PPT MUSKULOKULETAL 1

Post on 26-Dec-2015

41 views 8 download

description

ssssssssss

Transcript of PPT MUSKULOKULETAL 1

FISIOTERAPI MUSKULO SKELETAL I

OLEH

YENRI ERNIDA S.Ft

Definisi fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang terjadi karena adanya tekanan pada tulang yang melebihi absorpsi tulang (Black, 1997)

ETIOLOGI1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur pada tempat itu2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan3. Proses penyakit: kanker dan riketsia4Compresion force: klien yang melompat dari tempat

ketinggian dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakan

5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani)

Prevalensi fraktur Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki

daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.

Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

Jenis fraktur • Complete fraktur (fraktur komplet), patah pada

seluruh garis tengah tulang,luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.

• Closed frakture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.

• Open fracture (compound frakture / komplikata/ kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:– Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1

cm.– Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan

lunak yang ekstensif.– Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami

kerusakan jaringan lunak ekstensif.

Fraktur terbuka digradasi menjadi:

Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

• Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.

• Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.• Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis

tengah tulang.• Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.• Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi

beberapa fragmen.• Depresi, fraktur dengan frakmen patahan

terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).

• Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).

• Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis tulang, tumor).

• Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.

• Epifisial, fraktur melalui epifisis.• Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang

terdorong ke fragmen tulang lainnya.

Manifestasi klinis

• Nyeri terus menerus, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna.

Pemeriksaan

• Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perlu menilai pain ( rasa sakit ), paloor ( kepucatan/perubahan warna), paralisis ( kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak ), parasthesia ( kesemutan ), dan pulselessnes ( tidak ada denyut )

PenatalaksanaanSegera setelah cedera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cedera apabila klien akan dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cedera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi

Prinsip penanganan fraktur meliputi : Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna

MANIFESTASI KLINIK- Edema/pembengkakan- Nyeri: spasme otot akibat reflek involunter pada

otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur.

- Spasme otot: respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur

-Deformitas- Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan

subkutan- Kehilangan fungsi- Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan

akibat trauma terbuka

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG

1. Tahap pembentukan hematomdalam 24 jam pertama mulai terbentuk

bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi jaringan granulasi sampai hari kelima.

2. Tahap proliferasidalam waktu sekitar 5 hari , hematom akan

mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.

3..Tahap pembentukan kalusPertumbuhan jaringan berlanjut dan

lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus

4. OsifikasiPembentukan kalus mulai mengalami

penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.

5.Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan).

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifitas osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesuai aslinya.

PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN

1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.

- Riwayat kecelakaan- Parah tidaknya luka- Diskripsi kejadian oleh pasien- Menentukan kemungkinan tulang yang

patah- krepitus

2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:

- Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips

- Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

3. Immobilisasi:Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.

4. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

5.Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

TINDAKAN PEMBEDAHAN

1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)- Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera

dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur

- Fraktur diperiksa dan diteliti- Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka- Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang

normal kembali- Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang

dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku

Keuntungan:- Reduksi akurat- Stabilitas reduksi tinggi- Pemeriksaan struktu neurovaskuler- Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal- Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat- Rawat inap lebih singkat- Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian- Kemungkinan terjadi infeksi- Osteomielitis

2. EKSTERNAL FIKSASI- Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama- Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.- Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang- Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.- Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:

• Obsevasi letak pen dan area• Observasi kemerahan, basah dan rembes• Observasi status neurovaskuler distal fraktur

TEST DIAGNOSTIK

- X Ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma- Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak- Hitung darah lengkap:

Ht: mungkin meningkayt (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)

• Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma• - Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban

kreatinin untuk klirens ginjal• - Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada

kehilangan darah atau cedera hati

KOMPLIKASI

1. Komplikasi awal- Shock Hipovolemik/traumatik

Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock hipovolemi.

- Emboli lemak- Trombo emboli vena

Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest

- InfeksiFraktur terbuka: kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik

2. Komplikasi lambat- Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang

- Non unionProses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi

pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fobrous union atau pseudoarthrosis

- Mal unionProses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada

perubahan bentuk)- Nekrosis avaskuler di tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang .

Komplikasi yang dapat terjadi pada patah tulang : 1) Komplikasi Awal a) Kerusakan pembuluh darah b) Kompartement Syndrom Suatu kondisi dimana terjadi peningkatan

tekanan interstitial , sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan.

Gejala utama adalah rasa sakit yang bertambah parah terutama pada

pergerakan pasif

d. Infeksi terjadi akibat system pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan e) Avaskuler Nekrosis terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang

2) Komplikasi Dalam Waktu Lama a) Delayed Union dan nonunion :

Sambungan tulang yang terlambat dan tulang patah yang tidak menyambung kembali. b) Malunion :

adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuksudut, atau miring.

Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapatdibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1. Fase hematoma

Pembengkakan jaringan lunak. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam.

2. Fase proliferatif – Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang

menggabungkan kedua – fragmen tulang yang patah. Pada fase ini sudah

terjadi pengendapan kalsium. Fase – Ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai

selesai, tergantung – frakturnya.

3. Fase pembentukan callus Tulang yang imatur (anyaman tulang )

menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4. Fase konsolidasi Pada setadium ini sebenarnya proses

penyembuhan sudah lengkap. Fase ini terjadi sesudah empat minggu, namun pada umur-umur lebih mudah lebih cepat. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

5. Fase remodeling Pada fase ini tulang baru sudah ditimbuni

dengan kalsium yang banyak dan tulang sudah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan, kontraksi otot dan sebagainya, sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.

PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.

1.Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.

2.Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.

3.Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips.

Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.

4.Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi.

Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

Penatalaksanaan pembedahan.• Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau

fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.

• Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation).

• Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk).

REDUKSI TERTUTUP DENGAN TRAKSI

Skin Traksi:• Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur

suprakondiler humeri anak-anak.• Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi

tidak dapat dilakukan• Pengobatan sementara pada fraktur• Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil

misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak• Untuk traksi pada spasme otot / kontraktur sendi

misalnya sendi lutut dan panggul• Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang

seperti HNP atau spasme otot-otot tulang belakang.

Skeletal traksi dengan kawat K (Kirschner) –wire dan pin Steinmann

dimasukkan ke dalam tulang dan traksi dengan berat beban bantuan bidai Thomas dan bidai brown Bohler. Tempat memasukkan pin pada bagian proksimal tibia di bawah tuberositas tibia, bagian distal tibia, trokanter mayor, bagian distal femur pada kondilus femur, prosesus olekranon, distal metacarpal

Indikasi Skeletal Traksi:– l Beban > 5 kg– l Traksi pada anak-anak yang lebih besar– l Fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif– l Fraktur-fraktur tertentu daerah sendi– l Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana

fiksasi eksterna tidak dapat dilakukan– l Traksi langsung yang sangat berat misalnya dislokasi panggul

yang lama sebagai persiapan terapi definitif

REDUKSI TERBUKAIndikasi ORIF:

- fraktur intra artikuler- reduksi tertutup yang mengalami kegagalan- bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen- bila diperlukan fiksasi rigid- fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik dengan reduksi-fraktur terbuka grade 1- fraktur multiple- eksisi fragmen kecil- fraktur avulse

Indikasi FE (Fiksasi Eksterna)- Fraktur terbuka gradeII dan III- Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat- Fraktur dengan infeksi- Fraktur yang miskin jaringan ikat- Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita DM

1. Fase hematoma Pembengkakan jaringan lunak. Stadium ini

berlangsung 24 – 48 jam. 2. Fase proliferatif Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang

menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

3. Fase pembentukan callus Tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi

lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4. Fase konsolidasi Pada setadium ini sebenarnya proses

penyembuhan sudah lengkap. Fase ini terjadi sesudah empat minggu, namun pada umur-umur lebih mudah lebih cepat. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.

• 5. Fase remodeling Pada fase ini tulang baru sudah ditimbuni

dengan kalsium yang banyak dan tulang sudah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan, kontraksi otot dan sebagainya, sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.

Dengan bergerak/exercise, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka

• Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan.

DIAGNOSIS FRAKTUR Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri

dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan.

• Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain

• Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi / look:

deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel (nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa.

Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi

• Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi.

Pemeriksaan gerakan / moving dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang

berdekatan dengan lokasi fraktur.• Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala,

toraks, abdomen, pelvis. • Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan

awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation

• Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain: usia pasien, banyaknya displacement fraktur, jenis fraktur, lokasi fraktur, pasokan darah pada fraktur, dan kondisi medis yang menyertainya.

• Berapa lama patah tulang diperlukan untuk bersatu dan

sampai terjadi konsolidasi? Tidak ada jawaban yang tepat mungkin karena faktor usia, konstitusi, suplai darah, jenis fraktur dan faktor lain mempengaruhi sepanjang waktu diambil

Sebuah fraktur spiral pada ekstremitas atas memakan waktu 6-8 minggu untuk terjadinya konsolidasi.

Ekstremitas bawah membutuhkan dua kali lebih lama.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.

Oleh karena itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin

• Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi digunakan pada penanganan fraktur dengan `dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan dikemudian hari. Contoh adalah pada fraktur kosta, fraktur klavikula pada anak-anak, fraktur vertebrae dengan kompresi minimal.

• Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan

imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen.

Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi

• Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius distal.

• Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi.

• Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur

• Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar dilakukan untuk fiksasi fragmen patahan tulang, dimana digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di kulit luar.

• Beberapa indikasi pemasangan fiksasi luar antara lain fraktur dengan rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur terbuka), dimana pemasangan internal fiksasi terlalu berisiko untuk terjadi infeksi, atau diperlukannya akses berulang terhadap luka fraktur di sekitar sendi yang cocok untuk internal fiksasi namun jaringan lunak terlalu bengkak untuk operasi yang aman,pasien dengan cedera multiple yang berat, fraktur tulang panggul dengan perdarahan hebat, atau yang terkait dengan cedera kepala /fraktur dengan infeksi.

• Reposisi dilakukan secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang pada fraktur kolum femur.

• Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prosthesis secara operatif pada kolum femur.

• Reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna dilakukan, misalnya pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan bawah

• Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis dilakukan pada fraktur kolum femur.

Caput femur dibuang secara operatif dan diganti dengan prosthesis. Tindakan ini diakukan pada orang tua yang patahan pada kolum femur tidak dapat menyambung kembali

• Penanganan Fraktur Tebuka Khusus pada fraktur terbuka, harus

diperhatikan bahaya terjadi infeksi, baik infeki umum maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan.

Empat hal penting yang perlu adalah antibiotik , debridement urgent pada luka dan

fraktur, stabillisasi fraktur, penutupan luka segera

• Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali), reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan, dan rehabilitasi.

• Penanganan ortopedi adalah proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi, imobilisasi dengan fiksasi, reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi, reposisi dengan traksi, reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar, reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif.

Trauma Muskuloskeletal Cedera dari trauma muskuloskeletal biasanya

memberikan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya.

Gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi akibat suatu trauma adalah kontusio, strain, sprain, dislokasi dan subluksasi

• Berdasarkan lokasinya fraktur dapat mengenai bagian

proksimal (plateau), diaphyseal (shaft), maupun distal.1• Berdasarkan proses osifikasinya, tulang panjang terdiri

dari diafisis (corpul/shaft) yang berasal dari pusat penulangan sekunder.

• Epifisis, terletak di ujung tulang panjang. Bagian dari diafisis yang terletak paling dekat dengan

epifisis disebut metafisis, yaitu bagian dari korpus yang melebar.

Fraktur dapat terjadi pada bagian-bagian tersebut

DIAGNOSIS FRAKTUR • Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma,

rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler.

• Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose fraktur dapat ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan

• Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat

mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut,riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

• Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi / look: deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel (nyeri tekan, krepitasi).

• Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Pasca Operasi Fraktur Femur1/3 tengah dextra dengan Pemasangan intra Medullary Nail

Fraktur atau patah tulang merupakan suatu keadaan dimana struktur

tulang mengalami pemutusan secara sebagian atau keseluruhan . Salah satu penyebab fraktur adalah adanya tekanan atau hantaman yang sangat keras dan diterima secara langsung oleh tulang.

Tekanan tersebut disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika salah satu dari rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka

• Setelah dilakukan operasi biasanya permasalahan fisioterapi akan muncul.

• Permasalahan pada pasca operasi antara lain adalah oedema atau bengkak, nyeri, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot serta penurunan aktivitas fungsional, khususnya berjalan.

• Dari permasalahan tersebut, peran fisioterapi sangat diperlukan. • Apabila fisioterapi dapat menangani permasalahan tersebut

dengan cepat dan tepat, maka dapat menurunkan derajad permasalahan yang ada, bahkan fisioterapi dapat menyembuhkannya sehingga pasien dapat melakukan aktivitas seperti semula

modalitas yang digunakan oleh fisioterapi dalam upaya pemulihan dan pengembalian kemampuan fungsional pada pasien fraktur adalah terapi latihan.

• Terapi latihan merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerak aktif maupun pasif

• latihan yang diberikan berupa static contraction yang dapat membantu mengurangi oedema, sehingga nyeri akan berkurang.

• Active movement dan pasif movement diharapkan dapat membantu meningkatkan nilai kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi.

• Selain itu, fisioterapi juga harus memberikan latihan transfer ambulasi untuk mengembalikan aktivitas fungsional jalan.

• Fraktur yang mengenai tulang radius ulna karena rudapaksa termasuk fraktur dislikasi proximal atau distal radioulnar joint (Fraktur Dislokasi Galeazzi dan Montegia)

• Fraktur Galeazzi: adalah fraktur radius distal disertai dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal.

• Fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga proksimal disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius

• Fraktur Galeazzi Fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi

radioulnar joint distal. Fragmen distal angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.

Fraktur dislokasi Galeazzi terjadi akibat trauma langsung pada wrist, khususnya pada aspek dorsolateral atau akibat jatuh dengan outstreched hand dan pronasi forearm. Pasien dengan nyeri pada wrist atau midline forearm dan diperberat oleh penekanan pada distal radioulnar joint

• Fraktur Monteggia Fraktur setengah proksimal ulna dengan

dislokasi radioulnar joint proksimal. Pasien dengan fraktur-dislokasi Monteggia datang dengan siku yang bengkak, deformitas serta terbatasnya ROM karena nyeri khususnya supinasi dan pronasi. Kaput radius bisanya dapat di palpasi.

• Fraktur klavikula adalah terputusnya kontinuitas tulang klavikula Sepertiga tengah adalah bagian tengah dari sebuah bidang yang terbagi menjadi tiga bagian.

• Bilateral adalah dua belah pihak (kanan-kiri). Jadi, fraktur klavikula ⅓ tengah bilateral adalah terputusnya kontinuitas tulang klavikula pada bagian sepertiga tengah kanan dan kiri

Tindakan Fisioterapi• Breathing Exercise diharapkan semua kemungkinan timbulnya

pusing (adanya Hipotensi Ortostatik) dapat dikurangi/hilang • Relaxed Passive Exercise Gerakan pasif yang dilakukan oleh kekuatan dari luar atau

terapis secara lambat, terus – menerus dan hanya pada batas nyeri. Efek yang diperoleh dari relaxed passive movement adalah : memelihara ROM, mencegah kontraktur, memelihara integritas dari jaringan lunak dan elastisitas otot, meningkatkan sirkulasi darah vena, meningkatkan produksi cairan synovial dan nutrisi kartilago sendi, memelihara pola gerak,fungsional, mengurangi rasa nyeri

• Free Active Exercise Latihan gerak aktif merupkan gerakan yang terjadi akibat dari kerja

otot – otot anggota tubuh itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu bantuan atau tahanan yang berasal dari luar, kecuali gravitasi.

Efek yang dihasilkan dari terapi ini adalah : (1) mendidik system neuromuskuler, yaitu otot–otot yang sedang bekerja pada suatu gerakan dapat terangsang sehingga dapat membuat gerakan menjadi disadari, (2) merangsang daya ingat pasien dengan cara melihat gerakan yang dilakukan, (3) menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri pasien untuk berani menggerakkan anggota tubuh yang sakit tersebut, (4) memelihara dan meningkatakan LGS, (5) meningkatkan kekuatan otot

• Latihan Kesimbangan Duduk Dilakukan sebagai persiapan pasien ke arah

fungsionalnya, apabila pasien dapat duduk diharapkan dapat mengurangi ketergantungannya terhadap orang lain dalam malakukan aktifitas, terutama perawatan diri.

Dislokasi• Dislokasi adalah gangguan lengkap dalam hubungan normal dua

tulang di mana tidak ada lagi kontak dari permukaan artikular. Dislokasi biasanya disebabkan oleh trauma, biasanya ada kerusakan pada ligamen, kapsul sendi dan jaringan lunak. Arah dislokasi digambarkan oleh posisi tulang distal (misalnya, pada dislokasi anterior bahu, humerus dislokasi anterior terhadap skapula).

Istilah yang mungkin terkait dengan Dislokasi :• Dislokasi Tendon Bisep• Fraktur Bankart• Subluksasi• Displasia Panggul• Ligamen Krusiata Anterior

• DISLOKASI PADA TULANG PENGERTIAN Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari

mangkok sendi, Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya

• 2. PENYEBAB• Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan

sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi

• a) Cedera olah raga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola danhoki, serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, volley, basket dan pemain sepakbola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

• b) Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

• c) Patologis: terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang

• d) Gambaran klinik nyeri terasa hebat. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja. Garis gambar lateral bahu dapat rata dan, kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

• e) Patofisiologi. Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid

• f) Pemeriksaan X-Rays. Sinar –X pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid,Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi

• g) Komplikasi dini cedera saraf: saraf aksila dapat cedera; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

• 3. TANDA-TANDA DISLOKASI:• Dislokasi congenital: Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.• Dislokasi patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.

misal nya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

• Dislokasi traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

• Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

• Perbedaan Dislokasi dan Spondilolistesis (Subluksasi) Ada hal mendasar yang membedakan spondilolistesis

dan dislokasi. Pada Spindolistesis terjadi subluksasi sementara dislokasi tidak. Inilah yang membedakannya.

• Subluksasi adalah deviasi dari hubungan normal antara tulang rawan yang satu dengan tulang rawan yang lain. Sementara dislokasi adalah keadaa dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi taklagi dalam hubungan anatomis (brunner & suddarth).

Figure 1. Ini sinar x menunjukkan dislokasi antara dua tulang di jari

• Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

• Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera

• Spondilolistesis adalah subluksasi ke depan dari satu korpus vertebrata terhadap korpus vertebrata lain dibawahnya. Hal ini terjadi karena adanya defek antara sendi facet superior dan inferior (pars interartikularis). Spondilolistesis adalah adanya defek pada pars interartikularis tanpa subluksasi korpus vertebrata.