Post on 27-Jun-2015
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI TERAPAN
OLEH :
Kelompok : 3 (tiga)
Nama : 1. Wulandari Saputri (342008130)
2. Sri rizki Agustini (342008141)
3. Mira (342008101)
4. Jumiati (342008107)
5. Khasma Botik (342008115)
6. Eka Septa. W (342007117)
Kelas : V C
Prodi : Pend. Biologi
Dosen Pengasuh : Susi Dewiyeti, S.Si.,M.Si.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2010/2011
A. PRAKTIKUM KE : II (dua)
B. JUDUL : Flora Normal Pada Tubuh Manusia
C. TUJUAN : Untuk mengetahui keberadaan flora normal
pada tubuh manusia.
D. DASAR TEORI :
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu
mikroorganisme. Mikrobe tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi
juga menghuni tubuh manusia. Mikrobe yang secara alamiah
menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota.
Selain itu juga disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan
mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia
normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh
manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan
protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat.
Mikrobiota normal tubuh manusia yang sehat perlu diketahui
karena alasan-alasan berikut:
1. Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang
mungkin timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan pada situs-
situs yang khusus.
2. Hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan
pentingnya mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi
klinis. Sebagai contoh, Escherichia coli tidak berbahaya di dalam
usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkan
sistitis, suatu peradangan pada selaput lendir organ ini.
3. Hal ini dapat membuat kita menaruh perhatian lebih besar terhadap
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan
mikrobiota normal atau asli pada inang manusia.
Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifat
kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)
yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada
bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan
mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun
jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora
normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme
komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora
normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-
produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin
atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini
umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari
lingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum
ovale, Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora)
yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang
berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu
beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini
ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora
sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika
flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi,
berbiak dan menimbulkan penyakit.
Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh
bersifat komensal. Pertumbuhan pada bagian tubuh tertentu
bergantung pada faktor-faktor biologis seperti suhu, kelembapan dan
tidak adanya nutrisi tertentu serta zat-zat penghambat. Keberadaan
flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan
yang dibebaskan (steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora
yang hidup di bagian tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran
penting dalam mempertahankan kesehatan dan hidup secara normal.
Beberapa anggota flora tetap di saluran pencernaan mensintesis
vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan. Flora yang menetap
diselaput lendir (mukosa) dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh
bakteri patogen dan mencegah penyakit akibat gangguan bakteri.
Mekanisme gangguan ini tidak jelas. Mungkin melalui kompetisi pada
reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu, kompetisi untuk
zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins).
Supresi flora normal akan menimbulkan tempat kosong yang
cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau
tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa
menjadi patogen.
Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik dilepaskan oleh
flora adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh
normal. Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan penyakit
pada kondisi tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus (non-
invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh
lingkungan. Jika hambatan dari lingkungan dihilangkan dan masuk le
dalam aliran darah atau jaringan, organisme ini mungkin menjadi
patogen.
Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia
yang kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung,
mulut, usus, saluran urogenital, mata, dan telinga. Organ-organ dan
jaringan biasanya steril. Tapi dalam praktikum ini hanya akan dibahas
mengenai flora normal pada epidermis kulit dan saliva saja
1. Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara
atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh
pada kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya.
Kulit manusia terlihat lebih mudah pecah atau rusak bila
dibandingkan dengan kulit hewan, seperti badak, gajah, dan kura-
kura. Namun kulit manusia memiliki sifat sebagai pertahanan
(barier) yang sangat efektif terhadap infeksi. Dalam kenyataanya,
tidak ada bakteri yang dapat menembus kulit utuh yang “telanjang”
tanpa pelindung.
Kulit bersifat sedikit asam dengan pH 5 % dan memiliki
temperatur kurang dari 37°C. Lapisan sel-sel yang mati akan
membuat permukaan kulit secara konstan berganti sehingga
bakteri yang berada dibawah permukaan kulit tersebut akan juga
dengan konstan terbuang dengan sel mati. Lubang-lubang alami
yang terdapat di kulit, seperti pori-pori, folikel rambut, atau kelenjar
keringat memberikan suatu lingkungan yang mendukung
pertumbuhan bakteri. Namun lubang-lubang tersebut secara alami
dilindungi oleh lisozim (enzim yang dapat merusak peptidoglikan
bakteri yang merupakan unsur utama pembentuk dinding sel
bakteri gram positif) dan lipida toksik.
Pelindung lain terhadap kolonialisasi kulit oleh bakteri patogen
adalah mikroflora normal kulit. Mikroflora tersebut merupakan
suatu kumpulan dari bakteri nonpatogen yang normal berkolonisasi
pada setiap area kulit yang mampu mendukung pertumbuhan
bakteri. Bakteri patogen yang akan menginfeksi kulit harus mampu
bersaing dengan mikroflora normal yang ada untuk mendapatkan
tempat kolonisasi serta nutrien untuk tumbuh dan berkembang.
Mikroflora normal kulit terutama terdiri dari bakteri gram positif.
Tetapi bakteri gram negatif seperti Escherichia coli yang habitatnya
ada di dalam usus manusia, juga bisa terdapat pada kulit manusia
karena adanya kontaminasi kotoran manusia.
Pada umumnya beberapa bakteri yang ada pada kulit tidak
mampu bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi
bakterisida. Sebagai contoh, kelenjar keringat mengekskresikan
lisozim, suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel
bakteri. Kelenjar lemak mengekskresikan lipid yang kompleks,
yang mungkin diuraikan sebagian oleh beberapa bakteri; asam-
asam lemak yang dihasilkannya sangat beracun bagi bakteri-
bakteri lain.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-
akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada
permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies
Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan S. aureus) dan
sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak
dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti
Propionibacterium acnes, penyebab jerawat. Jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh pencucian.
Faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora sementara
pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi sebasea
dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau pencucian
dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara signifikan
flora tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin berkurang
dengan menggosok secara kuat setiap hari dengan sabun yang
mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora
secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat,
meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian
lain maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit
cenderung menyebabkan populasi mikrobiota secara keseluruhan
sangat meningkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif
flora kulit.
2. Mulut
Kelembaban yang paling tinggi, adanya makanan terlarut
secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat
mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri.
Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak
bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu.
Diperolehnya mikrobiota mulut. Pada waktu lahir, rongga mulut
pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat,
dan lembap yang mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur
terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan
senyawa-senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium
yang kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai
sumber nutrien bagi mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut.
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah
mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa
hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap.
Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus,
Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus.
E. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum diadakan pada tanggal 21 dan 22 desember 2010
pada pukul 10.00 WIB s/d selesai di Laboratorium FKIP Biologi
Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. ALAT DAN BAHAN
a. Alat : Cawan petri, tabung reaksi, pinset, bunsen, rak
tabung reaksi, sprayer, autoclave, inkubator, jangka
sorong, gelas kimia.
b. Bahan : Media agar MH, cotton bud steril, spiritus, alkohol
70%, epidermis kulit, saliva.
3. CARA KERJA
a. Lalukan cotton bud steril di atas bunsen.
b. Usapkan (sweb) cotton bud steril tadi pada permukaan
epidermis kulit kemudian cotton bud tadi usapkan pada
permukaan agar MH secara aseptis.
c. Ambil cotton bud baru kemudian lakukan di atas bunsen,
kemudian usapkan (sweb) cotton bud tadi pada permukaan
lidah secara aseptis.
d. Kemudian cotton bud tadi, usapkan (sweb) pada permukaan
agar MH secara aseptis.
e. Sama dengan point E pada praktikum ke I
f. Setelah inkubasi 24 jam amati koloni flora normal.
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Gambar 2.1 Flora Normal pada Tubuh Manusia
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar dan tabel hasil pengamatan flora normal pada
epidermis kulit dan saliva di atas dapat kita ketahui bahwa pada
epidermis kulit terdapat mikroorganisme yang masing-masing
membentuk koloni.
Pada epidermis kulit sebagaimana tampak pada gambar dan tabel
diatas, terdapat bakteri ada yang terpisah sendiri-sendiri menjadi 20
koloni, tapi juga ada 3 kumpulan koloni yang tidak dapat diamati lagi
koloninya atau disebut juga blooming. Dikatakan blooming karena
populasi mikrobanya sudah terlalu banyak. Hal ini mungkin
disebabkan kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari
udara atau dari benda-benda. Sehingga mudah sekali untuk ditempeli
oleh bakteri. Selain itu pula sebagaimana kita ketahui bersama kalau
kulit memiliki pH yang sedikit asam. Namun umumnya bakteri di kulit
akan cepat terbuang dan berganti seiring dengan matinya lapisan
kulit.
Adapun faktor-faktor yang berperan menghilangkan flora
sementara pada kulit adalah pH rendah, asam lemak pada sekresi
sebasea dan adanya lisozim. Berkeringat yang berlebihan atau
pencucian dan mandi tidak menghilangkan atau mengubah secara
signifikan flora tetap. Jumlah mikroorganisme permukaan mungkin
berkurang dengan menggosok secara kuat setiap hari dengan sabun
yang mengandung heksakloforen atau desinfektan lain, namun flora
secara cepat muncul kembali dari kelenjar sebasea dan keringat,
meskipun tidak ada hubungan secara total terhadap kulit bagian lain
maupun lingkungan. Penggunaan tutup rapat pada kulit cenderung
menyebabkan populasi mikrobiota secara keseluruhan sangat
meningkat dan dapat menimbulkan perubahan kualitatif flora kulit.
Selanjutnya, pada saliva sebagaimana tampak pada gambar dan
tabel diatas juga terdapat bakteri yang koloninya terpisah dan dapat
dihitung jumlahnya, yaitu sekitar 12. Serta ada juga bakteri yang
blooming seperti pada epidermis kulit sebanyak 10 koloni blooming.
Terjadinya blooming ini mungkin dikarenakan saliva itu sendiri yang
terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa-
senyawa anorganik. Jadi, air liur merupakan medium yang kaya serta
kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi
mikrobe pada berbagai situs di dalam mulut. Umumnya mikroba pada
mulut jika dalam jumlah yang normal tidak berpengaruh apa-apa.
Namun bila dalam keadaan berlebihan akan menimbulkan penyakit,
pembentukan plak, bahkan bau mulut. Untuk itu penting sekali untuk
menjaga kebersihan mulut, misalnya dengan rajin menyikat gigi setiap
hari.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Pada epidermis kulit dan saliva terdapat mikroorganisme asli
penghuni tubuh manusia atau sering disebut flora normal.
2. Flora normal itu sendiri jika terdapat pada tubuh dalam jumlah
yang normal tidak akan merugikan inangnya, namun bila dala
jumlah berlebihan dapat menimbulkan penyakit.
3. Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuatifnya jumlah mikroba
pada tubuh manusia, antar lain: umur, hormon, penerapan
prinsip kesehatan dan kondisi lingkungan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, J. Michael., dan Chan, E.C.S. 2008. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press: Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/mikrobota (diakses tanggal 03 Januari
2010)
I. LAMPIRAN
Gambar 2.2 alat dan bahan
Gambar.2.2-1 Bunsen Gambar. 2.2-2 Kertas label
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
Gambar. 2.2-3 Korek Api Gambar. 2.2-4 Cutton Bud
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
Gambar. 2.2-5 Media MH Gambar. 2.2-6 Sprayer
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010