Post on 02-Jan-2016
description
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. L
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Lontron
Tanggal masuk : 26 Agustus 2013
Tanggal Pemeriksaan : 28 Agustus 2013
No. CM : 01209120
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara aloanamnesis terhadap ibu penderita
Pohon Keluarga
Keterangan
: Perempuan
: Laki-laki
: penderita
1
A. Keluhan Utama
BAB cair
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS. Pasien
BAB 5x perhari, @ ¼ gelas belimbing dan berwarna kuning. Konsistensi
BAB cair lebih banyak dari ampas. Lendir (-), darah (-). Pasien juga demam
sumer-sumer sejak mulai diare cair. Batuk (-), pilek (-), telinga keluar cairan
(-).
Pasien juga muntah sehari sebelum masuk rumah sakit. Muntah 2 x, @
½ gelas belimbing, dan berisi makanan yang dimakan. BAK (+), terakhir 4
jam yang lalu, @ ½ gelas belimbing, warna kuning jernih. Karena diare tidak
segera berhenti dan pasien susah untuk makan dan minum maka orangtuanya
memeriksakan pasien ke RSPA.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa sebelumnya: (-)
Riwayat mondok di RS : (-)
Riwayat alergi obat/makanan : (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : (-)
Riwayat alergi obat/makanan : (-)
E. Riwayat Makan Minum Anak
Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis atau
minta minum, sehari biasanya lebih dari 10 kali dan lama menyusui 15 menit,
bergantian kiri kanan.
2
F. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat. Frekuensi
pemeriksaan pada trimester I 1x/bulan, trimester II 2x/ tiap bulan, dan pada
trimester III 1 kali tiap minggu. Penyakit kehamilan (-). Riwayat minum jamu
selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah vitamin dan tablet
penambah darah
G. Riwayat Kelahiran
Penderita lahir di bidan di daerah setempat, partus normal, ditolong oleh
bidan, cukup bulan, menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir
3000 gram.
H. Riwayat Imunisasi
Polio : 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Hepatitis b : 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
BCG : 1 bulan
DPT : 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
Campak : 9 bulan
I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda 3,5 bulan
3
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
J. Keluarga Berencana
Keluarga mengikuti program KB dengan suntik KB.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : baik
Derajat Kesadaran : compos mentis
Status gizi : kesan gizi cukup
2. Vital sign
S : 38.2oC per aksiler
N : 100 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.
RR : 32 x/menit, tipe abdominotorakal
BB : 7.2 kg
PB : 68 cm
Status gizi :
BB/U : 7.2/9 x 100 % = 86.8 % (-2 SD < BB/U< 0 SD)
TB/U : 70/74 x 100 % = 94 % (-2 SD <TB/U< 0 SD)
BB/TB : 7.2/8.2 x 100 % = 87,8 % (-2 SD <BB/TB< -1 SD)
Kesan : Gizi baik.
3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor kurang, tekstur halus
4. Kepala : bentuk normocephal, 1ingkar kepala 47 cm (0 SD < z score < +2SD),
UUB masih terbuka, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok dan
sukar dicabut.
5. Mata : cekung (-/-), air mata (+/+), conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-),
6. Hidung: napas cuping hidung(-), sekret (-), darah (-), deformitas(-).
7. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), gusi berdarah (-),
4
8. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1–T1, faring hiperemis (-),
pseudomembran (-),
9. Telinga : normotia, sekret (-), prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus
pain (-).
10. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak
membesar.
11. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,
suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.
12. Thorax : bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan =kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan =kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)
13. Abdomen : Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor
kurang .
5
14. Urogenital : dalam batas normal
15. Ekstremitas:
akral dingin sianosis oedem
CRT <2 detik
ADP teraba kuat
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah 26 Agustus 2013 di RSUD Pandan Arang
Hb : 12.9 gr/d1
Hct : 37.3 %
AT : 520 x 10 3 /mm3
AL : 13.9 x 10 3/ µL
AE : 5.18 juta/uL
MCV : 72 /um
MCH : 24.9 pg
MCHC : 34,6 g/dl
RDW : 14.8 %
Eosinofil :0.10 %
Basofil : 0.10 %
Netrofil batang : 0 %
Netrofil segmen : 58.70 %
Limfosit : 36.80 %
Monosit : 4.30 %
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS. Pasien
BAB 5x perhari, @ ¼ gelas belimbing dan berwarna kuning. Konsistensi
BAB cair lebih banyak dari ampas. Lendir (-), darah (-). Pasien juga demam
6
- ---
- ---
- ---
sumer-sumer sejak mulai diare cair. Batuk (-), pilek (-), telinga keluar cairan
(-).
Pasien juga muntah sehari sebelum masuk rumah sakit. Muntah 2 x, @
½ gelas belimbing, dan berisi makanan yang dimakan. BAK (+), terakhir 4
jam yang lalu, @ ½ gelas belimbing, warna kuning jernih. Karena diare tidak
segera berhenti dan pasien susah untuk makan dan minum maka orangtuanya
memeriksakan pasien ke RSPA.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis dan gizi
kesan cukup, tanda vital didapatkan suhu 38.2oC per aksiler, nadi 100 x/menit,
reguler, simetris, isi dan tegangan cukup, frekuensi nafas 32 x/menit, tipe
abdominotorakal. UUB masih terbuka, nafas cuping hidung (-), mukosa bibir dan
mulut basah, retraksi(-), akral dingin (-), CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan
penunjang 26 Agustus 2013 didapatkan Hb: 12.9 gr/d1, Hct : 37.3 % AT :
520.000 /mm3 AL: 13,9 x 103/ µL AE: 5.18 juta/uL MCV: 72 /um MCH: 24.9 pg
MCHC: 34,6 g/dl RDW: 14.8 % Eosinofil: 0.10 % Basofil: 0.10 % Netrofil
batang: 0 % Netrofil segmen: 58.70 % Limfosit: 36.80 % Monosit: 4.30 %
VI. DIAGNOSA BANDING
- Diare akut tanpa dehidrasi e/c dd virus, bakteri
VII. DIAGNOSA KERJA
Diare akut tanpa dehidrasi
VIII. PENATALAKSANAAN
Terapi
Pro mondok bangsal anak
Diet bubur 700 kkal/hari
Infus KAEN 3A 8 tpm mikro
7
L-BIO 2x1
Zinc 1x1 tab
Oralit 70 cc tiap mencret
35 cc tiap muntah
Monitoring
KU dan VS per 8 jam
Planning
Darah lengkap
Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya
Istirahat
Banyak minum
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
X. MONITORING
Dibawah ini merupakan monitoring yang kami lakukan :
Tanggal 26 Agustus 2013 (18.00) 27 Agstus 2013 (06.00) 28 Agstus 2013 (14.00)
S demam (+), mimisan (-), muntah
(+), minum >> & makan <, nyeri
perut (-) BAK 3-4x, BAB 3-4x air
> ampas
Demam (-) mimisan (-), muntah (-),
minum >> & makan <, BAK 5x
banyak, BAB 10x air > ampas
demam (-), mimisan (-), muntah (-),
minum >> & makan <, BAK 6x
banyak, BAB 3x ampas >> air
O Lemah, CM, gizi kesan baik Lemah, CM, gizi kesan baik Lemah, CM, gizi kesan baik
T: 90/60 mmHg, N : 100x/’ (isi
cukup, kuat), RR : 32x/’, S : 38,2 0C.
T: 95/65 mmHg, N : 108x/’ (isi
cukup, kuat), RR : 32x/’, S : 36,2 0C
T: 90/60 mmHg, N : 120x/’ (isi
cukup, kuat), RR : 30x/’, S : 36,10C
8
UUB sudah menutup
Mata: cekung (-), air mata (+/+) <
Mulut: MB (+), sianosis (-)
Abdomen:turgor cepat, peristaltik
(+) meningkat
Ext. Atas&bawah lembab (-), akral
dingin (-), sianosis (-), CRT < 2”
UUB sudah menutup
Mata: sedikit cekung (-), air mata
(+/+) <
Mulut: MB (+), sianosis (-)
Abdomen:turgor cepat, peristaltik
(+) meningkat
Ext. Atas&bawah lembab (-), akral
dingin (-), sianosis (-)CRT < 2”
UUB sudah menutup
Mata: sedikit cekung (-/-), air
mata(+/+) <
Mulut: MB (-), sianosis (-)
Abdomen: turgor cepat, peristaltik
(+) normal
Ext. Atas&bawah lembab (-), akral
dingin (-), CRT < 2”
Hasil Lab
Hb: 12.9 gr/d1, Hct : 37.3 % AT :
520.000 /mm3 AL: 13,9 x 103/ µL
AE: 5.18 juta/uL MCV: 72 /um
MCH: 24.9 pg MCHC: 34,6 g/dl
RDW: 14.8 % Eosinofil: 0.10 %
Basofil: 0.10 % Netrofil batang: 0
% Netrofil segmen: 58.70 %
Limfosit: 36.80 % Monosit: 4.30 %
Diagnosis Diare akut tanpa dehidrasi Diare akut tanpa dehidrasi
Terapi Pro mondok bangsal anak
Diet bubur 700 kkal/hari
Infus KAEN 3A 8 tpm mikro
L-BIO 2x1
Zinc 1x1 tab
Oralit 70 cc tiap mencret
35 cc tiap muntah
Lanjutkan Lanjutkan
Plan BLPL
Monitoring KU dan VS/ 8 jam KU dan VS/8 jam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DIARE
1. Definisi
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau
anak yang sebelumnya sehat (Ditjen PPM & PLP, 1999). Ada juga yang
memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali
dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu
(IDAI, 2004).
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60
juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5 % daripadanya
akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak
segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia (Ditjen PPM &
PLP, 1999).
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
Faktor lingkungan
Gizi
Kependudukan
Pendidikan
Keadaan sosial ekonomi
Perilaku masyarakat
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
10
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan
ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa
insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau
kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah
kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan,
setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor di atas
terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga (Irwanto, dkk,
2002).
3. Etiologi
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus
adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas
hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.
Parahemolyticus, Yersina enterocolotica.
Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria
philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides
strecoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).
4. Patogenesis
Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus
halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya
sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang,
11
menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga
dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya
menjadi matang.
Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus
pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera
01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan
perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli
enteropatogenik atau enteroaggrerasi).
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01
dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel
epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin
meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air
dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel
yang sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. Jedesember, E. coli enteroinvasife dan Salmonella
dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat
adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa (Ditjen PPM & PLP, 1999).
Parasit
12
Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada
epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi
epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan
ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.
Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab
diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme
yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan
berkembang bebas. Disamping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu
sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan
klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang
merubah flora flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara parental.
Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin,
kanamisin, basitrasi, polmiksi, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).
5. Patofisiologi
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai
tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini
terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti
toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
Diare osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit
diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut
13
di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi
yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hiprtonik, air dan beberapa elektrolit
akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas
dari isi usus sama dengan cairan eksreaseluler dan darah. Hal in meningkatkan
volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen
PPM & PLP, 1999).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).
6. Manifestasi Klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering
(Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda :
Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai
dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya
dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake
makanan kurang.
Diare akut dengan pendarahan (disentri) , dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya
utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.
14
Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya
utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan
defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).
7. Pencegahan
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut :
- Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum
- Promosi pendidikan higiene
- Pemberian ASI eksklusif
- Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak
- Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak
- Menggunakan jamban /wc
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
- Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).
8. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat diare sekarang :
- Sudah berapa lama diare berlangsung
- Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
- Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah tidak)
- Muntah (frekuensi dan jumlah)
- Demam
- Buang air kecil terakhir
- Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
15
- Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
- Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya (IDAI, 2004).
- Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
- Kontak dengan orang yang sakit
- Penggunaan antibiotik (Randy P Prescilla,2012)
b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama
c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa (Subagyo, 2004).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut,
bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan caiaran < 5% berat badan)
- Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
- Keadaan umum baik baik dan sadar
- Tanda vital dalam batas normal
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
- Turgor abdomen baik, bising usus normal
- Akral hangat
16
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
- Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum gelisah dan cengeng
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
- Turgor kurang
- Akral hangat
- Pasien harus rawat inap.
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
- Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma
- Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
- Turgor buruk
- Akral dingin
- Pasien harus rawat inap (IDAI, 2004).
Penilaian dehidrasi menurut MTBS
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Dehidrasi berat
17
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda
berikut ini:
Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Dehidrasi ringan/sedang
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang
Tanpa dehidrasi
(Ditjen PPM & PLP, 1999)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
- Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi
- Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
- Kimia : PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
- Biakan dan uji sensitivitas
b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang
disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin darah.
c. Pemeriksaan urin : urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)
9. Penatalaksanaan
18
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
- < 1 tahun: 50-100 cc
- 1-5 tahun : 100-200 cc
- 5 tahun : semaunya.
Dehidrasi sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung
sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
- < 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
- 1 tahun : 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol,
amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
19
6. Vitamin A
- 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU
- >1 tahun : 200.000 IU
7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare (IDAI, 2004).
Indikasi rawat inap :
Diare akut dengan dehidrasi berat
Diare akut dehidrasi sedang dengan komplikasi
Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami dehidrasi), buang
air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah > dari 4 kali sehari (Armon,
2001).
10. Pemantauan
1) Terapi
Setelah pemberian caiaran rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuh dehidrasi maka
dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya.Jika setelah 3
hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan maka
dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami gizi
buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum dan
tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2004).
20
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosis diare akut tanpa dehidrasi ditegakkan berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Penderita mengalami diare mendadak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
dengan frekuensi 5x/hari
2. Rasa ingin minum meningkat, rewel
3. Nafsu makan menurun, pasien malas untuk makan
4. Disertai muntah, panas sumer-sumer.
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan
1. Kesadaran :tampak lemah, rewel, gizi kesan baik
2. Tanda vital penderita didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg; nadi 100 kali
permenit, pengisian cukup, kuat; frekuensi pernafasan 32 kali permenit; suhu
tubuh pada saat itu adalah 38,2°C.
3. UUB sudah menutup, mata cekung (-/-), air mata tetap (+/+), nafas cuping
hidung (-), mukosa bibir dan mulut basah, peristaltik meningkat, turgor kulit
baik, akral hangat, CRT < 2 detik.
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap: Hb: 12.9 gr/d1, Hct : 37.3 % AT : 520.000 /mm3
AL: 13,9 x 103/ µL AE: 5.18 juta/uL MCV: 72 /um MCH: 24.9 pg MCHC: 34,6
g/dl RDW: 14.8 % Eosinofil: 0.10 % Basofil: 0.10 % Netrofil batang: 0 %
Netrofil segmen: 58.70 % Limfosit: 36.80 % Monosit: 4.30 %
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang lewat tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektolit dan glukosa,
pada kasus diare tanpa dehidrasi diberikan cairan rumah tangga untuk mencegah
dehidrasi seperti air tajin, larutan gula garam, oralit, kuah sayur sayuran, dll tapi
karena pasien ini tidak mau makan dan minum, serta muntah terus maka dilakukan
rehidrasi secara parenteral (IVFD). Pemberian infus hanya secara maintenance
21
dimana berat badan 1-10 kg kebutuhan harian cairan rumatan 10 ml/KgBB, sehingga
pada penderita ini kebutuhan cairan rumatan per hari 720 ml diberikan ringer laktat 8
tetes per menit makro.
Pada hari perawatan selanjutnya tetap diusahakan diberikan oralit sesuai umur
setiap kali buang air besar atau muntah dimana untuk anak 1 – 5 tahun sebanyak 70
cc setiap kali buang air besar dan 35 cc setiap kali muntah.
Pada kasus ini diberikan zinc sebanyak 1x1 karena zinc berperan dalam
menjaga integritas mukosa usus dengan jalan regenerasi sel. Zn juga berperan dalam
imunitas reguler dan imunitas humoral.
Pada kasus ini pula diberikan diet bubur lunak dengan 700 kkalori/hari. Hal
ini disebabkan anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering. Syarat makanan lunak yang diberikan adalah : bahan yang digunakan tidak
banyak mengandung serat, mudah dicernakan, tidak menimbulkan gas dalam saluran
pencernaan, tidak boleh diberikan gorengan yang keras, bumbu yang merangsang,
dan diberikan dalam porsi kecil, buah-buahan diberikan terutama pisang. Sedangkan
penentuan kalori pada penderita ini berdasarkan BB dari penderita adalah 7,2 kg.
Konstanta perkalian untuk kebutuhan kalori perhari pada usia 0-3 tahun adalah 100-
110 kkal/hari. Dan hasil perkaliannya adalah 700 kkal per hari.
22
DAFTAR PUSTAKA
Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute diarrhoea
management. mk.armon@ntlworld.com
Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak.
Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 –471.
Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal :
49-52.
Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.
Randy P Prescilla, MD, FAAP, 2012. Gastroenteritis.
www.emedicinehealth.com
Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional
Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.
WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to
Health .www.wikipedia.com.
23