Post on 01-Feb-2016
description
Laporan Praktikum Fisiologi
Kardiovaskular
(Tekanan darah -2)Nama NIM Tanda Tangan
Ketua Kelompok Francisca Noveliani 102013016
Anggota Danny Sumargo 102010004
William Daniel Kurniawan 102013061
Winda Linting Sanda Lolok 102013100
Chaifung Carolline 102013202
Aldo Muhammad Hamka 102013209
Marisa Theana Tabaleku 102013333
Samdaniel Sutanto 102013382
Valentina Oktaviany Situngkir 102013406
Mohd Amir Bin Mohd Halim 102013532
Daphine satria 102013558
Kelompok F9
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-173
Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi peredaran darah vena.
- Untuk mengetahui aktivitas kapiler pada kulit ketika terdapat pembuluh darah yang
terhambat.
Alat dan Bahan
1. Sfigmomanometer
2. 2 buah waskom:
- Berisi air panas (42 – 45oC)
- Berisi air es
3. Jarum suntik yang steril (suci hama)
4. Mistar
Cara Kerja
1. Peredaran Darah Vena
A. Pembuluh darah vena lengan bawah
1. Pilihlah sebagai orang percobaan seseorang dengan pembuluh vena lengan bawah
yang terlihat jelas.
2. Perhatikan dengan seksama berbagai pembuluh darah vena di permukaan lengan
bawah bagian voler orang percobaan tersebut.
3. Tekanlah salah satu vena di dekat siku dan perhatikanlah vena-vena yang
mengembang.
4. Pilihlah di antara beberapa vena yang mengembang itu sebuah vena yang paling
jelas tampak di permukaan dan cobalah mendorong darah di dalamnya ke arah
perifer dengan perlahan-lahan.
5. Hentikanlah tekanan pada vena di dekat siku tadi dan tekanlah sekarang salah satu
vena di dekat pergelangan tangan yang jelas terlihat mengembang.
6. Kosongkanlah sebagian vena yang mengembang tersebut dengan cara mendorong
darah di dalamnya ke arah sentral melewati katup dan perhatikanlah bagian vena
yang kosong itu.
7. Ulangi pengosongan seperti sub 6 di berbagai bagian pembuluh vena yang lain di
lengan bawah bagian voler orang percobaan tersebut.
8. Buatlah diagram pembuluh vena lengan bawah bagian voler dengan katup-
katupnya sesuai dengan pengamatan saudara di atas.
B. Pengaruh gaya berat pada peredaran darah vena
1. Sambil berdiri angkatlah lengan kanan saudara setinggi-tingginya dengan sikap
lurus ke atas sedangkan lengan kiri dibiarkan menggantung lurus ke bawah.
2. Sesudah 1 menit, gerakkanlah kedua lengan dalam keadaan tetap lurus ke suatu
tempat setinggi jantung dan bandingkanlah warna kulit kedua telapak tangan
saudara.
3. Ulangilah percobaan itu dan bandingkanlah sekarang pengembangan vena kedua
punggung tangan tersebut.
Catatlah hasil pengamatan saudara.
C. Waktu pengisian pembuluh darah vena
1. Pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan
yang berbaring telentang.
2. Angkatlah lengan ini dengan sikap lurus sehingga lebih tinggi dari jantung dan
pompalah manset dengan cepat sehingga tekanan di dalam manset sedikit di
bawah tekanan diastolik (±50-60 mmHg) untuk membendung vena.
3. Catatlah lama waktu pengisian vena mulai dari akhir pemompaan manset sampai
tampak dengan jelas pengembangan salah satu vena pada punggung tangan orang
percobaan.
4. Ulangilah sub 2 tetapi setelah melakukan pemompaan, gerakkanlah otot-otot
lengan bawah dengan jalan membuka dan mengepalkan tangan sekuat-kuatnya
sebanyak 10 atau 20 kali.
5. Catatlah lama waktu pengisian vena sampai tampak derajat pengembangan vena
seperti pada sub 3.
D. Pengukuran tekanan darah vena dengan cara tak langsung (Cara Gartner)
1. Orang percobaan berbaring telentang di meja praktikum dengan
menggantungkan salah satu lengannya lurus ke bawah sehingga vena di
punggung tangan tersebut terisi dan mengembang.
2. Angkatlah lengan orang percobaan tetap dalam keadaan lurus perlahan-lahan ke
atas sehingga vena di punggung tangannya tepat mengosong.
3. Ukurlah jarak vertikal (dalam cm) antara vena yang mengosong di punggung
tangan dan katup trikuspidalis jantung. Jarak ini menunjukkan besar tekanan
darah vena punggung tangan dalam cm darah.
Letak katup trikuspidalis jantung :
Pada orang yang berbaring telentang kira-kira dipertengahan jarak antara meja
dan sternum.
Pada orang yang berdiri kurang lebih pada sternum di ruang interkostal ke – 4.
4. Ulangilah sub 1 sampai dengan kedua tungkai orang percobaan diangkat
setinggi-tingginya.
5. ulangilah sub 1 sampai dengan 3 pada orang percobaan melakukan tindakan
valsalva.
6. ulangilah sub 1 sampai dengan 3 pada orang percobaan yang sama tetapi pada
sikap berdiri dengan kedua lengan tergantung ke bawah.
7. Terangkanlah hal-hal yang menyebabkan perbedaan hasil pelbagai pengukuran
tekanan darah vena di atas.
2. Peredaran Darah Kulit
A. Vasodilatasi aktif kapiler
1. Sediakanlah ember yang berisi air panas 45oC.
2. Pasanglah manset sfignomanometer pada lengan atas orang percobaan.
3. Hentikanlah dengan tiba-tiba aliran darah (oklusi) dalam lengan orang percobaan
tersebut dengan cara memompa manset secepat-cepatnya sampai 150-175 mmHg
dan masukkanlah tangan serta setengah bagian lengan bawah kedalam air panas
45oC selama 3 menit.
4. Perhatikanlah perubahan warna kulit tangan dan lengan bawah.
5. Hentikanlah oklusi pada lengan orang percobaan tersebut dengan menghilangkan
tekanan dalam manset .
6. Perhatikanlah sekarang perubahan warna kulit tangan dan lengan bawah.
B. Vasodilatasi pasfif kapiler
1. Pasanglah sekarang manset sfignomanometer pada lengan yang lain dan pompalah
sampai 50-60 mmHg sehingga terjadi pembendungan (obstruksi).
2. Masukkanlah sekarang tangan serta setengah bagian lengan bawah itu ke dalam
air panas 45oC selama 3 menit. Kemudian keluarkanlah tangan dan lengan itu dari
air panas da perhatikanlah perubahan warna bagian kulit yang dimasukkan ke
dalam air panas dan yang tidak.
Hilangkanlah tekanan di dalam manset dan perhatikanlah perubahan warna kulit
Hasil Percobaan
Percobaan I – Peredaran darah vena
A. Pembuluh darah vena lengan bawah
Saat
penekananTerjadi pengembangan pembuluh vena
Didorong ke
perifer
Tidak terjadi pengosongan maupun penambahan pengembangan
pembuluh vena
Didorong ke
sentralTerjadi pengosongan pembuluh vena
B. Pengaruh gaya berat pada peredaran darah
Objek Pengamatan Tangan Kiri Tangan Kanan
Volar Manus Mengembang – biru (pucat)Tidak mengembang – putih
(pucat)
Dorsal Manus Mengembang – biru (pucat)Tidak mengembang – putih
(pucat)
C. Waktu pengisian pembuluh darah vena
Perlakuan Waktu (detik)
Tanpa gerakan otot 62
Dengan gerakan otot 42
D. Pengukuran tekanan darah vena dengan cara tak langsung (cara Gartner)
Perlakuan Tekanan (cmH2O)
Berbaring terlentang 9,9
Tungkai diangkat setinggi-tingginya 21
Valsava 37,9
Posisi berdiri 11
Percobaan II – Peredaran Darah Kulit
A. Vasodilatasi aktif kapiler
Dalam air : oklusi 3 menit 150-175 mmHg warnanya putih pucat, kukunya biru
Saat tekanan manset diturunkan : memerah, kuku biru picut jadi warna merah
mudah
B. Vasodilatasi pasif kapiler
Dalam air : putih pucat tapi tidak sampe biru, venanya
mengembang, kuku putih.
Saat tekanan manset diturunkan : vena mengempis, warna kembali oklusi normal
Landasan Teori
Efek Aktivitas Otot Rangka pada Aliran Balik Vena
Banyak vena besar di ekstremitas terletak di antara otot-otot rangka sehingga pada
saat otot-otot ini berkontraksi, vena-vena tersebut tertekan. Penekanan vena eksternal ini
menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena, sehingga cairan yang terdapat di
dalam vena terperas ke arah jantung. Efek pemompaan ini, yang dikenal sebagai pompa otot
rangka, adalah salah satu cara untuk mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung sewaktu
berolahraga. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan
masuk ke jantung. Peningkatan aktivitas simpatis dan vasokonstriksi vena yang menyertai
olahraga juga meningkatkan aliran balik vena.
Pompa otot rangka juga melawan efek gravitasi pada sistem vena. Tekanan rata-rata
yang sejauh ini disajikan untuk berbagai bagian pohon vaskuler adalah untuk individu dalam
posisi horizontal. Sewaktu seseorang berbaring, gaya gravitasi bekerja secara merata,
sehingga tidak perlu dipertimbangkan. Namun, sewaktu seseorang berdiri, efek gravitasi
tidak merata. Selain tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung, pembuluh yang
terletak di bawah jantung juga mendapat tekanan yang ditimbulkan oleh berat kolom darah
dari jantung ke ketinggian pembuluh yang bersangkutan. Terdapat 2 konsekuensi penting dari
peningkatan tekanan ini. Pertama, vena yang dapat melebar “menyerah” di bawah
peningkatan tekanan hidrostatik ini, sehingga semakin melebar dan kapasitasnya meningkat.
Walaupun arteri-arteri ini juga mendapat efek gravitasi yang sama, mereka tidak melebar
seperti vena karena arteri tidak mudah teregang. Sebagian besar darah yang masuk kapiler
cenderung menumpuk di vena-vena tungkai bawah dan tidak dikembalikan ke jantung.
Karena aliran balik vena berkurang, curah jantung berkurang dan volume sirkulasi efektif
juga menurun. Kedua, peningkatan mencolok tekanan darah kapiler yang terjadi akibat efek
gravitasi menyebabkan filtrasi berlebihan cairan keluar jaringan kapiler di ekstremitas bawah
dan menimbulkan edema lokal (yaitu pembengkakan kaki dan pergelangan kaki).
Dalam keadaan normal terdapat dua tindakan konpensasi yang melawan efek gravitasi
tersebut. Pertama, penurunan tekanan arteri rata-rata yang terjadi sewaktu seseorang
berpindah dari posisi berbaring menjadi berdiri memicu vasokonstriksi vena melalui stimulasi
simpatis, yang mendorong sebagian simpanan darah ke arah jantung. Kedua, pompa otot
rangka “mengganggu” kolom darah dengan secara total mengosongkan segmen-segmen
tertentu vena secara intermiten, sehingga bagian tertentu vena tidak mendapat beban berat
kolom seluruh vena dari jantung ke ketinggiannya. Refleks vasokonstriksi vena tidak secara
total dapat mengkompensasi efek gravitasi tanpa bantuan aktivitas otot rangka. Dengan
demikian, ketika seseorang berdiri untuk jangka waktu yang lama, aliran darah ke otak
berkurang karena menurunnya volume sirkulasi efektif, walaupun terdapat refleks-refleks
yang ditunjukkan untuk mempertahankan tekanan arteri rata-rata. Penurunan aliran darah ke
otak, pada gilirannya, menyebabkan pingsan, yang mengembalikan individu ke posisi
horizontal, sehingga efek gravitasi pada sistem vaskuler menghilang dan sirkulasi efektif
kembali pulih. Karena itu, mencoba menegakkan orang yang pingsan bukanlah suatu
tindakan produktif. Pingsan adalah obat bagi masalah, bukan masalah itu sendiri.
Karena pompa otot rangka meningkatkan aliran balik vena, disarankan agar sesekali
anda berkeliling sewaktu anda berdiri dan berdiri pada saat anda duduk bekerja. Aktivitas
otot yang ringan tersebut akan “menggerakkan darah”. Juga dianjurkan bahwa individu yang
harus berdiri lama menggunakan stocking elastik yang menghasilkan kompresi eksternal
kontinu, serupa dengan efek kontraksi otot rangka, untuk melawan efek gravitasi di vena-
vena tungkai.
Efek Gravitasi pada Tekanan Vena
Pada orang dewasa dalam keadaan tegak, darah di pembuluh-pembuluh yang berjalan
antara jantung dan kaki ekivalen dengan sebuah kolom darah setinggi 1,5 meter. Tekanan
yang ditimbulkan oleh kolom darah ini akibat efek gravitasi adalah 90 mmHg. Tekanan yang
terjadi pada darah oleh jantung telah berkurang menjadi sekitar 10 mmHg di vena-vena
tungkai bawah karena hilangnya tekanan akibat pergesekan di pembuluh-pembuluh
sebelumnya. Tekanan yang ditimbulkan gravitasi (90 mmHg) ditambah tekanan yang
ditimbulkan oleh jantung (10 mmHg) menghasilkan tekanan vena 100 mmHg di pergelangan
kaki dan kaki. Demikian juga, kapiler di daerah ini juga mendapat pengaruh gravitasi yang
sama. Karena terjadi peningkatan tekanan yang disebabkan oleh efek gravitasi, terjadi
penimbunan darah di vena-vena yang melebar, sehingga aliran balik vena berkurang. Filtrasi
menembus dinding kapiler juga meningkat yang menyebabkan pergelangan kaki dan kaki
membengkak, kecuali apabila tindakan-tindakan kompensasi mampu melawan efek gravitasi
tersebut.
Efek Katup Vena pada Aliran Balik Vena
Vasokonstriksi vena dan kompresi vena eksternal keduanya mendorong darah ke arah
jantung. Namun, apabila anda memeras suatu selang berisi cairan di bagian tengah, cairan
akan terdorong ke kedua arah dari titik penekanan. Darah hanya dapat terdorong ke arah
depan karena vena-vena besar diperlengkapi dengan katup-katup satu arah yang terdapat pada
jarak 2 sampai 4 cm, katup-katup ini memungkinkan darah bergerak ke depan ke arah jantung
tetapi mencegah darah mengalir kembali ke jaringan. Katup-katup vena ini juga berperan
melawan efek gravitasi yang ditimbulkan oleh posisi berdiri dengan membantu memperkecil
aliran balik darah yang cenderung terjadi sewaktu seseorang berdiri dan untuk sementara
waktu menunjang bagian-bagian kolom darah pada saat otot rangka berelaksasi.
Vena varikosa (varises vena) terjadi apabila katup-katup vena menjadi inkompeten
dan tidak dapat lagi menunjang kolom darah di atas mereka. Individu yang rentan mengalami
gangguan ini biasanya memperlihatkan distensibilitas berlebihan dan kelamahan di dinding
vena mereka. Diperburuk oleh berdiri lama dan sering vena-vena mengalami distensi hebat
karena tertimbunnya darah sehingga tepi-tepi katup tidak lagi akan dapat saling bertemu
untuk membentuk sumbat. Vena-vena tungkai superfisial yang mengalami varises akan
tampak melebar dan berkelok-kelok. Berbeda dengan yang mungkin diperkirakan,
penimbunan darah kronik di vena-vena yang melebar secara patologis tersebut tidak
mengurangi curah jantung karena terjadi peningkatan kompensatorik volume darah total yang
bersirkulasi. Konsekuensi paling serius dari vena varikosa adalah kemungkinan terbentuknya
bekuan abnormal di darah yang mengalir lambat tersebut. Risiko yang terutama berbahaya
adalah bekuan-bekuan tersebut dapat lepas dan menyumbat pembuluh kecil di tempat lain,
terutama di kapiler-kapiler paru.
Efek Aktivitas Pernapasan pada Aliran Balik Vena
Akibat aktivitas pernapasan, tekanan di dalam rongga dada rata-rata 5 mmHg di
bawah tekanan atmosfer. Pada saat berjalan melalui rongga dada, sistem vena yang
mengembalikan darah ke jantung dari bagian bawah tubuh terpajan ke tekanan subatmosfer
ini. Karena sistem vena di tungkai dan abdomen mendapat tekanan atmosfer normal, terjadi
gradien tekanan eksternal antara vena-vena bawah (tekanan atmosfer) dan vena-vena dada (5
mmHg lebih kecil daripada tekanan atmosfer). Perbedaan tekanan ini memeras darah dari
vena-vena di bagian bawah menuju ke vena-vena dada, sehingga aliran balik vena meningkat.
Mekanisme fasilitasi aliran balik vena ini dikenal sebagai pompa respirasi karena terjadi
akibat aktivitas pernapasan. Peningkatan aktivitas respirasi serta efek pompa otot rangka dan
vasokonstriksi serta semuanya meningkatkan aliran balik vena selama berolahraga.
Efek Penghisapan Jantung pada Aliran Balik Vena
Tingkat pengisian jantung tidak semata-mata bergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi vena. Jantung memiliki peran dalam pengisian dirinya sendiri. Selama
kontraksi ventrikel, katup-katup AV tertarik ke bawah, sehingga rongga atrium membesar.
Akibatnya, tekanan atrium secara sementara turun di bawah 0 mmHg, sehingga gradien
tekanan vena ke atrium meningkat dan aliran balik vena juga meningkat. Selain itu, ekspansi
cepat rongga ventrikel selama relaksasi ventrikel tampaknya menciptakan tekanan negatif
sementara di ventrikel, sehingga darah “tersedot” dari atrium dan vena; yaitu, tekanan
ventrikel yang negatif meningkatkan gradien tekanan vena ke atrium ke ventrikel dan
meningkatkan aliran balik vena. Dengan demikian, jantung berfungsi sebagai “pompa
penghisap” untuk mempermudah pengisian jantung.
Kapiler Darah
Pembuluh darah arteri berakhir di jaringan perifer sebagai pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler menjadi sarana untuk pertukaran zat antara pembuluh darah dengan
jaringan. Kapiler darah mampu untuk berkontriksi maupun berdilatasi sesuai dengan
kebutuhan jaringan tubuh.
Bila perfusi ke organ atau jaringan menurun terdapat juga respon lokal, yang meliputi
pembukaan kapiler yang sebelumnya tertutup, yang bekerja memaksimalkan ekstraksi
oksigen dan nutrisi dari darah arteri. Jika metabolisme oksidatif tidak dapat dipertahankan,
jaringan menghasilkan H+ dan laktat berlebihan, laju metabolik menurun, dan fungsi jaringan
tersebut menurun. Jadi, bila terdapat gangguan perfusi jaringan seperti kulit, akan di dapatkan
suhu kulit yang lebih dingin, pemanjangan waktu pengisian kembali kapiler, kebiruan atau
perubahan warna sianotik akibat kenaikan ekstraksi oksigen dan lebih rendahnya saturasi
oksigen kapiler dan vena, serta penurunan pulsasi arteri yang menuju jaringan tersebut.
Jaringan kulit juga mengandung reseptor temperatur yang memberikan informasi ke
hipotalamus mengenai suhu lingkungan. Jalinan kapiler pembuluh darah dermis juga
berfungsi penting dalam kontrol temperatur. Vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah
dapat mengubah kecepatan aliran darah pada kulit.
Analisa Hasil Percobaan
Percobaan I.A dilakukan dengan menekan salah satu pembuluh vena dari OP yang
terletak di dekat siku. Hasil yang didapatkan dari perlakuan ini adalah terdapat
pengembangan pembuluh vena yang terdapat di bagian yang lebih perifer. Penahanan
pembuluh vena pada bagian siku ini menahan aliran balik vena menuju jantung sehingga
darah-darah yang berada pada pembuluh darah yang lebih perifer sulit untuk menghantarkan
kembali darah-darah tersebut ke jantung.
Sifat pembuluh vena yang memiliki daya regang yang tinggi membuat pembuluh vena
mampu untuk menampung darah, namun kemampuan recoilnya tidak sebaik kemampuan
arteri sehingga vena tidak memiliki gaya dorong yang kuat dari dirinya sendiri untuk
mendorong darah ke sentral.
Vena yang menampung darah akan mudah untuk mengembang sebagai akibat dari
kemampuan regangnya yang tinggi. Pembuluh darah vena memiliki katup-katup yang
menyebabkan aliran darahnya hanya dapat berjalan satu arah yaitu menuju jantung. Penahan
pembuluh vena di bagian siku menghambat aliran balik vena namun tidak akan menyebabkan
darah-darah yang sudah mencapai pembuluh darah pada bagian yang lebih mendekati jantung
kembali lagi ke perifer.
Dengan keberadaan katup ini apabila dilakukan pendorongan vena ke arah perifer tidak
akan menyebabkan terjadinya pengosongan pembuluh darah di bagian yang lebih mendekati
jantung atau pengembangan pembuluh vena perifer, karena seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa katup vena menghambat darah untuk kembali ke arah perifer. Namun
sebaliknya, apabila pendorongan dilakukan pendorongan ke arah sentral maka akan terlihat
pembuluh darah vena yang awalnya mengembang sedikit mengempis dibanding sebelumnya.
Pendorongan ini membantu aliran balik vena sehingga vena-vena yang berada di perifer akan
sedikit mengalami kekosongan walaupun sebenarnya tidak akan kosong seutuhnya karena
aliran darah terus dihantarkan ke perifer oleh pembuluh darah arteri.
Keberadaan katup-katup vena ini dapat dilihat pada bagian pembuluh vena yang lebih
mengembang. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, katup vena berjarak kira-kira 2 cm
antara satu katup dengan katup lainnya. Hal ini menyatakan bahwa vena memiliki katup yang
cukup banyak sepanjang perjalanannya menuju jantung sehingga kemungkinan darah untuk
bergerak kembali ke perifer akan sangat kecil.
Dari percobaan I.B didapatkan hasil tidak adanya pengembangan di pembuluh vena
pada tangan kanan baik pada volar manus maupun pada dorsum manus. Seperti yang kita
ketahui bahwa aliran balik vena mengalir dari perifer menuju ke jantung. Berbeda halnya
dengan aliran darah arteri yang mengalir dari jantung menuju perifer. Gaya gravitasi yang
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aliran balik vena akan semakin besar
efeknya saat pembuluh darah vena mendekati gaya gravitasi dan arahnya berlawanan dengan
gaya gravitasi. Dengan adanya gaya gravitasi, darah vena yang berlawanan dengan arah
gravitasi (vena dari bawah jantung) akan tertahan di perifer. Pembuluh vena di tangan kanan
OP tidak mengalami pengembangan dikarenakan keberadaan tangan kanan yang jauh dari
pengaruh gravitasi dan searah dengan gaya gravitasi menyebabkan tidak ada darah yang
terkumpul di vena bagian perifer sehingga pembuluh darah vena tidak mengembang seperti
yang terjadi pada tangan kiri OP yang mendapat pengaruh gravitasi yang cukup besar
daripada pada tangan kanan OP. Tangan kanan OP tidak terlihat lebih biru karena aliran balik
vena berjalan dengan baik tanpa pengaruh besar dari gaya gravitasi namun ada sedikit
hambatan pada peredaran darah arteri menuju perifer sehinga walaupun aliran balik vena baik
hambatan aliran arteri akan sedikit menyebabkan tangan terlihat pucat. Sedangkan tangan kiri
OP cukup pucat karena adanya warna kebiruan akibat penumpukan darah vena di bagian
perifer sebagai pengaruh gaya gravitasi di perifer. Pucatnya tangan kiri OP masih dapat
diimbangi dengan hantaran darah arteri yang lebih baik dibandingkan dengan tangan kanan
OP.
Percobaan I.C dilakukan dengan memberikan tahanan pada aliran balik vena yaitu
dengan pemompaan manset di bawah tekanan diastolik untuk membendung vena (obstruksi).
Dengan adanya tahanan ini menyebabkan darah vena akan mengambil waktu yang sedikit
lebih lama dibandingkan dengan aliran tanpa tahanan untuk kembali ke jantung. Tahanan
yang diberikan ini akan menyebabkan darah mengisi pembuluh vena di bagian perifer dan
menyebabkan pembuluh vena mengembang. Tanpa perlakuan apapun saat aliran darah vena
OP ditahan dengan tekanan dibawah tekanan diastol, pembuluh vena mengembang kira-kira
membutuhkan waktu sekitar 45, 28 detik. Waktu ini menandakan waktu pengisian vena di
bagian perifer akibat tertahannya aliran baliknya menuju jantung. Pada percobaan dengan
meminta OP untuk mengepalkan dan membuka tangannya, waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi pembuluh vena di bagian perifer seharusnya berlangsung lebih cepat. Karena dengan
adanya kontraksi otot rangka, maka pengembalian vena akan lebih cepat dan sampai pada
tahanan oleh tekanan manset lebih cepat. Namun, pada percobaan bisa saja yang terjadi
adalah tekanan tersebut tidak mampu menutupi pembuluh vena secara total (karena saat
kontraksi otot rangkapun tekanan pada vena meningkat) sehingga aliran darah vena dapat
mengalir yang kemudian menghasilkan waktu lebih lama.
Percobaan I.D dilakukan 4 perlakuan. Kita akan mengurutkannya dari yang seharusnya
membutuhkan pengangkatan tangan tertinggi dari katub tricuspid. Perlakuan Valsava
seharusnya membutuhkan elevasi yang paling tinggi. Usaha ekspirasi yang ditahan oleh
menutupnya epiglottis menyebabkan tekanan intrapulmo meningkat (diatas atmosfer). Hal
tersebut membuat aliran balik vena melambat akibat tidak adanya daya tarik dari perbedaan
tekanan tersebut. Dengan demikian sangat tergantung pada gaya gravitasi untuk
mengembalikan aliran balik vena. Perlakuan kedua tertinggi adalah tangan normal tanpa
perlakuan. Perlakuan ini mendapat posisi kedua karena adanya dua perlakuan lagi yang
membutuhkan ketinggian tangan di bawah 2 perlakuan sisanya. Perlakuan ketiga tertinggi,
yaitu elevasi kaki. Dengan elevasi kaki, maka aliran arteri ke kaki terhambat dan aliran balik
vena mengalir dengan cepatnya karena adanya pengaruh gravitasi yang lebih dari biasanya
(dibandingkan dengan terlentang). Berarti darah yang seharusnya disupply ke arteri yang
menuju ke kaki, sedikit dialokasikan kepada arteri lainnya pada tubuh. Begitu juga dengan
aliran balik vena yang cepat berarti memberikan darah pada ventrikel lebih banyak dari yang
seharusnya, hal ini akan mempengaruhi cardiac output semakin besar. Berarti tekanan darah
arteri pada tangan akan semakin meningkat yang juga mempermudah aliran balik vena,
sehingga tidak terlalu memputuhkan bantuan gravitasi lebih banyak. Perlakuan keempat,
yaitu dengan berdiri. Perngaruh gravitasi sangat memegang peranan penting dan memiliki
pengaruh cukup kuat dalam mempengaruhi aliran darah baik arteri maupun vena. Oleh
karena itu, hanya memerlukan elevasi lebih sedikit untuk mengembalikan aliran vena. Pada
percobaan yang kami lakukan, terjadi kesalahan pada proses pengukurannya karena kurang
ketelitian dan keseriusan sehingga data yang didapat tidak sesuai dengan teori yang ada.
Pada percobaan kedua, perlakuan yang diberikan pada OP dengan mengoklusi aliran
darah menyebabkan jaringan perifer tidak mendapatkan oksigen melalui aliran dari arteri
yang sesuai dengan kebutuhannya dan hambatan ini menghambat aliran balik vena juga. Pada
awalnya warna kulit adalah putih karena kurangnya asupan darah segar dari arteri. Lama
kelamaan warna kulit berubah menjadi kebiruan karena menumpuknya darah kotor setelah
pertukaran oksigen – karbondioksida dengan jaringan. Namun saat tekanan pada lengan OP
dihilangkan, aliran darah menuju perifer menjadi sangat lancar dan dengan kondisi
sebelumnya dimana jaringan perifer yang kekurangan oksigen mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan penyampaian darah arteri menuju perifer yang
kekurangan oksigen. Jaringan perifer yang mendapatkan aliran darah yang sesuai
menunjukkan perubahan warna pada kulit tangan OP yang menjadi merah cerah.
Perlakuan kedua yang dilakukan dengan memberikan tahanan pada aliran balik vena
tidak menghambat hantaran aliran darah arteri sehingga warna kulit dari tangan OP tidak
berubah menjadi putih seluruhnya seperti perlakuan pertama. Kondisi ini disebabkan karena
masih tercukupinya oksigen pada jaringan perifer, arteri masih dapat mengalirkan darah ke
prifer. Kemudian darah yang tiba diperifer harus dikembalikan ke jantung, namun dengan
terhambatnya aliran balik vena, darah-darah tersebut terpaksa harus tertahan diperifer dan
memberikan sedikit perubahan warna pada kulit OP dengan munculnya sedikit warna biru
yang mengakibatkan tangan terlihat lebih gelap dibandingkan dengan tangan satunya lagi.
Tekanan manset yang dihilangkan segera setelah berlalu 3 menit lamanya, memberikan
perubahan warna pada kulit permukaan tangan OP yang menjadi merah cerah. Perubahan
warna ini disebabkan karena hilangnya tahanan pada aliran balik vena yang menyebabkan
darah yang semula sempat menumpuk di perifer dihantarkan kembali ke jantung.
Kesimpulan
1. Aliran balik vena berjalan satu arah dengan keberadaan katup vena, sehingga darah vena
yang menuju sentral tidak akan membalik ke perifer.
2. Banyak hal yang mempengaruhi aliran balik vena, seperti gravitasi, tekanan intrapulmo,
dan kontraksi otot rangka.
3. Pembuluh darah memiliki mekanisme yang baik untuk mempertahankan kehidupan setiap
sel yang menjadi tanggung jawabnya.
Daftar Pustaka
1. Burnside JW. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1995. h. 69-70
2. Ganong WF. Buku Ajar Fisiolgi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2003. h. 565
3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1997. 317-320
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2001. h. 299-333