Post on 06-Feb-2018
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH(PPUK)
PERDAGANGANSUKU CADANG MOBIL
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
i
KATA PENGANTARCetakan Syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan
penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia
adalah buku pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi.
Buku pola pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku
bunga).
Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan
penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan
syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang
sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya
diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan
tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21
judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku
pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantaranya adalah usaha pedagangan
suku cadang mobil. Sedangkan produk pola pembiayaan yang digunakan adalah
murabahah (jual beli).
Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah, Bank Indonesia
memperoleh bantuan dari banyak pihak antara lain PT. Bank Syariah Mandiri, PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk, PT.
Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan berbagai
nara sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas
sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah
ini, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan
terimakasih.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)ii
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan
masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait
dengan buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan
Perkreditan dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat:
Gedung Tipikal (TP), Lt. VJl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110
Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951
Email: BTeknis_PUKM@bi.go.id
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga
Keuangan Syariah.
Jakarta, Desember 2009
iii
No Unsur Pembiayaan Uraian
1 Jenis usaha Perdagangan Suku Cadang Mobil
2 Skala Usaha Usaha pada kios dengan ukuran 2x3m2 dan omset bulanan Rp. 50.000.000,-
3 Lokasi Usaha Pusat perdagangan suku cadang di Jakarta Pusat
4 Dana yang diperlukan - Investasi = Rp 83.440.000,-
- Modal Kerja = Rp 59.540.000,-
- Total = Rp 142.980.000,-
5 Sumber Dana Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan modal sendiri
6 Plafon Pembiayaan dan
kontribusi nasabah
a. Plafon pembiayaan dari LKS:
- Pembiayaan investasi untuk pengadaan deposit
suku cadang selama 2 bulan =Rp52.500.000,-
Total pembiayaan LKS = Rp52.500.000,-
b. Kontribusi nasabah
- Biaya investasi =Rp30.940.000,-
- Biaya modal kerja = Rp59.540.000,-
Total kontribusi nasabah sebesar Rp90.480.000,-
7 Akad Pembiayaan Kebutuhan pembiayaan syariah untuk perdagangan
suku cadang mobil dipenuhi dengan akad murabahah
(jual beli), hal ini karena sifat kebutuhan pembiayaan
adalah untuk pembelian barang.
8 Jangka Waktu Pembiayaan Pembiayaan investasi dan modal kerja selama 4 tahun,
tanpa masa tenggang (grace period).
9 Tingkat Margin Murabahah 8% (setara flat per tahun pada bank konvensional)
10 Periode Pembayaran
Pembiayaan
Angsuran pembiayaan pokok dan margin dibayarkan
setiap bulan
Ringkasan Pola Pembiayaan Usaha KecilPerdagangan Suku Cadang Mobil
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)iv
11 Kelayakan Usaha
Periode Proyek
Kapasitas Penjualan
Pemasaran Produk
5 tahun
60% pada tahun pertama dan 100% untuk tahun
kedua dan seterusnya
Eceran kepada konsumen langsung dan bengkel
12 Kelayakan Usaha a. Total margin yang diperoleh dari pembiayaan
investasi adalah Rp.16.800.000,-.
b. Usaha perdagangan suku cadang mobil, mampu
menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan
untuk membayar kewajiban pembiayaan kepada LKS.
c. Dengan demikian usaha perdagangan suku cadang
mobil layak untuk diusahakan.
v
DAFTAR ISI
HalKATA PENGANTAR ................................................................................................. iRINGKASAN .............................................................................................................. iiiDAFTAR ISI ................................................................................................................ vDAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii
DAFTAR FOTO ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Pengusaha ........................................................................ 3
2.2. Profil Usaha ............................................................................... 3
2.3. Pola Pembiayaan ....................................................................... 6
2.3.1. Pembiayaan Awal ........................................................... 6
2.3.1. Pembiayaan Operasional ................................................. 7
BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar ............................................................................... 9
3.1.1. Permintaan ...................................................................... 9
3.1.2. Penawaran ..................................................................... 11
3.2. Aspek Pemasaran ...................................................................... 12
3.2.1. Harga ............................................................................. 12
3.2.2. Promosi dan Persaingan .................................................. 13
3.2.3. Rantai Pasokan ................................................................ 14
3.2.4. Kendala Pemasaran ......................................................... 15
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)vi
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Persyaratan Lokasi dan Tempat Usaha ........................................ 17
4.2. Fasilitas Usaha dan Tenaga Penjualan ......................................... 21
4.3. Proses Pelaksanaan Usaha .......................................................... 22
4.4. Kendala Usaha .......................................................................... 23
BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ..................................... 25
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan ....................................... 26
5.2.1 Karakteristik Usaha Perdagangan Suku Cadang Mobil ....... 26
5.2.2 Pola Usaha dan Pembiayaan..………................................... 27
5.2.3 Produk Murabahah ............................................................ 29
5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ........................ 30
5.4. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 32
5.4.1 Biaya Investasi ......................................... .......................... 32
5.4.2 Biaya Operasional ......................................... .................... 33
5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ................................ 34
5.6. Proyeksi Penjualan dan Pendapatan ............................................ 35
5.7. Proyeksi Rugi Laba dan Break Event Point (BEP) ........................... 37
5.8. Proyeksi Arus Kas ....................................................................... 38
5.9. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan ...................................... 39
5.10.Hambatan dan Kendala ............................................................. 40
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial ......................................................... 41
6.2. Aspek Dampak Lingkungan ....................................................... 41
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ............................................................................... 43
7.2. Saran ......................................................................................... 45
vii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
DAFTAR WEBSITE ..................................................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 50
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
3.1 Rantai Pasokan Perdagangan Suku Cadang mobil ............................... 14
4.1 Tata Letak Tempat Usaha Perdagangan Suku cadang ........................... 18
4.2 Tata Letak Fasilitas di Kios Perdagangan Suku Cadang ......................... 19
DAFTAR FOTO
Foto Hal
2.1 Penjualan Suku Cadang Merek dari Negara yang Sama ......................... 4
2.2 Penjualan Suku Cadang Satu Merek ...................................................... 5
2.3 Penjualan Suku Cadang dan Asesoris .................................................... 5
2.4 Penjualan Suku Cadang Campuran Merek .......... ................................. 5
4.1 Selasar Lebar ........................................................................................ 18
4.2 Selasar Sempit ( gang ) ......................................................................... 19
4.3 Tata Letak Fasilitas didalam Kios (pintu depan geser) ............................. 20
4.4 Tata Letak Fasilitas didalam Kios (pintu samping) .................................. 20
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ................................. 31
5.2 Biaya Investasi Usaha Perdagangan Suku Cadang ................................ 32
5.3 Biaya Operasional Tahunan Usaha Perdagangan Suku Cadang ............. 33
5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ......................................... 35
5.5 Rencana Penjualan/Pendapatan per Tahun ........................................... 36
5.6 Proyeksi Laba Rugi Usaha Suku Cadang Mobil ..................................... 37
5.7 Rata-rata Laba Rugi dan BEP ................................................................ 38
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
1
BAB IPENDAHULUAN
Suku cadang (spare parts) adalah bagian dari alat, mesin atau kendaraan
yang disediakan untuk penggantian. Penggantian bagian tersebut perlu atau harus
dilakukan karena terjadinya keausan, kerusakan oleh sebab dari luar, atau tidak
berfungsinya komponen tersebut sesuai dengan standar kinerja yang diharapkan.
Penyediaan suku cadang adalah suatu keharusan, untuk menjamin bahwa alat,
mesin, atau kendaraan dapat tetap bisa berdaya guna setidaknya selama umur
ekonomisnya. Di Indonesia banyak alat, mesin, atau kendaraan digunakan jauh
lebih lama dari umur ekonomisnya, sehingga suku cadang yang harus disediakan
juga mencakup tipe alat, mesin dan kendaraan yang masih banyak digunakan oleh
masyarakat.
Jenis dan ragam suku cadang yang dianalisis dalam tulisan ini adalah yang
hanya terkait dengan jenis kendaraan penumpang, dan lebih khusus kendaraan
penumpang umum. Berbeda dengan jenis kendaraan penumpang, yang suku
cadangnya bisa disediakan oleh banyak pihak, baik dengan lisensi maupun tidak.
Kendaraan khusus atau kendaraan angkutan barang suku cadangnya disediakan
oleh beberapa perusahaan yang mendapat lisensi dan hanya satu agen yang
mendapat lisensi dalam suatu wilayah.
Kendaraan penumpang dijual dalam jumlah yang jauh lebih banyak untuk
setiap tipenya, dan tersebar luas di berbagai wilayah, sehingga suku cadang yang
harus disediakan juga cukup banyak. Dengan demikian pertumbuhan bisnis yang
diduga dari permintaan suku cadang kendaraan penumpang umum dapat diprediksi
dari besarnya permintaan atau penjualan kendaraan penumpang. Pertumbuhan
penjualan kendaraan penumpang, terutama di kota-kota besar, bisa mencapai rata-
rata 17% per tahun dalam lima tahun terakhir. Besarnya pertumbuhan penjualan
kendaraan penumpang didukung oleh skema pembiayaan yang beragam dan
mudah diakses oleh masyarakat yang berminat memiliki kendaraan tersebut.
PENDAHULUAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)2
Permintaan suku cadang juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Pada saat
daya beli menurun, pemilik kendaraan cenderung menunda penggantian suku
cadangnya, sepanjang masih bisa berfungsi, walaupun petunjuk pemeliharaan
kendaraan sudah merekomendasikan penggantian. Namun demikian perkiraan
pertumbuhan bisnis yang diduga dari permintaan suku cadang kendaraan
penumpang dalam keadaan ekonomi normal adalah sebesar 13 - 17% pertahun.
Laporan kajian ini menyajikan profil usaha dan pola pembiayaan (bab 2),
sedang aspek pemasaran di wilayah penelitian yang disertai dengan prediksi
permintaan dan penawaran di tingkat nasional disajikan pada bab 3. Aspek
teknis penjualan suku cadang disajikan pada bab 4, dan aspek keuangan usaha
penjualan suku cadang kendaraan penumpang pada bab 5. Aspek ekonomi dan
sosial diuraikan pada bab 6, dan akhirnya kesimpulan dan saran terkait usaha
penjualan suku cadang disajikan pada bab 7.
Buku pola pembiayaan usaha kecil perdagangan suku cadang mobil ini
disusun dengan pola syariah, dan merupakan konversi dari pola pembiayaan
secara konvensional yang telah disusun sebelumnya. Adapun akad yang digunakan
adalah akad murabahah (jual beli).
Selanjutnya, dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada
masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan ini akan diunggah (up load) dalam
Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang sudah
terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses
melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
33
BAB IIPROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Pengusaha
Pengusaha suku cadang kendaraan penumpang khususnya yang berdagang
di Jakarta Pusat, sebagai daerah lokasi kajian, rata-rata telah menjalankan usahanya
lebih dari 15 tahun, dan sejumlah pengusaha terutama yang berdagang di lokasi
perdagangan suku cadang yang relatif baru sebelumnya pernah berdagang di
tempat lain. Umur pedagang berkisar antara 35 sampai dengan 60 tahun, dimana
pedagang berusia muda pada umumnya melanjutkan usaha orang tua. Jika pemilik
sebelumnya memiliki lebih dari satu anak yang berminat untuk berdagang suku
cadang, maka jika memungkinkan diusahakan untuk membuka usaha yang sama
di lokasi yang sama, dan jika tidak akan membuka usaha di tempat perdagangan
suku cadang yang baru dibuka dan lokasinya relatif berdekatan. Pengetahuan
yang telah dimiliki sejak kecil, dan prospek usaha yang cukup baik menjadi alasan
utama mengapa usaha perdagangan suku cadang ini cenderung dilanjutkan secara
turun temurun.
2.2. Profil Usaha
Usaha perdagangan suku cadang seperti telah dikemukakan adalah usaha
yang banyak dilakukan secara turun temurun pada tempat-tempat tertentu yang
selama ini dikenal sebagai pusat-pusat perdagangan suku cadang. Beberapa lokasi
sudah dikenal sebagai tempat penjualan suku cadang itu, seperti Pasar Senen,
Atrium Plaza, Sawah Besar, Pasar Cipete, dan sebagainya. Namun saat ini ada
kecenderungan pusat-pusat itu menyebar di berbagai wilayah seiring dengan
pembangunan pusat-pusat perdagangan baru yang lebih mendekati konsumen.
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Sebagian besar tempat usaha perdagangan suku cadang kendaraan
penumpang berupa kios pada pusat-pusat perbelanjaan tertentu, dan hanya lebih
kurang 10% yang berupa toko di tepi jalan. Data pasti mengenai hal tersebut tidak
diperoleh, dan informasi tentang hal tersebut berasal dari pedagang. Berdasarkan
data yang diperoleh dari pengelola, di pusat perbelanjaan Atrium Plaza Senen
terdapat 473 kios pedagang suku cadang kendaraan penumpang yang berukuran
4 x 4 m2, dan 2 x 4 m2.
Jenis barang yang dijual pada umumnya terdiri atas 2 atau 3 merek (brand)
kendaraan penumpang umum, sebagian ada yang lebih, dan sebagian yang lain
ada yang hanya satu merek. Penetapan suku cadang untuk merek kendaraan
penumpang tertentu pada umumnya didasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
i. Merek-merek dari negara yang sama (Jepang, Jerman, Korea, Amerika, Perancis,
dan sebagainya)
ii. Merek-merek yang dikuasai oleh perusahaan yang sama (Astra, Indomobil, dan
sebagainya)
iii. Merek (brand) kelas atas (Mercedes Benz, BMW, Rover, dan lainnya)
iv. Menjual suku cadang dan assesories
v. Tidak berpola (campuran merek)
Foto 2.1. Penjualan Suku Cadang Merek dari Negara yang Sama
Perdagangan Suku Cadang Mobil
5
Foto 2.2. Penjualan Suku Cadang Satu Merek
Foto 2.3. Penjualan Suku Cadang dan Asesoris
Foto 2.4. Penjualan Suku Cadang Campuran Merek
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
Selain penjual suku cadang, sebagian penjual juga menyediakan komponen
pelengkap tambahan kendaraan (aksesoris), termasuk untuk audio dan video, dan
komponen yang bersifat umum seperti mur, baut, clamp, dan lainnya yang bisa
digunakan pada berbagai jenis kendaraan. Namun pedagang suku cadang yang
sekaligus juga menjual asesoris jumlahnya tidak terlalu banyak. Sebagian besar
pedagang mengkhususkan diri pada penjualan suku cadang saja.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem manajemen yang diterapkan
oleh pedagang suku cadang kendaraan penumpang yang menjadi obyek kajian
masih sangat sederhana. Catatan penjualan dan pembelian barang lebih ditekankan
pada aspek nilainya, tetapi persediaan barang masuk dan keluar (terjual) tidak
dicatat dan dikelola dengan baik. Pemeriksaan ada tidaknya stok suku cadang
baru diketahui pada saat konsumen hendak membeli atau menanyakan terlebih
dahulu (mencek) harga.
2.3. Pola Pembiayaan
2.3.1. Pembiayaan awal
Pembiayaan awal adalah yang berkaitan dengan booking fee dan
deposit sewa kios, yang biasanya 20% sampai 30% dari harga sewa untuk
masa dua atau tiga tahun, dan ditambah biaya penataan kios (lemari,dll),
serta biaya pengadaan suku cadang awal (deposit) untuk 2 bulan, terutama
apabila belum dikenal dengan baik oleh pemasok.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, dana yang digunakan untuk
pembiayaan awal ini berasal dari pedagang sendiri, meminjam dari keluarga,
atau meminjam dari pihak lain. Diperoleh informasi bahwa ada beberapa
pedagang yang juga menggunakan pinjaman perbankan konvensional
untuk pembiayaan awal.
Alasan mengapa pembiayaan awal lebih banyak yang diperoleh bukan
dari perbankan, antara lain karena kemudahan persyaratan dan kecepatan
Perdagangan Suku Cadang Mobil
7
prosesnya serta tiadanya agunan. Disamping itu pada umumnya bank tidak
bisa memberikan kredit pada usaha yang baru berjalan. Adanya bukti tentang
usaha lain sebelumnya yang sudah dijalankan dengan baik oleh calon debitur,
atau memiliki track record yang baik berupa kelancaran pengembalian
pada pinjaman yang pernah diberikan sebelumnya, seringkali juga menjadi
pertimbangan penting bagi perbankan untuk menyalurkan pinjamannya.
Hal ini sering kali sulit untuk bisa dipenuhi oleh usaha perdagangan suku
cadang yang baru. Namun demikian pihak perbankan menyatakan minatnya
untuk memberikan pinjaman pada jenis usaha perdagangan suku cadang
ini, mengingat prospeknya yang cukup baik.
Pengembalian pinjaman dari keluarga ada yang disertai persyaratan
pembagian sebagian keuntungan atau bunga dalam jangka 2 sampai
dengan 4 tahun, namun ada pula yang tidak mensyaratkan apapun kecuali
pengembalian pokoknya dalam jangka waktu 1 sampai dengan 2 tahun.
Persyaratan pembayaran bunga selain pokok juga diberlakukan apabila
pinjaman untuk pembiayaan awal berasal dari pihak lain yang bukan
keluarga.
2.3.2. Pembiayaan Operasional
Pembiayaan operasional ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan suku cadang, membayar tenaga kerja, dan kebersihan dan
keamanan. Untuk pengadaan suku cadang, pembiayaan berasal dari dana
sendiri (penerimaan) dan sebagian yang lain dari pembayaran tunda kepada
pemasok, yang rata-rata untuk setiap jenis suku cadang adalah dua bulan.
Dalam situasi dimana penjualan suku cadang secara umum agak tersendat,
antara lain karena faktor penurunan daya beli (makro ekonomi), seringkali
pemasok memberikan kelonggaran pembayaran yang lebih lama.
Untuk membayar tenaga kerja dan pemeliharaan kebersihan
serta keamanan lingkungan pedagang harus menyisihkan sebagian dari
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
penerimaan yang diperolehnya, sehingga tidak memerlukan pembiayaan
khusus. Sesekali memang diperlukan tambahan dana, terutama pada saat
penjualan merosot tajam, misalnya pada tahun ajaran baru, dimana prioritas
pengeluaran keluarga adalah pada kebutuhan pendidikan anak bersekolah.
Sumber pembiayaan selain dari keluarga dan bank konvesional di
atas, juga dapat berasal dari perbankan syariah. Merujuk pada perkembangan
perbankan syariah, maka pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan
syariah. Salah satu contoh alternatif produk syariah yang digunakan untuk
pembiayaan usaha perdagangan suku cadang mobil adalah murabahah (jual
beli).
99
BAB IIIASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Kajian atau pembahasan aspek pasar difokuskan pada permintaan dan
penawaran, sedang pembahasan aspek pemasaran mencakup hal yang lebih luas,
yaitu tentang harga, persaingan, distribusi atau rantai pasok, dan permasalahan
penting yang dihadapi.
3.1. Aspek Pasar
3.1.1. Permintaan
Permintaan terhadap suku cadang kendaraan penumpang atau
kendaraan jenis lainnya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah
kendaraan yang ada. Berdasarkan data dari Direktorat Lalu Lintas Angkutan
Jalan (DLLAJ) Departemen Perhubungan, pertumbuhan jumlah kendaraan
penumpang (passenger cars), antara tahun 2001 sampai dengan 2005, rata-
rata sebesar 22,94%. Adapun jumlah kendaraan penumpang dari tahun
2001-2005 secara nasional adalah sebagai berikut :
a. Tahun 2001 : 3.261.807 unit
b. Tahun 2002 : 3.862.579 unit
c. Tahun 2003 : 5.133.746 unit
d. Tahun 2004 : 6.748.762 unit
e. Tahun 2005 : 7.355.154 unit
Memasuki tahun-tahun berikutnya terjadi perlambatan pertumbuhan,
diperkirakan rata-rata hanya berkisar 17%, sehingga pada tahun 2008 ini
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
jumlah kendaraan penumpang diperkirakan telah mencapai setidaknya
11,5 juta unit, dan jika dikurangi dengan yang sudah tidak beroperasi lagi
jumlahnya diperkirakan sebesar 10,5 juta unit. Jika setidaknya setiap pemilik
kendaraan mengeluarkan sekurang-kurangnya Rp 400.000,- saja per tahun
untuk berbagai jenis suku cadang, maka nilai permintaan terhadap suku
cadang pertahunnya mencapai Rp 4,2 trilyun, dengan pertumbuhan Rp 714
milyar pertahun.
Banyak pakar otomotif yang memperkirakan bisnis suku cadang
dan asesoris ini per tahunnya mencapai nilai Rp 10 trilyun sampai dengan
Rp 15 trilyun per tahun, hal ini didasarkan pada kondisi lalu lintas di
Indonesia ditinjau dari kualitas sarana dan prasarana, yang menyebabkan
keausan komponen yang lebih cepat, dan maraknya modifikasi kendaraan
penumpang. Pengeluaran untuk suku cadang, menurut perkiraan pakar
otomotif dapat mencapai Rp 1 juta per tahun.
Permintaan suku cadang dari bulan ke bulan lainnya dalam satu tahun
berfluktuasi, dimana pada bulan Juli-Agustus biasanya terjadi penurunan
penjualan yang cukup besar (15% s/d 20%) karena pada masa tersebut
kebutuhan untuk biaya pendidikan anak sekolah sangat tinggi. Namun
sebaliknya pada minggu-minggu menjelang Iedul Fitri dan tahun baru terjadi
peningkatan penjualan suku cadang yang cukup besar.
Pada tahun 2005 dan sebelumnya, peningkatan penjualan pada
hari besar tersebut mencapai 25% s/d 40%, namun pada tahun 2006
dan seterusnya peningkatan itu hanya mencapai 15%. Berbagai hal dapat
menjadi penyebab semakin kecilnya peningkatan permintaan suku cadang
pada hari raya dan tahun baru beberapa tahun terakhir, antara lain; kenaikan
harga BBM, daya beli konsumen menurun, dan semakin banyaknya kegiatan
promosi yang dilakukan oleh dealer dengan memberikan potongan harga
suku cadang, atau ongkos penggantian suku cadang secara gratis.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
11
3.1.2. Penawaran
Sebagian besar suku cadang yang diperdagangkan ditinjau dari
jumlah dan jenisnya, lebih dari 90% masih diimpor dari berbagai negara
produsen kendaraan, dan Taiwan, yang memproduksi suku cadang dengan
kualitas lebih rendah. Suku cadang produksi dalam negeri lebih banyak pada
perlengkapan, dan yang sifatnya cepat diganti (fast moving), seperti busi,
accu, karet-karet bantalan kaki kendaraan, knalpot dan sebagainya.
Suku cadang kendaraan penumpang adalah barang yang bersifat
tidak mudah rusak, oleh karena itu stok dalam jangka panjang tidak menjadi
masalah, dan hanya sedikit menghambat kelancaran arus kas. Dengan
demikian penyediaan suku cadang untuk berbagai jenis kendaraan dengan
tahun produksi yang berbeda-beda bisa dilakukan. Penawaran suku cadang
kepada pemilik kendaraan penumpang yang membutuhkan pada umumnya
terdiri atas tiga tingkatan kualitas :
a. kualitas asli (genuine), diproduksi oleh produsen kendaraan atau
pemasok resmi produsen kendaraan
b. kualitas satu (kw-1), diproduksi oleh produsen yang berasal dari negara
dimana merek kendaraan tersebut berasal, dengan lisensi
c. kualitas dua (kw-2), diproduksi oleh negara lain, seperti Taiwan, China,
Brasil, Spanyol, dan lainnya (termasuk dari dalam negeri)
Jumlah suku cadang asli yang dijual adalah 40% s/d 50% dari total suku
cadang, sedangkan untuk suku cadang kw-1 sebanyak 30% s/d 40%, dan
kw-2 sebanyak 20% s/d 30%. Komposisi tersebut ditetapkan berdasarkan
kecenderungan permintaan konsumen, dan hal ini seringkali terkait dengan
perkembangan tingkat daya beli konsumen.
Selain produk-produk tersebut, beberapa pedagang suku cadang, ada
yang juga menawarkan suku cadang bekas (second) namun asli (genuine)
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
yang berasal dari penguraian mesin-mesin kendaraan bekas yang diimpor
dari Singapura. Namun impor mesin kendaraan bekas baik secara utuh
maupun terurai saat ini secara resmi telah dilarang pemerintah.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga suku cadang mengikuti perubahan kurs rupiah terhadap dollar,
namun seringkali pada saat nilai tukar rupiah menguat harga suku cadang
seringkali tidak kembali ke posisi semula, sehingga harga suku cadang dari
waktu ke waktu cenderung terus meningkat. Terdapat perbedaan harga
untuk setiap tingkatan kualitas dari suku cadang dengan rumusan sebagai
berikut:
a. Harga suku cadang asli (genuine) adalah 100% atau 1 kali (Pg)
b. Harga suku cadang kualitas satu (kw-1) adalah 60% s/d 70% atau 0,6
s/d 0,7 x Pg
c. Harga suku cadang kualitas dua (kw-2) adalah 40% s/d 50% atau 0,4
s/d 0,5 x Pg
Penetapan tingkat harga jual suku cadang kepada konsumen untuk
suku cadang asli dan kw-1 dilakukan berdasarkan daftar harga (price list) yang dikeluarkan oleh pemasok (importir) dengan diskon yang bisa
dinikmati penjual sebesar 5% s/d 10% dari harga yang ditetapkan. Pada
kondisi tertentu penjual memberikan sebagian diskon harga tersebut kepada
konsumen sebesar 2% s/d 2,5%, terutama pada situasi dimana daya beli
konsumen sedang menurun. Hal ini ditunjukkan oleh perilaku konsumen
yang membanding-bandingkan harga secara intensif dari toko ke toko.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
13
3.2.2. Promosi dan Persaingan
Penjual suku cadang bisa dikatakan tidak pernah melakukan promosi
secara khusus, baik yang dilakukan sendiri atau maupun bersama pemasok
maupun produsen pemegang lisensi merek kendaraan tertentu. Justru
promosi yang dilakukan oleh dealer pada berbagai kesempatan, seperti
menjelang libur dalam rangka memperingati hari-hari besar keagamaan, dan
diselenggarakannya Pekan Raya Jakarta (PRJ), berdampak negatif terhadap
peningkatan permintaan suku cadang (tertahan) di pusat perdagangan suku
cadang.
Promosi bagi penjual dipandang sebagai sesuatu yang tidak perlu
dan tidak akan meningkatkan penjualan. Hal ini dapat dipahami karena
suku cadang adalah barang teknis dan bukan consumer goods, dimana
kebutuhan suku cadang untuk merek dan tipe kendaraan tertentu harus
dipenuhi dengan menggunakan suku cadang yang sesuai untuk merek
dan tipe tersebut. Namun peningkatan penjualan tetap harus diupayakan
dengan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Persaingan diantara penjual suku cadang di suatu lokasi tertentu
masih bisa dirasakan oleh penjual sebagai sesuatu yang wajar, dan nilai
penjualan yang berhasil diperoleh itulah dipandang rejeki yang diberikan
Tuhan. Namun dengan dibukanya pusat-pusat penjualan suku cadang baru
di berbagai wilayah, tidak dapat dihindari bahwa dalam jangka pendek akan
mengurangi jumlah pengunjung ke pusat-pusat penjualan suku cadang yang
telah terlebih dahulu beroperasi. Setelah beberapa waktu, jika sikap penjual
selama ini terhadap konsumen baik, konsumen biasanya akan kembali pada
penjual tempat dimana ia selama ini bisa memenuhi kebutuhan suku cadang
bagi kendaraannya.
Persaingan yang semakin ketat akan menyebabkan harga suku cadang
lebih menguntungkan bagi konsumen, namun hal ini bisa memberikan
tekanan pada penjual. Importir yang juga pemasok suku cadang impor
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
kepada penjual, bisa dikatakan tidak terpengaruh oleh adanya pembukaan
pusat-pusat penjualan suku cadang baru di berbagai wilayah tersebut, bahkan
dalam jangka menengah menguntungkan mereka. Dalam jangka panjang
akan terjadi keseimbangan baru, sehingga semua pihak akan mendapatkan
alokasi yang adil (fair), dan cenderung untuk mempertahankan aktivitas
bisnisnya dan tidak membiarkan usaha partnernya terhenti.
3.2.3. Rantai Pasokan
Rantai pasokan suku cadang yang kemudian di jual di berbagai pusat-
pusat penjualan suku cadang secara garis besar dapat digambarkan sebagai
berikut :
Dari gambaran di atas tampak bahwa disamping menjual suku cadang
langsung kepada konsumen (75%). Penjual suku cadang juga menjual
kepada bengkel, dan kemudian bengkel menjual kepada konsumen (20 %).
Disamping itu jika konsumen menghendaki suatu jenis suku cadang tertentu
tetapi penjual tidak mempunyai stok (sediaan), maka ia dapat meminjamnya
dari penjual lain (5%) dengan pembagian keuntungan atau murni sebagai
ProdusenSC Asli
ProdusenSC kw-1
Importir/Pemasok
Exportir
Importir Pemasok Penjual SC
Penjual SC Penjual SC
Penjual SC
ProdusenSC kw-2
ProdusenSC Lokal
Gambar 3.1 Rantai Pasokan Perdagangan Suku Cadang Mobil.
SC : Suku Cadang
Perdagangan Suku Cadang Mobil
15
pinjaman. Penjual tidak dapat mengidentifikasi asal usul konsumen, apakah
berasal dari wilayah terdekat sekitar lokasi penjualan, atau dari tempat lain
yang lebih jauh.
3.2.4. Kendala Pemasaran
Ketergantungan penjual pada pemasok yang juga bisa sekaligus
sebagai importir suku cadang sangatlah besar. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya bahwa lebih dari 90% suku cadang yang diperdagangkan masih
diimpor dari berbagai negara. Hal ini akan menyulitkan posisi penjual jika
mereka harus berhadapan secara sendiri-sendiri dengan pemasok/importir.
Oleh karenanya adanya asosiasi pedagang suku cadang sangatlah penting,
untuk meningkatkan posisi tawar pedagang, bahkan jika mungkin asosiasi
ini bisa membentuk badan usaha dan mengimpor suku cadang sendiri
sebagai alternatif.
Persaingan penjualan suku cadang meningkat karena dibukanya pusat-
pusat penjualan baru suku cadang di berbagai lokasi dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumen untuk bisa mendapatkan suku cadang dengan lebih
mudah, harus diantisipasi dengan baik oleh para penjual suku cadang yang
sudah lebih lama berada pada bisnis ini. Pertumbuhan bisnis suku cadang
yang cukup tinggi (17% – 23% pertahun) merangsang enterpreneur untuk
memasuki bisnis ini, sehingga persaingan menjadi semakin ketat.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh penjual suku cadang antara
lain adalah:
a. melihat penjualan suku cadang sebagai usaha jasa
b. membangun keintiman dan mengembangkan hubungan baik dengan
konsumen (mengubah konsumen menjadi pelanggan)
c. membuat data base pelanggan
d. berlaku jujur kepada konsumen dan membangun kepercayaan
e. membantu konsumen mengatasi kesulitan yang dihadapi (peduli
konsumen)
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)
f. mengembangkan sistem jasa penjualan yang inovatif: pesan lewat
telepon, sistem pembayaran transfer, sistem penyerahan produk
(delivery)
g. memperbaiki sistem inventory yang on line untuk mempercepat
pelayanan
h. memperbaiki kemampuan tenaga penjual, khususnya dalam hal-hal
teknis otomotif
Ancaman yang signifikan justru berasal dari kondisi makroekonomi
terutama yang bisa menyebabkan harga suku cadang melonjak tinggi atau
harga barang-barang secara umum melonjak, sehingga daya beli konsumen
menurun. Dalam keadaan ini konsumen akan lebih memprioritaskan
kebutuhan pokok seperti pendidikan, sandang-pangan, dan kesehatan.
Turunnya kurs rupiah terhadap dollar, pemberian pajak atau bea masuk yang
lebih tinggi akan menyebabkan harga suku cadang meningkat, dan hal ini
dapat mengakibatkan lesunya perdagangan suku cadang terutama yang
berasal dari impor. Sebagian besar suku cadang yang diperdagangkan saat
ini masih diimpor (sekitar 90%) dari berbagai negara, yang terdiri atas asli
(genuine), buatan negara produsen, maupun buatan Taiwan (tiruan).
17
BAB IVASPEK TEKNIS PRODUKSI
Usaha perdagangan suku cadang, sebagaimana usaha perdagangan lain umumnya,
secara teknis bisa dikatakan cukup sederhana, tidak banyak membutuhkan sarana
dan prasarana yang beragam dan investasi yang mahal. Dalam kajian ini usaha
perdagangan suku cadang dilakukan di pusat pembelanjaan modern atau pusat
perdagangan khusus suku cadang.
4.1. Persyaratan Lokasi dan Tempat Usaha Perdagangan suku cadang sebaiknya dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan
modern atau tempat-tempat yang dirancang khusus untuk perdagangan suku
cadang dan memiliki beberapa karakter sebagai berikut :
a. akses menuju lokasi dari banyak arah mudah
b. terdapat areal parkir yang cukup luas di sekitar tempat penjualan
c. beberapa lantai atau seluruh gedung diperuntukkan bagi perdagangan suku
cadang dan asesori
d. dimungkinkan konsumen melakukan penggantian suku cadang yang relatif
mudah dilakukan
e. lingkungan bersih dan nyaman
Luasan tempat usaha (kios) pada umumnya berukuran 4 x 4 m2 dan 2 x 4 m2,
atau 4 x 3 m2 dan 2 x 3 m2. Pada pusat-pusat perdagangan yang baru kios
dengan ukuran yang kedualah yang banyak disediakan, untuk menekan biaya
sewa bagi pedagang suku cadang. Tata letak bangunan kios dapat digambarkan
sebagaimana disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini:
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)18
Gambar 4.1. Tata Letak Tempat Perdagangan Suku Cadang Mobil
Foto 4.1. Selasar Lebar
Perdagangan Suku Cadang Mobil
19
Tata letak fasilitas di dalam kios relatif sederhana, karena fasilitas yang
dibutuhkan hanya terdiri atas rak suku cadang yang diletakkan menempel di
bagian dinding dan rak kaca atau rak yang diletakkan di bawah meja, kursi untuk
penjual dan konsumen. Secara skematik tata letak fasilitas dalam dan sekitar kios
disajikan berikut ini.
Gambar 4.2. Tata Letak Fasilitas di Kios Perdagangan Suku Cadang
Rak
Meja dan rak di bawahnya
Kursi
Pintu
Foto 4.2. Selasar Sempit (gang)
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)20
Gambar 4.2 di atas menunjukkan tata letak fasilitas apabila kios atau tempat
usaha berada di bagian sudut. Hal ini dicirikan dengan posisi pintu yang berada
di samping kios. Jika tempat usaha berada di antara dua tempat usaha lain, maka
posisi pintu akan berada di depan.
Foto 4.3. Tata Letak Fasilitas di dalam Kios(pintu depan geser)
Foto 4.3. Tata Letak Fasilitas di dalam Kios (pintu samping)
Perdagangan Suku Cadang Mobil
21
4.2. Fasilitas Usaha dan Tenaga Penjualan
Fasilitas fisik dan bahan yang diperlukan dalam menjalankan usaha
perdagangan suku cadang ini, seperti telah dikemukakan sebelumnya, relatif
sederhana, yaitu :
a. rak suku cadang : ukuran 2,5 m x 0,5 m x 3 m (tinggi, lebar, panjang) dan
ukuran 2,5 m x 0,5 m x 1,5 m.
b. meja kaca atau kayu yang merangkap rak suku cadang di bawahnya,
berukuran 1,1 m x 0,6 m x 2,5 m
c. kursi kayu bulat sebanyak 3 atau 4 buah
d. kalkulator
e. komputer
f. daftar harga suku cadang
g. buku kuitansi/bukti transaksi
h. kantong dan tali plastik
i. pesawat telepon/hand phone (optional)
Sangat disarankan pada usaha perdagangan suku cadang ini dilengkapi
dengan perangkat komputer disertai software database sediaan, database
pelanggan, catatan untuk setiap transaksi dan sebagainya. Hal ini penting untuk
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan akurasi data - informasi untuk
mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik, terutama yang terkait
dengan persediaan.
Tenaga penjualan yang diperlukan untuk mendukung usaha ini seringkali
dipandang sebagai sesuatu yang tidak menentukan dalam suksesnya usaha
perdagangan suku cadang, karena selama ini dimanjakan oleh situasi persaingan
yang tidak ketat. Dengan semakin meningkatnya persaingan pada usaha
perdagangan suku cadang ini, kedudukan tenaga penjualan menjadi semakin
penting dan menentukan. Oleh karenanya pengetahuan, keterampilan, dan sikap
tenaga penjualan harus dipersiapkan dengan baik.
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)22
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan pada seorang tenaga penjualan, yaitu :
a. pengetahuan teknis tentang merek kendaraan dan suku cadangnya
b. pengetahuan tentang teknis klasifikasi suku cadang (bagian, waktu
penggantian, keaslian, dan sebagainya)
c. keterampilan dalam menentukan harga, dan mencari suku cadang yang
diperlukan konsumen
d. keterampilan pengoperasian komputer
e. kejujuran, kerapihan, dan disiplin
f. keramahtamahan, pendekatan pribadi, dan empati pada pelanggan
Selain tenaga penjual, pemilik usaha perdagangan suku cadang kendaraan
penumpang harus inovatif, tidak berhenti berpikir untuk terus memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan.
4.3. Proses Pelaksanaan Usaha
Pedagang melakukan pemesanan suku cadang kepada pemasok, yang
bisa juga sebagai importir suku cadang, berdasarkan data sediaan suku cadang,
informasi penjualan, dan pertimbangan kondisi eksternal. Setelah barang pesanan
datang, diklasifikasi berdasarkan jenis komponen dan kualitas, diberi kode harga
dan rentang diskon yang bisa diberikan serta kode kualitas, atau kode lain yang
bersifat spesifik yang ditujukan untuk memudahkan tenaga penjual melakukan
transaksi selain menggunakan daftar harga (price list). Setelah itu suku cadang
diletakkan di rak atau disimpan dalam gudang di luar kios jika rak penuh, atau
suku cadang berukuran sangat besar yang berpotensi mengambil ruang terlalu
banyak pada kios (rak).
Transaksi penjualan dilakukan dengan menggunakan pedoman harga berupa
daftar harga (price list) atau berdasarkan kode yang tertera pada kemasan suku
cadang, dan data ketersediaan barang, yang seringkali didasarkan pada ingatan
Perdagangan Suku Cadang Mobil
23
pemilik. Jika barang yang dibutuhkan tidak ada di kios tetapi ada di gudang,
maka konsumen diminta kesabarannya untuk menunggu. Namun jika diketahui
bahwa di gudang juga tidak ada stok, dan konsumen tidak banyak waktu untuk
menunggu, maka penjual akan mencari pinjaman atau membeli dari penjual lain
yang memiliki barang dengan merek dan kualitas yang diinginkan pembeli. Dalam
hal ini seringkali penjual bertindak menjualkan barang orang lain tanpa imbalan
apapun, dan tindakan sebaliknya akan dilakukan oleh penjual yang telah dijualkan
barangnya.
Pencatatan hasil penjualan dilakukan secara rutin dalam satu buku transaksi
harian yang berbeda dengan buku transaksi pembelian dari pemasok secara manual.
Pengolahan data akan menjadi lebih mudah apabila data transaksi ditransfer ke
komputer, sehingga proses pengambilan keputusan yang menyangkut pembelian
suku cadang dari pemasok didasarkan pada jumlah dan jenis barang yang terjual
dalam periode waktu tertentu secara lebih akurat.
4.4. Kendala Usaha
Secara internal tidak ada hal-hal yang sangat mengancam keberlangsungan
usaha perdagangan suku cadang, kecuali hal-hal yang terkait dengan kemampuan
tenaga penjual, termasuk pemilik, dalam memberikan pelayanan kepada
konsumen. Kemampuan untuk mengubah konsumen menjadi pelanggan, dengan
melakukan kedekatan (intimacy) yang lebih total kepada konsumen adalah sesuatu
yang harus namun belum dimiliki oleh sebagian besar pedagang suku cadang.
Konsumen masih dianggap sekedar orang yang membutuhkan barang yang dijual
oleh pedagang suku cadang, dan bukan partner yang perlu diberi pilihan dan
pengetahuan atas dasar kejujuran. Kebijakan untuk memperluas pemasaran suku
cadang ke berbagai wilayah memberi kemudahan dan pilihan yang lebih banyak
kepada pemilik kendaraan penumpang umum untuk mendapatkan suku cadang
yang dibutuhkan, oleh karena itu situasi seperti ini harus diantisipasi dengan
meningkatkan kemampuan menjual dari pedagang suku cadang.
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
2525
BAB VASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama
kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari
LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan
dan pengelolaan usaha perdagangan suku cadang mobil.
5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah
Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal
satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga,
pola syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan
keuntungan (perolehan hasil) yang fleksibel.
Untuk produk syariah banyak ragamnya, diantaranya mudharabah,
musyarakah, salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk
tersebut, setiap produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada
pola pembiayaan syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu
macam produk.
Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa
menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih
harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah
bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada
perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi
(profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
Profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh biaya
(keuntungan bersih). Sementara pada revenue sharing, perhitungan nisbah
berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)26
Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini
dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha
guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan
kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh
tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga
bisa terjadi untuk usaha yang sama, LKS menetapkan produk pembiayaan maupun
besaran margin atau nisbah per nasabah yang berbeda.
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan
5.2.1. Karakteristik Usaha Perdagangan Suku Cadang Mobil
Lokasi usaha perdagangan suku cadang mobil biasanya berada di sentra –
sentra penjualan atau pusat-pusat perbelanjaan modern. Usaha ini umumnya
merupakan usaha turun temurun, sehingga sudah mempunyai jaringan baik
dengan pemasok maupun konsumen yang menjadi pelanggannya. Lebih
mudah bagi pengusaha yang sudah mempunyai jaringan untuk memperluas
usaha di tempat lain karena dukungan pemasok dan sebagian pelanggan
yang berada di wilayah usaha barunya dapat dialihkan ke toko miliknya.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi pengusaha baru
untuk memulai usaha dagang suku cadang mobil, mengingat pertumbuhan
penjualan mobil yang menjadi indikasi kebutuhan suku cadang cenderung
menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Keunggulan bagi yang sudah
memiliki jaringan terutama dengan pemasok adalah fasilitas pembayaran
tunda menjadi semacam pembiayaan dari pemasok, sehingga akan dapat
menekan kebutuhan modal usahanya. Sedangkan untuk pengusaha baru,
rata-rata dapat membangun kepercayaan dari pemasok setelah menjalin
kerjasama selama ±2 tahun.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
27
Terkait dengan pasar, sebagaimana disampaikan di atas tentang trend
kenaikan pertumbuhan penjualan mobil, maka usaha perdagangan suku
cadang mobil mempunyai pasar yang relatif baik. Merujuk pada potensi
pasar ini, maka usaha perdagangan suku cadang mobil memiliki prospek
untuk dikembangkan.
5.2.2. Pola Usaha dan Pembiayaan
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab IV bahwa terdapat dua
jenis ukuran kios yang ditawarkan oleh pusat-pusat penjualan suku cadang,
yaitu yang berukuran besar berdimensi 4 x 4 m2 atau 4 x 3 m2, dan yang
berukuran kecil dengan dimensi 2 x 4 m2 atau 2 x 3 m2. Ukuran kios,
walaupun tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk menggambarkan kapasitas
usaha, dianggap bisa menjadi alternatif atau pilihan untuk memulai suatu
usaha perdagangan suku cadang.
Dalam kajian ini pilihan dijatuhkan pada usaha perdagangan suku
cadang dengan kios kecil, dengan pertimbangan bahwa; (1) Kios adalah
sebagai salah satu titik kontak antara penjual dan pembeli, bukan prasyarat
bagi sebuah transaksi dan juga bukan tempat penyimpan sediaan suku
cadang. Kontak dengan pelanggan bisa diperluas dengan penggunaan
sarana teknologi informasi dan komunikasi, dan sediaan suku cadang bisa
di simpan di gudang yang terpisah; (2) Biaya awal (investasi) untuk sewa
kios menjadi beban yang bisa mengganggu kinerja keuangan (jangka waktu
pengembalian); (3) Jika ternyata usaha perdagangan suku cadang di suatu
lokasi sudah cukup baik, maka peningkatan usaha lebih baik dilakukan di
lokasi baru, yang lebih dekat ke konsentrasi konsumen berada. Kondisi
inilah yang diinginkan konsumen suku cadang, lebih mudah dijangkau, lebih
cepat (dekat), dan lebih baik pelayanannya.
Ditinjau dari kapasitas, yang diukur dari besarnya penjualan (omzet),
maka besarnya omzet dari usaha perdagangan suku cadang kendaraan
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)28
penumpang ini rata-rata adalah sebesar Rp 50 juta per bulan. Omzet sebesar
itu diperkirakan baru bisa dicapai pada tahun ke dua, setelah masa belajar
selama satu tahun. Berdasarkan hasil survey, pendapatan dari penjualan
suku cadang sebesar itu tergolong kecil.
Perhitungan analisis keuangan ini didasarkan pada kelayakan usaha
perdagangan suku cadang mobil. Model kelayakan usaha merupakan
pengembangan dari usaha yang telah berjalan dan diharapkan dapat
mendorong upaya replikasi usaha ini di wilayah lain.
Pada buku ini, model kelayakan usaha perdagangan suku cadang
mobil diasumsikan untuk pengembangan/perluasan usaha, seperti
membuka kios baru. Kebutuhan pembiayaan yang diperlukan meliputi biaya
investasi dan modal kerja. Pembiayaan yang diberikan diasumsikan hanya
untuk biaya investasi guna pengadaan suku cadang sebagai deposit awal
usaha. Sedangkan biaya investasi lainnya dan biaya operasional menjadi
tanggung jawab pengusaha sebagai bagian dari kontribusi pengusaha dalam
pengembangan usahanya. Jangka waktu pembiayaan investasi adalah 4
(empat) tahun.
Merujuk pada sistem keuangan syariah yang mempunyai banyak
ragam produk pembiayaan, sistem pembiayaan syariah yang sesuai
untuk pembiayaan investasi dimaksud adalah akad murabahah (jual beli).
Pertimbangannya adalah karena dengan produk murabahah ini pengusaha
dapat membiayai pengadaan barang/peralatan/mesin/bahan baku sesuai
dengan kemampuannya. Di samping itu, pembiayaan murabahah juga
memberi pilihan pada bank maupun nasabah/pengusaha apakah pembiayaan
akan digunakan untuk membiayai seluruh komponen usaha atau hanya
untuk komponen-komponen tertentu saja.
Bagi perbankan syariah, akad ini relatif sederhana perhitungannya dan
nilai margin yang akan diperoleh lebih dapat diprediksikan. Dengan demikian,
dengan produk murabahah bank dapat lebih mudah melakukan upaya
mitigasi risiko baik terhadap usaha maupun nasabah karena margin secara
Perdagangan Suku Cadang Mobil
29
pasti ditentukan di awal akad. Produk murabahah ini juga sudah banyak
diterapkan oleh LKS dan masyarakat sudah mengenal serta mengakses akad
pembiayaan tersebut.
Oleh karena itu, pada usaha perdagangan suku cadang mobil, dengan
kebutuhan pembiayaan untuk pembelian deposit suku cadang, maka akad
murabahah merupakan pilihan yang cukup sesuai.
5.2.3. Produk Murabahah
Produk pembiayaan murabahah (jual beli) merupakan produk yang
paling banyak dimanfaatkan baik oleh LKS maupun oleh nasabah. Peraturan
mengenai produk murabahah antara lain mengacu pada Fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 tentang
Murabahah dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17
Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syariah, sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/
PBI/2008 tanggal 25 September 2008.
Beberapa ketentuan umum terkait Murabahah sebagaimana terdapat
dalam ketentuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan kegiatan usaha baik penghimpunan dana,
penyaluran dana maupun pelayanan jasa bank wajib memenuhi
prinsip syariah, yang terdiri dari prinsip keadilan dan keseimbangan,
kemaslahatan, dan universalisme, serta tidak memenuhi unsur gharar, masyir, riba, dzalim, riswah dan obyek haram.
2. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
3. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
4. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)30
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
5. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan
ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.
6. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
7. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
8. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip, menjadi milik bank. Nasabah mengajukan
permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada
bank.
5.3. Asumsi dan Parameter Untuk Analisis Keuangan
Usaha perdagangan suku cadang dalam prakteknya dilaksanakan dengan
berbagai keragamannya, dan berdasarkan keragaman yang ada maka dalam
kajian aspek keuangan ini perlu ditetapkan asumsi-asumsi untuk setiap parameter
penting sebagaimana dapat disimak pada Tabel 5.1.
Asumsi-asumsi yang digunakan ditetapkan berdasarkan informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber. Sumber informasi utama tentunya adalah pelaku
usaha perdagangan suku cadang sendiri, dan lainnya adalah dari perbankan, dan
sumber-sumber lain yang layak dipertimbangkan.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
31
Pertumbuhan penjualan sebesar 15% didekati dari pertumbuhan penjualan
kendaraan penumpang (passenger cars) yang sebenarnya bisa mencapai 17% s/d
20% per tahun. Sedangkan untuk pertumbuhan harga pembelian dan penjualan
diasumsikan sama, oleh karena itu dalam kajian aspek keuangan ini digunakan
pendekatan fixed price.
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
No Parameter Satuan Asumsi Keterangan
1 Periode Analisa tahun 5
2 Skala Usaha
a. ukuran kios
b. omzet bulanan
m2
juta Rp
2 x 3
50
Ukuran kecil (bisnis baru)
Rataan
3 Pertumbuhan penjualan mulai
tahun ke-3 dst
%/tahun 15 Terkait dengan pertumbuhan
kendaraan penumpang
4 Sumber pembiayaan
a. jangka waktu pembiayaan
b. Margin Murabahah
tahun
%/tahun
5
8.0%
5 Komposisi dan kontribusi
a. Suku cadang asli (45%)
b. Suku cadang kw-2 (30 %)
c. Suku cadang kw-3 (25%)
d. Rataan Mark Up
Prosen
Prosen
Prosen
Prosen
7.5%
15%
17.5%
12.5%
Harga : Pg
Harga : 0,65 Pg
Harga : 0,50 Pg
7 Penjualan tahun ke-1,
sedangkan tahun ke-2 dst
100%.
Prosen 60% dari rataan 50 juta perbulan
8 Deposit
a. sewa kios
b. pengadaan suku cadang
Prosen
bulan
25%
2
20 - 30 persen dari harga sewa
3 tahun @ Rp110.000 m2
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)32
5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional
5.4.1. Biaya Investasi
Biaya investasi terbesar adalah deposit suku cadang kepada pemasok
untuk 2 bulan, dan diikuti dengan penataan tempat usaha atau disebut pula
sebagai kios. Secara lengkap biaya investasi untuk usaha ini disajikan pada
Tabel 5.2. Sedangkan untuk penyusutan dihitung secara linear tetap, dengan
asumsi umur ekonomis rata-rata adalah 5 (lima) tahun. Komponen yang
dihitung penyusutan adalah penataan tempat usaha (rak-rak, dll), komputer
dan pembaharuan perizinan. Perizinan diasumsikan mengalami penyusutan
karena harus diperpanjang secara periodik.
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Perdagangan Suku Cadang (tahun-0)
Keterangan: *) 25% dari harga sewa x 6 m2 = 0.25 x Rp 110.000 x 6 = Rp 165.000
No Jenis Biaya Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) Keterangan
A. Biaya Investasi awal
1 Persiapan (perijinan dll) 1 5.000.000 5.000.000 paket
2 Penataan tempat usaha
(kios)
1 15.000.000 15.000.000 paket
3 Fasilitas: komputer 1 5.000.000 5.000.000 PC
Sub Total 25.000.000
B. Biaya modal kerja awal
1 Tempat usaha 25 %; 3 thn 36 110.000 5.940.000 Deposit; 3 thn
; 6 m2
2 Suku Cadang 2 26.250.000 52.500.000 Deposit untuk
2 bulan
Sub Total 58.440.000
Total Biaya Investasi 83.440.000
Perdagangan Suku Cadang Mobil
33
Tabel 5.3. Biaya Operasional Tahunan Usaha Perdagangan Suku Cadang (tahun-1 dst)
a. Biaya operasional tahun pertama
No Jenis Biaya Volume Harga (Rp) Nilai (Rp) Keterangan
Biaya Variabel
1 Pengadaan suku cadang
Subtotal
12 26.250.000
26.250.000
315.000.000
315.000.000
Biaya Tetap
1 Sewa tempat Usaha 12 110.000 7.920.000 6 m2
2 Biaya kebersihan &
keamanan (service
charge)
12 60.000 4.320.000 6 m2
3 Upah tenaga penjual – 2
org
12 1.000.000 24.000.000 2
4 Komunikasi 12 300.000 3.600.000
5 Lain-lain 12 200.000 2.400.000
Subtotal 42.240.000
Total Biaya Operasional 357.240.000
5.4.2. Biaya Operasional
Perhitungan biaya operasional diperlukan untuk menentukan besarnya
modal kerja yang dibutuhkan bagi pelaksanaan investasi pada usaha
perdagangan suku cadang ini. Kebutuhan biaya opersional yang terbesar
adalah untuk pengadaan suku cadang, yang diikuti dengan biaya untuk
upah tenaga penjual sebanyak 2 orang, serta biaya listrik, kebersihan dan
keamanan (service charge). Gambaran lengkap mengenai biaya operasional
ini disajikan pada Tabel 5.3.
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)34
5.5. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana untuk usaha perdagangan suku cadang mobil sebagaimana
telah dijelaskan pada sub bab terdahulu meliputi biaya investasi Rp 83.440.000,-.
Modal kerja awal diasumsikan juga sebagai biaya investasi yang meliputi biaya
pengadaan suku cadang awal untuk persediaan selama dua bulan dan sewa
tempat sebesar 25% dari nilai sewa selama tiga tahun (umumnya minimal sewa
tempat adalah untuk tiga tahun usaha). Sedangkan biaya operasional pada tahun
pertama diasumsikan sebesar kebutuhan biaya operasional untuk 2 bulan yaitu
Rp. 59.540.000,-, dan diasumsikan pula bahwa kapasitasnya baru mencapai 60%
dari kapasitas penuhnya. Dana investasi ada yang bersumber dari pembiayaan LKS
dan dana milik sendiri sedangkan dana modal kerja disumsikan semuanya dari
pihak pengusaha.
Komponen biaya investasi yang diasumsikan memperoleh pembiayaan LKS
hanya untuk pengadaan deposit suku cadang untuk 2 bulan. Sedangkan komponen
yang lain diasumsikan telah dimiliki oleh pengusaha yang bersangkutan sebagai
bagian dari kontribusinya dalam usaha.
Pengadaan suku cadang mobil untuk deposit 2 bulan yang dimaksud pada
pembiayaan tersebut di atas, dalam hal ini diasumsikan sudah tersedia dan telah
dimiliki oleh pihak LKS. Untuk mengadakan barang dan bahan ini pihak LKS dapat
menggunakan pihak lain dengan akad yang terpisah dari akad murabahah ini.
b. Biaya operasional selama 5 tahun
No Jenis Biaya Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Biaya Variabel 315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 798.459.375
2 Biaya Tetap 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000
Total Biaya Operasional
357.240.000 567.240.000 645.990.000 736.552.500 840.699.375
Perdagangan Suku Cadang Mobil
35
Keperluan dana investasi dan modal kerja merujuk pada asumsi dari contoh
pembiayaan syariah ditampilkan pada tabel 5.4 dan selengkapnya pada lampiran 6.
Jangka waktu pembiayaan investasi dua tahun tanpa grace period. Tingkat
margin pembiayaan yang digunakan untuk pengembangan usaha adalah 8%
(konvensional setara dengan suku bunga flat p.a).
Pembayaran angsuran pembiayaan dalam perhitungan kelayakan diasumsikan
secara tetap dengan cara jumlah pembiayaan dibagi jangka waktu pembiayaan
dengan mempertimbangkan siklus produksinya.
5.6. Proyeksi Penjualan dan Pendapatan
Penjualan suku cadang sebagaimana telah diasumsikan meningkat setiap
tahunnya sebesar 15% mulai tahun ke-3 dan seterusnya, dan pada tahun pertama
kemampuan penjualan baru 60% dari tingkat penjualan berdasarkan hasil survei,
yaitu antara Rp 50 juta sampai Rp 70 juta per bulan. Pada tahun kedua tingkat
penjualan sudah mencapai nilai penjualan sesuai asumsi Rp 50 juta per bulan.
No Rincian Biaya Proyek Total Biaya (Rp)
I Kebutuhan Modal Investasi
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
83.440.000
52.500.000
30.940.000
II Kebutuhan Modal Kerja (1 bulan)
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
59.540.000
0
59.540.000
III
Total dana proyek yang bersumber dari
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
142.980.000
52.500.000
90.480.000
Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Investasidan Modal Kerja
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)36
Mengingat banyaknya jenis suku cadang yang diperdagangkan dan dengan harga
yang beragam pula, maka penjualan dihitung berdasarkan nilai totalnya saja, dan
tidak per jenis suku cadang.
Pendapatan bersih dihitung berdasarkan besarnya mark up secara komposit,
mengingat yang dijual adalah barang dengan kualitas dan tingkat harga yang
berbeda-beda. Rata-rata margin (composite margin) adalah sebesar 12,5% dari
nilai barang yang dibeli. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat penjualan dan
pendapatan setiap tahunnya dapat dihitung dan hasilnya disajikan pada Tabel
5.5.
Pendapatan tahun pertama baru mencapai Rp.360 juta dan tahun-tahun
berikutnya terjadi peningkatan, dan pada akhirnya pada tahun ke-5 pendapatan
diharapkan mencapai lebih kurang Rp912,5 juta. Peningkatan pendapatan
seperti itu bisa dicapai dengan usaha keras melalui pengembangkan inovasi
dalam penjualan, dan mengembangkan hubungan yang bersifat personal dengan
pelanggan, untuk meningkatkan daya saing dan loyalitas pelanggan.
No Uraian Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5
1 Kapasitas 60% 100% 100% 100% 100%
2 Pertumbuhan Penjualan*)
0% 0% 15% 15% 15%
3 Basis Penjualan (survei)
600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000 600.000.000
4 Penjualan/ Pendapatan
360.000.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 912.525.000
5 Mark-up 12,50% 12,50% 12,50% 12,50% 12,50%
6 Pembelian Suku Cadang
315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 798.459.375
Tabel 5.5. Rencana Penjualan / Pendapatan per Tahun
Keterangan:*) Diasumsikan usaha baru, untuk membangun pelanggan biasanya dibutuhkan waktu sekitar 2 tahun
Perdagangan Suku Cadang Mobil
37
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
A Penerimaan 60% 100% 100% 100% 100%
Total Penerimaan
360.000.000 600.000.000 690.000.000 793.500.000 912.525.000
B Pengeluaran
i. Biaya Variabel
315.000.000 525.000.000 603.750.000 694.312.500 798.459.375
ii. Biaya Tetap 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000
iii. Depresiasi 5,000,000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000
iv. Angsuran Margin
4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 -
Total Pengeluaran
366.440.000 576.440.000 655.190.000 745.752.500 845.699.375
Tabel 5.6. Proyeksi Laba Rugi Usaha Suku Cadang Mobil
5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP)
Gambaran proyeksi laba-rugi usaha perdagangan suku cadang dengan
menggunakan asumsi-asumsi yang telah dikemukakan sebelumnya, menunjukkan
bahwa usaha ini ditinjau dari margin keuntungan terhadap penjualan relatif kecil,
dan bernilai positif setelah tahun ke kedua
Pada tahun pertama, usaha perdagangan suku cadang ini belum bisa
membukukan laba. Kondisi ini lebih banyak disebabkan oleh masih relatif rendahnya
pendapatan yang bisa diperoleh, sementara kewajiban terhadap pembiayaan
berupa pokok dan angsuran margin sudah harus dipenuhi. Untuk mengatasi hal
tersebut diperlukan usaha yang lebih gigih dalam rangka meraih tingkat penjualan
yang tinggi. Keuntungan bisa diperoleh dari nilai penjualan (omzet) yang besar.
Hasil perhitungan proyeksi laba-rugi usaha perdagangan suku cadang disajikan
pada Tabel 5.6.
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)38
C R/L Sebelum Pajak
(6.440.000) 23.560.000 34.810.000 47.747.500 66.825.625
D Pajak (15%) - 3.534.000 5.221.500 7.162.125 10.023.844
E Laba Setelah Pajak
(6.440.000) 20.026.000 29.588.500 40.585.375 56.801.781
F Profit on Sales
- 3,34% 4,29% 5,11% 6,22%
G BEP: Rupiah 411.520.000 411.520.000 411.520.000 411.520.000 377.920.000
Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya
variabel dan total penerimaan. maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai
Rp.411.520.000,- pada tahun pertama, dan Rp.377.920.000,- pada tahun kelima.
Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 7. Data rata-
rata nilai laba, margin keuntungan dan BEP ditampilkan pada tabel 5.7.
Uraian Nilai
Laba per tahun Rp28.112.331
Profit Margin 3,79%
BEP: Rupiah Rp. 404.800.000
Tabel.5.7. Rata-rata Laba Rugi dan BEP
5.8. Proyeksi Arus Kas
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,
yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh
dari penjualan suku cadang mobil selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi
biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok pembiayaan,
angsuran margin pembiayaan dan pajak penghasilan.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
39
Evaluasi kelayakan untuk usaha perdagangan suku cadang mobil dengan
pembiayaan murabahah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar
kewajiban angsuran kepada LKS. Hal ini dapat diketahui karena pada produk
murabahah besarnya margin sudah ditentukan di awal akad, sehingga pada analisa
laba rugi dan arus kas dapat dihitung kemampuan membayar berdasarkan dari
pendapatan yang diperoleh usaha tersebut. Dari arus kas diketahui bahwa pada
tingkat margin 8 % p.a flat, usaha ini mampu membayar kewajiban pembiayaannya
dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha tersebut layak untuk
dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh pembiayaan.
Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum
digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai
IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin
tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan
keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu
untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus
ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha).
Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha perdagangan suku cadang mobil
selengkapnya ditampilkan pada lampiran 8
5.9. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan
Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha perdagangan suku
cadang mobil adalah murabahah (jual beli). Pada kesempatan ini ditampilkan
satu contoh alternatif pembiayaan yaitu untuk pengembangan usaha. Dari
hasil perhitungan untuk tingkat margin 8% per tahun, selama empat tahun
menghasilkan margin sebesar Rp.16.800.000,-. Tingkat margin ini diberlakukan
flat (tetap) per tahun, selama waktu pembiayaan yang disepakati. Selengkapnya,
perhitungan perolehan margin dapat dilihat pada lampiran 6.
ASPEK KEUANGAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)40
Penentuan besaran margin, diutamakan berdasarkan pada base line data (data
rujukan) untuk setiap komponen usaha/sektor ekonomi. Tetapi karena pada saat
ini data tersebut belum tersedia, maka nilai margin mempertimbangkan informasi
yang diperoleh dari praktek umum yang diterapkan oleh perbankan syariah dan
kesetaraan dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). Data pola pembiayaan pada
perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 9.
5.10. Hambatan dan Kendala
Beberapa hambatan yang terkait dengan keuangan antara lain adalah :
a. lembaga pembiayaan, terutama perbankan syariah belum mengenal banyak
usaha perdagangan suku cadang.
b. pemasok/importir berperan sangat besar dalam menentukan harga suku
cadang.
c. sewa tempat usaha dan biaya service charge yang cenderung terus
meningkat.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh pedagang suku cadang
khususnya yang berkaitan dengan keuangan antara lain adalah :
a. kemampuan pengusaha untuk memenuhi syarat perbankan (bankability)
terutama dalam hal agunan.
b. kemampuan dan kreativitas pengusaha untuk mengelola dengan baik
usahanya, sehingga produktivitasnya meningkat perlu terus ditingkatkan.
4141
BAB VIASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Secara ekonomi, setiap 2 x 3 m2 atau 2 x 4 m2 dibutuhkan dua orang tenaga
kerja, sehingga sebagai contoh untuk Atrium Senen saja setidaknya terserap antara
950 sampai 1.000 tenaga penjual. Diperkirakan untuk seluruh DKI tenaga kerja
langsung yang terserap pada usaha penjualan suku cadang ini mencapai 15.000
orang, dan jika memasukkan juga tenaga kerja tidak langsung, seperti montir yang
beroperasi di sekitar lokasi penjualan suku cadang, kurir dan sebagainya, maka
jumlah keseluruhannya di DKI Jakarta diperkirakan dapat mencapai 25.000 orang.
Jika setiap bulan seorang tenaga kerja sekelas montir mempunyai penghasilan ±Rp
2 juta, maka setidaknya ada ±Rp 50 milyar perbulan atau setara dengan Rp 600
milyar per tahun mengalir ke keluarga mereka, dan kemudian diharapkan bisa
menggerakkan ekonomi di sekitarnya.
6.2. Dampak Lingkungan
Proses penjualan suku cadang adalah sesuatu yang sangat sederhana,
dan oleh karenanya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan fisik.
Hal ini berbeda dengan proses produksi suku cadang itu sendiri yang berpeluang
lebih besar untuk menghasilkan cemaran dan gangguan bagi lingkungan. Barang
dipasok oleh rekanan supplier, ditata dalam gudang atau langsung ke rak-rak
penjualan, dan akhirnya dijual kepada pembeli yang membutuhkan. Penyediaan
suku cadang yang baik justru memberi dukungan bagi kinerja mesin kendaraan
penumpang umum, sehingga antara lain mengurangi pencemaran gas buang
yang berlebihan.
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
43
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan 1. Usaha perdagangan suku cadang mobil terkait erat dengan bisnis otomotif,
khususnya untuk kendaraan penumpang, yang tumbuh dengan kisaran 17%
sampai dengan 23% per tahun.
2. Sejalan dengan hal di atas, maka usaha perdagangan suku cadang mobil
(kendaraan penumpang) memiliki prospek yang baik karena bisnisnya masih
terus tumbuh berkembang dengan laju pertumbuhan rata-rata 15% per
tahun.
3. Persaingan dalam bisnis perdagangan suku cadang menjadi semakin ketat
dengan dibukanya pusat-pusat perdagangan suku cadang baru di berbagai
wilayah, yang cenderung lebih mendekati konsumen. Tempat-tempat penjualan
yang terkonsentrasi, terdapat cukup banyak pedagang suku cadang dalam
suatu kawasan dengan areal parkir cukup luas, mudah dijangkau dari berbagai
arah, akan menjadi tempat berusaha yang prospektif.
4. Peran perbankan dalam pembiayaan usaha perdagangan suku cadang relatif
masih kecil. Hal ini dibuktikan dengan sangat sulitnya mencari pedagang suku
cadang yang mendapat pembiayaan dari bank.
5. Pedagang suku cadang pada umumnya masih menjalankan bisnisnya secara
konvensional, tidak mengembangkan hubungan personal dengan pelanggan,
mengembangkan database pelanggan, menggunakan bantuan komputer
dalam pengelolaan usahanya, dan belum mengembangkan inovasi-inovasi baru
dalam memasarkan produk dan melakukan transaksi.
6. Peran pemasok, yang seringkali juga merangkap sebagai importir suku cadang
dari berbagai negara, sangat dominan. Di satu sisi berpotensi merugikan
KESIMPULAN DAN SARAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)44
pedagang karena posisi tawarnya yang kuat dalam penentuan harga suku
cadang, sehingga menyulitkan posisi pedagang saat berhadapan dengan
konsumen, khususnya pada saat daya beli sedang menurun. Disisi lain, kesediaan
pemasok untuk menerima pembayaran tunda hingga dua bulan atau lebih,
sangat membantu pedagang secara finansial.
7. Kebutuhan usaha perdagangan suku cadang mobil yang dapat dibiayai oleh
LKS antara lain adalah deposit suku cadang selama 2 bulan.
8. Akad murabahah sesuai untuk pembiayaan yang peruntukannya adalah
pengadaan barang/peralatan/mesin/bahan baku. Hal ini didukung kelebihan
dari akad ini yaitu bagi pengusaha (nasabah) dapat memperoleh/membeli
barang kebutuhan usaha sesuai dengan kamampuannya. Sedangkan bagi
perbankan syariah akad ini relatif sederhana perhitungannya dan nilai margin
yang akan diperoleh lebih dapat diprediksikan. Akad murabahah untuk
pembelian/pengadaan deposit suku cadang juga memberi keleluasaan bagi
pengusaha untuk memilih barang dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai
dengan kemampuan keuangannya.
9. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pengembangan/
perluasan usaha, produk pembiayaan mudarabah (jual beli), maka diperlukan
modal usaha sebesar Rp142.980.000,- yang terdiri dari modal investasi
sebesar Rp83.440.000,- dan modal operasional sebesar Rp59.540.000,- untuk
kebutuhan operasional selama 2 (dua) bulan. Modal tersebut diasumsikan berasal
dari pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebesar Rp. 52.500.000,-
dan dari pemilik/pengusaha sebesar Rp. 90.480.000,-.
10.Berdasarkan analisis kelayakan keuangan usaha perdagangan suku cadang
mobil layak untuk diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat
margin pembiayaan 8%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada LKS dan
menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
45
7.2. Saran 1. Untuk mendukung kesuksesan usaha perdagangan suku cadang, pemilik usaha
(pengusaha) harus membekali tenaga penjualnya dengan pengetahuan teknis
otomotif terkait dengan merek kendaraan tertentu yang dijual suku cadangnya,
keramahtamahan dan empati pada konsumen. Konsumen tidak dipandang
sebagai sekedar orang yang membutuhkan suku cadang saja.
2. Pengusaha harus terus menerus mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam
penjualan, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
3. Para pedagang perlu mengintensifkan komunikasi, dan mengorganisir diri,
untuk memperkuat posisi tawarnya kepada pemasok, mencari jalan secara
bersama untuk mengatasi masalah pembiayaan, dan meningkatkan kapasitas
dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kepada konsumen.
4. Untuk mencegah penurunan penjualan secara drastis, terutama pada waktu-
waktu tertentu, seperti memasuki tahun ajaran baru dan lainnya, perlu
dipikirkan kegiatan promosi bersama, dengan memberi potongan harga,
pemasangan suku cadang secara gratis, mengantar (delivery) suku cadang ke
rumah konsumen, atau bentuk-bentuk promosi lainnya.
5. Usaha perdagangan suku cadang mobil untuk pembelian deposit suku cadang
selama 2 bulan sesuai dibiayai LKS dengan akad murabahah.
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
47
DAFTAR PUSTAKA
Himpunan Fatwa Dewan Syariah. 2003. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia dan Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No: 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah. 2007. Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syariah. 2008. Bank Indonesia
DAFTAR WEBSITE
1. http://www.cuisinenet.com
2. http://www.ipb.ac.id
3. http://www.islamicfinanceonline.com
4. http://www.ifsb.org
5. http://www.isdb.org
6. http://www.bankislam.com.my
7. http://www.lariba.com
8. http://www.amss.net
8. http://www.amss.net
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
49
LAMPIRAN
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ................................................ 51
2. Asumsi Untuk Analisis Keuangan ....................................................... 56
3. Biaya investasi ................................................................................... 57
4. Biaya Operasional ............................................................................... 58
5. Rencana Penjualan/Pendapatan dan Pembelian Suku Cadang ............. 59
6. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan ............................................. 60
7. Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp) ............................................................ 61
8. Proyeksi Arus Kas ............................................................................... 62
9. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah .............................. 64
Perdagangan Suku Cadang Mobil
51
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong
oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang
halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di
dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam
pembiayaan ekonomi masyarakat.
Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan
dana maupun pihak yang menyediakan dana
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan
pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi
hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.
Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari
prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang
memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk
mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara
lain:
1. Informasi data nasabah
2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
3. Proyeksi laporan keuangan
4. Akad pembiayaan
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut:
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)52
a. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh
pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya
berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah.
Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke
tempat tinggal dan tempat usaha.
Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa
menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang
sesuai untuk nasabah bersangkutan.
b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha
yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad
yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan
oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data
riil.
Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai
dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai
dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing.
c. Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam
menentukan persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari
laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi)
dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang
umur usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus
Perdagangan Suku Cadang Mobil
53
riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa
merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil
(relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).
d. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan
mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan.
Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.
Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada
tabel di bawah ini:
Prinsip Dasar Jenis – jenis
Bagi Hasil (Profit Sharing)
Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and Participation)
Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.
Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)
Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
Tabel Pengenalan Produk Syariah
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)54
Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing)
Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield)
Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Jual Beli (Sale and Payment Sale)
Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale)
Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan spesifikasinya
Bai’ as Salam (in front Payment Sale)
Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture)
Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
Sewa (Operational Lease and Financial Lease)
Al-Ijarah (operational Lease)
Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.
Perdagangan Suku Cadang Mobil
55
AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with Purchase Option)
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa.
Jasa(Fee-Based Services)
Al Wakalah (Deputyship)
Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan
Al-Kafalah (Guaranty)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.
Al-Hawalah (Transfer service)
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya
Ar-Rahn (Mortgage)
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis
Al-qardh (soft and Benevolent Loan)
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)56
Lampiran 2. Asumsi Untuk Analisis Keuangan
No Parameter Satuan Asumsi Keterangan
1 Periode Analisa tahun 5
2 Skala Usaha
a. ukuran kios
b. omzet bulanan
m2
juta Rp
2 x 3
50
Ukuran kecil
(bisnis baru)
Rataan
3 Pertumbuhan penjualan
mulai tahun ke-3 dst
%/tahun 15 Terkait dengan
pertumbuhan
kendaraan
penumpang
4 Sumber pembiayaan
a. jangka waktu pembiayaan
b. Margin Murabahah
tahun
%/tahun
5
8.0%
5 Komposisi dan kontribusi
a. Suku cadang asli (45%)
b. Suku cadang kw-2 (30 %)
c. Suku cadang kw-3 (25%)
d. Rataan Mark Up
Prosen
Prosen
Prosen
Prosen
7.5%
15%
17.5%
12.5%
Harga : Pg
Harga : 0,65 Pg
Harga : 0,50 Pg
7 Penjualan tahun ke-1, sedangkan
tahun ke-2 dst 100%.
Prosen 60% dari rataan 50 juta
perbulan
8 Deposit
a. sewa kios Prosen 25% 20 - 30 persen
dari harga sewa
3 tahun
@ Rp 110.000m2
b. pengadaan suku cadang bulan 2
Perdagangan Suku Cadang Mobil
57
Lam
pir
an 3
. Bi
aya
Inve
stas
i
No
Jen
is B
iaya
Vo
lum
e H
arg
a (R
p)
Nila
i (R
p)
Ket
eran
gan
A.
Biay
a In
vest
asi a
wal
1Pe
rsia
pan
(per
ijina
n dl
l)1
5,0
00,0
00
5,0
00,0
00
pake
t
2Pe
nata
an t
empa
t us
aha
(kio
s)1
15,
000,
000
15,
000,
000
pake
t
3Fa
silit
as: k
ompu
ter
1 5
,000
,000
5
,000
,000
PC
Sub
To
tal
25,
000,
000
B.Bi
aya
mod
al k
erja
aw
al
1Te
mpa
t us
aha
25 %
; 3 t
hn36
110
,000
5
,940
,000
D
epos
it; 3
thn
; 6
m2
2Su
ku C
adan
g2
26,
250,
000
52,
500,
000
Dep
osit
untu
k 2
bula
n
Sub
To
tal
58,
440,
000
Tota
l Bia
ya In
vest
asi
83,4
40,0
00
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)58
Lam
pir
an 4
. Bi
aya
Ope
rasi
onal
Ket
eran
gan
: Mod
al k
erja
aw
al d
iasu
msi
kan
untu
k 2
bula
n op
eras
iona
l =Rp
.59.
540.
000,
- (T
otal
bia
ya o
pera
sion
al/6
)
A. B
iaya
Ope
rasi
onal
tah
un p
erta
ma
No
Jen
is B
iaya
Vo
lum
e H
arg
a (R
p)
Nila
i (R
p)
Ket
eran
gan
Biay
a Va
riabe
l
1Pe
ngad
aan
suku
cad
ang
12 2
6,25
0,00
0 3
15,0
00,0
00
Sub
tota
l 2
6,25
0,00
0 3
15,0
00,0
00
Biay
a Te
tap
1Se
wa
tem
pat U
saha
12 1
10,0
00
7,9
20,0
00
6 m
2
2Bi
aya
kebe
rsih
an &
kea
man
an (s
ervi
ce c
harg
e)12
60,
000
4,3
20,0
00
6 m
2
3Up
ah te
naga
pen
jual
– 2
org
12 1
,000
,000
2
4,00
0,00
0 2
4Ko
mun
ikas
i12
300
,000
3
,600
,000
5La
in-la
in12
200
,000
2
,400
,000
Sub
tota
l
42,
240,
000
Tota
l Bia
ya O
per
asio
nal
357
,240
,000
B. B
iaya
Ope
rasi
onal
sel
ama
5 ta
hun
(d
enga
n m
empe
rtim
bang
kan
kapa
sita
s da
n pe
rtum
buha
n pe
njua
lan)
No
Jen
is B
iaya
Tah
un
-1Ta
hu
n-2
Tah
un
-3Ta
hu
n-4
1Bi
aya
Varia
bel
315,
000,
000
525
,000
,000
6
03,7
50,0
00
694
,312
,500
2Bi
aya
Teta
p 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0
Tota
l Bia
ya O
per
asio
nal
357,
240,
000
567
,240
,000
6
45,9
90,0
00
736
,552
,500
Perdagangan Suku Cadang Mobil
59
Lam
pir
an 5
. Ren
cana
Pen
jual
an/P
enda
pata
n D
an P
embe
lian
Suku
Cad
ang
No
Ura
ian
Ta
hu
n-1
Tah
un
-2Ta
hu
n-3
Tah
un
-4Ta
hu
n-5
1K
apas
itas
60%
100%
100%
100%
100%
2Pe
rtum
buha
n Pe
njua
lan*
)0%
0%15
%15
%15
%
3Ba
sis
Penj
uala
n (s
urve
i) 6
00,0
00,0
00
600
,000
,000
6
00,0
00,0
00
600
,000
,000
6
00,0
00,0
00
4Pe
njua
lan/
Pend
apat
an 3
60,0
00,0
00
600
,000
,000
6
90,0
00,0
00
793
,500
,000
9
12,5
25,0
00
5M
ark-
up12
.50%
12.5
0%12
.50%
12.5
0%12
.50%
6Pe
mbe
lian
Suku
Cad
ang
315
,000
,000
5
25,0
00,0
00
603
,750
,000
6
94,3
12,5
00
798
,459
,375
Ket
eran
gan
: *) D
iasu
msi
kan
usah
a ba
ru, u
ntuk
mem
bang
un p
elan
ggan
bia
sany
a di
butu
hkan
wak
tu s
ekita
r 2
tahu
n
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)60
Uraian Jumlah
1 Total Biaya Investasi 83,440,000
Pembiayaan pengadaan suku cadang mobil (2 bulan deposit)
52,500,000
2 Total Biaya modal kerja 59,540,000
Pembiayaan untuk pengadaan suku cadang -
3 Total Biaya produksi 142,980,000
a. Pembiayaan 52,500,000
b. Modal sendiri 90,480,000
4 Total pembiayaan dan Margin 69,300,000
a. Pembiayaan investasi 52,500,000
b. Margin Investasi 16,800,000
a. Pembiayaan modal kerja -
c. Total margin 16,800,000
Lampiran 6. Proyeksi Perolehan Margin Pembiayaan
Keterangan: Angsuran pengembalian pembiayaan 1 tahun 12 bulan Margin 8.0% (setara flat rate per tahun) Pembiayaan Investasi 52,500,000 Jangka waktu 4 tahun Besarnya margin 16,800,000 Uang muka 0 Angsuran pokok per tahun 13,125,000 Angsuran margin per tahun 4,200,000
Perdagangan Suku Cadang Mobil
61
Lam
pir
an 7
. Pr
oyek
si L
aba
Rugi
Usa
ha (R
p)
No
Ura
ian
Tah
un
12
34
5
APe
nerim
aan
60%
100%
100%
100%
100%
Tota
l Pe
nerim
aan
360
,000
,000
6
00,0
00,0
00
690
,000
,000
7
93,5
00,0
00
912
,525
,000
BPe
ngel
uara
n
i. B
iaya
Var
iabe
l 3
15,0
00,0
00
525
,000
,000
6
03,7
50,0
00
694
,312
,500
7
98,4
59,3
75
ii. B
iaya
Tet
ap 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0 4
2,24
0,00
0
iii. D
epre
sias
i5,
000,
000
5,0
00,0
00
5,0
00,0
00
5,0
00,0
00
5,0
00,0
00
iv. A
ngsu
ran
Mar
gin
4,2
00,0
00
4,2
00,0
00
4,2
00,0
00
4,2
00,0
00
-
Tota
l Pen
gelu
aran
366
,440
,000
5
76,4
40,0
00
655
,190
,000
7
45,7
52,5
00
845
,699
,375
C
R/L
Sebe
lum
Paj
ak
(6,4
40,0
00)
23,
560,
000
34,
810,
000
47,
747,
500
66,
825,
625
DPa
jak
(15%
) -
3
,534
,000
5
,221
,500
7
,162
,125
1
0,02
3,84
4
ELa
ba S
etel
ah P
ajak
(6,4
40,0
00)
20,
026,
000
29,
588,
500
40,
585,
375
56,
801,
781
FPr
ofit
on S
ales
-
3.34
%4.
29%
5.11
%6.
22%
G B
EP:
Rup
iah
411
,520
,000
4
11,5
20,0
00
411
,520
,000
4
11,5
20,0
00
377
,920
,000
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)62
Ura
ian
Tah
un
01
23
45
Infl
ow
a. P
enda
pata
n -
36
0,00
0,00
0 60
0,00
0,00
0 69
0,00
0,00
0 79
3,50
0,00
0 91
2,52
5,00
0
b. D
ana
send
iri 3
0,94
0,00
0 5
9,54
0,00
0 -
-
-
-
c. P
embi
ayaa
n In
vest
asi
52,
500,
000
-
-
-
-
-
d. N
ilai s
isa
(dep
osit)
-
-
-
-
-
-
Ju
mla
h 8
3,44
0,00
0 41
9,54
0,00
0 60
0,00
0,00
0 69
0,00
0,00
0 79
3,50
0,00
0 91
2,52
5,00
0
Infl
ow
un
tuk
IRR
-
360,
000,
000
600,
000,
000
690,
000,
000
793,
500,
000
912,
525,
000
Ou
tflo
w
a. B
iaya
Inve
stas
i 8
3,44
0,00
0 -
-
-
-
-
b. B
iaya
ope
rasi
onal
357,
240,
000
567,
240,
000
645,
990,
000
736,
552,
500
840,
699,
375
c. A
ngsu
ran
poko
k pe
mbi
ayaa
n 1
3,12
5,00
0 1
3,12
5,00
0 1
3,12
5,00
0 1
3,12
5,00
0 -
d. B
iaya
mar
gin
pem
biay
aan
4,2
00,0
00
4,2
00,0
00
4,2
00,0
00
4,2
00,0
00
-
e. P
ajak
(15%
) -
3
,534
,000
5
,221
,500
7
,162
,125
1
0,02
3,84
4
Ju
mla
h 8
3,44
0,00
0 37
4,56
5,00
0 58
8,09
9,00
0 66
8,53
6,50
0 76
1,03
9,62
5 85
0,72
3,21
9
Ou
tflo
w u
ntu
k IR
R 8
3,44
0,00
0 35
7,24
0,00
0 57
0,77
4,00
0 65
1,21
1,50
0 74
3,71
4,62
5 85
0,72
3,21
9
Tota
l Cas
hflow
-
44,
975,
000
11,
901,
000
21,
463,
500
32,
460,
375
61,
801,
781
Cas
hflow
unt
uk IR
R-8
3,44
0,00
0 2
,760
,000
2
9,22
6,00
0 3
8,78
8,50
0 4
9,78
5,37
5 6
1,80
1,78
1
Lam
pir
an 8
. Pr
oyek
si A
rus
Kas
Perdagangan Suku Cadang Mobil
63
DF8
% 1
.000
0 0
.925
9 0
.857
3 0
.793
8 0
.735
0 0
.680
6
Pres
ent
valu
e-8
3,44
0,00
0 2
,555
,556
2
5,05
6,58
4 3
0,79
1,56
2 3
6,59
3,73
7 4
2,06
1,25
4
Kom
ulat
if-8
3,44
0,00
0 -8
0,88
4,44
4 -5
5,82
7,86
0 -2
5,03
6,29
8 1
1,55
7,43
9 5
3,61
8,69
3
LAMPIRAN
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH (PPUK)64
No
Para
met
erB
esar
an *
)
BR
IB
MI
BSM
BSM
IB
NIS
1Be
sar
rata
-rat
a (k
isar
an
terk
ecil
dan
terb
esar
) m
argi
n ya
ng d
iber
ikan
sa
mpa
i saa
t in
i
9.45
% -
18
.26%
(flat
rat
e p.
a)
19%
- 2
2%ef
f. p
.a19
% -
22%
eff.
p.a
(ter
gant
ung
jang
ka w
aktu
pe
mbi
ayaa
n)
15%
- 2
4%
eff.
p.a
.9,
00%
-
10,0
0%(fl
at r
ate
p.a)
2Be
sar
rata
-rat
a (k
isar
an
terk
ecil
dan
terb
esar
) ni
sbah
bag
i has
il ya
ng
dibe
rikan
sam
pai
seka
rang
men
yesu
aika
n dg
n ba
se r
ate
yg a
da d
i BRI
, yi
:17
% -
24%
eff.
Rat
e p.
a
(95%
- 5
%) -
(7
7% -
23%
)ki
sara
n ba
gsi
deng
an e
kspe
ktas
i re
turn
ban
k:16
,08%
- 1
9.08
%p.
a. e
ffek
tifA
dapu
n ni
sbah
ba
nk t
erga
ntun
g pe
rban
ding
an
anta
ra e
ksp.
ba
nk d
an r
ealis
asi
penj
uala
n na
saba
h
Nas
abah
: 0,
3% -
85
,3%
Ban
k:14
,7%
-
99,7
%
Terg
antu
ng
Reve
nue
atau
Pro
fit
mud
harib
D
enga
n pa
toka
n ex
pect
ed
retu
rn b
ank
berk
isar
14%
-
18%
p.a
3Be
sar
rata
-rat
a (k
isar
an
terk
ecil
dan
terb
esar
) ija
rah
dan
istis
hna’
ya
ng d
iber
ikan
sam
pai
seka
rang
9.45
%
-18.
26%
(fl
at r
ate
p.a)
19%
- 2
2%19
% -
22%
ef
f. p
.a (t
erga
ntun
g ja
ngka
wak
tu
pem
biay
aan)
belu
m a
da
port
folio
nya
belu
m a
da
port
folio
nya
Ket
eran
gan
:
*)
Dat
a pe
r bu
lan
Juni
200
6
1 BR
I = B
ank
Raky
at In
done
sia
2 BM
I = B
ank
Mua
mal
at In
done
sia
3 BS
M =
Ban
k Sy
aria
h M
andi
ri
4 BS
MI =
Ban
k Sy
aria
h M
ega
Indo
nesi
a
5 BN
IS =
Ban
k N
egar
a In
done
sia
Syar
iah
Lam
pir
an 9
. Po
la P
embi
ayaa
n Sy
aria
h pa
da P
erba
nkan
Sya
riah