Gubuq squatter menempel pada tembok beton pembatas area St. KA Psr . Senen
description
Transcript of Gubuq squatter menempel pada tembok beton pembatas area St. KA Psr . Senen
Gubuq squatter menempel pada tembok beton pembatas area St. KA Psr. Senen
Gubuq squatter menempel pada tembok beton pembatas area St. KA Psr. Senen dan pembatas area operasional bantara rel
Gubuq squatter setebal 0.9 m, menempel pada tembok beton pembatas area St. KA Psr. Senen
Salah seorang penghuni gubuq squatter di balik tembok beton pembatas area operasional rel KA; Kel. Bungur, Kec. Senen
Jejeran gubuq squatter di balik tembok beton pembatas area operasional rel KA; Kel. Bungur, Kec. Senen pada 29 Agust 2011
Kondisi dalam gubuq squatter, lebar sekira 1.6 – 1,8 m, di balik tembok beton pembatas area operasional rel KA; Kel. Bungur, Kec. Senen
Gubuq squatter ini dihuni oleh satu keluarga : Ayah, ibu, 9 anak, 1 menantu dan 1 cucu; Ayah dan Ibu bekerja sbg pemulung, menantu
adalah petugas kebersihan pada St. Senen
Kegiatan usaha ekonomi keluarga pemulung di balik tembok bantaran rel KA, memilah sampah plastik untuk dijual (foto: 29 Agust 2011)
Gubuq squatter setebal 1 atau 1,2 m, menempel pada tembok beton pembatas area operasional rel KA dekat St. Senen.
Rel dekat Kampung Bandan – 3 Juni 2011. Sarana komunikasiPenting dalam pergaulan anak2 muda tukang ojeg rel ini.
Rpermukiman di bantaran rel dekat Kampung Bandan – 3 Juni 2011. Rel yang sedang matisuri.
Rel dekat Kampung Bandan – 3 Juni 2011 : Ojeg rel, meng- gunakan rel KA yang sedang mati suri.
Rpermukiman di bantaran rel dekat Kampung Bandan – 3 Juni 2011. Mulai September 2011 rell digunakan kembali.
Responden A1 : Mama Dewi
Istri Bp. Adang, pasangan pedagang sayuran, dengan omzet penjualan sekira Rp 500rb/hari;
Asal Cirebon, usia 35 thn, suami pertama meninggal dunia, sekarang dgn suami kedua dengan 5 anak + 1 cucu + janin dlm kandungan;
Anak Mama Dewi yang terkecil berusia 10 bulan, dan sedang mengandung janin usia 5 bulan, anak diberi ASI hanya sampai usia bayi 2 bulan; Biasanya melahirkan di Puskesmas dengan bayaran Rp 400rb;
Dewi, anak pertama Mama Dewi berusia 19 tahun, memiliki bayi usia 11 bulan, suami kerja di luar kota dan hanya pulang tiap akhir pekan;
Kondisi ruang daur hidup yang sangat minim merupakan skala intim yang bisa jadi menjadi pemicu cepatnya perkembang-biakan populasi di permukiman ini.
Responden A1 : Mama Dewi
Anak Mama Dewi dengan pengasuhnya, Ibu Shinta
Bayi usia 10 bulan yg dihiasi anting, rantai, gelang dan cincin emas... Wow !
Ibu bayi, Mama Dewi seorang pedagang sayur+buah sedang hamil, janin usia 5 bulan... Wow !
Rumah Ibu Shinta, tempat bayi emas ini dititipkan setiap kali Mama Dewi bekerja.
Pemilik rumah atau KK (suami Ibu Shinta) adalah Bp. Muh. Acim, yang cacat tubuh (kedua kaki terpotong di paha) setelah mengalami tertabrak kereta api; Ibu Shinta bekerja sebagai pengasuh anak Mama Dewi, juga bisa menjual jasa sebagai tukang urut bayi dan bidan;
Responden A4 : Ibu Shinta
Letak rumah di luar damija rel, di pinggir jalan inspeksi rel; bangunan rumah milik sendiri di atas tanah dgn sertifikat hak milik; Alamat RT. 011 RW. 014 Kel. Pademangan Barat, Kec. Pademangan, Jakarta Utara;
Bangunan rumah permanen dua lantai dengan luasan yang cukup memadai; Mendapat bantuan renovasi oleh Yayasan Buddha Tzu Chi dalam program Bebenah Kampung”, sebagaimana 149 rumah lainnya se-Kelurahan pademangan Barat;
Pemilik rumah atau KK (suami Ibu Shinta) adalah Bp. Muh. Acim, yang cacat tubuh (kedua kaki terpotong di paha) setelah mengalami tertabrak kereta api; Ibu Shinta bekerja sebagai pengasuh anak Mama Dewi, juga bisa menjual jasa sebagai tukang urut bayi dan bidan;
Responden A4 : Ibu Shinta
Proses renovasi rumah berlangsung selama sebulan, oleh pekerja yang disediakan oleh Yayasan Buddha TzuChi; Dan selama proses berlangsung, penghuni rumah tinggal di gubug sementara di dekat rumahnya;
Responden B1 : Ibu Erna
Alamat : RT. 015 RW. 02, Kel. Gunung Sahari Utara; Rumah sewa Rp 200ribu sebulan;
Kampung di dekat rel kereta api ini sering kebakaran.
Rumah2 di balik tembok beton ini masih dalam area damija rel (menurut UU perkeretaapian), tapi dgn adanya tembok ini, masyarakat beranggapan itulah batas yg boleh ditempati.
11a/272
km2
km
Tota
l are
a id
entifi
kasi
identifikasi tanah berupa kantong2 lahan tidur untuk rusunawa kerjasama “land-lord”/ investor/swasta, pemda, serta bantuan CSR
identifikasi kampung kota, untuk upaya peremajaan kota, yang dapat mengakomodir komunitas bantaran rel (proses pembauran/ konsolidasi sosial) rusun/maizonette swadaya (communty-based housing dev)
identifikasi penduduk pada bantaran rel , untuk : relokasi ke rusun/maizonette swadaya (communty-based housing dev) dalam area 2 km dari rel (jarak tepuh jalankaki maks) relokasi ke rusunawa dalam area 2 km dari rel (kemitraan LandLord dgn Pemda, atau Investor) relokasi ke rusunawa di luar area identifikasi (housing stock Pemda DKI) pulang kampung asal (bukan ber-KTP DKI Jakarta)
Sistem Informasi PermukimanContoh (Manual) untuk beberapa titik sampleKonsep untuk usul kpd BPN BPN sebagai PMUKemenPU dan Kemenpera sebagai PIUPemda sbg fasilitator dan enabler
kom
pila
si d
ata
: PT.
KAI
, Kel
urah
an, B
PN,
peng
amat
an d
an w
awan
cara
(den
gan
kues
ione
r)
Catatan: B = 6 mC = 9 m
ruan
g m
ilik
ruan
g pe
ngaw
asan
ruan
g m
anfa
at
A
B
B
C
C
Nenek Martina
Sudah lebih 20 tahun tinggal di area bantaran antara rel kereta dan kali BKB (Kel. Cideng).
Hidup sebagai pemulung, setelah pensiun dari pekerjaan di RS Budi Kemuliaan bagian laundry.
Rumah tempat tinggalnya berupa gundukan hasil pulungan. Pada 2009, beliau pernah memperlihatkan KTP dan KK-nya, warga DKI Kel. Cideng.
Foto ini kondisi 11 Agustus 2012, saat area ini makin banyak ditumbuhi gubuk2 sewaan (seharga 200rb/bulan), maupun yg dibangun untuk ditinggali sendiri.
Kandang kambing di sebelah rumah Nenak Martina keliatannya lebih oke yaa...