Post on 06-Apr-2016
description
Portofolio Community Development
Juni-Oktober 2014
2 Community Development 2014-2015
Universitas Sebelas Maret
Community Development Coordinator : I Nyoman Surya Ari W
Community Development Team : 4 tim
Deskripsi Umum
Nama Komunitas
Masyarakat RW 21, 22, 23, dan 24 Kelurahan Ngoresan kecamatan Jebres kota Surakarta
Lokasi RW 21, 22, 23, dan 24 Kelurahan Ngoresan kecamatan Jebres kota Surakarta
Karakteristik Komunitas
Terdiri dari masyarakat lokal asli wilayah Solo dan pendatang luar yang didominasi oleh kalangan pelajar (mahasiswa) di Universitas Negeri Sebelas Maret dan beberapa universitas swasta lain karena letak yang relatif dekat dengan kampus. Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai pedagang dan wirausaha
Alasan Pemilihan Komunitas
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DBD. Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 19,29/100.000 penduduk, meningkat bila dibandingkan tahun 2011 (15,27/100.000 penduduk) dan masih dalam target nasional yaitu <20/100.000 penduduk (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Kota Surakarta merupakan kota endemis DBD dengan incidence rate (IR) sebesar 17,88/100.000 penduduk. Menurut data Surakarta dalam angka tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta, prevalensi DBD di Surakarta tahun 2011 adalah sebesar 0,18/ 100.000 penduduk. Data terakhir saat kegiatan comdev CIMSA UNS mulai dilaksanakan tahun 2013, data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta triwulan kedua 2013,data angka kesakitan DBD adalah 154 orang, dengan jumlah penduduk 500.170 jiwa. Tingginya angka tersebut membuat kami CIMSA UNS untuk memfokuskan comdev pada pemberantasan DBD sesuai dengan poin ke 6 MDGs. Alasan pemilihan warga di kelurahan Ngoresan, kecamatan Ngoresan adalah pertama karena daerah tersebut bagian dari kota Surakarta yang masih endemis DBD, kedua daerah Ngoresan berada dekat dengan kampus UNS sehingga akan mempermudah kegiatan di lapangan dan koordinasi lebih intens dengan warga ketiga, di kelurahan Ngoresan menurut data Puskesmas Ngoresan, yang masih rawan terjadi
3 Community Development 2014-2015
kasus DBD adalah RW 22, 23, 24 dan 25 sehingga fokus kami adalah 4 RW tersebut, sebab keempat RW memiliki house index jentik yang cukup tinggi dibanding RW lainnya
Tujuan Jangka Panjang Komunitas
Meningkatkan peran warga dalam upaya mencegah demam berdarah dengue
Meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan terhadap kejadian DBD
Menurunkan kejadian DBD pada umumnya dan house index khususnya
Bekerjasama dengan puskesmas dalam pembentukan kader jumantik unggul untuk mendukung program puskesmas dalam pemberantasan DBD
Riwayat Singkat Pembentukan Community Development
Pembentukan comdev yang diinisiasi oleh program CIMSA nasional di CIMSA UNS dimulai sejak Oktober 2013 yang dalam pemilihan tema melibatkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Pelaksanaan comdev melibatkan PC sebagai CDC dan dibantu oleh anggota yang tergabung dalam comdev tim dimana terdiri dari perwakilan tiap sco dengan jumlah anggota 45 yang terbagi dalam 4 tim yang tiap tim bertugas untuk fokus di 1 RW.
Keadaan Demografi
Jumlah penduduk/anggota komunitas : 11.634 (11 kelurahan) Profil/persebaran usia, profil (dalam bentuk grafik
Kecamatan Rasio Jenis Kelamin (%) Tingkat Kepadatan Penduduk
Laweyan 96,22 12.569
Serengan 96,07 19.045
Pasar Kliwon 96,25 18.680
Jebres 98,55 11.634
Banjarsari 95,55 11.691
4 Community Development 2014-2015
Persebaran jenis kelamin (dalam bentuk grafik)
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Laweyan 53.252 55.344 108.596
Serengan 29.767 30.985 60.752
Pasar Kliwon 44.159 45.878 90.037
Jebres 72.646 73.716 146.362
Banjarsari 84.603 88.342 173.145
Kondisi Geografis
Luas wilayah : 1.258,18 ha
Batas wilayah : -
Cuaca/iklim : 129 jumlah hari hujan
Suhu rata-rata: -
Kondisi Ekonomi (surakartakota.bps.go.id)
Karakteristik Etnis
(surakartakota.bps.go.id)
Pendidikan (surakartakota.bps.go.id)
5 Community Development 2014-2015
Data
1. Metodologi
Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dimana pengumpulan data didapatkan dari dinas kesehatan, penelusuran
literatur dan data di internet dan wawancara langsung dengan narasumber seperti pihak promkes dan kepala puskesmas dan pihak dinas
kesehatan kota.
2. Data-data kuantitatif
A. ANGKA KESAKITAN DBD SURAKARTA
CATATAN :
Angka kesakitan DBD per 10.000 penduduk
Target nasional untuk tahun 2013 merupakan target renstra kementrian kesehatan 2010-2014
Untuk tahun 2013 (TW II), angka kesakitan DBD adalah 154 orang, dengan jumlah penduduk 500.170 jiwa
2010 2011 2012s/d TW II
2013
Hasil 10.07 1.9 0.6 3.08
RPJMD 4 4 4 4
Nasional 2 2 2 2
0
2
4
6
8
10
12P
ER 1
0.0
00
PEN
DU
DU
KANGKA KESAKITAN DBD
6 Community Development 2014-2015
B. ANGKA KEMATIAN DBD SURAKARTA
CATATAN :
Angka kematian DBD berupa % kematian DBD
Target nasional untuk tahun 2013 merupakan target renstra kementrian kesehatan 2010-2014
Untuk tahun 2013 (TW II), angka kematian DBD adalah 5 orang, dengan jumlah penderita DBD 154 orang
DATA PRIMER SAMPLING RW 22, 23, 24, 25 (95 KUISIONER TERISI LENGKAP)
No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah dirumah ini atau tetangga ada yang pernah DBD ? 26 68
2 Apakah ada tempat penampungan air? 91 3
3 Apakah tempat penampungan air ditutup? 48 46
4 Apakah penampungan air dibersihkan secara rutin? 88 6
5 Apakah dirumah ada upaya untuk menangkal nyamuk? 79 15
6 Apakah bp/ibu tau bagaimana penularan demam berdarah? 36 58
2010 2011 2012s/d TW II
2013
Hasil 1.37 1.05 6.67 3.25
RPJMD 1 1 1 1
Nasional 1 1 1 1
012345678
%
ANGKA KEMATIAN DBD
7 Community Development 2014-2015
3. Data-data pelengkap dan kualitatif
Warga masih banyak yang belum mengetahui bagaimana penyebaran penyakit demam berdarah dan siklus kehidupan nyamuk DBD
Kegiatan kerja bakti di lingkungan warga tiap RT satu dengan yang lain aada yang sudah terjadwal dengan baik ada juga yang belum
Antusiasme warga dalam kegiatan penyuluhan sudah cukup baik
Beberapa RT terdapat warga yang memiliki kandang ayam yang belum terjaga kebersihannya
Di RW 24 masih banyak warga yang membuang sampah ke kali
4. Analisis data
Jumlah rumah yang terdapat jentik saat evaluasi masih banyak, hal ini perlu dilanjutkan dengan evaluasi lanjutan untuk mengetahui
penyebabnya. Untuk program selanjutnya akan diubah bentuknya dari penyuluhan ke bentuk lain yang lebih variatif dan tidak repetitif
agar warga tidak cepat bosa
5. Kesimpulan
Kegiatan comdev CIMSA UNS masih perlu dilanjutkan dengan mengevaluasi data yang sudah ada dengan tetap menjalin kerjasama dengan
pihak eksternal yang sudah terbentuk sebelumnya dan juga melakukan pelatihan lanjutan untuk anggota yang tergabung dalam tim
comdev
SWOT Analysis
Strength Lokasi comdev dekat dengan wilayah kampus Mendapat dukungan dari kampus, dinas kesehatan dan puskesmas
Weakness Masih awal dalam pelaksanaan comdev sehingga masih banyak hal yang perlu diperbaiki Data yang diperoleh terkadang tidak lengkap Variasi kegiatan masih harus ditingkatkan
Opportunity Dukungan SDM CIMSA UNS sebagai comdev tim cukup tinggi Antusiasme warga dalam mengikuti rangkaian kegiatan Penerimaan warga terhadap CIMSA baik
Threat Jadwal kuliah yang berbeda tiap angkatan Waktu pertemuan warga kurang fleksibel
8 Community Development 2014-2015
Dokumentasi
9 Community Development 2014-2015
10 Community Development 2014-2015
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Community Development Coordinator : Mutia Dian Vitasari
Community Development Team : Valdi Muharam K, Sekar Kinanti, Tiffany Dyah R, Sanidya Rulandasih
Deskripsi Umum
Nama Komunitas
Dusun Surobayan
Lokasi Dusun Surobayan, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
Karakteristik Komunitas
Karakteristik masyarakat Dusun Surobayan adalah tipikal masyarakat yang sudah tergerak untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh wilayahnya – terutama dalam bidang sosial dan kesehatan, dilihat dari antusiasme masyarakat (utamanya dari golongan usia produktif) dalam menggagas program-program dengan isu kesehatan, lingkungan dan ekonomi yang telah kami seleksi (sesuai dengan kapasitas MMSA) dan kemudian kami fasilitasi penyelenggaraannya. Masyarakat dengan mayoritas kepribadian yang terbuka dan cenderung menerima hal-hal baru yang berkaitan dengan upaya pengembangan wilayahnya sehingga bisa setara dengan wilayah-wilayah lain juga turut memudahkan dalam pelaksanaan program yang dibuat, meskipun masih perlu ditingkatkan lagi dalam hal partisipasi masyarakat usia non-produktifnya
Alasan Pemilihan Komunitas
- Merupakan dusun binaan MMSA pada CIMSA MDGs months periode 2012-2013, sehingga masyarakat telah mengenal MMSA dengan cukup baik melalui project yang telah terlaksana selama periode satu tahun sebelumnya.
- Pengelolaan masalah kesehatan ibu dan anak yang belum maksimal, terutama dalam pemahaman tentang manajemen laktasi. - Baru terbentuknya organisasi pemuda Karang Taruna Dusun Surobayan pada pertengahan tahun 2013, sehingga diharapkan agar
lebih mudah dalam mengimplementasikan konsep Comdev pada masyarakat (melalui generasi muda), juga lebih mudah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat jika organisasi pemuda ini ikut dilibatkan dalam penyelenggaraan project.
- Harapan masyarakat untuk bisa mengembangkan daerah tempat tinggalnya, diungkapkan melalui kepala dusun, pejabat dusun dan organisasi pemuda dusun Surobayan.
11 Community Development 2014-2015
Tujuan Jangka Panjang Komunitas
Target program Comdev tahun lalu adalah untuk mengajarkan stake-holder (kepala dusun dan organisasi karang taruna) terhadap pentingnya upaya pemberdayaan daerahnya sendiri dengan ikut melibatkan partisipasi mereka kedalam kepanitiaan dan konseptor acara. Sementara target untuk periode mendatang adalah untuk meningkatkan presentase kepanitiaan dari masyarakat komunitas sehingga masyarakat mampu membuat dan mengkoordinir program-program yang berkelanjutan di daerahnya sendiri.
Riwayat Singkat Pembentukan Community Development
Audiensi ke DINKES Bantul menimbang data audiensi ke Puskesmas Sedayu I & II assessment ke kepala dusun dari beberapa
wilayah yang disarankan condong ke Puskesmas Sedayu I mempertimbangkan antara hasil asessment dengan keadaan Dusun
Surobayan memutuskan untuk kembali memaksimalkan Dusun Surobayan assessment ulang ke Kepala Dusun Surobayan
assessment ke organisasi pemuda Karang Taruna merumuskan kembali project yang dibutuhkan dusun Surobayan melibatkan
anggota organisasi Karang Taruna dalam kepanitiaan project terlaksananya project evaluasi project dan follow up bersama
pejabat dusun dan organisasi Karang Taruna
Kondisi Geografis
Tanah berkapur sehingga hanya bisa ditanami beberapa jenis tanaman saja
Kondisi Ekonomi
Mayoritas penduduk adalah petani, buruh, pekerja pabrik dan ibu rumah tangga kondisi ekonomi menengah kebawah(data lengkap belum bisa diakses untuk sementara waktu)
Karakteristik Etnis
Budaya Jawa yang kental, termasuk dalam hal pergaulan/hubungan intrapersonal, juga kesadaran generasi mudanya yang tinggi dalam apresiasi seni dan budaya Jawa ditunjukkan dari kegiatan-kegiatan kebudayaan yang diselenggarakan dalam merayakan pergantian tahun baru, perayaan kemerdekaan Indonesia dan hal-hal serupa.
Sumber Daya Kegiatan posyandu anak dan lansia, juga perkumpulan warga (PKK, perkumpulan RT, pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu) yang selalu rutin dan berkala. Akses menuju wilayah Dusun Surobayan juga mudah dengan kondisi jalan yang baik.
Pendidikan Sebagian besar masyarakat usia produktif-nya adalah lulusan SMP dan SMK (data lengkap belum bisa diakses untuk sementara waktu)
12 Community Development 2014-2015
Data
Metodologi Assessment dan observasi langsung ke Dusun Surobayan, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Yogyakarta
Analisis Data
- Dengan masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah, juga dengan para istri yang tidak bekerja, menjadikan keinginan untuk membuat sebuah kegiatan atau program yang bisa menghasilkan sesuatu dengan nilai jual untuk menambah pendapatan sehari-hari bagi setiap warga.
- Kondisi geografis dimana tanah Dusun Surobayan memiliki kandungan kapur yang tinggi sehingga menyebabkan tidak semua tanaman dapat tumbuh, menjadikan Kayu Putih menjadi alternatif pilihan tanaman yang dapat digunakan dalam project yang akan dibuat.
- Kurang pahamnya masyarakat tentang manajemen laktasi, tidak lagi berjalannya KP Ibu di Dusun Surobayan, juga harapan untuk menambah wawasan para kader kesehatan membuat keinginan untuk mengadakan penyuluhan ataupun acara serupa bagi ibu hamil dan wanita usia produktif muncul.
Rekomendasi
Diharapkan agar pada periode kepengurusan selanjutnya, implementasi comdev pada dusun binaan MMSA tetap diselenggarakan di Dusun Surobayan, mengingat bahwa ada salah satu project ‘perdana’ yang membutuhkan follow up jangka panjang, juga karena di antara project-project yang telah dilaksanakan masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki sebelum akhirnya harus berganti ke daerah lain. Selain itu, terlepas dari apakah fokus CIMSA pada periode selanjutnya tetap pada Comdev atau bukan, namun Comdev yang saat ini dijalankan didusun binaan MMSA masih jauh dari sempurna dan membutuhkan upaya dari Comdev team MMSA sendiri untuk menyempurnakannya dalam periode mendatang sehingga tujuan comdev dalam mengupayakan masyarakat untuk dapat memberdayakan dirinya dan lingkungannya sendiri dapat tercapai.
SWOT Analysis
Strength Organisasi Karang Taruna yang baru terbentuk, OC project dari MMSa yang cukup berpengalaman, hubungan dengan pihak eksternal (dinas pemerintahan, pembicara – baik dokter maupun tenaga ahli) yang terjalin dengan baik.
Weakness Kondisi geografis dusun surobayan, partisipasi masyarakat yg belum maksimal, pemahaman yang kurang dari masyarakat terhadap implementasi konsep Comdev, belum berjalannya assessment menyeluruh terhadap masyarakat Dusun Surobayan.
Opportunity Dukungan penuh dari MMSA dan Dekanat, dukungan pihak puskesmas Sedayu I
Threat Kegiatan akademik dan project MMSA lain yang berhimpitan dengan project Comdev
13 Community Development 2014-2015
Dokumentasi
14 Community Development 2014-2015
Universitas Padjadjaran
Community Development Coordinator : Stephanie D.
Community Development Team : Raihan Zhafira, Evan Aleron, Fyani Ramadanthy, Annisa Nur Maulidya, Helena
Marthafriska, Shadrina Fitri Ghazani
Deskripsi Umum
Nama Komunitas
Desa Binaan FK Unpad
Lokasi Desa Mekargalih, Kecamatan Jatinangor
Karakteristik Komunitas
Kebiasaan masyarakat Desa Mekargalih adalah menumpuk sampah rumah masing-masing lalu dibakar. Ada pula yang membuangnya langsung ke selokan.
Alasan Pemilihan Komunitas
Pada tahun ini, kami berencana memilih desa yang masih jarang diintervensi oleh pihak lain akan tetapi masih dapat dijangkau oleh kami. Setelah survey beberapa desa, kami memutuskan untuk memilih desa Mekargalih karena masih sedikit yang mengintervensi desa tersebut dan masih dapat dijangkau oleh kami walaupun masalah yang ada tidak semudah yang kami bayangkan sebelumnya.
Tujuan Jangka Panjang Komunitas
Menjadikan desa Mekargalih desa yang mandiri dan dapat mengolah sampahnya dengan baik
Tahun pertama : Mahasiswa, perangkat desa, dan warga saling percaya; warga desa sudah mengerti dan menjalankan proses pemilahan sampah
Tahun kedua : Terbentuk Bank Sampah
Tahun ketiga : Desa Mekargalih sudah dapat menjalankan bank sampah tanpa perlu bantuan mahasiswa dan bank sampah tersebut dapat terus berjalan
15 Community Development 2014-2015
Riwayat Singkat Pembentukan Community Development
Pada tahun 2010, beberapa anggota CIMSA Unpad memikirkan apa kontribusi mahasiswa kedokteran yang sebenarnya dapat mereka lakukan bagi masyarakat sekitar yang kondisi kesehatan dan kebersihannya masih buruk. Maka, terciptalah sebuah ide untuk mengadakan bina desa yang sebelumnyaa belum pernah dilakukan. Bina desa CIMSA Unpad pun mendapatkan desa binaan pertamanya yaitu desa Hegarmanah RW 05. Pada tahun 2013, bina desa CIMSA Unpad pun berganti nama menjadi Community Development (Comdev) CIMSA Unpad.
Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk : 6384 orang
Kondisi Geografis
Terdiri dari 12 RW. Letak desa sedikit jauh dari jalan raya. Ketinggiannya lebih rendah daripada desa Sayang, sehingga kerap kali mendapat banjir kiriman.
Kondisi Ekonomi
Sebagian besar warga desa bekerja sebagai buruh pabrik yang terletak di sekitar Rancaekek.
Karakteristik Etnis
Warga desa Mekargalih masih terbiasa membuang sampah di sembarang tempat karena masih belum terdapat sistem pembuangan sampah yang layak. Selain itu juga warga masih belum memiliki jamban di rumahnya masing-masing sehingga masih menggunakan jamban umum yang pembuangannya langsung ke sungai.
Sumber Daya
Desa Mekargalih sudah memiliki tempat yang dapat dijadikan TPS (sampai sekarang TPS belum terbentuk karena warga sekitar tempat tersebut tidak mengijinkan). Kepala desa Mekargalih baru dan beliau mulai membenahi banyak hal yang tidak dipedulikan kepala desa sebelumnya. Baru saja dibentuk dan dilantik karang taruna desa.
Pendidikan Penduduk Desa Mekargalih memiliki tingkat pendidikan yang beragam, dari SD hingga SMA.
16 Community Development 2014-2015
Data
1. Metodologi
a. Wawancara secara langsung kepada kepala desa, ibu kader, ketua RW, dan warga.
b. Meminta data kepada puskesmas setempat.
2. Data Kuantitatif
3. Data Pelengkap dan Kualitatif
a. Hasil Wawancara terhadap Kepala desa dan ibu kader (kebetulan istri kepada desa)
Bidan desa hanya satu dan menaungi 10 RW. Sedangkan ibu-ibu bidan yang lain ada hingga 40 orang.
Masyarakat aktif apabila ada imbalan seperti sembako gratis atau berupa uang. Ketika diajak bergotong royong pun,
mereka malas untuk datang, biasanya hanya bapak-bapak saja yang datang.
0
20
40
60
80
100
TB Paru Status Gizi (%) PHBS (%)
2012
2013
0
1
2
3
4
5
Diare
Balita
Non-balita
17 Community Development 2014-2015
Ibu-ibu jarang datang ke posyandu untuk menimbang balitanya. Menurut ibu kader, terdapat balita gizi buruk, bibir
sumbing
Ibu kader bekerja secara sukarela dan beberapa warga beranggapan bahwa pemilihan ibu kader hanya dikhususkan
untuk orang-orang tertentu saja
Fasilitas klinik desa masih terbatas, belum ada tempat persalinan yang layak
Sebelumnya pernah ada mahasiswa yang intervensi ke desa Mekargalih, sekitar 10 tahun yang lalu. Mereka membantu
menyediakan listrik di desa.
Program bank sampah belum ada, tapi ingin membuatnya. Ada beberapa warga yang menolak karena takut kebauan
kalau tidak terurus pada akhirnya.
Warga terbiasa membuang sampah di sembarang tempat atau membakarnya
b. Hasil Wawancara terhadap ketua RW 02
Warga umumnya bekerja di pabrik atau berjualan di pasar, jika tidak bekerja di pabrik umumnya hanya beristirahat di
rumah
Berbatasan langsung dengan kabupaten Bandung
Posyandu sudah berjalan, di rumah kader, kegiatannya seputar penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
kadang diisi penyuluhan oleh ibu bidan. Rutin sebulan sekali, namun yang datang fluktuatif jumlahnya
Untuk masalah kesehatan masih seputar kebersihan. Untuk sampah biasanya warga membakarnya masing-masing atau
dibawa ke tempat sampah di pasar dangdeur ketika akan bekerja atau belanja, untuk dibuang ke sana
Di RW ini masih ada jamban yang pembuangannya langsung ke selokan, masih ada warga yang memakai, yang tidak
punya jamban di rumahnya
Sebenarnya di dekat rumah ibu RW terdapat WC umum, bantuan dari PNPM, namun sudah setahun rusak sehingga tidak
dapat digunakan. Sewaktu masih digunakan banyak warga yang memakainya, namun perawatannya kurang baik, banyak
anak-anak yang bermain dengan keran dan merusaknya
Jika sakit, warga biasanya mengunjungi praktik dokter praktik di dekat sana dan jarang yang mengunjungi puskesmas
karena lokasinya yang cenderung jauh. Warga juga banyak yang menggunakan kartu asuransi pabrik jika bekerja di
pabrik
Untuk kegiatan warga, yang rutin dilaksanakan adalah pengajian ibu-ibu di malam selasa dan pengajian bapak-bapak di
malam rabu. Pengajian anak-anak biasanya sehabis maghrib
18 Community Development 2014-2015
c. Hasil Wawancara terhadap warga RW 02
Untuk air bersih biasanya menggunakan jet pump, namun ada beberapa warga yang harus membeli air karena tidak
punya sendiri, atau biasanya meminta tetangga (ibu ini rumahnya tepat di pinggir selokan yang cukup besar, airnya
kotor dan banyak kotoran) biasanya sering terjadi banjir jika hujan deras, hingga masuk rumah, namun tidak lama, paling
lama semalaman
Dampak dari banjir biasanya kaki ibu ini menjadi gatal-gatal (berdasarkan inspeksi memang banyak bekas lesi)
Untuk jamban, karena rumah mereka kebanyakan berdekatan dan tidak memiliki teras atau halaman, maka kebanyakan
tidak memiliki septic tank
Sebenarnya terganggu dengan keadaan kebersihan di sekitar rumahnya, namun tidak dapat berbuat apa-apa
Aliran selokan tersebut (menurut ibu ini) dari desa lain, Jatiroke dan sekitarnya
d. Hasil Wawancara dengan ibu kader RW 02
Posyandu diadakan sebulan sekali
Kehadiran warga fluktuatif
Kegiatannya seputar tumbuh kembang anak, imunisasi, penyuluhan dari bidan dll
4. Analisis Data
Dari data primer dan sekunder yang didapatkan, kami menemukan bahwa terdapat banyak masalah yang terdapat di desa Mekargalih,
khususnya masalah kebersihan yaitu sampah dan jamban. Akan tetapi, warga setempat tidak merasa bahwa masalah kebersihan tersebut
berdampak buruk bagi kesehatan mereka.
5. Kesimpulan
Sebaiknya warga desa Mekargalih mulai disadarkan mengenai dampak kebersihan yang buruk terhadap kesehatan mereka. Selain itu,
harus mulai ditanamkan pula kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya dan tentunya harus pula dibuat sistem pengolahan
sampah yang layak oleh perangkat desa serta pembuatan jamban umum yang layak.
19 Community Development 2014-2015
SWOT Analysis
Strength Desa : stakeholder setempat kooperatif; baru saja terbentuk karang taruna desa Comdev : dukungan dari official lokal dan bantuan dari beberapa anggota yang masih berkomitmen
Weakness
Desa : sebagian warga tidak peduli akan kegiatan-kegiatan yang dilakukan; kurangnya komitmen untuk menjaga sesuatu yang sudah ada Comdev : kondisi internal yang kurang baik (anggota comdev CIMSA sibuk di organisasi/kegiatan lain, kurang komitmen)
Opportunity
Desa : Puskesmas setempat mendukung agar desa ini bisa menjadi lebih baik, karang taruna yang baru terbentuk memiliki masa jabatan selama 3 tahun (jangka waktu yang sama dengan target jangka waktu bina desa) Comdev : bekerja sama dengan Pengabdian Kepada Masyarakat Keluarga Mahasiswa (PKM Kema) FK Unpad sehingga lebih didukung oleh pihak dekanat
Threat Desa : kondisi geografis yang kurang mendukung Comdev : terdapatnya perbedaan cara pikir dan timeline antara comdev CIMSA dan PKM Kema
Dokumentasi
20 Community Development 2014-2015
Universitas Gadjah Mada
Community Development Coordinator : Lintang Sagoro
Community Development Team : Rizki Oktasari, Eugeu Yasmin, Susan Simanjaya, Nevio Nouri, Enda Cindylosa Sitepu,
Kharin Sekar, Hansen Lin
Deskripsi Umum
Nama Komunitas Kelompok tani di Dusun Pos Piyungan, Dusun Rejosari, Desa di bantaran kali code (tahap screening)
Lokasi Dusun Pos Piyungan, Dusun Rejosari, dan desa Jetisharjo (kali code) DIY
Karakteristik Komunitas
Kelompok tani di Dusun Pos Piyungan / Dusun Rejosari Masih sebagai kelompok tani yang konservatif, dengan mayoritas hanya mengandalkan padi
Desa di bantaran kali code Desa di tengah tengah kota Yogyakarta dengan prevalensi diare yang masih tinggi, mayoritas usia produktif bekerja sebagai pegawai bawah, guru, buruh.
Dusun rejosari Masyarakat desa yang kurang peduli dengan permasalahan sampah di desa mereka
Alasan Pemilihan Komunitas
Kelompok tani Masih ada banyak hal yang bisa kita bantu untuk mengoptimalkan produksi tani, bagaimana cara pembuatan pupuk yang benar, pembibitan, hingga pengolahan hasil panen, kesalah pahaman penggunaan pestisida juga berpengaruh besar ke hasil panen.
Desa di bantaran Kali Code Dalam beberapa dekade, kasus diare masih saja ditemukan di desa-desa tersebut, kami merumuskan masalah apakah tenaga kesehatan disana juga masih kurang mengetahui tentang jenis dan penanganan diare yang benar, aksi promosi dan preventif yang sudah terlaksana bagaimana, dan lifestyle dari masyarakat desa itu sendiri
Dusun rejosari Permasalahan sampah yang parah, banyak dari mereka yang masih membuang sampah sembarangan, belum adanya sistem pembuangan sampah yang baik.
21 Community Development 2014-2015
Tujuan Jangka Panjang Komunitas
Kelompok tani Meningkatkan hasil panen, harga jual dan kesejahteraan anggota kelompok tani
Desa di kali code Menurunnya angka penderita diare, dan improve kualitas management diare baik di tingkat tenaga kesehatan disana dan dari masyarakat juga.
Dusun Rejosari Terbentuknya sistem pembuangan sampah yang baik, tingginya minat masyarakat untuk mulai membuang sampah pada tempatnya.
Riwayat Singkat Pembentukan Community Development
Memanfaatkan potensi permasalahan yang bisa diselesaikan di dalam masyarakat, maka program kerja kami memiliki orientasi di 3 bidang yaitu kesehatan, pertanian/kewirausahaan dan manajemen sampah,,
Keadaan Demografi
Kelompok tani : usia 30 hingga 65 tahun, dengan mayoritas laki laki (78%) dari total 60 anggota
Dusun Rejosari : total penduduk kurang lebih 800 warga, dengan mayoritas pekerjaan sebagai buruh dan petani
Desa di bantaran Kali Code : masih dalam tahap survey, pekerjaan mayoritas adalah buruh, guru, dan karyawan.
Kondisi Geografis
Dusun Rejosari dan Dusun Pos Piyungan Desa dengan topologi perbukitan tropis yang sangat luas dan pola pemukiman yang tersebar lumayan jauh satu dengan lainnya.
Kondisi Ekonomi sama dengan keadaan demografi.
Karakteristik Etnis
mayoritas adalah etnis jawa
Sumber Daya infrastruktur yang dimiliki sudah cuku baik, beberapa ada yang sudah memiliki MCK umum, dan hampir semua desa sudah memiliki jalan besar yang diaspal, meski untuk daerah perbukitan jalanannya masih sangat susah untuk dilalui bahkan untuk motor sekalipun.
Pendidikan dari 3 komunitas binaan mayoritas hanya lulusan SMA.
22 Community Development 2014-2015
Data
- Metodologi, : tahap paling awal adalah screening data di komunitas, bisa melalui data primer (untuk beberapa komunitas binaan terutama
kelompok tani) dan data sekunder yang didapat dari puskesmas (untuk desa binaan dengan fokus masalah kesehatan) data data tersebut
lalu akan kami konsultasikan ke dokter atau dosen pembimbing kami untuk verifikasi validitas dan adanya potensi permasalahan dan
selanjutnya akan di bahas secara bersama dan menyeluruh bersama dengan semua anggota Community Development Society CIMSA
UGM 2014-2015 bersama dengan dokter atau dosen pembimbing. untuk mengolah data tersebut dari berbagai aspek termasuk ekonomi,
kesehatan, pendidikan dan keadaan sosial, yang akan menjadi landasan utama pembentukan atau arah project.