAL
2.1.1 Permintaan Agregat Regional
Pada tahun 2012, kontribusi pengeluaran terbesar terhadap PDRB Sumatera
Barat adalah sektor konsumsi sebesar 54%. Kemudian disusul oleh sektor
investasi sebesar 19%, belanja pemerintah sebesar 15%, dan ekspor neto
sebesar 12%. Sementara dalam rentang waktu lima tahun terakhir, sektor
konsumsi juga memiliki peran yang besar terhadap jumlah PDRB Sumatera
Barat.
Gambar 1. Kontribusi Sektor Pengeluaran terhadap PDRB Sumatera Barat Tahun
2012
54%
19%
15%
13%
Kontribusi C terhadap PDRBKontribusi I terhadap PDRBKontribusi G terhadap PDRBKontribusi (X-M) terhadap PDRB
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Gambar 2. Kontribusi Sektor Pengeluaran terhadap PDRB Sumatera Barat Tahun
2007-2012
2007 2008 2009 2010 2011 20120.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
90.0%
100.0%
56.8% 56.4% 57.3% 55.2% 53.9% 53.7%
16.5% 17.1% 18.6% 18.0% 17.3% 18.9%
11.2% 11.3% 12.3% 13.1% 14.4% 14.7%
15.5% 15.2% 11.9% 13.6% 14.4% 12.7%
Kontribusi C terhadap PDRB Kontribusi I terhadap PDRBKontribusi G terhadap PDRB Kontribusi (X-M) terhadap PDRB
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Selanjutnya, di tahun 2012, kinerja sektor ekspor mengalami kinerja yang cukup
dalam lima tahun terakhir karena terjadinya defisit ekspor. Walaupun bila dilihat
lebih cermat, laju pertumbuhan terburuk sektor ekspor terjadi tahun 2008 yang
mengalami penurunan 15,54% dari tahun sebelumnya. Buruknya kinerja ekspor
Sumatera Barat diakibatkan perlambatan ekonomi yang dialami negara-negara
tujuan ekspor Sumatera Barat. Kemudian, walaupun kinerja ekspor mengalami
kontraksi, sektor investasi ternyata menunjukan kinerja yang sangat baik di
tahun 2012. Perumbuhan sektor investasi di tahun 2012 mencapai 21,31% dan
merupakan pertumbuhan sektor investasi tertinggi dalam rentang waktu lima
tahun terakhir.
Gambar 3. Pertumbuhan PDRB Sektor Pengeluaran Sumatera Barat Tahun 2007-
2012
2007 2008 2009 2010 2011 2012
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.1.2 Produksi Agregat Regional
Tabel 1. Kontribusi Sektor Produksi terhadap PDRB Sumatera Barat Tahun 2007-
2012
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 24.7% 3.4% 12.0% 1.4% 5.5% 17.3% 15.1% 5.0% 15.6%
2008 24.5% 3.3% 12.1% 1.2% 5.6% 17.7% 15.1% 4.9% 15.7%
2009 23.9% 3.3% 12.1% 1.2% 5.6% 17.8% 15.2% 4.9% 15.9%
2010 23.9% 3.2% 11.7% 1.1% 6.3% 17.7% 15.4% 4.7% 16.0%
2011 23.7% 3.0% 11.4% 1.0% 6.6% 18.0% 15.6% 4.5% 16.3%
2012 23.0% 2.9% 11.2% 0.9% 6.7% 18.5% 15.9% 4.5% 16.5%
Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan
Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)
Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Sektor pertanan, peternakanm kehutanan, dan perikanan memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Sumatera Barat yang diikuti sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Walaupun demikian, pada tahun 2010, sektor
konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Kemudian laju pertumbuhan tertinggi d tahun 2012 adalah sektor pengangkutan
dan komunikasi.
Gambar 4. Pertumbuhan PDRB Sektor Produksi Sumatera Barat Tahun 2007-2012
39417 39783 40148 40513 40878 41244-1.0%
1.0%
3.0%
5.0%
7.0%
9.0%
11.0%
13.0%
15.0% 123456789
Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan
Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)
Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.1.3 Stabilitas Perekonomian Regional
Tabel 2. PDRB Deflator Sumatera Barat, Tahun 2007-2012 (%)
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 183.5 200.2 170.6 208.4 202.2 171.2 199.0 175.1 175.2
2008 205.0 216.7 190.6 211.8 225.1 193.9 215.5 189.5 195.7
2009 209.5 224.7 198.7 208.4 237.0 204.2 222.0 199.0 203.4
2010 228.7 229.6 213.0 209.5 265.3 222.9 232.6 205.8 214.1
2011 247.0 235.3 224.9 210.7 288.7 240.4 246.2 212.8 228.7
2012 256.8 245.1 235.5 216.9 304.1 254.7 255.6 222.6 239.1
Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan
Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)
Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Dalam rentang waktu lima tahun, Sumatera Barat pada tahun 2008 mengalami
inflasi tertinggi pada hampir semua sektor. Kemudian mengalami tren inflasi
yang membaik. Pada tahun 2012, inflasi tertinggi terjadi pada sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara inflasi terendah terjadi pada sektor
listrik, gas, dan air bersih.
Tabel 3. Inflasi Sumatera Barat Per Sektor, Tahun 2008-2012
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008 11.7% 8.2% 11.8% 1.6% 11.3% 13.2% 8.3% 8.2% 11.7%
2009 2.2% 3.7% 4.2% -1.6% 5.3% 5.3% 3.0% 5.0% 4.0%
2010 9.2% 2.2% 7.2% 0.5% 12.0% 9.2% 4.8% 3.4% 5.3%
2011 8.0% 2.5% 5.6% 0.6% 8.8% 7.8% 5.8% 3.4% 6.8%
2012 4.0% 4.1% 4.7% 3.0% 5.4% 5.9% 3.8% 4.6% 4.6%
Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan
Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)
Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.1.4 Angka Pengganda Output Regional
Tabel 4. Angka Pengganda Output Sumatera Barat Per Sektor, Tahun 2007-2012
Tahun dY dC dI dG
Angka
pengganda
konsumsi
otonom
Angka
pengganda
investasi
otonom
Angka
pengganda
pengeluaran
pemerintah
otonom
2007 6,769.46 3,117.84 -607.90 667.92 2.17 -0.19 0.21
2008 11,155.47 6,041.69 -508.09 1,339.01 1.85 -0.08 0.22
2009 5,798.42 3,970.20 74,894.85 1,352.32 1.46 18.86 0.34
2010 10,473.68 4,214.23 -1,309.90 2,018.22 2.49 -0.31 0.48
2011 11,730.65 5,127.04 -2,920.93 2,823.73 2.29 -0.57 0.55
2012 11,146.66 5,863.09 -1,493.86 1,973.02 1.90 -0.25 0.34
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Angka pengganda konsumsi otonom Provinsi Sumatera Barat relatif lebih tinggi
bila dibandingkan dengan angka pengganda investasi otonommaupun angka
pengganda pengeluaran pemerintah otonom. Hal ini mengindikasikan tingginya
pengaruh konsumsi terhadap PDRB Sumatera Barat. Walaupun demikian, tren
kecenderungan konsumsi selama lima tahun terakhir mengalami fluktasi yang
pada tiga tahun terakhir mengalami tren positif.
Gambar 5. Marginal Prospensity to Consume (MPC) Sumatera Barat Tahun 2007-
2012
2007 2008 2009 2010 2011 20120.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.460.54
0.68
0.400.44
0.53
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.1.5 Efisiensi Investasi Regional
Angka ICOR Sumatera Barat memiliki kecenderungan stagnan. Namun demikian
terjadi kenaikan angka ICOR yang cukup signifikan terjadi di tahun 2010. Hal ini
menunjukan bahwa terjadi inefisiensi yang sangat tinggi di tahun 2010
sementara di tahun 2008, 2009, 2011, dan 2012 kinerja sektor investasi
dikatakan cukup efisien.
Gambar 6. Incremental Capital to Output Ratio (ICOR) Sumatera Barat Tahun
2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
-0.05 -0.09
7.15
-0.11 -0.26
ICOR
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.1.6 Kapasitas Keuangan Regional Angka KKR Sumatera Barat terus mengalami peningkatan dalam rentang waktu
enam tahun terakhir. Hal ini menunjukan bahwa peran pemerintah dalam
perekonomian semakin besar yang menandakan adanya perlambatan ekonomi
sehingga pemerintah berkontribusi hingga sebesar 4,96% di tahun 2012.
Gambar 7. Kapasitas Keuangan Regional Sumatera Barat Tahun 2007-2012 (%)
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.1.7 Keterbukaan Ekonomi Regional
Angka KER Sumatera Barat memiliki tren kecenderungan stagnan. Pada tahun
2012, angka keterbukaan ekonomi Sumatera Barat mengalami penurunan tipis
menjadi 0,43 dari 0,44 pada tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
aktivitas ekspor maupun impor di Sumatera Barat cenderung tidak berubah.
Gambar 8. Keterbukaan Ekonomi Regional (KER) Sumatera Barat Tahun 2007-
2012
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2007 2008 2009 2010 2011 20120.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
2.082.74 2.77
3.75 3.57
4.96
KKR
Axis Title
2.1.8
Ketenagakerjaan Regional
Tabel 5. Ketenagakerjaan Sumatera Barat, Tahun 2010-2014
Tahun Rasio
Ketergantunga
n
TPAK (%) Tingkat Pengangguran
Terbuka (%)
2010 N/A 66,36 N/A
2011 51,09 66,19 6,45
2012 55,04 64,47 6,52
2013 52,1 62,92 7,02
2014* 41,68 70,58 6,32
*) Sementara
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.2 INDIKATOR PEMBANGUNAN REGIONAL
2.2.1 Distribusi Pendapatan Masyarakat Dalam rentang waktu tahun 2007-2012 (kecuali 2008), koefisien gini di
Sumatera Barat menunjukan tren kecenderungan positif. Walaupun terjadi
stagnanasi koefisien gini pada tahun 2007 dengan 2009 dan tahun 2010 dengan
tahun 2011. Hal ini mengindikasikan semakin lebarnya ketimpangan pendapatan
masyarakat Sumatera Barat.
2007 2008 2009 2010 2011 20120.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.36
0.45
0.380.42
0.44 0.43
KER
Gambar 9. Distribusi Pendapatan Masyarakat Sumatera Barat Tahun 2007-2012
2007 2009 2010 2011 20120.27
0.28
0.29
0.3
0.31
0.32
0.33
0.34
0.35
0.36
0.3 0.3
0.33 0.33
0.35
Koefisien Gini
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.2.2 Kemiskinan Regional
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah yang
terkecil dalam lima tahun terakhir. Walaupun sempat mengalami kenaikan pada
tahun 2011, jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat mengalami tren yang
menurun. Kemudian, garis kemiskinan di Sumatera Barat semakin tinggi. Dari Rp
195.733 di tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi Rp 292.052 pada tahun
2012.
Tabel 6. Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Barat, Tahun
2008-2012
Tahun Garis Kemiskinan
(Rupiah/kapita/bulan)
Jumlah Penduduk
Miskin (ribu orang)
2008 195.733 477,20
2009 217.649 429,25
2010 230.823 430,02
2011 276.000 441,80
2012 292.052 397,86
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.2.3 Sektor Basis Regional
Tabel 7. Location Quotient (LQ) Sumatera Barat, Tahun 2007-2012
Tahun Sektor (i) LQ Keterangan
2007 Pertanian 2.06 Basis
Pertambangan dan Penggalian 0.36 Non-basis
Industri Pengolahan 0.46 Non-basis
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.68 Basis
Konstruksi 0.76 Non-basis
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.78 Non-basis
Pengangkutan dan Komunikasi 0.66 Non-basis
Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan 1.68 Basis
Jasa-jasa 1.95 Basis
2012 Pertanian 2.14 Basis
Pertambangan dan Penggalian 0.41 Non-basis
Industri Pengolahan 0.45 Non-basis
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.39 Basis
Konstruksi 0.81 Non-basis
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0.84 Non-basis
Pengangkutan dan Komunikasi 0.49 Non-basis
Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan 1.76 Basis
Jasa-jasa 1.91 Basis
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.2.4 Pergeseran Perekonomian Regional
Tabel 8. Sectoral Shift (SS) Sumatera Barat, Tahun 2007-2012
Tahun Sektor (i) Pengaruh
pertumbuh
an ekonomi
daerah
Pengaruh
pertumbuha
n ekonomi
nasional
Pergeser
an
proporsi
onal (juta
Pengaruh
keunggula
n
kompetitif
(juta
rupiah)
(juta rupiah) rupiah) (juta
rupiah)
2007 Pertanian 593,846 37679.66069 -17,071 573,237
Pertambangan dan
Penggalian
5,522,340 35039.37004 -24,369 5,511,670
Industri Pengolahan 9,497,400 75326.51762 -19,941 9,442,015
Listrik, Gas, dan Air Bersih 900,259 57121.63365 35,910 807,228
Konstruksi 1,467,385 18621.18088 6,417 1,442,347
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
11,719,554 123934.7177 50,557 11,545,062
Pengangkutan dan
Komunikasi
3,372,642 106997.4423 129,689 3,135,955
Keuangan, Sewa, dan Jasa
Perusahaan
7,234,236 51001.54246 13,204 7,170,031
Jasa-jasa 14,817,564 104464.1921 1,633 14,711,467
2012 Pertanian 7,547,384 59092.90823 -19,435 7,507,726
Pertambangan dan
Penggalian
984,503 61666.02408 -46,275 969,112
Industri Pengolahan 1,529,808 31940.71085 -2,647 1,500,514
Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,098,545 35484.00662 -84 5,063,145
Konstruksi 1,254,460 15715.04822 2,830 1,235,915
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
1,382,127 86571.88131 26,020 1,269,535
Pengangkutan dan
Komunikasi
4,058,040 50836.45095 30,158 3,977,046
Keuangan, Sewa, dan Jasa
Perusahaan
918,100 28753.37948 4,052 885,294
Jasa-jasa 11,562,944 90533.08917 -14,675 11,487,086
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
2.2.5 Pola dan Struktur Pertumbuhan Regional
Tabel 9. Matrik Tipologi Klassen Sumatera Barat
Rerata Kontribusi
Sektoral thd PDRB
Rerata Laju
Pertumbuhan
Sektoral
YSEKTOR ≥ YPDRB YSEKTOR < YPDRB
rSEKTOR ≥ rPDRB Sektor Prima
5, 6, 7, 9
Sektor Berkembang
-
rSEKTOR < rPDRB Sektor Potensial
3, 8
Sektor Terbelakang
1,2,4
Catatan: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; (2) Pertambangan dan
Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Konstruksi ; (6)
Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Komunikasi ; (8) Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan ; (9) Jasa
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
PENGARUH EKONOMI GLOBAL
Menurut kajian regional Bank Indonesia Sumatera Barat, nilai ekspor
Sumatera Barat mengalami perlambatan, dari yang sebelumnya laju
pertumbuhan ekspor mencapai 40,8% (yoy) pada triwulan IV 2013 menjadi
32,9% pada triwulan I 2014. Perlambatan kinerja ekspor disebabkan oleh
penurunan nilai ekspor komoditi utama yaitu golongan karet (23,4%) dan
minyak nabati (65%). Penurunan nilai ekspor karet disebabkan oleh
rendahnya harga karet dunia sedangkan penurunan nilai ekspor minyak
nabati utamanya disebabkan oleh penurunan produksi CPO yang telah
mencapai masa puncak panen di tahun 2013.
Gambar 10. Kontribusi Ekspor menurut Golongan Barang Sumatera Barat, Kuartal
I 2014
Lemak & minyak hewan/nabati
Karet dan barang dari karet
Ampas/sisa industri makanan
Bahan bakar mineral
Kopi, the, rempah
Minyak atsiri, kosmetik, wangi-wangian
Buah-buahan
Kakao/coklat
Biji-bijian berminyak
Berbagai makanan olahan
Lainnya
0 20 40 60 80 100 120 140
Kuartal I 2013Kuartal I 2014
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Ekonomi global ternyata cukup berpengaruh terhadap kinerja ekspor
Sumatera Barat namun tidak pada PDRB dikarenakan komponen ekspor neto
memiliki kontribusi terendah dibandingkan komponen lainnya. India sebagai
negara tujuan ekspor terbesar produk CPO dan Karet mengalami penurunan
nilai sebesar 28,49% pada April 2014 dibandingan Maret 2014. Sementara
Amerika Serika dan Singapura yang merupakan negara tujuan ekspor
Sumatera Barat kedua dan ketiga terbesar mengalami kenaikan masing-
masing 53,83% dan 73,55%.
Gambar 11. Negara Tujuan Ekspor Sumatera Barat, Kuartal I 2014
India31%
Amerika Serikat20%
Singapura10%
Pakistan2%
Brazil5%
Oman2%
Selandia Baru2%
Inggris1%
China6%
Thailand1%
Lainnya21%
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Sektor impor Sumatera Barat pada April 2014 mengalami kenaikan 5,10%
bila dibandingkan Maret 2014. Sementara bila dibandingkan dengan April
2013, kinerja impor April 2014 mengalami kenaikan sebesar 15,73%.
Kenaikan impor terbesar adalah golongan bahan bakar mineral yang
berkontribusi sebesar 90,5% dari total impor Sumatera Barat pada kuartal I
2014. Golongan bahan bakar mineral ini mengalami kenaikan sebesar 9,6%
dari dari April 2013. Sementara negara asal impor terbesar adalah Singapura
senilai 314,6 juta US$ yang berkontribusi sebesar 86,9% terhadap total
impor pada kuartal I 2014.
Gambar 12. Kontribusi Impor menurut Golongan Barang Sumatera Barat, Kuartal
I 2014
Bahan bakar mineral
Gandum-ganduman
Garam, belerang, kapur
Kertas/karton
Mesin-mesin/Peralatan mekanik
Lainnya
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Kuartal I 2013Kuartal I 2014
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
Gambar 13. Negara Tujuan Impor Sumatera Barat, Kuartal I 2014
Singapura India Vietnam Fed Russia Jerman Lainnya
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
KONDISI SOSIAL
3.1 INDIKATOR SOSIAL REGIONALDalam rentang waktu lima tahun terakhir, kualitas hidup masyarakat Sumatera
Barat mengalami kenaikan dari berbagai segi. Hal ini diindikasikan oleh naiknya
angka melek huruf dari yang tadinya sebesar 96,10% di tahun 2007 menjadi
97,80% di tahun 2012 diikuti oleh kenaikan PDRB per kapita yang tadinya Rp
15.000.000 pada tahun 2008 menjadi Rp 22.210.000 pada tahun 2012 dengan
tingkat harapan hidup mencapai 70,02 tahun di tahun 2012.
Tabel 10. Indikator Sosial Sumatera Barat, Tahun 2007-2012
Tahun Melek Huruf
(%)
PDRB Per Kapita
(juta rupiah)
Tingkat Harapan
Hidup (tahun)
Angka Kematian
Bayi (Per 1000
kelahiran Hidup)
2007 96,10 N/A 68,80 47,00
2008 96,66 15,00 69,00 N/A
2009 96,81 16,02 69,25 N/A
2010 98,13 17,93 69,50 29,67
2011 97,35 20,17 69,76 N/A
2012 97,80 22,21 70,02 27,2
Sumber : CEIC dan BPS, diolah (2014)
3.2 LINGKUNGAN
3.2.1 DemografiMenurut sensus penduduk yang dilakukan tahun 2010, penduduk Sumatera
Barat mencapai 4.846.909 jiwa dengan penduduk perkotaan sebesar 38,7%.
Jumlah penduduk tahun 2010 mengalami pertumbuhan sebesar 1,34% dari
sensus penduduk sebelumnya di tahun 2000 yang hanya 4.248.931 jiwa. BPS
memproyeksikan jumlah penduduk Sumatera Barat akan mencapai 5.196.300
jiwa pada tahun 2015 dan 5.498.800 jiwa pada tahun 2020. Dengan luas wilayah
sebesar 42.297,30 km2, kepadatan penduduk sebesar 114,59 jiwa per km2.
3.2.2 GeografiLetak Sumatera Barat adalah di pesisir bagian barat Pulau Sumatera.
Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di sebelah
barat, Provinsi Riau di sebelah timur, Provinsi Jambi di sebelah selatan, dan
Provinsi Sumatera Utara di sebelah utara. Kabupaten Kepulauan Mentawai
merupakan kabupatern terluas sebesar 6.011,35 km2. Sedangkan Kota
Padang memiliki wilayah terkecil dengan luas 23 km2. Luas wilayah Sumatera
Barat yang mencapai 42.297,30 km2 terdiri dari 14.155,77 km2 kawasan
lindung dan 28.141,03 km2 lahan budidaya.
KONDISI POLITIK
Pemilihan kepala daerah (pilkada) Provinsi Sumatera Barat tahun 2010
dimenangkan oleh pasangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim yang diusung oleh
Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, dan Hanura. Pasangan ini
berhasil mengalahkan gubernur periode sebelumnya, Marlis Rahman yang
berpasangan dengan Aristo Munandar. Sementara pemilihan legislative 2014,
Partai Golkar merupakan pemenang yang berhasil mendapatkan suara sah
sebanyak 15,59%, disusul oleh Partai Demokrat dan Partai Gerindra, masing-
masing 11,80% dan 11,10%.
Pemerintah Daerah Sumatera Barat pada akhir tahun 2013 mengeluarkan
kebijakan untuk mendorong pengembangan dan peningkatan efisiensi usaha
perdagangan. Hal ini didasari oleh tingginya kontribusi sektor perdagangan
(±18%) terhadap PDRB Sumatera Barat setelah sektor pertanian. Dengan
didorongnya sektor perdagangan, dapat mengakibatkan naiknya kebutuhan
akan sarana transportasi sehingga dapat meningkatkan kontribusi sektor
transportasi dan komunikasi terhadap PDRB.
IDENTIFIKASI INDIKATOR
Kontribusi sektor pertanian, perdagangan, transportasi & komunikasi, dan
sektor jasa merupakan empat sektor dengan kontribusi terbesar yang masing-
masing nya mencapai lebih dari 10%. Tren kontribusi sektor tadi terus
mengalami kenaikan kecuali sektor pertanian yang mengalami tren menurun
dari yang mencapai 24,7% pada tahun 2007 menjadi 23,0% pada tahun 2012.
Sementara jika dilihat dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi berkontribusi
sangat besar terhadap PDRB Sumatera Barat yang mencapai lebih dari 50%.
Sektor ekonomi potensial di Sumatera Barat adalah sektor pengolahan dan
keuangan. real estat dan jasa keuangan. Kedua sektor ini dikatakan potensial
karena memiliki nilai sektor yang lebih besar dari rata-rata PDRB semua sektor
namun memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dari pertumbuhan rata-rata
PDRB semua sektor. Sektor pengolahan mengalami tren laju pertumbuhan yang
menurun namun demikian kontribusi terhadap PDRB cukup besar, mencapai
11,2% dengan laju pertumbuhan 4% pada tahun 2012.
PROSPEK DAERAH
6.1 EKONOMI
6.1.1 Potensi Pertanian dan Perkebunan
Potensi pertanian dan perkebunan di daerah Sumatera Barat sangat potensial.
Dengan 10,60% lahan sawah, 88,20% lahan kering, dan 1,21% lahan lainnya,
sektor pertanian dapat berkontribusi sebesar 23% terhadap PDRB pada tahun
2012. Lahan kering dimaksud adalah terdiri dari pekarangan, tegal, lading,
perkebunan, padang rumput, hutan, dan sementara tidak digunakan.
Produktivitas tanaman pangan tertinggi adalah ubi kayu yang mencapai 388,31
kwintal per hektar lahan. Kemudian dengan luas lahan 357.079 hektar,
komoditas kelapa sawit mampu menjadi komoditas utama di Sumatera Barat
dengan hasil produksi pada tahun 2012 mencapai 941.579 ton.
6.1.2 Potensi KehutananSelain sub sektor pertanian dan perkebunan, sub sektor hutan juga memiliki
potensi yang cukup besar dengan luas hutan produksi yang mencapai 18,42%.
Sub sektor kehutanan di Sumatera Barat menghasilkan getah pinus sebagai hasil
utama dengan produksi sebanyak 1.854,13 ton. Komoditas hasil produksi yang
cukup besar lainnya adalah kayu bulat dan kayu manau yang masing-masing
mampu menghasilkan 363.027,18 m3 dan 401.611,00 m3.
6.1.3 Potensi Perikanan dan KelautanPotensi perikanan Sumatera Barat ditopang oleh luas lahan perikanan darat
budidaya seluas 18.313,36 hektar dengan total produksi sebesar 180.664,32 ton
pada tahun 2012. Perikanan laut yang terdiri dari ikan laut, binatang berkulit
lunak dan binatang berkulit keras produksi Sumatera Barat mencapai 40.170 ton
dengan nilai Rp 824.310.000.000. Dengan binatang berkulit keras berkontribusi
sebesar 93,3% terhadap nilai total sub sektor perikanan laut. Tingginya nilai
komoditas perikanan laut, membuat jumlah nelayan perikanan laut terus
mengalami kenaikan dari 34.584 orang pada tahun 2010 menjadi 39.201 orang
pada tahun 2012.
6.1.4 Potensi Sumberdaya Mineral dan Industri
Batu kapur meruakan jenis barang tambang yang paling banyak diekspolitasi di
Sumatera Barat dengan kapasitas produksi mencapai 9,10 juta ton pada tahun
2012. Pada tahun 2012, jenis bahan tambang emas dan andesit mulai diproduksi
dengan kapasitas produksi masing-masing 699.248 gram dan 85.780 ton. Masih
di tahun 2012, percepatan laju pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian mencapai 4,41% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian,
dalam rentang waktu tahun 2008-2012, kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian terus menurun dan pada tahun 2012 hanya berkontribusi 2,90%
terhadap PDRB.
6.1.5 Potensi Pariwisata
Sumatera Barat sebagai sebuah provinsi besar memiliki berbagai macam
destinasi wisata baik wisata alam, wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata
sejarah. Dalam booklet yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sumatera Barat, terdapat 50 pesona wisata unggulan yang ada di
wilayah Provinsi Sumatera Barat. Banyaknya destinasi wisata yang didorong
oleh proses pemasaran yang semakin baik membuat jumlah wisatawan yang
datang ke Sumatera Barat meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya
jumlah tamu hotel yang menginap di hotel berbintang dari 380.915 orang di
tahun 2011 menjadi 541.295 orang di tahun 2012. Sementara wisatawan yang
menginap di hotel tidak berbintang juga mengalami kenaikan menjadi 566.845
orang di tahun 2012 dari yang hanya sebanyak 499.675 orang di tahun
sebelumnya.
6.2 SOSIALIndeks pembangunan manusia (IPM) yang terus mengalami perbaikan di wilayah
Sumatera Barat menunjukan adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia di
Sumatera Barat. IPM Sumatera Barat selama enam tahun terakhir terus berada di
atas rata-rata nasional yang menunjukan bahwa situasi pembangunan sosial
ekonomi Sumatera Barat telah berhasil memperbaiki kualitas hidup masyarakat.
IPM Sumatera Barat mencapai angka 74,7 pada tahun 2012 sementara rata-rata
IPM nasional hanya mencapai 73,29.
2007 2008 2009 2010 2011 2012
72.23
72.9673.44
73.7874.28
74.7
70.5971.17
71.7672.27
72.7773.29
Sumatera Barat Indonesia
6.2 POLITIKKondisi politik Sumatera Barat dapat dikategorikan cukup kondusif. Dengan
semakin baiknya kualitas hidup masyarakat yang mengindikasikan juga
membaiknya tingkat pendidikan, membuat kesadaran masyarakat Sumatera
Barat untuk saling menghargai pendapat orang lain terutama mengenai politik
akan semakin baik. Wilayah yang mayoritas anggota legislatifnya berasal dari
Partai Golkar ini juga mengalami perbaikan tingkat kesadaran politik yang
tercermin dari meningkatnya jumlah suara sah yang tadinya hanya sebanyak
2.049.788 pada pemilu 2004 menjadi 2.287.153 pada tahun 2009.
Reference:
http://sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/233-mengenal-sumbar/
geografis/371-letak-geografis.html, diakses 22 Juni 2014
Sumatera Barat dalam Angka 2013, http://sumbar.bps.go.id/sumbar/?
r=publikasi/view&id=27, diakses Minggu, 22 Juni 2014
http://www.dephut.go.id/uploads/files/
9ebd64613b106695cf2ffc81b8f87950.pdf, diakses 28 Juni 2013
BPS Provinsi Sumatera Barat (2013). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera
Barat No. 65/11/13/Th.XVI, 6 November 2013,
http://sumbar.bps.go.id/sumbar/?r=site/download&file=2013/11/angker.pdf ,
diakses pada 29 Juni 2014
BPS Provinsi Sumatera Barat (2014). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera
Barat No. 31/06/13/Th.XVII, 2 Juni 2014, http://sumbar.bps.go.id/sumbar/?
r=site/download&file=2014/6/PDF/BRS%20Eksim%20Juni%20%2014.pdf,
diakses pada 29 Juni 2014
BPS Provinsi Sumatera Barat (2014). Statistik Daerah Provinsi Sumatera Barat
tahun 2013, http://sumbar.bps.go.id/sumbar/publikasi/arc/23-Statistik
%20DAerah%202013.pub/index.html#/51/zoomed, diakses pada 29 Juni 2014
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (2012). “The Real Wonder of West Sumatera”,
http://www.sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/149-datang-dan-kunjungi/
pariwisata1/426-potensi-pariwisata-provinsi-sumatera-barat.html, diakses pada
29 Juni 2014